TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENERAPAN KETERBUKAAN DALAM PRINSIP AKUNTABILITAS PADA PASAR MODAL DITINJAU
DARI UU NO. 8 TAHUN 1995
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat tuntuk mencapai gelar Sarjana Hukum
Oleh:
NIM : 090200449 GINDO BASTHIAN PURBA
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENERAPAN KETERBUKAAN DALAM PRINSIP AKUNTABILITAS PADA PASAR MODAL DITINJAU
DARI UU NO. 8 TAHUN 1995
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum
OLEH
:
NIM : 090200449 GINDO BASTHIAN PURBA
Disetujui Oleh:
Ketua Departemen Hukum Ekonomi
NIP. 197501122005012002 Windha, SH, M.Hum
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH
NIP: 195603291986011011 NIP: 197302202002121001
Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat yang dilimpahkan-Nya dari awal hingga akhir penulisan
skripsi ini dapat selesai dengan baik.
Penulisan skripsi ini merupakan kewajiban tahap akhir studi yang disusun
dalam rangka memenuhi tugas-tugas dan melengkapi syarat-syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Medan. Adapun judul yang penulis bahas adalah “Tinjauan Yuridis Terhadap Penerapan Keterbukaan Dalam Prinsip Akuntabilitas Pada Pasar Modal Ditinjau Dari UU No. 8 Tahun 1995”.
Penulis menyadari, sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan
dan kekurangan baik dalam pikiran maupun perbuatan. Berkat bimbingan Bapak
Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, baik secara langsung maupun
tidak langsung dalam mengasuh serta membimbing penulis sejak masuk bangku
kuliah hingga akhir penulisan skripsi ini, maka penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik.
Skripsi ini penulis persembahkan terkhusus buat orangtuaku, Sinton Purba
dan Esna Sitorus, S.Pd yang telah memberikan kasih sayang yang tak terhingga
kepada penulis, yang selalu mendoakan penulis, memberikan semangat, dana,
Penulis juga menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu penulis
dalam menyusun skripsi ini, baik melalui bimbingan, doa dan bantuan lainnya.
Oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M,Hum selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara
2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum selaku Pembantu Dekan I
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
3. Bapak Syafruddin, S.H., M.H., D.F.M selaku Pembantu Dekan II Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara
4. Ibu Windha, S.H., M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan masukan dalam
penulisan skripsi ini.
5. Bapak Ramli Siregar, S.H., M.Hum selaku sekretaris Departemen Hukum
Ekonomi Universitas Sumatera Utara
6. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H selaku Dosen Pembimbing I
yang telah banyak membantu penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini, untuk segala nasehat dan bimbingan yang telah
diberikan kepada penulis, penulis sangat berterima kasih.
7. Bapak Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum Dosen Pembimbing II yang juga
telah banyak membantu penulis dalam penyempurnaan penulisan skripsi
ini, untuk segala nasehat dan bimbingan yang telah diberikan kepada
8. Bapak Syarifuddin Siba, S.H. selaku Dosen Wali penulis semasa
perkuliahan
9. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang
telah banyak memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama
masa perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara serta
seluruh pegawai di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
10.Saudara-saudaraku terkasih, abangku Indra Mulya Purba, dan adikku Rudy
Rothama Purba, dan Sonya Purba terima kasih atas doa dan semua
dukungannya.
11.Teman-temanku yang selalu mendukungku, Yunita Panjaitan, Rahmat
Daniel Tampubolon, Ruth Paolin Marbun, Dwihardi Sembiring, Anita
Veronica, Hussein Simatupang, Reminisir Harita, Hendrawan Sembiring
dan semua teman-teman stambuk 2009 lainnya. Terima kasih atas
semangat dan dukungan yang telah diberikan selama ini.
12.Teman-teman diluar kegiatan kampus yang memberikan banyak inspirasi
13.Semua pihak yang membantu penulis dalam berbagai hal yang tidak dapat
disebut satu-persatu
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan imbalan yang setimpal atas
kasih, jerih payah, dan jasa-jasa mereka. Penulis mohon maaf kepada Bapak/Ibu
dosen pembimbing, dan dosen penguji atas sikap dan kata-kata yang tidak
berkenaan selama penulisan skripsi ini.
Penulis berharap kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu
topik yang diangkat dalam penulisan skripsi ini karena penulis juga menyadari
kekurangan dan ketidaksempurnaan penulis. Semoga Tuhan memberkati kita
semua. Amin. Terima Kasih.
Medan, Januari 2014
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vii
ABSTRAK ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 8
D. Keaslian Penulisan ... 9
E. Tinjauan Kepustakaan ... 10
F. Metode Penulisan ... 13
G. Sistematika Penulisan ... 15
BAB II KETERBUKAAN DALAM PASAR MODAL A. Prinsip Keterbukaan Dalam Pasar Modal 1. Ketentuan Prinsip Keterbukaan Dalam Hukum Pasr Modal .... 18
2. Pengecualian Prinsip Keterbukaan Dalam Pasar Modal ... 25
3. Pelanggaran Terhadap Prinsip Keterbukaan Dalam Pasar Modal ... 28
B. Penerapan Keterbukaan di Lihat Dari Sudut Pandang Pasar Modal 1. Pengertian dan Aspek Keterbukaan Pada Pasar Modal ... 32
2. Tujuan Terbentuknya Keterbukaan Di Dalam Pasar Modal .... 35
3. Kaitan Prinsip Keterbukaan Dengan Informasi yang menyesatkan ... 37
BAB III PRINSIP AKUNTABILITAS SEBAGAI ASPEK PENTING DALAM PASAR MODAL
A. Tinjauan Umum Seputar Akuntabilitas
1. Pengertian Umum Tentang Akuntabilitas ... 43
2. Jenis-jenis Akuntabilitas ... 45
3. Prinsip-prinsip Akuntabilitas di Indonesia ... 50
B. Implementasi Akuntabilitas di Dalam Good Corporate Governance
1. Konsep dan Pengertian Dari Good Corporate Governance ... 54
2. Tujuan Penerapan Good Corporate Governance Pada
Perseroan Terbatas ... 59
3. Fungsi dan Peran Akuntabilitas di Dalam Sistem Penerapan
Good Corporate Governance Pada Perseroan Terbatas ... 64
C. Ketentuan Mengenai Tanggung Jawab Manajemen Atas Laporan Keuangan Sebagai Prinsip Akuntabilitas di Dalam Pasar Modal
1. Fungsi dan Tugas Organ Dalam Laporan Keuangan
Perusahaan... 72
2. Unsur-unsur dan Tujuan Laporan Keuangan ... 77
3. Penyampaian Laporan Keuangan Sebagai Aspek
Akuntabilitas di Dalam Pasar Modal ... 82
BAB IV PENERAPAN KETERBUKAAN DALAM PRINSIP AKUNTABILITAS PADA PASAR MODAL
A. Penerapan Keterbukaan Dilihat Dari Perusahaan Perseroan Terbatas
Akuntabiltas Dalam UU No. 40 Tahun 2007 ... 86
2. Pengaturan Tentang Penerapan Keterbukaan Dalam
UU No. 4 Tahun 2007 ... 92
B. Penerapan Keterbukaan Dalam Prinsip Akuntabilitas Pada Pasar Modal
1. Dilihat Dari Sudut Pandang UU No. 8 Tahun 1995 Tentang
Penerapan Keterbukaan Pada Pasar Modal ... 101
2. Pengaturan Tentang Penerapan Keterbukaan Dalam Prinsip
Akuntabilitas dalam UU No. 8 Tahun 1995 ... 105
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan ... 122
B. Saran ... 124
ABSTRAK
Gindo Basthian Purba *) Bismar Nasution **)
Mahmul Siregar ***)
Pasar modal merupakan suatu wadah untuk mempertemukan antara pihak yang membutuhkan dana (emiten) dengan pihak yang menyediakan dana (investor). Suatu hal yang sering dibicarakan didalam pasar modal adalah mengenai keterbukaan. Keterbukaan memiliki tujuan untuk memelihara kepercayaan publik terhadap pasar. Tujuan kepercayaan tersebut adalah untuk menarik para investor ke pasar modal supaya mau menanamkan modalnya. Dengan adanya UU No. 8 tahun 1995 mengenai pasar modal memberikan aturan-aturan dalam setiap kegiatan dipasar modal. Disisi lain, prinsip akuntabilitas didalam pasar modal menjadi kewajiban bagi setiap emiten untuk mengelola dan mempersiapkan perusahaannya dengan baik dalam rangka terjun ke pasar modal.
Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode penelitian yang bersifat hukum normatif, yaitu data yang dipergunakan merupakan data sekunder berupa bahan hukum primer, sekunder, dan tersier yang dikumpulkan dengan teknik studi pustaka dan dianalisis dengan metode kualitatif.
