• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETERASINGAN MANUSIA DALAM PEKERJAAN DAN (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KETERASINGAN MANUSIA DALAM PEKERJAAN DAN (1)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

KETERASINGAN MANUSIA DALAM PEKERJAAN DAN UPAYA PEMBEBASANNYA MENURUT KARL MARX

(Sebuah Tinjauan Filosofis-Kritis)

ALBERTUS SANGA KELANG Email : sangaalbertus@ymail.com

Guru SMP Santo Yosef Duri

Abstraksi

Manusia itu luhur dan bermartabat. Dalam dan melalui pekerjaannya manusia dapat mengungkapkan kualitas dirinya, mengobyektivasi dirinya, dan mewujudkan sisi sosialnya. Sayangnya dalam masyarakat kapitalis manusia mengalami keterasingan. Marx, seorang tokoh yang berupaya menciptakan kondisi hidup yeng lebih baik, berupaya agar manusia dibebaskan dari keterasingan yang dialaminya. Pembebasan ini adalah dengan jalan penghapusan sistem hak milik pribadi atas alat-alat produksi dengan jalan revolusi yang manusiawi, tanpa kekerasan. Dengan begitu terbentuklah masyarakat tanpa kelas. Di dalam masyarakat inilah manusia secara utuh mewujudkan kualitas-kualitas dirinya.

Kata kunci : Pekerjaan sebagai sarana bagi manusia untuk menjadi dirinya sendiri

Latar Belakang

Bangsa Indonesia memiliki pengalaman pahit dalam sejarahnya, salah satunya terkait peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G 30 S/PKI). Pemberangusan terhadap PKI sebagai dalang pemberontakan ini juga disertai dengan larangan untuk mempelajari Marxisme-Leninisme, walaupun secara terbatas, terbuka kemungkinan untuk mempelajarinya, sebagaimana terungkap dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara(MPRS) No. 23 pasal, 3 Tahun 1966, yang berbunyi:

Khususnya mengenai Kegiatan mempelajari secara ilmiah seperti pada universitas-universitas, faham komunis/Marxisme-Leninisme dalam rangka mengamankan Pancasila dapat dilakukan secara terpimpin, dengan ketentuan bahwa pemerintah dan DPR-GR diharuskan mengadakan perundang-undangan untuk pengamanan.

(2)

kritis-argumentatif, tetapi ditabukan dan diharamkan. Di sisi lain, sejarah mencatat pemikiran Marx begitu luas pengaruhnya bahkan menjadi ideologi perjuangan kaum buruh pada akhir abad ke-19 dan mendasari gerakan pembebasan sosial pada abad ke-20. Marx adalah seorang tokoh yang berupaya agar manusia terbebaskan dari pelbagai bentuk alienasi dalam masyarakat. Ia berupaya agar filsafatnya tidak hanya tinggal pada tataran teoritis semata, tetapi berdayaguna dalam praksis, yakni berguna untuk menciptakan kondisi-kondisi hidup yang lebih baik. Dengan latar belakang inilah penulis sendiri tertarik untuk melihat pemikiran Marx ini secara kritis. Satu catatan penting bahwa mempelajarinya tidak berarti menjadikannya sebagai ideologi.

Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dalam membicarakan ajaran Marx lazim dibedakan antara ajaran “Marx muda” dan “Marx tua”. Pembedaan ini terutama menyangkut gaya berpikir Marx. Dalam tulisan yang sangat singkat ini, kita akan menyoroti pemikiran Marx muda, yang juga menjadi dasar gagasan Marx selanjutnya, dan secara lebih spesifik tentang analisisnya mengenai suatu aspek penting dalam hidup manusia, yakni pemikirannya mengenai pekerjaan manusia.

Marx dalam bukunya Okononishe-philosophische Manuskripte, (Naskah-naskah Paris 1844), melihat bahwa dalam sistem masyarakat kapitalis manusia mengalami keterasingan dalam pekerjaannya, yang adalah unsur hakiki perealisasian dirinya. Ia juga mendorong diupayakan sebuah jalan keluar yaitu, penghapusan Sistem Hak Milik Pribadi atas alat-alat produksi, yang menjadi inti Sistem Kapitalis. Jalan keluar itu adalah revolusi yang “manusiawi” yang dimotori oleh kelas proletar. Pada saat inilah manusia akan terbebas dari keterasingannya dalam pekerjaan dan hidup bebas dalam masyarakat tanpa kelas.

