• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Pendapatan Budidaya Tambak Udang Vaname di Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Pendapatan Budidaya Tambak Udang Vaname di Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PRODUKSI DAN PENDAPATAN BUDIDAYA TAMBAK

UDANG VANAME DI KECAMATAN PASEKAN

KABUPATEN INDRAMAYU

YUNI KRISTINA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Pendapatan Budidaya Tambak Udang Vaname di Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)
(5)

ABSTRAK

YUNI KRISTINA. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan

Pendapatan Budidaya Tambak Udang Vaname di Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu. Dibimbing oleh NOVINDRA.

Udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu udang yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Udang merupakan komoditas ekspor utama produk perikanan Indonesia. Udang vaname di Indonesia dibudidayakan secara intensif dan tradisional. Salah satu kawasan Indonesia penghasil udang vaname adalah Kabupaten Indramayu. Di Kecamatan Pasekan udang vaname banyak dibudidayakan secara tradisional. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi budidaya tambak udang vaname secara tradisional dan menganalisis perbandingan pendapatan budidaya udang vaname berdasarkan sumber modal, yaitu modal sendiri dan modal pinjaman dari tengkulak. Berdasarkan hasil estimasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi budidaya udang vaname(kg/Ha/musim tanam) adalah pakan (kg/Ha/musim tanam), solar (liter/Ha/musim tanam), dan periode pemeliharaan (hari/musim tanam). Berdasarkan analisis pendapatan didapatkan nilai R/C rasio > 1 untuk semua pembudidaya, baik pembudidaya dengan modal sendiri maupun pembudidaya peminjaman kepada tengkulak. R/C rasio pembudidaya modal sendiri lebih kecil jika dibanding pembudidaya dengan modal pinjaman dari tengkulak, sehingga pembudidaya modal pinjaman lebih efisien. Berdasarkan hasil penelitian, untuk meningkatkan produksi udang vaname, pembudidaya udang vaname dapat menambah pengunaan pakan, solar dan lamanya pemeliharaan udang vaname. Sesuai dengan program Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu mengenai penyuluhan, pengarahan mengenai penambahan pengunaan pakan, solar, dan pemeliharaan dalam usaha budidaya udang vaname dapat dilakukan secara intensif. Kerjasama antara penyuluh dari dinas perikanan dengan tengkulak dalam hal pengunaan input produksi dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi udang vaname ditingkat pembudidaya. Kata kunci: analisis pendapatan (R/C), faktor produksi, tambak tradisional, udang

(6)

Income of Vannamei Shrimp Fishpond in Pasekan Subdistrict, Indramayu Regency. Supervised NOVINDRA.

Vannamei Shrimp (Litopeanus vannamei) is one of shrimp variety that cultivated in Indonesia. Shrimp is the main export commodity of fishery production in Indonesia. In this country, Vannamei Shrimp is cultivated intensively and traditionally. One of productive regional that yields Vannamei Shrimp is in Indramayu Regency. In one of Subdistrict of Indramayu, Pasekan, Vannamei Shrimp are most traditionally cultivated. The aims of this research are the production factors that have influences toward Vannamei Shrimp fishpond’s production and to analyze the ratio of Vannamei Shrimp fishpond’s income based on the capital finance sources, theyare personal capital finance and capital finance that debt from middleman. Based on the double linier regretion estimate, the factor that influence Vannamei Shrimp fishpond’s production are feed (kilograms), fuel (liter), and the period of cultivation (days). According to the income analysis, in found that the value of R/C ratio > 1 for all cultivations, either of cultivation by personal capital finance or cultivation by personal capital finance or cultivation whit financial source by lending from middleman. The R/C ratio value of farmers who cultivate shrimp by their one capital finance are smaller than farmers who get their capital finance fram middleman. It means that farmwe who use financial from middleman are more afficient. Based on the results of research, to increase production Vannamei Shrimp,increase the use of feed vaname, solar and duration of maintenance Vannamei Shrimp. In accordance with the Department of Fisheries and Marine programs Indramayu Regency regarding counseling, guidance regarding the use of the addition of feed, fuel, and period of cultivation in Vannamei Shrimp can be intensively. Cooperation between the Department of Fisheries and Marine programs Indramayu District to middleman in terms of the use of production inputs can be done to increase the production level Vannamei Shrimp cultivators.

(7)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PRODUKSI DAN PENDAPATAN BUDIDAYA TAMBAK

UDANG VANAME DI KECAMATAN PASEKAN

KABUPATEN INDRAMAYU

YUNI KRISTINA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Pendapatan Budidaya Tambak Udang Vaname di Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu

Nama : Yuni Kristina NIM : H44090001

Disetujui oleh

Novindra, S.P., M.Si Pembimbing I

Diketahui oleh

Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T. Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena hanya berkat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Pendapatan Budidaya Tambak Udang Vaname di Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu” dengan baik. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan baik bantuan dan dukungannya kepada:

1. Keluarga tercinta atas doa, dukungan, dan kasih saying selama ini, untuk Mamak (Yustina Rustiyem), Bapak (Robertus Bejo), Mas Yulius Minarso, dan Mbak Tabitha Dwi Parwati.

2. Bapak Novindra, SP., M.si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan semangat, motivasi, dan pengarahan kepada penulis.

3. Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA dan Nuva, SP, M.Sc atas ketersedian menjadi dosen penguji, terima kasih atas kritik dan sarannya.

4. Bapak Benny Osta Nababan S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing akademik, seluruh dosen, dan staf di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan.

5. Ibu Tosiba, Mbak Fenta, dan Pak Ari, dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu. Bapak dan Ibu pembudidaya tambak udang di Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan atas ketersediaan waktu dan informasinya, terutama kepada Pak Idris dan sekeluarga yang telah banyak membantu penulis dalam proses pengambilan data dan tempat tinggal selama pengambilan data di lokasi penelitian.

6. Teman-teman satu bimbingan, buat Naelis, Rere, Fitri, Intan, Astari, Alfi, Reina, Diena, dan Anggi.

7. Embet, Putri, Laila, Cimi, Sarah, Nissa, Chara dan temen-teman ESL 46 lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu terima kasih atas kebersamaanya dan dukungannya selama ini. Teman-teman di KeMaKI terima kasih buat Amel, Eta, Vinsen, Wiwik dan teman-teman lainnya khususnya KeMaKI 46.

8. Penghuni Pondok Emperor 103, terutama kepada Ibu Kost (Uti dan Mbak Eni), Evi, Tata, dan Firaz, terima kasih atas kebersamaan dan dukungannya selama ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat, terima kasih.

(12)
(13)

DAFTAR ISI

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Udang Vaname ... 8

2.2. Usaha Budidaya Tambak ... 10

2.2.1. Penetapan Lokasi Tambak ... 11

2.2.2. Kontruksi Tambak ... 11

2.2.3. Persiapan Tambak... 12

2.3. Budidaya Tambak Udang Vaname Tradisional ... 12

2.4. Input Produksi Budidaya Tambak Udang Vaname ... 13

2.5. Tinjauan Kebijakan Pemerintah Mengenai Peningkatan Produksi Udang ... 13

2.6. Penelitian Terdahulu ... 14

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 19

3.1. Kerangka PemikiranTeoritis ... 19

3.1.1. Konsep Usaha Fungsi Produksi ... 19

3.1.2. Konsep Usahatani ... 20

3.1.2.1. Biaya Usahatani ... 21

3.1.2.2. Konsep Pendapatan Usahatani ... 21

3.1.2.3. Konsep Pengukuran Keuntungan dengan Revenue Cost Ratio (R/C) ... 21

3.2.Kerangka Pemikiran Oprasional ... 22

IV. METODE PENELITIAN ... 24

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24

4.2. Jenisd an Sumber Data... 24

4.3. Metode Pengambilan Sample ... 24

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 25

4.4.1. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fungsi Produksi Budidaya Tambak Udang Vaname ... 25

4.4.1.1. Spesifikasi Model ... 26

4.4.1.2. Tahapan Pengujian Model... 26

(14)

5.2. Kependudukan Lokasi Penelitian ... 35

5.3. Potensi Perikanan di Kecamatan Pasekan ... 36

5.4. Karakteristik Responden Tambak Udang Vaname di Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan ... 36

5.4.1. Jenis Kelamin ... 36

5.4.2. Tingkat Umur ... 37

5.4.3. Tingkat Pendidikan ... 37

5.4.4. Jenis Pekerjaan ... 38

5.4.5. Luas Tambak ... 38

5.4.6. Kepemilikan Lahan Tambak ... 39

5.4.7. Pengalaman Menambak ... 39

5.4.8. Modal Usaha ... 40

5.5. Kondisi Budidaya Tambak Udang Vaname di Lokasi Penelitian ... 40

5.5.1. Sistem Budidaya ... 41

5.5.2. Sistem Pemeliharaan Udang Vaname ... 41

VI. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI BUDIDAYA TAMBAK UDANG VANAME ... 44

