• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN NEW PUBLIC SERVICE DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN NEW PUBLIC SERVICE DI INDONESIA"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN NEW PUBLIC SERVICE PENERAPAN NEW PUBLIC SERVICE

DI INDONESIA DI INDONESIA

MAKALAH MAKALAH

disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Teori Manajemen Publik disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Teori Manajemen Publik

yang dibina oleh Bapak Drs. Mochamad Rozikin

yang dibina oleh Bapak Drs. Mochamad Rozikin M.APM.AP

Oleh: Oleh: Farida

Farida Budiarti Budiarti 125030100111250301001110281028 Rosa

Rosa Nina Nina Mauludyah Mauludyah 125030100111250301001110331033  Nunung Dewi Setya A

 Nunung Dewi Setya A 125030107111250301071110211021 Pristi

Pristi Devintania Devintania 125030107111250301071110271027 Wilda

Wilda Fitri Fitri 125030107111250301071110461046

UNIVERSITAS BRAWIJAYA UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK

Oktober 2013 Oktober 2013

(2)

BAB I BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

1.1

1.1 Latar Latar BelakangBelakang

Kajian dan praktek administrasi publik di berbagai negara terus Kajian dan praktek administrasi publik di berbagai negara terus  berkembang.

 berkembang. Berbagai Berbagai perubahan perubahan terjadi terjadi seiring seiring dengan dengan berkembangnyaberkembangnya kompleksitas persoalan yang dihadapi oleh administrator publik. Kompleksitas kompleksitas persoalan yang dihadapi oleh administrator publik. Kompleksitas  persoalan

 persoalan ini ini ditanggapi ditanggapi oleh oleh para para teoritisi teoritisi dengan dengan terus terus mengembangkan mengembangkan ilmuilmu administrasi publik. Setelah paradigma

administrasi publik. Setelah paradigma Old Public AdministrationOld Public Administration dan dan New Public New Public  Management 

 Management , kemudian muncul paradigma, kemudian muncul paradigma  New  New Public Public ServiceService.. PerspektifPerspektif New New  Public

 Public ServiceService mengawali pandangannya dari pengakuan atas warga negara danmengawali pandangannya dari pengakuan atas warga negara dan  posisinya

 posisinya yang yang sangat sangat penting penting bagi bagi kepemerintahan kepemerintahan demokratis. demokratis. Warga Warga negaranegara diposisikan sebagai pemilik pemerintahan (

diposisikan sebagai pemilik pemerintahan (owners of government owners of government ) dan mampu) dan mampu  bertindak

 bertindak secara secara bersama-sama bersama-sama mencapai mencapai sesuatu sesuatu yang yang lebih lebih baik. baik. DalamDalam  paradigma

 paradigma New Public  New Public ServiceService seharusnya pemerintahan tidak dijalankan sebagai seharusnya pemerintahan tidak dijalankan sebagai sebuah perusahaan, tetapi melayani masyarakat secara demokratis dan menjamin sebuah perusahaan, tetapi melayani masyarakat secara demokratis dan menjamin hak-hak setiap warga masyarakat. Kepentingan publik harus dipandang sebagai hak-hak setiap warga masyarakat. Kepentingan publik harus dipandang sebagai hasil dialog dan keterlibatan publik dalam mencari nilai bersama dan kepentingan hasil dialog dan keterlibatan publik dalam mencari nilai bersama dan kepentingan  bersama yang mengutamakan kepentingan

 bersama yang mengutamakan kepentingan masyarakat.masyarakat.

Munculnya pardigma

Munculnya pardigma New Public Service New Public Service tersebut menyebabkan implikasi tersebut menyebabkan implikasi terhadap penyelenggaraan peran administrasi publik khususnya terkait dengan terhadap penyelenggaraan peran administrasi publik khususnya terkait dengan  pelayanan

 pelayanan publik. publik. Implikasi Implikasi yang demikian yang demikian tentu tentu saja saja pada pada akhirnya akhirnya akan akan sangatsangat menentukan corak dan ragam dalam penyelengaraan pemerintahan dalam sebuah menentukan corak dan ragam dalam penyelengaraan pemerintahan dalam sebuah negara, termasuk Indonesia. Corak dan ragam penyelenggaraan pemerintahan di negara, termasuk Indonesia. Corak dan ragam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia akan sangat ditentukan oleh kondisi lokal, dalam artian sejauh mana Indonesia akan sangat ditentukan oleh kondisi lokal, dalam artian sejauh mana Indonesia dapat menyesuaikan diri untuk menerapkan

Indonesia dapat menyesuaikan diri untuk menerapkan  New  New Public Public ServiceService  yang  yang  berkembang.

(3)

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam karya tulis ini adalah:

1. Bagaimana penerapan New Public Service di dalam pemerintahan Indonesia? 2. Apa dampak yang timbul setelah penerapan  New Public Service  dalam

(4)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Sebelum paradigma  New Public Service  muncul, berkembanglah  paradigma New Public Management  pada tahun 1990an. Paradigma  New Public  Management  berprinsip bahwa mengjalankan sebuah pemerintahan negara sama halnya dengan menggerakkan perusahaan yang berbasis pada sektor bisnis. Pada tahun 1992, Osborne dan Gaebler menghasilkan konsep “Reinventing Government”  yang secara garis besar serupa dengan  New Public Management yakni untuk menyuntikkan semangat wirausaha ke dalam sistem administrasi negara, sebab birokrasi publik harusnya lebih mampu mengarahkan. Dengan cara mengarahkan tersebut, pemerintah tidak lagi bekerja memberikan pelayanan  publik secara langsung, melainkan diserahkan kepada masyarakat dan mekanisme  pasar, sehingga akhirnya peran negara hanya sebagai katalisator penyelenggaraan

urusan publik saja (Namniels).

Dalam pandangan NPM, organisasi pemerintah diibaratkan sebagai sebuah kapal. Menurut Osborne dan Gaebler, peran pemerintah di atas kapal tersebut hanya sebagai nahkoda yang mengarahkan ( steer ) lajunya kapal bukan mengayuh (row) kapal tersebut. Urusan kayuh-mengayuh diserahkan kepada organisasi di luar pemerintah, yaitu organisasi privat dan organisasi masyarakat sipil sehingga mereduksi fungsi domestikasi pemerintah. Tugas pemerintah yang hanya sebagai  pengarah memberikan pemerintah energi ekstra untuk mengurus persoalan- persoalan domestik dan internasional yang lebih strategis, misalnya persoalan

meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan perdagangan luar negeri (Wahyu).

2.1 Latar Belakang Munculnya New Publi c Ser vice

Paradigma steering rather than rowing  ala  New Public Management  dikritik oleh Denhardt dan Denhardt sebagai paradigma yang melupakan siapa sebenarnya pemilik kapal (who owned the boat ). Seharusnya pemerintah

(5)

memfokuskan usahanya untuk melayani dan memberdayakan warga negara karena warga negaralah pemilik “kapal”.

Akar dari  New Public Service  dapat ditelusuri dari berbagai ide tentang demokrasi yang pernah dikemukakan oleh Dimock, Dahl dan Waldo.  New Public Service berakar dari beberapa teori, yang meliputi (Putria):

1. demokrasi kewarganegaraan → perlunya pelibatan warganegara dalam  pengambilan kebijakan dan pentingnya deliberasi untuk membangun

solidaritas dan komitmen guna menghindari konflik.

2. model komunitas dan masyarakat sipil → akomodatif terhadap peran masyarakat sipil dengan membangun kepercayaan sosial, kohesi sosial dan  jaringan sosial dalam tata pemerintahan yang demokratis.

3. organisasi humanis dan administrasi negara baru → administrasi negara harus fokus pada organisasi yang menghargai nilai-nilai kemanusiaan (human beings) dan respon terhadap nilai-nilai kemanusiaan, keadilan dan isu-isu sosial lainnya.

4. administrasi negara postmodern → mengutamakan dialog terhadap teori dalam memecahkan persoalan publik daripada menggunakan one best way  perspective.

2.2 New Publi c Ser vice

Paradigma  New Public Service  (NPS) merupakan konsep yang dimunculkan melalui tulisan Janet V.Dernhart dan Robert B.Dernhart berjudul “The New Public Service : Serving, not Steering ” terbit tahun 2003. Paradigma  New Public Service dimaksudkan untuk meng”counter ” paradigma administrasi yang menjadi arus utama (mainstream) saat ini yakni paradigma  New Public  Management yang berprinsip “run government like a businesss” atau “market as  solution to the ills in public sector ”.

(6)

Teori New Public Service memandang bahwa birokrasi adalah alat rakyat dan harus tunduk kepada apapun suara rakyat ,sepanjang suara itu rasioanal dan legimate secara normatif dan konstitusional. Seorang pimpinan dalam birokrasi  bukanlah semata  –   mata makhluk ekonomi seperti yang diungkapan dalam teori  New Public Management , melainkan juga makhluk yang berdimensi sosial, politik

dan menjalankan tugas sebagai pelayan publik.

Untuk meningkatkan pelayanan publik yang demokratis, konsep “ The  New Public Service (NPS)” menjanjikan perubahan nyata kepada kondisi  birokrasi pemerintahan sebelumnya. Pelaksanaan konsep ini membutuhkan keberanian dan kerelaan aparatur pemerintahan, karena mereka akan mengorbankan waktu, dan tenaga untuk mempengaruhi semua sistem yang  berlaku. Alternatif yang ditawarkan konsep ini adalah pemerintah harus

mendengar suara publik dalam pengelolaan tata pemerintahan. Meskipun tidak mudah bagi pemerintah untuk menjalankan ini, setelah sekian lama bersikap sewenang-wenang terhadap publik.

Di dalam paradigma ini semua ikut terlibat dan tidak ada lagi yang hanya menjadi penonton. Gagasan Denhardt & Denhardt tentang Pelayanan Publik Baru (PPB) menegaskan bahwa pemerintah seharusnya tidak dijalankan seperti layaknya sebuah perusahaan tetapi melayani masyarakat secara demokratis, adil, merata, tidak diskriminatif, jujur dan akuntabel. Disini pemerintah harus menjamin hak-hak warga masyarakat, dan memenuhi tanggungjawabnya kepada masyarakat dengan mengutamakan kepentingan warga masyarakat. “ Citizens  First ” harus menjadi pegangan atau semboyan pemerintah (Denhardt & Gray,

1998

Pemerintah juga perlu mengubah pendekatan kepada masyarakat dari suka memberi perintah dan mengajari masyarakat menjadi mau mendengarkan apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan masyarakat, bahkan dari suka mengarahkan dan memaksa masyarakat menjadi mau merespon dan melayani apa yang menjadi kepentingan dan harapan masyarakat Karena dalam paradigma The  New Public Service dengan menggunakan teori demokrasi ini beranggapan bahwa

(7)

mempertanggung- jawabkan kinerjanya kepada rakyat pula. Hal ini dimaksudkan bahwa para  penyelenggara negara harus mendengar kebutuhan dan kemauan warga negara (citizens). Pelayanan publik yang di praktekkan dengan situasi yang kreatif, dimana warga negara dan pejabat publik dapat bekerja sama mempertimbangkan tentang penentuan dan implementasi dari birokrasi publik, yang berorientasi pada ”aktivitas administrasi dan aktivitas warga negara”.

Untuk meningkatkan suatu pelayanan publik yang demokratis, maka pilihan terhadap “The New Public Service (NPS)” dapat menjanjikan suatu perubahan realitas dan kondisi birokrasi pemerintahan. Aplikasi dari konsep ini agak menantang dan membutuhkan keberanian bagi aparatur pemerintahan dalam  penyelenggaraan pelayanan publik, karena mengorbankan waktu, tenaga untuk mempengaruhi semua sistem yang berlaku. Alternatif yang ditawarkan adalah  pemerintah harus mendengar suara publik dalam berpartisipasi bagi pengelolaan tata pemerintahan. Memang tidak gampang meninggalkan kebiasaan memerintah atau mengatur pada konsep administrasi lama, dari pada mengarahkan, menghargai pendapat sebagaimana yang disarankan konsep New Public Service

2.3 Prinsip-Prinsip New Publi c Ser vice

Adapun prinsip-prinsip yang ditawarkan Denhart & Denhart (2003) adalah sebagai berikut (Putria):

1. Melayani Warga Negara, bukan customer  (Serve Citizens, Not Customers)

 New Public Service memandang publik sebagai „citizen‟ atau warga negara yang mempunyai hak dan kewajiban publik yang sama. Tidak hanya sebagai customer yang dilihat dari kemampuannya membeli atau membayar  produk atau jasa. Citizen adalah penerima dan pengguna pelayanan publik yang disediakan pemerintah dan sekaligus juga subyek dari berbagai kewajiban  publik seperti mematuhi peraturan perundang-undangan, membayar pajak, membela Negara, dan sebagainya. New Public Service melihat publik sebagai warga negara yang mempunyai hak dan kewajiban dalam komunitas yang lebih

(8)

luas. Adanya unsur paksaan dalam mematuhi kewajiban publik menjadikan relasi Negara dan publik tidak bersifat sukarela. Karena itu, abdi negara tidak hanya responsif terhadap „customer‟ , tapi juga fokus pada pemenuhan hak -hak  publik serta upaya membangun hubungan kepercayaan (trust) dan kolaborasi

dengan warga negara.

2. Mengutamakan Kepentingan Publik  (Seeks the Public Interest)

 New Public Service  berpandangan aparatur Negara bukan aktor utama dalam merumuskan apa yang menjadi kepentingan publik. Administrator  publik adalah aktor penting dalam sistem kepemerintahan yang lebih luas yang

terdiri dari warga Negara (citizen), kelompok, wakil rakyat, dan lembaga-lembaga lainnya. Administrator negara mempunyai peran membantu warga negara mengartikulasikan kepentingan publik. Warga negara diberi suatu  pilihan di setiap tahapan proses kepemerintahan , bukan hanya dilibatkan pada saat pemilihan umum. Administrator publik berkewajiban memfasilitasi forum  bagi terjadinya dialog publik. Argumen ini berpengaruh terhadap peran dan tanggungjawab administrasi publik yang tidak hanya berorientasi pada  pencapaian tujuan-tujuan ekonomis tapi juga nilai-nilai yang menjadi

manifestasi kepentingan publik seperti kejujuran ,keadilan, kemanusiaan, dan sebagainya.

3. Kewarganegaraan lebih berharga daripada Kewirausahaan (Value Citizenship over Entrepreneurship)

 New Public Service memandang keterlibatan citizen dalam proses administrasi dan pemerintahan lebih penting ketimbang pemerintahan yang digerakkan oleh semangat wirausaha. New Public Service berargumen kepentingan publik akan lebih baik bila dirumuskan dan dikembangkan oleh aparatur Negara bersama-sama dengan warga negara yang punya komitmen untuk memberi sumbangan berarti pada kehidupan bersama daripada oleh manajer berjiwa wirausaha yang bertindak seolah uang dan kekayaan publik itu milik mereka.

(9)

4. Berpikir Strategis, Bertindak Demokratis (Think Strategically, Act  Democratically)

Ide utama prinsip ini adalah bahwa kebijakan dan program untuk menjawab kebutuhan publik akan dapat efektif dan responsif apabila dikelola melalui usaha kolektif dan proses kolaboratif. Prinsip ini berkaitan dengan  bagaimana administrasi publik menerjemahkan atau mengimplementasikan

kebijakan publik sebagai manifestasi dari kepentingan publik.

Fokus utama implementasi dalam  New Public Service pada keterlibatan citizen dan pembangunan komunitas (community building ). Keterlibatan citizen dilihat sebagai bagian yang harus ada dalam implementasi kebijakan dalam sistem demokrasi. Keterlibatan disini mencakup keseluruhan tahapan  perumusan dan proses implementasi kebijakan. Melalui proses ini, warga  Negara merasa terlibat dalam proses kepemerintahan bukan hanya menuntut  pemerintah untuk memuaskan kepentingannya. Organisasi menjadi ruang  publik dimana manusia (citizen dan administrator) dengan perspektif yang  berbeda bertindak bersama demi kebaikan publik. Interaksi dan keterlibatan dengan warga Negara ini yang memberi tujuan dan makna pada pelayanan  publik.

5. Tahu kalau Akuntabilitas Bukan Hal Sederhana (Recognize that accountability is not Simple).

Aparatur publik harus tidak hanya mengutamakan kepentingan pasar , mereka harus juga mengutamakan ketaatan pada konstitusi, hukum, nilai masyarakat, nilai politik, standard profesional, dan kepentingan warga negara.

Menurut New Public Service , efisiensi, efektivitas dan kepuasan customer penting, tapi administrasi publik juga harus mempertanggungjawabkan kinerjanya dari sisi etika, prinsip demokrasi , dan kepentingan publik. Administrator publik bukan wirausaha atas bisnisnya sendiri dimana konsekuensi ataupun kegagalan akibat keputusan yang diambilnya akan ditanggungnya sendiri. Resiko atas kegagalan suatu implementasi kebijakan publik akan ditanggung semua warga masyarakat.

(10)

Karena itu akuntabilitas administrasi publik bersifat komplek dan multifacet atau banyak dimensi seperti pertanggungjawaban profesional, legal, politis dan demokratis.

6. Melayani Ketimbang Mengarahkan (Serve Rather than Steer)

Aparatur publik dituntut menerapkan kepemimpinan yang berlandaskan nilai kebersamaan dalam membantu warga negara mengartikulasikan dan memenuhi kepentingan bersama bukan sekedar mengendalikan atau mengarahkan masyarakat menuju arah/tujuan baru.

Kepemimpinan dalam New Public Service terfokus pada energi manusia untuk kemanfaatan kemanusiaan. Kepemimpinan sektor publik berlandaskan  pada nilai disebut „moral  atau transformational leadership‟ , bukan „transactional leadership‟ . Kepemimpinan transaksional digerakkan atas dasar motif timbal balik atau saling menguntungkan antara pimpinan dan pengikut, atasan dan bawahan. Kepemimpinan moral atau transformasional adalah kepemimpinan yang mampu menjadi aspirasi dan keteladanan moral baik bagi  pimpinan, bawahan, maupun publik secara keseluruhan. Kepemimpinan moral menghasilkan tindakan yang konsisten dengan kebutuhan, kepentingan, dan aspirasi pengikut maupun tindakan-tindakan yang secara fundamental merubah moral dan kondisi sosial. Pada akhirnya kepemimpinan ini mempunyai kapasitas untuk menggerakkan kelompok, organisasi, dan masyarakat menuju  pencapaian tujuan yang lebih tinggi.

Kepemimpinan dalam New Public Service merupakan „shared leadership‟ dimana kendali kepemimpinan tidak terpusat di tangan atasan tapi melibatkan banyak orang, banyak kelompok. Kedudukan pimpinan disini  bukan sebagai pemilik tapi pelayan publik atau abdi masyarakat (servant, not

(11)

7. Menghargai Manusia, Bukan Sekedar Produktivitas  (Value People, Not Just  Productivity)

Organisasi publik dan jaringannya akan lebih berhasil dalam jangka  panjang jika mereka beroperasi melalui proses kolaborasi dan kepemimpinan  bersama berlandaskan penghormatan pada semua orang.

 New Public Service tidak melihat manusia sebagai pemalas atau hanya mementingkan dirinya sendiri. Perilaku manusia juga didorong oleh faktor martabat manusia (human dignity), rasa memiliki dan dimiliki (belongingness),  perhatian pada orang lain, pelayanan, dan kepentingan publik. Karena itu ukuran kinerja pegawai tidak semata parameter ekonomi tapi juga nilai-nilai kejujuran, kesetaraan, responsivitas, pemberdayaan, dan sebagainya. Yang  perlu disadari dalam kinerja pegawai negeri adalah kita tidak dapat

mengharapkan pegawai negeri untuk memperlakukan masyarakat dengan hormat, jika mereka sendiri sebagai manusia tidak diperlakukan oleh  pimpinannya sesuai dengan harkat kemanusiaannya.

2.4 Dimensi Pengukur Keberhasilan New Pul i c Ser vice

Keberhasilan penerapan konsep standar dan kualitas pelayanan publik yang minimal memerlukan dimensi yang mampu mempertimbangkan realitas dalam mengelola sektor-sektor publik yang lebih partisipatif, transparan, dan akuntabel.. Ada sepuluh dimensi untuk mengukur keberhasilan tersebut (Jauharul Islam):

1. Tangable → menekankan pada penyediaan fasilitas, fisik, peralatan, personil, dan komunikasi.

2. Reability → adalah kemampuan unit pelayanan untuk menciptakan yang dijanjikan dengan tepat.

3. Responsiveness → kemauan untuk membantu para provider untuk  bertanggungjawab terhadap mutu layanan yang diberikan.

(12)

4. Competence → tuntutan yang dimilikinya, pengetahuan dan keterampilan yang baik oleh aparatur dalam memberikan layanan.

5. Courtessy → sikap atau perilaku ramah, bersahabat, tanggap terhadap keinginan pelanggan serta mau melakukan kontak atau hubungan pribadi. 6. Credibility → sikap jujur dalam setiap upaya untuk menarik kepercayaan

masyarakat.

7. Security → jasa pelayanan yang diberikan harus dijamin dan bebas dari  bahaya dan resiko.

8. Access → terdapat kemudahan untuk mengadakan kontak dan pendekatan. 9. Communication → kemaun pemberi layanan untuk mendengarkan suara,

keinginan, atau aspirasi pelanggan, sekaligus kesediaan untuk selalu menyampaikan informasi baru kepada masyarakat.

10. Understanding the customer → melakukan segala usaha untuk mengetahui kebutuhan pelanggan.

(13)

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Penerapan New Publ i c Ser vice  di Indonesia

Menurut R Nugroho Dwijowiyoto (2001), kondisi riil birokrasi Indonesia saat ini, digambarkan sebagai berikut (Namniel):

1. Secara generik, ukuran keberhasilan birokrasi sendiri sudah tidak sesuai dengan tuntutan organisasional yang baru. Di Indonesia, birokrasi di departemen atau pemerintahan paling rendah, yang diutamakan adalah masukan dan proses, bukan hasil. Karenanya, yang selalu diperhatikan oleh  para pelaku birokrasi adalah jangan sampai ada sisa pada akhir tahun buku.

(birokrasi lama)

2. Birokrasi kita tidak pernah menyadari bahwa ada perubahan besar di dunia. Di mana semua hal harus mengacu kepada pasar, bisnis harus mengacu kepada  permintaan pasar, dan kalau mau berhasil dalam kompetisi ia harus mampu

melayani pasar. Pasar birokrasi adalah seluruh masyarakat, yang dilayani oleh  birokrasi bukannya pejabat pemerintahan atau pimpinan birokrasi itu sendiri,

tetapi rakyat.

Birokrasi di Indonesia sangatlah commanding dan sentralistik, sehingga tidak sesuai dengan kebutuhan zaman masa kini dan masa depan, di mana dibutuhkan kecepatan dan akurasi pengambilan keputusan. Selain itu dengan  posisinya yang strategis, birokrasi di Indonesia tak bisa menghindar dari berbagai

kritik yang hadir yaitu:

1. Buruknya pelayanan publik

2. Besarnya angka kebocoran anggaran negara

3. Rendahnya profesionalisme dan kompetensi PNS

(14)

5. Masih banyaknya tumpang tindih kewenangan antar instansi, aturan yang tidak sinergis dan tidak relevan dengan perkembangan aktual, dan masalah-masalah lainya.

6. Birokrasi juga dikenal enggan terhadap perubahan, eksklusif, kaku dan terlalu dominan, sehingga hampir seluruh urusan masyarakat membutuhkan sentuhan-sentuhan birokrasi. (birokrasi lama)

7. Tingginya biaya yang dibebankan untuk pengurusan hal tertentu baik yang  berupa legal cost  maupun illegal cost , waktu tunggu yang lama, banyaknya  pintu layanan yang harus dilewati dan tidak berperspektif harus dihormati oleh

rakyat.

Perlu langkah berani dan mendasar bagi pemerintah untuk merubah  birokrasi Indonesia. Penerapan berbagai teori birokrasi yang berkembang di Indonesia sangat beragam, ada daerah dan sebagian instansi yang masih menerapkan teori birokrasi lama, ada juga yang sudah menerapkan teori  New  Public Management , dan ada yang sudah dan sedang menuju kepada penerapan

teori New Public Service.

Dalam era global ini,paradigma New public service memang menjadi wacana baik bagi perkembangan administrasi publik, termasuk di Indonesia. Dalam hal ini pemerintah sebagai pihak negara yang menyelenggarakan kesejahteraan bagi rakyatnya mendukung paradigma tersebut dengan di mulai dari cara pengambilan keputusan sampai pelayanan yang diberikan kepada semua warga negara di Indonesia. Pemerintah memberikan program untuk lebih maksimal dalam memberikan pelayanan kepada semua warga negara hingga sampai menjangkau ke pelosok daerah .Sebagai contoh dari program-program yang mencerminkan New Public Service yaitu adanya Puskesmas Keliling, Larasita dan Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan).

Puskesmas keliling sendiri adalah program dari pemerintah untuk memberikan kemudahan layanan kesehatan pada seluruh masyarakat. Puskesmas sendiri berupa mobil yang dilengkapi sirine layaknya mobil ambulance. Dalam Wiktionary (2011) puskesmas yang melayani masyarakat dengan mendatangi

(15)

daerah tertentu untuk membantu penderita yang tidak dapat mengunjungi  puskesmas induk atau puskesmas pembantu. Sedangkan menurut Wikimedya (2011) Pengertian puskesmas keliling yaitu unit pelayanan kesehatan keliling yang dilengkapi dengan kendaraan bermotor dan peralatan kesehatan, peralatan komunikasi serta sejumlah tenaga yang berasal dari puskesmas.dengan fungsi dan tugas yaitu memberi pelayanan kesehatan daerah terpencil, melakukan  penyelidikan KLB, transport rujukan pasien, penyuluhan kesehatan dengan audiovisual. Dengan adanya puskesmas keliling ini diharapkan dapat memaksimalkan dalam memberi pelayanan kepada semua warga negara.

Sedangkan Larasita sendiri adalah program dimana pemerintah memberi kemudahan semua rakyat segala pelosok daerah untuk mengurus sertifikat kepemilikan tanah. Hal ini dapat di buktikan sendiri bahwa biasanya dapat terlihat aktivitas program Larasita berupa mobil yang bertuliskan Larasita. Masyarakat kini tak perlu lagi jauh-jauh mengurus surat kepemilikan tanah. Menurut BPN, Larasita merupakan layanan pertanahan bergerak (mobile and service) yang bersifat pro aktif atau "jemput bola" ke tengah-tengah masyarakat. Larasita dapat menjangkau hingga pelosok desa. Dengan adanya Larasita tentu keberadaannya sangat membantu dalam mengurus pertanahan.

Implementasi paradigm  New Public Service  juga dapat dilihat dalam  proses pengambilan kebijakan dan perencanaan pembangunan yang melalui  proses Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan). Musrenbang sendiri adalah forum publik perencanaan program yang diselenggarakan oleh lembaga publik yaitu pemerintah kelurahan bekerjasama dengan warga dan para  pemangku kepentingan. Penyelenggaraan musrenbang merupakan salah satu tugas  pemerintah kelurahan untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan,  pembangunan dan kemasyarakatan. Proses pelaksanaan musrenbang diawali dari tingkat Kelurahan kemudian ke tingkat Kecamatan, Kota/Kab, Propinsi dan terakhir adalah musrenbang tingkat nasional.

(16)

3.2 Dampak Penerapan New Publ i c Ser vice

Penerapan New Public Sevice di Indonesia juga memberikan dampak yaitu adanya kesadaran dalam peranan negara yang sebenaranya. Tidak lagi otoriter maupun masih memilih siapa yang berhak mendapatkan pelayanan dari negara. Dalam konteks kekinian praktek Administrasi Publik di Indonesia telah mengarah  pada prinsip-prinsip paradigma New Public Service. Hal ini dapat kita lihat pada  beberapa kebijakan publik yang berpola bottom up, yaitu Alur pengambilan keputusan ditetapkan secara berjenjang mulai dari level struktur yang paling  bawah atau masyarakat, yang kemudian menjadi dasar keputusan struktur teratas. Pola bottom up ini menunjukkan kecenderungan bahwa pada dasarnya pemerintah menganggap masyarakat sebagai warga Negara atau pemilik sah pemerintahan  bukan sebagai pelanggan atau pembeli.

Pengaruh paradigma New Public Service ini memberikan wawasan baru  bahwa negara seharusnya memberikan pelayanan publik bagi semua warga negara. Hal inilah yang mendorong administrasi publik di Indonesia untuk menerapkan paradigma tersebut yang menerapkan pelayanan kepada setiap warga negara di Indonesia serta memberi kemudahan dengan adanya program-program yang diselenggarakan pemerintah untuk datang memberi pelayanan pada warga negara yang menjangkau segala pelosok daerah. Dari adanya program-program tersebut sebagai bukti bahwa paradigma  New Public Service  telah memberi  pemikiran baru dalam cara memerintah sebuah negara.

 New Public Service  adalah cara pandang baru dalam administrasi negara yang mencoba menutupi (cover ) kelemahan-kelemahan paradigma Old Public  Administration  dan  New Public Management . Namun  New Public Service  juga

masih memiliki beberapa kekurangan, berikut beberapa kritikan terhadap

1. Pendekatan politik dalam administrasi negara

Secara epistimologis,  New Public Service  berakar dari filsafat politik tentang demokrasi. Denhardt dan Denhardt menspesifikasikkannya menjadi demokrasi kewargaaan. Demokrasi merupakan suatu paham pemerintahan yang berdasarkan pada aturan untuk mewujudkan kesejahteraan dan kebaikan

(17)

 bersama. Dalam konteks demokrasi kewargaan, demokrasi dalam hal ini dimaknai sebagai pemerintahan yang berorientasi pada kepentingan warga negara secara keseluruhan. Warga negara memiliki hak penuh memperoleh  perhatian dari pemerintah dan warga negara berhak terlibat dalam setiap proses  pemerintahan (politik dan pengambilan kebijakan).

Denhardt dan Denhardt berhasil mencari akar mengapa pemerintah harus melayani ( serve) bukan mengarahkan ( steer ), mengapa pemerintah memberikan pelayanan kepada masyarakat sebagai warga negara (citizens)  bukan sebagai pelanggan (customers), tetapi mereka lupa bahwa nalar politik telah masuk dalam upaya pencarian state of the art  administrasi negara dalam  pelayanan publik. Lebih jauh, Denhardt dan Denhardt telah terjerembab dalam  pendulum administrasi negara sebagai ilmu politik (paradigma 3). Padahal, dengan merumuskan New Public Service sebagai antitesa terhadap New Public  Management   berarti mereka meyakini bahwa administrasi negara telah  bergerak melewati paradigma 5.

2. Standar ganda dalam mengkritik New Public Management 

 New Public Service berusaha mengkritik New Public Management , tetapi tidak tegas karena kritikan terhadap New Public Service hanyalah kritik secara filosofis-ideologis bukan kritik atas realitas pelaksanaan  New Public  Management   yang gagal di banyak negara. Kenyataannya, banyak negara  berkembang, termasuk Indonesia dan negara miskin, seperti negara-negara di

kawasan benua Afrika yang gagal menerapkan konsep  New Public  Management   karena tidak sesuai dengan landasan ideologi, politik, ekonomi dan sosial-budaya negara yang bersangkutan. Akhirnya, negara tersebut tetap miskin dan tidak menunjukkan adanya tanda-tanda kemajuan.

Denhardt dan Denhardt mengkritik  New Public Service  sebagai konsep yang salah dalam memandang masyarakat yang dilayani.  New Public  Management   memandang masyarakat yang dilayani sebagai customer , sedangkan New Public Service menganggap masyarakat yang dilayani sebagai warga negara (citizens). Tidak bisa dipungkiri bahwa  New Public Management  adalah anak ideologis neoliberalisme yang mencoba menerapkan mekanisme  pasar dan berupaya secara sistematis mereduksi peran pemerintah, sehingga

(18)

 pemerintah menurut konsep berada di belakang kemudi kapal, sedangkan kapalnya dijalankan oleh organ-organ di luar pemerintah.

Dalam konsep  New Public Service  yang diajukan oleh Denhardt dan Denhardt nilai-nilai neoliberalisme  New Public Management   tidak hilang secara otomatis. Ketika pemerintah melayani masyarakat sebagai warga negara misalnya, aspek privatisasi bisa saja tetap berlangsung asalkan atas nama melayani kepentingan warga negara bukan pelanggan. Misalnya, sektor  pendidikan dapat diprivatisasi asalkan pelaksana pendidikan tetap melayani

masyarakat sebagai warga negara bukan pelanggan. 3. Aplikasi New Public Service masih diragukan

Prinsip-prinsip  New Public Service  belum tentu bisa diaplikasikan pada semua tempat, situasi dan kondisi. Administrasi negara sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan (ideologi, politik, hukum, ekonomi, militer, sosial dan  budaya), sehingga suatu paradigma yang sukses di suatu tempat belum tentu  berhasil diterapkan pada tempat yang lain. Prinsip-prinsip New Public Service masih terlalu abstrak dan perlu dikonkritkan lagi. Prinsip dasar  New Public Service  barangkali bisa diterima semua pihak, namun bagaimana prinsip ini  bisa diimplementasikan sangat bergantung pada aspek lingkungan.

Lagi pula,  New Public Service  terlalu mensimplifikasikan peran  pemerintah pada aspek pelayanan publik. Padahal, urusan pemerintah tidak hanya berkaitan dengan bagaimana menyelenggarakan pelayanan publik, tetapi  juga menyangkut bagaimana melakukan pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Di negara-negara maju seperti di Amerika Serikat, Inggris dan Selandia Baru yang tidak lagi berkutat pada upaya percepatan  pembangunan (development acceleration) dan peningkatan pertumbuhan ekonomi karena negara-negara tersebut relatif sudah stabil, maka pelayanan  publik menjadi program prioritas yang strategis. Namun, bagi negara-negara  berkembang, pelayanan publik bisa jadi belum menjadi a genda prioritas karena

(19)

BAB IV

PENUTUPAN

4.1 Kesimpulan

 New Public Service  adalah cara pandang baru dalam administrasi negara yang mencoba menutupi (cover ) kelemahan-kelemahan paradigma Old Public  Administration  dan  New Public Management . Paradigma  New Public Service (NPS) merupakan konsep yang dimunculkan melalui tulisan Janet V.Dernhart dan Robert B.Dernhart berjudul “The New Public Service : Serving, not Steering ” terbit tahun 2003. Adapun prinsip-prinsip yang ditawarkan Denhart & Denhart (2003) adalah sebagai berikut:

1. Melayani Warga Negara, bukan customer  (Serve Citizens, Not Customers)

2. Mengutamakan Kepentingan Publik  (Seeks the Public Interest)

3. Kewarganegaraan lebih berharga daripada Kewirausahaan (Value Citizenship over Entrepreneurship)

4. Berpikir Strategis, Bertindak Demokratis (Think Strategically, Act  Democratically)

5. Tahu kalau Akuntabilitas Bukan Hal Sederhana (Recognize that accountability is not Simple).

6. Melayani Ketimbang Mengarahkan (Serve Rather than Steer)

7. Menghargai Manusia, Bukan Sekedar Produktivitas  (Value People, Not Just  Productivity)

4.2 Saran

Dinamisnya kondisi birokrasi di Indonesia membuat penanganan masing-masing wilayah berbeda, namun pemerintah bisa memaksakan konsep New Public

(20)

Service  di birokrasi Indonesia melalui peraturan yang mengikat.  New Public Service dirasa sesuai diterapkan di Indonesia karena, dengan beragamnya kondisi  birokrasi di Indonesia maka diperlukan penerapan bersama-sama konsep  New  Public Service ini. Dengan penerapan New Public Service oleh pemerintah, maka  birokrat Indonesia akan dipaksa merubah pola pikir yang selama ini selalu ingin dihormati dan sewenang-wenang terhadap warga menjadi sikap yang melayani masyarakat.

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Administrator, Wahyu Brave. 2011.  Pergeseran OPA, NPM, NPS . Melalui

http://wahyubraveadministrator.blogspot.com/2011/05/pergeseran-opa-npm-nps.html (Tanggal 21 November 2013)

Islam, Ana Jauharul. 2011.  Pelayanan Publik dalam Paradigma Baru “The New  Public Service”. Melalui

http://chicha14.blogspot.com/2011/04/pelayanan-publik-dalam-paradigma-baru.html (19 November 2013)

 Namniel. 2013. Perbandingan New Public Management dan New Public Service. Melalui http://namniel.blogspot.com/2013/05/tugas-perbandingan-new- public.html (Tanggal 19 November 2013)

Putria, Ratih. 2012.  New Public Service. Melalui http://ratihputrian.blogspot.com/2012/06/new-public-services.html (Tanggal 19  November 2013)

Wikimedya. 2011.  Definisi Fungsi Tujuan dan Tugas. Melalui http://wikimedya.blogspot.com/2011/03/definisi-fungsi-tujuan-dan-tugas.html (Tanggal 20 November 2013)

Wiktionary. 2012.  Puskesmas Keliling . Melalui

Referensi

Dokumen terkait

H 0 : Tidak ada pengaruh kegiatan Public Relations terdiri atas News, Public service Activities, dan Special Event terhadap pembentukan citra positif pesusahaan.. H 1 :

Implementasi dari konsep New Public Management ini juga sudah terlihat secara empiris dalam birokrasi Indonesia, seperti penerapan sistem Badan Layanan Umum

Abstract: This study discusses the quality of public service of government apparatus and general satisfaction with the civil service, in this case, is the manufacture of

New Public Service melihat publik sebagai warga negara yang mempunyai hak dan kewajiban dalam komunitas yang lebih luas2. Adanya unsur paksaan dalam mematuhi kewajiban

Penyelenggaraan administrasi negara di Indonesia terlihat dari adanya perubahan dengan sistem konstitusi, pemerintahan, ekonomi, dan politik, serta paradigma yang

35 Mahmuda Pancawisma Febriharini. Pelaksanaan Program E KTP Dalam Rangka Tertib Administrasi Kependudukan. Jurnal Ilmiah UNTAG Semarang. 36 Berdasarkan UU ASN Pasal 27,

Berdasarkan hasil simpulan diketahui bahwa setelah dilihat dari perspekrif New Public Service, Perwali 53 tahun 2014 tentangTata Cara Penerbitan Surat Keterangan

The results of the study show that: 1 The companies mostly use the service of Non-Big Four Public Accounting Firm rather than that of Big Four Public Accounting Firm; 2 The number of