(3)

Karena masalah keterasingan manusia dalam pekerjaan merupakan uraian filosofis Marx mengenai manusia, maka topik ini termasuk dalam disiplin filsafat manusia, karena perihal manusia yang bekerja (homo faber) memang merupakan salah satu wacana filsafat manusia.

Tujuan Penulisan

Adapun tulisan ini dimaksudkan untuk:

1. Menghadapi secara kritis-argumentatif ideologi yang membahayakan kehidupan berbangsa dan bernegara.

2. Lebih terbukanya wawasan untuk mencermati fenomena-fenomena keterasingan manusia dalam pekerjaan dalam sistem kapitalisme.

3. Menambah wawasan bahwa pekerjaan kita memiliki arti penting bagi hidup manusia dan karenanya suasana kerja yang baik dan manusiawi sangat diperlukan.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang dipakai penulis dalam tulisan ini adalah metode penelitian kepustakaan. Penulis mengumpulkan sumber-sumber yang berhubungan dengan tema yang digarap, mempelajarinya, kemudian membuat sebuah outline untuk mengembangkan tulisan ini. Secara deskriptif-kritis tulisan ini disajikan. Penulis terlebih dahulu memaparkan pemikiran Marx tentang keterasingan manusia dalam pekerjaan dan upaya pembebasannya dan selanjutnya penulis memberi penilaian kritis atas pemikiran Marx: keunggulan dan kelemahannya.

Keterasingan Manusia dalam Pekerjaan

Sebelum melihat lebih jauh tentang topik ini, kita akan melihat sedikit riwayat hidupnya, yang juga sangat mempengaruhi pemikiran-pemikirannya.

A. Riwayat hidup singkat

(4)

Heirietta Philips. Ayahnya seorang pengacara. Tahun 1836 ia lulus Gymnasium dan disuruh ayahnya belajar ilmu hukum di Bonn agar dapat mengikuti jejak ayahnya. Ia tidak betah belajar ilmu hukum, ia lebih tertarik menjadi penyair. Ia pun pindah ke universitas Berlin dan mulai belajar Filsafat.

Di universitas ini ia bergabung dengan “Klub Para Doktor” dan tertarik mendalami filsafat Hegel karena filsafat politik yang diajarkannya menempatkan rasionalitas dan kebebasan sebagai nilai tertinggi. Ia menyakini bahwa filsafat hegel ini menjadi alat yang tepat untuk mengkritik situasi negerinya ditandai oleh: penghapusan undang-undang dasar yang memberi kebebasan lebih banyak kepada rakyat, sensor yang ketat terhadap pers, pengawasan dan penahanan terhadap guru besar di universitas yang kritis.

Pada tahun 1841 Marx dipromosikan sebagai doktor filsafat oleh universitas Jena berdasarkan disertasinya tentang filsafat Demokritos dan Epikuros. Ia kemudian pindah ke Koln dan menjadi pemimpin sebuah harian radikal Die Rheinische Zeitung. Mendapat tekanan dari pemerintahnya ia kemudian pindah ke Paris. Sebelum pindah ia menikah dengan Freiherr Ludwig von Westphalen.

Di Paris ia bertemu dengan Friedrich Engels yang ekmudian menjadi teman karib selama hidupnya. Ia juga berteman dengan tokoh-tokoh sosialis Prancis seperti Proudhon. Di Paris inilah ia menjadi seorang sosialis. Artinya, Marx menerima anggapan dasar sosialisme yaitu bahwa sumber segala masalah sosial terletak pada hak milik pribadi. Tahun 1845, ia ke Brussel, Belgia setelah diusir oleh pemerintah Prancis.Ia kemudian kembali lagi ke London. Di kota ini ia hidup sangat menderita, bahkan ada empat orang anaknya meninggal pada 1862. Ia teguh pada pendiriannya yakni, tidak mau menjadi alat bagi masyarakat borjuis untuk menjadi “mesin” penghasil uang.

