• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi Politik BKMB (Badan Kekeluargaan Masyarakat Bekasi)-Bhagasasi Dalam Pilkada Kota Bekasi 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Partisipasi Politik BKMB (Badan Kekeluargaan Masyarakat Bekasi)-Bhagasasi Dalam Pilkada Kota Bekasi 2008"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

PARTISIPASI POLITIK BKMB

(Badan Kekeluargaan Masyarakat Bekasi)-BHAGASASI

DALAM PILKADA KOTA BEKASI 2008

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Oleh

Nawwal Husni

NIM: 103033227793

JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah S.W.T. Tuhan pencipta alam semesta dan Tuhan yang mempunyai rahmat dan kasih sayangnya bagi umat manusia, sehingga penulis dapat menyelasikan skripsi ini. Salawat serta salam tercurahkan kepada keharibaan mahluk yang paling mulia panutan kita Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga dan para sahabatnya semoga kita selalu dalam limpahan sayafaatnya, Amien.

Alhamdulillah skripsi ini telah rampung dan skripsi ini merupakan tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana sosial pada jurusan pemikiran politik Islam fakultas ushuluddin Universitas Islam Negri Syarif Hidayatulloh Jakarta.

Pada secarik kertas ini juga penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala bimbingan dan dukungan kepada :

1. Inspirasi dan penyemangat hidupku, Allah Yarham Alm Aminuddin Muchtar (Abaku). Sebagai orang tua yang senantiasa memberikan do’a serta pengorbanannya dengan hati yang tulus serta cerminan hidup yang sederhana. Allahummagfirlahu Warhamhu Wa’aa Fihii Wak’fuanhu. Amien.

2. Umi tercinta Raden Hj. Maemanah Keneng seorang ibu yang tangguh yang telah memberikan do’a dan pengorbanannya dengan harapan dan ketulusan hati serta perhatian dan kasih sayang yang tak terhingga.

3. Bapak H. Ahmad Zurfaih S.Sos. Ketua Umum BKMB-Bhagasasi dan Mantan Wali Kota Bekasi periode 2003-2008.

(3)

6. Bapak Drs. Agus Darmadji, M. Fils., Ketua Jurusan Pemikiran Politik Islam UIN Sayrif Hidayatulloh Jakarta.

7. Ibu Dra. Wiwi Siti Sajaroh, MA., Sekretaris Jurusan Pemikiran Islam UIN Syarif Hidayatulloh Jakarta.

8. Ibu Drs. Haniah Hanafie, M.Si., selaku pembiimbing akademik yang telah menyetujui proposal skripsi yang diajukan kepada fakultas.

9. Bapak Zaki Mubarok., selaku pembimbing skripsi yang memberikan arahan serta masukan dalam penyusunan skripsi.

10.Dosen-dosen Pemikiran Politik Islam, atas pembelajaran ilmu yang telah diberikan. Semoga ilmmu-ilmu yang telah diberikan bermanfaat bagi penulis. 11.Kakak-kakak dan adikku yang selalu memberikan dukungan doa (ka’ Eva, ka’

Danial, ka’ alah, Afaf dan Hannna) semoga kita tetap akur dan bisa membangun keluarga Alm Aminuddin Muchtar menjadi keluarga yang kompak, serta mencapai kesuksesan bersama, Amien.

12.Bunga-bunga kampusku yang telah hinggap dihatiku selama aku berada di UIN.

13.Sari Rosita the special sweetest women I have ever (Love you Bbz), yang selalu ngasih semangat dan dukungan hingga selesainya skripsi ini.

14.Teman-temanku di rumah, Imel, warso, willy si oon, epoy si Mr.bokep, icom, padang yang udah nemenin siding, bonar, persikana Fc, spesial buat congli yang udah membantu cari informasi lewat internet, thanks sobat.

(4)

perkuliahan. Khususnya Bowo, amar, niko, amir, Kiki Ismanto, linda, madam sweet hilda, irna, baiti, fauzi, badri, nurmen, muti, ramdhani dan zayadi.

Penulis yakin dan sadar akan segala keterbatasan dan kekurangannya dalam penyusunan skripsi ini, oleh karena itu penulis menerima saran dan kritik yang membangun dari senua pihak agar skripsi ini lebih sempurna dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi mahluk-mahluk lainnya.

(5)

PARTISIPASI POLITIK BKMB

(Badan Kekeluargaan Masyarakat Bekasi) BHAGASASI

DALAM PILKADA KOTA BEKASI 2008

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………..1

B. Batasan dan Perumusan Masalah………..…..4

C. Tujuan Penelitian……….4

D. Metode Penelitian………5

E. Sistematika Penulisan………..7

BAB II LANDASAN TEORI A. Kelompok Kepentingan……….. 8

B. Pengertian Partisipasi Politik……….17

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi Partisipasi politik………20

D. Bentuk-Bentuk Partisipasi Politik………. ……23

BAB III PROFILE BKMB BAGASASI A. Latar Belakang Berdirinya BKMB BAGASASI………...27

B. Struktur Organisasi BKBM-BHAGASASI………32

C. Keanggotaan BKMB BHAGASASI………..33

D. Arti dan Makna Logo BKMB BHAGASASI………....……35

BAB IV KETERLIBATAN BKMB BHAGASASI DALAM PILKADA

(6)

A. Gambaran Umum Pilkada Kota Bekasi 2008………..…………..36

B. Partisipasi Politik BKMB BHAGASASI dalam Pilkada Kota Bekasi 2008………...37

C. Bentuk Partisipasi politik BKMB BAGASASI Dalam Pilkada Kota Bekasi 2008………..39

D. Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Politik BKMB BAGASASI dalam Pilkada Kota Bekasi 2008………....44

1.Faktor Primordial………...44

2.Faktor Birokrasi dan Patronase Keagamaan………..45

3.Faktor Partai Pengusung………47

E. Dampak Efektivitas Partisipasi Politik BKMB BHAGASASI terhadap Pilkada 2008 Kota Bekasi………..48

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………...54

(7)

7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Transisi Indonesia ke arah demokrasi merupakan proses yang sangat panjang dan kompleks. Setelah tumbangnya era Orde Baru partai politik tumbuh bagaikan jamur di musim hujan, kebebasan pers, serta berbagai macam denyut kegiatan politik yang sangat bebas mewarnai atmosfer politik di Indonesia.

Berada dalam era transisi seperti Indonesia, pendidikan demokrasi sangatlah penting sebagai salah satu cara untuk mengaktualisasi demokrasi di Indonesia. Dengan pendidikan tentang demokrasi ini akan menghasilkan dan mampu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam berpolitik dan mendorong terbentuknya Good Governance di pemerintahan pusat maupun pemerintahan daerah/lokal.

Dikeluarkannya Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah sebagai hasil revisi Undang-undang nomor 22 tahun 1999, memberikan efek desentralisasi kekuasaan dan memberi kesempatan bagi masyarakat untuk membangun dan menentukan pemimpin daerahnya sesuai dengan keinginannya. Indikasi ini menandakan diperlukannya partisipasi politik dari masayarakat untuk mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik sekaligus sebagai wadah untuk menentukan pemimpin pemerintahan daerah.

(8)

8

pengejahwantahan dari penyelenggaraan kekuasaan politik yang absah oleh rakyat1. Partisipasi politik juga tidak dibatasi melainkan suatu keharusan karena tanpa partisipasi politik, kehidupan politik akan mengalami stagnasi seperti Orde-orde atau rezim yang sudah pernah kita alami.

Dengan adanya Undang-undang No 32 tahun 2004, kebebasan masyarakat untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik tidak hanya ditingkat pusat. Ditingkat daerah pun masyarakat memiliki hak yang sama dalam berpartisipasi. Partisipasi politik masyarakat ditingkat daerah merupakan partisipasi yang bertujuan mempengaruhi proses kebijakan publik pemerintah yang berlaku dalam ruang lingkup daerah masing-masing baik daerah tingkat I yaitu propinsi atau daerah tingkat II yaitu kota/kotamadya..

Pada bulan Januari 2008, kota Bekasi untuk pertama kalinya mengalami demokratisasi politik masyarakatnya melalui pemilihan kepala daerah (pilkada) kota Bekasi secara langsung. Pilkada juga mempunyai fungsi yang sangat penting bagi pembelajaran demokrasi di Indonesia, dan dengan pilkada juga kita bisa melihat sejauh mana tingkat partisipasi politik masyarakat dalam mengawali proses demokratisasi di kota Bekasi.

Dalam Pilkada kota Bekasi, masyarakat turut berpartisipasi untuk menentukan secara langsung siapa yang akan memimpin kota Bekasi di-5 tahun yang akan datang. Masyarakat mengikuti berbagai macam kegiatan-kegiatan untuk berpartisipasi dari mengikuti kampanye-kampanye terbuka, mengukuti debat terbuka tentang visi dan misi calon-calon kepala daerah, hingga

1

(9)

9

mamberikan hak suaranya untuk menentukan siapa yang akan terpilih untuk menjadi kepala daerah kota Bekasi.

Sejarah pertumbuhan masyarakat telah memperlihatkan bahwa semakin komplek masyarakat yang antara lain diperlihatkan oleh persaingan yang semakin ketat dan kebutuhan yang semakin banyak jumlah ragamnya, telah meningkatkan keperluan dan kesadaran berorganisasi di kalangan masyarakat Indonesia2.

