• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Daerah Penangkapan Ikan Lemuru Berdasarkan Kandungan Klorofil-a dan Komposisi Hasil Tangkapan yang Didaratkan di PPP Muncar Banyuwangi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Daerah Penangkapan Ikan Lemuru Berdasarkan Kandungan Klorofil-a dan Komposisi Hasil Tangkapan yang Didaratkan di PPP Muncar Banyuwangi."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DAERAH PENANGKAPAN IKAN LEMURU

BERDASARKAN KANDUNGAN KLOROFIL-A DAN

KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN YANG DIDARATKAN

DI PPP MUNCAR BANYUWANGI

LUKMAN NURFAQIH

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Analisis Daerah Penangkapan Ikan Lemuru Berdasarkan Kandungan Klorofil-a dan Komposisi Hasil Tangkapan yang Didaratkan di PPP Muncar Banyuwangi” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2015

(4)

ABSTRAK

LUKMAN NURFAQIH. Analisis Daerah Penangkapan Ikan Lemuru Berdasarkan Kandungan Klorofil-a dan Komposisi Hasil Tangkapan yang Didaratkan di PPP Muncar Banyuwangi. Dibimbing oleh DOMU SIMBOLON dan PRIHATIN IKA WAHYUNINGRUM.

Pendugaan daerah penangkapan ikan lemuru di Perairan Muncar merupakan salah satu faktor keberhasilan nelayan dalam melakukan operasi penangkapan ikan lemuru. Kegiatan penangkapan ikan juga sangat dipengaruhi oleh kondisi daerah penangkapan ikan lemuru. Tujuan penelitian ini adalah menghitung komposisi jumlah tangkapan dan ukuran ikan dominan tertangkap, menganalisis hubungan konsentrasi klorofil-a dengan hasil tangkapan, serta menduga daerah penangkapan ikan lemuru potensial di Perairan Muncar. Daerah Penangkapan ikan diduga dengan menggunakan tiga indikator yaitu catch per unit effort (CPUE), ukuran panjang ikan lemuru yang dominan tertangkap, serta konsentrasi klorofil-a. Hasil penelitian menunjukkan nilai CPUE lemuru rata-rata adalah 3.989,5 kg, dan ukuran ikan yang mendominasi adalah jenis lemuru protolan dengan ukuran 11-15 cm. Konsentrasi klorofil-a dengan hasil tangkapan memiliki hubungan yang kuat. Daerah penangkapan ikan lemuru yang potensial terdapat di Perairan Sembulungan, Pengambengan, dan sekitar Selat Bali.

Kata kunci: CPUE, daerah penangkapan ikan, hasil tangkapan, klorofil-a, panjang ikan, Perairan Muncar

ABSTRACT

LUKMAN NURFAQIH. Analysis of Lemuru Fishing Ground Based on Chlorophyll-a Concentration and Catch Composition which Landed in Muncar Coastal Fishing Port. Supervised by DOMU SIMBOLON and PRIHATIN IKA WAHYUNINGRUM.

Estimation of lemuru fishing ground in Muncar waters is a success factor in lemuru fishing operation. Fishing activities are influenced by lemuru fishing ground condition. This study is conducted to assess catch composition, to measure dominant size length, to analysis relationship between chlorophyll-a concentration and catch, and to estimate potential lemuru fishing ground. The fishing ground is expected by using three indicators, which were catch per unit effort (CPUE), dominant size length, and chlorophyll-a concentration. The result showed that CPUE average was 3989.5 kg, then dominant size length was from 11cm to 15cm namely protolan. In addition, chlorophyll-a concentration and catch had strong correlation. Moreover, potential lemuru fishing ground found in Sembulungan waters, Pengambengan, and around the Bali Strait.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

ANALISIS DAERAH PENANGKAPAN IKAN LEMURU

BERDASARKAN KANDUNGAN KLOROFIL-A DAN

KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN YANG DIDARATKAN

DI PPP MUNCAR BANYUWANGI

LUKMAN NURFAQIH

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Alhamdulillahirobbil’aalamiin. Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, sehingga kritikan serta saran akan sangat membantu saya dalam melakukan penyempurnaan skripsi. Penulisan skripsi ini dapat terlaksana dan terselesaikan berkat bimbingan, dorongan, dan bantuan dari semua pihak. Untuk itu pada kesempatan ini saya sampaikan ucapan terima kasih kepada:

1) Bapak Dasuki Bastian dan Ibu Djoharwati selaku Orangtua saya, yang telah mencurahkan seluruh tenaganya demi menyelesaikan pendidikan sarjana saya, serta kakak tercinta atas segala kasih sayang, doa restu dan dorongannya selama ini.

2) Prof Dr Ir Domu Simbolon, MSi dan Prihatin Ika Wahyuningrum, SPi MSi selaku dosen pembimbing I dan II yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk mengarahkan dalam penyusunan skripsi ini.

3) Retno Muninggar, SPi ME selaku dosen penguji dan Dr Iin Solihin, SPi MSi yang telah memberikan masukan dan saran.

4) Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor atas ilmunya yang sangat berharga.

5) Dinas Kelautan dan Perikanan Muncar, UPT PP Muncar, Para nelayan Muncar, dan tim peneliti di Muncar (Safira, Shinta, Prisca, Himawan) yang membantu dalam pengambilan data penelitian.

6) Ismiatunnisa Utami yang selalu memberikan kesabaran,dorongan semangat, dan bantuan selama penelitian hingga penulisan skripsi.

7) Gusti, Fitriatus, Iyok, Jati, Khalida, Novan, Riza Septi, Erin, Mas Fanani, Bayu, Mas Echa, Beny bersaudara, seluruh Bojes 48, IMJB, dan warga C11 yang selalu memberi semangat dan masukan dalam penulisan skripsi ini. 8) Teman-teman seperjuangan NO SPAM, PSP 48, Kakak-kakak, dan adik-adik

Departemen PSP atas saran dan masukan serta kebersamaannya.

9) Semua pihak yang telah membantu selama ini, baik secara langsung dan tidak langsung yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.

Saya berharap skripsi ini dapat membawa manfaat, baik bagi saya sendiri maupun bagi semua pihak, serta dapat memberikan informasi bagi perkembangan perikanan di masa yang akan datang.

