daerah dan dana perimbangan. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkabn pendapatan daerah adalah :
1. Memantapkan kelembagaan dan sistem operasional pemungutan pendapatan daerah;
2. Meningkatkan pendapatan daerah dengan intensifikasi dan ekstensifikasi; 3. Meningkatkan koordinasi secara sinergis di bidang pendapatan daerah
dengan pemerintah pusat, OPD penghasil. Kabupaten/kota, POLRI.
4. Meningkatkan kinerja badan usaha milik daerah dalam upaya peningkatan kontribusi secara signifikan terhadap pendapatan daerah;
5. Meningkatkan pelayanan dan perlindungan masyarakat sebagai upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar retribusi daerah; 6. Menigkatkan peran dan fungsi UPT, UPPD dan balai penghasil dalam
peningkatan pelayanan dan pendapatan;
7. Meningkatkan pengelolaan asset dan keuangan daerah;
Adapun kebijakan pendapatan untuk meningkatkan dana perimbangan sebagai upaya penigkatan kapasitas fiskal daerah adalah sebagai berikut :
1. Mengoptimalkan upaya intensifikasi dan ekstensifikasi pemungutan PBB, pajak orang pribadi dalam negeri (PPh OPDN), PPh Pasal 21 dan BPHTB; 2. Meningkatkan akurasi data sumber daya alam sebagai dasar perhitungan
pembagian dalam dana perimbangan;
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan bagian dari mata
kuliah yang harus ditempuh sebagai salah satu syarat kelulusan bagi mahasiswa
dan mahasiswi Program Studi Sistem Informasi Fakultas Teknik dan Ilmu
Komputer, Universitas Komputer Indonesia. Tujuan kegiatan ini dilaksanakan
sebagai salah satu bentuk pengaplikasian ilmu-ilmu secara teoritis yang telah
didapat selama perkuliahan yang pengimplementasiannya dilakukan dalam
kegiatan ini, salah satu ilmu serta teori yang akan diaplikasikan di tempat Praktek
Kerja Lapangan (PKL) adalah Menganalisis Sistem yang berjalan pada
perusahaan/instansi pemerintah. Kegiatan ini pula dapat memupuk disiplin kerja
dan profesionalisme dalam bekerja agar dapat mengenal dunia atau lingkungan
kerja yang akan bermanfaat bagi mahasiswa pada setelah menyelesaikan
perkuliahan.
Selain itu, praktek kerja lapangan ini juga penting untuk diikuti oleh
mahasiswa mengingat kebutuhan saat ini bukan hanya sekedar ilmu - ilmu yang
sifatnya teoritis, melainkan juga diperlukan suatu kegiatan yang dapat menambah
ilmu - ilmu yang telah dipelajari sebelumnya pada saat kegiatan perkuliahan, dan
juga ilmu - ilmu yang didapat ketika melaksanakan kegiatan praktek kerja
Dinas Pendapatan Daerah (DIPENDA) Provinsi Jawa Barat adalah
lembaga yang dipilih sebagai pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL), karena
dinilai memiliki data dan media informasi yang cukup lengkap, sosialisasi
pemungutan pajak serta cukup terkenal dikalangan masyarakat khususnya para
wajib pajak yang memiliki kendaraan bermotor. Kegiatan-kegiatan yang biasa
dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah (DIPENDA) Provinsi Jawa Barat mulai
dari mengelola data, menganalisa data sebagai bahan sosialisasi kepada
maysarakat khususnya kepada wajib pajak pemilik kendaraan bermotor.
Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat merupakan wujud
eksistensi lembaga yang menggali potensi daerah Provinsi Jawa Barat. Hadirnya
Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat sebagai lembaga penanggung
jawab dalam meningkatkan pendapatan asli daerah serta meningkatkan kualitas
pelayanan dibidang pengelolaan pendapatan asli daerah. Dinas Pendapatan Daerah
Provinsi Jawa Barat mempunyai tugas pokok merumuskan dan melaksanakan
kebijakan operasional di bidang pendapatan yang merupakan sebagian
kewenangan disentralisasi provinsi serta kewenangan yang dilimpahkan kepada
Gubenernur berdasarkan asas Dekonsentrasi dan tugas Pembantuan.
Perhitungan pendapatan yang dilakukan oleh DIPENDA Provinsi Jawa
Barat merupakan perhitungan yang menghasilkan laporan keuangan diatas
1Milyar untuk setiap wilayah kota, yang mana laporan hasil perhitungan itu
didapat dari 33 UPPD yang berada di 33 kota besar dalam Provinsi Jabar.
Berdasarkan tugas pokok Dinas Pendapatan daerah Provinsi Jawa Barat pada
pendapatan daerah tersebut. Sistem ini diharuskan dapat membantu para karyawan
pada Dinas Pendapatan provinsi Jawa Barat khususnya pada Sub Bagian
Pengendalian dan Pembinaan Dinas Pendapatan provinsi Jawa Barat.
1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah a. Identifikasi Masalah
1. Belum efektifnya sistem informasi perhitungan pendapatan pada Sub
Bagian Dinas Pengendalian dan Pembinaan, Dinas Pendapatan Daerah
(DIPENDA) Provinsi Jawa Barat.
2. Masih terdapatnya kesalahan perhitungan pendapatan dalam laporan
akhir setiap triwulan yang dikarenakan tidak efektifnya sistem
informasi perhitungan pendapatan yang ada.
3. Tidak adannya daya tarik karyawan pada Sub Dinas Pengendalian dan
Pembinaan untuk menggunakannya sistem informasi perhitungan
pendapatan yang disebabkan karna kurangnya sosialisasi untuk
b. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sistem informasi perhitungan pendapatan yang berjalan
pada Sub Dinas Pengendalian dan Pembinaan, Dinas Pendapatan
Daerah (DIPENDA) Provinsi Jawa Barat
2. Bagaimana sistem informasi perhitungan pendapatan yang sedang
berjalan sekarang dapat mempunyai sebuah database khusus yang
dapat diakses pada 33 UPPD di Provinsi Jawa Barat
3. Bagaimana cara untuk mengurangi kesalahan yang terjadi pada
perhitungan pendapatan dalam laporan akhir melalui sebuah sistem
perhitungan pendapatan yang masih manual dalam prosesnya
4. Bagaimana cara sosialisasi yang baik dan benar agar pemakaian
sistem perhitungan pendapatan dapat menarik daya tarik karyawan
Sub Dinas Pengendalian dan Pembinaan untuk menghitung
pendapatan pada 33 UPPD di Jawa Barat
1.3. Maksud dan Tujuan
Maksud yang hendak dicapai dalam pelaksanaan Praktek Kerja lapangan
adalah untuk menggetahui kondisi nyata dunia kerja untuk mengaplikasikan
ilmu-ilmu yang telah didapatkan ketika perkuliahan, sehingga dengan demikian
mampu mempraktekan teori – teori yang didapatkan ketika perkuliahan serta
Kemudian sesuai dengan program studi yang ditekuni oleh penulis yakni
Manajemen Informatika/Sistem Informasi penulis mempunyai tujuan yang hendak
dicapai dalam pelaksanaan Praktek Kerja lapangan, adapun tujuan tersebut adalah
1. Untuk mengetahui bagaimana cara kerja sistem informasi yang berjalan
pada Sub Dinas Pengendalian dan Pembinaan, Dinas Pendapatan
Daerah (DIPENDA) Provinsi Jawa Barat
2. Untuk menganalisis sistem informasi yang sedang berjalan dan
bagaimana sistem itu dapat berguna dalam penghitungan total
pendapatan pada Sub Dinas Pengendalian dan Pembinaan, Dinas
Pendapatan Daerah (DIPENDA) Provinsi Jawa Barat
3. Untuk menganalisis sistem informasi yang sedang berjalan dan
bagaimana efesiensinya sistem pada cara kerja para karyawan pada Sub
Dinas Pengendalian dan Pembinaan, Dinas Pendapatan Daerah
(DIPENDA) Provinsi Jawa Barat
1.4. Batasan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang pendidikan kami sebagai penulis yaitu
sistem informasi, maka kegiatan praktek kerja lapangan (PKL) pun difokuskan
pada Sub Dinas Pengendalian dan Pembinaan Dinas Pendapatan Daerah
(DIPENDA) Provinsi Jawa Barat.