Keterbukaan merupakan hal yang penting terhadap keberlangsungan hidup pasar modal. Dengan adanya keterbukaan, pihak-pihak yang memiliki kepentingan dipasar modal dapat mengetahui informasi dengan jelas. Dengan mengetahui informasi dengan jelas, maka hal yang baik dan buruk dapat segera diketahui. Sehingga masyarakat tidak dibuat bingung dan dapat mengambil keputusan apakah menginvestasikan dananya atau tidak. Disisi lain adanya akuntabilitas adalah sebagai bentuk tanggung jawab emiten terhadap kinerja perusahaan di pasar modal. Tanggung jawab itu sepenuhnya diberikan pada direktur sebagai pemegang kendali dan pemimpin perusahaan. Disisi lain, akuntabilitas digambarkan dalam bentuk laporan keuangan. Laporan keuangan berisikan tentang kondisi kinerja perusahaan dalam priode tertentu. Baik atau buruknya suatu laporan keuangan tergantung pada kinerja organ-organ yang ada dalam perusahaan tersebut. Dipasar modal, informasi dibutuhkan oleh investor untuk mengambil keputusan. informasi tersebut berisikan tentang kondisi, laba-rugi dan tindakan yang akan diambil perusahaan. Sehingga untuk mewujudkan pasar modal yang sehat, dibutuhkan suatu kejujuran dan keterbukaan dalam setiap laporan maupun informasi yang diterbitkan perusahaan.
Kata Kunci: Keterbukaan, Akuntabilitas, Pasar Modal
*) Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara **) Dosen Pembimbing I
ABSTRAK
Gindo Basthian Purba *) Bismar Nasution **)
Mahmul Siregar ***)
Pasar modal merupakan suatu wadah untuk mempertemukan antara pihak yang membutuhkan dana (emiten) dengan pihak yang menyediakan dana (investor). Suatu hal yang sering dibicarakan didalam pasar modal adalah mengenai keterbukaan. Keterbukaan memiliki tujuan untuk memelihara kepercayaan publik terhadap pasar. Tujuan kepercayaan tersebut adalah untuk menarik para investor ke pasar modal supaya mau menanamkan modalnya. Dengan adanya UU No. 8 tahun 1995 mengenai pasar modal memberikan aturan-aturan dalam setiap kegiatan dipasar modal. Disisi lain, prinsip akuntabilitas didalam pasar modal menjadi kewajiban bagi setiap emiten untuk mengelola dan mempersiapkan perusahaannya dengan baik dalam rangka terjun ke pasar modal.
Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode penelitian yang bersifat hukum normatif, yaitu data yang dipergunakan merupakan data sekunder berupa bahan hukum primer, sekunder, dan tersier yang dikumpulkan dengan teknik studi pustaka dan dianalisis dengan metode kualitatif.
Keterbukaan merupakan hal yang penting terhadap keberlangsungan hidup pasar modal. Dengan adanya keterbukaan, pihak-pihak yang memiliki kepentingan dipasar modal dapat mengetahui informasi dengan jelas. Dengan mengetahui informasi dengan jelas, maka hal yang baik dan buruk dapat segera diketahui. Sehingga masyarakat tidak dibuat bingung dan dapat mengambil keputusan apakah menginvestasikan dananya atau tidak. Disisi lain adanya akuntabilitas adalah sebagai bentuk tanggung jawab emiten terhadap kinerja perusahaan di pasar modal. Tanggung jawab itu sepenuhnya diberikan pada direktur sebagai pemegang kendali dan pemimpin perusahaan. Disisi lain, akuntabilitas digambarkan dalam bentuk laporan keuangan. Laporan keuangan berisikan tentang kondisi kinerja perusahaan dalam priode tertentu. Baik atau buruknya suatu laporan keuangan tergantung pada kinerja organ-organ yang ada dalam perusahaan tersebut. Dipasar modal, informasi dibutuhkan oleh investor untuk mengambil keputusan. informasi tersebut berisikan tentang kondisi, laba-rugi dan tindakan yang akan diambil perusahaan. Sehingga untuk mewujudkan pasar modal yang sehat, dibutuhkan suatu kejujuran dan keterbukaan dalam setiap laporan maupun informasi yang diterbitkan perusahaan.
Kata Kunci: Keterbukaan, Akuntabilitas, Pasar Modal
*) Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara **) Dosen Pembimbing I
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hari Selasa tanggal 29 Oktober 1929, tercatat sebagai hari terburuk dalam
sejarah finansial bangsa Amerika, yang kemudian dikenal sebagai Black Tuesday.
Krisis dimulai pada hari sebelumnya tanggal 28 Oktober, terjadi aksi profit taking
besar-besaran yang menyebabkan Indeks Dow Jones turun menjadi 12.8%.
Keesokan harinya terjadi kekacauan di lantai bursa. Investor terdorong oleh resiko
yang semakin besar akibat berlakunya sistem margin trading,
berbondong-bondong menjual saham yang mereka miliki. Dalam dua jam, nilai
saham-saham papan atas turun hingga lebih dari separuhnya, dan dalam dua minggu
Indeks Dow Jones turun hingga 40%. 1
Dalam rangka mengembalikan kepercayaan investor pada pasar modal,
Kongres Amerika Serikat mengeluarkan the Securities Act pada tahun 1933, yang
mengatur perihal operasional dan sistem yang berlaku pada pasar modal. Dan
pada tahun 1934, dibentuk Securities and Exchange Commission (SEC) yang
berfungsi untuk mengawasi pelaksanaan undang-undang tersebut. Guna
melindungi investor dari aksi kejahatan finansial, SEC mewajibkan setiap
perusahaan yang terdaftar dalam bursa efek untuk melaporkan keuangan
1
Runtuhnya wallstreet dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Runtuhnya_Wall_Street_1929
perusahaan yang telah diaudit, serta mengawasi setiap peralihan kepemilikan
perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat.
Melihat dari sejarah diatas dapat diketahui terbentuknya pasar modal
hingga sampai saat ini harus melewati perjalanan yang rumit, berliku-liku bahkan
pada awal mulanya pasar modal beraktifitas di lapangan terbuka seperti
pasar-pasar tradisional di Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa pasar-pasar modal
merupakan suatu sarana yang penting bagi suatu Negara. Karena merupakan suatu
hal yang penting bagi perekonomian, maka pasar modal diupayakan untuk selalu
sehat dan terjaga dari segala masalah. Salah-satunya adalah dengan cara
menerapkan Prinsip keterbukaan didalam pasar modal.
Setiap perusahaan yang melakukan kegiatan di pasar modal harus selalu
mengikuti peraturan yang ada dan telah ditetapkan oleh pasar modal itu sendiri.
Hal diperlukan demi terciptanya pasar modal yang dapat melindungi kepentingan
investor dan pemegang saham dalam kegiatan penanaman modal di dalam pasar
modal.2 Dasar dan sumber hukum yang berkaitan dengan pasar modal di
Indonesia terdapat pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal dan Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 3
Perusahaan yang menjalankan prinsip akuntabilitas menetapkan rincian
tugas dan tanggung jawab masing-masing organ dan unit perusahaan secara jelas
2
Sri Redjeki Hartono, Kapita Selekta Hukum Perusahaan, (Bandung: Mandar Maju, 2000), hal. 136
3
dan selaras dengan visi, misi, nilai-nilai dan strategi perusahaan.4 Salah satu
ketentuan di Pasar Modal terkait dengan prinsip akuntabilitas adalah ketentuan
yang mewajibkan pernyataan manajemen mengenai tanggung jawab atas laporan
keuangan. Oleh karena itulah maka pihak yang paling bertanggung jawab atas
laporan keuangan adalah presiden direktur dan direktur yang membawahi bidang
keuangan dan akuntansi. Untuk memastikan akuntabilitas laporan keuangan,
Peraturan Bapepam dan LK No. VIII.G.11 mewajibkan Presiden Direktur dan
Direktur yang membawahi bidang akuntansi dan keuangan untuk menandatangani
pernyataan tanggung jawab atas laporan keuangan dan melampirkan pernyataan
tersebut dalam laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan.5
1. Pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan
benar dan tepat pada waktunya.
Berkaitan dengan perlindungan pemegang saham, terdapat suatu struktur
dan proses yang mengarahkan dan mengelola kegiatan perusahaan secara
menyeluruh untuk kepentingan pemegang saham dan dengan memperhatikan
kepentingan pemangku kepentingan lain. Struktur dan proses inilah yang disebut
dengan Good Corporate Governance. Penerapan good corporate governance di
pasar modal bertujuan meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan,
meningkatkan citra atau reputasi perusahaan, serta meningkatkan kemakmuran
seluruh stakeholders. Konsep ini menekankan pada dua hal yakni;
4
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) 2006
5
2. Kewajiban perusahaan untuk melakukan keterbukaan (disclosure) secara
akurat, tepat waktu, transparan terhadap semua informasi kinerja
perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder.6
Pasar modal yang besar dan diperhitungkan adalah pasar modal yang
melindungi kepentingan berbagai pihak, terutama kepentingan investor.
