• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Dzikir Dalam Terapi Stres Di Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki Puri Kembangan Jakarta Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Dzikir Dalam Terapi Stres Di Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki Puri Kembangan Jakarta Barat"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I.)

Disusun Oleh:

Nurul Fitri

NIM 108052000018

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

ii Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam ( S. Sos. I )

Oleh :

Nurul Fitri

NIM. 108052000018

Di bawah Bimbingan

Drs. H. Mahmud Jalal, MA.

NIP. 19520422 198103 1002

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

iii

SAmawaat Al-Maliki Kembangan Jakarta Barat telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Selasa, 22 Januari 2013. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

Ciputat, 22 Januari 2013

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si Drs.Sugiharto, M.A

NIP. 19690607 199503 2 003 NIP. 19660806 199603 1 001

Anggota

Penguji I Penguji II

Drs. Suparto, MA Drs. Wahidin Saputra, MA

NIP. 19780114 200912 1 002 NIP. 19700903 199603 1 001

Pembimbing

(4)

iv Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 28 November 2012

(5)

v

PERANAN DZIKIR DALAM TERAPI STRES DI MAJELIS DZIKIR AS-SAMAWAAT AL-MALIKI PURI KEMBANGAN JAKARTA BARAT

Stres merupakan beban psikis atau himpitan kejiwaan seseorang yang menjadikan berat dalam menjalani kehidupan sehari-hari, sehingga kehidupan sehari-hari orang tersebut selalu diliputi emosional atau marah, pikiran tidak stabil, cemas, ketakutan, dan gelisah. Seperti halnya yang mengalami masalah dikeluarganya dari segi pekerjaan, keuangan dan lain sebagainya.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana Peranan Dzikir dalam Terapi Stres kepada pasien. khususnya, pasien di Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki Puri Kembangan Jakarta Barat. Penelitian ini membahas tentang peranan Dzikir dalam Terapi Stres yang terdiri dari atas Harapan pasien untuk sembuh setelah mengikuti Dzikir dalam terapi stres itu sendiri.

Subyek yang diteliti adalah K.H Sa’adih Al-Batawi selaku pimpinan dan pembimbing di Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki, dan 2 orang pasien perempuan yang sudah berkeluarga dan mengikuti pelaksanaan Dzikir untuk Terapi Stres.

Jenis penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian deskriptif, Yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau melukiskan realitas yang ada di Majelis Dzikir As-Samawaat AL-Maliki. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan Observasi (Aktifitas pengamatan secara langsung menggunakan alat indera atau panca indera), wawancara ( percakapan dengan maksud tertentu ), dan dokumentasi (data-data yang diperoleh dari lapangan),

(6)

vi

Segala puja dan puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

atas segala karunia dan hidayahnya yang telah dilimpahkan, sehingga penulis

berhasil menyelesaikan skripsi dengan judul : “PERANAN DZIKIR DALAM

TERAPI STRES DI AS-SAMAWAAT AL-MALIKI PURI KEMBANGAN

JAKARTA BARAT” dan dapat diselesaikan dengan baik.

Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada junjungan

Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa manusia ke jalan yang diridhoi

Allah SWT.

Karya tulis ini merupakan skripsi yang diajukan kepada Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Islam Syarif Hidayatullah

Jakarta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Sosial Islam

( S. Sos. I )

Penulis menyadari skripsi ini, tidaklah mungkin dapat terselesaikan tanpa

dukungan dan dorongan berbagai pihak, oleh karena itu penulis menghaturkan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

(7)

vii bermanfaat bagi penulis.

3. Ibu Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si Ketua Jurusan Bimbingan dan

Penyuluhan Islam yang telah membekali ilmu, pengalaman dan

motivasinya kepada penulis.

4. Bapak Drs. Sugiharto, M.A, Sekretaris Jurusan Bimbingan dan

Penyuluhan Islam.

5. Para Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah

banyak memberikan bantuan keilmuan bagi penulis, hingga dapat

menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh pegawai perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah baik Utama maupun Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi yang telah membantu penulis dalam menyediakan buku-buku

yang penulis butuhkan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki, khususnya kepada bapak KH.

Sa’adi Al-Batawi dan para Pengikut-pengikutnya yang tidak bisa penulis

sebutkan nama satu-persatu, serta para pasien Ibu-ibu yang saya jadikan

sampel 2 responden Pasien yang telah berpartisipasi dalam penelitian

(8)

viii

Serta sanak keluarga lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu-

persatu, yang telah memberikan dukungannya baik moril dan materil

dengan segenap hati yang tulus dan ikhlas, hingga penulisan skripsi ini

dapat terselesaikan.

9. Kepada teman-teman seperjuangan yang selalu membantu dan

memberikan nasihat serta masukan kepada penulis diantaranya : Rizal

Muttaqin, Muhammad Kurniawan, Syarifah Amini, Firda Yunita, Siti

NurJanah, Penti Hasibuan, Siti Indah Lucanti, Hapipah, Neta Andini, Siti

Seirly Maulidi, N3S (Nurlillah,Nurul Fitri,Nurmayanti,Siti Ayu), dan

teman-teman lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu namun

tetap kontribusi mereka akan selalu penulis kenang dan hanya untaian

do’alah yang dapat penulis haturkan kepada mereka agar segala yang telah

mereka lakukan diberikan ganjaran pahala yang berlipat ganda dari Allah

SWT.

10.Para Guru-guru TKA/TPA Al-Amien serta murid-murid yang telah

mendukung dan mendo’akan penulis sehingga skripsi ini dapat

(9)

ix

Akhirnya penulis hanya dapat berharap dan memohon kepada Allah SWT,

semoga apa yang telah dilakukan menjadi amal shaleh dan mendapat ganjaran

pahala yang berlipat ganda. Dan semoga penulis dapat bertambah wawasan.

Amin Yaa Robbal Alamin

Jakarta, 22 Januari 2013

(10)

x

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... i

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Tinjauan Pustaka ... 6

E. Metodelogi Penelitian ... 7

F. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II KERANGKA KONSEP A. Peranan ... 13

B. Dzikir ... 15

1. Pengertian Dzikir ... 15

2. Macam-macam Dzikir ... 16

3. Tujuan Berdzikir ... 19

4. Makna dan Manfaat Dzikir ... 20

5. Tata Cara Berdzikir ... 22

C. Terapi dan Terapis ... 24

1. Pengertian Terapi dan Terapis ... 24

2. Macam-macam Terapi ... 27

(11)

xi

3. Unsur-unsur Stres ... 38

4. Gejala dan Sumber Stres ... 39

5. Tahapan Stres ... 44

E. Dzikir Sebagai Terapi Stres ... 46

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG AS-SAMAWAT DAN PROFIL K.H. SA’ADIH AL-BATAWI A. Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki ... 48

1. Sejarah Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki ... 48

2. Visi, Misi dan Tujuan Majelis Dzikir As-Samawaat ... 49

3. Pasien Majelis Dzikir As-Samawaat ... 51

4. Program Kegiatan Majelis Dzikir As-Samawat ... 52

5. Struktur Organisasi Majelis Dzikir As-Samawat ... 55

B. Profil KH. Sa’adih Al-Batawi ... 56

1. Riwayat Hidup KH. Sa’adih Al-Batawi... 56

2. Latar Belakang Keluarga KH. Sa’adih Al-Batawi ... 59

3. Latar Belakang Pendidikan KH. Sa’adih Al-Batawi ... 60

4. Aktifitas Dakwah KH. Sa’adih Al-Batawi ... 62

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Identifikasi Informan ... 65

1. K.H. Sa’adih Al-Batawi ... 65

(12)

xii

3. Waktu Pelaksanaan ... 70

4. Metode Pelaksanaan Terapi Dzikir As-Samawat ... 70

5. Materi yang digunakan Majelis Dzikir As-Samawat ... 73

6. Metode Terapi ... 76

C. Peranan Dzikir Dalam Terapi Stres ... 76

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 81

B. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 84

(13)

1 A. Latar Belakang Masalah

Agama menurut pengertian yang terbatas di lingkungan pemeluk agama

samawi terutama Islam, adalah perwujudan dari petunjuk Allah yang tertuang

dalam bentuk-bentuk kaidah perlindungan yang ditunjukkan kepada umat manusia

agar mereka mampu berusaha dijalan yang benar dalam rangka memperoleh

kebahagiaan dunia akhirat.

