• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Ulang Taman Rumah Sakit sebagai Healing Garden

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Ulang Taman Rumah Sakit sebagai Healing Garden"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN ULANG TAMAN RUMAH SAKIT SEBAGAI

HEALING GARDEN

CHIKA PUSPASARI IRIANTO

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perancangan Ulang Taman Rumah Sakit Sebagai Healing Garden adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

(4)

ABSTRAK

CHIKA PUSPASARI IRIANTO. Perancangan Ulang Taman Rumah Sakit sebagai Healing Garden. Dibimbing oleh INDUNG SITTI FATIMAH.

Healing garden merupakan bentuk ruang terbuka hijau yang berperan sebagai pelepas stres sehingga diharapkan dapat mempercepat proses penyembuhan pasien, karena itulah sesuai apabila diaplikasikan pada taman rumah sakit. Permasalahannya adalah banyak rumah sakit yang tidak memaksimalkan fungsi tamannya sebagai healing garden, seperti Rumah Sakit Darmo dan Rumah Sakit Islam Jemursari di Surabaya. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa hasil preferensi masyarakat mengenai taman rumah sakit serta healing garden pada umumnya. Analisa preferensi digunakan sebagai dasar utama dalam merancang ulang taman sebagai healing garden disertai dengan studi literatur sebagai data pendukung. Hasil pengumpulan data melalui metode observasi dan wawancara menunjukkan baik pasien maupun tenaga medis setuju dengan adanya healing garden sebagai fasilitas pendukung. Penelitian ini menghasilkan dua desain healing garden untuk masing-masing rumah sakit. Keduanya sesuai kriteria, preferensi, dan kebutuhan pengguna serta sesuai dengan kedua rumah sakit.

Kata kunci: taman rumah sakit, healing garden, preferensi taman

ABSTRACT

CHIKA PUSPASARI IRIANTO. Hospital Garden’s Redesign as a Healing Garden. Supervised by INDUNG SITTI FATIMAH.

Healing garden is one type of green open spaces that has significant roles in relieving stress in the hope to accelerate patient’s healing process. Thus healing garden will be suitable to be applied in hospital’s garden. The problem is many hospitals don’t provide healing garden as their facility despite having a potential garden, like Darmo Hospital and Jemursari Islamic Hospital in Surabaya. The objectives of this research are analyzing people preferences about hospital garden regarding healing garden in general and using the preferences as a primary foundation and literature studies as supporting data to redesign each of the hospital’s garden. The result of the collected data through observation and interview method show that not only patients but also medical personnel agreed to add a healing garden as a support facility in their hospitals. This research resulted two healing garden designs for each hospitals. Both designs fulfill all the criteria, users’ preferences and needs, and also match with the characteristics of both hospitals.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Arsitektur Lanskap

PERANCANGAN ULANG TAMAN RUMAH SAKIT SEBAGAI

HEALING GARDEN

CHIKA PUSPASARI IRIANTO

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Perancangan Ulang Taman Rumah Sakit sebagai Healing Garden Nama : Chika Puspasari Irianto

NIM : A44090069

Disetujui oleh

Dr Ir Indung Sitti Fatimah, MSi Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Bambang Sulistyantara, MAgr Ketua Departemen

(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih sebagai judul skripsi ini adalah healing garden pada taman rumah sakit dengan judul Perancangan Ulang Taman Rumah Sakit sebagai Healing Garden.

Ucapan terima kasih penulis berikan kepada Ibu Dr Ir Indung Sitti Fatimah, MSi selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran dan masukan. Penulis juga mengungkap banyak rasa terima kasih kepada semua pihak yang membantu proses penyelesaian skripsi ini, khususnya Ibu Alis dan Dr Arimbi dari Rumah Sakit Darmo serta Ibu Yuli serta seluruh pihak departemen pendidikan dan latihan Rumah Sakit Islam Jemursari. Selanjutnya untuk Ayah, Ibu, adik-adik dan keluarga, serta teman-teman yang tidak pernah berhenti memberi doa, dukungan, dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Penulis mengharapkan penelitian ini dapat bermanfaat dalam menambah informasi mengenai desain taman khususnya healing garden. Semoga penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan pihak rumah sakit khususnya dalam memaksimalkan penggunaan ruang terbuka hijaunya.

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

Batasan Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA 3

Pengaruh Alam Terhadap Kesehatan Manusia 3

Healing Garden 5

Perancangan Taman Rumah Sakit 8

METODOLOGI 9

Lokasi dan Waktu Penelitian 9

Alat dan Bahan 9

Metode dan Tahapan Penelitian 9

HASIL DAN PEMBAHASAN 12

Kondisi Umum Rumah Sakit 12

Profil dan Fasilitas Rumah Sakit 12

Lokasi dan Batas Tapak 14

Aksesibilitas dan Sirkulasi Tapak 18

Iklim Makro dan Mikro 19

Topografi dan Drainase 20

Vegetasi dan Satwa 21

Data Visual Tapak 24

Data Sosial 29

Analisis dan Sintesis 36

Aksesibilitas dan Sirkulasi Tapak 36

(11)

Topografi dan Drainase 38

Vegetasi dan Satwa 39

Visual Tapak 40

Sosial 40

Konsep 42

Konsep Dasar 42

Konsep Desain 42

Pengembangan Konsep Desain 44

Desain 48

Rumah Sakit Darmo 50

Rumah Sakit Islam Jemursari 61

SIMPULAN DAN SARAN 75

Simpulan 75

Saran 75

DAFTAR PUSTAKA 76

LAMPIRAN 78

(12)

DAFTAR TABEL

1 Kriteria healing garden oleh Marcus (2007) 6 2 Kriteria healing garden oleh Stigsdotter (2005) 7

3 Jenis dan fungsi software 9

4 Data inventarisasi 10

5 Data vegetasi RS Darmo 21

6 Data vegetasi RSI Jemursari 23

7 Rekomendasi desain healing garden 41

8 Daftar vegetasi healing garden Rumah Sakit Darmo 50 9 Daftar vegetasi healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari 61

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pikir penelitian 2

2 Lokasi penelitian 9

3 Kerangka tahapan penelitian 10

4 Batas Rumah Sakit Darmo 12

5 Batas Rumah Sakit Islam Jemursari 13

6 Kondisi lorong paviliun Rumah Sakit 14

7 Peta inventarisasi taman RS Darmo 15

8 Peta inventarisasi taman Rumah Sakit Islam Jemursari 17

9 Jalan setapak pada taman RS Darmo 18

10 Aksesibilitas taman RS Darmo 18

11 Aksesibilitas taman RSI Jemursari 19

12 Saluran air pada kedua tapak 21

13 Tanaman display pada taman RS Darmo 22

14 Peta view taman Rumah Sakit Darmo 25

15 View taman dari dua lantai 26

16 Peta view taman Rumah Sakit Islam Jemursari (bagian 1) 27 17 Peta view taman Rumah Sakit Islam Jemursari (bagian 2) 28 18 Grafik persepsi pasien terhadap healing garden secara umum 30 19 Grafik preferensi pasien mengenai relaksasi dan healing garden

secara khusus 31

20 Grafik preferensi pasien mengenai relaksasi dan healing garden

secara khusus 31

21 Grafik preferensi pasien terhadap warna, kondisi, dan elemen 32 22 Grafik preferensi pasien terhadap vegetasi dan atribut taman 33

23 Grafik opini dan pengalaman tenaga medis 34

24 Grafik preferensi tenaga medis terhadap healing garden 35 25 Grafik kebutuhan pasien mengenai taman menurut tenaga medis 35

26 Desain profil tangga 38

27 Bentukan matahari pada desain healing garden 43 28 Bentukan air dan penerapan pada desain healing garden 43

29 Konsep ruang healing garden RS Darmo 44

30 Konsep ruang healing garden RSI Jemursari : (a) Konsep ruang

(13)

31 Konsep vegetasi pada taman a, taman b, dan taman c RSI

Jemursari 47

32 Konsep vegetasi pada taman d dan taman e RSI Jemursari 47 33 Site plan healing garden Rumah Sakit Darmo 52 34 Peta view healing garden Rumah Sakit Darmo 53 35 Potongan healing garden Rumah Sakit Darmo 54 36 Peta vegetasi healing garden Rumah Sakit Darmo 55 37 Detail gazebo healing garden Rumah Sakit Darmo 56 38 Detail arbor healing garden Rumah Sakit Darmo 57 39 Detail kursi (ruang privat bagian timur) healing garden Rumah

Sakit Darmo 58

40 Site plan healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari 64 41 Peta view healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari (bagian

1) 65

42 Peta view healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari (bagian

2) 66

43 Potongan healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari (bagian

1) 67

44 Potongan healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari (bagian

2) 68

45 Peta vegetasi healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari

(bagian 1) 69

46 Peta vegetasi healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari

(bagian 2) 70

47 Peta vegetasi healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari

(bagian 3) 71

48 Detail meja dan kursi ruang privat healing garden Rumah Sakit

Islam Jemursari 72

49 Detail fountain healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari

(bagian 1) 73

50 Detail fountain healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari

(bagian 2) 74

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuesioner pasien 78

(14)
(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ruang Terbuka Hijau (RTH) telah menjadi kebutuhan masyarakat khususnya di perkotaan karena RTH memberikan banyak fungsi ekologis serta sosial. Salah satu fungsi lain yang diberikan namun sering terabaikan adalah peningkatan kesehatan pengguna yang berada pada masa penyembuhan. Sejak abad ke 17 rumah sakit terutama di banyak negara belahan bumi barat didesain dengan RTH serta dekat dengan alam, karena sinar matahari, udara yang bersih serta suasana alam yang hijau berperan penting dalam proses penyembuhan. Walaupun desain yang dekat dengan alam ini sempat menghilang pada tahun 1950 hingga 1990an, kini para pelaku bidang kesehatan mulai sadar kembali akan pentingnya interaksi dengan alam dalam meningkatkan kesehatan pasien (Marcus, 2007).

