EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRUINING MENGGUNAKAN MEDIA MUCROMEDIU FLUSH
TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS
SISWA KELAS VIII MTsN BINJAI
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh :
MUHAMMAD HIFNI NIM. 8136175011
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ii
ABSTRAK
Muhammad Hifni. Efek Model Pembelajaran Inquiry Training menggunakan media macromedia flash terhadap Terhadap Keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir logis siswa kelas VIII MTsN Binjai. Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2015.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil keterampilan proses sains siswa dengan penerapan model pembelajaran Inquiry Training menggunakan media macromedia flash dan pembelajaran konvensional, dan mengetahui apakah ada perbedaan kemampuan berpikir logis siswa yang diberikan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Inquiry Training menggunakan media macromedia flash dan pembelajaran konvensional
Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan desain faktorial 2x2. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII MTsN Binjai Semester Genap T.P 2014/2015. Sampel penelitian terdiri dari dua kelas dengan jumlah sampel 71 orang yang ditentukan dengan cluster random sampling, yaitu VIII-4 sebagai kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran Inquiry Training sebanyak 35 orang dan VIII-3 sebagai kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional sebanyak 36 orang. Instrumen penelitian berupa tes keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir logis. Uji persyaratan telah dilakukan berupa normalitas dan homogenitas, yang diperoleh hasil bahwa data normal dan homogen. Hipotesis dianalisis menggunakan Independent sample t test pada taraf signifikan 0,05 dengan bantuan SPSS 17.0 for windows.
Berdasarkan analisis data dan uji hipotesis yang dilakukan diperoleh bahwa Model pembelajaran Inquiry Training menggunakan media macromedia flash lebih baik dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa daripada model pembelajaran konvensional. Model pembelajaran Inquiry Training menggunakan media macromedia flash lebih baik dalam meningkatkan kemampuan berpikir logis siswa daripada model pembelajaran konvensional.
iii
ABSTRACT
MUHAMMAD HIFNI. The Effect Of the Inquiry Training Learning Model Use Macromedia Flash Media Towards Science Proccess Skills And Logical Thinking Ability of Student. A Thesis. Medan : Post Graduate Program State University of Medan, 2013.
This study aimed to analyze the difference of students’s science process skills among the Inquiry Training use macromedia flash media and the convensional and difference of students’s logical thinking ability among the Inquiry Training model use macromedia flash media and the convensional.
The study was design ini Quasi Experimental study using Pretest and Postest with 2x2 factorial group design. The population of the study was grade VIII of MTsN Binjai ini the second 2014 /2015. The sample of this study were two classes, consisted of 71 students in which determined by using cluster random sampling, the first was grade VIII-4 as experimental class used the inquiry training which consisted of 35 students, and the second was grade VIII-3 as the control class used the convensional learning model which consisted of 36 students. The instruments of this study were the science process skills test and logical thinking ability test. The requirements of test had been carried out by using normality and homogeneity tests, and it was figured out that the data were normal and homogenous. The hypotheses were analyzed by using Independent sample t test with 0.05 level of significance and used SPSS 17.0 for windows.
The analysis results that the inquiry training use macromedia flash was better than that convensional learning method in improving the students’s science process skills the inquiry training use macromedia flash was better than that convensional learning method in improving the students’s logical thinking ability. Key Words : Inqiry Training, macromedia flash , Science Proccess Scills, Logical
iv
KATA PENGANTAR
Pertama sekali penulis mengucapkan puji dan Syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah Subhanawata’ala Tuhan yang Mahas Esa atas Rahmat, Hidayah dan Inayah-Nya sehingga tesis yang berjudul “Efek Penggunaan Model Pembelajaran Inquiry Training menggunakan media macromedia flash terhadap Terhadap Keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir logis siswa kelas VIII MTsN Binjai” dapat diselesaikan dengan segala keterbatasannya. Selanjutnya salawat dan salam disampaikan ke hadirat Nabi Muhammad SAW, sebagai Rasul pilihan dengan harapan semoga kita mendapat syafaat-Nya di hari kemudian.
