• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Terhadap Penerapan Keterbukaan Dalam Prinsip Akuntabilitas Pada Pasar Modal Ditinjau Dari UU No. 8 Tahun 1995

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tinjauan Yuridis Terhadap Penerapan Keterbukaan Dalam Prinsip Akuntabilitas Pada Pasar Modal Ditinjau Dari UU No. 8 Tahun 1995"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENERAPAN KETERBUKAAN DALAM PRINSIP AKUNTABILITAS PADA PASAR MODAL DITINJAU

DARI UU NO. 8 TAHUN 1995

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat tuntuk mencapai gelar Sarjana Hukum

Oleh:

NIM : 090200449 GINDO BASTHIAN PURBA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENERAPAN KETERBUKAAN DALAM PRINSIP AKUNTABILITAS PADA PASAR MODAL DITINJAU

DARI UU NO. 8 TAHUN 1995

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum

OLEH

:

NIM : 090200449 GINDO BASTHIAN PURBA

Disetujui Oleh:

Ketua Departemen Hukum Ekonomi

NIP. 197501122005012002 Windha, SH, M.Hum

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH

NIP: 195603291986011011 NIP: 197302202002121001

Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat dan rahmat yang dilimpahkan-Nya dari awal hingga akhir penulisan

skripsi ini dapat selesai dengan baik.

Penulisan skripsi ini merupakan kewajiban tahap akhir studi yang disusun

dalam rangka memenuhi tugas-tugas dan melengkapi syarat-syarat untuk

mencapai gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Medan. Adapun judul yang penulis bahas adalah “Tinjauan Yuridis Terhadap Penerapan Keterbukaan Dalam Prinsip Akuntabilitas Pada Pasar Modal Ditinjau Dari UU No. 8 Tahun 1995”.

Penulis menyadari, sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan

dan kekurangan baik dalam pikiran maupun perbuatan. Berkat bimbingan Bapak

Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, baik secara langsung maupun

tidak langsung dalam mengasuh serta membimbing penulis sejak masuk bangku

kuliah hingga akhir penulisan skripsi ini, maka penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini penulis persembahkan terkhusus buat orangtuaku, Sinton Purba

dan Esna Sitorus, S.Pd yang telah memberikan kasih sayang yang tak terhingga

kepada penulis, yang selalu mendoakan penulis, memberikan semangat, dana,

(4)

Penulis juga menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu penulis

dalam menyusun skripsi ini, baik melalui bimbingan, doa dan bantuan lainnya.

Oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M,Hum selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum selaku Pembantu Dekan I

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Syafruddin, S.H., M.H., D.F.M selaku Pembantu Dekan II Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara

4. Ibu Windha, S.H., M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan masukan dalam

penulisan skripsi ini.

5. Bapak Ramli Siregar, S.H., M.Hum selaku sekretaris Departemen Hukum

Ekonomi Universitas Sumatera Utara

6. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H selaku Dosen Pembimbing I

yang telah banyak membantu penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini, untuk segala nasehat dan bimbingan yang telah

diberikan kepada penulis, penulis sangat berterima kasih.

7. Bapak Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum Dosen Pembimbing II yang juga

telah banyak membantu penulis dalam penyempurnaan penulisan skripsi

ini, untuk segala nasehat dan bimbingan yang telah diberikan kepada

(5)

8. Bapak Syarifuddin Siba, S.H. selaku Dosen Wali penulis semasa

perkuliahan

9. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang

telah banyak memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama

masa perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara serta

seluruh pegawai di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

10.Saudara-saudaraku terkasih, abangku Indra Mulya Purba, dan adikku Rudy

Rothama Purba, dan Sonya Purba terima kasih atas doa dan semua

dukungannya.

11.Teman-temanku yang selalu mendukungku, Yunita Panjaitan, Rahmat

Daniel Tampubolon, Ruth Paolin Marbun, Dwihardi Sembiring, Anita

Veronica, Hussein Simatupang, Reminisir Harita, Hendrawan Sembiring

dan semua teman-teman stambuk 2009 lainnya. Terima kasih atas

semangat dan dukungan yang telah diberikan selama ini.

12.Teman-teman diluar kegiatan kampus yang memberikan banyak inspirasi

13.Semua pihak yang membantu penulis dalam berbagai hal yang tidak dapat

disebut satu-persatu

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan imbalan yang setimpal atas

kasih, jerih payah, dan jasa-jasa mereka. Penulis mohon maaf kepada Bapak/Ibu

dosen pembimbing, dan dosen penguji atas sikap dan kata-kata yang tidak

berkenaan selama penulisan skripsi ini.

Penulis berharap kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu

(6)

topik yang diangkat dalam penulisan skripsi ini karena penulis juga menyadari

kekurangan dan ketidaksempurnaan penulis. Semoga Tuhan memberkati kita

semua. Amin. Terima Kasih.

Medan, Januari 2014

Penulis,

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vii

ABSTRAK ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 8

D. Keaslian Penulisan ... 9

E. Tinjauan Kepustakaan ... 10

F. Metode Penulisan ... 13

G. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II KETERBUKAAN DALAM PASAR MODAL A. Prinsip Keterbukaan Dalam Pasar Modal 1. Ketentuan Prinsip Keterbukaan Dalam Hukum Pasr Modal .... 18

2. Pengecualian Prinsip Keterbukaan Dalam Pasar Modal ... 25

3. Pelanggaran Terhadap Prinsip Keterbukaan Dalam Pasar Modal ... 28

B. Penerapan Keterbukaan di Lihat Dari Sudut Pandang Pasar Modal 1. Pengertian dan Aspek Keterbukaan Pada Pasar Modal ... 32

2. Tujuan Terbentuknya Keterbukaan Di Dalam Pasar Modal .... 35

3. Kaitan Prinsip Keterbukaan Dengan Informasi yang menyesatkan ... 37

(8)

BAB III PRINSIP AKUNTABILITAS SEBAGAI ASPEK PENTING DALAM PASAR MODAL

A. Tinjauan Umum Seputar Akuntabilitas

1. Pengertian Umum Tentang Akuntabilitas ... 43

2. Jenis-jenis Akuntabilitas ... 45

3. Prinsip-prinsip Akuntabilitas di Indonesia ... 50

B. Implementasi Akuntabilitas di Dalam Good Corporate Governance

1. Konsep dan Pengertian Dari Good Corporate Governance ... 54

2. Tujuan Penerapan Good Corporate Governance Pada

Perseroan Terbatas ... 59

3. Fungsi dan Peran Akuntabilitas di Dalam Sistem Penerapan

Good Corporate Governance Pada Perseroan Terbatas ... 64

C. Ketentuan Mengenai Tanggung Jawab Manajemen Atas Laporan Keuangan Sebagai Prinsip Akuntabilitas di Dalam Pasar Modal

1. Fungsi dan Tugas Organ Dalam Laporan Keuangan

Perusahaan... 72

2. Unsur-unsur dan Tujuan Laporan Keuangan ... 77

3. Penyampaian Laporan Keuangan Sebagai Aspek

Akuntabilitas di Dalam Pasar Modal ... 82

BAB IV PENERAPAN KETERBUKAAN DALAM PRINSIP AKUNTABILITAS PADA PASAR MODAL

A. Penerapan Keterbukaan Dilihat Dari Perusahaan Perseroan Terbatas

(9)

Akuntabiltas Dalam UU No. 40 Tahun 2007 ... 86

2. Pengaturan Tentang Penerapan Keterbukaan Dalam

UU No. 4 Tahun 2007 ... 92

B. Penerapan Keterbukaan Dalam Prinsip Akuntabilitas Pada Pasar Modal

1. Dilihat Dari Sudut Pandang UU No. 8 Tahun 1995 Tentang

Penerapan Keterbukaan Pada Pasar Modal ... 101

2. Pengaturan Tentang Penerapan Keterbukaan Dalam Prinsip

Akuntabilitas dalam UU No. 8 Tahun 1995 ... 105

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan ... 122

B. Saran ... 124

(10)

ABSTRAK

Gindo Basthian Purba *) Bismar Nasution **)

Mahmul Siregar ***)

Pasar modal merupakan suatu wadah untuk mempertemukan antara pihak yang membutuhkan dana (emiten) dengan pihak yang menyediakan dana (investor). Suatu hal yang sering dibicarakan didalam pasar modal adalah mengenai keterbukaan. Keterbukaan memiliki tujuan untuk memelihara kepercayaan publik terhadap pasar. Tujuan kepercayaan tersebut adalah untuk menarik para investor ke pasar modal supaya mau menanamkan modalnya. Dengan adanya UU No. 8 tahun 1995 mengenai pasar modal memberikan aturan-aturan dalam setiap kegiatan dipasar modal. Disisi lain, prinsip akuntabilitas didalam pasar modal menjadi kewajiban bagi setiap emiten untuk mengelola dan mempersiapkan perusahaannya dengan baik dalam rangka terjun ke pasar modal.

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode penelitian yang bersifat hukum normatif, yaitu data yang dipergunakan merupakan data sekunder berupa bahan hukum primer, sekunder, dan tersier yang dikumpulkan dengan teknik studi pustaka dan dianalisis dengan metode kualitatif.

