• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Taman sebagai Penunjang Aktivitas Rumah Sakit di R.S. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Taman sebagai Penunjang Aktivitas Rumah Sakit di R.S. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor"

Copied!
230
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN TAMAN SEBAGAI PENUNJANG

AKTIVITAS RUMAH SAKIT DI

R.S. DR. H. MARZOEKI MAHDI, BOGOR

JIBRIL SUSANTO

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi “Perancangan Taman Rumah Sakit sebagai Penunjang Aktivitas Penyembuhan Pasien di R.S. Dr. H. Marzoeki

Mahdi Bogor” adalah karya saya dengan arahan dosen pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juni 2011

(3)

RINGKASAN

JIBRIL SUSANTO, Perancangan Taman sebagai Penunjang Aktivitas Rumah Sakit di R.S. Dr. H. Marzoeki Mahdi, Bogor. Dibimbing oleh DR. IR. NURHAYATI H.S. ARIFIN, M.SC.

Rumah Sakit Dr.H. Marzoeki Mahdi (RSMM) merupakan salah satu rumah sakit di kota Bogor yang memiliki beberapa keistimewaan dibandingkan dengan rumah sakit yang lain. Sejak tahun 2005, luas area RSMM sekitar 57,2 Ha, dan yang telah termanfaatkan sebagai area terbangun seluas 3,4 Ha. Sisanya, sekitar 53,8 Ha masih merupakan area Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang belum termanfaatkan dengan baik. Dengan luasan yang cukup, RSMM berpotensi untuk membangun dan mengembangkan taman yang dapat menunjang setiap aktivitas yang ada di dalamnya.

Penelitian ini bertujuan merancang taman rumah sakit di RSMM yang mengakomodasi aktivitas penyembuhan pasien, baik bagi pengunjung, staf rumah sakit, dokter, maupun pasien itu sendiri. Optimalisasi penggunaaan ruang terbuka dapat mendukung terciptanya situasi yang kondusif untuk beraktivitas di rumah sakit. Tapak yang dipilih merupakan ruang terbuka yang terletak di tengah ruang terbangun dan menjadi pusat aktivitas rumah sakit dengan luas 20.183 m2.

Metode kerja yang digunakan adalah observasi langsung melalui survei lapang dan wawancara untuk mengakomodasi kebutuhan, persyaratan, dan peraturan rumah sakit. Selain observasi secara langsung, penghayatan terhadap tapak (feel of the land) untuk dapat menentukan suasana yang tepat untuk tapak. Tahapan desain yang digunakan adalah tahapan Proses Perenacanaan dan Perancangan yang dikemukakan oleh Gold (1980). Tahapan tersebut meliputi inventarisasi tapak untuk mengetahui karakteristik fisik, biofisik tapak dan sosial tapak, kemudian dianalisis dengan metode deskriptif untuk mengetahui potensi dan kendala di tapak. Selanjutnya masuk tahapan síntesis untuk kemudian dibuat konsep dan perencanaan tapak. Tahap terakhir dibuat desain taman yang dapat mengakomodasi aktivitas di rumah sakit, khususnya area sekitar tapak.

(4)

RSMM telah memiliki ruang mesin penampungan air (Water Resevoir), terletak di bagian barat tapak, berbatasan dengan ruang klinik umum. Hal ini memudahkan rumah sakit untuk mengelola manajemen kebutuhan dan pembuangan air dari dan keluar RSMM.

Pola saluran drainase berupa aliran air permukaan (run off) di RTH mengikuti bentukan topografi pada tapak. Selain itu, terdapat saluran drainase buatan yang terbagi menjadi saluran drainase terbuka dan drainase tertutup. Saluran drainase tertutup berupa pipa-pipa saluran air dan saluran drainase terbuka berupa parit-parit yang terletak di sekeliling tapak dan sekeliling bangunan.

Vegetasi di tapak ini memiliki dua tujuan fungsional yang berbeda, tujuan pertama adalah vegetasi sebagai daerah hijau tegakan pohon, contoh tanaman tegakannya antara lain pohon mahoni (Swietenia mahogany Jacq), mangga (Mangifera indica), dan durian (Durio zibethinus). Tujuan kedua sebagai tanaman transisi untuk mengakomodasi berbagai aktivitas di RSMM. Vegetasi yang digunakan cukup beragam, dari golongan semak, hingga pohon besar. Tapak ini sebagian besar tertutupi oleh rumput paetan Axonopus compressus sebagai tanaman penutup tanah, dan untuk semak, sebagian besar yang digunakan tanaman Ixora sp,Acalypha macrophylla, dan Duranta sp.

Terdapat beberapa ruang yang dijadikan pertimbangan dalam penyusunan konsep. Ruang medical check up (MCU), kantin dan ruang administrasi berada tepat di tengah tapak, sehingga menjadi pusat pertemuan semua pihak dalam beraktivitas. Ruang Kejiwaan tersebar ke beberapa lokasi, dan beberapa diantaranya mengelilingi tapak. Hal ini memudahkan akses pasien ke tapak. Ruang Napza (terapi narkotika), ruang perinatologi, dan ruang direksi berada tepat menghadap tapak ini, sehingga berpotensi menciptakan suasana pemandangan natural dari luar ruangan.

Konsep dasar yang digunakan adalah desain taman yang dapat mendukung berbagai aktivitas di rumah sakit, terutama aktivitas yang bertujuan akhir untuk menunjang proses penyembuhan penyakit pada pasien. Taman ini diharapkan dapat menstimulir panca indera sebagai media untuk berinteraksi, yang pada akhirnya mempengaruhi pikiran dan persepsi orang (pengunjung) untuk mencapai ketenangan hati dan jiwa. Pada akhirnya, secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi semangat pasien untuk segera meraih kesehatan atau kesembuhan.

(5)

digunakan. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, serta kesesuaiannya dengan konsep yang diterapkan, maka diperoleh penggunaan area (use area) dengan luas presentase ruang antara lain, ruang penerimaan (10%), ruang transisi (10%), ruang interaksi sosial (25%), ruang terapi (25%), ruang meditasi (10%), dan ruang ekspresi dan seni (20%).

Konsep sirkulasi dilakukan menghubungkan setiap ruang yang terpisah sehingga memudahkan akses dan aktivitas di tapak. Pola yang digunakan adalah pola linier, untuk menghubungkan beberapa ruang yang terpisah dan pola radial sebagai transisi dan pembentuk ruang utama di tapak. Jenis sirkulasi yang direncanakan dibagi menjadi tiga, yaitu sirkulasi utama tapak berupa koridor terbuka dengan lebar jalan 3 meter, sirkulasi alternatif tapak dengan material utama pembentuknya berupa paving block, dengan lebar bervariasi, dan sirkulasi kendaraan didesain dengan lebar 5 meter dengan material utama pembentuknya berupa aspal.

Pemilihan tanaman ditujukan untuk mendukung fungsi ruang dan desain tapak, serta lebih diutamakan pada jenis tanaman lokal agar memudahkan dalam pemeliharaan (low maintenance). Jenis tanaman yang dipilih merupakan tanaman yang dapat mendukung berbagai fungsi, antara lain fungsi terapi (fungsi aromaterapi) fungsi estetika (harmonisasi warna), dan fungsi ekologis (menjaga kesuburan tanah dan menyegarkan udara sekitar). Fasilitas yang didesain, antara lain, petak tanam sayur dan buah, gazebo (tenda) pemanenan , kafetaria, pergola, tempat duduk, boardwalks, rumah pembibitan, ruang pascapanen, kolam, area minioutbound, name sign, fasilitas sosial.

(6)

Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya

(7)

PERANCANGAN TAMAN SEBAGAI PENUNJANG

AKTIFITAS RUMAH SAKIT DI

R.S. DR. H. MARZOEKI MAHDI, BOGOR

JIBRIL SUSANTO

A44060229

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian,

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)

Judul Skripsi : Perancangan Taman sebagai Penunjang Aktivitas Rumah Sakit di R.S. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

Nama : Jibril Susanto

NRP : A44060229

Menyetujui, Pembimbing Skripsi

Dr. Ir. Nurhayati H.S.Arifin, M.Sc.

NIP. 19620121 198601 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Arsitektur Lanskap

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

hidayah-Nya yang telah dilimpahkan sehingga proposal penelitian dengan judul

Perancangan Taman Sebagai Penunjang Aktifitas Rumah Sakit di R.S. Marzoeki Mahdi, Bogor ini dapat tersusun dengan baik.

Skripsi ini merupakan hasil dari penelitian yang telah dilakukan dan

merupakan salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dari Departemen Arsitektur

Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada pelaksanaan

penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan baik materi

maupun spiritual dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan

terima kasih kepada

1. Keluarga tercinta, kedua orang tua Ayah dan Bunda, serta adik atas segala

dukungan dan doa yang senantiasa diberikan kepada penulis;

2. Dr. Ir. Nurhayati H.S. Arifin, M.Sc, selaku dosen pembimbing skripsi atas

bimbingan, arahan, serta nasihatnya dalam penyusunan skripsi ini;

3. Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, M.Agr. selaku dosen pembimbing

akademik atas bimbingan, dukungan, dan nasihatnya dalam pengarahan

akademik;

4. Akhmad Arifin Hadi, SP, MALA, dan Fitriyah N. H. Utami, ST, MT

selaku dosen penguji.