Bogor, Agustus 2015

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Penelitian Terdahulu 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 3

METODE 3

Tempat dan Waktu Penelitian 3

Peralalatan Penelitian 4

Jenis dan Sumber Data 4

Pengumpulan Data 4

Analisis Data 5

Komposisi hasil tangkapan 5

Klorofil-a hasil deteksi MODIS 5

Hubungan klorofil dengan hasil tangkapan 6

Pendugaan daerah penangkapan ikan lemuru 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Jumlah Hasil Tangkapan 8

Produktivitas Hasil Tangkapan Ikan Lemuru di PPP Muncar 10

Ukuran Panjang Ikan yang Dominan Tertangkap 11

Kandungan Klorofil-a di Perairan Muncar Banyuwangi 13

Hubungan Klorofil-a dengan Hasil Tangkapan 14

Pendugaan Daerah Penangkapan Ikan Lemuru 16

SIMPULAN DAN SARAN 18

Simpulan 18

Saran 19

DAFTAR PUSTAKA 19

LAMPIRAN 22

(10)

DAFTAR TABEL

1 Hubungan klorofil-a dengan hasil tangkapan 6

2 Penilaian DPI melalui indikator CPUE 7

3 Penilaian DPI melalui indikator ukuran panjang ikan yang dominan

tertangkap 7

4 Penilaian DPI melalui indikator klorofil-a 7

5 Penilaian indikator DPI 8

6 Perbedaan penelitian terdahulu dan saat ini terkait kelayakan tangkap

ikan lemuru 13

7 Penilaian daerah penangkapan ikan di Perairan Muncar 16

DAFTAR GAMBAR

1 Peta lokasi penelitian PPP Muncar Banyuwangi, Jawa Timur 3 2 Komposisi jumlah hasil tangkapan ikan lemuru yang didaratkan di PPP

Muncar dari beberapa DPI pada bulan Februari-Maret 2015 9 3 Sebaran produksi hasil tangkapan ikan lemuru secara temporal di

Perairan Muncar bulan Februari-Maret 2015 10

4 Komposisi jumlah tangkapan pada berbagai kelas ukuran ikan di Perairan Muncar pada bulan Februari-Maret 2015 11 5 Komposisi jumlah ikan kategori layak tangkap dan tidak layak tangkap 12 6 Rata-rata kandungan klorofil-a data harian di Perairan Muncar 13 7 Hubungan kandungan klorofil-a dengan hasil tangkapan di PPP Muncar 15 8 Peta daerah penangkapan ikan lemuru di Perairan Muncar Banyuwangi

pada bulan Februari-Maret 2015 18

DAFTAR LAMPIRAN

1 Ukuran ikan lemuru yang dominan tertangkap di PPP Muncar bulan

Februari-Maret 2015 22

2 Sebaran konsentrasi klorofil-a di Perairan Muncar 23 3 Perhitungan Standar deviasi dan uji korelasi hubungan antara

kandungan klorofil-a dengan hasil tangkapan 24

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

PPP Muncar merupakan salah satu tempat pendaratan lemuru (Sardinella lemuru) yang ada di Indonesia. PPP Muncar menyumbangkan sebesar 64,2% atau 4.082.081 kg dari total ikan lemuru yang didaratkan di Jawa Timur pada tahun 2013 (DKP 2014). Nelayan muncar umumnya menggunakan alat tangkap purse seine atau slerek dalam melakukan operasi penangkapan ikan di daerah penangkapan ikan setelah mendapat informasi dari nelayan yang baru melakukan operasi penangkapan ikan, sehingga nelayan Muncar tidak memiliki daerah yang pasti untuk melakukan operasi penangkapan ikan.

Keberadaan ikan di suatu perairan dipengaruhi ketersediaan makanan. Ketersediaan makanan di perairan sangat ditentukan oleh adanya produsen primer berupa fitoplankton. Keberadaan fitoplankton di perairan akan menarik konsumen tingkat I (pemakan fitoplankton) datang ke perairan tersebut untuk memakannya. Selanjutnya, konsumen tingkat I akan menarik konsumen tingkat II untuk memangsa konsumen tingkat I, begitu seterusnya sampai tingkat konsumen paling atas. Berdasarkan uraian diatas, terlihat bahwa produsen primer di suatu perairan akan menarik organisme-organisme air lainnya untuk mendekat ke perairan tersebut. Fitoplankton membutuhkan energi dari cahaya matahari dalam proses produksi makanan (Nontji 2005). Fitoplankton banyak tersebar pada kolom perairan yang masih mendapatkan cahaya optimum. Keberadaan fitoplankton tersebut memungkinkan kumpulan ikan berkumpul untuk memanfaatkannya. Salah satu ikan yang memanfaatkan fitoplankton sebagai sumber makanan adalah lemuru. Adanya hubungan saling terkait antara fitoplankton dengan ikan lemuru membuat daerah penangkapan ikan (DPI) lemuru dapat diduga.

(12)

2

Permasalahan yang dihadapi nelayan saat ini adalah operasi penangkapan ikan yang tidak efisien. Hal ini disebabkan karena kegiatan operasi penangkapan ikan masih menggunakan cara tradisional, sehingga mengakibatkan waktu trip lebih lama, biaya operasi lebih tinggi namun hasil tangkapan tidak pasti. Perkembangan teknologi penginderaan jarak jauh diharapkan dapat membantu nelayan dalam memperoleh informasi daerah penangkapan ikan potensial, sehingga operasi penangkapan ikan lebih efisien dan efektif.

Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu tentang daerah penangkapan ikan menunjukkan hasil yang berbeda pada skala waktu dan tempat yang berbeda. Pendugaan daerah penangkapan ikan bisa dilakukan melalui analisis konsentrasi klorofil-a suatu perairan, suhu permukaan laut, dan data produksi hasil tangkapan. Perairan Muncar dan Selat Bali sering dilakukan penelitian untuk pengaruh citra satelit berkaitan dengan hasil tangkapan. Inaya (2004) melakukan penelitian dengan judul ”Pendugaan Hasil Tangkapan Ikan Lemuru yang didaratkan di PPI Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur”. Penelitian ini menunjukkan bahwa puncak ikan lemuru terjadi pada musim barat yaitu bulan Agustus-November. Penelitian Nababan (2009) dengan judul “Hubungan Konsentrasi Klorofil-a di Perairan Selat Bali dengan Produksi Ikan Lemuru yang Didaratkan di TPI Muncar, Banyuwangi” menunjukkan bahwa konsentrasi klorofil-a memiliki nilai yang lebih tinggi pada Musim Timur (Juni–Agustus). Penelitian yang dilakukan oleh Ridha et al. (2013) memiliki hasil yang berbeda yaitu musim puncak ikan lemuru di Selat Bali pada tahun 2012 terjadi pada bulan September hingga Desember. Penelitian sejenis perlu dilakukan untuk periode yang berbeda agar diperoleh informasi yang berkelanjutan, sehingga informasi daerah penangkapan ikan kaitannya dengan hasil tangkapan dan konsentrasi klorofil-a menjadi lebih lengkap dan komprehensif. Penelitian ini dilakukan pada waktu yang berbeda dengan Inaya yaitu pada bulan Februari-Maret 2015 dengan judul “Analisis Daerah Penangkapan Ikan Lemuru Berdasarkan Kandungan Klorofil-a dan Komposisi Hasil Tangkapan yang Didaratkan di PPP Muncar Banyuwangi”.

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk:

1) Menghitung komposisi jumlah dan ukuran hasil tangkapan yang dominan tertangkap di Perairan Muncar;

2) Mengidentifikasi sebaran kandungan klorofil-a di Perairan Muncar, Banyuwangi;

3) Menganalisis hubungan klorofil-a dengan produksi hasil tangkapan ikan lemuru pada bulan Februari-Maret 2015;

(13)

3 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1) Memberikan informasi kepada nelayan mengenai daerah penangkapan ikan lemuru potensial di Perairan Muncar, Banyuwangi;

2) Membantu memberikan informasi kepada dinas pemerintahan terkait agar bisa menyusun kebijakan untuk mempertahankan kelestarian sumberdaya ikan lemuru;

3) Menambah pengetahuan mahasiswa mengenai daerah penangkapan ikan potensial kaitannya dengan kandungan klorofil-a suatu perairan.