(5)

B. Pengertian Keterasingan

Keterasingan atau alienasi berakar dalam kata Bahasa Latin alienatio yang berarti penyerahan, pemindahan ke tangan lain, pemindahan hak, hal memisahkan diri, keadaan tak sadarkan diri. Kata ini mempunyai pengertian yang berbeda dalam pelbagai sudut pandang keilmuan seperti Ilmu Hukum, Ilmu Psikologi dan Ilmu Sosial. Dalam fisafat, Hegel, justru melihat keterasingan secara positip, yakni suatu upaya untuk menemukan identitas diri yang penuh.

Marx mendasarkan pengertiannya mengenai keterasingan (Entfremdung) pada situasi konkrit yang terjadi pada zamannya. Pengertian keterasingan ditempatkannya dalam analisisnya mengenai pekerjaan. Keterasingan manusia adalah sebuah keterasingan manusia yang hidup pada kurun waktu tertentu dan tempat tertentu dalam pekerjaan. Manusia sebagai makhluk pekerja (homo faber) seharusnya menjadi bebas, senang dan bahagia dalam dan melalui pekerjaannya. Akan tetapi, pada masa Marx hidup justru manusia manusia yang hidup dalam lilitan sistem Kapitalisme justru mengalami keterasingan. Keterasingan yang dialami manusia dalam pekerjaannya ini juga mengakibatkan keterasingan dalam bidang sosial dan ideologis. Keterasingan menurut Marx adalah keterasingan manusia dalam kpekerjaan, yakni keadaan di mana manusia sebagai makhluk pekerja tidak mengalami keutuhan dirinya dalam dan melalui pekerjaan.

C. Bentuk-bentuk Keterasingan 1. Agama

Marx melihat agama sebagai bentuk yang tampak dari keterasingan yang dialami manusia. Ia melihat Allah hanyalah sebagai ciptaan angan-angan manusia. Agama hanyalah sebagai pyoyeksi sifat-sifat manusia hakiki ke dalam surga, akan tetapi manusia kemudian melupakan hal itu. Manusia lalu menjadi takut dan menyembah hasil ciptaannya sendiri. Manusia seharusnya kuat, baik, adil dan tahu bukan memproyeksikannya kepada “tuhan” yang merupakan ciptaannya sendiri.

(6)

2. Negara

Menurut Marx negara bukanlah subyek yang unsur-unsurnya adalah keluarga dan masyarakat luas, melainkan keluarga dan masyarakat luas adalah pengandaian-pengandaian, prasyarat, bagi adanya negara. Marx hendak mengatakan bahwa dalam negaralah ditemui akar keterasingan manusia, terutama dari sifatnya yang sosial. Negara seharusnya menjadi obyek dari masyarakat. Di dalam negara, orang bekerja dan bekerja sama bukan karena membutuhkan sesamanya , tetapi saling bersaing untuk memenuhi kebutuhan masing-masing. Marx sangat menghargai manusia, oleh karenanya negara sebagai lembaga penekan yang memaksa manusia untuk bersifat sosial harus dihapus. Penghapusan ini akan diikuti dengan terbentuknya masyarakat akhir “komunisme” di mana manusia akan baik dan bersifat sosial dengan sendirinya.

D. Keterasingan Manusia dalam Pekerjaan

1. Pekerjaan sebagai sarana bagi manusia menjadi dirinya sendiri Pekerjaan merupakan tindakan hakiki manusia yang mengungkapkan siapa dirinya. Dalam dan melalui pekerjaan manusia mengungkapkan kualitas-kualitas dirinya.

- Pekerjaan sebagai kegiatan yang khas manusiawi

Pekerjaan, dalam pemahaman Marx, adalah sebagai kegiatan yang khas manusiawi. Ia membandingkannya dengan kegiatan binatang. Binatang dapat hidup, memenuhi kebutuhan hidupnya, dengan langsung mengkonsumsi apa yang disediakan oleh alam. Manusia harus terlebih dahulu mengolah alam, baik alam obyektif, maupun alam subyektif (yakni kemampuan-kemampuan alami manusia) untuk memenuhi kebutuhannya,

(7)

mewujudkan satu kebutuhannya dengan berbagai pilihan yang disediakan alam, misalnya membuat rumah dari batu, kayu atau rumput. Akan tetapi ia juga dapat mempergunakan alam untk pelbagai pilihan kebutuhannya. Ia mungkin saja menggunakan potongan kayu yang sama untuk kayu bakar, kaki kursi atau patung.