5. Bpk Ahmad, Mas Heri, dan segenap staf IPS RS yang bersedia

meluangkan waktu untuk membimbing dalam pengambilan data;

6. Ibu Sumarni, Ibu Tri, dan segenap staf administrasi Diklit RSMM Bogor,

yang telah membantu pencarian data di RSMM Bogor;

7. Teman seperjuangan bimbingan (Refi, Agnes, Rani), atas dukungan

semangat yang tak pernah pudar untuk penulis;

8. L. Hanief, Sabar Sampulan Nst, Idham Fahmi, Rahmat Hidayat, dan

Akhsani Takwim, Sigit Pramono, atas kebersamaan yang berarti;

(10)

10.Teman-teman ARL 43, kakak kelas ARL 40, 41, dan 42 serta adik kelas

ARL 44, 45 dan 46 atas dukungan dan semangat yang diberikan;

11.Inneke M. Putri, atas doa, dukungan, dan inspirasinya.

12.Saudara, Sahabat, dan Teman yang tidak dapat disebutkan namanya, atas

dukungan dan doanya.

Semoga dukungan dan kebaikan yang telah diberikan menjadi amal

baik dan mendapat balasan setimpal dari Allah SWT. Semoga skripsi ini

bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Bogor, Desember 2011

(11)

RIWAYAT HIDUP

Jibril Susanto, dilahirkan di Pekalongan pada tanggal 18 Januari 1988 dari ayah Susanto dan ibu Sakdiyah. Penulis merupakan anak pertama dari

tiga bersaudara, dengan adik Atid Susanto dan Kirei na. Penulis menempuh

pendidikan di TK Kutilang I Pekalongan (1993-1994), kemudian melanjutkan

pendidikan di SD Kandang Panjang II Pekalongan (1994-2000), selanjutnya

penulis meneruskan pendidikan menengah pertama di SLTPN 1 Pekalongan

(2000-2003), dan melanjutkan pendidikan menengah atas di SMUN 1 Pekalongan

(2003-2006). Selama di SLTP, penulis aktif sebagai anggota Organisasi Siswa

Intra Sekolah (OSIS) tahun 2001-2002 dan ekstrakulikuler olahraga bola voli.

Pada saat SMU, penulis aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler olahraga

bola basket. Pada tahun 2006 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor. Pada

tahun 2007, penulis diterima di Mayor Arsitektur Lanskap, Departemen Arsitektur

Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB). Selama menjadi

mahasiswa, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Arsitektur

Lanskap (HIMASKAP). Selama menjadi mahasiswa ARL, penulis pernah

menjadi anggota (wakil ketua) komunitas Green Concept pada tahun 2008.

Penulis pernah melaksanakan Praktik Kerja (Magang) di Kontraktor Lanskap

Shelsflynn pada bulan Juli hingga Agustus 2008.

Penulis aktif berwirausaha di beberapa bidang, antara lain bidang

pertanian dan peternakan. Selain itu, penulis pernah mendapat kepercayaan dari

CDA (Career Development and Alumni) IPB untuk mengelola usaha di bidang

perdagangan batik pada tahun 2009. Saat ini penulis aktif berwirausaha di bidang

(12)
(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Tujuan ... 2

1.3.Manfaat ... 2

1.4.Kerangka Pikir Studi ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1.Hubungan Manusia dengan Alam dalam konteks kesehatan ... 4

2.2.Fungsi Taman Untuk Relaksasi ... 4

2.3.Taman Rumah Sakit ... 6

2.4.Proses Desain ... 7

METODOLOGI ... 10

3.1.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 10

3.2.Alat dan Bahan ... 10

3.3.Batasan Penelitian ... 11

3.4.Metode Penelitian ... 11

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 17

4.1. Kondisi Umum Rumah Sakit ... 17

Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi ... 17

Sejarah dan Struktur Organisasi ... 18

4.2.Data dan Analisis Tapak ... 20

4.2.1.Aspek Fisik dan Biofisik ... 21

Lokasi dan Batas Tapak ... 21

Jenis Tanah ... 24

Topografi dan Hidrologi ... 24

(14)

Aksesibilitas dan Sirkulasi ... 31

Vegetasi ... 34

Satwa ... 39

Kualitas Visual Lanskap ... 39

Struktur Bangunan, Fasilitas dan Utilitas ... 42

4.2.2. Aspek Sosial ... 46

Karakter Aktivitas Pengguna Tapak ... 46

Persepsi dan Harapan Pengguna Tapak ... 48

4.2.3. Aspek Legal Undang-Undang no.44 Tahun 2009 ... 51

Peraturan Tata Ruang di RSMM ... 53

4.3. Konsep dan Perencanaan ... 53

Konsep Dasar ... 53

Konsep Desain ... 54

Rencana Ruang dan Aktivitas... 54

Rencana Sirkulasi ... 60

Rencana Tata Hijau ... 67

Daya Dukung Pengunjung………. 70

Siteplan dan Planting Plan ... 71

4.4.Desain Lanskap………. ... 75

Ruang Interaksi Sosial ... 75

Ruang Meditasi ... 77

Ruang Ekspresi dan Seni ... 79

Ruang Rehabilitasi ... 78

Ruang Terapi Hortiluktura ... 82

Pencahayaan (Lighting) ... 84

KESIMPULAN DAN SARAN ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 88

(15)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Jenis Perangkat Lunak dan Kegunaannya ... 11

2. Jenis, Sumber dan Cara Pengambilan Data Tapak ... 12

3. Daftar Nama Tanaman di Tapak ... 35

4. Rekapitulasi hasil kuesioner persepsi total pengunjung ... 48

5. Rekapitulasi hasil kuesioner harapan pengunjung ... 50

6. Rekapitulasi hasil kuesioner persepsi staf mengenai interaksi taman, staf rumah sakit, dan pasien... 50

7. Pembagian ruang dan sub-ruang ... 55

8. Rencana ruang, aktivitas, dan fasilitas ... 57

9. Prioritas kepentingan pengguna terhadap ruang di taman ... 58

10. Prioritas penggunaan ruang oleh pasien ... 59

11. Konsep vegetasi RSMM ... 66

12. Tanaman estetika yang digunakan ... 66

13. Jenis tanaman hortikultura dalam tapak ... 68

(16)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Kerangka pikir penelitian……….. ... 3

2. Peta lokasi penelitian………... 10

3. Bagan perencanaan menurut Gold ... 12

4. Bagan tahapan perencanaan ... 16

5. Peta RSMM ... 18

6. Bagan struktur organisasi RSMM ... 19

7. Peta pembagian RTH di RSMM ... 22

8. Peta dasar ... 23

9. Saluran drainase di tapak ... 25

10. Peta topografi dan kemiringan di tapak………... ... 26

11. Grafik rata-rata kelembaban per bulan ... 29

12. Vegetasi sebagai pengendali iklim mikro ... 30

13. Badan air membantu efek penyejukan pada tapak ... 31

14. Bentuk sirkulasi di tapak ... 32

15. Analisis sirkulasi ... 33

16. Vegetasi di tapak ... 34

17. Kondisi ruang terbuka dan vegetasi ... 36

18. Berbagai nilai fungsional vegetasi ... 37

19. Analisis vegetasi... 38

20. Satwa yang terdapat di tapak... 39

21. Good view dan bad view di tapak ... 40

22. Kualitas visual lanskap ... 41

23. Struktur bangunan RSMM ... 42

24. Fasilitas dan utilitas pada tapak ... 43

25. Tindakan vandalisme dan perawatan yang kurang intensif di RSMM ………. ... 44

26. Analisis bangunan ... 45

(17)

28. Diagram pembagian ruang ... 55

29. Konsep dan rencana ruang di RSMM ... 57

30. Potongan konstruksi jalan aspal ………... 61

31. Ilustrasi jalan kendaraan ... 61

32. Bentuk material keramik dan penggunaannya di tapak ... 62

33. Ilustrasi bentuk fasilitas penghubung jalan ... 63

34. Potongan konstruksi pavement………. 63

35. Jenis dan pola pemasangan conblock………... 64

36. Ilustrasi penggunaan conblock di tapak ... 64

37. Ilustrasi jalur terapi pijat kaki dan material yang digunakan ... 64

38. Konsep Sirkulasi ... 66

39. Site plan ... 72

40. Planting plan ... 73

41. Surface Plan ... 74

42. Ilustrasi sitting area di sekitar ruang MCU ... 76

43. Ilustrasi area pertemuan staf rumah sakit ... 77

44. Ilustrasi rancangan permainan air ... 78

45. Ilustrasi suasana area di dalam masjid ... 78

46. Ilustrasi gazebo... 80

47. Ilustrasi area outbond ... 71

48. Ilustrasi kolam sebagai penunjang area reflekksologi dan kemoterapi ... 82

49. Ilustrasi area penanaman ... 83

50. Ilustrasi area pemanenan ... 83

51. Ilustrasi penerangan di koridor dan sekitarnya ... 84

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Pengambilan data sosial mengenai persepsi dan harapan pengunjung

