• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ada Apa Saja Paradigma Administrasi Publik?

N/A
N/A
Nisa

Academic year: 2023

Membagikan "Ada Apa Saja Paradigma Administrasi Publik?"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : Khairun Nisa NPM : 2003100031 Kelas : 8C- Pembangunan MK : Administrasi Pariwisata

Ada Apa Saja Paradigma Administrasi Publik?

1. Old Public Administration (OPA)

Paradigma administrasi public dimulai dengan Old Public Administration atau administrasi publik lama. Paradigma Administrasi Negara Lama dikenal juga dengan sebutan Administrasi Negara Tradisional atau Klasik. Paradigma ini merupakan paradigma yang berkembang pada awal kelahiran ilmu administrasi negara.

Tokoh paradigma ini adalah antara lain adalah pelopor berdirinya ilmu administrasi negara Woodrow Wilson dengankaryanya “The Study of Administration” (1887) serta F.W. Taylor dengan bukunya “Principles of Scientific Management”.

Dalam bukunya ”The Study of Administration”, Wilson berpendapat bahwa problem utama yang dihadapi pemerintah eksekutif adalah rendahnya kapasitas administrasi. Untuk mengembangkan birokrasi pemerintah yang efektif dan efisien, diperlukan pembaharuan administrasi pemerintahan dengan jalan meningkatkan profesionalisme manajemen administrasi negara. Untuk itu, diperlukan ilmu yang diarahkan untuk melakukan reformasi birokrasi dengan mencetak aparatur publik yang profesional dan non-partisan. Karena itu, tema dominan dari pemikiran Wilson adalah aparat atau birokrasi yang netral dari politik. Administrasi negara harus didasarkan pada prinsip-prinsip manajemen ilmiah dan terpisah dari hiruk pikuk kepentingan politik. Inilah yang dikenal sebagai konsep dikotomi politik dan administrasi. Administrasi negara merupakan pelaksanaan hukum publik secara detail dan terperinci, karena itu menjadi bidangnya birokrat tehnis. Sedang politik menjadi bidangnya politisi. Wilson berpendapat pada hakekatnya bidang administrasi adalah bidang bisnis, sehingga metode yang berhasil di dunia bisnis dapat juga diterapkan untuk manajemen sektor publik.

Teori administrasi publik klasik berkembang dimulai pada abad 19 dikenal dengan istilah paradigma pertama atau paradigma dikotomi Politik administrasi dari tahun 1900-1926. Paradigma ini mempermasalahkan mengenai dimana seharusnya administrasi negara itu berada, dengan tokohnya Frank J. Goodnow dan Lenand D. White yang mengatakan bahwa administrasi negara seharusnya berpusat pada birokrasi pemerintahan. Namun menimbulkan persolan adiantara kalangan akademisi dan praktisi mengenai dikotomi politik-administrasi. Dijelaskan bahwa administrasi negara merupakan sub bidang ilmu politik.

(2)

Administrasi negara mulai mendapat legitimasi akademis pada tahun 1920-an dengan adanya ulasan dari Leonald White dengan bukunya Introduction to the Study Public Administration yang antara lain berisi; politik seharusnya tidak mengganggu administrasi. Pada tahun 1927-1937 muncul prinsip untuk paradigma kedua yang mengembangkan prinsip-prinsip administrasi negara, bahwa terdapat perkembangan baru dalam administrasi negara dan mencapai puncak reputasinya. Sekitar tahun 1930-an administrasi negara banyak mendapat masukan dari bidang lain seperti industrial dan pemerintahan.

Dalam adminitrasi model klasik, tugas kunci dari pemerintahan adalah menyampaikan sejumlah pelayanan publik seperti membangun dengan lebih baik, sekolah, rumah, saluran pembuangan serta menyediakan kesejahteraan yang dapat diserahkan kepada aparat pemerintah dan politisi. Administrasi publik menunjukkan dominasinya sebagai pemain utama, namun adanya sumber pembiayaan dari hasil pungutan pajak masyarakat menjadikan penyelenggaraana dministrasi publik menjadi tidak efisien dan menjadi salah satu kritik teori klasik administrasipublik.