Clifford Geertz dan para pendukungnya berpandangan bahwa agama, suku, ras, kedaerahan dan “ikatan dasar” lainya merupakan faktor-faktor yang mengikat anggota masyarakat dalam suatu kesatuan sosial yang pada gilirannya mewadahi dan memotifikasikan kegiatan-kegiatan politik warga tersebut3. Semakin modernnya suatu negara, maka kekuasaannya tidak terletak pada pemerintah, melainkan kepada kelompok-kelompok yang berada diluar pemerintah. Salah satu diantaranya adalah kelompok kepentingan.

Masyarakat Bekasi yang di dominasi oleh suku betawi merupakan daerah yang sangat kultural. Dalam pilkada kota Bekasi, ormas (organisasi Masyarakat) yang bersifat dan berdasarkan kesukuan mempunyai pengaruh dan mempunyai kepentingan yang sangat besar. Ormas juga berusaha sedapat mungkin untuk menyampaikan tujuan-tujuan organisasinya kepada masyarakat secara umum.

Dalam hal ini Ormas BKMB (Badan Kekeluargaan Masyarakat Bekasi)- Bhagasasi mempunyai misi dan visi untuk kepentingan anggota atau pendukungnya untuk membangun Bekasi dalam pilkada kota Bekasi.

2

Arbi, Sanit. Swadaya Poiltik Masyarakat, telaah tentang keterkaitan Organisasi masyarakat, partisipasi politik, pertumbuhan hukum dan hak asasi (Jakarta: CV.Rajawali,1985),h.40.

3

(10)

10

Menyambut pilkada kota Bekasi BKMB BHAGASASI mendukung salah satu calon wali kota dan wakil wali kota Bekasi dan mengangkat isu kedaerahan, pengusungan ini merupakan salah satu bentuk partisipasi politik BKMB BHAGASASI dalam pilkada kota Bekasi.

Namun dalam pengusungan calon walikota dan wakil walikota Bekasi, partisipasi politik BKMB BHAGASASI mengalami ketidakefektifan dalam partisipasi politiknya. Hal tersebut terindikasi dengan kekalahan H.A Syaikhu dan H.Kamaluddin Djaini kandidat calon wali kota dan calon wakil wali kota Bekasi yang diusung oleh BKMB BHAGASASI.

Berdasarkan pemikiran dan keadaan di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui partisipasi politik yang dilakukakan oleh Ormas BKMB BHAGASASI dalam pilkada kota Bekasi

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis hanya membatasi masalah pada partisipasi politik BKMB BHAGASASI dalam pilkada kota Bekasi. Agar pembahasan ini lebih terfokus, maka penulis membuat rumusan sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk partisipasi politik BKMB BHAGASASI dalam pilkada kota Bekasi 2008.

2. Mengapa partisipasi politik BKMB BHAGASASI tidak efektif dalam memenangkan kandidat yang diusungnya dalam pilkada kota Bekasi 2008.

C. Tujuan Penelitian

(11)

11

1. Untuk mengetahui bentuk Partisipasi politik BKMB Bagasasi dalam pilkada kota Bekasi 2008

2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi partisipasi politik BKMB Bagasasi dalam pilkada kota Bekasi 2008.

3. untuk mengetahui ketidak efektifan partisipasi politik BKMB BHAGASASI

D. Metode Penelitian

1. Metode Penelitian

Dalam penelitian yang membahas tentang partisipasi politik BKMB BHAGASASI dalam pilkada kota Bekasi, penulis menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriftif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari objek yang diamati4. Dalam hal ini objek penilitiannya adalah BKMB BHAGASASI yang berpartisipasi politik dalam pilkada kota Bekasi 2008. Sumber data dari penelitian ini terdiri dari dua sumber, yaitu :

a. Sumber data primer, yaitu sumber yang harus ada berupa penjelasan dari hasil wawancara dan menjadi sumber pokok dari data-data yang dikumpulkan dan langsung ada kaitannya dengan masalah penelitian. Dalam hal ini yang menjadi adalah pengurus teras BKMB BHAGASASI. b. Sumber data sekunder, yaitu sumber-sumber lainnya yang menunjang

sumber primer, diantaranya buku-buku yang berkaitan dengan kelompok kepentingan, dan partisipasi politik.

4

(12)

12 2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah : a. Wawancara

Teknik wawancara ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan informasi melalui tanya jawab dengan para staff ataupun para pengurus BKMB BHAGASASI diantaranya : H.Ahmad Zurfaih. S.Sos. sebagai Ketua Umum BKMB BHAGASASI, Abdul Khoir Sek-Jen BKMB BHAGASASI, M.Idris Nairun salah satu dewan penasihat BKMB BHAGASASI, dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang tidak berstruktur, maksudnya susunan pertanyaan dapat berubah pada saat wawancara karena disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat wawancara. Teknik wawancara ini dapat memberika informasi secara langasung dari responden atau informan.

b. Dokumenter

Teknik ini dilakukan dengan cara memperoleh data-data primer yaitu dari referensi-referensi buku dan wawancara yang berhubungan dengan skripsi, sedangkan sekunder melalui literature-literatur baik dari media cetak maupun visual yang berhubungan dengan topik yang dibahas dalam skripsi ini.

4. Teknik Analisis Data

(13)

13

E. Sistematika Penulisan

Agar tersusun rapih dan sistematis, maka dalam penulisan bahasan skripsi ini dibagi kedalam beberapa bab, yang secara rinci adalah sebagai berikut :

Pada bab pertama, dimulai dengan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Selanjutnya pada bab kedua, landasan teori yang membahas secara konseptual tentang pengertian kelompok kepentingan, pengertian partisipasi politik, tujuan partisipasi politik, faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi politik dan bentuk-bentuk partisipasi politik.

Selanjutnya pada bab ketiga, membahas tentang latar belakang berdirinya BKMB BHAGASASI, pembahasan tentang struktur organisasi BKMB BHAGASASI, pembahasan tentang keanggotaan BKMB BHAGASASI, serta arti, makna dan logo BKMB BHAGASASI.

Kemudian pada bab keempat menjelaskan gambaran umum pilkada kota Bekasi 2008, menjelaskan partisipasi politik BKMB BHAGASASI dalam pilkada kota Bekasi. Dalam bab ini dibahas mengenai bentuk-bentuk partisipasi politik BKMB Bagasasi, faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi politik BKMB Bagasasi dalam pilkada kota Bekasi 2008, serta menjelaskan dampak efektifitas partisipasi politik BKMB BHAGASASI terhadap pilkada kota Bekasi 2008.

(14)

14

BAB II

A. Kelompok Kepentingan

Semakin modernya suatu negara, maka kekuasaan suatu negara tidak mutlak terletak pada pemerintah, melainkan kepada kelompok-kelompok yang berada diluar pemerintah. Salah satu diantaranya adalah kelompok kepentingan. Kelompok kepentingan (interest group) ialah sejumlah orang yang memiliki kesamaan sifat, sikap, kepercayaan, dan/atau tujuan yang sepakat mengorganisasikan diri untuk melindungi dan mencapai tujuan1.BKMB BHAGASASI yang merupakan sebuah LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), dan LSM merupakan salah satu dari kelompok kepentingan, tentunya BKMB BHAGASASI mempunyai sebuah kepentingan dalam pilkada kota Bekasi 2008. Berbicara artikulasi kepentingan atau penyaluran aspirasi kedalam sistem, tidak semua kepentingan yang diartikulasikan atau disalurkan akan dipenuhi sesuai dengan kehendak dari kelompok-kelompok kepentingan, hal ini tergantung sejauhmana kemampuan, sumber power, dan dukungan yang dimiliki oleh kelompok-kelompok tersebut, mengingat suatu sistem politik tidak lepas dari pengaruh lingkungan internal dan eksternal.

Oleh karena itu, Prof. Miriam Budiardjo mengutip dari buku Gabriel Almond dan Bingham G. Powell yang berjudul Comparative Politics Today : A World View (1992) Mengenai kelompok kepentingan, Gabriel A. Almond dan Bingham G. Powell membedakan menjadi beberapa jenis2 :

1.Anomic Group (kelompok Anomic)

1

Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik (Jakarta: Grasindo 1999), h. 109.

2

(15)

15

Kelompok ini terbentuk secara spontan dan hanya seketika saja, sehingga kegiatan kelompok ini terbentuk secara spontanitas, tidak memiliki norma-norma atau aturan-aturan atau nilai-nilai yang jelas. Sekalipun tidak terorganisir dengan rapi, dapat saja kelompok-kelompok ini secara spontan mengadakan aksi massal jika tiba-tiba timbul frustasi dan kekecewaan mengenai suatu masalah. Ketidak puasan ini diungkap melalui demontrasi dan pemogokan yang tak terkontrol, yang kadang-kadang berakhir dengan kekerasan.

Pertangahan tahun 1970-an di Amerika terjadi gejolak politik yang sangat dahsyat, pergolakan itu disebabkan terjadinya ketimpangan antara kulit hitam dan kulit putih, maka terjadilah gerakan-gerakan besar-besaran dari warga kulit hitam Amerika untuk meminta kesetaraannya baik dalam akses politiknya, ekonomi, ketenaga kerajaan hingga tempat yang layak bagi pekerja kerah putih yang dirasakan sangat diskriminsai sekali. Gerakan ini terjadi secara spontan akibat tidak meratanya suatu sistem yang diadopsi pada Amerika pada saaat itu.

Hal ini juga tercermin dalam kejadian seperti pemberontakan di Berlin Timur dan Hungaria (tahun 1050-an) dan Polandia (tahun 1980-an), demonstrasi di Tiananmen Square (tahun 1989), masa Reformasi yang terjadi di Indonesia pafa tahun 1997, dan demonstrasi mengutuk kartun Nabi Muhammad SAW di Denmark (2006) dan dibeberapa negara di dunia.