(pasien MCU) terhadap tapak ... 91

2. Pengambilan data sosial mengenai persepsi dan harapan pengunjung (staf RS) terhadap tapak ... 93

3. Detil penanaman petak sayur (tomat dan cabai)... ... 96

4. Detil Penanaman tanaman konservasi ... 97

5. Detil Penanaman dalam Kolam ... 98

6. Detil hardscape (masjid)... ... 99

7. Detil konstruksi hardscape (jalan dan drainase)... 100

8. Detil namesign... 101

9. Tampak potongan ruang interaksi sosial, terapi hortikultura, dan ruang meditasi ... 102

10. Tampak potongan keseluruhan... 103

11. Perspektif keseluruhan... 104

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Konsep penyembuhan penyakit melalui interaksi dengan lingkungan

alam adalah hal lama dan baru. Hal ini merupakan hal lama karena sejak sekian

tahun masyarakat percaya bahwa tanaman dan taman bermanfaat untuk

penyembuhan, diakui oleh sebagian besar benua Asia dan Eropa. Dari alam,

pengobatan herbal, air musim semi, mineral, udara segar, dan rasa hangat selalu

menjadi resep yang dikonsumsi oleh manusia, baik fisik maupun mental, dalam

proses penyembuhan penyakit. Hal ini dikatakan hal baru karena sejak

pertengahan abad sembilan belas hingga kini rumah sakit telah banyak menyadari

dari mengenalkan pasien dengan lingkungan alam seperti udara, sinar matahari,

dan vegetasi dengan pemandangan alam sebagai bagian dari elemen penyembuh

penyakit yang baik (Said, 2008).

Menurut Said (2008), di abad ke 21, penilaian dalam kualitas

lingkungan penyembuhan di rumah sakit dinilai dari praktek medis, operasi, dan

obat-obatan untuk merawat pasien. Obat dan mesin selalu dijadikan alat dalam

proses penyembuhan pasien, sedangkan proses penyembuhan melalui sudut

pandang hubungan pasien dan lingkungan sekitar diabaikan.

Bagi pasien, pengunjung, dan anggota staf rumah sakit, menghabiskan

waktu berada di rumah sakit selama berjam-jam dapat menjadi suatu pengalaman

yang sangat membosankan. Namun, akses yang dekat dengan lanskap alami atau

taman dapat meningkatkan kemampuan manusia untuk menghindari stres dan

berpotensi menyembuhkan penyakit. Cooper (2007) Selanjutnya Alam menarik

perhatian kita tanpa menghabiskan energi yang dimiliki. Taman relaksasi dapat

menimbulkan kesadaran, menenangkan pikiran, mengurangi stres, dan membantu

orang untuk menyusun sumber kesehatannya tersendiri.

Menurut Cooper (2007), penelitian menunjukkan bahwa orang dengan

tingkatan sosial yang lebih tinggi biasanya lebih sedikit mengalami stres dan

memiliki kesehatan yang lebih baik dibanding orang yang lebih terasingkan, dan

(20)

mempercepat kesembuhan atau nilai kelangsungan hidup yang lebih tinggi dalam

kondisi medis (Ulrich, 1999).

Rumah Sakit dr.H. Marzoeki Mahdi (RSMM) merupakan salah satu

rumah sakit di kota Bogor yang memiliki beberapa keistimewaan dibandingkan

dengan rumah sakit yang lain. Sejak tahun 2005, luas area RSMM sekitar

572.026,00 m2, dan yang telah termanfaatkan sebagai area terbangun seluas 3,4

Ha. Sisanya, sekitar 53,8 Ha masih merupakan area Ruang Terbuka Hijau (RTH)

yang belum termanfaatkan dengan baik. Sebagian diantaranya menghubungkan

bangunan satu dengan yang lain, sebagian lagi berada setiap sisi samping area

terbangun dan secara tidak langsung berfungsi sebagai greenbelt rumah sakit dari

lingkungan luar.

Kebijakan yang dapat dilakukan oleh pihak rumah sakit adalah dengan

memperbaiki dan meningkatkan fasilitas yang dapat menunjang berbagai aktifitas

penyembuhan pasien, baik fasilitas medis maupun non-medis, sehingga

diharapkan agar tujuan rumah sakit terpenuhi dan beberapa tahun ke depan rumah

sakit ini dapat berkembang menjadi rumah sakit bertaraf Internasional.

1.2Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah menyusun desain taman rumah sakit

untuk mengakomodasi segenap aktivitas serta mendukung proses penyembuhan

pasien di rumah sakit.

1.3Manfaat

1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang kegunaan taman

sebagai sarana relaksasi dalam penyembuhan pasien di rumah sakit.

2. Membantu pihak rumah sakit dalam menganalisis karakter taman rumah

sakit yang sesuai di rumah sakit tersebut.

3. Menjadi pertimbangan bagi pemerintah Kota Bogor dalam

(21)

1.4Kerangka Pikir Penelitian

Taman rumah sakit merupakan taman yang digunakan sebagai sarana

alternatif penunjang aktivitas penyembuhan pasien, dan sebagai sarana

penyegaran kembali bagi staf, maupun pengunjung rumah sakit.

Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi (RSMM) merupakan rumah sakit

yang melayani pasien umum dan pasien yang mengalami kelainan jiwa di Kota

Bogor. Selain itu, RSMM merupakan rumah sakit yang masih memiliki ruang

terbuka yang cukup luas, membutuhkan taman yang dapat digunakan sebagai

sarana penunjang proses penyembuhan pasien. Oleh karena itu, perlu dilakukan

penelitian guna merancang taman yang sesuai dengan kebutuhan rumah sakit

(Gambar 1).

Gambar 1. Kerangka pikir penelitian

Taman R.S. Dr. H. Marzoeki Mahdi, Bogor

Pasien Staf Rumah Sakit Pengunjung

Terapi

Lingkungan ruang terbuka yang mengakomodasi kebutuhan pihak di RS

Desain taman yang sesuai di R.S. Dr. H. Marzoeki Mahdi, Bogor

Lingkungan Kerja

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Hubungan Manusia dengan Alam dalam Konteks Kesehatan

Sehat alami adalah sehat rohani dan jasmani yang diupayakan sendiri

secara alami. Tentu saja hal ini sudah dilakukan sejak adanya manusia sebagai

khalifah Allah untuk memelihara bumi ini. Tuhan menganugerahkan naluri dan

daya pikir kepada manusia melalui panca indera dan anggota tubuhnya

menggunakan potensi alam semesta ini untuk hidup dan mempertahankan

kelangsungan hidupnya. Udara terutama kandungan oksigennya disebutkan Kung

Ci atau energi udara sangat diperlukan untuk pembentukan darah, melancarkan

peredaran darah, membuat darah merah segar bertenaga, mampu menyalurkan

nutrisi ke seluruh sel-sel tubuh, pembakaran limbah dan racun dapat berjalan

dengan baik. Udara yang bersih dan segar membuat perasaan dan pikiran menjadi

tenang, segar dan berenerji mempercepat penyembuhan (Green dan Hertin, 2004).

Kania (2010) mendefinisikan kata health sebagai suatu kondisi atau

keadaan dari fisik, mental dan sosial yang baik dan bukan hanya ketidakhadiran

atas penyakit atau kelemahan belaka. Penggunaan kata healing pada kasus “healing garden” membuat defenisi-defenisi yang telah ada pada umumnya tidak dapat dijadikan pedoman. Manfaatnya lebih berkaitan bahwa taman ini dapat

menyembuhkan seseorang, pengurangan rasa stress dan kemampuannya untuk

melegakan, menenangkan, meremajakan atau memperbaiki kesehatan mental dan

emosi seseorang. Peranan penting dari taman ini adalah untuk menyediakan

perlindungan, memberikan tempat untuk bermeditasi atau untuk menimbulkan

sifat yang diinginkan oleh pengguna taman.

2.2. Fungsi Taman Untuk Relaksasi

Taman Relaksasi adalah hamparan yang di dalamnya terdapat berbagai

elemen yang menenangkan, dan membuat penghuni di dalamnya merasa santai

(23)

Menurut Taji (1966), taman Jepang memiliki berbagai pengaruh

psikologis bagi penggunanya, selain dapat menjadi simbol bagi sebagian

penduduk Jepang, taman Jepang juga dapat dijadikan tempat bermeditasi terutama

ketika seseorang mengalami stress atau goncangan di dunia nyata.

Taman adalah bentuk yang lembut dari alam. Taman menjadi bagian

yang begitu penting bagi kehidupan manusia, dalam segala usia. Taman mesir

yang agung dibuat sebagai bentuk pelarian dari kondisi lingkungan yang keras dan

kasar. Taman sering dianggap surga yang menawarkan peristirahatan dari

panasnya matahari (Cooper dan Barnes, 1999).

