• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Struktur Ekonomi dan Sektor Unggulan di Kabupaten dan Kota Sukabumi (Periode Tahun 2007-2013)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Struktur Ekonomi dan Sektor Unggulan di Kabupaten dan Kota Sukabumi (Periode Tahun 2007-2013)"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR

UNGGULAN DI KABUPATEN DAN KOTA SUKABUMI

(PERIODE TAHUN 2007-2013)

WIDYA PARAMAWIDHITA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Struktur Ekonomi dan Sektor Unggulan di Kabupaten dan Kota Sukabumi (Periode Tahun 2007-2013) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2015

Widya Paramawidhita

(4)

ABSTRAK

WIDYA PARAMAWIDHITA. Analisis Struktur Ekonomi dan Sektor Unggulan di Kabupaten dan Kota Sukabumi (Periode Tahun 2007-2013). Dibimbing oleh MUHAMMAD FINDI A.

Pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi dan semakin kecilnya ketimpangan merupakan ukuran keberhasilan dari pembangunan ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur ekonomi, pertumbuhan sektor dan sektor unggulan di Kabupaten dan Kota Sukabumi periode 2007-2013. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang digunakan dari tahun 2007 hingga 2013, dengan menggunakan analisis kontribusi sektor, shift share, location quotient, MRP dan overlay. Struktur perekonomian di Kabupaten dan Kota Sukabumi pada tahun 2007-2013 bertumpu pada sektor tersier. Hasil analisis shift share menunjukkan bahwa sektor yang memiliki pertumbuhan progresif di Kabupaten Sukabumi adalah sektor bangunan/konstruksi dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Sementara di Kota Sukabumi adalah sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor bangunan/konstruksi, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, serta sektor pengangkutan/komunikasi. Berdasarkan analisis overlay sektor unggulan di Kabupaten Sukabumi adalah sektor pertambangan. Sedangkan sektor unggulan di Kota Sukabumi adalah sektor bangunan/konstruksi, sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta sektor pengangkutan/komunikasi.

Kata Kunci : MRP, overlay, shift share, struktur ekonomi, sektor unggulan

ABSTRACT

WIDYA PARAMAWIDHITA. Analysis of Structure Economic and Leading Sectors in Regency and City of Sukabumi (Period 2007-2013). Supervised by MUHAMMAD FINDI A.

Economic growth, economic structure and the decrease of inequality is of success barometer of economic development. This research aims to analyze the economic structure, growth sectors of the economy and leading economic sector at Regency and City of Sukabumi in 2007-2013. The secondary data of this research is limited from 2007 to 2013 with the method of contribution analysis of sector, shift share, location quotient, MRP and overlay. Economic structure in Regency and City of Sukabumi in 2007-2013 based on tertiary sector. The results of this research show that according to the method of shift share, the sector has a progressive growth in Sukabumi Regency is construction sector and trade, hotel, and restaurant sector. While in the Sukabumi City is the electricity, gas, and water sector, trade, hotel, and restaurant sector, and transport/communications sector. Moreover, the results of overlay method show the leading sectors in the Sukabumi Regency is the mining sector. While the leading sector in the Sukabumi City is the construction sector, trade, hotel, and restaurant sector and transport/communication sector.

(5)

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR

UNGGULAN DI KABUPATEN DAN KOTA SUKABUMI

(PERIODE TAHUN 2007-2013)

WIDYA PARAMAWIDHITA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Pada

Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian ini ialah Analisis Struktur Ekonomi dan Sektor Unggulan di Kabupaten dan Kota Sukabumi (Periode Tahun 2007-2013).

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Muhammad Findi A, M.E selaku dosen pembimbing yang telah sabar dan selalu memberikan arahan, bimbingan, dan motivasi kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi, Ibu Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc.Agr selaku dosen penguji utama, dan Ibu Widyastutik, M.Si selaku dosen penguji dari komisi pendidikan atas saran dan kritik yang telah diberikan untuk perbaikan skripsi ini serta para dosen, staf, dan seluruh civitas akademika Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis, pihak BPS Kabupaten Sukabumi dan BPS Kota Sukabumi yang telah menyediakan dan melayani penulis saat proses pengumpulan data. Ungkapan terima kasih disampaikan kepada Ibu tercinta Yuliana, Bapak tercinta Yudi Praja, Kakak Yandi Aditya Permana, dan Adik Ryan Hadi Praja serta seluruh keluarga besar yang telah memberikan kasih sayang, doa serta dukungan kepada penulis. Terimakasih juga saya ucapkan pada semua keluarga besar Ilmu Ekonomi 48 yang telah menjadi keluarga selama masa perkuliahan.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2015

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 4

TINJAUAN PUSTAKA 4

METODE 9

Jenis dan Sumber Data 9

Metode Analisis Data 9

HASIL DAN PEMBAHASAN 15

Analisis Struktur Ekonomi 15

Analisis Shift Share 17

Analisis Model Rasio Pertumbuhan 22

Analisis Location Quotient 23

Analisis Sektor Unggulan 24

SIMPULAN DAN SARAN 27

Simpulan 27

Saran 27

DAFTAR PUSTAKA 28

LAMPIRAN 30

(10)

DAFTAR TABEL

1 Distribusi PDRB atas dasar harga konstan 2000 Kabupaten Sukabumi

menurut lapangan usaha tahun 2007-2013 16

2 Distribusi PDRB atas dasar harga konstan 2000 Kota Sukabumi menurut

lapangan usaha tahun 2007-2013 17

3 Analisis shift share sektor perekonomian Kabupaten Sukabumi tahun

2007-2013 18

4 Analisis shift share sektor perekonomian Kota Sukabumi tahun 2007-2013 19 5 Pergeseran Bersih (PB) Kabupaten dan Kota Sukabumi tahun 2007-2013 21 6 Model Rasio Pertumbuhan (MRP) sektor perekonomian Kabupaten dan Kota

Sukabumi tahun 2007-2013 22

7 Nilai location quotient Kabupaten Sukabumi tahun 2007-2013 23 8 Nilai location quotient Kota Sukabumi tahun 2007-2013 23 9 Analisis overlay sektor perekonomian Kabupaten Sukabumi tahun 2007-2013 24 10 Analisis overlay sektor perekonomian Kota Sukabumi tahun 2007-2013 25

DAFTAR GAMBAR

1 Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten dan Kota Sukabumi tahun 2007-2013 2

2 Kerangka penelitian 8

3 Profil pertumbuhan sektor perekonomian 12

4 Profil pertumbuhan sektor perekonomian Kabupaten Sukabumi 20 5 Profil pertumbuhan sektor perekonomian Kota Sukabumi 21

DAFTAR LAMPIRAN

1 PDRB Kabupaten Sukabumi berdasarkan harga konstan 2000 menurut

lapangan usaha tahun 2007-2013 30

2 PDRB Kota Sukabumi berdasarkan harga konstan 2000 menurut lapangan

usaha tahun 2007-2013 30

3 PDRB Provinsi Jawa Barat berdasarkan harga konstan 2000 menurut lapangan

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan ekonomi merupakan suatu perubahan yang terjadi secara terus menerus melalui serangkaian kombinasi proses yang berkesinambungan, dimana pemerintah dan seluruh komponen masyarakat mengelola sumberdaya alam untuk merangsang kegiatan ekonomi demi mencapai perubahan yang lebih baik (Blakely 1989). Indikator keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi, serta semakin kecilnya ketimpangan antarpenduduk, antardaerah dan antarsektor.

Pembangunan ekonomi pada dasarnya merupakan proses multidimensial yang meliputi perubahan struktur sosial, perubahan dalam sikap hidup masyarakat dan perubahan dalam kelembagaan (institusi) nasional. Pembangunan juga meliputi perubahan dalam tingkat pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketimpangan pendapatan dan pemberantasan kemiskinan. Untuk mencapai sasaran yang diinginkan, maka pembangunan suatu negara dapat diarahkan pada tiga hal pokok yaitu, meningkatkan ketersediaan dan distribusi kebutuhan pokok bagi masyarakat, meningkatkan standar hidup masyarakat dan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengakses baik kegiatan ekonomi maupun kegiatan sosial dalam kehidupannya (Todaro 2004).

Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan telah disempurnakan menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang otonomi daerah, maka setiap daerah administrasi di Indonesia terutama kabupaten atau kota diberikan kebebasan untuk menentukan arah pembangunannya masing-masing (Priyarsono et al 2007). Pemerintah daerah diberikan hak otonomi agar dapat menggali sumber-sumber keuangan daerah, mengoptimalkan sumber daya alam dan menggali potensi daerah untuk membiayai pelaksanaan pembangunan daerah yang selanjutnya akan mendorong proses pembangunan nasional Indonesia secara menyeluruh.