Garis besar kegiatan yang dilakukan selama melaksanakan praktek kerja
lapangan (PKL), 119 (seratus sembilan belas) jam kerja atau kurang lebih 17
1. Pembuatan realisasi laporan belanja semester 1 dari bulan Januari
hingga bulan Juni Tahun Anggaran 2010 di 33 UPPD secara
proposional
2. Pembuatan laporan evaluasi pada 33 UPPD hasil pengendalian dan
pembinaan pada bulan Juli Tahun Anggaran 2010
3. Pembuatan laporan kinerja bulanan Tahun Anggaran 2010 di 33
UPPD di Jawa Barat
1.5. Lokasi dan Waktu Praktek Kerja Lapangan a. Tempat Praktek Kerja Lapangan
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan di Dinas
Pendapatan Daerah (DIPENDA) Provinsi Jawa Barat, Jl. Soekarno
Hatta No.585 Bandung Telp. (022) 7566197, Fax. (022) 7511518, Sub
Dinas Pengendalian dan Pembinaan.
b. Waktu praktek kerja lapangan
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) selama 17 hari kerja
terhitung mulai dari Tanggal 1 Juli 2010 s/d 29 Juli 2010. Setiap
harinya dilaksanakan dari hari Senin-Kamis mulai pukul 08.00-15.00
Jadwal Kegiatan Kerja Praktek
No Aktifitas
Waktu Juli
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
1. Perencanaan penelitian x x x
2. Analisis system x x x x x
3. Pengambilan data x x
4. Wawancara x x
5. Pembuatan laporan x x x
8 BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Sistem
Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Spesifikasi pengertian dari sistem menurut
Jogiyanto (2002 : 04) adalah sekumpulan elemen atau variable yang saling
berinteraksi, saling tergantung, terorganisasi dan terpadu melakukan suatu
kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu. Elemen tersebut bisa berupa
organisasi, orang atau benda yang melakukan pekerjaan. Masing-masing
elemen melakukan pekerjaannya juga harus melakukan hubungan/kerjasama
untuk melakukan pekerjaan yang lain, dimana pekerjaan tersebut
merupakaan tujuan bersama dari masing masing elemen. Menurut Jerry Fith Gerald (2004 : 20) sistem adalah suatu jaringan kerja dari
prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk
melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu sasaran tertentu.
Menurut Anatol Raporot (2002 : 32) sistem adalah suatu kumpulan
kesatuan dan perangkat hubungan satu sama lain. Menurut L. Ackof (2000 :
35) sistem adalah setiap kesatuan secara konseptual atau fisik yang terdiri
dari bagian-bagian dalam keadaan saling tergantung satu sama lainnya.
Pada saat ini banyak pihak yang telah mendalamai masalah sistem
untuk kebutuhannya sehingga definisinya pun menjadi beragam. Ada pun
“kumpulan elemen yang saling berinteraksi membentuk kesatuan, dalam
interaksi yang kuat maupun lemah dengan pembatas yang jelas”.
Berbeda dengan pengertian sistem menurut Edhy Sutanta T (2004 : 15)
adalah “Suatu totalitas yang terdiri dari komponen-komponen dan
unsure-unsur yang saling berinteraksi menuju suatu tujuan tertentu”.
2.1.1.Elemen Sistem
Ada beberapa elemen yang membentuk sebuah sistem, yaitu :
tujuan, masukan, proses, keluaran, batas, mekanisme pengendalian
dan umpan balik serta lingkungan. Berikut penjelasan mengenai
elemen-elemen yang membentuk sebuah sistem :
a. Tujuan
Setiap sistem memiliki tujuan (Goal), entah hanya satu atau mungkin banyak. Tujuan inilah yang menjadi pemotivasi yang
mengarahkan sistem. Tanpa tujuan, sistem menjadi tak terarah dan
tak terkendali. Tentu saja, tujuan antara satu sistem dengan sistem
yang lain berbeda
b. Masukan
Masukan (input) sistem adalah segala sesuatu yang masuk ke dalam sistem dan selanjutnya menjadi bahan yang diproses.
Masukan dapat berupa hal-hal yang berwujud (tampak secara
adalah bahan mentah, sedangkan contoh yang tidak berwujud
adalah informasi (misalnya permintaan jasa pelanggan).
c. Proses
Proses merupakan bagian yang melakukan perubahan atau
transformasi dari masukan menjadi keluaran yang berguna dan
lbih bernilai, misalnya berupa informasi dan produk, tetapi juga
bisa berupa hal-hal yang tidak berguna, misalnya saja sisa
pembuangan atau limbah. Pada pabrik kimia, proses dapat berupa
bahan mentah. Pada rumah sakit, proses dapat berupa aktivitas
pembedahan pasien.
d. Keluaran
Keluaran (output) merupakan hasil dari pemrosesan. Pada sistem informasi, keluaran bisa berupa suatu informasi, saran,
cetakan laporan, dan sebagainya.
e. Batas
Yang disebut batas (boundary) sistem adalah pemisah antara sistem dan daerah di luar sistem (lingkungan). Batas sistem
menentukan konfigurasi, ruang lingkup, atau kemampuan sistem.
Sebagai contoh, tim sepakbola mempunyai aturan permainan dan
keterbatasan kemampuan pemain. Pertumbuhan sebuah toko
kelontong dipengaruhi oleh pembelian pelanggan, gerakan pesaing
dan keterbatasan dana dari bank. Tentu saja batas sebuah sistem
perilaku sistem. Sebagai contoh, dengan menjual saham ke publik,
sebuah perusahaan dapat mengurangi keterbasatan dana.
f. Mekanisme Pengendalian dan Umpan Balik
Mekanisme pengendalian (control mechanism) diwujudkan dengan menggunakan umpan balik (feedback), yang mencuplik keluaran. Umpan balik ini digunakan untuk mengendalikan baik
masukan maupun proses. Tujuannya adalah untuk mengatur agar
sistem berjalan sesuai dengan tujuan.
g. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada diluar sistem.
Lingkungan bisa berpengaruh terhadap operasi sistem dalam arti
bisa merugikan atau menguntungkan sistem itu sendiri.
Lingkungan yang merugikan tentu saja harus ditahan dan
dikendalikan supaya tidak mengganggu kelangsungan operasi
sistem, sedangkan yang menguntungkan tetap harus terus dijaga,
karena akan memacu terhadap kelangsungan hidup sistem.
2.1.2.Karakterisitik Sistem
a. Memiliki komponen ;
Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling
berinteraksi, bekerja sama membentuk satu kesatuan.
Komponen-komponen sistem dapat berupa suatu subsistem atau
kecilnya, selalu mengandung komponen-komponen atau
subsistem-subsistem. Setiap subsistem mempunyai sifat-sifat
dari sistem untuk menjalankan suatu fungsi tertentu dan
mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan. Suatu sistem
dapat mempunyai suatu sistem yang lebih besar yang disebut
supra sistem, misalnya suatu perusahaan dapat disebut dengan
suatu sistem dan industri yang merupakan sistem yang lebih
besar dapat disebut dengan supra sistem. Kalau dipandang
industri sebagai suatu sistem, maka perusahaan dapat disebut
sebagai subsistem. Demikian juga bila perusahaan dipandang
sebagai suatu sistem, maka sistem akuntansi adalah
subsistemnya.
b. Batas sistem (boundary) ;
Batas sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu
sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan
luarnya. Batas sistem ini memungkinkan suatu sistem dipandang
sebagai suatu kesatuan. Batas suatu sistem menunjukkan ruang
lingkup (scope) dari sistem tersebut.
c. Lingkungan luar sistem (environment) ;
Adalah apapun di luar batas dari sistem yang mempengaruhi
d. Penghubung sistem (interface) ;
Merupakan media penghubung antara satu subsistem dengan
subsistem yang lainnya.
e. Masukan sistem (input) ;
Merupakan energi yang dimasukkan ke dalam sistem.