Herrington (1980) menerangkan bahwa tanaman bermanfaat dalam

menyeimbangkan efek temperatur matahari dan radiasi infra merah, sehingga

meningkatkan level kenyamanan. Bagaimanapun juga, faktor psikologi, seperti

harapan dan keinginan terhadap kondisi lingkungan yang asri memberikan

pengaruh yang lebih baik dalam kenyamanan daripada temperatur aktual (Simson

dan Martha, 1998).

Nighswonger (1975) menjelaskan bahwa tanaman memberikan

pengaruh yang baik secara fisik pada area sekitarnya sehingga lebih nyaman untuk

ditinggali dan bekerja di dalamnya melalui udara segar, menyeimbangkan

temperatur melalui keteduhan dan kotak angin, mereduksi pandangan buruk dan

kebisingan, menghilangkan polusi udara, membatasi pandangan yang tidak

menarik, dan menaikkan kelembaban relatif (Simson dan Martha, 1998).

Taman juga dapat secara emosinal menyembuhkan seperti halnya

dengan penyembuhan fisik. Sebuah studi membuktikan bahwa tidak hanya orang

yang bekerja di taman yang lebih sehat, juga orang yang berada di sekitarnya.

Sebagai contoh : studi dari Roger Ulrich menunjukkan secara sederhana bahwa

pasien yang melihat taman dari jendela atau pemandangan alami lain dapat

sembuh lebih cepat dari pada dengan cara operasi (Cooper dan Barnes, 1996). William (1998) mendefinisikan lanskap penyembuhan adalah “tempat, waktu, situasi, lingkungan pergaulan yang meliputi lingkungan fisik dan

psikologis berasosiasi dengan pengobatan atau penyembuhan, serta pertahanan

(24)

berbagai cara. Melalui identitas dan perasaan aman, tempat adalah ketentuan

untuk keluarga dan pekerja, dan dan tempat untuk pengalaman estetis (Said, 2008)

2.3.Taman Rumah Sakit

Taman adalah kebun yg ditanami dengan bunga-bunga dan sebagainya

(tempat bersenang-senang); 2 tempat (yang menyenangkan dan sebagainya ); 3

tempat duduk pengantin perempuan (yang dihiasi dengan bunga-bunga dan

sebagainya), Sedangkan relaksasi merupakan pemanjangan, pengenduran.

(Diknas, 2008).

Sebuah studi dari Ulrich (1984) tentang pengaruh kontak visual

terhadap alam secara signifikan sangat menentukan bagi penyembuhan pasien

dewasa di dalam rumah sakit. Dia menemukan bahwa penyembuhan pasien dari

operasi kantung empedu yang telah melihat pemandangan hijau telah memberikan

pengaruh yang baik setelah operasi bila dibandingkan dengan yang melihat

pemandangan gedung bertingkat di sekitarnya. Ulrich menggunakan pengukuran

seperti tekanan darah, denyut nadi, dan hormon ekskresi yang dikeluarkan oleh

pasien seperti adrenalin sebagai respon fisik terhadap sesuatu di sekitarnya (Said,

2008).

Menurut Kania (2010), desain taman rumah sakit sedikit banyak

mempengaruhi efek psikologis dan medis seseorang dalam menentukan hidupnya.

Desain taman yang baik akan membuat orang di dalamnya menjadi tenang dan

mengurangi efek sakit yang ada di dalam tubuhnya. Elemen taman yang baik

dapat menjadi penunjang efektivitas kesembuhan penyakit seseorang.

Dalam fasilitas kesehatan, ruang digunakan oleh lebih banyak orang

dan perancangan taman juga harus memperhatikan variasi perbedaan dari ruang

kelompok pengguna, seperti staf, perawat, pasien, dan pengunjung. Salah satu

kesulitan dari merancang healing garden dalam rumah sakit adalah karena

bertentangan dengan taman perumahan pribadi dan lebih menantang untuk

menciptakan lingkungan yang secara emosional bermanfaat bari kelompok yang

berbeda-beda (Cooper dan Barnes, 1999).

Menurut Cooper dan Barnes (1999), sesuatu yang harus diperhatikan

(25)

orang sakit dan orang lemah saja, namun juga dapat bermafaat bagi staf, dan

setiap pengguna taman tersebut.

Taman lebih baik ditempatkan di dekat ruangan pasien, ruang tunggu,

dan pintu masuk rumah sakit. Perlu juga menempatkan ruang bagi orang yang

menginginkan privasi, menyediakan furniture taman yang dapat dipindahkan, dan

untuk menyediakan beberapa area dengan meja dan kursi sehingga keluarga dan

staf dapat makan di tempat tersebut bersama. Sebuah studi di empat taman rumah

sakit di California menemukan bahwa pengguna terbanyak dari ruang terbuka

adalah staff (Cooper, 2007).

2.4.Proses desain

Perancangan adalah sebuah proses kreatif yang mengintegrasikan

aspek teknologi, sosial, ekonomi, biologi, serta aspek psikologis dan fisikyang

ditimbulkan dari bentuk, bahan, warna dan ruang, hasil pemikiran yang saling

berhubungan (Simonds, 1983). Lebih lanjut dijelaskan bahwa perancangan

ditujukan untuk memenuhi kebutuhan manusia, di mana bertujuan agar fleksibel

dan dapat mengakomodasi sarana yang kuno dengan yang baru. Perancangan

merupakan kombinasi ilmu dan seni yng berfokus pada penggabungan manusia

dengan aktifitas di luar ruang (Booth, 1983).

Desain atau perancangan merupakan suatu bentuk pemecahan masalah

dengan beberapa tahapan serta mengacu pada ide-ide desain yang direncanakan.

Desain yang baik harus dapat memecahkan masalah dengan konsep yang baik

serta merupakan hasil dari proses yang saling berhubungan dari tahapan desain.

Selain itu, desain juga berfungsi untuk mengambil keputusan yang berorientasi

pada kepentingan masa yang akan datang, serta menciptakan hasil yang sesuai

dengan tujuan yang telah ditetapkan, serta bersifat dinamis, kontinyu, dan

fleksibel (Van Dyke, 1990).

Ulrich (1984) menyimpulkan bahwa penciptaan dari desain lanskap

atau pemandangan yang natural dapat bermanfaat. Menurutnya, secara umum

manusia memilih pemandangan yang alami dibandingkan dengan pemandangan

yang megah atau indah dari lingkungan terbangun perkotaan. Ulrich juga

(26)

mendukung”. Desain yang mendukung antara lain adalah desain yang menyediakan pasien rasa kendali terhadap lingkungan mereka, tempat untuk

berinteraksi dengan keluarga dan teman untuk dukungan sosial, dan pengalihan

yang positif untuk pengurangan stress yaitu bersentuhan dengan alam.

Perancangan adalah kelayakan dan respon. Kelayakan merupakan

sasaran utama dalam perancangan dan berhubungan dengan penempatan

elemen-elemen dalam tapak, sehingga penting untuk mengetahui lebih jauh karakter dari

tapak yang akan dirancang. Sedangkan respon adalah sikap tanggap terhadap

situasi atau keadaan sekitar (Harris dan Dines, 1996).

Untuk memulai merancang garis pedoman pembuatan taman rumah

sakit, harus memulai dengan teori Roger Ulrich yaitu Theory of Supportive

Garden Design (Cooper, dan Barnes, 1999). Secara singkat, kerangka ini

berdasarkan pada alasan dan dasar pikiran bahwa taman membantu kita untuk

meredakan stres yang ditimbulkan sehingga mereka dapat memunculkan peluang

gerakan fisik dan latihan, memberikan peluang untuk dapat memilih, mencari

privasi dan pengalaman untuk mengendalikan, menyediakan suasana yang

mendorong orang untuk bersama, dan meningkatkan dukungan sosial dari yang

lain, serta menyediakan akses kepada alam dan pengaruh positif lainnya (Cooper,

2007).

Lebih lanjut Ulrich (2007), menjelaskan sebagai tambahan dari

keempat garis pedoman tersebut, disarankan untuk mempertimbangkan beberapa

faktor lainnya, seperti visibilitas, aksesibilitas, kekeluargaan, ketenangan,

kejelasan seni positif.

Dalam thesisnya, Design Guidelines of Therapeutic Garden for

Autistic Children, Hebert (2006) menuliskan beberapa tahapan proses

perancangan untuk menciptakan healing garden untuk para anak-anak

penyandang autis. Tahapan pertama adalah Inventarisasi yang mencakup mencari

literature mengenai Healing gardens, observasi individu pengunjung, dan staff,

sebagai objek tujuan penciptaan taman, mengundang petugas yang memiliki multi

disiplin ilmu, perawat, terapis, staff, dan anggota keluarga (interview

professional), menentukan lokasi. Tahapan selanjutnya merupakan perancangan

(27)

menciptakan master plan yang konseptual, menyusun ulang perencanaan,

menciptakan desain (perancangan) lokasi tapak, menyertakan gambaran sketsa,

foto untuk mengilustrasikan ide.