Pembangunan ekonomi dapat dilihat dari sisi kinerja perekonomian, pola struktur pertumbuhan ekonomi serta indikator ekonomi lainnya. Dalam penetapan prioritas pembangunan daerah, pemerintah perlu mengidentifikasi dan menganalisis sektor unggulan. Pemberlakuan otonomi daerah mengharuskan pemerintah daerah untuk lebih kreatif dalam menggali dan mengembangkan potensi ekonomi dengan mengunakan sumberdaya yang dimiliki yang digunakan dalam menyusun model pembangunan ekonomi yang paling sesuai dengan kondisi perekonomian daerahnya. Dengan mengetahui potensi ekonomi yang akan dikembangkan, maka penyusunan perencanaan pembangunan daerah dapat lebih terarah dan merangsang terciptanya pembangunan yang berkelanjutan.

Kabupaten Sukabumi dan Kota Sukabumi merupakan salah satu kabupaten dan kota yang terletak di Provinsi Jawa Barat. Meskipun terdapat dalam satu wilayah yang sama yaitu Sukabumi namun secara administrasi Kabupaten Sukabumi dan Kota Sukabumi memiliki perbedaan sesuai dengan karakteristik daerahnya masing-masing.

(12)

2

relatif kurang berkembang dibandingkan dengan daerah lain dalam skala nasional (Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal 2013). Sementara Kota Sukabumi merupakan daerah di Provinsi Jawa Barat yang berkembang cukup baik dalam kegiatan perekonomian. Letak geografis Kota Sukabumi yang cukup strategis diantara dua pusat pertumbuhan ekonomi, yaitu wilayah Bandung Raya dan wilayah megapolitan Jakarta, menciptakan suatu peluang yang dapat dikembangkan sebagai modal dasar dalam menggerakan roda perekonomian. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten dan Kota Sukabumi dapat dilihat pada Gambar 1.

Sumber : BPS Kabupaten Sukabumi dan Kota Sukabumi, 2014 (diolah)

Gambar 1 Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten dan Kota Sukabumi tahun 2007-2013

Berdasarkan Gambar 1 laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sukabumi relatif meningkat setiap tahunnya, namun pada tahun 2008 dan 2009 mengalami penurunan, hal tersebut terjadi karena efek tidak langsung dari krisis global yang terjadi. Sedangkan laju pertumbuhan ekonomi Kota Sukabumi mengalami fluktuasi. Pada tahun 2012 dan 2013 laju pertumbuhan ekonomi Kota Sukabumi mengalami penurunan dibanding sebelumnya, namun pembangunan di Kota Sukabumi terus berjalan.

Potensi daerah yang berbeda menyebabkan pemerintah daerah perlu mengoptimalkan pembangunan di daerahnya masing-masing untuk meningkatkan perekonomian daerahnya. Menurut Tarigan (2005) satu-satunya sektor yang dapat meningkatkan perekonomian daerah melebihi pertumbuhan alamiah adalah sektor unggulan. Kemampuan memacu pertumbuhan suatu daerah sangat tergantung dari keunggulan atau dayasaing sektor perekonomian di daerahnya (Rustiadi et al 2009). Spesifikasi sektor unggulan diharapkan dapat membantu pemerintah dalam menentukan kebijakan dan menentukan prioritas untuk memajukan perekonomian Kabupaten dan Kota Sukabumi.

Perumusan Masalah

Pada umumnya pembangunan daerah difokuskan pada pembangunan ekonomi melalui usaha pertumbuhan ekonomi. Salah satu tujuan kebijakan pembangunan ekonomi adalah pencapaian target pertumbuhan ekonomi dengan pemanfaatan potensi dan sumberdaya yang ada.

Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan peningkatan produksi barang dan jasa, yang antara lain diukur dengan besaran yang disebut Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Faktor utama yang menentukan pertumbuhan ekonomi

0 2 4 6 8

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

(13)

3

daerah adalah adanya permintaan barang dan jasa dari luar daerah, sehingga sumber daya lokal akan dapat menghasilkan kekayaan daerah karena dapat menciptakan peluang kerja di daerah, namun pendekatan pembangunan yang sangat menekankan pada pertumbuhan ekonomi menimbulkan makin melebarnya ketimpangan sosial-ekonomi antarwilayah.

Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten tertinggal di Provinsi Jawa Barat yang mengindikasikan bahwa wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan dengan wilayah lain dalam skala nasional. Sementara Kota Sukabumi memiliki wilayah dengan luas yang terbatas, yakni 48 km2, serta jumlah penduduk yang hanya sekitar 300 ribu jiwa, menjadikan kedua hal tersebut tidak bisa menjadi modal utama dalam pengembangan potensi ekonomi di Kota Sukabumi.

Dalam rangka meningkatkan perekonomian di Kabupaten dan Kota Sukabumi, maka pemerintah daerah perlu mengidentifikasi potensi daerah untuk meningkatkan ekonomi lokal yang sesuai dengan karakteristik yang dimilikinya. Peningkatan sektor-sektor perekonomian akan mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi, menciptakan struktur ekonomi Kabupaten dan Kota Sukabumi yang tangguh untuk memperkuat perekonomian daerah yang akan mendorong berkurangnya ketimpangan pembangunan daerah. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan maka permasalahan pokok yang akan di angkat dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana struktur ekonomi Kabupaten dan Kota Sukabumi periode tahun 2007-2013?

2. Bagaimana pertumbuhan sektor perekonomian di Kabupaten dan Kota Sukabumi periode tahun 2007-2013?

3. Sektor apa yang merupakan sektor unggulan di Kabupaten dan Kota Sukabumi periode tahun 2007-2013?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan yang dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis struktur ekonomi Kabupaten dan Kota Sukabumi periode tahun 2007-2013?

2. Menganalisis pertumbuhan sektor perekonomian di Kabupaten dan Kota Sukabumi periode tahun 2007-2013?

(14)

4

Manfaat Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Pemerintah, sebagai bahan masukan bagi pemerintah Kabupaten dan Kota Sukabumi dalam merumuskan dan merencanakan arah kebijakan pembangunan ekonomi.

2. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan akan mampu membuka cakrawala pembaca untuk mengetahui struktur ekonomi, pertumbuhan sektor perekonomian, dan sektor unggulan di Kabupaten dan Kota Sukabumi.

3. Bahan masukan dan informasi bagi mahasiswa untuk penelitian selanjutnya.

TINJAUAN PUSTAKA

Teori Pembangunan dan Pertumbuhan

Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil perkapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh sistem kelembagaan. Adapun pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan GDP atau GNP tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak. (Arsyad 1999). Ada beberapa ahli yang memaparkan teori tentang tahapan pembangunan ekonomi historis yaitu :

Fredrich List (1789-1846) adalah seorang penganut Laissez Faire yang berpendapat bahwa paham Laissez Faire dapat menjamin alokasi sumber-sumber secara optimal dan perkembangan ekonomi hanya akan terjadi apabila dalam masyarakat terdapat kebebasan dalam organisasi politik dan kebebasan perseorangan. Adapun tahapan-tahapan pertumbuhan ekonomi menurut Frederich List yaitu, masa berburu dan mengembara, masa berternak dan bertanam, masa bertani dan kerajinan, serta masa kerajinan, industri, dan perdagangan.

Bruno Hilderbrand mengemukakan bahwa tahap-tahap pembangunan ekonomi terbagi menjadi tiga tahap yaitu, perekonomian barter atau perekonomian natural, perekonomian uang, dan perekonomian kredit. Karl Bucher (1847-1930) berpendapat bahwa perkembangan ekonomi terbagi menjadi tiga tahap yaitu, produksi untuk kebutuhan sendiri (subsisten), perekonomian kota dimana pertukaran sudah meluas, dan perekonomian nasional dimana peranan peran pedagang menjadi semakin penting. Walt Whiteman Rostow memandang bahwa proses pembangunan sebagai suatu tahapan perubahan dari keterbelakangan menuju kemajuan ekonomi harus dilalui oleh seluruh negara (Todaro 2006). Rostow membagi proses perkembangan ekonomi suatu negara menjadi lima tahap, yaitu :

1. Tahapan Masyarakat Tradisional.

Merupakan masyarakat tradisional yang tingkat produktivitas per pekerja masih rendah, sehingga sebagian besar sumberdaya masyarakat digunakan pada sektor pertanian.

2. Tahapan Penyusunan Kerangka Dasar Tinggal Landas.

(15)

5

kekuatan untuk terus berkembang. Pada tahap ini dan seterusnya menurut Rostow pertumbuhan akan berlaku secara otomatis.

3. Tahapan Lepas Landas

Merupakan suatu masa dimana berlakunya perubahan yang sangat cepat dalam masyarakat seperti revolusi politik, terciptanya kemajuan yang sangat pesat dalam inovasi. Rostow mendefinisikan bahwa tahap tinggal landas sebagai revolusi industri yang bertalian langsung dengan perubahan radikal di dalam metode produksi yang dalam jangka waktu relatif singkat menimbulkan konsekuensi.

4. Tahapan Menuju Kematangan Ekonomi.

Merupakan tahapan yang ditandai dengan penerapan teknologi modern secara efektif terhadap sumberdaya yang dimiliki. Tahapan menuju kematangan ini ditandai dengan kondisi perekonomian yang tumbuh secara teratur dan lapangan usaha bertambah luas.

