Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I.)
Disusun Oleh:
Nurul Fitri
NIM 108052000018
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
ii Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam ( S. Sos. I )
Oleh :
Nurul Fitri
NIM. 108052000018
Di bawah Bimbingan
Drs. H. Mahmud Jalal, MA.
NIP. 19520422 198103 1002
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
iii
SAmawaat Al-Maliki Kembangan Jakarta Barat telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Selasa, 22 Januari 2013. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
Ciputat, 22 Januari 2013
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si Drs.Sugiharto, M.A
NIP. 19690607 199503 2 003 NIP. 19660806 199603 1 001
Anggota
Penguji I Penguji II
Drs. Suparto, MA Drs. Wahidin Saputra, MA
NIP. 19780114 200912 1 002 NIP. 19700903 199603 1 001
Pembimbing
iv Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 28 November 2012
v
PERANAN DZIKIR DALAM TERAPI STRES DI MAJELIS DZIKIR AS-SAMAWAAT AL-MALIKI PURI KEMBANGAN JAKARTA BARAT
Stres merupakan beban psikis atau himpitan kejiwaan seseorang yang menjadikan berat dalam menjalani kehidupan sehari-hari, sehingga kehidupan sehari-hari orang tersebut selalu diliputi emosional atau marah, pikiran tidak stabil, cemas, ketakutan, dan gelisah. Seperti halnya yang mengalami masalah dikeluarganya dari segi pekerjaan, keuangan dan lain sebagainya.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana Peranan Dzikir dalam Terapi Stres kepada pasien. khususnya, pasien di Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki Puri Kembangan Jakarta Barat. Penelitian ini membahas tentang peranan Dzikir dalam Terapi Stres yang terdiri dari atas Harapan pasien untuk sembuh setelah mengikuti Dzikir dalam terapi stres itu sendiri.
Subyek yang diteliti adalah K.H Sa’adih Al-Batawi selaku pimpinan dan pembimbing di Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki, dan 2 orang pasien perempuan yang sudah berkeluarga dan mengikuti pelaksanaan Dzikir untuk Terapi Stres.
Jenis penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian deskriptif, Yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau melukiskan realitas yang ada di Majelis Dzikir As-Samawaat AL-Maliki. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan Observasi (Aktifitas pengamatan secara langsung menggunakan alat indera atau panca indera), wawancara ( percakapan dengan maksud tertentu ), dan dokumentasi (data-data yang diperoleh dari lapangan),
vi
Segala puja dan puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
atas segala karunia dan hidayahnya yang telah dilimpahkan, sehingga penulis
berhasil menyelesaikan skripsi dengan judul : “PERANAN DZIKIR DALAM
TERAPI STRES DI AS-SAMAWAAT AL-MALIKI PURI KEMBANGAN
JAKARTA BARAT” dan dapat diselesaikan dengan baik.
Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada junjungan
Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa manusia ke jalan yang diridhoi
Allah SWT.
Karya tulis ini merupakan skripsi yang diajukan kepada Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Islam Syarif Hidayatullah
Jakarta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Sosial Islam
( S. Sos. I )
Penulis menyadari skripsi ini, tidaklah mungkin dapat terselesaikan tanpa
dukungan dan dorongan berbagai pihak, oleh karena itu penulis menghaturkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
vii bermanfaat bagi penulis.
3. Ibu Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si Ketua Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam yang telah membekali ilmu, pengalaman dan
motivasinya kepada penulis.
4. Bapak Drs. Sugiharto, M.A, Sekretaris Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam.
5. Para Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah
banyak memberikan bantuan keilmuan bagi penulis, hingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh pegawai perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah baik Utama maupun Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah membantu penulis dalam menyediakan buku-buku
yang penulis butuhkan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki, khususnya kepada bapak KH.
Sa’adi Al-Batawi dan para Pengikut-pengikutnya yang tidak bisa penulis
sebutkan nama satu-persatu, serta para pasien Ibu-ibu yang saya jadikan
sampel 2 responden Pasien yang telah berpartisipasi dalam penelitian
viii
Serta sanak keluarga lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu-
persatu, yang telah memberikan dukungannya baik moril dan materil
dengan segenap hati yang tulus dan ikhlas, hingga penulisan skripsi ini
dapat terselesaikan.
9. Kepada teman-teman seperjuangan yang selalu membantu dan
memberikan nasihat serta masukan kepada penulis diantaranya : Rizal
Muttaqin, Muhammad Kurniawan, Syarifah Amini, Firda Yunita, Siti
NurJanah, Penti Hasibuan, Siti Indah Lucanti, Hapipah, Neta Andini, Siti
Seirly Maulidi, N3S (Nurlillah,Nurul Fitri,Nurmayanti,Siti Ayu), dan
teman-teman lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu namun
tetap kontribusi mereka akan selalu penulis kenang dan hanya untaian
do’alah yang dapat penulis haturkan kepada mereka agar segala yang telah
mereka lakukan diberikan ganjaran pahala yang berlipat ganda dari Allah
SWT.
10.Para Guru-guru TKA/TPA Al-Amien serta murid-murid yang telah
mendukung dan mendo’akan penulis sehingga skripsi ini dapat
ix
Akhirnya penulis hanya dapat berharap dan memohon kepada Allah SWT,
semoga apa yang telah dilakukan menjadi amal shaleh dan mendapat ganjaran
pahala yang berlipat ganda. Dan semoga penulis dapat bertambah wawasan.
Amin Yaa Robbal Alamin
Jakarta, 22 Januari 2013
x
HALAMAN PERNYATAAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... i
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
D. Tinjauan Pustaka ... 6
E. Metodelogi Penelitian ... 7
F. Sistematika Penulisan ... 11
BAB II KERANGKA KONSEP A. Peranan ... 13
B. Dzikir ... 15
1. Pengertian Dzikir ... 15
2. Macam-macam Dzikir ... 16
3. Tujuan Berdzikir ... 19
4. Makna dan Manfaat Dzikir ... 20
5. Tata Cara Berdzikir ... 22
C. Terapi dan Terapis ... 24
1. Pengertian Terapi dan Terapis ... 24
2. Macam-macam Terapi ... 27
xi
3. Unsur-unsur Stres ... 38
4. Gejala dan Sumber Stres ... 39
5. Tahapan Stres ... 44
E. Dzikir Sebagai Terapi Stres ... 46
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG AS-SAMAWAT DAN PROFIL K.H. SA’ADIH AL-BATAWI A. Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki ... 48
1. Sejarah Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki ... 48
2. Visi, Misi dan Tujuan Majelis Dzikir As-Samawaat ... 49
3. Pasien Majelis Dzikir As-Samawaat ... 51
4. Program Kegiatan Majelis Dzikir As-Samawat ... 52
5. Struktur Organisasi Majelis Dzikir As-Samawat ... 55
B. Profil KH. Sa’adih Al-Batawi ... 56
1. Riwayat Hidup KH. Sa’adih Al-Batawi... 56
2. Latar Belakang Keluarga KH. Sa’adih Al-Batawi ... 59
3. Latar Belakang Pendidikan KH. Sa’adih Al-Batawi ... 60
4. Aktifitas Dakwah KH. Sa’adih Al-Batawi ... 62
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Identifikasi Informan ... 65
1. K.H. Sa’adih Al-Batawi ... 65
xii
3. Waktu Pelaksanaan ... 70
4. Metode Pelaksanaan Terapi Dzikir As-Samawat ... 70
5. Materi yang digunakan Majelis Dzikir As-Samawat ... 73
6. Metode Terapi ... 76
C. Peranan Dzikir Dalam Terapi Stres ... 76
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 81
B. Saran ... 81
DAFTAR PUSTAKA ... 84
1 A. Latar Belakang Masalah
Agama menurut pengertian yang terbatas di lingkungan pemeluk agama
samawi terutama Islam, adalah perwujudan dari petunjuk Allah yang tertuang
dalam bentuk-bentuk kaidah perlindungan yang ditunjukkan kepada umat manusia
agar mereka mampu berusaha dijalan yang benar dalam rangka memperoleh
kebahagiaan dunia akhirat.
