• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Fisik dan Biofisik Lokasi dan Batas Tapak

DAFTAR PUSTAKA

1.1 Latar Belakang

4.2.1. Aspek Fisik dan Biofisik Lokasi dan Batas Tapak

RSMM memiliki daerah ruang terbuka yang cukup luas, yang saat ini digunakan sebagai area pertanian, lawn, dan area konservasi. Daerah yang digunakan sebagai ruang terbangun baru sekitar satu persen saja dari keseluruhan lahan yang dimiliiki. Luasan area telah ditentukan oleh pihak rumah sakit dengan mempertimbangkan aspek ekonomis dan ekologis agar efektif dan efisien sebagai ruang terbuka. Pembagian RTH berdasarkan eksisting keadaan saat dilakukan penelitian dijelaskan secara spasial pada Gambar 7 dan Gambar 8.

Tapak penelitian merupakan ruang terbuka hijau, tapak bagian utara merupakan ruang terbuka yang mengelilingi kantor administrasi umum RSMM dengan luas 18000 m2. Tapak ini secara umum berada sangat strategis di antara ruang untuk pasien sakit jiwa, pasien Napza, serta ruang administrasi umum. Hal ini memungkinkan tapak ini menjadi pusat perhatian dan area beraktivitas bagi para pasien sakit jiwa, pasien napza, maupun staf rumah sakit. Sedangkan di bagian selatan, merupakan ruang terbuka yang mengelilingi masjid dan kantor rekam medis, dengan luas area berkisar 2183 m2. Tapak ini berada tepat di pusat keramaian karena tapak ini menghubungkan beberapa lokasi penting seperti apotik dan ruang pasien rawat inap, serta bersebelahan langsung dengan ruang medical check up. Tapak ini juga merupakan pusat aktivitas ibadah karena terdapat masjid di dalamnya, sehingga total tapak penelitian mencapai 20.183 m2.

Secara umum, tapak penelitian berada di dalam RSMM, berbatasan langsung dengan :

a. Sebelah Utara : Ruang pasien sakit jiwa (Saraswati & Subadra) b. Sebelah Selatan : Ruang kebidanan dan perinatologi

c. Sebelah Barat : Ruang Penerimaan utama RSMM d. Sebelah Timur : Ruang Pasien napza

Jenis Tanah

Tanah di RSMM termasuk ke dalam jenis tanah latosol coklat kemerahan, yaitu merupakan jenis tanah yang mengalami perubahan profil, bersifat gembur dan agak masam dengan pH (4,5 - 6,6). Jenis tanah ini mempunyai sifat fisik yang baik, permeabilitas yang tinggi dan aliran drainase yang dalam, mudah meresapkan air, kurang terjadi aliran permukaan pada musim hujan sehingga menghambat terjadinya erosi tanah (Soepardi, 1983). Tanah latosol mempunyai daya serap air yang tinggi sehingga pada kondisi yang basah tanah akan lengket, sedangkan pada kondisi kering akan berbongkah-bongkah.

Jenis tanah latosol di RSMM liat, remah agak gumpal, gembur, dan lapisan bawahnya berwarna kemerahan. Tanah bereaksi agak masam, kadar zat organik dan nitrogen rendah, P2O5 agak tinggi dan K2O rendah. Kondisi tanah pada saat hujan berair, sehingga menimbulkan beberapa bagian tapak menjadi becek dan licin karena sifat liatnya. Tanah ini cocok digunakan untuk bercocok tanam karena tanah latosol mempunyai sifat granular yang menyebabkan drainase tanah menjadi baik. Selain itu, tanah latosol memiliki kesuburan alami atau mempunyai ciri-ciri yang mendorong tanaman berespons dengan baik terhadap pemupukan dan juga dapat menahan air yang tinggi.

Sifat fisik tanah yang dapat diperbaiki dengan penambahan bahan organik, perbaikan drainase, pengaturan kadar asam, penggemburan tanah dan penambahan mulsa, pupuk yang sesuai dengan sifat fisik tanah tersebut juga perlu dipertimbangkan. (Grey dan Deneke, 1978).