5. Tahapan Konsumsi Massal Tinggi.

Merupakan tahapan yang ditandai dengan migrasi besar-besaran masyarakat pedesaan ke perkotaan. Dalam masyarakat ini pendapatan riil per kapita selalu meningkat sehingga sebagian besar masyarakat mencapai tingkat konsumsi yang diinginkannya.

Teori Basis Ekonomi

Sektor basis merupakan sektor yang mengekspor barang dan jasa ataupun tenaga kerja ke tempat-tempat di luar batas perekonomian daerah yang bersangkutan. Di samping barang, jasa, dan tenaga kerja, ekspor basis dapat juga berupa pengeluaran orang asing yang berada pada daerah tersebut terhadap barang-barang yang tidak bergerak seperti (tempat wisata, peninggalan sejarah, museum dan sebagainya). Sedangkan sektor non basis merupakan sektor yang menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat yang tinggal di dalam batas-batas daerah itu sendiri. Sektor ini tidak mengekspor barang, jasa maupun tenaga kerja sehingga ruang lingkup produksi dan daerah pasar sektor non-basis hanya bersifat lokal (Glasson 1977).

Secara teoritis sektor basis dan sektor non basis disuatu daerah tidaklah bersifas statis melainkan bersifat dinamis karena pada tahun tertentu mungkin saja sektor tersebut merupakan sektor basis, namun pada tahun berikutnya belum tentu sektor tersebut secara otomatis menjadi sektor basis. Semakin banyak sektor basis dalam suatu daerah akan menambah arus pendapatan ke daerah tersebut, menambah permintaan terhadap barang dan jasa di dalamnya dan menimbulkan kenaikan volume sektor non-basis. Sehingga sektor basis merupakan penggerak utama dalam perekonomian suatu daerah (Glasson 1977).

Sektor Unggulan

(16)

6

perekonomian sehingga dapat menjadi refleksi dari struktur perekonomian suatu wilayah (Deptan 2005). Secara umum, syarat utama agar suatu sektor layak dijadikan sebagai unggulan perekonomian adalah sektor tersebut memiliki kontribusi yang dominan dalam pencapaian tujuan pembangunan. Kriteria sektor unggulan akan sangat bervariasi. Hal ini didasarkan atas seberapa besar peranan sektor tersebut dalam perekonomian daerah, diantaranya (Sambodo 2002):

1. Sektor unggulan tersebut memiliki laju tumbuh yang tinggi.

2. Sektor tersebut memiliki angka penyerapan tenaga kerja yang relatif besar. 3. Sektor tesebut memiliki keterkaitan antar sektor yang tinggi baik ke depan

maupun ke belakang.

4. Sektor yang mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi.

Penelitian Terdahulu

Harisman (2007) menganalisis struktur ekonomi dan identifikasi sektor- sektor unggulan di Provinsi Lampung (Periode 1993-2003). Penelitiannya menggunakan metode shift share untuk melihat perubahan struktur ekonomi dan metode location quotient untuk menganalisis sektor unggulan. Hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa telah terjadi perubahan struktur ekonomi di Provinsi Lampung dari sektor primer ke sektor sekunder. Hal ini ditunjukkan dengan peranan sektor sekunder yang terus meningkat melalui besarnya kontribusi terhadap PDRB Provinsi Lampung, diikuti dengan sektor primer, kemudian sektor tersier.

Berdasarkan rasio PDRB Provinsi Lampung, sektor sekunder mendominasi melalui kontribusi sektor listrik, gas, dan air bersih yang memiliki rasio kedua terbesar setelah sektor pertambangan dan penggalian. Sektor primer menduduki tempat kedua, sedangkan sektor tersier di tempat ketiga. Pergeseran bersih menyebabkan kenaikan PDRB Provinsi Lampung. Sektor yang bersifat progresif adalah sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, sektor yang memiliki tingkat pertumbuhan dan dayasaing yang baik adalah sektor listrik, gas dan air bersih dan sektor pengangkutan dan komunikasi.

Purwanti (2009) menganalisis sektor unggulan dalam penyerapan tenaga kerja Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan. Penelitian ini menggunakan metode location quotient, Model Rasio Pertumbuhan (MRP) dan analisis overlay, elastisitas tenaga kerja dan koefisien tenaga kerja untuk menganalisis sektor unggulan dan melihat elastisitas koefisien tenaga kerja di sektor-sektor unggulan. Pada hasil penelitiannya dapat disimpulkan, sektor ekonomi yang menjadi unggulan berdasarkan kontribusi dan pertumbuhan dilihat dari sisi penciptaan nilai tambah dan penyerapan tenaga kerja adalah sektor pertambangan dan penggalian. Sedangkan bila dilihat dari sisi penciptaan nilai tambah dalam stuktur ekonomi tanpa migas, maka sektor pertanian juga menjadi salah satu sektor unggulan di Kabupaten Muara Enim selain sektor pertambangan dan penggalian.

(17)

7

dan penggalian yang ditandai dengan nilai elastisitas tenaga kerja yang semakin menurun. Hal ini berarti tingkat penyerapan tenaga kerja pada tahun 2008 lebih rendah dibanding tahun 2005. Namun demikian, kedua sektor tersebut mempunyai produktivitas tenaga kerja yang semakin meningkat yang ditandai dengan nilai koefisien tenaga kerja yang semakin menurun. Penurunan ini mengindikasikan adanya tahapan kemajuan perekonomian suatu daerah dari tradisional menuju industri. Namun di sisi lain, penurunan ini berdampak tidak baik dalam hal penyerapan tenaga kerja karena akan mengakibatkan pengangguran yang semakin tinggi.

Octalya (2011) menganalisis sektor unggulan di Kota Dumai Provinsi Riau tahun 2000-2010. Penelitian ini menggunakan metode location quotient, Model Rasio Pertumbuhan (MRP), analisis indeks komposit, dan Porter’s Diamond

untuk mengetahui sektor basis, pertumbuhan setiap sektor, penentu sektor unggulan, dan dayasaing sektor/subsektor unggulan. Hasil penelitiannya menyimpulkan dari analisis indeks komposit, maka dari tiga indikator sektor unggulan disimpulkan bahwa sektor pengangkutan merupakan sektor unggulan di Dumai dengan subsektor pengangkutan khususnya angkutan laut sebagai subsektor unggulan, dan hasil analisis Porter’s Diamond menunjukkan bahwa dayasaing subsektor angkutan laut Kota Dumai menunjukkan kondisi yang berdayasaing.

Gunawan (2011) menganalisis sektor-sektor unggulan perekonomian Kabupaten Rembang tahun 2000-2008. Penelitian ini menggunakan metode shift share, MRP, location quotient, overlay, dan forecasting untuk menganalisis pertumbuhan sektor ekonomi, sektor unggulan, dan peramalan perekonomian. Hasil penelitiannya berdasarkan analisis overlay (paparan dari analisis pergeseran bersih, analisis MRP dan analisis LQ) sektor perekonominan Kabupaten Rembang yang tumbuh dominan, kompetitif dan surplus adalah sektor pertambangan dan penggalian.

Marlina (2014) menganalisis sektor unggulan dalam perekonomian Kota Bogor (periode 2006-2012). Penelitiannya menggunakan metode location quotient, shift share, MRP, dan overlay untuk melihat sektor unggulan di Kota Bogor. Hasil penelitiannya berdasarkan analisis overlay terdapat satu sektor unggulan dalam perekonomian Kota Bogor, yaitu sektor listrik, gas dan air bersih. Peningkatan kegiatan konstruksi, industri dan niaga di Kota Bogor mempengaruhi pertumbuhan sektor listrik, gas dan air bersih. Sementara dari sisi subsektor, terdapat tiga subsektor unggulan, yaitu subsektor air bersih, subsektor lembaga keuangan selain bank, dan subsektor sewa bangunan. Subsektor unggulan memiliki sifat komoditas tumbuh dominan, kompetitif dan surplus.

(18)

8

Kerangka Pemikiran

Pada umumnya pembangunan daerah difokuskan pada pembangunan ekonomi melalui usaha pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan peningkatan produksi barang dan jasa, yang antara lain diukur dengan besaran yang disebut Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Faktor utama yang menentukan pertumbuhan ekonomi daerah adalah adanya permintaan barang dan jasa dari luar daerah, sehingga sumberdaya lokal akan dapat menghasilkan kekayaan daerah karena dapat menciptakan peluang kerja di daerah (Boediono 1999). Namun pendekatan pembangunan yang sangat menekankan pada pertumbuhan ekonomi menimbulkan makin melebarnya ketimpangan sosial-ekonomi antarwilayah.

Dalam rangka meningkatkan perekonomian di Kabupaten dan Kota Sukabumi, maka pemerintah daerah perlu mengidentifikasi potensi daerah untuk meningkatkan ekonomi lokal yang sesuai dengan karakteristik yang dimilikinya melalui peningkatan sektor-sektor perekonomian sehingga akan mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi, menciptakan struktur ekonomi Kabupaten dan Kota Sukabumi yang tangguh untuk memperkuat perekonomian daerah yang akan mendorong berkurangnya ketimpangan pembangunan daerah. Hal inilah yang menjadi panduan untuk menganalisis struktur ekonomi, pertumbuhan sektor ekonomi, dan sektor unggulan di Kabupaten dan Kota Sukabumi.