Agama menurut penulis menawarkan jalan keluar yang terbaik dalam terapi
stres yaitu melalui pendekatan kepada Allah SWT (Psikoreligius) berupa Dzikir
dan Do’a, Dzikir adalah ibadah yang bisa dilaksanakan setiap detik dan setiap saat
agar manusia selalu ingat dan selalu bersyukur kepada Allah SWT. Sedangkan
do’a adalah memohon atau meminta sesuatu kepada Allah SWT.
Ajaran islam mengandung banyak petunjuk (bimbingan) dalam segala
bidang kehidupan, maka untuk menjaga agar manusia jangan sampai mengalami
penderitaan yang lebih jauh, bimbingan Allah SWT yang terdapat dalam
Al-Qur’an dan sunah Rasul dapat digunakan oleh setiap orang yang memahaminya
dan dapat pula dimanfaatkan oleh para ahli dibidangnya.
Jika diperhatikan dengan seksama, manusia dalam kehidupan sehari-hari
akan terlihat dengan bermacam-macam prilaku, maksudnya adalah ketika
yang gelisah, sering mengeluh, bersedih hati, tidak semangat dan terasa berat
memikul tanggung jawab dalam kehidupannya.
Dalam setiap tahap perkembangan manusia akan menemui permasalahan.
Mulai dari hal-hal kecil maupun yang berat, sehingga dengan adanya masalah
tersebut membuat orang tidak karuan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Stres merupakan beban psikis atau jiwa seseorang yang menjadikan berat
dalam menjalani kehidupan sehari-hari, sehingga di kehidupan sehari-hari orang
tersebut selalu diliputi dengan emosional atau marah, ketakutan, gelisah, sedih,
dan lain sebagainya. Seperti halnya yang mengalami masalah dikeluarganya dari
segi pekerjaan, keuangan dan lain sebagainya.
Sehingga bagi setiap orang yang sedang mengalami stres yang penuh
konflik, kemampuan mengendalikan dirinya berkurang, maka orang tersebut
dituntut supaya mempunyai mental spiritual yang kuat agar tidak goyah dalam
menghadapi cobaan dan ujian dalam situasi kondisi seperti ini.
Firman Allah SWT dalam Al;-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 155
Dalam mengatasi permasalahan tersebut manusia memiliki cara yang
beragam, diantaranya adalah konsultasi dengan para ahli (dokter, dan psikiater)
ada pula yang melakukan kegiatan secara berlebihan, seperti melarikan diri dari
kenyataan hidup melalui minum-minuman keras dan narkoba, bahkan tidak jarang
bagi mereka yang tidak kuat imannya menerjunkan dirinya kedalam aliran
kebathinan yang bathil.
Dengan demikian, nyatalah bahwa rasa tenang dan tentram serta kestabilan
emosi ajaran islam memberikan solusinya melalui berdzikir dalam terapi stres,
karena dengan berdzikir hati menjadi tenang dan tentram. Sebagaimana firman
Allah SWT
Artinya : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram”. (Q.S Ar-Ra’du : 28)
Ayat ini mengandung daya terapi yang potensial bahwa ketenangan hati,
kestabilan emosi akan diperoleh melalui ibadah dengan dzikrullah kepada Allah
SWT. Dzikir bisa dilakukan dengan cara sendirian maupun secara berjama’ah,
banyak lembaga-lembaga yang menyelenggarakan dzikir bersama untuk
membantu orang-orang yang ingin berdzikir. Salah satunya adalah Majelis Dzikir
As-Samawaat Al-Maliki yang beralamat di Puri Kembangan Jakarta Barat.
Majelis ini mengadakan kegiatan-kegiatan keagamaan, diantaranya
memang ditujukan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang sedang
dihadapi oleh pasien yang membuat stres dalam menghadapinya.
Dan pelaksanaan dzikir dalam terapi disini juga dibantu oleh seorang
pembimbing atau dengan kata lain dengan seorang ahli yang dapat memberikan
sugesti kepada pasien untuk mempelajari dan mengamalkannya dengan benar dan
khusyu’. Sehingga pengaruh Dzikir tersebut dapat dirasakan sebagai psikoterapi
untuk menghilangkan Stres yang tentunya akan mendatangkan ketenangan dan
ketentraman hati, jiwa, dan pikiran pasien.
Untuk mengetahui bagaimana Peranan Dzikir dalam terapi stres yang
diselenggarakan oleh Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki, maka disini penulis
bermaksud menuangkannya dalam sebuah karya ilmiah dengan mengambil judul :
Peranan Dzikir dalam Terapi Stres di Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki Puri
Kembangan Jakarta Barat.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Dari latar belakang di atas maka penulis membatasi permasalahan
yang akan dibahas dalam skripsi ini yaitu :
a.Bagaimana pembimbing melakukan Dzikir dalam Terapi Stres.
b. Lafadz Dzikir yang digunakan di Majelis Dzikir As-Samawaat
Al-Maliki seperti apa.
c. Subyek penderita stresnya 2 orang pasien perempuan yang telah lama
2. Perumusan Masalah
Masalah yang penulis rumuskan dalam skripsi ini adalah sebagai
berikut :
Bagaimanakah Peranan Dzikir Dalam Terapi Stres di Majelis Dzikir
As-Samawaat Al-Maliki Puri Kembangan Jakarta Barat?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah
sebagai berikut :
Untuk mengetahui Peranan Dzikir dalam terapi stres di Majelis Dzikir
As-Samawaat Al-Maliki.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis : dengan penelitian ini akan dapat memberikan
pengetahuan dalam pengembangan Ilmu Kesehatan.
b. Manfaat Praktis : dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan
wawasan berbagai kalangan, seperti kesehatan dan dakwahnya.
D. Tinjauan Pustaka
Pembahasan tentang dzikir pernah dibahas pada penelitian
sebelumnya, diantaranya : skripsi yang ditulis oleh Ai Rahmi Nursobah
mahasiswa jurusan Bpi ( bimbingan dan penyuluhan islam ) dengan nomor
“Pengaruh Dzikir Terhadap Kesehatan Mental Jamaah Pondok Pesantren
As-saafiiyah cibaregbeg, cibubur, cianjur”.
Didalam skripsi ini telah dijelaskan bagaimana pengaruh Dzikir
terhadap pasien dilihat dari unsur pribadi, dan ternyata Dzikir ini mengena
dihati masyarakat islam kota. Sebagai akibat dari penyakit psikis kehidupan
kota yang matrealistis dan penuh persaingan tapi kering nilai-nilai agama,
mendorong masyarakat kota untuk mencari spiritualitas.