2. Non Associational Group (kelompok non assosional)

(16)

klik-16

klik, pemuka-pemuka agama, dan semacam itu. Organisai ini sifatnya tidak formal, sehingga keanggotaannya tidak berbelit-belit seperti organisasi formal. Organisasi ini biasanya terdapat pada kumpulan-kumpulan keluarga/daerah yang merantau dan berdomisili di kota-kota besar dengan kegiatannan utamanya arisan keluarga. Contohnya keluarga Padang, Maluku, Tegal, Ciamis dan lain-lain.

3.Associational Group (kelompok assosional)

Kelompok ini setara dengan organisai yang formal. Keanggotaanya melalui prosedur yang formal. Denilkian pula dalam menentukan pimpinannya. Organisasi ini juga dibentuk berdasarkan suatu tujuan yang eksplisit, mempunyai organisasi yang baik dengan staff yang bekerja penuh waktu. Hal ini telah menjadikan mereka lebih efektif daripada kelompok-kelompok lain dalam memperjuangkan tujuannya. Contoh di Indonesia : Federasi Persatuan Serikat Pekerja Seluruh Indonesia, Himpunan Kerukunan Petani Indonesia (HKTI), Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dan Kamar Dagang Indonesia (KADIN).

4.Institusional Group (Kelompok Institusional)

Kelompok ini bersifat formal, terorganisir secara rapi dan teratur. Anggota kelompok ini terdiri dari orang-orang professional di bidangnya dan mereka memiliki rencana kerja yang tersusun rapi seperti militer dan birokrasi. Contoh di Amerika : Military industrial complex di mana Pentagon bekerjasama dengan industri pertahanan. Contoh di Indonesia : Darma Wanita, KORPRI, Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI).

(17)

17

Secara historis LSM ada di Indonesia sejak awal abad ke-20, ketika itu LSM lahir sebagai cerminan dari kebangkitan kesadaran golongan masyarakat menengah terhadap kemiskinan dan ketidakadilan sosial3.

Sejak Indonesia merdeka, LSM pertama kali terbentuk pada tahun 1957 dengan berdirinya PKBI (Persatuan Keluarga Berencana Indonesia), lembaga yang akhirnya menjadi mitra pemerintah ini menjadikan pembinaan keluarga yang sehat sebagai fokus kegiatannya.

Dengan mendasar pada analisa Hope dan Timel (1999) yang kemudian dilengkapi dengan pemikiran Eldridge dan Kothari serta analisis idiologi-idiologi utama dunia oleh Baradat, Roem Topatimasang-seorang Aktivis LSM senior di Indonesia- mengemukakan bahwa dilihat dari sudut orientasi, LSM di Indonesia dapat dibagi dalam 5 kelompok paradigma yaitu4 :

A. LSM penganut paradigma kesejahteraan. Melihat bahwa sebab-sebab kemiskinan dan keterbelakangan masyarakat adalah kekuatan yang berada di luar kendali manusia, seperti nasib/takdir dan bencana alam. Dengan dasar pemikiran ini, tujuan LSM tipe paradigma kesejahteraan adalah menolong atau mengurangi penderitaan mereka melalui kegiatan berbentuk derma, sedekah, atau santunan. LSM kelompok ini cenderung toleran, bahkan mempertahankan status quo dan selalu berusaha membantu pemerintah, menghindari konflik dan pandangan politik konservatif. Contoh LSM yang menganut paradigma ini adalah Dian Desa dan Yayasan Ilmu Sosial.

B. LSM penganut paradigma modernisasi. LSM ini memandang bahwa keterbelakangan, termasuk kemiskinan, disebabkan oleh rendahnya

3

Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, h. 388

4

(18)

18

pendidikan, penghasilan, keterampilan, dan juga kesehatan, khususnya gizi. Karena itu segala kegiatannya ditujukan untuk memperbanyak prasarana (dengan membangun sekolah atau klinik-klinik kesehatan), atau meningkatkan pendapatan (dengan menyediakan modal).

LSM ini biasanya punya tertib administratif, formal, dan cenderung birokratis, namun mengarah kemodernisasi. Pandangan politiknya cenderung konservatif, menghindari konflik, melakukan perubahan secara fungsional, dan mendukung pemerintah. Contoh LSM ini adalah : PKBI, Lakpesdam (NU), Bina Swadaya, dan LP3M.

C. Kelompok ketiga adalah yang berparadigma Reformasi. LSM kelompok ini berkeyakinan bahwa sumber dari masalah sosial adalah lemahnya pendidikan, korupsi, missmanajemen, dan disefisiensi. Karena itu mereka memilih aktivitas-aktivitas berupa memperbanyak tenaga professional, perbaikan peraturan dan perundang-undangan, pemberlakuan sanksi yang berat terhadap pelanggar hukum. Semua itu dimaksudkan untuk memperkuat pengawasan , memperbaiki manajemen pelayanan umum, dan meningkatkan disiplin hukum. Pandangan LSM kelompok ini terhadap perubahan sosial masih menganut pendekatan fungsional dan cenderung menghindari konflik. Pandangan politiknya yang liberal mengarah ke reformasi yang bertujuan menata kembali dan merampingkan pemerintah. Contoh LSM yang masuk dalam kelompok ini adalah Wahana Lingkungan Hidup (Walhi), Kalyanamitra, dan prakarsa.

(19)

19

termasuk kemiskinan, adalah penindasan, pengisapan, atau eksploitasi, dan pembodohan rakyat. Karena itu mereka menentang semua bentuk “penindasan”. Bentuk kegiatan yang dilakukan biasanya berupa pendidikan politik popouler, pencetakan kader gerakan, mobilisasi aksi, ataupun kampanye pembentukan opini publik. Gaya kerjanya biasanya populis, militant, kerja tim, dan berdisiplin ketat. LSM kategori ini lebih meninginkan perubahan yang struktural dan menghargai serta mengelola konflik. Pandangan politknya radikal, liberal, menuntut otonomi mutlak untuk rakyat, ingin mengurangi atau menghapuskan struktur pemerintahan atau negra (a la Gramci), atau paling tidak mengganti pemerintah. LSM kategori ini diilhami oleh paham kemerdekaan, hak asasi manusia, dan teknologi pembebasan. Contoh LSM dalam kategori ini adalah LP3ES dab P3M.

(20)

20

Infight. LSM-LSM tersebut masuk dalam kelompok ini tetapi juga masih mempunyai sifat LSM pembebasan.

Politikus dan pemikir politik Prancis Alexis de Tocqueville, berpandangan bahwa LSM mempunyai tiga Fungsi bagi pemerintah5. pertama yaitu sebagai organisasi-organisasi yang disebutnya sebagai organisasi sukarela (volunteer organization) yang berdiri atau dibentuk di atas asas suka sama suka di antara anggota-anggota masyarakat itu penting artinya, karena hal itu merupakan sumber demokrasi. Lewat asosiasi itulah rakyat melakukan partisipasi politik. Organisasi seperti ini menjalankan fungsi kontrol terhadap pemerintah, melakukan mobilitas sumber daya dan menjalankan berbagai kegiatan dari dan untuk masyarakat yang dalam masyarakat-masyarakat lain mungkin dijalankan oleh pemerintah atas negara. Dengan perkataan lain, mereka melakukan pelayanan terhadap masyarakat secara swadaya.

Fungsi yang kedua, Tocqueville juga berpandangan NGO/LSM sebagai "lembaga antara" yang menghubungkan warga negara dengan pemerintah. Sekalipun hal itu penting artinya, namun yang menyebabkan lembaga ini berdiri atas dasar haknya sendiri adalah bahwa lembaga-lembaga ini mengekspresikan nilai-nilai bangsa (nation's values). Dalam mengekspresikan nilai-nilai itu, lembaga-lembaga ini memeliharanya baik-baik dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat sendiri untuk mengujinya kembali, membentuknya lagi dan menerapkannya. Ia mengakui bahwa NGO/LSM memiliki sumbangan penting terhadap kesehatan budaya suatu bangsa.

5

(21)

21

Fungsi yang ketiga, LSM bagi Tocqueville juga mempunyai fungsi sebagai penengah, LSM kerap kali memang menyuarakan kepentingan masyarakat kepada pemerintah. Di sinilah LSM harus bersikap kritis. Misalnya karena membela rakyat desa yang digusur oleh proyek Kedung Ombo, membela rakyat miskin kota yang tergusur. Tetapi, LSM ada kalanya harus memberi penjelasan kepada masyarakat tentang kebijaksanaan pemerintah agar tidak terjadi konflik. Karena itu maka LSM tidak selalu bisa dipandang sebagai kekuatan oposisi berhadapan dengan pemerintah, yaitu sebagai agen pembangunan. Dalam kerangka pembangunan dan perubahan sosial ini LSM sebenarnya juga merupakan mitra pemerintah.

Sikap kritis ini hendaknya dipahami, karena LSM itu memang tumbuh sebagai kekuatan pengimbang, baik terhadap pemerintah maupun swasta. Kekuatan pengimbang ini diperlukan agar mekanisme demokrasi dapat bekerja. Selain itu harus diingat pula bahwa LSM tidak mesti dapat dinilai sebagai kekuatan oposan, karena LSM adalah dua mitra pemerintah dalam pembangunan6.