Gambar 2 Kerangka penelitian

Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:

PDRB Kabupaten Sukabumi dan Kota Sukabumi Atas Harga Konstan 2000 Tahun 2007-2013

Kontribusi Sektor Ekonomi

Analisis Shift Share

Sektor Unggulan

Implikasi Kebijakan Pembangunan Kabupaten Sukabumi dan Kota Sukabumi Analisis Overlay

Sektor-Sektor Ekonomi

Analisis Location Quotient

(19)

9

a. Pada tahap-tahap awal pembangunan umumnya sektor primer memiliki peranan penting dalam pembentukan pendapatan suatu wilayah/negara, namun pembangunan lebih lanjut membuat peran/kontribusi sektor primer berkurang dan berpindah ke sektor sekunder dan tersier.

b. Karakteristik daerah yang berbeda menyebabkan sektor unggulan di setiap daerah berbeda-beda.

METODE

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data sekunder dari tahun 2007-2013, berupa data PDRB berdasarkan harga konstan 2000 menurut lapangan usaha di Kabupaten Sukabumi, Kota Sukabumi, dan Provinsi Jawa Barat. Sumber data berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Perencanaan dan Pembangunan Pemerintah Daerah (Bappeda) serta beberapa bahan pustaka lain dari jurnal, koran dan instansi lainnya yang terkait dalam penelitian ini.

Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, analisis shift share, analisis location quotient, analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP), dan analisis overlay. Pengolahan data pada penelitian menggunakan program Microsoft Excel 2007.

Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan bentuk analisis sederhana yang bertujuan mendeskripsikan dan mempermudah penafsiran yang dilakukan dengan memberikan pemaparan dalam bentuk tabel. Dalam penelitian ini, analisis deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran tentang kondisi perekonomian Kabupaten dan Kota Sukabumi yang diaktualisasikan melalui penafsiran tabel.

Kondisi perekonomian yang ingin dijelaskan dalam analisis ini adalah mengenai struktur perekonomian Kabupaten dan Kota Sukabumi. Struktur perekonomian Kabupaten dan Kota Sukabumi dapat dilihat melalui kontribusi tiap sektor ekonomi terhadap total PDRB atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha periode tahun 2007-2013.

Analisis Shift Share (SS)

(20)

10

share dapat dianalisis besarnya sumbangan pertumbuhan dari tenaga kerja dan pendapatan pada masing-masing sektor di wilayah yang bersangkutan (Priyarsono

et al 2007). Secara umum, terdapat tiga komponen utama dalam analisis shift share, yaitu (Budiharsono 2001) :

a. Komponen Pertumbuhan Regional (Regional Growth Component).

Merupakan perubahan produksi suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan produksi nasional secara umum, kebijakan ekonomi nasional atau hal-hal yang mempengaruhi perekonomian semua sektor dan wilayah.

b. Komponen Pertumbuhan Proporsional (Proportional Mix Growth Component).

Merupakan komponen yang timbul karena perbedaan sektor dalam permintaan produk akhir, ketersediaan bahan mentah, kebijakan industri (seperti kebijakan perpajakan, subsidi dan price support) dan perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar.

c. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (Regional Share Growth Component).

Merupakan komponen yang timbul karena peningkatan atau penurunan PDRB atau kesempatan kerja dalam suatu wilayah.

Adapun langkah-langkah utama dalam analisis shift share sebagai berikut: 1) Menentukan wilayah yang akan dianalisis.

Pada penelitian ini analisis dilakukan ditingkat kabupaten/kota yaitu Kabupaten Sukabumi dan Kota Sukabumi, dengan wilayah atasnya adalah Provinsi Jawa Barat.

2) Menentukan indikator kegiatan ekonomi dan periode analisis.

Pada penelitian ini digunakan indikator kegiatan ekonomi pendapatan yang dicerminkan oleh nilai PDRB. Periode waktu yang akan dianalisis dari tahun 2007-2013.

3) Menentukan sektor ekonomi yang akan dianalisis.

Pada penelitian ini akan difokuskan pada semua sektor perekonomian di wilayah Kabupaten Sukabumi dan Kota Sukabumi.

4) Menghitung perubahan indikator ekonomi.

a. PDRB Provinsi Jawa Barat dari setiap sektor pada tahun dasar analisis.

Yi = Yij

=1 Keterangan :

Yi = PDRB Provinsi Jawa Barat dari setiap sektor pada tahun dasar analisis.

Yij = PDRB setiap sektor kabupaten/kota pada tahun dasar analisis.

b. PDRB Provinsi Jawa Barat dari setiap sektor pada tahun akhir analisis.

Y′i = Y′ij

=1 Keterangan :

Y'i = PDRB Provinsi Jawa Barat dari setiap sektor pada tahun akhir analisis.

Y'ij = PDRB setiap sektor wilayah kabupaten/kota pada tahun akhir analisis. c. Perubahan PDRB dirumuskan sebagai berikut :

ΔYij= Y’ij– Yij Keterangan :

(21)

11

Yij =PDRB setiap sektor kabupaten/kota pada tahun dasar analisis. Y’ij = PDRB setiap sektor kabupaten/kota pada tahun akhir analisis. d. Persentase perubahan PDRB (%ΔYij) adalah sebagai berikut:

%ΔYij = (Y'ij - Yij) / Yij x 100% Keterangan :

ΔYij = perubahan PDRB setiap sektor pada wilayah kabupaten/kota.

Y'ij = PDRB setiap sektor kabupaten/kota pada tahun akhir analisis.

Yij = PDRB setiap sektor kabupaten/kota pada tahun dasar analisis.

5) Rasio PDRB yang digunakan untuk melihat perbandingan PDRB di suatu wilayah tertentu. Rasio PDRB terbagi atas ri, Ri dan Ra, yaitu:

a. ri (Rasio PDRB setiap sektor pada wilayah kabupaten/kota). ri = Y'ij - Yij / Yij

Keterangan :

Yij = PDRB setiap sektor kabupaten/kota pada tahun dasar analisis.

Y'ij = PDRB setiap sektor kabupaten/kota pada tahun akhir analisis.

b. Ri (Rasio PDRB sektor i pada wilayah Provinsi Jawa Barat) Ri = Y'i - Yi / Yi

Keterangan :

Y'i = PDRB Jawa Barat setiap sektor pada tahun akhir analisis.

Yi = PDRB Jawa Barat setiap sektor pada tahun awal analisis.

c. Ra (Rasio PDRB pada wilayah Provinsi Jawa Barat) Ra = Y'.. - Y.. / Y.. Keterangan :

Y’.. = PDRB Jawa Barat pada tahun akhir analisis. Y.. = PDRB Jawa Barat pada tahun dasar analisis. 6) Menghitung Komponen Pertumbuhan Wilayah

Komponen pertumbuhan wilayah terdiri atas : a. Komponen Pertumbuhan Regional (PR)

PRij = (Ra)Yij

Keterangan :

PRij = komponen pertumbuhan regional setiap sektor kabupaten/kota.

Yij = PDRB setiap sektor kabupaten/kota pada tahun dasar analisis.

b. Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP) PPij = (Ri – Ra)Yij

Keterangan :

PPij = komponen pertumbuhan proporsional setiap sektor kabupaten/kota.

Yij = PDRB setiap sektor kabupaten/kota pada tahun dasar analisis.

Apabila:

PPij > 0, menunjukkan bahwa setiap sektor pada wilayah kabupaten/kota

pertumbuhannya cepat.

PPij < 0, menunjukkan bahwa setiap sektor kabupaten/kota

pertumbuhannya lambat.

a. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) PPWij = (ri – Ri)Yij

Keterangan :

PPWij = komponen pertumbuhan pangsa wilayah setiap sektor kabupaten/kota.

(22)

12

Apabila:

PPWij > 0, berarti sektor/wilayah kabupaten/kota mempunyai dayasaing yang baik dibandingkan dengan sektor/wilayah lainnya di Provinsi Jawa Barat.

PPWij < 0, berarti setiap sektor pada wilayah kabupaten/kota tidak dapat bersaing dengan baik apabila dibandingkan dengan sektor/wilayah lainnya di Provinsi Jawa Barat.

7) Mengevaluasi profil pertumbuhan sektor perekonomian dilakukan dengan menggunakan bantuan empat kuadran yang terdapat pada garis bilangan. Sumbu horizontal menggambarkan persentase komponen pertumbuhan proporsional, sedangkan sumbu vertikal merupakan persentase pertumbuhan pangsa wilayah.