Keterbukaan merupakan hal yang penting terhadap keberlangsungan hidup pasar modal. Dengan adanya keterbukaan, pihak-pihak yang memiliki kepentingan dipasar modal dapat mengetahui informasi dengan jelas. Dengan mengetahui informasi dengan jelas, maka hal yang baik dan buruk dapat segera diketahui. Sehingga masyarakat tidak dibuat bingung dan dapat mengambil keputusan apakah menginvestasikan dananya atau tidak. Disisi lain adanya akuntabilitas adalah sebagai bentuk tanggung jawab emiten terhadap kinerja perusahaan di pasar modal. Tanggung jawab itu sepenuhnya diberikan pada direktur sebagai pemegang kendali dan pemimpin perusahaan. Disisi lain, akuntabilitas digambarkan dalam bentuk laporan keuangan. Laporan keuangan berisikan tentang kondisi kinerja perusahaan dalam priode tertentu. Baik atau buruknya suatu laporan keuangan tergantung pada kinerja organ-organ yang ada dalam perusahaan tersebut. Dipasar modal, informasi dibutuhkan oleh investor untuk mengambil keputusan. informasi tersebut berisikan tentang kondisi, laba-rugi dan tindakan yang akan diambil perusahaan. Sehingga untuk mewujudkan pasar modal yang sehat, dibutuhkan suatu kejujuran dan keterbukaan dalam setiap laporan maupun informasi yang diterbitkan perusahaan.

Kata Kunci: Keterbukaan, Akuntabilitas, Pasar Modal

*) Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara **) Dosen Pembimbing I

(11)

ABSTRAK

Gindo Basthian Purba *) Bismar Nasution **)

Mahmul Siregar ***)

Pasar modal merupakan suatu wadah untuk mempertemukan antara pihak yang membutuhkan dana (emiten) dengan pihak yang menyediakan dana (investor). Suatu hal yang sering dibicarakan didalam pasar modal adalah mengenai keterbukaan. Keterbukaan memiliki tujuan untuk memelihara kepercayaan publik terhadap pasar. Tujuan kepercayaan tersebut adalah untuk menarik para investor ke pasar modal supaya mau menanamkan modalnya. Dengan adanya UU No. 8 tahun 1995 mengenai pasar modal memberikan aturan-aturan dalam setiap kegiatan dipasar modal. Disisi lain, prinsip akuntabilitas didalam pasar modal menjadi kewajiban bagi setiap emiten untuk mengelola dan mempersiapkan perusahaannya dengan baik dalam rangka terjun ke pasar modal.

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode penelitian yang bersifat hukum normatif, yaitu data yang dipergunakan merupakan data sekunder berupa bahan hukum primer, sekunder, dan tersier yang dikumpulkan dengan teknik studi pustaka dan dianalisis dengan metode kualitatif.

Keterbukaan merupakan hal yang penting terhadap keberlangsungan hidup pasar modal. Dengan adanya keterbukaan, pihak-pihak yang memiliki kepentingan dipasar modal dapat mengetahui informasi dengan jelas. Dengan mengetahui informasi dengan jelas, maka hal yang baik dan buruk dapat segera diketahui. Sehingga masyarakat tidak dibuat bingung dan dapat mengambil keputusan apakah menginvestasikan dananya atau tidak. Disisi lain adanya akuntabilitas adalah sebagai bentuk tanggung jawab emiten terhadap kinerja perusahaan di pasar modal. Tanggung jawab itu sepenuhnya diberikan pada direktur sebagai pemegang kendali dan pemimpin perusahaan. Disisi lain, akuntabilitas digambarkan dalam bentuk laporan keuangan. Laporan keuangan berisikan tentang kondisi kinerja perusahaan dalam priode tertentu. Baik atau buruknya suatu laporan keuangan tergantung pada kinerja organ-organ yang ada dalam perusahaan tersebut. Dipasar modal, informasi dibutuhkan oleh investor untuk mengambil keputusan. informasi tersebut berisikan tentang kondisi, laba-rugi dan tindakan yang akan diambil perusahaan. Sehingga untuk mewujudkan pasar modal yang sehat, dibutuhkan suatu kejujuran dan keterbukaan dalam setiap laporan maupun informasi yang diterbitkan perusahaan.

Kata Kunci: Keterbukaan, Akuntabilitas, Pasar Modal

*) Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara **) Dosen Pembimbing I

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hari Selasa tanggal 29 Oktober 1929, tercatat sebagai hari terburuk dalam

sejarah finansial bangsa Amerika, yang kemudian dikenal sebagai Black Tuesday.

Krisis dimulai pada hari sebelumnya tanggal 28 Oktober, terjadi aksi profit taking

besar-besaran yang menyebabkan Indeks Dow Jones turun menjadi 12.8%.

Keesokan harinya terjadi kekacauan di lantai bursa. Investor terdorong oleh resiko

yang semakin besar akibat berlakunya sistem margin trading,

berbondong-bondong menjual saham yang mereka miliki. Dalam dua jam, nilai

saham-saham papan atas turun hingga lebih dari separuhnya, dan dalam dua minggu

Indeks Dow Jones turun hingga 40%. 1

Dalam rangka mengembalikan kepercayaan investor pada pasar modal,

Kongres Amerika Serikat mengeluarkan the Securities Act pada tahun 1933, yang

mengatur perihal operasional dan sistem yang berlaku pada pasar modal. Dan

pada tahun 1934, dibentuk Securities and Exchange Commission (SEC) yang

berfungsi untuk mengawasi pelaksanaan undang-undang tersebut. Guna

melindungi investor dari aksi kejahatan finansial, SEC mewajibkan setiap

perusahaan yang terdaftar dalam bursa efek untuk melaporkan keuangan

1

Runtuhnya wallstreet dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Runtuhnya_Wall_Street_1929

(13)

perusahaan yang telah diaudit, serta mengawasi setiap peralihan kepemilikan

perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat.

Melihat dari sejarah diatas dapat diketahui terbentuknya pasar modal

hingga sampai saat ini harus melewati perjalanan yang rumit, berliku-liku bahkan

pada awal mulanya pasar modal beraktifitas di lapangan terbuka seperti

pasar-pasar tradisional di Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa pasar-pasar modal

merupakan suatu sarana yang penting bagi suatu Negara. Karena merupakan suatu

hal yang penting bagi perekonomian, maka pasar modal diupayakan untuk selalu

sehat dan terjaga dari segala masalah. Salah-satunya adalah dengan cara

menerapkan Prinsip keterbukaan didalam pasar modal.

Setiap perusahaan yang melakukan kegiatan di pasar modal harus selalu

mengikuti peraturan yang ada dan telah ditetapkan oleh pasar modal itu sendiri.

Hal diperlukan demi terciptanya pasar modal yang dapat melindungi kepentingan

investor dan pemegang saham dalam kegiatan penanaman modal di dalam pasar

modal.2 Dasar dan sumber hukum yang berkaitan dengan pasar modal di

Indonesia terdapat pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar

Modal dan Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 3

Perusahaan yang menjalankan prinsip akuntabilitas menetapkan rincian

tugas dan tanggung jawab masing-masing organ dan unit perusahaan secara jelas

2

Sri Redjeki Hartono, Kapita Selekta Hukum Perusahaan, (Bandung: Mandar Maju, 2000), hal. 136

3

(14)

dan selaras dengan visi, misi, nilai-nilai dan strategi perusahaan.4 Salah satu

ketentuan di Pasar Modal terkait dengan prinsip akuntabilitas adalah ketentuan

yang mewajibkan pernyataan manajemen mengenai tanggung jawab atas laporan

keuangan. Oleh karena itulah maka pihak yang paling bertanggung jawab atas

laporan keuangan adalah presiden direktur dan direktur yang membawahi bidang

keuangan dan akuntansi. Untuk memastikan akuntabilitas laporan keuangan,

Peraturan Bapepam dan LK No. VIII.G.11 mewajibkan Presiden Direktur dan

Direktur yang membawahi bidang akuntansi dan keuangan untuk menandatangani

pernyataan tanggung jawab atas laporan keuangan dan melampirkan pernyataan

tersebut dalam laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan.5

1. Pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan

benar dan tepat pada waktunya.

Berkaitan dengan perlindungan pemegang saham, terdapat suatu struktur

dan proses yang mengarahkan dan mengelola kegiatan perusahaan secara

menyeluruh untuk kepentingan pemegang saham dan dengan memperhatikan

kepentingan pemangku kepentingan lain. Struktur dan proses inilah yang disebut

dengan Good Corporate Governance. Penerapan good corporate governance di

pasar modal bertujuan meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan,

meningkatkan citra atau reputasi perusahaan, serta meningkatkan kemakmuran

seluruh stakeholders. Konsep ini menekankan pada dua hal yakni;

4

Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) 2006

5

(15)

2. Kewajiban perusahaan untuk melakukan keterbukaan (disclosure) secara

akurat, tepat waktu, transparan terhadap semua informasi kinerja

perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder.6

Pasar modal yang besar dan diperhitungkan adalah pasar modal yang

melindungi kepentingan berbagai pihak, terutama kepentingan investor.