Penelitian lain yang membahas tentang dzikir adalah skripsi karya
Tini Aulawiyah Komba dengan NIM 104052002000, mahasiswa jurusan
bimbingan dan penyuluhan islam, dengan judul “Pengaruh Pelaksanaan
Dzikir Syifa terhadap kesehatan mental korban pecandu Narkotika,
Psikotropika, dan zat adiktif (NAPZA) di yayasan Nurus Syifa “kelapa dua
Jakarta barat”.
Adapun yang membedakan penelitian skripsi penulis dengan
penelitian sebelumnya adalah subjek dan objek penelitiannya. Yang menjadi
subjek dalam penelitian ini adalah pembimbing dan pasien di Majelis Dzikir
As-Samawaat Al-Maliki Puri Kembangan Jakarta Barat: serta yang menjadi
objek penelitian ini adalah Peranan Dzikir dalam Terapi Stres di
As-Samawaat Al-Maliki Puri Indah Kembangan Jakarta Barat. Hal tersebut
dikarenakan penulis merasa perlu dilakukan suatu pengkajian dan penelitian
mengenai bentuk Dzikir lain yang memiliki nuansa yang berbeda dalam
Di tempat Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki tidak di pungut
biaya dari setiap pasien yang datang dan tidak ada yang membeda-bedakan
pasien dari kalangan atas maupun dari kalangan bawah, justru di majelis
dzikir ini selalu memberikan uang kepada pasien yang tidak mampu atau
yang tidak berkecukupan.
E. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan bagian yang sangat penting karena
sangat menentukan sukses atau tidaknya suatu penelitian. Metode penelitian
adalah cara yang digunakan untuk mengumpulkan data di dalam penelitian.
Adapun bentuk penelitian ini adalah penelitian lapangan (field Research)
yaitu merupakan penelitian langsung dengan datang langsung ke Majelis
Dzikir As-Samawaat Al-Maliki untuk memperoleh data dalam penelitian
ini.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan Kualitatif.
Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Lexy. J. Moleong,
pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku
yang diamati.1
1
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : PT Remaja
2. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah K.H.
Sa’adih Al-Batawi selaku pimpinan, pembimbing, dan 2 orang pasien
perempuan yang telah lama mengikuti pelaksanaan dzikir dalam terapi
stres di Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki Puri Kembangan Jakarta
Barat.
Alasan saya memilih pasien perempuan karena dilihat dari lebih
lamanya menjadi pasien di Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki Puri
Kembangan Jakarta Barat. Penulis melihat lamanya menjadi pasien itu
dari lebih seringnya mengikuti Dzikir kurang lebih 4x setiap pertemuan.
b. Objek Penelitian
Yang menjadi objek penelitian adalah Peranan Dzikir dalam Terapi
Stres itu sendiri.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini bertempat di jl Puri Indah Kembangan Jakarta
Barat, adapun waktu pelaksanaan dalam penelitian yaitu pada Tanggal 16
Juli 2012 sampai dengan Tanggal 6 Desember 2012.
4. Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan permasalahan penelitian dan data-data yang dibutuhkan,
a. Observasi
Observasi yaitu kunjungan langsung ketempat penelitian serta
mengamati pasien dan cara-cara pengobatannya dengan menggunakan
alat indera.2 Dalam penelitian ini, penulis melakukan dengan cara
datang langsung ke Majelis Dzikir As-samawaat Al-Maliki di Puri
kembangan Jakarta Barat untuk memperoleh informasi sehingga data
penelitian didapatkan, mengikuti kegiatan Dzikir dalam Terapi Stres
selama satu minggu 4x yang dilakukan di Majelis Dzikir
As-Samawaat Al-Maliki
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara
(interviwer) yang mengajukan pertannyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu
Wawancara ditujukan pada K.H. Sa’adih Al-Batawi dan dengan 2
orang ibu-ibu yang sudah lama menjadi pasien, dan telah mengikuti
Dzikir dalam terapi stres yang ada di Majelis Dzikir As-samawaat
Al-Maliki. untuk memperkuat dan perlengkap data pada penelitian ini,
Wawancara dilakukan secara langsung.
2
Suharsimisi Arikunto, prosedur penelitian suatu pendekatan praktek (Jakarta : PT.
c. Dokumentasi
Data-data yang diperoleh dari lapangan yaitu dengan jalan
mengambil bahan-bahan yang berasal dari data-data mengenai
masalah-masalah yang ada, dan foto-foto semua kegiatan di Majelis
Dzikir As-Samawaat Al-Maliki, dan dokumentasi lainnya.
5. Teknik Analisa Data
Yang dimaksud dengan tekni analisa data adalah suatu proses
penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan
diinterprestasikan.3 Menurut Bogdan & Biklen yang dikutif oleh Lexy
J.Moleong mengemukakan bahwa teknik analisa data kualitatif adalah
upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan
data, memilah-milah menjadi bahan yang dapat dikelola, mensisikannya,
mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari, dan memusatkan apa yang akan diceritakan kepada orang lain.
Teknik yang digunakan penelitian ini disesuaikan dengan tujuan yang
ingin dicapai, yaitu dari data terkumpul kemudian dijabarkan memberi
interpretasi kemudian diambil kesimpulan akhir.
6. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan dalam penelitian skripsi ini adalah
menggunakan “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan
3
Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survai (Jakarta : LP3ES, 1995),
Disertasi)” yang diterbitkan oleh CeQDA (Center For Quality Development
and Assurance) UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA tahun 2007.4
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan penulisan skripsi ini disusun
berdasarkan sistematika sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini berisikan tentang latar belakang masalah,
pembatasan, dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, Tinjauan Pustaka, metodologi penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
Pada bab ini berisikan tentang a). Pengertian Peranan b). Dzikir
yang terdiri dari Pengertian dzikir, Macam-macam dzikir, Tujuan
berdzikir, Makna dan Manfaat melakukan dzikir, Tata cara
berdzikir c). Pengertian Terapi dan Terapis, macam-macam
terapi, Pendekatan-pendekatan dalam terapi. d). Stres yang terdiri
dari Pengertian stres, pandangan islam tentang stres, unsur-unsur
stres, Gejala dan sumber stres, dan tahapan stres e). Dzikir
Sebagai Terapi Stres.
4
BAB III : GAMBARAN UMUM TENTANG MAJELIS DZIKIR
AS-SAMAWAAT AL-MALIKI
Bab ini berisikan tentang a). Majelis Dzikir As-Samawaat
Al-Maliki terdiri dari sejarah,Visi dan Misi, Tujuan berdirinya,
pasien Majelis, program kegiatan, dan struktur organisasi. b).
profil K.H. Sa’adih Al-Batawi terdiri dari riwayat hidup K.H.
Sa’adih Al-batawi, latar belakang keluarga K.H. Sa’adih
Al-Batawi, latar belakang pendidikan K.H. Sa’adih Al-Batawi, dan
aktifitas dakwah K.H. Sa’adih Al-Batawi.
BAB IV : TEMUAN DAN ANALISIS DATA
Bab ini berisikan tentang a). identitas Informan terdiri dari K.H.
Sa’adih Al-Batawi, dan Pasien. b). pelaksananaan dzikir dalam
terapi stres di Majelis Dzikir As-samawaat Al-Maliki Puri
Kembangan Jakarta Barat terdiri dari Pimpinan Majelis,
Pembimbing, Waktu Pelaksanaan, Metode Pelaksanaan Terapi
Dzikir As-Samawaat Al-Maliki, Materi yang digunakan Majelis
Dzikir As-Samawaat Al-Maliki, dan Metode Terapi. c). Peranan
Dzikir Dalam Terapi Stres.