Topografi dan Hidrologi

Peta topografi diperoleh dari pengukuran dan pemetaan di lapang secara langsung. Peta topografi digunakan untuk mengidentifikasi bentuk relief pada permukaan bumi pada suatu tapak. Peta topografi yang berasal dari data peta kontur dan jenis tanah Badan Penelitian dan Pengembangan Tanah (BPPT) Kota Bogor tahun 2009.

Garis-garis yang lebih rapat menggambarkan nilai kemiringan lahan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan garis-garis kontur yang lebih renggang. Kerapatan garis kontur yang berbeda menjadikan bentukan lahan (land form) yang bervariasi. Kondisi kemiringan yang relatif datar di RSMM

mempermudah perancang untuk menentukan arah aliran air serta menentukan setiap ruang dalam tapak berdasarkan ketinggian dan tingkat kemiringan lahan.

RSMM telah memiliki ruang mesin pengolahan air (Water Resevoir), terletak di bagian barat tapak, berbatasan dengan ruang klinik umum. Hal ini memudahkan rumah sakit untuk mengelola manajemen kebutuhan dan pembuangan air dari dan keluar RSMM.

Pola saluran drainase berupa aliran air permukaan (run off) di RTH mengikuti bentukan topografi pada tapak. Selain itu, juga terdapat saluran drainase buatan yang terbagi menjadi saluran drainase terbuka dan drainase tertutup (Gambar 9). Saluran drainase tertutup berupa pipa-pipa saluran air dan saluran drainase terbuka berupa parit-parit yang terletak di sekeliling tapak dan sekeliling bangunan.

(a) tertutup (b) terbuka

Gambar 9. Saluran drainase di tapak

Topografi di RSMM memiliki tingkat kemiringan 0-3% sehingga dapat dikatakan datar, namun terdapat beberapa cekungan di titik tertentu. Area pada titik terendah tapak memiliki kendala berupa ancaman genangan air, sehingga diperlukan desain drainase yang memadai untuk mengalirkan kelebihan air tersebut. Sirkulasi yang berada pada kemiringan tanah curam dapat dilakukan pelandaian maupun desain sirkulasi yang memutar mengikuti kontur agar mudah diakses serta tidak berakibat pada terjadinya erosi. Topografi yang datar di RSMM mempermudah dalam merancang alur jalan serta aliran drainase, serta dapat mendukung dalam desain dan pemilihan tanaman di RSMM (Gambar 10).

Iklim

Kondisi iklim dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain adalah curah hujan, suhu, kelembaban, dan kecepatan angin. Kondisi iklim di lokasi penelitian secara umum sama dengan kondisi iklim di Kota Bogor, berikut merupakan data yang dihimpun dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Kota Bogor mengenai iklim di kota Bogor dan sekitarnya.

Iklim merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam proses perancangan suatu tapak. Meskipun secara keseluruhan tapak berada pada kawasan tropis Indonesia, perlu diperhatikan penyesuaian terhadap iklim mikro. Penyesuaian ini memiliki pengertian pemanfaatan berbagai aspek yang menguntungkan dan mengendalikan yang merugikan. Hal ini dilakukan agar tercipta iklim mikro yang nyaman sehingga tapak tersebut dapat dimanfaatkan oleh pengguna tapak dan vegetasi dan satwa dapat hidup, tumbuh, dan berkembang dengan baik. Dalam penelitian ini, data iklim yang digunakan adalah data iklim Kota Bogor tahun 2004-2008.

Kota Bogor dalam periode lima tahun antara 2004 dan 2008 memiliki curah hujan rata-rata 4196,6 mm/tahun. Curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2005, yaitu 5190,1 mm, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada tahun 2006, yaitu 3707,0 mm. Hal ini menunjukkan bahwa Kota Bogor memiliki intensitas dan hari hujan yang tinggi setiap tahunnya.