Sudah barang tentu, penulis tesis ini tidak akan terwujud disebabkan berbagai kelemahan yang penulis miliki, oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih atas andil dan bantuan dari berbagai pihak, terutama kepada Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si sebagai pembimbing I, Ibu Dr. Betty M. Turnip, M.Pd sebagai Pembimbing II , Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S, M.M sebagai ketua Program Studi Pendidikan Fisika Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED), sekaligus sebagai narasumber dan penguji, Ibu Dr. Sondang R. Manurung, M.Pd dan Prof. Dr. Mara Bangun Harahap, MS sebagai narasumber dan penguji, Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd sebagai Direktur Program Pascasarjana Unimed, Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M. Si sebagai Rektor Universitas Negeri Medan, Ibu Kepala MTsN Binjai, Ibu Evi Zulinda Br. Purba, S.Pd.I, M.M dan bapak KU MTsN Binjai, Bapak Teddy Rahadian S.Hi yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di MTsN Binjai, Guru MtsN Binjai, Bapak M.Alfian, M.Pd dan Ibu Dra. Darmayanti yang telah memberikan bantuan kepada penulis saat melakukan penlitian dan Seluruh Civitas Akademika Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana UNIMED yang telah banyak memberikan dorongan sehingga siapnya penelitian ini.
v
minta maaf kepada mereka yang mungkin salama pendidikan hak-hak meraka sering terabaikan dan terlupakan.
Medan Juni 2015
Penulis,
MUHAMMAD HIFNI
vi
2.1.1.1. Pelaksanaan Model Pembelajaran Inquiry Training ... 13
2.1.1.2. Kondisi Kelas saat Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Training ... 20
2.1.1.3. Peran guru dalam Model Pembelajaran Inquiry Training ... 21
2.1.1.4. Dampak Model Pembelajaran Inquiry Training ... 22
2.1.2. Teori Belajar Yang Melandasi Model Pembelajaran Inquiry Training ... 24
2.1.4.2. Penggunaan Macromedia Flash dalam pembelajaran ... 34
2.1.5. Keterampilan Proses Sains ... 35
2.1.5.1. Pengertian Keterampilan Proses Sains ... 35
2.1.5.2. Indikator Keterampilan Proses Sains ... 37
2.1.5.3. Teori Belajar yang melandasi Keterampilan Proses Sains ... 44
2.1.6. Bahan Ajar ... 45
2.1.6.1. Tekanan Pada Zat Padat ... 45
vii
2.1.6.3. Hukum Archimedes ... 46
2.1.6.4. Tekanan Udara ... 47
2.1.7. Penelitian Yang Relevan ... 4n 2.2. Kerangka Konseptual ... 51
2.2.1. Perbedaan Keterampilan Proses Sains Siswa Dengan Pembelajaran konvensional Dan Model Pembelajaran Inquiry Training ... 51
2.2.2. Perbedaan Kemampuan Berpikir Logis Siswa Dengan Pembelajaran konvensional Dan Model Pembelajaran Inquiry Training ... 53
3.7. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 61
3.7.1. Uji Validitas ... 61
3.7.2. Reliabilitas Tes ... 64
3.n. Teknik Analisis Data ... 65
3.n.1. Analisis Secara Deskriptif ... 66
3.n.2. Uji Normalitas ... 66
4.1.1.1. Deskripsi Data Pretes Keterampilan Proses Sains Dan Kemampuan Berpikir Logis ... 70
viii
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian ... n9 4.2.1. Perbedaan Hasil Keterampilan Proses Sains Siswa yang
Dibelajarkan Dengan Model Pembelajaran Inquiry Training menggunakan media macromedia flash Dengan Siswa
yang Dibelajarkan Dengan Pembelajaran Konvensional ... n9 4.2.2. Perbedaan Hasil Kemampuan Berpikir Logis Siswa yang
Dibelajarkan Dengan Model Pembelajaran Inquiry Training menggunakan media macromedia flash Dengan Siswa
yang Dibelajarkan Dengan Pembelajaran Konvensional ... 94
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ... 97 5.2. Saran ... 97
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1. Struktur Pengajaran (Syntax) Model Inquiry Training .... ... 19
2.2. Kegiatan Guru pada setiap fase pembelajaran Inquiry Training ... 22
2.3. Indikator Keterampilan Proses Sains ... 43
3.1. Rancangan Desain Penelitian... 56
3.2. Spesifikasi Tes Kemampuan Bepikir Logis ... 60
3.3. Hasil Uji Validitas Tes ... 63
3.4. Hasil Uji Realibilitas ... 65