6.1. Uji Ekonomi ... 44

6.2. Uji Statistika ... 47

6.3. Uji Ekonometrika ... 47

VII. ANALISIS PENDAPATAN BUDIDAYA UDANG VANAME MODAL SENDIRI DENGAN MODAL PINJAMAN ... 49

7.1. Analisis Biaya Usaha Budidaya Tambak Udang Vaname ... 50

7.2. Analisis Pendapatan Usaha Budidaya Tambak Udang Vaname dan R/C Rasio ... 52

VIII. SIMPULAN DAN SARAN ... 56

8.1. Simpulan ... 56

8.2. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 58

LAMPIRAN ... 61

(15)

DAFTAR TABEL

1 Nilai Ekspor Komoditi Perikanan Menurut Komoditi Utama tahun 2007- 2011 (1 000 US$)... ... 1 2 Produksi Tambak Udang Indonesia Menurut Varietas Tahun 2000-2010

(Ton) ... 3 3 ProduksiBudidayaTambakUdangVaname di Indonesia Menurut

PropinsiTahun 2011 ... 3 4 Produksi Tambak Udang Indonesia Menurut Varietas Tahun 2000-2010

(Ton) ... 4 5 Tambak Budidaya di Kabupaten Indramayu Tahun 2011 ... 4 6 Perkembangan Produksi Udang Budidaya Tambak di Jawa Barat Tahun

2006-2011 (Ton) ... 9 7 Produksi Perikanan di Jawa Barat Menurut Jenis Budidaya Tahun 2008-

2011 (Ton) ... 10 8 Tinjaun Pustaka Penelitian Terdahulu, Persamaan dan Perbedaan dengan

Penelitian yang akan dilakukan ... 18 9 Matriks Analisis Data ... 25 10 Jenis Kelamin Responden Pembudidaya Tambak Udang Vaname di

Lokasi Penelitian ... 37 11 Sebaran Pembudidaya Tambak Udang Vaname Menurut Umur di Lokasi

Penelitian ... 37 12 Sebaran Pembudidaya Tambak Udang Vaname Menurut Tingkat

Pendidikan di Lokasi Penelitian ... 38 13 Sebaran Pembudidaya Tambak Udang Vaname Menurut Jenis Pekerjaan

Utama di Lokasi Penelitian ... 38 14 Sebaran Pembudidaya Tambak Udang Vaname Menurut Luas Lahan di

Lokasi Penelitian ... 39 15 Sebaran Pembudidaya Tambak Udang Vaname Menurut Kepemilikan

Lahan Lokasi Penelitian ... 39 16 Sebaran Pembudidaya Menurut Pengalaman Bertambak di Lokasi

Penelitian ... 40 17 Sebaran Pembudidaya Udang Vaname Berdasarkan Modal Usaha di

(16)

21 Perbandingan Total Biaya Budidaya UdangVaname/Hektar/Musim

Tanam ... 51

22 Perhitungan Penerimaan, Pendapatan Rata-Rata dan R/C Rasio Usaha Budidaya Tambak Udang dan Ikan Bandeng ... 52

23 Perbandingan Pendapatan Masing-Masing Jenis Budidaya/Hektar/bulan. 53 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka Pemikiran Operasional ... 23

DAFTAR LAMPIRAN 1 Pendapatan Domestik Bruto atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah) 2007-2011 ... 63

2 Hasil Estimasi dalam Model Produksi Udang Vaname (ANOVAb) ... 64

3 Hasil Estimasi dalam Model Produksi Udang (Model Summary) ... 64

4 Hasil Estimasi dalam Model Produksi Udang Vaname (Coefficients) ... 64

5 Hasil Estimasi dalam Model Udang Produksi Vaname (One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test) ... 65

6 Hasil Estimasi dalam Model Produksi Udang Vaname (Model Summary abs_res) ... 65

7 Uji Heteroskedastisitas untuk Model Produksi Budidaya Tambak Udang Vaname (Coefficientsa) ... 65

8 Karekteristik Responden Pembudidaya Udang Vaname ... 66

9 Penggunaan Input dan Output Produksi Udang Vaname ... 67

10 Penerimaan dan Biaya Pembudidaya Modal Sendiri (Rp/Ha/Musim) ... 68

(17)
(18)

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai potensi yang sangat besar dalam hal pengembangan industri perikanan baik untuk tujuan ekspor maupun untuk memenuhi gizi nasional. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012, salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap sektor pertanian adalah subsektor perikanan. Pada tahun 2011 sumbangan subsektor perikanan sebesar 2.19%, dibawah subsektor tanaman pangan dan hortikultura (6.22%) dan mengungguli subsektor kehutanan (0.70%), peternakan (1.62%), dan perkebunan (1.98%).

Udang merupakan komoditas ekspor utama Indonesia di sektor perikanan. Untuk nilai ekspor produk perikanan sendiri udang menyumbang angka terbesar. Pada Tabel 1 dapat dilihat tahun 2006-2011 rata-rata kontribusi nilai ekspor udang Indonesia menunjukan nilai yang terbesar dibandingkan produk ekspor perikanan lainnya, yaitu sebesar 40.74%.

Tabel 1. Nilai Ekspor Komoditi Perikanan Menurut Komoditi Utama Tahun 2007-2011 (1 000 US$) Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia (2012)

(19)

2

Indonesia menempati posisi keempat di dunia berada di bawah China, Thailand, dan Vietnam sebagai negara yang terbanyak dalam hal produksi komoditas udang. Produksi udang China pada 2010 diperkirakan sebanyak 1.3 juta ton, Thailand 560 ribu ton, dan Vietnam 370 ribu ton dan Indonesia sebesar 350 ribu ton. Indonesia pada 2008 pernah mencapai ranking tiga dunia dengan produksi udang 410 ribu ton dan total ekspor mengalami kenaikan hingga 21%. Indonesia telah berupaya meningkatkan jumlah ekspor dengan membuka peluang komoditas tersebut ke sejumlah negara sasaran baru antara lain Rusia, Arab Saudi, dan Kanada (Okezone.com, 2011).

Udang dihasilkan dari kegiatan penangkapan dan budidaya, pada kurun waktu 2000-2004, produksi dari kegiatan penangkapan meningkat sebesar 7% dan budidaya dari budidaya meningkat 28%, dengan demikian produksi udang dari kegiatan budidaya semakin besar peranannya. Beberapa upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi udang antara lain melalui ekstensifikasi usaha budidaya udang pada lahan baru yang berpotensial, revitalisasi tambak yang terbengkalai, dan melakukan pembudidayaan udang jenis unggul, yaitu jenis udang yang mempunyai peluang keberhasilan tinggi dengan masa pemeliharaan yang relatif pendek. Selain bertujuan meningkatkan produksi, revitalisasi tambak juga bertujuan untuk membangkitkan usaha budidaya tambak, memanfaatkan lahan tambak yang terbengkalai dan membuka lapangan kerja (Purnomo dan Siti, 2007).

(20)

Tabel 2. Produksi Tambak Udang Indonesia Menurut Varietas Tahun

Sumber : Statistik Perikanan Budidaya (dalam Juarno, 2012)

Udang vaname banyak dibudidayakan oleh petani tambak udang di Indonesia karena udang vaname memiliki sejumlah keunggulan. Keungulan yang dimiliki udang vaname antara lain lebih tahan penyakit, pertumbuhan lebih cepat, tahan terhadap lingkungan, dan waktu pemeliharaan yang lebih singkat, rata-rata 30-120 hari per siklus, udang vaname juga hemat pakan (Haliman dan Adijaya, 2005).

Tabel 3. Produksi Budidaya Tambak Udang Vaname di Indonesia Menurut Propinsi Tahun 2011

Provinsi Jumlah (Ton) Persentase kontribusi (%)

Sumatera Utara 19 438 7.89

Sumatera Selatan 41 309 16.76

Lampung 44 161 17.92

Jawa Barat 30 600 12.42

Jawa Timur 35 058 14.23

Nusa Tenggara Barat 43 077 17.48

Kalimantan Barat 5 272 2.14

Sulawesi Tenggara 13 056 5.30

Lainnya 1 985 5.86

Total 246 419 100.00

Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan (2012)

(21)

4

udang vaname di Jawa Barat pada tahun 2010 sudah mulai menerapkan budidaya tambak dengan teknik insentif.

Tabel 4. Produksi Perikanan Budidaya Pembesaran Udang Vaname Kabupaten/Kota Jawa Barat (Ton) Tahun 2009-2012

Kabupaten/Kota

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Barat (2013)

Kabupaten Indramayu adalah penghasil udang vaname terbesar di Jawa Barat (Tabel 4). Kontribusi produksi udang vaname Indramayu di Jawa Barat mencapai 73.61%. Produksi udang vaname di Indramayu besar karena 11 kecamatan di Indramayu berada dipesisir dan merupakan wilayah yang berpontesi sebagai area budidaya tambak. Udang vaname merupakan komoditas yang banyak dibudidayakan dipesisir Indramayu selain ikan bandeng.