Agama menurut penulis menawarkan jalan keluar yang terbaik dalam terapi

stres yaitu melalui pendekatan kepada Allah SWT (Psikoreligius) berupa Dzikir

dan Do’a, Dzikir adalah ibadah yang bisa dilaksanakan setiap detik dan setiap saat

agar manusia selalu ingat dan selalu bersyukur kepada Allah SWT. Sedangkan

do’a adalah memohon atau meminta sesuatu kepada Allah SWT.

Ajaran islam mengandung banyak petunjuk (bimbingan) dalam segala

bidang kehidupan, maka untuk menjaga agar manusia jangan sampai mengalami

penderitaan yang lebih jauh, bimbingan Allah SWT yang terdapat dalam

Al-Qur’an dan sunah Rasul dapat digunakan oleh setiap orang yang memahaminya

dan dapat pula dimanfaatkan oleh para ahli dibidangnya.

Jika diperhatikan dengan seksama, manusia dalam kehidupan sehari-hari

akan terlihat dengan bermacam-macam prilaku, maksudnya adalah ketika

(14)

yang gelisah, sering mengeluh, bersedih hati, tidak semangat dan terasa berat

memikul tanggung jawab dalam kehidupannya.

Dalam setiap tahap perkembangan manusia akan menemui permasalahan.

Mulai dari hal-hal kecil maupun yang berat, sehingga dengan adanya masalah

tersebut membuat orang tidak karuan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Stres merupakan beban psikis atau jiwa seseorang yang menjadikan berat

dalam menjalani kehidupan sehari-hari, sehingga di kehidupan sehari-hari orang

tersebut selalu diliputi dengan emosional atau marah, ketakutan, gelisah, sedih,

dan lain sebagainya. Seperti halnya yang mengalami masalah dikeluarganya dari

segi pekerjaan, keuangan dan lain sebagainya.

Sehingga bagi setiap orang yang sedang mengalami stres yang penuh

konflik, kemampuan mengendalikan dirinya berkurang, maka orang tersebut

dituntut supaya mempunyai mental spiritual yang kuat agar tidak goyah dalam

menghadapi cobaan dan ujian dalam situasi kondisi seperti ini.

Firman Allah SWT dalam Al;-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 155





































(15)

Dalam mengatasi permasalahan tersebut manusia memiliki cara yang

beragam, diantaranya adalah konsultasi dengan para ahli (dokter, dan psikiater)

ada pula yang melakukan kegiatan secara berlebihan, seperti melarikan diri dari

kenyataan hidup melalui minum-minuman keras dan narkoba, bahkan tidak jarang

bagi mereka yang tidak kuat imannya menerjunkan dirinya kedalam aliran

kebathinan yang bathil.

Dengan demikian, nyatalah bahwa rasa tenang dan tentram serta kestabilan

emosi ajaran islam memberikan solusinya melalui berdzikir dalam terapi stres,

karena dengan berdzikir hati menjadi tenang dan tentram. Sebagaimana firman

Allah SWT

























Artinya : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram”. (Q.S Ar-Ra’du : 28)

Ayat ini mengandung daya terapi yang potensial bahwa ketenangan hati,

kestabilan emosi akan diperoleh melalui ibadah dengan dzikrullah kepada Allah

SWT. Dzikir bisa dilakukan dengan cara sendirian maupun secara berjama’ah,

banyak lembaga-lembaga yang menyelenggarakan dzikir bersama untuk

membantu orang-orang yang ingin berdzikir. Salah satunya adalah Majelis Dzikir

As-Samawaat Al-Maliki yang beralamat di Puri Kembangan Jakarta Barat.

Majelis ini mengadakan kegiatan-kegiatan keagamaan, diantaranya

(16)

memang ditujukan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang sedang

dihadapi oleh pasien yang membuat stres dalam menghadapinya.

Dan pelaksanaan dzikir dalam terapi disini juga dibantu oleh seorang

pembimbing atau dengan kata lain dengan seorang ahli yang dapat memberikan

sugesti kepada pasien untuk mempelajari dan mengamalkannya dengan benar dan

khusyu’. Sehingga pengaruh Dzikir tersebut dapat dirasakan sebagai psikoterapi

untuk menghilangkan Stres yang tentunya akan mendatangkan ketenangan dan

ketentraman hati, jiwa, dan pikiran pasien.

Untuk mengetahui bagaimana Peranan Dzikir dalam terapi stres yang

diselenggarakan oleh Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki, maka disini penulis

bermaksud menuangkannya dalam sebuah karya ilmiah dengan mengambil judul :

Peranan Dzikir dalam Terapi Stres di Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki Puri

Kembangan Jakarta Barat.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Dari latar belakang di atas maka penulis membatasi permasalahan

yang akan dibahas dalam skripsi ini yaitu :

a.Bagaimana pembimbing melakukan Dzikir dalam Terapi Stres.

b. Lafadz Dzikir yang digunakan di Majelis Dzikir As-Samawaat

Al-Maliki seperti apa.

c. Subyek penderita stresnya 2 orang pasien perempuan yang telah lama

(17)

2. Perumusan Masalah

Masalah yang penulis rumuskan dalam skripsi ini adalah sebagai

berikut :

Bagaimanakah Peranan Dzikir Dalam Terapi Stres di Majelis Dzikir

As-Samawaat Al-Maliki Puri Kembangan Jakarta Barat?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah

sebagai berikut :

Untuk mengetahui Peranan Dzikir dalam terapi stres di Majelis Dzikir

As-Samawaat Al-Maliki.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis : dengan penelitian ini akan dapat memberikan

pengetahuan dalam pengembangan Ilmu Kesehatan.

b. Manfaat Praktis : dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan

wawasan berbagai kalangan, seperti kesehatan dan dakwahnya.

D. Tinjauan Pustaka

Pembahasan tentang dzikir pernah dibahas pada penelitian

sebelumnya, diantaranya : skripsi yang ditulis oleh Ai Rahmi Nursobah

mahasiswa jurusan Bpi ( bimbingan dan penyuluhan islam ) dengan nomor

(18)

“Pengaruh Dzikir Terhadap Kesehatan Mental Jamaah Pondok Pesantren

As-saafiiyah cibaregbeg, cibubur, cianjur”.

Didalam skripsi ini telah dijelaskan bagaimana pengaruh Dzikir

terhadap pasien dilihat dari unsur pribadi, dan ternyata Dzikir ini mengena

dihati masyarakat islam kota. Sebagai akibat dari penyakit psikis kehidupan

kota yang matrealistis dan penuh persaingan tapi kering nilai-nilai agama,

mendorong masyarakat kota untuk mencari spiritualitas.