Sumber : Budiharsono, 2001

Gambar 3 Profil pertumbuhan sektor perekonomian Keterangan Gambar 4 adalah sebagai berikut:

a. Kuadran I merupakan kuadran dimana PP dan PPW bernilai positif. Hal ini menunjukkan bahwa sektor-sektor di wilayah yang bersangkutan memiliki pertumbuhan yang cepat dan memiliki dayasaing yang lebih baik apabila dibandingkan dengan sektor/wilayah lainnya.

b. Kuadran II menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi di wilayah yang bersangkutan pertumbuhannya cepat (PP>0), tetapi dayasaing kurang baik dibandingkan dengan sektor/wilayah lainnya (PPW<0).

c. Kuadran III merupakan kuadran dimana PP dan PPW bernilai negatif. Hal ini menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi di wilayah yang bersangkutan pertumbuhannya lambat dan dayasaing yang kurang baik jika dibandingkan dengan sektor/wilayah lain.

d. Kuadran IV menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi pada wilayah yang bersangkutan memiliki pertumbuhan lambat (PP<0), namun memiliki dayasaing yang baik jika dibandingkan dengan sektor/wilayah lainnya (PPW>0).

Pada kuadran di atas terdapat garis yang memotong Kuadran II dan Kuadran IV yang membentuk sudut 450. Garis tersebut merupakan garis yang menunjukkan nilai pergeseran bersih. Di sepanjang garis tersebut pergeseran bersih bernilai nol (PBj = 0). Bagian atas garis tersebut menunjukkan PBj>0 yang mengindikasikan bahwa sektor-sektor tersebut pertumbuhannya progresif (maju).

Kuadran IV Kuadran I

PPij

Kuadran III Kuadran II

(23)

13

Sebaliknya, di bawah garis 450 berarti PBj<0 menunjukkan sektor-sektor yang lamban.

8) Menghitung pergeseran bersih

Nilai Pergeseran Bersih (PB) setiap sektor pada wilayah Kabupaten dan Kota Sukabumi dapat dirumuskan sebagai berikut:

PBij = PPij + PPWij Keterangan :

PBij = pergeseran bersih setiap sektor pada wilayah kabupaten/kota.

PPij = komponen pertumbuhan proporsional setiap sektor pada wilayah kabupaten/kota.

PPWij = komponen pertumbuhan pangsa wilayah setiap sektor pada wilayah kabupaten/kota.

Apabila:

PBij > 0, maka pertumbuhan setiap sektor pada wilayah kabupaten/kota termasuk ke dalam kelompok progresif (maju).

PBij < 0, maka pertumbuhan setiap sektor pada wilayah kabupaten/kota termasuk lamban.

Adapun kelebihan alat analisis shift share yaitu analisis shift share tergolong sederhana, namun dapat memberikan gambaran mengenai perubahan struktur ekonomi yang terjadi, data-data yang digunakan juga mudah diperoleh dan relatif tersedia di setiap wilayah, yaitu Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB), Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dan penyerapan tenaga kerja di masing-masing sektor, dapat melihat perkembangan produksi atau kesempatan kerja di suatu wilayah hanya dengan menggunakan dua titik waktu data, memungkinkan seorang pemula mempelajari struktur perekonomian dengan cepat dan memberikan gambaran pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktur dengan cukup akurat.

Kelemahan alat analisis shift share, yaitu ada data periode waktu tertentu di tengah periode pengamatan yang tidak terungkap, analisis shift share tidak dapat dipakai untuk melihat keterkaitan antar sektor dan antar daerah, persamaan shift share merupakan identity equation dan tidak mempunyai implikasi-implikasi keperilakuan sehingga metode shift tidak analitik, komponen pertumbuhan regional secara implisit mengemukakan bahwa laju pertumbuhan suatu wilayah hanya disebabkan oleh kebijakan wilayah tanpa memperhatikan sebab-sebab laju pertumbuhan yang bersumber dari wilayah tersebut, dan kedua komponen pertumbuhan wilayah (PP dan PPW) mengasumsikan bahwa perubahan penawaran dan permintaan, teknologi dan lokasi diasumsikan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan wilayah.

Analisis MRP (Model Rasio Pertumbuhan)

(24)

14

1. Rasio pertumbuhan wilayah studi (RPWS).

Rasio ini merupakan perbandingan antara pertumbuhan pendapatan atau tenaga kerja di setiap sektor di Kabupaten dan Kota Sukabumi dengan pertumbuhan pendapatan atau tenaga kerja di setiap sektor di Provinsi Jawa Barat. Formula rumusnya sebagai berikut :

�� =� /� (�) � /� (�)

Dimana :

Eij = perubahan PDRB di setiap sektor di wilayah studi (Kabupaten dan Kota Sukabumi).

Eij(t) = PDRB di setiap sektor pada awal periode penelitian wilayah studi (Kabupaten dan Kota Sukabumi).

Eir = perubahan PDRB di setiap sektor di wilayah referensi (Provinsi Jawa Barat).

Eir(t) = PDRB awal periode penelitian wilayah referensi (Provinsi Jawa Barat).

Keterangan :

RPWS > 1 positif (+) artinya menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor pada tingkat wilayah studi lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan sektor pada wilayah referensi.

RPWS < 1 negatif (-) artinya pertumbuhan suatu sektor pada tingkat wilayah studi lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan sektor tersebut pada wilayah referensi.

2. Rasio pertumbuhan wilayah referensi (RPWR).

Rasio ini merupakan perbandingan rata-rata pertumbuhan pendapatan atau tenaga kerja di setiap sektor di Provinsi Jawa Barat dengan rata-rata pertumbuhan pendapatan atau tenaga kerja di Provinsi Jawa Barat.

Analisis Location Quotient

Analisis Location Quotient (LQ) dilakukan dengan cara mengukur konsentrasi sektor ekonomi dalam daerah dengan menghitung perbandingan antara pendapatan di setiap sektor pada daerah bawah (Kabupaten dan Kota Sukabumi) terhadap pendapatan dari total semua sektor pada daerah bawah dengan pendapatan di setiap sektor pada daerah atas (Provinsi Jawa Barat) terhadap pendapatan semua sektor di daerah atasnya (Priyarsono et al 2007). Metode ini digunakan untuk mengetahui sektor unggulan yang dapat dikembangkan di sebuah wilayah dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah. Secara matematis untuk menghitung nilai LQ dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

LQ =Vi / Vt Yi / Yt

Keterangan :

(25)

15

Vt = Total PDRB semua sektor pada tingkat wilayah yang lebih rendah (Kabupaten dan Kota Sukabumi).

Yi = PDRB setiap sektor pada tingkat wilayah yang lebih atas (Provinsi Jawa Barat)

Yt = Total PDRB semua sektor pada tingkat wilayah yang lebih atas (Provinsi Jawa Barat).

Dalam kaitannya apabila LQ>1 maka sektor tersebut merupakan sektor basis yang dikembangkan sebagai penggerak perekonomian daerah. Sedangkan jika LQ<1 maka sektor tersebut bukan merupakan sektor non basis. Asumsi yang digunakan dalam analisis location quotient yaitu :

1. Pola konsumsi rumah tangga di Kabupaten dan Kota Sukabumi sama dengan pola konsumsi rumah tangga di Provinsi Jawa Barat.

2. Selera dan pola pengeluaran Kabupaten dan Kota Sukabumi sama dengan daerah lain di seluruh wilayah Provinsi Jawa Barat.

3. Setiap penduduk baik di Kabupaten dan Kota Sukabumi mempunyai pola permintaan terhadap suatu barang dan jasa sama terhadap pola permintaan barang dan jasa pada tingkat Provinsi Jawa Barat.

Analisis Overlay

Analisis overlay merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengambil sebuah kesimpulan dengan menggabungkan beberapa hasil analisis. Hasil analisis yang digabungkan yaitu Shift Share (SS), Model Rasio Pertumbuhan (MRP), dan

Location Quotient (LQ) (Yusuf 1999).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Struktur Ekonomi Kabupaten dan Kota Sukabumi Tahun 2007-2013

Struktur ekonomi suatu daerah secara kuantitatif bisa digambarkan dengan besarnya distribusi persentase nilai tambah bruto dari masing-masing sektor terhadap nilai total PDRB tahun yang bersesuaian. Distribusi persentase PDRB secara sektoral menunjukkan peranan masing-masing sektor terhadap perekonomian secara keseluruhan. Semakin besar persentase suatu sektor, semakin besar pula pengaruh sektor tersebut di dalam perkembangan ekonomi suatu daerah. Struktur ekonomi di suatu daerah sangat tergantung pada karakteristik demografis, sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang dimilikinya (BPS 2012). Penilaian kinerja sektoral dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama, yaitu :

1. Sektor primer, adalah sektor yang dalam kegiatannya tidak melakukan pengolahan bahan baku melainkan hanya mendayagunakan sumber-sumber alam seperti tanah dan deposit di dalamnya, seperti sektor pertanian serta pertambangan dan penggalian.

(26)

16

sendiri, menjadi barang lain yang lebih tinggi nilainya. Sektor ini mencakup sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, serta sektor bangunan.

3. Sektor tersier, atau dikenal juga sebagai sektor jasa-jasa, yaitu sektor-sektor yang tidak memproduksi dalam bentuk fisik melainkan dalam bentuk jasa, seperti sektor perdagangan, hotel, dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, bank dan lembaga keuangan, jasa perusahaan dan persewaan, pemerintahan serta jasa-jasa.

