• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Pembelajaran Senam Lantai Guling belakang Melalui Metode Kombinasi, Kelentukan dan Umpan Balik Pengetahuan Hasil Murid Putra SMP Pax Christi Manado

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan Pembelajaran Senam Lantai Guling belakang Melalui Metode Kombinasi, Kelentukan dan Umpan Balik Pengetahuan Hasil Murid Putra SMP Pax Christi Manado"

Copied!
281
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN SENAM LANTAI

GULING BELAKANG MELALUI METODE KOMBINASI,

KELENTUKAN DAN UMPAN BALIK PENGETAHUAN

HASIL MURID PUTRA SMP PAX CHRISTI

MANADO TAHUN AJARAN 2006-2007

(SUATU EKSPERIMEN)

DISERTASI

Untuk Memperoleh Gelar Doktor Pendidikan Pada Universitas Negeri Semarang

OLEH :

JACOB JOPPY TERRY NIM : 6301604001

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

▸ Baca selengkapnya: dokumen laporan umpan balik dari teman sejawat (3 mapel yang berbeda)

(2)

ii

Pengetahuan Hasil Murid Putra SMP Pax Christi Manado Tahun Ajaran 2006/2007 (Suatu Eksperimen)

Telah Disetujui Oleh Promotor, Kopromotor Dan Anggota Untuk Di Ajukan Ke Sidang Panitia Ujian Disertasi Tahap I.

Semarang, Promotor,

Prof. Dr. Dumadi NIP. : 130 048 510

Semarang, Kopromotor,

Prof. Dr. Husein Argasasmita MA. NIP. : 130 189 315

Semarang, Anggota,

(3)

iii

Panitia Penguji Disertasi Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang pada hari ...

Panitia Ujian

Ketua / Rektor, Sekretaris / Direktur PPS

Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si. Dr. H.A.T. Soegito, SH. MM.

NIP. : 131 125 646 NIP. : 130 431 317

Kaprodi Pendidikan Olahraga, Promotor,

Prof. Dr. Dumadi Prof. Dr. Dumadi

NIP. : 130 048 510 NIP. : 130 048 510

Kopromotor, Anggota,

Prof. Dr. Husein Argasasmita, MA. Dr. Setya Rahayu MS.

NIP. : 130 189 315 NIP. 131 571 555

Anggota, Anggota,

DR.Dr. Hardhono Susanto, PAK DR. Khomsin, M.Pd.

(4)

iv

Panitia Penguji Disertasi Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang pada hari ...

Panitia Ujian

Ketua / Rektor, Sekretaris / Direktur PPS

Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si. Dr. H.A.T. Soegito, SH. MM.

NIP. : 131 125 646 NIP. : 130 431 317

Kaprodi Pendidikan Olahraga, Promotor,

Prof. Dr. Dumadi Prof. Dr. Dumadi

NIP. : 130 048 510 NIP. : 130 048 510

Kopromotor, Anggota,

Prof. Dr. Husein Argasasmita, MA. Dr. Setya Rahayu MS.

NIP. : 130 189 315 NIP. 131 571 555

Anggota, Anggota,

DR.Dr. Hardhono Susanto, PAK DR. Khomsin, M.Pd.

(5)

v

seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam disertasi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Berdasarkan surat pernyataan ini, maka saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya, apabila dikemudian hari terdapat pelanggaran etika dalam karya saya, maupun tuntutan dari pihak lain terhadap karya saya.

Semarang, 28 Desember 2007

(6)

vi Mintalah, maka akan diberikan kepadamu;

Carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah,

Maka pintu akan dibukakan bagimu. (Matius 7 : 7) Ask, and it shall be given you;

Seek, and ye shall find; knock,

And it shall be opened unto you. (Matthew 7 : 7)

Hati yang jujur dan memohon dengan tulus dan kasih, akan menerima

KUPERSEMBAHKAN KEPADA :

Istriku yang tercinta : Meiske

Anak-anak yang saya kasihi : Meriani dan suaminya San, Jane dan suaminya Michael, Jusuf, Jevon

Ayah dan Ibunda yang terkasih : Jusuf (almarhum) dan (janda) Juliana Ayah Mertua dan Ibunda Mertua :

(7)

vii

dengan judul : “Pengembangan Pembelajaran Senam Lantai Guling Belakang Melalui Metode Kombinasi, Kelentukan dan Umpan Balik Pengetahuan Hasil Pada Murid Putra SMP Pax Christi Manado Tahun Ajaran 2006/2007” dapat diselesaikan dengan baik.

Judul disertasi ini diangkat berdasarkan issu senter bahwa nampaknya murid-murid tidak merasa tertarik untuk menguasai ketrampilan senam. Senam lantai (floor exercise) adalah gerakan-gerakan jasmani yang mempunyai pengaruh nyata, dalam diri murid, disusun secara sistematik berkaitan dengan tujuan dan penilaian proses, diberikan kesempatan dan peluang untuk dilakukan berbagai aktivitas agar dapat berkembang secara multi lateral baik aspek fisik, mental, emosional dan sosial sebagai modal dasar bagi murid di masa depan, hal ini belum mampu diberdayakan oleh sekolah yang harus dikaji.

Maka pada kesempatan ini saya menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Dumadi, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Olahraga S3 Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang dan Sekretaris melalui berbagai kebijakan dan arahan kepada penulis sehingga disertasi ini dapat diselesaikan dengan baik.

2. Bapak Prof. Dr. Dumadi, selaku Promotor, Bapak Prof. Dr. Husein Argasasmita MA, selaku Kopromotor, dan Ibu Dr. Setya Rahayu MS., selaku Anggota, dengan penuh kesabaran membimbing, mengarahkan penulis sehingga disertasi ini dapat diselesaikan dengan baik tepat waktunya.

3. Bapak Prof. Dr. A.T. Soegito, SH. MM., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang (UNNES), Bapak Prof. Mursid Soleh, Phd., selaku Asdir I UNNES, Bapak Dr. Ahmad Sopyan, MPd., selaku Asdir II UNNES, atas segala kebijakan, pemberian ijin, bantuan berupa fasilitas dan arahan sehingga disertasi ini dapat diselesaikan dengan baik. 4. Bapak Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, selaku Rektor Universitas

Negeri Semarang (UNNES) atas segala kebijakan dan bantuan berupa fasilitas sehingga disertasi ini dapat diselesaikan dengan baik.

(8)

viii dengan baik.

7. Bapak Drs. Karel R. Poluan, Kepala Dinas Pendidikan Nasional Pemerintah Kota Manado, atas rekomendasi dan kebijakan yang memudahkan penelitian ini berjalan lancar, sehingga disertasi ini dapat diselesaikan dengan baik, tepat waktunya.

8. Bapak Drs. Fentje Wurangian A.Md., Kepala SMP Pax Christi Manado, Bapak Guru Drs. M. Linsada, Bapak Guru S. Tambato, S.Pd., Bapak Guru J. Mossey, S.Pd., Bapak Guru J. Biri, S.Pd., Ibu Guru M. Polakitan-Paat, Erick Rawung dan seluruh murid putera Kelas VII SMP Pax Christi Manado, bahkan semua Pegawai dan Staf Guru atas segala bantuan dan pengorbanan waktu membantu pelaksanaan penelitian ini berjalan lancar sehingga disertasi ini dapat diselesaikan tepat waktunya.

9. Semua Staf Pegawai Program Pascasarjana, Perpustakaan dan Kantor Pusat Universitas Negeri Semarang (UNNES), atas segala bantuan sehingga penelitian dan disertasi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Akhirnya penghargaan yang setinggi-tingginya disampaikan kepada Ibunda (Janda) Juliana Tanifan yang saya kasihi dan banggakan, Ibu Meiske L. Rawung istri yang tercinta, anak-anak yang saya kasihi Meriani J. Terry, SIK. dan suaminya O’lvisan Montolalu, Jane T. Terry, SP. dan suaminya Michael Pontororing, SH., Jusuf M.S. Terry, Yevon J.N. Terry, kakak beradik, dan keluarga besar Terry-Rawung, atas segala bantuan, pengorbanan dan dukungan doa, termasuk teman-teman dan semua pihak yang telah membantu saya baik moril maupun materiil sehingga disertasi ini dapat diselesaikan dengan baik. Semoga semua pengorbanan ini mendapat berkat dari Tuhan Yang Maha Esa.

Selanjutnya kiranya tulisan ini memberikan kontribusi yang berarti bagi semua pihak yang membutuhkannya.

(9)

ix

Balik Pengetahuan Hasil Murid Putra SMP Pax Christi Manado. Disertasi. Progaram Studi Pendidikan Olahraga Program Pascasarjana S3 Universitas Negeri Semarang. Promotor : Prof. Dr. Dumadi, Kopromotor : Prof. Dr. Husein Argasasmita MA. Anggota : Dr. Setya Rahayu MS. Kata Kunci : Metode kombinasi, kelentukan, umpan balik pengetahuan hasil, keterampilan guling belakang.

Pendidikan jasmani sebagai suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan motorik yang dipelajari murid dalam keadaan bervariasi perlu dioptimalkan tanpa ragu-ragu, dengan memahami fungsi tubuh dalam berbagai gerak serta asas-asas pertumbuhan dan perkembangannya dapat dimanipulasi dengan merealisasikan berbagai konsep ilmu yang relevan ke arah perbaikan kualitas gerak sesuai tujuan yang dikehendaki. Memperbaiki proses belajar mengajar akan sulit jika tidak ditunjang dengan metode mengajar, pengembangan pola gerak dominan (PGD) diantaranya kelentukan, Juga umpan balik pengetahuan hasil yang tepat untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan gerak murid karena waktu yang sangat relatif singkat dalam setiap kali pertemuan. Kenyataan di lapangan membuktikan bahwa guru-guru pendidikan jasmani kurang berusaha melibatkan pola-pola gerak dominan yang dianalisis sebagai prasyarat membangun keutuhan belajar senam sesuai tuntutan dan kebutuhan.