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal yang merupakan landasan
hukum pasar modal di Indonesia memberikan perlindungan kepada investor
dengan mengharuskan para pelaku pasar modal, untuk melaksanakan keterbukaan
informasi karena informasi merupakan suatu hal yang sangat penting bagi para
pihak yang memiliki kepentingan dalam pasar modal, terutama bagi calon investor
atau investor. Informasi yang dibutuhkan oleh investor adalah informasi yang
relevan, jelas, tepat waktu dan rata penyebarannya serta bukan sekedar desas-
desus.
Setidaknya ada tiga fungsi prinsip keterbukaan didalam pasar modal.7
6
Thomas S. Kaihatu, Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia. puslit.petra.ac.id/jurnals/pdf.php?PublishedID=MAN06080101 diakses tangal 08 Februari 2014
7
Bismar Nasution, Keterbukaan dalam Pasar Modal, (Jakarta: Program Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2001), hal. 8
Pertama, prinsip keterbukaan berfungsi untuk memelihara kepercayaan publik
terhadap pasar. Tidak adanya keterbukaan dalam pasar modal membuat investor
tidak percaya terhadap mekanisme pasar, sebab prinsip keterbukaan mempunyai
peranan penting bagi investor sebelum mengambil keputusan untuk melakukan
investasi karena keterbukaan bisa tebentuk suatu penilaian terhadap investasi,
mereka. Makin jelas informasi perusahaan , maka keinginan investor untuk
melakukan investasi makin tinggi, sebaliknya ketiadaan atau kekurangan serta
ketertutupan informasi dapat menimbulkan ketidakpastian bagi investor, dan
konsekuensinya menimbulkan ketidakpercayaan investor dalam melakukan
investasi melalui pasar modal. Kedua, prinsip keterbukaan berfungsi untuk
menciptakan mekanisme pasar yang efisien. Filosofi ini didasarkan pada
konstruksi pemberian informasi secara penuh sehingga menciptakan pasar modal
yang efisien, yaitu harga saham sepenuhnya merupakan refleksi dari seluruh
informasi yang tersedia.
Dengan demikan prinsip keterbukaan dapat berperan dalam meningkatkan
ketersediaan informasi yang benar, agar dapat ditetapkan harga pasar yang akurat.
Hal ini menjadi penting karena berkaitan dengan pasar modal sebagai lembaga
keuangan yang beroprerasi beradasarkan informasi. Tanpa informasi, peserta
pasar tidak dapat mengevaluasi produk-produk lembaga keuangan. Ketiga, prinsip
keterbukaan penting untuk mencegah penipuan (fraud). Sangat baik untuk
dipahami ungkapan yang pernah diungkapkan Barry A.K Rider: “sun light is the
best disinfectant and electric light the best policeman.” Dengan perkataan lain,
Rider menyatakan bahwa “more disclosure will inevitably discourage wrong
doing and abuse.” Selanjutnya dia menyatakan bahwa dalam pasar keuangan
informasi apa yang harus diungkapkan dan kepada siapa informasi itu
disampaikan.8
Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka
panjang yang bisa diperjual-belikan, baik surat utang (obligasi), saham, reksa
dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan
sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah),
dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal
memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait
lainnya.9
8
Barry A.K. Rider, “Global Trends in securities Regulation: The changing Legal Climate”, Dick Climate. J Int’IL, Spring 1995.
9
Mengenal Pasar Modal dalam
http://www.idx.co.id/id-id/beranda/informasi/bagiinvestor/pengantarpasarmodal.aspx diakses 29 September 2013
Pasar modal dapat juga diartikan sebagai sebuah wahana yang
memperte-mukan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang
menyediakan dana sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh lembaga dan profesi
yang berkaitan dengan efek. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal telah menggariskan bahwa Pasar Modal mempunyai posisi yang strategis
dalam pembangunan ekonomi nasional. Pertumbuhan suatu Pasar Modal sangat
tergantung dari kinerja perusahaan efek. Untuk mengkoordinasikan modal,
dukungan teknis, dan sumber daya manusia dalam pengembangan Pasar Modal
di-perlukan suatu kepemimpinan yang efektif. Perusahaan-perusahaan harus
menjalin kerjasama yang erat untuk menciptakan pasar yang mampu menyediakan
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang aktif
melaksanakan pembangunan. Dalam melaksanakan pembangunan tentu
membutuhkan dana yang cukup besar. Melihat potensi perkembangannya,
pemerintah Indonesia bertekad akan mengurangi peranan bantuan luar negeri
sebagai sumber pembiayaan pembangunan. Adapun langkah yang diupayakan
Pasar Modal dalam pembangunan Negara Republik Indonesia ini adalah dengan
melakukan penawaran umum( go publik ).Dan hal lain yang sangat penting adalah
telah berlaku efektifnya Undang-Undang Pasar Modal yakni Undang-Undang No.
8 Tahun 1995.Di dalam UU No. 8 Tahun 1995 secara tegas mewajibkan setiap
perusahaan yang menawarkan efeknya melalui Pasar Modal, atau disebut emiten,
untuk mengungkapkan seluruh informasi mengenai keadaan usahanya termasuk
keadaan keuangan, aspek hukum, manajemen dan harta kekayaan perusahaan (
Full Disclosure ) kepada masyarakat.
Berdasarkan hal tersebut, penulis merasa perlu untuk mengkaji lebih
dalam tentang penerapan keterbukaan didalam pasar modal, sehingga penulis
mengangkat judul “Tinjauan Yuridis Terhadap Penerapan Keterbukaan Dalam
Prinsip Akuntabilitas Pada Pasar Modal Ditinjau Dari UU No.8 tahun 1995”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang diatas, maka
dikemukakan beberapa permasalahan yang muncul, yaitu:
1. Bagaiamana penerapan keterbukaan pada pasar modal ?
3. Bagaimana penerapan keterbukaan dalam prinsip akuntabilitas pada pasar
modal ?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan skirpsi ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui keterbukaan dalam pasar modal
2. Untuk mengetahui bahwa prinsip akuntabilitas merupakan aspek penting
dalam pasar modal
3. Untuk mengetahui keterbukaan dalam prinsip akuntabilitas pasar modal
Disamping dari tujuan penulisan, adapun manfaat yang ingin dicapai oleh
penulis dalam hal ini adalah manfaat teoritis dan manfaat praktis, yakni:
1. Manfaat secara Teoritis
Pembahasan terhadap permasalahan diatas diharapkan dapat menjadi
pemahaman dan pengertian bagi pembaca mengenai Penerapan Keterbukaan dan
juga mengenai Prinsip Akuntabilitas pada Pasar Modal sesuai dengan UU No. 8
Tahun 1995
2. Manfaat secara Praktis
Penulis berharap semoga Tulisan ini bermanfaat bagi semua orang, dan
dapat menjadi bahan referensi bagi penulisan karya ilmiah selanjutnya yang
berkaitan dengan keterbukaan dalam pasar modal
D. Keaslian Penulisan
Dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama
masa perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, disamping
membaca buku yang berhubungan dengan judul skirpsi ini, penulis berusaha
untuk mengembangkan demi untuk memenuhi kebutuhan akan wawasan dan
pengetahuan tentang kondisi pasar modal yang terus berkembang sehingga
membawa pengaruh pula terhadap perkembangan pasar modal itu sendiri. Dalam
penulisan skripsi ini penulis berkeinginan untuk memaparkan suatu “Tinjauan
Yuridis Terhadap Penerapan Keterbukaan Dalam Prinsip Akuntabilitas Pada Pasar
Modal Ditinjau Dari UU No. 8 Tahun 1995” yang menjadi judul skripsi penulis.
Adapun judul yang berkaitan dengan skripsi ini adalah berjudul “Tinjauan
Yuridis Pelaksanaan Prinsip Keterbukaan Sebagai Upaya Perlindungan Terhadap
Investor Dalam Pasar Modal” yang ditulis oleh Nova GW. Sirait tahun 2004,
dimana didalamnya membahas tentang upaya perlindungan terhadap investor
sebagai perwujudan pelaksanaan prinsip keterbukaan dalam pasar modal.