Penelitian lain yang membahas tentang dzikir adalah skripsi karya

Tini Aulawiyah Komba dengan NIM 104052002000, mahasiswa jurusan

bimbingan dan penyuluhan islam, dengan judul “Pengaruh Pelaksanaan

Dzikir Syifa terhadap kesehatan mental korban pecandu Narkotika,

Psikotropika, dan zat adiktif (NAPZA) di yayasan Nurus Syifa “kelapa dua

Jakarta barat”.

Adapun yang membedakan penelitian skripsi penulis dengan

penelitian sebelumnya adalah subjek dan objek penelitiannya. Yang menjadi

subjek dalam penelitian ini adalah pembimbing dan pasien di Majelis Dzikir

As-Samawaat Al-Maliki Puri Kembangan Jakarta Barat: serta yang menjadi

objek penelitian ini adalah Peranan Dzikir dalam Terapi Stres di

As-Samawaat Al-Maliki Puri Indah Kembangan Jakarta Barat. Hal tersebut

dikarenakan penulis merasa perlu dilakukan suatu pengkajian dan penelitian

mengenai bentuk Dzikir lain yang memiliki nuansa yang berbeda dalam

(19)

Di tempat Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki tidak di pungut

biaya dari setiap pasien yang datang dan tidak ada yang membeda-bedakan

pasien dari kalangan atas maupun dari kalangan bawah, justru di majelis

dzikir ini selalu memberikan uang kepada pasien yang tidak mampu atau

yang tidak berkecukupan.

E. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan bagian yang sangat penting karena

sangat menentukan sukses atau tidaknya suatu penelitian. Metode penelitian

adalah cara yang digunakan untuk mengumpulkan data di dalam penelitian.

Adapun bentuk penelitian ini adalah penelitian lapangan (field Research)

yaitu merupakan penelitian langsung dengan datang langsung ke Majelis

Dzikir As-Samawaat Al-Maliki untuk memperoleh data dalam penelitian

ini.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan Kualitatif.

Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Lexy. J. Moleong,

pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku

yang diamati.1

1

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : PT Remaja

(20)

2. Subjek dan Objek Penelitian

a. Subjek Penelitian

Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah K.H.

Sa’adih Al-Batawi selaku pimpinan, pembimbing, dan 2 orang pasien

perempuan yang telah lama mengikuti pelaksanaan dzikir dalam terapi

stres di Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki Puri Kembangan Jakarta

Barat.

Alasan saya memilih pasien perempuan karena dilihat dari lebih

lamanya menjadi pasien di Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki Puri

Kembangan Jakarta Barat. Penulis melihat lamanya menjadi pasien itu

dari lebih seringnya mengikuti Dzikir kurang lebih 4x setiap pertemuan.

b. Objek Penelitian

Yang menjadi objek penelitian adalah Peranan Dzikir dalam Terapi

Stres itu sendiri.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini bertempat di jl Puri Indah Kembangan Jakarta

Barat, adapun waktu pelaksanaan dalam penelitian yaitu pada Tanggal 16

Juli 2012 sampai dengan Tanggal 6 Desember 2012.

4. Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan permasalahan penelitian dan data-data yang dibutuhkan,

(21)

a. Observasi

Observasi yaitu kunjungan langsung ketempat penelitian serta

mengamati pasien dan cara-cara pengobatannya dengan menggunakan

alat indera.2 Dalam penelitian ini, penulis melakukan dengan cara

datang langsung ke Majelis Dzikir As-samawaat Al-Maliki di Puri

kembangan Jakarta Barat untuk memperoleh informasi sehingga data

penelitian didapatkan, mengikuti kegiatan Dzikir dalam Terapi Stres

selama satu minggu 4x yang dilakukan di Majelis Dzikir

As-Samawaat Al-Maliki

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara

(interviwer) yang mengajukan pertannyaan dan terwawancara

(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu

Wawancara ditujukan pada K.H. Sa’adih Al-Batawi dan dengan 2

orang ibu-ibu yang sudah lama menjadi pasien, dan telah mengikuti

Dzikir dalam terapi stres yang ada di Majelis Dzikir As-samawaat

Al-Maliki. untuk memperkuat dan perlengkap data pada penelitian ini,

Wawancara dilakukan secara langsung.

2

Suharsimisi Arikunto, prosedur penelitian suatu pendekatan praktek (Jakarta : PT.

(22)

c. Dokumentasi

Data-data yang diperoleh dari lapangan yaitu dengan jalan

mengambil bahan-bahan yang berasal dari data-data mengenai

masalah-masalah yang ada, dan foto-foto semua kegiatan di Majelis

Dzikir As-Samawaat Al-Maliki, dan dokumentasi lainnya.

5. Teknik Analisa Data

Yang dimaksud dengan tekni analisa data adalah suatu proses

penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan

diinterprestasikan.3 Menurut Bogdan & Biklen yang dikutif oleh Lexy

J.Moleong mengemukakan bahwa teknik analisa data kualitatif adalah

upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan

data, memilah-milah menjadi bahan yang dapat dikelola, mensisikannya,

mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang

dipelajari, dan memusatkan apa yang akan diceritakan kepada orang lain.

Teknik yang digunakan penelitian ini disesuaikan dengan tujuan yang

ingin dicapai, yaitu dari data terkumpul kemudian dijabarkan memberi

interpretasi kemudian diambil kesimpulan akhir.

6. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan dalam penelitian skripsi ini adalah

menggunakan “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan

3

Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survai (Jakarta : LP3ES, 1995),

(23)

Disertasi)” yang diterbitkan oleh CeQDA (Center For Quality Development

and Assurance) UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA tahun 2007.4

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan penulisan skripsi ini disusun

berdasarkan sistematika sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini berisikan tentang latar belakang masalah,

pembatasan, dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, Tinjauan Pustaka, metodologi penelitian dan

sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN TEORITIS

Pada bab ini berisikan tentang a). Pengertian Peranan b). Dzikir

yang terdiri dari Pengertian dzikir, Macam-macam dzikir, Tujuan

berdzikir, Makna dan Manfaat melakukan dzikir, Tata cara

berdzikir c). Pengertian Terapi dan Terapis, macam-macam

terapi, Pendekatan-pendekatan dalam terapi. d). Stres yang terdiri

dari Pengertian stres, pandangan islam tentang stres, unsur-unsur

stres, Gejala dan sumber stres, dan tahapan stres e). Dzikir

Sebagai Terapi Stres.

4

(24)

BAB III : GAMBARAN UMUM TENTANG MAJELIS DZIKIR

AS-SAMAWAAT AL-MALIKI

Bab ini berisikan tentang a). Majelis Dzikir As-Samawaat

Al-Maliki terdiri dari sejarah,Visi dan Misi, Tujuan berdirinya,

pasien Majelis, program kegiatan, dan struktur organisasi. b).

profil K.H. Sa’adih Al-Batawi terdiri dari riwayat hidup K.H.

Sa’adih Al-batawi, latar belakang keluarga K.H. Sa’adih

Al-Batawi, latar belakang pendidikan K.H. Sa’adih Al-Batawi, dan

aktifitas dakwah K.H. Sa’adih Al-Batawi.

BAB IV : TEMUAN DAN ANALISIS DATA

Bab ini berisikan tentang a). identitas Informan terdiri dari K.H.

Sa’adih Al-Batawi, dan Pasien. b). pelaksananaan dzikir dalam

terapi stres di Majelis Dzikir As-samawaat Al-Maliki Puri

Kembangan Jakarta Barat terdiri dari Pimpinan Majelis,

Pembimbing, Waktu Pelaksanaan, Metode Pelaksanaan Terapi

Dzikir As-Samawaat Al-Maliki, Materi yang digunakan Majelis

Dzikir As-Samawaat Al-Maliki, dan Metode Terapi. c). Peranan

Dzikir Dalam Terapi Stres.