RTH pada rumah sakit berperan penting dalam interaksi antara pasien dan alam, karena rumah sakit terutama pada perkotaaan dikelilingi oleh lingkungan kota yang identik dengan polusi dan penyakit. Ruang terbuka pada rumah sakit berpotensi menjadi healing garden yang bermanfaat dalam proses pengobatan pasien.

Healing garden sendiri secara umum merupakan suatu ruang yang dapat melepaskan stres penggunanya serta dapat menenangkan, mendamaikan, dan mengembalikan kondisi mental dan emosional pengguna. Healing dalam bahasa Inggris dapat berarti menyembuhkan, membuat sesuatu menjadi sehat, namun healing garden bukanlah ruang terbuka yang dapat mengobati luka fisik seseorang secara langsung (Vapaa, 2002). Healing garden diharapkan dapat menyembuhkan keadaan psikis pasien untuk kemudian mempercepat proses pengobatan pasien terkait. Menurut Marcus dan Barnes (1999) healing garden merupakan suatu kategori taman yang spesifik berada di pusat kesehatan seperti rumah sakit, baik yang berada di dalam maupun luar ruangan dan memang didesain khusus sebagai healing garden oleh pihak administratif rumah sakit beserta desainernya.

Keberadaan sebuah healing garden pada rumah sakit juga memberikan keuntungan karena pengguna, terutama pasien, merasa bahwa ruang terbuka hijau pada rumah sakit tidaklah sekedar ruang terbuka hijau biasa namun sebuah lingkungan yang didesain sedemikian rupa untuk memberi manfaat penyembuhan pada penggunanya. Hal ini menunjukkan kepedulian penuh terhadap pasien melalui hal yang selama ini kurang diperhatikan atau dianggap tidak berhubungan dengan pengobatan pasien (Marcus dan Barnes, 1999).

(16)

2

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru bagi masyarakat, baik di bidang kesehatan maupun arsitektur lanskap, akan healing garden. Penelitian ini juga diharapkan dapat menghasilkan rancangan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan preferensi pasien dan calon pengguna healing garden di rumah sakit.

Perumusan Masalah

Pembuatan rancangan healing garden ini merupakan solusi yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pengguna, khususnya pasien pada rumah sakit, sesuai dengan preferensi pengguna. Kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1:

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian Ruang terbuka hijau bagi pasien dalam

proses pengobatan

Aplikasi healing garden pada rumah

sakit

Kriteria healing garden yang

(17)

3

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. menganalisa persepsi masyarakat medis terhadap keberadaan taman rumah sakit dan healing garden,

2. menganalisa hasil preferensi dan kebutuhan pasien sebagai pedoman dalam perancangan healing garden, dan

3. merancang suatu healing garden yang ditujukan untuk pasien rumah sakit serta pengguna umum lainnya.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. menjadi rekomendasi bagi pihak rumah sakit dalam membuat suatu healing garden di dalam area rumah sakit terkait,

2. menjadi bahan kajian ilmiah dalam perancangan taman sebagai healing garden, dan

3. menambah pengetahuan dan pengalaman penulis mengenai kebutuhan dan preferensi pasien dan masyarakat terhadap healing garden.

Batasan Penelitian

Penelitian healing garden ini dibatasi oleh tapak taman dua rumah sakit yang berada di Kota Surabaya. Masyarakat yang menjadi sumber preferensi dan persepsi merupakan masyarakat di bidang kesehatan, yaitu dokter dan perawat rumah sakit, termasuk pasien penderita penyakit fisik yang berada pada masa pengobatan. Hasil dari penelitian dibatasi hingga produk akhir desain berupa site plan, gambar potongan, gambar detail dan ilustrasi perspektif.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Alam Terhadap Kesehatan Manusia

(18)

4

interaksi pasien dengan alam sehingga alam kembali menjadi pertimbangan dalam penataan fasilitas kesehatan (Marcus, 2007).

Cukup banyak penelitian yang membuktikan bahwa alam memberikan pengaruh positif bagi masyarakat dalam fasilitas kesehatan, baik itu pasien, staf, maupun pengunjung lainnya. Penelitian oleh Marcus dan Barnes dalam Marcus (2007) menunjukkan bahwa pengguna taman di empat rumah sakit memberikan respon positif setelah menghabiskan beberapa waktu di taman. Respon ini antara lain menjadi lebih tenang, kuat, dapat berpikir dengan jernih, serta merasakan suatu hubungan spiritual dalam taman.

Velarde, Fry, dan Tveit (2007) memberikan rangkuman atas 31 penelitian mengenai pemandangan lanskap terhadap pengaruh kesehatan. Beberapa penelitian menggunakan metode dengan pengukuran kuantitatif seperti tekanan darah, detak jantung, aktivitas otak menggunakan elektroensefalogram serta penggunaan obat penahan rasa sakit. Hasilnya menunjukkan konsistensi dimana responden dari setiap penelitian yang memberikan hasil baik merupakan responden yang memiliki akses untuk memandang lanskap alami.

Penelitian yang telah dilakukan menjawab pertanyaan mengenai hubungan antara alam dengan kesehatan manusia namun tidak menjawab mengapa alam dapat memberikan efek-efek tersebut. Hingga saat ini belum ada penelitian yang mengungkap mengapa alam dapat mempengaruhi manusia namun terdapat beberapa teori yang berusaha menjawab pertanyaan ini. Lima teori pertama dari Stigsdotter dan Grahn (2002) didapat dari penelitian pada tiga institusi pendidikan: The Healing Garden School, The Horticultural Therapy School, dan The Cognitive School.

Teori pertama berkaitan dengan sistem limbik otak manusia yang merupakan tempat terletaknya pusat emosi manusia, dimana emosi ini dipengaruhi oleh efek penyembuhan yang diberikan oleh lingkungan sekitar dan alam. Teori ini memandang manusia sebagai makhluk biologis yang cocok memiliki kehidupan dekat dengan alam. Lingkungan alam yang sifatnya natural membuat manusia secara tidak sadar mempercayakan aksi dan reaksinya kepada refleks spontan. Sebuah pemandangan danau yang terbingkai dengan indah akan merangsang manusia secara refleks menjadi tenang dan rileks. Suasana alam lain juga membuat seseorang yang berada dalam tekanan secara tidak sadar akan menjadi rileks kembali.

Teori kedua berhubungan dengan kemampuan penyembuhan yang dipengaruhi oleh hijaunya alam pada fungsi kognitif manusia. Teori ini dilandaskan pada dua tipe atensi manusia yaitu atensi spontan dan atensi tak spontan. Atensi tak spontan merupakan suatu bentuk konsentrasi yang sengaja dilakukan dan terarah, memiliki kapasitas tertentu yang akan cepat lelah dan terkuras dalam waktu yang singkat. Penggunaannya pada kegiatan sehari-hari seperti mengerjakan tugas sehari-hari atau saat berkendara. Hal ini juga membutuhkan tingkat kesadaran yang lebih tinggi dan membutuhkan lebih banyak perhatian karena pikiran akan memilah pada apa yang harus dilakukan dan apa yang dikesampingkan.

(19)

5 Teori selanjutnya menyatakan bahwa lingkungan alami seperti vegetasi dan bebatuan tidak memberi tuntutan yang besar bagi manusia. Teori ini dapat dijelaskan dengan beberapa perbandingan. Tuntutan yang diberikan oleh keluarga dan kerabat dekat akan lebih besar dan membebani seseorang dibandingkan dengan tuntutan oleh orang asing. Hewan akan menuntut lebih sedikit daripada manusia karena sifatnya yang apa adanya karena mereka tidak dapat menyatakan kebohongan atau membebani manusia dengan rasa bersalah. Alam, seperti tanaman, bebatuan, dan air akan menuntut lebih sedikit lagi karena mereka tidak dapat menunjukkan rasa tidak suka dan hanya berada di tempatnya sepanjang waktu (Searles, 1960; Ottosson 2001).