2. New Public Administration (NPA)

Paradigma ini ditandai dengan terbitnya buku teks kedua dalam administrasi publik, karya Willoughby berjudul Principles of Public Administration, pada 1927. Buku ini menegaskan bahwa ada prinsip-prinsip ilmiah tertentu mengenai administrasi, bahwa prinsip-prinsip tersebut dapat ditemukan, dan bahwa para administrator akan menjadi ahli dalam pekerjaannya jika mereka mempelajari bagaimana menerapkan prinsip- prinsip tersebut. Pada paradigma 2 ini penelitian administrasi publik berkembang sangat dramatis, universitas dan akademi membuka program administrasi publik, asosiasi profesional dibentuk di beberapa tempat (terutama atas dukungan The Rockefeller Phillantropies).

Periode ini merupakan titik puncak administrasi publik. Teoritisi administrasi publik mendapat pengakuan bukan 7 hanya dalam pemerintahan tetapi juga dalam industri selama periode 1930 sampai awal 1940. Paradigma 2 ini terutama berkenaan dengan “fokus” administrasi publik, yakni keahlian esensial dalam bentuk prinsip-prinsip administrasi. Lokus administrasi publik tidak menjadi persoalan karena dianggap bahwa prinsip administrasi berlaku di semua setting administrasi, yakni organisasi publik maupun privat, tanpa ada batasan kultural. Prinsip-prinsip administrasi diajukan oleh Gulick & Urwick, orang-orang kepercayaan Presiden Franklin Delano Roosevelt. Tujuh prinsip dikenal dengan akronim POSDCoRB (Planning,

Organizing, Staffing, Directing, Coordinating, Reporting, Budgeting). Menurut Gulick & Urwick, prinsip-prinsip inilah yang menyebabkan organisasi bisa berjalan dengan baik, bukan dikotomi politik-administrasi. Selain dari Gulick & Urwick, ada

(3)

prinsip birokrasi dari Max Weber yang mencakup: standardisasi dan formalisasi;

pembagian kerja dan spesialisasi; hirarki otoritas; kompetensi dan profesionalisasi; dan dokumentasi tertulis. Pada 1947 terbit buku Herbert Simon berjudul Administrative Behavior.

Buku ini menguraikan tentang proses pengambilan keputusan dalam organisasi administratif. Menurut Simon, individu-individu secara aktual memilih alternatif yang memuaskan, bukan alternatif terbaik. Simon menamakan proses ini sebagai “pemuasan”

dan berkesimpulan bahwa pembuatan keputusan lebih merefleksikan rasionalitas terbatas.

Individu 8 memanipulasi premis-premis keputusan, berdasarkan pertimbangan nilai, keyakinan, norma yang datang dari organisasi maupun dari luar organisasi. Simon mengatakan bahwa politik dan administrasi tidak pernah bisa dipisahkan. Pada 1948, terbit buku karya Dwight Waldo berjudul The Administrative State: A Study of Political Theory of American Public Administration.

Buku ini merupakan disertasi Waldo pada Yale University di tahun 1942, dengan judul Theoretical Aspect of American Literature of Public Administration. Buku Waldo ini dengan tegas membantah literatur ortodoksi. Menurut Waldo, doktrin administrasi publik adalah teori politik. Waldo juga menyatakan bahwa administrasi publik adalah produk dari kondisi material dan ideologis. Kalau hukum konstitusi berubah, maka administrasi publik juga berubah. Pada periode 1938-1950 tersebut terjadi pertentangan antara anggapan mengenai value-free dan value-laden politics dari administrasi publik, dan dalam praktek yang dominan adalah value-laden politics. John M. Gaus menyatakan bahwa teori administrasi publik sebenarnya juga teori politik.