BAB V : PENUTUP

Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran.

(25)

13 A. Peranan

1. Pengertian Peranan

Kata peranan berasal dari kata “peran” yang berarti bagian atau

turut aktif dalam suatu kegiatan. Sedangkan peranan adalah tindakan oleh

seseorang atau sesuatu yang terutama dalam terjadinya sesuatu hal atau

peristiwa.1

Para ahli sosiologi maupun psikologi sosial, juga turut memberikan

pendapatnya dalam mendefinisikan peranan sebagai berikut :

a. Menurut Gross Mason dan A.W. Mc. Earhern seperti yang dikutif

oleh David Berry, mendefinisikan peranan ( role ) sebagai

seperangkat harapan-harapan yang dikenakan kepada individu yang

menempati kedudukan sosial tertentu.2

Dalam hal ini harapan-harapan yang dimaksud David Berry

merupakan bagian dari norma-norma sosial, oleh karena itu, dapat

dikatakan peranan itu ditentukan oleh norma-norma sosial dalam

masyarakat di dalam pekerjaan lainnya.

1

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2002), h. 154

2

David Berry, Pokok - pokok Pikiran Dalam Sosiologi (Jakarta: Raja Grapindo Persada,

(26)

b. Menurut Abu Ahmadi peranan adalah suatu kompleks pengharapan

manusia dan terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat

dalam situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi sosialnya.3

Dari definisi tersebut, maka dapat di pahami bahwa peranan adalah

suatu tindakan yang dilakukan atau suatu lembaga yang menempati

kedudukan sosial tertentu, untuk menjalankan seperangkat

harapan-harapan manusia, berdasarkan status dan fungsi sosial yang dimiliki oleh

lembaga tersebut.

2. Jenis-jenis Peranan

Adapun jenis-jenis peranan sebagai berikut :

a. Role Pasition ialah kedudukan sosial yang sekaligus menjadikan

status atau kedudukan dan berhubungan dengan tinggi

rendahnya posisi orang tersebut dalam struktur sosial tertentu.

b. Role Behavior adalah cara seseorang memainkan perannya.

c. Role Perception ialah bagaimana seseorang memandang

peranan sosialnya, serta bagaimana dia harus bertindak dan

berbuat atas dasar pandangannya tersebut.

d. Role Expectation ialah peranan seseorang terhadap

peranan-peranan yang dimainkannya bagi sebagian besar warga

masyarakat.4

Jadi penulis menggolongkan bahwa Role Perception yang menjadi

dasarnya.

3

Abu Ahmad, Psikologi Sosial (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h. 114.

4

Ahmad Sutarmadi dan Al-Tirmidzi, Peranan Dalam Pengembangan Hadits dan Fiqih

(27)

B. Dzikir

1. Arti Dzikir

Secara etimologi kata dzikir berasal dari bahasa Arab yang berasal

dari kata: رﻛذ رﻛ ﻳذ ارﻛذ yang artinya “menyebut, mengingat, atau

menyadari”.5

Menurut Hasbi Asshiddiqi dalam buku kamus arab indonesia,

dzikir adalah menyebut nama Allah SWT. Dengan membaca tasbih

(Subhanallah), tahmid (Alhamdulillah), taqdis (Quddusun), hauqalah

(Laahaula walaa quwwata illabillah), hasbahah (Hasbiyallah), basmalah

(Bismillahirrahmanirrahim), dan membaca Al-Qur’an serta membaca

do’a-do’a yang diterima dari Nabi SAW.

Sedangkan menurut Dr. Mir Valiuddin dalam buku Dzikir dan

Kontemplasi dalam Tasawuf, dzikir adalah senantiasa dan terus-menerus

mengingat Allah yang bisa melahirkan cinta kepada Allah serta

mengosongkan hati dari kecintaan dan keterikatan pada dunia fana ini.6

Arti dzikir menurut istilah adalah suatu bentuk usaha batini dengan

melalui proses panca indera yang sifatnya intelektual denan sarana

menyebut nama Allah SWT baik secara jahar maupun khofi, guna

memperoleh kontemplasi tingkat tinggi.

Dari beberapa pendapat tentang makna arti dzikir di atas dapat

diambil kesimpulan bahwa makna arti dzikir terdiri dari 2 makna: yang

5

Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1990), Cet.

Ke-8, h. 134

6

Mir Valiuddin, Dzikir dan Kontemplasi Dalam Tasawuf, (Bandung: Pustaka Hidayah,

(28)

pertama, arti khusus adalah dzikir dengan ucapan jelas (jahar) yaitu

mengucapkan tasbih, tahmid, takbir, tahlil, istighfar, dan sebagainya

dengan cara tertentu yang telah diajarkan oleh rasulullah SAW. Untuk

mengingat atau mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dan yang kedua,

arti umum adalah dzikir yang dilakukan baik berupa perkataan, dzikir

berupa perbuatan atau dzikir dengan anggota tubuh (akhlak), semua itu

untuk memuliakan keagungan Allah sebagai sarana untuk taqarrub

(mendekatkan diri kepada Allah SWT).

2. Macam-macam Dzikir

1. Dzikir Jahar (Ucapan Jelas)

Dzikir jahar dilakukan untuk lebih mempengaruhi hati, dengan

lebih mengeraskan suara di dalam dzikir, akan lebih mudah meluluhkan

hati yang kadang-kadang keras seperti batu. Batu saja masih ada yang

dapat mengeluarkan air, sedangkan hati apabila sudah tertutup, maka

tidak akan lagi terbuka hati itu. Oleh karena itu, dengan dzikir yang keras

serta dilakukan dengan sepenuh harapan dan khusyuan diharapkan bisa

meluluhkan hati yang keras tersebut. Mir Valiuddin mengatakan :

“Bahwa Dzikir yang keras ini akan membuat kalbu menjadi panas dan

bila dilakukan dengan kontinyuakan melahirkan cinta kepada Allah”.7

Sedangkan menurut Al-Ghazali dalam bukunya “Rahasia Dzikir

dan Do’a” ia juga mengatakan bahwa pada awal seseorang melakukan

dzikir terlebih dahulu harus memaksakan diri agar dapat memalingkan

7

Mir Valiuddin, Dzikir dan Kontemplasi Dalam Tasawuf, (Bandung: Pustaka Hidayah,

(29)

hati dan pikiran dari perasaan was-was (bimbang dan ragu) lalu

menunjukkan kepada Allah SWT. Apabila berhasil melakukan secara

kontinyu, maka akan merasakan kedekatan kepada Allah di dalam jiwa

dan tertanamlah pula dalam hati perasaan cinta kepadanya.8

2. Dzikir Khofi (Dzikir Jiwa)

K.H.A. Shohibul Wafa di dalam bukunya “Miftahus Shudur”,

mengatakan : “Dzikir jiwa ialah dzikir yang bersifat batiniah, yang

demikian itu dilakukan dengan isbat (reception), tidak dengan nafi,

lafadz ismu dzat.

Tentang dzikir jiwa ini, Gazur i-Ilahi mengatakan, “Katupkan

bibirmu, pincingkan matamu, sumbat telingamu, bila kau tidak

merasakan sirr dari Tuhanmu, maka tertawakanlah kami”. Dari

keterangan di atas dzikir jiwa tidak diucapkan dengan lisan tetapi cukup

dengan hati, bahkan hanya dengan diam dan di dalam hati tidak

tergambar lagi bentuk kataitu, tetapi yang tertinggal hanya arti yang

abstrak dari kata Allah yang selalu hadir.