Saluran-saluran yang dapat digunakan

Sebagai suatu kelompok kepentingan yang akan menyalurkan kepentingan-kepentingannya atau aspirasi-aspirasinya, maka terdapat berbagai cara yang dapat dilakukan oleh mereka, menurut Gabriel Almond ada empat cara yaitu7:

a.Personal Conection (Hubungan pribadi)

6

M. Dawam Rahardjo, “Teori Tentang LSM,”

7 Gabriel Almond dan Sidney Verba, Budaya Politik (Jakarta:PT. Bina Aksara, 1984).

(22)

22

Hubungan ini bisa melalui hubungan keluarga, asal sekolah (almamater) atau hubungan yang bersifat kedaerahan. Jadi sifatnya tidak formal.

Negatifnya, di Indonesia personal conection ini menjadi suatu penghambat bagi kerjanya suatu sistem birokrasi di Indonesia. Karena adanya Personal Conection ini seringa kita merasakan pahitnya menghadapi meja birokrasi jika kita tidak mempunyi personal conection. Entah sampai kapan meja birokrasi Indonesia lepas dari hubungan personal conection ini.

b.Elite Representation (perwakilan langsung atau elit)

Perwakilan dalam badan legislative atau birokrasi. Perwakilan ini dapat berlangsung atau berjalan apabila kelompok kepentingan yang bersangkutan mempunyai anggota yang duduk di dalam legislatif maupun badan eksekutif. Jadi sifatnya agak formal.

c. Formal & Intitutional (saluran resmi dan kelembagaan)

Saluran ini biasanya melalui: Media massa (TV, radio, dan surat kabar), Partai politik, badan legislatif, kabinet dan birokrasi.

Contohnya adalah Think-Tank, suatu lembaga formal yang bergerak di bidang kajian, sekarang adalah lembaga formal yang menjadi partner dengan pemerintah. Contoh kasus dalam mengambil kebijakan mengenai Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan Konversi Energi Gas pemerintah bekerjasama dengan suatu lembaga kajian (Freedom Institut) untuk mengambil suatu strategi mengenai BLT dan konversi Energi Gas, tetapi apakah lembaga kajian tersebut benar-benar mewakili dari pemerintah, atau hanya sekedar mendapatkan proyek saja?, Who knows?

(23)

23

Saluran ini bentuknya seperti: huruhara, kerusuhan, konfrontasi dan lain-lain.

B. Pengertian Partisipasi Politik

Yang dimaksud partisipasi politik adalah keikutsertaan anggota masyarakat dalam memilih pemimpin-pemimpinnya dan dalam mempengaruhi perbuatan dan pelaksanaan keputusan (kebijaksanaan umum). Partisipasi ini dapat berlangsung ditingkat nasional, daerah, maupun tingkat desa8. Partisipasi politik harus pula dibedakan dengan mobilisasi politik, karena partisipasi politik terkandung didalamnya unsur paksaan, baik secara halus maupun secara terbuka.

Samuel P. Huntington mendefenisikan, partisipasi politik sebagai aktivitas yang dilakukakan oleh individu atau warga negara secara pribadi untuk mempengaruhi pembuatan keputusan pemerintah. Selanjutnya, oleh Huntington dibedakan beberapa macam bentuk partisipasi politik. Salah satu diantaranya atau voting, dan tindakan-tindakan lainnya yang bisa mempengaruhi hasil pemilu9.

Ramlan Surbakti secara umum berpendapat bahwa partisipasi politik dapat diartikan sebagai keikutsertaan warga negara dalam menentukan segala keputusan yang menyangkut dan memengaruhi hidupnya. Partisipasi politik masyarakat yang dilakukan lewat kontrol terhadap proses perumusan, pelaksanaan dan penilaian suatu kebijakan pemerintah akan berpengaruh positif dalam pembangunan.

Sedangkan Miriam Budiardjo mendefenisiskan Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politk, yaitu dengan jalan memilih pimpinan negara dan, secara

8

Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, h. 84.

9

(24)

24

langsung atau tidak mempengaruhi kebijakan pemerintah. Kegiatan ini mencakup tindakan memberikan suara dalam pemilu, menghadiri rapat umum, menjadi anggota suatu partai atau kelompok kepentingan, mengadakan hubungan (contacting) dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen10.

Kegiatan-kegiatan partisipasi politik ini mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum, menjadi anngota suatu partai atau kelompok kepentingan, mengadakan hubungan dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen dan sebagainya, dan di dalam kelompok tersebut memiliki perspektif yang berbeda-beda terhadap kehidupan sosial-politik, dan mengajukan bermacam-macam tuntutan kepada pemerintah11.

Di negara-negara demokratis pemikiran yang mendasari konsep partisipasi politik ialah bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat, yang dilaksanakan melalui kegiatan bersama untuk menetapkan tujuan-tujuan serta masa depan masyarakat itu dan untuk menentukan orang-orang yang akan memegang tampuk kepemimpinan. Jadi, partisipasi politik merupakan penjelmaan dari penyelenggaraan kekuasaan politik yang absah oleh rakyat.

Sedangkan Michael Rush dan Philip Althoff dalam bukunya (Pengantar Sosiologi Politik) membagi menjadi beberapa jenis partisipasi politik yaitu12 : 1. Berdasarkan bentuk partisipasi dalam politik. Menurutnya (Michael Rush dan Philip Althoff) ada sedikit kesulitan dalam penyajian berbagai bentuk patisipasi politik, terlepas dari tipe sistem politik yang bersangkutan, yaitu : mereka adalah para politisi professional, para pemberi suara, aktivis-aktivis partai dan

10

Mirriam Budiarjo, Partisipasi dan Partai Politik, h.1

11

William Liedle, Partisipasi dan Partai Politik, h. 173.

12

(25)

25

demonstran. Dan mereka itu dibedakan dari partisipasi-partisipasi politik lainnya, dalam hal, bahwa pada berbagai taraf mereka berkepentingan dengan pelaksanaan kekuasaan politik yang formal. Hal ini tidak menghapus pelaksanaan kekuasaan yang sesungguhnya, maupun pelaksanaan pengaruh oleh individu-individu atau kelompok-kelompok lain dalam sistem politik.

2. Bersarkan siapa yang berpartisipasi dan Mengapa?. Dalam menyelidiki sebab-sebab sesorang berpartisipasi kita harus bertanya mengapa beberapa orang mengahindari (apati) pada bentuk partisipasi politik, atau hanya berpartisipasi pada tingkatan yang paling rendah saja. Semua ini menjadi penting, sehubungan dengan fakta, bahwa mereka yang benar-benar berpartisipasi dalam bentuk yang paling banyak dalam aktifitas politik, merupakan minoritas (seringkali berupa minoritas yang sangat kecil) dari anggota suatu masyarakat. Macam-macam istilah diterapkan pada mereka yang tidak turut berpartisipasi, dan mereka dilukiskan secara berbeda-beda sebagai apatis, sinis alienasi (terasing), dan anomi (terpisah)13.

Sedangkan di negara-negara komunis pada masa lampau, partisipasi massa pada umumnya diakui kewajarannya, karena secara formal kekuasaan ada di tangan rakyat. Akan tetapi, tujuan utama dari negara komunis adalah unutk merombak, dalam masa yang pendek, masyarakat terbelakang menjadi masyarakat modern, produktif, kuat dan berideologi komunis, dan hal ini memerlukan disiplin dan pengerahan ketat dari suatu partai politik yang berkedudukan monopoli.14

13

Michael Rush dan Philip Althoff, Pengantar Sosiologi Politik . hlm 143

14

(26)

26

Akan tetapi disadari bahwa mengikutsertakan rakyat dalam kegiatan pembangunan adalah sangant penting dalam rangka memperoleh dukungan bagi rezim dan unutk mengembangkan rasa bangga dan loyalitas pada negara. Terutama partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum dianggap dapat mempertebal keterlibatannya dalam usaha pembangunan masyarakat ke arah masyarakat komunis , jadi mempunyai aspek psikologis yang sangat kuat, sekaligus persentase partisipasi yang tinggi dapat memeprkuat keabsahan rezimnya di mata dunia.

Tujuan Partisipasi Politik

Melalui definisi yang dikemukakan oleh para sarjana dan beberapa para ahli politik, dapat diketahui bahwa pada dasarnya pertisipasi politik bertujuan untuk mempengaruhi pembentukan kebijakan publik, menentukan serta memilih pemimpin yang sesuai dengan kepentingan bagi kelompoknya.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Politik

(27)

27

moral. Lalu ada juga masyarakat yang mempunyai sikap aliensi, yaitu seseorang merasa asing dari kehidupan politik dan terasing pula dari pemerintahan masyarakat, dan yang terakhir ada juga masyarakat yang bersikap anomi, yaitu masyarakat atau seseorang merasa kehilangan nilai dan arah hidup sehingga tidak bermotivasi untuk mengambil tindakan-tindakan yang berarti dalam hidupnya.15

Menurut Arifin Rahman yang mengutip dari Myron Weiner dalam Sistem Politik Indonesia, setidaknya terdapat lima hal yang menyebabkan timbulnya gerakan ke arah partisipasi yang lebih luas dalam proses politik, antara lain :16 1.Modernisasi; Komersialisasi pertanian, industrialisasi, urbanisasi yang meningkat, perbaikan pendidikan dan pengembangan media komunikasi masa. Ketika penduduk kota baru – yaitu buruh, pedagang dan kaum professional – merasa bahwa mereka dapat mempengaruhi nasib mereka sendiri, mereka makin banyak menuntut untuk ikut dalam kekuasaan politik.

2.Perubahan-perubahan struktur kelas sosial; Begitu terbentuk suatu kelas pekerja baru dan kelas menengah yang meluas dan berubah selama proses industrialisasi dan modernisasi, masalah tentang siapa yang berpartisipasi dalam pembuatan keputusan plitik menjadi penting dan mengakibatkan perubahan-perubahan dalam pola partisipasi politik.