Sedangkan didalam skirpsi ini yang dibahas adalah tentang penerapan
keterbukaan dalam pasar modal yang dilihat dari prinsip akuntabilitasnya. Dimana
terulang kembali kasus runtuhnya Wallstreet beberapa dekade silam di Amerika10
E. Tinjauan Kepustakaan
,
maka dibutuhkan suatu pegangan dan prinsip untuk memelihara suatu kondisi
yang baik didalam suatu perusahaan yang akan ataupun telah melakukan go
publik. Peranan akuntabilitas ini dapat membuat perusahaan akan dipercayai oleh
para investor yang biasanya sangat kritis terhadap informasi dan keadaan
perusahaan yang dituju. Dengan menerbitkan suatu laporan pertanggungjawaban
diharapkan investor tersebut dapat memutuskan apakah ingin menanamkan
modalnya atau tidak, sehingga dengan semakin bertambahnya informasi yang
didapat investor ataupun publik, maka semakin jelas juga apakah perusahaan itu
layak untuk diberikan modal atau tidak.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa apa yang ada didalam Skripsi
ini adalah murni hasil karya penulis sendiri dan bukan hasil jiplakan dari skripsi
orang lain. Skirpsi ini juga diperoleh dari hasil pemikiran para prakatisi, refrensi
buku-buku, makalah, media cetak, media elektronik seperti internet juga dari
bantuan berbagai pihak yang berdasarkan atas asas keilmuan yang jujur, rasioanal
dan keterbukaan, dengan demikan skirpsi ini dapat dipertanggungjawabkan
keasliannya secara ilmiah.
1. Prinsip Keterbukaan
Prinsip Keterbukaan adalah pedoman umum mensyaratkan emiten,
perusahaan publik, dan pihak lain yang tunduk pada undang-undang
10
menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh informasi
material mengenai usahanya atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap
keputusan pemodal terhadap efek dimaksud dan harga efek tersebut.11 Tujuannya
adalah untuk menciptakan mekansime pasar yang efisien. Ini didasarkan supaya
para investor dapat memperoleh akses informasi atau fakta material. Prinsip
keterbukaan menjadi persoalan inti dipasar modal dan sekaligus merupakan jiwa
pasar modal itu sendiri. Keterbukaan tentang fakta materil sebagai jiwa pasar
modal didasarkan pada keberadaan prinsip keterbukaan yang memungkinkan
tersedianya bahan pertimbangan bagi investor, sehingga secara rasional dapat
mengambil keputusan untuk melakukan pembelian atau penjualan saham.12
2. Akuntabilitas
Akuntabilitas dapat diartikan sebagai kewajiban-kewajiban dari
individu-individu atau penguasa yang dipercayakan untuk mengelola sumber-sumber daya
publik dan yang bersangkutan dengannya untuk dapat menjawab hal-hal yang
menyangkut pertanggungjawabannya.13
Prinsip akuntabilitas adalah merupakan pelaksanaan pertanggungjawaban
dimana dalam kegiatan yang dilakukan oleh pihak yang terkait harus mampu Akuntabilitas terkait erat dengan
instrument untuk kegiatan kontrol terutama dalam hal pencapaian hasil pada
pelayanan publik dan menyampaikannya secara transparan kepada masyarakat.
11
Pasal 1 ayat 7 UU Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
12
Bismar Nasuition, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, (Universitas Indonesia, Program Pasca Sarjana, Jakarta 2001) Hal.1
13
mempertanggungjawabkan pelaksanaan kewenangan yang diberikan di bidang
tugasnya. Prinsip akuntabilitas terutama berkaitan erat dengan pertanggung
jawaban terhadap efektivitas kegiatan dalam pencapaian sasaran atau target
kebijakan atau program yang telah ditetapkan. Pengertian akuntabilitas menurut
Lawton dan Rose dapat dikatakan sebagai sebuah proses dimana seorang atau
sekelompok orang yang diperlukan untuk membuat laporan aktivitas mereka dan
dengan cara yang mereka sudah atau belum ketahui untuk melaksanakan
pekerjaan mereka.14
3. Pasar Modal
Menurut pendapat Abdurrahman mengatakan bahwa istilah “Pasar Modal”
dipakai sebagai terjemahan dari istilah “Capital Market” yang berarti suatu
tempat atau sistem bagaimana caranya dipenuhinya kebutuhan-kebutuhan dana
untuk kapital suatu perusahaan yang merupakan pasar tempat orang membeli dan
menjual surat efek yang baru dikeluarkan.15
14
Yayasan Pembaruan Administrasi Publik Indonesia (YPAPI), Memahami Good Government Governance dan Good Coorporate Governance, (Yogyakarta : Penerbit YPAPI, 2004), hal 68.
15
Abdurrahman A. Ensikopledia Ekonomi Keuangan dan Perdagangan, (Jakarta: PT. Pradnya Paramita,1991). hal. 169
Menurut Hugh T. Patrick dan U Tun Wai, sebagaimana dikutip Abdul
basith Anwar membedakan tiga arti pasar modal, yaitu :
Arti Luas :
Arti Menengah :
“Pasar Modal adalah semua pasar yang terorganisir dan lembaga-lembaga yang memperdagangkan warkat-warkat kredit (biasanya berjangka lebih dari 1 tahun) termasuk saham, obligasi, pinjaman berjangka, hipotik, tabungan, dan deposito berjangka.”
Arti Sempit :
“Pasar Modal adalah tempat pasar yang terorganisir yang memperdagangkan saham dan obligasi dengan menggunakan jasa makelar dan underwriter.”16
“Suatu kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.” Sementara itu, menurut Undang-undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995,
pasal 1 ayat 13 memberi pengertian kepada pasar modal sebagai :
17
Pada dasarnya, pasar modal menjembatani hubungan antara pemilik dana
(investor) dan pengguna dana. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pasar
modal adalah wahana investasi bagi investor dan wahana sumber dana bagi
pengguna dana. Peranan lain dari pasar modala dalah mengumpulkan dan
mengerahkan tabungan masyarakat untukkeperluan investasi. Pasar modal
tergolong dalam pengertian “financial market” yang bertujuan untuk mengadakan
alokasi tabungan (saving) secara efeisien dari pemilik dana (saver) kepada
pemakai dana terakhir (ultimate user).18
16
Yayasan Mitra Dana, Penuntun Pelaku Pasar Modal Indonesia,( Jakarta: Yayasan Mitra Dana, 1991), hal. 33
17
Pasal 1 ayat 13 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
18
Jusuf Anwar, Pasar Modal Sebagai Sarana Pembiayaan dan Investasi, (Bandung: Alumni Bandung, 2007).Hal. 121-122.
Dengan meningkatnya investasi, maka
kapasitas produksi akan meningkat, yang berarti menambah barang dan jasa yang
diperlukan masyarakat serta memperluas lapangan kerja. Sektor swasta menjadi
memungkinkan individu, bagaimanapun kecilnya kontribusi mereka, menikmati
kemakmuran karena adanya sektor swasta yang kompetitif.19
F. Metode Penulisan
Dalam membahas permasalahan yang ada didalam skripsi ini tentu harus
disertai dengan informasi yang benar dan akurat serta dapat dipertanggung
jawabkan kebenarannya. Dalam melengkapi bahan-bahan bagi penelitian skripsi
ini, maka diadakan penelitian dalam pengumpulan data.
Adapun metode yang akan digunakan oleh penulis adalah sebagai berikut:
1. Spesifikasi Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif, maka pendekatan
yang dilakukan adalah pendekatan perundang-undangan dengan bertitik tolak
pada analisis terhadap undang-undang no. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Penelitian ini difokuskan terhadap tinjauan yuridis terhadap penerapan
keterbukaan dalam prinsip akuntabilitas pada pasar modal. Ini dapat dilakukan
dengan cara melakukan penelitian kepustakaan, atau studi kepustakaan. Penelitian
ini juga tidak lepas dari sumber media masa maupun media elektronik. Selain itu,
penulis juga menggunakan metode penulisan yuridis, dengan melihat
ketentuan-ketentuan yang ada didalam masyarakat dan dampak ketentuan-ketentuan tersebut bagi
masyarakat. Sedangkan sifat penelitiannya adalah deskriptif, dimana penulis akan
19
mendeskirpsikan gejala atau peristiwa secara faktual dan akurat mengenai
fakta-fakta yang terjadi dilapangan.
2. Bahan Penelitian
a. Bahan Hukum Primer, adalah bahan hukum yang terdiri dari peraturan
perundang-undangan, seperti Undang-undang Nomor 8 tahun 1995 tentang
Pasar Modal, Undang-undang Nomor 40 Tahun 1997 tentang Perseroan
Terbatas, Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal No : Kep-40.
b. Bahan Hukum Skunder, adalah bahan-bahan yang berhubungan dengan
bahan hukum primer dan dapat digunakan untuk membantu menganalisis
bahan baku primer yang ada. Bahan hukum yang diperoleh dapat berasal
dari buku teks, jurnal-jurnal asing, pendapat para sarjana, kasus-kasus
hukum, serta sumber-sumber lainnya yang berasal dari internet yang
memiliki kaitan dengan pokok permasalahan.
c. Bahan hukum tersier, adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk
atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer dan skunder,
seperti kamus hukum, ensikopledia dan lain-lain20
3. Teknik Pengumpulan Data
Bahan hukum primer dan bahan hukum skunder dikumpulkan dengan
melakukan studi kepustakaan, Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara
20
mengumpulkan data yang terdapat dalam buku-buku literature, peraturan
perundang-undangan, majalah hasil seminar dan sumber-sumber lain yang terkait
dengan permasalahan yang ada.
4. Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan, dianalisis dengan metode
deskriptif kualitatif. Metode deskriptif yaitu menggambarkan secara menyeluruh
tentang apa yang menjadi pokok permasalahan.
Sedangkan kualitatif adalah metode analisis data dengan mengelompokan dan
menyeleksi data yang diperoleh menurut kualitas dan kebenarannya, dan
dihubungkan dengan teori yang diperoleh dari penelitian kepustakaan sehingga
didapatkan jawaban terhadap permasalahan yang ada.
G. Sistematika Penulisan
Adapun urutan sistematika penulisan skirpsi ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Didalam bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah
penulisan, perumusan masalah, tujuan dan manfaat dari penulisan,
keaslian penulisan, tinjaun kepustakaan, metode penulisan, dan
sistematika penulisan.
BAB II KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DALAM PASAR
Bab ini menguraikan tentang perkembangan keterbukaan informasi
di Indonesia. Dimana dapat dilihat dari sejarah mula-mula
penerapan keterbukaan informasi di Indonesia, penggunakaannya
hingga sampai terbentuknya undang-undang yang mengaturnya
yaitu Undang-Undang No. 14 tahun 2008 tentang keterbukaan
informasi publik. Penulis juga menguraikan tentang keterbukaan
informasi tersebut dari sudut pandang pasar modal. Dimana untuk
menjaga kesetabilan dan kesehatan pasar modal tersebut
dibutuhkan suatu transparansi dalam setiap laporan yang dibuat
oleh emiten kepada pasar, sehingga pasar tidak dicurangi. Dalam
hal ini hubungan emiten dengan para investor maupun calon
investor terjaga dari informasi-informasi yang menyesatkan.
BAB III PRINSIP AKUNTABILITAS SEBAGAI ASPEK PENTING
DALAM PASAR MODAL
Bab ini menguraikan tentang Prinsip Akuntabilitas sebagai
aspek penting dalam pasar modal. Maksud dari prinsip
akuntabilitas adalalah ketentuan yang mewajibkan pernyataan
manajemen mengenai tanggung jawab atas laporan keuangan.
Selain itu dalam bab ini menguraikan tentang Impementasi
Akuntabilitas dalam Good Corporate Governance. Diamana
konsep dari Good Corporate Govermance tidak terlepas dari
BAB IV PENERAPAN KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK
DALAM PRINSIP AKUNTABILITAS DALAM PASAR
MODAL
Dalam bab ini menjelaskan tentang apakah pengaturan
Keterbukaan Informasi dalam Prinsip Akuntabilitas Pasar Modal
ada pada UU No.8 Tahun 1995 dan juga ditinjau dari sudut
pandang UU No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari keseluruhan bab yang
diuraikan dari penulisan skripsi ini. Dan juga penulis memberikan
saran manakala penulisan ini bermanfaat bagi perkembangan studi
penelitian di Indonesia.
BAB II
KETERBUKAAN DI DALAM PASAR MODAL
A. Prinsip Keterbukaan di Dalam Pasar Modal
1. Ketentuan Prinsip Keterbukaan Dalam Hukum Pasar Modal
Diakui bahwa keterbukaan merupakan terminologi yang teramat sering
dikumandangkan dalam dunia hukum pasar modal, dan hukum pasar modal
sendiri seakan belum sah jika belum mengatur tentang keterbukaan ini. Oleh
karena itu, tidak heran jika peraturan perundang-undangan mengaturnya secara
rinci. Ada suatu dilema yang inheren dalam hukum pasar modal itu sendiri.
Disatu pihak, hukum terus mengejar dengan merinci sedetil-detilnya tentang
hal-hal apa saja yang mesti di buka oleh pihak-pihak penyandang kewajiban
keterbukaan, dilain pihak, hukum juga harus memperoleh
kepentingan-kepentingan tertentu dari pihak yang diwajibkan membuka informasi tersebut.21
Kepentingan tersebut sering kali bertentangan dengan kewajiban
keterbukaan, misalnya kepentingan suatu emiten untuk tidak membuka (disclouse
) tentang informasi yang tergolong rahasia perusahaan. Maka dalam hal ini, sektor
hukum harus jeli menimbang-nimbang dan menyelaraskan kepentingan investor
dan pasar terhadap suatu keterbukaan dengan kepentingan emiten atau
pihak-pihak lain pemilik informasi. Keselarasan di antara dua kepentingan yang
kontradikitf tersebut tercermin dalam prinsip yuridis yang menyatakan bahwa
21
suatu disclosure di pasar modal tidaklah semata-mata “full”, tetapi juga mestilah
“fair”, seperti yang tersimpul dalam istilah full and fair disclosure. Selain dari itu,
sebagaimana diketahui bahwa dalam suatu sistem hukum perdata kita, secara
hukum dalam jual beli, si penjual diwajibkan untuk menanggung atas seluruh
cacat yang tersembunyi dari barang yang dijualnya tersebut.22
a. Prinsip ketinggian derajat akurasi informasi
Ternyata terhadap jual beli saham dipasar modal, kewajiban menanggung
cacat yang tersembunyi saja masih belum cukup, untuk itu berkembanglah suatu
teori hukum tentang kewajiban bagi suatu perusahaan terbuka, yaitu dikenal
dengan kewajiban buka-bukaan, yang dalam istilah bahasa Inggrisnya disebut
dengan full and fair disclosure.
Dokrin hukum tentang kewajiban keterbukaan bagi suatu perusahaan
terbuka ini mempunyai karakteristik yuridis sebagai berikut.
b. Prinsip ketinggian derajat kelengkapan informasi
c. Prinsip ekuilibrum antara efek negative kepada emiten di satu pihak dengan
di pihak lain, efek positif kepada public jika dibukanya informasi tersebut23
Beberapa hal lain yang sering kali dilarang dalam hal keterbukaan informasi
antara lain.
a. Memberikan informasi yang salah sama sekali
22
Ibid.
23
b. Memberikan informasi yang setengah benar
c. Memberikan informasi yang tidak lengkap
d. Sama sekali diam terhadap fakta/ informasi material24
Keempat model pelanggaran ini dilarang karena oleh hukum dianggap data
menimbulkan misleading bagi investor dalam memberikan judgement-nya untuk
membeli atau tidak membeli suatu efek. Misleading merupakan suatu
penyimpangan prinsip keterbukaan di pasar modal berupa pemberian informasi
yang tidak benar atau menyesatkan.25 Alasan utama mengapa suatu keterbukaan
dilakukan adalah agar pihak investor dapat melakukan suatu keputusan untuk
membeli atau tidak membeli efek. Karena suatu keputusan akan merupakan suatu
landasan bagi terbentuknya suatu harga pasar yang wajar. Dalam hal ini, suatu
harga akan wajar apabila dapat merefleksi nilai interinsik dari efek, di mana nilai
interinsik sangat bergantung pada seberapa efisien tersedianya informasi tentang
perusahaan yang bersangkutan.26
Salah satu teori yang sangat dominan terhadap suatu harga efek yang juga
secara gamblang menunjuk bagaimana vitalnya kedudukan suatu informasi
tentang suatu perusahaan dalam hal seorang investor membeli efek adalah apa
yang dikenal dengan nama efficient market hypothesis (teori pasar efisien).
Efficient market hypothesis menyatakan bahwa tidak ada seorangpun yang dapat
24
Ibid., hal. 90.
25
Frans Satrio wicaksono, Tanggung Jawab Pemegang Saham Direksi dan Komisaris, (Jakarta:Visimedia,2009),hal.107.
26
mengalahkan pasar secara konsisten dengan menggunakan informasi yang sudah
diketahui oleh pasar. Ini disebabkan karena harga tercipta merupakan ceminan
dari seluruh informasi yang ada.27
1. Kewajiban Keterbukaan emiten pada saat Go public
Emiten atau perusahaan publik mempunyai kewajiban untuk
melaksanakan prinsip keterbukaan yang harus dilakukan baik sebelum go public
maupun setelah go public. Adapun kewajiban-kewajiban emiten dalam
melaksanakan keterbukaan adalah sebagai berikut.
Pada saat seorang investor membeli saham di pasar modal, dia sudah harus
mengetahui dengan pasti segala sesuatu tentang saham yang bersangkutan.