Dzikir jiwa ini mempunyai beberapa tahap: yang pertama, dengan

alat yang disebut “Qalbi”. Dengan pembiasaan dzikir yang tempatnya di

dada kiri sebelah bawah, setelah dzikir terasa di tempat itu maka akan

terasa getaran yang kuat.

Prof. Dr. Harun Nasution dalam bukunya “Falsafat dan Mistisisme

Dalam Islam” mengatakan: bahwa qalb tidak sama dengan jantung atau

8

Al-Ghazali, Asrar Al-Dzikir wa ad-Da’awat, terjemahan : Muhammad al-Baqir

(30)

heart karena, qalb selain dari alat untuk merasa juga alat untuk berpikir.

Perbedaan dengan akal ialah bahwa akal tidak bisa memperoleh

pengetahuan yang sebenarnya tentang Tuhan. sedangkan qalb bisa

mengetahui hakekat dari segala yang ada, jika dilimpahi cahaya Tuhan

bisa mengetahui rahasia-rahasia Tuhan.

Dan Qalbu ini juga sebagai alat untuk dapat mengetahui sifat-sifat

Tuhan. Kedua, dengan alat yang disebut “ruh” dengan pembiasaan dzikir

yang tempatnya di dada kanan sebelah bawah. Ruh ini lebih halus dari

pada qalbu dan sebagai alat untuk dapat mencintai Tuhan. Ketiga,

dengan alat yang disebut “sirr” yang tempatnya penanaman dzikir di

dada kiri atas. Sirr lebih halus dari pada ruh dan sebagai alat untuk dapat

melihat Tuhan, sirr timbul dan dapat menerima illuminasi dari Allah

kalau qalbu dan ruh telah suci sesuci-sucinya.

Keempat, dengan alat yang disebut “khofi” dengan penempatan

dzikir pada dada kanan sebelah atas. Kelima, dengan alat yang disebut

“akhfa” dengan penempatan dzikir tepat ditengah-tengah dada. Keenam,

dzikir ditempatkan diantara mata dan kening. Ketujuh, ditempatkan pada

seluruh badan dan tentu saja hal ini terjadi setelah menyeluruhnya dzikir

ke setiap anggota badan dan menembus ke seluruh sel-sel tubuhnya,

maka akan terasalah getaran rasa yang lemas dan akan menyelusup serta

menyebarnya dzikir ke seluruh anggota badan. 9

9

Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme Dalam Islam, (Jakarta : Bulan Bintang,

(31)

Sedangkan mengenai faedah yang diperoleh dalam melaksanakan

dzikir khofi (jiwa) ini menurut Prof. Dr. H. Ahmad Husain Asdie dalam

pidato ilmiah pengukuhan guru besar atas dirinya pada Fakultas

Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, mengatakan : “Dzikir

jiwa merupakan cara olah batin yang paling efektif untuk menyembuhkan

stres dan penyakit psikosomatik”. Lebih lanjut ia mengatakan,”ada

pasien yang mengatakan sudah dirawat dokter bertahun-tahun bahkan

telah divonis tidak akan sembuh, tetapi setelah saya sarankan untuk

melakukan dzikir jiwa ternyata baru satu bulan sudah sembuh”.10

3. Tujuan Berdzikir

Adapun tujuan berdzikir adalah mensucikan jiwa dan

membersihkan hati serta membangunkan nurani. Hal inilah yang

ditujukan oleh Al-Qur’an dengan ayat yang menyatakan bahwa

dirikanlah sholat, karena sholat itu mencegah perbuatan yang keji dan

munkar dan berdzikir kepada Allah itu lebih utama.

Firman Allah SWT :









               





Artinya: “Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab

(Al Quran) dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah

10

Ahmad Husain Asdie, Dzikir Paling Efektif Sembuhkan Stres dan Psikosomatik,

(32)

(sholat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

4. Makna dan Manfaat Dzikir

Makna dzikir dan do’a mempunyai makna yang sangat besar bagi

seorang pasien, dzikir dan do’a pun lebih kuat dan dapat melawan semua

cobaan dan masalah yang kecil maupun yang besar sealipun. Pada

dasarnya pengobatan itu terdiri dari dua bagian yaitu pencegahan dan

penyembuhan, islam sangat memperhatikan kedua prinsip ini terutama

dalam penyembuhan hati dan jiwa serta pencegahan penyakit dan

penjagaan dari kerusakan.

Bahkan orang islam yang tidak berdzikir dan berdo’a kepada Allah,

maka kehidupannya berada dalam kesempitan. di hari kiamat

dibangkitkan dalam keadaan buta, mudah terjerumus ke jurang

kehancuran, berteman dengan syaitan serta gampang tergoda oleh

keindahan dunia sehingga jiwanya tidak tenang dan gampang terkena

stres dan penyakit-penyakit jiwa lainnya.

Allah SWT berfirman dalam surat Thaha ayat 124 :





    
(33)

Hal ini ditegaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 152 :









Artinya: “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat

(pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.

Sedangkan manfaat dzikir (do’a) sangat besar bagi orang yang

selalu membacanya apalagi orang yang sedang sakit baik jasmani

maupun rohani ketika sedang tertimpa musibah. Yaitu sebagai berikut :

1. Dapat menenangkan jiwa dan hati seseorang

2. Dapat menghapus dosa-dosa yang dilakukan oleh seorang hamba

3. Dapat melindungi diri dan melepaskan diri dari kesulitan

4. Dapat memberikan kekuatan pada jiwa orang yang membacanya

5. Dzikir dan do’a mengandung unsur psikoterapi yang mendalam bagi

pasien

6. Dzikir dan do’a dapat dijadikan senjata yang mendatangkan

kemenangan bagi orang-orang yang didzalimi.11

Jadi, jelaslah betapa banyak manfaat berdzikir dan betapa dahsyat

serta hebatnya dzikir itu.

5. Tata Cara Berdzikir

Telah dikatakan di atas, berdzikir dapat dilakukan dengan

menyebut nama atau sifat Allah SWT, dapat juga dengan hanya

11

Syaikh Mushthafa Masyhur, Fiqih Dakwah, penerjemah: Abu Ridho, dkk, kata

(34)

mengingat dan mengenangkannya dalam hati. Sebagaimana telah

dikatakan oleh Hasbi Asshiddiqi: “Dzikir itu boleh dilakukan dengan hati

ataupun dengan lisan dan hati. Sedangkan lidah itu menyebut dan hati itu

mengingat serta mengenangkan akan apa yang disebut lisan.

Jadi yang penting dalam berdzikir adalah penghayatan makna dari

apa yang diucapkan. Berdzikir dengan hanya menyebut tanpa

memikirkan dan memahami apa yang diucapkan, tidak ada gunanya.

Oleh karena itu dalam berdzikir ada tata cara tertibnya. Menurut Hasbi

Asshiddiqi, tata tertib dalam berdzikir dapat dibedakan menjadi adab

yang dzahir dan yang batin.

a. Adab-adab dzikir yang dzahir

Yang dimaksud dengan adab yang dzahir adalah :

- Berkelakuan yang sebaik-baiknya dalam berdzikir. Jika seseorang

duduk, hendaklah ia menghadap kiblat dengan sikap khusyu’,

berserahkan diri kepada Allah, dan menundukkan kepala.

- Tempat berdzikir suci atau bersih, terlepas dari segala apa yang

membimbangkan perasaan.