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PPP Muncar Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur (Gambar 1). Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari sampai Maret 2015 dengan dua tahap pengambilan data.Tahap pertama pengambilan data di PPP Muncar, Banyuwangi yang dilaksanakan selama satu bulan dari tanggal 10 Februari sampai 10 Maret 2015. Tahap kedua adalah mengunduh data klorofil-a harian hasil deteksi AquaMODIS dari internet akuisisi tanggal 14 Februari 2015 sampai 14 Maret 2015 diunduh pada bulan Maret 2015.

(14)

4

Peralatan Penelitian

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini menggunakan peta perairan Muncar; mistar untuk mengukur panjang ikan; software SeaDAS untuk menganalisis data klorofil-a dari citra satelit; kamera untuk dokumentasi; dan kuesioner untuk mendapatkan data posisi daerah penangkapan ikan, waktu operasi, dan jumlah tangkapan.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan pada penelitian ini ada dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari data komposisi hasil tangkapan, posisi operasi penangkapan ikan dan waktu operasi penangkapan ikan.Data komposisi hasil tangkapan meliputi data jenis hasil tangkapan, data jumlah hasil tangkapan per jenis hasil tangkapan, dan data ukuran panjang ikan lemuru yang dominan tertangkap. Data primer didapatkan dari armada penangkapan ikan lemuru yang berbasis di PPP Muncar. Data sekunder yang diambil adalah data klorofil-a harian hasil deteksi MODIS pada Perairan Muncar dan data produksi harian hasil tangkapan ikan lemuru di PPP Muncar. Data citra klorofil-a hasil deteksi MODIS didapatkan dari situs http://www.oceancolor.gsfc.nasa.gov.

Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan dengan metode kasus karena unit dan lingkup penelitiannya kecil atau terbatas. Objek pada penelitian adalah armada penangkapan ikan lemuru yaitu purse seine (slerek) yang berbasis di PPP Muncar. Data Primer diperoleh dengan dua cara yaitu dengan pengamatan langsung dan pengamatan tidak langsung. Data dari pengamatan langsung diperoleh dari armada penangkapan ikan lemuru di PPP Muncar yaitu slerek (purse seine). Jumlah sampel kapal yang diambil adalah 120 unit dengan cara purposive sampling. Pertimbangan yang digunakan penggunaan purposive sampling antara kapal yang digunakan menangkap ikan lemuru, pemilik kapal memberi izin, dan kapal tersebut beroperasi di lokasi penelitian. Data yang diperoleh berupa jenis, ukuran panjang ikan hasil tangkapan yang dominan tertangkap. Data primer juga diperoleh melalui pengisian kuesioner oleh responden yang ditentukan secara purposive sampling. Responden setiap kapal ditetapkan 2 orang yang terdiri dari pemilik kapal dan anak buah kapal. Kriteria responden antara lain memiliki pengalaman dan pengetahuan tentang operasi penangkapan ikan lemuru dengan purse seine, dan bersedia menjadi responden untuk memberikan informasi yang dibutuhkan.

(15)

5 harian diperoleh dari PPP Muncar. Selanjutnya, data pendukung lainnya seperti kondisi perairan Muncar diperoleh melalui tinjauan pustaka.

Analisis Data Komposisi hasil tangkapan

Data komposisi hasil tangkapan terdiri dari data hasil tangkapan dan ukuran panjang ikan lemuru yang dominan tertangkap. Data hasil tangkapan yang telah diperoleh dianalisis secara deskriptif melalui penyajian tabel atau grafik. Selanjutnya, data ukuran panjang ikan lemuru yang dominan tertangkap dikelompokkan berdasarkan selang kelas yang dibuat untuk melihat Jumlah panjang yang paling dominan. Penentuan selang kelas menggunakan rumus (Walpole 2005):

Keterangan:

n: Jumlah sampel

Setelah sebaran panjang ikan didapat kemudian disajikan dalam bentuk grafik lalu dianalisis secara deskriptif. Ukuran panjang ikan dikelompokkan menjadi ikan layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap. Ikan lemuru yang layak tangkap merupakan ikan-ikan yang ukurannya lebih besar dari ukuran ikan yang pertama kali matang gonad atau length at first maturity (LM). Ikan-ikan yang belum layak tangkap merupakan ikan-ikan yang ukurannya lebih kecil dari LM (Wujdi et al.2013). Cara menghitung persentase dari ikan layak tangkap dan tidak layak tangkap adalah:

Persentase dari ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap disajikan dalam bentuk diagram dan dianalisis secara deskriptif.

Klorofil-a hasil deteksi MODIS

(16)

6

Hubungan klorofil-a dengan hasil tangkapan

Klorofil-a hasil deteksi MODIS yang telah dianalisis dengan menggunakan software SeaDAS kemudian dibandingkan dengan produksi hasil tangkapan yang didaratkan di PPP Muncar. Adanya selang waktu (time lag) antara peningkatan konsentrasi klorofil-a dan peningkatan produksi ikan lemuru, hubungan antara klorofil-a dengan hasil tangkapan dianalisis korelasi silang. Uji ini tidak hanya untuk mengetahui keeratan hubungan antara dua variabel, tetapi juga untuk mengetahui selang waktu atau time lag dalam hubungan antara kedua variabel tersebut. Hubungan antara klorofil-a dengan hasil tangkapan juga dianalisis secara deskriptif dengan cara overlay sebaran nilai variabel klorofil-a dan hasil tangkapan dalam bentuk grafik. Tinggi rendahnya tingkat hubungan kedua variabel berdasarkan nilai koefisien korelasi dapat diinterpretasikan pada tabel 1. Tabel 1Hubungan klorofil-a dengan hasil tangkapan

Nilai Interpretasi

Indikator yang digunakan dalam penentuan DPI oleh Surbakti (2012) adalah konsentrasi klorofil-a dan catch per unit effort (CPUE), sedangkan indikator yang digunakan oleh Zen et al. (2005) antara lain hasil tangkapan, panjang ikan, salinitas, dan suhu permukaan laut. Pada penelitian ini daerah penangkapan ikan lemuru di Perairan Muncar dievaluasi berdasarkan tiga indikator, yaitu CPUE (catch per unit effort), rata–rata ukuran panjang ikan yang tertangkap dan kandungan klorofil-a.

1) CPUE (catch per unit effort)

Catch per unit effort ini menggambarkan jumlah ikan yang bisa ditangkap di suatu daerah penangkapan ikan dalam jumlah trip tertentu per hari (kg/trip). Berikut ini adalah rumus perhitungan CPUE (Purwaningtyas et al. 2006):

(17)

7

Tabel 2 Penilaian DPI melalui indikator CPUE

Kategori CPUE Kriteria Kategori DPI

Tinggi CPUE > CPUE rata-rata Potensial Rendah CPUE ≤ CPUE rata-rata Tidak potensial Sumber: Simbolon dan Girsang 2009

2) Ukuran ikan yang dominan tertangkap

Data ukuran panjang ikan yang diperoleh dibandingkan dengan panjang ikan pada saat ikan tersebut pertama kali matang gonad atau length at first maturity (LM). Ikan lemuru pertama kali matang gonad pada ukuran 17,8 cm karena kematangan gonad sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan dan faktor lingkungan (Wujdi et al. 2013). Menurut Ismajaya (2007) Apabila panjang ikan yang tertangkap lebih besar dari LM, maka daerah penangkapan ikan dikategorikan potensial. Apabila panjang ikan yang tertangkap lebih kecil dari atau sama dengan LM, maka daerah penangkapan ikan dikategorikan tidak potensial (Tabel 3). Jika ukuran ikan tertangkap ≥ LM diberi bobot 1, sebaliknya jika ukuran ikan tertangkap ≤ LM diberi bobot 0.

