• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Asupan Energi dan Zat Gizi serta Gaya Hidup dengan Profil Lipid Orang Dewasa Dislipidemia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Asupan Energi dan Zat Gizi serta Gaya Hidup dengan Profil Lipid Orang Dewasa Dislipidemia"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA

GAYA HIDUP DENGAN PROFIL LIPID ORANG DEWASA

DISLIPIDEMIA

ALNA HOTAMA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Asupan Energi dan Zat Gizi serta Gaya Hidup dengan Profil Lipid Orang Dewasa Dislipidemia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2014

Alna Hotama

(4)
(5)

ABSTRAK

ALNA HOTAMA. Hubungan Asupan Energi dan Zat Gizi serta Gaya Hidup dengan Profil Lipid Orang Dewasa Dislipidemia. Dibimbing oleh Evy Damayanthi dan Cesilia Meti Dwiriani.

Dislipidemia merupakan gangguan kadar lemak dalam darah dan merupakan salah satu faktor risiko timbulnya penyakit kardiovaskular dan metabolik. Penelitian dilakukan untuk mempelajari karakteristik responden; asupan dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi, gaya hidup dan status gizi serta hubugannya dengan profil lipid orang dewasa dislipidemia. Desain penelitian adalah cross sectional study. Lokasi penelitian di Kabupaten Bogor. Responden adalah 14 pria dan 22 wanita dewasa berusia 24-56 tahun dengan kadar kolesterol >200 mg/dl. Data yang dikumpulkan meliputi data primer (pengetahuan gizi) dan data sekunder (karakteristik responden, riwayat kesehatan, berat dan tinggi badan, profil lipid, asupan energi dan zat gizi). Profil lipid dianalisis menggunakan serum darah vena dengan spektofotometri. Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan ada hubungan positif nyata antara jumlah batang rokok yang dihisap dengan total trigliserida darah (p<0,05) serta hubungan yang negatif nyata antara asupan kolesterol dengan kadar HDL (p<0,05), sedangkan variabel lainnya tidak berhubungan.

Kata kunci: asupan energi dan zat gizi, gaya hidup, profil lipid, dislipidemia.

ABSTRACT

ALNA HOTAMA. The Relationship between Energy and Nutrition Intake and Lifestyle with Lipid Profile of Dyslipidemic Adult. Supervisied by Evy Damayanthi and Cesilia Meti Dwiriani.

Dyslipidemia is a disorder of lipid levels in the blood and is one of the risk factors of cardiovascular and metabolic deseases. The study was conducted to analyze the subject characteristics; energy and nutrients intake; lifestyle; nutritional status and the relationship between those variables with lipid profile. Design of this study was cross sectional. Research was done in District of Bogor. Subject were 14 adult men and 22 women aged 24-56 years as with total cholesterol >200 mg/dl. Data includes primary data (nutrition knowledge) and secondary data (subject characteristics, medical history, body weight and height, lipid profiles, intake of energy and nutrients). Lipid profile were analyzed using venous blood serum with spectrophotometry. Pearson correlation test showed that there was positif relationship between the number of cigarettes smoking and blood triglycerides level (p<0.05) and a negative relationship between cholesterol intake and level level of HDL (p<0,05). Other variabels observed were not significantly related.

(6)
(7)

HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA GAYA

HIDUP DENGAN PROFIL LIPID ORANG DEWASA

DISLIPIDEMIA

ALNA HOTAMA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Hubungan Asupan Energi dan Zat Gizi serta Gaya Hidup dengan Profil Lipid Orang Dewasa Dislipidemia

Nama : Alna Hotama

NIM : I14080031

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Evy Damayanthi,MS Pembimbing I

Dr. Ir.Cesilia Meti Dwiriani,M.Sc Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr.Rimbawan

Ketua Departemen Gizi Masyarakat

(10)
(11)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wata’ala, karena hanya dengan nikmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Asupan Energi, Zat Gizi dan Gaya Hidup dengan Profil Lipid Dewasa Dislipidemia” ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu‘alaihi wasallam serta keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Evy Damayanthi, M.S selaku dosen pembimbing skripsi dan dosen pembimbing akademik yang senantiasa membimbing, memberikan saran, masukan dan arahannya kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Cesilia Meti Dwiriani, M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi yang

senantiasa membimbing, memberikan saran, masukan dan arahannya kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Lilik Kustiyah, M.Si selaku dosen pemandu seminar dan penguji skripsi atas saran, masukan dan arahannya kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Kedua orang tua Hasan Bisri dan Emih Rohaemih serta adik-adikku (Aisa Fitnada, Wimantira dan Nurin) yang senantiasa memberi dukungan moral, spiritual, material dan kasih sayangnya.

5. Keluarga Besar Asrama TPB IPB, Senior Resident serta adik adik IPB 48-5. 6. Sahabat-sahabatku di GM 45 Genk Ukhty (Gita Wahyu A, Azni Ratnarosada,

Fannisa Fitridina, A Nur Rahmah Kurnia Sari), teman-teman satu bimbingan (Rahayu, Ilma, Rohman) dan teman-teman GM 45 lainnya atas semangat, perhatian serta kebersamaannya.

7. Teman-teman pembahas seminar yang telah memberikan saran selama seminar.

Tidak lupa penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan hal-hal yang tidak berkenan selama penyusunan skripsi. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat.

Bogor, Oktober 2014

(12)
(13)

DAFTAR ISI

PRAKATA vi

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Hipotesis 2

Manfaat Penelitian 2

KERANGKA PEMIKIRAN 3

METODE 5

Desain, Tempat, dan Waktu 5

Jumlah dan Teknik Penarikan Responden 5

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 5

Pengolahan dan Analisis Data 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Karakteristik Responden 7

Pola Konsumsi Pangan 15

Konsumsi Pangan 18

Asupan Energi dan Zat Gizi serta Tingkat Kecukupannya 21

Gaya Hidup 24

Status Gizi 28

Hubungan karakteristik responden dengan profil lipid 29

Hubungan gaya hidup dengan profil lipid 29

Hubungan konsumsi dengan profil lipid 30

SIMPULAN DAN SARAN 31

Simpulan 31

Saran 32

DAFTAR PUSTAKA 32

LAMPIRAN 36

(14)

DAFTAR TABEL

1 Jenis dan cara pengumpulan 6

2 Kategori batasan IMT 7

3 Karakteristik umum responden dengan rata-rata nilai profil lipid

responden 9

4 Sebaran responden berdasarkan profil lipid 10

5 Persentase responden berdasarkan jawaban benar pengetahuan gizi 12 6 Sebaran responden berdasarkan kategori pengetahuan gizi 13 7 Sebaran responden berdasarkan riwayat penyakit orangtua 13 8 Sebaran responden berdasarkan jenis dan lama menderita penyakit 14

9 Sebaran responden berdasarkan konsumsi obat 15

10 Rata-rata frekuensi konsumsi dan jumlah konsumsi snack gurih/siap

saji 15

11 Rata-rata frekuensi konsumsi dan jumlah konsumsi konsumsi buah

dan sayur 16

12 Rata-rata frekuensi konsumsi dan jumlah konsumsi makanan

berlemak dan berminyak 16

13 Rata-rata frekuensi konsumsi dan jumlah konsumsi minuman 17 14 Rata-rata konsumsi pangan dan intake zat gizi responden 19 15 Rata-rata asupan energi dan zat gizi berdasarkan jenis kelamin 21 16 Sebaran responden berdasarkan kategori tingkat kecukupan energi 21 17 Sebaran responden berdasarkan kategori tingkat kecukupan protein 22 18 Sebaran responden berdasarkan kategori tingkat kecukupan lemak 23 19 Sebaran responden berdasarkan kategori tingkat kecukupan kolesterol 23 20 Sebaran responden berdasarkan kebiasaan olahraga dan rata-rata nilai

profil lipid 24

21 Sebaran responden berdasarkan jenis, durasi dan frekuensi olahraga 25 22 Sebaran responden berdasarkan status merokok dan rata-rata nilai

profil lipid 16

23 Kebiasaan merokok responden dan rata-rata nilai profil lipid 27 24 Sebaran resonden berdasarkan kebiasaan konsumsi jamu dan obat

warung 16

25 Sebaran responden berdasarkan status gizi 28

DAFTAR

GAMBAR

1 Skema kerangka pemikiran 4

DAFTAR LAMPIRAN

(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Saat ini masalah kesehatan telah bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit tidak menular. Penyakit tidak menular (PTM), merupakan penyakit kronis yang tidak ditularkan dari orang ke orang, mempunyai durasi yang panjang dan umumnya berkembang lambat. Empat jenis PTM utama menurut WHO adalah penyakit kardiovaskular (penyakit jantung koroner dan stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan penyakit paru obstruksi kronis) dan diabetes. Penyakit ini dapat digolongkan menjadi satu kelompok utama dengan faktor risiko yang sama (common underlying risk factor). Prevalensi penyakit tidak menular cenderung mengalami peningkatan diantaranya prevalensi Diabetes melitus dari 1,1% (2007) menjadi 2,1% (2013), prevalensi hipertensi dari 7,6% (2007) menjadi 9,5% (2013) (Kemenkes 2013). Diperkirakan pada tahun 2020, kematian akibat PTM sebesar 73% dari seluruh kematian di dunia dan sebanyak 66% diakibatkan penyakit jantung dan pembuluh darah, gagal ginjal dan stroke dimana faktor risiko utama penyakit tersebut adalah hipertensi dan dislipidemia (Depkes 2007).

Dislipidemia adalah gangguan perubahan pada kadar lemak dalam darah. Gangguan itu dapat berupa peningkatan kadar total kolesterol atau hiperkolesterolemia, penurunan kadar kolesterol High Density Lipoprotein (HDL), peningkatan kadar kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL) atau peningkatan kadartrigliserida dalam darah (hipertrigliserida) (Marmot 1993). Dislipidemia merupakan masalah kesehatan yang cukup dominan di negara-negara maju.Di Indonesia, ancaman dislipidemia tidak boleh diabaikan. Abnormalitas kadar lipid dalam darah merupakan salah satu faktor risiko timbulnya penyakit kardiovaskular dan metabolik misalnya aterosklerosis, penyakit jantung koroner, stroke, sindrom metabolik dan sebagainya. Menurut pedoman National Cholesterol Education Program Adult Treatment Panel III (NCEP-ATP III), pemeriksaan profil lipoprotein (kolesterol total, HDL, LDL dan trigliserida) perlu dilakukan berkala setiap 5 tahun sekali pada setiap individu umur ≥20 tahun (Kemenkes 2013).

Dewasa ini, terjadi perubahan dalam pola makan dan gaya hidup masyarakat Indonesia. Pengadopsian kebiasaan makan negara maju oleh masyarakat Indonesia dapat memperburuk keadaan status gizi masyarakat Indonesia. Perubahan pola makan yang mengarah ke makanan siap saji tinggi lemak, protein, dan garam tetapi rendah serat pangan dapat menyebabkan berkembangnya penyakit seperti dislipidemia. Asupan lemak yang berlebih dapat meningkatkan kadar lemak dalam darah secara langsung. Asupan lemak yang berlebih dalam jangka waktu yang lamadidugaakan meningkatkan timbunan lemak dalam jaringan darah. Keadaan ini menyebabkan arteriol berkontraksi dan menyempit pada lingkar dalamnya (Beavers 2008). Kadar kolesterol darah dipengaruhi oleh berbagai faktor di antaranya adalah konsumsi pangan dan aktivitas fisik.

(16)

2

kolesterol dalam tubuh. Mahan dan Escott-Stump (2008) menyatakan bahwa asupan serat, asupan kolesterol dan aktivitas fisik juga dapat mempengaruhi kadar kolesterol darah. Hasil dari penelitian Waloya (2013) menunjukkan bahwa dislipidemia di kota dan kabupaten Bogor sebesar 31,25% untuk pria dan 12,5% untuk wanita pada usia 25-64 tahun. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji asupan energi dan zat gizi serta gaya hidup responden orang dewasa dengan dislipidemia.

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum:

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mempelajari asupan zat gizi serta gaya hidup responden di Kabupaten Bogor dengan profil lipid.

Tujuan Khusus:

1. Mengidentifikasi karakteristik responden yang terdiri dari umur, jenis kelamin, pendapatan, etnis, pendidikan, pengetahuan gizi dan riwayat kesehatan responden.

2. Menghitung asupan energi dan zat gizi responden.

3. Menilai gaya hidup responden yang terdiri atas kebiasaan merokok dan kebiasaan olahraga.

4. Menilai status gizi responden.

5. Menganalisis hubungan karakteristik responden, asupan energi, zat gizi, gaya hidup dan status gizi reponden dengan profil lipid.

Hipotesis

Terdapat hubungan antara karakteristik responden, asupan energi dan zat gizi, gaya hidup serta status gizi responden dengan profil lipid.

Manfaat Penelitian

(17)

3

KERANGKA PEMIKIRAN

Kejadian dislipidemia dipengaruhi oleh berbagai faktor baik faktor yang dapat dikontrol maupun yang tidak dapat dikontrol. Profil lipid pada dewasa dislipidemia dapat dipengaruhi oleh karakteristik responden (umur, jenis kelamin, pendapatan, asal daerah, pendidikan dan pengetahuan gizi), gaya hidup (kebiasaan merokok dan kebiasaan olahraga), status gizi dan riwayat kesehatan.

Karakteristik responden (umur, jenis kelamin, pendapatan, asal daerah, pendidikan dan pengetahuan gizi) mempengaruhi gaya hidup (kebiasaan merokok dan kebiasaan olahraga). Semakin meningkatnya pendapatan seseorang, biasanya akan mengubah gaya hidupnya. Pada umumya, gaya hidup masyarakat Indonesia cenderung berubah dari rural menjadi urban. Karakteristik responden (umur, jenis kelamin, pendapatan, asal daerah, pendidikan dan pengetahuan gizi) juga mempengaruhi pola konsumsi (frekuensi konsumsi pangan dan konsumsi energi, protein, lemak, serat dan kolesterol). Pengetahuan dapat diperoleh seseorang melalui pendidikan formal, nonformal, maupun informal. Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilakunya dalam memilih makanan, yang akhirnya akan berpengaruh terhadap keadaan gizi orang tersebut (Khomsan 2007). Semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang diharapkan semakin baik pula keadaan gizinya (Sukandar 2007).

(18)

4

Status Gizi Profil lipid orang

dewasa dislipidemia Aktivitas Fisik

Karakteristik Responden  Umur

 Jenis kelamin  Pendapatan  Asal daerah  Pendidikan  Pengetahuan gizi

Konsumsi

 Frekuensi konsumsi pangan  Konsumsi energi, protein,

karbohidrat, lemak, serat, lemak tak jenuh dan kolesterol

Gaya Hidup  Kebiasaan merokok  Kebiasaan olahraga

Tingkat Kecukupan Energi, Protein, Karbohidrat, Protein ,Lemak dan kolesterol

Riwayat Kesehatan  Riwayat keluarga (genetic)  Riwayat pegawai

 Obat-obatan

Keterangan

: Variabel diteliti

: Hubungan antar variabel dianalisis : Variabel tidak diteliti

: Hubungan antar variabel tidak dianalisis

Gambar 1. Skema kerangka pemikiran hubungan karakteristik responden, gaya hidup, aktivitas fisik, riwayat kesehatan, konsumsi, status gizi dengan profil lipid

(19)

5

METODE

Desain, Tempat, dan Waktu

Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional yaitu data diambil secara observasi dalam satu waktu yang sama. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bogor. Lokasi ini dipilih secara sengaja dengan pertimbangan dapat tercapainya tujuan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan bulan Oktober-Desember 2012. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian hibah KKP3T dari Kementrian Pertanian RI Tahun 2012 dengan ketua peneliti Prof. Dr. Ir. Evy Damayanthi, MS. Kontrak nomor 1145/LB.620/I.1/3/2012, tanggal 29 Maret 2012 yang berjudul “Perbaikan Flavor Keju Rendah Lemak serta Pengaruhnya terhadap Profil Lipid, Aktivitas Superoksida Dismutase dan Kadar Malondialdehid pada Manusia Dewasa Hiperlipidemia”. Penelitian ini sudah mendapatkan ethical clearence dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Badan Litbang Kesehatan dengan nomor KE.01.12/EC/675/2012 tanggal 23 November 2012.

Jumlah dan Teknik Penarikan Responden

Populasi adalah responden yang bekerja di Kabupaten Bogor, kecamatan Dramaga. Penarikan responden dilakukan secara purposive sampling dengan kriteria inklusi sebagai berikut:

1. Berstatus hiperlipidemia (kadar kolesterol total dalam darah >200 mg/dl) 2. Usia 21–60 tahun.

3. Bersedia untuk menjadi subjek penelitian.

Pemilihan responden didasarkan pada data screening darah yang dilaksanakan pada bulan Oktober, di Ruang Sidang Direktorat Akademik dan Pendidikan IPB. Sebanyak 364 orang yang diundang untuk menjadi subyek penelitian, 46 responden menderita hiperlipidemia dan 36 responden yang bersedia menjadi subyek penelitian.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

(20)

6

Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan

No Data Variabel Cara Pengumpulan Data

1 Karakteristik

3 Gaya Hidup Kebiasaan merokok dan

kebiasaan olahraga

Recall 2x24 Jam hari libur dan kerja

5 Frekuensi konsumsi Frekuensi konsumsi FFQ

6 Status Gizi Berat badan dan tinggi

badan.

Pengukuran langsung

menggunakan timbangan dan microtoise.

7 Profil Lipid Kolesterol total, HDL,

LDL, Trigliserida

Serum darah dengan spektofotometri

8 Pengetahuan Gizi Pengetahuan gizi Wawancara menggunakan

kuesioner

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data yang dilakukan berupa editing, coding, cleaning, entry, dan analisis. Data-data yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis secara statistik deskriptif menggunakan program komputer Microsoft Excel 2007 dan

Nutrisurvey 2007. Pengetahuan gizi responden diperoleh dengan memberikan kuesioner berisi 20 pertanyaan berbentuk pilihan ganda seputar gizi secara umum dan kolesterol. Jawaban yang benar diberi nilai 10 dan jawaban yang salah diberi nilai 0 sehingga total nilai sebesar 100. Klasifikasi tingkat pengetahuan gizi mengacu pada Khomsan (2000) yang terbagi menjadi tiga kategori, yaitu baik (>80), sedang (60-80) dan buruk (<60). Konsumsi pangan (karbohidrat, protein, lemak, karbohidrat, serat, lemak tak jenuh dan kolesterol) diolah berdasarkan data

recall makan 2 x 24 jam dengan menggunakan software nutrisurvey. Frekuensi konsumsi pangan snack gurih/siap saji, makanan berlemak dan berminyak, buah dan sayur, minuman diolah berdasarkan data FFQ selama 1 minggu terakhir.

Menghitung Tingkat kecukupan meliputi Tingkat Kecukupan Energi (TKE) dan Tingkat kecukupan Protein responden normal menggunakan perhitungan yang dikoreksi dengan berat badan aktual (dari setiap kelompok usia) dengan

(21)

7

Perhitungan tingkat kecukupan konsumsi energi dan protein menggunakan rumus dibawah ini :

TKG=(K/AKGI) x 100% Keterangan :

TKG = Tingkat kecukupan konsumsi K = Konsumsi gizi (recall 2x24 jam)

AKGI = Angka kecukupan gizi menurut kelompok usia

Responden underweight, overweight dan obese perhitungan tidak dikoreksi dengan berat badan aktual sehat melainkan hanya berdasarkan berat badan acuan sehingga tingkat kecukupan gizinya sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG). Hal ini dimaksudkan agar contoh underweight, overweight dan obese dapat mencapai berat badan idealnya. Kebutuhan energi dihitung dengan mempertimbangkan kebutuhan energi metabolisme basal (AMB) dan aktivitas fisik. AMB dihitung dengan persamaan Harris Benedict (Almatsier 2006).

Indikator antropometri pada penelitian menggunakan indikator IMT. IMT dihitung berdasarkan rumus : berat badan (kg) / tinggi badan (m2). IMT dikelompokkan berdasarkan Riskesdas (2013) menjadi empat kategori.

Tabel 2 Kategori batasan IMT

Kategori IMT(kg/m2)

Underweight <18,5

Normal 18,5-24,9

Overweight 25-27

Obesitas >27

Sumber : Kemenkes (2013)

Uji korelasi Pearson dan Spearman digunakan pula untuk menganalisis hubungan antar beberapa variabel pada penelitian ini. Selain berfokus membahas hubungan antara konsumsi pangan dengan kadar kolesterol darah, penelitian ini juga menyajikan dan sesekali membahas data berdasarkan gaya hidup responden.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Karakteristik umum responden

(22)

8

Berikut disajikan Tabel 3 mengenai karakteristik umum responden dengan profil lipid responden.

Tabel 3 Karakteristik umum responden dengan profil lipid responden Karakteristik

Karakteristik usia responden dikategorikan berdasarkan AKG 2013 yaitu 19 sampai 29 tahun, 30 sampai 49 tahun dan 50 sampai 64 tahun. Setengah dari responden (52,8%) berusia 30-49 tahun, sisanya berusia 50-64 tahun (44,4%) dan 19-29 tahun (2,8%). Rata-rata usia responden adalah 45,2±9,1 tahun dengan usia termuda yaitu berusia 24 tahun dan usia tertua yaitu berusia 56 tahun. Maulana (2007) menyatakan bahwa usia 45 tahun merupakan usia yang kritis dan harus diwaspadai oleh kaum pria sedangkan pada kaum wanita yaitu pada usia 55 tahun atau ketika sudah memasuki masa menopause.

(23)

9

2002). Mayoritas responden (52,8%) memiliki pendidikan terakhir ditingkat SMA, dan sisanya menempuh pendidikan terakhir di Perguruan Tinggi baik D3, S1, S2 maupun S3 (33,3%), SMP (8,3%) dan SD (5,6%). Tingkat pendidikan bukan satu-satunya faktor yang menentukan kemampuan seseorang dalam menyusun dan menyiapkan hidangan yang bergizi tetapi faktor pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan menyerap pengetahuan gizi yang diperoleh. Tabel 3 menunjukkan bahwa responden didominasi dari suku Sunda (55,5%) kemudian sebanyak 30,6% responden berasal dari suku Jawa, dan sisanya 13,9% responden berasal dari suku Minang, Betawi dan Makasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ternyata dislipidemia tidak hanya dialami oleh responden yang berasal dari daerah dengan kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi lemak saja seperti daerah Sumatera, tetapi dialami oleh responden yang berasal dari daerah lain seperti daerah Jawa. Hal ini diduga karena responden yang berasal dari suku Jawa juga memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak sehingga mereka menderita dislipidemia. Modernisasi yang terus berlangsung dan kemajuan teknologi telah membawa perubahan yang cepat pada gaya hidup, misalnya budaya hidangan cepat saji, gaya hidup sedentary, sehingga berakibat pada aktivitas fisik yang tidak adekwat yang pada akhirnya mempunyai efek besar terhadap perkembangan penyakit kronis seperti PJK, dislipidemia dan hipertensi (Chandra 2004) .

Kondisi sosial ekonomi seseorang dapat didekati dari berbagai variabel diantaranya : tingkat pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan/pengeluaran. Ada kecenderungan orang dengan kondisi sosial ekonomi yang tinggi telah mengundang risiko terkena penyakit degeneratif seperti dislipidemia, hipertensi dan diabetes melitus karena terjadinya pergeseran gaya hidup ke arah yang lebih buruk. Status sosial ekonomi yang tinggi yang ditandai dengan terjadinya peningkatan pendapatan/kesejahteraan membuka peluang terjadinya peningkatan konsumsi pangan secara berlebihan dan tidak terkendali/terkontrol, baik dari aspek jumlah maupun jenisnya.

(24)

10

Profil lipid terdiri dari kolesterol total, LDL dan trigliserida. Kolesterol darah atau biasa disebut total kolesterol merupakan ukuran total kolesterol yang pada seluruh lipoprotein yaitu HDL, LDL, dan VLDL. Total kolesterol mencakup kolsterol yang berada dalam seluruh fraksi lipoprotein yaitu 60-70% dibawa LDL, 20-30% dibawa oleh HDL dan 10-15% dibawa oleh VLDL. Konsumsi lemak jenuh dan lemak trans meningkatkan kolesterol darah lebih signifikan dari konsumsi kolesterol sendiri (Manhan & Escott-Stump 2008). Penelitian dari Lipid Research Clinics Coronary Primary Prevention Trial (LRCCPPT) di Amerika memperlihatkan hubungan antara penurunan kolesterol dan pengurangan risiko penyakit jantung koroner yaitu setiap penurunan 1% kolesterol darah akan mengurangi 2% risiko penyakit jantung koroner (Faizah 2004). Sebaran untuk profil lipid resonden dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Sebaran responden berdasarkan profil lipid

Profil Lipid Rata-rata (mg/dL) Rujukan*

(mg/dL)

*Sumber: American Heart Association (2005)

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa lebih dari setengah responden (55,6%) memiliki kadar trigliserida dalam keadaan normal. Trigliserida merupakan lemak darah yang cenderung naik seiring dengan konsumsi alkohol, peningkatan berat badan, diet tinggi gula atau lemak, serta gaya hidup tidak sehat lainnya (Maulana 2007). Tingginya kadar trigliserida contoh diduga disebabkan oleh status gizi contoh yang umumnya overweight, obesitas dan belum mulai mengurangi makanan yang tinggi gula dan lemak.

Kadar kolesterol total merupakan susunan dari banyak zat termasuk diantaranya trigliserida, LDL kolesterol dan HDL kolesterol. Berdasarkan Tabel 4, 88,9% responden memiliki kadar kolesterol total tinggi. Kolesterol dalam darah berasal dari dua sumber yaitu dari diet (kolesterol eksogen) dan dari hasil sintesis dalam tubuh (kolesterol endogen). Kadar kolesterol yang tinggi pada responden diduga disebabkan oleh konsumsi bahan pangan yang tinggi kandungan kolesterol. Secara umum dapat dikatakan bahwa pada setiap satu persen peningkatan kadar kolesterol darah terjadi dua persen peningkatan risikoterkena penyakit jantung koroner (Heslet 2007).

(25)

11

fosfolipid yang ada di dalam aliran darah dan menyerahkannya ke lipoprotein lain untuk diangkut kembali ke hati guna diedarkan kembali atau dikeluarkan dari tubuh (Almatsier 2006). Kadar HDL kolesterol dapat dinaikkan dengan berhenti merokok, mengurangi berat badan dan menambah aktifitas (exercise) (Djohan 2004). Rata–rata kadar Low Density Lipoprotein (LDL) 192,8 mg/dl dan seluruh responden memiliki kadar LDL lebih besar dari rujukan. LDL lebih dikenal sebagai kolesterol jahat. Hal tersebut dikarenakan jika LDL teroksidasi di pembuluh darah akan mengakibatkan penumpukan dalam pembuluh darah. Apabila terjadi selama bertahun-tahun, kolesterol akan menumpuk pada dinding pembuluh darah dan membentuk plak. Plak tersebut akan bercampur dengan protein dan ditutupi oleh sel-sel otot dan kalsiums ehingga dapat menyebabkan aterosklerosis (Almatsier 2006).

Pengetahuan Gizi Responden

Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang peran makanan dan zat gizi, sumber-sumber zat gizi pada makanan, makanan yang aman dimakan sehingga tidak menimbulkan penyakit, serta cara mengolah makanan agar zat gizi dalam makanan tidak hilang serta bagaimana hidup sehat. Pengetahuan gizi yang diperoleh sangat penting dalam membentuk perilaku seseorang, kurangnya pengetahuan tentang gizi untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-hari dapat menyebabkan ganguan gizi (Suhardjo 2003). Pengetahuan dapat diperoleh seseorang melalui pendidikan formal, nonformal, maupun informal. Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilakunya dalam memilih makanan, yang akhirnya akan berpengaruh terhadap keadaan gizi orang tersebut (Khomsan 2007). Semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang diharapkan semakin baik pula keadaan gizinya (Sukandar 2007).

Pengetahuan gizi didefinisikan secara sederhana sebagi informasi yang disimpan ingat dalam ingatan. Pengetahuan gizi dapat diperoleh melalui pendidikan gizi formal dan pendidikan gizi informal. Tabel 5 menunjukkan persentase responden yang dapat menjawab benar untuk setiap pertanyaan pengetahuan gizi. Pertanyaan tersebut terdiri dari makanan gizi seimbang, makanan yang beragam, makanan yang seharusnya dikonsumsi, pangan sumber karbohidrat, sumber protein hewani, fungsi zat besi, akibat kekurangan zat besi, makanan yang mengandung kalsium, fungsi serat, penyakit akibat terlalu banyak mengkonsumsi jeroan, akibat kadar lemak tidak terkontrol, pengertian dislipidemia, akibat kolesterol yang tidak terkontrol, penyebab dislipidemia, faktor penyebab dislipidemia yang dapat dikontrol, faktor resiko lain dislipidemia, makanan yang dapat memicu dislipidemia, makanan yang tidak boleh dikonsumsi penderita dislipidemia, minuman yang memicu dislipidemia, makanan yang boleh dikonsumsi penderita dislipidemia, dan zat gizi yang melawan dislipidemia.

(26)

12

dislipidemia, makanan yang boleh dikonsumsi penderita dislipidemia. Presentase responden berdasarkan jawaban benar pengetahuan gizi dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5 Persentase responden berdasarkan jawaban benar pengetahuan gizi

Topik No Pertanyaan Responden

n %

Gizi Umum 1 Makanan gizi seimbang 36 100

2 Makanan yang beragam 16 44,4

3 Makanan yang seharusnya dikonsumsi 36 100

4 Pangan sumber karbohidrat 35 97,2

5 Sumber protein hewani 32 88,9

6 Fungsi Zat besi 27 75

7 Akibat kekurangan zat besi 31 86,1

8 Makanan yang mengandung kalsium 35 97,2

9 Fungsi serat 34 94,4

10 Penyakit akibat terlalu banyak

mengkonsumsi jeroan 28 77,8

Dislipidemia 11 Akibat kadar lemak yang tidak terkontrol 10 27,8

12 Pengertian dislipidemia 33 91,7

13 Akibat dislipidemia yang tidak terkontrol 30 83,3

14 Faktor penyebab dislipidemia yang dapat

dikontrol 33 91,7

15 Faktor resiko lain dislipidemia 31 86,1

16 Makanan yang memicu dislipidemia 19 52,8

17 Makanan yang tidak diboleh dikonsumsi

penderita dislipidemia 34 94,4

18 Minuman yang dapat memicu dislipidemia 31 86,1

19 Makanan yang boleh dikonsumsi penderita

dislipidemia 36 100

20 Zat gizi yang melawan dislipidemia 14 38,9

Terdapat 16 pertanyaan yang dapat dijawab dengan benar oleh lebih dari 75% responden yaitu pertanyaan mengenai makanan gizi seimbang, makanan yang seharusnya dikonsumsi, pangan sumber karbohidrat, sumber protein hewani, fungsi zat besi, makanan yang mengandung kalsium, pengertian hiperlipidemia, akibat kolesterol yang tidak terkontrol, penyebab dislipidemia, faktor penyebab dislipidemia yang dapat dikontrol, faktor resiko lain dislipidemia, makanan yang tidak boleh dikonsumsi penderita dislipidemia, minuman yang memicu dislipidemia, makanan yang boleh dikonsumsi penderita dislipidemia.

(27)

13

Terdapat 5 pertanyaan yang persentasi jawaban benarnya kurang dari 75% yaitu pertanyaan mengenai makanan yang beragam, akibat kadar lemak yang tidak terkontrol, makanan yang memicu dislipidemia dan zat gizi yang melawan dislipidemia. Hal ini diduga kurangnya responden dalam mendapatkan informasi mengenai dislipidemia. Tabel 6 menunjukkan bahwa mayoritas responden (52,8%) memiliki pengetahuan baik, sebanyak 44,4% memiliki pengetahuan sedang sedangkan dengan pengetahuan gizi kurang hanya 2,8%. Hal ini, berbanding terbalik dengan kadar kolesterol total, trigliserida dan LDL yang masih tinggi dari rujukan. Berikut disajikan Tabel 6 mengenai sebaran responden berdasarkan kategori pengetahuan gizi dengan rata-rata profil lipid.

Tabel 6 Sebaran responden berdasarkan kategori pengetahuan gizi dengan rata-rata profil lipid

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu mempunyai resiko menderita suatu penyakit. Berdasarkan Tabel 7, dapat dilihat bahwa riwayat penyakit dari ayah paling banyak dari penyakit hipertensi dan diabetes sebesar 12,2% sedangkan menurut riwayat penyakit keluarga dari ibu paling banyak penyakit hipertensi sebanyak 7,9%. Sebaliknya, responden yang tidak memiliki riwayat penyakit baik dari keluarga dari ayah sebanyak 46,3% dan dari ibu sebanyak 73,7%. Berikut disajikan Tabel 7 mengenai tabulasi silang lama menderita dengan penyakit yang pernah di derita.

Tabel 7 Sebaran respondenberdasarkan riwayat penyakit orangtua*

(28)

14

Lamanya responden yang menderita sakit dengan penyakit yang pernah diderita penyakit dibagi ke dalam tiga kategori yaitu <1 tahun, 1-3 tahun dan >3 tahun. Tabel 8 menunjukkan terdapat 12 penyakit yang diderita oleh responden, penyakit yang banyak diderita yaitu penyakit asam urat, maag dan paru-paru. Berikut disajikan Tabel 8 mengenai sebaran responden berdasarkan jenis dan lama menderita penyakit.

Tabel 8 Sebaran responden berdasarkan jenis dan lama menderita penyakit*

Penyakit Lama menderita penyakit Total

(29)

15

Tabel 9 Sebaran responden berdasarkan konsumsi obat

Konsumsi Obat Responden

Frekuensi Konsumsi Snack gurih dan siap saji

Frekuensi konsumsi merupakan frekuensi konsumsi snack gurih dan siap saji sejumlah bahan makanan snack gurih dan siap saji selama periode tertentu seperti dalam satu minggu. Frekuensi konsumsi snack gurih dan siap saji dalam penelitian ini terdiri dari Mc.D/KFC/PH, sosis, nugget, kornet, biskuit asin, kripik asin, chiki, pilus, dan crackers. Berikut disajikan Tabel 10 mengenai sebaran kebiasaan konsumsi snack gurih/siap saji.

Tabel 10 Sebaran kebiasaan konsumsi snack gurih/siap saji

No Jenis Makanan Frekuensi konsumsi

(30)

16

kronis tidak menular seperti diabetes mellitus, tekanan darah tinggi dan penyakit jantung,

Frekuensi konsumsi buah dan sayur

Frekuensi konsumsi buah dan sayur merupakan frekuensi konsumsi sejumlah buah dan sayur selama periode tertentu seperti dalam satu minggu. Frekuensi konsumsi buah dan sayur meliputi dalam penelitian ini meliputi buah segar, manisan, jus buah, es campur, buah kalengan, sayur bening, sayur bersantan, sayur mentah, gado-gado dan sayuran mentah. Berikut disajikan Tabel 11 mengenai sebaran kebiasaan konsumsi buah dan sayur.

Tabel 11 Sebaran kebiasaan konsumsi buah dan sayur

No Jenis Makanan Frekuensi konsumsi

(kali/minggu) sering dikonsumsi dalam seminggu yaitu buah segar (5,2±2,4 kali/minggu) dengan jumlah konsumsi 436,1±330,3 gram, sayur bening (3,5±2,7 kali/minggu) dengan jumlah konsumsi 355,6±283,3 gram, kemudian sayur tumis (3,3±2,5 kali/minggu) dengan jumlah konsumsi 171,4±150,1 gram. Konsumsi sayuran dan buah-buahan dalam jumlah tinggi, telah terbukti dapat mencegah timbulnya osteoporosis dengan cara menjaga densitas tulang tetap baik, menurunkan resiko timbulnya penyakit kardio-vaskuler, serta mencegah kanker prostat dan kanker paru-paru (De Pooter, 1985). Berdasarkan Pedoman Gizi Seimbang (PGS 2014), dianjurkan konsumsi sayuran dan buah-buahan 300-400 400-600 g perorang perhari bagi remaja dan orang dewasa (Depkes 2014). Dalam penelitian (Nurhayati 2009), konsumsi buah dan sayur > 3 porsi/hari merupakan faktor protektif (pelindung) terhadap hipertensi (H1) pada pria obes, OR=0.7(0.6-0.8). Ini berarti, kebiasaan konsumsi buah dan sayur dengan porsi tersebut telah menurunkan risiko hipertensi (H1) sebesar 30% pada pria obes dibanding dengan yang mengkonsumsinya < 3 porsi/hari.

Frekuensi konsumsi makanan berlemak dan berminyak

Frekuensi konsumsi makanan berlemak dan berminyak merupakan frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan sumber lemak dan minyak selama periode tertentu seperti dalam satu minggu. Frekuensi makanan berlemak dan berminyak dalam penelitian ini meliputi gorengan, mie/nasi goreng, jeroan, soto santan/gulai, cake/bolu manis, martabak manis, cokelat, bakso, mie ayam, susu

full cream, keju, es krim, ayam goreng dan ikan goreng.

(31)

17

(3,9±2,8 kali/minggu) dengan jumlah konsumsi 287,5±288,1 gram, ikan goreng (3,9±2,8 kali/minggu) dengan jumlah konsumsi 297,6±288,4 gram, kemudian ayam goreng (3,6±2,4 kali/minggu) dengan jumlah konsumsi 190,3±129,7 gram. Perilaku konsumsi makanan berisiko pada penduduk umur ≥10 tahun paling banyak konsumsi bumbu penyedap (77,3%), diikuti makanan dan minuman manis (53,1%), dan makanan berlemak (40,7%). Proporsi nasional penduduk dengan perilaku konsumsi makanan berlemak, berkolesterol dan makanan gorengan ≥1 kali per hari 40,7 persen. Berikut disajikan Tabel 12 mengenai sebaran kebiasaan makanan berlemak dan berminyak.

Tabel 12 Sebaran kebiasaan makanan berlemak dan berminyak

No Jenis Makanan Frekuensi konsumsi

(kali/minggu)

Frekuensi konsumsi minuman merupakan frekuensi konsumsi sejumlah minuman selama periode tertentu seperti dalam satu minggu. Frekuensi minuman dalam penelitian ini terdiri atas kopi, jus kemasan, soda, teh manis, teh tawar,

green tea, alkohol, isotonik, pop ice, minuman tingggi vitamin C, serta air putih. Berikut disajikan Tabel 13 mengenai sebaran responden berdasarkan kebiasaan konsumsi minuman.

Tabel 13 Sebaran responden berdasarkan kebiasaan konsumsi minuman

No Jenis Makanan Frekuensi konsumsi

(32)

18

Frekuensi konsumsi minuman yang sering dikonsumsi dalam seminggu yaitu air putih (7,5±1,4 kali/minggu) dengan jumlah konsumsi 18616±30193,4 ml, teh manis (3,8±3,4 kali/minggu) dengan jumlah konsumsi 569,1±699,3 ml, kemudian kopi (2,7±3,7 kali/minggu) dengan jumlah konsumsi 436,3 ±638,8 ml (Table 13). Perilaku konsumsi makanan berisiko pada penduduk umur ≥10 tahun paling banyak konsumsi bumbu penyedap (77,3%), diikuti makanan dan minuman manis (53,1%), dan makanan berlemak (40,7%). Peraturan Menteri Kesehatan nomor 30 tahun 2013 tentang pencantuman informasi kandungan gula, garam dan lemak serta pesan kesehatan untuk pangan olahan dan pangan siap saji menyebutkan bahwa konsumsi gula lebih dari 50g (4 sendok makan), natrium lebih dari 2000 mg (1 sendok teh) dan lemak/minyak total lebih dari 67 g (5 sendok makan) per orang per hari akan meningkatkan risiko hipertensi, stroke, diabetes, dan serangan jantung (Kemenkes 2013).

Konsumsi Pangan

Konsumsi pangan merupakan informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi (dimakan) oleh seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Batasan ini menunjukkan bahwa konsumsi pangan dapat ditinjau dari aspek jenis pangan dan jumlah pangan yang dikonsumsi (Hardinsyah 2002). Makanan pokok

Bahan makanan pokok dianggap yang terpenting di dalam suatu susunan hidangan di Indonesia dan biasanya dapat segera terlihat di atas piring, karena merupakan kwuntum terbesar diantara bahan makanan yang sedang dikonsumsi (Sediaoetama 2012). Karbohidrat memegang peranan penting, karena merupakan sumber energi utama bagi penduduk di dunia dan banyak didapat dari alam serta harganya relatif murah. Sumber karbohidrat adalah padi-padian atau serealia, umbi-umbian dan kacang-kacangan kering. Hasil olahannya adalah bihun, mie, roti dan tepung-tepungan (Almatsier 2006).

Tabel 14 menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi makanan pokok masih didominasi oleh nasi sebanyak 379,7 g/hari disusul oleh mie sebanyak 16,4 g/hari dan roti sebanyak 5,2 g/hari. Sebanyak 54,8 g/hari responden memakan makanan pokok seperti jagung, kentang, tepung terigu, dan umbi-umbian. Hal ini diduga disebabkan oleh beras yang menjadi sumber karbohidrat utama di Indonesia dan mudah didapatkan oleh responden.

Pangan hewani sebagai sumber utama protein hewani

(33)

19

Pangan nabati sebagai sumber utama protein nabati

Sumber protein nabati adalah kacang kedelai dan hasilnya seperti tahu dan tempe serta kacang-kacangan lainnya. Kacang kedelai merupakan sumber protein nabati yang memiliki mutu atau nilai biologi tertinggi. Rata–rata konsumsi lauk nabati berturut turut yakni tempe sebanyak 19,7 g/hari, tahu sebanyak 11,8g/hari, dan lainnya sebanyak 14,4 g/hari meliputi kacang–kacangan.Tempe dapat menurunkan kadar kolesterol,dalam kedelai terkandung zat yang disebut sitosterol beta yang mempunyai efek hipokolesterolemik (menurunkan kadar kolesterol). Disamping itu, penggunaan ragi dalam proses fermentasi kacang kedelai menjadi tempe juga dapat menekan kadar kolesterol. Hal ini disebabkan proses peragian tersebut meningkatkan niasin dari 9 mg dalam kacang kedelai menjadi 60 mg dalam tempe per 100 gram bahan makanan. Niasin ini dapat menurunkan kolesterol total dan kolesterol HDL serta menaikkan kolesterol HDL (Khomsan 2002). Berikut disajikan Tabel 14 mengenai rata-rata konsumsi pangan dan asupan zat gizi responden.

Tabel 14 Rata-rata konsumsi pangan dan asupan zat gizi responden

(34)

20 Sayuran

Sayuran merupakan sumber vitamin dan mineral yang sangat bermanfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan. Seseorang yang mengonsumsi cukup sayuran dengan jenis yang bervariasi akan mendapatkan kecukupan sebagian besar mineral mikro dan serat yang dapat mencegah terjadinya kegemukan (Khomsan 2007). Sayuran dan buah–buahan adalah sumber serat makanan yang paling mudah dijumpai dalam menu masyarakat. Sayuran bisa dikonsumsi dalam bentuk mentah atau telah diproses melalui perebusan. Rata–rata konsumsi sayuran responden selama recall 24 jam yakni sebanyak 51 g/hari. Khomsan (2004) menyatakan bahwa konsumsi sayur yang dianjutkan adalah 200 gram setiap hari. Serat pada sayuran dapat mengikat asam empedu sehingga dapat menurunkan penyerapan lemak dan kolesterol darah, sehingga menurunkan resiko, mencegah atau meringankan penyakit jantung koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Almatsier 2006).

Buah-buahan

Konsumsi buah–buahan yang cukup dapat mengurangi resiko terjadinya kegemukan pada seseorang. Dibandingkan dengan sumber serat pangan (dietary fiber) lainnya, buah–buahan merupakan sumber yang sangat baik. Serat pangan bermanfaat mencegah berbagai penyakit degeneratif. Rata–rata konsumsi buah yakni mangga 57,6 g/hari, melon 3,5 g/hari serta pisang 5,8 g/hari, lainnya 27,9 g/hari apel, jeruk papaya, semangka. Rata–rata konsumsi buah dan hasil olahannya sebanyak 31,1 g/hari. Buah mengandung vitamin C yang dibutuhkan tubuh, vitamin C dikenal sebagai senyawa ampuh untuk menangkal radikal bebas. Selain itu, vitamin C juga bermanfaat untuk meningkatkan laju pembuangan kolesterol dalam bentuk asam empedu melalui usus. Vitamin C juga bermanfaat untuk meningkatkan kadar HDL sehingga memperkecil peluang terjadinya

aterosklerosis yang kemudian dapat menurunkan tekanan darah (Khomsan 2002). Susu dan olahannya

Khomsan (2002) menyatakan bahwa minum susu di pagi hari sangat baik karena susu selain sebagai sumber vitamin dan mineral juga kaya akan lemak sehingga akan relatif lebih tahan lapar. Rata–rata konsumsi susu sebanyak 27,3 ml/hari. Salah satu jenis susu yang kandungan lemaknya tergolong tinggi adalah susu bubuk. Khomsan (2003) menjelaskan susu bubuk mempunyai kandungan lemak yang tinggi.

Minyak dan lemak

(35)

21

konsumsi jajanan 58,3 g/hari sedangkan rata–rata konsumsi gula sebanyak 0,7 g/hari (Tabel 14).

Asupan Energi dan Zat Gizi serta Tingkat Kecukupannya

Kecukupan gizi merupakan suatu taraf asupan (intake) yang dianggap dapat memenuhi kecukupan gizi semua orang yang sehat menurut berbagai kelompoknya sehingga kebutuhan pangan hanya diperlukan secukupnya. Kecukupan pangan dapat diukur secara kualitatif dan kuantitatif. Ukuran kualitataif meliputi nilai sosial beragam jenis pangan dan nilai cita rasa sedangkan nilai kuantitatif yang umum digunakan adalah kandungan zat gizi. Berikut di sajikan Tabel 15 rata-rata asupan energi dan zat gizi berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 15 Rata-rata asupan energi dan zat gizi berdasarkan jenis kelamin

Energi/ Zat Gizi Rata-rata konsumsi responden lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata asupan energi orang indonesia sebesar 1736 Kal (Depkes 2007). Hal ini diduga adanya flat-slope syndrome, dimana responden memiliki sindrom ketika menceritakan recall akan cenderung lebih sedikit dalam hal konsumsi, sedangkan yang kurus cenderung akan berlebihan ketika di recall (Flegal 1999). Berdasarkan Tabel 15, tingkat kecukupan energi responden berada pada kategori defisit berat (44,4%), defisit ringan (22,2%) dan normal (19,4%). Tidak ditemukan responden yang mengalami kelebihan energi, hasil yang serupa juga didapat dari penelitian-penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Puspitasari (2006), Sari (2011) dan Rahmariza (2012). Hasil penelitian tersebut melaporkan bahwa tingkat kecukupan energi orang dewasa sebagian besar tergolong defisit. Berikut disajikan Tabel 16 sebaran tingkat kecukupan energi.

Tabel 16 Sebaran responden berdasarkan kategori tingkat kecukupan energi

Tingkat kecukupan energi (%) n %

Defisit tingkat berat (<70) 16 44.,4

Defisit tingkat sedang (70–79) 5 13,9

Defisit tingkat ringan (80–90) 8 22,2

Normal (90–119) 7 19,5

(36)

22 Protein

Protein merupakan bahan pembentuk energi disamping karbohidrat dan lemak. Protein sebagai pembentuk energi, angka yang ditunjukkan akan tergantung dari macam serta jumlah bahan makanan nabati dan hewani yang dikonsumsi setiap hari. Rata-rata asupan protein sebanyak 57,6 g. Bila dibandingkan dengan angka kecukupan protein menurut AKG 2013 dengan rataan umur responden 30-49 tahun, Laki-laki 65 gram dan perempuan 57 gram. Protein berfungsi sebagai zat pembangun, berperan dalam pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan dan mengantikan sel–sel yang mati. Selain itu, protein juga berfungsi dalam mengatur proses–proses dalam mengatur proses–proses metabolisme dalam bentuk enzim dan hormon. Kekurangan protein, menyebabkan gangguan pada absorsi dan transportasi zat-zat gizi (Almatsier 2006). Tabel 17 menunjukkan bahwa sebanyak 36,1% responden memiliki tingkat kecukupan protein termasuk kategori berlebih, responden yang memiliki tingkat kecukupan protein dengan kategori normal hanya 22,2% dan sebanyak 13,9% responden memiliki tingkat kecukupan protein termasuk kategori defisit berat, sedang dan ringan.Lemak merupakan satu komponen multifungsi yang sangat penting untuk kehidupan. Selain memiliki sisi positif, lemak juga mempunyai sisi negatif terhadap kehidupan. Penambahan lemak dalam makanan memberikan efek rasa lezat dan tekstur makanan menjadi lembut serta gurih. Di dalam tubuh, lemak menghasilkan energi dua kali lebih banyak dibandingkan dengan protein dan karbohidrat yaitu 9 kkal/gram lemak yang dikonsumsi. Kadar lemak yang tinggi dalam menu sehari-hari akan berakibat gangguan metabolisme lemak. Dianjurkan untuk mengkonsumsi lemak kurang dari 30% total kalori (Khomsan 2002). Berikut disajikan Tabel 17 sebaran tingkat kecukupan protein.

Tabel 17 Sebaran responden berdasarkan kategori tingkat kecukupan protein

Tingkat kecukupan protein (%) n %

Defisit tingkat berat (<70) 5 13,9

(37)

23

usia sekolah, lalu kian meningkat dengan bertambahnya usia. Pada usia 40 tahun, jumlah lemak sudah berkisar 22% dan di usia 50 tahun rata-rata 24%. Pada wanita di usia sekolah jumlah lemak rata-rata 27%, lalu meningkat menjadi 32% pada usia 40 tahun dan 34% pada usia 50 tahun (Baraas 1993). Berikut disajikan Tabel 18 sebaran tingkat kecukupan lemak.

Tabel 18 Sebaran responden berdasarkan kategori tingkat kecukupan lemak

Tingkat kecukupan lemak n %

Cukup (≤30% kecukupan energi) 27 75

Lebih (>30% kecukupan energi) 9 25

Total 41 100

Berdasarkan Tabel 18 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden (75%) memiliki tingkat kecukupan lemak yang cukup, hanya sebesar 24% responden yang memiliki tingkat kecukupan lemak lebih.

Kolesterol

Rata-rata asupan kolesterol berdasarkan Tabel 15 sebesar 237 mg. Almatsier (2006) menyatakan bahwa asupan kolesterol yang dianjurkan adalah ≤300 mg sehari. Kolesterol adalah suatu zat lemak yang beredar di dalam darah, diproduksi oleh hati dan sangat diperlukan oleh tubuh. Kolesterol berlebih akan menimbulkan masalah terutama pada pembuluh darah jantung dan otak. Setiap penurunan 1% dari jumlah kolesterol, risiko untuk terkena serangan jantung turun sebanyak 2%, risiko serangan jantung turun sampai 4% ketika HDL meningkat 2%, tubuh manusia membuat dua pertiga kolesterolnya, sepertiga sisanya diperoleh dari makanan. Darah mengandung 80% kolesterol yang diproduksi oleh tubuh sendiri dan 20% berasal dari makanan. Urutan perubahan makanan untuk menurunkan kadar kolesterol berdasarkan prioritas adalah jumlah lemak, lemak jenuh, dan kolesterol (Almatsier 2006). Berikut disajikan Tabel 19 sebaran tingkat kecukupan kolesterol.

Tabel 19 Sebaran responden berdasarkan kategori tingkat kecukupan kolesterol

Tingkat kecukupan kolesterol n %

Cukup (≤300 mg) 29 80,6

Lebih (>300 mg) 7 19,4

Total 36 100,0

Tabel 19 menunjukkan bahwa sebagian besar responden (80,6%) memiliki tingkat kecukupan kolesterol yang cukup, hanya sebanyak 21,9% responden yang memiliki tingkat kecukupan lemak lebih.

Karbohidrat

(38)

24

sekresi VLDL. Asupan karbohidrat yang tinggi akan meningkatkan kadar trigliserida (Murray et al 2003)

Serat Pangan

Rata–rata asupan serat berdasarkan Tabel 15 sebesar 7,5 gram. Jumlah tersebut berbeda sangat jauh dengan asupan serat yang dianjurkan oleh WHO yaitu sebesar 25-30 gr per hari. Hal tersebut diduga disebabkan masih kurangnya konsumsi sayuran dan buah–buahan oleh responden. Jumlah konsumsi serat perlu ditingkatkan agar perannya dalam mengurangi kadarkolesterol dalam darah dapat berjalan dengan optimal. Makanan yang mengandung serat sangat penting untuk keseimbangan kadar kolesterol. Selain itu dapat menurunkan kadar kolesterol karena manfaat untuk mengangkut asam empedu, serat juga dapat mengatur kadar gula darah dan menurunkan tekanan darah. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa faktor–faktor penyebab rendahnya kadar kolesterol HDL di antaranya adalah kebiasaan merokok, jenis kelamin, obesitas, aktivitas fisik, dan konsumsi serat. Rata-rata asupan lemak tak jenuh responden sebesar 12,3 gram (Tabel 15).

Gaya Hidup

Gaya hidup merupakan hasil dari interaksi berbagai faktor sosial, budaya dan lingkungan. Perubahan kebiasaan makan menyebabkan perubahan pada gaya hidup. Hal ini juga berarti bahwa gaya hidup dapat menetukan bentuk pola konsumsi pangan. Dislipidemia sebagian besar (hingga 80%) disebabkan oleh faktor gaya hidup, sedangkan 20% sisanya disebabkan oleh faktor genetik (Smith 2007). Gaya hidup mempengaruhi kebiasaan makan seseorang atau sekelompok orang dan akan berdampak tertentu (positif atau negatif) khususnya yang berkaitan dengan gizi (Suhardjo 2003). Gaya hidup yang diteliti meliputi kebiasaan merokok, kebiasaan mengonsumsi minuman alkohol, dan kebiasaan berolahraga.

Kebiasaan olahraga

Olahraga bermanfaat karena memperbaiki fungsi paru dan pemberian O2,

ke miokard, menurunkan BB sehingga lemak tubuh yang berlebihan berkurang bersamaan dengan menurunnya LDL, menurunkan kolesterol darah total, trigliserida dan kadar gula darah penderita DM, serta menurunkan tekanan darah dan meningkatkan kesegaran jasmani. Berikut disajikan Tabel 20 mengenai sebaran kebiasaan olahraga dengan rata-rata profil lipid.

Tabel 20 Sebaran responden berdasarkan kebiasaan olahraga dan rata-rata profil lipid

(39)

25

kebiasaan olahraga. Berolahraga dapat meningkatkan HDL kolesterol dalam darah dari 20-30%, sehingga terdapat kemungkinan bahwa kemampuan HDL menyingkirkan kolesterol biasa meningkat selama latihan fisik (Heslet 2007). Berikut disajikan Tabel 21 mengenai jenis, durasi dan frekuensi olahraga.

Tabel 21 Sebaran responden berdasarkan jenis, durasi dan frekuensi olahraga

Kebiasaaan Olahraga Responden

Tabel 21 menunjukkan bahwa jenis olahraga yang paling banyak dilakukan oleh responden adalah jalan kaki (37,2%), sebanyak 17,1% responden melakukan olahraga seperti jogging, sisanya badminton, bersepeda (11,4%), lari (5,7%) dan olahraga lainnya (17,2%) seperti tenis meja, sit up, senam dan yoga. Mayoritas responden (60%) melakukan olahraga dalam durasi 30-60 menit, sedangkan sisanya 28,6% responden berolahraga dalam durasi <30 menit dan 11,4% responden berolahraga dalam durasi >60 menit. Olahraga yang dilakukan selama 30 menit dengan intensitas sedang setiap hari bermanfaat untuk mencegah peningkatan berat badan yang tidak sehat untuk beberapa orang yang membutuhkan tambahan olahraga atau pembatasan kalori untuk meminimalkan kemungkinan peningkatan berat badan selanjutnya dan olahraga secara teratur dapat menurunkan secara signifikan kolesterol total, trigliserida, dan kolesterol LDL (2,1±1,8 mg/dL, p=0,001; 17±3,5 mg/dL, p<0,0001; dan 0,7±1,7 mg/dL, p<0,0001) (Fan et al, 2009).

(40)

26

Kebiasaan merokok responden

Rokok adalah racun yang bekerja lambat tapi pasti. Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi dauntembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya. Sebatang rokok, mengandung kurang lebih delapan belas racun. Apabila sebatang rokok disulut, maka dihamburkanlah aneka macam racun bersama asap yang keluar diantaranya gas karbonmonoksida, nitrogen peroksida, ammonia, benzene, methanol, perylene, hydrogen cyanide, acrolein, acetilen, benzaldehyde, arsenikum, benzopyrene, urethane, coumarin, ortocresol, nikotin, tar dan lain lain (Bangun 2008). Berikut disajikan Tabel 22 mengenai sebaran status rokok dan profil lipid responden.

Tabel 22 Sebaran responden berdasarkan status merokok dan profil lipid responden

Status Merokok Responden Rata-rata (mg/dL)

n % Kolesterol Trigliserida LDL HDL

Pernah Merokok 17 47,2 276,87 173,24 208,6 42,69

Tidak Pernah Merokok 19 52,8 254,7 141,9 178,71 55,05

Total 36 100,0

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 22 diketahui bahwa sebagian besar responden (52,8%) memiliki kebiasaan tidak merokok, sedangkan sebanyak 47,2% responden memiliki kebiasaan merokok. Dijelaskan secara deskriptif, responden yang pernah merokok memiliki kadar trigliserida, kolesterol total dan kadar LDL yang tinggi serta kadar HDL yang rendah. Pengkajian lebih dalam tentang kebiasaan merokok responden meliputi status merokok saat ini dan frekuensi rokok yang dikonsumsi dalam sehari. Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa sebanyak 47,1% responden masih merokok dan sebanyak 52,9% responden berhenti merokok. Responden yang masih merokok memiliki kadar trigliserida, kolesteroltotal dan kadar LDL yang tinggi serta kadar HDL yang rendah dibandingkan dengan responden yang berhenti merokok. Tabel 23 menunjukkan bahwa jumlah rokok yang dikonsumsi oleh mayoritas responden yang memiliki kebiasaan merokok, termasuk dalam kategori sedang (50%) yaitu 10 sampai 19 batang perhari, disusul kategori rendah (1 sampai 9 batang perhari) sebesar 37,5%, kemudian kategori berat (≥ 20 batang perhari) sebesar 12,5%. Semakin banyak jumlah batang rokok yang digunakan akan meningkatkan kadar trigliserida, kolesterol total dan kadar LDL yang tinggi serta menurunkan kadar HDL. Menurut Bangun (2008), merokok biasanya dilakukan untuk menghilangkan ketegangan atau stress, mencari inspirasi, penghilang rasa jenuh dan kesepian, pencuci mulut, serta anti mulut asam.

(41)

27

batang (setara satu bungkus). Berikut disajikan Tabel 23 mengenai kebiasaan merokok dan rata-rata profil lipid responden.

Tabel 23 Kebiasaan merokok responden dan rata-rata profil lipid responden

Kebiasaan Merokok Responden Rata-rata (mg/dL)

n % Kolesterol Trigliserida LDL HDL

Faktor penentu kadar kolesterol adalah jumlah batang rokok yang dihisap per hari, bukan lamanya waktu seseorang memulai kebiasaan merokok (Mamat 2010).

Kebiasaan Konsumsi Jamu dan Obat

Jamu merupakan salah satu warisan dari nenek moyang Indonesia dimana jamu merupakan obat alternatif yang terbuat dari tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat terhadap kesehatan maupun kecantikan. Bahan-bahan jamu sendiri diambil dari tanaman herbal Indonesia baik itu dari akar,daun, buah, bunga, maupun kulit kayu. Berikut disajikan Tabel 24 sebaran responden berdasarkan kebiasaan konsumsi jamu dan obat warung.

Tabel 24 Sebaran responden berdasarkan kebiasaan konsumsi jamu dan obat warung

Berdasarkan Tabel 24 diatas diketahui bahwa hampir dari keseluruhan responden (61,1%) mengkonsumsi jamu/supplemen, sedangkan sebanyak 38,9% responden tidak mengkonsumsi jamu/suplemen. Jamu adalah jenis herbal yang belum melalui proses uji kelayakan, hanya berdasarkan pengalaman masyarakat sedangkan suplemen merupakan zat tambahan bukan zat penganti. Suplemen mengandung satu jenis atau lebih zat gizi yang mempunyai fungsi sebagai obat.

(42)

28

mengkonsumsi obat warung, sedangkan sebanyak 30,5% responden mengkonsumsi obat warung. Obat yang umumnya dikonsumsi terdiri atas promag, mixagrip, oskadon, dan lain-lain. Obat–obatan semacam ini bisa diperoleh di warung, supermarket, minimarket, apotik, dan hampir semua toko barang kebutuhan sehari-hari.

Persentase penduduk Indonesia yang pernah mengkonsumsi jamu sebanyak 59,12% yang terdapat pada semua kelompok umur, laki-laki dan perempuan, baik di perdesaan maupun perkotaan. Persentase penggunaan tanaman obat berturut-turut adalah jahe (50,36%) diikuti kencur (48,77%), temulawak (39,65%), meniran (13,93%) dan pace (11,17%). Selain tanaman obat di atas, sebanyak 72,51% menggunakan tanaman obat jenis lain. Bentuk sediaan jamu yang paling banyak disukai penduduk adalah cairan, diikuti seduhan/serbuk, rebusan/ rajangan, dan bentuk kapsul/pil/tablet. Penduduk Indonesia yang mengkonsumsi jamu, sebesar 95,60% (Depkes 2010).

Status Gizi

Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan pengunaan zat-zat gizi kurang, baik, dan lebih (Almatsier 2006). Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat yaitu antropometri, klinis, biokimia dan biofisik sedangkan secara tidak langsung dibagi menjadi tiga yaitu survey konsumsi pangan, statistik vital dan faktor ekologi. Riskesdas 2013 menyatakan bahwa pengukuran status gizi untuk orang dewasa dapat menggunakan kriteria IMT (Indeks Massa Tubuh). Hasil IMT diklasifikasi berdasarkan cut off point Riskesdas 2013 yaitu <18,5 (kurus), 18,5-24,9 (normal), 25-27 (gizi lebih), >27 (obes) (Kemenkes 2013). Berikut disajikan Tabel 25 sebaran status gizi dan rata-rata profil lipid.

(43)

29

Menurut Depkes (2007), status gizi merupakan salah satu faktor resiko terjadi penyakit degeneratif yang disebabkan oleh gangguan tekanan darah maupun kolesterol.

Hubungan Antar Variabel

Hubungan karakteristik responden dengan profil lipid

Berdasarkan uji korelasi Pearson, tidak ada hubungan yang nyata (p>0,05) antara umur dengan profil lipid. Hal ini bertentangan dengan penelitian Lina (2010), Baraas (1999). Peningkatan kolesterol total ditentukann oleh meningkatnya kolesterol LDL. Pada usia yang semakin tua kadar kolesterol totalnya relatif lebih tinggi dari pada kadar kolesterol total pada usia muda.Hal ini dikarenakan makin tua seseorang aktifitas reseptor LDL mungkin makin berkurang. Sel reseptor ini berfungsi sebagai hemostasis pengatur peredaran kolesterol dalam darah dan banyak terdapat dalam hati,kelenjar gonad dan kelenjar adrenal. Apabila sel reseptor ini terganggu maka kolesterol akan meningkat dalam sirkulasi darah (Heslet 1997).

Hubungan pengetahuan gizi dengan profil lipid

Menurut Nurmansyah (2006), tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap perilaku konsumsi seseorang yang disebabkan oleh pola pikir dan pengalamannya. Seseorang yang mempunyai pengetahuan dan tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung akan memilih pangan yang lebih baik kualitasnya daripada yang berpendidikan rendah. Selain melihat dari sisi kualitas pangan yang dikonsumsinya, konsumen dengan pendidikan yang lebih tinggi juga akan melihat lebih jauh terhadap keburukan dan resiko dalam mengkonsumsi pangan, serta cenderung berperilaku lebih kritis dalam pembelian dan pemilihan suatu produk.

Menurut Sanjur (1982), pengaruh pengetahuan gizi terhadap konsumsi makanan tidak selalu linier artinya semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi, belum tentu konsumsi makanan menjadi lebih baik. Konsumsi makanan jarang dipengaruhi oleh pengetahuan gizi secara tersendiri, tetapi merupakan interaksi dengan sikap dan praktek gizi. Berdasarkan uji korelasi Pearson, tidak ada hubungan yang nyata (p>0,05) antara pengetahuan gizi dengan profil lipid. Hal ini diduga, kadar profil lipid tidak hanya dipengaruhi oleh pengetahuan gizi saja. Hubungan gaya hidup dengan profil lipid

(44)

30

dilaporkan bahwa pria yang merokok lebih dari 20 batang sehari akan mengalami penurunan HDL hingga 11% dibandingkan bukan perokok. Asap rokok (CO) memiliki kemampuan menarik sel darah merah lebih kuat dari kemampuan oksigen, sehingga menurunnya kapasitas sel dar merah pembawa oksigen ke jantung dan jaringan lainnya (Karyadi 2002).

Berdasarkan uji korelasi pearson, ada hubungan yang nyata (p<0,05) antara jumlah batang rokok yang dikonsumsi dengan total kolesterol dan trigliserida dalam darah. Rokok dapat merendahkan kadar kolesterol HDL sekitar 4,5-6% akibatnya kadar kolesterol LDL semakin tinggi dan hal ini memberikan pengaruh pada kadar kolesterol total yang relatif semakin tinggi pula (Povey 2002).

Berdasarkan uji korelasi spearman, tidak ada hubungan yang nyata (p>0,05) antara kebiasaan olahraga dengan kadar profil lipid responden. Tidak terdapatnya hubungan antara kebiasaan berolahraga dengan kadar lipid darah dapat disebabkan oleh perbedaan antara pengambilan darah dengan kegiatan olahraga yang terakhir dilakukan.Kebiasaan berolahraga dapat mempengaruhi kadar lipid darah dalam waktu setidaknya 24-48 jam sesudah berolahraga. Hal tersebut tentunya dapat mempengaruhi hasil laboratorium pada saat pengambilan darah untuk mengecek kadar lipid darah (Durstine 2001),sehingga kadar lipid darah antara contoh yang berolahraga dan tidak cenderung terlihat sama. Berdasarkan uji pearson, tidak dan hubungan yang nyata (p>0,05) antara lamanya berolahraga dengan kadar profil lipid responden.

Hubungan konsumsi dengan profil lipid

Hasil analisis korelasi pearson menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan (p<0,05) antara total kolesterol dengan frekuensi konsumsi chiki, LDL dengan frekuensi konsumsi crackers asin, HDL dengan frekuensi sayur mentah dan sayur tumis. Penelitian Ramon Estruck et al. (2009) yang dilakukan terhadap 772 responden juga menyimpulkan bahwa responden dengan konsumsi tinggi serat menunjukkan adanya peningkatan kadar kolesterol HDL. Akan tetapi, menurut penelitain Ria (2009) asupan serat larut air dari buah dan sayur tidak berhubungan dengan kadar kolesterol total darah sebelum ataupun setelah dikontrol. LDL dengan frekuensi konsumsi alkohol.

Hasil analisis korelasi pearson menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0,05) antara kadar profillipid responden dengan aasupanenergi, protein, lemak, karbiohidrat, serat, lemak tak jenuh, dan kolesterol, akan tetapi ada hubungan nyata (p<0,05) antara konsumsi kolesterol dengan k-HDL responden. Hasil uji ini bertentangan dengan penelitian Fatimah (2011) yang menunjukkan terdapat perbedaan bermakna pada asupan protein (p<0.05). Hal ini dapat terjadi karena protein berpengaruh terhadap kadar kolesterol darah. Beberapa penelitian menunjukkan protein yang berasal dari bahan pangan hewani berpotensi menyebabkan hiperkolesterolemia, sedangkan protein yang berasal dari bahan nabati dapat mencegah terjadinya hiperkolesterolemia.

(45)

31

kadar kolesterol serum kelompok kasein lebih tinggi daripada kelompok protein kedelai. Hasil penelitian pada kelinci juga menunjukkan bahwa protein hewani (biasanya kasein) lebih cholesteremic dan aterogenik daripada protein nabati (biasanya protein kedelai). Dalam penelitian Fatimah (2011) juga ditemukan adanya hubungan antara konsumsi serat dengan kadar kolesterol HDL. Kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida menurun dan kolesterol HDL meningkat sesudah suplementasi vitamin E (Diah et al 2011).

Hubungan status gizi dengan profil lipid

Berdasarkan uji korelasi Pearson, tidakada hubungan yang nyata (p>0,05) antara status gizi dengan profil lipid responden.Namun, jika dijelaskan secara deskriptif, responden yangmemiliki status gizi overweight cenderung memiliki kadar trigliserida, kolesteroltotal dan kadar LDL yang tinggi serta kadar HDL yang rendah.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Sebagian besar usia responden (52,8%) berusia 30-49 tahun, 61,1% responden yang berjenis kelamin perempuan, setengah responden memiliki pendidikan terakhir ditingkat SMA (52,8%). Responden berasal dari suku sunda (55,5%). Rata-rata pendapatan terbesar dalam rumah tangga diatas Rp 3.000.000 (38,9%). 52,8% responden memiliki tingkat pengetahuan gizi yang tergolong baik (>80%). Riwayat penyakit dari ayah paling banyak dari penyakit hipertensi 13% dan diabetes 12,2%, sedangkan menurut riwayat penyakit keluarga dari ibu paling banyak penyakit hipertensi sebanyak 7,9 %.

Umumya responden mengkonsumsi buah segar (5,2 kali/minggu), gorengan (3,9 kali/minggu) dan ikan goreng (3,9 kali/minggu). Rata–rata konsumsi makanan perhari menurut golongan makanan selama recall 24 jam diantaranya nasi 379,7g, ikan 49,7g, tempe 19,7g, sayuran 51g, mangga 57,6g, susu dan olahannya 27,3g, minyak santan dan mentega 1,8g. Rata–rata Asupan energy 1401 Kal, protein 57,8 g, lemak 50,6 g, karbohidrat 1749,7g, serat7,5g, lemak tak jenuh 12,3g, kolesterol 237 mg. Lebih dari separuh responden (44,4%) memiliki tingkat kecukupan energi defisit berat, 36,1% responden memiliki tingkat kecukupan protein berlebih. 3/4 responden memiliki tingkat kecukupan lemak yang cukup dan 80,6% responden memiliki tingkat kecukupan kolesterol yang cukup. Sebanyak 38,9% responden dengan status gizi normal dan obesitas.

(46)

32

Saran

Responden sebaiknya memperhatikan konsumsi pangan baik porsi dan jenisnya, agar didapatkan konsumsi pangan yang beragam dan berimbang dan menyempatkan waktu berolahraga minimal seminggu sekali dengan durasi waktu 30-60 menit agar terhindar dari gangguan koleterol. Melihat rendahnya skor pengetahuan gizi untuk soal mengenai dislipidemia sehingga perlu pendidikan gizi mengenai dislipidemia kepada masyarakat umum.

DAFTAR PUSTAKA

[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta (ID): Depkes RI.

__________. 2010. Laporan Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta (ID): Depkes RI. [Kemenkes RI] Kemeterian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Riset

Kesehatan Dasar 2013. Jakarta (ID): Kemenkes RI.

__________. 2013. Angka Kecukupan Gizi 2013. Jakarta (ID): Kemenkes RI. __________. 2014. Pedoman Gizi Seimbang 2014. Jakarta (ID): Kemenkes RI Almatsier S. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (ID): Gramedia.

Bangun A P. 2008. Sikap Bijak bagi Perokok. Jakarta: Indocamp.

Baraas F. 1993. Upaya Menuju Jantung Sehat Tentang Kolesterol.Jakarta (ID): Data Jantung Indonesia.

Braverman E dan Dasha. 2008. Penyakit Jantung dan Penyembuhannya Secara Alami. Jakarta (ID): PT Bhuana Ilmu Populer.

Beavers DG. 2008. Bimbingan Dokter pada Tekanan Darah. Jakarta: Dian Rakyat. Bruce TA, Rubenstein C. 1986. Ischemic Heart Disease, Curent Diagnosis.

Philadelpia: Connand Conn.

Chandra. Tony. 2004. Homosistein Sebagai Faktor Risiko Independen Pada Penyakit Jantung Koroner. Semarang : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNDIP.

Dahlan S. 2011. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta (ID) : Salemba Medika.

Djohan TBA. 2004. Penyakit Jantung Koroner dan Hypertensi. http://library.usu.ac.id/download/fk/gizi-bahri10.pdf.

Gambar

Gambar 1. Skema kerangka pemikiran hubungan karakteristik responden, gaya hidup, aktivitas fisik, riwayat kesehatan, konsumsi, status gizi dengan profil lipid   orang dewasa dislipidemia
Tabel 3 Karakteristik umum responden dengan profil lipid responden
Tabel 4 Sebaran responden berdasarkan profil lipid
Tabel 5 Persentase responden berdasarkan jawaban benar pengetahuan gizi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Disertasi dengan judul Makna Tradisi Gusjigang Pada Rumah Kaum Santri Pedagang di Kota Lama Kudus ini merupakan penelitian tentang kebudayaan masyarakat pada suatu

 New Public Service memandang keterlibatan citizen dalam proses administrasi dan pemerintahan lebih penting ketimbang pemerintahan yang digerakkan oleh semangat

Metro sebagai ruang terbuka publik Metode deskriptif 7 Desti Rahmiati , Bambang Setioko, Gagoek Hardiman, 2013, Universitas Bandar Lampung Pengaruh Perubahan Fungsi

Persentase hambatan aktivitas antioksidan pada sampel ekstrak kental metanol dan ekstrak n-heksan kulit batang tumbuhan Xylopia malayana menggunakan metode DPPH

Saya kurang memiliki informasi tentang tugas seseorang dalam karir tertentu Saya kurang memiliki informasi tentang tugas karir yang saya inginkan Saya lebih memilih berkarir dengan

4.2.1.1 Nilai perpindahan termal menyeluruh atau OTTV untuk setiap bidang dinding luar bangunan gedung dengan orientasi tertentu, harus dihitung melalui persamaan:. OTTV = α [(U W

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul “PELAKSANAAN PENDAFTARAN HAK ATAS TANAH UNTUK MEMPEROLEH KEPASTIAN HUKUM MELALUI PROGRAM NASIONAL AGRARIA

AL MAWADDAH WARRAHMAH KOLAKA UIN ALAUDDIN MAKASSAR KEPERAWATAN 137 170425754384 NURUL MAGFIRAH SUPU PESANTREN HUBULO UIN ALAUDDIN MAKASSAR KEPERAWATAN 138 170427755112