- Membersihkan mulut sebelum berdzikir.

b. Adab-adab yang bathin

Apabila seseorang hendak berdzikir, hendaklah ia menghadirkan

hatinya, yaitu mengingat makna dzikir di kala lidah menyebut.12

12

Hasbi Asshiddiqi, Pedoman Dzikir dan Do’a, (Jakarta : Bulan Bintang, 1982), Cet

(35)

Sedangkan menurut penglihatan saya ketempat Majelis Dzikir

As-Samawaat Al-Maliki juga mempunyai adab-adab yang harus dilakukan

diantaranya sebagai berikut:

- Bersuci terlebih dahulu, dan berwudhu.

- Dipanggil sesuai urutannya

- Berkelakuan yang sebaik-baiknya dalam berdzikir. Jika seseorang

duduk, hendaklah ia menghadap kiblat dengan sikap khusyu’,

berserahkan diri kepada Allah, dan menundukkan kepala.

- Dan tempat berdzikir suci atau bersih, terlepas dari segala apa yang

membimbangkan perasaan.

Sedangkan di dalam Dzikir dan Do’a ada beberapa etika yang harus

taati agar dikabulkan oleh Allah SWT dan agar dapat mengambil manfaat

darinya. Diantara etika tersebut adalah: khusyu’ dalam berdzikir maupun

berdo’a kepada Allah SWT dengan mengucapkan pujian dan sanjungan

kepada Allah serta shalawat kepada Rasulullah SAW, tidak mengeraskan

suara saat berdo’a atau berdzikir, mengulanginya sebanyak tiga kali,

memilih do’a-do’a pendek tetapi maknanya luas mencakup segala

kebaikan, yakin akan dikabulkan, tidak tergesa-gesa, tidak berdo’a buruk

untuk diri sendiri, serta mulai dengan berdo’a untuk diri sendiri baru

untuk orang lain.13

Barang siapa yang mentaati adab atau etika berdo’a dan dzikir

tersebut, maka dengan izin Allah SWT ia akan merasakan kenikmatan

13

Syaikh Mushthafa Masyhur, Fiqih Dakwah, penerjemah: Abu Ridho, dkk, kata

(36)

dalam hatinya, hatinya bercahaya, ruhnya bersinar, dadanya lapang, dan

mendapat limpahan karunia dari Allah SWT.

C. TERAPI DAN TERAPIS

1. Pengertian Terapi dan Terapis

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terapi diartikan sebagai

usaha memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan

penyakit dan perawatan penyakit.14

Sedangkan dalam Kamus Lengkap Psikologi dikatakan bahwa

terapi, yang dalam bahasa inggrisnya adalah therapy, merupakan suatu

bentuk perlakuan dan pengobatan, yang ditujukan kepada penyembuhan

suatu kondisi yang menyimpang (patologis) pada diri seseorang.15

Menurut M.A Subandi mengatakan bahwa terapi merupakan proses

formal interaksi antara dua pihak atau lebih, yang satu adalah

professional penolong (terapis) dan yang lain adalah petolong (orang

yang ditolong) dengan catatan bahwa intraksi itu menuju pada perubahan

atau penyembuhan, perubahan itu dapat berupa perubahan rasa, piker,

prilaku, dan kebiasaan yang ditimbulkan dengan adanya tindakan

professional (terapis) dengan latar ilmu prilaku dan teknik-teknik usaha

yang dikembangkan”.16

14

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1986), Cet.

Ke-1, h. 649

15

J.P.Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, Penerjemah: Kartini Kartono, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2006), Ed. I, h. 507.

16

(37)

Seorang terapis yang terampil seperti seorang pewawancara yang

terampil, seharusnya peka terhadap isyarat-isyarat nonverbal dari pesien

dan peka terhadap gerak isyarat yang mungkin menunjukkan

perasaan-perasaan atau konflik-konflik yang mendasar.

Terapis juga harus menyampaikan empati melalui kata-kata dan

juga gerak isyarat nonverbal, seperti mengadakan kontak mata dan

bersandar kedepan (kursi) untuk menunjukkan perhatian terhadap apa

yang dikatakan pasien.17

Adapun dalam tatanan bahasa Arab istilah terapi sepadan dengan

kata اﺀﻓﺸﺗﺴﻻا Diambil dari akar kata - اﻓﺸ ﻰﻓﺸﻳ ﻰﻓﺸ yang artinya

menyembuhkan.18 Seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an sebagai

berikut:















    



Artinya : “wahai manusia sesungguhnya telah dating kepadamu

pelajaran dari tuhanmu dan penyembuh untuk penyakit yang ada didalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang

beriman (percaya dan yakin)”. (QS. Yunus : 10 : 57)

17

Yustinus Semiun, Kesehatan Mental 3 (Yogjakarta : Kanisius, 2006). Cet. Ke-1 h.

337-338

18

Ahmad Warson Munawir, Kamus Arab Indonesia Al Munawir, (Surabaya: Pustaka

(38)





















Artinya : “dan kami turunkan dari Al-Qur’an sesuatu (yang dapat

menjadi) penyembuh dari rahmat bagi orang-orang yang beriman (percaya dan yakin), dan Al-Qur’an itu tidak akan menambah kepada orang yang berbuat aniaya melainkan kerugian”. (QS. Al-Isra: 17: 82)

Dari beberapa pengertian terapi di atas maka penulis menarik

kesimpulan bahwa terapi adalah proses pengobatan atau penyembuhan

suatu penyakit yang dilakukan oleh seorang ahli atau terapi penyakit

fisik, psikologis, spiritual maupun moral yang dilakukan oleh seorang

yang bertindak sebagai terapis dengan latar belakang ilmu

pengetahuannya, teknik serta usaha yang di kembangkannya dengan

tujuan menyembuhkan, mengembalikan, menenangkan, dan

mengembangkan kondisi yang diterapi (pasien) agar kondisi fisik atau

psikisnya berada dalam kondisi sehat.

2. Macam-macam Terapi

Menurut Muhammad Abdul Al-Aziz Al Kahalidi yang dikutip oleh

Abdul Mujib membagi obat (syifa) dengan dua bagian,” yang pertama

obat bissi, yaitu obat yang dapat menyembuhkan penyakit fisik, seperti

berobat dengan air, madu, buah-buahan yang disebutkan dalam

(39)

penyakit ruh dan kalbu manusia, seperti do’a-do’a dan isi kandungan Al

-Qur’an”.19

Jadi terapi secara garis besar terbagi menjadi dua macam ada yang

memang terapi ditujukan untuk penyembuhan dengan menyentuh aspek

fisik seperti terapi pijat refleksi, terapi akupuntur, terapi psikoparmaka

yaitu dengan obat-obatan atau terapi dengan menggunakan bantuan

binatang seperti lebah, lumba-lumba, lintah, dan lain-lain. Dan satu lagi

terapi yang ditujukan untuk aspek psikis atau mental yaitu psikoterapi.

Adapun mengenai macam-macam terapi yang di tujukan untuk

menyentuh aspek mental ini dalam buku konseling terapi Dr. Musfir Bin

Said Az-Zahrani, menuliskan ada dua macam terapi mental yang

semuanya itu bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunah (Hadits) yaitu:20

Pertama, terapi mental dengan keimanan dan rasa aman, dalam

Al-Qur’an telah digambarkan secara gamblang bagaimana iman kepada

Allah bisa mendatangkan rasa aman dan ketenangan dalam diri orang

yang beriman. Dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman:















Artinya: “orang-orang yang beriman dan tidak mencampur

adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat

petunjuk.” (QS. Al-An’am 06:82)

19

Abdul Mujib dan Jusuf Mudzoikir, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, (Jakarta : PT.

Raja Grafindo Persada, 2002), Cet Ke-2, h. 209.