Dua teori selanjutnya menitikberatkan pada aktivitas yang dilakukan di dalam taman merupakan hal yang mempengaruhi kesehatan pengunjungnya. Aktivitas yang dapat dilakukan pada taman, beserta dengan segala atribut taman seperti bentukannya, aroma dan warna yang diciptakan, dan lainnya akan memberikan seseorang pandangan yang positif terhadap dirinya sendiri dan seseorang akan merasa lebih berharga. Manusia sendiri pada dasarnya merupakan makhluk yang aktif sehingga aktivitas itu sendiri sudah menyehatkan.

Semua teori yang telah dijelaskan memiliki kesimpulan yang sama dimana manusia secara alamiah dirancang untuk dekat dengan alam dan membutuhkan nuansa natural untuk memberikan ketenangan dan kedamaian. Selaras dengan teori manusia sebagai makhluk biophilia yang dikemukakan oleh Edward O. Wilson. Wilson dalam Vapaa (2002) menjelaskan bahwa manusia secara alamiah tertarik pada makhluk hidup lainnya yaitu hewan dan tumbuhan. Dibandingkan tembok beton yang berwarna abu-abu, manusia lebih menyukai tanaman yang berwarna hijau atau air yang berwarna biru. Sebagai contoh, masyarakat yang setiap hari melakukan kegiatan rutin bekerja di kantor akan cenderung memilih pantai atau pegunungan sebagai tujuan liburan.

Teori ini menyatakan bahwa manusia membutuhkan atau menginginkan kontak dengan alam yang natural hingga sampai pada tingkat dimana manusia memberi nilai lebih terhadap alam dan juga dirinya sendiri. Vapaa (2002) menyatakan bahwa beberapa peneliti menganggap teori biophilia ini merupakan salah satu landasan dasar yang mendukung adanya efek penyembuhan yang diberikan alam oleh manusia.

Healing Garden

Barnes dan Marcus dalan Vapaa (2002) menyatakan bahwa taman di area rumah sakit yang dapat memberikan efek penyembuhan terhadap manusia. Efek penyembuhan yang dimaksud adalah meringankan stres bagi user, serta menyediakan ketenangan, keteduhan serta meremajakan kembali kondisi mental seseorang. Penyembuhan ini juga tidak berarti menyembuhkan penyakit atau luka fisik yang diderita seseorang. Sebuah taman yang memberikan efek penyembuhan ini disebut sebuah healing garden. Healing garden ini merupakan sebuah kategori taman, baik indoor maupun outdoor, yang memang didesain khusus sebagai healing garden oleh pihak administrasi rumah sakit dan desainernya.

(20)

6

Tabel 1 Kriteria healing garden oleh Marcus (2007)

selama paskaoperasi, membutuhkan lebih sedikit obat-obatan, serta staf kesehatan yang menangani pasien akan memberikan lebih sedikit komentar negatif mengenai pasien.

Stigsdotter (2002) menyatakan bahwa sebuah taman, di rumah sakit khususnya, mungkin tidak selalu memberikan dampak positif dan sebaliknya, dapat memicu sifat negatif bagi user. Dibutuhkan pemahaman yang tepat bagi seorang desainer healing garden untuk memahami siapa yang akan menjadi sasaran sebuah healing garden. Vapaa (2002) menyatakan bahwa keterlibatan calon user dalam menentukan hasil akhir dari rancangan nantinya merupakan hal yang penting dalam proses merancang sebuah healing garden.

Beberapa panduan dalam pembuatan healing garden diajukan oleh beberapa ahli sebagai hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Panduan ini ditujukan untuk membantu perancang dalam menentukan rancangan agar apa yang dihasilkan sesuai dan dapat dikategorikan sebagai sebuah healing garden. Salah satu panduan desain mengenai healing garden telah dibuat pada tahun 1999 oleh Ulrich, Marcus, dan Barnes namun dikembangkan kembali sebuah panduan atau kriteria oleh Marcus (2007) terhadap healing garden (Tabel 1).

No. Kriteria

1. Mendorong pergerakan dan kegiatan pelatihan

2. Memberikan kesempatan untuk menentukan pilihan, mencari privasi, dan memegang control

3. Memiliki ruang untuk bersosial 4. Mendorong interaksi dengan alam 5. Visitabilitas

6. Aksesibilitas

7. Menciptakan lingkungan yang familiar 8. Tenang

9. Nyaman

10. Memiliki artwork yang positif

Dari kesepuluh kriteria pada Tabel 1 dibentuk lima kriteria yang menggabungkan kriteria dengan sifat yang sama yaitu:

1. aksesibilitas, taman diharuskan memiliki akses untuk pengguna dari semua kalangan usia dan kemampuan. Akses masuk maupun dalam taman sebaiknya berukuran cukup lebar. Ruang penjaga dan perawat juga memiliki akses visual terhadap keadaan taman terutama area taman untuk anak-anak dan pasien yang lemah.

(21)

7

Tabel 2 Kriteria healing garden oleh Stigsdotter (2005)

3. aktivitas yang dapat dilakukan, healing garden mendorong penggunanya untuk melakukan aktivitas olah raga ringan seperti berjalan-jalan sehingga dibutuhkan jalur yang beragam. Selain itu pengguna juga memiliki pilihan apakah mereka ingin menyendiri atau beraktivitas dengan orang lain.

4. pengguna, pengguna taman tidak dibatasi untuk pasien saja, namun juga untuk staf rumah sakit yang juga ingin melepas stres akibat kepenatan pekerjaan. Pasien yang menggunakan taman diberikan kesempatan kontrol terhadap taman tersebut, seperti mengubah tempat duduk, dan

5. interaksi dengan alam, healing garden menyediakan berbagai jenis vegetasi dengan berbagai tekstur, bentuk, dan warna. Pemasangan label pada vegetasi dapat dilakukan untuk menarik perhatian pengunjung. Pasien di dalamnya dapat memandang langit dengan bebas atau memandang refleksi langit pada kolam, selain itu pasien memiliki berbagai pilihan untuk memandang pada jarak pandang yang luas dan terbuka serta tertutup.

Stigsdotter (2005) telah melakukan penelitian yang serupa dan menghasilkan beberapa rekomendasi desain yang dapat digunakan dalam membentuk kriteria sebuah healing garden terutama untuk pasien yang cenderung mudah lelah serta stress akibat penyakit yang diderita seperti yang terlihat pada Tabel 2:

No. Kriteria

1. Memiliki tujuan khusus

2. Memiliki ruang untuk aktivitas pemulihan 3. Fleksibel

4. Memperhatikan kekuatan emosional pengunjung 5. Aksesibilitas

6. Keamanan

7. Hubungan dengan karakteristik geografis dan historis lokasi 8. Karakteristik dasar

Dari kesepuluh kriteria pada Tabel 2 dibentuk lima kriteria yang menggabungkan kriteria dengan sifat yang sama yaitu:

1. aksesibilitas, desain healing garden dibuat untuk dapat diakses oleh pasien dengan segala kekurangannya. Penentuan material jalan perlu diperhatikan karena berdampak pada perhatian pasien terhadap tubuhnya,

2. fleksibilitas, sebuah healing garden sebaiknya dapat terus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pasien atau bersifat fleksibel. Walaupun desain yang dibuat telah disesuaikan dengan kebutuhan pasien saat ini, healing garden tidak menutup kemungkinan dikembangkan kembali untuk memenuhi kebutuhan yang bertambah di masa datang,

3. kekuatan emosional pengunjung, respon yang diberikan pasien terhadap taman akan tergantung pada kekuatan emosional pasien tersebut. Sebuah healing garden didesain untuk memberikan fasilitas sesuai dengan berbagai keadaan mental pasien. Beberapa pasien dalam keadaan emosional yang buruk membutuhkan privasi untuk menyendiri dan pasien dengan emosi yang lebih baik dan stabil lebih memilih untuk berinteraksi dengan pengunjung lain pada taman,

(22)

8

karakteristik dasar, terdapat beberapa karakteristik dasar pada healing garden yaitu: memberikan posibilitas pengguna untuk melakukan kegiatan olah raga ringan, menenangkan, kaya akan spesies vegetasi, natural, dan mencerminkan kebudayaan lokal.

Perancangan Taman Rumah Sakit

Perancangan merupakan suatu bentuk pemecahan masalah dengan beberapa tahapan serta megacu pada ide-ide desain yang direncanakan. Desain yang baik harus dapat memecahkan suatu masalah dengan konsep yang baik dan hasilnya merupakan proses yang saling berhubungan dari tahapan desain. Desain juga berfungsi untuk mengambil keputusan yang mengacu pada kepentingan di waktu yang akan datang, serta menciptakan hasil yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, serta bersifat dinamis, kontinyu, dan fleksibel (VanDyke, 1990).