Tabel 5. Luas Tambak Budidaya di Kabupaten Indramayu Tahun 2011

Kecamatan Luas (Ha) Persentase Kontribusi (%)

Krangkeng 1 181.00 5.29

Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu 2012

(22)

Kecamatan Pasekan, hampir sebagian besar penduduknya adalah nelayan dan petani tambak, petani tambak ikan, udang dan petani tambak polikultur (tumpang sari antara tambak bandeng dan udang).

1.2. Perumusan Masalah

Sebagian tambak udang di daerah pantura termasuk kawasan pesisir Kabupaten Indramayu menjadi salah satu kawasan revitalisasi. Revitalisasi tambak bertujuan untuk meningkatkan produksi tambak udang, peningkatan produksi udang dapat dilakukan dengan menerapkan teknik intensif.

Budidayakan udang vaname secara tradisional tetap menjadi pilihan petambak udang dengan skala modal dan usaha kecil karena budidaya udang secara intensif membutuhkan biaya produksi yang tinggi. Pembudidaya tambak udang secara tradisional hanya mengeluarkan biaya untuk pembelian bibit udang, pembudidaya udang tradisional sebagian juga tidak membeli kualitas benur yang bagus. Pemberian pakan pada tambak tradisional juga diberikan ketika umur udang memasuki umur 25 hari, karena masih tersedianya pakan dari alam, hal ini dimaksud untuk menekan biaya produksi karena produksi tambak tradisional jauh dibanding tambak intensif.

Pengelolaan tambak udang vaname secara tradisional lebih sederhana dibandingkan dengan pengelolaan tambak intensif. Pada budidaya tambak intensif, pakan, probiotik, padat tebaran benur, bahan bakar, pasokan listrik sebagai pengerak kincir sangat dibutuhkan, sedangkan budidaya udang vaname tradisional probiotik dan kincir tidah dibutuhkan, bahkan ada pembudidaya udang vaname yang tidak memberikan pakan. Pembudidaya tambak tradisional rata-rata merupakan petambak dengan modal kecil yang dilakukan oleh perorangan.

(23)

6

Udang vaname merupakan udang yang banyak dibudidayakan oleh pembudidaya udang di Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan di Kecamatan Pasekan. Pembudidaya membudidayakan Udang vaname bertujuan untuk meningkatkan pendapatan. Sebagian besar pembudidaya udang vaname di Desa Karanganyar dan Pagirikan mengelola tambak udang secara tradisional, hal ini disebabkan minimnya modal yang dimiliki oleh petambak. Produksi udang vaname dengan sistem tradisional bisa mencapai 835–1 050 kg/ha/musim tanam (KKP, 2012) sedangkan di tempat penelitian produksi udang vaname masih rendah yaitu rata-rata kurang dari 500 kg/ha/musim tanam.

Keterbatasan modal yang dimiliki untuk biaya produksi menyebabkan banyak petambak yang mengunakan sistem peminjaman modal kepada tengkulak. Peminjaman modal usaha yang diperoleh dari tengkulak memiliki konsekuensi, yaitu harga bahan (benur, solar, pakan dan obat-obatan) lebih tinggi dari harga di pasar. Dengan skala usaha kecil, modal yang kecil dan sistem budidaya tambak udang vaname yang dilakukan secara sederhana apakah pembudidaya udang di kedua desa ini menguntungkan. Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang dapat dikaji adalah sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi budidaya tambak udang vaname secara tradisional?

2. Bagaimana perbandingan pendapatan usaha budidaya tambak udang vaname secara tradisional oleh pembudidaya dengan modal sendiri dan pembudidaya modal pinjaman dari tengkulak?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dijelaskan, ada beberapa tujuan penelitian yang akan dilakukan. Tujuan dari penelitian tersebut adalah:

1. Menganalisis faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi budidaya tambak udang vaname secara tradisional.

(24)

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan untuk banyak pihak, antara lain:

1. Bagi mahasiswa dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat khususnya dibidang ekonomi pertanian, meningkatkan kemampuan dan keterampilan penulis dalam menganalisis faktor-faktor dan analisis pendapatan usaha budidaya tambak udang vaname .

2. Bagi pengusaha dan pembudidaya tambak udang, sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam hal pengunaan input produksi budidaya tambak udang vaname dan pertimbangan pembudidaya tambak dalam hal peminjaman modal demi tercapainya usaha budidaya tambak udang yang lebih menguntungkan.

3. Bagi pemerintah, diharapkan hasil penelitian bisa menjadi bahan masukan dalam pengambilan keputusan pengembangan budidaya udang vaname khususnya, serta pengembangan budidaya tambak udang dan ikan pada umumnya.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

(25)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karakteristik Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)

Udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu jenis udang introduksi yang akhir-akhir ini banyak diminati. Banyaknya petani tambak berminat untuk membudidayakan udang vaname karena udang vaname memiliki keunggulan seperti tahan penyakit, pertumbuhannya cepat, masa pemeliharaan 60-110 hari (Jurnal Kelautan dan Perikanan, 2012). Menurut (Haliman, 2005) taksonomi udang vannamei adalah sebagai berikut:

Filum : Arthropoda Subfilum : Crustacea Kelas : Malacostraca Subkelas : Eumalacostraca Superordo : Eucarida

Ordo : Decapoda

Subordo : Dendrobrachiata Infraorder : Peneidea

Famili : Penaeidae Genus : Litopenaeus

Species : Litopenaeus vannamei

Morfologi udang vaname terdiri atas kepala udang vaname terdiri atas antenula, antena, madibula dan 2 pasang maxillae. Kepala udang vaname juga dilengkapi dengan 3 pasang maxilliped dan 5 pasang kaki berjalan (peripoda) atau kaki sepuluh (decapoda). Abdomen terdiri dari dari 6 ruas. Pada bagian abdomen terdapat 5 pasang kaki renang dan sepasang uropods (mirip ekor) yang membentuk kipas bersama-sama telson. Sifat-sifat penting udang vaname adalah sebagai berikut : aktif pada kondisi gelap (nokturnal), dapat hidup pada kisaransalinitas lebar (euryhaline), suka memangsa sesama jenis (kanibal), tipe pemakan lambat, tetapi terus menerus (continousfeeder), menyukai hidup didasar tambak (bentik), mencari makan lewat organ sensor (chemoreseptor).

(26)

Amerika Selatan. Udang vaname telah berhasil dikembangkan di beberapa negara Asia, seperti Cina, Thailand, Vietnam, Taiwan dan Indonesia. Menurut Ghufran (2011), Udang vaname memiliki beberapa keunggulan , yaitu:

1. Pakan yang diberikan kandungan proteinya lebih rendah dibanding dengan pakan untuk udang windu, sehingga harga pakan lebih murah.

2. Produktivitasnya tinggi, karena tinggkat kematian rendah, atau tingkat kelangsungan hidup (survival rate) tinggi, yaitu mencapai 90%.

3. Lebih mudah dibudidayakan, tidak serumit budidaya udang windu. 4. Waktu pemeliharaan relatif lebih pendek.

5. Relatif lebih tahan penyakit dibandingkan udang jenis lain.

6. Pertumbuhan cepat hingga mencapai size 20, pertumbuhan per minggu bisa mencapai 3 gram meski kepadatan mencapai 100ekor/m2.

7. Tahan hidup pada kisaran salinitas yang luas dan bisa hidup dengan baik pada salinitas rendah.

8. Induknya dapat didomestikasi.

9. Rasa udang yang tumbuh pada salinitas tinggi kandungan asam amino bebasnya lebih tinggi, sehingga rasa dagingnya manis.

Perkembangan produksi udang vaname di Jawa Barat juga mengalami peningkatan setiap tahun. Pada Tabel 6, produksi udang vaname tahun 2006 hanya 1 290 ton dan pada tahun 2011 produksi udang vaname paling besar dibandingkan produksi udang jenis lain. Udang windu yang dulu banyak dibudidayakan oleh petani tambak, saat ini di Jawa Barat produksi udang windu dibawah udang vanname.

Tabel 6. Perkembangan Produksi Udang Budidaya Tambak di Jawa Barat Tahun 2006-2011 (Ton)

Tahun

Jenis Udang 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Udang Windu 14 248 15 953 17 981 18 881 19 371 25 935

Udang Vaname 1 290 1 366 3 451 3 428 25 353 30 600

Udang putih 11 563 4 716 6 829 5 326 3 715 -

Udang lainnya - 8 116 8 053 - 4 982 -

(27)

10

2.2. Usaha Budidaya Tambak

Menurut Soeseno (1983) budidaya merupakan kegiatan usaha produksi suatu komoditi. Budidaya ikan meliputi budidaya ikan kolam air tawar dan tambak air payau. Saat ini budidaya ikan tidak hanya kolam air tawar dan tambak air payau tapi juga budidaya di laut dan jaring apung di waduk atau danau. Tambak adalah membendung air dengan pemantang sehingga air terkumpul pada suatu tempat dan dijadikan tempat memelihara ikan, udang atau hewan laut lainnya.