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal yang merupakan landasan

hukum pasar modal di Indonesia memberikan perlindungan kepada investor

dengan mengharuskan para pelaku pasar modal, untuk melaksanakan keterbukaan

informasi karena informasi merupakan suatu hal yang sangat penting bagi para

pihak yang memiliki kepentingan dalam pasar modal, terutama bagi calon investor

atau investor. Informasi yang dibutuhkan oleh investor adalah informasi yang

relevan, jelas, tepat waktu dan rata penyebarannya serta bukan sekedar desas-

desus.

Setidaknya ada tiga fungsi prinsip keterbukaan didalam pasar modal.7

6

Thomas S. Kaihatu, Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia. puslit.petra.ac.id/jurnals/pdf.php?PublishedID=MAN06080101 diakses tangal 08 Februari 2014

7

Bismar Nasution, Keterbukaan dalam Pasar Modal, (Jakarta: Program Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2001), hal. 8

Pertama, prinsip keterbukaan berfungsi untuk memelihara kepercayaan publik

terhadap pasar. Tidak adanya keterbukaan dalam pasar modal membuat investor

tidak percaya terhadap mekanisme pasar, sebab prinsip keterbukaan mempunyai

peranan penting bagi investor sebelum mengambil keputusan untuk melakukan

investasi karena keterbukaan bisa tebentuk suatu penilaian terhadap investasi,

(16)

mereka. Makin jelas informasi perusahaan , maka keinginan investor untuk

melakukan investasi makin tinggi, sebaliknya ketiadaan atau kekurangan serta

ketertutupan informasi dapat menimbulkan ketidakpastian bagi investor, dan

konsekuensinya menimbulkan ketidakpercayaan investor dalam melakukan

investasi melalui pasar modal. Kedua, prinsip keterbukaan berfungsi untuk

menciptakan mekanisme pasar yang efisien. Filosofi ini didasarkan pada

konstruksi pemberian informasi secara penuh sehingga menciptakan pasar modal

yang efisien, yaitu harga saham sepenuhnya merupakan refleksi dari seluruh

informasi yang tersedia.

Dengan demikan prinsip keterbukaan dapat berperan dalam meningkatkan

ketersediaan informasi yang benar, agar dapat ditetapkan harga pasar yang akurat.

Hal ini menjadi penting karena berkaitan dengan pasar modal sebagai lembaga

keuangan yang beroprerasi beradasarkan informasi. Tanpa informasi, peserta

pasar tidak dapat mengevaluasi produk-produk lembaga keuangan. Ketiga, prinsip

keterbukaan penting untuk mencegah penipuan (fraud). Sangat baik untuk

dipahami ungkapan yang pernah diungkapkan Barry A.K Rider: “sun light is the

best disinfectant and electric light the best policeman.” Dengan perkataan lain,

Rider menyatakan bahwa “more disclosure will inevitably discourage wrong

doing and abuse.” Selanjutnya dia menyatakan bahwa dalam pasar keuangan

(17)

informasi apa yang harus diungkapkan dan kepada siapa informasi itu

disampaikan.8

Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka

panjang yang bisa diperjual-belikan, baik surat utang (obligasi), saham, reksa

dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan

sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah),

dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal

memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait

lainnya.9

8

Barry A.K. Rider, “Global Trends in securities Regulation: The changing Legal Climate”, Dick Climate. J Int’IL, Spring 1995.

9

Mengenal Pasar Modal dalam

http://www.idx.co.id/id-id/beranda/informasi/bagiinvestor/pengantarpasarmodal.aspx diakses 29 September 2013

Pasar modal dapat juga diartikan sebagai sebuah wahana yang

memperte-mukan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang

menyediakan dana sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh lembaga dan profesi

yang berkaitan dengan efek. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar

Modal telah menggariskan bahwa Pasar Modal mempunyai posisi yang strategis

dalam pembangunan ekonomi nasional. Pertumbuhan suatu Pasar Modal sangat

tergantung dari kinerja perusahaan efek. Untuk mengkoordinasikan modal,

dukungan teknis, dan sumber daya manusia dalam pengembangan Pasar Modal

di-perlukan suatu kepemimpinan yang efektif. Perusahaan-perusahaan harus

menjalin kerjasama yang erat untuk menciptakan pasar yang mampu menyediakan

(18)

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang aktif

melaksanakan pembangunan. Dalam melaksanakan pembangunan tentu

membutuhkan dana yang cukup besar. Melihat potensi perkembangannya,

pemerintah Indonesia bertekad akan mengurangi peranan bantuan luar negeri

sebagai sumber pembiayaan pembangunan. Adapun langkah yang diupayakan

Pasar Modal dalam pembangunan Negara Republik Indonesia ini adalah dengan

melakukan penawaran umum( go publik ).Dan hal lain yang sangat penting adalah

telah berlaku efektifnya Undang-Undang Pasar Modal yakni Undang-Undang No.

8 Tahun 1995.Di dalam UU No. 8 Tahun 1995 secara tegas mewajibkan setiap

perusahaan yang menawarkan efeknya melalui Pasar Modal, atau disebut emiten,

untuk mengungkapkan seluruh informasi mengenai keadaan usahanya termasuk

keadaan keuangan, aspek hukum, manajemen dan harta kekayaan perusahaan (

Full Disclosure ) kepada masyarakat.

Berdasarkan hal tersebut, penulis merasa perlu untuk mengkaji lebih

dalam tentang penerapan keterbukaan didalam pasar modal, sehingga penulis

mengangkat judul “Tinjauan Yuridis Terhadap Penerapan Keterbukaan Dalam

Prinsip Akuntabilitas Pada Pasar Modal Ditinjau Dari UU No.8 tahun 1995”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang diatas, maka

dikemukakan beberapa permasalahan yang muncul, yaitu:

1. Bagaiamana penerapan keterbukaan pada pasar modal ?

(19)

3. Bagaimana penerapan keterbukaan dalam prinsip akuntabilitas pada pasar

modal ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan skirpsi ini adalah sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui keterbukaan dalam pasar modal

2. Untuk mengetahui bahwa prinsip akuntabilitas merupakan aspek penting

dalam pasar modal

3. Untuk mengetahui keterbukaan dalam prinsip akuntabilitas pasar modal

Disamping dari tujuan penulisan, adapun manfaat yang ingin dicapai oleh

penulis dalam hal ini adalah manfaat teoritis dan manfaat praktis, yakni:

1. Manfaat secara Teoritis

Pembahasan terhadap permasalahan diatas diharapkan dapat menjadi

pemahaman dan pengertian bagi pembaca mengenai Penerapan Keterbukaan dan

juga mengenai Prinsip Akuntabilitas pada Pasar Modal sesuai dengan UU No. 8

Tahun 1995

2. Manfaat secara Praktis

Penulis berharap semoga Tulisan ini bermanfaat bagi semua orang, dan

(20)

dapat menjadi bahan referensi bagi penulisan karya ilmiah selanjutnya yang

berkaitan dengan keterbukaan dalam pasar modal

D. Keaslian Penulisan

Dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama

masa perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, disamping

membaca buku yang berhubungan dengan judul skirpsi ini, penulis berusaha

untuk mengembangkan demi untuk memenuhi kebutuhan akan wawasan dan

pengetahuan tentang kondisi pasar modal yang terus berkembang sehingga

membawa pengaruh pula terhadap perkembangan pasar modal itu sendiri. Dalam

penulisan skripsi ini penulis berkeinginan untuk memaparkan suatu “Tinjauan

Yuridis Terhadap Penerapan Keterbukaan Dalam Prinsip Akuntabilitas Pada Pasar

Modal Ditinjau Dari UU No. 8 Tahun 1995” yang menjadi judul skripsi penulis.

Adapun judul yang berkaitan dengan skripsi ini adalah berjudul “Tinjauan

Yuridis Pelaksanaan Prinsip Keterbukaan Sebagai Upaya Perlindungan Terhadap

Investor Dalam Pasar Modal” yang ditulis oleh Nova GW. Sirait tahun 2004,

dimana didalamnya membahas tentang upaya perlindungan terhadap investor

sebagai perwujudan pelaksanaan prinsip keterbukaan dalam pasar modal.

