• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SDN 104203 BANDAR KHALIPAH TAHUN AJARAN 2013/2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SDN 104203 BANDAR KHALIPAH TAHUN AJARAN 2013/2014."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

SISWA KELAS V SDN 104203 BANDAR KHALIPAH TAHUN AJARAN 2013/2014

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Dasar

Oleh:

RIA ANTASARI HARAHAP

8126181018

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

ABSTRAK

Ria Antasari Harahap. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SDN 104203 Bandar Khalipah Tahun Ajaran 2013/2014. Tesis. Program Studi Pendidikan Dasar Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) meningkatkan hasil belajar siswa pada materi mengunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala sub pokok bahasan perbandingan dan skala melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah pada siswa kelas V SD Negeri 104203 Bandar Khalipah; (2) bagaimana efektifitas pembelajaran matematika di kelas V SD Negeri 104203 Bandar Khalipah setelah dilakukan penerapan model pembelajaran berbasis masalah. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan di kelas V SDN 104203 Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang dengan jumlah siswa sebanyak 37 orang. Teknik pengumpulan data melalui pengamatan terhadap tes hasil belajar, lembar observasi aktifitas guru, lembar observasi aktifitas siswa, lembar observasi kemampuan bertanya dan wawancara. Berdasarkan analisis data diperoleh kesimpulan: (1) penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika pada siklus I ketuntasan klasikal sebesar 54.04%, pada siklus II ketuntasan klasikal meningkat menjadi 91.89%. (2) dengan menggunakan model pembelajaran ini juga diperoleh hasil bahwa kemampuan bertanya siswa pada pembelajaran matematika memenuhi kategori baik dengan nilai rata-rata 3,03. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar matematika siswa materi perbandingan dan skala melalui model pembelajaran berbasis masalah pada siswa kelas V SDN 104203 Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

(3)

ABSTRACT

Ria Antasari Harahap. Application of Problem Based Learning Model to Improve Learning Outcomes Mathematics at 5th Grade State Elementary School 104203 Bandar Khalipah Academic Year 2013/2014. Thesis. Elementary Education Graduate Studies Program University of Medan, 2015.

This study aims to (1) improve student learning outcomes in material use fractions in comparison problem and the subject of a subscale comparisons and scale through the application of problem based learning model in the Elementary School 5th grade students Bandar Khalipah 104203; (2) how the effectiveness of mathematics at 5th grade Elementary School 104203 Bandar Khalipah after the application of problem based learning model. This study is an action research which conducted at 5th grade Elementary School 104203 Bandar Khalipah Percut Sei Tuan District of Deli Serdang the number of students as many as 37 people. Data collection through observation of the test results of learning, teacher observation sheet activities, student activity sheets observation, observation sheets and the ability to ask the interview. Based on data analysis we concluded: (1) the use of problem based learning model can improve student’s learning outcomes in mathematics in the first cycle classical completeness of 54.04%, in the second cycle classical completeness increased to 91.89%. (2) by using this model also obtained the result that the ability to ask the students to the study of mathematics meet both categories with an average rating of 3.03. It can be concluded that an increase in students' mathematics learning outcomes and comparative material through the scale model of problem based learning in class 5th Elementary School 104203 Bandar Khalipah Percut Sei Tuan District of Deli Serdang.

(4)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

5. 1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada

Bab IV, dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Hasil belajar Matematika melalui penggunaan model pembelajaran berbasis

masalah meningkat. Hal ini diperoleh melalui hasil evaluasi siklus I menunjukkan

skor rata-rata kelas mencapai 61.39 dan pada siklus II rata-rata kelas mencapai

77,97. Dengan demikian skor rata-rata dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan

sebesar 16.58. Pada siklus I persentase ketuntasan klasikal mencapai 54.05% dan

pada siklus II persentase ketuntasan klasikal mencapai 91.89%. Sehingga melalui

penjelasan tersebut dapat dikatakan terjadi peningkatan pada persentase

ketuntasan klasikal sebesar 37.84%. Dan kemampuan bertanya siswa dalam setiap

siklus yang dilakukan terjadi peningkatan dan telah memenuhi kategori baik.