Produksi perikanan budidaya di Jawa Barat menurut data statistik dinas perikanan dan kelautan Jawa Barat dari tahun 2008 sampai 2012 mengalami kenaikan rata-rata sebesar 10.39%. Peningkatan perikanan budidaya dikarenakan seiring meningkatnya permintaan pasar seiring pertumbuhan jumlah penduduk. Tambak merupakan salah satu budidaya perikanan di Jawa Barat yang setiap tahunnya mengalami peningkatan produksi, rata-rata kenaikan produksi perikanan hasil budidaya tambak dari tahun 2008 sampai tahun 2011 adalah sebesar 24,45% dibawah kenaikan rata-rata perikanan budidaya kolam darat.

Tabel 7. Produksi Perikanan di Jawa Barat Menurut Jenis Budidaya Tahun 2008 - 2011 (Ton)

Sub Sektor Tahun Rata-Rata laju

Kenaikan (%) Sumber : Dinas Perikanan dan kelautan Provinsi Jawa Barat, 2012

(28)

budidaya secara berkelanjutan. Untuk memperoleh lokasi yang tepat bagi usaha ini, perlu memperhatikan faktor teknis, ekonomi dan sosial (Sudarmo, 1992).

Udang vaname merupakan salah jenis hasil perikanan budidaya tambak di Jawa Barat. Budidaya tambak udang vaname dilakukan secara tradisional, semi-intensif, intensif dan super intensif. Secara umum hal-hal yang perlu diperhatikan dalam budidaya tambak udang vaname secara tradisional, semi-intensif, intensif maupun super insentif adalah sebagai berikut:

2.2.1. Penetapan Lokasi Tambak

Menurut Haliman dan Adijaya (2005), lokasi tambak udang vaname harus memenuhi persyaratan tambak yang ideal, baik secara teknis maupun nonteknis. Persyaratan lokasi tambak udang vaname secara teknis sabagai berikut:

1. lokasi di daerah pantai dengan fluktuasi air pasang dan surut 2-3 meter. 2. Jenis tanah sebaiknya liat berpasir unutk menghindari kebocoran air. jenis

tanah gambut akan menyebabkna pH air menjadi asam.

3. Mempunyai sumber air tawar dengan debit dan kapasitas yang cukup besar sehingga kebutuhan air tawar terpenuhi. Minimal 15% air kolam harus diganti dengan air baru setiap hari. Udang vaname umumnya tumbuh optimal pada salinitas 15-20 ppt.

4. Lokasi tambak harus memiliki green-belt yang berupa hutan mangrove di antara lokasi tambak dan pantai.

Sementara persyaratan nonteknis lokasi tambak yang mendukung produksi tambak udang vannamei sebagai berikut:

1. dekat dengan produsen benih udang vaname. 2. Dekat dengan sumber tenaga kerja.

3. Dekat sentra perekonomian sehingga mudah mendapatkan bahan pokok untuk produksi udang.

4. Lokasi bisa dijangkau oleh saluran listeri atau penerangan dan alat komunikasi.

2.2.2.Kontruksi Tambak

(29)

12

memperhatikan bentuk kedalaman dan saluran pembuangan. Kedalaman dan saluran pembungan yang diajurkan adalah sebagai berikut:

1. Bentuk petakan yang idelal yaitu bujur sangkar dengan ukuran disesuaikan. 2. Kedalaman air tambak yang baik untuk budidaya udang vannamei sekitar

150-180 cm.

3. Saluran air tambak budidaya udang vaname terdiri dari dua saluran, yaitu saluran masuk dan saluran keluar. Kedua saluran tersebut harus terpisah satu sama lain. Kemiringan saluran air masuk sekitar 5-10% ke arah saluran air keluar.

4. Saluran pembungan tengah berfungsi membuang lumpur dan kotoran dari dasar tengah kolam.

2.2.3. Persiapan Tambak

Menurut Haliman dan Adijaya (2005), persiapan tambak baru dilakukan dengan membuang semua jenis kotoran yang membahayakan kelangsungan hidup udang, diantaranya lumpur hitam yang terbentuk dari sisa pakan dan bahan lain yang tidak terdekomposisi secara sempurna. Jika tambak yang akan digunakan merupakan tambak yang sebelumnya merupakan tambak yang digunakan budidaya udang vaname makan yang harus dilakukan adalah membersihkan dan pengeringan tambak dengan bantuan sinar matahari. Pembersihan dilakukan dengan membuang lumpur dan sampah.

Sarana pendukung pada yang digunakan pada budidaya tambak udang vaname (Haliman dan Adijaya, 2005) yang harus dilakukan pengecekan setiap akan dilakukan penebaran benih adalah tutup filter, jala pada saluran masuk dan keluar air, paku atau pengunci, pemeriksaan instalansi kincir air dan pompa.

2.3. Budidaya Tambak Udang Vaname Tradisional

(30)

perawatan seperti perlakuan pada tambak intensif, sehingga tenaga kerja tidak begigu dibutukan atau jam kerja tenaga kerja pada tambak teadisional relatif singkat.

Ukuran tambak-tambak udang tradisional umumnya luas, atau lebih dari 1 ha/petakan kolam. Udang hidup dari pakan alami, tapi saat ini tambak tradisional tetap memerlukan pakan tambahan, biasanya pada umur 25 hari pemberian pakan tambakan diberikan. Padat penebaran benur untuk tambak tradisional biasanya 10 000 - 70 000 ekor/ha atau 1-7 ekor/m2. Produktivitas tambak tradisional hanya

dapat menghasilkan 0,5-2 ton/ha permusim tanam.

2.4. Input Produksi Budidaya Tambak Udang Vaname

Dalam usaha budidaya tambak udang vaname membutuhkan faktor-faktor input untuk berproduksi. Input produksi sering disebut sebagai faktor produksi, faktor produksi pada budidaya udang vaname berupa benur, pakan, bahan bakan dan laman periode pemeliharan udang vaname. Benur merupakan bibit udang yang akan dibudidayakan, usia benur ditebar antara 3-7 hari. Pakan udang yang digunakan dalam membudidayakan udang vaname adalah pakan pelet dan pakan alami seperti siput. Bahan bakar digunakan untuk mesin sirkulasi air tambak, bahan bakar berupa solar.

Sebagaian besar pembudidaya udang vaname yang membudidayakan udang secara tradisional mengelola tambak sendiri atau hanya dengan bantuan anggota keluarga. Tenaga kerja luar keluarga biasanya dibutuhkan ketika penamanenan udang vaname. Pemanenan udang dilakukan ketika umur udang sudah mencapai satu bulan atau lebih.

2.5. Tinjauan Kebijakan Pemerintah Mengenai Peningkatan Produksi Udang

(31)

14

demontrasi farm atau demfarm. Hasilnya, produksi udang nasional per September 2013 telah mencapai 480 ribu ton. Jumlah ini telah melebihi capaian produksi tahun 2012 yang mencapai 457 600 ton.

Program Revitalisasi tambak dengan demfarm juga telah memberikan efek bagi petambak udang tradisional maupun masyarakat di sekitar lokasi tambak demfarm. Dimana, tambak yang sebelumnya mangkrak dan kurang produktif, kini mulai produksi. Peningkatan produksi tersebut berkorelasi positif dengan bertambahnya luasan tambak budidaya udang, di sekitar tambak demfarm. Tercatat ada penambahan luasan tambak baru yang mencapai 675 ha di 6 lokasi tambak demfarm yakni Serang, Tangerang, Karawang, Subang, Indramayu dan Cirebon. Penambahan areal pertambakan secara langsung akan meningkatkan kesejahteraan petambak dan pekerja tambak. Program revitalisasi tambak juga mampu menyerap tenaga kerja baik musiman maupun pekerja tetap sebanyak 130 ribu orang (KKP, 2013).

Rencana kerja atau program Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu Program Penyuluhan Perikanan dan Kelautan tahun 2014 diantaranya Safari penyuluhan, penilaian kelas kelompok, dempond pakan tenggelam untuk budidaya lele dan gurame, dempond garam dengan geo membran, backyard garam, dempond budidaya udang vaname tradisional plus, dan pendampingan. (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, 2014). Salah satu program dari Dinas Perikanan dan kelautan Kabupaten Indramayu adalah dempond untuk budidaya udang vaname tradisional plus. Dempond atau tambak percontohan ini berfungsi sebagai tambak percontohan bagi pembudidaya udang vaname secara tradisional agar produksi udang vaname lebih besar.

2.6. Penelitian Terdahulu

(32)

input optimum untuk benih sebesar 7 830 667 ekor, 204 387.7 kg pakan, 25 170.9 kg kapur, 503.4 kg pupuk, 75.5 kg vitamin, 683.4 kg probiotik, 4 279.1 kg obat, 1 258.5 jam kerja panen, 104 459.2 liter solar dan 1 200 liter bensin. Dengan penggunaan input produksi bedasarkan hasil kajian linier, besarnya biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 2 403 220 000. Dengan demikian, besarnya biaya yang dapat dihemat oleh UD JHD dalam memproduksi udang vannamei sebesar 125 854.5 kg adalah Rp 439 207 294. kajian linier menunjukan bahwa alokasi pembiayaan produksi setiap petak tambak belum optimal, hal ini ditunjukan dari harga bayangan yang sama dengan nol.