Struktur ekonomi daerah satu dengan daerah lain berbeda-beda tergantung pada kondisi daerahnya masing-masing. Kabupaten dan Kota Sukabumi memiliki struktur perekonomian yang berbeda, meskipun terdapat dalam satu wilayah yang sama yaitu Sukabumi namun secara administrasi Kabupaten dan Kota Sukabumi memiliki perbedaan sesuai dengan karakteristik daerahnya masing-masing. Struktur ekonomi di setiap daerah dapat berubah dari tahun ke tahun tergantung kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah. Sumbangan menurut sektor dalam PDRB digunakan sebagai salah satu ukuran dalam perekonomian regional Kabupaten dan Kota Sukabumi. Struktur ekonomi Kabupaten Sukabumi dari tahun ke tahun mengalami perbedaan. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Distribusi PDRB atas dasar harga konstan 2000 Kabupaten Sukabumi menurut lapangan usaha tahun 2007-2013

Sumber : BPS Kabupaten Sukabumi, 2014

Berdasarkan tabel pada tahun 2007-2010 struktur ekonomi Kabupaten Sukabumi masih bertumpu pada sektor primer. Sementara pada tahun 2011-2013 struktur perekonomian Kabupaten Sukabumi bergeser dari sektor primer menuju struktur ekonomi sektor tersier sebesar 41,39 persen pada tahun 2013. Pergeseran struktur ekonomi ini disebabkan karena kelompok sektor tersier mengalami peningkatan kontribusi terhadap pendapatan regional Kabupaten Sukabumi sehingga pada tahun 2013 struktur perekonomian Kabupaten Sukabumi bertumpu pada sektor tersier.

(27)

17

peranan yang cukup besar namun kontribusi sektor pertanian dari tahun 2007 hingga 2013 mengalami perlambatan. Sektor terbesar kedua dalam perekonomian Kabupaten Sukabumi adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 21,55 persen tahun 2013 dan mengalami peningkatan dari tahun 2007-2013. Sedangkan struktur ekonomi Kota Sukabumi dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Distribusi PDRB atas dasar harga konstan 2000 Kota Sukabumi menurut lapangan usaha tahun 2007-2013

Sektor Perekonomian 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Sektor Primer 4.41 4,4 3,78 3,63 3,48 3.09 2,76

Pertanian 4.4 4,39 3,78 3,63 3,48 3.09 2,76

Pertambangan 0.01 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Sektor Sekunder 12.94 13,17 12,89 13,02 12,92 13,29 13,9

Industri pengolahan 5.48 5,57 5,35 5,48 5,4 5,35 5,5

Listrik, gas, dan air bersih 1.3 1,23 1,26 1,27 1,28 1,36 1,37

Bangunan 6.16 6,37 6,28 6,27 6,24 6,58 7,03

Sektor Tersier 82.67 82,44 83,32 83,34 83,6 83,62 83,33

Perdagangan, hotel, dan

restoran 42.64 42,63 44,32 44,35 44,3 45,18 45,65

Pengangkutan/Komunikasi 16.71 17,33 17,61 17,73 18,06 17,64 17,15

Bank/Keu/Perum 8.91 8,37 7,94 8,08 8,4 8,72 8,77

Jasa 14.41 14,11 13,45 13.18 12.84 12,08 11,76

Total 100 100 100 100 100 100 100

Sumber : BPS Kota Sukabumi, 2014

Berdasarkan Tabel 2 sebagai wilayah perkotaan, struktur ekonomi Kota Sukabumi tahun 2007-2013 bertumpu pada kelompok sektor tersier. Dominasi kelompok sektor tersier sangat jelas terlihat dibanding kelompok lainnya, yaitu sebesar 83,33 persen tahun 2013. Sektor yang memiliki peranan/sumbangan terbesar dalam perekonomian Kota Sukabumi adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 45,65 persen, diikuti oleh sektor pengangkutan/komunikasi sebesar 17,15 persen pada tahun 2013.

Analisis Shift Share

(28)

18

Tabel 3 Analisis shift share sektor perekonomian Kabupaten Sukabumi tahun 2007-2013

Sektor Perekonomian PRij PPij PPWij

Pertanian 1136570,72 -548492,21 -215304,51

Pertambangan 155863,79 -153339,42 51305,63

Industri pengolahan 563639,95 -173930,14 45573,19

Listrik, gas, dan air bersih 36427,74 8717,22 -14853,96

Bangunan/Konstruksi 67244,09 73046,17 -32590,26

Perdagangan, hotel, dan restoran 597012,62 365812,41 -295067,03

Pengangkutan/Komunikasi 175434,28 150947,84 -179758,13

Bank/Keu/Perum 121549,64 71927,56 -85306,20

Jasa-jasa 323502,66 19896,21 -156445,87

Total 3177245,48 -185414,35 -882447,14

Sumber : BPS Kabupaten Sukabumi, 2015 (diolah)

Berdasarkan Tabel 3 pengaruh pertumbuhan perekonomian Provinsi Jawa Barat mampu menambah pertumbuhan perekonomian Kabupaten Sukabumi sebesar Rp. 3177245,48 juta. Nilai PR tertinggi terdapat pada sektor pertanian sebesar Rp. 1136570,72 juta, hal tersebut mengindikasikan bahwa sektor pertanian sangat terpengaruh terhadap perubahan kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Barat atau pertumbuhan Provinsi Jawa Barat. Sementara sektor yang paling kecil terpengaruh oleh perubahan kebijakan Provinsi Jawa Barat adalah sektor listrik, gas, dan air bersih sebesar Rp 36427,74 juta.

Sektor yang memiliki nilai PP tertinggi di Kabupaten Sukabumi adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran dengan jumlah Rp. 365812,41 juta tetapi memiliki nilai PPW yang negatif sebesar Rp. 295067,03 juta. Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran mempunyai pertumbuhan yang cepat dibandingkan dengan sektor lain di Kabupaten Sukabumi namun memiliki dayasaing yang kurang baik dibandingkan dengan sektor yang sama di daerah lain di wilayah Provinsi Jawa Barat. Sedangkan sektor yang paling lambat pertumbuhannya adalah sektor pertanian sebesar negatif Rp. 548492,21 juta. Sementara sektor pertambangan memiliki dayasaing yang tinggi dibandingkan dengan sektor yang sama di daerah lain di wilayah Provinsi Jawa Barat dengan jumlah Rp. 51305,63 juta, namun memiliki pertumbuhan yang lambat sebesar negatif Rp. 153339,42 juta.

(29)

19

Tabel 4 Analisis shift share sektor perekonomian Kota Sukabumi tahun 2007-2013

Sektor Perekonomian PRij PPij PPWij

Pertanian 29092,36 -14039,54 -23386,82

Pertambangan 46,95 -46,19 -25.76

Industri pengolahan 36254,36 -11187,51 10943,15

Listrik, gas, dan air bersih 8584,51 2054,29 -677,80

Bangunan/Konstruksi 40792,07 44311,77 -25735,84

Perdagangan, hotel, dan restoran 282215,55 172924,24 -111122,79

Pengangkutan/Komunikasi 110620,08 95180,16 -87575,24

Bank/Keu/Perum 58951,99 34885,11 -39113,10

Jasa-jasa 95369,85 5865,48 -67516,33

Total 661927.,2 329947,81 -344211,53

Sumber : BPS Kota Sukabumi, 2015 (diolah)

Berdasarkan Tabel 4 sektor yang memiliki nilai PP tertinggi adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran dengan jumlah Rp. 172924,24 juta tetapi memiliki nilai PPW yang negatif sebesar Rp. 111122,79 juta. Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran mempunyai pertumbuhan yang cepat dibandingkan dengan sektor lain di Kota Sukabumi namun memiliki dayasaing yang kurang baik dibandingkan dengan sektor yang sama di daerah lain di wilayah Provinsi Jawa Barat. Sedangkan sektor yang paling lambat pertumbuhannya adalah sektor pertanian sebesar negatif Rp. 14039,54 juta. Sektor yang memiliki dayasaing yang tinggi dibandingkan dengan sektor yang sama di daerah lain di wilayah Provinsi Jawa Barat adalah sektor industri pengolahan sebesar Rp. 10943,15 juta, namun memiliki pertumbuhan yang lambat, yaitu negatif Rp. 11187,51 juta.

Profil Pertumbuhan Sektor Perekonomian Kabupaten dan Kota Sukabumi

(30)

20

Gambar 4 Profil pertumbuhan sektor perekonomian Kabupaten Sukabumi Berdasarkan empat kuadran yang berada dalam profil pertumbuhan menurut sektor perekonomian di Kabupaten Sukabumi menunjukkan bahwa tidak terdapat sektor perekonomian pada kuadran I. Hal ini menandakan bahwa tidak ada sektor perekonomian di Kabupaten Sukabumi yang memiliki pertumbuhan cepat dan memiliki dayasaing yang baik dibandingkan dengan sektor yang sama di wilayah Provinsi Jawa Barat. Pada kuadran II terdapat sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan/konstruksi, sektor perdagangan hotel dan restoran, sektor pengangkutan/komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa. Hal ini menunjukkan bahwa sektor-sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang cepat, tetapi memiliki dayasaing yang kurang baik dibandingkan dengan sektor yang sama di wilayah Provinsi Jawa Barat.