Terutama yang harus diketahuinya adalah tentang segala sesuatu yang penting
berkenaan dengan perusahaan penerbit saham tersebut, yang disebut juga dengan
emiten.28
2. Keterbukaan Melalui Pembuatan Prospektus
, karena dari situlah pihak investor dapat memprediksi apakah saham
yang dibelinya itu bermutu atau tidak, sehingga apakah akan menguntungkan
atau tidak jika dibeli. Oleh karena itu, hukum menempatkan kewajiban
keterbukaan ini menjadi kewajiban yuridis, bahkan sering kali hal tersebut
menjadi salah satu titik focus utama dari aturan-aturan hukum yang berkenaan
dengan suatu pasar modal yang baik dan tertib.
27
Bodie, et al, 2003. Essential of Investments, International Edition, McGrawn-Hill, New York.
28
Salah satu mekanisme agar keterbukaan informasi terjamin bagi investor
atau public adalah lewat keharusan menyediakan suatu dokumen yang disebut
“prospektus” bagi suatu perusahaan dalam proses melakukan go public. Suatu
prospectus harus benar-benar berisikan informasi yang penting apa adanya.
Banyak tuduhan bahwa sekarang emiten melakukan going public dipasar modal
Indonesia menyediakan prospectus secara tidak layak, yakni hanya untuk sekedar
memenuhi kewajiban yuridisnya yang terbit dari peraturan yang ada. Bahkan,
hanya sekedar iklan bagi suatu perusahan untuk dapat membuat saham-sahamnya
menjadi laku di pasar modal.29
3. Kedudukan Yuridis dari Prospektus
UU No. 8 Tahun 1995 dengan tegas memberlakukan prinsip bahwa
propektus adalah merupakan suatu dokumen. Konsekuensinya, apabila ada
seorang menawarkan suatu efek dengan menggunakan prospectus yang memuat
informasi yang tidak sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, sedangkan
pihak tersebut mengetahui atau sepatutnya mengetahui hal yang bersangkutan,
maka dia wajib bertanggung jawab secara hukum atas kerugian yang timbul
sebagai akibat dari perbuatan tersebut. Untuk dapat membebankan tanggung
jawab yuridis secara perdata kepada pihak penyedia prospectus yang tidak benar,
hukum mensyaratkan bahwa sewaktu membeli efek, pihak pembeli efek yang
bersangkutan tidak mengetahui ketidakbenaran isi prospectus tersebut. Jika dia
telah mengetahui ketidakbenaran tersebut, tetapi masih mau membeli efek,
29
tentunya ia tidak dapat meminta ganti kerugian sebab pembeli tersebut sewaktu
membeli efek telah mengambil resiko.30
4. Kewajiban Keterbukaan Emiten Setelah Go Public
Dalam hal ini yang bertanggung jawab jika ada pihak-pihak yang
menderita kerugian akibat dari prospectus yang menyesatkan terangkum dalam
pasal 81 ayat (1) UU Pasar Modal, dimana yang mesti bertanggung jawab adalah
setiap pihak yang menawarkan atau menjual efek dengan mempergunakan
prospectus yang menyesatkan tersebut. Pihak yang menawarkan atau menjual
biasanya terdiri dari emiten, underwriter, pialang atau bahkan investor yang ingin
menjual kembali efek yang telah dibelinya. Pasal 81 ayat 1, menuliskan kesemua
mereka harus bertanggung jawab secara hukum.
Terdapat kewajiban keterbukaan dari pihak emiten yang wajib dilakukan
setelah go public dan kewajiban ini berlangsung terus selama perusahaan yang
bersangkutan masih merupakan perseroan terbuka. Kewajiban keterbukaan setelah
proses go public dapat terjadi lewat instrument disclosure sebagai berikut
a) Laporan berkala dari emiten khususnya bidang keuangan.
b) Laporan insidentil bersifat umum
c) Laporan insidentil bersifat khusus, termasuk didalamnya berupa
realisasi penggunaan dana jika terjadi tender offer
30
d) Laporan insidentil atas permintaan dari pihak Bapepam, Pemegang
Saham atau pejabat lainnya sperti Bank Indonesia
e) Laporan pihak tertentu seperti Akuntan public atau pemegang
saham.31
5. Laporan Keuangan Berkala oleh Emiten
Salah satu bentuk keterbukaan setelah proses go public adalah laporan
berkala yang harus dilakukan oleh Emiten. Pasal 86 huruf (a) membebankan
kewajiban penyampaian laporan keuangan berkala tersebut kepada emiten,
laporan disampaikan kepada Bapepam dan diumumkan kepada masyarakat.
Laporan keuangan berkala oleh emiten tersebut terdiri atas laporan tahunan dan
laporan semesteran.
Prinsip-prinsip dari laporan keuangan berkala yaitu,
a) Harus disajikan dalam bahasa Indonesia
b) Disajikan secara perbandingan dengan priode yang sama dengan tahun
sebelumnya, jika ada.
c) Berdasarkan pada prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, yakni
standar akuntansi keuangan yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi
Indonesia dan ketentuan akuntansi dibidang pasar modal yang ditetapkan
bapepam.
31
d) Laporan keuangan tahunan harus harus disertai dengan laporan akuntan
dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada bapepam.
e) Laporan tahunan wajib diumumkan kepada public, berupa neraca, laporan
rugi laba, laporan komitmen, wajib diumumkan dalam dua surat kabar.
Laporan keuangan berkala yang harus disampaikan kepada Bapepam terdiri atas
neraca laporan rugi laba, laporan saldo laba, laporan arus kas, catatan atas laporan
keuangan. 32
6. Laporan Insidentil Kejadian Material oleh Emiten
Emiten dibebankan suatu keharusan melakukan laporan insidentil
perbuatan material. maksudnya adalah perundang-undangan dibidang pasar modal
membebankan kewajiban kepada emiten untuk melaporkan pada bapepam dan
mengumumkan pada masyarakat secepat mungkin setelah terjadinya kejadian
material yang diperkirakan dapat mempengaruhi harga efek.
2. Informasi Fakta Material dan Hubungan dengan Prinsip Keterbukaan
Para investor selalu aktif mengumpulkan berbagai informasi dan
memanfaatkannya untuk memahami harga-harga saham yang ditawarkan dalam
pasar perdana maupun pasar sekunder. Informasi yang dikumpulkan adalah
32
informasi yang mengandung fakta material. Menurut pasal 1 ayat 7
Undang-Undang Pasar Modal menyatakan :33
a. Penggabungan usaha, pembelian saham, peleburan usaha, atau
pembentukan usaha patungan.
“Informasi atau Fakta Material adalah informasi atau fakta penting dan relevan mengenai peristiwa, kejadian atau fakta yang dapat mempengaruhi harga Efek pada Bursa Efek dan atau keputusan pemodal, calon pemodal atau pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut.”
Selanjutnya Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor: Kep-86/PM/1996 dan
Peraturan Nomor X K.1 menyatakan :
“Informasi atau Fakta Material yang diperkirakan dapat mempengaruhi harga efek atau keputusan investasi pemodal, antara lain hal-hal sebagai berikut:
b. Pemecahan saham atau pembagian dividen saham.
c. Pendapatan dari dividen yang luar biasa sifatnya.
d. Perolehan atau kehilangan kontrak penting.
e. Produk atau penemuan baru yang berarti.
f. Perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam manajemen.
g. Pengumuman pembelian kembali atau pembayaran efek yang bersifat utang.
h. Penjualan tambahan efek kepada masyarakat atau secara terbatas yang material jumlahnya.
i. Pembelian, atau kerugian penjualan aktiva yang material.
j. Perselisihan tenaga kerja yang relatif penting.
k. Tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan, dan atau direkturdan komisaris perusahaan.
l. Pengajuan tawaran untuk pembelian Efek perusahaan lain.
m. Penggantian Akuntan yang mengaudit perusahaan.
33
n. Penggantian Wali Amanat.
o. Perubahan tahun fiskal perusahaan.34
Disisi lain, penentuan Fakta Material menurut Undang-Undang Pasar Modal
memiliki kemiripan dengan yang digunakan oleh pengadilan Amerika. Dalam
kasus Listv. Fashion Park Inc. (1965) yang berpendapat dan menyatakan bahwa
"fakta material meliputi fakta-fakta yang secara rasional dan obyektif
mempengaruhi nilai saham perusahaan”35
Namun pendapat pengadilan dalam kasus List berkenaan dengan fakta
material tidak lagi diikuti oleh pengadilan berikutnya. Konsep baru penentuan
fakta material di Amerika telah berkembang berdasarkan tiga pendapat pengadilan
yaitu, pertama, standar penentuan fakta material yang disahkan pengadilan
melalui kasus SEC v. TexasGulf Sulphur (1968). Standar penentuan fakta material
adalah didasarkan pada "test kemungkinan/ukuran" (probability/magnitude) fakta
material atas informasi yang dapat berpengaruh kuat pada kemungkinan
perusahaan di masa mendatang. Dalam hal ini faktor "kemungkinan" merupakan
satu elemen dari penentuan fakta material tersebut. Kedua, standar penentuan
fakta material yang disahkan pengadilan melalui kasus TSC Industries, Inc. v.