5.2 Implikasi

Pertama, Bagi siswa, pembelajaran matematika dengan menggunakan

model pembelajaran berbasis masalah ternyata mampu meningkatkan hasil belajar

matematika siswa. Oleh karena itu, dalam upaya meningkatan kualitas

pembelajaran Matematika dengan menggunakan model ini bisa terus

dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah dan khususnya di kelas;

Kedua, Bagi guru, pembelajaran matematika dengan menggunakan

model pembelajaran berbasis masalah bisa dijadikan alternatif pilihan

(5)

pembelajaran dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa menerapkan materi

Matematika khususnya materi Perbandingan Dan Skala;

Ketiga, Bagi sekolah, agar pelaksanaan kegiatan siswa dalam

pembelajaran Matematika dengan menggunakan model pembelajaran berbasis

masalah dapat dilakukan dengan baik dan mandiri perlu ditunjang dengan

sumber-sumber belajar lainnya yang dapat dijadikan pedoman dalam kegiatan

pembelajaran. Oleh karena itu, pihak sekolah diharapkan pro aktif memfasilitasi

segala kebutuhan guru dan siswa dalam upaya meningkatkan mutu layanan

pendidikan; dan

Keempat, Bagi peneliti sendiri agar lebih giat lagi memberikan

pembelajaran kepada para siswa dengan variasi model pembelajaran lainnya yang

tentunya sesuai dengan materi/konsep pelajaran Matematika khususnya dan begitu

pula pada materi ataupun mata pelajaran yang lain pada umumnya

5.3 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti menyarankan

sebagai berikut:

1. Bagi guru, agar dapat menerapkan model pembelajaran berbasis masalah

dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran. Mengingat, model

pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan proses pembelajaran

yang dilakukan guru dalam pembelajaran Matematika. Agar model

pembelajaran berbasis masalah ini dapat terlaksana dengan baik, maka guru

harus:

a. Menguasai materi pelajaran.

(6)

c. Memahami model pembelajaran berbasis masalah.

d. Berkonsultasi dengan ahli yang memahami materi.

2. Mempunyai keinginan dan keberanian untuk menerapkan model

pembelajaran berbasis masalah

3. Selain menggunakan model pembelajaran berbasis masalah guru juga

disarankan agar memanfaatkan komponen lain yang dapat menunjang

keberhasilan pembelajaran khususnya pembelajaran Matematika yakni

lembar aktifitas siswa (LAS). Hal ini ditujukan untuk meningkatkan

pembelajaran, aktivitas siswa dan lebih menciptakan pembelajaran yang aktif,

kreatif, efektif, menyenangkan, dan bermakna bagi siswa.

4. Bagi siswa, agar dapat meningkatkan aktivitasnya dalam kegiatan

pembelajaran agar terjadi pembelajaran yang berfokus pada siswa atau

student centered. Dengan demikian penggunaan model pembelajaran berbasis

masalah dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas Matematika siswa.

5. Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian tindakan, sebaiknya

melakukan penelitian secara tuntas dengan cara mengkombinasikan berbagai

metode dan media pembelajaran dengan memperhatikan pokok bahasan yang

(7)

1

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal.dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:Yrama Widya.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Penelitan Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Daulay, A.Leni. 2008.Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa Memecahkan Masalah Pada Pokok Bahasan Bangun Datar Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Di Kelas IV MIN Mutiara T.A 2007/2008. Skripsi tidak dipublikasikan.

Depdiknas.2003. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Balai Pustaka: Jakarta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif. Jakarta : Rineka cipta.

Faturahman, dkk. 2009. Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Islami.Bandung: Refika Aditama

Hamalik, Oemar. 2008. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan System. Jakarta : Bumi aksara.

. 2009.Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumu Aksara.

Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Iskandar. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jambi : Gaung Persada Press.

Nasution, S. 1995. Didaktik Azas-Azas Mengajar. Bandung : Jemmars.

Nazaruddin. 2010. Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal Matematika Bentuk Cerita Melalui Model Pemecahan Masalah pada siswa kelas VI SD Negeri No. 101776 Sampali. Skripsi tidak dipublikasikan.

Prihandoko, dkk. 2006. Pemahaman dan Penyajian Konsep Matematika.Jakarta: Depdiknas

Roestiyah, N.K.1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

(8)

2

Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana : Jakarta.

Sardiman A.M, 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Gravindo.

Subarinah, Sri.2006. Inovasi pembelajaran Matematika Sekoalah Dasar. Depdiknas: Jakarka

Sudjana, Nana. 2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo

, 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung : Remaja Rosdikarya

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta : Bumi aksara.

Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan.Yogyakarta: Kanisius

Suprijono, Agus. 2009.Cooperatif Learning” Teori dan Aplikasi PAIKEM”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Susanti. Eva. 2012. Peningkatan Kemampuan Bertanya Dan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Model Problem Based Instruction (PBI) Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas VIA SD Negeri 101765 Bandarsetia. Skripsi tidak dipublikasikan .

Tarigan, Asal murni. 2008. “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Problem Based Intructions Pokok Bahasan Luas Bangun Datar Di Kelas Vb SD Negeri 101765 Bandar Setia - Deli Serdang”. 2007/2008. Skripsi tidak dipublikasikan.

Trianto. 2009. Desain Pembelajaran Inofatif –Progresif. Surabaya : Kencana

Utami, Siti Endang. 2010. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas V SD Negeri 101766 Bandar Setia Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi tidak dipublikasikan .