Pada kuadran III terdapat sektor pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki pertumbuhan yang lambat dan dayasaing yang kurang baik dibandingkan dengan sektor yang sama di wilayah Provinsi Jawa Barat. Sementara sektor pertambangan dan sektor industri pengolahan berada pada kuadran IV. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertambangan dan sektor industri pengolahan memiliki pertumbuhan yang lambat, namun memiliki dayasaing yang baik dibandingkan dengan sektor yang sama di wilayah Provinsi Jawa Barat.

Profil pertumbuhan sektor perekonomian di Kota Sukabumi menunjukkan bahwa tidak terdapat sektor perekonomian pada kuadran I. Hal ini menandakan bahwa tidak ada sektor perekonomian di Kota Sukabumi yang memiliki pertumbuhan cepat dan memiliki dayasaing yang baik dibandingkan dengan sektor yang sama di wilayah Provinsi Jawa Barat. Pada kuadran II terdapat sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan/konstruksi, sektor perdagangan hotel dan restoran, sektor pengangkutan/komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa. Hal ini menandakan bahwa sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang cepat namun memiliki dayasaing yang kurang baik dibandingkan dengan sektor yang sama di wilayah untuk Provinsi Jawa Barat.

Pada kuadran III terdapat sektor pertanian dan sektor pertambangan. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian dan pertambangan memiliki pertumbuhan lambat dan dayasaing yang kurang baik dibandingkan dengan sektor yang sama di

(31)

21

wilayah Provinsi Jawa Barat. Sementara sektor industri pengolahan berada pada kuadran IV. Hal ini menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan memiliki pertumbuhan yang lambat, tetapi memiliki dayasaing yang baik dibandingkan dengan sektor yang sama di wilayah Provinsi Jawa Barat. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Profil pertumbuhan sektor perekonomian Kota Sukabumi

Pergeseran Bersih (PB) merupakan hasil penjumlahan antara pertumbuhan proporsional dan pertumbuhan pangsa wilayah. Sektor progresif memiliki nilai PB yang positif, sementara sektor yang tidak progresif memiliki nilai yang negatif. Nilai pergeseran bersih sektor perekonomian Kabupaten dan Kota Sukabumi dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Pergeseran Bersih (PB) Kabupaten dan Kota Sukabumi tahun 2007-2013

Sektor Perekonomian Kabupaten Sukabumi Kota Sukabumi

PBij PBij

Pertanian -763796,72 -37426,36

Pertambangan -102033,79 -71,95

Industri Pengolahan -128356,95 -244,36

Listrik, gas, dan air bersih -6136,74 1376,49

Bangunan /konstruksi 40455,91 18575,93

Perdagangan, hotel, dan restoran 70745,38 61801,45

Pengangkutan / Komunikasi -28810,28 7604,92

Keuangan,persewaan, dan jasa

perusahaan -13378,64 -4227,99

Jasa-jasa -136549,66 -61650,85

Total -1067861,48 -14262,72

Sumber : BPS Kabupaten Sukabumi dan Kota Sukabumi, 2015 (diolah)

Berdasarkan gambar profil pertumbuhan sektor perekonomian Kabupaten dan Kota Sukabumi dan tabel nilai pergeseran bersih sektor perekonomian terdapat dua sektor progresif dalam perekonomian Kabupaten Sukabumi. Sektor progresif tersebut adalah sektor bangunan/konstruksi serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Sedangkan di Kota Sukabumi terdapat empat sektor progresif.

(32)

22

Sektor progresif tersebut adalah sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor bangunan/konstruksi, sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta sektor pengangkutan/komunikasi.

Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP)

Analisis MRP menjelaskan tentang sektor mana yang tingkat pertumbuhannya di Kabupaten dan Kota Sukabumi lebih tinggi (dominan) dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan di Provinsi Jawa Barat. Analisis MRP ini menggunakan nilai Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPWS). Nilai RPWS sektor perekonomian Kabupaten dan Kota Sukabumi dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Model Rasio Pertumbuhan (MRP) sektor perekonomian Kabupaten dan Kota Sukabumi tahun 2007-2013

Sektor Perekonomian RPWS Kabupaten Sukabumi RPWS Kota Sukabumi

Riil Nominal Riil Nominal

Pertanian 0.633885 - -0.55365 -

Pertambangan 21.32416 + -32.8771 -

Industri Pengolahan 1.116941 + 1.436559 +

Listrik, gas, dan air bersih 0.670972 - 0.93629 -

Bangunan /konstruksi 0.767694 - 0.697595 -

Perdagangan, hotel, dan

restoran 0.69354 - 0.755849 -

Pengangkutan / Komunikasi 0.44924 - 0.574465 -

Keuangan,persewaan, dan

jasa perusahaan 0.559089 - 0.583181 -

Jasa-jasa 0.544419 - 0.333075 -

Sumber : BPS Kabupaten Sukabumi dan Kota Sukabumi, 2015 (diolah)

Nilai RPWS > 1 atau mempunyai nilai nominal positif menunjukan tingkat pertumbuhan sektor perekonomian di Kabupaten dan Kota Sukabumi lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan di Provinsi Jawa Barat.

(33)

23

Analisis Location Quotient

Pada analisis location quotient, sektor yang memiliki nilai koefisien (LQ>1) menunjukkan bahwa sektor tersebut merupakan sektor basis yang dapat mengekspor barang dan jasa ke tempat-tempat di luar batas perekonomian daerah yang bersangkutan. Berikut nilai location quotient di Kabupaten Sukabumi:

Tabel 7 Nilai location quotient Kabupaten Sukabumi tahun 2007-2013

Sektor Perekonomian Location Quotient Kabupaten Sukabumi

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Pertanian 2,75 2,82 2,58 2,69 2,76 2,84 2,85

Pertambangan dan Penggalian 2,07 2,06 1,97 2,03 2,23 2,49 2,60

Industri Pengolahan 0,40 0,39 0,41 0,43 0,43 0,44 0,45

Listrik, Gas, dan Air bersih 0,55 0,56 0,53 0,53 0,56 0,54 0,54

Bangunan/Konstruksi 0,65 0,65 0,66 0,63 0,63 0,63 0,64

Perdagangan, hotel, dan restoran 0,94 0,97 0,93 0,90 0,92 0,91 0,91

Pengangkutan/Komunikasi 1,23 1,31 1,27 1,16 1,10 1,07 1,04

Keuangan, Persewaan, dan Jasa

Perusahaan 1,21 1,22 1,20 1,16 1,13 1,13 1,11

Jasa-Jasa 1,49 1,53 1,49 1,45 1,44 1,42 1,42

Sumber : BPS Kabupaten Sukabumi, 2015 (diolah)

Pada Kabupaten Sukabumi sektor yang memiliki nilai koefisien (LQ>1) pada tahun 2007-2013 adalah sektor pertanian, sektor pertambangan, sektor pengangkutan/komunikasi, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa. Sementara nilai location quotient di Kota Sukabumi dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Nilai location quotient Kota Sukabumi tahun 2007-2013

Sektor Perekonomian Location Quotient Kota Sukabumi

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Pertanian 0,34 0,35 0,28 0,28 0,28 0,27 0,25

Pertambangan dan Penggalian 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Industri Pengolahan 0,12 0,12 0,12 0,13 0,13 0,13 0,13

Listrik, Gas, dan Air bersih 0,62 0,59 0,56 0,56 0,59 0,61 0,61

Bangunan/Konstruksi 1,89 1,90 1,85 1,71 1,59 1,57 1,64

Perdagangan, hotel, dan restoran 2,13 2,17 2,14 2,04 2,00 1,94 1,94

Pengangkutan/Komunikasi 3,73 4,11 4,05 3,72 3,51 3,25 3,06

Keuangan, Persewaan, dan Jasa

Perusahaan 2,02 2,68 2,50 2,47 2,40 2,41 2,37

Jasa-Jasa 2,11 2,15 2,03 1,94 1,87 1,73 1,69

Sumber : BPS Kota Sukabumi, 2015 (diolah)

(34)

24

Analisis Sektor Unggulan

Analisis sektor unggulan dilakukan dengan menggunakan analisis kontribusi sektor dan analisis overlay. Sektor yang menjadi sektor unggulan di suatu daerah adalah sektor yang memiliki kontribusi tinggi (dominan) terhadap PDRB Kabupaten dan Kota Sukabumi pada tahun 2007-2013. Sektor unggulan berdasarkan analisis kontribusi sektor pada Kabupaten Sukabumi adalah sektor pertanian, yang telah memberikan kontribusi sebesar 31,89 persen pada tahun 2013 terhadap PDRB Kabupaten Sukabumi. Sementara pada Kota Sukabumi, sektor yang paling dominan terhadap PDRB Kota Sukabumi adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 45,65 persen pada tahun 2013.