Tabel 3 Penilaian DPI melalui indikator ukuran panjang ikan yang dominan tertangkap

Kategori Ukuran panjang Kriteria Kategori DPI

Besar Panjang ikan > LM Potensial

Kecil Panjang ikan ≤ LM Tidak potensial

Sumber: Ismajaya 2007 3) Klorofil-a

Data klorofil-a hasil deteksi MODIS yang telah diolah menggunakan software SeaDAS juga digunakan sebagai indikator penilaian daerah penangkapan ikan. Kategori daerah penangkapan ikan dibagi menjadi dua berdasarkan kandungan klorofil-a nya. Jika suatu perairan dengan kandungan klorofil-a lebih besar dari 0,2 mg/m³, maka daerah penangkapan tersebut dikategorikan potensial. Widodo (2008) menyatakan jika suatu perairan dengan kandungan klorofil-a lebih kecil atau sama dengan 0,2 mg/m³, maka daerah penangkapan tersebut dikategorikan tidak potensial (Tabel 4). Pengelompokan tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa konsentrasi klorofil-a diatas 0,2 mg/m³ menunjukkan bahwa di suatu perairan terdapat kehidupan fitoplankton sehingga dapat mempertahankan keberlangsungan perkembangan perikanan.

Tabel 4 Penilaian DPI melalui indikator klorofil-a

Kategori kandungan klorofil-a Kriteria Kategori DPI

Banyak Klorofil-a > 0,2 mg/m³ Potensial

Sedikit Klorofil-a ≤ 0,2 mg/m³ Tidak potensial Sumber: Widodo 2008

(18)

8

tidak potensial) berdasarkan ketiga indikator diberi bobot atau skor selanjutnya diakumulasikan dan di analisis deskriptif (Tabel 5).

Tabel 5 Penilaian indikator DPI

Nilai dari ketiga indikator daerah penangkapan ikan selanjutnya diakumulasikan. Daerah penangkapan dikatakan potensial apabila ketiga indikator tersebut semuanya terpenuhi atau skor 3. Daerah penangkapan dikategorikan potensial sedang jika dua kriteria dari ketiga indikator DPI potensial terpenuhi atau skor 2. Daerah penangkapan dikatakan tidak potensial jika hanya satu kriteria daerah penangkapan ikan yang potensial yang terpenuhi (skor 1) atau tidak memenuhi kriteria sama sekali (skor 0).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah Hasil Tangkapan Ikan Lemuru di PPP Muncar

Ikan lemuru merupakan salah satu hasil tangkapan utama di Perairan Muncar. Ikan lemuru memiliki sifat bergerombol dan cenderung terdapat di permukaan laut ketika malam hari serta masuk ke dalam kolom perairan saat siang hari (Hosniyanto 2003). Armada penangkapan ikan lemuru yang dominan di PPP Muncar Banyuwangi adalah purse seine. Purse seine yang dikenal dengan nama lokal slerek merupakan alat penangkapan ikan dari jaring yang dioperasikan dengan cara melingkari gerombolan ikan hingga alat berbentuk seperti mangkuk pada akhir operasi (Diniah 2008). Umumnya purse seine di PPP Muncar melakukan operasi penangkapan ikan dengan menggunakan two boat system dan pola kerja harian (one day fishing) dengan daerah penangkapan di Perairan Muncar dan Selat Bali (Wijaya et al. 2009). Hasil tangkapan di setiap daerah penangkapan ikan yang diperoleh berbeda-beda (Gambar 2). Penyebabnya adalah kunjungan nelayan ke daerah tersebut berbeda-beda juga sesuai dengan informasi yang didapat oleh nelayan Muncar sebelum melakukan operasi penangkapan ikan, sehingga daerah yang hasil tangkapannya paling banyak adalah daerah yang sering dikunjungi nelayan untuk melakukan operasi penangkapan ikan.

Kriteria Kategori Skor

CPUE CPUE ≥ CPUE rata-rata (tinggi) Potensial 1

CPUE < CPUE rata-rata (rendah) Tidak potensial 0

Ukuran Ukuran panjang ikan ≥ LM Potensial 1

Panjang ikan < LM Tidak potensial 0

Klorofil-a Klorofil-a > 0,2 mg/m³ Potensial 1

(19)

9

Gambar 2 Komposisi jumlah hasil tangkapan ikan lemuru yang didaratkan di PPP Muncar dari beberapa DPI pada bulan Februari-Maret 2015

Jumlah total hasil tangkapan yang didaratkan pada PPP Muncar pada saat penelitian adalah 558,5 ton yang tertangkap di berbagai DPI di Perairan Muncar. Pada saat penelitian bukan merupakan musim puncak karena musim puncak lemuru terjadi pada bulan Desember-Januari. Selain ikan lemuru yang tertangkap lainnya adalah ikan tongkol sekitar 10 kg. Ikan tongkol yang tertangkap hanya pada beberapa hari awal penelitian, sehingga pembahasan selanjutnya hanya difokuskan pada ikan lemuru. Operasi penangkapan dilakukan pada beberapa daerah yang letaknya tidak berjauhan sehingga mempercepat dalam operasi.

Daerah yang memiliki hasil tangkapan terbanyak yaitu di daerah penangkapan ikan Perairan Selat Bali. Tingginya hasil tangkapan disebabkan oleh jumlah nelayan dan intensitas nelayan yang melakukan operasi penangkapan ikan di daerah tersebut. Hal ini juga didukung oleh tingginya konsentrasi klorofil-a, sehingga fitoplankton yang terdapat di daerah Selat Bali banyak. Menurut Panjaitan (2009) tingginya konsentrasi klorofil-a di Selat Bali dikarenakan adanya kenaikan massa air yang intensif di perairan tersebut. Pada saat musim paceklik lemuru produktivitas mengalami penurunan.

Daerah Muncar Banyuwangi dikenal sebagai penghasil ikan lemuru terbesar di Jawa. Oleh karena itu, banyak pabrik-pabrik pengolahan ikan lemuru di sekitar TPI Muncar. Ikan-ikan hasil olahan yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan didistribusikan ke berbagai daerah tujuan baik skala lokal maupun ekspor. Daerah tujuan skala lokal antara lain Surabaya, Yogyakarta, Malang, Jakarta, Bali, dan Madura. Skala ekspor yaitu Amerika, Eropa, dan sebagian Timur Tengah (DKP Banyuwangi 2014). Perusahan-perusahaan pengolahan tersebut sangat membantu para nelayan dalam menjual hasil tangkapannya. Nelayan biasanya melakukan kerjasama dengan pabrik-pabrik tertentu sehingga hasil tangkapannya dapat segera dibawa ke perusahaan untuk diolah. Masalah yang sering terjadi di perairan Selat Bali adalah nelayan dari PPP Muncar dan Bali saling mengakui bahwa daerah penangkapan ikan merupakan daerah operasinya sehingga konflik antar nelayan Muncar dan Bali tidak bisa dihindari. Oleh karena itu, perlu adanya pembagian wilayah daerah penangkapan ikan oleh Dinas Perikanan daerah

(20)

10

Banyuwangi dan Bali, sehingga konflik yang merupakan masalah utama bisa dicegah.