3. New Public Management (NPM)

Adanya kritik mengenai teori-teori administrasi klasik dan neoklasik menyebabkan adanya pembaharuan dalam penyelenggaraan administrasi publik sehingga menyebabkan adanya perubahan dalam penyelenggaraan administrasi publik yang kemudian memunculkan konsep baru dikenal dengan New Public Management. Konsep ini pada awalnya ingin mengemukakan pandangan baru yang bisa mencerahkan konsep ilmu administrasi. Khusus konsep New Public Management biasanya diperlakukan untuk kegiatan bisnis dan sektor privat. Inti dari konsep ini adalah untuk mentrasformasikan kinerja yang selama ini dipergunakan dalam sektor privat dan bisnis ke sektor publik. Lebih lanjut konsep ini meninjau kembali peran administrator publik, peran dan sifat dari profesi administrasi (Thoha, Miftah, 2005).

Selain kritik terhdap teori klasik, munculnya New Public Management (NPM) juga dipicu dengan adanya krisis negara kesejahteraan di New Zeland, Australia, Inggris, Amerika yang kemudian didukung adanya promosi dari IMF, Bank Dunia dan serikat persemakmuran dan kelompok konsultan manajemen. Di negara-negara ini perkembangan yang terjadi di bidang ekonomi, sosial, politik dan lingkungan

(4)

administrasi secara bersama mendorong terjadinya perubahan radikal dalam sistem manajemen dan administrasi publik. Perubahan yang diinginkan adalah peningkatan cara pengelolaan pemerintahan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat agar yang lebih efisien, efektif (Kurniawan, Teguh).

Tema pokok NPM adalah menggunakan mekanisme pasar sebagai terminologi sektor publik dengan cara para pimpinan dituntut untuk; berinovasi untuk memperoleh hasil yang maksimal atau melakukan privatisasi terhadap fungsi pemerintah;

pemimpin melakukan streering, membatasi terhadap pekerjaan atau fungsi mengendalikan, gaya pimpinan yang memberikan arah yang strategis; menitikberatkan pada mekanisme pasar dalam mengarahkan program publik; menghilangkan monopili pelayanan publik yang tidak efisien yang dilakukan oleh instansi dan pejabat pemerintah; dalam birokrasi publik diupayakan agar para pimpinan brokrasi meningkatkan produktivitas dan menenukan alternative cara pelayanan publik berdasarkan perspektif ekonomi; pimpinan didorong untuk memperbaiki dan mewujudkan akuntabilitas publik kepada pelanggan, meningkatkan kinerja, melakukan restrukturisasi lembaga birokrasi publik, merusmuskan kembali misi organisasi, melakukan streamlining pada proses dan prosedur birokrasi dan melakukan desentralisasi proses pengambilan kebijakan. Hal Ini dimaksudkan untuk melakukan kompetisi dalam unit kerja pemerintahan baik secara internal maupun lintas sektor organisasi.

4. New Public Services (NPS)

Menurut Denhardt dan Denhardt, memasukkan nilai-nilai bisnis ke dalam organisasi publik telah merusak tatanan nilai administrasi publik. Oleh karena itu mereka mengusulkan penerapan nilai-nilai baru. Hal baru dari perspektif ini adalah mengembalikan pihak yang dilayani dari “pelanggan” ke posisi yang sebenarnya yaitu

“warga negara/citizen, mengembalikan peran pemerintah yang dalam perspektif new public management hanya sebagai pengarah ke posisi yang berperan sebagai pelayan publik.

Secara umum alur pikir NPS menentang paradigma-paradigma sebelumnya (OPA dan NPM). Dasar teoritis paradigma NPS ini dikembangkan dari teori tentang demokrasi, dengan lebih menghargai perbedaan, partisipasi dan hak asasi warga negara.