Penelitian yang dilakukan oleh Susilo (2007), dengan tujuan penelitian untuk mengetahui pendapatan petani udang windu di Desa Sepatin Kabupaten Kutai Kartanegara dan mengevaluasi apakah budidaya udang di tambak di Desa Sepatin Kabupaten Kutai Kartanegara menguntungkan atau tidak dan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi produksi budidaya udang. Hasil ini penelitian menunjukkan bahwa seluruh pendapatan petani udang di Desa Sepatin adalah Rp 5 798 235 667 permusim tanam. Berdasarkan analisis biaya rasio pendapatan itu menunjukkan bahwa nilai RCR > 1, yang berarti produksi udang windu di daerah penelitian menguntungkan. Analisis Cobb Douglas menunjukkan bahwa model estimasi fungsi produksi adalah Y= 2.645X10.746. X2-5.10E-02. X30.197.

X4-4.46E-02, variabel-variabel bebas (luas tambak, padat penebaran, jumlah tenaga

kerja dan lama usaha) terhadap variabel tidak bebas (produksi) secara simultan dalam model diketahui dengan mengunakan teknik analis ragam(ANOVA).

(33)

16

tingkat suku bunga bank yang berlaku saat ini) maka usaha ini layak dikembangkan.

Ekonomi Budidaya Perairan : Kasus Ikan Lele di Thailand (Wattanutchariya dan Panayotou, 1981). Tujuan penelitian ini salah satunya adalah menentukan keuntungan pemeliharaan lele yang dihubungakan dengan besaran usahatani (budidaya intensif dan ekstensif) di dua propinsi yaitu Propinsi Suphan Buri (budidaya intensif) dan Propinsi Nakhon Nayoh (budidaya ekstensif). Berdasarkan hasil penelitian penerimaan keuntungan tiap kilogram di Nakhon Nayok lebih tinggi dari pada di Suphan Buri. Tapi keuntungan tiap satuan tanah lebih tinggi di Suphan Buri, 26.50 baht/m2 dibandingkan dengan di Nakhon

Nayok yaitu 20.72 bath/m2. Biaya untuk tiap meter persegi di Suphan Buri lebih

dua kali dari biaya di Nakhon Nayok tiap meter perseginya, tetapi biaya tiap satuan keluaran hanya sedikit lebih tinggi, di Suphan Buri yang menerapkan budidaya intensif sebesar 16.66 bath/kg dan di Nakhon Nayok dengan teknik ekstensif 14.9 bath/kg, oleh karena itu lebih murah menghasilkan satu kilogram lele dengan cara budidaya ekstensif.

Tujuan penelitian yang dilakukan oleh Mustafa dan Ratnawati (2007) adalah melihat faktor-faktor yang dominan yang berpengaruh terhadap produktivitas tambak di Kabupaten Pinrang. Variabel dependent dalam penelitian ini adalah produktivitas tambak, sedangkan peubah bebasnya adalah faktor-faktor status pembudidaya tambak, kondisi tambak, pengelolaan tambak, kualitas air tambak, dan kualitas tanah tambak yang masing-masing terdiri dari 9, 11, 31, 11, dan 17 peubah. Hasil penelitian menunjukan bahwa produktivitas tambak di Kabupaten Pinrang rata-rata 499 kg/ha/musim, produksi merupakan total produksi yaitu produksi udang windu dan ikan bandeng yang dipolikulturkan. Pada penelitian ini total ada 79 peubah dan hanya 37 peubah yang secara nyata dapat digunakan unutk memprediksi produktivitas tambak.

(34)

disebabkan belum berhasil diatasinya permasalahan penyakit. Hasil konfirmasi pada tingkat lapang menggunakan data primer dari 163 petak tambak menunjukkan bahwa serangan penyakit berpengaruh negatif dan signifikan terhadap TFP. Intensifikasi, benur bersertifkat, dan lamanya pendidikan berkorelasi positif, akan tetapi kondisi riil Indonesia berbeda yaitu mayoritas tambak dikelola secara non intensif. Studi ini juga menunjukkan bahwa luas pengusahaan dan sistem kerjasama antara pembudidaya dengan lembaga pemasaran lainnya berpengaruh negatif terhadap TFP. Terkait dengan hal itu, pemerintah perlu memprioritaskan meningkatkan produktivitas dengan mengatasi serangan penyakit melalui penambahan anggaran riset bidang penyakit, penyediaan benur bermutu, peningkatan sumber daya manusia (SDM). Selain itu, diperlukan regulasi dalam hal pengaturan pola tanam dengan penggantian species yang dapat memutus rantai penyakit. Disamping itu, direkomendasikan agar mengurangi padat penebaran.

(35)

18

adalah jumlah pupuk urea, jumlah tenaga kerja, dan jumlah pestisida kimia. Pada udahatani padi organik, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan adalah biaya tenaga kerja dan produksi gabah anorganik.

Tabel 8. Tinjaun Pustaka Penelitian Terdahulu, Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian yang Dilakukan

No Penulis Judul Penelitian Persamaan Perbedaan

(36)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu yang akan digunakan dalam penelitian. Teori konsep yang digunakan dalam penelitian ini antara lain konsep fungsi produksi konsep usahatani, konsep biaya usaha tani, konsep pendapatan usahatani dan konsep pengukuran keuntungan.

3.1.1. Konsep Fungsi Produksi

Produksi merupakan kegiatan menghasilkan barang dan jasa. Sumberdaya yang digunakan untuk memproduksi barang dan jasa sering disebut faktor produksi. Fungsi produksi adalah hubungan antara variabel yang dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X). Variabel yang dijelaskan adalah output produksi dan variabel yang menjelaskan adalah output produksi. Fungsi produksi yang baik mempunyai dasar yang logis dan dapat dijelaskan, mudah dianalisis dan mempunyai implikasi ekonomi. Secara matematis fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut (Soekartawi, 1990):

Yi = f(Xi1,Xi2,...Xin)

Keterangan :

Yi = Output produksi sampel ke-i

Xi1,Xi2,...Xin = Input ke-1 sampai ke-n yang digunakan dalam proses

produksi sampel ke-i

(37)

20

Yi = f(Xi1|Xi2)

Yi = a + b Xi1

Keterangan:

Yi = Output dari sampel ke-i

Xi1 = Input Variabel ke-1dari sampel ke-i

Xi2 = Input Tetap ke-2dari sampel ke-i

a = Intersep b = koefisien

Kelemahan dalam funsi linier sederhana dapat diatasi dengan mengunakan fungsi linier berganda atau model regresi linier berganda. Model linier berganda mengunakan variabel X lebih dari satu. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:

Yi = f (Xi1,Xi2,...Xin)

Yi = b0 + b1Xi1 + b2Xi2 + bnXin

Keterangan:

Yi = Output dari sampel ke-i

Xi1, Xi2,... Xin = Input variabel ke-1sampai ke-n dari sampel ke-i

b0 = Intersep

b1,b2...bn = Koefisien variabel bebas ke-1 sampai ke-n

Estimasi model regresi linier berganda ini memerlukan bantuan asumsi dan model estimasi tertentu sehingga diperoleh model estimasi yang baik.

3.1.2. Konsep Usahatani

(38)

pada waktu tertentu. Pengalokasian input produksi dikatakan efektif apabila dilakukan sebaik-baiknya dan mampu menghasilkan output produksi yang maksimal (Soekartawi, 2002).

3.1.2.1. Biaya Usahatani

Biaya usahatani adalah penjumlahan pengeluaran yang dikeluarkan untuk menghasikan suatu produk atau output dalam suatu proses produksi. Jadi biaya usahatani adalah biaya produksi dari suatu proses produksi. Hernanto (1991) dalam Velayati (2013), membedakan biaya produksi menjadi dua yaitu: 1) Biaya tunai adalah biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh petani dalam usahatani. Biaya tunai terdiri dari biaya tunai tetap dan biaya tunai variabel. Biaya tunia tetap diantaranya pajak lahan, dan sewa lahan. Biaya tunai variabel adalah biaya tunai yang pengunaanya tergantung output produksi, contoh biaya tunai variabel diantaranya biaya pembelian bibit, pakan, pupuk, dan obat-obatan. 2) Biaya tidak tunai adalah biaya yang tidak benar-benar dikeluarkan dalam melakukan usahatani. Biaya tidak tunia terdiri atas biaya tidak tunai tetap dan biaya tidak tunai variabel. Contoh biaya tidak tunai tetap dalam usahatani adalah penyusutan lahan, penyususutan alat, bunga kredit bank, dan lainnya, sedangkan biaya tidak tunia variabel adalah biaya tenaga kerja dalam keluarga.

