SKRIPSI
PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP SIKAP DAN KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK LEVI`S
DI LEVI`S STORE MEDAN FAIR PLAZA
OLEH
FADHULLAH 100502148
PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Pengaruh Bauran Pemasaran terhadap Sikap dan Keputusan Pembelian Produk Levi’s pada Levi’s Store Medan Fair Plaza
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh bauran pemasaran terhadap sikap dan keputusan pembelian produk Levi’s pada Levi’s Store Medan Fair Plaza. Jenis penelitian ini adalah eksplanasi asosiatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh member Levi’s Store dengan jumlah sampel sebanyak 93 responden menggunakan teknik purposive sampling, pengumpulan data primer menggunakan kuesioner dan pengumpulan data sekunder menggunakan studi pustaka. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis jalur. Secara simultan, produk, harga, lokasi, dan promosi berpengaruh positif dan signifikan terhadap sikap, kemudian produk, harga, lokasi, promosi, dan sikap juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Secara parsial, hanya produk, lokasi, dan promosi yang berpengaruh signifikan terhadap sikap, kemudian hanya produk, promosi, dan sikap yang berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian.
ASBTRACT
Effect of Marketing Mix to Consumers’ Purchase Behavior and Decision at Levi’s Store Medan Fair Plaza
This research aim is to analyse the effect of marketing mix to consumers’ purchase behavior and decision at Levi’s Store Medan Fair Plaza. This research type is explanatory associative research. Population of this research is every member of Levi’s Store, and total samples taken are 93 people that are taken using purposive sampling technique. Primary data collection is taken using questionnaires, and secondary data using literature studies. The hypothesis is tested using path analysis. Simultaneously, product, price, place, and promotion are affecting positively and significantly to purchase behavior. Then, product, price, place, promotion, and purchase behavior are also affecting positively and significantly to purchase decision. Partially, only product, place, and promotion affecting positively and significantly to purchase behavior, then only product, promotion, and purchase behavior to purchase decision.
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…
Puji dan Syukur kepada Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa, dan Nabi
Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan
penulisan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh bauran pemasaran terhadap sikap
dan keputusan pembelian produk Levi’s pada Levi’s Store Medan Fair Plaza”,
guna memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada kedua orang
tua penulis H. Hasballah Yunus dan Hj. Mariati beserta seluruh keluarga besar yang telah membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang dan dukungan baik
materil maupun moril sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dan
kuliahnya dengan sebaik-baiknya.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini telah mendapat banyak
bantuan baik secara moril maupun materil. Untuk itu, melalui kesempatan ini,
penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang setulusnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, S.E, M.Ec, Ak selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, S.E, M.E selaku Ketua Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si selaku Sekretaris Departemen Manajemen
4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, S.E, M.Si selaku Ketua Program Studi S1
Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan
juga Dosen Pembanding II saya.
5. Ibu Dr. Arlina Nurbaity Lubis M.B.A selaku selaku dosen pembimbing
yang telah memberikan arahan, bimbingan, motivasi, dan saran kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Liasta Ginting S.E, M.Si. selaku dosen pembanding I saya yang
telah memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi saya.
7. Kepada Bapak dan Ibu dosen Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi
dan Bisnis USU yang telah mendidik dan memberikan ilmunya kepada
peneliti serta seluruh staf dan pegawai.
8. Kepada Bapak Rian Ghefari di Levi’s Store Medan Fair Plaza yang telah
memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.
9. Terima kasih kepada Desy Sahara atas bantuan, dukungan, semangat, dan
kasih sayangnya yang begitu banyak dan sangat berarti bagi saya.
10.Terima kasih untuk Achmad Afriadi, Dhani, Oka, Akbar, Andy, Bagus,
Erizal, Hafiz, Harry, Heru, Irsyad, Irwin, Jeremia, Kevin, Kiky, Nuzul,
kemudian Azalea, Dika, Dini, Sarah, Saras, Winda, Vera, Yolanda, dan
Gadis serta seluruh teman-teman mahasiswa Fakultas Ekonomi
Departemen Manajemen lainnya yang telah membantu penulis.
Medan, Juli 2014
Peneliti
DAFTAR ISI
ABSTRAK……… i
ABSTRACT………. ii
KATA PENGANTAR………. iii
DAFTAR ISI.………... v
DAFTAR TABEL……… viii
DAFTAR GAMBAR ………... x
DAFTAR LAMPIRAN……… xi
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 9
1.3 Tujuan Penelitian ... 10
1.4 Manfaat Penelitian ... 12
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 2.1 Uraian Teoritis ... 13
2.1.1 Pengertian Pemasaran ... 13
2.1.2 Konsep Pemasaran ... 13
2.1.3 Manajemen Pemasaran ... 14
2.1.4 Bauran Pemasaran (Marketing Mix) ... 15
2.1.5 Produk ... 16
2.1.6 Harga ... 24
2.1.7 Saluran Distribusi ... 27
2.1.8 Promosi ... 30
2.1.9 Sikap ... 34
2.1.10 karakteristik Sikap ... 35
2.1.11 Fungsi-fungsi Sikap ... 37
2.1.12 Model Sikap ... 38
2.1.13 Faktor-Faktor yang dapat Mempengaruhi Sikap ... 38
2.1.14 Keputusan Pembelian ... 40
2.2 Penelitian Terdahulu ... 44
2.3 Kerangka Konseptual ... 45
2.4 Hipotesis ... 46
BAB III.METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 48
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 48
3.3 Batasan Operasional ... 48
3.4 Definisi Operasional ... 49
3.5 Skala Pengukuran Variabel ... 53
3.6.1 Populasi ... 53
3.6.2 Sampel ... 54
3.7 Jenis Data Penelitian ... 55
3.8 Metode Pengumpulan Data ... 56
3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 56
3.9.1 Uji Validitas ... 56
3.9.2 Uji Reliabilitas ... 57
3.10 Uji Asumsi Klasik ... 58
3.11 Teknik Analisis Data ... 59
3.11.1 Metode Analisis Data ... 59
3.11.2 Analisis Jalur (Path Analysis) ... 59
3.11.3 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 60
BAB IV.HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 66
4.1.1 Sejarah Singkat Levi’s ... 66
4.1.2 Gambar Outlet Levi’s Store Medan Fair Plaza ... 67
4.2 Hasil Penelitian ... 69
4.2.1 Metode Analisis Deskriptif ... 69
4.2.2 Pengujian Substruktur I ... 79
4.2.2.1 Uji Asumsi Klasik ... 79
4.2.2.2 Pengujian Koefisien Determinan ... 84
4.2.2.3 Pengujian Autokorelasi ... 85
4.2.2.4 Pengujian Ketepatan Predictor ... 85
4.2.2.5 Pengujian Signifikansi Simultan ... 86
4.2.2.6 Pengujian Signifikansi Parsial ... 87
4.2.2.7 Pengujian Koefisien Korelasi ... 89
4.2.3 Pengujian Substruktur II ... 91
4.2.3.1 Uji Asumsi Klasik ... 91
4.2.3.2 Pengujian Koefisien Determinan ... 97
4.2.3.3 Pengujian Autokorelasi ... 98
4.2.3.4 Pengujian Ketepatan Predictor ... 99
4.2.3.5 Pengujian Signifikansi Simultan ... 99
4.2.3.6 Pengujian Signifikansi Parsial ... 100
4.2.3.7 Pengujian Koefisien Korelasi ... 102
4.2.4 Pengujian Substruktur III ... 105
4.2.4.1 Uji Asumsi Klasik ... 105
4.2.4.2 Pengujian Koefisien Determinan ... 110
4.2.4.3 Pengujian Autokorelasi ... 111
4.2.4.4 Pengujian Ketepatan Predictor ... 112
4.2.4.5 Pengujian Signifikansi Simultan ... 112
4.2.4.7 Pengujian Koefisien Korelasi ... 116
4.2.5 Model Trimming ... 121
4.2.5.1 Model Trimming Substruktur I ... 121
4.2.5.2 Model Trimming Substruktur II ... 125
4.2.5.3 Model Trimming Substruktur III ... 129
4.3 Pembahasan ... 133
4.3.1 Pembahasan Substruktur I ... 133
4.3.2 Pembahasan Substruktur II ... 136
4.3.3 Pembahasan Substruktur III ... 139
BAB V.KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 141
5.2 Saran ... 141
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Omset dan Volume Penjualan ... 5
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 43
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ... 52
Tabel 3.2 Instrumen Skala Likert untuk Variabel ... 53
Tabel 3.3 Uji Validitas ... 61