Sedangkan didalam skirpsi ini yang dibahas adalah tentang penerapan

keterbukaan dalam pasar modal yang dilihat dari prinsip akuntabilitasnya. Dimana

(21)

terulang kembali kasus runtuhnya Wallstreet beberapa dekade silam di Amerika10

E. Tinjauan Kepustakaan

,

maka dibutuhkan suatu pegangan dan prinsip untuk memelihara suatu kondisi

yang baik didalam suatu perusahaan yang akan ataupun telah melakukan go

publik. Peranan akuntabilitas ini dapat membuat perusahaan akan dipercayai oleh

para investor yang biasanya sangat kritis terhadap informasi dan keadaan

perusahaan yang dituju. Dengan menerbitkan suatu laporan pertanggungjawaban

diharapkan investor tersebut dapat memutuskan apakah ingin menanamkan

modalnya atau tidak, sehingga dengan semakin bertambahnya informasi yang

didapat investor ataupun publik, maka semakin jelas juga apakah perusahaan itu

layak untuk diberikan modal atau tidak.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa apa yang ada didalam Skripsi

ini adalah murni hasil karya penulis sendiri dan bukan hasil jiplakan dari skripsi

orang lain. Skirpsi ini juga diperoleh dari hasil pemikiran para prakatisi, refrensi

buku-buku, makalah, media cetak, media elektronik seperti internet juga dari

bantuan berbagai pihak yang berdasarkan atas asas keilmuan yang jujur, rasioanal

dan keterbukaan, dengan demikan skirpsi ini dapat dipertanggungjawabkan

keasliannya secara ilmiah.

1. Prinsip Keterbukaan

Prinsip Keterbukaan adalah pedoman umum mensyaratkan emiten,

perusahaan publik, dan pihak lain yang tunduk pada undang-undang

10

(22)

menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh informasi

material mengenai usahanya atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap

keputusan pemodal terhadap efek dimaksud dan harga efek tersebut.11 Tujuannya

adalah untuk menciptakan mekansime pasar yang efisien. Ini didasarkan supaya

para investor dapat memperoleh akses informasi atau fakta material. Prinsip

keterbukaan menjadi persoalan inti dipasar modal dan sekaligus merupakan jiwa

pasar modal itu sendiri. Keterbukaan tentang fakta materil sebagai jiwa pasar

modal didasarkan pada keberadaan prinsip keterbukaan yang memungkinkan

tersedianya bahan pertimbangan bagi investor, sehingga secara rasional dapat

mengambil keputusan untuk melakukan pembelian atau penjualan saham.12

2. Akuntabilitas

Akuntabilitas dapat diartikan sebagai kewajiban-kewajiban dari

individu-individu atau penguasa yang dipercayakan untuk mengelola sumber-sumber daya

publik dan yang bersangkutan dengannya untuk dapat menjawab hal-hal yang

menyangkut pertanggungjawabannya.13

Prinsip akuntabilitas adalah merupakan pelaksanaan pertanggungjawaban

dimana dalam kegiatan yang dilakukan oleh pihak yang terkait harus mampu Akuntabilitas terkait erat dengan

instrument untuk kegiatan kontrol terutama dalam hal pencapaian hasil pada

pelayanan publik dan menyampaikannya secara transparan kepada masyarakat.

11

Pasal 1 ayat 7 UU Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

12

Bismar Nasuition, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, (Universitas Indonesia, Program Pasca Sarjana, Jakarta 2001) Hal.1

13

(23)

mempertanggungjawabkan pelaksanaan kewenangan yang diberikan di bidang

tugasnya. Prinsip akuntabilitas terutama berkaitan erat dengan pertanggung

jawaban terhadap efektivitas kegiatan dalam pencapaian sasaran atau target

kebijakan atau program yang telah ditetapkan. Pengertian akuntabilitas menurut

Lawton dan Rose dapat dikatakan sebagai sebuah proses dimana seorang atau

sekelompok orang yang diperlukan untuk membuat laporan aktivitas mereka dan

dengan cara yang mereka sudah atau belum ketahui untuk melaksanakan

pekerjaan mereka.14

3. Pasar Modal

Menurut pendapat Abdurrahman mengatakan bahwa istilah “Pasar Modal”

dipakai sebagai terjemahan dari istilah “Capital Market” yang berarti suatu

tempat atau sistem bagaimana caranya dipenuhinya kebutuhan-kebutuhan dana

untuk kapital suatu perusahaan yang merupakan pasar tempat orang membeli dan

menjual surat efek yang baru dikeluarkan.15

14

Yayasan Pembaruan Administrasi Publik Indonesia (YPAPI), Memahami Good Government Governance dan Good Coorporate Governance, (Yogyakarta : Penerbit YPAPI, 2004), hal 68.

15

Abdurrahman A. Ensikopledia Ekonomi Keuangan dan Perdagangan, (Jakarta: PT. Pradnya Paramita,1991). hal. 169

Menurut Hugh T. Patrick dan U Tun Wai, sebagaimana dikutip Abdul

basith Anwar membedakan tiga arti pasar modal, yaitu :

Arti Luas :

(24)

Arti Menengah :

“Pasar Modal adalah semua pasar yang terorganisir dan lembaga-lembaga yang memperdagangkan warkat-warkat kredit (biasanya berjangka lebih dari 1 tahun) termasuk saham, obligasi, pinjaman berjangka, hipotik, tabungan, dan deposito berjangka.”

Arti Sempit :

“Pasar Modal adalah tempat pasar yang terorganisir yang memperdagangkan saham dan obligasi dengan menggunakan jasa makelar dan underwriter.”16

“Suatu kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.” Sementara itu, menurut Undang-undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995,

pasal 1 ayat 13 memberi pengertian kepada pasar modal sebagai :

17

Pada dasarnya, pasar modal menjembatani hubungan antara pemilik dana

(investor) dan pengguna dana. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pasar

modal adalah wahana investasi bagi investor dan wahana sumber dana bagi

pengguna dana. Peranan lain dari pasar modala dalah mengumpulkan dan

mengerahkan tabungan masyarakat untukkeperluan investasi. Pasar modal

tergolong dalam pengertian “financial market” yang bertujuan untuk mengadakan

alokasi tabungan (saving) secara efeisien dari pemilik dana (saver) kepada

pemakai dana terakhir (ultimate user).18

16

Yayasan Mitra Dana, Penuntun Pelaku Pasar Modal Indonesia,( Jakarta: Yayasan Mitra Dana, 1991), hal. 33

17

Pasal 1 ayat 13 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

18

Jusuf Anwar, Pasar Modal Sebagai Sarana Pembiayaan dan Investasi, (Bandung: Alumni Bandung, 2007).Hal. 121-122.

Dengan meningkatnya investasi, maka

kapasitas produksi akan meningkat, yang berarti menambah barang dan jasa yang

diperlukan masyarakat serta memperluas lapangan kerja. Sektor swasta menjadi

(25)

memungkinkan individu, bagaimanapun kecilnya kontribusi mereka, menikmati

kemakmuran karena adanya sektor swasta yang kompetitif.19

F. Metode Penulisan

Dalam membahas permasalahan yang ada didalam skripsi ini tentu harus

disertai dengan informasi yang benar dan akurat serta dapat dipertanggung

jawabkan kebenarannya. Dalam melengkapi bahan-bahan bagi penelitian skripsi

ini, maka diadakan penelitian dalam pengumpulan data.

Adapun metode yang akan digunakan oleh penulis adalah sebagai berikut:

1. Spesifikasi Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif, maka pendekatan

yang dilakukan adalah pendekatan perundang-undangan dengan bertitik tolak

pada analisis terhadap undang-undang no. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal.

Penelitian ini difokuskan terhadap tinjauan yuridis terhadap penerapan

keterbukaan dalam prinsip akuntabilitas pada pasar modal. Ini dapat dilakukan

dengan cara melakukan penelitian kepustakaan, atau studi kepustakaan. Penelitian

ini juga tidak lepas dari sumber media masa maupun media elektronik. Selain itu,

penulis juga menggunakan metode penulisan yuridis, dengan melihat

ketentuan-ketentuan yang ada didalam masyarakat dan dampak ketentuan-ketentuan tersebut bagi

masyarakat. Sedangkan sifat penelitiannya adalah deskriptif, dimana penulis akan

19

(26)

mendeskirpsikan gejala atau peristiwa secara faktual dan akurat mengenai

fakta-fakta yang terjadi dilapangan.

2. Bahan Penelitian

a. Bahan Hukum Primer, adalah bahan hukum yang terdiri dari peraturan

perundang-undangan, seperti Undang-undang Nomor 8 tahun 1995 tentang

Pasar Modal, Undang-undang Nomor 40 Tahun 1997 tentang Perseroan

Terbatas, Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal No : Kep-40.

b. Bahan Hukum Skunder, adalah bahan-bahan yang berhubungan dengan

bahan hukum primer dan dapat digunakan untuk membantu menganalisis

bahan baku primer yang ada. Bahan hukum yang diperoleh dapat berasal

dari buku teks, jurnal-jurnal asing, pendapat para sarjana, kasus-kasus

hukum, serta sumber-sumber lainnya yang berasal dari internet yang

memiliki kaitan dengan pokok permasalahan.

c. Bahan hukum tersier, adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk

atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer dan skunder,

seperti kamus hukum, ensikopledia dan lain-lain20

3. Teknik Pengumpulan Data

Bahan hukum primer dan bahan hukum skunder dikumpulkan dengan

melakukan studi kepustakaan, Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara

20

(27)

mengumpulkan data yang terdapat dalam buku-buku literature, peraturan

perundang-undangan, majalah hasil seminar dan sumber-sumber lain yang terkait

dengan permasalahan yang ada.

4. Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan, dianalisis dengan metode

deskriptif kualitatif. Metode deskriptif yaitu menggambarkan secara menyeluruh

tentang apa yang menjadi pokok permasalahan.

Sedangkan kualitatif adalah metode analisis data dengan mengelompokan dan

menyeleksi data yang diperoleh menurut kualitas dan kebenarannya, dan

dihubungkan dengan teori yang diperoleh dari penelitian kepustakaan sehingga

didapatkan jawaban terhadap permasalahan yang ada.

G. Sistematika Penulisan

Adapun urutan sistematika penulisan skirpsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Didalam bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah

penulisan, perumusan masalah, tujuan dan manfaat dari penulisan,

keaslian penulisan, tinjaun kepustakaan, metode penulisan, dan

sistematika penulisan.

BAB II KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DALAM PASAR

(28)

Bab ini menguraikan tentang perkembangan keterbukaan informasi

di Indonesia. Dimana dapat dilihat dari sejarah mula-mula

penerapan keterbukaan informasi di Indonesia, penggunakaannya

hingga sampai terbentuknya undang-undang yang mengaturnya

yaitu Undang-Undang No. 14 tahun 2008 tentang keterbukaan

informasi publik. Penulis juga menguraikan tentang keterbukaan

informasi tersebut dari sudut pandang pasar modal. Dimana untuk

menjaga kesetabilan dan kesehatan pasar modal tersebut

dibutuhkan suatu transparansi dalam setiap laporan yang dibuat

oleh emiten kepada pasar, sehingga pasar tidak dicurangi. Dalam

hal ini hubungan emiten dengan para investor maupun calon

investor terjaga dari informasi-informasi yang menyesatkan.

BAB III PRINSIP AKUNTABILITAS SEBAGAI ASPEK PENTING

DALAM PASAR MODAL

Bab ini menguraikan tentang Prinsip Akuntabilitas sebagai

aspek penting dalam pasar modal. Maksud dari prinsip

akuntabilitas adalalah ketentuan yang mewajibkan pernyataan

manajemen mengenai tanggung jawab atas laporan keuangan.

Selain itu dalam bab ini menguraikan tentang Impementasi

Akuntabilitas dalam Good Corporate Governance. Diamana

konsep dari Good Corporate Govermance tidak terlepas dari

(29)

BAB IV PENERAPAN KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

DALAM PRINSIP AKUNTABILITAS DALAM PASAR

MODAL

Dalam bab ini menjelaskan tentang apakah pengaturan

Keterbukaan Informasi dalam Prinsip Akuntabilitas Pasar Modal

ada pada UU No.8 Tahun 1995 dan juga ditinjau dari sudut

pandang UU No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari keseluruhan bab yang

diuraikan dari penulisan skripsi ini. Dan juga penulis memberikan

saran manakala penulisan ini bermanfaat bagi perkembangan studi

penelitian di Indonesia.

(30)

BAB II

KETERBUKAAN DI DALAM PASAR MODAL

A. Prinsip Keterbukaan di Dalam Pasar Modal

1. Ketentuan Prinsip Keterbukaan Dalam Hukum Pasar Modal

Diakui bahwa keterbukaan merupakan terminologi yang teramat sering

dikumandangkan dalam dunia hukum pasar modal, dan hukum pasar modal

sendiri seakan belum sah jika belum mengatur tentang keterbukaan ini. Oleh

karena itu, tidak heran jika peraturan perundang-undangan mengaturnya secara

rinci. Ada suatu dilema yang inheren dalam hukum pasar modal itu sendiri.

Disatu pihak, hukum terus mengejar dengan merinci sedetil-detilnya tentang

hal-hal apa saja yang mesti di buka oleh pihak-pihak penyandang kewajiban

keterbukaan, dilain pihak, hukum juga harus memperoleh

kepentingan-kepentingan tertentu dari pihak yang diwajibkan membuka informasi tersebut.21

Kepentingan tersebut sering kali bertentangan dengan kewajiban

keterbukaan, misalnya kepentingan suatu emiten untuk tidak membuka (disclouse

) tentang informasi yang tergolong rahasia perusahaan. Maka dalam hal ini, sektor

hukum harus jeli menimbang-nimbang dan menyelaraskan kepentingan investor

dan pasar terhadap suatu keterbukaan dengan kepentingan emiten atau

pihak-pihak lain pemilik informasi. Keselarasan di antara dua kepentingan yang

kontradikitf tersebut tercermin dalam prinsip yuridis yang menyatakan bahwa

21

(31)

suatu disclosure di pasar modal tidaklah semata-mata “full”, tetapi juga mestilah

“fair”, seperti yang tersimpul dalam istilah full and fair disclosure. Selain dari itu,

sebagaimana diketahui bahwa dalam suatu sistem hukum perdata kita, secara

hukum dalam jual beli, si penjual diwajibkan untuk menanggung atas seluruh

cacat yang tersembunyi dari barang yang dijualnya tersebut.22

a. Prinsip ketinggian derajat akurasi informasi

Ternyata terhadap jual beli saham dipasar modal, kewajiban menanggung

cacat yang tersembunyi saja masih belum cukup, untuk itu berkembanglah suatu

teori hukum tentang kewajiban bagi suatu perusahaan terbuka, yaitu dikenal

dengan kewajiban buka-bukaan, yang dalam istilah bahasa Inggrisnya disebut

dengan full and fair disclosure.

Dokrin hukum tentang kewajiban keterbukaan bagi suatu perusahaan

terbuka ini mempunyai karakteristik yuridis sebagai berikut.

b. Prinsip ketinggian derajat kelengkapan informasi

c. Prinsip ekuilibrum antara efek negative kepada emiten di satu pihak dengan

di pihak lain, efek positif kepada public jika dibukanya informasi tersebut23

Beberapa hal lain yang sering kali dilarang dalam hal keterbukaan informasi

antara lain.

a. Memberikan informasi yang salah sama sekali

22

Ibid.

23

(32)

b. Memberikan informasi yang setengah benar

c. Memberikan informasi yang tidak lengkap

d. Sama sekali diam terhadap fakta/ informasi material24

Keempat model pelanggaran ini dilarang karena oleh hukum dianggap data

menimbulkan misleading bagi investor dalam memberikan judgement-nya untuk

membeli atau tidak membeli suatu efek. Misleading merupakan suatu

penyimpangan prinsip keterbukaan di pasar modal berupa pemberian informasi

yang tidak benar atau menyesatkan.25 Alasan utama mengapa suatu keterbukaan

dilakukan adalah agar pihak investor dapat melakukan suatu keputusan untuk

membeli atau tidak membeli efek. Karena suatu keputusan akan merupakan suatu

landasan bagi terbentuknya suatu harga pasar yang wajar. Dalam hal ini, suatu

harga akan wajar apabila dapat merefleksi nilai interinsik dari efek, di mana nilai

interinsik sangat bergantung pada seberapa efisien tersedianya informasi tentang

perusahaan yang bersangkutan.26

Salah satu teori yang sangat dominan terhadap suatu harga efek yang juga

secara gamblang menunjuk bagaimana vitalnya kedudukan suatu informasi

tentang suatu perusahaan dalam hal seorang investor membeli efek adalah apa

yang dikenal dengan nama efficient market hypothesis (teori pasar efisien).

Efficient market hypothesis menyatakan bahwa tidak ada seorangpun yang dapat

24

Ibid., hal. 90.

25

Frans Satrio wicaksono, Tanggung Jawab Pemegang Saham Direksi dan Komisaris, (Jakarta:Visimedia,2009),hal.107.

26

(33)

mengalahkan pasar secara konsisten dengan menggunakan informasi yang sudah

diketahui oleh pasar. Ini disebabkan karena harga tercipta merupakan ceminan

dari seluruh informasi yang ada.27

1. Kewajiban Keterbukaan emiten pada saat Go public

Emiten atau perusahaan publik mempunyai kewajiban untuk

melaksanakan prinsip keterbukaan yang harus dilakukan baik sebelum go public

maupun setelah go public. Adapun kewajiban-kewajiban emiten dalam

melaksanakan keterbukaan adalah sebagai berikut.

Pada saat seorang investor membeli saham di pasar modal, dia sudah harus

mengetahui dengan pasti segala sesuatu tentang saham yang bersangkutan.

Terutama yang harus diketahuinya adalah tentang segala sesuatu yang penting

berkenaan dengan perusahaan penerbit saham tersebut, yang disebut juga dengan

emiten.28

2. Keterbukaan Melalui Pembuatan Prospektus

, karena dari situlah pihak investor dapat memprediksi apakah saham

yang dibelinya itu bermutu atau tidak, sehingga apakah akan menguntungkan

atau tidak jika dibeli. Oleh karena itu, hukum menempatkan kewajiban

keterbukaan ini menjadi kewajiban yuridis, bahkan sering kali hal tersebut

menjadi salah satu titik focus utama dari aturan-aturan hukum yang berkenaan

dengan suatu pasar modal yang baik dan tertib.

27

Bodie, et al, 2003. Essential of Investments, International Edition, McGrawn-Hill, New York.