3.1.2.2. Konsep Pendapatan Usahatani

Pendapatan merupakan balas jasa dari kerja sama faktor-faktor produksi lahan, tenaga kerja dan pengelolaan. Soekartawi (2002) mendefinisikan pendapatan sebagai selisih penerimaan dan semua biaya. Setiap kegiatan usahatani bertujuan agar mencapai produksi dalam bidang pertanian dan pada akhirnya produksi tersebut akan dinilai dengan uang yang diperhitungkan dari nilai produksi setelah dikurangi dengan biaya yang telah dikeluarkan selama masa produksi. Konsep ini yang dikenal dengan konsep pendapatan usahatani.

3.1.2.3. Konsep Pengukuran Keuntungan dengan Revenue Cost Ratio (R/C)

(39)

22

dan Patong, 1997) dalam Sagala (2012). Apabila R/C rasio > 1 berarti penerimaan yang diperoleh lebih besar dari unit biaya yang dikeluarkan unutk memperoleh penerimaan atau untung. Jika R/C rasio < 1 berarti tiap unit biaya yang dikeluarkan akan lebih besar dari penerimaan yang diperoleh atau usaha yang dilakukan mengalami kerugian.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Produktivitas yang tinggi merupakan salah tujuan utama dalam budidaya tambak udang sehingga dapat meningkatkan pendapatan petambak. Pada analisis ini dikaji tingkat penggunaan input faktor-faktor produksi budidaya tambak udang tradisional yang bertujuan untuk melihat faktor produksi apa saja yang perpengaruh perhadap produksi budidaya udang vaname.

(40)

IV.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional

Budidaya udang vaname tradisional di dilihat dari modal usaha sendiri dan

pinjaman dengan pengukuran penerimaan, biaya, tingkat pendapatan,

dan R/C rasio mengunakan analisis usaha tani dengan alat bantu software

(41)

24

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Pengambilan data primer penelitian dilakukan di dua Desa, yaitu Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan, Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu, Jawa Barat pada usaha budidaya tambak udang vaname milik petambak, tambak udang vaname yang dikelola secara tradisional. Lokasi pengambilan data dilakukan secara sengaja dengan memperhatikan bahwa Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan merupakan desa sentral penghasil udang vaname yang sebagian petambak masih melakukan tambak udang secara tradisional, informasi kedua desa diperoleh dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu dan internet. Penelitian dilakukan dari bulan Juni sampai dengan Juli 2013.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan pemilik usaha budidaya tambak udang, tenaga kerja, dan pengamatan secara langsung di area tambak udang Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan. Data primer yang dikumpulkan meliputi pengunaan sarana produksi, biaya produksi yang dikeluarkan selama satu musim tanam, penerimaan usaha budidaya udang vaname dan data lain yang berkaitan dengan penelitian. Data sekunder diperoleh dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, dan literatur yang terkait dengan penelitian.

4.3. Metode Pengambilan Sampel

(42)

pinjaman kepada tengkulak. Jumlah 39 orang dianggap dapat mewakili keseluruhan pembudidaya udang vaname di kedua desa.

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis faktor produksi dan pendapatan usaha pembudidaya udang vaname. Pengolahan data dengan mengunakan alat bantu yaitu software SPSS 16 dan software Microsoft Office Excel 2007. Penjelasan secara lengkap mengenai metode pengolahan dan analisis data ditunjukan pada Tabel 9.

Tabel 9. Matriks Analisis Data

No Tujuan Penelitian Sumber Data Analisis Data

1. Menganalisis faktor-faktor

4.4.1. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Budidaya Tambak Udang Vaname

(43)

26

per hektar permusim tanam. Model regresi linier berganda dalam penelitian ini adalah:

Yi = b0 + b1Xi1 + b1Xi2 + b3 Xi3+ b4 Xi4+ εi

Keterangan :

Yi = Produksi udang vaname dari sampel ke-i (Kg/Ha/musim

tanam

Xi1 = Jumlah benur dari sampel ke-i (Benur/Ha/musim tanam)

Xi2 = Jumlah pakan dari sampel ke-i (Benur/Ha/musim tanam)

Xi3 = Solar dari sampel ke-i(liter/Ha/musim tanam)

Xi4 = Umur panen dari sampel ke-i (hari/musim tanam)

b0 = Variabel intersep

b1, b2, b3, b4 = Koefisien regresi masing-masing variabel

εi = Error term dari sampel ke-i

4.4.1.1. Spesifikasi Model

Model adalah representasi dari fenomena aktual yang berupa sistem aktual atau proses aktual. Fenomena aktual adalah reprensentasi dari model untuk menjelaskan, memprediksi, dan mengontrolnya (Intriligator, 1996). Spesifikasi model meliputi: (1) penentuan variabel bebas dan variabel tak bebas yang termasuk kedalam persamaan dalam model, (2) harapan secara teori mengenai tanda dan persamaan parameter estimasi dari setiap persamaan, dan (3) bentuk model matematis terkait dengan jumlah persamaan, bentuk persamaan linier atau non linier, dan lain-lain. Model yang baik harus memenuhi kriteria ekonomi, kriteria statistika, dan kriteria ekonometrika.

4.4.1.2. Tahapan Pengujian Model

Pengujian model dalam penelitian ini meliputi uji secara ekonomi, uji statistika dan uji ekonometrika. Uji ekonomi dilakukan berdasarkan tanda pada setiap variabel bebas dalam model pendugaan. Uji statistika terdiri dari uji t, uji F, dan R2. Kemudian uji secara ekonometrika terdiri dari uji normalitas, uji

(44)

a. Uji Ekonomi

Uji ekonomi dalam penelitian ini adalah melihat kesesuaian tanda untuk setiap variabel bebas dalam pendugaan model produksi. Tanda pada setiap variabel bebas dalam penelitian ini harus bernilai positif. Tanda positif artinya penambahan pengunaan setiap input produksi setiap satu unit (sampai kondisi optimal) akan meningkatkan produksi udang vaname.

b. Uji Statistika

Uji statistika dilakukan terhadap parameter dari model produksi dalam penelitian ini. Uji statistika dalam penelitian ini terdiri atas uji F, uji t, dan uji R2

(R-squared).

b.1. Uji Statistika-F

Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independent (bebas) secara bersama-sama terhadap variabel dependent (tak bebas). Hipotesis yang dilakukan untuk uji F, secara matematis adalah sebagai berikut:

H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = 0 ; artinya tidak ada satupun variabel bebas yang

berpengaruh nyata terhadap produksi udang vaname

H1 : minimal ada satu bj ≠ 0 ; artinya minimal satu variabel bebas yang

berpengaruh nyata terhadap produksi udang vaname.

Rumus untuk menentukan F-hitung adalah sebagai berikut:

F Hitung = �2/ − −�2 /

Keterangan:

m = jumlah pengamatan (i = 1, 2, ..., m) k = jumlah variabel termasuk intersep (n+1) Kriteria pengujian:

P-value uji F > α (0.05), maka terima H0, variabel bebas dalam model secara

(45)

28

P-value uji F < α (0.05), maka tolak H0, variabel bebas dalam model secara

bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi udang vaname.

b.2. Uji Statistika-t

Uji t dilakukan guna mengetahui pengaruh masing-masing variabel independent (bebas) terhadap variabel dependent (tidak bebas) (Juanda, 2009). Hipotesis yang digunakan dalam uji t adalah sebagai berikut:

H0 : bj = 0 ; artinya suatu variabel bebas tidak memiliki pengaruh nyata terhadap

produksi udang vaname

H1 : bj > 0 ; j = 1,2,3,..., n ; artinya suatu variabel bebas memiliki pengaruh nyata

terhadap produksi udang vaname

Rumus dalam menghitung t-hitung adalah sebagai berikut:

ℎ� �� =

̅̅̅−b� �

Keterangan :

b = Koefisien variabel bebas ke-j yang diduga

� = Standar deviasi koefisien variabel bebas ke-j yang diduga

Kriteria pengujian :

P-value uji t > α (0.05), maka terima H0, artinya variabel bebas tidak

berpengaruh nyata terhadap produksi udang vaname.