- Pekerjaan sebagai Obyektivasi diri manusia

Pekerjaan juga adalah realisasi diri manusia. Sarana untuk itu adalah obyektivasi, dimana manusia membuat dirinya nyata. Marx yakin bahwa manusia mencapai kenyataan yang sepenuhnya, apalagi dalam pekerjaan ia mewujudkan diri tidka hanya seperti dalam kesadaran secara intelektual, melainkan dalam berkarya secara nyata, sehinggga ia memandang dirinya sendiri dalam dunia yang diciptakannya sendiri.

Dengan pekerjaannya manusia memberi bentuk baru pada bentuk alamiah. Alam dimanusiawikan, diberi bentuk baru, di mana manusia mengobyektivasikan dirinya. Ia tahu siapa dirinya, ia tidak berkhayal; pekerjaan membuktikan bahwa ia sungguh nyata. Ini juga menjadi alasan manusia menjadi bangga pada hasil pekerjaannnya. Oleh karena itu apabila struktur masyarakat mengijinkan, manusia lebih senang menghadiahkan hasil pekerjaannnya kepada orang lain daripada menjualnya.

- Pekerjaan dan sifat sosial manusia

(8)

2. Sistem Ekonomi Kapitalis dan Hak Milik Pribadi

Setelah melihat pandangan Marx tentang pekerjaan manusia, kita akan melihat lebih jauh bagaimana manusia merasa terasing dalam pekerjaannya yang seharusnya menjadi wahana baginya untuk menjadi dirinya sendiri. Pemikiran Marx ini dimengerti dalam kaitannya dengan penggolongan manusia dalam tiga tahap kehidupan. Tahap pertama adalah masa purba, yakni masyarakat manusia belum mengenal pembagian kerja. Tahap kedua adalah tahap pebagian kerja, sekaligus tahap hak milik pribadi dan tahap keterasingan. Tahap ketiga adalah tahap kebebasan yang ditandai dengan penghapusan hak milik pribadi.

Pada tahap kedua inilah yang disebut juga tahap sistem ekonomi kapitalis. Salah satu ciri yang kuat dalam sistem ini adalah tindakan manusia ditujukan untuk memperoleh uang. Kebutuhan sesama bukanlah urusan saya; dan kalaupun saya bersedia memenuhinya, itu hanya sejauh saya memperoleh keuntungan. Jadi, tindakan saya bukan demi sesuatu yang bernilai pada dirinya sendiri, melainkan demi uang.

Keterasingan dari sesama dapat dilihat dari kenyatan bahwa kebutuhan sesama tidak mendesak saya untuk membantu memenuhi kebutuhan itu, walaupun saya mampu. Walaupun orang lain lapar, misalnya, dan ia tidak mempunyai uang, saya tidak harus memberinya makan. Di sisi lain, kalau saja saya mempunyai uang, meskipun saya tidak lapar, saya dapat membeli makanan sesuka saya. Demikian juga halnya tindakan-tindakan lain, yang seharusnya bernilai dalam dirinya sendiri.

3. Keterasingan manusia dalam pekerjaan

Sistem Hak Milik Pribadi, tahap kedua, membuat manusia mengalami keterasingan. Terhadap siapa sajakah ia terasing?

a. terasing dari diri sendiri

(9)

Marx mengatakan:”Semakin di pekerja menghasilkan pekerjaan, semakin ia, dunia batinnya menjadi miskin”.

Dalam masyarakat kapitas pekerja diasingkan dari hasil pekerjaannya. Akibat lanjutnya pekerja tidak merasa bahwa pekerjaannnya berarti bagi dirinya sendiri. Tindakan bekerja yang seharusnya menjadi wahana realisasi hakikatnya yang universal dan bebas, ternyata tidak terjadi . Ia tidak bekerja dengan dorongan batin dan hasratnya melainkan terpaksa sesuai dengan keinginan pemilik pabrik, pemilik alat-alat produksi. Ia sungguh mengalami paksaan. Ia mengalami keterasingan.