(9)

3

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 : Nilai Awal Matematika Siswa Kelas V ... 8

Tabel 3.1 : Langkah-Langkah Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 37

Tabel 3.2 : Langkah-Langkah Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 40

Tabel 3.3 : Kriteria Kemampuan Bertanya ... 48

Tabel 4.1 : Tabel Perolehan Nilai Pretes ... 53

Tabel 4.2 : Hasil Tes Evaluasi Siklus I ... 66

Tabel 4.3 : Lembar Observasi Guru Siklus I ... 67

Tabel 4.4 : Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus I ... 68

Tabel 4.5 : Pengamatan Kemampuan Bertanya Siswa Siklus I ... 69

Tabel 4.6 : Hasil Postes Siswa Siklus I ... 70

Tabel 4.7 : Hasil Tes Evaluasi Siklus II ... 78

Tabel 4.8 : Lembar Observasi Guru Siklus II ... 78

Tabel 4.9 : Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus II ... 79

Tabel 4.10 : Pengamatan Kemampuan Bertanya Siswa Siklus II ... 80

Tabel 4.11 : Hasil Postes Siswa Siklus II ... 81

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 : Skema Penelitian Tindakan Kelas... 35

Gambar 4.1 : Siswa Pada Saat Melakukan Pretes ... 56

Gambar 4.2 : Guru Menjelaskan Materi Kepada Siswa... 58

Gambar 4.3 : Siswa Meyelesaikan Masalah Perbandingan ... 59

Gambar 4.4 : Guru Menyelesaikan Soal-Soal yang Diberikan ... 60

Gambar 4.5 : Siswa Mengajukan Pertanyaan ... 61

Gambar 4.6 : Diskusi Kelompok Dalam Mengerjakan LAS ... 62

Gambar 4.7 : Guru Membimbing Siswa Dalam Kerja Kelompok ... 63

Gambar 4.8 : Siswa Mengerjakan Soal Postes I ... 64

Gambar 4.9 : Guru Menjelaskan Materi pada Siklus II ... 74

Gambar 4.10 : Siswa Menyelesaikan Soal LAS Siklus II ... 75

Gambar 4.11 : Siswa Mengerjakan Soal Yang Diberikan ... 76

Gambar 4.12 : Siswa Melakukan Postes Siklus II ... 76

(12)

DAFTAR ISI

2.1.1. Pengertian Berbasis Masalah ... 14

2.1.2. Landasan Teoritik dan Berfikir Pembelajaran Berbasis Masalah ... 18

2.1.3 Komponen-Komponen Berbasis Masalah ... 21

2.1.4. Ciri- Ciri dan Tujuan Berbasis Masalah ... 23

2.1.5. Manfaat Berbasis Masalah ... 25

2.1.6. Langkah-Langkah Berbasis Masalah ... 26

2.1.7 Pengertian Hasil Belajar ... 29

2.1.8 Hakikat Matematika ... 31

2.2 Kerangka Konseptual ... 32

2.3 Hipotesis Tindakan... 33

BAB III : METODE PENELITIAN ... 34

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

3.2 Subjek Penelitian ... 34

3.3 Prosedur Penelitian... 34

3.4 Variabel Penelitian ... 42

3.5 Definisi Operasional... 42

3.6 Instrumen Penelitian... 44

3.7 Teknik Analisis Data ... 50

3.8 Indikator Keberhasilan Tindakan ... 51

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53

4.1Hasil Penelitian ... 53

4.1.1. Deskripsi Keadaan Kemampuan Awal Siswa ... 54

4.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian Pada Siklus I ... 56

4.1.3 Deskripsi Hasil Penelitian Pada Siklus II... 77

(13)

4.2. Pembahasan ... 95

5. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 101

5.1 Simpulan ... 101

5.2 Implikasi ... 101

5.3 Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 104

(14)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis

Masalah dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SDN 104203 Bandar Khalipah T.A 2013/2014” yang disusun untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Dasar Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan. Shalawat dan salam dipersembahkan keharibaan Nabi Besar Muhammad SAW sebagai pembawa rahmat bagi alam semesta.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini tidak akan dapat diselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Dalam menyelesaikan tesis ini penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak karena kurangnya ilmu dan pengetahuan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Asmin, M.Pd dan Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd selaku dosen pembimbing tesis yang dengan penuh kesabaran telah banyak memberikan arahan, bimbingan serta motivasi kepada penulis mulai dari penyusunan proposal penelitian hingga selesainya tesis ini.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada: Rektor Universitas Negeri Medan, Direktur Program Pascasarjana Unimed, Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Dasar serta para staf administrasi Program Pascasarjana Unimed yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama menempuh pendidikan hingga penyelesaian tesis ini.