BAB V : PENUTUP
Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran.
13 A. Peranan
1. Pengertian Peranan
Kata peranan berasal dari kata “peran” yang berarti bagian atau
turut aktif dalam suatu kegiatan. Sedangkan peranan adalah tindakan oleh
seseorang atau sesuatu yang terutama dalam terjadinya sesuatu hal atau
peristiwa.1
Para ahli sosiologi maupun psikologi sosial, juga turut memberikan
pendapatnya dalam mendefinisikan peranan sebagai berikut :
a. Menurut Gross Mason dan A.W. Mc. Earhern seperti yang dikutif
oleh David Berry, mendefinisikan peranan ( role ) sebagai
seperangkat harapan-harapan yang dikenakan kepada individu yang
menempati kedudukan sosial tertentu.2
Dalam hal ini harapan-harapan yang dimaksud David Berry
merupakan bagian dari norma-norma sosial, oleh karena itu, dapat
dikatakan peranan itu ditentukan oleh norma-norma sosial dalam
masyarakat di dalam pekerjaan lainnya.
1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), h. 154
2
David Berry, Pokok - pokok Pikiran Dalam Sosiologi (Jakarta: Raja Grapindo Persada,
b. Menurut Abu Ahmadi peranan adalah suatu kompleks pengharapan
manusia dan terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat
dalam situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi sosialnya.3
Dari definisi tersebut, maka dapat di pahami bahwa peranan adalah
suatu tindakan yang dilakukan atau suatu lembaga yang menempati
kedudukan sosial tertentu, untuk menjalankan seperangkat
harapan-harapan manusia, berdasarkan status dan fungsi sosial yang dimiliki oleh
lembaga tersebut.
2. Jenis-jenis Peranan
Adapun jenis-jenis peranan sebagai berikut :
a. Role Pasition ialah kedudukan sosial yang sekaligus menjadikan
status atau kedudukan dan berhubungan dengan tinggi
rendahnya posisi orang tersebut dalam struktur sosial tertentu.
b. Role Behavior adalah cara seseorang memainkan perannya.
c. Role Perception ialah bagaimana seseorang memandang
peranan sosialnya, serta bagaimana dia harus bertindak dan
berbuat atas dasar pandangannya tersebut.
d. Role Expectation ialah peranan seseorang terhadap
peranan-peranan yang dimainkannya bagi sebagian besar warga
masyarakat.4
Jadi penulis menggolongkan bahwa Role Perception yang menjadi
dasarnya.
3
Abu Ahmad, Psikologi Sosial (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h. 114.
4
Ahmad Sutarmadi dan Al-Tirmidzi, Peranan Dalam Pengembangan Hadits dan Fiqih
B. Dzikir
1. Arti Dzikir
Secara etimologi kata dzikir berasal dari bahasa Arab yang berasal
dari kata: رﻛذ رﻛ ﻳذ ارﻛذ yang artinya “menyebut, mengingat, atau
menyadari”.5
Menurut Hasbi Asshiddiqi dalam buku kamus arab indonesia,
dzikir adalah menyebut nama Allah SWT. Dengan membaca tasbih
(Subhanallah), tahmid (Alhamdulillah), taqdis (Quddusun), hauqalah
(Laahaula walaa quwwata illabillah), hasbahah (Hasbiyallah), basmalah
(Bismillahirrahmanirrahim), dan membaca Al-Qur’an serta membaca
do’a-do’a yang diterima dari Nabi SAW.
Sedangkan menurut Dr. Mir Valiuddin dalam buku Dzikir dan
Kontemplasi dalam Tasawuf, dzikir adalah senantiasa dan terus-menerus
mengingat Allah yang bisa melahirkan cinta kepada Allah serta
mengosongkan hati dari kecintaan dan keterikatan pada dunia fana ini.6
Arti dzikir menurut istilah adalah suatu bentuk usaha batini dengan
melalui proses panca indera yang sifatnya intelektual denan sarana
menyebut nama Allah SWT baik secara jahar maupun khofi, guna
memperoleh kontemplasi tingkat tinggi.
Dari beberapa pendapat tentang makna arti dzikir di atas dapat
diambil kesimpulan bahwa makna arti dzikir terdiri dari 2 makna: yang
5
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1990), Cet.
Ke-8, h. 134
6
Mir Valiuddin, Dzikir dan Kontemplasi Dalam Tasawuf, (Bandung: Pustaka Hidayah,
pertama, arti khusus adalah dzikir dengan ucapan jelas (jahar) yaitu
mengucapkan tasbih, tahmid, takbir, tahlil, istighfar, dan sebagainya
dengan cara tertentu yang telah diajarkan oleh rasulullah SAW. Untuk
mengingat atau mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dan yang kedua,
arti umum adalah dzikir yang dilakukan baik berupa perkataan, dzikir
berupa perbuatan atau dzikir dengan anggota tubuh (akhlak), semua itu
untuk memuliakan keagungan Allah sebagai sarana untuk taqarrub
(mendekatkan diri kepada Allah SWT).
2. Macam-macam Dzikir
1. Dzikir Jahar (Ucapan Jelas)
Dzikir jahar dilakukan untuk lebih mempengaruhi hati, dengan
lebih mengeraskan suara di dalam dzikir, akan lebih mudah meluluhkan
hati yang kadang-kadang keras seperti batu. Batu saja masih ada yang
dapat mengeluarkan air, sedangkan hati apabila sudah tertutup, maka
tidak akan lagi terbuka hati itu. Oleh karena itu, dengan dzikir yang keras
serta dilakukan dengan sepenuh harapan dan khusyuan diharapkan bisa
meluluhkan hati yang keras tersebut. Mir Valiuddin mengatakan :
“Bahwa Dzikir yang keras ini akan membuat kalbu menjadi panas dan
bila dilakukan dengan kontinyuakan melahirkan cinta kepada Allah”.7
Sedangkan menurut Al-Ghazali dalam bukunya “Rahasia Dzikir
dan Do’a” ia juga mengatakan bahwa pada awal seseorang melakukan
dzikir terlebih dahulu harus memaksakan diri agar dapat memalingkan
7
Mir Valiuddin, Dzikir dan Kontemplasi Dalam Tasawuf, (Bandung: Pustaka Hidayah,
hati dan pikiran dari perasaan was-was (bimbang dan ragu) lalu
menunjukkan kepada Allah SWT. Apabila berhasil melakukan secara
kontinyu, maka akan merasakan kedekatan kepada Allah di dalam jiwa
dan tertanamlah pula dalam hati perasaan cinta kepadanya.8
2. Dzikir Khofi (Dzikir Jiwa)
K.H.A. Shohibul Wafa di dalam bukunya “Miftahus Shudur”,
mengatakan : “Dzikir jiwa ialah dzikir yang bersifat batiniah, yang
demikian itu dilakukan dengan isbat (reception), tidak dengan nafi,
lafadz ismu dzat.
Tentang dzikir jiwa ini, Gazur i-Ilahi mengatakan, “Katupkan
bibirmu, pincingkan matamu, sumbat telingamu, bila kau tidak
merasakan sirr dari Tuhanmu, maka tertawakanlah kami”. Dari
keterangan di atas dzikir jiwa tidak diucapkan dengan lisan tetapi cukup
dengan hati, bahkan hanya dengan diam dan di dalam hati tidak
tergambar lagi bentuk kataitu, tetapi yang tertinggal hanya arti yang
abstrak dari kata Allah yang selalu hadir.