Tabel 3.4 Uji Reliabilitas ... 62
Tabel 4.1 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin ... 70
Tabel 4.2 Karakteristik Responden berdasarkan Usia ... 70
Tabel 4.3 Karakteristik Responden berdasarkan Profesi ... 71
Tabel 4.4 Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan ... 71
Tabel 4.5 Karakteristik Responden berdasarkan Frekuensi ... 71
Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Responden terhadap Variabel Produk ... 73
Tabel 4.7 Distribusi Jawaban Responden terhadap Variabel Harga ... 74
Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Responden terhadap Variabel Lokasi ... 75
Tabel 4.9 Distribusi Jawaban Responden terhadap Variabel Promosi ... 76
Tabel 4.10 Distribusi Jawaban Responden terhadap Variabel Sikap ... 77
Tabel 4.11 Distribusi Jawaban Responden terhadap Keputusan Pembelian 78 Tabel 4.12 One-Sample Kolmogorov Smirnov Test ... 81
Tabel 4.13 Uji Glejser ... 83
Tabel 4.14 Uji Multikolinearitas ... 84
Tabel 4.15 Pengujian Koefisien Determinan ... 85
Tabel 4.16 Statistik Deskriptif ... 86
Tabel 4.17 Hasil Uji F Substruktur I ... 87
Tabel 4.18 Hasil Uji t Substruktur I ... 88
Tabel 4.19 Korelasi ... 90
Tabel 4.20 One-Sample Kolmogorov Smirnov Test ... 94
Tabel 4.21 Uji Glejser ... 96
Tabel 4.22 Uji Multikolinearitas ... 97
Tabel 4.23 Pengujian Koefisien Determinan ... 98
Tabel 4.24 Statistik Deskriptif ... 99
Tabel 4.25 Hasil Uji F Substruktur II ... 100
Tabel 4.26 Hasil Uji t Substruktur II ... 101
Tabel 4.27 Korelasi ... 103
Tabel 4.28 One-Sample Kolmogorov Smirnov Test ... 107
Tabel 4.29 Uji Glejser ... 109
Tabel 4.30 Uji Multikolinearitas ... 110
Tabel 4.31 Pengujian Koefisien Determinan ... 111
Tabel 4.32 Statistik Deskriptif ... 112
Tabel 4.33 Hasil Uji F Substruktur II ... 113
Tabel 4.35 Korelasi ... 116
Tabel 4.36 Hasil Uji Koefisien Determinan Model Trimming I ... 122
Tabel 4.37 Statistik Deskriptif ... 123
Tabel 4.38 Uji F Trimming Substruktur I ... 124
Tabel 4.39 Uji t Trimming Substruktur I ... 124
Tabel 4.40 Hasil Uji Koefisien Determinan Model Trimming II ... 126
Tabel 4.41 Statistik Deskriptif ... 127
Tabel 4.42 Uji F Trimming Substruktur II ... 128
Tabel 4.43 Uji t Trimming Substruktur II ... 128
Tabel 4.44 Hasil Uji Koefisien Determinan Model Trimming III ... 130
Tabel 4.45 Statistik Deskriptif ... 131
Tabel 4.46 Uji F Trimming Substruktur III ... 131
Tabel 4.47 Uji t Trimming Substruktur III ... 132
Tabel 4.48 Koefisien Jalur Persamaan Setelah Trimming ... 133
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Proses Keputusan Pembelian ... 40
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual ... 46
Gambar 4.1 Grafik Histogram Uji Normalitas ... 80
Gambar 4.2 Grafik Normal P-P Plot Uji Normalitas ... 80
Gambar 4.3 Grafik Scatterplot Uji Heteroskedastisitas ... 82
Gambar 4.4 Analisis Jalur Substruktur I ... 91
Gambar 4.5 Grafik Histogram Uji Normalitas ... 93
Gambar 4.6 Grafik Normal P-P Plot Uji Normalitas ... 93
Gambar 4.7 Grafik Scatterplot Uji Heteroskedastisitas ... 95
Gambar 4.8 Analisis Jalur Substruktur II ... 104
Gambar 4.9 Grafik Histogram Uji Normalitas ... 106
Gambar 4.10 Grafik Normal P-P Plot Uji Normalitas ... 106
Gambar 4.11 Grafik Scatterplot Uji Heteroskedastisitas ... 108
Gambar 4.12 Analisis Jalur Substruktur III ... 118
Gambar 4.13 Grafik Histogram Uji Normalitas ... 121
Gambar 4.14 Grafik Normal P-Plot Uji Normalitas ... 122
Gambar 4.15 Grafik Histogram Uji Normalitas ... 125
Gambar 4.16 Grafik Normal P-Plot Uji Normalitas ... 126
Gambar 4.17 Grafik Histogram Uji Normalitas ... 129
Gambar 4.18 Grafik Normal P-Plot Uji Normalitas ... 130
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner ... 145
Lampiran 2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 149
Lampiran 3 Distribusi Jawaban Uji Validitas ... 150
Lampiran 4 Distribusi Jawaban Responden ... 152
Lampiran 5 Analisis Regresi Substruktur I ... 156
Lampiran 6 Analisis Regresi Substruktur II... 160
ABSTRAK
Pengaruh Bauran Pemasaran terhadap Sikap dan Keputusan Pembelian Produk Levi’s pada Levi’s Store Medan Fair Plaza
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh bauran pemasaran terhadap sikap dan keputusan pembelian produk Levi’s pada Levi’s Store Medan Fair Plaza. Jenis penelitian ini adalah eksplanasi asosiatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh member Levi’s Store dengan jumlah sampel sebanyak 93 responden menggunakan teknik purposive sampling, pengumpulan data primer menggunakan kuesioner dan pengumpulan data sekunder menggunakan studi pustaka. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis jalur. Secara simultan, produk, harga, lokasi, dan promosi berpengaruh positif dan signifikan terhadap sikap, kemudian produk, harga, lokasi, promosi, dan sikap juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Secara parsial, hanya produk, lokasi, dan promosi yang berpengaruh signifikan terhadap sikap, kemudian hanya produk, promosi, dan sikap yang berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian.
ASBTRACT
Effect of Marketing Mix to Consumers’ Purchase Behavior and Decision at Levi’s Store Medan Fair Plaza
This research aim is to analyse the effect of marketing mix to consumers’ purchase behavior and decision at Levi’s Store Medan Fair Plaza. This research type is explanatory associative research. Population of this research is every member of Levi’s Store, and total samples taken are 93 people that are taken using purposive sampling technique. Primary data collection is taken using questionnaires, and secondary data using literature studies. The hypothesis is tested using path analysis. Simultaneously, product, price, place, and promotion are affecting positively and significantly to purchase behavior. Then, product, price, place, promotion, and purchase behavior are also affecting positively and significantly to purchase decision. Partially, only product, place, and promotion affecting positively and significantly to purchase behavior, then only product, promotion, and purchase behavior to purchase decision.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok dan juga penunjang
penampilan bagi manusia. Pakaian juga mencerminkan pribadi orang yang
memakainya. Begitu banyak gaya hidup yang dianut oleh manusia pada saat ini.
Dari tingkat bawah sampai atas manusia memiliki gaya hidup dalam berpakaian
yang berbeda-beda seiring dengan kemauan, kemampuan, kebutuhan, status
sosial, daya beli, dan lain-lain. Setiap orang dipengaruhi oleh trend yang berubah
sampai batas tertentu. Di dalam era awal supermodel, fashion bisa dikategorikan
sebagai glamor atau umum. Saat ini, fashion sangat cepat, trendless, nyaman, dan
pribadi. Lini fashion, sebagai salah satu bentuk yang paling populer, lebih
merupakan refleksi dari kepribadian dan gaya hidup dari trend pada umumnya.
Karena media sosial telah menawarkan jalan yang luas bagi orang untuk mengenal
trend yang terjadi sekarang, trend menjadi benar-benar tak berbentuk.
Keberagaman gaya hidup masyarakat yang berbeda maka produsen dituntut
agar bisa memahami kebutuhan manusia yang memiliki gaya hidup
bermacam-macam. Agar produsen bisa membuat dan menyesuaikan produk pakaian yang
dikeluarkan agar tepat sasaran maka wajib untuk memperhatikan hal tersebut.
Levi`s merupakan merek pakaian yang sangat diminati seluruh golongan
masyarakat mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, mulai dari pengusaha,
pegawai, wiraswasta dan sebagainya maupun mahasiswa. Hal ini yang membuat
pengusaha yang bergerak dalam bidang perdagangan produk Levi`s sangat banyak
lima. Perkembangan perdagangan produk Levi`s ini pula membuat persaingan
semakin ketat di kalangan pengusaha atau pedagang untuk menarik minat
konsumen dengan membuat strategi pemasaran dengan tujuan membuat
konsumen puas. Perilaku pembelian seseorang dapat dikatakan sesuatu yang unik,
karena preferensi dan sikap terhadap obyek setiap orang berbeda. Selain itu
konsumen berasal dari beberapa segmen, sehingga apa yang diinginkan dan
dibutuhkan juga berbeda. Masih terdapat banyak faktor yang berpengaruh
terhadap keputusan pembelian. Produsen perlu memahami sikap konsumen
terhadap produk atau merek yang ada di pasar, selanjutnya perlu dilakukan
berbagai cara untuk membuat konsumen tertarik terhadap produk yang dihasilkan.