Jenis penelitian ini adalah eksperimen lapangan dengan menggunakan disain faktorial 2x2x2. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu : 1) Mengukur kelentukan dengan menggunakan instrumen sit and reach test, validitas 0,92 menurut Johnson and Melson (1979) dalam Frank M. Verducci (1980 : 257) dan reliabilitas 0,992; 2) Instrumen instruksional guling belakang 7 tahap; 3) Instrumen instruksional guling belakang 4 tahap; 4) Instrumen instruksional umpan balik singkat; 5) Instrumen instruksional umpan balik rinci; 6) Program pengajaran; 7) Mengukur guling belakang, menggunakan tes buatan sendiri dengan metode Wherry Doolittle. Instrumen 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 mengacu pada kurikulum, dokumen-dokumen yang konseptual, aturan-aturan dan prosedur penyajian materi dalam proses belajar mengajar di SLTP adalah bahan tersedia menurut Kerlinger (2000 : 823-827) adalah valid.

Hasil penelitian dari 11 hipotesis adalah sebagai berikut :

1. Ada perbedaan metode mengajar kombinasi 7 tahap dengan metode mengajar kombinasi 4 tahap. Hasil uji Post Hoc menunjukkan bahwa F Scheffe 38,654 > Ft (3,96).

2. Ada perbedaan antara kelentukan dibawah rata-rata dan kelentukan diatas rata-rata; hasil uji Post Hoc menujukan bahwa F Scheffe 34,726 > Ft 3,96. 3. Ada perbedaan umpan balik pengetahuan hasil singkat dengan umpan balik

(10)

x

balik pengetahuan hasil singkat dalam meningkatkan hasil belajar ketrampilan guling belakang. F hitung 1,684 < Ft 3,96.

6. Tidak terdapat interaksi antara metode mengajar kombinasi dengan umpan balik pengetahuan hasil rinci dalam meningkatkan hasil belajar ketrampilan guling belakang. F hitung 1,69 < Ft 3,96.

7. Terdapat interaksi antara metode mengajar kombinasi, kelentukan dan umpan balik hasil dalam meningkatkan hasil belajar ketrampilan guling belakang. F hitung 9,496 > Ft 3,96.

8. Metode mengajar kombinasi 7 tahap dikombinasikan dengan kelentukan dibawah rata-rata dan pemberian umpan balik pengetahuan hasil singkat berbeda dibandingkan dengan metode mengajar kombinasi 7 tahap dikombinasikan dengan kelentukan dibawah rata-rata dan pemberian umpan balik pengetahuan hasil rinci. Hasil uji Post Hoc menunjukkan bahwa F Scheffe 53,933 > Ft 3,96.

9. Metode mengajar kombinasi 7 tahap dikombinasikan dengan kelentukan diatas rata-rata dan pemberian umpan balik pengetahuan hasil singkat berbeda dibandingkan dengan metode mengajar kombinasi 7 tahap dikombinasikan dengan kelentukan diatas rata-rata dan pemberian umpan balik pengetahuan hasil rinci Hasil uji Post Hoc menunjukkan bahwa F Scheffe 21,817 > Ft 4,301.

10.Metode mengajar kombinasi 4 tahap dikombinasikan dengan kelentukan dibawah rata-rata dan pemberian umpan balik pengetahuan hasil singkat berbeda dibandingkan dengan metode mengajar kombinasi 4 tahap dikombinasikan dengan kelentukan dibawah rata-rata dan pemberian umpan balik pengetahuan hasil rinci. Hasil uji Post Hoc menunjukkan bahwa F Scheffe 57,209 > Ft 4,301.

(11)

xi

with Fleksibility and Feedbacks on Outcomes from Learning Backward-Rolling Skills by Male Students of Pax Christi Junior High School, Manado. Dissertation. S3 Post-Graduate Study Program for Physical Education, Semarang State University, Semarang. Promotor: Prof. Dr. Dumadi, Co-promotor: Prof. Dr. Husein Argasasmita, MA, Member Promotor: Dr. Setya Rahayu MS

Keywords: Combined Methods, fleksibility, Feedback on Learning Outcomes, Backward-rolling Skills

Physical education, attempting to improve motor abilities learned by students in various forms, should be optimized without any hesitation by understanding body functions in various kinds of movements and growth and developmental principles that might be manipulated by making the relevant scientific concepts into realization in which the main goal is to improve the movements as desired. It will be very difficult to improve learning-teaching processes unless they are supported by appropriate methods, the development of dominant patterns of movements (such us fleksibility) and accurate feedback on the learning outcomes intended to correct any mistakes made by the students as each learning session is relatively very short. In practice, physical teachers have not tried as much to involve the dominant patterns of movements that had been analyzed as an essential prerequisite for learning physical exercises based on the existing conditions.

This study was a field experiment using a 2 x 2 x 2 factorial design.The instruments used in this study were listed below: (1) Sit and Reach Tests, for measuring fleksibility, with a validity score of 0.92 (based on Johnson and Melson 1979 in Frank M. Verducci 1980: 257) and a reliability score of 0,992, (2) Backward-rolling 7-phase instructional instrument, (3) Backward-rolling 4-phase instructional instrument, (4) Short-time feedback instructional instrument, (5) Detailed feedback instructional instrument, (6) Instructional programs and (7) Self-made instrument based on Wherry Doolittle’s method for measuring backward-rolling skills. Instruments 2, 3, 4, 5, 6 and 7 above took reference from the existing curricula, conceptual documents and rules and procedures for presenting the materials for learning-teaching activities of Junior High School students, which according to Kerlinger (2000: 823-827) were valid

The examinations on the 11 hypotheses showed the following results: 1. There was a difference between the 7-phase and the 4-phase combined

(12)

xii

instructional methods. The Post Hoc tests indicated Scheffe’s Fo ( 166.954 ) > Ft ( 3.96 ).

4. There was no interaction between the combined and flexsibility methods in improving the outcomes from learning backward-rolling skills. Calculated Fo ( 0.748 ) < Ft ( 3.96 ).

5. There was no interaction between the combined and short-time feedback methods in improving the outcomes from learning backward-rolling skills. Calculated Fo ( 1.684 < Ft ( 3.96 ).

6. There was no interaction between the combined and the detailed feedback methods in improving the outcomes from learning backward-rolling skills. Calculated Fo ( 1.69 ) < Ft ( 3.96 ).

7. There was an interaction between the combined, flexibilty and feedback methods in improving the outcomes from learning backward-rolling skills. Calculated Fo ( 9.496 ) > Ft ( 3.96 )

8. The 7-phase method combined with below-average flexibility and short-time feedback on learning outcomes was different from the 7-phase method combined with below-average flexsibility and detailed feedback on learning outcomes. The Post Hoc tests indicated Scheffe’s Fo ( 53.933 ) > Ft ( 3.96 ). 9. The 7-phase method combined with above-average fleksibility and short-time

feedback on learning outcomes was different from the 7-phase method combined with above-average flexibility and detailed feedback on learning outcomes. The Post Hoc tests indicated Scheffe’s Fo ( 21.817 ) > Ft ( 3.96 ). 10.The 4-phase method combined with below-average flexibility and short-time

feedback on learning outcomes was different from the 4-phase method combined with below-average flexibility and detailed feedback on learning outcomes. The Post Hoc tests indicated Scheffe’s Fo ( 57.209 ) > Ft ( 3.96 ). 11.The 4-phase method combined with above-average flexibility and short-time

feedback on learning outcomes was different from the 7-phase method combined with above-average flexibility and detailed feedback on learning outcomes. The Post Hoc tests indicated Scheffe’s Fo ( 51.624 ) > Ft (3.96 ).

(13)

xiii

JUDUL ... i

PERSETUJUAN PROMOTOR, KOPROMOTOR DAN ANGGOTA ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN DISERTASI TAHAP I ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN DISERTASI TAHAP II ... iv

SURAT PERNYATAAN ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian ... 1

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Landasan Teori dan Kerangka berpikir ... 27

1. Hakikat Mengajar ... 27

2. Hakikat Metode Kombinasi ... 30

3. Hakikat Senam Lantai Sebagai Materi Belajar Motorik ... 34

4. Hakikat Guling Belakang ... 37

5. Hakikat Kelentukan ... 41

(14)

xiv

B. Kajian Penelitian yang Relevan ... 55 C. Kerangka Berpikir ... 62

1. Metode mengajar kombinasi 4 tahap dan 7 tahap dalam

meningkatkan hasil belajar guling belakang ... 62 2. Kelentukan dibawah rata-rata dan diatas rata-rata dalam

meningkatkan hasil belajar keterampilan guling

belakang ... 65 3. Umpan balik pengetahuan hasil singkat dan rinci dalam

meningkatkan hasil belajar guling belakang ... 71 4. Interaksi antara meode mengajar kombinasi dan

kelentukan dalam meningkatkan hasil belajar

guling belakang ... 75 5. Interakasi antara metode mengajar kombinasi dan umpan

balik pengetahuan hasil dalam meningkatkan hasil

belajar guling belakang ... 78 6. Interaksi antara kelentukan dan umpan balik pengetahuan

hasil dalam meningkatkan hasil belajar keterampilan

guling belakang ... 81 7. Interaksi antara metode mengajar kombinasi, kelentukan

dan umpan balik pengetahuan hasil dalam meningkatkan hasil belajar keterampilan guling belakang ... 84 8. Perbedaan metode mengajar kombinasi 4 tahap

dengan kelentukan dibawah rata-rata, umpan balik singkat dan rinci dalam meningkatkan hasil belajar keterampilan guling belakang ... 87 9. Perbedaan metode mengajar kombinasi 4 tahap

dengan kelentukan diatas rata-rata, umpan balik singkat dan rinci dalam meningkatkan hasilbelajar keterampilan

guling belakang ... 90 10.Perbedaan metode mengajar kombinasi 7 tahap,

kelentukan dibawah rata-rata dan umpan balik pengetahuan hasil rinci dan singkat dalam meningkatkan hasil keterampilan belajar guling

belakang ... 91 11.Perbedaan metode mengajar kombinasi 7 tahap

dengan kelentukan diatas rata-rata, umpan balik pengetahuan hasil rinci dan singkat dalam meningkatkan hasil belajar keterampilan guling