RSMM memiliki rata-rata curah hujan bulanan sebesar 349,7 mm dengan kisaran 136,5 mm - 467,5 mm. Curah hujan tertinggi 467,5 mm terjadi pada bulan Februari dan curah hujan terendah 136,5 mm terjadi pada bulan Agustus. Jumlah curah hujan rata-rata tahunan Kota Bogor sebesar 4196,6mm.

Bogor memiliki rata-rata hari hujan yang cukup tinggi, yakni 205 hari hujan dalam satu tahun (365 hari). Hal ini mengindikasikan peluang hujan yang sangat besar setiap tahunnya. Kemungkinan tidak turun hujan sangatlah kecil, yakni 160 hari dalam satu tahun.

Curah hujan juga dapat mempengaruhi frekuensi dan lamanya kegiatan pada tapak. Semakin tinggi nilai curah hujan dan hari hujan, semakin berkurang frekuensi serta lamanya kegiatan rekreasi di luar ruangan. Untuk mengatasi hal ini, perlu disediakan fasilitas untuk berteduh, seperti shelter, pergola, dan vegetasi peneduh.

Pada musim kemarau, curah hujan terlalu rendah sehingga mengganggu ketersediaan kandungan air tanah untuk tanaman berfotosintesis dan mengganggu ketersediaan air minum bagi satwa. Hal ini dapat diatasi dengan penyediaan kolam buatan yang airnya berasal dari air tanah. Kolam ini juga berfungsi untuk menampung kelebihan air pada saat musim hujan sehingga dapat digunakan pada musim kemarau. Selain itu juga perlu disediakan pipa semprot yang dipasang di titik-titik tertentu pada tapak untuk menyirami vegetasi pada saat musim kemarau agar pertumbuhannya tidak terganggu.

Suhu rata-rata di RSMM adalah 26,9 OC, dengan kisaran suhu 26,0 OC - 27,5 OC. Suhu tertinggi 27,5 OC terjadi pada bulan Oktober dan suhu terendah 26,0 OC terjadi pada bulan Februari. Pada siang hari, tapak terasa panas karena terik matahari, hal ini dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan mengganggu aktivitas pengguna. Hal ini dapat diatasi dengan menciptakan suasana teduh melalui tanaman pohon peneduh maupun gazebo, pergola, dan shelter.

Vegetasi merupakan salah satu pengendali iklim mikro, vegetasi dapat menurunkan suhu dan menyejukan udara sekitarnya. Hal ini dapat terjadi karena vegetasi dapat mengurangi pancaran sinar matahari yang masuk serta menyerap panas yang dipantulkan dari perkerasan. Selain itu, vegetasi juga dapat meningkatkan kelembaban serta mengatur dan memecah arah angin. Dalam penempatan vegetasi (pohon yang berfungsi sebagai peneduh) harus memperhatikan arah marahari agar dapat memberikan efek pencahayaan dan bayangan yang cukup untuk menaungi pengunjung dan satwa di dalam tapak.

Kelembaban rata-rata di RSMM sebesar 85,4% dengan kisaran 70,3% - 85,4%. Kelembaban tertinggi 85,4% teradi pada bulan Februari dan kelembaban terendah 70,3% terjadi pada bulan April (Gambar 11).

Gambar 11. Grafik rata-rata kelembaban per bulan (Tahun 2004-2009)

Menurut Laurie (1986), kisaran kelembaban yang nyaman bagi manusia adalah 40% - 75%. Kelembaban yang terlalu tinggi dapat menimbulkan ketidaknyamanan. Hal ini dapat diatasi dengan cara memperhatikan struktur dan penempatan vegetasi. Pemilihan vegetasi yang tidak terlalu rapat/massif dan jarak penanaman yang dijarangkan memungkinkan sinar matahari dapat masuk. Untuk mendukung berbagai aktivitas yang ada di tapak, maka perlu memberikan beberapa elemen tambahan seperti gazebo dan pergola.