3.Pengaruh kaum Intelektual dan Komunikasi Massa Modern; Kaum intelektual – sarjana, filosof, pengarang, dan wartawan – sering mengemukakan ide-ide seperti egaliarianisme dan nasionalisme kepada masyarakat umum untuk membangkitkan tuntutan akan partisipasi massa yang luas dalam pembuatan keputusan politik.

15

Rafel Raga Maran, Pengantar Sosiologi Politik

16

(28)

28

4.Konflik dianara kelompok-kelompok Pemimpin Politik; Kalau timbul kompetisi memperebutkan kekuasaan, strategi yang biasa digunakan oleh kelompok-kelompok yang saling berhadapan adalah mencari dukungan rakyat. Dalam hal ini mereka tentu menganggap sah dan memperjuangkan ide-ide partisipasi massa dan akibatnya menimbulkan gerakan-gerakan yang menuntut agar hak-hak ini dipenuhi. Jadi, kelas-kelas menengah dalam perjuangannya melawan kaum aristocrat telah menarik kaum buruh dan membantu memperluas hak-hak pilih rakat.

5.Keterlibatan Pemerintah yang Meluas dalam Urusan Sosial, Ekonomi, dan Kebudayaan; Perluasan kegiatan pemerintah dalam bidang –bidang kebijaksanaan baru biasanya berarti bahwa konsekuensi tindakan-tindakan pemerintah menjadi semakin menyusup ke segala segi kehidupan sehari-hari. Tanpa hak-hak sah atas partisipasi politik, individu-individu betul-betul tidak berdaya menghadapi dan dengan mudah dapat dipengaruhi oleh tindakan-tindakan pemerintah yang mungkin ruang lingkup aktivitas pemerintah dapat sering merangsang timbulnya tuntutan-tuntutan yang terorganisir akan kesempatan untuk ikut serta dalam pembuatan keputusan politik.

Sejalan dengan faktor-faktor yang menyebabkan partisipasi politik tersebut di atas, Rafael Raga Maran mengutip pernyataan Morris Rosenberg yang mengemukakan bahwa terdapat tiga alasan mengapa orang tidak mau berpartisipasi dalam kehiduan berpolitik.17

17

(29)

29

Pertama, karena ketakutan akan konsekuensi negatif dari aktivitas politik. Dalam hal ini orang beranggapan bahwa aktivitas politik merupakan ancaman terhadap kehidupannya.

Kedua, Menganggap sia-sia karena partisipasinya tidak akan mempengaruhi proses dan hasil politik pemerintah.

Ketiga, karena tidak adanya perangsang untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik, atau tidak ada hasil yang didapat dari partisipasi politik, maka orang pun akan enggan untuk melakukan partisipasi dalam aktivitas politik.

D. Bentuk-Bentuk Partisipasi Politik

David F Roth dan Frank L. Wilson dalam bukunya The Comparative Study of Politics, yang dikutip oleh Miriam Budiarjo menunjukan bahwa aneka ragam partisipasi politik itu membentuk suatu piramida partisipasi politik.

Bentuk partisipasi politik itu beraneka ragam bentuknya tergantung pada frekuensi dan intensitasnya. Orang-orang yang memberikan suara dalam pemilu besar sekali, karena tidak hanya menyita waktu, sedangkan orang-orang yang aktif dan sepenuhnya waktu melibatkan diri dalam politik sangat kecil sekali, misalnya menjadi pimpinan partai atau berkecimpung dalam kelompok kepentingan.

Kedua kelompok orang tersebut bisa dimisalkan sebagai suatu pramida yang alasnya lebar, tetapi semakin ke atas semakin menyempit sebanding dengan intensitas kegiatan politik dan bobot komitmen dari orang yang bersangkutan18

18

(30)

30

GAMBAR PIRAMIDA PARTISPASI POLITIK

Sumber : David.F, Roth dan Frank.L. Wilson, the comparative study of politics, Houghton Milffin Company, Boston, 1976, hal. 159. Dalam Miriam Budiardjo (penyunting), Partisipasi dan Partai Politik Sebuah Bunga Rampai, PT. Gramedia, Jakarta, 1981, hal.6

Adapun Gabriel Almond membagi bentuk partisipasi politik itu kedalam dua bagiaan yaitu:

1. Partisipasi politik konvensional yaitu, bentuk partisipasi politik yang normal dalam demokrasi modern. Bentuk partisipasi ini meliputi :

a. Pemberian suara

b. Mengikuti diskusi politik

c. Mengikuti rangkaian kegiatan kampanye

d. Menbentuk dan bergabung dalam kelompok kepentingan

e. Komunikasi individual dengan pejabat politik dan administrative 2. Partisipasi politik non-konvensional, meliput:

a. Pengajuan petisi b. Berdemonstrasi

Pejabat partai sepenuh waktu,

pemimpin partai/kelompo

k kepentingan

Petugas kampanya anggota aktif dari partai/kelompok, kepentingan aktif dalam proyek-proyek social . Menghadiri rapat umum anggota partai/kelompok kepentingan membicarakan masalah politik, mengikuti

perkembangan masalah politik dari media masa dan memberikan suara dalam pemilihan umum.

(31)

31 c. Konfrontasi

d. Tindakan politik terhadap harta benda (perusakan, pemboman, dan pembakaran)

e. Tindakan kekerasan politik terhadap manusia (Penculikan, dan pembunuhan)

f. Perang gerilya dan Revolusi

Sedangkan menurut Samuel Huntington, peran serta atau paertisipasi masyarakat dapat dikategorikan ke dalam bentuk-bentuk sebagai berikut:19

1. Electoral activity, adalah segala kegiatan yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan pemilu termasuk dalam kegiatan ini adalah ikut serta memberilan dana untuk kampanye sebuah partai politik, memberikan suara, mengawasi perhitungan dan pemilihan suara, dan mengajak serta mempengaruhi seseorang untuk mendukung partai tertentu.

2. Lobbying, yaitu tindakan seseorang maupun kelompok untuk menghubungi pejabat pemerintah ataupun tokoh politik dengan tujuan untuk mempengaruhi pejabat atau tokoh politik tersebut ikut serta dalam masalah yang menyangkut dan mempengaruhi kehidupan mereka.

3. Organizational Activity, adalah keterlibatan warga masyarakat ke dalam berbagai organisasi politik dan sosial baik sebagai pemimpin, aktivis, maupun anggota.

19

(32)

32

4. Contacting, yaitu partisipasi politik yang dilakukan oleh warga negara dengan langsung mendatangi maupun menghubungai lewat telepon pejabat pemerintah ataupun tokoh politik.

5. Violence, adalah cara-cara yang ditempuh melalui jalan kekerasan untuk mempengaruhi pemerintah.

Dari semua penjelasan tentang bentuk partisipasi politik, secara umum bentuk partisipasi politik rakyat ada yang bersifat mendiri (otonom) dan kelompok (dimobilisasi). Partisipasi otonom adalah dimana seseorang individu dapat melakukan kegiatan partisipasi politiknya atas inisiatf dan keingin sendiri, hal tersebut dilakukan semata-mata karena rasa tangging jawabnya dalam kehidupan berpolitik. Sedangkan partisipasi politik yang tidak berdasarkan atas keinginan sendiri tetapi berdasarkan pada permintaan kelompoknya atau digerakkan oleh orang lain, bentuk partisipasi politik inilah yang disebut dengan partisipasi yang dimobilisasi20.

Namun, sebagai negara demokrasi yang sedang berkembang, analisa modern yang berkaitan dengan partisipasi politik merupakan suatu kelayakan studi yang sangat penting. Namun seiring berkembangnya demokrasi di negara kita, maka banyak muncul kelompok masyarakat atau golongan masyarakat yang tergabung di dalam LSM atau tergabung di dalam kelompok kepentingan yang berpartisipasi di dalam dunia politik untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan dari pemerintah mengenai kebijakan umum.

20

(33)

33

BAB III

PROFIL BKMB BHAGASASI

A. Latar Belakang Berdirinya BKMB BHAGASASI

Sejarah Dan Terbentuknya BKMB BHAGASASI

Berawal dari sebuah pertemuan informal di kediaman Baba H. Saady Muchsin (Sesepuh Masyarakat Bekasi) di Pondok Ungu pada tahun 1987 yang dihadiri oleh beberpa tokoh Bekasi antara lain : H. Muhtadi Muchtar, Drs. Damanhuri Husein, Hanafi Ali, Lukmanul Hakim dan lain-lainnya, menghasilkan kesepakatan untuk membentuk wadah berkumpulnya masyarakat Bekasi.

Dilanjutkan dengan perbincangan kecil diantara beberapa tokoh muda masyarakat Bekasi seperti Muchtadi Muchtar, Drs. H. Amir Syarifuddin, Dede Abdurrachmat, Adi Firdaus MSc, Abdurrahman Mufti SmHK, dan Chairul Saleh pada saat ta’ziyah wafatnya H.Ramdani Ridwan, (Tanggal 13 April 1997). Diantara para tokoh terlintas kerinduan yang mendalam untuk mempererat tali silaturrahmi dan memperkokoh tali komunikasi yang kondusif diantara sesama masyarakat pribumi Bekasi. Akhirnya perbincangan itupun menghasilkan arti dan makna yang positif.

(34)

34

Untuk mewujudkannya pada 17 Oktober 1997, akhirnya diundanglah beberapa potensi pemuda yang diharapkan dapat memperluas visi dan orientasi untuk lebih mempertajam pemikiran kearah yang lebih efektif dalam mengawali langkah proses pembentukan wadah silaturahmu masyarakat Bekasi, melalui sebuah pertemuan yang diadakan di rumah kediaman H. Ady Firdaus, MSc.