(15)

Rekan-rekan mahasiswa Pascasarjana Program Studi Pendidikan Dasar

Universitas Negeri Medan angkatan XXII kelas A Reguler tempat penulis berbagi suka dan duka selama perkuliahan serta kepala sekolah dan rekan-rekan guru SD Negeri 104203 Bandar Khalipah yang telah banyak membantu dan memberikan dorongan dalam menyelesaikan tesis ini.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga juga penulis ucapkan teristimewa kepada Ayahanda Drs. Zainal Harahap dan Ibunda Deli Erna, SPd atas segala pengorbanan dan doa-doanya yang senantiasa menyertai perjalanan hidup penulis. Terima kasih yang tulus juga penulis ucapkan kepada seluruh keluarga besar atas segala pengertian, perhatian dan dukungannya baik moril maupun materil.

Menyadari akan keterbatasan pengetahuan, kemampuan dan pengalaman yang dimiliki penulis, maka dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan sumbangan pemikiran ataupun kritik yang bersifat konstruktif untuk kesempurnaan tesis ini. Hanya kepada Allah kita berserah, semoga kiranya Allah mencurahkan berkatnya bagi kita semua. Akhir kata semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan pendidikan dimasa kini dan dimasa yang akan datang. Amin.

Medan, Penulis

(16)
(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan nasional menjamin pemerataan kesempatan pendidikan,

peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen pendidikan.

Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia

Indonesia seutuhnya agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan

global. Untuk menghadapi era globalisasi tersebut yang diiringi dengan

perkembangan IPTEK yang pesat, maka dituntut untuk mampu memanfaatkan

informasi dengan baik dan cepat. Untuk itu dibutuhkan Sumber Daya Manusia

(SDM) yang berkualitas dan nalar yang tinggi.

Pendidikan dewasa ini membuat kekhawatiran tersendiri bagi para orang

tua dan pihak sekolah yang telah dipercaya sebagai lembaga pendidikan. Oleh

karena itu guru dituntut untuk mampu merancang dan melaksanakan program

pengalaman belajar dengan tepat agar siswa memperoleh pengetahuan secara utuh

sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Bermakna disini berarti

bahwa siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui

pengalaman langsung dan nyata.

Matematika sangat diperlukan siswa dalam mempelajari dan memahami

mata pelajaran lain karena matematika merupakan induk dari pengetahuan

(Mother of Science) yang di dalamnya mencakup berbagai ilmu pengetahuan.

Zulfah (2006:1) Menyatakan bahwa “matematika sebagai suatu ilmu memiliki

objek dasar abstrak yang dapat berupa fakta, konsep, operasi, dan prinsip. Dari

(18)

struktur-struktur dalam matematika yang ada dewasa ini”. Selanjutnya disebutkan

lagi oleh Sumarno dan Sukahar dalam Zulfah (2006:1) menyebutkan bahwa “pola

pikir yang digunakan dalam matematika itu adalah deduktif atau deduktif

aksiomatik”. Matematika sebagai ilmu dasar begitu cepat mengalami

perkembangan, hal itu terbukti dengan makin banyaknya kegiatan matematika

dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi pada kenyataannya banyak siswa

merasa takut, enggan dan kurang tertarik terhadap mata pelajaran matematika. Hal

yang menyebabkan kurangnya ketertarikan siswa dalam mempelajari matematika

karena kurangnya pemahaman konsep dan kemampuan untuk bertanya dalam diri

mereka. Padahal kemampuan bertanya sangat penting dimiliki oleh siswa dalam

penguasaaan materi pelajaran. Keterampilan bertanya merupakan keterampilan

yang bersifat mendasar yang dipersyaratkan bagi penguasaan keterampilan

berikutnya.

Ketidaktahuan peserta didik mengenai kegunaan matematika dalam

praktek sehari-hari menjadi penyebab mereka lekas bosan dan tidak tertarik pada

mata pelajaran matematika. Banyak anak berfikir bahwa pelajaran matematika

merupakan pelajaran yang menyeramkan. Apalagi ketika dihadapkan pada tes

yang berbentuk soal cerita. Hal yang menyebabkan kurangnya ketertarikan siswa

dalam mempelajari matematika karena kurangnya pemahaman konsep dan

kemampuan untuk bertanya dalam diri mereka. Padahal kemampuan bertanya

sangat penting dimiliki oleh siswa dalam penguasaaan materi pelajaran. Terampil

bertanya merupakan keterampilan penting dalam belajar. Jauh lebih penting

daripada menjawab pertanyaan. Seorang ilmuan dapat menemukan hal-hal baru

(19)

bertanya. Kenyataan menunjukkan bahwa kita belum menempatkan

pengembangan keterampilan bertanya siswa sebagai prioritas. Justru sebaliknya,

dunia pendidikan kita terjebak dalam memprioritaskan siswa terampil menjawab.