Lebih lanjut Hebert (2006) menjelaskan, tahapan lanjut dari proses

perancangan adalah membangun, yaitu mengkultivasi dukungan komunitas,

mengestimasikan biaya, menentukan harga dan relasi kepada publik, instalasi,

konstruksi, mengembangkan program pemeliharaan. Tahapan akhir dari proses

desain adalah mengevaluasi, antara lain observasi penggunaan taman, evaluasi

perancangan sebelumnya, mengaplikasikan evaluasi, rekomendasi untuk proyek

(28)

BAB III

METODOLOGI

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi, Bogor,

Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada Agustus – Oktober 2010, mencakup pelaksanaan penelitian hingga laporan hasil penelitian. Area penelitian

merupakan bagian dari area ruang terbuka dan memiliki luas sebesar 20.183

m2.

Gambar 2. Peta lokasi penelitian

Sumber:Google Maps (2010),

3.2. Alat dan Bahan

Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan meteran,

kompas, kamera digital 7,2 Mega Pixel (Kodak M 763), GPS. Setelah data

didapatkan, data tersebut diolah dengan menggunakan alat gambar dan perangkat

(29)

Tabel 1. Jenis Perangkat Lunak dan Kegunaanya

Nama Perangkat Lunak Kegunaan

AutoCAD 2006 menggambar CAD

Google Earth mencari foto udara

Google Sketchup 8 Pro menggambar bentuk 3D dan animasi

Adobe Photoshop CS3 mengedit gambar/foto

Corel Draw X5 mengatur tata letak

Microsoft Office 2007 mendokumentasikan file

3.3. Batasan Penelitian

Batasan pemilihan tapak untuk penelitian ini memperhatikan

pendekatan batasan sumberdaya fisik tapak dan pengguna, serta batasan aktivitas.

Batasan lokasi tapak mempertimbangkan ruang yang memiliki aksesibilitas penuh

untuk pengunjung secara umum dan pasien, memiliki posisi strategis dan berada

di tengah area rumah sakit secara keseluruhan sebagai pusat aktivitas rumah sakit.

Studi ini dibatasi sampai dengan tahap perancangan taman relaksasi di

RSMM yang meliputi konsep (ruang, sirkulasi, vegetasi), site plan, planting plan,

dan gambar detil (konstruksi dan penanaman).

3.4.Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam studi ini adalah metode deskriptif

melalui observasi lapang dan survei. Data yang dikumpulkan terdiri atas data

primer yang diperoleh dari hasil pengamatan dan wawancara di lapang serta data

sekunder yang diperoleh melalui studi pustaka dan sumber-sumber lain seperti,

dokumen dari pemerintah daerah, dinas terkait. Pengumpulan data dilakukan

dengan mengikuti proses perencanaan dan perancangan yang dikemukakan Gold

(1980) (Gambar 3), dengan pendekatan sumber daya dan aktivitas (Gambar 4).

Dalam pendekatan sumber daya, faktor alam dan faktor sosial saling

mempengaruhi dalam proses perancangan taman rumah sakit sebagai penunjang

(30)

Gambar 3. Bagan perencanaan dan perancangan menurut Gold (1980).

Inventarisasi

Penelitian dimulai dengan kegiatan inventarisasi data pada tapak

dengan mengumpulkan data biofisik, demografi, dan aspek legal. Jenis data,

sumber, dan cara pengambilan data dapat dilihat pada Tabel 2. Metode yang

digunakan untuk pengumpulan data primer tapak adalah observasi langsung dan

studi pustaka. Metode ini digunakan karena ruang lingkup penelitian yang relatif

kecil serta ketersediaan data yang terbatas.

Tabel 2. Jenis, Sumber dan Cara Pengambilan Data Tapak

Aspek No. Jenis Data Sumber Data Cara Pengambilan Data

Kondisi Umum

1 Sejarah dan kedudukan RSMM Studi pustaka 2 Lokasi, batas, & akses RSMM Survei & pustaka 3 Fasilitas fisik RSMM Survei & pustaka 4 Fasilitas pelatihan RSMM Survei & pustaka

Fisik dan Biofisik

1 Iklim (Makro, Mikro) Stasiun Klimatologi, RSMM

Studi pustaka, Survei Lapang

2 Jenis tanah Puslitan Studi pustaka 3 Topografi Bappeda & lapang Survei & pustaka 4 Hidrologi dan drainase Lapang Survei & pustaka

5 Vegetasi Lapang Survei & pustaka 6 Satwa Lapang Survei & pustaka 7 Kualitas Visual lanskap Lapang Survei lapang

Desain Tapak Tapak Inventarisasi Analisis Sintesis Perencanaan

(31)

8 Struktur bangunan Lapang Survei lapang 9 Utilitas Lapang Survei lapang

Sosial 1 Karakteristik pengguna Lapang Kuisioner / wawancara 2 Persepsi dan harapan Lapang Kuisioner / wawancara

Legal

1 Peraturan pemerintah RSMM Studi pustaka / wawancara 2 Kebijakan pemerintah RSMM Studi pustaka / wawancara

3 Rencana pembangunan RSMM Studi pustaka / wawancara

Analisis

Keseluruhan aspek pada tahap inventarisasi akan diolah serta

dianalisis sesuai dengan standar atau kriteria dalam perancangan lanskap. Hal ini

bertujuan untuk mengetahui potensi, kendala, dan alternatif solusi. Disamping itu

akan dikaji juga terhadap kebijakan dan regulasi yang berlaku.

Kegiatan analisis spasial dilakukan secara kuantitatif, dan deskriptif

terhadap data primer dan sekunder yang telah dikumpulkan. Data aspek legal

digunakan untuk mengidentifikasi peraturan dan regulasi yang mempengaruhi

rumah sakit dalam mengambil kebijakan. Data kondisi lanskap digunakan untuk

menganalisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi aktifitas elemen yang ada di

sekitarnya.

Analisis tanah yang dilakukan terdiri atas studi literatur mengenai sifat

fisik, kimia, kemampuan menyerap air, dan tingkat kesuburan. Aspek tersebut

dinilai kesesuaiannya terhadap tanaman pertanian dan struktur eksisting. Beberapa

rekomendasi berupa penambahan jenis tanaman juga disertakan dengan

pertimbangan tertentu. Akses dan sirkulasi dianalisis dengan memetakan jalur

eksisting dan dinilai dari segi keefektifan, keefisienan, pintu masuk dan keluar,

serta jalur yang disesuaikan dengan tipe aktivitas yang dirancang di RSMM.

Hidrologi dianalisis dengan memetakan lokasi inlet, outlet, arah drainase, serta

kesesuaiannya untuk area relaksasi. Analisis mikroklimat dilakukan dengan

menghitung nilai Temperature Humidity Index (THI) untuk menentukan tingkat

kenyamanan pengguna dalam beraktivitas di tapak, baik bagi pasien, dokter

maupun, pengunjung lainnya. Berikut merupakan persamaan untuk menentukan

(32)

THI =

Keterangan:

T = temperatur rata-rata (0C) Rh= kelembaban (%)

Utilitas dan fasilitas dianalisis dengan menyesuaikan jenis utilitas

serta fasilitas dengan aktivitas yang akan dikembangkan pada tapak. Vegetasi dan

satwa dianalisis dengan menyesuaikan lingkungan eksisting dengan syarat tumbuh

vegetasi dan hewan tersebut. Rekomendasi vegetasi tambahan ataupun pengganti

disertakan dengan pertimbangan. Data sosial berupa analisis keinginan pengguna

dan kebutuhan akan taman relaksasi dianalisis secara deskriptif melalui

wawancara dan observasi langsung. Data sosial dianalisis melalui wawancara

kepada pengguna tapak, data sosial digunakan untuk mengetahui keinginan

pengguna serta kebutuhan akan taman relaksasi.

Disamping analisis yang bersifat deskriptif dilakukan analisis

kuantitatif. Analisis ini digunakan untuk mengetahui daya dukung yang akan

dikembangkan pada tapak. Daya dukung yang akan dihitung adalah daya dukung

pengunjung MCU dan pengguna tapak. Penentuan daya dukung dilakukan dengan

mendaftar seluruh aktivitas yang diinginkan pada tapak. Hal ini dilanjutkan

dengan penentuan standar kebutuhan per individu untuk melakukan aktivitas.

Nilai daya dukung wisata diperhitungkan berdasarkan rata-rata dalam m2//org

(Boulon dalam Nurisjah, Pramukanto, dan Wibowo, 2003). Perhitungan daya

dukung bagi pengguna adalah sebagai berikut:

Daya Dukung =

Keterangan:

A= Area yang digunakan (m2)

S= Standar kebutuhan per orang (m2/orang) Daya Dukung (orang)

Daya dukung yang dinilai erat kaitannya dengan kebutuhan penilaian

daya dukung di tapak rumah sakit untuk menentukan kapasitas optimal yang dapat

(33)

Sintesis

Hasil yang diperoleh pada tahap analisis akan dikembangkan untuk

perencanaan dan perancangan. Tahap sintesis menyesuaikan tapak yang akan

dikembangkan dengan kebutuhan pengguna. Tahap sintesis menyusun hubungan

fungsional antara beberapa elemen atau ruang. Penyusunan hubungan fungsional

yang dihasilkan memiliki kombinasi yang berbeda-beda karena disesuaikan

dengan kondisi umum tapak, kebutuhan pengguna (pasien, dokter, pengunjung

lainnya), kemampuan aspek tapak dan aktivitas untuk dikembangkan sebagai

taman rumah sakit, serta efisiensi pengelolaan dan pemeliharaan elemen-elemen

yang digunakan dalam taman. Hasil dari tahap ini menjadi alternatif terbaik

terhadap pemecahan masalah yang kemudian akan dikembangkan menjadi

konsep.