Produktivitas Hasil Tangkapan Ikan Lemuru di PPP Muncar

Ikan lemuru merupakan ikan yang dominan tertangkap oleh nelayan purse seine di PPP Muncar, Banyuwangi. Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa produksi hasil tangkapan ikan lemuru paling banyak yaitu pada tanggal 9 Maret 2015 sebanyak 42/hari ton dan pada tanggal 17 Februari 2015 merupakan hasil tangkapan paling sedikit sebanyak 9 ton/hari selama penelitian dilakukan. Hasil tangkapan ikan lemuru berfluktuasi antara 1-42 ton (Gambar 3). Suhu permukaan laut di sekitar perairan Muncar 27o sehingga banyak ikan lemuru yang berada di perairan tersebut. Suhu dan klorofil-a mempengaruhi fotosintesis di laut secara langsung maupun tak langsung. Pengaruh langsung karena reaksi kimia yang berperan dalam proses fotosintesis yang dikendalikan oleh suhu. Sedangkan pengaruh tak langsung karena suhu akan menentukan struktur hidrologis suatu perairan sebagai habitat fitoplankton (Nontji 2005).

Nilai Catch per Unit Effort (CPUE) rata-rata di Perairan Muncar Banyuwangi adalah sebesar 3989.29 kg per trip. Hal ini sebagai salah satu acuan untuk menentukan daerah penangkapan ikan yang potensial di Perairan Muncar dan Selat Bali. Daerah penangkapan ikan potensial tinggi apabila nilai CPUE suatu DPI lebih dari CPUE rata-rata sehingga mempermudah nelayan untuk mendapatkan informasi lokasi yang tepat untuk melakukan operasi penangkapan ikan lemuru tanpa banyak membuang waktu untuk mencari lokasi.

Gambar 3 Sebaran produksi hasil tangkapan ikan lemuru secara temporal di Perairan Muncar bulan Februari-Maret 2015

Hasil tangkapan selama penelitian mengalami penurunan pada tanggal 17 Februari 2015 dan 8 Maret 2015 serta peningkatan jumlah hasil tangkapan pada tanggal 26 Februari, 2 Maret, dan 9 Maret 2015. Peningkatan hasil tangkapan pada saat penelitian diduga karena ketepatan nelayan dalam menentukan daerah penangkapan ikan dan pada hari itu jumlah kapal yang beroperasi banyak karena cuaca yang baik. Penyebab dari penurunan hasil tangkapan salah satunya keadaan perairan mengalami perubahan baik suhu maupun keadaan oseanografinya (Merta

(21)

11 1992). Perubahan yang terlihat adalah suhu permukaan laut di perairan Muncar dan Selat Bali yaitu berkisar antara 28º-31º.

Ukuran Panjang Ikan yang Dominan Tertangkap

Pada penelitian ini, ikan lemuru yang tertangkap dan didaratkan di PPP Muncar memiliki ukuran yang berbeda-beda (Gambar 4). Hasil tangkapan ikan lemuru yang didapat ukurannya sangat beragam mulai dari 9 cm hingga 23 cm. Ukuran ikan yang tertangkap bisa dijadikan sebagai ukuran layak tangkap dari ikan lemuru berdasarkan length at first maturity (LM) atau tingkat kematangan gonad (Ismajaya 2007). Menurut Wijaya et al. (2009) menyatakan bahwa musim ikan lemuru di Selat Bali menurut ukurannya dapat dibagi sebagai berikut:

1) Sempenit (<11 cm) pada bulan Agustus sampai Desember 2) Protolan (11-15cm) pada bulan Januari sampai Desember 3) Lemuru (15-18cm) pada bulan Mei sampai Desember

4) Lemuru kucing (>18cm) pada bulan Oktober sampai Desember

Ukuran ikan lemuru yang paling banyak tertangkap adalah jenis ikan lemuru protolan yaitu 217 ekor (43%) dan paling sedikit jenis lemuru kucing yaitu 63 ekor (13%). Jumlah tangkapan ikan lemuru jenis lainnya cenderung tidak jauh berbeda. Hasil tangkapan jenis ikan lemuru sempenit yaitu 80 ekor (16%) sedangkan ikan jenis lemuru adalah 140 ekor (28%). Hal ini menunjukkan bahwa pada saat penelitian ikan lemuru jenis protolan mendominasi hasil tangkapan nelayan Muncar. Ikan jenis protolan selalu ada setiap bulannya sehingga ikan jenis tersebut selalu tertangkap oleh nelayan (Wijaya et.al, 2009).

Gambar 4 Komposisi jumlah tangkapan pada berbagai jenis ikan lemuru di Perairan Muncar pada bulan Februari-Maret 2015

Ikan lemuru yang tertangkap di Perairan Muncar dan Selat Bali didominasi oleh ikan yang tidak layak tangkap. Jumlah ikan yang layak tangkap sebesar 11,60% dan ikan yang tidak layak tangkap sebesar 88,40%. Ikan dinyatakan layak tangkap apabila ukuran ikan > 17,8 cm sedangkan ikan tidak layak tangkap yang berukuran ≤ 17,8 cm. Ikan lemuru pertama kali matang gonad pada ukuran 17,8 cm karena kematangan gonad sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan dan

(22)

12

faktor lingkungan (Wujdi et al. 2013). Lemuru yang termasuk ikan layak tangkap adalah jenis ikan lemuru kucing. Kondisi dan letak geografis yang berbeda dapat menyebabkan perbedaan ukuran pertama kali matang gonad untuk ikan yang sama (Nasution 2004).

Gambar 5 Komposisi jumlah ikan kategori layak tangkap dan tidak layak tangkap (Sumber: data primer)

(23)

13 Tabel 6 Perbedaan penelitian terdahulu dan saat ini terkait kelayakan tangkap

lemuru

Perairan Sibolga 39,65% 60,35%

Ginanjar (2006) Juni

2004-Mei 2005

Perairan Siberut 40,70% 59,30%

Nababan (2009) Desember

2008- April 2009

Selat Bali 52,25% 47,75%

Kandungan Klorofil-a di Perairan Muncar Banyuwangi

Klorofil-a merupakan salah satu indikasi kesuburan perairan. Secara umum perairan yang subur tentunya mengandung klorofil-a dengan konsentrasi tinggi. Perairan Muncar dan Selat Bali merupakan perairan yang cukup subur. Rata-rata kelimpahan plankton di perairan sekitar Selat Bali berfluktuasi tergantung pada perubahan musim (Wudianto (2001). Kelimpahan fitoplankton tinggi biasanya terjadi pada saat suhu agak rendah dan kondisi salinitas permukaan tinggi 34‰. Hal ini terlihat dari rata-rata konsentrasi klorofil-a yang ada di Perairan Muncar dan Selat Bali selama penelitian.