Masukan dapat berupa masukan perawatan (maintenance input)
dan masukan sinyal (signal input). Maintenance input adalah
energi yang dimasukkan supaya sistem tersebut dapat
beroperasi. Signal input adalah energi yang diproses untuk
didapatkan keluaran. Sebagai contoh didalam sistem komputer,
program adalah maintanance input yang digunakan untuk
mengoperasikan komputernya dan data adalah signal input
untuk diolah menjadi informasi.
f. Keluaran sistem (Output) ;
Merupakan hasil dari energi yang diolah oleh sistem.
g. Pengolah sistem (Process) ;
Merupakan bagian yang memproses masukan untuk menjadi
keluaran yang diinginkan.
h. Sasaran sistem ;
Jika sistem tidak mempunyai sasaran, maka operasi sistem
2.1.3.Klasifikasi Sistem
a. Sistem abstrak ; sistem yang berupa pemikiran atau ide-ide yang
tidak tampak secara fisik (sistem teologia)
b. Sistem fisik ; merupakan sistem yang ada secara fisik (sistem
komputer, sistem akuntansi, sistem produksi dll.)
c. Sistem alamiah ; sistem yang terjadi melalui proses alam. (sistem
matahari, sistem luar angkasa, sistem reproduksi dll.
d. Sistem buatan manusia ; sistem yang dirancang oleh manusia.
e. Sistem buatan manusia yang melibatkan interaksi manusia dengan
mesin disebut human-machine system (contoh ; sistem informasi)
f. Sistem Tertentu (deterministic system) ; beroperasi dengan
tingkah laku yang sudah dapat diprediksi. Interaksi
bagian-bagiannya dapat dideteksi dengan pasti sehingga keluaran dari
sistem dapat diramalkan (contoh ; sistem komputer)
g. Sistem tak tentu (probabilistic system) ; sistem yang kondisi masa
depannya tidak dapat diprediksi karena mengandung unsur
probabilitas.
h. Sistem tertutup (close system) ; sistem yang tidak berhubungan
dan tidak terpengaruh dengan sistem luarnya. Sistem ini bekerja
secara otomatis tanpa adanya turut campur tangan dari pihak
luarnya. Secara teoritis sistem tersebut ada, tetapi kenyataannya
relatively closed system (secara relatif tertutup, tidak benar-benar
tertutup).
i. Sistem terbuka (open system) ; sistem yang berhubungan dan
terpengaruh dengan lingkungan luarnya.
j. Sistem sederhana dan Sistem kompleks.
2.2. Pengertian Informasi
Suatu susunan organisasi pasti tidak terlepas dari adanya informasi,
karena itu informasi sangat dibutuhkan guna meningkatkan kualitas
pekerjaan dan memudahkan dalam berkomunikasi baik informasi yang
dating dari luar maupun dari dalam.
Berbicara tentang informasi, maka banyak para ahli yang bergerak
dibidangnya mendefinikan tentang informasi tersebut, diantaranya menurut
Amsyah, Zulkifli, Drs (2000 : 08) informasi adalah “Data yang sudah
diproses menjadi bentuk yang lebih berguna bagi pemakainya dan
mempunyai nilai piker yang nyata bagi pembuatan keputusan pada saat
sedang berjalan atau untuk proyek masa depan”.
Berbeda dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Fathansyah (2001 : 14)
bahwa informasi adalah “makna atau pengertian yang dapat diambil dari
suatu data dengan menggunakan konversi-konversi yang umum digunakan
di dalam referensinya”.
penerima dan mempunyai nilai yang nyata atau dapat dirasakan dalam
bentuk-bentuk yang sekarang atau keputusan-keputusan akan mendatang”.
Kualitas Informasi ; tergantung dari 3 hal, yaitu informasi harus :
a. Akurat, berarti informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan
tidak bias atau menyesatkan. Akurat juga berarti informasi harus jelas
mencerminkan masudnya.
b. Tetap pada waktunya, berarti informasi yang datang pada penerima
tidak boleh terlambat.
c. Relevan, berarti informasi tersebut menpunyai manfaat untuk
pemakainya. Relevansi informasi untuk tiap-tiap orang satu dengan
yang lainnya berbeda.
Nilai Informasi ; ditentukan dari dua hal, yaitu :
a. Manfaat dan biaya mendapatkannya. Suatu informasi dikatakan
bernilai bila manfaatnya lebih efektif dibandingkan dengan biaya
mendapatkannya.
b. Pengukuran nilai informasi biasanya dihubungkan dengan analisis
cost effectiveness atau cost benefit.
2.3. Pengertian Sistem Informasi
Suatu sistem terintegrasi yang mampu menyediakan informasi yang
bermanfaat bagi penggunanya, atau sebuah sistem terintegrasi atau sistem
manusia-mesin, untuk menyediakan informasi untuk mendukung operasi,
keras dan perangkat lunak komputer, prosedur manual, model manajemen
dan basis data.
Menurut Robert A. Leitch (2000 : 12) sistem informasi adalah suatu sistem
di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan
transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan
strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan
laporan-laporan yang diperlukan.
2.4. Metoda Pendekatan dan Pengembangan Sistem 2.4.1. Metode Pendekatan Sistem
Pada dasarnya ada dua metode pendekatan dalam membangun
sistem, yaitu :
a. Top-down. Pada metode ini sistem yang diturunkan dari
pemetaan secara global yang kemudian akan menurun ke arah
yang lebih deskriptif. Metode ini dianalogikan sebagai
pembuatan rumah yang dimulai dari aspek yang paling
mendasar yaitu pondasi hingga ke bagian terkecil misalnya
sebuah kran pada kamar mandi.
b. Bottom-up, dimana sistem dipetakan dari satuan terkecil
Sehingga ke satuan terbesar, misalnya perakitan mobil.
Perancangan sistem informasi merupakan pengembangan sistem baru
dari sistem lama yang ada, dimana masalah-masalah yang terjadi pada
konseptual siklus pengembangan sebuah sistem informasi adalah
sebagai berikut :
a. Analisis Sistem: Analisis Sistem menurut Jogiyanto ( 2002 : 03)
adalah “Suatu pengertian dari suatu sistem informasi yang utuh
ke dalam bagian-bagian komponensnya dengan maksud untuk
mengindentifikasikan dan mengevaluasi permasalahannya,
kesempatan atau hambatan yang terjadi dan
kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan
perbaikan-perbaikannya”.
Berbeda dengan Gordon B Davis (2000 : 05) pengertian
Konsep Dasar Analisis Sistem adalah “Sebagai orang yang
menaganalisis sistem (mempelajari masalah-masalah yang
timbul dan menentukan kebutuhan-kebutuhan pemakai sistem)
untuk mengidentifikasi pemecahan yang beralasan”.
Berarti analisis sistem bukan mempelajari proses mana yang
harus ditangani oleh computer dan mana proses yang dikerjakan
secara manual, tetapi penekanan dilakukan pada pemahaman
secara detail dari suatu situasi untuk menentukan perubahan apa
yang harus dibuat.
b. Perancangan Sistem: merancang output, input, struktur file,
program, prosedur, perangkat keras dan perangkat lunak yang
c. Pembangunan dan Testing Sistem: membangun perangkat lunak
yang diperlukan untuk mendukung sistem dan melakukan
testing secara akurat. Melakukan instalasi dan testing terhadap
perangkat keras dan mengoperasikan perangkat lunak
d. Implementasi Sistem: beralih dari sistem lama ke sistem baru,
melakukan pelatihan dan panduan seperlunya.
e. Operasi dan Perawatan: mendukung operasi sistem informasi
dan melakukan perubahan atau tambahan fasilitas.
f. Evaluasi Sistem: mengevaluasi sejauih mana sistem telah
dibangun dan seberapa bagus sistem telah dioperasikan.
Siklus tersebut berlangsung secara berulang-ulang. Siklus di atas
merupakan model klasik dari pengembangan sistem informasi.
Model-model baru, seperti prototyping, spiral, 4GT dan kombinasi
dikembangkan dari model klasik di atas.
2.4.2 Alat Bantu Analisis
Analisis data masukan adalah suatu analisis yang dilakukan
terhadap data-data dari entitas luar yang dimasukkan kedalam sistem.
Dengan tujuan untuk mendapatkan pemahaman sistem secara
keseluruhan, tentang sistem yang berjalan sekarang sehingga
permasalahan dapat dipecahkan dan kebutuhan pemakai sistem dapat
Pada tahapan analisis ini menggunakan beberapa alat bantu untuk
dapat menggambarkan sistem secara keseluruhan. Alat bantu yang
digunakan adalah : Flow Map, Diagram Konteks yang dilanjutkan
dengan Data Flow Diagram (DFD) beserta diagram rincinya.
Informasi yang disajikan dengan penggambaran flowmap ini lebih
menekankan pada urutan aktivitas disetiap entitas yang berada dalam
sistem. Sedangkan Diagram Konteks menggambarkan aliran data yang
mengalir dari setiap entitas ke sistem, dan Data Flow Diagram
merupakan penjelasan atau pemecahan dari Diagram Konteks yang
menggambarkan aliran data, spesifikasi proses serta penyimpanan data
hasil proses.