P-valueuji t < α (0.05), maka tolak H0, artinya variabel bebas berpengaruh

nyata terhadap produksi udang vaname.

b.3. Koefisien Determinasi (R-squared)

(46)

variabel-variabel independen (bebas) di dalam (Gujarati, 2007). Besarnya nilai koefisien determinasi berkisar antara 0 sampai 1. Apabila nilai koefisien determinasi semakin mendekati 1, maka model semakin baik, karena semakin sedikit keragaman variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Rumus untuk mencari koefisien determinasi adalah sebagai berikut (Juanda, 2009):

R = �

JKR = ∑ni= Ŷt – Y̅ 2

JKT = ∑ni= Yi – Y̅ 2

keterangan:

R2 = Koefisien determinasi

JKR = Jumlah Kuadrat Regresi

JKT = Jumlah Kuadrat Total

Ŷ = Nilai Variabel Terikat Dugaan

Yi = Nilai Variabel Terikat Aktual

Y̅ = Nilai Rata-rata Variabel Terikat

c. Uji Ekonometrika

Pengujian ekonometrika yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari tiga jenis pengujian. Pengujian tersebut meliputi uji normalitas, uji heteroskedastisitas, dan uji multikolinieritas. Uji autokorelasi tidak dilakukan karena data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data cross section.

c.1. Uji normalitas

(47)

30

apakah residual tersebar normal atau tidak. Uji ini dilakukan dengan SPSS 16.0 dengan menentukan nilai Asymp.sig 1 tailed pada uji sampel Kolmogorov-Smirnov (Gujarati 2006). Prosedur pengujian parametrik umumnya mensyaratkan kenormalan dari sebaran :

Fn (x) = ∑= � ≤ x

Persamaan Kumulatif Distribusi Normal :

� = ∫

−∞ �√ � �

Persamaan Kolmogorov :

� = � | � � − � � |

Hipotesis pada uji normalitas adalah sebagai berikut:

H0 : Error term terdistribusi normal

H1 : Error term tidak terdistribusi normal

Kriteria pengujian:

Jika nilai P-value uji normalitas > α (0.05) maka terima H0; error trem

terdistribusi normal

Jika nilai P-value uji normalitas < α (0.05) maka tolak H0; error term tidak

terdistribusi normal.

c.2. Uji Heteroskedastisitas

(48)

|Uj| = α + βχj + vj

Keterangan:

|Uj| = nilai absolute residual

Χj = variabel independen

Apabila variabel independen dalam persamaan regresi ini signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen (nilai absolute residual), maka ada indikasi heteroskedastsitas (Gujarati, 2003). Hipotesis yang digunakan dalam pengujian heteroskedastisitas adalah sebagai berikut:

H0 : tidak terdapat heteroskedastisitas (homoskedastisitas)

H1 : terdapat heteroskedastisitas

Kriteria pengujian:

P-value uji heteroskedastisitas < α (0.05), maka tolak H0; artinya terdapat

heteroskedastisitas

P-value uji heteroskedastisitas > α (0.05), maka terima H0 ; artinya tidak

terdapat heteroskedastisitas (homoskedastisitas).

c.3. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas merupakan korelasi antara variabel independen pada model. Multikolinieritas yang kuat pada persamaan regresi akan mengakibatkan varian penduga koefisien regresi menjadi tidak signifikan. Kuat atau rendahnya multikolinieritas dalam suatu persamaan dapat dilihat dengan melakukan pengujian Variancde Inflation Factor (VIF). Apabila nilai VIF kurang dari 10 maka tidak terdapat masalah multikolinieritas yang kuat (Gujarati, 2003). Rj2

adalah koefisien determinasi dari regresi variabel bebas ke-n dengan variabel bebas lainnya. Rumus FIV adalah sebagai berikut:

VIF =

[

(49)

32

4.4.2. Analisis Pendapatan Budidaya Tambak Udang Vaname di Desa Karangnyar dan Desa Pagirikan

Pendekatan yang digunakan unutk membandingkan pendapatan pembudidaya tambak udang vaname dengan modal sendiri dan modal pinjamna dari tengkulak dengan mengunakan pendekatan analisis pendapatan. Analisis pendapatan budidaya tambak udang di Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan dilakukan dengan metode pengukuran biaya usahatani dan R/C rasio. Menurut Soekartawi (2002), penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual hasil produksi. Pernyataan ini dapat ditulis sebagai berikut:

TR = Py. Y Keterangan:

TR = Total penerimaan

Py = Harga udang vaname (Rp/kg)

Y = Produksi budidaya udang vaname (kg)

Biaya yang dikeluarkan dalam budidaya tambak udang vaname terdiri dari biaya tunai tetap, biaya tunai variabel, biaya non tunai tetap, dan biaya non tunai variabel. Biaya tunai tetap yaitu biaya sewa lahan dan pajak lahan. Biaya tunai variabel yaitu biaya pembelian benur, pakan, bahan bakar, obat-obatan, dan upah tenaga kerja luar keluarga. Biaya non tunai tetap terdiri dari penyusutan lahan dan penyusutan alat produksi, sedangkan biaya non tunai variabel adalah upah tenaga kerja dalam keluarga. Secara matematis biaya budidaya tambak udang dapat ditulis sebagai berikut (Hastuti dan Rahim, 2007):

TC = BT + BNT Keterangan:

TC = Biaya total (Rp/Ha/musim tanam) BT = Biaya tunai (Rp/Ha/musim tanam)

(50)

Pendapatan dalam usaha budidaya tambak udang vaname dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai adalah pendapatan yang diperoleh dari pengurangan penerimaan budidaya tambak udang vaname dengan biaya tunai yang dikeluarkan selama melakukan budidaya tambak udang vaname. Pendapatan atas biaya total diperoleh dengan memperhitungkan input keluarga sebagai biaya. Secara matematis, pendapatan usaha budidaya tambak udang vaname dapat ditulis sebagai berikut (Hastuti dan Rahim, 2007):

PD = TR – TC Keterangan:

PD = Pendapatan budidaya udang vaname (Rp/Ha/musim tanam) TR = Total penerimaan (Rp/Ha/musim tanam)

TC = Total biaya yang dikeluarkan (Rp/Ha/musim tanam)

P endapatan usaha budidaya tambak udang memiliki kriteria sebagai berikut: 1. Jika TR > TC maka usaha budidaya tambak udang vaname untung

2. Jika TR = TC maka usaha budidaya tambak udang vaname impas 3. Jika TR < TC maka usaha budidaya tambak udang vaname rugi

Selanjutnya analisis usaha budidaya tambak udang vaname dengan mengunakan analisis rasio penerimaan dan biaya (R/C). Analisis R/C rasio bertujuan unutk menguji sejauh mana hasil yang diperoleh dari usaha budidaya tambak udang vaname (selama satu periode) cukup menguntungkan. Seberapa jauh setiap biaya yang dipakai dalam kegiatan usaha budidaya tambak udang vaname memberikan nilai penerimaan sebagai manfaatnya. Analisis R/C rasio budidaya tambak udang vaname dapat dinyatakan dengan rumus:

Rasio atas biaya tunai (R/C) = � � � = �� �

Rasio atas biaya total (R/C) = � �� � = ��

� �+ ��

Keterangan :

(51)

34

TC = Total biaya (Rp/Ha/musim tanam) BT = Biaya tunai (Rp/Ha/musim tanam) BNT = Biaya non tunai (Rp/Ha/musim tanam)

(52)

5.1. Keadan Geografis Lokasi Penelitian

Lokasi pengambilan data dilakukan di Kabupaten Indramayu, Kecamatan Pasekan, Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan. Kabupaten Indramayu secara geografis terletak membujur pada posisi 107o52’- 108o36’ Bujur Timur dan 6o15’- 6o40’ Lintang Selatan. Wilayah Kabupaten Indramayu seluas 204 011 Ha, dengan panjang garis pantai 147 Km yang membentang sepanjang pantai utara antara Cirebon sampai dengan Subang. Wilayah Kabupaten Indramayu terdiri atas 31 kecamatan dengan 315 desa dan kelurahan. Sebanyak 36 desa dari 11 kecamatan berbatasan langsung dengan Laut Jawa bagian utara (Pemerintah Daerah Indramayu, 2012). Secara administrasi Kecamatan Pasekan berbatasan dengan 3 kecamatan dan Laut Utara Jawa, yaitu :

- Sebelah Utara : Laut Utara Jawa

- Sebelah Selatan : Kecamatan Sindang dan Kecamatan Indramayu - Sebelah Barat : Kecamatan Cantigi

- Sebelah Timur : Luat Utara Jawa

Kecamatan Pasekan terdiri dari 6 desa, penelitian dilakukan di dua desa yaitu Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan. Secara geografis Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan berada pada ketinggian + 2 meter, tidak jauh dari garis pantai. Curah hujan mencapai 2 000 mm/tahun. Suhu berkisar antara 210C-300C.

Sebagian besar lahan di Desa Karanganyar merupakan tambak atau masyarakat setempat menyebut dengan empang, 1 878.02 Ha dari 1 982.02 Ha adalah lahan tambak. Desa pagirikan berbatasan langsung dengan Desa Karanganyar, untuk lahan tambak di Desa Pagirikan adalah 663.00 Ha dari luas wilayah desa yaitu 804.89 Ha.

5.2. Kependudukan Lokasi Penelitian

(53)

36

Mata pencarian pokok Kedua desa yaitu sebagian besar adalah sebagai pembudidaya tambak, petani dan buruh tani.

5.3. Potensi Perikanan di Kecamatan Pasekan

Kabupaten Indramayu memiliki 14 kecamatan yang berpotensi dan memproduksi perikanan hasil tambak. Menurut data Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, Kecamatan Pasekan merupakan salah satu kecamatan yang produksi perikanan tambaknya terbesar kedua dengan luas 5 059.00 hektar atau 22.66% dari luas tambak di Seluruh Kabupaten Indramayu. Secara lengkap kontribusi luas lahan tambak di kabupaten Indramayu dapat di lihat pada Tabel 5.