Berdasarkan data di atas, dapat dihitung nilai THI di tapak dengan rumus sebagai berikut :

THI = 0,8 (26,90) + (85,40 x 26,90/500) THI = 20,52 + 4,59

THI = 26,11

Sesuai dengan Laurie (1986), pada daerah tropis THI < 27 adalah nyaman. Dengan nilai THI tersebut mengindikasikan tapak RSMM nyaman untuk daerah tropis. Kenyamanan sangat mempengaruhi motivasi dan penyegaran kembali pengguna di tapak.

Kecepatan angin rata-rata di RSMM sebesar 2 km/jam dengan kisaran 1,5 km/jam - 2,7 km/jam. Kecepatan angin tertinggi 2,7 km/jam terjadi pada bulan Oktober dan kecepatan angin terendah 1,5 km/jam terjadi pada bulan Februari.

Dari data di atas, maka sesuai dengan klasifikasi angin menurut Beaufort, kecepatan angin di RSMM tergolong dalam kelas 1 (1-6 km/jam), yaitu angin sepoi-sepoi. Angin memiliki peran sebagai media pembawa polusi udara dan kebisingan yang berasal dari mesin kendaraan bermotor. Hal tersebut dapat

79,6 85,4 81,5 70,3 76,7 76,8 72,6 74,2 71,3 75,7 78,2 83,3 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

K e le m ba ba n (%) Bulan

mengganggu kenyamanan pengguna. Berdasarkan analisis iklim pada tapak, dibutuhkan vegetasi sebagai pengendali iklim mikro. Beberapa peran vegetasi tersebut ditujukan untuk melindungi pengguna dan satwa dari terik matahari maupun hujan, menjaga suhu dan kelembaban, dan mengatur arah angin (Gambar 12).

Vegetasi dengan struktur daun yang mempunyai banyak bulu dapat digunakan untuk menjerap polutan dan debu, sedangkan untuk meredam kebisingan dapat digunakan vegetasi dengan tekstur daun rapat serta vegetasi yang mengandung air. Vegetasi juga dapat digunakan untuk mengarahkan angin serta mereduksi arus kecepatan angin yang tinggi melalui tajuknya yang tidak terlalu rapat untuk mencegah terjadinya turbulensi. Dengan adanya vegetasi, hembusan angin dapat diarahkan ke pusat-pusat aktivitas sehingga kegiatan rekreasi dapat dilakukan dengan nyaman.

Gambar 12. Vegetasi sebagai pengendali iklim mikro Sumber : Grey dan Deneke, (1978)

Elemen air dapat mempengaruhi pembentukan iklim mikro pada suatu kawasan. Uap air yang terbawa oleh angin dapat terbawa oleh angin dapat memberikan efek penyejukan (Gambar 13). Besar atau kecilnya efek penyejukan yang dihasilkan bergantung pada luasan badan air tersebut. Pengadaan badan air juga dapat berfungsi sebagai sumber air minum dan habitat bagi satwa.

Gambar 13. Badan air membantu efek penyejukan pada tapak Sumber : Akmal, (2004)

Aksesibilitas dan sirkulasi

Di Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi terdapat beberapa pintu masuk yang dapat dilewati, baik dari bagian depan, samping, maupun belakang. Beberapa diantaranya merupakan pintu khusus bagi staf, namun pintu masuk yang biasa digunakan bagi pengunjung dan pasien adalah pintu masuk melalui pintu depan. Dalam perencanaannya, rumah sakit ini telah memperbaiki alur sirkulasi pengunjung sehingga memusat pada satu titik. Hal ini dapat dilihat dari adanya pembangunan pintu utama di bagian depan dan bersebelahan dengan lokasi penelitian.