(15)

xv

1. Kontrol Terhadap Validitas Disain Internal ... 108

2. Kontrol Terhadap Validitas Disain Eksternal ... 110

3. Kontrol Terhadap Validitas Disain Ekologi ... 110

F. Instrumen Penelitian ... 111

G. Tata Cara Pelaksanaan Instrumen ... 133

1. Cara Pengukuran Kelentukan ... 133

2. Norma Sit And Reach Test ... 134

3. Prosedur Pengukuran Guling Belakang ... 135

4. Unsur-unsur Gerakan yang Benar dan yang Salah ... 137

5. Dasar Penilaian Guling Belakang ... 140

H. Teknik Analisis Data ... 141

1. Penyelenggaraan Penelitian ... 143

2. Pengelompokan Sampel dalam Perlakuan ... 144

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 146

1. Deskripsi Data Kelentukan Dalam Kelompok ... 146

2. Deskripsi Data Guling Belakang ... 150

B. Uji Persyaratan Analisis Varian ... 151

1. Uji Normalitas Data ... 152

2. Uji Homogenitas ... 155

C. Uji Hipotesis ... 154

1. Pengujian hipotesis 1. perbedaan antara metode mengajar kombinasi 4 tahap dengan metode mengajar kombinasi 7 tahap dalam meningkatkan dalam meningkatkan hasil belajar keterampilan guling belakang. ... 155 2. Pengujian hipotesis 2 yaitu perbedaan kelentukan

(16)

xvi belajar keterampilan

guling belakang. ... 156 4. Pengujian hipotesis 4 yaitu interaksi antara metode

mengajar kombinasi dengan kelentukan terhadap hasil

belajar keterampilan guling belakang. ... 157 5. Pengujian hipotesis 5 yaitu interaksi antara metode

mengajar kombinasi dengan umpan balik pengetahuan hasil terhadap hasil belajar keterampilan

guling belakang. ... 158 6. Pengujian hipotesis 6 yaitu interaksi antara kelentukan

dengan umpan balik pengetahuan hasil terhadap hasil

belajar keterampilan guling belakang. ... 159 7. Pengujian hipotesis 7 yaitu interaksi antara metode

mengajar kombinasi, kelentukan dan umpan balik hasil

terhadap hasil belajar keterampilan guling belakang. ... 159 8. Pengujian hipotesis 8 yaitu metode mengajar kombinasi 4

tahap dikombinasikan dengan kelentukan dibawah rata-rata dan umpan balik pengetahuan hasil rinci berbeda dengan metode mengajar kombinasi 4 tahap dikombinasikan dengan kelentukan dibawah rata-rata dan umpan balik pengetahuan hasil singkat terhadap

hasil belajar keterampilan guling belakang. ... 160 9. Pengujian hipotesis 9 yaitu metode mengajar kombinasi 4

tahap dikombinasikan dengan kelentukan diatas rata-rata dan umpan balik pengetahuan hasil rinci berbeda

dengan metode mengajar kombinasi 4 tahap dikombinasikan dengan kelentukan diatas rata-rata dan umpan balik pengetahuan hasil singkat terhadap

hasil belajar keterampilan guling belakang. ... 162 10.Pengujian hipotesis 10 yaitu metode mengajar kombinasi 7

tahap dikombinasikan dengan kelentukan dibawah rata-rata dan umpan balik pengetahuan hasil rinci berbeda dengan metode mengajar kombinasi 7 tahap

dikombinasikan dengan kelentukan dibawah rata-rata dan umpan balik pengetahuan hasil singkat terhadap

hasil belajar keterampilan guling belakang. ... 164 11.Pengujian hipotesis 11 yaitu metode mengajar kombinasi 7

tahap dikombinasikan dengan kelentukan diatas rata-rata dan umpan balik pengetahuan hasil rinci berbeda

(17)

xvii

1. Metode mengajar kombinasi 4 tahap dan 7 tahap dalam meningkatkan hasil belajar keterampilan

guling belakang belakang ... 169 2. Kelentukan dibawah rata-rata dan diatas rata-rata

dalam meningkatkan hasil belajar keterampilan guling belakang. ... 170 3. Umpan balik pengetahuan hasil singkat dan rinci

dalam meningkatkan hasil belajar keterampilan ... 170 4. Interaksi antara metode mengajar kombinasi dan

kelentukan dalam meningkatkan hasil belajar

keterampilan guling belakang. ... 171 5. Interaksi antara metode mengajar kombinasi dan

umpan balik hasil dalam meningkatkan hasil belajar

keterampilan guling belakang. ... 171 6. Interaksi antara kelentukan dan umpan balik

pengetahuan hasil dalam meningkatkan hasil belajar

keterampilan guling belakang. ... 172 7. Interaksi antara metode mengajar kombinasi, kelentukan

dan umpan balik pengetahuan hasil dalam meningkatkan hasil belajar keterampilan guling belakang. ... 172 8. Perbedaan metode mengajar kombinasi 4 tahap

dengan kelentukan dibawah rata-rata, umpan balik singkat dan rinci dalam meningkatkan hasil belajar

keterampilan guling belakan. ... 173 9. Perbedaan metode mengajar kombinasi 4 tahap

dangan kelentukan diatas rata-rata, umpan balik singkat dan rinci dalam meningkatkan hasil belajar

keterampilan guling belakang. ... 174 10. Perbedaan metode mengajar kombinasi 7 tahap,

kelentukan dibawah rata-rata dan umpan balik

pengetahuan hasil rinci dan singkat dalam meningkatkan hasil belajar keterampilan guling belakang. ... 174 11. Perbedaan metode mengajar kombinasi 7 tahap

dengan kelentukan diatas rata-rata, umpan balik

pengetahuan hasil rinci dan singkat dalam meningkatkan hasil belajar keterampilan guling belakang. ... 175 BAB V SIMPULAN DAN SARAN

(18)
(19)

xix

Tabel 3.1. Disain Faktorial 2x2x2 ... 106

Tabel 3.2. Instruksional Metode Mengajar Kombinasi 7 Tahap dan 4 Tahap ... 116

Tabel 3.3. Instruksional Guling Belakang Metode Mengajar Kombinasi 7 Tahap dan 4 Tahap ... 123

Tabel 3.4. Rancangan Satuan Umpan Balik Pengetahuan Hasil Rinci dan Singkat ... 130

Tabel 3.5. Sistematika Penyajian Pelajaran Metode Mengajar Kombinasi 7 Tahap dan 4 Tahap ... 132

Tabel 3.6. Norma Tes Kelentukan ... 135

Tabel 3.7. Unsur-unsur Gerakan Benar dan Gerakan Salah ... 137

Tabel 3.8. Dasar Penilaian Guling Belakang ... 140

Tabel 3.9. Pengelompokkan Sampel dalam Perlakuan ... 144

Tabel 4.1. Data Hasil Uji Normalitas Kalmogorov-Smirnov ... 152

Tabel 4.2. Test of Homogeniety of VariancesHasil Post Test Keterampilan Guling Belakang ... 153

Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil Analisis Varians Tiga Jalan (3 Ways ANAVA) ... 154

Tabel 4.4. Uji Perbedaan Keterampilan Guling Belakang Kelompok (M2K1UB1) dan (M2K1UB2) ... 161

Tabel 4.5. Uji Perbedaan Keterampilan Guling Belakang Berdasarkan (M2K2UB1) dan (M2K2UB2) ... 162

Tabel 4.6. Uji Perbedaan Keterampilan Guling Belakang Berdasarkan (M1K1UB1) dan (M1K1UB2) ... 165

Tabel 4.7 Uji Perbedaan Keterampilan Guling Belakang Berdasarkan (M1K2UB1) dan (M1K2UB2) ... 167

(20)

xx

Gambar 2.2. Guling Belakang 7 Tahap ... 41 Gambar 2.3. Hubungan Panjang Sarkomer dan Tegangan yang Timbul ... 46 Gambar 2.4. Pemendekan Otot Rangka (Kontraksi) Menyebabkan Gerakan

Pada Anggota Badan ... 66 Gambar 2.5. Skema sebuah otot yang menunjukkan 3 jenis jaringan

penghubung ... 68 Gambar 2.6. Sistem perilaku ... 73 Gambar 2.7. Interaksi antara Metode Pembelajaran Kombinasi dengan

Kelentukan terhadap Keterampilan Guling Belakang ... 77 Gambar 2.8. Interaksi antara Metode Pembelajaran Kombinasi dengan Umpan

Balik Pengetahuan Hasil terhadap Keterampilan Guling

Belakang ... 80 Gambar 2.9. Interaksi antara Kelentukan dengan Umpan Balik Pengetahuan