Tindakan bekerja hanya dilihat sebagai sarana memenuhi kebutuhan fisik semata. Ini memiskinkan diri manusia. Maka, saat-saat yang paling dinantikan adalah waktu pekerjaan di pabrik telah selesai dan ia dapat pulang ke rumah.

Tidak hanya buruh yang mengalami keterasingan, majikan juga diasingkan dari hakikatnya. Majikan juga adalah manusia yang seharusnya mengembangkan dirinya. Pada kenyataannya ia hanya secara pasif menikmati hasil pekerjaan orang lain. Bedanya keterasingan anatara majikan dan buruh adalah: majikan mengalami sudut madunya, sedangkan buruh mengalami sudut pahitnya.

b. Terasing dari orang lain

Dalam proses produksi, dalam kerja pada Sistem Ekonomi Kapitalis, manusia mengalami keterasingan dari hakikatnya. Ia juga mengalami keterasingan dari sesamanya, keterasingan manusia dari manusia. Sistem ini mengakibatkan masyarakat terpecah ke dalamkelas pekerja dan kelas pemilik alat-alat produksi. Perpecahan ini disebabkan oleh pemerasan yang dilakukan kelas alat-alat produksi terhadap kelas pekerja, yang bekerja di bawah kekuasaan para pemilik alat-alat produksi. Tujuan keduanya berbeda; si pemilik berusaha mendapatkan keuntunagn sebanyak-banyaknya sedangaan para pekerja berupaya mendapatkan upah yang tinggi dan kondisi kerja yang memadai. Oleh sebab itu, buruh dan majikan saling mengalami keterasingan.

(10)

mereka seperti yang digambarkan Thomas hobbes “homo homini lupus”, manusia menjadi serigala bagi sesamanya.

Akibat dari saling teraasing inilah muncul masyarakat kelas. Masyarakat kelas adalah golongan sosial sebuah tatanan masyarakat yang ditentukan oleh posisi tertentu dalam proses produksi. Masyarakat secara subyektif menyadi dirinya merupakan kelompok khusus dalam masyarakat yang mempunyai kepentingan sendiri dan berjuang untuk mewujudkan kepentingannya tersebut.

c. Terbentuknya kelas borjuis dan kelas proletar.

Kesadaran akan kepentingan yang berbeda inilah yang membuat manusia terkoptasi dalam dua kelas yang saling berlawanan, yakni kelas borjuis, pemilik alat-alat produksi dan kelas proletar, kelas buruh atau kelas bawah. Kelas proletar tidak memiliki alat-alat produksi, tidak memiliki tempat dan sarana bekerja, tetapi mereka ingin bekerja. Mereka terpaksa menjual tenaga kerjanya kepada kelas borjuis. Mereka tidak memiliki obyektivasi diri dan tindakan bekerja mereka.

Hubungan antara kelas borjuis dan kelas proletar adala hubungan kekuasaan, yang satu berkuasa atas yang lain, Kekuasan yang dimaksud adalah kemampuan kelas borjuis untuk meniadakan kesempatan untuk bekerja dan memperoleh nafkah hidup kelas proletar.

Manusia, dalam dan melalui pekerjaannya, berupaya mewujudkan dirinya sebagai maklhuk yang bebas dan universal. Ia juga berupaya agar pekerjaan, obyektivasi dirinya, sungguh menampilakn kualitas-kualitas dirinya dan sekaligus juga sifat sosialnya. Akan tetapi, dalam masyarakat kapitalis, yang memungkinkan hak milik pribadi secara hampir tak terbatas, manus justru mengalami keterasingan dari diri sendiri dan orang lain. Manusia jatuh ke dalam kelas-kelas masyarakat, borjuis dan proletar, yang secara hakiki saling berlawanan. Situasi seperti inilah yang disebut Marx sebagai situasi keterasingan (entfremdung) yang dialami manusia.

E. Upaya Pembebasan Manusia dari Keterasingannya dalam pekerjaan

(11)

progresif-revolusioner, sedangkan kelas borjuis mengambil sikap konservatif. Maka, tidak ada jalan alin untuk mengadakan perubahan selain revolusi.

Revolusi, sebagai jalan pembebasan dari alienasi, yang dimaksud adalah revolusi yang “manusiawi”. Revolusi yang berhakikatkan penghapusan sistem hak milik pribadi. Revolusi ini membongkar sampai ke akar-akar permasalahan sistem yang menindas. Revolusi ini dialektis, bukan anarkis. Agen utamanya penggeraknya adalah proletariat, yang sungguh sadar akan ketertindasan mereka dan ingin membebaskan diri dari ketertindasannya.