Simonds (1998), menyatakan perancangan dari suatu lanskap berarti suatu perubahan fungsi dari pemikiran 2 dimensi menjadi pemikiran 3 dimensi. Dikatakan lebih lanjut bahwa dengan kata lain, perancangan merupakan suatu perubahan dari use area menjadi use volume. Dalam proses perancangan dihasilkan sebuah proses kreatif yang menyatukan berbagai aspek seperti aspek teknologi, sosial, ekonomi, dan biologi serta efek psikologis dan fisik yang dihasilkan dari bentuk, warna, bentuk, dan ruang.

Suatu tapak atau lanskap dapat dirancang apabila belum ada pengaturan fungsi elemen lanskap didalamnya, atau dapat juga dirancang ulang jika didalamnya sudah terdapat elemen lanskap tetapi kondisi lingkungan sekitar sudah tidak sesuai lagi dengan pengaturan elemen lanskapnya (Permatasari, 2009).

Seperti yang telah dicantumkan dalam Undang Undang No 44 tahun 2009 pasal 10 bahwa rumah sakit harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan dengan memberikan paling sedikit satu ruang dari 21 ruang yang disebutkan termasuk didalamnya adalah sebuah taman. Taman menjadi bagian wajib untuk sebuah rumah sakit walaupun hanya sebatas ruang terbuka hijau saja. Adanya taman pada rumah sakit dan dengan perancangan taman rumah sakit sebagai healing garden akan memberikan dampak positif dibidang kesehatan bagi setiap pengguna rumah sakit, baik pengunjung, staf, tenaga medis, dan pasien khususnya yang berhadapan dengan situasi yang membuat jenuh dan stres. Hal ini membuat taman sebagai salah satu sarana pendukung yang tepat berada pada rumah sakit dan tidak hanya berfungsi sebagai ruang terbuka hijau saja (Marcus, 2007).

Marcus (2007) juga menyatakan bahwa taman pada rumah sakit akan lenih baik apabila ditempatkan di dekat ruang pasien, ruang tunggu, dan pintu masuk rumah sakit. Penempatan ruang juga perlu bagi orang yang menginginkan privasi, menyediakan furnitur taman yang dapat dipindahkan, serta beberapa area dengan meja dan kursi sehingga keluarga dan staf rumah sakit dapat makan bersama di tempat tersebut.

(23)

9

METODOLOGI

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Darmo dan Rumah Sakit Islam Jemursari, Surabaya, Jawa Timur. Tapak di RS Darmo merupakan taman utama yang memiliki luas 2395.19 m2 dan tapak di RSI Jemursari merupakan taman di dalam area rumah sakit dengan total luas 3003.41 m2. Gambar 2 menunjukkan lokasi penelitian.

Gambar 2 Lokasi penelitian

Tahap pengambilan data dilaksanakan selama dua bulan selama Maret-Mei 2013. Tahap pengolahan dan penyusunan, meliputi tahap analisis, sintesis, dan desain dilaksanakan selama Juni 2013 hingga April 2015.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan selama proses penelitian antara lain: meteran, kamera, catatan, dan alat tulis untuk pengambilan dan pengumpulan data primer. Pengolahan data menggunakan tujuh software. Fungsi setiap software dijelaskan pada Tabel 3: Tabel 3 Jenis dan fungsi software

No. Jenis Software Fungsi

1 AutoCAD 2013 Pengolahan data spasial

2 FotoSketcher 2.99 Pengolahan ilustrasi pendukung 3 Google Earth Pencitraan foto udara

4 Microsoft Word 2013 Pengolahan data deskriptif

5 Microsoft Excel 2013 Pengolahan data kualitatif dan kuantitatif 6 Photoshop CS6 Pengolahan gambar 2D pendukung 7 SketchUp 2014 Pengolahan gambar 3D pendukung

Metode dan Tahapan Penelitian

(24)

10

serta pasien untuk mendapatkan data sosial. Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan data pendukung lain. Tahapan yang dilaksanakan dalam penelitian adalah persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis, dan desain (Gambar 3).

Gambar 3 Kerangka tahapan penelitian 1. Persiapan

Pada tahap persiapan dilakukan penetapan tujuan penelitian, melengkapi surat-surat untuk permohonan izin, serta penetapan rumah sakit sebagai lokasi tapak penelitian. Rumah sakit yang menjadi tapak penelitian adalah rumah sakit yang mengangkat konsep hijau dengan ruang terbuka hijau di dalam area gedung dan telah memiliki pengelolaan taman yang baik. Dari seluruh rumah sakit yang memenuhi kriteria yang dibutuhkan dipilih dua rumah sakit sebagai lokasi penelitian.

2. Inventarisasi

Proses inventarisasi dilakukan untuk mengumpulkan semua data yang terkait dengan preferensi pengguna serta informasi mengenai healing garden yang meliputi data umum, data fisik dan biofisik, data visual, dan data sosial. Data sosial yang dibutuhkan dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner melalui pihak rumah sakit sebanyak 20 untuk perawat dan tenaga ahli medis serta 20 kuesioner untuk pasien rumah sakit. Tujuan penyebaran kuesioner adalah mengetahui keinginan, harapan, serta kebutuhan pasien terhadap taman rumah sakit. Kuesioner ini merupakan kuesioner gabungan terbuka dan tertutup. Jenis data yang digunakan dalam pengumpulan preferensi pengguna selengkapnya terdapat pada Tabel 4.

Pengolahan kriteria healing garden

Analisis dan sintesis Pemilihan rumah sakit

Perijinan rumah sakit

Pengumpulan data umum dan fisik

Pengumpulan data kebutuhan dan preferensi pasien

Rumah sakit dengan fasilitas rawat inap dan taman dengan

menyesuaikan:

 luas taman,

 posisi taman, dan

 fungsi taman

Persiapan

Inventarisasi

Pengolahan data inventarisasi dan analisis

Konsep desain dan pengembangannya

Desain healing garden

(25)

11 Tabel 4 Data inventarisasi

No. Jenis Data Metode Inventarisasi Analisis Kegunaan

1. Data umum

2. Data fisik dan biofisik

Lokasi dan batas tapak Observasi

Mengetahui kondisi

Topografi dan Observasi dan studi

Drainase pustaka

Vegetasi dan satwa Observasi

3. Data visual tapak

Good view Observasi Mengetahui potensi

dan kendala visual

Kebutuhan pasien Wawancara dan studi

pustaka

3. Analisis dan Sintesis

Tahap analisis meliputi pengolahan data inventarisasi. Dipilih tiga dari dua jenis kriteria healing garden yang telah ada untuk kemudian dikembangkan. Kriteria yang dipilih merupakan kriteria yang paling dapat dikembangkan dari segi arsitektur lanskap namun memberikan peran signifikan, selain itu kriteria ini mudah diterima oleh pihak rumah sakit sebagai bentuk perkenalan terhadap healing garden. Kriteria yang dipilih yaitu penciptaan suasana oleh healing garden, ruang pendorong aktivitas, serta aksesibilitas. Data hasil inventarisasi diolah dengan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif untuk mengetahui kebutuhan pasien terhadap healing garden, preferensi pengguna, serta data potensi dan kendala tapak. Tahap pengolahan data menghasilkan sintesis untuk healing garden.

Tahap sintesis menghasilkan alternatif terbaik berupa sebuah rekomendasi desain dengan penyesuaian aspek-aspek tersebut yang digunakan sebagai patokan dalam pengembangan konsep.

4. Desain

(26)

12

(Sumber gambar : earth.google.com)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Rumah Sakit

Profil dan Fasilitas Rumah Sakit

Rumah Sakit Darmo dan Rumah Sakit Islam Jemursari merupakan rumah sakit swasta yang masing-masing terletak di kawasan Surabaya tengah dan Surabaya selatan. Kedua rumah sakit memiliki sejarah dan latar belakang yang berbeda. Selain itu salah satu perbedaan yang cukup mencolok adalah desain gedung keduanya. Rumah Sakit Darmo dikenal dengan gedungnya yang menjadi bangunan cagar budaya peninggalan masa kolonial dan masih terjaga dengan baik hingga saat ini. Rumah Sakit Islam Jemursari memiliki ciri khas dengan dekorasi Islami pada bangunannya dan gedungnya sendiri masih tergolong baru.

Satu hal yang menjadi persamaan kedua rumah sakit adalah konsep yang diangkat kedua rumah sakit sebagai salah bentuk upaya publikasi. Baik RS Darmo maupun Rumah Sakit Islam Jemursari memiliki konsep yang senada terkait dengan ruang terbuka hijau. RS Darmo memiliki slogan the Green Hospital sedangkan RSI Jemursari merupakan the Garden Hospital. Secara literal kedua rumah sakit sesuai dengan konsep yang diangkat.