Dalam NPS konsep kepentingan publik merupakan hasil dialog berbagai nilai yang ada di tengah masyarakat. Nilai-nilai seperti keadilan, transparansi dan akuntabilitas merupakan nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam pelayanan publik. Paradigma NPS berpandangan bahwa responsivitas (tanggung jawab) birokrasi lebih diarahkan kepada warga negara (citizen’s) bukan clients, konstituen (constituent) dan bukan pula pelanggan (customer). Pemerintah dituntut untuk memandang masyarakatnya sebagai warga negara yang membayar pajak. Dalam suatu negara yang menganut paham demokrasi, sebenarnya warga negara tidak hanya dipandang sebagai customer yang perlu

(5)

dilayani dengan standar tertentu saja, tetapi lebih dari itu, mereka adalah pemilik (owner) pemerintah yang memberikan pelayanan tersebut.

Dalam pandangan New Public Service, administrator publik wajib melibatkan masyarakat (sejak proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi) dalam pemerintahan dan tugas-tugas pelayanan umum lainnya. Tujuannya adalah untuk menciptakan pemerintahan yang lebih baik, sesuai dengan nilai-nilai dasar demokrasi, serta mencegah potensi terjadinya korupsi birokrasi. Denhardt kemudian menyampaikan sejumlah prinsip public service yang terdiri dari:

1) Melayani warga, bukan pelanggan 2) Mendahulukan kepentingan umum

3) Menghargai kewarganegaraan dibanding kewirausahaan 4) Berpikir strategis berazas demokrasi

5) Menyadari bahwa akuntabilitas tidak mudah 6) Melayani daripada mengarahkan

7) Menghargai manusia, dibanding produktivitas.

Pariwisata merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh manusia baik secara perorangan maupun kelompok di dalam wilayah negara lain. Kegiatan tersebut menggunakan kemudahan, jasa dan faktor penunjang lainnya yang diadakan oleh pemerintah dan atau masyarakat, agar dapat mewujudkan keinginan wisatawan-wisatawan

Sedangkan secara umum, tata kelola merupakan upaya sistematis dalam suatu proses untuk mencapai tujuan organisasi, melalui prinsip-prinsip manajemen yang meliputi fungsi perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan evaluasi. Turnbull Report (Muh Arief Effendi, 2009:1) mendefinisikan tata kelola sebagai suatu sistem pengendalian internal perusahaan yang memiliki tujuan utama mengelola resiko yang signifikan guna memenuhi tujuan bisnisnya melalui pengamanan aset perusahaan dan meningkatkan nilai investasi pemegang saham dalam jangka panjang.

Kaitan paradigma keempat yaitu NPS dengan tata kelola yaitu dalam tata kelola ada prinsip NPS yang bisa digunakan dalam tata kelola, yaitu:

1) Melayani Warga Negara, Bukan sebagai Pelanggan (Not Customers)

Dalam konteks ini New Public Service dilihat sebagai “citizen atau warga” negara yang memiliki hak dan kewajiban sebagai publik yang sama. Warga negara tidak saja dilihat sebagai pelanggan dimana mereka hanya membeli atau membayar barang dan jasa. Warga negara merupakan penerima dan pengguna layanan publik juga sebagai subyek dari berbagai kewajibannya sebagai warga negara seperti mematuhi peraturan perundang- undangan, membayar pajak, membela Negara, dan sebagainya sehingga pelayanan publik tersebut harus dapat disediakan oleh pemerintah dengan baik.

(6)

New Public Service memandang citizen dengan hak dan kewajibannya dalam suatu kehidupan social yang luas. Unsur paksaan yang dimiliki negara dalam memaksakan kehendaknya kepada warga mematuhi kewajiban publik menjadikan hubungan negara dan warga negaranya tidak bersifat sukarela. Dengan demikian, aparatur negara tidak hanya responsif terhadap warga negara sebagai customer tetapi juga pusat perhatiannya adalah untuk memenuhi hak-hak warga negara sebagai publik dan pemerintah berupaya membangun hubungan kepercayaan dan kerja sama dengan warga negara

2) Memprioritaskan Kepentingan Publik (the Public Interest Priority)

Pemerintah dalam hal ini memainkan perannnya untuk mendorong kebersamaan dan membangun nilai kolektif dalam kepentingan publik. Hal ini bertujuan tidak lain adalah untuk mencari solusi sesuai dengan keinginan masyarakat dan menghasilkan kepentingan bersama memiliki tanggungjawab yang sama atara warga negara dengtan pemerintah/apratur pemerintahan.