Hasil dari revolusi ini adalah terbentuknya masyarakat tanpa kelas; sebuah masyarakat di mana alat-alat produksi dari segala hasil produksi manusia menjadi milik bersama. Dalam masyarakat ini manusia bebas dari keterasingannya dengan alam, dengan sesama dan terutama dengan dirinya sendiri dalam pekerjaan. Manusia akan sungguh mengalami perkembangan kemanusiannya yang utuh.

Tinjauan Kritis

a. Keungulan Pemikiran Marx

- Menurut Marx manusia adalah makhluk yang bernialai pada dirinya sendiri. Manusia tidak boleh diperalat atau memperalat dirinya demi kepentingan produksi, uang, bahkan demi kelangsungan hidupnya sendiri. Manusia bebas mengungkapkan kualitas-kualitas dirinya bagi orang lain. Ia makhluk individual sekalugus makhluk sosial.

- Pekerjaan merupakan sarana bagi manusia untuk menjadi dirinya sendiri. Pekerjaan merupakan perwujudan dasariah dari tindakan manusia.

(12)

- Analsis Marx tentang negara membantu kita melihat secara kritis setiap klaim pemerintah atas kebijakan yang dikeluarkannya sebagai “demi kepentingan masyarakat”, yang ternyata kadang-kadang demi kepentingan pihak-pihak tertentu saja.

- Analsis Marx tentang kelas sosial, menurut Magnis-Suseno, memperkaya kemampuan kita memahami dinamika perubahan sosial; karena adanya orang miskin dan kaya, burh dan pemilik alat-alat produksi, serta hubungan kekuasaan yang tidak adil di antara mereka, merupak kenyataan.

- Analisis Marx tentang masyarakat kapitalais juag menolong kita agar melihat secara kritis kemungkinan-kemungkinan manipulatif yang disajikan kapitalisme, sebab kenyataannya kebutuhan manusia tampaknya tidak perna bisa terpenuhi secara tuntas

- Dari analisisnya tentang pekerjaan manusia, Marx membantu kita agar dalam menyelesaiakan suatu persoalan dalama masyarakat hendaknya menyentuh akar permasalahan dengan bertolak dari kenyataan yang ada. Di samping itu, kita harus tetap punya cita-cita, walaupun merupak hal yang utopis. Yang penting adalah daya juang yang terkandung secara implisit dalam cita-cita itu, untuk membangun kondisi hidup yang lebih baik

b. Kelemahan Pemikiran Marx

(13)

dimensi ketiga realisasi diri manusia yang tidak dapat direduksi ke dalam kedua dimensi di atas, yaitu keterbukaannya terhadap Yang Transenden.

- Adanya keterasingan dalam industri modern adalah sebuah kenyataan yang tidak bisa dipungkiri. Akan tetapi, apakah tepat menyamakan keterasingan dengan pekerjaan upahan? Menurut Magnis-Suseno, kita dapat bertanya lebih lanjut: apakah menerima upah saja dengan sendirinya sudah menjadi terasing? Tidakkah pembayaran upah merupakan langkah praktis untuk mengatur pembagian hasil kerja? Marx tampaknya kurang jeli memilah penyebab keterasingan yang sesungguhnya, yaitu sistem upah sendiri dan pelbagai ketidakwajaran yang sering terjadi di dalam sistem upah tersebut. Peningkatan keadilan dan perbaikan syarat-syarat kerja di dalam sistem inilah yang sebenarnya perlu dibenahi. Yang buruk adalah orang bekerja hanya demi upah; karena pekerjaan lalu menjadi hal yang tidak meyenangkan dan mengembangkan manusia. Oleh karena itu, ketika orang bekerja dengan motivasi demi pengembangkan diri, selain dari peningkatan kesejahteraan hidup dan tat kala terdapat kondidi-kondisi kerja yang cukup memadai, maka upaya perbaikan terus menerus dapat mulai dibangun dari sini. - Tentang sistem hak milik Pribadi atas alat-alat produksi. Sistem ini netral. Sistem

ini pertama-tama dimaksudkan sebagai bentuk organisasi pekerjaan dan alokasi hasil pekerjaan. Soalnya bukan pada sistem ini sendiri (an sich), tetapi pada pembagiannya (keadilan distributif). Yang buruk adalah pembagian kepemilikan secara tidak adil; termasuk peraampasan hasil kerja oleh pihak berkuasa, baik pembuat keputusan, maupun pemilik modal.