Keterampilan bertanya merupakan keterampilan yang bersifat mendasar yang

dipersyaratkan bagi penguasaan keterampilan berikutnya.

Dalam proses pembelajaran siswa kurang didorong untuk

mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan sistematis. Otak siswa dipaksa

untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk

memahami informasi tersebut dan tidak berupaya untuk menghubungkannya

dengan kehidupannya sehari-hari. Akibatnya mereka pintar secara teoritis saja

namun tidak dalam mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Keterampilan bertanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam

rangka meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran, yang sekaligus

merupakan bagian dari keberhasilan dalam pengelolaan instruksional dan

pengelolaan kelas. Melalui keterampilan bertanya, guru mampu mendeteksi

hambatan proses berpikir di kalangan siswa dan sekaligus dapat memperbaiki dan

meningkatkan proses belajar di kalangan siswa. Untuk dapat

mengimplementasikan keterampilan bertanya dalam kelas matematika maka

seorang guru perlu mengenal macam dari jenis pertanyaan, khususnya pertanyaan

proses dan pertanyaan tingkat tinggi. Pertanyaan proses merupakan bentuk

pertanyaan yang mengacu pada pengembangan konsep sains, melalui daur

berpikir empirico-logico-verificatio yang antara lain memuat pertanyaan

observasi, klasifikasi, komunikasi, kesimpulan, hipotesis, eksperimentasi, dan

(20)

kemampuan siswa berpikir yang melibatkan aspek penilaian, penciptaan, dan

penalaran yang hakikatnya mengarahkan siswa untuk mampu berpikir taat asas.

Kemampuan bertanya merupakan dasar untuk mengembangkan ide baru

dalam berinovasi. Bertanya merupakan menunjukkan tumbuhnya minat

mendapatkan pengetahuan baru dan teori baru. Simultan dengan itu, kemampuan

menjawab pertanyaan merupakan hal yang tidak kalah penting. Bagaimana siswa

dilatih untuk menjawab dengan singkat dan mendukung pernyataan singkat

dengan informasi yang rinci, argumentasi yang rasional merupakan keterampilan

dasar untuk meningkatkan kemampuan belajar.

Secara alami manusia dilahirkan dan tumbuh dengan rasa ingin tahu

tentang sesuatu bahkan banyak hal. Berbeda dengan bayi atau anak kecil, orang

dewasa mencari sumber yang dapat menjawab rasa ingin tahu mereka. Anak SD

juga terlahir sebagai manusia yang penuh dengan pertanyaan untuk memenuhi

rasa keingintahuannya. Seorang guru pun seyogyanya memahami hal itu dengan

baik. Sehingga menciptakan kondisi pembelajaran yang memfasilitasi anak

bertanya, menjawab pertanyaan, atau menanggapi jawaban pertanyaan guru dan

temannya.

Seorang guru bertugas dalam menyampaikan materi ajar yang berkaitan

dengan berbagai peristiwa yang terdapat di sekitar siswa. Sebetulnya banyak hal

yang menjadi pertanyaan bagi siswa sebelum belajar. Pertanyaan demi pertanyaan

akan terlontar dari mulut siswa apabila guru memberi kesempatan untuk itu.

Karena gurulah arsitektur yang merencanakan sekaligus menjadi motivator dan

fasilitator bagi berkembangnya kompetensi yang dimiliki oleh siswa. Kemampuan

(21)

menumbuhkan minat dan rasa ingin tahu siswa. Ungkapan-ungkapan yang

dilontarkan guru tentang berbagai peristiwa yang berkaitan dengan matematika di

sekitar siswa dan keterkaitannya dengan materi yang akan dipelajari pada mata

pelajaran matematika, akan memancing rasa ingin tahu yang besar pada siswa.

Dengan kata lain akan mengalir berbagai pertanyaan dari siswa yang

mencerminkan rasa ingin tahu tersebut. Kondisi ini menjadi modal berikutnya

yang dapat dikelola oleh guru, untuk mengembangkan kemampuan bertanya di

dalam kelas. Kemudian siswa pun terlatih untuk mengembangkan pendekatan

yang aktif untuk belajar. Rasa ingin tahu yang sudah berkembang harus bisa

dimanfaatkan oleh guru. Selalu memancing keluarnya pertanyaan siswa dan

mendistribusi pertanyaan secara bervariasi, dari bersifat perorangan, kelompok,

maupun klasikal, akan menciptakan pembelajaran yang mengaktifkan siswa dalam

pembelajaran. Menjalin komunikasi dengan seluruh kelas untuk menghidupkan

interaksi dan proses belajar mengajar. Dengan begitu hasil belajar siswa akan

meningkat.