2.4.2.1. Flow Map
Flowmap merupakan suatu diagram untuk
menggambarkan aliran data / informasi antar bagian-bagian
yang terkait dalam sistem. Informasi yang disajikan dengan
penggambaran flowmap ini lebih menekankan pada urutan
aktivitas disetiap entitas yang berada dalam sistem. Flow
Map mempunyai fungsi sebagai mendefinisikan hubungan
antara bagian (pelaku proses),proses(manual/berbasis
komputer) dan aliran data (dalam bentuk dokumen keluaran
2.4.2.2. Diagram Konteks
Diagram konteks adalah model atau gafik yang
menggambarkan hubungan sistem dengan lingkungansistem.
Untuk dapat menggambarkan diagram konteks, terlebih
dahulu data dideskripsikan sehingga data apa saja yang akan
di butuhkan oleh sistem dan dari mana sumber data, serta
informasi apa saja yang akan dihasilkan aleh sistem tersebut
dan kemana informasi tersebut akan diberikan. Jenis pertama
Context Diagram, adalah data flow diagram tingkat atas
(DFD Top Level), yaitu diagram yang paling tidak detail, dari
sebuah sistem informasi yang menggambarkan aliran-aliran
data ke dalam dan ke luar sistem dan ke dalam dan ke luar
entitas-entitas eksternal.
Dalam diagram Konteks ini yang dibutuhkan adalah :
1. Siapa saja pihak yang akan memberikan data ke sistem.
2. Data apa saja yang diberikannya kesistem
3. Kepada siapa sistem harus memberikan informasi atau
laporan
4. Apa saja isi atau jenis laporan yang harus dihasilkan
2.4.2.3. Data Flow Diagram
Data Flow Diagram (DFD) yaitu alat bantu yang dapat
menggambarkan sistem secara lengkap dan jelas, baik sistem
yang sudah ada maupun sistem yang masih dalam rancangan.
Dalam DFD dijelaskan mengenai aliran data, informasi
proses, basis data dan sumber tujuan data yang dilakukan
oleh sistem.
Tingkatan atau level DFD dimulai dari diagram konteks
yang menjelaskan dan menggambarkan sistem secara umum,
terdiri dari beberapa elemen-elemen di luar sistem yang
memberikan input ke dalam sistem. Diagram konteks tersebut
akan dirinci ke dalam beberapa proses yang ada dalam sistem
sehingga menghasilkan uraian sistem dalam level yang lebih
rinci.
2.4.2.4. Kamus Data
Kamus Data (KD) atau Data Dictionary (DD) atau disebut
juga dengan system data dictionary adalah catalog fakta
tentang data dan kebutuhan – kebutuhan informasi dari suatu
sistem informasi. Dengan menggunakan KD, analisis sistem
dapat mendefinisikan data yang mengalir di sistem dengan
lengkap.
Kamus data menggambarkan data yang mengalir dari
dari proses ke entitas luar. Arus data entitas luar ke dalam
proses atau sistem lainnya berupa dokumen atau bukti
pencatatan. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas
biasanya menggunakan kode. Arus data dari proses ke
entitas luar biasanya berbentuk data atau informasi yang
dibutukan system
2.4.2.5. Perancangan Basis Data
Perancangan pada basis data (database) adalah perancangan yang digunakan pada pembuatan sistem
informasi perangkat lunak (software) ini. Basis data sendiri dapat didefinisikan sebagai berikut:
1. Himpunan kelompok data (arsip) yang saling berhubungan
yang diorganisasi sedemikian rupa agar kelak dapat
dimanfaatkan kembali dengan cepat dan mudah.
2. Kumpulan data yang saling berhubungan yang disimpan
secara bersama sedemikian rupa dan tanpa pengulangan
(redudancy) yang tidak perlu untuk memenuhi berbagai kebutuhan.
3. Kumpulan file atau table atau pun arsip yang saling berhubungan yang disimpan dalam media penyimpanan
elektronik.
Perancangan basis data terdiri dari ERD (Entity Relationship
Pada perancangan basis data ini digunakan beberapa peralatan
untuk mendukung proses pembentukan database tersebut.
Ketentuan - ketentuan yang digunakan untuk mendukung
pembentukan basis data antara lain:
a. Normalisasi
b. Tabel Relasi
a. Normalisasi
Menurut Abdul Kadir (2002: 52) normalisasi adalah proses
untuk mengubah suatu relasi yang memiliki masalah tertentu
ke dalam dua buah atau lebih yang tak memiliki masalah
tersebut. Menurut Fathansyah (2001 : 16) bahwa
normalisasi merupakan “Suatu upaya untuk memperoleh
sebuah basis data dengan struktur yang baik dan ruang
penyimpanan yang efisien dengan menerapkan aturan
pada setiap skema relasi”.Selain itu normalisasi adalah
proses yang berkaitan dengan model data relasional untuk
mengorganisasikan himpunan data dengan ketergantungan
dan keterkaitan yang tinggi atau erat.
Langkah pertama dalam melakukan normalisasi data
adalah dengan membentuk unnormalisasi data, dengan cara
mencantumkan semua atribut data yang ada pada struktur data
pada kamus data.
pada tabel-tabel dalam basis data dan harus
dipenuhi oleh tabel-tabel tersebut pada level-level normalisasi.
Aturan-aturan dalam masing-masing bentuk normalisasi
tersebut menurut Abdul Kadir (2002: 52) adalah sebagai
berikut :
1. Bentuk tidak normal
Bentuk ini merupakan kumpulan data yang akan
disimpan, tidak ada keharusan mengikuti suatu format
tertentu, dapat saja data tidak lengkap atau terduplikasi dan
data dikumpulkan apa adanya.
2. Bentuk normal pertama
Suatu tabel dikatakan dalam bentuk normal pertama
(1NF) bila setiap kolom bernilai tunggal untuk setiap baris.
Ini berarti bahwa nama kolom yang berulang cukup diwakili
oleh sebuah nama kolom (tidak perlu ada indeks dalam
memberi nama kolom).
3. Bentuk normal kedua
Suatu tabel berada dalam bentuk normal kedua (2NF) jika
tabel berada dalam bentuk normal pertama, semua kolom
bukan kunci primer tergantung sepenuhnya terhadap kunci
primer. Suatu kolom disebut tergantung sepenuhnya terhadap
kunci primer jika nilai padasuatu kolom selalu bernilai sama
4. Bentuk normal ketiga
Suatu tabel berada dalam bentuk normal ketiga (3NF)
jika tabel berada dalam bentuk normal kedua, setiap kolom
bukan kunci primer tidak memiliki ketergantungan secara
transitif terhadap kunci primer.
b. Tabel Relasi
Pengertian Table Relasi menurut Fathansyah (2001 :
23) adalah “Data yang menggambarkan hubungan antara
table yang satu dengan table yang lainnya”.
Model basis data relational sering pula disebut
sebagai model Relasional atau Basis Data Relasional.
Model Basis Data ini ditemukan atau diperkenalkan
pertama kalinya oleh E.F Codd. Model basis data
menunjukan suatu cara atau mekanisme yang digunakan
untuk mengelola atau mengorganisasi data secara fisik
dalam memori sekunder yang berdampak pula pada
bagaimana kita mengelompokan dan membentuk
keseluruhan data yang terkait dalam sistem yang sedang
ditinjau.
Tabel relasi digunakan untuk menggambarkan
representasi struktur dan data dari hubungan atar table secara
Macam-Macam Relasi antar tabel:
1. One-to-many
Satu record pada tabel x boleh berelasi (mempunyai)
dengan y banyak record. Namun satu record pada
Tabel y hanya boleh berelasi dengan satu record saja
pada tabel x.
2. One-to-one
Jika dua tabel berelasi one-to-one artinya setiap
record di entitas pertama hanya akan berhubungan
dengan satu record di entitas kedua begitu pula
sebaliknya.