Hasil terhadap Hasil Belajar Keterampilan Guling Belakang ... 83 Gambar 2.10. Interaksi antara Metode Pembelajaran Kombinasi, Kelentukan dan Umpan Balik Pengetahuan Hasil ... 85 Gambar 3.1. Bentuk-bentuk Stretching ... 131 Gambar 3.2. Sit and Reach Test ... 133 Gambar 4.1. Mean Plots Hasil Tes Keterampilan Guling Belakang

Berdasarkan Faktor M, K, dan UB ... 151 Gambar 4.2. Distribusi Data dan Kurva Normal ... 153 Gambar 4.3. Perbandingan Rata-rata Nilai Hasil Tes Keterampilan Guling

(21)

xxi

2. Izin Penelitian ... 188

3. Rekomendasi Pemerintah Kota Dinas Pendidikan Nasional Kota Manado ... 189

4. Izin Penelitian Kepala Sekolah SMP Pax Christi Manado Sulawesi Utara ... 190

5. Sertifikat Kalibrasi ... 191

6. Kegiatan Pelaksanaan Penelitian ... 193

7. Daftar Nama Murid Putra Kelas VIII Smp Pax Christi Manado Yang Mengikuti Uji Coba Instrumen Guling Belakang Tgl 22 Sampai 23 Agustus 2006 ... 195

8. Murid-murid yang mengikuti tes sit and reach test ... 196

9. Rekaputulasi hasil tes sit and reach test ... 200

10.Pengelompokan Sampel dalam Eksperimen ... 204

11.Hasil Undian Kelompok Kelentukan Dibawah Rata-Rata Dan Diatas Rata-Rata ... 205

12.Pengelompokan Kelentukan Dibawah Rata-Rata (K1) Dalam Kelompok Eksperimen ... 210

13.Pengelompokan Kelentukan Diatas Rata-Rata (K2) Dalam Kelompok Eksperimen ... 212

14.Daftar Murid Yang Tidak Terpilih Sebagai Sampel ... 214

15.Rekapitulasi Pengelompokan Eksperimen Berdasarkan Metode Kombinasi (M), Kelentukan (K) Dan Umpan Balik Pengetahuan Hasil (UB) ... 215

16.Daftar Rekapitulasi Kehadiran Murid ... 217

17.Data Tes Keterampilan Guling Belakang ... 221

18.Deskripsi Data Guling Belakang Berdasarkan Mean dan Standart Deviasi ... 222

19.Tabel Rekapitulasi Anava ... 223

20.Tabel Deskripsi Data Guling Belakang Setiap Perlakuan ... 224

21.Data Analisis ... 225

22.Hasil Perhitungan dan Analisis SPSS ... 230

23.Analisis SPSS Uji Normalitas ... 231

24.Uji Homogenitas ... 234

25.Analisis SPSS untuk Uji Homogenitas ... 236

26.Rekapitulasi SPSS ANAVA 3 Jalan ... 237

27.Rekapitulasi ANAVA One Way untuk hipotesis 8,9,10,11 ... 239

28.Hasil Uji Coba Tes Instrumen Guling Belakang ... 242

29.Pengujian Validitas Instrumen Guling Belakang Dengan Metode Wherry-Doolittle ... ... 243

30.Hasil Tes Instrumen Penelitian Kelentukan ... 247

31.Uji Reliabilitas Instrumen Kelentukan ... 249

(22)

xxii

35.Gambar 3 Interaksi Metode Kombinasi, Kelentukan Umpan Balik ... 253 36.Gambar 4 Arahan Kepala Sekolah Pax Christi Manado

S. Wurangin, Amd, dilanjutkan dan gambar Pengukuran Kelentukan ... 254 37.Gambar 5 Latihan Pendahuluan dan

gambar Murid Warming Up dan Streetching ... 255 38.Gambar 6 Murid-Murid Melakukan Streetching dalam

Latihan Pendahuluan ... 256 39.Gambar 7 Pelajaran Inti, Guling Belakang Kelompok Eksperimen

M1,K1,UB1 dan Kelompok M1,K2,UB1 ... 257 40.Gambar 8 Pelajaran inti, guling belakang Kelompok Eksperimen

M1, K1, UB2 dan Kelompok M1, K2, UB2 ... 258 Gambar 9 Pelajaran inti, guling belakang Kelompok Eksperimen

M2, K1, UB1 dan Kelompok M2, K2, UB1 ... 259 Gambar 10 Pelajaran inti, guling belakang Kelompok Eksperimen

M2, K1, UB2 dan Kelompok M2, K2, UB2 ... 260 Gambar 11 Penutup, murid-murid melakukan Cooling Down

(pendinginan) ... 261 Gambar 12 Pelaksanaan Test Guling Belakang ... 262 Gambar 13.Otot-otot punggung dan m.quardatus lumborum

Sebagai ekstensor punggung (dilihat dari belakang) ... 263 Gambar 14 Musculus gastronemius dan m soleus (otot-otot betis)

(23)

1

A. Latar Belakang Penelitian

Dalam rangka pembentukan, watak, disiplin, keunggulan daya saing dan etos kerja yang tinggi, sebagai usaha meningkatkan aktivitas belajar murid, disamping mencegah ketegangan dan kelemahan syaraf, memperbaiki kesalahan sikap, mencegah penyakit hipokenetik sebagai akibat kurang yang gerak menyebabkan kegemukan dan berbagai penyakit.

Maksum (2004) dalam Sport Development Index (SDI) Nasional (2004 : 57) menjelaskan bahwa : Olahraga berdampak positif terhadap medical symptoms and vitality. Mereka yang melakukan aktivitas olahraga secara teratur, mengalami keluhan kesehatan yang lebih kecil dibanding mereka yang tidak melakukan aktivitas olahraga. Keluhan kesehatan yang dimaksud antara lain pusing kepala, masuk angin, tidur tidak nyenyak, dan jika mengalami sakit waktu sembuhnya lama.

Revan, Barret-Connor & Edelstein (1991) dalam Sport Development Index (SDI) Nasional (2004 : 57) “juga membuktikan bahwa aktivitas fisik yang dilakukan secara regular mampu menurunkan tekanan darah bagi mereka yang memiliki resiko tekanan darah tinggi”.

(24)

Dalam Kurikulum (2004 : 8) Sekolah Menengah Pertama (SMP) dijelaskan bahwa Karakteristik pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan SMP adalah sebagai berikut :

1. Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di SMP, yang mempelajari dan mengkaji gerak manusia secara interdisipliner. Gerak manusia adalah aktivitas jasmani yang dilakukan secara sadar untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan keterampilan motorik, mengembangkan sikap dan perilaku agar terbentuk gaya hidup yang aktif.

2. Pendidikan jasmani menggunakan pendekatan interdisipliner, karena melibatkan berbagai disiplin ilmu seperti anatomi, fisiologi, psikologi, sosiologi dan ilmu-ilmu yang lain. Pendukung utama pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan adalah ilmu keolahragaan yang mencakup filsafat olahraga, sejarah olahraga, pedagogi olahraga, sosiologi olahraga, fisiologi olahraga dan biomekanika olahraga.

3. Materi pendidikan jasmani merupakan kajian terhadap gerak manusia yang dikemas dalam muatan esensial, faktual dan aktual. Materi ini disampaikan dalam rangka memberikan kesempatan bagi siswa untuk tumbuh kembang secara proporsional dan rasional dalam hal ranah psikomotor, jasmani, kognitif dan afektif. Agar mencapai tujuan tersebut, proses pembelajaran yang dilaksanakan harus menyenangkan, menggembirakan dan mencerdaskan murid.

Selanjutnya dalam Mutohir, Cholik H. Toho (2002 : 138) menyatakan bahwa :

(25)

up-grading is needed in all areas teaching physical education and sport, coaching, officiating, administering, marketing, facility and event management, fitness leader instruction (Coles dan Jones, 1997).

Hal ini sesuai implikasi peraturan perundang-undangan sebagai strategi kurikulum pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dilengkapi PPRI Nomor 10 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan 2007 oleh Tim Cemerlang.

Definisi tersebut di atas mengacu pada rujukan Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional (Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2005 dilengkapi dengan Kepres No. 72 Tahun 2001 tentang Komite Olahraga Nasional Indonesia Profesional 2006)

Dijelaskan pula bahwa berbagai variasi tentang definisi, termasuk kurikulum Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Olahraga 1994, tetapi tidak banyak berubah dari definisi sebelumnya, termasuk gagasan yang dirumuskan oleh Hetherington bapak Pendidikan Jasmani modern di Amerika Serikat tahun 1910, atau rumusan Bucher dalam Arma Abdullah ( 1994 : 116 ) yang muncul setengah abad kemudian (Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2005 dilengkapi dengan ketentuan yang lalu tentang Komite Olahraga Nasional Indonesia Profesional 2006).

(26)

perkembangan motorik yaitu faktor-faktor psikologi sosial yang dikaitkan dengan sub kategori lingkungan akan diberikan perhatian secara khusus. 1. Faktor yang berkaitan dengan biologis

Banyak faktor biologis yang mempengharuhi perkembangan motorik. Kedua faktor tersebut misalnya masalah genetika umur, sehubungan ukuran tubuh disaat lahir, fisik dan rata-rata kematangan.

2. Faktor yang berkaitan dengan lingkungan

Termasuk kondisi sarana prasarana fasilitas dan alat-alat yang dibutuhkan tidak memadai, rusak, ukuran-ukuran yang tidak sesuai dengan kemampuan peserta didik (terlalu berat, terlalu ringan, terlalu panjang, terlalu pendek)

3. Motivasi

Motivasi juga dapat merupakan saalah satu penyebab terpadunya kesalahan antara lain : kelelahan, tuntutan terlalu tinggi, tuntutan terlalu rendah, kondisi peralatan dan lingkungan yang tidak mendukung, kurang jelasnya tujuan yang ingin dicapai, kondisi proses belajar mengajar yang membosankan, tidak tepatnya metode mengajar yang digunakan guru dan sebagainya.