Rumah Sakit Darmo

Rumah Sakit (RS) Darmo pada awalnya didirikan oleh sekelompok orang Belanda pada tanggal 9 Juni 1897 dibawah pimpinan HJ. Offerhaus dan dinamakan Soerabajasche Zieken Verpleging (SZV). Pada tahun 1921, perkumpulan SZV ini membeli sebidang tanah di mana bangunan RS Darmo saat ini berdiri dan dimulailah pembangunan rumah sakit pada tanggal 15 Januari 1921. Aspek sejarah yang melekat kuat terhadap gedung rumah sakit ini menjadikan RS Darmo sebagai cagar budaya.

RS Darmo dikelilingi oleh kawasan pemukiman, pertokoan, dan bisnis (Gambar 4). Area pertokoan membatasi bagian utara dan barat, area bisnis membatasi bagian timur, dan bagian selatan dibatasi oleh area bisnis dan pemukiman. Rumah sakit ini dikepalai oleh seorang direktur yang membawahi dua wakil direktur, yaitu wakil direktur medis dan wakil direktur administrasi dan keuangan. RS Darmo memiliki berbagai fasilitas medis seperti: instalasi patologi klinik, rehabilitasi medik, serta instalasi lain seperti rawat inap dan rawat jalan.

(27)

13 Visi RS Darmo adalah menjadi rumah sakit pilihan utama di Surabaya dengan misinya yaitu memberikan pelayanan kesehatan bermutu tinggi dan memuaskan pelanggan tanpa mengabaikan fungsi sosial. Tujuannya adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif yang akan dicapai melalui misi dan berbagai program dan kegiatan operasional pelayanan kesehatan paripurna. RS Darmo memiliki moto yang berbunyi salus aegroti suprema lex est yang berarti menyelamatkan penderita adalah kewajiban utama (Anonim, 2012).

Rumah Sakit Islam Jemursari

Rumah Sakit Islam (RSI) Jemursari diresmikan pada tanggal 25 Mei 2002, sesuai dengan ijin penyelenggaraan rumah sakit oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya dengan surat keputusan nomor 503.445/5342/0010/IP.RS/436.55/V tentang ijin rumah sakit. Rumah sakit ini dibangun berdasarkan konsep garden hospital di atas tanah seluas 4,6 ha dengan ruang terbuka berupa taman dengan total luas sebesar 33042 m2. RSI Jemursari berada di kota Surabaya bagian selatan dan dibatasi oleh area pendidikan di bagian utara, area pemukiman di bagian barat dan timur, dan area bisnis di bagian selatan (Gambar 5).

Gambar 5 Batas Rumah Sakit Islam Jemursari

Rumah sakit ini merupakan rumah sakit tipe B non pendidikan, yaitu rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran medik spesialis luas dan subspesialis terbatas, sesuai dengan surat keputusan Menteri Kesehatan RI nomor H.03.05/I/7762/2010. RSI Jemursari dikepalai oleh seorang direktur yang membawahi unit-unit pembentuk rumah sakit dengan total sumber daya manusia berjumlah 476 orang.

RSI Jemursari memiliki fasilitas yang lengkap baik untuk melayani kebutuhan medis maupun nonmedis pasiennya. Fasilitas yang tersedia antara lain: instalasi rawat inap dan rawat jalan yang meliputi poliklinik umum, poliklinik KB dan KIA, serta poliklinik spesialis dengan dua puluh spesialis berbeda. Fasilitas lainnya berupa instalasi bedah sentral, hemodialisa, stroke center, klinik laktasi, klinik bebas merokok, dan bina rohani. Terdapat delapan gedung yang direncanakan untuk menampung semua fasilitas yang ada. Hingga saat ini proses pembangunan serta renovasi di beberapa tempat masih terus dijalankan.

Visi RSI Jemursari adalah menjadi rumah sakit islam berstandar internasional. Untuk mencapai visi tersebut, rumah sakit ini berusaha untuk terus memberikan pelayanan jasa secara prima dan islami sesuai mutu pelayanan internasional serta melaksanakan manajemen rumah sakit berdasarkan manajemen syariah yang juga berstandar internasional. Selain itu, RSI Jemursari berupaya untuk terus membangun

(28)

14

sumber daya manusia yang profesional dengan integritas yang tinggi dan selalu menyediakan sarana prasarana rumah sakit untuk mewujudkan implementasi pelayanan islami dan berstandar internasional.

Lokasi dan Batas Tapak

Rumah Sakit Darmo

RS Darmo memiliki taman utama berbentuk persegi panjang yang berada di tengah area utama rumah sakit. Taman ini dikelilingi oleh empat paviliun yang merupakan kamar rawat inap pasien. Berikut batas taman RS Darmo:

utara : ruang rehab medik dan paviliun 3, selatan : paviliun 1,

barat : paviliun 2 dan paviliun 4, timur : paviliun 1 dan paviliun 3.

Pasien dapat menikmati taman dari beranda kamar yang berada di lorong paviliun di sekeliling taman (Gambar 6). Pihak rumah sakit menyediakan fasilitas seperti kursi dan meja pada setiap beranda sebagai pendukung aktivitas. Pasien atau pengunjung dapat duduk dan bersosialisasi sambil menikmati taman dari beranda masing-masing. Taman ini menjadi tapak penelitian karena lokasinya yang strategis dan berpotensi sebagai welcome area, berada di dalam area rumah sakit setelah melewati lobi utama dan area ruang informasi rumah sakit. Selain itu, bentuk yang persegi dan ukuran taman yang cukup luas membuat taman ini berpotensi untuk dikembangkan sebagai healing garden. Terdapat dua titik evakuasi yang berada di utara taman dan selatan lobi utama. Gambar 6 menunjukkan peta inventarisasi dan batas taman.

Gambar 6 Kondisi lorong paviliun Rumah Sakit

Area taman hanya berfungsi sebagai pemandangan karena akses yang diperbolehkan di dalam taman berupa jalan setapak yang membagi taman menjadi empat bagian, jalan ini terbentang lurus dari barat ke timur dan utara ke selatan, menghubungkan empat paviliun di sekelilingnya. Pihak rumah sakit mengelola taman dengan baik dan berada pada kondisi yang sehat. Peraturan yang mengharuskan pengguna untuk melakukan aktivitas hanya pada jalan setapak yang disediakan ini memudahkan pihak pengelola dalam pemeliharaan. Setiap hari jumat, diadakan permainan musik gamelan yang dapat dinikmati pasien yang berada di sekitar taman. Permainan musik ini dimainkan dari gazebo yang berada di tengah taman.

(29)

15

Ga

mbar

7 P

eta inve

nt

ari

sa

si

tama

n R

S

Da

(30)

16

Rumah Sakit Islam Jemursari

RSI Jemursari memiliki ruang terbuka di sekeliling gedungnya yang difungsikan sebagai taman. RSI Jemursari terus mengembangkan taman yang ada sekarang menjadi lebih hijau dan asri. Saat ini terdapat enam spot di dalam area rumah sakit yang difungsikan sebagai taman. Gambar 8 menunjukkan peta inventarisasi dari taman rumah sakit. Masing-masing taman dikelilingi oleh gedung rumah sakit. Berikut batas untuk masing-masing taman:

d. timur : gedung A (ruang hemodialisa dan lorong ruang pegawai lantai 2) 3. taman c:

a. utara : gedung F (dalam proses pembangunan ruang rawat inap), b. selatan : gedung C (ruang rawat inap),

c. barat : gedung F (dalam proses pembangunan), d. timur : gedung D (ruang rawat inap),

5. taman e:

a. utara : gedung I dan gedung F (keduanya dalam proses pembangunan), b. selatan : gedung E (ruang rawat inap) dan taman C,

c. barat : gedung E (ruang rawat inap),

d. timur : gedung F (dalam proses pembangunan) dan taman C 6. taman f:

a. utara : ruang genset dan jalur kendaraan, b. selatan : gedung E (lorong),

c. barat : jalur kendaraan, dan d. timur : taman E.

(31)
(32)

18

Aksesibilitas dan Sirkulasi Tapak

Rumah Sakit Darmo

Lokasi taman RS Darmo dapat diakses melalui lobi utama rumah sakit maupun semua pintu masuk RS Darmo. Akses taman ini tergolong baik karena user dapat dengan mudah menuju dan memasuki taman. Hal yang kurang adalah papan informasi mengenai keberadaan taman. Tidak ditemukan adanya papan informasi taman dalam area rumah sakit. Walaupun taman dapat dengan mudah ditemukan melalui semua pintu masuk rumah sakit, adanya papan informasi ini akan meningkatkan kesadaran user akan keberadaan taman sebagai bagian dari fasilitas rumah sakit.