- Tentang Agama. Menurutt Marx agama adalah buatan manusia. Marx lupa, tidak mau tahu, bahwa agama-agama besar (Kristen dan Islam) adalah agam yang lahir dari Wahyu Ilahi. Hal ini melampaui rasionalitas manusia, tetapi tidak bertentangan dengan akal budi manusia – yang terbatas.

(14)

tidak terjadi kerancuan; juga menjadi penyelenggara kebutuhan-kebutuhan publik seperti pendidikan, lalu-lintas, jaminanan sosial, dan lain-lain, sejauh masyarakat atau anggotanya tidak sanggup melaksanakannya sendiri. Negara juga berperan sebagai penjamin kesatuan masyarakat. Negara juga berperan sebagai pelindung hak asasi manusia.

- Marx memandang agama, moralitas dan filsafat tidak lebih dari “alat” legitimasi ideoligis struktur-struktur kekuasaan penindas yang ada. Marx, menurut Magnis-Suseno, bertolak dari sebuah pengandaian bahwa manusia mempunya kecenderungan untuk merasionalisasikan kepentingan-kepentingan egoisme sebagai nilai universal. Hal ini didukung pula oleh kenyataan bahwa moalitas, nilai-nilai budaya serta agama kadang-kadang digunakan secara ideologis untuk membenarkan kedudukan kelas yng berkuasa. Akan tetapi kita juga dapat bertanya mengapa agama-agama besar dan niali-nilai budaya dan moral dapat mempertahankan diri ketika terjadi perubahan sosial menyeluruh utnk ,\mengubah struktur kepentingan? Ini menunjukkan kekekliruan Marx dalam menilai agama, moraitas dan filsafat, karena memang ketiga hal ini ternyata sungguh memiliki kebenaran dalam dirinya sendiri (walaupun memang tetap dapat dimanupulasi). - Tentang Pembebasan manusia dari keterasingan, Bagi Marx ini adalah hasil

perjuangan kelas proletar. Marx memutlakan peran kelas ini. Ia tidak memperhitungkan peran agama dan pemimpin kharismatis dalam proses perubahan masyarakat.

- Tentang revolusi sebagai jalan perubahan sosial. Jurgen Habermas mengingatkan pentingnya komunikasi, yakni mencari solusi bersama dengan mengedepenkan kepentingan bersama,

(15)

Kesimpulan

Manusia itu luhur dan bermartabat. Keluhuran martabat manusia itu dapat dimanupulasi secara ideologis. Dengan manipulasi ini manusia mengalami keterasingan. Marx dalam uraiannya mengenai Keterasingan manusia dalam pekerjaan mendesak diupayakan sebuah langkah pembebasan. Pembebasan ini adalah dengan jalan penghapusan sistem hak milik pribadi atas alat-alat produksi dengan jalan revolusi. Pandangan Marx ini sangat utopis. Akan tetapi bukankah utopia tetap dibutuhakan dalam dinamika relasi cita-cita untuk membangun sebuah masyarakat yang lebih baik. Dalam artian ini pemikiran Marx masih perlu dipahami, dibahas secara kritis dan disusikan lebih lanjut.

Kepustakaan:

Bagus, Lorens. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia, 1996

Berlin, isaiah. Biografi Karl Marx (Judul asli: Karl Marx: his Life and Enviroment) diterjemahkan oleh Eri Setiayawati Alkhatab dan Silvester G. Syukur. Surabaya: Pustaka Promethea, 2000.

Campbell, Tom. Tujuh Teori Sosial: Sketsa, Penialaian, Perbandingan (Judul asli: Seven Theories of Human Society). Diterjemahkan oleh F. Budi Hardiman. Yogyakarta: Kanisius, 1994.