Setiadi (2008:105) mengembangkan model perilaku konsumen dengan menetapkan tiga faktor yang berpengaruh terhadap perilaku konsumen. Faktor
pertama yang berpengaruh pada konsumen adalah stimuli. Stimuli menunjukkan
penerimaan informasi oleh konsumen dan pemrosesan informasi terjadi saat
konsumen mengevaluasi informasi dari periklanan, teman atau dari pengalaman
sendiri. Pengaruh kedua berasal dari karakteristik pribadi konsumen yang meliputi
persepsi, sikap, dan manfaat serta karakteristik konsumen (demografi,
kepribadian, dan gaya hidup). Pengaruh dari ketiga respon konsumen ini yaitu
hasil akhir dari proses keputusan dan suatu pertimbangan yang menyeluruh dari
semua faktor.
Secara umum pemasaran dapat dikatakan sebagai pola pikir yang
menyadari bahwa perusahaan tidak dapat bertahan tanpa adanya transaksi
pembelian. Perusahaan harus dapat memasarkan barang atau jasa yang diproduksi
Menurut Kotler dan Amstrong (2008:98) kualitas produk merupakan senjata
strategis yang potensial untuk mengalahkan pesaing. Jadi hanya perusahaan
dengan kualitas produk paling baik yang akan tumbuh dengan pesat, dan dalam
jangka panjang perusahaan tersebut akan lebih berhasil dari perusahaan yang lain.
Suatu perusahaan dalam mengeluarkan produk sebaiknya disesuaikan dengan
kebutuhan dan keinginan konsumen. Dengan begitu maka produk dapat bersaing
di pasaran, sehingga menjadikan konsumen memiliki banyak alternatif pilihan
produk sebelum mengambil keputusan untuk membeli suatu produk yang
ditawarkan.
Keunggulan-keunggulan dari produk dapat diketahui oleh konsumen dan
bisa membuat konsumen tertarik untuk mencoba dan kemudian akan mengambil
keputusan untuk membeli suatu produk tersebut. Menurut Tjiptono (2009:97)
bahwa harga adalah jumlah uang (satuan moneter) dan/atau aspek lain (non
moneter) yang mengandung utilitas/kegunaan tertentu yang diperlukan untuk
mendapatkan suatu produk. Harga merupakan satu-satunya unsur bauran
pemasaran yang memberikan pendapatan bagi organisasi. Keputusan mengenai
harga tidaklah mudah dilakukan. Disatu sisi, harga yang terlalu mahal dapat
meningkatkan laba jangka pendek, tetapi disisi lain akan sulit dijangkau
konsumen, sedangkan harga yang rendah atau harga yang terjangkau menjadi
pemicu untuk meningkatkan kinerja pemasaran (Ferdinand, 2008:84). Namun
harga juga dapat menjadi indikator kualitas dimana suatu produk dengan kualitas
tinggi akan berani dipatok dengan harga yang tinggi pula. Harga dapat
mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan untuk melakukan
Setelah barang selesai diproduksi dan siap dipasarkan, tahap berikutnya
dalam proses pemasaran adalah menentukan metode dan rute yang dipakai untuk
menyalurkan barang tersebut kepasar. Saluran distribusi adalah saluran yang
digunakan produsen untuk menyalurkan barang sampai pada konsumen.
Promosi merupakan salah satu penentu faktor keberhasilan suatu program
pemasaran. Betapapun berkualitasnya suatu produk, bila konsumen belum pernah
mendengarnya dan tidak yakin bahwa produk itu tidak akan berguna bagi mereka,
maka mereka tidak akan pernah membelinya (Tjiptono, 2009:101). Media
promosi yang sering digunakan untuk menyampaikan informasi tentang produk
adalah media periklanan. Periklanan merupakan salah satu media yang digunakan
perusahaan, bisa diklasifikasikan menurut tujuannya yaitu, untuk memberikan
informasi, membujuk dan mengingatkan (Tjiptono, 2009:103). Inti dari periklanan
adalah untuk memasukan sesuatu dalam pikiran konsumen dan mendorong
konsumen untuk bertindak atau adanya kegiatan periklanan sering mengakibatkan
terjadinya penjualan dengan segera, meskipun banyak juga penjualan terjadi pada
waktu mendatang. Dengan demikian, secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan
periklanan adalah untuk meningkatkan penjualan yang menguntungkan
(Dharmesta, 2008:74).
Obyek dalam penelitian ini adalah Levi`s Store Medan Fair Plaza dimana
Levi`s Store Medan Fair Plaza adalah sebuah badan usaha yang bergerak dalam
bidang usaha penjualan berbagai jenis pakaian baik untuk pria maupun wanita.
Levi`s Store Medan Fair Plaza menawarkan bermacam produk seperti celana
Levi`s, baju atau jaket maupun pakaian dalam bermerek Levi`s. Keunggulan dari
bagus, kebersihan, tempat yang nyaman untuk belanja serta kemudahan untuk
mendapatkan barang. Dengan begitu, secara tidak langsung berarti konsumen
yang berbelanja di Levi`s Store Medan Fair Plaza sebagian besar sudah
mempunyai sikap yang kritis serta memperhatikan berbagai aspek dalam
pengambilan keputusan pembelian. Ini patut diperhatikan karena sekarang
konsumen tidak hanya berpedoman pada harga yang murah saja, produk yang
berkualitas, distribusi yang lancar, promosi yang menarik, tetapi juga pada
kenyamanan, kebersihan, kecepatan sistem pelayanan dan sebagainya.
Berikut ini omset penjualan dari bulan Januari 2013 sampai dengan
Desember 2013 yang dapat kita lihat pada Tabel 1.1 berikut:
Tabel 1.1
Omset dan Volume Penjualan
Bulan Volume
Penjualan
Omset Penjualan (Rp) Januari 1320 pcs Rp. 667,015,800 Februari 875 pcs Rp. 442,150,625
Maret 980 pcs Rp. 495,208,700
April 1052 pcs Rp. 531,591,380
Mei 986 pcs Rp. 498,240,590
Juni 1275 pcs Rp. 644,276,625
Juli 1380 pcs Rp. 697,334,700
Agustus 1769 pcs Rp. 893,902,235 September 1597 pcs Rp. 806,988,055
Oktober 836 pcs Rp. 422,443,340
November 952 pcs Rp. 481,059,880 Desember 1476 pcs Rp. 745,844,940 TOTAL 14498 pcs Rp. 7,326,056,870 Sumber: Levi’s Store Medan Fair Plaza
Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dijelaskan bahwa tingkat penjualan pada
Levi’s Store Medan Fair Plaza mengalami fluktuasi dari setiap bulannya. Seperti
mengalami penurunan yang cukup besar. Penjualan terendah terjadi pada bulan
Oktober dan penjualan terbesar terjadi pada bulan Agustus 2013.
Berdasarkan hasil penelitian prasurvey telah diperoleh fenomena bahwa
penjualan celana Levi`s pada Levi`s Store Medan Fair Plaza selama setahun
terakhir mengalami fluktuasi yang cukup signifikan. Permasalahan yang
menyebabkan terjadi fenomena ini adalah karena adanya situasi-situasi dimana
pada bulan-bulan tertentu terjadi pembelian yang cukup besar seperti bulan-bulan
mendekati lebaran, yang ditandai dengan banyaknya pembelian produk baru
terutama pakaian, sedangkan ada beberapa bulan-bulan tertentu yang memang
penjualan menurun. Maka disini pihak manajemen dituntut untuk bisa memberi
keyakinan kepada konsumen setia Levi`s Store Medan Fair Plaza agar bisa
kembali melakukan pembelian di Levi`s Store Medan Fair Plaza.
Levi’s adalah merek celana jeans pertama yang ada di dunia. Levi’s
didirikan oleh seorang perantau dari Eropa yang sedang bermigrasi ke Amerika
Serikat pada tahun 1850-an. Dahulu Amerika Serikat sedang dilanda demam
pertambangan emas. Jadi para penambang yang bekerja kasar membutuhkan
celana yang kuat dan nyaman dipakai. Levi Strauss yang saat itu berusia 21 tahun
kemudian mengembangkan celana dari bahan denim yang berasal dari Genoa,
Italia. Kepopuleran merek Levi’s tidak hanya dimata para pekerja tambang.
Celana jeans Levi’s yang berwarna biru karena dicelup dalam warna indigo
diyakini sebagian besar masyarakat Amerika Serikat cocok digunakan sehari-hari
dan juga dalam berbagai aktivitas. Selain itu celana jeans Levi’s juga banyak
digunakan kalangan remaja, sehingga perkembangannya terasa sangat cepat.