4. Informasi

Suatu bentuk gerakan yang ditampilkan adalah realisasi dari program yang dikonotasikan.

(27)

jasmani, olahraga dan kesehatan sebagai bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan. Dilihat dari struktur gerakan-gerakan yang ada dimana keterampilan senam selalu dibangun atas keterampilan-keterampilan dasar seperti gerak berpindah tempat (lokomotor) gerakan-gerakannya antara lain : jalan, lari, lompat, jingkat, loncat-loncat, guling, merubah arah dan sebagainya, gerak di tempat (non lokomotor) gerakan-gerakannya antara lain : meliuk, mengulur, memilin, memutar, bergantung, dan lain-lain, sedangkan gerak manipulatif antara lain : (1) Gerakan sederhana seperti : melempar, mendorong, menarik, memukul, mengangkat, menangkap, mengayun, naik tangga dan sebagainya; (2) Gerakan yang lebih kompleks seperti : pelaksanaan berbagai cabang olahraga (Rusli Lutan, 2001 : 61).

(28)

Sebagai langkah awal pembentukan pola-pola gerak dimaksud adalah keterampilan fundamental sesuai tujuan yang hendak dicapai, karena sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari juga dalam berbagai kegiatan senam, oleh karena itu murid-murid harus dirangsang untuk memiliki berbagai aktivitas fisik, karena jelas terdapat perbedaan antara kualitas fisik bawaan (nature) dan kualitas fisik yang dihubungkan dengan latihan (nurture) seperti : kekuatan (strength), kelentukan (flexibility), keseimbangan (balance), daya tahan (endurance) dan lain-lain.

Imam Soejoedi (1978 : 11), menyebutkan bahwa :

Senam lantai adalah suatu dari rumpun senam. Sesuai dengan istilah lantai,

maka gerakan-gerakan atau bentuk latihannya dilakukan di lantai. Jadi

lantailah (yang beralaskan permadani atau sejenisnya) merupakan alat yang

digunakan untuk tempat berlatih, dalam melakukan berbagai bentuk gerakan

senam lantai, baik yang tingkat kesukaran tinggi maupun rendah sangat

ditentukan oleh besar kecilnya unsur kelemasan, kekuatan, keseimbangan dan

ketangkasan yang terdapat pada setiap bentuk gerakan.

Selanjutnya dijelaskan pula bahwa : .... berbagai bentuk gerakan yang dilakukan di atas lantai, menyebabkan kebebasan bergerak sangat luas dan mengurangi rasa takut dalam melakukan berbagai bentuk gerakan. Disamping bentuk-bentuk gerakan senam lantai dan latihan-latihannya juga akan mempermudah gerakan-gerakan senam yang dilakukan dengan alat .

(29)

pada umumnya senam lantai disebut floor exercise tetapi ada juga yang menamakan tumbling. Senam lantai dilakukan pada matras. Unsur-unsur gerakannya terdiri dari mengguling, melompat, berputar di udara, menumpu dengan tangan atau kaki untuk mempertahankan sikap seimbang atau pada waktu meloncat ke depan maupun ke belakang. Bentuk-bentuk latihannya juga merupakan gerakan dasar dari senam perkakas. Pada dasarnya bentuk-bentuk latihan bagi putra dan putri adalah sama, tetapi untuk putri dimasukkan juga unsur-unsur gerakan balet.

Dewasa ini salah satu isue senter dalam pembelajaran senam adalah : Bagaimana murid dapat termotivasi ketika mengikuti pelajaran. Kenyataan menunjukkan bahwa dalam banyak situasi pembelajaran senam, banyak sekali murid yang nampaknya tidak tertarik untuk betul-betul menguasai keterampilan senam. Dari pengalaman, malahan hampir semua murid putri sepertinya takut mengikuti pelajaran senam (Agus Mahendra, 2000 : 92).

Sebenarnya guling ke belakang dalam senam lantai tidak mendapat kesukaran yang berarti, jika guling ke depan sudah dikuasai murid, akan tetapi hambatan utama adalah faktor kejiwaan, karena murid tidak melihat apa yang ada di belakangnya, sehingga menimbulkan keragu-raguan.

Hal ini jelas terjadi karena bagi pemula bukan hanya sering menoleh ke belakang, tetapi juga menekuk lutut bahkan bertumpuh dengan kedua tangan sebelum mengguling ke belakang, ataupun mengguling dengan bahu terutama bagi murid-murid puteri.

Dewasa ini sebagian besar peneliti menyatakan bahwa usia untuk belajar motorik paling tepat adalah masa sebelum adolosens. Hal ini sesuai pendapat Nash (1960) dalam Sugiyanto ( 1991 : 153 ) yang menyatakan :

(30)

Dalam penelitian ini ditentukan murid-murid kelas 7 SMP yang berusia rata-rata 12 tahun. Di sekolah menengah pertama para murid memahami bahwa pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan berkenaan dengan perbaikan kesegaran jasmani dan kesehatan. Murid-murid dalam usia ini pun ingin mengekspresikan diri dalam berbagai pengelaman baru dan keterampilan motorik dalam bidang olahraga. Disamping itu dapat mengembangkan pikiran, perasaan, mental emosional dan sosialnya dimasa mendatang

Mereka pula memahami bahwa pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan sebagai wadah untuk mengembangkan fairplay dan sportivitas serta memiliki keinginan untuk mempelajari berbagai aktivitas skills dalam belajar motorik untuk mengisi waktu senggang, bahkan dapat menggabungkan dirinya dengan berbagai tim olahraga.

Perkembangan dan penghalusan kinerja skills pada aktivitas motorik adalah salah satu tugas dari perkembangan pada masa anak-anak. Semua anak, kecuali mereka yang aktivitas terhambat mental secara signifikan berpotensi untuk berkembang dan belajar berbagai motorik fundamental dan khusus.

(31)

atau suku, budaya sebagai pertimbangan psikologi sosial, fasilitas, sarana prasarana, kepribadian dan lain-lain adalah penting dalam proses pengembangan motorik total.

Pada prinsipnya perkembangan pola motorik adalah suatu proses perlahan-lahan, sedikit demi sedikit dimodifikasi secara terus menerus berdasarkan potensi seseorang termasuk pengalaman-pengalaman sebelumnya dan berbagai pengalaman baru. Dengan sendirinya perkembangan motorik untuk anak-anak SMP perlu juga menyesuaikan dengan tuntutan dan intensitas beban akan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pembelajaran motorik. Perkembangan motorik adalah hasil dari suatu interaksi organisme dengan lingkungannya secara bervariasi dalam kebudayaan yang berbeda seperti jenis rangsangan dan respon yang diharapkan, maka pengaruh dan perkembangan motorik akan menjadi nyata.

(32)

pertanyaan umum yang harus dipertimbangkan dalam menilai perkembangan motorik yang berinterelasi sejak masa anak-anak sampai anak menjadi besar.

Program gerakan itu sendiri disusun berdasarkan informasi yang diterima oleh murid. Informasi yang tidak lengkap mengakibatkan program gerakan yang disusun oleh murid pada sarafnya tidak lengkap. Masalah ini tidak akan terlihat pada wujud kerja yang ditampilkan. Hal yang demikian harus dilihat sebagai suatu kesalahan yang terjadi berhubungan dengan informasi oleh :

1. Tidak lengkapnya informasi yang diberikan tentang apa dan bagaimana gerakan yang harus dilakukan peserta didik.

2. Salah mengerti informasi sehingga program gerakan yang disusun merupakan program yang salah. Salah memberikan informasi dapat disebabkan:

a) Guru terlalu cepat memberikan informasi, sehingga sulit dimengerti murid.

b) Informasi yang diberikan terlalu banyak dan luas sehingga sulit bagi murid untuk mengambil intinya.

c) Memberikan informasi secara tidak sistematis.

d) Menggunakan istilah-istilah yang tidak dikenal dan sulit untuk dimengerti oleh peserta didik.

e) Memberikan contoh-contoh yang abstrak, sedangkan anak usia SMP baru memiliki kemampuan berpikir konkrit.

(33)

Untuk mengatasi permasalahan tersebut diatas, maka perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut :

1. Berikanlah informasi secara ringkas dan jelas dengan menggunakan kalimat-kalimat sederhana agar mudah dipahami murid.

2. Berikanlah contoh-contoh konkrit berhubungan dengan hal-hal yang ditemui murid dalam kehidupannya setiap hari.

3. Berikan informasi secara sistematis dan berikan penekanan serta pengulangan terhadap masalah yang dianggap penting.

4. Dapat dilakukan tanya jawab dengan murid, untuk mengetahui sejauh mana informasi yang tidak diberikan dapat dimengerti murid.

5. Jangan melakukan latihan sebelum peserta didik memahami dan mengerti dengan baik informasi yang diberikan.

Berbagai faktor tersebut diatas merupakan sumber terjadinya berbagai kesalahan dan saling terkait antara satu dengan yang lain, disebabkan setiap kelompok dapat mempengaruhi secara keseluruhan wujud kerja yang ditampilkan murid.

(34)

diberdayakan dengan berbagai metode, untuk meningkatkan perkembangan fisik maupun psikis murid yang menjadi perhatian guru dalam proses belajar mengajar.