Tambak yang berproduksi sebagian besar adalah tambak udang vaname, udang windu dan ikan bandeng. Penggunaan lahan tambak tradisional bergilir antara tambak udang dan tambak ikan bandeng. Dalam satu tahun rata-tara penanaman udang vaname antara 2 samapi 3 kali. Kurang lebih 6 bulan di gunakan unutuk menanam udang dan 6 bulan berikutnya penanaman ikan bandeng. Tapi ada juga tambak khusus hanya untuk udang saja dan ikan bandeng saja. Penanaman udang vaname biasanya dilakukan pada November-Mei.

5.4. Karakteristik Pembudidaya Tambak Udang Vaname di Desa Karanganyar dan Pagirikan

5.4.1. Jenis Kelamin

(54)

Tabel 10. Jenis Kelamin Pembudidaya Tambak Udang Vaname di Lokasi Penelitian

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Laki-laki 38 97.44

2 Perempuan 1 2.56

Total 39 100.00

Sumber: Data primer diolah (2013)

5.4.2. Tingkat Umur

Hasil penelitian menunjukan bahwa usia pembudidaya udang vaname beragam. Tingkat umur responden antara 20 sampai 70 tahun. Tingkat umur dapat dibagi menjadi 5 kelas yaitu (1) 20-29 tahun, (2) 30-39 tahun, (3) 40-49 tahun, (4) 50-59 tahun, dan (5) > 60. Dari keseluruhan responden sebagian besar usia responden pada kisaran 30 sampai dengan 39 tahun (Tabel 11).

Tabel 11. Sebaran Pembudidaya Tambak Udang Vaname Menurut Umur di Lokasi Penelitian

No Golongan Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 20-29 3 7.69

(55)

38

Tabel 12. Sebaran Pembudidaya Tambak Udang Vaname Menurut Tingkat Pendidikan di Lokasi Penelitian

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Tidak Sekolah 4 10.26

Mayoritas jenis pekerjaan utama masyarakat di Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan adalah pembudidaya ikan dan udang di tambak atau empang. Beberapa pembudidaya udang vaname yang bekerja ditambak merupakan kerja sampingan, tetapi sebagian mayoritas pekerjaan utama pembudidaya udang vanmae adalah petani tambak, tambak udang maupun tambak bandeng. Dari hasil penelitian sebanyak 58.97% responden pekerjaan utama mereka adalah sebagai petani tambak (Tabel 13).

Tabel 13. Sebaran Pembudidaya Tambak Udang Vaname Menurut Jenis Pekerjaan Utama di Lokasi Penelitian

No Jenis Pekerjaan Utama Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Petani 4 10.26

2 Tambak (pembudidaya tambak) 23 58.97

3 PNS 2 5.13

menunjukan bahwa luas lahan tambak sebagian besar responden pembudidaya udang vaname di lokasi penelitian adalah ≥ 3 488.58 - 8 087.18 m2 sebanyak 22

(56)

pembudidaya dengan modal yang relatif kecil. Sebagian besar tambak dikelola sendiri atau hanya dengan bantuan oleh keluarga.

Tabel 14. Sebaran Pembudidaya Tambak Udang Vaname Menurut Luas

5.4.6. Kepemilikan lahan Tambak

Berdasarkan status kepemilikan lahan sebanyak 71.79% pembudidaya lahan yang digunakan untuk membudidayakan udang vaname merupakan lahan milik sendiri, sisanya lahan yang mereka garap merupakan lahan sewaan dan lahan milik orang lain dengan sistem bagi hasil (Tabel 15). Biaya sewa lahan 1/ha/tahun rata-rata 2-4 juta rupiah.

Tabel 15. Sebaran Pembudidaya Tambak Udang Vaname Menurut Kepemilikan Lahan di Lokasi Penelitian

No Jenis Kepemilikan Lahan Tambak Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Milik sendiri 28 71.79

2 Sewa 10 25.64

3 Lainnya 1 2.56

Total 39 100.00

Sumber : Data primer diolah (2013)

5.4.7. Pengalaman Menambak

(57)

40

Tabel 16. Sebaran Pembudidaya Udang Vaname Menurut Pengalaman Bertambak di Lokasi Penelitian

No Pengalaman (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 0.00 ≥ 5.00 7 17.95

Sumber: Data primer diolah (2013)

5.4.8. Modal Usaha

Sebagian besar sumber modal usaha budidaya udang vaname berasal dari modal sendiri. Sebanyak 21 pembudidaya udang vaname atau sebesar 53.85% modal budidaya udang vaname berasal dari modal sendiri. Modal tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan akan input produksi. Sisanya sebanyak 18 pembudidaya udang vaname memperoleh modal dari tengkulak berupa pakan, benur udang, dan obat-obat-obatan, dengan sistem pembayaran ketika pemanenan udang vaname sudah dilakukan dan harus menjual kepada tengkulak yang sudah memberikan modal pinjaman, konsekuensi harga produk-produk tersebut lebih mahal dari harga pasaran. Secara tidak langsung antara pembudidaya yang meminjam modal dan tengkulak memiliki perjanjian bahwa udang vaname yang dijual kepada tengkulak harus memiliki ukuran yang sudah besar agar tengkulak dan pembudidaya udang vaname tidak rugi.

Tabel 17. Sebaran Pembudidaya Udang Vaname Berdasarkan Modal Usaha Bertambak di Lokasi Penelitian

5.5. Kondisi Budidaya Tambak Udang Vaname di Lokasi Penelitian

(58)

5.5.1. Sistem Budidaya

Petambak udang vaname di lokasi penelitian membudidayakan udang vaname secara ekstensif atau tradisional. Tambak tradisional umumnya luas, perpetakan tambak bisa mencapai 1 ha. Udang hidup dari pakan alami, tapi saat ini tambak tradisional tetap memerlukan pakan tambahan pada umur satu minggu atau lebih. Padat penebaran tambak tradisional pada lokasi penelitian 5-9 ekor/m2.

Produktivitas tambak tradisional hanya dapat menghasilkan rata-tara kurang dari 500 kg/Ha/permusim tanam. Padat penebaran udang vaname untuk pola tradisional tanpa pakan tambahan dan hanya mengandalkan pupuk susulan 10% dari pupuk awal adalah 1-7 ekor/m² (KKP,2012).

Lahan yang digunakan untuk membudidayakan udang vaname di lokasi penelitian adalah tambak (dilokasi penelitian biasanya disebut dengan empang) adalah kolam yang terbuat dari tanah dengan kebanyakan berbentuk persegi panjang, dengan kedalaman rata-rata 0.75 sampai dengan 1.00 meter. Lokasi tambak yang ada tidak jauh dari sumber air payau, air payau berasal dari sungai dan parit-parit yang mengelilingi tambak. Sehingga pasokan air untuk tambak mundah diperoleh. Air tambak ditambah sebanyak 1 sampai 2 kali dalam seminggu atau sesuai kebutuhan. Menurut Haliman dan Adijaya (2005), suhu optimal pertumbuhan udang antara 26-320 C, suhu rata-rata di Kecamatan Pasekan adalah 21-310C. Udang berumur 1-2 bulan memerlukan kadar garam 15-25 ppt agar pertumbuhan dapat optimal.

5.5.2. Sistem Pemeliharaan Udang Vaname

a. Persiapan Lahan

Gambar

GAMBAR UMUM LOKASI PENELITIAN ...........................................  35
Tabel 1.  Nilai Ekspor Komoditi Perikanan Menurut Komoditi Utama Tahun
Tabel 2. Produksi Tambak Udang Indonesia Menurut Varietas Tahun     2000-2010 (Ton)
Tabel 5. Luas Tambak Budidaya di Kabupaten Indramayu Tahun 2011
+7

Referensi

Dokumen terkait

Maksim ini mengandung prinsip sebagai berikut. 1) Buatlah keuntungan diri sendiri sekecil mungkin. 2) Tambahi pengorbanan diri sendiri. Pada maksim ini tuturan ditinjau

Dengan demikian, yang pertama kali terlintas dibenak calon karyawan adalah bahwa bekerja pada perusahaan yang ada dihadapannya merupakan pilihan yang menitikberatkan

Oleh karena itu penelitian ini akan menganalisis rasio keuangan dan rasio pasar terhadap perubahan harga saham dengan penambahan variabel yang berbeda dari

Namun, pesan yang terdapat di dalam meme tidak terbuka (eksplisit), sehingga dalam penelitian ini digunakan teori implikatur, yang bertujuan untuk mengetahui pesan-pesan

Hasil analisis statistik untuk tanaman tomat pada tinggi tanaman umur 40 dan 80 HST, tidak berbeda nyata di setiap perlakuan baik tomat yang ditanam sistem tunggal maupun yang

1. Menghasilkan alumni yang berwawasan pada berbagai penerapan disiplin ilmu yang berorientasi pada keterampilan, khususnya yang berkaitan dengan teknologi

Kecermatan memilih bentuk sediaan obat topikal yang sesuai dengan kondisi ke- lainan kulit diperlukan, karena merupakan salah satu faktor yang berperan dalam keber- hasilan