Bertanya timbul bila sesuatu tidak jelas dan mendorong seseorang

berusaha untuk memahaminya. Pembelajaran siswa terletak pada asumsi belajar

akan berlanjut pada tingkat yang lebih tinggi atau suatu kompleksitas jika siswa

selalu bertanya. Latar belakang budaya menyebabkan siswa tidak terbiasa

mengajukan pertanyaan, padahal pertanyaan dapat meningkatkan kemampuan

siswa untuk mengemukakan gagasan. Gagasan-gagasan pada siswa akan muncul

bila dalam proses belajar mengajar dimana guru menciptakan kondisi yang

memungkinkan siswa belajar dengan aman, tentram dan nyaman. Mereka hanya

(22)

Dari segi proses, kemauan bertanya akan muncul apabila seseorang

memiliki motif ingin tahu. Pemenuhan rasa ingin tahu memerlukan kondisi yang

aman, sehingga tugas gurulah yang harus menciptalan kondisi yang aman tersebut

dengan cara menciptakan iklim interaksi tanya jawab secara menyenangkan dalam

pembelajaran.

Hal yang terjadi dilingkungan belajar khususnya sekolah dasar, masih

banyak siswa yang pasif dalam proses belajar matematika terutama di kelas tinggi.

Ketidakaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika dipicu karena

siswanya sendiri yang kurang aktif baik itu bertanya ataupun menjawab soal. Jika

ditanya yang menjawab hanya beberapa orang, siswa kurang berani bertanya pada

guru dan tidak mau memberikan pendapat saat ada diskusi sehingga akan

mempengaruhi hasil belajarnya. Banyak siswa yang kurang tertantang untuk

mempelajari dan menyelesaikan soal-soal matematika, terutama soal-soal cerita.

Karena banyak yang menganggap matematika merupakan ilmu yang sangat sulit

dipelajari dan tidak ada gunanya sehingga sebisa mungkin harus dihindari. Oleh

sebab itu, prestasi matematika siswa baik secara nasional maupun

internasional belum menggembirakan. Rendahnya prestasi matematika siswa

disebabkan oleh faktor siswa yaitu mengalami masalah secara komprehensif

atau secara parsial dalam matematika. Selain itu, pembelajaran matematika siswa

belum bermakna, sehingga pengertian siswa tentang konsep sangat lemah.

Banyak kritikan yang ditujukan pada cara guru mengajar yang terlalu

menekankan pada penguasaan sejumlah informasi/konsep belaka. Penumpukan

(23)

bermanfaat sama sekali kalau hal tersebut hanya dikomunikasikan oleh guru

kepada subjek didik melalui satu arah seperti menuang air ke dalam gelas.

Guru harus dapat mengembangkan kualitas pribadi dan siswanya secara

keseluruhan. Tapi kenyataan siswa masih kesulitan dalam pembelajaran

matematika dikarenakan siswa tidak terbiasa untuk mengerjakan soal-soal yang

diberikan guru. Ditambah lagi siswa kurang interaktif dalam pembelajaran

matematika seperti rajin bertanya jika tidak mengerti. Siswa hanya menghafal

konsep yang diajarkan oleh guru dan kurang mampu memahami dan

menggunakan konsep tersebut jika diberikan soal. Padahal dalam pelajaran

matematika bukanlah untuk menghafal konsep melainkan memahami dan mampu

menerapkan konsep tersebut.

Lebih jauh lagi, bahkan siswa kurang mampu menentukan masalah dan

merumuskanya. Akibat dari masalah siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran

dan siswa kurang berani untuk bertanya kepada guru akhirnya hasil belajar

mereka pun rendah. Salah satu contoh rendahnya hasil belajar matematika siswa

di sekolah dasar dapat dilihat dari nilai ulangan harian SD Negeri 104203 Bandar

Khalipah Tahun Pelajaran 2013/2014 pada materi operasi penjumlahan dan

pengurangan pecahan. Hal ini dapat dilihat dari tabel 1.1

Tabel 1.1 Nilai Matematika Siswa Kelas V Semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014

Aspek Analisis Perolehan Nilai

Nilai Terendah 30.00

(24)

Oleh karena itu, pembelajaran sebaiknya dirancang dan dilaksanakan

untuk program pengalaman belajar dengan tepat agar siswa memperoleh

pengetahuan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa.

Bermakna disini berarti bahwa siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang

mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata dengan sering melakukan

hal tersebut secara rutin. Confusius (dalam Faturrahman dkk,2009:50) pernah

menekankan pentingnya arti belajar dari pengalaman dengan perkataan; “saya

dengar dan saya lupa, saya lihat dan saya ingat, saya lakukan dan saya paham”.

Salah satu sistem yang dapat diterapkan yakni siswa belajar dengan “melakukan”.

Selama proses “melakukan” mereka akan memahami dengan lebih baik dan

berlatih dalam mengerjakan soal cerita dengan baik sehingga mampu

menyelesaikan soal cerita sesuai dengan jawaban yang diinginkan.