Tapak penelitian ini berada tepat di tengah rumah sakit, hal ini membuat setiap orang mudah menemukan dan mengaksesnya. Oleh karena kondisinya yang strategis, tapak ini berpotensi mempertemukan berbagai orang yang beraktivitas di rumah sakit. Selain itu, kondisi tapak yang terbuka membuat orang mudah masuk dan keluar dari arah mana saja, sehingga tidak terdapat fokus yang jelas untuk masuk dan keluar tapak, dan dapat menimbulkan kerusakan (vandalisme) pada tapak karena pengguna dapat dengan mudah menginjak rumput dan tanaman lain saat ingin masuk dan keluar tapak.

Bentuk sirkulasi jalan di tapak cenderung formal dan kaku. Jalan utama menuju masjid merupakan jalan setapak yang telah diberi perkerasan berupa paving, jalan tersebut berukuran lebar 1.5 meter. Sirkulasi di samping ruang MCU dibangun pada tahun 2008, bersamaan dengan pembangunan taman dan bangku taman di sekitarnya. Lebar jalan 1 meter, dengan pola organik dan tidak kaku, perkerasan berbahan semen. Jalan yang memisahkan kedua tapak ini merupakan jalan aspal (Hotmix), dengan lebar 3 meter dan memiliki bahu jalan

masing-masing sisinya 1 meter. Di sekitar lapangan upacara, tidak terdapat jalur sirkulas yang jelas, hal ini dikarenakan fungsi utama hanya sebagai RTH yang diisi dengan pepohonan tinggi di sekelilingnya. Di sisi barat tapak, digunakan sebagai area upacara bagi staf dan pegawai rumah sakit. (Gambar 14B)

A. Jalur sirkulasi yang tegas (Paving Blok)

B. Jalur sirkulasi yang tidak direncanakan (rumput rusak karena terinjak) Gambar 14. Bentuk sirkulasi di tapak

Untuk mengoptimalkan potensi yang strategis dari tapak, maka perlu pembagian ruang yang sesuai dengan tujuan dan penggunaanya. Sedangkan untuk kendala berupa akses masuk dan keluar yang kurang jelas dapat diantisipasi dengan penentuan area masuk dan keluar yang jelas di beberapa tempat yang strategis untuk jangkauan semua pengguna. Selain itu, perlu diberikan sirkulasi yang jelas untuk kedua tapak sehingga pengguna tidak berjalan di sembarang tempat, dan dapat mengarahkan pengguna untuk saling berinteraksi dan menyapa. Pemilihan arah pun diperhatikan, agar pengguna dapat memanfaatkan taman ini dengan baik tanpa merasakan letih dalam perjalanan. Bentuk sirkulasi juga harus diperhatikan karena ragam pengguna yang berbeda-beda. Penggunaan paving rapat atau semen lebih dianjurkan agar dapat digunakan oleh pejalan kaki maupun pengguna kursi roda (Gambar 15).

Vegetasi

Pada tapak terdapat tiga klasifikasi tanaman yang ditanam, yakni vegetasi pohon penaung, tanaman hias sebagai tanaman estetika di tapak, serta tanaman hortikultura (Gambar 16).

Gambar 16. Vegetasi di tapak

Vegetasi yang terdapat pada RSMM terdiri dari pohon, semak, dan vegetasi penutup tanah. Jenis pohon pada lokasi Medical Check Up terdiri dari pohon besar dan pohon sedang. Pohon besar dan pohon sedang tersebut memiliki pertumbuhan yang relatif cepat, perakaran yang kuat, dan daun yang rimbun. Pohon besar juga terdapat di sekitar kantor administrasi , serta ditanam di bagian timur dan bersebelahan dengan ruang Srikandi.

Kedua tapak ini digunakan oleh pihak RSMM sebagai ruang terbuka, namun tujuan pemanfaatannya saja yang sedikit berbeda, tapak sebelah ruang MCU ditujukan sebagai daerah hijau tegakan pohon, contoh tanaman tegakannya antara lain pohon mahoni (Swietenia mahogany Jacq), mangga (Mangifera indica), dan durian (Durio zibethinus). Tapak di sekitar ruang administrasi lebih ditujukan untuk area transisi berbagai aktivitas di RSMM. Tapak ini memiliki vegetasi yang cukup beragam, dari golongan semak, hingga pohon besar. Tanaman penutup tanah, tapak ini sebagian besar tertutupi oleh rumput paetan Axonopus compressus, dan untuk semak, tapak ini sebagian besar didominasi oleh tanaman Ixora sp,Acalypha macrophylla, dan Duranta sp. Berikut daftar vegetasi di RSMM yang diperoleh dari pengecekan langsung di lapang dan studi pustaka disajikan secara lengkap dalam tabel 3.