28

(34)

Salah satu mekanisme agar keterbukaan informasi terjamin bagi investor

atau public adalah lewat keharusan menyediakan suatu dokumen yang disebut

“prospektus” bagi suatu perusahaan dalam proses melakukan go public. Suatu

prospectus harus benar-benar berisikan informasi yang penting apa adanya.

Banyak tuduhan bahwa sekarang emiten melakukan going public dipasar modal

Indonesia menyediakan prospectus secara tidak layak, yakni hanya untuk sekedar

memenuhi kewajiban yuridisnya yang terbit dari peraturan yang ada. Bahkan,

hanya sekedar iklan bagi suatu perusahan untuk dapat membuat saham-sahamnya

menjadi laku di pasar modal.29

3. Kedudukan Yuridis dari Prospektus

UU No. 8 Tahun 1995 dengan tegas memberlakukan prinsip bahwa

propektus adalah merupakan suatu dokumen. Konsekuensinya, apabila ada

seorang menawarkan suatu efek dengan menggunakan prospectus yang memuat

informasi yang tidak sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, sedangkan

pihak tersebut mengetahui atau sepatutnya mengetahui hal yang bersangkutan,

maka dia wajib bertanggung jawab secara hukum atas kerugian yang timbul

sebagai akibat dari perbuatan tersebut. Untuk dapat membebankan tanggung

jawab yuridis secara perdata kepada pihak penyedia prospectus yang tidak benar,

hukum mensyaratkan bahwa sewaktu membeli efek, pihak pembeli efek yang

bersangkutan tidak mengetahui ketidakbenaran isi prospectus tersebut. Jika dia

telah mengetahui ketidakbenaran tersebut, tetapi masih mau membeli efek,

29

(35)

tentunya ia tidak dapat meminta ganti kerugian sebab pembeli tersebut sewaktu

membeli efek telah mengambil resiko.30

4. Kewajiban Keterbukaan Emiten Setelah Go Public

Dalam hal ini yang bertanggung jawab jika ada pihak-pihak yang

menderita kerugian akibat dari prospectus yang menyesatkan terangkum dalam

pasal 81 ayat (1) UU Pasar Modal, dimana yang mesti bertanggung jawab adalah

setiap pihak yang menawarkan atau menjual efek dengan mempergunakan

prospectus yang menyesatkan tersebut. Pihak yang menawarkan atau menjual

biasanya terdiri dari emiten, underwriter, pialang atau bahkan investor yang ingin

menjual kembali efek yang telah dibelinya. Pasal 81 ayat 1, menuliskan kesemua

mereka harus bertanggung jawab secara hukum.

Terdapat kewajiban keterbukaan dari pihak emiten yang wajib dilakukan

setelah go public dan kewajiban ini berlangsung terus selama perusahaan yang

bersangkutan masih merupakan perseroan terbuka. Kewajiban keterbukaan setelah

proses go public dapat terjadi lewat instrument disclosure sebagai berikut

a) Laporan berkala dari emiten khususnya bidang keuangan.

b) Laporan insidentil bersifat umum

c) Laporan insidentil bersifat khusus, termasuk didalamnya berupa

realisasi penggunaan dana jika terjadi tender offer

30

(36)

d) Laporan insidentil atas permintaan dari pihak Bapepam, Pemegang

Saham atau pejabat lainnya sperti Bank Indonesia

e) Laporan pihak tertentu seperti Akuntan public atau pemegang

saham.31

5. Laporan Keuangan Berkala oleh Emiten

Salah satu bentuk keterbukaan setelah proses go public adalah laporan

berkala yang harus dilakukan oleh Emiten. Pasal 86 huruf (a) membebankan

kewajiban penyampaian laporan keuangan berkala tersebut kepada emiten,

laporan disampaikan kepada Bapepam dan diumumkan kepada masyarakat.

Laporan keuangan berkala oleh emiten tersebut terdiri atas laporan tahunan dan

laporan semesteran.

Prinsip-prinsip dari laporan keuangan berkala yaitu,

a) Harus disajikan dalam bahasa Indonesia

b) Disajikan secara perbandingan dengan priode yang sama dengan tahun

sebelumnya, jika ada.

c) Berdasarkan pada prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, yakni

standar akuntansi keuangan yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi

Indonesia dan ketentuan akuntansi dibidang pasar modal yang ditetapkan

bapepam.

31

(37)

d) Laporan keuangan tahunan harus harus disertai dengan laporan akuntan

dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada bapepam.

e) Laporan tahunan wajib diumumkan kepada public, berupa neraca, laporan

rugi laba, laporan komitmen, wajib diumumkan dalam dua surat kabar.

Laporan keuangan berkala yang harus disampaikan kepada Bapepam terdiri atas

neraca laporan rugi laba, laporan saldo laba, laporan arus kas, catatan atas laporan

keuangan. 32

6. Laporan Insidentil Kejadian Material oleh Emiten

Emiten dibebankan suatu keharusan melakukan laporan insidentil

perbuatan material. maksudnya adalah perundang-undangan dibidang pasar modal

membebankan kewajiban kepada emiten untuk melaporkan pada bapepam dan

mengumumkan pada masyarakat secepat mungkin setelah terjadinya kejadian

material yang diperkirakan dapat mempengaruhi harga efek.

2. Informasi Fakta Material dan Hubungan dengan Prinsip Keterbukaan

Para investor selalu aktif mengumpulkan berbagai informasi dan

memanfaatkannya untuk memahami harga-harga saham yang ditawarkan dalam

pasar perdana maupun pasar sekunder. Informasi yang dikumpulkan adalah

32

(38)

informasi yang mengandung fakta material. Menurut pasal 1 ayat 7

Undang-Undang Pasar Modal menyatakan :33

a. Penggabungan usaha, pembelian saham, peleburan usaha, atau

pembentukan usaha patungan.

“Informasi atau Fakta Material adalah informasi atau fakta penting dan relevan mengenai peristiwa, kejadian atau fakta yang dapat mempengaruhi harga Efek pada Bursa Efek dan atau keputusan pemodal, calon pemodal atau pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut.”

Selanjutnya Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor: Kep-86/PM/1996 dan

Peraturan Nomor X K.1 menyatakan :

“Informasi atau Fakta Material yang diperkirakan dapat mempengaruhi harga efek atau keputusan investasi pemodal, antara lain hal-hal sebagai berikut:

b. Pemecahan saham atau pembagian dividen saham.

c. Pendapatan dari dividen yang luar biasa sifatnya.

d. Perolehan atau kehilangan kontrak penting.

e. Produk atau penemuan baru yang berarti.

f. Perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam manajemen.

g. Pengumuman pembelian kembali atau pembayaran efek yang bersifat utang.

h. Penjualan tambahan efek kepada masyarakat atau secara terbatas yang material jumlahnya.

i. Pembelian, atau kerugian penjualan aktiva yang material.

j. Perselisihan tenaga kerja yang relatif penting.

k. Tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan, dan atau direkturdan komisaris perusahaan.

l. Pengajuan tawaran untuk pembelian Efek perusahaan lain.

m. Penggantian Akuntan yang mengaudit perusahaan.

33

(39)

n. Penggantian Wali Amanat.

o. Perubahan tahun fiskal perusahaan.34

Disisi lain, penentuan Fakta Material menurut Undang-Undang Pasar Modal

memiliki kemiripan dengan yang digunakan oleh pengadilan Amerika. Dalam

kasus Listv. Fashion Park Inc. (1965) yang berpendapat dan menyatakan bahwa

"fakta material meliputi fakta-fakta yang secara rasional dan obyektif

mempengaruhi nilai saham perusahaan”35

Namun pendapat pengadilan dalam kasus List berkenaan dengan fakta

material tidak lagi diikuti oleh pengadilan berikutnya. Konsep baru penentuan

fakta material di Amerika telah berkembang berdasarkan tiga pendapat pengadilan

yaitu, pertama, standar penentuan fakta material yang disahkan pengadilan

melalui kasus SEC v. TexasGulf Sulphur (1968). Standar penentuan fakta material

adalah didasarkan pada "test kemungkinan/ukuran" (probability/magnitude) fakta

material atas informasi yang dapat berpengaruh kuat pada kemungkinan

perusahaan di masa mendatang. Dalam hal ini faktor "kemungkinan" merupakan

satu elemen dari penentuan fakta material tersebut. Kedua, standar penentuan

fakta material yang disahkan pengadilan melalui kasus TSC Industries, Inc. v.

Northway (1976). Penentuan fakta material dalam kasus Northway dilakukan

dengan pendekatan "Standard Reasonable Shareholder" yaitu bahwa sesuatu yang

menentukan fakta material sangat tergantung dari tanggapan investor petensial .

34

Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor: Kep-86/PM/1996 tentang Keterbukaan Informasi Yang Harus Segera Diumumkan Kepada Publik

35

(40)

atau pemegang saham instutional yang rasional. Menguji sesuatu yang menjadi

penentuan fakta material adalah ditentukan oleh pertimbangan yang matang untuk

kepentingan pemegang saham yang rasional. Ketiga, standar penentuan fakta

material yang disahkan pengadilan melalui kasus Basic, Inc. v. Levinson (1988).