Perkembangan informasi dan teknologi yang sangat cepat juga berdampak
besar terhadap perkembangan Levi’s. Produk Levi’s sekarang sudah dikenal di
seluruh dunia, bahkan sampai saat ini banyak juga produk-produk tiruan yang
dibuat oleh oknum yang mencari keuntungan dengan memberikan label Levi’s
pada celana jeans yang mereka produksi sendiri.
Produk Levi’s sangat bagus dan mempunyai ciri khas tersendiri pada produk
celana jeans-nya, namun ada beberapa produk yang memiliki bahan dan model
produk yang sama seperti merek pesaing-pesaing lainnya, seperti Wrangler, Lee
Cooper, Nudie Jeans, Lea, Momotaro, Naked and Famous, dan lainnya, namun
Levi’s tetap menjualnya dengan harga yang fantastis, yang menyebabkan
pelanggan merasa dirugikan.
Harga yang ditawarkan Levi’s juga cukup tinggi, sehingga hanya dapat
dikonsumsi oleh kalangan menengah ke atas, dengan harga paling rendah Rp
399.000 sampai dengan harga Rp. 1.500.000. Lokasi Levi’s Store Plaza Medan
Fair ini strategis yang terletak di dalam pusat perbelanjaan, namun luas Levi’s
Store masih tergolong kecil dengan banyaknya produk yang ditawarkan sehingga
menciptakan ketidaknyamanan bagi para pelanggannya. Promosi yang ditawarkan
oleh Levi’s Store Plaza Medan Fair juga tidak terlalu sering dan signifikan.
Seringkali Levi’s Store memberikan diskon akan tetapi tidak memberitahukannya
kepada khayalak ramai seperti dengan mencantumkan iklan-iklan di media massa.
Menyadari akan pentingnya pelanggan dalam menentukan kesuksesan
suatu usaha, maka Levi’s Store Plaza Medan Fair sebagai salah satu outlet Levi’s
dikota Medan berusaha menggunakan strategi produk, harga, lokasi, dan promosi
keputusan pembelian terhadap produk yang ditawarkan oleh perusahaan
khususnya untuk produk celana jeans Levi’s yang menjadi produk utama dari
perusahaan agar usahanya tersebut dapat diterima dengan baik di pasar pecinta
produk jeans di kota Medan. Ditambah dengan hadirnya beberapa produk imitasi
yang mencantumkan label Levi’s, sebaiknya Levi’s Store Medan Fair Plaza harus
mampu meyakini pelanggan bahwa Levi’s Store hanya menjual produk asli dari
Levi’s.
Dengan kondisi tersebut, pemilik Levi`s Store Medan Fair Plaza harus
mewaspadai ketatnya persaingan dalam penjualan celana Levi`s. Perubahan sikap
konsumen yang sangat sensitif terhadap produk, harga, promosi, distribusi
sehingga manajemen Levi`s Store Medan Fair Plaza harus benar-benar
memperhatikan strategi pemasaran yang tepat, salah satunya melihat dari bauran
pemasaran untuk mencapai misinya sebagai Levi`s Store yang terbesar.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka
peneliti akan mengkaji apakah hasil penelitian ini akan konsisten dengan
penelitian terdahulu atau akan memperoleh hasil yang sebaliknya, atau bahkan
akan memberikan rekomendasi yang baru. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
membahas masalah tersebut dengan mengambil judul penelitian tentang
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ada pengaruh produk secara langsung terhadap sikap pembelian
produk Levi`s di Levi`s Store Medan Fair Plaza?
2. Apakah ada pengaruh harga secara langsung terhadap sikap pembelian
produk Levi`s di Levi`s Store Medan Fair Plaza?
3. Apakah ada pengaruh lokasi secara langsung terhadap sikap pembelian
produk Levi`s di Levi`s Store Medan Fair Plaza?
4. Apakah ada pengaruh promosi secara langsung terhadap sikap pembelian
produk Levi`s di Levi`s Store Medan Fair Plaza?
5. Apakah ada pengaruh produk secara langsung terhadap keputusan pembelian
produk Levi`s di Levi`s Store Medan Fair Plaza?
6. Apakah ada pengaruh harga secara langsung terhadap keputusan pembelian
produk Levi`s di Levi`s Store Medan Fair Plaza?
7. Apakah ada pengaruh lokasi secara langsung terhadap keputusan pembelian
produk Levi`s di Levi`s Store Medan Fair Plaza?
8. Apakah ada pengaruh promosi secara langsung terhadap keputusan pembelian
produk Levi`s di Levi`s Store Medan Fair Plaza?
9. Apakah ada pengaruh produk secara tidak langsung melalui sikap terhadap
keputusan pembelian produk Levi`s di Levi`s Store Medan Fair Plaza?
10.Apakah ada pengaruh harga secara tidak langsung melalui sikap terhadap
11.Apakah ada pengaruh lokasi secara tidak langsung melalui sikap terhadap
keputusan pembelian produk Levi`s di Levi`s Store Medan Fair Plaza?
12.Apakah ada pengaruh promosi secara tidak langsung melalui sikap terhadap
keputusan pembelian produk Levi`s di Levi`s Store Medan Fair Plaza?
13.Apakah ada pengaruh sikap terhadap keputusan pembelian produk Levi`s di
Levi`s Store Medan Fair Plaza?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas maka tujuan penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh produk secara langsung terhadap sikap
pembelian produk Levi`s di Levi`s Store Medan Fair Plaza.
2. Untuk mengetahui pengaruh harga secara langsung terhadap sikap
pembelian produk Levi`s di Levi`s Store Medan Fair Plaza.
3. Untuk mengetahui pengaruh lokasi secara langsung terhadap sikap
pembelian produk Levi`s di Levi`s Store Medan Fair Plaza.
4. Untuk mengetahui pengaruh promosi secara langsung terhadap sikap
pembelian produk Levi`s di Levi`s Store Medan Fair Plaza.
5. Untuk mengetahui pengaruh produk secara langsung terhadap
keputusan pembelian produk Levi`s di Levi`s Store Medan Fair Plaza.
6. Untuk mengetahui pengaruh harga secara langsung terhadap keputusan
pembelian produk Levi`s di Levi`s Store Medan Fair Plaza.
7. Untuk mengetahui pengaruh lokasi secara langsung terhadap
8. Untuk mengetahui pengaruh promosi secara langsung terhadap
keputusan pembelian produk Levi`s di Levi`s Store Medan Fair Plaza.
9. Untuk mengetahui pengaruh produk secara tidak langsung melalui
sikap terhadap keputusan pembelian produk Levi`s di Levi`s Store
Medan Fair Plaza.
10. Untuk mengetahui pengaruh harga secara tidak langsung melalui sikap
terhadap keputusan pembelian produk Levi`s di Levi`s Store Medan
Fair Plaza.
11. Untuk mengetahui pengaruh lokasi secara tidak langsung melalui
sikap terhadap keputusan pembelian produk Levi`s di Levi`s Store
Medan Fair Plaza.
12. Untuk mengetahui pengaruh promosi secara tidak langsung melalui
sikap terhadap keputusan pembelian produk Levi`s di Levi`s Store
Medan Fair Plaza.
13. Untuk mengetahui pengaruh antara sikap dan keputusan pembelian
produk Levi`s di Levi`s Store Medan Fair Plaza.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan agar dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
berkaitan antara lain adalah:
1. Bagi perusahaan, hasil penelian ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan mengenai pengaruh bauran pemasaran terhadap sikap dan
keputusan Pembelian produk Levi`s di Levi`s Store Medan Fair Plaza
2. Bagi penulis, penelitian ini dapat memberikan pengalaman belajar dan
bangku perkuliahan sekaligus sebagai bahan perbandingan antara hal hal
teoritis dan praktis guna menambah wawasan ilmu pengetahuan
3. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
referensi ataupun memberikan inspirasi untuk melakukan penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 2.1. Uraian Teoritis
2.1.1. Pengertian Pemasaran
Pemasaran adalah proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok
mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,
menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan
pihak lain. Kotler (2008:76) menyatakan bahwa pemasaran adalah suatu sistem
keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan,
menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang
memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.
Sedangkan menurut Kotler dan Armstrong (2011:125), pemasaran adalah
segala kegiatan untuk menyampaikan barang-barang ke tangan (rumah tangga)
dan ke konsumen industri, tetapi tidak termasuk kegiatan perubahan bentuk
barang. Pengertian pemasaran dari pendapat di atas menerangkan bahwa kegiatan
pemasaran mencakup ruang lingkup kegiatan yang sangat luas yang dimulai dari
menetukan kebutuhan konsumen dan diakhiri dengan kepuasan konsumen.
Dengan kata lain kegiatan pemasaran bermula dan berakhir pada konsumen.
2.1.2. Konsep Pemasaran
Bagi perusahaan yang berorientasi pada konsumen (pasar), maka kegiatan
pemasaran akan bermula dan berakhir pada konsumen. Artinya dimulai dari
menetukan apa yang diinginkan konsumen dan diakhiri dengan kepuasan
yang dikemukakan oleh Dharmesta (2008:104) bahwa konsep pemasaran adalah
sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen
merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan.