Northway (1976). Penentuan fakta material dalam kasus Northway dilakukan
dengan pendekatan "Standard Reasonable Shareholder" yaitu bahwa sesuatu yang
menentukan fakta material sangat tergantung dari tanggapan investor petensial .
34
Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor: Kep-86/PM/1996 tentang Keterbukaan Informasi Yang Harus Segera Diumumkan Kepada Publik
35
atau pemegang saham instutional yang rasional. Menguji sesuatu yang menjadi
penentuan fakta material adalah ditentukan oleh pertimbangan yang matang untuk
kepentingan pemegang saham yang rasional. Ketiga, standar penentuan fakta
material yang disahkan pengadilan melalui kasus Basic, Inc. v. Levinson (1988).
Penentuan standar Fakta Material ditetapkan berdasarkan suatu fact-specific
secara case-by-case. Dalam kasus ini pengadilan berpendapat bahwa suatu
penipuan bersifat material dilihat dari apakah pernyataan mempengaruhi
keputusan investor yang rasional untuk berinvestasi dan berdasarkan fraud-on-the
market theory, yaitu suatu pernyataan dikatakan menyesatkan hanya apabila
pernyataan tersebut dapat mengubah keputusan investor untuk berinvestasi.36
Prinsip keterbukaan mutlak dilaksanakan dalam pasar modal sejalan
dengan tujuan prinsip keterbukaan untuk menjaga kepercayaan investor,
menciptakan pasar yang efisien, dan perlindungan terhadap investor. Suatu hal
bersifat fakta materil didasarkan pada ukuran bahwa apabila investor rasional
secara substansial mengangap fakta itu penting dalam membuat keputusan. Dalam
artian harus ada keinginan yang sunguh-sungguh bahwa keterbukaan dari fakta
tersebut dipandang oleh investor mengakibatkan perubahan yang signifikan
terhadap keseluruhan informasi yang tersedia. Kepercayaan investor terhadap
sesuatu informasi yang dapat mempengaruhi harga dikategorikan sebagai
informasi materil.37
36
Ibid.
37
3. Pengecualian Prinsip Keterbukaan di Dalam Pasar Modal
Apabila di perhatikan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam hukum pasar
modal, mengenai kewajiban keterbukaan bagi emiten sangatah banyak. Hal ini
disebabkan karena keterbukaan merupakan focus sentral dari pasar modal. Oleh
karena itu perannya membuat investor atau pemegang saham dan pelaku-pelaku
bursa memiliki informasi yang cukup kuat dan akurat dalam pengambilan
keputusan dan berinvestasi. Disisi lain dengan adanya informasi yang akurat,
dapat mengantisipasi terjadinya perbuatan curang (fraudulent acts) di pasar
modal.38
a) Informasi yang belum matang untuk disclosure. Misalnya sebuah
perusahaan pertambangan menemukan sumur baru yang belum begitu
pasti.
Walaupun begitu banyaknya pengaturan tentang keterbukaan dalam pasar
modal, ada suatu titik pengecualian dalam prinsip keterbukaan tersebut. Hal ini
disebabkan ketidak-mungkinan segala sesuatu yang ada didalam perusahaan
tersebut harus diumbar ke publik. Hanya sesuatu yang benar-benar diwajibkan dan
penting bagi umum yang dibuka kepublik. Adapun contoh dari informasi yang
tidak perlu bahkan tidak boleh disclosure adalah;
b) Informasi yang apabila didisclosure akan dimanfaatkan oleh
pesaing-pesaingnya sehingga merugikan perusahaan tersebut.
38
c) Informasi yang memang bersifat rahasia. Yang sering disebut rahasia
perusahaan. Misalnya jika ada kontrak dengan pihak ketiga, tetapi dalam
kontrak tersebut ada klausula yang menyatakan bahwa apa-apa yang ada
dalam kontrak tersebut adalah bersifat rahasia di antara pihak tersebut.39
Peraturan tentang Pengecualian dalam Keterbukaan juga terdapat Pada
peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK)
Nomor IX.E.2 tentang Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha Utama.
Penerbitan Peraturan tersebut di atas merupakan penyempurnaan dari peraturan
yang telah ada sebelumnya dan dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi
Emiten atau Perusahaan Publik dalam memperoleh akses pendanaan melalui
penerbitan surat utang yang tidak dilakukan melalui penawaran umum dan
termasuk dalam kriteria Transaksi Material. Beberapa pengecualian yang diatur
dalam Peraturan tersebut adalah
a) Memberikan pengecualian terhadap kewajiban keterbukaan informasi atas
Transaksi Material berupa penerbitan Efek bersifat utang yang nilainya
lebih besar dari 50% dari ekuitas Perusahaan dimana pembeli Efek
tersebut belum diketahui Pihaknya.
b) pengecualian atas kewajiban keterbukaan informasi maupun RUPS terkait
dengan Transaksi Material berupa penerimaan pinjaman yang diperoleh
secara langsung dari bank, perusahaan modal ventura, perusahaan
39
pembiayaan, atau perusahaan pembiayaan infrastruktur baik dari dalam
negeri maupun luar negeri.
c) Pemberian jaminan sehubungan dengan penerimaan pinjaman tersebut
juga dikecualikan dari kewajiban keterbukaan informasi maupun RUPS.
Peraturan ini dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi emiten atau
perusahaan publik dalam memperoleh akses pendanaan melalui penerbitan surat
utang yang tidak dilakukan melalui penawaran umum dan termasuk dalam kriteria
transaksi material.40
4. Pelanggaran Terhadap Prinsip Keterbukaan di Dalam Pasar Modal
Pada umumnya praktek yang dilarang dalam pasar modal sering berkaitan
dengan adanya pelanggaran prinsip keterbukaan, seperti perbuatan mengeluarkan
pernyataan fakta material yang salah (materially false statement), termasuk juga
penghilangan (omission) fakta material dalam saham dan dokumen-dokumen
penawaran umum lainnya. Dalam hal ini perbuatan-perbuatan tersebut
menciptakan gambaran yang salah dari kualitas emiten, manajemen, potensi
ekonominya, saham-saham yang ditawarkan atau fakta material lainnya yang
ditawarakan. UU Pasar Modal telah membuat larangan terhadap
perbuatan-perbuatan pelanggaran dalam pasar modal. kategori perbuatan-perbuatan tersebut disebut
40
juga dengan misleading statement, dimana terdapat pernyataan yang salah
disebabkan adanya kegagalan memasukan seluruh fakta material. 41
a) Menipu atau mengelabui pihak lain dengan menggunakan sarana dan atau
cara apapun.
Pasal 78 ayat 1 UU Pasar Modal menyatakan bahwa, dilarang membuat
keteerangan tidak benar tentang fakta material atau tidak memuat keterangan
yang benar tentang fakta material yang diperlukan agar prospektus tidak
memberikan gambaran yang menyesatkan. Disamping itu juga terdapat larangan
dalam pengumuman dalam media masa yang berhubungan dengan suatu
penawaran umum. UU Pasar Modal secara tegas telah memuat perbuatan ini
dalam kategori yang diatur dalam Bab XI tentang Penipuan, Manipulasi Pasr dan
Perdagangan Orang.
Pasar 90 UU Pasar Modal menyatakan bahwa, Dalam kegiatan
perdagangan efek, setiap pihak secara langsung atau tidak langsung :
b) Turut serta menipu atau mengelabui Pihak lain; dan
c) Membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta yang material atau tidak
mengungkapkan fakta yang material agar pernyataan yang dibuat tidak
menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada saat pernyataan dibuat
dengan maksud untuk menguntungkan atau menghindarkan kerugian
41
untuk diri sendiri atau Pihak lain atau dengan tujuan mempengaruhi Pihak
lain untuk membeli atau menjual Efek.
Pasar 91 UU Pasar Modal menyatakan, “bahwa Setiap Pihak dilarang
melakukan tindakan, baik langsung maupun tidak langsung, dengan tujuan untuk
menciptakan gambaran semu atau menyesatkan mengenai kegiatan perdagangan,
keadaan pasar, atau harga Efek di Bursa Efek.”
Pasar 92 UU Pasar Modal menyatakan “Setiap Pihak, baik sendiri-sendiri
maupun bersama-sama dengan Pihak lain, dilarang melakukan 2 (dua) transaksi
Efek atau lebih, baik langsung maupun tidak langsung, sehingga menyebabkan
harga Efek di Bursa Efek tetap, naik, atau turun dengan tujuan mempengaruhi
Pihak lain untuk membeli, menjual, atau menahan Efek.”