Penentuan standar Fakta Material ditetapkan berdasarkan suatu fact-specific

secara case-by-case. Dalam kasus ini pengadilan berpendapat bahwa suatu

penipuan bersifat material dilihat dari apakah pernyataan mempengaruhi

keputusan investor yang rasional untuk berinvestasi dan berdasarkan fraud-on-the

market theory, yaitu suatu pernyataan dikatakan menyesatkan hanya apabila

pernyataan tersebut dapat mengubah keputusan investor untuk berinvestasi.36

Prinsip keterbukaan mutlak dilaksanakan dalam pasar modal sejalan

dengan tujuan prinsip keterbukaan untuk menjaga kepercayaan investor,

menciptakan pasar yang efisien, dan perlindungan terhadap investor. Suatu hal

bersifat fakta materil didasarkan pada ukuran bahwa apabila investor rasional

secara substansial mengangap fakta itu penting dalam membuat keputusan. Dalam

artian harus ada keinginan yang sunguh-sungguh bahwa keterbukaan dari fakta

tersebut dipandang oleh investor mengakibatkan perubahan yang signifikan

terhadap keseluruhan informasi yang tersedia. Kepercayaan investor terhadap

sesuatu informasi yang dapat mempengaruhi harga dikategorikan sebagai

informasi materil.37

36

Ibid.

37

(41)

3. Pengecualian Prinsip Keterbukaan di Dalam Pasar Modal

Apabila di perhatikan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam hukum pasar

modal, mengenai kewajiban keterbukaan bagi emiten sangatah banyak. Hal ini

disebabkan karena keterbukaan merupakan focus sentral dari pasar modal. Oleh

karena itu perannya membuat investor atau pemegang saham dan pelaku-pelaku

bursa memiliki informasi yang cukup kuat dan akurat dalam pengambilan

keputusan dan berinvestasi. Disisi lain dengan adanya informasi yang akurat,

dapat mengantisipasi terjadinya perbuatan curang (fraudulent acts) di pasar

modal.38

a) Informasi yang belum matang untuk disclosure. Misalnya sebuah

perusahaan pertambangan menemukan sumur baru yang belum begitu

pasti.

Walaupun begitu banyaknya pengaturan tentang keterbukaan dalam pasar

modal, ada suatu titik pengecualian dalam prinsip keterbukaan tersebut. Hal ini

disebabkan ketidak-mungkinan segala sesuatu yang ada didalam perusahaan

tersebut harus diumbar ke publik. Hanya sesuatu yang benar-benar diwajibkan dan

penting bagi umum yang dibuka kepublik. Adapun contoh dari informasi yang

tidak perlu bahkan tidak boleh disclosure adalah;

b) Informasi yang apabila didisclosure akan dimanfaatkan oleh

pesaing-pesaingnya sehingga merugikan perusahaan tersebut.

38

(42)

c) Informasi yang memang bersifat rahasia. Yang sering disebut rahasia

perusahaan. Misalnya jika ada kontrak dengan pihak ketiga, tetapi dalam

kontrak tersebut ada klausula yang menyatakan bahwa apa-apa yang ada

dalam kontrak tersebut adalah bersifat rahasia di antara pihak tersebut.39

Peraturan tentang Pengecualian dalam Keterbukaan juga terdapat Pada

peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK)

Nomor IX.E.2 tentang Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha Utama.

Penerbitan Peraturan tersebut di atas merupakan penyempurnaan dari peraturan

yang telah ada sebelumnya dan dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi

Emiten atau Perusahaan Publik dalam memperoleh akses pendanaan melalui

penerbitan surat utang yang tidak dilakukan melalui penawaran umum dan

termasuk dalam kriteria Transaksi Material. Beberapa pengecualian yang diatur

dalam Peraturan tersebut adalah

a) Memberikan pengecualian terhadap kewajiban keterbukaan informasi atas

Transaksi Material berupa penerbitan Efek bersifat utang yang nilainya

lebih besar dari 50% dari ekuitas Perusahaan dimana pembeli Efek

tersebut belum diketahui Pihaknya.

b) pengecualian atas kewajiban keterbukaan informasi maupun RUPS terkait

dengan Transaksi Material berupa penerimaan pinjaman yang diperoleh

secara langsung dari bank, perusahaan modal ventura, perusahaan

39

(43)

pembiayaan, atau perusahaan pembiayaan infrastruktur baik dari dalam

negeri maupun luar negeri.

c) Pemberian jaminan sehubungan dengan penerimaan pinjaman tersebut

juga dikecualikan dari kewajiban keterbukaan informasi maupun RUPS.

Peraturan ini dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi emiten atau

perusahaan publik dalam memperoleh akses pendanaan melalui penerbitan surat

utang yang tidak dilakukan melalui penawaran umum dan termasuk dalam kriteria

transaksi material.40

4. Pelanggaran Terhadap Prinsip Keterbukaan di Dalam Pasar Modal

Pada umumnya praktek yang dilarang dalam pasar modal sering berkaitan

dengan adanya pelanggaran prinsip keterbukaan, seperti perbuatan mengeluarkan

pernyataan fakta material yang salah (materially false statement), termasuk juga

penghilangan (omission) fakta material dalam saham dan dokumen-dokumen

penawaran umum lainnya. Dalam hal ini perbuatan-perbuatan tersebut

menciptakan gambaran yang salah dari kualitas emiten, manajemen, potensi

ekonominya, saham-saham yang ditawarkan atau fakta material lainnya yang

ditawarakan. UU Pasar Modal telah membuat larangan terhadap

perbuatan-perbuatan pelanggaran dalam pasar modal. kategori perbuatan-perbuatan tersebut disebut

40

(44)

juga dengan misleading statement, dimana terdapat pernyataan yang salah

disebabkan adanya kegagalan memasukan seluruh fakta material. 41

a) Menipu atau mengelabui pihak lain dengan menggunakan sarana dan atau

cara apapun.

Pasal 78 ayat 1 UU Pasar Modal menyatakan bahwa, dilarang membuat

keteerangan tidak benar tentang fakta material atau tidak memuat keterangan

yang benar tentang fakta material yang diperlukan agar prospektus tidak

memberikan gambaran yang menyesatkan. Disamping itu juga terdapat larangan

dalam pengumuman dalam media masa yang berhubungan dengan suatu

penawaran umum. UU Pasar Modal secara tegas telah memuat perbuatan ini

dalam kategori yang diatur dalam Bab XI tentang Penipuan, Manipulasi Pasr dan

Perdagangan Orang.

Pasar 90 UU Pasar Modal menyatakan bahwa, Dalam kegiatan

perdagangan efek, setiap pihak secara langsung atau tidak langsung :

b) Turut serta menipu atau mengelabui Pihak lain; dan

c) Membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta yang material atau tidak

mengungkapkan fakta yang material agar pernyataan yang dibuat tidak

menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada saat pernyataan dibuat

dengan maksud untuk menguntungkan atau menghindarkan kerugian

41

(45)

untuk diri sendiri atau Pihak lain atau dengan tujuan mempengaruhi Pihak

lain untuk membeli atau menjual Efek.

Pasar 91 UU Pasar Modal menyatakan, “bahwa Setiap Pihak dilarang

melakukan tindakan, baik langsung maupun tidak langsung, dengan tujuan untuk

menciptakan gambaran semu atau menyesatkan mengenai kegiatan perdagangan,

keadaan pasar, atau harga Efek di Bursa Efek.”

Pasar 92 UU Pasar Modal menyatakan “Setiap Pihak, baik sendiri-sendiri

maupun bersama-sama dengan Pihak lain, dilarang melakukan 2 (dua) transaksi

Efek atau lebih, baik langsung maupun tidak langsung, sehingga menyebabkan

harga Efek di Bursa Efek tetap, naik, atau turun dengan tujuan mempengaruhi

Pihak lain untuk membeli, menjual, atau menahan Efek.”

Contoh pelanggaran ketentuan ini dapat dilihat dari manipulasi pasar dalam

bentuk praktek cornering yaitu praktek penguasaan pasokan saham tertentu yang

beredar dipasar sehingga persediaan terbatas dan harga saham naik secara tidak

normal. Disini pelaku cornering dapat menentukan harga saham di brusa secara

semu sampai pada titik yang diinginkannya. sebab harga saham ini tidak

berdasarkan pada kekuatan permintaan jual atau beli saham yang sebenarnya,

melainkan harga saham rekayasa dengan cara melakukan transaksi semu.42

Pasar 93 UU Pasar Modal menyatakan “Setiap Pihak dilarang, dengan cara

apa pun, membuat pernyataan atau memberikan keterangan yang secara material

42

(46)

tidak benar atau menyesatkan sehingga mempengaruhi harga Efek di Bursa Efek

apabila pada saat pernyataan dibuat atau keterangan diberikan (a) Pihak yang

bersangkutan mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa pernyataan atau

keterangan tersebut secara material tidak benar atau menyesatkan; atau(b) Pihak

yang bersangkutan tidak cukup berhati-hati dalam menentukan kebenaran material

dari pernyataan atau keterangan tersebut.