New Public Service berpendapat bahwa birokrat bukan aktor pembuat kebijakan untuk merumuskan kepentingan public administrator publiklah sebagai aktor utama dalam sistem pemerintahan. Administrator public yang dimaksud dalam pandangan ini adalah warga Negara, kelompok-kelompok kepntingan, kelompokkelompok penekan, wakil rakyat, dan organisasi maupun lembaga lainnya. Aparatur negara hanya berperan membantu warga negara untuk dapat mengartikulasikan kepentingan publik. Warga negara hanya diberikan pilihan pada setiap tahapan proses pemerintahan, bukan hanya dilibatkan pada saat pemilihan umumtetapi warga negara juga dilibatkan misalnya dalam dialog-dialog publik publik. Berbagai argumentasi mempengaruhi peran dan tanggungjawab administrasi public, sehingga administrasi public tidak hanya terorientasi pada pencapaian tujuan-tujuan ekonomis tetapi juga nilai-nilai yang menjadi manifestasi kepentingan publik seperti kejujuran keadilan, kemanusiaan, dan sebagainya.

3) Kewarganegaraan Lebih Berharga dari pada Kewirausahaan (Value Citizenship Over Entrepreneurship)

Paradigma New Public Service berpendapat bahwa warga negara terlibat dalam proses administrasi dan pemerintahan dianggap lebih penting dari pemerintahan yang digerakkan oleh semangat kewirausahaan. Pendapat lain oleh New Public Service juga bahwa perumusan kepentingan publik dikembangkan oleh birokrat akan lebih baik bersama dengan warga negaranya yang memiliki komitmen dalam memberikan sumbangan berarti dalam kehidupan bersama daripada oleh pengusaha dengan tindakan bahwa seolah-olah uang dan kekayaan publik itu milik mereka.

4) Berpikir Strategis, Bertindak Demokratis (Think Strategically, Act Democraticaly) Berpikir strategis, bertindak demokratis merupakan satu gagasan utama yang memandang kebijakan dan program adalah cara yang digunakan untuk dapat menjawab kebutuhan publik apabila dikelola melalui usaha secara kolektif secara kolaboratif.

(7)

Prinsip mengedepankan administrasi publik untuk menerjenmahkan atau mengimplementasikan kebijakan publik sebagai bentuk dari kepentingan publik.

Dalam New Public Service pusat perhatian utama implementasi adalah keterlibatan warga negara dan pembangunan komunitas (community building). Dalam sistem demokrasi terlibatnya warga negara merupakan bagian yang harus ada dalam implementasi kebijakan. Terlibatnya warga negara disini meliputi seluruh tahapan dan perumusan dan proses implementasi kebijakan. Warga negara dalam proses pemerintahan ini bukan hanya menuntut pemerintah untuk memuaskan kepentingannya. Organisasi sebagai ruang publik bagi manusia (citizen dan administrator) dengan pendapat yang bebrbeda serta melakukan tindakan yang sama demi kebaikan publik. Komunikasi dan Interaksi dalam partisipasi warga negara ini telah memberikan tujuan, arti dan makna dari pelayanan publik.

5) Akuntabilitas diketahui bukan Hal Sederhana (Recognize that accountability is not Simple).

Dalam konteks ini seharusnya birokrat sebagai aparatur publik tidak memnetingkan kepentingan pasar semata, tetapi harus juga mengutamakan ketaatan pada undang-undang, norma, etika politik, standard profesional, dan kepentingan warga negara. Dalam Pertanggungjawaban publik pada Administrasi Negara Lama sifatnya hirarkis dan legal, apartur pemerintahan tidak boleh banyak melakukan diskresi karena tugasnya hanya melaksanakan kebijakan, aturan atau petunjuk yang telah digariskan atasan atau pejabat yang dipilih secara politis. Oleh karena itu akuntabilitas digunakan untuk memberikan jaminan kepatuhan administrator terhadap standard dan prosedur pelaksanaan yang sesuai dengan prinsip dikotomi politik dan administrasi.