Tabel 3. Daftar Nama Tanaman Di Tapak

No. Nama Latin Nama Lokal Keterangan

Penutup Tanah

1 Aglaonema sp. Sri rejeki Digunakan sebagai tanaman estetika 2 Arachis pintoi Kacang-kacangan Penutup tanah di sekitar masjid 3 Axonopus compressuss Rumput paetan Dominasi penutup tanah di tapak 4 Blechnum gibbum Tanaman vocal point di sekitar MCU 5 Caladium sp. Keladi hias Tumbuh liar di beberapa tempat 6 Chlorophytum sp. Lili paris Tanaman pembatas di jalan setapak 7 Coleus sp. Bayam-bayaman Kurang terawat di beberapa tempat 8 Ctenanthe oppenheimiana Di sekitar ruang administrasi 9 Iresine herbstii Simbang darah Kondisi kurang terawat 10 Marantha sp marantha Kondisi baik di sekitar MCU 11 Ophiopogon sp. Opiopogon Menyamarkan kesan keras bebatuan 12 Palisota barteri Palisota Berada di sekitar masjid

13 Rhoe discolor Adam hawa Kurang terawat di sekitar taman 14 Spathiphyllum sp Di sekitar ruang MCU, cukup terawat 15 Portulaca sp. Sutra bombay Ditanam dalam pot sekitar MCU 16 Zephyrantes sp. Bawang brojol Kombinasi dengan rumput di sekitar

ruang administrasi Semak

1 Agave angustifolia Variegated carribean agave

Sebagai vocal point di sekitar koridor

2 Dracaena sp. Drasena Di sekitar ruang administrasi 3 Ixora sp Soka Menyebar di seluruh tapak sebagai

pembatas 4 Pandanus amaryllhifolius

Roxh. Pandan wangi

menggerombol di sekitar R. kebidanan

5 Pedilanthus tithymaloides Patah tulang Kurang terawat di sekitar R.Saraswati 6 Schefflera sp. Walisongo Baik ditanam di sekitar R. MCU 7 Cycas revoluta Sikas Menjadi vocal point di sekitar koridor 8 Cordyline sp. Hanjuang Sebagai tanaman pembatas

9 Acalypha macrophylla Teh-tehan Digunakan sebagai tanaman estetika Perdu

1 Cadiaeum Puring Tanaman estetika di sekitar masjid 2 Jatropha pandufolia Batavia/jatropa Kurang terawat di sekitar R. Kebidanan 3 Arundinaria pumila Bambu jepang Di sekitar ruang instalasi listrik, sebagai

Pohon

1 Ptychosperma

macarthurri Palem hijau

Sebagai tanaman estetika dan pembatas jalan setapak

2 Veithchia merilii Palem putri Sebagai pembatas jalan setapak 3 Acacia auriculiformis Akasia Tanaman peneduh dan konservasi 4 Areca catechu Pinang Tanaman pengarah

5 Mangifera indica mangga Tanaman peneduh dan konservasi 6 Samanea saman Ki hujan Tanaman peneduh dan konservasi 7 Durio zibethinus Durian Tanaman peneduh

8 Erythrina cristagali Dadap merah Tanaman peneduh dan konservasi 9 Roystonea regia Palem raja Tanaman pengarah

10 Potemia pinnata Matoa Tanaman peneduh dan konservasi

Tanaman di daerah sekitar masjid sebagian besar merupakan tanaman semak dan perdu rendah, penataannya cukup rapi, karena terdapat penjaga masjid yang khusus menjaga dan merawat area masjid dan sekitarnya (Gambar 17).