20

Musfir Bin Said Az-Zahrani, Konseling Terapi. Penerjemah Sari Nurlita, (Depok :

(40)

Kedua, adalah terapi mental dengan ibadah, sesungguhnya

menunaikan ibadah yang telah diwajibkan kepada manusia itu

mengandung unsur terapi, seperti: terapi dengan sholat, terapi dengan

zakat dan sedekah, terapi dengan puasa, terapi dengan haji, terapi dengan

kesabaran, dan masih banyak lagi terapi lainnya.

Itulah macam-macam terapi mental yang bersumber dari Al-Qur’an

dan sunah (Hadits) dengan melaksanakan ibadah yang telah

diperintahkan kepada umat muslim.

3. Pendekatan-pendekatan Dalam Terapi

Pendekatan adalah sebuah cara yang telah diatur dan dipikir

baik-baik untuk mencapai satu maksud”21

sebagaimana dijelaskan diatas

bahwa banyak sekali macam-macam terapi, ada terapi yang menyentuh

aspek fisik dan yang menyentuh aspek psikis yaitu psikoterapi.

Adapun pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam psikoterapi

diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Pendekatan terapi Psikoanalitik

Psikoanalitik beranggapan bahwa di dalam individu terdapat

kekuatan-kekuatan yang saling berlawanan yang menyebabkan

komplik internal tidak terhindarkan, komplik yang tidak disadari itu

mempunyai pengaruh yang kuat pada perkembangan kepribadian

individu, sehingga menimbulkan stres dalam kehidupannya.22

21

Pengertian Pendekatan Dalam Pendidikan, “Artikel diacces Pada 14 juni 2012” dari

htt:/www. Kumpulan Artikel Pendidikan.Com.

22

Abdul Mujib dan Jusuf Mudzoikir, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, (Jakarta : PT.

(41)

b. Pendekatan terapi Behaviorristik (tingkah laku)

Terapi ini merupakan pendekatan aplikasi sistematis dari

prinsip-prinsip belajar untuk menangani gangguan psikologis. Karena

fokusnya pada perubahan prilaku bukan perubahan kepribadian atau

menggali masa lalu secara mendalam, terapi perilaku berlangsung

singkat yang umumnya dari berapa minggu sampai beberapa bulan.23

Dalam pendekatan ini ada beberapa teknik antara lain: desentisasi

sistematik, floding, penguatan sistematik, pemodelan dan pengulangan

perilaku yang pantas. Desentitasi sistematika, dipandang sebagai proses

deconditioning atau countercontioning, prosedurnya adalah memasukkan

suatu respons yang bertentangan dengan kecemasan, seperti rilek,

individu belajar untuk rilek dalam situasi yang sebelumnya menimbulkan

kecemasan. Floding adalah prosedur terapi prilaku dimana orang yang

ketakutan memeparkan dirinya sendiri dengan apa yang membuatnya

takut secara nyata atau khayal, untuk priode waktu yang cukup panjang

tanpa kesempatan meloloskan diri.24

c. Pendekatan terapi Client centered

Terapi terpusat pada klien dikembangkan oleh Carl Ransom

Rogers pada tahun 1942. Menurut Roger, tidak ada perbedaan antara

konseling dan psikoterapi.25

23

Juffrey, dkk, Psikologi Abnormal, Penerjemah : Tim Fakultas Psikologi Universitas

Indonesia, (Jakarta : Erlangga, 2005), h.108.

24

Coory, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, h. 92. 25

Sofyan Willis, konseling individual Teori dan Praktek, (Bandung: CV. Alfabeta,

(42)

Dan terapi ini sering juga disebut dengan terapi non-direktif,

yaitu terapi yang dilakukan dengan jalan berdialog antarta konselor

denan klien/pasiennya, agar tercapai gambaran yang serasi antara

ideal self (pemahaman diri yang ideal) dengan aktual self

(pemahaman diri sesuai dengan kenyataan sebenarnya).

d. Pendekatan terapi Realitas (Rational Emotive)

Terapi ini dikembangkan oleh Albert Ellis yang lahir di Saint

Pittersburg, Pnsylvania tahun 1913. Sebagai seorang pakar psikologi

klinis ia memulai karirnya di bidang konseling perkawinan, keluarga

dan seks. Terapi bermula dari ketidak puasannya terhadap praktik

konseling tradisional yang dinilai kurang efisien, khususnya

psikoanalitik yang pernah ia tekuni. Terapi ini berorientasi pada

wilayah kognitif manusia.26

Terapi realitas atau yang lebih sering dikenal dengan Rational

Emotive Therapy (RET), adalah jenis terapi yang memandang bahwa

manusia adalah subjek yang sadar akan dirinya dan sadar akan

objek-objek yang dihadapinya. Manusia adalah makhluk yang berbuat dan

berkembang serta merupakan satu kesatuan yang berarti manusia itu

bebas berfikir, bernafsu dan berkehendak.27

Menurut pemahaman ini, bukanlah pengalaman atau peristiwa

eksternal yang menimbulkan emosional, akan tetapi tergantung pada

26

Rosjidan, Modul Pendekatan-pendekatan dalam konseling, (Malang: IKIP Malang,

1994), h. 5-6.

27

Sofyan Willis, konseling individual Teori dan Praktek, (Bandung: CV. Alfabeta,

(43)

pengertian yang diberikan atas peristiwa atau pengalaman itu.

Gangguan emosi terjadi disebabkan oleh pikiran-pikiran seseorang

yang irasional terhadap peristiwa dan pengalaman yang dilaluinya

dalam hidup.28

Sedangkan menurut Albert Ellis, orang yang mengembangkan

teori RET ini bahwa, pikiran mempengaruhi emosi dan sebaliknya

emosi mempengaruhi pikiran. Pikiran seseorang dapat menjadi

emosinya, dan emosi dalam keadaan tertentu dapat berubah menjadi

pikirannya.

Adapun tujuan dari terapi ini adalah untuk memperbaiki dan

merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan

klien yang irasional menjadi rasional, sehingga yang bersangkutan

dapat mengembangkan dan merealisasi (penyadaran) diri yang

optimal. Dan untuk dapat menghilangkan gangguan emosional yang

mengakibatkan kerusakan pada diri. Seperti: benci, takut, bersalah,

cemas, was-was, dan lain sebagainya.29

e. Terapi Gestalt

Terapi ini memandang bahwa manusia/individu itu selalu aktif

sebagai keseluruhan dan bukan bagian-bagian (partial) atau

organ-organ semata. Individu yang sehat adalah individu yang seimbang

28

Sofyan Willis, konseling individual Teori dan Praktek, (Bandung: CV. Alfabeta,

2004), Cet. Ke-2, h. 75.

29

Sofyan Willis, Konseling individual Teori dan Praktek, (Bandung: CV. Alfabeta,

(44)

antara keberadaan sosial dan biologis merupakan konsep dasar terapi

gestalt.30

Pertentangan antara keberadaan sosial dan keberadaan biologis

dapat diindikasikan dengan adanya sikap manusia yang mencoba

untuk menyatakan apa yang seharusnya dari pada apa yang

sebenarnya, menurut Perls, neurosis adalah akibat dari gagal dan

bingungnya individu dalam melihat kebenaran.31 Tujuan terapi ini

adalah untuk membantu klien menjadi individu yang merdeka dan

berdiri sendiri.