Dzikir jiwa ini mempunyai beberapa tahap: yang pertama, dengan
alat yang disebut “Qalbi”. Dengan pembiasaan dzikir yang tempatnya di
dada kiri sebelah bawah, setelah dzikir terasa di tempat itu maka akan
terasa getaran yang kuat.
Prof. Dr. Harun Nasution dalam bukunya “Falsafat dan Mistisisme
Dalam Islam” mengatakan: bahwa qalb tidak sama dengan jantung atau
8
Al-Ghazali, Asrar Al-Dzikir wa ad-Da’awat, terjemahan : Muhammad al-Baqir
heart karena, qalb selain dari alat untuk merasa juga alat untuk berpikir.
Perbedaan dengan akal ialah bahwa akal tidak bisa memperoleh
pengetahuan yang sebenarnya tentang Tuhan. sedangkan qalb bisa
mengetahui hakekat dari segala yang ada, jika dilimpahi cahaya Tuhan
bisa mengetahui rahasia-rahasia Tuhan.
Dan Qalbu ini juga sebagai alat untuk dapat mengetahui sifat-sifat
Tuhan. Kedua, dengan alat yang disebut “ruh” dengan pembiasaan dzikir
yang tempatnya di dada kanan sebelah bawah. Ruh ini lebih halus dari
pada qalbu dan sebagai alat untuk dapat mencintai Tuhan. Ketiga,
dengan alat yang disebut “sirr” yang tempatnya penanaman dzikir di
dada kiri atas. Sirr lebih halus dari pada ruh dan sebagai alat untuk dapat
melihat Tuhan, sirr timbul dan dapat menerima illuminasi dari Allah
kalau qalbu dan ruh telah suci sesuci-sucinya.
Keempat, dengan alat yang disebut “khofi” dengan penempatan
dzikir pada dada kanan sebelah atas. Kelima, dengan alat yang disebut
“akhfa” dengan penempatan dzikir tepat ditengah-tengah dada. Keenam,
dzikir ditempatkan diantara mata dan kening. Ketujuh, ditempatkan pada
seluruh badan dan tentu saja hal ini terjadi setelah menyeluruhnya dzikir
ke setiap anggota badan dan menembus ke seluruh sel-sel tubuhnya,
maka akan terasalah getaran rasa yang lemas dan akan menyelusup serta
menyebarnya dzikir ke seluruh anggota badan. 9
9
Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme Dalam Islam, (Jakarta : Bulan Bintang,
Sedangkan mengenai faedah yang diperoleh dalam melaksanakan
dzikir khofi (jiwa) ini menurut Prof. Dr. H. Ahmad Husain Asdie dalam
pidato ilmiah pengukuhan guru besar atas dirinya pada Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, mengatakan : “Dzikir
jiwa merupakan cara olah batin yang paling efektif untuk menyembuhkan
stres dan penyakit psikosomatik”. Lebih lanjut ia mengatakan,”ada
pasien yang mengatakan sudah dirawat dokter bertahun-tahun bahkan
telah divonis tidak akan sembuh, tetapi setelah saya sarankan untuk
melakukan dzikir jiwa ternyata baru satu bulan sudah sembuh”.10
3. Tujuan Berdzikir
Adapun tujuan berdzikir adalah mensucikan jiwa dan
membersihkan hati serta membangunkan nurani. Hal inilah yang
ditujukan oleh Al-Qur’an dengan ayat yang menyatakan bahwa
dirikanlah sholat, karena sholat itu mencegah perbuatan yang keji dan
munkar dan berdzikir kepada Allah itu lebih utama.
Firman Allah SWT :
Artinya: “Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab
(Al Quran) dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah
10
Ahmad Husain Asdie, Dzikir Paling Efektif Sembuhkan Stres dan Psikosomatik,
(sholat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
4. Makna dan Manfaat Dzikir
Makna dzikir dan do’a mempunyai makna yang sangat besar bagi
seorang pasien, dzikir dan do’a pun lebih kuat dan dapat melawan semua
cobaan dan masalah yang kecil maupun yang besar sealipun. Pada
dasarnya pengobatan itu terdiri dari dua bagian yaitu pencegahan dan
penyembuhan, islam sangat memperhatikan kedua prinsip ini terutama
dalam penyembuhan hati dan jiwa serta pencegahan penyakit dan
penjagaan dari kerusakan.
Bahkan orang islam yang tidak berdzikir dan berdo’a kepada Allah,
maka kehidupannya berada dalam kesempitan. di hari kiamat
dibangkitkan dalam keadaan buta, mudah terjerumus ke jurang
kehancuran, berteman dengan syaitan serta gampang tergoda oleh
keindahan dunia sehingga jiwanya tidak tenang dan gampang terkena
stres dan penyakit-penyakit jiwa lainnya.
Allah SWT berfirman dalam surat Thaha ayat 124 :
Hal ini ditegaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 152 :
Artinya: “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat
(pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.
Sedangkan manfaat dzikir (do’a) sangat besar bagi orang yang
selalu membacanya apalagi orang yang sedang sakit baik jasmani
maupun rohani ketika sedang tertimpa musibah. Yaitu sebagai berikut :
1. Dapat menenangkan jiwa dan hati seseorang
2. Dapat menghapus dosa-dosa yang dilakukan oleh seorang hamba
3. Dapat melindungi diri dan melepaskan diri dari kesulitan
4. Dapat memberikan kekuatan pada jiwa orang yang membacanya
5. Dzikir dan do’a mengandung unsur psikoterapi yang mendalam bagi
pasien
6. Dzikir dan do’a dapat dijadikan senjata yang mendatangkan
kemenangan bagi orang-orang yang didzalimi.11
Jadi, jelaslah betapa banyak manfaat berdzikir dan betapa dahsyat
serta hebatnya dzikir itu.
5. Tata Cara Berdzikir
Telah dikatakan di atas, berdzikir dapat dilakukan dengan
menyebut nama atau sifat Allah SWT, dapat juga dengan hanya
11
Syaikh Mushthafa Masyhur, Fiqih Dakwah, penerjemah: Abu Ridho, dkk, kata
mengingat dan mengenangkannya dalam hati. Sebagaimana telah
dikatakan oleh Hasbi Asshiddiqi: “Dzikir itu boleh dilakukan dengan hati
ataupun dengan lisan dan hati. Sedangkan lidah itu menyebut dan hati itu
mengingat serta mengenangkan akan apa yang disebut lisan.
Jadi yang penting dalam berdzikir adalah penghayatan makna dari
apa yang diucapkan. Berdzikir dengan hanya menyebut tanpa
memikirkan dan memahami apa yang diucapkan, tidak ada gunanya.
Oleh karena itu dalam berdzikir ada tata cara tertibnya. Menurut Hasbi
Asshiddiqi, tata tertib dalam berdzikir dapat dibedakan menjadi adab
yang dzahir dan yang batin.
a. Adab-adab dzikir yang dzahir
Yang dimaksud dengan adab yang dzahir adalah :
- Berkelakuan yang sebaik-baiknya dalam berdzikir. Jika seseorang
duduk, hendaklah ia menghadap kiblat dengan sikap khusyu’,
berserahkan diri kepada Allah, dan menundukkan kepala.