Ketentuan ini menunjuk pada kasus pelanggaran dalam bentuk misrepresentation

atau omission yang pada gilirannya menyesatkan.

Sisi lain dari praktek yang dilarang lainnya dapat dilihat dari pelanggaran

prinsip keterbukaan perdagangan orang dalam atau dikeal sebagai Inside trading.

Inside trading adalah perdagangan saham oleh orang dalam untuk memanipulasi

harga saham atau praktik perdagangan saham dengan memanfatkan informasi

orang dalam. Inside trading sendiri adalah praktek yang dilakukan oleh orang

dalam yang memanfaatkan informasi penting untuk melakukan pembelian atau

penjualan atas efek perusahaan yang dimaksud. Yang dimaksud dengan orang

dalam disini meliputi direksi, komisaris, atau siapa saja yang posisinya

memperoleh informasi dari orang dalam.43 Oleh karena informasi ini milik orang

dalam, investor publik lain tentu belum tau, dan ketika informasi tersebar, harga

saham dapat berubah drastis dan menimbulkan potensi keuntungan besar bagi si

pemilik informasi.

43

(47)

B. Penerapan Keterbukaan di Lihat Dari Sudut Pandang Pasar Modal

1. Pengertian dan Aspek Keterbukaan Pada Pasar Modal

Kegiatan didalam pasar modal adalah kewajiban pihak-pihak dalam suatu

penawaran umum untuk memperhatikan dan memenuhi prinsip keterbukaan.

Menurut UU Pasar Modal Pasal 1 angka 25 disebutkan yang dimaksud dengan

keterbukaan adalah pedoman umum yang mensyaratkan emiten, perusahaan

public dan pihak lain yang tunduk pada undang-undang ini untuk

menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh informasi

material mengenai usahanya atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap

keputusan pemodal terhadap efek dimaksud dan atau harga efek tersebut.

Setiap pihak yang melakukan penawaran tender untuk pembelian efek

emiten atau perusahaan public wajib mengikuti ketentuan mengenai keterbukaan,

kewajaran dan pelaporan yang ditetapkan oleh bapepam. Prinsip keterbukaan

meliputi dua fase, yaitu masa sebelum pendaftaran dan masa sesudah pendaftaran.

Masa sebelum pendaftaran dimulai pada saat perusahaan ingin melakukan go

public, dan proses go public itu sendiri sudah mengharuskan emiten terbuka.

Keterbukaan masa sebelum pendaftaran umumnya tercermin dari

prospektusnya.44

Prinsip-prinsip tersebut belum mendapat komitmen yang tegas dari OJK

sehingga muncul banyak celah untuk diselewengkan emiten. Prospektus bukan

lagi merupakan sarana transparansi, tetapi lebih merupakan ajang untuk promosi,

44

(48)

yang kecendrungan memperindah informasi. Dipandang dari sudut format

pengungkapan, yang seharusnya dilarang secara tegas adalah keterangan yang

salah, keterangan setengah benar, dan sama sekali diam terhadap fakta material.

Sedangkan yang dilarang dalam undang-undang pasar modal pada umumnya

adalah pemalsuan dan penipuan, pernyataan tidak benar atau menyembunyikan

fakta, manipulasi pasar, insider traiding, dan larangan yang bersangkutan dengan

reksa dana.45

Setidak-tidaknya ada tiga fungsi prinsip keterbukaan dalam pasar modal.

Pertama, untuk memelihara kepercayaan publik terhadap pasar. Semakin jelas Penekanan untuk mencermati pelaksanaan prinsip keterbukaan dalam

pasar modal Indonesia adalah langkah yang tepat dilakukan, mengingat terdapat

berbagai masalah hukum yang timbul dalam pelaksanaan prinsip keterbukaan

tersebut. Jika diperhatikan secara mendalam ternyata beberapa peraturan yang

terdapat dalam UUPM masih bersifat tidak cukup terperinci. UU ini tidak

mengatur secara terperinci mengenai standar penentuan informasi yang

mengandung fakta materil. Apabila suatu kejadian sulit untuk ditentukan sebagai

suatu informasi atau fakta materill, maka konsep kewajiban untuk menyampaikan

informasi menjadi terhambat dan sulit pula menentukan telah terjadinya

pernyataan menyesatkan tergantung pada adanya pengungkapan yang salah atau

pemberian informasi yang kurang lengkap atas peristiwa atau kejadian yang

mengandung fakta materill.

45

(49)

informasi perusahaan, maka keinginan investor untuk melakukan investasi makin

tinggi. Sebaliknya, ketiadaan atau kekurangan serta ketertutupan informasi dapat

menimbulkan ketidakpastian bagi investor dan konsekuensinya menimbulkan

ketidakpercayaan investor tersebut dalam melakukan investasi melalui pasar

modal.46

Kedua, prinsip keterbukaan berfungsi untuk menciptakan mekanisme pasar yang

efisien.47 Filosofi ini didasarkan pada konstruksi pemberian informasi secara

penuh sehingga menciptakan pasar modal yang effisien, yaitu harga saham

sepenuhnya merupakan refleksi dari seluruh informasi yang tersedia. Dengan

demikian, prinsip keterbukaan dapat berperan dalam meningkatkan supply

informasi yang benar48

Ketiga, prinsip keterbukaan penting untuk mencegah penipuan (fraud). Sangat

baik untuk dipahami yang pernah diungkapkan oleh Barry A.K Rider: “Sun Light

is the best Disinfectant and electric light the best policeman”.

agar dapat ditetapkan harga pasar yang akurat. Oleh

karena itu, semua informasi yang relevan mengenai apa yang ada dan aka nada

harus dikemukakan. Jika tidak, mereka akan kehilangan kesempatan menjual

sahamnya.

49

46

Frank H. Easterbrook dan Daniel R. Fishel, “Mandatory Disclosure and the protection of investor”, Virginia Law Review, vol. 70, 1984, hal. 673.

47

Lyan A. Stout “ The Unimfortance of Being Efficient: An Economic Analysis of Stock Market Pricing and Securities Regulation” , Michigan Law Review, vol. 87, Desember 1989, hal. 912-913.

48

Op cit,. hal. 297-299.

49

Barry A.K. Rider, “Global Trends in securities Regulation: The changing Legal Climate”, Dick Climate. J Int’IL, Spring 1995.

Dia menyatakan

(50)

lebih banyak tergantung pada informasi apa yang harus diungkapkan dan kepada

siapa informasi disampaikan.50

2. Tujuan Terbentuknya Keterbukaan di Dalam Pasar Modal

Tanpa upaya pembenahan prinsip keterbukaan terhadap masalah-masalah

yang timbul menyebabkan tujuan prinsip keterbukaan tidak tercapai dan pada

akhirnya mengakibatkan pasar modal mengalami distorsi atau menjadi tidak

efisien. Pengungkapan informasi tentang fakta materill secara akurat dan penuh

diperkirakan dapat merealisasikan tujuan prinsip keterbukaan dan mengantisipasi

timbulnya pernyataan menyesatkan bagi investor.

Menurut Bismar Nasution setidaknya ada tiga tujuan Keterbukaan

(Disclosure) dalam Pasar Modal yang antara lain adalah :51

a) Untuk memelihara kepercayaan publik terhadap pasar.

Dalam hal ini kepercayaan investor sangat relevan ketika munculnya

ketidakpercayaan publik terhadap pasar modal yang pada gilirannya

mengakibatkan pelarian modal (capital flight) secara besar-besaran dan seterusnya

dapat mengakibatkan kehancuran pasar modal (bursa saham).

b) Menciptakan mekanisme pasar yang efisien.

50

Ibid

51

Referensi

Dokumen terkait

Ketiga : Menunjuk dan Mengangkat mereka yang namanya tercantum dalam Daftar Lampiran Surat Keputusan ini sebagai Pembantu Petugas Keluarga Berencana Desa dan Sub Desa pada SKPD di

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Hibah …..……….. Surabaya, 00 – 00 –

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keadaan dan hubungan antara kualitas perencanaan pembelajaran dengan kinerja dalam pelaksanaan pembelajaran guru fisika

Dalam konteks ini, penulis sependapat dengan pernyataan Amstrong terhadap ketidaksempurnaan istilah fundamentalisme, tetapi bagaimanapun ia merupakan tipe ideal yang berguna

Dari tiga belas (13) tenaga kesehatan yang ada, mereka harus melayani lima desa yaitu desa Kolbano, desa Spaha, desa Pene Selatan, desa Noesiu, dan desa Oetuke dengan

Setelah melihat pandangan Marx tentang pekerjaan manusia, kita akan melihat lebih jauh bagaimana manusia merasa terasing dalam pekerjaannya yang seharusnya

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anemia pada ibu bersalin RSUD Muntilan meliputi anemia sebanyak 18 orang (48.6 %)dan ibu yang tidak mengalami anemia sebanyak

In this study, the interaction between Cd (II) ions with NIP and Cd(II)-IIP adsorbents dominated by the hydrogen bond formation mechanism shows that Cd (II) ion interaction with