Menurut new public service efisiensi, efektivitas dan kepuasan customer penting, tapi administrasi publik juga harus mempertanggung jawabkan kinerjanya dari sisi etika, prinsip demokrasi, dan kepentingan publik Administrator publik bukan wirausaha atas bisnisnya sendiri dimana konsekuensi ataupun kegagalan akibat keputusan yang diambilnya akan ditanggungnya sendiri. Resiko atas kegagalan suatu implementasi kebijakan publik akan ditanggung semua warga masyarakat. Karena itu akuntabilitas administrasi publik bersifat komplek dan multifacet atau banyak dimensi seperti pertanggungjawaban profesional, legal, politis dan demokratis

6) Melayani Ketimbang Mengarahkan (Serve Rather than Stee)

Dalam konteks ini para birokrat didorong untuk menerapkan kepemimpinan yang diidasarkan pada nilai kebersamaan dalam membantu warga negara dalam menjawab pemenuhan kepentingan bersama bukan hanya mengendalikan atau mengarahkan masyarakat dalam pencapaian tujuan yang baru direncanakan. Prinsip ini berhubungan dengan kepemimpinan manajer dan perannya pada organisasi publik. Pada konsep Administrasi Negara Lama Organisasi warga negara mengikuti bentuk dan model birokrasi dengan struktur linier berdasarkan jalur komando. Pempimpin beroeran untuk

(8)

mengarahkan (steering) atau mengawasi (controlling) perilaku bawahan agar bertindak kearah pencapaian tujuan organisasi dengan prinsip "unity of command' (kesatuan perintah) dan proses ini dilakukan dengan pembagian tugas dan pelimpahan wewenang secara hirarkis.

Dalam new public service proses kepemimpinan terpusat pada sumber daya manusia dan untuk kemsaalahatannya. Kepemimpinan sektor publik lebih didasarkan pada nilal moralitas atau transformational leadership bukan transactional leadership. Pola kepmimpinan transformasional atau moralitas ini adalah pola kepemimpinan yang juga merupakan bentuk aspirasi dan keteladanan antara komponen yang berbeda yaitu pimpinan, bawahan dan public secara keseluruhan dalam suatu bentuk kesatuan yang utuh

Kepemimpinan dalam New Public Service merupakan shared leadership dimana kendali kepemimpinan tidak terpusat di tangan atasan tapi melibatkan banyak orang, banyak kelompok, sehingga posisi pimpinan adalah pelayan publik atau abdi masyarakat (servant, not owner) selain kepemimpinan transformational, ada juga kepemimpinan transaksional, yang mana kepemimpinan yang sifatnya transaksional lebih digerakkan atas dasar motif saling menguntungkan antara atasan dan bawahan.

7) Manusia Dihargai, bukan hanya Produktivitasnya (Value People, not just Productivity) Berdasarkan uraian diatas, dalam pandangan new public service cukup memberikan perubahan dalam administrasi publik. Perubahan ini dilihat dengan cara pandang masyarakat dalam proses pemerintahan, perubahan partisipasi dalam dalam proses pemerintahan dan bagaimana kepentingan masyaakatpun dapat diselenggarakan serta perubahan seperti apa yang dilakukan administrator publik dalam menjalankan tugasnya untuk memenuhi kepentingan publik. Partisipasi masyarakat sebagai pilar penting dalam pandangan new public service pada penyelenggaraan pemerintahan daerah untuk menjawab kebutuhan administrasi publik

Penerapan new public service dalam konteks ini masyarakat sebagai warga negara yang memiliki hak dan kewajiban yang sama, warga negara tidak hanya berperan sebagai pelanggan tetapi warga negara sebagai penerima dan pengguna jasa pelayanan publik yang disiapkan pemerintah sekaligus sebagai subyek dalam mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan.