Analisis overlay merupakan penggabungan hasil dari nilai PB (analisis SS), nilai RPWS (analisis MRP) dan nilai dari analisis LQ untuk menentukan sektor unggulan di suatu daerah. Sektor yang mempunyai hasil nilai positif terbanyak dalam berbagai alat analisis yang digunakan dapat dikatakan sebagai sektor unggulan. Hasil analisis overlay sektor perekonomian di Kabupaten Sukabumi tahun 2007-2013 dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Analisis overlay sektor perekonomian Kabupaten Sukabumi tahun 2007-2013

Sektor Perekonomian PB RPWS LQ Kecenderungan

Pertanian - - + Surplus

Sumber : BPS Kabupaten Sukabumi, 2015 (diolah)

Berdasarkan analisis overlay terhadap sektor perekonomian di Kabupaten Sukabumi, maka hasil analisisnya dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu : 1. Sektor dengan nilai 2+, yaitu sektor pertambangan.

2. Sektor dengan nilai 1+, yaitu sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor bangunan/konstruksi, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor pengangkutan/komunikasi, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa.

3. Sektor tanpa nilai +, yaitu sektor listrik, gas, dan air bersih.

Sektor pertambangan merupakan satu-satunya sektor yang memiliki nilai + paling banyak dibandingkan dengan sektor lainnya, yaitu sebanyak 2+. Hal itu menunjukan bahwa berdasarkan analisis overlay, sektor pertambangan merupakan sektor unggulan dalam perekonomian Kabupaten Sukabumi.

(35)

25

Kabupaten Sukabumi meliputi mineral logam (besi, timbal, emas, mangan, perak, tembaga, dan seng), mineral bukan logam (batugamping, lempung, zeolit, fospat, bentonit, feldspar, kaolin, batu apung, batu sela (damar), batubara muda, serpentin, perlit, dolomit, kalsit),serta batuan (tras, pasir, sirtu, marmer, diabas, gabro, toseki, andesit, pasir kuarsa, obsidian, granit, dan rijang).

Berdasarkan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) 2015 yang merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Sukabumi Tahun 2010-2015 terdapat beberapa agenda daerah yang menjadi fokus perhatian Pemerintah Kabupaten Sukabumi diantaranya yaitu meningkatkan produktivitas pada sektor primer yang merupakan basis ekonomi daerah melalui pemanfaatan bahan galian tambang yang ramah lingkungan. Pemanfaatan bahan galian tambang ini penggunaannya sangat terbatas karena pertambangan merupakan sumberdaya alam yang tak terbarukan, dimana pemanfaatannya sebatas keperluan industri, bahan konstruksi atau dijual ke daerah lain sebagai bahan baku industri.

Keunggulan sektor pertambangan ini menjadi prioritas pembangunan daerah di wilayah Kabupaten Sukabumi yang mendorong perkembangan sektor-sektor lainnya, sehingga dapat memberikan kemakmuran bagi masyarakat dan mendorong meningkatnya kondisi perekonomian di Kabupaten Sukabumi. Sedangkan berdasarkan analisis overlay terhadap sektor perekonomian di Kota Sukabumi, maka hasil analisisnya dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu : 1. Sektor dengan nilai 2+, yaitu sektor bangunan, sektor perdagangan hotel dan

restoran, serta sektor pengangkutan/komunikasi.

2. Sektor dengan nilai 1+, yaitu sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa.

3. Sektor tanpa nilai +, yaitu sektor pertanian dan sektor pertambangan. Tabel 10 Analisis overlay sektor perekonomian Kota Sukabumi tahun

2007-2013

Sektor Perekonomian PB RPWS LQ Kecenderungan

Pertanian - - -

Pertambangan - - -

Industri Pengolahan - + - Tumbuh dominan

Listrik, gas, dan air bersih + - - Progresif

Bangunan /konstruksi + - + Progresif,surplus

Perdagangan, hotel, dan restoran + - + Progresif,surplus

Pengangkutan / Komunikasi + - + Progresif,surplus

Keuangan,persewaan, dan jasa

perusahaan - - + Surplus

Jasa-jasa - - + Surplus

Sumber : BPS Kabupaten Sukabumi, 2015 (diolah)

Berdasarkan Tabel 10 sektor yang memiliki nilai + paling banyak dibandingkan dengan sektor lainnya sebanyak 2+, yaitu sektor bangunan/konstruksi, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, serta sektor pengangkutan/komunikasi. Hal itu menunjukan bahwa berdasarkan analisis

(36)

26

serta sektor pengangkutan/komunikasi merupakan sektor unggulan dalam perekonomian Kota Sukabumi.

Sektor bangunan/kostruksi merupakan salah satu sektor unggulan di Kota Sukabumi, karena jumlah penduduk di Kota Sukabumi terus mengalami peningkatan setiap tahunnya pada tahun 2013 jumlah penduduk di Kota Sukabumi mencapai 311822 jiwa. Semakin meningkatnya jumlah penduduk di suatu daerah maka kebutuhan akan perumahan, fasilitas gedung kesehatan, pendidikan akan terus mengalami peningkatan.

Sektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan sektor yang paling dominan dalam struktur perekonomian di Kota Sukabumi dan memberikan kontribusi paling besar terhadap PDRB Kota Sukabumi mencapai 45,65% pada tahun 2013. Letak geografis Kota Sukabumi yang cukup strategis diantara dua pusat pertumbuhan ekonomi, yaitu wilayah Bandung Raya dan wilayah megapolitan Jakarta, menciptakan suatu peluang yang dapat dikembangkan sebagai modal dasar dalam menggerakan roda perekonomian.

Posisi strategis dalam menjangkau kedua wilayah pusat perekonomian tersebut mendorong semakin mudahnya pergerakan arus orang dan barang keluar atau masuk Kota Sukabumi, sehingga pengembangan ekonomi di Kota Sukabumi pun diarahkan untuk mendayagunakan seluruh potensi sosio-geografis yang dimilikinya serta dituangkan ke dalam suatu visi bersama, yaitu “Terwujudnya Kota Sukabumi sebagai pusat pelayanan berkualitas di bidang pendidikan, kesehatan, dan perdagangan di Jawa Barat berlandaskan iman dan taqwa

Berdasarkan data Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Kota Sukabumi pada tahun 2013, diketahui bahwa pertambahan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) di Kota Sukabumi adalah sebanyak 528 perusahaan dan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Berkembangnya perdagangan di Kota Sukabumi mendorong meningkatnya kebutuhan akan ruko di Kota Sukabumi sehingga dapat meningkatkan sektor bangunan/konstruksi.

Sektor pengangkutan/komunikasi menjadi sektor terbesar kedua dalam kontribusinya terhadap PDRB Kota Sukabumi sebesar 17,15 persen pada tahun 2013. Perkembangan pembangunan di Kota Sukabumi yang semakin pesat menuntut pula peningkatan pelayanan pengangkutan dan telekomunikasi. Posisi Kota Sukabumi yang strategis dalam menjangkau kedua wilayah pusat perekonomian tersebut mendorong semakin mudahnya pergerakan arus orang dan barang keluar atau masuk Kota Sukabumi, sehingga sektor pengangkutan mengalami peningkatan dan menjadi sektor unggulan di Kota Sukabumi.

Gambar

Gambar 1 Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten dan Kota Sukabumi tahun
Gambar 2  Kerangka penelitian
Tabel 2 Distribusi PDRB atas dasar harga konstan 2000 Kota Sukabumi menurut lapangan usaha tahun 2007-2013
Tabel 4 Analisis shift share sektor perekonomian Kota Sukabumi tahun 2007-2013
+5

Referensi

Dokumen terkait

08 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi dasar pergeseran anggaran belanja dari BA 999.08 ke BA K/L dan disampaikan kepada Sekretaris J enderal / Sekretaris

Pada penelitian ini yang menjadi objek penelitian berfokus kepada mahasiswa Jursusan Komunikasi FISIP USU yang sedang melakukan bimbingan skripsi dan yang telah menyelesaikan

Dalam melakukan rencana keuangan di perjalanan kehidupan Anda, diharapkan Anda melakukan pemantauan (monitoring) dari setiap peristiwa yang terjadi dalam kehidupan pribadi Anda

This sresearch was intended to find out that whether the student mastery English articles by Quantum learning method is better than Conventional Learning method of Eighth

Metode yang akan dilakukan adalah menggunakan pendekatan TAM (Technology Acceptance Model) , terdiri dari beberapa komponen yang dapat menjelaskan perilaku pengguna

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat yang dilimpahkan- Nya, khususnya dalam penyusunan penelitian ini sehinnga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang

Partisipan pasar saling berinteraksi di pasar modal guna mewujudkan tujuannya yaitu membeli atau menjual sekuritas, sehingga aktivitas yang mereka lakukan utamanya

Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode analisa faktor, penganalisaan dilakukan untuk mengetahui faktor apa saja yang membentuk quality control