- Tempat berdzikir suci atau bersih, terlepas dari segala apa yang
membimbangkan perasaan.
- Membersihkan mulut sebelum berdzikir.
b. Adab-adab yang bathin
Apabila seseorang hendak berdzikir, hendaklah ia menghadirkan
hatinya, yaitu mengingat makna dzikir di kala lidah menyebut.12
12
Hasbi Asshiddiqi, Pedoman Dzikir dan Do’a, (Jakarta : Bulan Bintang, 1982), Cet
Sedangkan menurut penglihatan saya ketempat Majelis Dzikir
As-Samawaat Al-Maliki juga mempunyai adab-adab yang harus dilakukan
diantaranya sebagai berikut:
- Bersuci terlebih dahulu, dan berwudhu.
- Dipanggil sesuai urutannya
- Berkelakuan yang sebaik-baiknya dalam berdzikir. Jika seseorang
duduk, hendaklah ia menghadap kiblat dengan sikap khusyu’,
berserahkan diri kepada Allah, dan menundukkan kepala.
- Dan tempat berdzikir suci atau bersih, terlepas dari segala apa yang
membimbangkan perasaan.
Sedangkan di dalam Dzikir dan Do’a ada beberapa etika yang harus
taati agar dikabulkan oleh Allah SWT dan agar dapat mengambil manfaat
darinya. Diantara etika tersebut adalah: khusyu’ dalam berdzikir maupun
berdo’a kepada Allah SWT dengan mengucapkan pujian dan sanjungan
kepada Allah serta shalawat kepada Rasulullah SAW, tidak mengeraskan
suara saat berdo’a atau berdzikir, mengulanginya sebanyak tiga kali,
memilih do’a-do’a pendek tetapi maknanya luas mencakup segala
kebaikan, yakin akan dikabulkan, tidak tergesa-gesa, tidak berdo’a buruk
untuk diri sendiri, serta mulai dengan berdo’a untuk diri sendiri baru
untuk orang lain.13
Barang siapa yang mentaati adab atau etika berdo’a dan dzikir
tersebut, maka dengan izin Allah SWT ia akan merasakan kenikmatan
13
Syaikh Mushthafa Masyhur, Fiqih Dakwah, penerjemah: Abu Ridho, dkk, kata
dalam hatinya, hatinya bercahaya, ruhnya bersinar, dadanya lapang, dan
mendapat limpahan karunia dari Allah SWT.
C. TERAPI DAN TERAPIS
1. Pengertian Terapi dan Terapis
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terapi diartikan sebagai
usaha memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan
penyakit dan perawatan penyakit.14
Sedangkan dalam Kamus Lengkap Psikologi dikatakan bahwa
terapi, yang dalam bahasa inggrisnya adalah therapy, merupakan suatu
bentuk perlakuan dan pengobatan, yang ditujukan kepada penyembuhan
suatu kondisi yang menyimpang (patologis) pada diri seseorang.15
Menurut M.A Subandi mengatakan bahwa terapi merupakan proses
formal interaksi antara dua pihak atau lebih, yang satu adalah
professional penolong (terapis) dan yang lain adalah petolong (orang
yang ditolong) dengan catatan bahwa intraksi itu menuju pada perubahan
atau penyembuhan, perubahan itu dapat berupa perubahan rasa, piker,
prilaku, dan kebiasaan yang ditimbulkan dengan adanya tindakan
professional (terapis) dengan latar ilmu prilaku dan teknik-teknik usaha
yang dikembangkan”.16
14
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1986), Cet.
Ke-1, h. 649
15
J.P.Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, Penerjemah: Kartini Kartono, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2006), Ed. I, h. 507.
16
Seorang terapis yang terampil seperti seorang pewawancara yang
terampil, seharusnya peka terhadap isyarat-isyarat nonverbal dari pesien
dan peka terhadap gerak isyarat yang mungkin menunjukkan
perasaan-perasaan atau konflik-konflik yang mendasar.
Terapis juga harus menyampaikan empati melalui kata-kata dan
juga gerak isyarat nonverbal, seperti mengadakan kontak mata dan
bersandar kedepan (kursi) untuk menunjukkan perhatian terhadap apa
yang dikatakan pasien.17
Adapun dalam tatanan bahasa Arab istilah terapi sepadan dengan
kata اﺀﻓﺸﺗﺴﻻا Diambil dari akar kata - اﻓﺸ ﻰﻓﺸﻳ ﻰﻓﺸ yang artinya
menyembuhkan.18 Seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an sebagai
berikut:
Artinya : “wahai manusia sesungguhnya telah dating kepadamu
pelajaran dari tuhanmu dan penyembuh untuk penyakit yang ada didalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang
beriman (percaya dan yakin)”. (QS. Yunus : 10 : 57)
17
Yustinus Semiun, Kesehatan Mental 3 (Yogjakarta : Kanisius, 2006). Cet. Ke-1 h.
337-338
18
Ahmad Warson Munawir, Kamus Arab Indonesia Al Munawir, (Surabaya: Pustaka
Artinya : “dan kami turunkan dari Al-Qur’an sesuatu (yang dapat
menjadi) penyembuh dari rahmat bagi orang-orang yang beriman (percaya dan yakin), dan Al-Qur’an itu tidak akan menambah kepada orang yang berbuat aniaya melainkan kerugian”. (QS. Al-Isra: 17: 82)
Dari beberapa pengertian terapi di atas maka penulis menarik
kesimpulan bahwa terapi adalah proses pengobatan atau penyembuhan
suatu penyakit yang dilakukan oleh seorang ahli atau terapi penyakit
fisik, psikologis, spiritual maupun moral yang dilakukan oleh seorang
yang bertindak sebagai terapis dengan latar belakang ilmu
pengetahuannya, teknik serta usaha yang di kembangkannya dengan
tujuan menyembuhkan, mengembalikan, menenangkan, dan
mengembangkan kondisi yang diterapi (pasien) agar kondisi fisik atau
psikisnya berada dalam kondisi sehat.
2. Macam-macam Terapi
Menurut Muhammad Abdul Al-Aziz Al Kahalidi yang dikutip oleh
Abdul Mujib membagi obat (syifa) dengan dua bagian,” yang pertama
obat bissi, yaitu obat yang dapat menyembuhkan penyakit fisik, seperti
berobat dengan air, madu, buah-buahan yang disebutkan dalam
penyakit ruh dan kalbu manusia, seperti do’a-do’a dan isi kandungan Al
-Qur’an”.19
Jadi terapi secara garis besar terbagi menjadi dua macam ada yang
memang terapi ditujukan untuk penyembuhan dengan menyentuh aspek
fisik seperti terapi pijat refleksi, terapi akupuntur, terapi psikoparmaka
yaitu dengan obat-obatan atau terapi dengan menggunakan bantuan
binatang seperti lebah, lumba-lumba, lintah, dan lain-lain. Dan satu lagi
terapi yang ditujukan untuk aspek psikis atau mental yaitu psikoterapi.
Adapun mengenai macam-macam terapi yang di tujukan untuk
menyentuh aspek mental ini dalam buku konseling terapi Dr. Musfir Bin
Said Az-Zahrani, menuliskan ada dua macam terapi mental yang
semuanya itu bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunah (Hadits) yaitu:20
Pertama, terapi mental dengan keimanan dan rasa aman, dalam
Al-Qur’an telah digambarkan secara gamblang bagaimana iman kepada
Allah bisa mendatangkan rasa aman dan ketenangan dalam diri orang
yang beriman. Dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman:
Artinya: “orang-orang yang beriman dan tidak mencampur
adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat
petunjuk.” (QS. Al-An’am 06:82)
19
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzoikir, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, (Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada, 2002), Cet Ke-2, h. 209.