Gambar 6. Rata-rata kandungan klorofil-a data harian di Perairan Muncar

Kandungan klorofil-a yang terdapat pada Perairan Muncar Banyuwangi fluktuatif setiap harinya (Gambar 6). Pada tanggal 14 Februari konsentrasi klorofil-a sebesar 0,136; tanggal 15 Februari 0,126; 16 Februari 0,142; 17 Februari 0,158; 18 Februari 0,167; 19 Februari 0,155; 20 Februari 0,237; 21 Februari 0,225; 22 Februari 0,143; 23 Februari 0,136; 24 Februari 0,215; 25 Februari 0,237; 26 Februari 0,259; 27 Februari 0,236; 28 Februari 0,156; 1 Maret

(24)

14

0,126; 2 Maret 0,257; 3 Maret 0,249; 4 Maret 0,180; 5 Maret 0,187; 6 Maret 0,165; 7 Maret 0,250; 8 Maret 0,132; 9 Maret 0,236. Terlihat bahwa setiap harinya kandungan klorofil-a mengalami perubahan, klorofil-a cenderung tinggi pada akhir bulan Februari serta pada tanggal 2 dan 9 Maret 2015. Sering didapatkan citra satelit yang memiliki nilai konsentrasi klorofil-a bernilai 0, Karena citra satelit AquaModis terhalang oleh awan sehingga tidak terdeteksi adanya kandungan klorofil-a di perairan Muncar pada tanggal-tanggal tertentu.

Fitoplankton merupakan makhluk hidup yang pergerakannya sangat dipengaruhi oleh arus. Oleh karena itu, pada musim timur terjadi munson tenggara. Pada munson tenggara, upwelling terjadi di selatan jawa sehingga massa air di Selatan Jawa kaya nutrien. Angin munson tenggara menyebabkan massa air di Perairan Selatan Jawa mengalami sirkulasi yang sangat kuat (Wrytki 1961 vide Ramansyah 2009). Kandungan klorofil-a pada saat penelitian pada tanggal 26 Februari 2015 memiliki konsentrasi yang paling besar di perairan Muncar yaitu sebesar 0,259 mg/m³ dan konsentrasi terendah sebesar 0,126 mg/m³ yang terjadi pada tanggal 15 Februari dan 1 Maret 2015.

Hubungan Klorofil-a dengan Hasil Tangkapan

Ikan lemuru merupakan ikan dengan tingkat trofik level pertama sehingga tidak jauh dari produsen primer yaitu fitoplankton. Hal ini yang kemungkinan menyebabkan adanya hubungan erat antara ikan lemuru atau ikan lemuru lainnya dengan keberadaan fitoplankton. Makanan utama ikan lemuru adalah fitoplankton dan zooplankton. Pada bulan Juli-September dan Desember-Januari, makanan ikan lemuru yang paling utama adalah diatom sedangkan pada bulan lainnya adalah Copepod (Darmajati 2011).

(25)

15 selama 1 bulan (Februari-Maret 2015). Secara keseluruhan tren fluktuasi konsentrasi klorofil-a dan produksi lemuru hampir sama, namun puncak peningkatan klorofil-a dan lemuru tidak terjadi secara bersamaan.

Gambar 7 Hubungan kandungan klorofil-a dengan hasil tangkapan di PPP Muncar Saat konsentrasi klorofil-a rendah pada tanggal 14 Februari 2015 sampai 24 Februari 2015, hasil tangkapan ikan lemuru di PPP Muncar juga menunjukkan nilai yang rendah juga. Pada tanggal 25 Februari 2015 sampai 9 Maret 2015 konsentrasi klorofil-a mengalami peningkatan, volume hasil tangkapan ikan lemuru juga mengalami peningkatan. Akan tetapi pada tanggal 8 Maret 2015 menunjukkan peningkatan konsentrasi klorofil-a namun jumlah hasil tangkapan menurun, hal ini karena peningkatan jumlah plankton di perairan tersebut tidak langsung memberikan dampak terhadap peningkatan volume ikan lemuru yang ada di perairan tersebut. Kemungkinan hal tersebut disebabkan adanya time lag didalam rantai makanan (Septiana 2013). Selain faktor makanan, faktor lingkungan juga sangat berpengaruh terhadap penyebaran ikan. Ikan lemuru umumnya menyukai perairan dengan arus yang lemah (Simbolon 2011).

Gambar 7 mengindikasikan adanya waktu sela (time lag) antara peningkatan konsentrasi klorofil-a dan produksi. Hubungan signifikan yang terkait dengan waktu sela tersebut dapat diketahui berdasarkan hasil korelasi silang. Hasil analisis korelasi silang menunjukkan adanya konsentrasi klorofil-a dengan produksi ikan lemuru. Korelasi signifikan ini pada waktu sela 1-4 hari. Berdasarkan hasil korelasi tersebut diketahui bahwa peningkatan konsentrasi klorofil-a akan mempengaruhi peningkatan produksi ikan lemuru pada waktu sela 1-4 hari.

Hasil uji korelasi silang Spearman (lampiran 3) sebesar 0,700 menunjukkan bahwa klorofil-a dan hasil tangkapan memiliki hubungan yang kuat. Sehingga keberadaan klorofil-a mempengaruhi jumlah hasil tangkapan nelayan PPP Muncar. Hubungan antara peningkatan konsentrasi klorofil-a dan produksi lemuru di Perairan Muncar terkait dengan melimpahnya plankton sebagai sumber makanan ikan lemuru pada musim barat yang disebabkan karena kondisi perairan yang subur. Tingginya unsur hara di permukaan pada saat terjadi upwelling di musim barat akan meningkatkan konsentrasi fitoplankton. Fitoplankton merupakan tingkatan terendah dalam rantai makanan di laut serta menjadi sumber makanan

0.000

(26)

16

bagi zooplankton dan ikan kecil. Ikan lemuru merupakan ikan pemakan plankton, fitoplankton, maupun zooplankton. Sehingga kelimpahan fitoplankton dan zooplankton menjadi penopang stok makanan sekaligus mampu meningkatkan kelimpahan ikan lemuru. Sementara waktu sela yang terjadi antara peningkatan konsentrasi klorofil-a dengan produksi ikan lemuru berhubungan dengan siklus hidup ikan lemuru (Wudianto 2001). Hasil penelitian ini apabila dikaitkan dengan penelitian Wudianto maka dapat diketahui bahwa kelimpahan fitoplankton di perairan Muncar dan Selat Bali terjadi pada musim barat dan kelimpahan ikan lemuru umumnya didominasi oleh ikan lemuru berukuran 11-15 cm jenis lemuru protolan.

Pendugaan Daerah Penangkapan Ikan Lemuru

Daerah Penangkapan ikan lemuru di Perairan Muncar pada bulan Februari-Maret 2015 dievaluasi berdasarkan 3 indikator yaitu CPUE, ukuran panjang ikan yang tertangkap, dan kandungan klorofil-a. Daerah penangkapan ikan lemuru di Perairan Muncar didominasi oleh daerah penangkapan yang tidak potensial (Tabel 7). Daerah penangkapan ikan potensial apabila memenuhi ketiga indikator tersebut. Daerah penangkapan ikan potensial sedang apabila hanya memenuhi dua dari tiga indikator. Apabila hanya memenuhi satu atau tidak memenuhi dari ketiga indikator maka daerah penangkapan ikan tersebut dinyatakan tidak potensial (Widodo, 2008).