Dalam pertemuan pada 17 Oktober 1997 tersebut perlu mengambil langkah konkrit dalam mengawali proses pembentukan wadah silaturahmi masyarakat Bekasi, melalui Tim Kerja (Team Work) sebanyak sembilan orang, yang pada akhirnya dinmakan TIM SEMBILAN, yang terdiri dari :

1. H.Ady Firdaus, MS. (Sebagai Ketua Tim merangkap Anggota) 2.Dede Abdurarachmat (Sekretaris Tim merangkap Anggota) 3. Hasbiallah, SE. S.Ag. (Sebagai Anggota Tim)

4. Drs. Dede Rachmat (Sebagai Anggota Tim) 5. Elfi Muhiddin, MSc. (Sebagai Anggota Tim) 6. Ansori H. Asmawi, SE. (Sebagai Anggota Tim) 7. H. Hans Muntahar (Sebagai Anggota Tim) 8. Drs. Lukmanul Hakim (Sebagai Anggota Tim) 9. T. Teguh Iman S (Sebagai Anggota Tim)

Sebagai langkah awal dari kerja tim sembilan adalah berupaya mengakomodasikan kontribusi pemikiran, saran, pendapat, dan nasehat serta dukungan moril dari berbagai tokoh masyarakat Bekasi yang meliputi unsur pesantern, unsur alim-ulama, unsur sesepuh masyarakat, unsur pemuda, dan unsur birokrasi yang bisa mewakili kontribusi pemikiran masyarakat Bekasi pada umumnya, diantaranya adalah :

1. Bapak Saady Muchsin (Unsur sesepuh masyarakat Bekasi) 2. KH. Amin Nur (Unsur Pesantren)

(35)

35

Dari hasil pertemuan melalui kunjungan ketempat kediaman (home visit) dengan tokoh masyarakat tersebut diatas, secara prinsip tim sembilan memperoleh dukungan yang sangat positif.

Segala sumbangan pemikiran, saran, pendapat, dan nasihat dijadikan sebagai bahan rujukan (referensi) bagi tim sembilan didalam mengiringi gerak dan langkah berikutnya menuju kearah pembentukan wadah silaturrahmi masyarakat asli Bekasi.

Berangkat dari dukungan moril yang sangat positif serta kontribusi pemikiran tokoh masyarakat yang telah menjadi bahan referensi bagi tim sembilan, maka tim sembilan pun merasa perlu untuk menggulirkan solusi gagasan kepada forum yang lebih luas, dalam bentuk stimulasi respon, guna memperoleh umpan balik (feed back) untuk dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mencapai sepakat dalam mempertajam proses pembentukan wadah silaturahmi masyarakat Bekasi secara lebih terarah dan tepat sasaran. Melalui pertemuan yang dinamakan “FORUM SILATURAHMI MASYARAKAT ASLI BEKASI”. Yang diadakan pada 19 November 1997 di aula KH. Nur Ali Gedung Islamic Center Bekasi.

(36)

36

Akhirnya forum yang digelar pada 19 November 1997 tercatat sebagai akses pembuka jalan kearah terbukanya wadah silaturrahmi masyarakat Bekasi secara melembaga/formal, yang senantiasa telah lama dirindukan oleh masyarakat Bekasi.

Menindak lanjuti hasil pertemuan tanggal 19 November 1997, maka tim sembilan dengan di jembatani oleh Drs. Damanhuri Husein seorang senior birokrat putra bekasi, mengambil langkah pada satu tahap kearah terbentuknya wadah silaturahmi masyarakat Bekasi, melalui forum akbar yang melibatkan sekitar kurang lebih 200 orang yang diundang dari seluruh lapisan masyarakat Bekasi untuk secara bersama mempertajam konsep kelembagaan secara utuh, dan pada pertemuan ini akhirnya ditetapkan sebagai wadah kelahirannya BKMB BHAGASASI.

Sebenarnya visi dan misi dari BKMB BHAGASASI awlanya sangat sederhana, kalau sudah berkumpul dan terasa kompak maka para anggota BKMB BHAGASASI harus punya kontribusi yang signifikan bagi proses pembangunan pemerintahan Kota Bekasi, Dan awal berdirinya BKMB BHAGASASI adalah sebagai murni sebuah paguyuban bagi masyarakat asli Bekasi untuk menyatukan semua potensi masyarakat Bekasi dan tidak mempunyai aspek politik1.

Namun dengan berjalannya waktu, terlebih setelah razim Soeharto tumbang dan masuknya atmosfer Reformasi maka sebagai sebuah organisasi tempat berkumpulnya masyarakat asli Bekasi, BKMB BHAGASASI mempunyai kepentingan-kepentingan terhadap pembangunan di bidang politik bagi pemerintahan Bekasi, dengan memberikan masukan-masukan kepada lembaga

1

(37)

37

politik serta terjun dan aktif langsung terhadap perkembangan politik2. Dengan inilah BKMB BHAGASASI masuk kepada ranah politik.

Untuk mengenang terbentuknya sejarah kota Bekasi, saat itu pula BKMB menjadi BKMB BHAGASASI, karena Bhagasasi di ambil dari asal-muasal kata Bekasi, dan berdasarkan penelusuran Purbatjaraka, kata Bekasi secara filologis berasal dari kata Candrabhaga ; Candra berarti “bulan” dan bhaga berarti “bagian”. Jadi, secara etimologis kata Candrabhaga berubah menjadi Sasibhaga atau Bhagasasi3.

BKMB BHAGASASI yang didirikan berasaskan Pancasila dan berlandaskan UUD 1945 mempunyai tujuan yaitu4 :

1.Menjalin komunikasi yang kondusif diantara masyarakat Bekasi dengan pemerintah dan antara masyarakat bekasi dengan masyarakat lainnya.

2.Meningkatkan peran aktif keluarga masyarakat Bekasi dalam pelaksanaan pembangunan daerah dan nasional.

3.Mempererat rasa kekeluargaan dan kebersamaan sikap untuk menumbuh kembangkan semangat persatuan dan kesatuan masyarakat Bekasi melalui silaturahmi dan musyawarah.

4.Menggali dan memanfaatkan segenap potensi Bekasi untuk memberikan kontribusi nyata bagi pelaksanaan pembangunan.

5.Berperan aktif dalam seluruh proses pembangunan nasional khususnya dalam meningkatkan keimanan dan ketakwaan, membangkitkan kualitas sumber daya

2

Wawancara penulis dengan Sekjen BKMB BHAGASASI Bpk. H. Abd. Khoir, Bekasi tanggal 8 Juli 2008.

3

Abdul Khoir, dkk.,Sejarah Bekasi (Bekasi : ARPUSLAHTA Kab. Bekasi, 2002), h. 1.

4

(38)

38

manusia serta ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka meningkatkan derajat, dan martabat masayarat Bekasi.

B. STRUKTUR ORGANISASI BKMB BHAGASASI

1. Kepengurusan BKMB BHAGASASI

a.Dewan Penasehat, terdiri dari para sesepuh atau tokoh masyarakat Bekasi yang berjasa dalam perjuangan dan pembangunan Bekasi. Dewan Penasehat juga mempunyai hak dan kewajiban memberikan saran dan nasehat kepada dewan pengurus BKMB BHAGASASI.

b.Dewan Pengurus, terdiri dari :

1.Seorang ketua umum (disebut Baba)

2.Seorang ketua harian (disebut Abang Wakil) 3.Ketua-ketua (disebut Abang Bek)

4.Seorang Sekretaris Umum (disebut Abang/Empo Juru Tulis) 5.Sekretaris-Sekretris (disebut Abang/Empo Juru Tulis) 6.Seorang Bendahra (disebut Abang/Empo Bendahara) 7.Bendahara-bendahara (disebut Abang/Wakil Bendahara)

8.Bidang-bidang yang masing-masing dipimpin oleh seorang ketua bidang (disebut Abang/Empo Mandor)

9.Kademangan, yaitu pengurus di tingkat Kecamatan atau daerah luar Bekasi (disebut Demang)

(39)

39

menetapkan kebijakan organisasi baik berupa pedoman organisasi maupun keputusan-keputusan lainnya, serta memberikan laporan pertanggungjawaban atas segala amanat yang dilaksanakan pada musyawarah besar BKMB BHAGASASI berikutnya.

C. KEANGGOTAAN BKMB BHAGASASI

1. Penerimaan Anggota a. Anggota Biasa

Yang diterima sebagai anggota biasa BKMB BHAGASASI adalah keluarga masyarakat Bekasi, keturunan asal Bekasi, ataupun perpaduan keturunan dan perpaduan perkawinan asal Bekasi, atau kelahiran serta menerima Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga BKMB BHAGASASI.

b. Anggota Luar Biasa

Yang bisa diterima sebagai anggota luar biasa adalah masyarakat Bekasi yang telah berdomisisli di Bekasi serta menerima Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga BKMB BHAGASASI.

c. Anggota Kehormatan BKMB BHAGASASI.

Yang dapat di terima sebagai anggota kehormatan BKMB BHAGASASI adalah anggota masyarakat yang karena keahliann dan jasanya bagi masyarakat Bekasi, menerima Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta ditetapkan dalam mubes BKMB BHAGASASI.

(40)

40

1) Setiap anggota biasa, anggota luar biasa, dan anggota kehormatan mempunyai hak untuk menyampaikan usul, saran, dan pemikiran serta mempunyai hak untuk dipilih dan memilih.

2) Setiap anggota biasa, anggota luar biasa, dan anggota kehormatan harus menghadiri pertemuan-pertemuan organisasi dan Musyawarah Besar BKMB BHAGASASI.