20
Musfir Bin Said Az-Zahrani, Konseling Terapi. Penerjemah Sari Nurlita, (Depok :
Kedua, adalah terapi mental dengan ibadah, sesungguhnya
menunaikan ibadah yang telah diwajibkan kepada manusia itu
mengandung unsur terapi, seperti: terapi dengan sholat, terapi dengan
zakat dan sedekah, terapi dengan puasa, terapi dengan haji, terapi dengan
kesabaran, dan masih banyak lagi terapi lainnya.
Itulah macam-macam terapi mental yang bersumber dari Al-Qur’an
dan sunah (Hadits) dengan melaksanakan ibadah yang telah
diperintahkan kepada umat muslim.
3. Pendekatan-pendekatan Dalam Terapi
Pendekatan adalah sebuah cara yang telah diatur dan dipikir
baik-baik untuk mencapai satu maksud”21
sebagaimana dijelaskan diatas
bahwa banyak sekali macam-macam terapi, ada terapi yang menyentuh
aspek fisik dan yang menyentuh aspek psikis yaitu psikoterapi.
Adapun pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam psikoterapi
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Pendekatan terapi Psikoanalitik
Psikoanalitik beranggapan bahwa di dalam individu terdapat
kekuatan-kekuatan yang saling berlawanan yang menyebabkan
komplik internal tidak terhindarkan, komplik yang tidak disadari itu
mempunyai pengaruh yang kuat pada perkembangan kepribadian
individu, sehingga menimbulkan stres dalam kehidupannya.22
21
Pengertian Pendekatan Dalam Pendidikan, “Artikel diacces Pada 14 juni 2012” dari
htt:/www. Kumpulan Artikel Pendidikan.Com.
22
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzoikir, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, (Jakarta : PT.
b. Pendekatan terapi Behaviorristik (tingkah laku)
Terapi ini merupakan pendekatan aplikasi sistematis dari
prinsip-prinsip belajar untuk menangani gangguan psikologis. Karena
fokusnya pada perubahan prilaku bukan perubahan kepribadian atau
menggali masa lalu secara mendalam, terapi perilaku berlangsung
singkat yang umumnya dari berapa minggu sampai beberapa bulan.23
Dalam pendekatan ini ada beberapa teknik antara lain: desentisasi
sistematik, floding, penguatan sistematik, pemodelan dan pengulangan
perilaku yang pantas. Desentitasi sistematika, dipandang sebagai proses
deconditioning atau countercontioning, prosedurnya adalah memasukkan
suatu respons yang bertentangan dengan kecemasan, seperti rilek,
individu belajar untuk rilek dalam situasi yang sebelumnya menimbulkan
kecemasan. Floding adalah prosedur terapi prilaku dimana orang yang
ketakutan memeparkan dirinya sendiri dengan apa yang membuatnya
takut secara nyata atau khayal, untuk priode waktu yang cukup panjang
tanpa kesempatan meloloskan diri.24
c. Pendekatan terapi Client centered
Terapi terpusat pada klien dikembangkan oleh Carl Ransom
Rogers pada tahun 1942. Menurut Roger, tidak ada perbedaan antara
konseling dan psikoterapi.25
23
Juffrey, dkk, Psikologi Abnormal, Penerjemah : Tim Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia, (Jakarta : Erlangga, 2005), h.108.
24
Coory, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, h. 92. 25
Sofyan Willis, konseling individual Teori dan Praktek, (Bandung: CV. Alfabeta,
Dan terapi ini sering juga disebut dengan terapi non-direktif,
yaitu terapi yang dilakukan dengan jalan berdialog antarta konselor
denan klien/pasiennya, agar tercapai gambaran yang serasi antara
ideal self (pemahaman diri yang ideal) dengan aktual self
(pemahaman diri sesuai dengan kenyataan sebenarnya).
d. Pendekatan terapi Realitas (Rational Emotive)
Terapi ini dikembangkan oleh Albert Ellis yang lahir di Saint
Pittersburg, Pnsylvania tahun 1913. Sebagai seorang pakar psikologi
klinis ia memulai karirnya di bidang konseling perkawinan, keluarga
dan seks. Terapi bermula dari ketidak puasannya terhadap praktik
konseling tradisional yang dinilai kurang efisien, khususnya
psikoanalitik yang pernah ia tekuni. Terapi ini berorientasi pada
wilayah kognitif manusia.26
Terapi realitas atau yang lebih sering dikenal dengan Rational
Emotive Therapy (RET), adalah jenis terapi yang memandang bahwa
manusia adalah subjek yang sadar akan dirinya dan sadar akan
objek-objek yang dihadapinya. Manusia adalah makhluk yang berbuat dan
berkembang serta merupakan satu kesatuan yang berarti manusia itu
bebas berfikir, bernafsu dan berkehendak.27
Menurut pemahaman ini, bukanlah pengalaman atau peristiwa
eksternal yang menimbulkan emosional, akan tetapi tergantung pada
26
Rosjidan, Modul Pendekatan-pendekatan dalam konseling, (Malang: IKIP Malang,
1994), h. 5-6.
27
Sofyan Willis, konseling individual Teori dan Praktek, (Bandung: CV. Alfabeta,
pengertian yang diberikan atas peristiwa atau pengalaman itu.
Gangguan emosi terjadi disebabkan oleh pikiran-pikiran seseorang
yang irasional terhadap peristiwa dan pengalaman yang dilaluinya
dalam hidup.28
Sedangkan menurut Albert Ellis, orang yang mengembangkan
teori RET ini bahwa, pikiran mempengaruhi emosi dan sebaliknya
emosi mempengaruhi pikiran. Pikiran seseorang dapat menjadi
emosinya, dan emosi dalam keadaan tertentu dapat berubah menjadi
pikirannya.
Adapun tujuan dari terapi ini adalah untuk memperbaiki dan
merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan
klien yang irasional menjadi rasional, sehingga yang bersangkutan
dapat mengembangkan dan merealisasi (penyadaran) diri yang
optimal. Dan untuk dapat menghilangkan gangguan emosional yang
mengakibatkan kerusakan pada diri. Seperti: benci, takut, bersalah,
cemas, was-was, dan lain sebagainya.29
e. Terapi Gestalt
Terapi ini memandang bahwa manusia/individu itu selalu aktif
sebagai keseluruhan dan bukan bagian-bagian (partial) atau
organ-organ semata. Individu yang sehat adalah individu yang seimbang
28
Sofyan Willis, konseling individual Teori dan Praktek, (Bandung: CV. Alfabeta,
2004), Cet. Ke-2, h. 75.
29
Sofyan Willis, Konseling individual Teori dan Praktek, (Bandung: CV. Alfabeta,
antara keberadaan sosial dan biologis merupakan konsep dasar terapi
gestalt.30
Pertentangan antara keberadaan sosial dan keberadaan biologis
dapat diindikasikan dengan adanya sikap manusia yang mencoba
untuk menyatakan apa yang seharusnya dari pada apa yang
sebenarnya, menurut Perls, neurosis adalah akibat dari gagal dan
bingungnya individu dalam melihat kebenaran.31 Tujuan terapi ini
adalah untuk membantu klien menjadi individu yang merdeka dan
berdiri sendiri.