Tabel 7 Penilaian Daerah Penangkapan Ikan di Perairan Muncar

(27)

17 Keterangan:

N: Nilai CPUE P: Potensial

B: Bobot PS: Potensial Sedang

L: Ukuran Panjang Ikan TP: Tidak Potensial K: Konsentrasi Klorofil-a

Berdasarkan nilai CPUE, daerah penangkapan ikan yang termasuk daerah penangkapan ikan kategori CPUE tinggi adalah Batu Layar, Karang Ente, Pengambengan, Selat Bali, Sembulungan, Singaraja, Ujung Pasir. Daerah penangkapan ikan yang ukuran panjang tangkapannya termasuk dalam kategori besar antara lain Pengambengan, Selat Bali, Sembulungan, dan Terangan. Kategori daerah penangkapan ikan memiliki konsentrasi klorofil-a tinggi antara lain Jimbaran, Karang Ente, Pancer, Pengambengan, Selat Bali, Sembulungan, Senggrong, Singaraja, Tanjung Bukit, dan Ujung Pasir.

Dari 16 daerah penangkapan ikan yang diperoleh pada saat penelitian hanya 3 daerah penangkapan ikan yang termasuk dalam kategori potensial, 3 daerah penangkapan ikan kategori potensial sedang, dan 10 daerah lainnya tergolong tidak potensial. Daerah yang tergolong daerah penangkapan ikan potensial antara lain Selat Bali, Sembulungan, dan Pengambengan. Daerah penangkapan ikan potensial sedang antara lain Karang Ente, Singaraja, dan Ujung Pasir. Daerah penangkapan ikan yang dalam kategori tidak potensial antara lain Batu Layar, Buntu, Grajagan, Jimbaran, Kuta, Pancer, Senggrong, Tanjung Bukit, Teluk Kentol, dan Terangan.

Dapat disimpulkan bahwa daerah penangkapan ikan lemuru potensial menyebar tidak hanya di perairan sekitar PPP Muncar tetapi juga berada di perairan yang cukup jauh dari fishing base (Gambar 8). Tabel 6 menunjukkan bahwa produktivitas DPI sangat tinggi sedangkan ikan yang tertangkap banyak yang belum layak tangkap, sehingga pengaturan ukuran mata jaring yang diperbesar agar selektif dan mencegah tertangkapnya ikan yang belum layak tangkap.

(28)

18

Gambar 8 Peta daerah penangkapan ikan lemuru di Perairan Muncar Banyuwangi Daerah penangkapan ikan lemuru potensial Perairan Muncar dan Selat Bali sangat bermanfaat bagi nelayan. Hal ini dikarenakan konflik yang terjadi akibat masalah daerah penangkapan ikan bisa dikurangi dan dicegah. Dengan diketahuinya daerah potensial maka pihak pemerintahan bisa membatasi zona penangkapan antara nelayan Muncar dan nelayan Bali.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Simpulan yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan di Perairan Muncar Banyuwangi adalah

1)Ikan Lemuru yang tertangkap di Perairan Muncar sebanyak 558,5 ton, dengan jenis ikan lemuru yang dominan tertangkap Protolan yaitu sebanyak 217 ekor (43%). Ikan lemuru tersebut didominasi oleh kategori tidak layak tangkap yaitu 88,40%, sedangkan yang masuk kategori layak tangkap hanya 11,60%;

2)Perairan Muncar Banyuwangi memiliki konsentrasi kandungan klorofil-a yang fluktuatif setiap harinya mulai tanggal 14 Februari 2015 sampai 9 Maret 2015; 3)Kandungan klorofil-a di Perairan Muncar berpengaruh terhadap komposisi

(29)

19 4)Daerah penangkapan ikan lemuru potensial di Perairan Muncar pada bulan Februari-Maret 2015 hanya terdapat di Perairan Sembulungan, Pengambengan, dan sekitar Selat Bali.

Saran

Saran yang yang diusulkan dari penelitian ini adalah:

1)Pemerintah perlu melakukan sosialisasi mengenai zonasi daerah penangkapan ikan di perairan Muncar, Banyuwangi untuk menghindari konflik nelayan dari Muncar dan Bali;

2)Pemerintah perlu membuat aturan baru tentang penggunaan alat tangkap yang ramah lingkungan di Perairan Muncar;

3)Penelitian dengan tema yang sama perlu dilakukan namun dalam waktu yang berbeda untuk melengkapi informasi daerah penangkapan ikan secara temporal dan spasial;

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. Ocean Color Web. http://www.oceancolor.gsfc.nasa.gov [diunduh: 16 Maret 2015]

Darmajati, D. 2001. Analisis Hasil Tangkapan per Upaya Penangkapan dan Pola Musim Penangkapan Ikan Lemuru di Perairan Teluk Prigi [Skripsi]. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan FPIK IPB. Dinas Kelautan Perikanan. 2014. Laporan Tahunan Tahun 2011. Dinas Perikanan

Daerah Tingkat II Kabupaten Banyuwangi, Banyuwangi. 65 hal.

Diniah. 2008. Pengenalan Perikanan Tangkap. Bogor (ID):Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan FPIK IPB.

Ginanjar M. 2006. Kajian Reproduksi Ikan Lemuru Berdasarkan Perkembangan Gonad dan Ukuruan Ikan dalam Penentuan Musim Pemijahan di Perairan Pantai Timur Pulau Siberut [Thesis]. Bogor (ID): Sekolah PascaSarjana IPB.

Hosniyanto. 2003. Hubungan antara Fluktuasi Konsentrasi Klorofil Citra SeaWIFS dengan Produksi Ikan Lemuru di Perairan Selat Bali [Skripsi]. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan FPIK IPB. Ismajaya. 2007. Hubungan Suhu Permukaan Laut dengan Daerah Penangkapan

Ikan Tongkol pada Musim Timur di Perairan Teluk Palabuhan Ratu, Jawa Barat [Skripsi]. (tidak dipublikasikan). Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.Institut Pertanian Bogor. Bogor.

(30)

20

Merta IGS. 1992. Beberapa Parameter Biologi Ikan Lemuru dari Perairan Selat Bali. Jurnal Perikanan Laut, 67;1-10.

Nababan NMCM. 2009. Hubungan Konsentrasi Klorofil-a di Perairan Selat Bali dengan Produksi Ikan Lemuru (Sardinella lemuru) yang Didaratkan di TPI Muncar Banyuwangi [Skripsi]. Bogor (ID): Ilmu dan Teknologi Kelautan FPIK IPB.

Nasution SH. 2004. Karakteristik Ikan Endemik. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 11(2):29-37.

Nontji A. 2005. Laut Nusantara. Cetakan ketiga. Jakarta: Penerbit Djambatan. 368 hlm.

Panjaitan RJA. 2009. Variabilitas Konsentrasi Klorofil-A Dan SuhuPermukaan Laut Dari Citra Satelit Aqua ModisSerta Hubungannya Dengan Hasil Tangkapan Ikan Lemuru Di Perairan Selat Bali [Skripsi]. Bogor (ID): Ilmu dan Teknologi Kelautan FPIK IPB.