Konsep dan Perencanaan

Alternatif terbaik yang dihasilkan pada tahap sintesis akan

dikembangkan menjadi konsep dasar, konsep desain, dan konsep dan rencana

pengembangan. Konsep dasar dibuat berdasarkan fungsi dan tujuan utama tapak

sebagai taman rumah sakit. Konsep desain merupakan pola yang diaplikasikan

pada tapak dengan berbagai pendekatan (kesesuaian tapak, fasilitas penunjang

medis, dan obyek tujuan) yang mengacu pada konsep dasar. Konsep dan rencana

pengembangan meliputi konsep ruang dan aktivitas, tata hijau, sirkulasi, serta

rencana fasilitas dan utilitas. Perencanaan taman rumah sakit tertuang dalam

bentuk rencana tapak atau gambar site plan.

Desain Lanskap

Tahap Desain lanskap merupakan hasil akhir dari konsep dan

perencanaan lanskap. Detil pada bagian-bagian tertentu digambarkan sesuai

dengan aktivitas yang dilakukan di tapak. Gambar detil yang dibuat adalah

gambar potongan, detil konstruksi fasilitas dan utilitas, gambar ilustrasi aktivitas,

(34)

Gambar 4. Bagan tahapan penelitian

Inventarisasi Biofisik & Sosial Data Spasial Tapak

(Biotik & Abiotik)

Analisis Potensi & Kendala Gambar Analisis Spasial Deskripsi Analisis &

Tapak

Sintesis Solusi Tapak dan Gambar Sintesis spasial Deskripsi Sintesis &

Pemanfaatan Potensi

Deskripsi Konsep & Gambar Konsep spasial

Konsep Konsep Pengembangan Konsep Dasar dan

Deskripsi Rencana & Gambar Site plan

Perencanaan

Aktivitas dan Ruang Fasilitas dan Utilitas

Sirkulasi Tata Hijau

Prasurvei

Gambar Detail Ruang, Bangunan, Tampak Potongan, Perspektif

(35)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Umum Rumah Sakit

Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi

Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi memiliki luas area keseluruhan

572.026,00 m2 dengan luas total daerah terbangun sebesar 34.035,56 m2, terbagi

menjadi empat, antara lain :

1. Rawat inap, Rawat jalan / Unit pelaksanaan Fungsional seluas 14.449,27 m2

2. Instansi seluas 638,35 m2

3. Ruang administrasi seluas 3.858,83 m2

4. Ruang lainnya seluas 15.089,11 m2

Sisanya sebesar 537.990,44 m2 merupakan ruang terbuka berupa area

pertanian, lawn, dan area konservasi berupa pepohonan dan semak belukar.

Rumah sakit ini memiliki beberapa fasilitas pelayanan, antara lain pelayanan

kesehatan jiwa, pelayanan umum (rawat jalan dan rawat inap), pelayanan napza

(narkoba dan obat psikotropika), pelayanan penunjang medik berupa laboratorium

farmasi dll, serta pelayanan penunjang non medik seperti pelayanan pendidikan

dan penelitian. Program yang menjadi prioritas di rumah sakit ini antara lain

revitalisasi pelayanan Napza dan rehab psikososial, Renumerasi berbasis kinerja,

peningkatan kualitas layanan, persiapan sebagai RS pendidikan serta

mengembangkan rumah sakit menuju pelayanan terpadu dan pelaporan berbasis

elektronik.

Beberapa keunggulan rumah sakit ini antara lain adalah pelayanan

yang spesifik dan menjadi rumah sakit pusat rujukan pendidikan medis maupun

non medis. Selain itu akses dan lokasi yang berada di pusat kota membuat rumah

sakit ini mudah dicapai dari berbagai daerah di Bogor, sehingga sering menjadi

tempat tujuan bagi penanganan korban kecelakaan serta bencana alam. Namun

masih ada beberapa kekurangan rumah sakit ini yang perlu diperbaiki, antara lain

standar prosedur yang kurang efisien, masih terbatasnya volume pelayanan yang

(36)

Lokasi R.S. dr.H. Marzoeki Mahdi (RSMM) berada di Jl. Dr. Semeru

nomor 114, Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Bogor, Jawa Barat,

dengan ketinggian berkisar 220-230 mdpl. Sesuai dengan Rencana Penggunaan

Lahan Kota Bogor tahun 2002-2012, area di sekitar RSMM telah dijadikan area

hijau oleh Pemerintah Kota Bogor (Gambar 5). Batas RSMM adalah sebagai

berikut :

a. Sebelah utara : Area permukiman (perumahan)

b. Sebelah Selatan : Lapagan Golf (Area olah raga, dan jalur hijau)

c. Sebelah Barat : R.S. Karya Bhakti Bogor

d. Sebelah Timur : Merdeka (Area perdagangan dan jasa)

Gambar 5. Peta RSMM

Sumber:Google Maps (2010),

Sejarah dan Organisasi

Bangunan Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi dibangun pada tanggal

(37)

Krankzinnigengestich Te Buitenzorg. Pada tahun 1978, rumah sakit ini berubah

menjadi Rumah Sakit Jiwa Pusat Bogor berdasarkan SK Menkes No.

135/Menkes/SK/78. Rumah sakit ini kemudian mengalami perubahan nama

menjadi Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor berdasarkan Menkes no

266/SK/IV/2002 tanggal 10 April 2002. Pada tahun 2007, Rumah Sakit Marzoeki

Mahdi resmi menjadi Instansi Pemerintah yang menerapkan PPK-BLU

berdasarkan SK Menkes No. 279/KMK.05/2007 pada tanggal 21 Juni 2007.

Rumah sakit ini telah menjadi UPT Depkes dengan menerapkan

PPK-BLU sejak 26 Juni 2007, PPK-BLU (Badan Layanan Umum) adalah instansi di

lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada

masyarakat berupa penyediaan barang atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan

pencarian keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip

efisiensi dan produktivitas (UU 1/2004 Pasal 1 angka 23).

Struktur organisasi di rumah sakit ini menggunakan struktur piramida

dengan Presiden Direktur sebagai pemegang keputusan tertinggi, dengan

didukung oleh Direktur Medis dan Perawatan (6 Departemen), Direktur

Pengembangan SDM dan Pendidikan (6 Departemen), serta Direktur Keuangan

dan Pekerjaan Umum (8 Departemen) (Gambar 6).

Gambar 6. Bagan struktur organisasi RSMM

(38)

Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi menerapkan budaya organisasi

antara lain belajar untuk berkembang, yang mencakup profesionalisme, bekerja

keseimbangan, saling menghargai, melayani dengan baik dan tulus, motivasi dan

komitmen.

Visi yang ingin dicapai adalah menjadi rumah sakit yang mandiri

dalam bidang kesehatan jiwa yang terpadu, dengan komitmen meningkatkan

kualitas hidup melalui pelayanan prima, produk unggul dan cara manusiawi,

dalam rangka mencapai kesejahteraan bersama. Untuk mencapai visi tersebut,

misi yang diterapkan antara lain dengan mengembangkan pelayanan kesehatan

jiwa dengan profesionalisme, menciptakan produk unggulan dalam bidang

kesehatan jiwa, melaksanakan pelayanan dengan prinsip kemanusiaan, mencapai

kesejahteraan bersama.

Pencapaian dari penerapan misi tersebut tercermin dari tercapainya

pelayanan kesehatan jiwa yang prima, terciptanya produk unggulan, tersedianya

sumber daya manusia yang professional dan berkomitmen, serta tercapainya

peningkatan cost recovery.

4.2. Data dan Analisis Tapak

Setelah melewati tahapan inventarisasi kondisi umum, biofisik, dan

sosial berupa deskripsi data dan gambar-gambar inventarisasi, selanjutnya data

dan gambar-gambar hasil inventarisasi tersebut digunakan pada tahap analisis.

Analisis merupakan tahap pengolahan data dan gambar-gambar yang telah

diperoleh untuk menentukan kendala, potensi, dan kesesuaian pada tapak.

Beberapa aspek data seperti topografi, sirkulasi, vegetasi, hidrologi, fasilitas dan

utilitas, kualitas lanskap, iklim dan kelembaban, dan daya dukung akan

menghasilkan produk analisis secara spasial dan tabular. Aspek lainnya seperti

data sosial dan regulasi dihasilkan dalam uraian secara deskriptif.