Sirkulasi di dalam taman hanya terbatas pada jalan setapak atau path yang telah disediakan. Gambar 9 memperlihatkan path yang membentuk garis lurus dan membagi taman menjadi empat area. Akses ini disediakan untuk memudahkan user berjalan menuju paviliun 4 dan paviliun 2 dari arah lobi utama dan sebaliknya, serta berjalan menuju paviliun 3 menuju paviliun 1 dan juga arah sebaliknya. Kebijakan pihak rumah sakit yang menyediakan taman hanya sebagai pemandangan dapat menjadi salah satu alasan terbatasnya akses dan sirkulasi dalam taman.

(Sumber gambar : dokumentasi pribadi)

Kedua path memudahkan user berjalan menuju lokasi tujuan karena bentuk yang lurus dapat memaksimalkan fungsi path tersebut, terutama path yang menghubungkan antara lobi dan paviliun, karena path inilah yang lebih sering digunakan. Gambar 10 menunjukkan peta aksesibilitas di dalam dan luar tapak.

Gambar 9 Jalan setapak pada taman RS Darmo

(33)

19

Rumah Sakit Islam Jemursari

Kelima taman RSI Jemursari memiliki akses yang mudah dicapai baik dari pintu masuk maupun pintu lain rumah sakit. Lorong-lorong gedung rumah sakit yang mengelilingi kelima taman ini memudahkan user untuk memasuki taman. Papan yang menginformasikan akan adanya taman tidak dapat ditemukan dalam area rumah sakit.Walaupun user dapat dengan mudah menemukan taman-taman ini karena hampir seluruh lorong berbatasan dengan salah satu taman, papan informasi dapat ditambahkan sebagai media promosi, mengingat konsep rumah sakit yang mengedapankan ruang terbuka hijaunya.

Tidak disediakan akses di dalam seperti path atau stepping stone pada semua taman yang berada di rumah sakit ini. Hal ini menyebabkan tidak adanya aktivitas di dalam taman walaupun tidak ada larangan untuk memasuki taman. Taman e menjadi satu-satunya taman yang diakses oleh user untuk mempersingkat jalur. Hal ini dikarenakan kondisi pemeliharaan serta penanaman taman e yang tidak semaksimal empat taman lainnya. Semua aksesibilitas, baik luar maupun dalam taman dapat dilihat pada Gambar 11.

Iklim Makro dan Mikro

Kedua rumah sakit berada pada wilayah kota Surabaya yang beriklim tropis dan memiliki temperatur panas merata. Kota Surabaya cenderung panas, begitu juga suasana kedua tapak yang cukup panas. Data berikut merupakan data yang disusun menurut Informasi Data Pokok Kota Surabaya Tahun 2012 dan diambil dari stasiun meteorologi Juanda. Stasiun Juanda merupakan stasiun meteorologi yang mewakili kondisi cuaca untuk area Surabaya pusat, lokasi RS Darmo, dan area Surabaya selatan yang merupakan lokasi RSI Jemursari.

Temperatur tertinggi di area kedua rumah sakit adalah 35.4oC dan terendahnya sebesar 20.6oC. Temperatur tertinggi terjadi pada bulan November dan temperatur terendahnya pada bulan Juli dan Agustus. Rata-rata temperatur kedua area sebesar 27.5oC dengan kisaran 26.3oC hingga 29.5oC.

Kelembaban udara Kota Surabaya masih dalam kisaran kelembaban negara tropis pada umumnya yaitu sebesar 70%-90%. Hasil data tahun 2012 menunjukkan kedua area

(34)

20

rumah sakit memiliki rata-rata kelembaban udara sebesar 77.17% dengan kelembaban udara tertinggi pada bulan Juli sebesar 84% dan terendahnya pada bulan Oktober dengan kelembaban 68%.

Data curah hujan untuk kedua lokasi tapak adalah 154.3 mm pada tahun 2012. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari sebesar 445.9 mm. Selama bulan Juli, Agustus, dan September sama sekali tidak turun hujan. Pola yang sama juga terjadi selama tahun 2009-2011 yaitu curah hujan yang tinggi selama musim hujan di bulan Januari, Februari, dan Maret. Musim kemarau pada bulan Juli hingga Oktober sama sekali tidak turun hujan. Curah hujan yang rendah serta tidak adanya hujan dalam beberapa bulan pada musim kemarau menambah kesan panas pada tapak.

Angin yang bertiup di area kedua rumah sakit dapat digolongkan sebagai hembusan angin pelan. Rata-rata kecepatan angin di area rumah sakit adalah 7 knot, dengan kisaran sebesar 6.3-9 knot dengan arah terbanyak menuju timur. Hasil observasi di kedua rumah sakit sendiri juga menunjukkan angin cenderung menuju arah timur.

Topografi dan Drainase

Rumah sakit Darmo berada di Kecamatan Tegalsari yang merupakan bagian dari pusat kota Surabaya. Menurut Dinas Pertanian Kota Surabaya dalam Profil Keanekaragaman Hayati Kota Surabaya (2012), daerah tersebut memiliki ketinggian 1.7 mdpl. Dengan kemiringan lereng 0-2%, Rumah Sakit Darmo tergolong datar. Taman pada rumah sakit juga tergolong datar dan tidak memiliki permainan ketinggian di dalamnya. RSI Jemursari berada di Surabaya bagian selatan dengan ketinggian 7 mdpl. RSI Jemursari juga memiliki kemiringan sebesar 0-2% dan tergolong datar. Taman-taman yang berada di dalam rumah sakit tergolong datar tanpa perbedaan ketinggian.

Topografi yang tergolong datar di kedua tapak memudahkan user dalam melintasi taman. Topografi yang datar juga menyebabkan kemungkinan adanya genangan air pada taman, penutupan tanah yang baik dengan vegetasi serta saluran drainase yang baik akan menjadi solusi genangan air. Hal ini telah diterapkan dengan baik pada tapak di kedua rumah sakit kecuali pada taman e RSI Jemursari. Taman e pada RSI Jemursari ditanami rumput yang kurang merata di beberapa titik dan dapat menyebabkan adanya genangan saat turun hujan. Selain itu, taman ini menjadi satu-satunya taman yang dilewati oleh user sehingga membuat rumput yang menjadi pijakan mati dan terbentuk jalan setapak baru. Jalan ini dapat juga menjadi penyebab genangan air nantinya. Saat observasi dilakukan masih terdapat limbah bahan bangunan yang menumpuk di satu titik, hal ini juga dapat menghalangi masuknya air hujan ke dalam tanah.

(35)

21

Gambar 12 Saluran air pada kedua tapak (Sumber gambar: dokumentasi pribadi)

Vegetasi dan Satwa

Rumah Sakit Darmo

Desain penanaman di RS Darmo tidak memiliki pola yang khusus. Namun dapat dikatakan bahwa polanya menuju kearah taman formal yang simetris, dilihat dari pembagian taman menjadi empat sama besar akibat jalan setapak serta pola penanaman beberapa vegetasinya. Vegetasinya sendiri didominasi oleh tanaman display yang ditanam di keempat bagian taman secara merata untuk memenuhi taman. Tabel 5 menampilkan vegetasi yang digunakan serta jenis dan fungsinya.

Tabel 5 Data vegetasi RS Darmo

No. Spesies Nama Lokal Jenis

Tanaman Display

1 Adenium sp. Kamboja jepang Semak rendah

2 Agave angustivolia Agave Semak rendah

3 Araucaria heterophylla Cemara norfolk Pohon tinggi 4 Arundinaria pumila Bambu jepang Semak tinggi

5 Bougainvillea sp. Bugenvil Tanaman rambat

6 Brunfelsia calycina Melati costa Perdu rendah 7 Casuarina equisetifolia Cemara udang Pohon tinggi

8 Caryota mitis Palem ekor ikan Pohon rendah

9 Duranta sp. Pangkas kuning Semak tinggi

10 Nerium oleander Oleander Perdu tinggi

11 Pedilanthus tithymaloides Patah tulang Semak rendah

(36)

22

Tabel 5 Data vegetasi RS Darmo (Lanjutan)

No. Spesies Nama Lokal Jenis

13 Vetchia merilii Palem putri Pohon rendah

Tanaman Pembatas dan Pengarah

14 Murraya sp. Kemuning Semak rendah

15 Ixora sp. Soka Semak tinggi

16 Wodyetia bifurcata Palem ekor tupai Palem tinggi Tanaman Pembatas

17 Acalypha macrophylla Teh-tehan Semak sedang

Tanaman Penutup Tanah

18 Axonopus compressus Rumput paetan Rumput

Salah satu tanaman display dipangkas membentuk topiari antara lain patah tulang (Pedilanthus tithymaloides) yang membentuk tulisan ‘RS. DARMO’ serta soka (Ixora sp.) yang dipangkas membulat. Beberapa vegetasi dipadukan membentuk strata seperti palem putri (Veitchia merilii), semak ruelia (Ruelia malacosperma), dan dibatasi oleh teh-tehan (Acalypha macrophylla) pangkas untuk membentuk visual yang menarik. Gambar 13 menunjukkan tanaman display seperti penjelasan sebelumnya. Pemilihan tanaman display dipengaruhi oleh warna yang dihasilkan oleh vegetasi tersebut seperti bugenvil (Bougainvillea sp.) dan soka (Ixora sp.) yang memiliki bunga yang berwarna-warni.