2.1.3. Manajemen Pemasaran
Pada dasarnya manajemen itu terdiri atas perancangan dan pelaksanaan
rencana-rencana. Dalam membuat suatu perencanaan, dibutuhkan kemampuan
untuk membuat strategi dan rencana. Untuk rencana jangka panjang maka
dibutuhkan waktu yang lebih banyak. Sedangkan untuk pelaksanaan rencana
tersebut, dia harus mendelegasikan keputusan-keputusannya yang rutin dilakukan
setiap hari kepada para bawahan.
Secara umum Rangkuti (2010:105) menjelaskan manajemen mempunyai tiga tugas pokok, yaitu:
1. Mempersiapkan rencana/strategi umum bagi perusahaan.
2. Melaksanakan rencana tersebut.
3. Mengadakan evaluasi, menganalisa dan mengawasi rencana tersebut dalam
pelaksanaannya. (untuk mengukur hasil dan penyimpangannya serta untuk
mengendalikan aktivitas).
Sehingga yang dimaksud dengan manajemen pemasaran, menurut Kotler
(2008:49) adalah penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
program-program yang ditujukan untuk mengadakan pertukaran dengan pasar
yang dituju untuk mencapai tujuan organisasi. Untuk membuat suatu rencana,
fungsi penganalisaan sangat penting agar rencana yang dibuat dapat lebih matang
pengawasan adalah untuk mengendalikan segala macam aktivitas agar tidak
terjadi penyimpangan.
2.1.4. Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Pemasaran mempunyai fungsi yang amat penting dalam mencapai
keberhasilan perusahaan. Dalam mencapai keberhasilan pemasaran, setiap
perusahaan perlu menyusun strategi pemasaran yang efektif dengan
mengkombinasikan elemen-elemen dalam bauran pemasaran. Dalam bauran
pemasaran (marketing mix) terdapat variabel-variabel yang saling mendukung
satu dengan yang lainnya yang kemudian oleh perusahaan digabungkan untuk
memperoleh tanggapan-tanggapan yang diinginkan didalam pasar sasaran.
Dengan perangkat tersebut perusahaan dapat mempengaruhi permintaan akan
produknya.
Strategi pemasaran memerlukan keputusan-keputusan dari manajemen
tentang elemen-elemen marketing mix perusahaan yaitu keputusan-keputusan
dibidang perencanaan produk, penetapan harga, saluran distribusi serta promosi.
Marketing mix atau bauran pemasaran adalah kombinasi dari empat variabel yaitu
produk, struktur harga, kegiatan promosi, dan sistem distribusi (Dharmesta,
2008:89).
Keempat unsur bauran pemasaran tersebut saling berhubungan dan
berpengaruh satu sama lain, sehingga harus diupayakan untuk menghasilkan suatu
kebijakan pemasaran yang mengarah kepada layanan efektif dan kepuasan
konsumen. Jadi didalam bauran pemasaran terdapat variabel-variabel yang saling
digabungkan untuk memperoleh tanggapan-tanggapan yang diinginkan didalam
pasar sasaran. Dengan perangkat tersebut perusahaan dapat mempengaruhi
permintaan akan produknya.
2.1.5.Produk
Tjiptono (2009:84) mengungkapkan bahwa produk merupakan segala
sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari,
dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau
keinginan pasar yang bersangkutan. Produk yang ditawarkan tersebut meliputi
barang fisik (seperti sepeda motor, tv, komputer, baju, buku teks), jasa (restoran,
penginapan, transportasi) jadi, produk bisa berupa manfaat tangible maupun
intengible yang dapat memuaskan pelanggan.
Secara konseptual produk adalah pemahaman subyektif dari produsen atas
suatu yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi
melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen, sesuai dengan
kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar. Produk dapat pula
didefinisikan sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan oleh produsen melalui
hasil produksinya.
Kotler (2008:94) menyebutkan produk adalah segala sesuatu yang dapat
ditawarkan untuk memuaskan suatu kebutuhan dan keinginan. Produk dapat
berupa suatu sifat yang komplek baik dapat diraba maupun tidak dapat diraba,
termasuk bungkus, warna, prestise perusahaan dan pengecer yang diterima oleh
pembeli untuk memuaskan keinginan atau kebutuhannya. Menurut Dharmesta
kualitas, penampilan (features), pilihan yang ada (options), gaya (style), merk
(brand names), pengemasan (packaging), ukuran (size), jenis (product line),
macam (product items), jaminan (guarantees), dan pelayanan (service).
Dari pengertian produk sebelumnya dapat diketahui bahwa produk terdiri
dari barang atau jasa yang digunakan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan
konsumen. Konsep pemasaran berpandangan bahwa kebutuhan dan keinginan
konsumen merupakan anggapan yang diyakini oleh perusahaan sebagai dasar dari
setiap kegiatan dalam melayani konsumen. Untuk dapat memenuhi kebutuhan dan
memberikan kepuasan terhadap konsumen, pemasar perlu memperhatikan lima
tingkat produk. Di dalam tiap tingkat menambahkan lebih banyak nilai bagi
pelanggan dan kelimanya membentuk suatu hirarki nilai pelanggan. Adapun lima
tingkat produk dalam Tjiptono (2009:41) terdiri dari:
1. Core benefit (Manfaat inti)
Tingkat paling dasar adalah jasa/manfaat dasar yang sesungguhnya dibeli oleh
pelanggan. Pemasar harus memandang dirinya sebagai pemberi manfaat bagi
konsumen.
2. Product (Produk dasar)
Tingkat kedua, produk dasar yang mampu memenuhi fungsi produk yang
paling dasar (rancangan produk minimal agar dapat berfungsi).
3. Expected Product (Produk yang diharapkan)
Tingkat ketiga, produk formal yang ditawarkan dengan berbagai atribut dan
4. Augmented Product (Produk pelengkap)
Tingkat keempat, produk pelengkap yakni berbagai atribut produk yang
dilengkapi atau ditambahi manfaat dan layanan, sehingga dapat memberikan
tambahan kepuasan dan bisa dibedakan dengan produk pesaing.
5. Potential Product (Produk potensial)
Tingkat kelima, produk potensial yakni segala macam tambahan dan perubahan
yang mungkin dikembangkan untuk suatu produk dimasa mendatang.
Klasifikasi produk bisa dilakukan berbagai macam pandangan.
Berdasarkan berwujud tidaknya, produk dapat diklasifikasikan ke dalam 2
kelompok utama (Tjiptono, 2009:86), yaitu:
1. Barang
Barang merupakan produk yang berwujud fisik, sehingga bisa dilihat,
diraba/disentuh, dirasa, dipegang, disimpan, dipindahkan, dan perlakuan fisik
lainnya. Ditinjau dari aspek daya tahannya, terdapat dua macam barang, yaitu:
a. Barang Tidak Tahan Lama (Nondurable Goods)
Barang yang berwujud yang biasanya habis dikonsumsi dalam satu kali
pakai atau beberapa kali pemakaian. Dengan kata lain, umur ekonomisnya
dalam kondisi pemakaian yang normal kurang dari satu tahun.
b. Barang Tahan Lama (Durable Goods)
Barang berwujud biasanya bisa bertahan lama dengan banyak pemakaian
2. Jasa (service)
Jasa merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual.
Produk dapat diklasifikasikan berdasarkan siapa konsumennya dan untuk apa
produk tersebut dikonsumsi. Produk dapat digolongkan ke dalam dua golongan
(Tjiptono, 2009:88), yaitu:
a. Barang Konsumsi
Barang konsumsi adalah barang-barang yang dibeli untuk dikonsumsi oleh
konsumen akhir sendiri. Pembeliannya didasarkan atas kebiasaan membeli
dari konsumen. Barang konsumsi dapat digolongkan kedalam empat
golongan,yaitu:
1). Barang konvenien (Convenience Goods)
Barang yang pada umumnya memiliki frekuensi pembelian tinggi (sering
dibeli), dibutuhkan dalam waktu segera, dan hanya memerlukan usaha
yang minimum (sangat kecil) dalam pembandingan dan pembeliannya.
Barang konvenience dapat digolongkan menjadi tiga golongan:
a) Staples adalah barang yang dibeli konsumen secara regular atau
rutin, misalnya pasta gigi dan sabun.
b) Impulse goods merupakan barang yang dibeli tanpa perencanaan
terlebih dahulu ataupun usaha-usaha mencarinya. Biasanya Impulse
Goods tersedia dan dipajang dibanyak tempat yang tersebar,
sehingga konsumen tidak perlu repoot-repot untuk mencarinya.
c) Emergency goods adalah barang yang dibeli bila suatu kebutuhan
b. Barang Belanjaan (Shopping Goods)
Barang-barang yang dalam proses pemilihan dan pembeliannya dibandingkan
oleh konsumen diantara berbagai alternatif yang tersedia. Kriteria
perbandingan tersebut meliputi, mutu, harga, model, warna. Barang shopping
dapat terdiri atas dua jenis, yaitu:
1) Homogeneous shopping goods merupakan barang-barang yang oleh
konsumen dianggap serupa dalam hal kualitas tetapi cukup berbeda dalam
harga. Dengan demikian berarti konsumen membandingkan harga dari
toko satu ke toko lainnya.