(35)

Keuntungan bagi murid adalah dapat melakukan pemprosesan yang terkontrol secara otomatis dan lebih bersifat kognitif yang dilibatkan dalam situasi yang membutuhkan adaptabilitas terhadap berbagai gerakan baru, karena dapat dideteksi secara otomatis jelas, akan memenuhi kebutuhan murid. Dalam pengembangan metode mengajar kombinasi ini dimasudkan pula umpan balik pengetahuan hasil yang juga memiliki dua taraf yaitu umpan balik pengetahuan hasil singkat dan rinci untuk dilihat perbedaannya diantara kedua taraf tersebut dalam meningkatkan hasil belajar keterampilan guling belakang. Dalam penelitian ini di manipulasi dengan merelasikan tiga konsep ilmu yang berbeda dalam memberikan kontribusi terhadap hasil belajar keterampilan guling belakang, yaitu metode mengajar kombinasi, umpan balik hasil dan kelentukan sebagai variabel atributif.

Pada prinsipnya masalah metode mengajar secara global dan parsial bukanlah suatu perbedaan hakiki, karena memiliki tujuan dan bahan pelajaran yang sama disajikan kepada murid yang sama, sedangkan yang berbeda adalah pemberian urutan bahan pelajaran, maka guru harus mampu menyusun strategi belajar mengajar apabila menggunakan pendekatan-pendekatan dengan metode –metode tersebut. Akan tetapi ada juga guru yang sering menggabungkan kedua metode tersebut yang disebut metode global parsial atau metode kombinasi.

(36)

namun tidak dapat disangkal bahwa masing-masing metode memiliki ciri khas tersendiri serta kelebihan dan kekurangannya.

Selain itu kontribusi aktif dari para murid sangat diharapkan, sehingga umpan balik juga merupakan bagian penting dari keseluruhan proses belajar mengajar karena umpan balik akan menunjukkan sejauh mana tujuan belajar dapat tercapai dengan demikian apabila umpan balik menunjukkan bahwa tujuan pelajaran belum tercapai, maka dibuat masukan baru dengan mengoreksi kesalahan-kesalahan untuk memperbaiki gerakan-gerakan yang salah untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan salah satu tugasnya adalah meningkatkan kemampuan motorik yang dipelajari murid, untuk dikembangkan dalam keadaan bervariasi, dimana murid-murid dituntut untuk dapat mempraktekkan tugas-tugas gerak dengan baik.

Dari uraian diatas maka perlu langkah-langkah bagaimana mempengaruhi aktivitas motorik secara positif, sehingga aktivitas-aktivitas motorik yang mereka lakukan dapat bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangannya baik secara kognitif, motorik dan afektif. Faktor yang harus diperhatikan agar dapat mengarahkan mereka ke salah satu atau beberapa nomor senam.

(37)

koordinasi merupakan faktor yang perlu diperhatikan dibina dan dikembangkan, karena kemampuan koordinasi merupakan salah satu syarat untuk dapat menguasai aksi-aksi motorik olahraga dengan baik. Kenyataan lapangan membuktikan bahwa guru-guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan hampir tidak pernah berusaha untuk melibatkan berbagai pola gerak dominan yang dianalisis sebagai prasyarat untuk membangun keutuhan belajar senam khususnya guling belakang secara efektif dan efisien dalam meningkatkan hasil belajar murid secara maksimal. Dalam Mutohir, Cholik H. Toho (2002 : 138) :

“Bahwa jika Indonesia ingin memperbaiki olahraganya, maka ada dua hal pokok yang perlu dilakukan. Pertama, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dan kedua, memperbaiki koordinasi diantara organisasi-organisasi olahraga yang ada”.

Kesadaran untuk melakukan suatu tindakan atau perbuatan tidak hanya dilakukan sekali saja, tetapi sering kali diulangnya lagi. Perbuatan seseorang dilandasi oleh kesediaan psikologis tertentu untuk mereaksi terhadap keadaan atau obyek tertentu, disebut sikap atau attitude.

Setiap individu mempunyai suatu sistem pikiran berdasarkan pengalaman yang mengatur semua proses perbuatannya, sehingga apa yang dibuatnya sesuai dengan sistem pikirannya sebagai kesediaan untuk mereaksi terhadap obyek tertentu; maka kesediaan mereaksi atau sikap (attitude) adalah suatu kesadaran kompleks yang menentukan perbuatannya yang dilakukan dengan sadar.

(38)

“Sebenarnya sikap bukanlah suatu tindakan atau action, tetapi merupakan cara bertindak (course of action) dalam situasi tertentu dan menghadapi obyek tertentu”.

Harvey dan Smith (1977) dalam Sudibyo Setyobroto (1989 : 39) : “menegaskan dalam definisinya bahwa sikap (attitude) adalah kesediaan untuk merespons secara konstan dengan cara positif atau negatif terhadap obyek atau situasi tertentu”.

Selanjutnya Cattel, Harvey dan Smith dalam Sedibyo Setyobroto ( 1989 : 39 ) tersebut menunjukkan adanya kesamaan pandangan bahwa :

“sikap bukanlah action atau tindakannya sendiri, tetapi baru merupakankesediaan”.

Selanjutnya Mar’at (1982) menjelaskan bahwa :

Berbagai persepsi (visual, auditif, rasa, dsb) kemudian berproses melalui perhatian, pemahaman dan keputusan, dan semuanya ini baru merupakan tingkah laku tersembunyi (covert) yang kita kenal dengan sikap. Kemudian akan berproses lebih lanjut dan terwujudlah bentuk tindakan yang tampak (overt) yang dapat diamati” (Sudibyo Setyobroto, 1989 : 39).

Selain itu waktu yang relatif singkat dalam setiap kali pertemuan yaitu 2 x 45 menit = 90 menit, sedangkan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan diuraikan bahwa :

“Alokasi waktu jam pembelajaran adalah 40 menit” (E. Mulyoso, 2006 : 53).

(39)

dalam Struktur Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP 2006) dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran per minggu secara keseluruhan” adalah waktu yang cukup untuk memantapkan pendidikan jasamani, olahraga dan kesehatan bagi murid SMP / MTs yang masih usia dini. Namun demikian dalam Struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) guru juga harus mampu bekerja mandiri untuk memperbaiki diri dalam pembelajaran.

Hal ini penting agar ia benar-benar menjadi guru yang mampu menjadi pola anutan dan ditiru, sehingga tidak saja mampu mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tapi juga melaksanakannya dalam pembelajaran secara efektif dan menyenangkan.

Sampai sekarang ini, sepanjang pengamatan peneliti, belum ada usaha dari para pendidik, untuk menanggulangi kesulitan yang dialami murid dalam proses belajar mengajar senam lantai khususnya guling belakang, bahkan guru pun sering dikacaukan dengan berbagai buku pegangan yang beraneka ragam, tanpa mencari solusi dalam pemecahan tingkat kesulitan yang dialami murid.

Atas dasar ini maka peneliti akan mengangkat permasalahan dalam penelitian ini dengan judul :

“Pengembangan Pembelajaran Senam Lantai Guling Belakang Melalui Metode Kombinasi, Kelentukan dan Umpan Balik Pengetahuan Penampilan pada Murid Siswa Putra Smp Pax Christi Manado Tahun Ajaran 2006-2007”.

(40)

B Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Murid-murid di sekolah merasa khawatir bahkan takut mengikuti pelajaran senam lantai khususnya guling ke belakang.

2. Guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan belum dapat mengembangkan metode mengajar secara efektif dan efisien dalam mengajarkan senam lantai khususnya guling ke belakang.

3. Terdapat kesenjangan antara tujuan khusus pengajaran senam lantai dan guling belakang dengan apa yang dikerjakan guru di lapangan menyebabkan prestasi belajar tidak dinyatakan secara jelas.

4. Guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan balum kreatif mencari solusi terhadap pemecahan permasalahan dalam belajar senam lantai guling belakang.

5. Pola-pola gerakan yang fundamental belum dikembangkan dalam keterampilan sesuai tujuan belajar mengajar yang hendak dicapai.

6. Komponen-komponen fisik belum dilatih secara kontinue dan sistematis sebagai dasar acuan pengembangan kualitas motorik untuk menunjang pelaksanaan belajar senam lantai khususnya kelentukan.

(41)

8. Mengajar senam lantai khususnya guling belakang, guru belum dapat memperkecil kekuatiran dan ketakutan murid dalam mempelajari berbagai bentuk gerakan.

9. Banyak guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan belum mampu memperbaiki metode mengajar dalam mengatasi berbagai kesulitan murid untuk mempelajari senam lantai khususnya guling belakang.

10.Guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan belum membangun dan meningkatkan kekuatan, kelentukan dan daya tahan murid secara optimal dalam mengkonstruksikan gerakan-gerakan senam lantai khususnya guling belakang.

11.Metode mengajar kombinasi belum dibangun secara tepat, efisien dan efektif untuk meningkatkan hasil belajar senam lantai khususnya guling belakang.

12.Guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan belum menggunakan umpan balik pengetahuan hasil untuk dapat meningkatkan hasil belajar senam lantai khususnya guling belakang.

13.Faktor-faktor internal dan eksternal murid seharusnya ditingkatkan melalui metode mengajar pola gerak dominan dan umpan balik pengetahuan hasil untuk memberikan kontribusi terhadap kemampuan hasil belajar senam lantai khususnya guling belakang.

(42)

C. Pembatasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian ini lebih terarah maka perlu diadakan pembatasan permasalahan terhadap masalah yang diteliti. Masalah penelitian ini hanya dibatasi pada metode mengajar kombinasi, kelentukan dan umpan balik pengetahuan penampilan terhadap hasil belajar guling belakang.

Dengan demikian masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Perbedaan metode mengajar kombinasi 4 tahap dan 7 tahap terhadap hasil belajar keterampilan guling belakang.