Dahrendorf, Ralf. Konflik dan Konflik dalam Masyarakat Industri. (Judul asli: Class and Class Conflic in industrial Society). Diterjemahkan oleh Ali Mandan. Jakarta: Rajawali, 1986

Djanwar. Mengungkap Penghianatan/Pemberontakan G30s/PKI. Jakarta: Yreme, 1986 Elster, Jon. Marxisme: Analisis Kritis. (Judul asli: An Introduction to Karl Marx).

Diterjemahkan oleh Sudarmaji. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. 2000.

(16)

_____.Jalan Ketiga: Pembaharuan Demokrasi Sosial. (Judul asli: The Third Way: The Renewel of Social Democracy). Diterjemahkan oleh Ketut Arya Mahardika. Jakarta: Gramedia, 1993.

Hamersma, Harry. Tokoh-tokoh Filsafat Barat Modern. Jakarta: Gramedia 1983 Hardiman, Fransisco Budi. Kritik Ideologi. Yogyakarta: Kanisius, 1990.

Johnson, Doyle Paul. Teori Sosial Klasik dan Modern, Jilid 1. (Judul asli” Sociological Therory: Classical Founders and Contemporary Perspectives). Diterjemahkan oleh Robert M.Z. Lawang. Jakarta: Gramedia, 1986.

Koesters, Paul-Heiz, Tokoh-tokoh Ekonomi Mengubah Dunia: Pemikiran=pemikiran yang mempengaruhi Hidup Kita (Judul asli: Okonomen Veraden die Welt). Diterjemahkan oleh Titi Soentoro- Effendi. Jakarta: Gramedia, 1988.

Magnis-Suseno, Franz. Filsafat sebagai Ilmu Kritis. Yogyakarta: KAnisius, 1992.

_______. Etika Politik: Prinsip-prinsdip Moral Dasar Kenegaraan. Jakarta: Gramedia, 1999.

_______. Pemikran Karl Marx: dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme. Jakarta: Gramedia, 1999.

Marx, Karl and Friedrich Engels. Ekonomic and Philosophic Manuscripts 0f 1844. (Judul asli: Gesamtausgaben, Abt, 1, Bd.3). Translated by Martin Milligan and edited with and introduction Dirk J. Struik. London: Lawrenc & ishart Ltd., 1970.

Poepoporwardojo, Soejanto dan Kees Bertens (ed.). Sekitar Manusia: Sebuah Bunga Rampai tentang Filsafat Manusia. Jakarta: Gramedia, 1985.

Snijers, P.G.A. Filsafat Manusia. Sinaksak: STFT St. Yohanes, 1993 (diktat)

Sutrisno, FX. Mudji & Budi Hardiman (ed.). Para Filsuf Penentu Gerak Zaman. Yogyakarta: Kanisius, 1992.

Tim Redaksi Driyarkara (ed.). Diskursus Kemasyarakatan dan Kemanusiaan. Jakarta: Gramedia, 1993.

(17)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kecepatan angin terhadap unjuk kerja konduktor yang meliputi temperatur, panjang, tegangan tarik (tension)

graphique, qui peut substituer au langage articulé – naturellement fugace-, pour fixer et conserver un message, pour communiquer à distance, etc”. Menulis juga merupakan

Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis proses manajemen perubahan yang dilakukan PT TUV Rheinland Indonesia dalam upaya implementasi SMM ISO

Jurnal Sistem Informasi dan Manajemen Basis Data (SIMADA) merupakan Jurnal yang diterbitkan oleh Jurusan Sistem Informasi Institut Informatika dan Bisnis (IIB)

Belanja konsumen, yang menyumbang sekitar 70 % dari ekonomi AS, meningkat 3,5 % pada kuartal tersebut, direvisi naik dari 3,0 % pada perkiraan kedua dan juga lebih tinggi

Pada Instalasi Rawat Jalan Pasien datang secara berkesinambungan, dan memperoleh layanan dari perawat hanya sementara waktu, dengan demikian ada beberapa softskills

(2014) menyatakan bahwa penambahan sari buah timun suri setara dengan 15 ppm kalium pada air tawar pengencer selama masa aklimatisasi 96 jam untuk PL 15 udang vaname

Types of Chemical Engineering Problems Listed by Area Types of Chemical Engineering Problems Listed by Area Types of Chemical Engineering Problems Listed by Area Types of