2) Heterogeneous shopping goods adalah barang-barang yang aspek
karakteristiknya atau ciri-cirinya (features) dianggap lebih penting oleh
konsumen daripada aspek harganya.
c. Specialty Goods
Barang-barang yang memiliki karakteristik dan atau identifikasi merek yang
unik dimana sekelompok konsumen bersedia melakukan usaha khusus untuk
membelinya.
d. Unsought Goods
Merupakan barang-barang yang tidak diketahui konsumen ataupun kalau
sudah diketahui, tetapi pada umumnya belum terpikirkan untuk membelinya.
Ada 2 jenis Unsought goods, yaitu:
1) Regularly unsought products adalah barang-barang yang sebetulnya sudah
2) New unsought products adalah barang yang benar-benar baru dan sama
sekali belum diketahui konsumen. Jenis barang ini merupakan hasil
inovasi dan pengembangan produk baru, sehinggga belum banyak
konsumen yang mengetahuinya.
3. Barang industri
Barang-barang yang dikonsumsi oleh industriawan (konsumen antara atau
konsumen bisnis) untuk keperluan selain dikonsumsi langsung, yaitu:
a) Untuk diubah, diproduksi menjadi barang lain kemudian dijual kembali
(oleh produsen).
b) Untuk dijual kembali (oleh pedagang) tanpa dilakukan transformasi baik
fisik (proses produksinya).
Menurut Dharmmesta (2008:106), barang industri dapat dibedakan
menjadi lima golongan, yaitu:
1. Bahan baku, merupakan bahan pokok untuk membuat barang lain.
2. Komponen dan barang setengah jadi, merupakan barang-barang yang sudah
masuk dalam proses produksi dan diperlukan untuk melengkapi produk akhir.
3. Perlengkapan operasi (operating supplies), merupakan barang-barang yang
dapat digunakan untuk membantu lancarnya proses produksi maupun
kegiatan-kegiatan lain didalam perusahaan.
4. Instalasi, merupakan alat produksi utama dalam sebuah pabrik atau
perusahaan yang dapat dipakai untuk jangka waktu lama (termasuk barang
5. Peralatan ekstra, merupakan alat-alat yang dipakai untuk membantu instalasi,
seperti alat angkut dalam pabrik.
Kualitas produk adalah mencerminkan kemampuan produk untuk
menjalankan tugasnya yang mencakup daya tahan, kehandalan atau kemajuan,
kekuatan, kemudahan dalam pengemasan dan reparasi produk dan ciri-ciri lainnya
(Kotler dan Amstrong, 2011:45). Suatu produk dikatakan berkualitas jika
memenuhi kebutuhan dan keinginan pembeli. Kualitas ditentukan oleh pelanggan,
dan pengalaman mereka terhadap produk atau jasa.
Adapun tujuan kualitas produk menurut Kotler (2008:95) adalah sebagai
berikut:
1. Mengusahakan agar barang hasil produksi dapat mencapai standar yang telah
ditetapkan.
2. Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin.
3. Mengusahakan agar biaya desain dari produksi tertentu menjadi sekecil
mungkin.
4. Mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi serendah mungkin.
Dalam mengevaluasi kepuasan konsumen terhadap produk, jasa, atau
perusahaan tertentu konsumen umumnya mengacu pada berbagai faktor atau
dimensi. Tjiptono (2009:104) mengungkapkan ada delapan dimensi kualitas
1. Kinerja (performance)
Kinerja merupakan karakteristik atau fungsi utama suatu produk. Ini manfaat
atau khasiat utama produk yang kita beli. Biasanya ini menjadi pertimbangan
pertama kita dalam membeli suatu produk.
2. Fitur Produk
Dimensi fitur merupakan karakteristik atau ciri-ciri tambahan yang melengkapi
manfaat dasar suatu produk. Fitur bersifat pilihan atau option bagi konsumen.
Kalau manfaat utama sudah standar, fitur sering kali ditambahkan. Idenya, fitur
bisa meningkatkan kualitas produk kalau pesaing tidak memiliki.
3. Keandalan (reliability)
Dimensi keandalan adalah peluang suatu produk bebas dari kegagalan saat
menjalankan fungsinya.
4. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specification)
Conformance adalah kesesuaian kinerja produk dengan standar yang
dinyatakan suatu produk. Ini semacam janji yang harus dipenuhi oleh produk.
Produk yang memiliki kualitas dari dimensi ini berarti sesuai dengan
standarnya.
5. Daya Tahan (durability)
Daya tahan menunjukan usia produk, yaitu jumlah pemakain suatu produk
sebelum produk itu digantikan atau rusak. Semakin lama daya tahannya tentu
semakin awet, produk yang awet akan dipersepsikan lebih berkualitas
6. Kemampuan diperbaiki (serviceability)
Sesuai dengan maknanya, disini kualitas produk ditentukan atas dasar
kemampuan diperbaiki: mudah, cepat, dan kompeten. Produk yang mampu
diperbaiki tentu kualitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan produk yang
tidak atau sulit diperbaiki.
7. Keindahan (aestethic)
Keindahan menyangkut tampilan produk yang bisa membuat konsumen suka.
Ini sering kali dilakukan dalam bentuk desain produk atau kemasannya.
Beberapa merek diperbarui wajahnya supaya lebih cantik di mata konsumen.
8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality)
Ini menyangkut penilaian konsumen terhadap citra, merek, atau iklan.
Produk-produk yang bermerek terkenal biasanya dipersepsikan lebih berkualitas
dibanding dengan merek-merek yang tidak didengar.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa produk diperlukan
untuk mempertemukan hasil perusahaan dengan permintaan yang ada agar produk
yang diperlukan oleh konsumen memberikan kepuasan pada konsumen dan
sekaligus menguntungkan perusahaan.
2.1.6. Harga
Suatu perusahaan atau organisasi baik yang mengutamakan laba ataupun
tidak akan selalu dihadapkan pada penentuan harga produk yang dihasilkan.
Dimana sebelumnya perusahaan terlebih dahulu merumuskan mengenai
harga yang ingin dicapai. Harga menurut Kotler dan Amstrong (2011:106) adalah
sejumlah uang yang ditukarkan untuk sebuah produk atau jasa. Lebih jauh lagi,
harga adalah sejumlah nilai yang konsumen tukarkan untuk sejumlah manfaat
dengan memiliki atau menggunakan suatu barang atau jasa.
Harga memiliki peranan utama dalam proses pengambilan keputusan para
pembeli (Tjiptono, 2009:89), yaitu:
1. Peranan alokasi harga, yaitu fungsi harga dalam membantu para pembeli
untuk m emutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang
diharapkan berdasarkan daya belinya.
2. Peranan informasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam membidik konsumen
mengenai faktor-faktor produk, seperti kualitas. Hal ini terutama bermanfaat
dalam situasi dimana pembeli mengalami kesulitan untuk menilai faktor
produk atau manfaatnya secara objektif. Persepsi yang sering muncul adalah
bahwa harga yang mahal mencerminkan kualitas yang tinggi sehingga
konsumen menilai harga yang ditetapkan sesuai dengan kualitas produk
maupun jasa yang ditetapkan.
Menetapkan harga suatu produk tidaklah semudah yang kita bayangkan,
ada beberapa proses yang harus dilakukan dalam penetapan harga suatu produk.
Menurut Tjiptono(2009:97), ada empat jenis tujuan penetapan harga, yaitu :
1. Tujuan Berorientasi pada laba. Asumsi teori ekonomi klasik menyatakan
bahwa setiap perusahaan selalu memilih harga yang dapat menghasilkan laba
2. Tujuan Berorientasi Pada Volume. Selain tujuan berorientasi pada laba, ada
pula perusahaan yang menentapkan harganya berdasarkan tujuan yang
berorientasi pada volume tertentu atau yang biasa dikenal dengan istilah
volume pricing objectives.
3. Tujuan Berorientasi Pada Citra. Citra suatu perusahaan dapat dibentuk
melalui strategi penetapan harga. Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi
untuk membentuk atau mempertahankan citra prestisius. Sementara itu harga
rendah dapat digunakan untuk membentuk nilai tertentu, misalnya dengan
memberikan jaminan bahwa harganya merupakan harga yang terendah di
suatu wilayah tertentu.