2. Perbedaan kelentukan dibawah rata-rata dan diatas rata-rata terhadap hasil belajar keterampilan guling belakang.

3. Perbedaan umpan balik pengetahuan hasil singkat dan rinci terhadap hasil belajar keterampilan-keterampilan guling belakang.

4. Interaksi antara metode mengajar kombinasi dengan kelentukan terhadap hasil belajar keterampilan guling belakang.

5. Interaksi antara kelentukan dan umpan balik pengetahuan hasil terhadap hasil belajar keterampilan guling belakang.

6. Interaksi antara metode mengajar kombinasi dan umpan balik pengetahuan hasil terhadap hasil belajar keterampilan guling belakang. 7. Interaksi antara metode mengajar kombinasi, kelentukan dan umpan balik

pengetahuan hasil terhadap hasil belajar keterampilan guling belakang. 8. Perbedaan metode mengajar kombinasi 4 tahap dikombinasikan dengan

(43)

dengan metode mengajar kombinasi 4 tahap dikombinasikan dengan kelentukan dibawah rata-rata dan umpan balik pengetahuan hasil rinci terhadap hasil belajar keterampilan guling belakang.

9. Perbedaan metode mengajar kombinasi 4 tahap dikombinasikan dengan kelentukan diatas rata-rata dan umpan balik pengetahuan hasil singkat dengan metode mengajar kombinasi 4 tahap dikombinasikan dengan kelentukan diatas rata-rata dan umpan balik pengetahuan hasil rinci terhadap hasil belajar keterampilan guling belakang.

10.Perbedaan metode mengajar kombinasi 7 tahap dikombinasikan dengan kelentukan dibawah rata-rata dan umpan balik pengetahuan hasil singkat dengan metode mengajar kombinasi 7 tahap dikombinasikan dengan kelentukan dibawah rata-rata dan umpan balik pengetahuan hasil rinci terhadap hasil belajar keterampilan guling belakang.

11.Perbedaan metode mengajar kombinasi 7 tahap dikombinasikan dengan kelentukan diatas rata-rata dan umpan balik pengetahuan hasil singkat dengan metode mengajar kombinasi 7 tahap dikombinasikan dengan kelentukan diatas rata-rata dan umpan balik pengetahuan hasil rinci terhadap hasil belajar keterampilan guling belakang.

D. Rumusan Masalah

(44)

1. Apakah metode mengajar kombinasi 7 tahap berbeda dengan pada metode mengajar kombinasi 4 tahap dalam meningkatkan hasil belajar keterampilan guling belakang.

2. Apakah kelentukan dibawah rata-rata berbeda dengan pada kelentukan diatas rata-rata dalam meningkatkan hasil belajar keterampilan guling belakang.

3. Apakah umpan balik pengetahuan hasil singkat berbeda dengan pada umpan balik pengetahuan hasil rinci dalam meningkatkan hasil belajar keterampilan guling belakang.

4. Apakah terjadi interaksi antara metode kombinasi dengan kelentukan terhadap hasil belajar keterampilan guling belakang?

5. Apakah terjadi interaksi antara kelentukan dengan umpan balik pengetahuan terhadap hasil belajar keterampilan guling belakang.

6. Apakah terjadi interaksi antara metode mengajar kombinasi dengan umpan balik pengetahuan hasil terhadap hasil belajar keterampilan guling belakang.

7. Apakah terjadi interaksi antara metode mengajar kombinasi, kelentukan dan umpan balik pengetahuan hasil terhadap hasil belajar keterampilan guling belakang.

(45)

dengan kelentukan dibawah rata-rata dan umpan balik pengetahuan hasil rinci terhadap hasil belajar keterampilan guling belakang

9. Apakah metode mengajar kombinasi 4 tahap dikombinasikan dengan kelentukan diatas rata-rata dan umpan balik pengetahuan hasil singkat berbeda dengan metode mengajar kombinasi 4 tahap dikombinasikan dengan kelentukan diatas rata-rata dan umpan balik pengetahuan hasil rinci terhadap hasil belajar keterampilan guling belakang

10.Apakah metode mengajar kombinasi 7 tahap dikombinasikan dengan kelentukan dibawah rata-rata dan umpan balik pengetahuan hasil singkat berbeda dengan metode mengajar kombinasi 7 tahap dikombinasikan dengan kelentukan dibawah rata-rata dan umpan balik pengetahuan hasil rinci terhadap hasil belajar keterampilan guling belakang

11.Apakah metode mengajar kombinasi 7 tahap dikombinasikan dengan kelentukan diatas rata-rata dan umpan balik pengetahuan hasil singkat berbeda dengan metode mengajar kombinasi 7 tahap dikombinasikan dengan kelentukan diatas rata-rata dan umpan balik pengetahuan hasil rinci terhadap hasil belajar keterampilan guling belakang

E. Tujuan Penelitian

(46)

1. Untuk meneliti perbedaan pengaruh metode mengajar kombinasi 7 tahap dan metode mengajar kombinasi 4 tahap terhadap hasil belajar keterampilan guling belakang.

2. Untuk meneliti perbedaan kelentukan dibawah rata-rata dan kelentukan diatas rata-rata terhadap hasil belajar keterampilan guling belakang.

3. Untuk meneliti perbedaan umpan balik pengetahuan hasil singkat dengan umpan balik pengetahuan hasil rinci terhadap hasil belajar keterampilan guling belakang.

4. Untuk meneliti interaksi antara metode mengajar kombinasi dan kelentukan terhadap hasil belajar keterampilan guling belakang.

5. Untuk menelti interaksi antara metode kombinasi dengan umpan balik pengetahuan hasil terhadap hasil belajar keterampilan guling belakang. 6. Untuk meneliti interaksi antara kelentukan dengan umpan balik

pengetahuan hasil terhadap hasil belajar keterampilan guling belakang. 7. Untuk melihat interaksi antara metode kombinasi, kelentukan dan umpan

balik pengetahuan hasil terhadap hasil belajar keterampilan guling belakang.

(47)

9. Untuk meneliti metode mengajar kombinasi 4 tahap dikombinasikan dengan kelentukan diatas rata-rata dan umpan balik pengetahuan hasil singkat berbeda dari pada metode mengajar kombinasi 4 tahap dikombinasikan dengan kelentukan diatas rata-rata dan umpan balik pengetahuan hasil rinci terhadap hasil belajar keterampilan guling belakang.

10.Untuk meneliti metode mengajar kombinasi 7 tahap dikombinasikan dengan kelentukan dibawah rata-rata dan umpan balik pengetahuan hasil singkat berbeda dari pada metode mengajar kombinasi 7 tahap dikombinasikan dengan kelentukan dibawah rata-rata dan umpan balik pengetahuan hasil rinci terhadap hasil belajar keterampilan guling belakang.

11.Untuk meneliti metode mengajar kombinasi 7 tahap dikombinasikan dengan kelentukan diatas rata-rata dan umpan balik pengetahuan hasil singkat berbeda dari pada metode mengajar kombinasi 7 tahap dikombinasikan dengan kelentukan diatas rata-rata dan umpan balik pengetahuan hasil rinci terhadap hasil belajar keterampilan guling belakang.

F. Manfaat Penelitian

(48)

1. Kegunaan bagi guru dan calon guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan untuk menyusun dan merencanakan suatu pengajaran senam lantai dengan memanfaatkan pengaruh variabel dengan berorientasi pada interaksi variabel.

2. Kegunaan penelitian pada murid dalam belajar keterampilan senam lantai sebagai gambaran obyektif berdasarkan kemampuan murid dengan pelaksanaan penelitian ini.

3. Kegunaan bagi masyarakat, hasil penelitian ini dapat menambah khasanah perbendaharaan ilmu pengetahuan.

(49)

27

A. Landasan Teori

1. Hakikat Mengajar

Apa yang dikerjakan guru dalam proses pembelajaran, dilakukan dalam rencana secara matang dan cermat dengan asumsi bahwa proses pelaksanaannya bukan saja terarah tetapi, efektif, efisien dan produktif sesuai tujuan. Dari uraian di atas, efektif mengandung pengertian bahwa apa yang dikerjakan guru ada pengaruh positif, tidak mubasir, efisien dalam arti tidak terjadi penghamburan waktu tenaga maupun sarana prasarana dan produktif artinya dikerjakan guru akan memberikan hasil untuk mencapai tujuan secara optimal.

Isi dari tujuan pembelajaran pada hakikatnya adalah hasil belajar yang diharapkan. T. Raka Joni (1981 : 15) mengemukakan bahwa :

“Pada diri anak terjadi belajar apabila anak itu secara aktif berinteraksi dengan lingkungan yang diatur guru, sehingga terjadi intenational tentang apa yang dipelajarinya”.

Selanjutnya dijelaskan pula bahwa :

jika diketahui bagaimana proses belajar itu berlangsung dan dalam keadaan bagaimana proses belajar itu memberi hasil yang sebaik-baiknya, maka kurikulum dapat disusun dan disajikan dengan jalan yang seefektif-efektifnya artinya penjabaran dan penyebaran materi kurikulum tersebut dikembangkan sedemikian rupa agar anak didik tidak mendapat banyak kesulitan dalam menyerap dan menguasainya. (T. Raka Joni, 1981 : 15).

(50)

sebelumnya. Begitu pula metode dan alat juga berfungsi sebagai jembatan atau media transformasi pelajaran terhadap tujuan yang harus dicapai. Dengan demikian metode dan alat-alat khusus harus benar-benar efektif dan efisien, maka dapat dikatakan bahwa perencanaan dalam proses belajar pembelajaran memegang peranan penting, bila dilihat dari konsep pembelajaran.