Proses analisis dilakukan dengan mencari hubungan antara data yang

diperoleh dengan tujuan perancangan. Hasil analisis tersebut kemudian digunakan

sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan sintesis. Sintesis merupakan tahap

kristalisasi dan pengembangan hasil analisis. Hasil dari tahap sintesis yang

(39)

desain yang selanjutnya dikembangkan ke dalam konsep desain. Oleh karena itu,

analisis dan sintesis dikerjakan berdasarkan kombinasi pendekatan yang diamati.

4.2.1. Aspek Fisik dan Biofisik Lokasi dan Batas Tapak

RSMM memiliki daerah ruang terbuka yang cukup luas, yang saat ini

digunakan sebagai area pertanian, lawn, dan area konservasi. Daerah yang

digunakan sebagai ruang terbangun baru sekitar satu persen saja dari keseluruhan

lahan yang dimiliiki. Luasan area telah ditentukan oleh pihak rumah sakit dengan

mempertimbangkan aspek ekonomis dan ekologis agar efektif dan efisien sebagai

ruang terbuka. Pembagian RTH berdasarkan eksisting keadaan saat dilakukan

penelitian dijelaskan secara spasial pada Gambar 7 dan Gambar 8.

Tapak penelitian merupakan ruang terbuka hijau, tapak bagian utara

merupakan ruang terbuka yang mengelilingi kantor administrasi umum RSMM

dengan luas 18000 m2. Tapak ini secara umum berada sangat strategis di antara

ruang untuk pasien sakit jiwa, pasien Napza, serta ruang administrasi umum. Hal

ini memungkinkan tapak ini menjadi pusat perhatian dan area beraktivitas bagi

para pasien sakit jiwa, pasien napza, maupun staf rumah sakit. Sedangkan di

bagian selatan, merupakan ruang terbuka yang mengelilingi masjid dan kantor

rekam medis, dengan luas area berkisar 2183 m2. Tapak ini berada tepat di pusat

keramaian karena tapak ini menghubungkan beberapa lokasi penting seperti

apotik dan ruang pasien rawat inap, serta bersebelahan langsung dengan ruang

medical check up. Tapak ini juga merupakan pusat aktivitas ibadah karena

terdapat masjid di dalamnya, sehingga total tapak penelitian mencapai 20.183 m2.

Secara umum, tapak penelitian berada di dalam RSMM, berbatasan

langsung dengan :

a. Sebelah Utara : Ruang pasien sakit jiwa (Saraswati & Subadra)

b. Sebelah Selatan : Ruang kebidanan dan perinatologi

c. Sebelah Barat : Ruang Penerimaan utama RSMM

(40)
(41)
(42)

Jenis Tanah

Tanah di RSMM termasuk ke dalam jenis tanah latosol coklat

kemerahan, yaitu merupakan jenis tanah yang mengalami perubahan profil,

bersifat gembur dan agak masam dengan pH (4,5 - 6,6). Jenis tanah ini

mempunyai sifat fisik yang baik, permeabilitas yang tinggi dan aliran drainase

yang dalam, mudah meresapkan air, kurang terjadi aliran permukaan pada musim

hujan sehingga menghambat terjadinya erosi tanah (Soepardi, 1983). Tanah

latosol mempunyai daya serap air yang tinggi sehingga pada kondisi yang basah

tanah akan lengket, sedangkan pada kondisi kering akan berbongkah-bongkah.

Jenis tanah latosol di RSMM liat, remah agak gumpal, gembur, dan

lapisan bawahnya berwarna kemerahan. Tanah bereaksi agak masam, kadar zat

organik dan nitrogen rendah, P2O5 agak tinggi dan K2O rendah. Kondisi tanah

pada saat hujan berair, sehingga menimbulkan beberapa bagian tapak menjadi

becek dan licin karena sifat liatnya. Tanah ini cocok digunakan untuk bercocok

tanam karena tanah latosol mempunyai sifat granular yang menyebabkan drainase

tanah menjadi baik. Selain itu, tanah latosol memiliki kesuburan alami atau

mempunyai ciri-ciri yang mendorong tanaman berespons dengan baik terhadap

pemupukan dan juga dapat menahan air yang tinggi.

Sifat fisik tanah yang dapat diperbaiki dengan penambahan bahan

organik, perbaikan drainase, pengaturan kadar asam, penggemburan tanah dan

penambahan mulsa, pupuk yang sesuai dengan sifat fisik tanah tersebut juga perlu

dipertimbangkan. (Grey dan Deneke, 1978).

Topografi dan Hidrologi

Peta topografi diperoleh dari pengukuran dan pemetaan di lapang

secara langsung. Peta topografi digunakan untuk mengidentifikasi bentuk relief

pada permukaan bumi pada suatu tapak. Peta topografi yang berasal dari data peta

kontur dan jenis tanah Badan Penelitian dan Pengembangan Tanah (BPPT) Kota

Bogor tahun 2009.

Garis-garis yang lebih rapat menggambarkan nilai kemiringan lahan

yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan garis-garis kontur yang lebih

renggang. Kerapatan garis kontur yang berbeda menjadikan bentukan lahan (land

(43)

mempermudah perancang untuk menentukan arah aliran air serta menentukan

setiap ruang dalam tapak berdasarkan ketinggian dan tingkat kemiringan lahan.

RSMM telah memiliki ruang mesin pengolahan air (Water Resevoir),

terletak di bagian barat tapak, berbatasan dengan ruang klinik umum. Hal ini

memudahkan rumah sakit untuk mengelola manajemen kebutuhan dan

pembuangan air dari dan keluar RSMM.

Pola saluran drainase berupa aliran air permukaan (run off) di RTH

mengikuti bentukan topografi pada tapak. Selain itu, juga terdapat saluran

drainase buatan yang terbagi menjadi saluran drainase terbuka dan drainase

tertutup (Gambar 9). Saluran drainase tertutup berupa pipa-pipa saluran air dan

saluran drainase terbuka berupa parit-parit yang terletak di sekeliling tapak dan

sekeliling bangunan.

(a) tertutup (b) terbuka

Gambar 9. Saluran drainase di tapak

Topografi di RSMM memiliki tingkat kemiringan 0-3% sehingga

dapat dikatakan datar, namun terdapat beberapa cekungan di titik tertentu. Area

pada titik terendah tapak memiliki kendala berupa ancaman genangan air,

sehingga diperlukan desain drainase yang memadai untuk mengalirkan kelebihan

air tersebut. Sirkulasi yang berada pada kemiringan tanah curam dapat dilakukan

pelandaian maupun desain sirkulasi yang memutar mengikuti kontur agar mudah

diakses serta tidak berakibat pada terjadinya erosi. Topografi yang datar di

RSMM mempermudah dalam merancang alur jalan serta aliran drainase, serta

(44)
(45)

Iklim

Kondisi iklim dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain adalah

curah hujan, suhu, kelembaban, dan kecepatan angin. Kondisi iklim di lokasi

penelitian secara umum sama dengan kondisi iklim di Kota Bogor, berikut

merupakan data yang dihimpun dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan

Geofisika Kota Bogor mengenai iklim di kota Bogor dan sekitarnya.

Iklim merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam

proses perancangan suatu tapak. Meskipun secara keseluruhan tapak berada pada

kawasan tropis Indonesia, perlu diperhatikan penyesuaian terhadap iklim mikro.

Penyesuaian ini memiliki pengertian pemanfaatan berbagai aspek yang

menguntungkan dan mengendalikan yang merugikan. Hal ini dilakukan agar

tercipta iklim mikro yang nyaman sehingga tapak tersebut dapat dimanfaatkan

oleh pengguna tapak dan vegetasi dan satwa dapat hidup, tumbuh, dan

berkembang dengan baik. Dalam penelitian ini, data iklim yang digunakan adalah

data iklim Kota Bogor tahun 2004-2008.

Kota Bogor dalam periode lima tahun antara 2004 dan 2008 memiliki

curah hujan rata-rata 4196,6 mm/tahun. Curah hujan tertinggi terjadi pada tahun

2005, yaitu 5190,1 mm, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada tahun 2006,

yaitu 3707,0 mm. Hal ini menunjukkan bahwa Kota Bogor memiliki intensitas

dan hari hujan yang tinggi setiap tahunnya.

RSMM memiliki rata-rata curah hujan bulanan sebesar 349,7 mm

dengan kisaran 136,5 mm - 467,5 mm. Curah hujan tertinggi 467,5 mm terjadi

pada bulan Februari dan curah hujan terendah 136,5 mm terjadi pada bulan

Agustus. Jumlah curah hujan rata-rata tahunan Kota Bogor sebesar 4196,6mm.

Bogor memiliki rata-rata hari hujan yang cukup tinggi, yakni 205 hari

hujan dalam satu tahun (365 hari). Hal ini mengindikasikan peluang hujan yang

sangat besar setiap tahunnya. Kemungkinan tidak turun hujan sangatlah kecil,

yakni 160 hari dalam satu tahun.