4. Tujuan Stabilisasi Harga. Dalam pasar yang konsumennya sangat sensitif
terhadap harga, bila suatu perusahaan menurunkan harganya, maka para
pesaingnya harus menurunkan pula harga mereka. Kondisi seperti ini yang
mendasari terbentuknya tujuan stabilisasi harga dalam industri-industri
tertentu yang produknya terstandardisasi. Tujuan stabilisasi ini dilakukan
dengan jalan menetapkan harga untuk hubungan yang stabil antara harga
suatu perusahaan dan harga pemimpin industri.
Sedangkan menurut Dharmesta (2008:97) ada empat tujuan dalam
penetapan harga:
1. Mendapatkan laba maksimum. Harga ditentukan oleh penjual dan pembeli.
Makin besar daya beli konsumen, semakin besar pula kemungkinan bagi si
penjual mempunyai harapan untuk mendapatkan keuntungan maksimum
sesuai dengan kondisi yang ada.
2. Mendapatkan pengembalian investasi yang ditargetkan atau pengembalian
pada penjualan bersih. Dana yang dipakai untuk mengembalikan investasi
hanya bisa diambilkan dari laba perusahaan, dan laba hanya bisa diperoleh
bilamana harga jauh lebih besar dari jumlah biaya yang dikeluarkan.
3. Mencegah atau mengurangi persaingan. Tujuan mencegah atau mengurangi
persaingan dapat dilakukan melalui kebijaksanaan harga. Hal ini dapat
diketahui bilamana penjual menawarkan barang dengan harga yang sama.
4. Mempertahankan atau memperbaiki market share. Memperbaiki market
share hanya mungkin dilaksanakan bilamana kemampuan dan kapasitas
produksi perusahaan masih cukup longgar, disamping juga kemampuan
dalam bidang lain seperti bidang pemasaran, keuangan, dan sebagainya.
Harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa produk kalau mungkin)
yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan
pelayanan (Dharmesta, 2008:97). Harga adalah sejumlah nilai yang konsumen
tukarkan untuk sejumlah manfaat dengan memiliki atau menggunakan suatu
barang atau jasa. Harga merupakan hal yang diperhatikan konsumen saat
melakukan pembelian. Sebagian konsumen bahkan mengidentifikasikan harga
dengan nilai. Bila suatu produk mengharuskan konsumen mengeluarkan biaya
yang lebih besar dibanding manfaat yang diterima, maka yang terjadi adalah
bahwa produk tersebut memiliki nilai negatif. Konsumen mungkin akan
terhadap produk tersebut. Bila manfaat yang diterima lebih besar, maka yang
terjadi adalah produk tersebut memiliki nilai positif. Dari definisi tersebut, dapat
kita ketahui bahwa harga yang dibayar oleh pembeli itu sudah termasuk pelayanan
yang diberikan oleh penjual, bahkan penjual juga menginginkan sejumlah
keuntungan dari harga tersebut.
2.1.7. Saluran Distribusi (Lokasi)
Saluran distibusi untuk suatu barang adalah saluran yang digunakan oleh
produsen untuk menyalurkan barang tersebut dari produsen sampai ke konsumen
atau pemakai industri (Dharmesta, 2008:201). Saluran distribusi merupakan suatu
struktur yang menggambarkan alternatif saluran yang dipilih, dan
menggambarkan situasi pemasaran yang berbeda oleh berbagai macam
perusahaan atau lembaga usaha (produsen, pedagang besar, dan pengecer). Hal ini
dapat dipertimbangkan sebagai fungsi yang harus dilakukan untuk memasarkan
produk secara efektif.
Menurut Tjiptono (2009:97) Saluran distribusi adalah kegiatan pemasaran
yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa
dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan yang
diperlukan (jenis, jumlah, harga, tempat, dan saat dibutuhkan). Dengan kata lain,
proses distribusi merupakan aktifitas yang mampu menciptakan nilai tambah
produk melalui fungsi-fungsi pemasaran yang dapat merealisasikan kegunaan,
tempat, waktu, kepemilikan dan memperlancar arus saluran pemasaran, yaitu
aliran kegiatan yang terjadi diantara lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat
untuk memindahkan hak kepemilikan barang dan saluran untuk memindahkan
barang secara fisik. Distribusi fisik adalah segala kegiatan untuk memindahkan
barang dalam kuantitas tertentu, ke suatu tempat tertentu, dan dalam jangka waktu
tertentu. Perpindahan fisik ini dapat berupa perpindahan barang jadi dari jalur
produksi ke konsumen akhir dan perpindahan bahan mentah dari sumber ke jalur
produksi. Fungsi dalam distribusi fisik (Tjiptono, 2009:98) meliputi:
1. Transportation, yaitu memilih cara yang tepat untuk memindahkan barang ke
tempat yang jauh jaraknya.
2. Storage dan warehousing, yaitu menyimpang barang untuk sementara,
menunggu untuk dijual atau dikirim lebih lanjut.
3. Inventory central, yaitu pemilihan alternatif apakah penyimpanan harus
dilakukan terpusat atau tersebar.
4. Material handling, yaitu pemilihan alat yang tepat untuk memindahkan
barang ke tempat yang dekat.
5. Border processing, yaitu kegiatan-kegiatan seperti penentuan syarat-syarat
pengiriman, mempersiapkan dokumen, dan lain-lain.
6. Protective packaging, yaitu penentuan wadah barang agar terhindar dari
berbagai kerugian yang timbul selama pengiriman.
Menurut Dharmesta (2008:42) Produsen mempunyai alternatif yang
sama untuk menggunakan lebih dari satu pedagang besar, sehingga barang-barang
dapat dapat mengalir dari satu pedagang besar ke pedagang besar lainnya.
Terdapat lima saluran yang ditujukan untuk menyalurkan barang konsumsi ke
1. Produsen – konsumen. Pada jenis saluran ini produsen tidak menggunakan
perantara. Produsen langsung menjual produknya ke konsumen.
2. Produsen – pengecer – konsumen. Pada jenis saluran ini pengecer besar
langsung melakukan pembelian pada produsen, kemudian dijual ke
konsumen. Ada pula produsen yang mendirikan toko pengecer sehingga
langsung dapat melayani konsumen.
3. Produsen – pedagang besar – pengecer – konsumen. Saluran distribusi ini
sering dipakai oleh produsen, dan dinamakan saluran distribusi tradisional.
Disini produsen hanya menjual kepada pedagang besar saja. Pembelian
pengecer dilayani di pedagang besar, dan pembelian oleh konsumen dilayani
pengecer saja.
4. Produsen – agen – pengecer – konsumen. Disini produsen memilih agen
sebagai penyalurnya. Agen menjalankan kegiatan perdagangan besar dalam
saluran distribusi yang ada. Sasarannya penjualnya pada pengecer besar.
5. Produsen – agen – pedagang besar – pengecer – konsumen. Dalam saluran
ini, produsen sering menggunakan agen sebagai perantara untuk menyalurkan
barangnya kepada pedagang besar yang kemudian menjualnya kepada
toko-toko kecil.
Karakteristik yang berbeda antara barang konsumsi dan barang industri, maka
saluran distribusinya pun juga agak berbeda. Ada empat macam saluran distribusi
industri Dharmmesta (2008:45), yaitu:
1. Produsen – pemakai industri. Saluran ini dipakai oleh produsen bilamana
2. Produsen – distributor industri – pemakai industri. Produsen barang-barang
jenis perlengkapan operasi dan accessory equipment kecil dapat
menggunakan distributor industri untuk mencapai pasarnya.
3. Produsen – agen – pemakai industri. Biasanya saluran distribusi semacam ini
dipakai oleh produsen yang tidak memiliki departemen pemasaran.
4. Produsen – agen – distributor industri – pemakai industri. Saluran ini
biasanya digunakan apabila unit penjualnya terlalu kecil untuk dijual secara
langsung.
2.1.8. Promosi
Promosi adalah arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk
mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan
pertukaran dalam pemasaran (Dharmesta, 2008:97). Sedangkan menurut Tjiptono
(2009:91) Promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran. Komunikasi
pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi,
mempengaruhi/membujuk, dan atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan
dan produknya agar bersedia menerima, membeli, loyal pada produk yang
ditawarkan perusahaan yang bersangkutan.
Dharmesta (2008:107) mengatakan bahwa promotion mix adalah
kombinasi strategi yang paling baik dari variabel-variabel periklanan, personal
selling, dan alat promosi yang lain, yang semuanya direncanakan untuk mencapai
tujuan program penjualan. Meskipun secara umum bentuk-bentuk promosi
berdasarkan tugas-tugas khususnya. Tugas khusus itu sering disebut bauran
promosi. Macam-macam bauran promosi, yaitu:
a. Iklan
Iklan merupakan salah satu bentuk promosi yang paling banyak digunakan
perusahaan dalam mempromosikan produknya. Iklan adalah bentuk
komunikasi tidak langsung, yang didasari pada informasi tentang keunggulan
atau keuntungan suatu produk, yang disusun sedemikian rupa sehingga
menimbulkan rasa menyenangkan yang akan mengubah pikiran seseorang
untuk melakukan pembelian. AMA (American Marketing Association)
mendefinisikan iklan sebagai semua bentuk bayaran untuk mempresentasikan
dan mempromosikan ide, barang atau jasa nonpersonal oleh sponsor yang jelas.
Iklan memiliki empat fungsi utama, yaitu menginformasikan khalayak
mengenai seluk beluk produk (informative), mempengaruhi khalayak untuk
membeli (persuading), menyegarkan informasi yang telah diterima khalayak
(reminding), serta menciptakan suasana yang menyenangkan sewaktu khalayak
menerima dan mencerna informasi (entertaiment).
Suatu iklan memiliki sifat-sifat (Tjiptono, 2009:109) sebagai berikut:
1) Public Presentation. Iklan memungkinkan setiap orang menerima pesan
yang sama tentang produk yang diiklankan.
2) Pervansiveness. Pesan iklan yang sama dapat diulang-ulang untuk
3) Amplified Expressiveness. Iklan mampu mendramatisasi perusahaan dan
produknya melalui gambar dan suara untuk menggugah dan
mempengaruhi khalayak.
4) Impersonally. Iklan tidak bersifat memaksa khalayak untuk
memperhatikan dan menanggapinya, karena merupakan komunikasi yang
monolog (satu arah).
b. Promosi Penjualan
Bentuk persuasi langsung melalui penggunaan berbagai insentif yang dapat
diatur untuk merangsang pembelian produk dengan segera dan/atau
meningkatkan jumlah barang yang dibeli pelanggan (Tjiptono, 2009:92).
Promosi penjualan yang dilakukan oleh penjual dapat dikelompokkan
berdasarkan tujuan yang ingin dicapai. Pengelompokan tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Customer promotion. Promosi penjualan yang bertujuan untuk
merangsang/mendorong pelanggan untuk membeli.
2) Trade promotion. Promosi penjualan yang bertujuan untuk
merangsang/mendorong pedagang grosir, pengecer, eksportir, dan importir
untuk memperdagangkan barang atau jasa dari sponsor.
3) Sales-Force promotion. Promosi penjualan yang bertujuan untuk
memotivasi armada penjual.
4) Bussiness promotion. Promosi penjualan yang bertujuan untuk memperoleh
memperkenalkan produk baru, menjual lebih banyak kepada pelanggan
lama, dan membidik pelanggan.
c. Publisitas
Sejumlah informasi tentang seseorang, barang, atau organisasi yang
disebarluaskan kemasyarakat melalui media tanpa dipungut biaya, atau tanpa
pengawasan dari sponsor (Tjiptono, 2009:93). Publisitas dapat dipisahkan ke
dalam dua kriteria (Dharmesta, 2008:72), yaitu:
1) Publisitas Produk (Product Publicity). Merupakan publisitas yang
ditujukan untuk memnggambarkan atau memberitahukan kepada
masyarakat atau konsumen tentang suatu produk beserta penggunaannya.
2) Publisitas kelembagaan (Institutional Publicity). Merupakan publisitas
yang menyangkut tentang organisasi pada umumnya. Kegiatan-kegiatan
yang dapat dipublisitaskan disini tentunya berupa kegiatan yang diangap
pantas untuk dijadikan berita.
d. Penjualan Pribadi
Komunikasi langsung (tatap muka) antara penjual dan calon pelanggan untuk
memperkenalkan suatu produk kepada calon pelanggan dan membentuk
pemahaman pelanggan terhadap produk sehingga mereka kemudian akan
mencoba dan membelinya. Sifat-sifat personal selling (Tjiptono, 2009:110) dihalaman berikutnya:
1) Personal confrontation, adanya hubungan yang hidup, langsung, dan
2) Cultivation, sifat yang memungkinkan berkembangnya segala macam
hubungan, mulai dari sekedar hubungan jual beli sampai dengan suatu
hubungan yang lebih akrab.
3) Response. Situasi seolah-olah mengharuskan pelanggan untuk mendengar,
memperhatikan, dan menanggapi.
Tujuan utama dari promosi adalah modifikasi tingkah laku konsumen,
menginformasikan, mempengaruhi dan membujuk serta mengingatkan konsumen
sasaran tentang perusahaan dan produk atau jasa yang dijualnya (Dharmesta,
2008:76). Secara rinci dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Menginformasikan. Kegiatan promosi ditujukan untuk memberitahukan pasar
yang dituju tentang penawaran dari perusahaan.
b. Membujuk pelanggan sasaran. Promosi yang bersifat membujuk umumnya
kurang disenangi masyarakat namun demikian promosi ini diarahkan untuk
mendorong pembelian.
c. Mengingatkan. Promosi yang bersifat mengingatkan dilakukan terutama
untuk mempertahankan merk produk dalam masa kedewasaan produk.
d. Modifikasi tingkah laku konsumen. Promosi diarahkan untuk merubah
kebiasan pembelian konsumen, misal iklan pemakaian pasta gigi Pepsodent
yang menginformasikan kalau pemakaian pasta gigi diletakkan penuh di bulu
2.1.9 Sikap
Menurut Kotler (2008: 135) sikap adalah evaluasi, perasaan emosional dan
kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan
bertahan lama dari seseorang terhadap beberapa objek atau gagasan. Menurut
Sumarwan (2010:97) sikap adalah ekspresi perasaan (inner feeling), yang
mencerminkan apakah seseorang senang atau tidak senang, suka atau tidak suka,
setuju atau tidak setuju terhadap suatu objek. Sikap menggambarkan kepercayaan
konsumen terhadap berbagai atribut dan manfaat dari objek tersebut. Selain itu,
sikap juga menjelaskan suatu organisasi dari motivasi, perasaan emosional, proses
kognitif kepada suatu aspek. Lebih lanjut, sikap adalah cara kita berpikir, merasa,
dan bertindak melalui aspek di lingkungan seperti toko retail, program televisi
atau produk.
Tiga komponen dalam pembentuk sikap adalah (Umar, 2011:12):
a. Komponen kognitif. Komponen ini terdiri dari kepercayaan konsumen dan
pengetahuan tentang obyek.
b. Komponen afektif. Merupakan komponen sikap yang terdiri dari perasaan
dan reaksi emosional kepada suatu obyek.
c. Komponen konaktif. Komponen ini adalah respons dari seseorang terhadap
2.1.10 Karakteristik Sikap
Menurut Sumarwan (2010:136) mengkarakteristikkan sikap sebagai
berikut:
a. Sikap Memiliki Objek. Di dalam konteks pemasaran, sikap konsumen harus
terkait dengan objek, objek tersebut bisa terkait dengan berbagai konsep
konsumsi dan pemasaran seperti produk, merek, iklan, harga, kemasan,
penggunaan, media, dan sebagainya.
b. Konsistensi Sikap. Sikap adalah gambaran perasaan dari seorang konsumen,
dan perasaan tersebut akan direfleksikan oleh pelakunya. Oleh karena itu
sikap memiliki konsistensi terhadap perilakunya.
c. Sikap Positif, Negatif dan Netral. Seseorang mungkin menyukai makanan
rendang (sikap positif), atau tidak menyukai minuman alkohol (sikap negatif),
atau bahkan ia tidak memiliki sikap (sikap netral). Sikap yang memiliki
dimensi positif, negatif, dan netral disebut sebagai karakteristik valace dari
sikap.
d. Intensitas Sikap. Sikap seorang konsumen terhadap suatu merek produk akan
bervariasi tingkatannya, ada yang sangat menyukainya atau bahkan ada yang
begitu sangat tidak menyukainya. Ketika konsumen menyatakan derajat
tingkat kesukaan terhadap suatu produk, maka ia mengungkapkan intensitas
sikapnya.
e. Resistensi Sikap. Resistensi adalah Seberapa besar sikap seorang konsumen
bisa berubah. Sikap seorang konsumen dalam menggunakan produk tertentu
ini bisa saja berubah apabila ada pengaruh dari luar mengenai suatu produk
tersebut dengan alasan tertentu.
f. Persistensi Sikap. Persistensi adalah karakteristik sikap yang menggambarkan
bahwa sikap akan berubah karena berlalunya waktu.
g. Keyakinan Sikap. Keyakinan adalah kepercayaan konsumen mengenai
keberadaan sikap yang dimilikinya.
h. Sikap dan Situasi. Sikap seseorang terhadap suatu objek sering kali muncul
dalam konteks situasi. Ini artinya situasi akan mempengaruhi sikap konsumen
terhadap suatu objek.
2.1.11 Fungsi-Fungsi Sikap
Mangkunegara (2009:38) mengemukakan empat fungsi dari sikap yaitu:
a. Fungsi Instrumental. Fungsi instrumental merupakan fungsi sikap dengan
melihat sejauh mana obyek sikap dapat dijadikan instrumen atau alat untuk
tujun individu yang