Contoh pelanggaran ketentuan ini dapat dilihat dari manipulasi pasar dalam
bentuk praktek cornering yaitu praktek penguasaan pasokan saham tertentu yang
beredar dipasar sehingga persediaan terbatas dan harga saham naik secara tidak
normal. Disini pelaku cornering dapat menentukan harga saham di brusa secara
semu sampai pada titik yang diinginkannya. sebab harga saham ini tidak
berdasarkan pada kekuatan permintaan jual atau beli saham yang sebenarnya,
melainkan harga saham rekayasa dengan cara melakukan transaksi semu.42
Pasar 93 UU Pasar Modal menyatakan “Setiap Pihak dilarang, dengan cara
apa pun, membuat pernyataan atau memberikan keterangan yang secara material
42
tidak benar atau menyesatkan sehingga mempengaruhi harga Efek di Bursa Efek
apabila pada saat pernyataan dibuat atau keterangan diberikan (a) Pihak yang
bersangkutan mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa pernyataan atau
keterangan tersebut secara material tidak benar atau menyesatkan; atau(b) Pihak
yang bersangkutan tidak cukup berhati-hati dalam menentukan kebenaran material
dari pernyataan atau keterangan tersebut.
Ketentuan ini menunjuk pada kasus pelanggaran dalam bentuk misrepresentation
atau omission yang pada gilirannya menyesatkan.
Sisi lain dari praktek yang dilarang lainnya dapat dilihat dari pelanggaran
prinsip keterbukaan perdagangan orang dalam atau dikeal sebagai Inside trading.
Inside trading adalah perdagangan saham oleh orang dalam untuk memanipulasi
harga saham atau praktik perdagangan saham dengan memanfatkan informasi
orang dalam. Inside trading sendiri adalah praktek yang dilakukan oleh orang
dalam yang memanfaatkan informasi penting untuk melakukan pembelian atau
penjualan atas efek perusahaan yang dimaksud. Yang dimaksud dengan orang
dalam disini meliputi direksi, komisaris, atau siapa saja yang posisinya
memperoleh informasi dari orang dalam.43 Oleh karena informasi ini milik orang
dalam, investor publik lain tentu belum tau, dan ketika informasi tersebar, harga
saham dapat berubah drastis dan menimbulkan potensi keuntungan besar bagi si
pemilik informasi.
43
B. Penerapan Keterbukaan di Lihat Dari Sudut Pandang Pasar Modal
1. Pengertian dan Aspek Keterbukaan Pada Pasar Modal
Kegiatan didalam pasar modal adalah kewajiban pihak-pihak dalam suatu
penawaran umum untuk memperhatikan dan memenuhi prinsip keterbukaan.
Menurut UU Pasar Modal Pasal 1 angka 25 disebutkan yang dimaksud dengan
keterbukaan adalah pedoman umum yang mensyaratkan emiten, perusahaan
public dan pihak lain yang tunduk pada undang-undang ini untuk
menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh informasi
material mengenai usahanya atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap
keputusan pemodal terhadap efek dimaksud dan atau harga efek tersebut.
Setiap pihak yang melakukan penawaran tender untuk pembelian efek
emiten atau perusahaan public wajib mengikuti ketentuan mengenai keterbukaan,
kewajaran dan pelaporan yang ditetapkan oleh bapepam. Prinsip keterbukaan
meliputi dua fase, yaitu masa sebelum pendaftaran dan masa sesudah pendaftaran.
Masa sebelum pendaftaran dimulai pada saat perusahaan ingin melakukan go
public, dan proses go public itu sendiri sudah mengharuskan emiten terbuka.
Keterbukaan masa sebelum pendaftaran umumnya tercermin dari
prospektusnya.44
Prinsip-prinsip tersebut belum mendapat komitmen yang tegas dari OJK
sehingga muncul banyak celah untuk diselewengkan emiten. Prospektus bukan
lagi merupakan sarana transparansi, tetapi lebih merupakan ajang untuk promosi,
44
yang kecendrungan memperindah informasi. Dipandang dari sudut format
pengungkapan, yang seharusnya dilarang secara tegas adalah keterangan yang
salah, keterangan setengah benar, dan sama sekali diam terhadap fakta material.
Sedangkan yang dilarang dalam undang-undang pasar modal pada umumnya
adalah pemalsuan dan penipuan, pernyataan tidak benar atau menyembunyikan
fakta, manipulasi pasar, insider traiding, dan larangan yang bersangkutan dengan
reksa dana.45
Setidak-tidaknya ada tiga fungsi prinsip keterbukaan dalam pasar modal.
Pertama, untuk memelihara kepercayaan publik terhadap pasar. Semakin jelas Penekanan untuk mencermati pelaksanaan prinsip keterbukaan dalam
pasar modal Indonesia adalah langkah yang tepat dilakukan, mengingat terdapat
berbagai masalah hukum yang timbul dalam pelaksanaan prinsip keterbukaan
tersebut. Jika diperhatikan secara mendalam ternyata beberapa peraturan yang
terdapat dalam UUPM masih bersifat tidak cukup terperinci. UU ini tidak
mengatur secara terperinci mengenai standar penentuan informasi yang
mengandung fakta materil. Apabila suatu kejadian sulit untuk ditentukan sebagai
suatu informasi atau fakta materill, maka konsep kewajiban untuk menyampaikan
informasi menjadi terhambat dan sulit pula menentukan telah terjadinya
pernyataan menyesatkan tergantung pada adanya pengungkapan yang salah atau
pemberian informasi yang kurang lengkap atas peristiwa atau kejadian yang
mengandung fakta materill.
45
informasi perusahaan, maka keinginan investor untuk melakukan investasi makin
tinggi. Sebaliknya, ketiadaan atau kekurangan serta ketertutupan informasi dapat
menimbulkan ketidakpastian bagi investor dan konsekuensinya menimbulkan
ketidakpercayaan investor tersebut dalam melakukan investasi melalui pasar
modal.46
Kedua, prinsip keterbukaan berfungsi untuk menciptakan mekanisme pasar yang
efisien.47 Filosofi ini didasarkan pada konstruksi pemberian informasi secara
penuh sehingga menciptakan pasar modal yang effisien, yaitu harga saham
sepenuhnya merupakan refleksi dari seluruh informasi yang tersedia. Dengan
demikian, prinsip keterbukaan dapat berperan dalam meningkatkan supply
informasi yang benar48
Ketiga, prinsip keterbukaan penting untuk mencegah penipuan (fraud). Sangat
baik untuk dipahami yang pernah diungkapkan oleh Barry A.K Rider: “Sun Light
is the best Disinfectant and electric light the best policeman”.
agar dapat ditetapkan harga pasar yang akurat. Oleh
karena itu, semua informasi yang relevan mengenai apa yang ada dan aka nada
harus dikemukakan. Jika tidak, mereka akan kehilangan kesempatan menjual
sahamnya.
49
46
Frank H. Easterbrook dan Daniel R. Fishel, “Mandatory Disclosure and the protection of investor”, Virginia Law Review, vol. 70, 1984, hal. 673.
47
Lyan A. Stout “ The Unimfortance of Being Efficient: An Economic Analysis of Stock Market Pricing and Securities Regulation” , Michigan Law Review, vol. 87, Desember 1989, hal. 912-913.
48
Op cit,. hal. 297-299.
49
Barry A.K. Rider, “Global Trends in securities Regulation: The changing Legal Climate”, Dick Climate. J Int’IL, Spring 1995.
Dia menyatakan
lebih banyak tergantung pada informasi apa yang harus diungkapkan dan kepada
siapa informasi disampaikan.50
2. Tujuan Terbentuknya Keterbukaan di Dalam Pasar Modal
Tanpa upaya pembenahan prinsip keterbukaan terhadap masalah-masalah
yang timbul menyebabkan tujuan prinsip keterbukaan tidak tercapai dan pada
akhirnya mengakibatkan pasar modal mengalami distorsi atau menjadi tidak
efisien. Pengungkapan informasi tentang fakta materill secara akurat dan penuh
diperkirakan dapat merealisasikan tujuan prinsip keterbukaan dan mengantisipasi
timbulnya pernyataan menyesatkan bagi investor.
Menurut Bismar Nasution setidaknya ada tiga tujuan Keterbukaan
(Disclosure) dalam Pasar Modal yang antara lain adalah :51
a) Untuk memelihara kepercayaan publik terhadap pasar.
Dalam hal ini kepercayaan investor sangat relevan ketika munculnya
ketidakpercayaan publik terhadap pasar modal yang pada gilirannya
mengakibatkan pelarian modal (capital flight) secara besar-besaran dan seterusnya
dapat mengakibatkan kehancuran pasar modal (bursa saham).
b) Menciptakan mekanisme pasar yang efisien.
50
Ibid
51