3. Many-to-many
Ada banyak record di entitas satu dan entitas dua yang
saling berhubungan satu sama lain
2.5. Pengertian Pendapatan
Untuk memahami arti dari pendapatan, maka akan diuraikan
pengertian dari pendapatan itu sendiri. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia
(1999:233) dalam buku Standart Akuntansi Keuangan menyebutkan bahwa
pendapatan adalah: “Arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul
dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode, bila arus masuk itu
mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi
Sedangkan menurut Accounting Principle Board dikutip oleh
Theodorus Tuanakotta (1984:153) dalam buku Teori Akuntansi pengertian
pendapatan adalah” Pendapatan sebagai inflow of asset kedalam perusahaan
sebagai akibat penjualan barang dan jasa”.
Selain itu menurut Commite On Accounting Concept and Standart
dari AAA dikutip oleh Theodorus Tuonakotta (1984:144) dalam buku teori
Akuntansi memberikan definisi pendapatan adalah” Pernyataan moneter
mengenai barang dan jasa yang ditransfer perusahaan kepada
langganan-langganannya dalam jangka waktu tertentu”.
Paton dan Littleton mengemukakan bahwa pengertian pendapatan
dapat ditinjau dari aspek fisik dan moneter. Hal ini juga dikemukakan
Suwardjono (1984:167) dalam buku teori Akuntansi Perekayasaan
Akuntansi Keuangan bahwa dari aspek fisik pendapatan dapat dikatakan
sebagai hasil akhir suatu aliran fisik dalam proses menghasilkan laba. Aspek
moneter memberikan pengertian bahwa pendapatan dihubungkan dengan
aliran masuk aktiva yang berasal dari kegiatan operasi perusahaan dalam arti
luas.
2.5.1. Pengukuran Pendapatan
Pendapatan diukur dengan nilai wajar yang dapat diterima, jumlah
pendapatan biasanya ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan dan
pembeli yang diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang
volume yang diperbolehkan perusahaan, umumnya berbentuk kas atau
setara kas.
Bila arus masuk dari kas atau setara kas ditangguhkan nilai wajar dari
imbalan tersebut mungkin kurang dari jumlah nominal dari kas yang
diterima atau yang dapat diterima.
Bila barang atau jasa dipertukarkan untuk barang atau jasa dengan
sifat nilai yang sama maka pertukaran tidak dianggap sebagai transaksi yang
mengakibatkan pendapatan. Dan bila barang dijual atau jasa diberikan untuk
dipertukarkan dengan barang dan jasa yang tidak serupa pertukaran tersebut
dianggap sebagai transaksi yang mengakibatkan pendapatan.
Pendapatan tersebut diukur pada nilai wajar dari barang atau jasa yang
diserahkan, disesuaikan dengan jumlah kas atau setara kas yang ditransfer.
2.6. Pengertian Pendapatan Daerah
Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening
kas umum daerah yang menambah ekuitas dana lancar yang merupakan hak
pemerintah daerah dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar
kembali oleh daerah. Sehubungan dengan hal tersebut, endapatan daerah
yang dianggarkan dalam APBD merupakan perkiraan yang terukur secara
rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan. Seluruh
pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD dianggarkan secara
bruto, yang mempunyai makna bahwa jumlah pendapatan yang dianggarkan
menghasilkan pendapatan tersebut dan/atau dikurangi dengan bagian
pemerintah pusat/daerah lain dalam rangka bagi hasil.
2.6.1. Arah Kebijakan Pendapatan Daerah
Pendapatan Daerah merupakan hak Pemerintah Daerah yang
diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dan merupakan
perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk
setiap sumber pendapatan. Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 58
Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, komponen
Pendapatan Daerah terdiri dari:
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan
Lain-Lain Pendapatan Yang Sah. Adapun jenis PAD terdiri dari: Pajak
Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil
Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan, serta Lain-Lain
Pendapatan Asli Daerah Yang Sah.
Sedangkan jenis Dana Perimbangan terdiri dari Bagi Hasil Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB), dan Pajak Penghasilan (PPh) Perorangan; Bagi
Hasil Sumber Daya Alam (SDA), serta Dana Alokasi Umum.
2.6.1.1. Pendapatan Asli Daerah
Sesuai dengan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006,
Komponen PAD terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan
Tahun 2000 tentang Pajak dan Retribusi Daerah, tarif Pajak Daerah
diatur sebagai berikut :
1. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air 5%;
2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas
Air 10%;
3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 5%;
4. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air
Permukaan 20%;
5. Pajak Hotel 10%;
6. Pajak Restoran 10%;
7. Pajak Hiburan 35%;
8. Pajak Reklame 25%;
9. Pajak Penerangan Jalan 10%;
10. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C 20%;
11. Pajak Parkir 20%.
2.6.2. Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), adalah
rencana keuangan tahunan pemerintah daerah di Indonesia yang
disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. APBD ditetapkan
dengan Peraturan Daerah. Tahun anggaran APBD meliputi masa satu
tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31
APBD terdiri atas:
1. Anggaran pendapatan, terdiri atas
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang meliputi pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan
daerah, dan penerimaan lain-lain
b. Bagian dana perimbangan, yang meliputi Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus
c. Lain-lain pendapatan yang sah seperti dana hibah atau dana darurat.
2. Anggaran belanja, yang digunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas pemerintahan di daerah.
3. Pembiayaan, yaitu setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik
pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun
33 BAB III
PROFIL PERUSAHAAN
3.1. Tinjauan Umum Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat
Dinas pendapatan adalah merupakan salah satu Dinas pada Pemerintah
Provinsi Jawa Barat yang berkedudukan di ibu kota Provinsi Jawa Barat dan
cabang dinasnya tersebar diseluruh Jawa Barat.
Tugas pokok DIPENDA adalah merumuskan dan melaksanakan
kebijakan operasional di bidang pendapatan yang merupakan sebagian
kewenangan desentralisasi Provinsi serta kewenangan yang dilimpahkan
kepada Gubernur berdasarkan asas dekonsentrasi dan tugas pembantuan,
sedangkan fungsinya adalah :
1. Perumusan kebijakan operasional di bidang pendapatan daerah.
2. Penyelenggaraan pelayanan umum di bidang pendapatan daerah.
3. Koordinasi dan fasilitasi pelaksanaan tugas bidang pendapatan daerah.
4. Penyelenggaraan ketatausahaan dinas.
3.2. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat
Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat secara historis diawali sengan
unit kerja yang bertugas untuk melakukan pengurusan Perpajakan dan
Pendapatan Daerah, sebelum Tahun 1971 ditangani oleh Biro Pendapatan
dan Perpajakan yang berada dalam lingkungan Administrasi Bidang
Berdasarkan Sk Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor
219/PO/V/OM/SK/71 tanggal 25 September 1971 dibentuk Jawatan
Perpajakan dan Pendapatan Provinsi Jawa Barat. Jawatan ini secara efektif
dimulai Tahun Anggaran 1972/1973, dengan dikeluarkan Surat Keputusan
Gubernur tersebut, untuk pertama kalinya pengurusan Perpajakan dan
Pendapatan Daerah ditangani secara terpisah dari Lingkungan Keuangan.
Dengan dikeluarkannya Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1974
Tentang Pokok – Pokok Pemerintahan di Daerah, Nomenklatur Jawatan
Perpajakan dan Pendapatan Provinsi Jawa Barat diganti menjadi Dinas
Perpajakan dan Pendapatan Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat.
Sejak Tahun 1970 kantor Dinas Perpajakan dan Pendapatan Provinsi daerah
Tingkat I Jawa Barat bertempat di Jl. Ir. H. Juanda 37 Bandung. Tahun 1984
Kantor Dinas Pendapatan Daerah Provinsi DT I Jawa Barat pindah ke
Gedung baru yang berlokasi di Jl. Soekarno Hatta 528 Bandung.
Sejak dibentuknya Dinas Pendapatan Daerah Provinsi DT I Jawa
Barat, berdasarkan Peraturan Daerah Nomor : 7/DP.040/1978 Tanggal 30
Agustus 1978 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan
Daerah Tingkat I Jawa Barat, mendapat pengesahan Menteri Dalam Negeri
dengan Surart Keputusan Nomor : Pem.10/69/40.655 tanggal 16 Oktober
1979, nomenklatur Dinas Perpajakan dan Pendapatan Daerah Tingkat I Jawa
Pembentukan Dinas Pendapatan Daerah berpedoman pada Surat
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 363 Tahun 1971 tanggal 4
November 1977 Tentang Pedoman Pembentukan Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Dinas Daerah dan Surat keputusan Menteri Dalam Negeri
No.KUPD 7/7/39126 Tanggal 31 Maret 1978 Tentang Susunan Organisasi
dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Tingkat I Jawa Barat
didasarkan kepada Peraturan Daerah Nomor 7/PD.040/1978 Tanggal 30
Agustus 1978 yang kemudian diubah untuk pertama kali dengan Peraturan
Daerah Nomor I Tahun 1990 tanggal 24 Januari 1990.