4.1. Ringkasan Data Pretes KPS dan KBS ... 70
4.2. Uji Normalitas Data Pretes ... 74
4.3. Homogenitas Data Pretes ... 75
4.4. Uji T Pretes KPS dan KBL ... 75
4.5. Ringkasan Data Postes KPS dan KBS ... 80
4.6. Uji Normalitas Data Postes ... 83
4.7. Homogenitas Data Postes ... 84
4.8. Uji T Postes Keterampilan Proses Sains ... 85
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Dampak Instruksionap dan Pengiring Modep Inquiry Training ... 23
2.2. Kondisi benda saat mengapung, mepayang dan tenggepam ... 47
3.1. Skema Hubungan Antara Ketiga Variabep ... 56
3.2. Skema Apur Pepaksanaan Penepitian ... 58
4.1. Grafik Hasip Pretes Keterampipan Proses Sains siswa Pada Kepas Eksperimen dan Kepas Kontrop Tiap Indikator ... 71
4.2. Grafik Hasip Pretes Kemampuan Berpikir Logis siswa Pada Kepas Eksperimen dan Kepas Kontrop Tiap Indikator ... 73
4.3. Grafik Hasip Observasi Keterampipan Proses Sains Siswa Setiap Pertemuan ... 77
4.4. Hasip Lembar Kerja Siswa Setiap Pertemuan ... 78
4.5. Hasip Postes Keterampipan Proses Sains siswa Pada Kepas Eksperimen dan Kepas Kontrop Tiap Indikator ... 81
4.6. Hasip Postes Kemampuan Berpikir Logis siswa Pada Kepas Eksperimen dan Kepas Kontrop Tiap Indikator ... 82
4.7. Hubungan antara Nipai Keterampipan Proses Sains dengan Modep pembepajaran ... 86
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I ... 102
2. Lembar Kerja Siswa ... 129
3. Instrumen Keterampilan Proses Sains ... 139
4. Instrumen Kemampuan berpikir logis ... 146
5. Tabulasi Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Tes ... 150
6. Perhitungan Validitas Instrumen Tes ... 152
7. Prosedur Perhitungan Uji Reliabilitas ... 154
8. Daftar Nama Siswa Sampel Penelitian... 156
9. Tabulasi Pretes dan Postes KPS ... 157
10. Tabulasi Pretes dan Postes KBL ... 161
11. Rekap Data Hasil Penelitian ... 165
12. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 166
13. Uji Normalitas Data Penelitian ... 174
14. Uji Homogenitas Data ... 175
15. Uji Hipotesis ... 177
16. Lembar Validasi Instrumen Tes Keterampilan Proses Sains ... 179
17. Rubrik Penilaian Keterampilan Proses Sains ... 182
18. Rekap Observasi Aktifitas Keterampilan Proses Sains Siswa ... 193
19. Rekap Nilai Lembar Kerja Siswa... 196
1 BABBIB
PENDAHULUANB
B
1.1. LatarBBelakangBMasalahB
Sains bukanlah merupakan ilmu baru dalam dunia pendidikan. Sains
adalah warisan intelektual manusia yang telah sampai kepada kita (Ataha,
2013:12). Semenjak manusia menjadi sadar akan lingkungan dan mulai
merenungkan atas fenomena alam di mana ia menemukan dirinya terpengaruh
akan fenomena tersebut. Sains merupakan ilmu pengetahuan tentang dunia fisik
yang dampaknya tidak hanya mengubah lingkungan, tetapi juga merubah
pandangan dan pendekatan manusia terhadap masalah yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari. Pengetahuan saintifik memberikan dampak besar bagi
perkembangan kemajuan suatu negara. Indonesia sebagai salah satu negara
berkembang di dunia, memerlukan pendidikan sains untuk menghadapi tantangan
waktu saat ini. Indonesia saat ini membutuhkan sejumlah besar ilmuwan di bidang
pertanian, industri, penelitian dan lembaga ilmiah terkait lainnya, sehingga
pendidikan sains sangat perlu ditingkatkan di negara kita.
Fisika sebagai salah bagian dari sains dimasukkan dalam kurikulum
pelajaran di Indonesia mulai dari tingkat dasar sampai menengah. Pembelajaran
sains fisika membawa perubahan karakter bagi siswa dan memperkaya karakter
dan personalitinya. (Rao, 2007:14). Fisika sebagai penyusun sains adalah wahana
atau sarana untuk melatih para siswa agar dapat menguasai pengetahuan, konsep
2
serta keterampilan berpikir kritis dan kreatif. Siswa yang memperoleh
pembelajaran fisika diharapkan nantinya akan memiliki sikap ilmiah sebagai
komponen afektif, pengetahuan/wawasan sains sebagai komponen kognitif serta
memiliki keterampilan proses sains sebagai komponen psikomotorik.