Selain itu menurut Dr. Muhammad Solihin, ada tiga buah terapi
lagi selain kelima terapi di atas, yaitu:
1. Terapi Relaksasi
Jenis ini diberikan kepada orang yang mudah disugesti. Terapi
model ini umumnya dilakukan oleh seorang terapis yang ahli dalam
bidang hipnotis. Dengan terapi sugesti ini klien diarahkan untuk dapat
melakukan relaksasi.
2. Terapi Keagamaan
Terapi ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan
keagamaan seperti menggunakan ayat-ayat suci Al-Qur’an, Hadits
Nabi dan pemikiran-pemikiran keislaman yang secara implisit
mengandung terapi. Adapula yang menggunakan Dzikir dan Do’a
-do’a tertentu yang pada intinya memohon kepada Allah agar diberi
30
Sofyan Willis, Konseling individual Teori dan Praktek, (Bandung: CV. Alfabeta,
2004), Cet. Ke-2 h. 66
31
ketenangan hati. Dengan terapi jenis ini diharapkan seseorang dapat
terbatas dari rasa cemas, tegang, depresi, dan lain sebagainya.
3. Terapi Holistik
Terapi ini mencakup keseluruhan aspek manusia, dalam artian
bahwa terapi ini dilakukan tidak hanya melalui obat-obatan semata
atau hanya ditujukan pada aspek-aspek kejiwaan akan tetapi
mencakup aspek-aspek lain seperti organobilogy, psikologi,
psikososial, psikoritual dan lain sebagainya. Sehingga klien dapat
diobati secara menyeluruh.
Yang pada intinya terapi holistik ini adalah bentuk terapi yang
memandang keseluruhan aspek pada klien.32
D. Stres
1. Pengertian Stres
Secara umum stres adalah suatu keadaan atau situasi yang
dimaknakan dengan memiliki bobot yang sifatnya “menekan”, stres
merupakan akibat dari adanya gangguan baik dari kejadian eksternal
maupun internal. Stres yang ada belum tentu dimaknakan dengan cara
yang sama oleh setiap orang, Hal ini tergantung dari kepribadiannya
masing-masing serta toleransinya terhadap situasi stres.
32
Menurut Kaplan stres adalah suatu kondisi ketegangan fisiologis
maupun psikologis yang disebabkan oleh tuntutan dari lingkungan yang
dipandang individu sebagai sesuatu yang mengancam.
Menurut Hans Selye stres adalah respon spesifik dari tubuh
terhadap setiap tuntutan. Sedangkan Morgan sendiri mengatakan bahwa
stres adalah suatu keadaan internal yang dapat disebabkan karena
tuntutan fisik, lingkungan, situasi sosial terhadap tubuh yang dianggap
sebagai ancaman.33
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, stres didefinisikan sebagai
gangguan atau kekacauan mental dan emosional.34
Kesimpulan yang dapat diambil dari definisi-definisi di atas, stres
adalah reaksi jiwa dan raga terhadap suatu rangsangan penyebab stres
yang mengakibatkan tubuh harus menyesuaikan diri, mengadakan
perubahan, atau penyesuaian kembali. Stres akan mempengaruhi fungsi
tubuh, karena itu tidak mustahil seseorang yang menderita stres cukup
lama akan mengakibatkan timbulnya reaksi yang kompleks.
2. Pandangan Islam Tentang Stres
Stres merupakan hal yang melekat dalam kehidupan manusia.
Siapa saja dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda
dan dalam jangka panjang pendek yang tidak sama, pernah atau tidak
akan mengalaminya. Tidak seorangpun bisa terlepas dari stres.
33
Suwondo S, Stres dan Pengelolaannya, makalah untuk Dinas Kesehatan Pertamina
dalam rangka Griya Sehat, 1992, h. 10
34
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta :Balai Pustaka, 1988), Cet.
Demikian juga menurut Al-Qur’an bahwa “manusia sesungguhnya
diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir dan apabila ia mendapat
kesusahan ia berkeluh kesah”. Apalagi bagi orang yang menghayati
kehidupan ini dengan hanya konsep duniawi saja, maka ia akan
cenderung dipengaruhi oleh emosi negatif. Seperti ia akan mengalami
banyak kesedihan, frustasi, penyesalan diri, menyalahkan orang lain,
menjadikan hidupnya tidak bermakna lagi yang akhirnya menghambat
aktivitas dan kreativitas dalam kehidupan sehari-hari.
Demikian pula halnya dengan orang yang mengalami gangguan
ketegangan perasaan (stres), karena kurang menyadari akan realita
kehidupan yang penuh berbagai ujian dan cobaan yang melahirkan suka
dan duka. serta kurang menyadari bahwa hidup didunia ini semata-mata
untuk beribadah kepada Allah SWT dalam pengertian yang luas,
sehingga apabila cobaan dan ujian itu menimpa dalam kehidupan maka
akan merasa kecewa dan sangat putus asa.
Selanjutnya perasaan kecewa dan putus asa yang mengganggu
jiwanya itu dapat berakibat buruk jika tidak segera ditanggulangi, karena
keduanya merupakan faktor-faktor yang menyebabkan seseorang bisa
menjadi frustasi, putus asa, pesimis, dan menjadikan hidup tidak
bergairah lagi bahkan perasaan ingin bunuh diri.
Akan tetapi tidaklah demikian halnya dengan orang-orang yang
yang terjadi pada dirinya adalah karena Allah SWT yang menghendaki
dan menurunkan cobaan baginya, untuk dipahami benar maknanya.
Zakiah Daradjat dalam majalah Panasea mengatakan bahwa : “obat
stres adalah iman yang kuat dan bertaqwa kepada Tuhan. sebab stres itu
sendiri tidak lain dari akibat perasaan berdosa pada tuhan, karena
melanggar kaidahnya.
Kebutuhan akan makan dan minum, berusaha dipenuhi dengan
yang halal dan baik, juga kebutuhan seks akan dipenuhi sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang telah digariskan. Orang yang benar-benar
beriman tidak akan merasa kehilangan kasih sayang dan benar-benar
merasa aman karena ia merasa ada yang mengasihi dan menyayangi yaitu
Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, merasa dekat dengan Allah
Yang Maha Melindungi. Kemudian rasa harga diri, kebutuhan jiwa
manusia yang jika tidak terpenuhi akan menderita.
Dalam islam dijelaskan bahwa harga diri seseorang tidak
tergantung kepada banyaknya harta, tingginya pangkat atau keturunan
tapi yang menjadi ukuran adalah taqwa.
Hal ini berdasarkan firman Allah dalam surat Al-Hujurat ayat 13
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”.
Jadi jelaslah dalam agama islam faktor keimanan mempunyai peran
khusus dan sangat berpengaruh terhadap timbulnya stres serta akibatnya.
Kemudian Zakiyah Daradjat mengatakan bahwa: “Percaya akan adanya
Tuhan dapat menentramkan bathin, karena ada tempat mencurahkan
perasaan kepada Allah merupakan unsur yang terpenting dalam hidup
manusia.”35
Demikianlah bagi orang mukmin dan sabar serta ikhlas, apabila ia
ditimpa kesusahan atau ada masalah justru ia akan mengingat Allah
SWT. karena dengan jalan itulah ia akan memperoleh jalan pemecahan
yang terbaik. Ia tidak merasa mengalam