Berdasarkan Undang – Undang Nomor : 11 Tahun 1950, tentang
Pembentukan Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, wilayah kerja
pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat meliputi Wilayah I
Banten, Wilayah II Bogor, Wilayah III Cirebon, Wilayah IV Purwakarta dan
Wilayah V Priangan. Perkembangan selanjutnya sejak ditetapkan Undang –
Undang Nomor : 23 Tahun 2000, tentang Pembentukan Provinsi Banten,
maka wilayah kerja Pembantu Geburnur banten terpisah dari Pemerintah
Provinsi Jawa Barat.
Berdasarkan Undang – Undang Nomor : 11 Tahun 1950,tentang
Pembentukan Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat (Berita Negara tanggal
4 Juli 1950), wilayah kerja Pemerintah Provinsi daerah Tingkat I Jawa
Barat, meliputi Wilayah Banten, Wilayah II Bogor, Wilayah III Cirebon,
Wilayah IV Purwakarta dan Wilayah V Priangan. Perkembangan
tentang Pembentuk Provinsi Banten, maka wilayah kerja Pembantu
Gubernur Banten terpisah dari Provinsi Jawa Barat. Begitu pula Cabang
Dinas Pendapatan daerah Kabupaten/Kota yang berlokasi di wilayah Banten
menjadi Cabang Dinas pendapatan Provinsi banten.
Lingkungan Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat, secara otomatis
yang asalnya membawahi 25 Cabang Dinas Pendapatan Daerah
Kabupaten/Kota, maka sejak terbentuk Provinsi Banten, menjadi 20 Cabang
Dinas Pendapatan.
Dengan diberlakukannya Undang – undang Nomor : 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah dan diikuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor : 84
Tahun 2000 tentang Pedoman Organisasi Perangkat daerah (Lembaga
Negara tahun 2000 nomor 165), maka Struktur Organisasi dan Tata Kerja
(SOTK) Dinas/Badan/lembaga di lingkungan Pemerintahan Provinsi Jawa
Barat telah diubah berdasar berdasarkan kepada Peraturan Daerah Provinsi
Jawa Barat Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas
daerah Provinsi jawa Barat.
Selanjutnya dalam melaksanakan Tugas Pokok dan Fungsinya, Dinas
Pendapatan Provinsi Jawa Barat sesuai dengan Struktur Organisasi dan Tata
Kerja (SOTK) yang baru, dibantu oleh Sekretariat, Bidang Perencanaan dan
Pengembangan, Bidang Pajak, Bidang Non Pajak dan Bidang Pengendalian
dan Pembinaan. Sedangkan dalam pelaksanaan tugas di lapangan,
Provinsi yang tersebar di Kabupaten/Kota se Jawa Barat dan 2 Satuan
Pelaksana di Cinere dan Banjar.
3.3. Visi dan Misi Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat a. Visi Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat
Menjadi pengelola pendapatan daerah yang amanah dengan
berorientasi kepada kepuasan pelayanan publik.
b. Misi Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat
1. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat;
2. Memantapan kinerja sumber daya manusia dan organisasi;
3. Menjalin jejaring kerja dan koordinasi secara sinergis di bidang
pendapatan daerah;
4. Meningkatkan penerimaan pendapatan daerah;
3.4. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat
Gambar 3.1
3.5. Deskripsi Kerja 3.5.1.Dasar Hukum
3.5.1.1. Dasar Hukum Kelembagaan
a. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor : 21
Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Daerah Provinsi Jawa Barat.
b. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor : 53 Tahun
2001 Tanggal 4 Desember 2001 tentang Tugas Pokok,
Fungsi, dan Rincian Tugas Unit Dinas Pendapata
Daerah Provinsi Jawa Barat.
c. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor : 65 Tahun
2002 Tanggal 2 Desember 2002 tentang Tugas Pokok,
Fungsi, dan Rincian Tugas Unit Pelaksana Teknis
Dinas di Lingkungan Dinas Pendapata Daerah Provinsi
Jawa Barat.
3.5.1.2. Dasar Hukum Pungutan
a. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor : 6 Tahun
2001 Tanggal 18 Juli 2001 Tentang Pajak Pengambilan
dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air
b. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor : 7 Tahun
2001 Tanggal 18 Juli 2001 Tentang Pajak Kendaraan
Bermotor;
c. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor : 8 Tahun
2001 Tanggal 18 Juli 2001 Tentang Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor;
d. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor : 9 Tahun
2001 Tanggal 18 Juli 2001 Tentang Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor;
e. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor : 11 Tahun
2002 Tanggal 13 Mei 2002 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat
Nomor : 6 Tahun 2001;
f. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor : 12 Tahun
2002 Tanggal 13 Mei 2002 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat
Nomor : 7 Tahun 2001;
g. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor : 13 Tahun
2002 Tanggal 13 Mei 2002 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat
Nomor : 8 Tahun 2001;
h. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor : 14 Tahun
Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat
Nomor : 9 Tahun 2001;
i. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor : 20 Tahun
2002 Tanggal 2 Juli 2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor : 6 Tahun
2001;
3.5.2.Tugas Pokok
Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang pendapatan
berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.
3.5.3.Fungsi
1. Penyelenggaraan perumusan dan penetapan kebijakan teknis
pendapatan;
2. Penyelenggaraan pendapatan dan pelayanan umum meliputi
kesekretariatan, perencanaan dan pengembangan, pajak, non
pajak, pengendalian dan pembinaan, serta UPTD;
3. Penyelenggaraan fasilitas pelaksanaan tugas pendapatan daerah
dan pelayanan umum;
4. Penyelenggaraan pembinaan dan pelaksanaan tugas-tugas
pendapatan secara internal meliputi kesekretariatan, perencanaan
pembinaan UPTD, pembinaan teknis fungsional pendapatan
daerah dan pelayanan umum;
5. Penyelenggaraan tugas lain dari gubernur sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya;
3.5.4.Posisi dan Peran Organisasi
1. Sebagai pelaksana operasional di bidang pendapatan daerah;
2. Sebagai coordinator bidang pendapatan daerah;
3. Sebagai sekretaris tim anggaran pemerintah daerah (TPAD);
3.5.5. Arah Kebijakan Daerah tahun 2010
Kebijakan tahunn 2010 untuk pendapatan daerah yang
merupakan potensi daerah dan sebagai penerimaan provinsi jawa
barat sesuai urusannya diarahkan melalui upaya peningkatan
pendapatan daerah dari sector pajak daerah, retribusi daerah dan
dana perimbangan. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkabn
pendapatan daerah adalah :
1. Memantapkan kelembagaan dan system operasional
pemungutan pendapatan daerah;
2. Meningkatkan pendapatan daerah dengan intensifikasi dan
3. Meningkatkan koordinas secara sinergis di bidang pendapatan
daerah dengan pemerintah pusat, OPD penghasil.
Kabupaten/kota, POLRI.