Selain itu menurut Dr. Muhammad Solihin, ada tiga buah terapi

lagi selain kelima terapi di atas, yaitu:

1. Terapi Relaksasi

Jenis ini diberikan kepada orang yang mudah disugesti. Terapi

model ini umumnya dilakukan oleh seorang terapis yang ahli dalam

bidang hipnotis. Dengan terapi sugesti ini klien diarahkan untuk dapat

melakukan relaksasi.

2. Terapi Keagamaan

Terapi ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan

keagamaan seperti menggunakan ayat-ayat suci Al-Qur’an, Hadits

Nabi dan pemikiran-pemikiran keislaman yang secara implisit

mengandung terapi. Adapula yang menggunakan Dzikir dan Do’a

-do’a tertentu yang pada intinya memohon kepada Allah agar diberi

30

Sofyan Willis, Konseling individual Teori dan Praktek, (Bandung: CV. Alfabeta,

2004), Cet. Ke-2 h. 66

31

(45)

ketenangan hati. Dengan terapi jenis ini diharapkan seseorang dapat

terbatas dari rasa cemas, tegang, depresi, dan lain sebagainya.

3. Terapi Holistik

Terapi ini mencakup keseluruhan aspek manusia, dalam artian

bahwa terapi ini dilakukan tidak hanya melalui obat-obatan semata

atau hanya ditujukan pada aspek-aspek kejiwaan akan tetapi

mencakup aspek-aspek lain seperti organobilogy, psikologi,

psikososial, psikoritual dan lain sebagainya. Sehingga klien dapat

diobati secara menyeluruh.

Yang pada intinya terapi holistik ini adalah bentuk terapi yang

memandang keseluruhan aspek pada klien.32

D. Stres

1. Pengertian Stres

Secara umum stres adalah suatu keadaan atau situasi yang

dimaknakan dengan memiliki bobot yang sifatnya “menekan”, stres

merupakan akibat dari adanya gangguan baik dari kejadian eksternal

maupun internal. Stres yang ada belum tentu dimaknakan dengan cara

yang sama oleh setiap orang, Hal ini tergantung dari kepribadiannya

masing-masing serta toleransinya terhadap situasi stres.

32

(46)

Menurut Kaplan stres adalah suatu kondisi ketegangan fisiologis

maupun psikologis yang disebabkan oleh tuntutan dari lingkungan yang

dipandang individu sebagai sesuatu yang mengancam.

Menurut Hans Selye stres adalah respon spesifik dari tubuh

terhadap setiap tuntutan. Sedangkan Morgan sendiri mengatakan bahwa

stres adalah suatu keadaan internal yang dapat disebabkan karena

tuntutan fisik, lingkungan, situasi sosial terhadap tubuh yang dianggap

sebagai ancaman.33

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, stres didefinisikan sebagai

gangguan atau kekacauan mental dan emosional.34

Kesimpulan yang dapat diambil dari definisi-definisi di atas, stres

adalah reaksi jiwa dan raga terhadap suatu rangsangan penyebab stres

yang mengakibatkan tubuh harus menyesuaikan diri, mengadakan

perubahan, atau penyesuaian kembali. Stres akan mempengaruhi fungsi

tubuh, karena itu tidak mustahil seseorang yang menderita stres cukup

lama akan mengakibatkan timbulnya reaksi yang kompleks.

2. Pandangan Islam Tentang Stres

Stres merupakan hal yang melekat dalam kehidupan manusia.

Siapa saja dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda

dan dalam jangka panjang pendek yang tidak sama, pernah atau tidak

akan mengalaminya. Tidak seorangpun bisa terlepas dari stres.

33

Suwondo S, Stres dan Pengelolaannya, makalah untuk Dinas Kesehatan Pertamina

dalam rangka Griya Sehat, 1992, h. 10

34

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta :Balai Pustaka, 1988), Cet.

(47)

Demikian juga menurut Al-Qur’an bahwa “manusia sesungguhnya

diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir dan apabila ia mendapat

kesusahan ia berkeluh kesah”. Apalagi bagi orang yang menghayati

kehidupan ini dengan hanya konsep duniawi saja, maka ia akan

cenderung dipengaruhi oleh emosi negatif. Seperti ia akan mengalami

banyak kesedihan, frustasi, penyesalan diri, menyalahkan orang lain,

menjadikan hidupnya tidak bermakna lagi yang akhirnya menghambat

aktivitas dan kreativitas dalam kehidupan sehari-hari.

Demikian pula halnya dengan orang yang mengalami gangguan

ketegangan perasaan (stres), karena kurang menyadari akan realita

kehidupan yang penuh berbagai ujian dan cobaan yang melahirkan suka

dan duka. serta kurang menyadari bahwa hidup didunia ini semata-mata

untuk beribadah kepada Allah SWT dalam pengertian yang luas,

sehingga apabila cobaan dan ujian itu menimpa dalam kehidupan maka

akan merasa kecewa dan sangat putus asa.

Selanjutnya perasaan kecewa dan putus asa yang mengganggu

jiwanya itu dapat berakibat buruk jika tidak segera ditanggulangi, karena

keduanya merupakan faktor-faktor yang menyebabkan seseorang bisa

menjadi frustasi, putus asa, pesimis, dan menjadikan hidup tidak

bergairah lagi bahkan perasaan ingin bunuh diri.

Akan tetapi tidaklah demikian halnya dengan orang-orang yang

(48)

yang terjadi pada dirinya adalah karena Allah SWT yang menghendaki

dan menurunkan cobaan baginya, untuk dipahami benar maknanya.

Zakiah Daradjat dalam majalah Panasea mengatakan bahwa : “obat

stres adalah iman yang kuat dan bertaqwa kepada Tuhan. sebab stres itu

sendiri tidak lain dari akibat perasaan berdosa pada tuhan, karena

melanggar kaidahnya.

Kebutuhan akan makan dan minum, berusaha dipenuhi dengan

yang halal dan baik, juga kebutuhan seks akan dipenuhi sesuai dengan

ketentuan-ketentuan yang telah digariskan. Orang yang benar-benar

beriman tidak akan merasa kehilangan kasih sayang dan benar-benar

merasa aman karena ia merasa ada yang mengasihi dan menyayangi yaitu

Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, merasa dekat dengan Allah

Yang Maha Melindungi. Kemudian rasa harga diri, kebutuhan jiwa

manusia yang jika tidak terpenuhi akan menderita.

Dalam islam dijelaskan bahwa harga diri seseorang tidak

tergantung kepada banyaknya harta, tingginya pangkat atau keturunan

tapi yang menjadi ukuran adalah taqwa.

Hal ini berdasarkan firman Allah dalam surat Al-Hujurat ayat 13













                         
(49)

kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”.

Jadi jelaslah dalam agama islam faktor keimanan mempunyai peran

khusus dan sangat berpengaruh terhadap timbulnya stres serta akibatnya.

Kemudian Zakiyah Daradjat mengatakan bahwa: “Percaya akan adanya

Tuhan dapat menentramkan bathin, karena ada tempat mencurahkan

perasaan kepada Allah merupakan unsur yang terpenting dalam hidup

manusia.”35

Demikianlah bagi orang mukmin dan sabar serta ikhlas, apabila ia

ditimpa kesusahan atau ada masalah justru ia akan mengingat Allah

SWT. karena dengan jalan itulah ia akan memperoleh jalan pemecahan

yang terbaik. Ia tidak merasa mengalam

Gambar

GAMBARAN UMUM MAJELIS DZIKIR AS-SAMAWAAT AL-MALIKI

Referensi

Dokumen terkait

kegiatan arisan kurban. Menurut ibu Suparti selaku ketua majelis taklim Al Mustaqim, dengan adanya majelis taklim di Desa Tirta Makmur khususnya RW 2 masyarakat