Hough dkk. (1975), dalam Rusli Lutan dan Adang Suherman (1999 / 2000 : 42) :

“Mendefinisikan mengajar sebagai proses penataan manusia, materi dan sumber-sumber untuk keperluan kelancaran proses belajar”.

Kalau pembelajaran diartikan demikian, maka kata “penataan” merupakan kata inti yang menempatkan pentingnya perencanaan dalam proses belajar pembelajaran.

Sudjana (1995 : 29), mengatakan bahwa :

“Mengajar adalah suatu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan-lingkungan yang ada di sekitar sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa dalam melakukan proses belajar mengajar”.

Tardif (1989) dalam Muhibbin Syah (1995 : 183) mendefinisikan pembelajaran secara lebih sederhana tetapi cukup komprehensif dengan menyatakan bahwa, pembelajaran itu pada prinsipnya adalah :

(51)

Artinya pembelajaran adalah perbuatan yang dilakukan seseorang (dalam hal ini guru) dengan tujuan membantu atau memudahkan orang lain (dalam hal ini siswa) melakukan kegiatan belajar.

Kata the teacher (guru) dan the learner (orang yang belajar atau siswa) dalam definisi Tardif tersebut hanya semata-mata sebagai contoh mewakili dua individu yang sedang berinteraksi dalam proses pengajaran, jadi interaksi antara orang tua dengan anak.

Pada prinsipnya guru harus menciptakan suatu lingkungan belajar yang secara emosional murid merasa nyaman, akan tetapi suatu hal yang penting adalah bagaimana memunculkan antusiasme murid terhadap proses belajar pembelajaran senam lantai, dengan menciptakan iklim yang bermanfaat untuk dapat membantu murid merasa senang, dalam lingkungan yang mendukung dan sikap positif terhadap berbagai bentuk gerakan senam lantai. Maka guru yang efektif akan memberikan waktu lebih besar bagi tugas-tugas murid karena disadari bahwa perencanaan berhubungan erat dengan hasil belajar murid.

(52)

besar bagi murid guna melibatkan diri dalam proses belajar pembelajaran secara efektif.

2. Hakikat Metode Kombinasi

Untuk menentukan metode yang tepat dalam mencapai tujuan, seperti halnya guling belakang, maka dalam proses pembelajaran gulin belakang akan dikembangkan dalam beban kerja, lamanya aktivitas dan intensitas latihan yang memenuhi ketentuan. Tipe kegiatan untuk meningkatkan guling belakang juga harus sesuai dengan perkembangan dengan kelentukan, dimana kelentukan akan meningkatkan pula tahanan dan daya tahan dalam melakukan gerakan yang dibutuhkan. Implementasi KTSP juga dapat diartikan sebagai aktualisasi kurikulum operasional dalam bentuk pembelajaran. Saylor (1981 : 227) dalam Mulyasa 2006 : 246 menyatakan bahwa :

“Instruction is dus the implementationof curiculum plan, usually but not neccessarily involving teaching interaction in and educational setting”

.

Berdasarkan uraian diatas, dapat dikemukakan bahwa pembelajaran dan penilaian adalah opreasionalisasi konsep KTSP yang masih bersifat potensial (tertulis) menjadi aktual dalam bentuk kegiatan pembelajaran. Mosston (1993) dalam Mahendra (2000 : 99) menguraikan bahwa :

(53)

Pengembangan pembelajaran adalah usaha memberikan masukan tentang kecakupan komponen-komponen belajar yang menghidupkan implementasi kurikulum melalui satuan pelajaran agar lebih bermakna bagi murid secara terarah dan terintegretit.

Dalam Arma Abdullah dan Agus Manadji (1994 : 179) :

Diuraikan teori Gestalt yang paling mempunyai implikasi-implikasi untuk pendidikan jasmani adalah metode keseluruhan. Teori ini didasarkan pada dasar pikiran bahwa seorang bereaksi sebagai keseluruhan terhadap situasi apapun. Konsep-konsep penting kaitannya dengan metode keseluruhan adalah : a). Suatu keseluruhan lebih besar dari pada jumlah bagian-bagiannya. b). Suatu keseluruhan tidak semata-mata sebagai penjumlahan dari bagian-bagiannya. c). Keseluruhan pola dari suatu keseluruhan memiliki karakteristiknya.

Selanjutnya Magill (1993 : 297), menjelaskan bahwa :

“Metode kombinasi adalah dimana bagian-bagian atau komponen-komponen gerak tertentu saling dikombinasikan”.

seperti halnya dengan gerakan guling belakang dalam senam lantai, karena tidak bisa diajarkan secara bagian maupun keseluruhan saja.

Menurut Supandi (1992 : 20) terdapat dua masalah pokok yang menjadi masalah model pembelajaran melalui gerakan bagian yaitu :

“’Pertama, urutan bagian-bagian yang harus dikuasai murid, yang kedua ialah menganalisis bahan menjadi bagian-bagian yang membangun keutuhan bahan’. Bagian-bagian yang tidak mempunyai hubungan dengan utuh justru akan menyimpang dari tujuan instruksional yang ditetapkan”.

(54)

juga yang menggabungkan kedua prinsip ini dalam satu metode yang disebut metode global parsial.

Selanjutnya Menurut Supandi dijelaskan pula tentang penyajian konsep bahwa :

“Pada langkah ini konsep gerakan atau keterampilan gerak itu disampaikan melalui pelbagai media pembelajaran”.

Tujuannya ialah membentuk persepsi yang utuh dan jelas, slide, film dan demonstrasi bisa dipergunakan dalam langkah ini :

a). Praktek secara keseluruhan

Gerakan atau keterampilan fisik yang menjadi pokok bahasan itu dipraktekkan secara utuh, maksudnya ialah menanamkan kesan motorik atau gerak secara umum kepada murid.

b). Berlatih bagian

Langkah ini berisi latihan-latihan yang menekankan pada bagian-bagian dari gerak atau keterampilan motorik yang menjadi pokok bahasan. Tujuannya ialah agar murid menguasai bagian ini dengan tepat.

c). Praktek secara keseluruhan

Setelah berlatih bagian-bagian, murid kembali mempraktekkan gerakan atau keterampilan motorik yang dipelajarinya secara utuh. d). Berlatih bagian

Setelah praktek secara keseluruhan, murid kembali dengan latihan bagian.

(55)

“Langkah praktek global dan parsial itu dapat dilakukan silih berganti sampai dianggap cukup” (Supandi, 1992 : 20).

Langkah-langkah tersebut di atas tentu saja dapat bervariasi dan diubah-ubah, dimodifikasi dan dikembangkan lebih lanjut, berkaitan dengan keterampilan yang terkait suatu tugas majemuk, tentunya memiliki banyak komponen gerak yang harus dipertimbangkan.

“Sedangkan ‘tatanan tugas’ (task organization) adalah menunjukkan bagaimana komponen gerak bersifat saling berhubungan atau saling bertalian antara satu dengan lain, berarti bahwa keterampilan bersangkutan memiliki intensitas tatanan tinggi” (Magill, 1993 : 298).

Dari uraian di atas maka jelas bahwa gerakan guling belakang 7 tahap termasuk memiliki kemajemukan gerakan yang tinggi, disamping itu gerakan-gerakan didalamnya saling memiliki ketergantungan antara satu dengan lain dan saling berdiri sendiri berarti memiliki tatanan tugas berintensitas sedang, maka penerapan pengajarannya melalui metode kombinasi dimana bagian-bagian atau komponen-komponen gerak tertentu saling dikombinasikan, tetapi komponen-komponen gerak tertentu harus dilaksanakan sendiri-sendiri.

Selanjutnya Wightman dan Lintern (1985) dalam Magill (1993 : 299), mengemukakan 3 jenis metode, antara lain :

(56)

Jika murid-murid telah mampu mempraktekkan bentuk ini, baru dimintakan untuk mempraktekkan komponen gerak yang memiliki intensitas kesulitan yang sesungguhnya.

Hal ini jelas bahwa komponen-komponen gerakan mana harus dipraktekkan secara sendiri-sendiri dan komponen-komponen mana harus dilaksanakan secara kombinasi, sedangkan komponen-komponen sifatnya saling memiliki ketergantungan atau saling berhubungan harus dipraktekkan bersama-sama dan komponen-komponen yang tidak saling berhubungan harus dipraktekkan sendiri-sendiri.

Dari penjelasan di atas maka metode kombinasi 4 tahap sebagai taraf pertama, dan metode kombinasi 7 tahap sebagai taraf kedua dalam penelitian ini. Dari teori diatas peneliti ingin menetapkan metode kombinasi itu yang terpenting adalah tahapnya. Maka penelitian ini membagi menjadi metode kombinasi 4 tahap dan 7 tahap.

3. Hakikat Senam Lantai Sebagai Materi Belajar Motorik

Senam sebagai salah satu bentuk kegiatan latihan jasmani mempunyai ruang lingkup tersendiri dengan rana dan batas-batas tersendiri. Hal ini menunjukkan bahwa senam berbeda dengan cabang-cabang olahraga lainnya.

Para pakar senam (Sumanto Y. dan Sukiyo, 1992 : 11). sepakat bahwa ciri yang harus ada pada suatu gerakan sehingga gerakan-gerakan tersebut dapat disebut sebagai senam adalah sebagai berikut :

Gambar

Gambar 2.1 guling belakang 4 tahap
Gambar 2.2 Guling Belakang 7 tahap
Gambar 2.3 Hubungan Panjang Sarkomer dan Tegangan yang Timbul
Gambar 2.4 Pemendekan Otot Rangka (Kontraksi) Menyebabkan Gerakan
+7

Referensi

Dokumen terkait