4. Meningkatkan kinerja badan usaha milik daerah dalam upaya
peningkatan kontribusi secara signifikan terhadap pendapatan
daerah;
5. Meningkatkan pelayanan dan perlindungan masyarakat sebagai
upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar
retribusi daerah;
6. Menigkatkan peran dan fungsi UPT, UPPD dan balai penghasil
dalam peningkatan pelayanan dan pendapatan;
7. Meningkatkan pengelolaan asset dan keuangan daerah;
Adapun kebijakan pendapatan untuk meningkatkan dana
perimbangan sebagai upaya penigkatan kapasitas fiscal daerah
adalah sebagai berikut :
1. Mengoptimalkan upaya intensifikasi dan ekstensifikasi
pemungutan PBB, pajak orang pribadi dalam negeri (PPh
OPDN), PPh Pasal 21 dan BPHTB;
2. Meningkatkan akurasi data sumber daya alam sebagai dasar
perhitungan pembagian dalam dana perimbangan;
3. Meningkatkan koordinasi dengan pemerintah pusat dan
3.6. Tinjauan Bidang Pengendalian dan Pembinaan 3.6.1.Pelaksanaan Pengendalian dan Pembinaan
1. Pengendalian, adalah proses yang dirancang untuk memberikan
keyakinan yang memadai mengenai pencapaian tujuan dinsa
serta dipatuhinya peraturan perundang-undangan yang berlaku;
2. Pembinaan, dilakukan dengan cara member bimbingan
supervise dan konsultasi;
3. Monitoring, adalah kegiatan mengamnati, mengawasi keadaan
dan pelaksanaan di tingkat lapangan yang secara terus menerus
atau berkala di setiap tingkatan atas program sesuai rencana;
4. Analisa, merupakan kegiatan menolah data laporan yang
disampaikan oleh unit kerja dan/ atau UPPD untuk mengetahui
tingkatan capaian kinerja dan akurasinya;
5. Evaluasi, diartikan sebagai proses kegiatan penilaian hasil kerja,
kebijakan, akuntibilitas kerja unit kerja atu program atau
kegiatan dinas untuk menigkatkan penyelenggaraan tugas pokok
dan funsi dinas;
6. Pemeriksaan keinerja, adalah pemeriksaan atas pengelolaan
keuangan Negara yang terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi
dan efisiensi serta pemeriksaan aspek efektifitas. Penilaian
kinerja tidak hanya terhadap kualitas dan kuantitas fisik, tetapi
3.6.2.Jenis Pengendalian dan Pembinaan
Setiap pengendalian dan pembinaan, dimulai dengan penetapan
tujuan yang menentukan jenis pengendalain dan pembinaan yang akan
dilaksanakan. Jenis pengendalian dan pembinaan ini adalah
pengendalian dan pembinaan secara berkala (regular), pengendalian
dan pembinaan secara khusus serta pemutakhiran hasil pengendalian
dan pembinaan.
1. Pengendalian Dan Pembinaan Secara Berkala (Regular)
bertujuan untuk mengukur sejauh mana kegiatan yang dilakukan
atau dipertanggung jawabkan oleh entitas pengendalian dan
pembinaan telah dilakukan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dan dilaksanakan secara efisien, efektif, dan
ekonomis. Selanjutnya mengindetifikasi sebab akibat mengapa
kegiatan tidak dilakukan secara efisien, efektif, dan ekonomis,
serta memberikan rekomendasi perbaikan kepada kepala dinas.
Tujuan menilai hasil dari efektifitas suatu program adalah
mengukur sejauh mana sebuah program mencapai tujuannya.
Tujuan menilai ekonomis dan efisiensi berkaitan dengan apakan
suatu unti kerja dan/atau UPPD telah menggunakan sumber
daya dengan cara yang produktif untuk mencapai tujuan
pengendalian dan pembinaan secara berkala dilakukan secara
periodik yang sudah dijadwalkan dalam bidang pengendalian
dan pembinaan terdiri atas;
a. pengendalian dan pembinaan tidak langsung
pengendalian dan pembinaan tidak langsung dilakukan
melalui kegiatan verifikasi (on the desk) terhadap laporan
yang disampaikan unit kerja dan/ atau UPPD atas
pengelolaan keuangan (yang meilputi pendapatan daerah
dan belanja), pengelolaan kepegawaian dan pengelolaan
barang.
b. pengendalian dan pembinaan langsung
pengendalian dan pembinaan secara langsung (on the spot)
kepada entitas pengendalian dan pembinaan.
2. Pengendalian Dan Pembinaan Secara Khusus
pengendalian dan pembinaan yang dilakukan secara khusus
untuk memberikan kesimpulan terhadap kejadian tertentu atau
masalah tertentu atas terjadinya penyimpangan terhadap tugas
pokok dan fungsi dinas atau diduga adanya indikasi
penyimpangan.
Dengan demikian ruang lingkup pengendalian dan pembinaan
secara khusus meliputi :
a. penyalahgunaan wewenang
c. KKN
d. Pelanggaran disiplin pegawai
3. Pemutakhiran Hasil Pengendalian Dan Pembinaan
Tindak lanjut terhadap rekomendasi dan saran temuan hasil
pengendalian dan pembinaan yang disampaikan oleh unit kerja
atau UPPD dalam tempo 14 hari kerja setelah selesai kegiatan
pengendalian dan pembinaan.
3.6.3.Tanggung Jawab Pengendalian dan Pembinaan
Bidang pengendalian dan pembinaan merencanakan,
melaksanakan, dan melaporkan hasi pengendalian kepada kepala
dinas. Dalam melaksanakan tanggung jawabnya tetap menjaga
integritas, objektif berdasarkan fakta dan data serta tidak berpihak.
Tim pengendalian dan pembinaan harus berhati-hati dalam
menggunakan informasi yang diperoleh selama melaksanakan
pengendalian dan pembinaan. Sehingga integritas yang dibangunh
sebagai komitmen kedinasan guna mencegah terjadinya
pelanggaran/penyimpangan visi dan misi diharapkan tidak terjadi.
Dalam melaporkan hasil pengendalian dan pembinaannya, tim
pengendalian dan pembinaan, bertanggung jawab untuk
mengungkapkan hal yang material atau signifikan yang diketahuinya,
dan apabila tidak diungkapkan dapat mengakibatkan kesalah pahaman
dalam penyajian hasilnya atau menutupi praktik-praktik yang tidak
patut atau tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
3.6.4.Materi Pengendalian dan Pembinaan
Aspek Tugas Pokok dan Fungsi
1. Pengertian
Tugas pokok dan fungsi (tupoksi) suatu intansi pada dasarnya
merupakan penjabaran daripada penyelenggaraan tugas umum
penyelenggaraan pemerintah.
2. Tujuan penngendalian dan pembinaan
Untuk memperoleh keyakinan yang memadai tupoksi dinas telah
direncanakan, dilaksanakan secara ekonomis, efektif dan efisien
serta mencakup pula ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan dan kewajaran pertanggunggjawabannya.
3. Langkah-langkah yang dilakukan
a. Struktur organisasi dan uraian tugas
1) Untuk memperoleh keyakinan yang memadai
tentang pelaksanaan tugas pokok dan fungsi telah
dijabarkan kedalam berbagai tugas dan wewenang
dalam bentuk kegiatan, diperlukan langkah
a) Teliti sejauh mana struktur organisasi telah
dijabarkan dalam bentuk pembagian habis
tugas sesuai dengan perundang-undangan
b) Adanya kajian seperlunya seberapa jauh
struktur organisasi telah mencerminkan adanya
pengendalian intern yang baik
c) Pengujian tentang uraian tugas dan wewenang
telah mencerminkan pembaian seluruh tugas
pokok dan fungsi satuan kerja
d) Uraian tugas tidak ada yang tumpang tindih
e) Buat kajian seperlunya tentang kemungkinan
adanya tumpang tindih uraian tugas,
mekanisme uraian komunikasi serta
periodesasi monitoring dan evaluasi
2) Penjabaran tupoksi
a) Setiap kegiatan untuk kerja dan/uppd telah
berlandaskan kepada perundang-undangan
yang berlaku
b) Setiap kegiatan unit kerja dan/uppd dengan
jelas mengindentifikasi tujuan dan sasarannya
c) Tujuan dan sasaran setiap kegiatan senantiasa
dinas yang tercermin dalam tugas pokok dan
fungsi
b. Perencanaan dan program kegiatan
Untuk mengetahui hal ini perlu dalakukan kajian,
khususnya menyangkut sejauh mana pelaksanaan tentang :
1) penetapan kegiatan unit kerja dan/UPPD yang
dijabarkan dalam bentuk rencana Tahunan telah
didasarkan kepada peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan didasarkan pula pada
pertimbangan dan analisis yang objektif dan
memadai
2) bentuk rencana Tahunan mencakup aspek
perencanaan keuangan, sarana dan prasarana, dan
SDM
3) rencana Tahunan tersebut mencerminkan dengan
jelas elemen-elemen :
- tujuan dari setiap rencana kegiatan
- strategia atau cara yang akan ditempuh untuk
mencapai rencana
- sumber daya yang akan digunakan dalam
melaksanakan rencana termasuk besaran
kuantitatif
c. Evaluasi pelaksanaan kegiatan
1) pengawasan melekat telah memiliki suatu sistem
evaluasi pelaksanaan kegiatan
2) bidang/sub bagian/seksi tertentu telah ditetapkan
untuk melasanakan evaluasi
3) hasil evaluasi dapat mengidentifikasikan antara lain :
- jenis kegiatan
- rencana kegiatan dalam bidang pengelolaan
pendapatan dan bidang pengelolaan belanja
maupun spesifikasi teknisnya
- realisasi dan pencapaian rencana kegiatan
- hasil perbandingan antara rencana dan
realissasi
- sebab sebab tidak terlaksanannya suatu rencan
kegiatan
- pemecahan masalah yang mungkin timbul
dalam pencapaian rencana kegiatan
4) hasil evaluasi telah dikomunikasikan dengan
52
BAB IV
ANALISIS PRAKTEK KERJA LAPANGAN
4.1 Analisis Sistem Yang Berjalan
Analisis sistem memberikan gambaran tentang sistem yang diamati yang
saat ini sedang berjalan. Kelebihan dan kekurangan sistem tersebut dapat
diketahui dan diidentifikasi sehingga akan ditemukan beberapa data dan fakta
yang akan dijadikan bahan uji dan analisa. Dalam analisis dokumen akan
dijelaskan hal-hal berikut :
a. Nama dokumen : untuk menjelaskan nama dokumen tersebut
b. Nama unit organisasi : untuk menjelaskan bagian organisasi
c. Fungsi : untuk menjelaskan kegunaan informasi
yang digunakan
d. Kegiatan : untuk mejelaskan kondisi yang terjadi
dalam sistem
4.1.1.Analisis Dokumen
Analisis dokumen berikut ini akan menganalisa dokumen yang
digunakan dalam prosedur pelaksanaan tugas dan fungsi Bidang
Pengendalian dan Pembinaan Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat.