3) Setiap anggota biasa, anggota luar biasa, dan anggota kehormatan berkewajiban mentaati dan mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta aturan-aturan organisasi.

(41)

41

D. ARTI DAN MAKNA LOGO BKMB BHAGASASI5

a. Bambu runcing sebanyak lima lajur berdiri tegak melambagkan semangat patriotisme dan kbangkitan masyarakat bekasi secara kompak dan bergenerasi serta semangat religius

b.Golok berdiri tegak melambangkan semangat juang dan mempertahankan harga diri serta mnunjukkan kejernihan dalam berfikir, bersikap dan bertindak.

c. Pita berwarna merah putih melambangkan persatuan masyarakat Bekasi dalam ke-Indonesiaan yang dilandasi kesucian dan keberanian

d.Batu bata tersusun lima tingkat melambangkan kesadaran akan tahapan cita-cita.

5

(42)

42 BAB IV

PARTISIPASI POLITIK BKMB BHAGASASI DALAM PILKADA KOTA BEKASI 2008

A. Gambaran Umum Pilkada Kota Bekasi 2008

Sebagai kota jasa, perdagangan, dan sekaligus kota permukiman di sisi kota metropolitan Jakarta, kota Bekasi berkembang dengan sangat pesat, hal itu terlihat dari pertumbuhan penduduk dan tumbuhnya bermacam bangunan properti sebagai penunjang kehidupan bagi masyarakat yang tinggal di Bekasi.

Dalam Pilkada Kota Bekasi 2008, KPUD Kota Bekasi memutuskan 3 pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota1. Yang pertama adalah H. Awing Asmawi dan Roni, berdasarkan keputusan komisi pemilihan umum (KPU) kota Bekasi, 9 Desember 2007, pasangan H.Awing Asmawi dan Rony Hermawan ditetapkan sebagai peserta pilkada nomor urut 1 (satu) dalam pilkada kota Bekasi 2008. Pasangan ini diusung oleh Partai Demokrat serta mempunyai misi pemerintahan kota Bekasi yang sehat, kompeten, dan bersih dari segala macam bentuk KKN(Korupsi, Kolusi dan Nepotisme).

Mengisi nomor urut 2 (dua), terdapat pasangan Mochtar Muhammad dan Rahmat Effendi. Pasangan ini diusung koalisi 9 (sembilan) partai politik, yakni PDI-P, Golkar, PPP, PAN, PBB, PKB, Partai Buruh Sosial Demokrat, Partai Serikat Indonesia, serta Partai Nasoinalisme Indonesia Marhaenisme. Muchtar Muhammad yang merupakan Incumbent dan H.Rahmat Effendi Ketua DPD Golkar Kota Bekasi yang menawarkan visi dan misi Bekasi Cerdas, Sehat, dan

1

(43)

43

Ihsan serta menjual isu yang sangat menguntungkan bagi masyarakat Bekasi yaitu “Kesehatan dan Pendidikan Gratis”.

Sedangkan calon dari nomor urut 3 (tiga) adalah pasangan H. Ahmad Syaikhu dan H.Kamaluddin Djaini seorang birokrat kota Bekasi. Pasangan ini diusung oleh PKS kota Bekasi untuk menjadi Walikota dan Wakil Walikota Bekasi, serta mempunyai misi dan visi membangun kota Bekasi EMAS, yakni kota Bekasi yang Elok, Maju, Aman, dan Adil serta Sejahtera.

Sebagai suatu implikasi atas di terapkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang otonomi pemerintahan daerah, maka dari itu masyarakat kota Bekasi harus berpartisipasi aktif dalam pilkada Kota Bekasi 2008 dengan menggunakan hak pilihnya dan mensukseskan pilkada untuk memilih dan menentukan pemimpin yang benar-benar dapat mewukudkan aspirasi dari masyarakat Bekasi.

B. Partisipasi Politik BKMB BHAGASASI dalam Pilkada Kota Bekasi 2008

Partisipasi berkaitan erat dengan upaya untuk melakukan modernisasi kehidupan sosial ekonomi. Pemikiran yang mendasari konsep partisipasi politik di Negara modern adalah kedaulatan di tangan rakat, yang dilaksanakan melalui kegiatan bersama untuk menetapkan tujan serta masa depan suatu masyarakat dan untuk menentukan (memilih) oroang-orang yang akan memegang atau memimpin kehidupan bersama. Dengan demikian, partisipasi politik adalah merupakan penjelmaan penelenggaraan kekuasaan yang abash dengan dukungnan warga Negara.2

2

(44)

44

Partsipasi poltik juga merupakan proses politik yang berupaya mewujudkan keputusan politik agar sesuia dengna aspirasi warga Negara. Dalam Negara yang demokratis, keterlibaatan warga negar dalam proses pembuatan keputusan politik adalah sangat penting. Partisipasi politik yang rendah mewuudkan kurang pedulinya warga terhadap masalah Negara. Keadaan akan menjadi negative terutama bila kekuasaan Negara tidak mendapat masukan dari warga negaranya. Pemimpin Negara yang yang kurang masukan akan akan kurang tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi warganegaranya dan berkecnderungan menyimpang.3.

Salah satu bentuk partisipasi politik yang dikenal oleh masyarakat adalah pemilihan umum (pemilu). Pemilu diselenggrakan adalah dalam rangka memberikan ruang partisipasi politik bagi publik secara luas, selain itu harus ada hak berkampanye dan berpolitik, menciptakan proses berpolitik yang berarti dan ada jaminan kebebsan berpendapat secara bersserikat.4 Hasil pemlihan umum mencerminkan kehendak rakyat, siapapun pemenangnya berhak mengklaim atas nama rakyat untuk menjalankan kekuasaan negara. Dari situ, legitimasi dan hak utnuk memerintah dipatuhi oleh rakayatnya. Pemerintahan yang memiliki legitimasi dan terbentuk melalui pemilu tersebut akan menghasilkan pemerintahan negara yang didukung oleh rakyatnya.5

Dalam rangka Pemilu pilkada 2008, segenap masyarakat kota Bekasi dalam Pilkada kota Bekasi 2008 , mempunyai peran serta partisipasi politik yang sangat penting untuk terciptanya dan terpilihnya seorang kepala daerah yang

3

Miriam Budiarjo, 1999. Hal, 4.

4

Mashad D. Korupsi Poltik, Pemilu dan Legitimasi orde Baru, Jakarta : Pustaka Desindo, 1998. H. 73

5

(45)

45

sesuai dengan apa yang diinginkan oleh masyarakat kota Bekasi. Untuk pertama kalinya juga dalam Pilkada Kota Bekasi 2008 masyarakat kota Bekasi memilih langsung kepala daerahnya untuk menahkodai daerah kota Bekasi untuk kurun waktu 5 tahun ke depan.

Tak terkecuali bagi BKMB BHAGASASI, sebagai sebuah organisasi kemasyarakatan warga Bekasi dan juga sebagai sebuah kelompok kepentingan juga mempunyai peran dan partisipasi politik serta mempunyai hak untuk menyalurkan aspirasinya melalui pilkada di kota Bekasi.

Guna menyalurkan dan mewukudkan aspirasinya, BKMB BHAGASASI yang awal berdirinya hanya murni sebagai wadah untuk berkumpul atau paguyuban bagi orang-orang Bekasi asli untuk mem-Bekasikan Bekasi6, menghimpun dan menggali sumber daya manusia dari anggota BKMB BHAGASASI sehingga mempunyai posisi atau daya tawar yang kuat terhadap siapapun untuk membawa dan mewujudkan aspirasi dari BKMB BHAGASASI, serta menjadi satu mitra yang bisa diandalkan baik oleh pemerintah pusat ataupun pemerintahan daerah serta menciptakan keadaan yang kondusif bagi berputarnya roda pemerintahan kota Bekasi.

C. Bentuk Partisipasi politik BKMB BAGASASI Dalam Pilkada Kota

Bekasi 2008

Seperti yang telah dijelaskan oleh penulis di dalam bab sebelumnya, bentuk-bentuk partisipasi politik dibagi ke dalam dua bentuk yaitu konvensional dan non-konvensional, serta partisipasi politik yang bersifat otonom (mandiri)dan

6

(46)

46

di mobilisasikan (kelompok). Bentuk konvensional adalah bentuk partisipasi politik yang “normal” dalam demokrasi modern. Ada berupa kegiatan berkampanye, diskusi politik, pemberian suara (voting), lobbying, membentuk dan bergabung dalam kelompok kepentingan dan sebagainya.

Sedangkan bentuk partisipasi politik non-konvensional adalah beberapa kegiatan partisipasi politik yang dilakukan secara legal maupun illegal dan revolusioner. Diantara bentuk partisipasi politik non-konvensional adalah demonstrasi, aksi mogok, tindakan kekerasan politik, serta melakukan revolusi. Sedangkan partisipasi politik yang bersifat otonom adalah di mana seseorang individu dapat melakukan kegiatan partisipasi politiknya atas inisiatif dan keinginan sendiri tanpa paksaan orang lain. Kebalikan dari sifat partisipasi politik otonom, partisipasi yang di mobilisasi adalah bentuk partisipasi seseorang yang tidak berdasar keinginannya tetapi digerakkan atau diminta oleh kelompoknya7.

Disamping itu juga terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi seseorang atau kelompok berpartisipasi dalam politik, diantaranya: modernisasi, tingkat pendidikan yang tinggi, kemudahan akses informasi, sistem pemerintahan yang demokratis, dan sebagainya.