Guru yang mengajarkan sains seperti halnya fisika harus memberikan
kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif. Siswa perlu diberikan kesempatan
dalam berperan memecahkan masalah seperti yang dilakukan para ilmuan, agar
mereka mampu memahami konsep-konsep dalam bahasa mereka sendiri
(Winataputra, 1993:62). Bruner berpendapat bahwa selama kegiatan belajar
berlangsung hendaknya siswa dibiarkan mencari atau menemukan sendiri makna
segala sesuatu yang dipelajari (Dahar: 1996:41). Jika pembelajaran yang berpusat
kepada siswa terus diterapkan dengan baik dan dikembangkan dalam
pembelajaran fisika, maka bukan hanya kognitif siswa yang akan berkembang
tetapi juga sikap dan psikomotorik mereka juga akan mengalami peningkatan.
Pada kenyataannya, proses pembelajaran kita tingkat dasar saat ini belum
menunjukkan kualitas yang baik. Proses pembelajaran fisika yang diterapkan di
sekolah sebahagian besar hanya menekankan pada proses menghafal konsep,
prinsip atau rumus. Proses pembelajaran fisika selama ini belum secara maksimal
memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam proses metode
ilmiah fisika serta belum berorientasi pada menumbuhkan sikap ilmiah siswa.
Pembelajaran fisika masih berpusat pada guru dan belum bergeser ke orientasi
3
hanya berfokus pada kegiatan menghafal konsep, sehingga siswa merasa kesulitan
dalam memahami konsep fisika.
Hasil studi pendahuluan di MTsN Binjai yang dilaksanakan oleh peneliti
pada tanggal 5 Januari 2015 dengan cara penyebaran angket kepada siswa serta
wawancara langsung dengan guru mata pelajaran Sains peneliti menemukan
bahwa motivasi siswa terhadap pelajaran fisika masih rendah. Hal ini dibuktikan
dengan data hasil penyebaran angket kepada 60 siswa kelas IX MTsN Binjai,
Fisika termasuk mata pelajaran yang kurang disenangi siswa. Hanya 20,29 % dari
siswa (responden) yang menyenangi fisika, selebihnya 52,17 % menjawab tidak
suka dan 26,09 % menjawab biasa saja. 49,28 % siswa (responden) menganggap
fisika sebagai pelajaran yang sulit, 24,64 % siswa yang menganggap fisika
sebagai pelajaran yang biasa dan 26,09 % yang lainnya menganggap fisika
pelajaran yang mudah tapi susah, sedikit sulit, dan lain – lain (Hifni, 2015).
Beberapa alasan mereka yang menganggap fisika itu sulit adalah karena fisika
banyak hitungan, banyak hapalan, membosankan, dan banyak rumusnya. Hal ini
berakibat terhadap rendahnya motivasi belajar siswa.
Pembelajaran fisika di MTsN Binjai belum memperhatikan aspek
keterampilan proses sains siswa. Hasil wawancara dengan salah satu guru sains
fisika kelas IX di MTsN Binjai, yaitu Bapak M.Alfian menyatakan bahwa selama
ini belum pernah dilakukan pembelajaran fisika yang memperhatikan
keterampilan proses sains siswa (Hifni, 2015). Praktikum fisika yang dilakukan
oleh guru selama ini belum memperhatikan aspek-aspek keterampilan proses
4
di laboratorium sekolah. Dampaknya dapat dilihat saat siswa melakukan
praktikum, siswa terlihat bingung dalam mengikuti langkah-langkah dalam lembar
kerja siswa yang diberikan guru. Siswa kurang mampu mengamati fenomena yang
terjadi saat praktikum, kurang mampu berkomunikasi dengan teman satu
kelompok, kurang serius, tidak mampu membuat kesimpulan yang benar dan
cenderung bertanya kepada guru setiap akan melakukan percobaan. Kenyataan
yang peneliti dapat di lapangan memberikan kesimpulan bahwa siswa di
madrasah ini masih belum memiliki keterampilan proses sains yang baik.