Gambar 17 . Kondisi ruang terbuka dan vegetasi

Carpenter et al. (1979) mengemukakan nilai fungsional vegetasi, antara lain adalah, adalah pengendali visual (screen), pengarah angin, modifikasi radiasi matahari dan suhu udara, pengendali kelembaban dan hujan, penyaring polutan, peredam kebisingan, pengendali erosi, penjaga habitat alami, dan estetika. Secara umum, fungsi yang dihadirkan oleh vegetasi dibagi menjadi tiga (Booth, 1990), yaitu fungsi konservasi lingkungan, fungsi struktural dan arsitektural, dan fungsi visual.

Lingkungan hijau (RTH) dapat berfungsi sebagai pelembut kesan keras dari struktur fisik, membantu manusia mengatasi tekanan-tekanan kebisingan, udara yang panas, polusi udara, serta pembentuk ruang yang terdiri dari bidang alas, dinding dan atap (Gambar 18).

Gambar 18. Berbagai nilai fungsional vegetasi Sumber : Carpenter et al, (1979)

Vegetasi di RSMM memiliki jenis spesies yang beragam dan dominasi yang rendah. Hal tersebut memberikan kesan yang kurang menyatu dan mengacaukan karaktertistik ruang-ruang. Untuk menciptakan karakteristik tiap ruang perlu diperhatikan jenis dan pola penanaman di tiap-tiap ruang yang akan dirancang (Gambar19).

Satwa

Satwa merupakan salah satu aspek biofisik yang membentuk karakter suatu tapak. Selain itu, keragaman jenis satwa juga mengindikasikan stabilitas ekosistem di suatu tapak (Gambar 20). Data satwa diperoleh dari pengecekan langsung di lapang, wawancara, dan studi pustaka. Spesies satwa yang terdapat pada RSMM, antara lain, adalah kucing (Felis cattus), burung gereja (Passer domesticus), burung puyuh (Cortunix c. japonica), kadal hijau (Lacerta viridis), kupu-kupu (Papilio polymnestor), lebah (Apis mellifera), Bunglon (Calotus jubatus), capung (Anax imperator), katak (Bufo melanostictus), ulat daun (Macrothylacia rubi), dan semut (Solenopsis spp). Habitat tersebut terbentuk karena di sekitar rumah sakit terdapat area Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai penyangga kehidupan hewan-hewan tersebut.

Gambar 20. Satwa yang terdapat di tapak

Kualitas Visual Lanskap

Aspek pembentuk kualitas visual lanskap di RSMM adalah berupa pemandangan (view), akustik (sound), dan aroma. View pada tapak terbagi menjadi pemandangan yang baik (good view) dan pemandangan yang buruk (bad view). Pemandangan yang baik berada di sekitar masjid, dan di samping ruang medical check up. Sebagian besar pemandangan buruk karena pembuangan sampah yang tidak pada tempatnya oleh pengguna, hal ini diperparah oleh pengelola yang seolah memberikan kemudahan dengan membuat lubang-lubang sebesar 2 x 2 meter untuk pembuangan sampah sementara di tapak (Gambar 21).

Akustik pada tapak terbagi menjadi akustik yang baik (good sound) dan akustik yang buruk (bad sound). Akustik yang baik terdapat pada tapak di bagian tengah, yaitu masjid berupa pengajian dan kicauan burung yang ada di

sekitarnya. Sedangkan akustik yang buruk terdapat pada tapak sebelah barat yang berbatasan langsung dengan pengerjaan pembangunan ruang masuk utama RSMM (Gambar 22). Pada bagian utara, terdapat akustik yang buruk lainnya berupa suara kendaraan yang berlalu lalang di sekitar ruang Napza dan IPS-RS, hal ini diperparah oleh suara pasien (kejiwaan) yang secara sengaja berteriak di

Dokumen terkait