Curah hujan juga dapat mempengaruhi frekuensi dan lamanya

kegiatan pada tapak. Semakin tinggi nilai curah hujan dan hari hujan, semakin

berkurang frekuensi serta lamanya kegiatan rekreasi di luar ruangan. Untuk

mengatasi hal ini, perlu disediakan fasilitas untuk berteduh, seperti shelter,

(46)

Pada musim kemarau, curah hujan terlalu rendah sehingga

mengganggu ketersediaan kandungan air tanah untuk tanaman berfotosintesis dan

mengganggu ketersediaan air minum bagi satwa. Hal ini dapat diatasi dengan

penyediaan kolam buatan yang airnya berasal dari air tanah. Kolam ini juga

berfungsi untuk menampung kelebihan air pada saat musim hujan sehingga dapat

digunakan pada musim kemarau. Selain itu juga perlu disediakan pipa semprot

yang dipasang di titik-titik tertentu pada tapak untuk menyirami vegetasi pada saat

musim kemarau agar pertumbuhannya tidak terganggu.

Suhu rata-rata di RSMM adalah 26,9 OC, dengan kisaran suhu 26,0 OC

- 27,5 OC. Suhu tertinggi 27,5 OC terjadi pada bulan Oktober dan suhu terendah

26,0 OC terjadi pada bulan Februari. Pada siang hari, tapak terasa panas karena

terik matahari, hal ini dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan mengganggu

aktivitas pengguna. Hal ini dapat diatasi dengan menciptakan suasana teduh

melalui tanaman pohon peneduh maupun gazebo, pergola, dan shelter.

Vegetasi merupakan salah satu pengendali iklim mikro, vegetasi dapat

menurunkan suhu dan menyejukan udara sekitarnya. Hal ini dapat terjadi karena

vegetasi dapat mengurangi pancaran sinar matahari yang masuk serta menyerap

panas yang dipantulkan dari perkerasan. Selain itu, vegetasi juga dapat

meningkatkan kelembaban serta mengatur dan memecah arah angin. Dalam

penempatan vegetasi (pohon yang berfungsi sebagai peneduh) harus

memperhatikan arah marahari agar dapat memberikan efek pencahayaan dan

bayangan yang cukup untuk menaungi pengunjung dan satwa di dalam tapak.

Kelembaban rata-rata di RSMM sebesar 85,4% dengan kisaran 70,3%

- 85,4%. Kelembaban tertinggi 85,4% teradi pada bulan Februari dan kelembaban

(47)

Gambar 11. Grafik rata-rata kelembaban per bulan (Tahun 2004-2009)

Menurut Laurie (1986), kisaran kelembaban yang nyaman bagi

manusia adalah 40% - 75%. Kelembaban yang terlalu tinggi dapat menimbulkan

ketidaknyamanan. Hal ini dapat diatasi dengan cara memperhatikan struktur dan

penempatan vegetasi. Pemilihan vegetasi yang tidak terlalu rapat/massif dan jarak

penanaman yang dijarangkan memungkinkan sinar matahari dapat masuk. Untuk

mendukung berbagai aktivitas yang ada di tapak, maka perlu memberikan

beberapa elemen tambahan seperti gazebo dan pergola.

Berdasarkan data di atas, dapat dihitung nilai THI di tapak dengan

nyaman. Dengan nilai THI tersebut mengindikasikan tapak RSMM nyaman untuk

daerah tropis. Kenyamanan sangat mempengaruhi motivasi dan penyegaran

kembali pengguna di tapak.

Kecepatan angin rata-rata di RSMM sebesar 2 km/jam dengan kisaran

1,5 km/jam - 2,7 km/jam. Kecepatan angin tertinggi 2,7 km/jam terjadi pada bulan

Oktober dan kecepatan angin terendah 1,5 km/jam terjadi pada bulan Februari.

Dari data di atas, maka sesuai dengan klasifikasi angin menurut

Beaufort, kecepatan angin di RSMM tergolong dalam kelas 1 (1-6 km/jam), yaitu

angin sepoi-sepoi. Angin memiliki peran sebagai media pembawa polusi udara

dan kebisingan yang berasal dari mesin kendaraan bermotor. Hal tersebut dapat 79,6 85,4 81,5

70,3 76,7 76,8 72,6 74,2 71,3 75,7 78,2 83,3

0,0

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

(48)

mengganggu kenyamanan pengguna. Berdasarkan analisis iklim pada tapak,

dibutuhkan vegetasi sebagai pengendali iklim mikro. Beberapa peran vegetasi

tersebut ditujukan untuk melindungi pengguna dan satwa dari terik matahari

maupun hujan, menjaga suhu dan kelembaban, dan mengatur arah angin (Gambar

12).

Vegetasi dengan struktur daun yang mempunyai banyak bulu dapat

digunakan untuk menjerap polutan dan debu, sedangkan untuk meredam

kebisingan dapat digunakan vegetasi dengan tekstur daun rapat serta vegetasi

yang mengandung air. Vegetasi juga dapat digunakan untuk mengarahkan angin

serta mereduksi arus kecepatan angin yang tinggi melalui tajuknya yang tidak

terlalu rapat untuk mencegah terjadinya turbulensi. Dengan adanya vegetasi,

hembusan angin dapat diarahkan ke pusat-pusat aktivitas sehingga kegiatan

rekreasi dapat dilakukan dengan nyaman.

Gambar 12. Vegetasi sebagai pengendali iklim mikro Sumber : Grey dan Deneke, (1978)

Elemen air dapat mempengaruhi pembentukan iklim mikro pada suatu

kawasan. Uap air yang terbawa oleh angin dapat terbawa oleh angin dapat

memberikan efek penyejukan (Gambar 13). Besar atau kecilnya efek penyejukan

yang dihasilkan bergantung pada luasan badan air tersebut. Pengadaan badan air

(49)

Gambar 13. Badan air membantu efek penyejukan pada tapak Sumber : Akmal, (2004)

Aksesibilitas dan sirkulasi

Di Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi terdapat beberapa pintu

masuk yang dapat dilewati, baik dari bagian depan, samping, maupun belakang.

Beberapa diantaranya merupakan pintu khusus bagi staf, namun pintu masuk yang

biasa digunakan bagi pengunjung dan pasien adalah pintu masuk melalui pintu

depan. Dalam perencanaannya, rumah sakit ini telah memperbaiki alur sirkulasi

pengunjung sehingga memusat pada satu titik. Hal ini dapat dilihat dari adanya

pembangunan pintu utama di bagian depan dan bersebelahan dengan lokasi

penelitian.

Tapak penelitian ini berada tepat di tengah rumah sakit, hal ini

membuat setiap orang mudah menemukan dan mengaksesnya. Oleh karena

kondisinya yang strategis, tapak ini berpotensi mempertemukan berbagai orang

yang beraktivitas di rumah sakit. Selain itu, kondisi tapak yang terbuka membuat

orang mudah masuk dan keluar dari arah mana saja, sehingga tidak terdapat fokus

yang jelas untuk masuk dan keluar tapak, dan dapat menimbulkan kerusakan

(vandalisme) pada tapak karena pengguna dapat dengan mudah menginjak rumput

dan tanaman lain saat ingin masuk dan keluar tapak.

Bentuk sirkulasi jalan di tapak cenderung formal dan kaku. Jalan

utama menuju masjid merupakan jalan setapak yang telah diberi perkerasan

berupa paving, jalan tersebut berukuran lebar 1.5 meter. Sirkulasi di samping

ruang MCU dibangun pada tahun 2008, bersamaan dengan pembangunan taman

dan bangku taman di sekitarnya. Lebar jalan 1 meter, dengan pola organik dan

tidak kaku, perkerasan berbahan semen. Jalan yang memisahkan kedua tapak ini

Gambar

Tabel 2. Jenis, Sumber dan Cara Pengambilan Data Tapak
Gambar Analisis Spasial
Gambar 5. Peta RSMM
Gambar 14. Bentuk sirkulasi di tapak
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mempelajari daya terima dan konsumsi pasien rawat inap penderita penyakit dalam terhadap menu makanan yang disajikan di rumah sakit

Tujuan khusus penelitian ini adalah (1) Mengidentifikasi karakteristik pasien dan jenis penyakit, (2) Menganalisis status gizi pasien, (3) Menganalisis kebutuhan

Adapun pendekatan penelitian yang digunakan ialah pendekatan penelitian kualitatif, dengan paradigma klasik, jenis metode penelitian field research (studi lapangan) dan

Sedangkan tujuan khususnya yaitu (1) mempelajari proses kegiatan penyelenggaraan makanan di Instalasi Gizi RSMM Bogor mulai dari perencanaan menu sampai evaluasi, (2)

pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain, atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang langsung.” Dalam hal ini komunikasi interpersonal yang

Solusi desain yang ditawarkan oleh bangunan ini adalah taman inklusif yang dapat digunakan oleh semua orang yang didasari oleh peraturan-peraturan tentang Rumah Sakit Gigi dan

Pada penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif yang lemah antara variabel genetik terhadap tingkat depresi yaitu sebesar 0.294, kemudian pada variabel

Penulis juga memberikan informasi dan edukasi tentang kondisi penyakit DM yang diderita klien dan masalah psikososial ketidakberdayaan yang dialami oleh klien kepada keluarga