Penilaian terhadap pembelajaran fisika belum memperhatikan kemampuan
berpikir logis siwa. Hasil wawancara yang peneliti peroleh dari wakil kepas
bidang kurikulum MTsN Binjai, Bapak Wahyudi, menyatakan bahwa penilaian
tentang kemampuan berpikir logis siswa belum dilakukan (Hifni, 2013). Penilaian
selama ini masih pada unsur kognitif. Nilai yang dicantumkan oleh guru dalam
rapor masih berasal dari unsur pengetahuan siswa terhadap materi IPA.
Seharusnya kemampuan berpikir logis siswa juga mendapatkan penilaian dari
guru. Kemampuan berpikir logis memiliki hubungan yang erat dengan
pembelajaran sains. Rao (2008:5) menjelaskan bahwa sains tersusun dari proses
dan produk dimana prosesnya adalah metode ilmiah dan produknya adalah
pengetahuan ilmiah dan sikap ilmiah dengan pengembangan kemampuan berpikir
logis siswa. Hal ini membuktikan bahwa kemampuan berpikir logis sangat
penting untuk mendapatkan perhatian dalam pembelajaran sains di sekolah ini.
Dari fakta tersebut terlihat bahwa masalah utama yag dihadapi oleh siswa
5
lemah dan kemampuan berpikir logis yang belum diperhatikan. Patut diduga
sumber masalahnya adalah proses belajar siswa yang hanya menghapal informasi,
hal ini ditunjukkan dengan fakta bahwa pembelajaran di kelas kebanyakan
menggunakan metode ceramah. Dalam menerima informasi, ada kemungkinan
siswa lebih cenderung menghapalkan informasi yang didapatkan tanpa mencoba
mengaitkan dengan konsep yang pernah dimiliki sebelumnya (Dahar, 1996:48).
Maka solusi yang harus dilakukan oleh guru adalah meningkatkan penerapan
model pembelajaran yang berpusat pada siswa.
Salah satu model yang cocok untuk pembelajaran fisika dimana siswa
diberikan kesempatan secara langsung untuk menemukan, meningkatkan
pemahaman ilmu pengetahuannya, meningkatkan produktivitas dalam belajar dan
berfikir kreatif yang mendatangkan stimulus dalam diri siswa dengan rasa ingin
tahunya yang besar dan memungkinkan siswa tersebut untuk dapat menemukan
sendiri materi yang harus dipahaminya adalah model Inquiry Training. Model pembelajaran Inquiry Training dirancang untuk membantu siswa mengembangkan disiplin dan mengembangkan keterampilan intelektual yang
diperlukan untuk mengajukan pertanyaan dan menemukan jawabannya
berdasarkan rasa ingin tahunya (Joyce: 2003:188). Model Inquiry training
memiliki dampak langsung terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis dan
keterampilan proses sains siswa sehingga sangat tepat untuk diterapkan dalam
pembelajaran sains. Model ini terdiri dari lima fase. Fase pertama siswa
6
Fase kedua siswa memberikan pertanyaan untuk melakukan pengumpulan data
atau verifikasi terhadap fenomena tersebut. Fase ketiga, setelah fakta
dikumpulkan, siswa mulai diminta untuk mencoba mengembangkan
hipotesis-hipotesis yang seluruhnya dapat menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi melalui
eksperimen. Pada fase kempat, siswa mengolah informasi yang mereka dapatkan
selama pengumpulan merumuskan hipotesis. Pada tahap kelima, siswa
menganalisis strategi-strategi pemecahan masalah yang telah mereka gunakan
selama penelitian. Melalui pelaksanaan fase dalam Inquiry Traininng Karena hal
tersebut peneliti yakin, jika model ini diterapkan dalam pembelajaran di kelas,
maka hasil belajar dan keterampilan proses sains siswa akan meningkat. Hal ini
pernah dibuktikan oleh beberapa peneliti dalam penelitian model Inquiry Training
mampu meningkatkan pemahaman konsep belajar fisika dan keterampilan proses
sains siswa (Fatmi , 2014:167 dan Liana, 2013:173).
B Faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa selain dari
penggunaan model pembelajaran yang bervariasi oleh guru adalah faktor internal
yaitu kemampuan berpikir logis. Kemampuan berpikir logis adalah suatu proses
menalar tentang suatu objek dengan cara menghubungkan serangkaian pendapat
untuk sampai kepada sebuah kesimpulan menurut aturan-aturan logika (Rohman,
2014: 123). Berfikir logis sama dengan berfikir konsisten sesuai dengan
rambu-rambu atau tata cara berfikir yang benar. Berfikir yang demikian diyakini dapat
diperoleh kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan. Hasil dari berfikir logis
7
seseorang wajib memenuhi aturan sebagai prasyarat dalam berfikir lurus dan
benar, salah satunya adalah harus memenuhi komponen dasar berfikir.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “EfekB ModelB
PembelajaranBInquiry Training denganB menggunakanB mediaBMacromedia
Flash TerhadapBKeterampilanBProsesBSainsBdanBKemampuanBBerpikirBLogisB
SiswaBPadaBMateriBTekananBdiBkelasBVIIIBMTsNBBinjaiBT.P.B2014/2015”B
B
1.2. IdentifikasiBMasalahBB
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat
diidentifikasi masalah yang relevan dengan penelitian ini adalah:
1. Proses pembelajaran Fisika sebagian besar hanya menekankan pada
aspek menghapal konsep-konsep, prinsip-prinsip atau rumus.
2. Pembelajaran fisika belum memperhatikan kemampuan berpikir logis
para siswa.
3. Penggunaan model pembelajaran kurang bervariasi.
4. Motivasi belajar siswa masih rendah.
5. Keterampilan proses sains siswa mata pelajaran sains IPA belum
mendapatkan perhatian dalam pembelajaran.
1.3. BatasanBMasalahB
Mengingat luasnya permasalahan dan untuk menghindari penafsiran yang
8
waktu yang tersedia, maka yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini
yakni:
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran
Inquiry Training.B
2. Hal yang akan diteliti mengenai kemampuan berpikir logis siswa
MTsN Binjai.
3. Akan diteliti pula mengenai keterampilan proses sains siswa MTsN
Binjai.
4. Media yang digunakan dalam pembelajaran adalah media Macromedia
Flast.
5. Penelitian akan dilakukan terhadap materi tekanan.
1.4. RumusanBMasalahB
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah
maka permasalahan utama pada penelitian ini adalah: “Apakah ada efek model
pembelajaran Inquiry Training dengan menggunakan media Macromedia Flast terhadap keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir logis siswa pada
materi tekanan?”. Rumusan masalah ini dijabarkan menjadi
pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Apakah ada perbedaan keterampilan proses sains siswa MTsN Binjai
9
2. Apakah ada perbedaan kemampuan berpikir logis siswa MTsN Binjai
dengan penerapan model pembelajaran Inquiry Training menggunakan media Macromedia Flast dengan pembelajaran konvensional?
1.5. TujuanBPenelitianB
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada pengaruh model
pembelajaran Inquiry Training menggunakan media macromedia flash terhadap keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir logis pada materi pokok
tekanan. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menganalisis perbedaan keterampilan proses sains siswa MTsN Binjai
dengan penerapan model pembelajaran Inquiry Training menggunakan
media Macromedia Flast dengan pembelajaran konvensional.
2. Menganalisis perbedaan kemampuan berpikir logis siswa MTsN Binjai
dengan penerapan model pembelajaran Inquiry Training menggunakan
media Macromedia Flast dengan pembelajaran konvensional.
1.6. ManfaatBPenelitianB
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan
10
mengembangkan aspek kemampuan dasar yang mencakup aspek
kognitif dan psikomotorik.
2. Model pembelajaran ini dapat menjadi pertimbangan bagi guru Fisika
dalam upaya perbaikan PBM, karena model ini mengutamakan
pembelajaran yang berpusat pada siswa keterampilan proses sains
siswa dan kemampuan berpikir logis.
3. Menambah pengetahuan dan memperluas wawasan penulis tentang
LKS yang digunakan untuk membantu proses pembelajaran, Model
Pembelajaran dan pendekatan keterampilan proses.
1.7. DefinisiBOperasionalB
Untuk memperjelas variabel-variabel, agar tidak menimbulkan perbedaan
penafsiran terhadap rumusan masalah dalam penelitian ini, berikut diberikan
definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini:
1. Model pembelajaran Inquiry Training adalah upaya pengembangan para pembelajar yang mandiri dengan menerapkan metode yang mensyaratkan
partisipasi aktif siswa dalam penelitian ilmiah (Joyce, 2003:188).