Table 4.1.
Analisis dokumen dalam prosedur pelaksanaan tugas yang sedang berjalan
1
Dokumen deskripsi fungsi
organisasi
Nama dokumen : deskripsi fungsi
organisasi.
Nama unit organisasi : seksi
pengendalian dan pembinaan.
Fungsi : pelaksanaan penyusunan
bahan petunjuk teknis pengendalian
dan pembinaan internal.
Kegiatan : melaksanakan program
pengendalian dan pembinaan pada 33
uppd
2 Dokumen deskripsi kegiatan
Nama dokumen : deskripsi kegiatan.
Nama unit organisasi : seksi
pengendalian dan pembinaan.
Fungsi : pelaksanaan penyusunan
bahan petunjuk teknis pengendalian
dan pembinaan kesekretariatan,
perencanaan dan pengembangan,
pajak, non pajak dan uptd
Kegiatan : melaksanakan penyusunan
program kerja seksi pengendalian dan
3
Dokumen diagram prosedur
kerja
Nama dokumen : diagram prosedur
kerja.
Nama unit organisasi : bidang
pengendalian dan pembinaan.
Fungsi : pelaksanaan penyusunan
behan petunjuk teknis pengendalian
dan pembinaan, kesekretariatan,
perencanaan dan pengembangan,
pajak, non pajak dan uptd.
Kegiatan : melaksanakan penyusunan
program kerja seksi pengendalian dan
pembinaan
4.1.2.Analisis Prosedur yang Sedang Berjalan
Analisa prosedur perhitungan pendapatan dari 33 UPPD yang sedang
berjalan adalah menganalisa proses yang sedang berjalan pada sistem
pembelian yang ada pada Bidang Pengendalian dan Pembinaan Provinsi
Jawa Barat. Dengan ini, maka akan diketahui kelemahan atau kesalahan dari
sistem yang sedang berjalan.
Prosedur perhitungan pendapatan dari 33 UPPD yang sedang berjalan
1. Sub bagian Bidang Pengendalian dan Pembinaan melakukan tinjauan
langsung ke 33 UPPD yang berada di Provinsi Jawa Barat salah
satunya mengenai batas target tanggal pelaporan per triwulan.
2. 33 UPPD membuat laporan pendapatan per triwulan.
3. Laporan triwulan yang telah dikerjakan oleh 33 UPPD diberikan
kepada Bidang Pengendalian dan Pembinaan.
4. Bidang Pengendalian dan Pembinaan melakukan evaluasi hasil
laporan pendapatan per triwulan dari 33 UPPD.
5. Hasil evaluasi di validasi oleh kepala Bidang Pengendalian dan
Pembinaan.
6. Laporan hasil validasi di berikan kepada bidang-bidang lain seperti
pajak, non pajak, renbang, dan kesekretariatan.
7. Bidang pajak, non pajak, renbang, dan kesekretariatan mengevaluasi
laporan dari Bidang Pengendalian dan Pembinaan disesuaikan dengan
data-data yang ada.
8. Laporan yang telah direvisi oleh bidang-bidang di atas dilaporkan
kepada Kepala Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat.
9. Laporan yang telah di validasi oleh Kepala Dinas Pendapatan Daerah
Provinsi Jawa Barat diberikan kembali kepada Bidang Pengendalian
dan Pembinaan beserta 3 bidang lainya (pajak, non pajak, renbang).
10. Bidang pengendalian dan Pembinaan mengembalikan laporan yang
telah di evaluasi, revisi dan validasi oleh Kepala Dinas Pendapatan
4.1.2.1. Flow Map
Flowmap merupakan suatu diagram untuk menggambarkan
aliran data / informasi antar bagian-bagian yang terkait dalam sistem.
Informasi yang disajikan dengan penggambaran flowmap ini lebih
menekankan pada urutan aktivitas disetiap entitas yang berada dalam
sistem. Flow Map mempunyai fungsi sebagai mendefinisikan
hubungan antara bagian (pelaku proses),proses(manual/berbasis
komputer) dan aliran data (dalam bentuk dokumen keluaran dan
Gambar 4.1
Flow Map Sistem Informasi Perhitungan Pendapatan di 33 UPPD
33 UPPD BPP Kep. BPP 4 Bidang (pajak, non pajak,
renbang, kesekretariatan) Kep. DIPENDA
Cek batas tanggal
Membuat laporan pendapatan
Surat tinjauan Surat tinjauan
33 UPPD BPP Kep. BPP 4 Bidang (pajak, non pajak, renbang, kesekretariatan) Kep. DIPENDA
A
Laporan validasi Laporan validasi
4
Evaluasi laporan
Laporan Revisi
Laporan Revisi + Laporan Validasi
Validasi laporan
Laporan Validasi Pendapatan UPPD Laporan Validasi
Pendapatan UPPD
Laporan Validasi Pendapatan UPPD Laporan Validasi
Pendapatan UPPD
5
4.1.2.2. Diagram Konteks
Diagram konteks adalah model atau gafik yang menggambarkan
hubungan sistem dengan lingkungansistem. Untuk dapat
menggambarkan diagram konteks, terlebih dahulu data dideskripsikan
sehingga data apa saja yang akan di butuhkan oleh sistem dan dari
mana sumber data, serta informasi apa saja yang akan dihasilkan aleh
sistem tersebut dan kemana informasi tersebut akan diberikan. Jenis
pertama Context Diagram, adalah data flow diagram tingkat atas
(DFD Top Level), yaitu diagram yang paling tidak detail, dari sebuah
sistem informasi yang menggambarkan aliran-aliran data ke dalam
dan ke luar sistem dan ke dalam dan ke luar entitas-entitas eksternal.
[image:60.595.172.561.583.711.2]Berikut adalah Diagram Konteks :
Gambar 4.2.
Diagram konteks Sistem Informasi Perhitungan Pendapatan di 33
UPPD
4.1.2.3. Data Flow Diagram
Data Flow Diagram (DFD) yaitu alat bantu yang dapat
menggambarkan sistem secara lengkap dan jelas, baik sistem yang
sudah ada maupun sistem yang masih dalam rancangan. Dalam DFD
dijelaskan mengenai aliran data, informasi proses, basis data dan
sumber tujuan data yang dilakukan oleh sistem.
Tingkatan atau level DFD dimulai dari diagram konteks yang
menjelaskan dan menggambarkan sistem secara umum, terdiri dari
beberapa elemen-elemen di luar sistem yang memberikan input ke
dalam sistem. Diagram konteks tersebut akan dirinci ke dalam
beberapa proses yang ada dalam sistem sehingga menghasilkan uraian
Gambar 4.3
Data Flow Diagram Sistem Informasi Perhitungan Pendapatan di 33 UPPD
4.2.Evaluasi Sistem Yang Sedang Berjalan
Berdasarkan sistem perhitungan pendapatan di 33 UPPD masih terdapat
kelemahan pada system tersebut, yaitu terlalu banyaknya proses yang
dilakukan secara manual yang mengakibatkan tidak efektif dan efisien baik
waktu atau