Untuk itu, melalui penelitian tindakan ini perlu didesain strategi

pembelajaran matematika dengan memberikan bimbingan berupa pembelajaran

melalui masalah pada siswa dalam menyelesaikan soal cerita. Melalui model

pembelajaran berbasis masalah maka siswa akan terbiasa dalam mengerjakan soal

matematika berbentuk soal cerita. Sehingga anak terbiasa dalam mengerjakan soal

dan aktif bertanya sehingga mendukung kepada hasil belajar yang meningkat.

Perubahan cara pandang terhadap siswa sebagai objek menjadi subjek

dalam proses pembelajaran menjadi titik tolak banyak ditemukannya berbagai

pendekatan pembelajaran yang inovatif. Guru dituntut dapat memilih model

pembelajaran yang dapat memacu semangat setiap siswa untuk secara aktif ikut

(25)

yang memungkinkan dikembangkannya berbagai keterampilan siswa dalam

memecahkan masalah adalah Pembelajaran Berbasis Masalah.

Karena model pembelajaran berbasis masalah ini dapat menantang

kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan

baru bagi siswa. Pembelajaran berbasis masalah ini juga meningkatkan aktivitas

siswa dalam pembelajaran, Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana

mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan

nyata. Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan

pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka

lakukan. Diharapkan melalui pemecahan masalah siswa lebih menyukai pelajaran

matematika. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk

mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata. Pemecahan

masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar.

Pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas

pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang

dihadapi secara ilmiah pembelajaran berbasis masalah merupakan penggunaan

berbagai kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap

tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi sesuatu yang baru dan

kompleksitas yang ada. Pembelajaran berbasis masalah membantu siswa untuk

memecahkan masalah dengan proses penemuan yang berkelanjutan dari tipe yang

tidak terstruktur yang dihadapkan oleh orang-orang dewasa atau praktisi

profesional. Meminjam pendapat Bruner (Trianto 2009:91), bahwa berusaha

sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya,

(26)

karena dengan berusaha untuk mencari pemecahan masalah secara mandiri akan

memberikan suatu pengalaman kongkret, dengan pengalaman tersebut dapat

digunakan pula memecahkan masalah-masalah serupa, karena pengalaman itu

memberikan makna tersendiri bagi peserta didik.

Dalam pembelajaran berbasis masalah yang merupakan rangkaian aktivitas

pembelajaran artinya dalam pembelajaran ini tidak mengharapkan siswa hanya

sekedar mendengarkan, mencatat kemudian menghafal materi pelajaran, akan

tetapi melalui strategi pembelajaran berbasis masalah siswa aktif berpikir,

berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkannya.

Kemudian aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah.

Pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci dari

proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah tidak mungkin ada proses

pembelajaran. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan

berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah

proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara

sistematis dan empiris, sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui

tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah

didasarkan pada data dan fakta yang jelas.

Menurut Widodo (2009), dengan pembelajaran berbasis masalah guru

dapat melatih siswa untuk menjadi pembelajar yang mandiri, meniru peran orang

dewasa dan terbiasa memandang suatu masalah dari berbagai sudut pandang

disiplin ilmu yang berbeda. Intinya pembelajaran berbasis masalah

mengembangkan siswa agar dapat;(1) Mendefinisikan masalah dengan jelas; (2)

(27)

(4) Membangun solusi yang jelas yang sesuai dengan masalah dan kondisi yang

seharusnya berdasarkan informasi dan penjelasan dengan alasan yang jelas.

Model pembelajaran berbasis masalah diharapkan dapat meningkatkan

hasil belajar siswa dengan membiasakan siswa melalui pertanyaan-pertanyaan

sehingga dapat memotivasi siswa dalam proses pembelajaran. Agar siswa

diharapkan berani mengacungkan tangan kemudian bertanya untuk mencari

pengetahuannya yang lain serta mengemukakan ide-ide dari pengetahuan siswa

tersebut, siswa dilatih secara rutin untuk mengembangkan kognitif sehingga siswa

mampu bertanya dengan baik.

1.2. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang telah tergambar permasalahan yang timbul dalam penelitian

ini, masalah yang timbul adalah:

1. Siswa kurang mampu bertanya pada guru karena kurangnya kemampuan

siswa dalam bertanya.

2. Proses pembelajarannya kurang interaktif

3. Siswa diam saja jika ditanya

4. Kurangnya penguasaan konsep pada matematika.

5. Keinginan siswa dalam mempelajari Matematika kurang

6. Hasil belajar matematika siswa rendah

1.3 Batasan Masalah

Dari latar belakang diatas peneliti membatasi masalah dalam penelitian ini

pada materi Mengunakan Pecahan dalam Masalah Perbandingan dan Skala sub

(28)

Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika

Siswa Kelas V di SDN 104203 Bandar Khalipah Tahun ajaran 2013/2014”.