Mengacu kepada hal-hal diatas bentuk partisipasi yang dilakukan oleh BKMB BHAGASASI dalam pilkada Kota Bekasi 2008 merupakan bentuk partisipasi politik yang konvensional. Bentuk partisipasi politik yang dilakukan oleh BKMB BHAGASASI adalah melakukan sosialisasi pilkada kota Bekasi dengan mengusung salah satu calon Wali kota dan wakil Wali kota sampai ketingkat grass root atau akar paling bawah (tingkat RT/RW) se-Kota Bekasi, ikut

7

(47)

47

melakukan kempanye-kampanye politik secara terbuka8, orasi-orasi politik, melaksanakan deklarasi dukungan baik di tingkat Kademangan (ruang lingkup kerja pengurus BKMB-Bhgasasi yang mencakup wilayah kecamatan di kota Bekasi), maupun di tingkat Kemandoran (ruang lingkup kerja pengurus BKMB BHAGASASI yang mencakup wilayah kelurahan di kota Bekasi), serta memberikan suara dalam Pilkada9. Sehingga dengan cara-cara tersebut masyarakat secara luas dan umum akan mengetahui siapa pasangan yang akan diusung oleh BKMB BHAGASASI, dan dapat mengetahui visi dan misinya.

Selain itu juga BKMB BHAGASASI mempunyai underbow atau organ yang bernaung dibawah BKMB BHAGASASI yaitu Laskar BKMB BHAGASASI. Laskar BKMB BHAGASASI yang di komandoi oleh bang Aan Suhandi mempunyai tugas yang sangat berat dalam mensosialisasikan pengusungan calon walikota dan wakil walikota yang di usung oleh BKMB BHAGASASI. Laskar BKMB BHAGASASI harus berada paling depan dalam kampanye-kampanye politik secara terbuka dan harus bisa memobilisasi massa baik dari tingkat Kademangan maupun dari tingkat Kemandoran.

Pastinya hal-hal tersebut juga dilakukan oleh BKMB BHAGASASI untuk mendukung pasangan calon Wali Kota dan calon wakil wali kota Bekasi yaitu H. Ahmad Syaikhu dan H.Kamaluddin Djaini untuk mengisi orang nomor satu dan dua dalam lingkup pemerintahan Kota Bekasi.

Dukungan yang diberikan oleh BKMB BHAGASASI terhadap H. Ahmad Syaikhu dan H.Kamaluddin Djaini juga dilatar belakangi oleh keingin masyarakat

8

Dilakukan di Lapangan Utama Harapan Indah, Bekasi. 12 Januari 2008 yang dihadiri oleh para orator dari partai-partai pengusung H.A.Syaikhu dan H.Kamaluddin Djaini.

9

(48)

48

asli Bekasi untuk bisa menyatukan potensi masyarakat Bekasi, dari tokoh-tokoh tua hingga tokoh-tokoh muda dalam aspek ekonomi, sosial, dan politik lokal Bekasi10. Selain itu juga dukungan BKMB BHAGASASI terhadap H. Ahmad Syaikhu dan H.Kamaluddin Djaini karena dinilai tokoh kedua tokoh ini dapat membawa serta mewujudkan aspirasi BKMB BHAGASASI yaitu mem-Bekasikan Kota Bekasi11.

Partisipasi politik BKMB BHAGASASI juga bisa disebut sebagai partisipasi yang bersifat otonom atau mandiri dan dimobilisasikan atau kelompok. Bersifat otonom karena setiap anggota BKMB BHAGASASI dan sebagian masyarakat Kota Bekasi menginginkan adanya orang-orang Bekasi asli untuk masuk ke dalam jajaran pemerintahan kota Bekasi. Hal itu dilakukan karena masyarakat Bekasi khususnya daerah Kota Bekasi agar ada yang mampu mewujudkan mem-Bekasikan Kota Bekasi. Sedangkan partisipasi politik BKMB BHAGASASI yang bersifat dimobilisasikan karena setiap anggota BKMB BHAGASASI dan masyarakat Kota Bekasi yang menjadi anggota BKMB BHAGASASI baik daerah kademangan atau kemandoran wajib mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh organisasi tersebut dan dengan adanya mobilisasi massa merupakan sarana yang sangat efektif kepada masyarakat secara umum untuk mengetahui visi dan misi pasangan yang diusung oleh BKMB BHAGASASI. Dalam hal ini BKMB BHAGASASI mendeklarasikan untuk mendukung pasangan H.Ahmad Syaikhu dan H. Kamaludin Djaini. Maka

10

Wawancara penulis dengan Sekjen BKMB BHAGASASI Bpk. H. Abd. Khoir, Bekasi tanggal 8 Juli 2008.

11

(49)

49

keputusan ini harus diikuti oleh anggota BKMB BHAGASASI serta masyarakat Kota Bekasi yang masuk dalam anggota BKMB BHAGASASI.

Adapun bentuk partisipasi politik aktif yang dilakukan oleh BKMB BHAGASASI adalah menjadi pengurus Partai politik, organisasi non-politik serta menjadi birokrat pemerintahan Kota Bekasi. Seperti H.Ahmad Zurfaih S.Sos sebagai ketua umum BKMB BHAGASASI dan juga sebagai pengurus partai dan dewan Pembina Golkar, H.Paray Said MBA sebagai pengurus BKMB BHAGASASI Ia juga aktif dan menjadi pengurus teras PKB, H. Aan Suhandi Ketua Laskar BKMB BHAGASASI Ia juga salah satu birokrat teras kota Bekasi, serta masih banyak lagi pengurus BKMB BHAGASASI yang menjadi pengurus partai politik dan birokrat pemerintahan kota Bekasi.

Selain itu juga BKMB-Bhasasi juga menggunakan lobby-lobby politik, serta menggunakan koneksi-koneksi dalam meyalurkan aspirasi politik BKMB BHAGASASI. BKMB BHAGASASI juga membebaskan angotanya untuk aktif di Partai politik mana saja. Dengan demikian jika ada anggota BKMB BHAGASASI menduduki jabatan-jabatan strategis yang ada di Partai politik itu adalah suatu peluang bagi masyarakat Bekasi untuk menyalurkan aspirasi politiknya12.

Dengan adanya organisasi BKMB BHAGASASI menunjukkan perannya untuk menyalurkan aspirasi terhadap kebutuhan dan perkembangan masyarakat Bekasi. Karena BKMB BHAGASASI berbasiskan kedaerahan (primordial) serta mempunyai dukungan dari masyarakat asli Bekasi, posisi ini menjadi daya tarik sendiri bagi Partai peserta pemilu serta calon-calon kepala daerah untuk mendapat

12

(50)

50

dukungan serta dapat menambah dan mendulang perolehan suara dari anggota dan pendukung BKMB BHAGASASI.

Selain itu juga partisipasi BKMB BHAGASASI dalam berpolitik untuk memperkuat posisi orang Bekasi asli dalam jabatan politis di daerah Bekasi, karena sebagai daerah penyangga DKI-Jakarta banyak sekali potensi yang dimiliki oleh masyarakat Bekasi asli untuk menduduki suatu jabatan yang strategis di Kota Bekasi13.

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Politik BKMB-

BHAGASASI dalam Pilkada Kota Bekasi 2008

Dari hasil wawancara dengan Ketua Umum BKMB BHAGASASI untuk proses partisipasi politik BKMB BHAGASASI dalam pilkada Kota Bekasi 2008 yang mengusung pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota Syaikhu-Kamal dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

1. Faktor Primordial (Kedaerahan)

Anggota BKMB BHAGASASI mengarahkan partisipasi politiknya dengan mendukung H.A. Syaikhu dan H.Kamaludin Djaini untuk dapat duduk sebagai pasangan Wali kota dan Wakil Wali kota. Dalam hal ini BKMB BHAGASASI sangat mendukung H.Kamaluddin Djaini. Dukungan tersebut diberikan karena dia adalah seorang putra Bekasi asli dan seorang birokrat di pemerintahan Kota Bekasi yang menduduki jabatan sebagai Kepala Tata Kota Bekasi.

Dukungan tersebut merupakan hasil dari pemikiran dan musyawarah oleh para pengurus BKMB BHAGASASI karena ikatan (primordial) kekerabatan, serta

13

Gambar

GAMBAR PIRAMIDA PARTISPASI POLITIK

Referensi

Dokumen terkait

Jika dilihat dari tingkat efisiensi ekonomis yang telah dicapai oleh petani menunjukkan bahwa usahatani petani padi anorganik Kecamatan Rakit Kulim memberikan

Dengan paparan-paparan diatas, maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Analisis Model Prediksi Bisnis Properti Pada Data E-Commerce dengan Metode Klasifikasi”

30. Prestasi awal pemerintahan SBY adalah penyelesaian kasus GAM secara damai yang difasilitasi oleh ..... Program pemerintah SBY untuk mengatasi dampak kenaikan BBM pada tahun

Sistem Jaminan Sosial Nasional merupakan upaya pewujudkan kesejahteraan, memberikan rasa aman sepanjang hidup manusia melalui pendekatan sistem peran negara dan msyarakat

Cara kerja dari progressive tools adalah langkah demi langkah,dengan setiap jarak adalah sama,dan progressive tool dapat dibuat untuk memproduksi komponen setengah jadi

Tingginya angka kematian ibu dan angka kematian anak dari data yang tersaji diatas menjadi salah satu faktor dipilihnya masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk meningkatkan toleransi siswa dalam pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran guided discovery setting

Proses perakitan komponen alat berat memerlukan ketelitian agar tidak terjadi warranty claim. Penelitian ini bertujuan mengurangi warranty claim yang berakibat meningkatnya