Purwaningtyas SE, Sugianti Y, Hartati ST. 2006. Hasil Tangkapan Ikan dengan Menggunakan Bubu di Teluk Saleh. Nusa Tenggara Barat. Prosiding Seminar Nasional Ikan IV. Jatiluhur (ID): PDII LIPI.

Ridha U, Muskananfola MR, Hartoko A. 2013. Analisa Sebaran Tangkapan Ikan Lemuru (Sardinella lemuru) Berdasarkan Data Satelit Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-A di Perairan Selat Bali. Diponegoro Journal Of Maquares. 2(4): 53-60.

Septiana E. 2013. Pendugaan Daerah Penangkapan Ikan Lemuru Berdasarkan Kandungan Klorofil-a dan Komposisi Hasil Tangkapan di Perairan Teluk Lampung [skripsi]. Bogor (ID): Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan FPIK IPB.

Simbolon D. 2008. Pendugaan Daerah Penangkapan Ikan Tongkol Berdasarkan Pendekatan Suhu Permukaan Laut Deteksi Satelit dan Hasil Tangkapan di Perairan Teluk Palabuhanratu. Jurnal Litbangda NTT 4:23-30.

Simbolon D, Girsang HS. 2009. Hubungan antara Kandungan Klorofil-a dengan Hasil Tangkapan Tongkol di Daerah Penangkapan Ikan Perairan Pelabuhanratu. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 15(4):297-305. Simbolon D, Irnawati R, Sitanggang LP, Ernaningsih D, Tadjuddah M, Manopo

VEN, Karnan, Mohamad. 2009. Pembentukan Daerah Penangkapan Ikan. Bogor (ID): Departemen Pemanfaatan Sumberdaya FPIK IPB.

Simbolon D. 2011. Bioekologi dan Daerah Penangkapan Ikan. Bogor (ID): Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan FPIK IPB.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: ALFABETA.

Surbakti CN. 2012. Analisis Musim dan Daerah Penangkapan Ikan Teri Berdasarkan Kandungan Klorofil-a di Perairan Sibolga, Sumatera Utara [skripsi]. Bogor (ID): Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan FPIK IPB.

Tampubolon RA, Sukimin S, Rahardjo MF. 2002. Aspek Biologi dan Pertumbuhan Ikan Lemuru (Sardinella longiceps C.V.) di Perairan Teluk Sibolga. Jurnal Ikhtiologi Indonesia. 2(1): 1-7.

(31)

21 Widodo J. 2008. Aplikasi Teknologi Penginderaan Jauh untuk Perikanan di Indonesia. Prosiding Seminar Validasi Data Inderaja untuk bidang Perikanan. Jakarta (ID): BPPT Jakarta. ISBN 979-95760.

Wijaya RA, Koeshendrajana S. 2009. Kajian Excess Capacity Pengelolaan Perikanan Lemuru di Selat Bali. Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan Dan Perikanan. Badan Riset Kelautan Dan Perikanan. Departemen Kelautan Dan Perikanan.

Wrytki K. 1961. Physical Oceanography of South East Asia Waters. Di dalam: Ramansyah F. 2009. Penentuan Pola Sebaran Konsentrasi Klorofil-a di Selat Sunda dan Perairan Sekitarnya dengan Menggunakan Data Inderaan Aqua Modis [skripsi]. Bogor (ID): Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan FPIK IPB. Wudianto. 2001. Analisa Sebaran dan Kelimpahan Ikan Lemuru (Sardinella

Lemuru, Bleeker 1853) di Perairan Selat Bali Kaitannya dengan Optimasi Penangkapan Ikan. Disertasi. (Tidak dipublikasikan): Pasca Sarjana IPB. Bogor.

Wujdi A, Suwarso, Wudianto. 2013. Hubungan Panjang Bobot, Faktor Kondisi dan Struktur Ukuran Ikan Lemuru di Perairan Selat Bali. Jakarta (ID): Bawal Widya RISET Perikanan Tangkap.

(32)

22

Lampiran 1 Ukuran ikan lemuru yang dominan tertangkap di PPP Muncar bulan Februari-Maret 2015

(33)

23 Lampiran 2 Sebaran konsentrasi klorofil-a di Perairan Muncar

14 Februari 2015 17 Februari 2015

18 Februari 2015 19 Februari 2015

27 Februari 2015 28 Februari 2015

(34)

Lampiran 3 Perhitungan standar deviasi dan uji korelasi hubungan antara

(35)

Lampiran 4 Dokumentasi Penelitian

(36)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Jember pada tanggal 15 Januari 1993 dari pasangan Bapak Dasuki Bastian dan Ibu Djoharwati. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Pendidikan penulis telah menyelesaikan sekolah dasar pada tahun 2005 di SD Negeri Ambulu 13 Jember. Kemudian tahun 2008 penulis menyelesaikan

pendidikan sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Ambulu, Jember. Tahun 2011 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMA Negeri Ambulu, Jember. Penulis melanjutkan pendidikan pada tahun yang sama diterima di IPB melalui jalur SNMPTN undangan di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.

Gambar

Gambar 1. Peta lokasi penelitian PPP Muncar Banyuwangi, Jawa Timur
Gambar 3 Sebaran produksi hasil tangkapan ikan lemuru secara temporal di
Tabel  6 Perbedaan penelitian terdahulu dan saat ini terkait kelayakan tangkap lemuru
Gambar 7 mengindikasikan adanya waktu sela (time lagkonsentrasi klorofil-a dan produksi
+3

Referensi

Dokumen terkait

Secara temporal, konsentrasi klorofil-a lebih tinggi pada Musim Timur (Juni-Agustus) yang disebabkan oleh terjadinya penaikan massa air (upwelling) dengan angin musim tenggara

Sumberdaya perikanan Selat Bali pada musim timur lebih banyak didominasi oleh ikan lemuru yang mencapai 80% dari hasil tangkapan, potensi lemuru tersebut lebih banyak

Menurut Wyrtki (1961) Pergerakan arus permukaan laut pada musim barat bergerak dari Selat Makassar melewati Laut Jawa dan Selat Bali menuju Samudra Pasifik dan

Keragaman Genetik Populasi Ikan Lemuru Sardinella lemuru Bleeker di Perairan Selat Sunda, Utara Jatim, Selatan Jatim, Selat Bali dan Selat Lombok.. Malang: Pasca Sarjana

Keuntungan total per hasil tangkapan belum tentu lebih besar pada musim sedikit ikan karena pada musim sedikit ikan jumlah ikan yang dapat dijual lebih

Korelasi antara suhu permukaan laut dan klorofil-a terhadap hasil tangkapan lemuru di Perairan Selat Bali selama tahun 2012 menunjukkan bahwa kandungan klorofil-a lebih

temporal, konsentrasi klorofil-a lebih tinggi pada Musim Timur (Juni-Agustus) yang disebabkan oleh terjadinya penaikan massa air (upwelling) dengan angin musim tenggara yang

longiceps secara horizontal di perairan Selat Bali dan Mengetahui hubungan klorofil-a dan SPL terhadap hasil tangkapan ikan Lemuru Sardinella longiceps berdasarkan variasi garis bujur