1.4. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat ditentukan rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah:

1. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa pada materi mengunakan

pecahan dalam masalah perbandingan dan skala sub pokok bahasan

perbandingan dan skala melalui penerapan model pembelajaran

berbasis masalah pada siswa kelas V SD Negeri 104203 Bandar

Khalipah?

2. Bagaimana efektifitas model pembelajaran berbasis masalah terhadap

hasil belajar matematika siswa di kelas V SD Negeri 104203 Bandar

Khalipah?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana peningkatan hasil belajar siswa pada

materi mengunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala

sub pokok bahasan skala dan perbandingan melalui penerapan model

pembelajaran berbasis masalah pada siswa kelas V SD Negeri 104203

Bandar Khalipah

2. Untuk mengetahui bagaimana efektifitas pembelajaran matematika di

kelas V SD Negeri 104203 Bandar Khalipah setelah dilakukan

(29)

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

Bagi Siswa

1. Memperbaiki kualitas dan hasil belajar matematika.

2. Dapat menyenangi pelajaran matematika.

3. Mempermudah siswa dalam memahami soal cerita

4. Melatih siswa untuk berani memberikan pertanyaan

Bagi Guru

1. Sebagai bahan masukan dalam mencapai materi pembelajaran, dengan

menerapkan model pembelajaran berbasis masalah kepada siswa dalam

pembelajaran matematika.

Bagi sekolah

1. Sebagai bahan masukan bagi kepala sekolah dalam memilih dan

menggunakan model pembelajaran berbasis masalah yang tepat untuk

meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran matematika

2. Model pembelajaran berbasis masalah dapat dilaksanakan pada setiap

(30)

DAFTAR LAMPIRAN-LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 98

Lampiran 2 : Soal Pre tes ... 104

Lampiran 3 : Pedoman Penskoran Pre Tes ... 106

Lampiran 4 : Keterangan Penskoran ... 108

Lampiran 5 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan II ... 109

Lampiran 6 : Lembar Aktifitas Siswa Siklus I ... 114

Lampiran 7 : Kunci Jawaban Lembar Aktifitas Siswa... 116

Lampiran 8 : Soal Postes Siklus I ... 118

Lampiran 9 : Pedoman Penskoran Pos Tes I ... 120

Lampiran 10 : Keterangan Penskoran ... 122

Lampiran 11 : Lembar Kegiatan Guru Siklus I ... 123

Lampiran 12 : Lembar Kegiatan Siswa Siklus I ... 124

Lampiran 13 : Kemampuan Bertanya Siswa Siklus I……….125

Lampiran 14 : Hasil Postes Siswa Siklus I... 126

Lampiran 15 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 127

Lampiran 16 : Lembar Aktifitas Siswa Siklus II ... 132

Lampiran 17 : Kunci Jawaban Lembar Aktifitas Siswa... 134

Lampiran 18 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan II ... 135

Lampiran 19 : Soal Postes Siklus II ... 140

Lampiran 20 : Pedoman Penskoran Pos Tes ... 141

Lampiran 21 : Keterangan Penskoran ... 143

Lampiran 22 : Lembar Kegiatan Guru Siklus II ... 144

Lampiran 23 : Lembar Kegiatan Siswa Siklus II ... 145

Lampiran 24 : Lembar Kemampuan Bertanya Siswa Siklus II... 146

Lampiran 25 : Hasil Postes Siswa Siklus II ... 147

(31)
(32)
(33)

Gambar

Tabel 1.1 Nilai Matematika Siswa Kelas V Semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014

Referensi

Dokumen terkait

Konselor adalah pendidik profesional yang berkualifikasi akademik minimal Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang Bimbingan dan Konseling dan telah lulus pendidikan profesi

Kothek lesung merupakan salah satu jenis kesenian tradisional dengan instrumen lesung dan alu yang terbuat dari batang pohon kelapa (glugu) sebagai

Mendeteksi Manajemen Laba Menggunakan Classification Shifting : Pengujian Core Earnings dan Extraordinary Items (Studi Empiris di Negara-negara ASEAN).. Universitas Gadjah

Peningkatan belanja modal dan efisiensi belanja barang untuk mendukung belanja produktif dalam rangka pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan

[r]

Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui karakteristik apa yang merupakan faktor predisosisi pada pasien Bakterial Vaginosis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji

Untuk itu dalam penulisan ilmiah ini penulis membuat website yang dapat memberikan informasi kepada khalayak ramai yang berhubungan dengan dunia bisnis (e-commerce) yaitu

Pada hari ini, Selasa 29 Agustus 2017 tidak dapat mengikuti pelajaran seperti biasanya dikarenakan sedang sakit.. Oleh karena itu kami memohon izin