Banyaknya tanaman display yang digunakan sesuai dengan tujuan pembuatan taman yang hanya sebagai daya tarik visual saja. Beberapa tanaman ditanam sesuai dengan penggunaan dalam lanskap pada umumnya seperti palem ekor tupai (Wodyetia bifurcata) yang berfungsi sebagai pengarah dan pembatas taman. Sebuah healing garden yang dapat dikunjungi maupun dinikmati juga membutuhkan tanaman-tanaman display yang menarik untuk menarik perhatian serta menenangkan user.

Satwa yang terdapat pada taman utama ini hanya terbatas pada burung dan serangga. Pada waktu-waktu tertentu akan terdengar kicauan burung pada taman maupun beranda kamar pasien. Kicauan burung dapat menambah kesan damai sehingga perlu dipertahankan. Penambahan vegetasi yang dapat menarik perhatian burung dapat digunakan dalam memilih vegetasi nantinya.

(Sumber gambar : dokumentasi pribadi)

(37)

23

Rumah Sakit Islam Jemursari

Pemilihan vegetasi serta desain penanaman di RSI Jemursari menunjukkan bahwa konsep yang ingin diangkat adalah taman Islam. Kesimpulan ini diperoleh dari penggunaan berbagai jenis palem, yang identik dengan nuansa timur tengah, di berbagai spot taman. Selain itu bentuk dua taman yang simetris serta penanamannya yang dibuat sesimetris mungkin di beberapa spot merepresentasikan salah satu ciri taman Islam. Walaupun secara keseluruhan konsep ini tidak terlihat namun secara visual taman-taman ini menuju kearah taman-taman Islam. Terdapat sembilan belas jenis vegetasi yang diidentifikasi pada taman seperti dijelaskan pada Tabel 6 sebagai berikut:

Tabel 6 Data vegetasi RSI Jemursari

No. Spesies Nama Lokal Jenis

Tanaman Display

1 Acalypha macrophylla Teh-tehan Semak sedang

2 Butia capitata - Palem rendah

3 Codiaeum sp. Puring Perdu rendah

4 Dictyosperma album - Palem rendah

5 Elaeis sp. Sawit Pohon tinggi

6 Mascarena lagenicaulis Palem botol Palem rendah 7 Pedilanthus tithymaloides Patah tulang Semak tinggi

8 Plumeria rubra Kamboja Semak rendah

9 Phoenix roebelenii - Palem rendah

10 Polyalthia longifolia Glodogan tiang Pohon sedang

11 Rhapis excelsa Palem wregu Palem sedang

Tanaman Ameliorasi Iklim

12 Artocarpus communis Sukun Pohon tinggi

13 Morinda citrifolia Mengkudu Pohon rendah

14 Pterocarpus indicus Angsana Pohon tinggi

15 Samanea saman Trembesi Pohon sedang

16 Swietenia mahogany Mahoni Pohon tinggi

17 Terminalia catappa Ketapang Pohon tinggi

Tanaman Penutup Tanah

18 Axonopus compressus Rumput paetan Rumput

19 Chlorophytum comosum Lili paris Rumput

Tanaman ameliorasi iklim dipilih khusus sebagai peneduh serta membuat taman lebih sejuk seperti angsana (Pterocarpus indicus) dan trembesi (Samanea saman). Pihak pengelola menyatakan bahwa nantinya akan ditanam lebih banyak trembesi (Samanea saman) untuk menambah kesejukan taman. Walaupun terdapat pohon-pohon peneduh dan pihak rumah sakit tidak melarang user untuk memasuki taman, tidak adanya fasilitas tempat duduk membuat user tidak memanfaatkan peneduh tersebut.

(38)

24

Desain penanaman taman RSI Jemursari ini dipengaruhi juga oleh konsep rumah sakit sebagai garden hospital. Sebagian besar kamar rawat inap berada di lantai dua dan pihak rumah sakit menawarkan pemandangan taman pada beranda pribadi masing-masing kamar. Namun untuk menikmati pemandangan ini user harus berdiri karena kursi yang disediakan menghadap kearah kamar. Kursi yang menghadap kearah taman hanya bisa memberikan sedikit view taman. Kamar rawat inap yang berada di lantai satu tidak dapat akses langsung untuk view taman kecuali ruang hemodialisa. Namun kasur untuk pasien membelakangi jendela yang memperlihatkan view ini.

Terdapat beberapa burung kecil seperti burung gereja (Passer sp.) yang berada dalam taman serta serangga-serangga kecil. Penambahan tanaman penarik burung dapat digunakan untuk memberikan lebih banyak kicauan burung pada taman. Penambahan kolam yang mencirikan taman Islam dan penambahan ikan di dalamnya juga dapat menjadi pertimbangan dalam desain healing garden.

Data Visual Tapak

Rumah Sakit Darmo

Taman RS Darmo yang berbentuk persegi panjang dan berada di sekeliling gedung membuat user dapat melihat tampilan keseluruhan taman tanpa adanya sudut mati, baik di dalam taman maupun dari lorong. Pandangan user akan sedikit terhalang dengan barisan palem ekor tupai (Wodyetia bifurcata) yang ditanam berbaris membentuk pengarah jalan namun tidak sepenuhnya. Hal ini menyebabkan pemeliharaan taman yang baik secara menyeluruh sehingga tidak ada spot yang tidak terpelihara dan view ke dalam taman pun dapat dikategorikan sebagai good view secara umum. Terdapat spot yang dimaksudkan sebagai focal point yaitu topiari namun karena ketinggiannya yang kurang dari 1 meter sehingga hanya dapat dilihat saat user melewati lokasi topiari tersebut. Penanaman vegetasi yang berstrata serta vegetasi-vegetasi yang memiliki bunga berwarna-warni juga menarik perhatian dan dikategorikan sebagai good view.

Hanya satu area yang yang masuk ke dalam kategori bad view yaitu area di sekeliling gudang. Walaupun sudah ditutup dengan beberapa vegetasi dengan cukup baik, pemeliharaan dan penempatannya masih belum maksimal sehingga menjadi bad view apabila dibandingkan dengan yang lain. Spot yang dapat dikategorikan sebagai bad view adalah pandangan kearah luar taman, yaitu pandangan kearah lorong rumah sakit. Pasien menemukan ketenangan dengan bersantai melihat ruang terbuka hijau sehingga pandangan kearah lorong rumah sakit sebaiknya dihindari untuk menghindari stres yang dapat ditimbulkan akibat melihat bangunan yang kaku dan dapat menimbulkan trauma pada sebagian pasien. Desain selama ini yang hanya memperbolehkan pasien untuk melihat dan menikmati pemandangan taman saja sudah cukup baik karena pandangan pasien akan lebih terfokus pada taman sehingga perlu diperhatikan dalam penempatan bangku nantinya saat pengembangan desain.

(39)

25

Ga

mbar

14 P

eta

view

ta

man Rum

ah S

akit

Da

(40)

26

(Sumber gambar : dokumentasi pribadi)

Gambar 15 View taman dari dua lantai

Rumah Sakit Islam Jemursari

Kelima taman yang berpotensi sebagai healing garden memiliki karakteristik yang mirip termasuk dari segi visual. Taman a memiliki vegetasi berupa pohon tinggi dan teduh yang memenuhi taman, dan menjadi taman yang paling rindang, dengan focal point berupa penanaman berstrata dengan bentukan berupa bintang di bawahnya. Taman a didominasi oleh good view kecuali di salah satu titik yang terlihat agak berantakan. Taman a merupakan taman yang dijumpai pertama kali oleh user apabila masuk melalui pintu utama rumah sakit. Taman ini berpotensi sebagai welcome area sehingga focal point di dalamnya sudah tepat namun dapat lebih dimaksimalkan dari segi desain maupun penempatannya.

Taman b memiliki visual yang indah secara umum dari berbagai sudut pandang, baik dari lantai satu maupun lantai 2. Begitu pula dengan taman c dan taman d yang serupa desain penanamannya. Taman c dan taman d yang menjadi view untuk beranda pribadi di lantai 2 memiliki good view dari berbagai sisi. Hal ini dapat dimaksimalkan dari segi desain taman untuk lebih menarik perhatian user.

Taman e didominasi oleh bad view akibat dari penanaman yang kurang teratur serta akibat pembangunan rumah sakit yang masih dalam proses. Salah satu sudut menjadi gersang akibat pasir yang menutupi tanah dan sudut lain tampak kurang rapi jika dibandingkan dengan empat taman sebelumnya. Taman e yang juga menjadi view teras pribadi ini dapat ditingkatkan untuk mendapatkan good view. Akibat dari penanaman yang tidak teratur serta kurangnya pemeliharaan menjadikan taman e satu-satunya taman yang digunakan user untuk melintas. View beberapa spot di RSI Jemursari ditampilkan pada gambar 15 baik dari lantai satu maupun lantai 2.