2. Kemampuan berpikir logis adalah suatu proses menalar tentang suatu objek
dengan cara menghubungkan serangkaian pendapat untuk sampai kepada
sebuah kesimpulan menurut aturan-aturan logika (Rohman, 2014: 123).
3. Keterampilan proses sains adalah sekumpulan kemampuan-kemampuan
yang dimiliki, dikuasai, dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah.
11
4. Media Macromedia Flast merupakan suatu program aplikasi berbasis vektor standar authoring tool professional yang digunakan untuk
membuat animasi dan bitmap yang sangat menarik untuk membuat
animasi logo, movie, game, menu interaktis, dan pembuatan
97
BABBVB
KESIMPULANBDANBSARANB
B 5.1.BKesimpulan
1. Terdapat Perbedaan hasil postes keterampilan proses sains siswa yang
diberi pembelajaran dengan model Inquiry training menggunakan media
macromedia flash dengan siswa yang diberi pembelajaran konvensional.
Kelas ekperimen memperoleh rata-rata 77,21 dan kelas kontrol
memperoleh rata-rata 70,10. Model pembelajaran Inquiry training
menggunakan media macromedia flash lebih baik dalam meningkatkan
keterampilan proses sains siswa daripada pembelajaran konvensional.
2. Terdapat Perbedaan hasil postes kemampuan berpikir logis siswa yang
diberi pembelajaran dengan model Inquiry training menggunakan media
macromedia flash dengan siswa yang diberi pembelajaran konvensional.
Kelas ekperimen memperoleh rata-rata nilai 76,14 dan kelas kontrol
memperoleh rata-rata 69,86. Model pembelajaran Inquiry training
menggunakan media macromedia flash lebih baik dalam meningkatkan
kemampuan berpikir logis siswa daripada pembelajaran konvensional.
5.2.BSaranBB
1. Peneliti selanjutnya disarankan untuk lebih melatih siswa dalam
mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan fenomena yang
98
mendapatkan petunjuk untuk menjawab penyebab terjadinya fenomena
tersebut.
2. Peneliti selanjutnya disarankan untuk memperhatikan jumlah siswa dalam
pembagian kelompok saat menerapkan model pembelajaran Inquiry
Training. Jumlah siswa yang disarankan peneliti adalah 4 sampai 5 orang
setiap kelompok agar siswa lebih efektif dalam berkeja di kelompoknya
dan peneliti dapat lebih baik dalam memantau aktifitas siswa.
3. Peneliti selanjutnya disarankan untuk merancang lembar kerja siswa yang
sesuai dengan model Inquiry Training, yaitu lembar kerja yang tidak berisi
langkah-langkah dalam pelaksanaan praktikum. Lembar kerja yang
seharusnya hanya berisi alat dan bahan yang diperlukan siswa dalam
melaksanakan praktikum tanpa menyertakan langkah-langkah percobaan.
Para siswa bebas melakukan praktikum untuk menjawab serangkaian
pertanyaan tentang konsep yang telah mereka utarakan Hal ini diharapkan
siswa mampu mengembangkan kemampuan berpikir logis, kreatifitas
siswa dan keterampilan proses sains siswa.
4. Peneliti selanjutnya lebih kreatif dalam mengkonsep materi pelajaran yang
akan dibagikan kepada siswa. Konsep yang diberikan kepada siswa harus
mampu menarik perhatian siswa. Peneliti dapat menampilkan video
pembelajaran yang berisi kejadian atau percobaan sederhana yang
membingungkan siswa. Hal ini dapat menarik perhatian siswa untuk
99
DAFTAR PUSTAKA
Ambarsari. 2013. Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbinig terhadap
keterampilan proses sains dasar pada pelajaran biologi siswa kelas VIII
SMP Negeri 7 Surakarta. Jurnal Pendidikan Biologi UNS, Volume 5,
Nomor 1, 81-95.
Ataha, C, Utibe dan Augustine E. Ogumogu. 2013. An inPestigation of scientific attitude among students in senior Secondary Schools in Edo South
Senatorial District, Journal of education and Practice. Volume 4, No 11,
12-16.
Abungu, H. 2014, The effect of Science Proccess Skills Teaching Approach on Secondary School Students’ AchiePement in Chemistry in Nyando District,
Kenya. Journal of educational and Social Research : MCSER Publishing,
Rome-Italy, Volume 4, Number 6, 37-43.
Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
Carin, A. dan Sund R.B. 1980, Teaching Science through Discovery. Colombus :
Charless E. Merrill.
Dahar, R. N. 1996. Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga.
Dimyati dan Mudjiono, 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Fatmi. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan Kreativitas
Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa SMAN 1 Julok. Tesis. Medan :
Program Studi Pendidikan Fisika Program Pascasarjana UniPersitas Negeri Medan.
Gega, P.C. 1977. Science in Elementary Education. California : John And Niley
Sons Inc.
Harlen, N. 2004. Teaching Learning and Assessing Science. London : Paul
Chapman Publishing Ltd.
Hasan, M.S. 2008. Inquiry Training Model of Teaching : A Search for Learning,
International Journal of Science Reasrch. Department of education Algarh
Muslim University Uttar Pradesh, Volume 2, Number 3, 108-110.
Hifni, M. 2015. Studi Pendahuluan Efek Model Pembelajaran Inquiry Training
Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa
100
Ismail, Z.H dan Ismail Jusoh. 2008. Relationship Between Science Process Skills
and Logical Thinking Abilities Of Malaysian Students. Journal of Science
and Mathematics education in S.S Asia, Volume XXIV. No 2, 67-76.
Jacobson, N.J, dan Bergman. 1980. Science for Children : A Book for Teacher,
New Jersey : Prentice Hall.
Joyce,B. Neil,M. dan Calhoun, E. 2003. Models Of Teaching. India : Prentice
Hall.
Liana, M. P. 2013. Efek Penggunaan Model Pembelajaran Inquiry Training
Terhadap Hasil Belajar Fisika Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa Pada
Materi Listrik Dinamis. Tesis. Medan : Program Studi Pendidikan Fisika
Margono. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Mutisya, S. M. 2014. Performance in Science Process Skills : The Influence of
Subject Specialization. Asian Journal of Social Science & Humanities,
Volume 3, Number 1, 77-79.
Nasution. 1988. Metode Penelitian Naturalistik dan Kualitatif. Bandung. Tarsito.
Nofasari, I. 2012. Penerapan Pembelajaran Model Pelatihan Inkuiri (Inquiry
Training Model) Untuk Meningkatkan Kemampuan Bertanya dan Prestasi
Belajar Fisika Siswa Kelas X-6 SMA Negeri 8 Malang, Malang :
UniPersitas Negeri Malang.
Ongowo, R. and Francis C.I. 2013. Science Process Skills in the Kenya Certficate
of Secondary Education Biology Practical Examination. Journal of scientific
research, Volume 4, Number 11, 713-717.
Prasetyo. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif:Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT
Raja Grafindo.
Purwanto. Andik. 2010. Kemampuan berpikir Logis Siswa SMA Negeri 8 Kota
Bengkulu Dengan Menerapkan Model Inquiry Terbimbing Dalam
Pembelajran Fisika. Jurnal Exacta, Pol. X, no. 2: 133-135
101
Ranjabar, J. 2014. Dasar-dasar Logika. Bandung: Alfabeta.
Rao, B. dan Digumarti. 2008. Science Proccess Skills of School Students. New
Delhi. Aurora Offset.
Rohman, A. 2014. Epistemologi dan Logika. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Rustaman, N.Y. 2003. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: Jurusan
Pendidikan Biologi FPMIPA UPI.
Sani, R.A. 2012. Pengembangan Laboratorium Fisika. Medan : Unimed Press.
Sanjaya, N. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta : Prenada Media.
Santoso, S. 2008. Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS 17 .
Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.
Sarwono, J. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta :
Graha Ilmu.
Siddiqui, M. H. 2013. Synetics model of teaching: dePeloping creatiPity skills of
indiPiduals and groups of society. Dalam Indian Journal of Applied
Research. Volume 3, Issue 4, 76-87.
Semiawan, C. R. 2009. Kreatifitas Kebakatan. Jakarta : PT Indeks.
Suharsimi, A. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Suryabrata, S. 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta : Prestasi Pustaka.
Nasis dan Irianto S.Y, 2008. Ilmu Pengetahuan Alam Untuk SMP Kelas VIII.
Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
Ninataputra, U.S. 1993. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Depdikbud, Proyek
Peningkatan Mutu Guru Kelas SD Strata D-II.
Nirawan, 2006. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali