• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respons jama'ah Majelis Dzikir as-Samawat terhadap metode dakwah KH.Sa'adih Al-Batawi di Puri Kembangan-Jakarta Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Respons jama'ah Majelis Dzikir as-Samawat terhadap metode dakwah KH.Sa'adih Al-Batawi di Puri Kembangan-Jakarta Barat"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

DI PURI KEMBANGAN - JAKARTA BARAT

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Di susun oleh:

LIANASARI SITUMEANG

104051001908

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)

Lianasari Situmeang

Respons Jama'ah Majelis Dzikir As-Samawat Terhadap Metode Dakwah KH. Sa'adih Al-Batawi Di Puri Kembangan-Jakarta Barat

Rasulallah SAW menganjurkan kepada setiap umat muslim untuk melakukan dakwah sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu. Dalam kegiatan dakwah terdapat beberapa komponen penting yaitu da'i, materi, mad'u, media, metode dan tujuannya. Metode dakwah meliputi bi! hikmah, mauidzah hasanah dan mujadalah. KH. Sa'adih Al-Batawi melakukan dakwahnya melalui majelis dzikir As-Samawat yang terletak di Puri Kembangan-Jakarta Barat.

Bagaimana metode dakwah KH. Sa'adih Al-Batawi melalui majelis dzikir As-Samawat? Bagaimana pula respons jama'ah majelis dzikir As-Samawat terhadap metode dakwah KH. Sa'adih Al-Batawi?

Metode dakwah yang dilakukan oleh KH. Sa'adih Al-Batawi melalui majel is dzikir As-Samawat terdapat tiga macam, yaitu pelaksanaan kegiatan shalat Maghrib dan !sya berjama'ah, dzikir bersama dan pengobatan altematif gratis yang ditujukan untuk semua kalan::;an. Respons jama'ah terhadap ketiga metode dakwah beliau sangat baik (positif) karena dakwah seperti itu dapat dirasakan langsung manfaatnya oleh parajama'ah.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori S-0-R yaitu Stimnlus-Organism-Respons yang menyatakan bahwa reaksi tertentu akan timbul akibat stimulus tertentu, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan yang disampaikan dengan reaksi komunikan.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penenlitian ini adalah melalui observasi di majelis dzikir As-Samawat mengenai metode dakwah KH.

Sa'adih Al-Batawi, menyebarkan angket pada responden, wawancara dengan KH.

Sa'adih Al-Batawi dan dokumentasi yang berkaitan dengan penelitian.

Respons jama'ah majelis dzikir As-Samawat terhadap dakwah KH.

Sa'adih Al-Batawi cukup positif, ha! tersebut menurut penulis terjadi karena mereka paham bahwa dalam dakwah beliau ban yak manfaat yang bisa di terapkan dalam kehidupan mereka.

(3)

Assalamu 'alaikum Wr. Wb

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan kekuatan dan kemampuan bagi penulis untuk menyelesaikan tugas

akhir akademis di UIN Syarif I-Iidayatullah Jakarta. Hanya kepada Dia-lah penulis

memohon taufik, hidayah dan pertolongan. Teriring shalawat dan salam yang

semoga saja selalu tercurahkan kepada baginda Rasulallah SAW, Nabi akhir

zaman pembawa pedoman hidup, utusan Allah serta pembawa amanat-Nya bagi

keberlangsungan hidup di bumi ini.

Syukur Alhamdulillah dengan usaha maksimal dan tekad yang bulat serta

dorongan yang kuat dari berbagai pihak, akhimya penulisan skripsi ini dapat

terselesaikan walaupun terdapat hambatan dan rintangan yang datang silih

berganti. Alas izin Allah SWT semua kesulitan dapat diatasi, sehingga hasil usaha

dan jerih payah ini dapat dipersembahkan, sebagaimana yang ada dihadapan

pembaca saat ini.

Selesainya skripsi ini merupakan anugerah terindah yang penulis rasakan,

namun semua ini tidak akan tercapai jika tanpa adanya dukungan yang melibatkan

banyak kalangan.

Untuk itulah penulis menghaturkan terima kasih kepada:

I. Kedua orang tuaku tersayang, H. Situmeang dan Hj. Encut Sutarsih, yang telah mendidik penulis sejak kecil sampai saat ini dengan penuh cinta dan

kasih sayang yang tak pernah pudar. Mereka adalah orang yang sangat berarti

(4)

istimewa untuk Bapak dan Mamahku. Terima kasih alas segala bimbingan,

nasehat-nasehat, saran, serta do'a yang tiada henti sehingga penulis menjadi

orang yang sangat teristimewa di dunia ini. Semoga Bapak dan Mama selalu

diberi keberkahan disetiap langkah dan he la nafas ...

2. Special untuk kakakku tercinta Teteh Tini dan adikku tersayang Andi, terima

kasih alas segala do' a dan dukungan yang tel ah diberikan. Ing at hidup ini

adalah pe1juangan, ma/ca hadapilah dengan keseriusan, ketekunan serta

senyuman dan kesabaran ...

3. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, bapak Dr. H. Murodi, MA., yang

telah mendidik penulis selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Semoga beliau mendapat pahala yang besar atas ilmu yang telah diberikannya

kepada penulis.

4. Drs. Wahidin Saputra, MA., sebagai Ketua Jurnsan Komunikasi dan

Penyiaran Islam dan ibu Umi Musyarofah, MA., sebagai sekretaris Jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam yang telah memberikan penulis masukan,

dukungan, nasehat serta do' a.

5. Dasen pembimbing skripsi, Dra. I-Ij. Roudhonah M.ag., tiada kata yang pantas

terucap selain terima kasih yang mendalam atas kesediannya untuk

meluangkan waktu di tengah kesibukannya guna memberi masukan, diskusi

dan membimbing penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan

(5)

semoga bennanfaat bagi penulis dan semoga Allah SWT membalasnya

dengan pahala yang berlipat.

7. Pihak perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, perpustakaan Um um

UIN Syarif Hidayatullah dan Perpusatakaan Iman Jama' yang telah bersedia

meminjamkan buku-bukunya kepada penulis sehingga penulis merasa

terbantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

8. Syaikh KB. Sa'adih Al-Batawi dan staf pengurus Majelis Dzikir As-Samawat

yang telah rela meluangkan waktunya untuk memberikan suatu penjelasan

mengenai data-data yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

penulis. Terima lcasih untulc para asatidz majelis dzikir As-Samawat yang

telah memberikan arti sebuah lcesabaran dan kesungguhan ...

9. Segenap jama 'ah majelis dzikir As-Samawat yang telah rela meluangkan

waktunya untuk mengisi angket yang diberikan oleh penulis, sehingga

penelitian dapat berlangsung dengan lancar.

10. All Friends angkatan 2004, terima kasih untuk semua sahabat-sahabatku yang

tergabung dalam The Big Family KPI E atas motivasi, kebersamaan,

kenangan indah KKN 2007 di Sukabumi yang telah menjadikan kita seperti

'satu keluarga' yang saling mensnpport dalam mengekspresikan potensi

masing-masing. Special for Aby Bangkntt 'Roby', Umyku 'ChinuL ', ukhty

'Eha '. abang 'Bulux ', I hope keluarga kecil kita tetep bertahan ya ...

11. Rekan-rekan di 'Love Management' Terima kasih telah menjadi teman yang

(6)

Lucu) yang selalu setia membantn penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,

dan Dewi 'Ina' (Ale Caem) yang selalu berbagi keceriaan dengan penulis.

Semua sweet memory, mulai dari saling intropeksi, saling share, serta canda

tawa pas ti akan selalu terkenang ...

12. Partner-partnerku di apartment 'Pak Maus' lantai 2 yang telah berjuang

bersama selama tiga tahun. Lia racla 'Mumuh', Neneng hunung 'Nekho' clan

Lala 'Pooh' yang telah tergabung dalam 'Empat Serangkai'. Terima kasih

telah menjadi teman blak-blakan, semua have fan, kegokilan, kejayusan,

curhat-curhatan pas ti selalu terkenang. ...

13. Teman-Temanku alumni MAK ponpes 'Muallimat' Tebu Ireng angkatan

2001-2004, terima kasih alas semua dukungan yang telah diberikan. Special

for Mba Fatim, makasih ya mba alas semua bantuamzya ...

Teramat bangga dapat menyelesaikan tulisan ini, serta merasa lega telah

mempertanggungjawabkaunya di sidang munaqosah. Dan bahagia sekali dapat

menjalani masa-masa sebagai mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat menambah pengetahuan dan

wawasan bagi siapapun yang membaca.

Wassalamu'alaikuni Wr. Wb

Jakarta, 0 I Mei 2008

(7)

LEMBAR PERNY ATAAN ··· I

ABSTRAK... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ...•... viii

BABI BAB II PENDAifULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Pene!:tian... ... 5

D. Metodologi Penelitian ... 5

E. Sistematika Penu!isan... 10

LANDASAN TEORITIS TENTANG RESPONS DAN DAKWAH A. Ruang Lingkup Tentang Respons ... 12

1. Pengertian Respons ... 12

2. Proses Terjadinya Stimulus-Respons... 14

3. Macam-Macam Respons... 17

4. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Respons ... ... 19

B. Ruang Lingkup Tentang Dakwah... 19

1. Pengertian Dakwah ... 19

(8)

A. Majelis Dzikir As-Samawat ... 43

1. Sejarah Perkembangan Majelis Dzikir As-Samawat ... 43

2. Visi, Misi dan Tujuan Majelis DzikirAs-Samawat ... 44

3. Jama' ah Majelis Dzikir As-Samawat... 46

4. Program Kegiatan Majelis DzikirAs-Samawat... 46

B. Profil KH. Sa'adih Al-Batawi ... 48

1. Riwayat Hidup KH. Sa'adih Al-Batawi... 48

2. Latar Belakang Pendidikan KR. Sa'adih Al-Batawi ... 51

3. Latar Belakang Keluarga KH. Sa'adih Al-Batawi ... 52

4. Aktifitas Dakwah KH. Sa'adih Al-Batawi ... 54

BAB IV TEMUAN DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Responden... 57

B. Temuan Data ... 62

C. Analisis Metode Dakwah KH. Sa'adih AI-Batawi Melalui Majelis Dzikir As-Samawat ... 66

D. Respons Jama'ah Majelis Dzikir As-Samawat Terhadap Metode Dakwah KH. Sa'adih Al-Batawi ... 75

BABV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... :... ... 107

B. Saran-Saran... 109

DAFTAR PUSTAKA... 110

(9)

1. Tabel I: Responden Berdasarkan Jen is Kelamin ... 57

2. Tabel 2: Responden Berdasarkan Usia ... 58

3. Tabel 3: Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 59

4. Tabel 4: Responden Berdasarkan Pendidikan Akhir.. ... 60

5. Tabel 5: Tingkat Kedisiplinan Jama'ah Melakukan Kewajiban Shala! 76 6. Tabel 6: Jumlah RespondenTidak/Mengikuti Shala! Maghrib dan Shala! Isya Berjama'ah ... 77

7. Tabe! 7: Imam Shala! Maghrib dan Isya Berjama'ah Sebelum Pengobatan dimulai ... 78

8. Tabel 8: Faktor yang Mendorong Untuk Mengikuti Shala! Berjama'ah ... . 78

9. Tabel 9: Perasaan Responden Pada Saat Mengikuti Shalat bセ]ᄋセ@

...

80

10. Tabe! IO: Perasaan Responden Sete!ah Mengikuti Shala! Berjama'ah... 80

11. Tabel 11: Manfaat Melaksanakan Shala! Berjama' ah... 81

12. Tabel 12: Tanggapan Responden Terhadap Kegiatan Shalat Berjama 'ah... 82

13. Tabel 13: Alasan Responden Tidak Mengikuti Shalat Maghrib dan Isya Berjama'ah... 83

14. Tabel 14: Perasaan Responden ketika Mengikuti Shalat Berjama'ah .... 84

(10)

17. Tabel 17: Imam Dzikir Bersama Setelah Shala! Berjama'ah ... 87

18. Ta be I 18: Bacaan Dzikir yang Dilafadzkan oleh Jama 'ah... 88

19. Tabel 19: Perasaan Jama'ah Pada Saat Mengikuti Kegiatan Dzikir Bersama ... 89

20. Tabel 20: Perasaan Responden Setelah Melakukan Dzikir Bersama ... 90

21. Tabel 21: ManfaatMelaksanakanDzikir ... 90

22. Tabel 22: Tanggapan Respond en Terhadap Kegiatan Dzikir... ... 91

23. Tabel 23: Alasan Responden Tidak Mengikuti Kegiatan Dzikir Bersama ... 92

24. Tabel 24: Perasaan Responden Ketika Tidak Mengikuti Dzikir... 92

25. Tabel 25: Tanggapan Responden yang Tidak Mengikuti Kegiatan Dzikir Terhadap Pelaksanaan Dzikir Sebelum Pengobatan.... 93

26. Tabel 26: Frekuensi Responden dalam Mengikuti Pengobatan... 94

27. Tabel 27: Alasan Responden Mendatangi Pengobatan Altematif Gratis... 95

28. Tabel 28: Cara Pengobatan yang Dilakukan Oleh KH. Sa'adih Al-Batawi ... 96

29. Tabel 29: Perasaan Pasien Ketika Berhadapan Langsung dengan KH. Sa'adih ... 97

(11)

32. Tabel 32: Jumlah Responden yang Tidak Ataupun Mempunyai Suatu

Keluhan Pada Saat Pengobatan ... ... 100

33. Tabel 33: Keluhan yang Dirasakan Responden Pada Saal Proses Pengobatan Berlangsung ... ... ... ... 101

34. Tabel 34: Jenis Obat-Obatan yang Diterima Oleh Para Pasien ... 102

35. Tabel 35: Perubahan yang Dirasakan Dalam Diri Responden ... 103

36. Tabel 36: Waktu yang Dibutuhkan Dalam Mengalami Perubahan ... 104

37. Tabael 37: Manfaat yang Dirasakan Oleh Responden... 104

(12)

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama universal yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW kepada seluruh umat manusia, yang di dalamnya terdapat banyak pedoman untuk dijadikan landasan dalam segala aspek kehidupan, mulai dari urusan yang ringan sampai pada persoalan yang berat. Selain itu, di dalamnya terdapat aturan mengenai hubungan antara manusia dengan Tuhannya, serta hubungan antar sesama manusia. Karena itulah Islam disebut sebagai agama rahmatan Ii! 'alamin.

Rasulallah menganjurkan kepada setiap umat muslim agar melakukan upaya untuk menyebarluaskan ajaran Islam. Hal ini dapat dilakukan melalui dakwah, yaitu mengajak orang lain kepada kebaikan dan mencegah dari kemunkaran.1

Penyebaran Islam ke seluruh pelosok dunia, tidak tergantung kepada institusi tertentu, akan tetapi dikembalikan kepada orang muslim yang telah mengetahui dan menyadari kewajiban untuk menyampaikan dakwah. Dalam pelaksanaannya, harus disesuaikan dengan perkembangan zaman, serta mampu mengkondisikan diri dengan sasaran dakwah, yang dapat dilihat dari berbagai aspek, antara lain: kondisi sosial, ekonomi, budaya, dan ideologi yang diyakininya.

(13)

komponen-komponen penting yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya, yaitu da'i, materi, mad'u, metode, media dan tujuannya. Dan dalam pelaksaannya dapat melalui berbagai cara, yaitu: melalui lisan (bi! lisan), tulisan (bi! qalam) dan perbuatan nyata (bi! hal).2

Menurut Syaikh Musthafa Masyhur dalam bukunya yang berjudul

Fiqh Dakwah yang diterjemahkan oleh Abu Ridho, menyatakan bahwa:

"Setiap perbuatan baik atau disebut juga dengan amal saleh dapat memberi manfaat bagi pelakunya, di antaranya adalah dapat membersihkan jiwa, meningkatkan kualitas keimanan, mensucikan diri dari kehinaan dan kotoran, serta menghiasinya dengan akhlak-akhlak utama dan sifat-sifat mulia. Amal saleh dapat menjadikan pelakunya sebagai teladan yang baik bagi orang lain, dan itu dapat membentuk penyebaran nilai-nilai mulia di tengah masyarakat. Karena keteladanan nyata itu lebih berpengaruh daripada perkataan atau tulisan". 3

Salah seorang da'i yang aktif melakukan kee;iatan dakwah adalah KR. Sa' adih Al-Batawi. Beliau mendirikan majelis dzikir As-Samawat ケ。ョセ@

terletak di Puri Kembangan-Jakarta Barat. Majelis ini dijadikan tempat untuk melaksanakan dakwahnya, yaitu dengan metode shalat berjama' ah, dzikir bersama dan pengobatan altematif gratis bagi seluruh kalangan.

Dalam pelaksanaan kegiatan pengobatan, beliau memberikan pengobatan terhadap penyakit jasmani dan penyakit rohani. Untuk penyakit jasmani, beliau memberikan obat-obatan herbal yang berasal dari

tumbuh-tumbuhan yang terdapat di alam. Sedangkan untuk penyaldt rohani, beliau memberikan nasehat-nasehat kepada para pasien dan membimbing mereka agar lebih mendekatkan diri kepada Sang Khalik. Pengobatan altematif gratis

2

Hamzah Ya'qub, Publisistik Islam Teknik Dakwah dan Leadership, (Bandung:

Diponegoro, 1981), h. 47

(14)

ini

sangat menarik, karena hampir setiap malamnya jumlah pasien yang hadir mencapai sekitar 300 orang.4

Beliau selalu mengingatkan pada semua pasien bahwa penyakit berasal dari Allah, dan hanya Dia-lab yang dapat menyembuhkannya, sehingga ketika manusia terserang suatu penyakit, maka bersegeralah untuk mencari penawarnya, yaitu berobat kepada orang yang ahli dibidangnya dan berdo'a kepada Allah SWT agar diberi kesembuhan. 5

Dalam agama Islam, memberikan pengobatan secara gratis kepada orang lain adalah termasuk perbuatan yang mulia karena dapat meringankan beban yang dirasakan oleh orang tersebut. Umat muslim dianjurkan untuk saling membantu dalam kebaikan.

Allah SWT berfirman dalam surat A!-Ma'idah ayat 2 yang berbunyi:

セ@ セ@ セ@

:&Ti)flj 9jj_jT.J.}'f

JP

i_;jGi -q_, L>3'3:1\3_;JT

JP

i_;3Gij ...

" ... Dan tolong-menolonglah kamu dalam (menge1jakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya".

Oleh karena itu, pengobatan secara gratis menjadi salah satu kegiatan dakwah yang layak untuk dilakukan pada masa sekarang ini, mengingat biaya pengobatan yang melambung tinggi, baik medis (kedokteran) ataupun non medis (altematif), serta problematika kesehatan yang semakin kompleks di kalangan masyarakat.

4

(15)

Dari pemaparan penulis di atas mengenai kegiatan dakwah KH. Sa'adih Al-Batawi melalui majelis dzikir As-Samawat berupa pelaksanaan shalat berjama'ah, dzikir bersama dan dilanjutkan dengan pengobatan altematif gratis yang dalam pengobatan tersebut beliau selalu memberikan pesan-pesan islami kepada pasiennya, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih janh mengenai tanggapan jama'ah As-Samawat. Oleh karena itu diangkatlah satu judul skripsi. "Rcspons Jama'ah Majclis Dzikir As-Samawat Tcrhadap Dakwah KH. Sa'adih Al-Batawi di Puri Kcmbangan-J akarta Barat".

B. Batasan dan Rumusan Masalah I. Pembatasan Masalab

Untuk lebih mernfokuskan penelitian ini, maka permasalaban hanya dibatasi pada metode dakwah yang dilakukan oleh KH. Sa'adih Al-Batawi melalui majelis dzikir As-Samawat, yaitu pelaksanaan kegiatan shalat berjama'ab, dzikir bersama dan pengobatan altematif gratis.

2. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalab di atas, maka penulis merumuskan masalab sebagai berikut:

a) Bagaimana metode dakwah yang dilaksanakan oleh KH. Sa'adih Al-Batawi melalui rnajelis dzikir As-Samawat?

(16)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

l. Tujuan penelitian adalah:

a) Untuk mengetahui metode dakwah KH. Sa'adih Al-Batawi melalui melalui rnajelis dzikir As-Samawat.

b) Untuk mengetahui respons jama'ah majelis dzikir As-Samawat terhadap metode dakwah KH. Sa'adih AJ-Batawi melalui majelis dzikir As-Samawat.

2. Manfaat penelitian adalah: a) Manfaat akademis

I) Untulc memberikan kontribusi positif dalam bidang studi dakwah dan komunikasi.

2) Untuk memberikan informasi kepada mahasiswa dakwah dan komunikasi mengenai respons terhadap salah satu metode dakwah yang dilakulcan oleh KH. Sa'adih AJ-Batawi melalui majelis dzikir As-Samawat.

b) Manfaat praktis

Menjadi acuan atau pedoman para praktisi dakwah untuk diaplikasikan dalam mengembangkan pelaksanaan dakwah melalui berbagai bidang kehidupan.

D. Metodologi Penelitian

I. Model dan Desain Penelitian

(17)

perhitungan angka yang tepat. Pendekatan kuantitatif ini merupakan salah satu pendekatan dalam penelitian yang lebih ditekankan pada data yang dapat dihitung untuk menghasilkan penafsiran kuantitatif yang kokoh. 6 Pendekatan kuantitatif sifatnya adalah objektif, karena penulis dapat melihat langsung sebuah keadaan yang sebenarnya terjadi.

2. Subjek dan Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah jama'ah majelis dzikir As-Samawat, dengan alasan bahwa mereka mengetahui dan mengikuti langsung kegiatan dakwah KH. Sa'adih Al-Batawi melalui mejalis dzikir As-Samawat, sehingga data yang didapat dari mereka adalah data yang alnirat. Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah majelis dzikir As-Samawat karena majelis ini dijadikan sebagai tempat penelitian.

3. Waktu dan Tempat Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian, setidaknya peneliti membutubkan waktu minimal selama satu bulan agar mendapat data yang akurat dan jelas. Dan dalam penelitian ini, penulis melakukannya mulai dari bulan Mei sampai bulan Juni 2008. Dan Penelitian ini dilakukan di Majelis dzikir As-Samawat, tepatnya di JI. Puri Kembangan No. 15 RT. 0011/05 Kedoya Selatan-Jakarta Barat.

4. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

Sumber data dalam penelitian terbagi meajadi dua macam, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang langsung

6 Syamsir Salam. dan Jaenal Arifin MotriAriJ,.,,,...; D,. .... ,.1:,,:-._ 0 - - ' r

(18)

diambil dmi responden yang bersangkutan. Data sekunder adalah data yang didapat dari pihak kedua, tidak secara langsung dari subjek penelitian. 7 Dalam penelitian ini, penulis menggunakan data primer, yaitu dengan menyebarkan angket kepada responden yang dituju.

Adapun teknik pengumpulan data dalam pelaksanaan pene!itian ini, sebagai berikut:

a. Observasi yaitu alat pengumpul data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis gejala-gejala yang diselidiki.8 Dalam observasi ini, penulis mengikuti kegiatan pengobatan alternatif gratis yang dilakukan oleh KH. Sa' adih Al-Batawi. Kemudian penulis mencatat secara sistematis mengenai kejadian-kejadian yang berlangsung.

b. Angket/quesioner yaitu alat pengumpulan data yang berisi daftar pertanyaan secara tertulis yang ditujukan kepada responden penelitian. Pertanyaan-pertanyaan pada angket, bisa berbentuk tertutup (berstruktur) dan bisa juga berbentuk terbuka (tidak berstruktur).9 Dalam penelitian ini, penulis menggunakan angket bersifat terbuka (tidak berstruktur), sehingga responden dapat memilih jawaban yang dikehendakinya. Melalui angket inilah, penulis memberikan beberapa pertanyaan kepada jama'ah mengenai respons mereka terhadap

7 Nana Danapriatna dan Roni Setiawan, Pengantar Statistika, (Yogyakarta: Graha lhnu,

2005), Cet. Ke- l, h. 8

8 Drs. Cholid Narbuko, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), Cet. Ke- 4, h.

(19)

metode dakwah KH. Sa'adih Al-Batawi melalui majelis dzikir As-Samawat.

c. Wawancara yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab antara pewawancara dengan penjawab (responden) dengan menggunakan alat yang dinamakan

interview guide (panduan wawancara).10 Dalam penelitian ini, penulis

melakukan wawancara dengan pimpinan Majelis Dzikir As-Samawat, yaitu KH. Sa'adih Al-Batawi.

d. Dokumentasi yaitu pengumpulan data yang berkaitan dengan masalah penelitian, dapat berupa buku, majalah, artikel, :fhoto, gambar, dan lain-lain. 11 Dalam penelitian ini, penulis mendapat data dokumentasi melalui majalah As-Samawat dan :fhoto-:fhoto yang bersangkutan dengan masalah penelitian.

5. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, untuk keperluan penelitian ini diambil populasi dengan berpedoman kepada pendapat Suharsimi Arikunto seperti di bawah ini:

"Apabila subjek kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian popu!asi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari kemampuan peneliti dilihat dari segi

waktu, tenaga dan dana. 12

10 M. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985), h. 234

11 Nana Danapriatna dan Roni Setiawan, Pengantar Statistika, (Y ogyakarta: Graha Ilmu,

2005), Cet. Ke- I, h. 9

(20)

Dalam penelitian ini yang digunakan adalah sampel random atau sampel acak. Teknik sampling ini diberi nama demikian karena di dalam pengambilan sampelnya, peneliti mencampur subjek-subjek dalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama. Dengan demikian, maka peneliti memberi hale yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel. l3

Sampel adalah sebagian dari populasi, dalam penelitian ini populasi berjumlah 300 orang, dan peneliti mengambil sampel sebesar 10% dari jama'ah majelis dzikir As-Samawat. Sehingga sampel yang terambil adalah sebanyak 30 orang.

5. Analisa Data

Teknik analisis data da!an1 penelitian ini adalah statistik deskriptif dengan menggunakafi statistik persentase sebagai berikut:

F

P= - - X 100%

N

P = Besamya prosentase

F = Frekuensi (jumlahjawaban responden) N = Jumlah Responden14

Dari berbagai data dan informasi yang telah diperoleh, kemudian disajikan dalam bentuk tulisan yang disertai dengan analisis penulis. Dalam ha! ini, analisa dilakukan melalui elaborasi data untuk menunjukan keadaan dan gambaran sebenarnya.

13 Suharsimi Arikunto, Prosedur Pene/itian, suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2002), h. 111

(21)

Adapun mengenai tek:nik penulisan ini, penulis menggunakan buku

Pedoman Penu!isan Skripsi, Tesis, dan Disertasi, yang diterbitkan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta Press tahun 2007 .15

E. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran secara sederhana agar mempermudah penulisan skripsi ini, maka disusun sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab dengan rincian sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Memuat tentang Iatar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Landasan Teori Tentang Respons dan Dakwah

Memuat tentang pengertian respons, proses terjadinya stimulus-respons, macam-macam respons dan faktor-faktor pembentuk respons. Serta memuat tentang pengertian dakwah dan komponen-komponen penting dalam dakwah.

BAB ID : Gambaran Umum Majelis Dzikir As-Samawat dan Prom KH. Sa'adih Al-Batawi

Memuat tentang sejarah perkembangan maje!is dzikir As-Samawat, visi;· misi, serta tujuan majelis dzikir Asamawat, jama'ah majelis dzikir As-Samawat dan program kegiatan majelis dzikir As-Samawat. Dan memuat tentang riwayat hidup KH.

(22)

Sa'adih Al-Batawi, latar belakang pendidikannya, latar belakang keluarganya dan aktifitas dakwahnya melalui majelis dzikir As-Samawat.

BAB IV : Temuan Data dan Hasil Penelitian

Memuat deskripsi responden, temuan data, analisis metode dakwah KH. Sa'adih Al-Batawi di majelis dzikir As-Samawat, respons jama'ah majelis dzikir As-Samawat terhadap _ metode dakwah KH. Sa'adih Al-Batawi.

BAB V : Penutup

(23)

A. Pengertian Respons dan Ruang Lingkupuya

1. Pengertian Respons

Respons dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti tanggapan, reaksi, jawaban.1 Dalam Kamus Ilmiah Populer, respons berarti reaksi, jawaban, reaksi balik.2 Dan dalam Kamus Sosiologi, respons berarti perilaku yang merupakan konsekuensi dari perilaku sebelumnya (tanggapan).3 Sedangkan dalam Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, respons adalah reaksi psikologi metabolic te-"hadap tibanya suatu rangsang, ada yang bersifat otomatis seperti refleks dan reaksi emosional langsung, ada pula yang bersifat terkendali. 4

Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil pengertian bahwa respons menurut bahasa adalah reaksi balik atau tanggapan dari seseorang atau orang banyak terhadap suatu peristiwa yang telah terjadi. Dengan demikian yang dimaksud dengan respons tersebut sama juga dengan tanggapan.

1 Departemen Pendidikan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005),

Cet. Ke-3, h. 952

2

Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al-Bany, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola,

1994), h. 674

1

(24)

Sedangkan menurut istilah, seperti yang telah dikatakan oleh Indung A Shaleh bahwa respons adalah:

Setiap kegiatan yang ditimbulkan oleh stimulus (perangsang). Jadi suatu perangsang adalah apa yang menimbulkan suatu sambutan. Perangsang tersebut merupakan kekuatan-kekuatan dari luar ( seperti lewatnya seorang gadis, lukisan yang indah), atau dari dalam ( seperti lapar, haus dan sebagainya) yang bekerja terhadap suatu reseptor. Dalam diri organisme itu sendiri terdapat perangsang yang mendorong atau menggiatkan seluruh bagian-bagiannya. Kedua istilah ini, stimulus dan respons, rangsang dan sambutan, tidak bisa dipisah-pisahkan karena merupakan suatu kebulatan. 5

Di atas telah disebutkan bahwa respons sama halnya dengan tanggapan, oleh karena itu, penulis akan menguraikan beberapa pendapat mengenai pengertian tanggapan, sebagai berikut:

a. Abu Ahmadi, tanggapan sebagai salah satu fungsi jiwa yang pokok, dapat diartikan sebagai gambaran ingatan dari pengamatan pada objek yang telah diamati, dan objek tersebut tidak lagi berada dalam ruang aw•i waktu pengamatan. Jadi jika proses pengamatan telah berhenti, hanya kesannya saja yang tertinggal. Maka itulah yang disebut tanggapan. 6

b. Agus Sujanto, Tanggapan adalah pengamatan yang tinggal dalam kesadaran kita yang sedang mengamati. 7

c. M. Alisuf Sabri, tanggapan adalah bayangan atau kesan kenangan dari apa yang pernah kita amati atau kenali. 8

Dengan demikian, respons, tanggapan ataupun jawaban, muncul disebabkan oleh karena adanya suatu gejala atau peristiwa yang mendahuluinya. Sehubungan dengan adanya stimulus, khususnya terhadap

' Indung A Shaleh dick, Pengantar Psikologi Umum, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982),

Cet. Ke-I, h. 78

6

Abu Ahmadi, Psikologi Be/ajar, (Jakarta: Reneka Cipta, 1992), Cet. Ke-3, h. 64

7

Agus Sujanto, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Aksara Baru, 1991), h. 30

(25)

seseorang, malca akan muncul sebuah respons atau tanggapan terhadap apa yang dilihat, didengar dan dirasakan.

2. Proses Terjadinya Stimulus-Respons

Suatu perbuatan sadar timbul ak:ibat adanya stimulus, baik yang datang dari luar tubuh maupun dari dalam tubuh. Ada berbagai macam teori tentang kesadaran diri. Aliran behaviorisme antara lain Watson, berpendapat bahwa suatu perbuatan sadar disebabkan oleh karena adanya tiga faktor, yaitu:

a. Adanya stimulus (rangsang)

b. Stimulus tersebut menimbulkan respon Qawaban) yang berupa perbuatan

c. Bond yaitu hubungan antara stimulus dengan respon tersebut.

Teori ini dikenal dengan nama SARBOND (stimulus+respon+bond).9 Penulis memahan1i teori di atas, bahwa melalui pancra inderalah, manusia dapat mengamati apa yang ada di sekitarnya sehingga dalam dirinya timbul kesan atau bahkan respons berupa perbuatan terhadap objek tertentu.

Dalam ilmu komunikasi, dikenal adanya teori S-0-R, yaitu stimulus-organism-respons. Menurut teori ini, bahwa reaksi tertentu akan timbul akibat stimulus tertentu, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan yang disampaikan terhadap reaksi komunikan.10 Model teori ini dapat dilihat pada gambar berikut:.

9

(26)

Stimulus Organisme:

-

Perhatian

-

Pengertian

-

Penerimaan

l

Res po us (perubahan sikap)

Gambar di atas menunjukkan bahwa komunikasi dapat berlangsung apabila komunikan menaruh perhatian, pengertian, serta penerimaan terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator. Setelah itu akan dilanjutkan ke proses berikutnya yaitu perubahan sikap, ini dapat diartikan juga suatu respon atau tanggapan terhadap pesan tersebut. Sedangkan stimulus yang dimaksud di atas adalah dapat berupa kata-kata vabal ataupw1 non verbal dari komunikator kepada komunikan.11

Selain itu, dalam komunikasi terdapat beberapa model atau teori, di antaranya teori tentang respons. Respon merupakan model dasar dan sangat sederhana dari suatu proses komunikasi, yang di dalanmya terdapat aksi dan reaksi. Teori ini dipengaruhi oleh disiplin psikologis aliran behavioristik yang menggambarkan hubungan stimulus-respon. Asumsi dari teori ini, bahwa stimulus yang berupa kata-kata verbal, isyarat non verbal, gambar, tindakkan tertentu akan merangsang orang lain untuk memberikan respon dengan cara-cara tertentu. Proses pemindahan atau pertukaran informasi ini bersifat timbal ba!ik dan mempunyai banyak efek.12

[image:26.534.64.445.19.492.2]
(27)

Pembahasan respons tidak bisa terlepas dari pembahasan proses terjadinya komunikasi, karena respons merupakan timbal balik dari apa yang dikomunikasikan terhadap orang-orang yang terlibat proses komunikasi. Komunikasi merupakan jalinan sistem yang utuh dan signifikan, sehingga proses komunikasi hanya akan berjalan secara efektif apabila unsur-unsur di dalamnya terdapat keteraturan.13

Sender

-.1

Encoding

1-.

Message media Decoding

r

Receiver

Noise

Feedback Respons

Keterangan:

Sender komunikator yang menyampaikan pesan kepada seorang atau sejumlah orang.

Encoding Penyandian, yaitu proses pengalihan pikiran dalam bentuk lambang

Message : Pesan yang merupakan serangkaian Iambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.

Media : Seluruh alat komunikasi, tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan.

Decoder Pengawasandian, yaitu proses di mana komunikan menetapkan makna dalam lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.

Response Tanggapan seperangkat reaksi kepada komunikator setelah diterpa pesan.

Feedback : Umpan balik, yaitu tanggapan komunikan apabila tersampaikan kepada komunikator.

(28)

Model komunikasi di atas, menegaskan faktor-faktor kunci dalam komunikasi efektif. l4

Pada model komunikasi di atas, terdapat respons yang merupakan tanggapan dari komunikan terhadap pesan yang dikirim oleh komunikator melalui media komunikasi, setelah itu terjadilah umpan balik terhadap komunikator. Ketika komunikan menanggapi baik, maka respons tersebut adalah positif. Begitu pula sebaliknya, jika komunikan menanggapi tidak baik, maka respons tersebut adalah negatif.

3. Macam-Macam Respons

Macam-macam respons yang diartikan sebagai tanggapan dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu berdasarkan indera yang digunakan, terjadinya dan lingkungannya. 15 Agar lebih jelas dapat dilihat gambar sebagai berikut:

セ@ l. Tanggapan auditr

·r

A.

Menurut indera yang セ」⦅NNQRN@

Tanggapan visual

....

mengamati

3.

Tanggapan perasa,

L+ dan sebagainya

-Ii.

Tanggapan ingatan

Macam-macam

'-H

B. Menurut terjadinya

l

c...12.

Tanggapan fantasi Tanggapan

3.

Tanggapan pikiran,

I...+ dan sebagainya

-11.

Tanggapan benda

L.j

C. Menurut lingkungannya

l

2.

Tanggapan kata-kata, ' - dan sebagainya

14 Ibid, h. 18-19

I

I

I

(29)

a. Tanggapan menurut indera yang mengamati, yaitu:

1) Tanggapan Auditif adalah tanggapan terhadap apa-apa yang didengarnya, baik berupa suara, ketukar, dan lainnya.

2) Tanggapan Visual adalah tanggapan terhadap sesuatu yang dilihat 3) Tanggapan perasa adalah tanggapan terhadap sesuatu yang dialami

oleh dirinya. 16

b. Tanggapan menurut terjadinya, yaitu:

I) Tanggapan ingatan adalah ingatan masa lalu, artinya tanggapan terhadap kejadian yang telah lalu.

2) Tanggapan Fantasi adalah tanggapan masa kini, artinya tanggapan terhadap sesuatu yang sekarang terjadi.

3) Tanggapan pikiran adalah tanggapan masa datang atau tanggapan terhadap sesuatu yang akan teijadi.17

c. Tanggapan menurut lingkungannya, yaitu:

I) Tanggapan benda adalah tanggapan terhadap benda-benda yang ada di sekitarnya.

2) Tanggapan kata-kata adalah tanggapan seseorang terhadap ucapan atau kata-kata yang dilontm·kan oleh lawan bicara. 18

Beberapa macam tanggapan di atas tergantung pada jenis stimulusnya, karena tanggapan yang dilakukan oleh seseorang dapat terjadi apabila terpenuhi faktor penyebabnya. Hal ini perlu diketahui agar indivfr1\:,yang

I

bersangkutan dapat merespon dengan baik. Pada proses awalnya,

ゥイゥセゥカゥ、オ@

mengadakan tanggapan atau respons tidak terhadap semua stimulus yang ada, tetapi individu melakukan respons terhadap stimulus yang ada penyesuaian atau yang menarik dirinya.

16 Ibid, h. 31

17 Ibid,

(30)

4. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Respons

Menurut Bimo Walgito dalam bukµn Psikologi Belajar, bahwa terdapat dua faktor yang menyebabkan individu melakukan respons, yaitu:

a. .Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri individu. Manusia terdiri dari dua unsur, yaitu: jasmani dan rohani, maka seseorang yang mengadakan tanggapan terhadap suatu stimulus tetap dipengaruhi oleh eksistensi kedua unsur tersebut. Apabila terganggu salah satu unsur tersebut, maka akan melahirkan respon yang berbeda intensitasnya pada diri individu yang melakukan respons, atau akan berbeda responnya tersebut di antara satu orang dengan orang lain.

b. Faktor ekstemal, yaitu faktor yang ada pada lingkungan. Faktor ini biasa dikenal juga dengan faktor stimulus. Faktor ini berhubungan dengan objek yang diamati, sehingga menimbulkan stimulus, kemudian stimulus tersebut sampai pada indera yang menggunakannya. 19

Penulis berpendapat bahwa dengan indera yang dimiliki, setiap ind1vidu dapat mengamati segala sesuatu ha!, atau suatu kegiatan yang ditimbulkan oleh adanya stimulus, sehingga timbullah suatu bayangan yang tertinggal dalam ingatan setelah adanya pengamatan, dan kemudian dapat ditimbulkan kembali (reproduksi) sebagai jawaban dan tanggapan. Oleh karena itulah, setiap individu dapat mengingat kembali segala sesuatu yang telah dilihat, didengar ataupun dirasakan.

B. Pengertian Dakwah dan Ruang Lingkupnya 1. Pengertian Dakwah

Secara bahasa (etimologi) kata dakwah berasal dari bahasa Arab

( i..9"J セj[@ ll>J) yang berarti menyeru, memanggil, mengajak.20 Dalam

Kamus Al-Munawwir, dakwah berasal dari kata ャゥセj@ yang berarti menyeru,

(31)

memanggil, ataupun mengajak.21 Dalam Kamus Lengkap Bahasa

Indonesia; dakwah adalah penyiaran, propaganda, seruan untuk memeluk,

mempelajari dan mengamalkan ajaran agama. 22

Dari pengertian tersebut, dakwah secara bahasa berarti seruan atau ajakan untuk melakukan sesuatu yang sejalan dengan ajaran agama Islam.

Sedangkan dakwab secara istilah menurut Syamsuri Siddiq adalah: "Segala usaha dan kegiatan yang disengaja dan berencana .. dalam. ujud sikap, ucap dan perbuatan yang mengandung ajakan dan seruan, baik langsung atau tidak langsung ditujukan kepada orang perorangan, masyarakat atau golongan supaya tergugab jiwanya, terpanggil hatinya kepada ajaran Islam untuk selanjutnya mempelajari dan menghayati serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari".23

Dalam Ensiklopedi Islam, dakwah secara istilah adalah setiap kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk berima.-i dan taat kepada Allah SWT sesuai dengan garis akidah, syariat dan akhlak islamiyah. 24

Syaikh Ali mahfudz yang dikutip oleh Syamsuri Siddiq, memberi batasan mengenai dakwab sebagai membangkitkan kesadaran manusia di atas kebaikan dan bimbingan, menyuruh berbuat yang ma'ruf dan mencegah dari pekerjaan yang munkar supaya mereka memperoleh kebahagiaan di dunia

.dan

.akhirat.25

21 A. W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir, (Surabaya:

Pustaka Progressif, 2002), Cet. Ke-2, h. 127

22 Frista Artmanda W., Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jombang: Lintas Media),

h.232

23 Syamsuri Siddiq, Dakwah dan Teknik Berkhutbah, (Bandung:

PT. Al-Ma'arif, 1981),

Cet. Ke-I,

h.

8 . .

24 Hasan Muarif Ambari, Nurcholis Madjid, dkk, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Ikrar

(32)

Dalam hal ini, pengerti: . yang diberikan oleh Quraish Shihab tentang dakwah adalah seruan a -.u ajakan kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi kepada .,:;uasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun m: •. :·arakat.26

Dari beberapa pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa dakwah adalah penyampair .. ; ajaran agama Islam yang bertujuan agar orang lain melaksanakan

z

"an agama dengan sepenuh hati. Dakwah Islam dapat .dipandang seb&. ,; proses dan peristiwa. Dakwah dikatakan sebagai proses, karena dak·. :·h merupakan usaha untuk merubah suatu keadaan menjadi keadaan y ·;; lebih baik dan sempurna menurut tolak ukur Islam. Sedangkan dak\ ·, sebagai peristiwa adalah aktualisasi iman manusia yang dimanifestasi . ke dalam suatu kegiatan dalam bidang kemasyarakatan dalam usah: .- ·:,ujudkan ajaran Islam pada semua segi kehidupan manusia

2. Landasan Hokum Dakwah

Adapun yang menjadi la i::3an hukum kewajiban dakwah adalah Al-Qur'an dan hadits Nabi Muhr •1mad SAW. Firman Allah SWT dalam surat Ali Imranayat 104 yang bed:. ;yr:

J. ,., J. '"" J J ,,.. ,... セ@ c.. ,... J. "'""

セPyKwi@

t"'.ilfjlj p1

"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kpada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-ora:1g yang beruntung."

(33)

Ayat tersebut memberi petunjuk kepada setiap umat muslim agar melakukan upaya penyebaran dan p.emerataan ajaran Islam agar tennasuk ke dalam golongan umat yang beruntung. Upaya-upaya yang harus dilakukan antara lain:

a. Mengajak kepada kebaikan b. Menyuruh kepada kebenaran c. Melarang dari kemunkaran27

Para ulama berbeda pendapat dalam mengartikan min yang terdapat dalam ayat di atas. Sebagian memahami bahwa pengertian min dalam ayat tersebut adalah wajib 'ain karena min tersebut adalah bayaniyah,

menunjukkan penjelasan bukan pembatasan. Dengan alasan bahwa Allah SWT mewajibkan amar makruf dan nahi munkar atas seluruh umatnya. Dan sebagian yang lain berpendapat bahwa pengertian min tersebut adalah

littab 'id, menunjukkan wajib kifa'i yaitu sebagian umat saja, dengan

alasan bahwa di kalangan umat ada yang tidak dapat menegakkan yang makrufdan mencegah yang rnunkar.28

Walaupun berbeda pendapat rnengenai kewajiban dakwah tersebut, tetapi mereka mengambil jalan tengah untuk mencapai suatu kesepakatan yaitu, bagi .para ulama yang berpendapat bahwa.dakwah adalah wajib 'ain, mereka membatasi kewajiban hanya untuk umat yang memiliki ilmu dan

kemampuan melakukan dakwah. 29

27 Syamsuri Siddiq, Dakwah dan Teknik Berkhutbah, h. 8

28

(34)

Sedangkan bagi ulan1a yang berpendapat wajib k:ifa'i, mereka memahami bahwa kewajiban dakwah dapat tertunaikan apabila tersedia jumlah yang cukup untuk menyelesaikan tugas dakwah, jika belum tersedia jumlah yang cukup, maka kewajiban dakwah masih terbebankan bagi semua kaum muslim. Dan rnengenai jumlah tersebut, dapat disesuaikan dengan jumlah anggota masyarakat pada suatu daerah tertentu. 30

Di samping ayat Al-Qur'an, Nabi Muhammad SAW pun menganjurkan kepada setiap umatnya agar selalu melakukan upaya dakwah sesuai dengan batas kemampuannya. Sebagaimana hadits beliau yang berbunyi:

Sahabat Abi Sa'id Al Hudri radiyallahu'anhu telah berkata: aku mendengar Rasulallah bersabda: "Barang siapa melihat suatu kemunkaran, hendaklah mencegahnya dengan kekuatan tangannya. Apabila tidak kuasa, maka dengan Iisannya. Apabila tidak kuasa, hendaklah mencegah dengan hatinya Yang demikian itu adalah selemah-lemah iman". (HR. Muslim)

Selain ayat Al-Qur'an dan had.its Nabi yang disebutkan di atas, masih banyak landasan dakwah, baik .dari ayat Al-Qur'an maupun hadits Nabi yang tidak dapat disebutkan dalam pembahasan ini secara satu persatu.

'0 Ibid, h. 5

(35)

3. Komponen Dakwah

Adapun yang dimaksud dengan komponen dakwah adalah komponen-komponen yang selalu ada disetiap kegiatan dakwah. Komponen-komponen tersebut adalah subjek dakwah (da'i), objek dakwah (mad'u), materi dakwah, metode dakwah, media dakwah, serta tujuan dakwah.

a. Subjek Dakwab (da'i)

Da'i adalab subjek dari kegiatan dakwab, yaitu orang yang menyeru, mengajak kepada objek dakwah. Tetapi mengingat babwa proses memanggil atau menyeru tersebut juga merupakan suatu proses penyampaian (tabligh) atas pesan-pesan tertentu, maka selain da'i, dikenal juga istilab muballigh yaitu orang yang menyampaikan pesan kepada objek dakwah.32

Da'i merupakan nara surnber bagi kegiatan dakwab. Itulab sebabnya da'i sangat menentukan adanya dakwah, karena tanpa seorang da'i, kegiatan dakwab tidak akan berlangsung. Oleh karena itu, terdapat syarat-syarat peikologi yang sangat kompleks, yang harus dimiliki oleh seorang da'i. di antara syarat yang paling esensi bagi seorang da'i adalah maslah moral, akhlak dan bucli pekerti.33

Para da'i memiliki tugas sebagai central of change dalam suatu masyarakat, sehingga tugasnya adalab menyelamatkan masyarakat dengan dasar-dasar nilai keagamaan dan mengemban tugas pemberdayaan seluruh potensi masyarakat Tugas kompleks tersebut,

32

(36)

idealnya memang harus dilakukan secara simultan mengingat seluruh elemen-elemen di dalam masyarakat akan saling berkolerasi.34

Da'i dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:

1) Secara umum adalah setiap muslim yang berdakwah sebagai kewajiban yang melekat, tak terpisahkan

dari

missinya sebagai penganut Islam, sesuai dengan perintah "ballighu 'anni walau ayat".

2) Secara khusus adalah mereka yang mengambil keahlian dalam bidang dakwah Islam, dengan kesungguhan yang luar biasa dan dengan qudrah hasanah.35

Pemyataan di atas menunjukkan bahwa siapa saja yang menyatakan pengikut Nabi Muhammad SAW hendaknya menjadi seorang da'i, tentu saJa hams disesuaikan dengan kapasitas kemampuannya dan harus dijalankan sesuai dengan hujjah yang nyata dan kokoh.

Kemudian yang harus dipersiapkan secara matang oleh pera da'i antara lain sebagai berikut:

l) Memahami secara mendalam ilmu, makna-makna, serta hukum-hukum yang terkandung dalam Al-Qur'an dan As-sunah. Bentuk pemahaman ini dapat dirinci lagi ke dalam tiga ha!, yaitu:

a) Pemahaman terhadap akidah Islam dengan baik dan benar, berpegang teguh pada dalil-dalil Al-Qur' an, sunnah, dan ijma ulama ahlu sunah wal jama 'ah.

34

Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer, (Y ogyakarta: Mitra Pustaka, 2000), Cet.

(37)

b) Pemahaman terhadap tujuan hidup dan posisinya di antara manusia.

c) Pemahaman terhadap ketergantungan hidup untuk akhirat dengan tidak meninggalkan urusan dunia

2) Iman yang mendalam sehingga melahirkan rasa cinta kepada Allah SWT, dan mau melaksanakan segala perintahnya, serta menjauhi segala larangannya.

3) Selalu berhubungan dengan Allah SWT dalam rangka tawakal ataupun meminta pertolongan. 36

Tidak kalah pentingnya untuk dicermati, bahwa da'i juga hams mempersiapkan kepribadian diri agar masyarakat percaya dan mau mengikuti ajakannya, antara lain adalah memiliki hati yang ikhlas, jujur, pemaaf, rendah hati, dan lain-lain.

b. Objek Dakwah (mad'u)

Objek dakwah atau sasaran dakwah biasa disebut dengan mad'u, yaitu seluruh anggota masyarakat dengan segala macam bentuknya Objek atau sasaran dakwah sangat menentukan berlangsungnya suatu kegiatan dakwah. 37

Ada beberapa bentuk sasaran dakwah ditinjau dari segi psikologinya, yaitu:

l) Sasaran dakwah yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat

dari

segi sosiologiknya berupa masyarakat terasing, pedesaan, kota, serta masyarakat marginal

dari

kota besar.

36

Sa'id Bin Ali Al Qahtani, Dakwah Islam Dakwah Bijak, (Jakarta: Gema Insan Press,

(38)

Al-Qur'an merupakan sumber utama dari ajaran Islam, ia merupakan materi pokok yang harus disampaikan melalui dakwah dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh masyarakat. Sebagai pedoman hidup, dalam Al-Qur'an terkandung secara lengkap petunjuk, pedoman, hukum, sejarah, serta prinsip-prinsip yang menyangkut masalah keyakinan, peribadatan, pergaulan, akhlak, politik, ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya. 40

Secara umum, pokok isi Al-Qur'an meliputi:

I) Aqidah, yaitu masalah-maslah yang berkaitan dengan keyakinan (keimanan), baik mengenai iman kepada Allah, iman kepada Malaikat, iman kepada Rasul, iman kepada hari akhir, iman kepada Qodo dan Qodar.

2) Ibadah, di sini dimaksudkan ibadah khusus yang langsung menghubungkan antara manusia dengan Allah SWT, seperti shalat, puasa, dan lain sebagainya.

3) Muamalah, yaitu segala sesuatu yang diajarkan untuk mengatur hubungan antara manusia dengan menusia, seperti masalah politik, ekonomi, social, dan sebagainya.

4) Akhlak, yaitu pedoman norma-norma kesopanan dalam pergaulan hidup sehari-hari.

5) Sejarah, yaitu riwayat-riwayat manusia dan lingkungannya sebelum datangnya Nabi Muhammad SAW.

6) Dasar-dasar ilmu dan teknologi, yaitu petunjuk-petunjuk singkat yang memberikan dorongan kepada manusia untulc mengadakan anaiisa dan mempelajari isi alam dan perubahan-perubahannya. 7) Lain-lain, baik berupa anjuran-anjuran, janji-janji, ataupun

ancaman.41

Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa materi dakwah sangat menentukan adanya keberhasilan suatu kegiatan dakwah secara menyeluruh, terutama sekaii tujuan yang hendak dicapai. Seorang da'i tanpa adanya materi yang disampaikan cenderung menjadikan kegiatan

40 Slamet Muhaimin Abda, Prinsip-Prinsip Metodologi Dakwah, (Surabaya: Usana Offset

(39)

dakwah itu tidak terarah, bahkan dapat menyebabkan hilangnya bentuk dakwah yang sebenarnya. Oleh karena itu, materi dakwah harus seiring dan searah dengan kondidi objek dakwah yang dituju.

d. Metode Dakwah

Dari segi bahasa metode barasal dari kata "meta" (melalui) dan "hodos" Galan, cara).42 Sumber lain menyebutkan bahwa metode berasal dari bahasa Jerman "methodica" artinya ajaran tentang metode. Dan dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata "methodis'' artinya jalan, yang dalam bahasa Arab "thoriq".43

Dengan demikian penulis dapat memahami, bahwa metode dakwah adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan.

Bentuk-bentuk metode dakwah seperti dikutip dalam Al-Qur'an surat An-Nahl ayat 125 yang berbunyi:

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik pula. Sesungguhnya Tuhan-Mu adalah yang Maha Mengetahui terhadap orang yang sesat dari jalan-Nya, dan Dia mengetahui orang-orang yang diberikan petunjuk".

Pada ayat tersebut, terdapat tiga metode yang dapat dignnakan dalam berdakwah, yaitu:

(40)

I) Hilanah

Kata hilanah dalam Al-Qur'an disebutkan sebanyak 20 kali, baik dalam bentuk

ruh,

hati, maupun ma'rifat. Bentuk masdarnya

"hukma" yang diartikan secara makna aslinya adalah mencegah.

Al-Hilanah juga berarti tali kekang pada binatang sebagaimana dijelaskan dalam kitab Misbahul Munir.44

Kata hilanah juga sering kali diterjemahkan dalam pengertian bijaksana, yaitu suatu pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak objek dakwah mampu melaksanakan apa yang didakwahkan, atas kemauannya sendiri, tidak merasakan ada paksaan, konflik maupun rasa tertekan.45

Kata hikmah juga sering kali diterjemahkan dalam pengertian bijaksana, yaitu suatu pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak objek dakwah marnpu melaksanakan apa yang didakwahkan, atas kemauannya sendiri, tidak merasakan ada paksaan, konflik maupun rasa tertekan. 46

Al-Hikmah menurut Imam Abdullah bin Ahmad Mahmud

An-Nasafi:

44 Depag,

"Al-Qur'an dan Terjemah", (Semarang: Kumud Asmoro Grasindo, 1994), h. 421.

45 Siti Muriah,

"Metodologi Dakwah Kontemporet'', (Y ogyakarta: Mitra Pustaka, 2000),

(41)

"Dakwah dengan bi! hikmah ialah dakwah dengan menggunakan perkataan yang benar dan pmti, yaitu dalil yang

menjelaskan kebenaran dan menghilangkan keraguan. "47

Da!am kitab al-Hikmah waji al Dakwah Ilallah Ta'ala oleh Said bin Ali bin Wahif al-Qathani yang dikutip oleh Siti Muri' ah da!am buku Metodologi Dakwah Kontemporer diuraikan lebih jelas dan rinci tentang pengertian al-Hikmah, antara Iain:

1) Menurut bahasa;

a)· Adil, ilmu, sabar, kenabian, al-Qur'an, dan injil.

b) Memperbaiki (membuat meajadi baik atau pas) dan

terhindar dari kerusakan.

c) Ungkapan untuk mengetahui sesuatu yang utama dengan ilmu yang utama.

d) Objek kebenaran (al-Haq) yang didapat me!alui ilmu dan

aka!.

e) Pengetahuan atau ma'rifat. 48 2). Menurut istilah (syar'i):

Para ulama berbeda penafsiran mengenai kata hikmail baik yang ada dalam al-Qur'an maupun al-Sunnah, antara lain: a) Valid (tepat) dalam perkataan dan perbuatan.

b) Mengetahui yang benar dan mengamalkannya (ilmu dan pengama!an).

c) Wara' dalamDinAIIah.

d) Meletakkan sesuatu pada tempatnya. e) Menjawab dengan tegas dan tepat. 49

Selain itu, pengertian hikmah antara Iain sebagai berikut: a) Ahmad Al-Musthofa Al-Maraghi yang dikutip oleh Marsekan

Fatwa mengatakan, hikmah adalah perkataan yang tegas dan disertai dengan da!il-dalil yang memperjelas kebenaran dan menghilangkan keraguan.

b) Marsekan Fatwa mengatakan, hikmah adalah dakwah dengan memperhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah dengan menitikberatkan pada kemampuan mereka, sehingga dalam

47 Op. cit, H. Hasanuddin, Hukum Dakwah (Tinjauan Aspek Hu/cum dalam Berdakwah di

Indonesia), h. 36.

(42)

menjalankan ajaran Islam tidak merasa terpaksa atau keberatan. 50

Dari kedua pengertian di atas, dapat dipahami bahwa hikmah, baik itu secara etimologi maupun pemakaiannya dalam Al-Qur'an, bahwa hikmah yang dimaksudkan dalam bahasa Indonesia adalah bijaksana. Jadi hikmah yang dijadikan sebagai metode dakwah dalam ayat tersebut adalah penyampaian ajaran Islam kepada manusia menu JU kebenaran dengan mempertimbangkan kemampuan dan ketajaman rasional atau akal objek dakwah.

Dakwah dengan hikmah kebijaksanaan jangkauannya luas dari pada nasehat dan mujadalah. Sebab dakwah dengan hikmah bisa ditempuh melalui berbagai cara diluar nasehat dan mujadalah (bertukar pikiran) sepaajang tidak berteniangan dengan ajaran Islam. Misalnya sebagai berikut:

a) Uswatun hasanah yaitu keteladanan b) Seni budaya yang bernafaskan Islam c) Pameran pembangunan

d) Bantuan sosial Islam

e) Pelayanankesehatan, dan sebagainya. 51

Salah satu contoh di atas adalah pelayanan kesehatan, pelayanan kesehatan merupakan metode yang dilakukan dengan jalan memberikan pengobatan kepada masyarakat yang tujuannya adalah mengadakan perubahan perilaku menjadi lebih baik.

50

(43)

2) Mau'idzah Hasanah

Al-Mau 'idzatil hasanah menurut Imam Abdullah bin Ahinad

An-Nasafi, yakni:

"Al-mau 'idzatil hasanah yaitu (perkataan-perkataan) yang tidak tersembunyi bagi mereka, bahwa engkau memberikan nasehat dan menghendaki. manfaat kepada mereka, atau dengan

Al-Qur 'an. "52

Menurut Ki. M.A. Mahfoeld, al-mau'idzatil hasanah adalah diukur dari segi dakwah itu sendiri. Hasanah dalam dakwah adalah kadar ibadah kepada Allah swt, dan di dalamnya mengandung:

I) Didengar orang, lebih banyak lebih baik suara panggilannya. 2) Diturut orang, lebih banyak lebih baik maksud tl\iuannya,

sehingga menjadi lebih besar kuantitas manusia yang kembali kejalan Tuhannya,jalan Allah SWT.53

Ali Mustafa Ya' qub menyatakan bahwa Mauidzah al Hasanah

adalah ucapan yang berisi nasehat-nasehat yang baik. Di mana nasehat-nasehat tersebut dapat bermanfaat bagi orang yang mendengarkannya, atau argurnen-argumen yang memuaskan sehingga pihak audience dapat membenarkan apa yang disampaikan oleh subyek dakwah (da 'i). 54

52 Hasanuddin, Hukum Dakwah {Tilyauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia),

(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996) Cet. Ke- I, h. 37.

(44)

Lalu menurut Filosof Tanthawy Jauhari, yang dikutip Faruq Nasution mengatakan bahwa:

"Mauidzah al-Hasanah adalah Mauidzah Ilahiyyah yaitu upaya apa saja dalam menyeru atau mengajak manusia kepada jalan kebaikan (ma yad'u ila al saleh) dengan cara rangsangan menimbulkan cinta f{aghbah) dan rangsangan yang menimbulkan waspada (rahbah)."5•

Siti Muri'ah berpendapat bahwa mau'idzah hasanah adalah tutur kata, pendidikan dan nasehat yang baik. Nasehat yang baik maksudnya adalah memberikan nasehat kepada orang lain dengan cara yang baik, berupa petunjuk-petunjuk kearah kebaikan dengan bahasa yang baik, yang dapat mengubah hati, agar nasehat tersebut dapat diterima oleh objek dakwah (mad'u).56

Ali Mustafa Ya'qub menyatakan bahwa mau'idzan hasanah adalah ucapan yang berisi nasehat-nasehat yang baik, yang dapat bermanfaat bagi orang lain yang mendengarkannya, atau argumen-argumen yang memuaskan sehingga pihak objek dakwah dapat membenarkan apa yang disampaikan oleh subjek dakwah. 57

Adapun dakwah yang dapat dikategorikan ke dalam maui' dzah hasanah ini di antaranya:

a) Kunjungan keluarga

b) Pengajian berkala di majelis-majelis ta'Jim c) Ceramah umum, dan lain sebagainya.58

55 Op. cit, Siti Muriah, Metodo/ogi Dakwah Kontemporer, b. 45.

56 Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer, b. 43

,., Ali Mustafa Ya'qub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, (Jakarta: Pustaka Firdaus,

(45)

Penyampaian Mauidzah hasanah dapat dilakukan melalui berbagai bentuk, antara lain::

1) Dalam bentuk menuturkan tentang kisah-kisah keadaan umat masa lalu, baik yang taat menjalankan perintah Allah SWT, seperti para Rasul, para sahabat Nabi, orang-orang shaleh, dan lain-lainnya.

2) Dalam bentuk memberi peringatan atau mengabarkan berita gembira (ancaman ataujanji).

3) Dalam bentuk melukiskan keadaan surga dan penghuninya serta keadaan neraka dan penghuninya.

4) Dalam bentuk mengungkapkan perumpamaan-perumpamaan, mencari kesamaan-kesamaan. Misalnya,. imtuk meyakiukan bahwa bumi, langit, dan isinya merupakan ciptaan Allah SWT, sebab tidaklah mungkin ada suatu ciptaan tanpa ada yang menciptakarmya. 59

Dari pemyataan di atas, dapat dimengerti bahwa dakwah dengan mau'idzah hasanah adalah yang paling mudah dilalo1kan dan paling cepat sampai kepada sasaran, karena yang dipergunakan oleh objek dakwah dalam penerimaan pesannya itu hanyalah indera pendengar saja. Adapun mengenai perubahan sikap pada diri objek dakwah tersebut tergantung pada pribadi masing-masing.

3) Mujadalah

Mujadalah berarti berdiskusi dengan cara yang baik, maksudnya adalal1 berdiskusi dengan cara yang paling baik dari cara-cara berdiskusi yang ada. Cara ini biasanya dilakukan untuk menghadapi objek dakwah yang bersifat kalru dan keras, sehingga ia mungkin mendebat, membantah, dan lain sebagainya Mujadalah adalah cara teraklllr yang digunakan dalam berdakwah, manakala

(46)

dua cara sebelumnya tidak mampu. Lazimnya cara ini digunakan untuk orang-orang yang taraf berpikirnya cukup maju dan kritis, 60

Sayyid Qutb yang dikutip oleh Siti Muriah, mengatakan bahwa dalam menerapkan metode diskusi dengan cara yang baik perlu diperhatikan hal-hal berikut:

a) Tidak merendabkan pihak lawan, atau menjelek-jelekkan, karena tujuan diskusi bukan mencari kemenangan, melainkan memudabkannya agar ia sampai pada kebenaran.

b) Tujuan diskusi semata-mata untuk menunjukkan kebenaran sesuai dengan ajaran Allah SWT.

c) Tetap menghormati pihak lawan, sebab jiwa manusia tetap memiliki harga diri. 61

Kemudian Syeikh Yusuf al-Qardhawi yang dikutip oleh Siti Muri'ah menuturkan bahwa dalam diskusi ada dua metode, yaitu metode yang baik (hasan), dan metode yang lebih baik (ahsan). Al-qur'am menggariskan bahwa salah satu pendekatan dakwah adalah dengan menggunakan metode diskusi yang Iebih baik.62

Diskusi dengan metode ahsan ini adalah dengan menyebutkan seg1-seg1 persamaan antara pihak-pihak yang berdiskusi, kemudian dari situ dibahas masalah-masalah perbedaan dari kedua belah pihak, sehingga diharapkan mereka akan mencapai segi-segi persamaan pula. 63

60

Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer, h. 48-49

61 Ibid, h. 50-51

62

(47)

Adapun dakwah yang dapat dikategorikan ke dalam mujadalah atau berdiskusi dengan cara yang baik, di antaranya sebagai berikut:

a) Dialog b) Debat c) Diskusi

d) Seminar, dan lain sebagainya.

Dakwah dengan cara mujadalah ini hendaklah dilakukan dengan menyebutkan segi-segi persamaan antara pihak-pihak yang berdiskusi, kemudian dibahas masalah-masalah perbedaan dari kedua belah pihak. Dengan demikian, kedua belah pihak akan saling lebih menghargai.

Selain dari ketiga metode dakwah yang telah disebutkan di atas, yaitu dakwah bil-hikmah, mau'idzah hasanah dan mujadalah, metode dakwah juga dapat dilihat dari berbagai segi.

Menurut Drs. Slamet Muhaemin Abda, metode dakwah dapat dilihat dari segi cara, jumlah audien, dan cara penyampaian.

Metode dakwah dari segi cara ada dua macam, yaitu:

I) Cara tradisional, termasuk di dalarnnya sistem ceramah umum. Dalam cara ini da'i aktif berbicara, sedangkan komunikan pasif. Komunikasi hanya berlangsung satu arah (one way communication).

2) Cara modem, termasuk di dalarnnya adalah diskusi, smeinar, dan sejenisnya. Di mana terjadi komunikasi dua arah (two wiry

. t• ) 64

(48)

Dalam kamus istilah lwmunikasi, media berarti sasaran yang digunakan oleh komunikator untulc menyampaikan pesan kepada komunikan, apabila komunikan jauh tempatnya, jumlahnya banyak, ataupun keduanya. Jadi segala sesuatu yang dapat dijadikan alat bantu dalam berkomunikasi disebut media komunikasi.68

Hamzah Ya'qub mengartikan media sebagai alat objektif yang menjadi saluran yang menghubungkan ide dengan umat, suatu elemen yang vital dan merupakan urat nadi dalam totalitas dakwah. 69

Antara metode dengan media dakwah sangatlah berkaitan erat, karena apapun metode yang dilakukan pastilah di dalamnya membutuhkan media sebagai alat perantara.

Hamzah Ya'qub dalam buku Publisistik Islam Teknik Dakwah dan

Leadership, membagi media dakwah menjadi lima golongan besar,

yaitu:

1) Lisan, seperti khutbah, pidato, ceramah, diskusi, kuliah, dan lain-lain.

2) Tulisan, seperti buku-buku, majalah, koran, bulletin, dan lain-lain. 3) Lukisan, seperti gambar-gambar hasil seni lukis, fhoto, film cerita,

dan lain-Iain.

4) Audio visual, seperti televisi, sandiwara, ketoprak, wayang, dan lain-lain.

(49)

5) Perilaku atau suri tauladan, seperti mengunjungi orang sakit, mengobati orang sakit, menjaga kebersihan, dan lain-lain. 70

Sedangkan menurut M. Bahri Ghazali dalam buku Dakwah

Komunikatif, membagi tiga jenis media komunikasi yang dapat

digunakan dalam kegiatan dakwah, yaitu: 1) Media Visual

a) Film Slide yaitu rekaman gambar pada film positif yang telah diprogramkan sedemikian rupa sehingga dapat dilihat hasilnya sesuai dengan peristiwa yang telah diprogramkan.

b) Overhead Proyektor (OHP) yaitu alat komunikasi yang tennasuk perangkat keras yang dapat mempwyeksikan program ke dalam layar monitor dari rangkaian program yang telah dipersiapkan dengan menggunakan plastik transparansi. c) Gambaran fhoto diam yaitu media visual yang dapat

memberikan penjelasan terhadap sasaran dak:wah yang dituju. d) Komputer

2) Media auditif yaitu media yang dapat ditangkap melalui indera pendengaran, meliputi:

a) Radio

b) Tape recorder

c) Telepon dan telegram

(50)

a) Movie film yaitu perangkap komunikasi yang mampu menyerap komunikasi secara luas.

b) Televisi c) Video

d) Media cetak berupa buku-buku, majalah dan surat kabar.71 f. Tujuan Dakwah

Dakwah sebagai aktifims dan usaha pasti mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Sebab tanpa tujuan ini maka segala bentuk pengorbanan dalam rangka kegiatan dakwah itu menjadi sia-sia. Oleh karena itu, tujuan dakwah harus jelas dan konkrit agar usaha dakwah tersebut dapat diukur barhasil atau tidaknya. Tujuan dakwah yang tidak jelas menyebabkan dakwahnya tidak terarah, bahkan cenderung pelaksanaannya membingungkan dan objek dakwahpun akan

ragu-• 72

ragu menenmanya.

Menurut Masyhur Amin dalam buku Dakwah Islam dan Pesan Moral, tujuan dakwah dapat dilihat dari dua segi yaitu. segi. objek dan segi materi.

I) Tujuan dakwah dari segi objek

a) Tujuan perorangan, yaitu terbentuknya pribadi muslim yang mempunyai iman yang kuat, berperilaku sesuai dengan hukum-hukurn yang disyari'atkan Allah SWT dan berakhlak karimah.

(51)

b) Tujuan untuk keluarga, yaitu terbentuknya keluarga bahagia, penuh ketentraman dan cinta kasih antara anggota keluarga. c) Tujuan untuk masyarakat, yaitu terbentuknya masyarakat

sejahtera yang penuh dengan suasana keislaman. 73 s 2) Tujuan dak:wah dari segi materi

a) Tujuan akidah, yaitu tertanamnya suatu akidah yang mantap disetiap hati seseorang, sehingga keyakinan tentang ajaran-ajaran Islam tidak lagi tercampuri dengan rasa keraguan. b) Tujuan hukum, yaitu kepatuhan setiap orang terhadap

hukum-hukum yang telah disyari'atkan oleh Allah SWT.

c) Tujuan akhlak, yaitu terbentuknya pribadi rnuslim yang berbudi luhur, dihiasi dengan sifat-sifat yang terpuji dan bersih dari sifat-sifat yang tercela. 74

Semua tujuan-tujuan di atas rnerupakan penunJang dari pada tujuan akhir upaya dakwah. Tujuan akhir dari dak:wah ini adalah terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan manusia secara lahir dan batin, baik di dunia maupun di akhirat kelak dalam naungan Allah SWT.

(52)

DAN PRO FIL KH. SA' ADIH AL-BAT A WI

A. Majelis Dzikir As-Samawat

1. Sejarah Perkembangan Majelis Dzikir As-Samawat

Pada zaman sekarang ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) begitu pesat, membuat hampir semua orang berlomba-lomba untuk dapat menguasai kedua bidang tersebut. Sehingga tidak heran bila banyak manusia merasa ketergantungan pada ilmu pengetahuan dan alat bantu teknologi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Menyikapi pola hidup demikian, maka dibangunlah inovasi-inovasi dakwah untuk menyadarkan masyarakat agar kembali kepada esensi dasarnya yaitu untuk beribadah kepada Sang Maha Pencipta, tetapi bukan berarti harus meninggalkan ilmu pengetahuan modem dan kecanggihan alat bantu teknologi.

Banyak kemasan-kemasan dakwah yang ditawarkan cukup menjanjikan dan terlihat modern, namun bila ditelaah lebih lanjut ternyata hanya sebatas pada proses pengenalan akan suatu ajaran keagamaan, di dalamnya belum memberikan substansi dari ajaran yang disampaikan.

[image:52.530.52.443.152.488.2]
(53)

keagamaan, karena dalam kesehariannya mereka selalu disibukkan oleh urusan dunia yang tidak pemah ada batasnya. 1

A wal berdirinya majelis dzikir ini, tidak semudah yang diharapkan, karena banya

Gambar

Gambar di atas menunjukkan bahwa komunikasi dapat berlangsung
GAMBARAN UMUM MAJELIS DZIKIR AS-SAMA WAT
Tabel 1
Tabel 2 Responden Berdasarkan Usia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Maka dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh dari variabel persepsi kemanfaatan pengguna (perceived usefulnes), persepsi kemudahan pengguna (perceived ease of use), intensitas

Tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi afiks Bahasa Jawa yang membentuk verba denominal serta memaparkan fungsi, makna, dan produktivitas afiks derivasional

Meskipun secara produktivitas dan keuntungan ekonomis penggunaan varietas Hot Chili lebih unggul dibandingkan dengan Tanjung-2, namun kenyataan di lapangan berdasarkan

Hasil penelitian pada kelompok yang mendapat terapi menunjukkan bahwa terapi relaksasi otot progresif mampu menurunan tingkat stres se- besar 71% dengan nilai p= 0,000

Kadar air yang rendah pada bubur bengkoang dibandingkan produk lainnya adalah karena pada sari masih terdapat komponen karbohidrat yang berbentuk padat.. Hal inilah yang membuat

Akuntabilitas, dari konsistensi antara tugas dan fungsi masing-masing seksi dengan kegiatan yang dilaksanakan oleh Kantor Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang

Daerah Istimewa Yogyakarta adalah provinsi yang rawan bencana teruta- ma Gunung Merapi. Untuk meminimalkan korban bencana dikembangkan program kesiapsiagaan masyarakat

Pada waktu konseling membantu klien/pasien, terjadi langkah-langkah komunikasi secara timbal balik yang saling berkaitan (komunikasi interpersonal) untuk membantu