Tata kelola destinasi pariwisata dengan konsep NPS, menyeimbangkan penerapan nilai etika, estetika dan ekonomi serta lokalitas untuk menciptakan kualitas pengalaman berwisata, optimalisasi manfaat yang inklusif bagi masyarakat serta lingkungan. Manajemen destinasi atau tata kelola destinasi adalah sebuah pendekatan profesional yang mengarahkan seluruh upaya di suatu tempat yang telah diputuskan ,untuk menggunakan pariwisata sebagai sebuah aktivitas

(9)

ekonomi. Manajemen destinasi mencakup koordinasi dan manajemen terpadu suatu pembauran destinasi yang meliputi atraksi-atraksi dan peristiwa-peristiwa pariwisata (events), fasilitas- fasilitas, transportasi, infrastruktur dan sumber daya keramahan (hospitality services).

Sedangkan tata kelola destinasi adalah tim yang terdiri atas tenaga profesional di bidang pariwisata yang memimpin dan mengoordinasikan seluruh pemangku kepentingan di bidang pariwisata. Peran tata kelola destinasi mencakup kepemimpinan dan koordinasi, perencanaan dan penelitian, pengembangan produk, pemasaran dan promosi, kemitraan dan membangun tim, dan hubungan-hubungan dengan komunitas. Manajemen destinasi yang efektif melibatkan perencanaan pariwisatajangka panjang, memonitor dan mengevaluasi secara berkelanjutan, yang akan memberi hasil dari upaya-upaya pariwisata.

Prinsip tata kelola dalam dunia pariwisata dapat diterjemahkan menjadi tata kelola destinasi pariwisata atau manajemen destinasi pariwisata. UN World Tourism Organization (UNWTO) dalam publikasinya A Practical Guide to Tourism Destination Management (2007), mengidentifikasikan peran tata kelola destinasi pariwisata dengan tujuan utamanya adalah memenuhi harapan wisatawan ketika kali pertama berkunjung ke destinasi. Berikut adalah tata kelola destinasi pariwisata:

1. Memimpin dan mengoordinasikan: Memimpin dan mengoordinasikan upaya-upaya yang dilakukan oleh semua pemangku kepentingan di bidang pariwisata di dalam destinasi, tata kelola destinasi adalah organisasi utama yang menentukan penggunaan secara tepat seluruh elemen sebuah destinasi (atraksi, amenitas, aksesibilitas, sumber daya manusia, citra/image, dan harga).

2. Pemasaran: promosi destinasi; kampanye untuk mendorong bisnis; memastikan layanan informasi agar tidak menimbulkan prasangka; fasilitasi pemesanan (bookings); dan manajemen hubungan dengan pelanggan (Customer Relationship Management/ CRM).

Tugas utama tata kelola destinasi adalah melakukan upaya pemasaran untuk menarik wisatawan ke destinasi.

3. Menciptakan sebuah lingkungan yang sesuai (nyaman bagi wisatawan): Perencanaan dan infrastruktur; pengembangan sumber daya manusia; pengembangan produk;

pengembangan sistem dan teknologi; dan industri- industri yang terkait dan pengadaan barang dan jasa. Kebijakan dan regulasi yang dibutuhkan sebagai sebuah fondasi yang akan mengarahkan dan mengawasi pariwisata. Hal ini mencakup kebijakan yang dilakukan oleh tata kelola destinasi dan program-program untuk mempromosikan pengembangan pariwisata berkelanjutan di dalam destinasi.

4. Mewujudkan pada kenyataan: Mengelola kualitas dari pengalaman-pengalaman wisatawan; mengadakan pendidikan dan pelatihan; memberikan konsultansi bisnis.

Artinya, tata kelola destinasi harus memastikan apapun yang telah dijanjikan dalam pemasaran harus sampai kepada wisatawan;dengan kata lain, wisatawan mendapatkan pengalaman-pengalaman seperti yang dijanjikan dalam pemasaran pariwisata.