(41)

27

Ga

mbar

16 P

eta

view

ta

man Rum

ah S

akit

Isla

m Jemursa

ri (

ba

(42)

28

Ga

mbar

17 P

eta vie

w ta

man Rum

ah S

akit

Isla

m Jemursa

ri (

ba

(43)

29

Data Sosial

Data Umum Pasien dan Calon User

Pasien kedua rumah sakit memiliki latar belakang pendidikan dan pekerjaan yang beragam, mulai dari pelajar, pekerja swasta, hingga ibu rumah tangga. Kedua rumah sakit juga memiliki pasien dengan usia yang sangat beragam. Latar belakang penyakit pasien bersifat rahasia dan dilindungi oleh masing-masing rumah sakit, namun target pasien yang menjadi calon user healing garden merupakan pasien yang menggunakan fasilitas rawat inap rumah sakit serta pasien yang melakukan perawatan secara intensif atau rutin di rumah sakit terkait, seperti pasien dengan penyakit gagal ginjal. Calon user potensial selain pasien rumah sakit antara lain tenaga medis dan non-medis rumah sakit serta keluarga pasien atau pengunjung lain yang berada di lingkungan rumah sakit.

Aktivitas yang dilakukan user di taman saat ini terbatas pada berjalan pada path yang telah disediakan serta menikmati pemandangan pada beranda pribadi kamar untuk RS Darmo dan sekedar menikmati pemandangan taman pada RSI Jemursari. Aktivitas ini dapat dikembangkan dengan perancangan ulang taman menjadi sebuah healing garden dengan fungsi optimal.

Persepsi dan Preferensi Pasien

Persepsi dan preferensi pasien RS Darmo didapat dari kuesioner yang dibagikan pada 10 pasien dengan masa rawat inap lebih dari 3 hari dan berada pada paviliun 1, paviliun 2, paviliun 3, dan paviliun 4 yang berada tepat mengelilingi tapak. Persepsi dan preferensi pasien RSI Jemursari didapat dari wawancara langsung dari kuesioner yang sama yang dilakukan terhadap 3 keluarga pasien yang mengalami gagal ginjal. Pasien melakukan kunjungan rutin ke rumah sakit untuk hemodialisa. Ruang hemodialisa berada pada lantai satu rumah sakit, berada tepat di depan salah satu taman dan dilengkapi dengan jendela yang memberikan akses pandangan langsung ke arah taman, pengunjung yang datang untuk menemani pasien dapat menikmati taman melalui jendela ini. Pasien di kedua rumah sakit berusia 20 tahun hingga 60 tahun.

Perbedaan pengambilan data sosial dan jumlah responden ditempuh karena perbedaan kebijakan yang diberikan oleh rumah sakit. Masing-masing memiliki pertanyaan yang sama dan mengarah pada preferensi pasien terhadap healing garden di rumah sakit. Hasil dari pengambilan data menunjukkan bahwa pasien di kedua rumah sakit memiliki preferensi dan persepsi yang serupa terhadap healing garden dan taman eksisting masing-masing rumah sakit walaupun taman RS Darmo berbeda dengan taman RSI Jemursari. Kuesioner dibagi menjadi empat bagian mulai dari persepsi healing garden secara umum hingga preferensi elemen dan desain taman.

Bagian pertama dari kuesioner merupakan pengetahuan serta persepsi pasien mengenai healing garden secara umum. Hasilnya menunjukkan 46.2% pasien kedua rumah sakit telah mengetahui dan mengunjungi healing garden sebelumnya. Semua pasien yang telah mengunjungi mendapatkan respon positif baik di dalam maupun setelah keluar dari healing gaden terutama dari segi psikis seperti berkurangnya stres.

(44)

30

Gambar 18 Grafik persepsi pasien terhadap healing garden secara umum

healing garden diasumsikan dapat menghilangkan kejenuhan serta membantu kesembuhan. Hanya satu pasien yang tidak menganggap sebuah rumah sakit harus menyediakan healing garden karena alasan yang tidak disebutkan. Gambar 18 menunjukkan grafik hasil persepsi pasien terhadap healing garden secara umum.

Bagian kedua adalah preferensi pasien mengenai relaksasi, ruang terbuka, dan healing garden secara lebih dalam. Relaksasi merupakan salah satu aspek yang dibutuhkan pasien dalam membantu mempercepat proses penyembuhan. Relaksasi sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) berarti istirahat, pengenduran otot dan syaraf, sedangkan menurut istilah psikologi relaksasi sendiri merupakan suatu teknik untuk mengembalikan otot pada keadaan istirahat setelah mengalami kontraksi atau peregangan, satu tegangan rendah tanpa emosi yang kuat (Chaplin, 2008). Manfaat yang didapat dari relaksasi antara lain mengurangi hipertensi, sakit kepala, insomnia, selain itu relaksasi dapat meningkatkan keyakinan diri sendiri, mengurangi tingkat kecemasan, serta menjadi bantuan untuk menyembuhkan penyakit tertentu dan operasi (Subandi, 2003). Preferensi mengenai ruang terbuka menunjukkan sejauh mana pasien mau menyediakan waktunya untuk melakukan kegiatan di luar ruangan.

(45)

31

Gambar 19 Grafik preferensi pasien mengenai relaksasi dan healing garden secara khusus

Gambar 20 Grafik preferensi pasien mengenai relaksasi dan healing garden secara khusus

Taman memiliki berbagai peran untuk pasien secara pribadi dan peran ini didominasi sebagai tempat untuk mencari ketenangan seperti duduk santai atau sekedar menikmati pemandangan. Dapat dikatakan bahwa taman yang dibutuhkan pada rumah sakit adalah taman yang dapat memberikan ketenangan bagi pasiennya, sesuai dengan peran healing garden. Hal ini juga menjadi aspek penting dalam kriteria yang dikembangkan pada healing garden sebagai ruang pendorong aktivitas. Desain healing garden dapat mendorong pasien untuk melakukan aktivitas ringan sebagai bagian dari relaksasi serta memungkinkan pasien melakukan aktivitas aktif (Stigsdotter, 2005).

(46)

32

Gambar 21 Grafik preferensi pasien terhadap warna, kondisi, dan elemen

Grafik di atas menunjukkan bahwa pasien memilih tipe lanskap pegunungan dan perkebunan yang dekat dengan warna hijau. Sebagian besar pasien juga memilih suasana yang natural seperti pegunungan dan pedesaan sebagai lanskap ideal mereka. Kampung halaman pasien sendiri didominasi suasana urban dapat berupa pantai, pegunungan maupun pedesaan (61.6%). Dapat disimpulkan bahwa pasien familiar dengan nuansa yang natural dengan vegetasi lokal. Walaupun pasien berasal dari kota besar pasien tetap memilih nuansa pegunungan yang segar serta pedesaan yang natural.

Bagian akhir dari kuesioner merupakan preferensi pasien terhadap elemen dan desain taman secara umum. Dalam proses desain sebuah healing garden keikutsertaan pasien sebagai calon pengguna merupakan hal yang harus diperhatikan. Preferensi pasien terhadap elemen dan desain taman ini menjadi panduan utama dalam menentukan desain healing garden terutama pada pemilihan elemen pada rumah sakit. Grafik berikut menyajikan hasil rekapitulasi preferensi pasien terhadap desain taman yang mencakup preferensi warna, kondisi dan elemen (Gambar 21).

Sebesar 69.2% pilihan pasien terhadap warna yang diinginkan dalam taman adalah warna hijau dan lainnya cenderung pada warna panas seperti merah dan jingga. Warna dingin seperti biru dan ungu tidak menjadi pilihan mayoritas pasien. Udara sejuk merupakan hal yang paling diharapkan dan menjadi perhatian pasien saat berada pada taman. Pilihan mayoritas lainnya diikuti oleh tanaman dan ketenangan. Sesuai dengan lanskap ideal yang menjadi pilihan mayoritas pasien, pegunungan memberikan nuansa natural yang erat dengan ketenangan, pepohonan yang hijau dan udara yang sejuk. Sedangkan 69.2% pilihan pasien terhadap hal yang dihindari adalah serangga kemudian diikuti oleh kondisi yang terlalu lembab. Elemen taman yang diinginkan pasien elemen air, terutama kolam atau kolam ikan, serta meja dan bangku taman, sedangkan masing-masing 61.6% pilihan pasien terhadap elemen yang tidak diinginkan jatuh pada patung dan pergola.

Gambar

Gambar 1  Kerangka pikir penelitian
Gambar 2  Lokasi penelitian
Gambar 3  Kerangka tahapan penelitian
Tabel 4  Data inventarisasi
+7

Referensi

Dokumen terkait