Secara singkat, pesan yang ingin disampaikan oleh UNWTO, tata kelola destinasi lebih utama daripada hanya pemasaran destinasi. Pada masa lalu, tata kelola destinasi secara

(10)

mendasar melakukan fungsi promosi, penjualan (sales), dan public relations; sekarang tata kelola destinasi menjalankan fungsi lebih luas, lebih profesional, dan lebih canggih. Artinya, diperlukan kerangka kerja sebuah strategi yang bertalian secara logis (framework of a coherent strategy) yang meliputi seluruh perencanaan atau strategi untuk pariwisata di destinasi. Menurut Destination Consultancy Group (DCG) (Morrison, 2013), menjelaskan bahwa peran tata kelola destinasi di manajemen destinasi terbagi menjadi 6 peran, sebagai berikut.

1. Kepemimpinan dan koordinasi. Menyiapkan agenda untuk pariwisata dan mengoordinasikan upaya-upaya yang dilakukan oleh semua pemangku kepentingan yang diarahkan untuk mencapai agenda yang telah ditetapkan.

2. Perencanaan dan penelitian: Melakukan perencanaan penting dan penelitian yang dibutuhkan untuk mencapai visi destinasi dan tujuan-tujuan pariwisata.

3. Pengembangan produk: Perencanaan dan memastikan pengembangan produk-produk secara tepat dan layanan-layanan untuk destinasi-destinasi.

4. Pemasaran dan promosi: Menciptakan positioning destinasi (positioning) dan branding (poitioning dan branding yang dipersepsikan oleh pelanggan-red), memilih pasar-pasar utama dan mempromosikan destinasi (destinasi yang telah siap dipasarkan-red).

5. Kemitraan dan Membangun Tim: Membina kerja sama di antara badan-badan pemerintah dan di dalam sektor swasta dan membangun kemitraan dengan tim-tim lainnya untuk mencapai tujuan-tujuan yang spesifik.

6. Hubungan-hubungan dengan Komunitas: Melibatkan pemimpin-pemimpin komunitas lokal dan penduduk di bidang pariwisata dan memonitor sikap-sikap penduduk yang berhubungan dengan pariwisata. Secara singkat, UNWTO dan DCG menjelaskan arti penting kepemimpinan, koordinasi, dan pemasaran. DCG menambahkan peran menciptakan sebuahlingkungan yang cocok dalam arti nyaman bagi wisatawan (creating a suitable environment) dan memastikan janji-janji dal

Referensi

Dokumen terkait

Tampaknya administrasi publik dapat diidentifikasi; 1) Cabang eksekutif pemerintahan, yang sangat terkait penting dengan badan legislatif dan yudikatif, 2)

Atas dasar hal tersebut, pemikiran mengenai paradigma baru kepemimpinan aparatur negara pada hakikatnya beranjak dari pandangan bahwa pemimpin publik harus mengenali secara

Kesadaran bahwa Ilmu Administrasi Negara tidak dapat terlepas dari Ilmu Politik, karena proses administrasi pemerintahan tidak terlepas dari proses politik, dan realitas bahwa

Stillman II 1991 mengeritik bahwa, pertama, pandangan atau model tersebut terlalu melihat administrasi publik dalam konteks yang mekanistik dan positivist yaitu sebagai suatu rangkaian

Paradigma Administrasi Publik sebagai Ilmu Administrasi  Asumsi : Tidak ada perbedaan fokus antara Administrasi Publik dan Administrasi Bisnis  Fokus Ilmu Administrasi adalah Teori

Administrasi Negara adalah disiplin ilmu yang mempelajari tentang bagaimana pemerintahan bekerja, bagaimana kebijakan publik dibuat dan dilaksanakan, serta bagaimana pemerintahan dapat

Ketika administrasi publik mengharapkan sikap, perilaku, dan perilaku yang bersifat baik, maka administrasi publik harus bertumpu pada etika administrasi publik dalam melaksanakan tugas

Pengertian Administrasi Negara/Publik Administrasi Publik Inggris:Public Administration atau Administrasi Negara adalah suatu bahasan ilmu sosial yang mempelajari tiga elemen penting