• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Community Development Perusahaan Batubara Dalam Perekonomian Wilayah, Studi Kasus Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Community Development Perusahaan Batubara Dalam Perekonomian Wilayah, Studi Kasus Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

BATUBARA DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH

(Studi Kasus Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan)

WULAN METAFURRY

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Peranan Community Development Perusahaan Batubara Dalam Perekonomian Wilayah, Studi Kasus Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, April 2016

Wulan Metafurry

(4)

WULAN METAFURRY. PERANAN COMMUNITY DEVELOPMENT

PERUSAHAAN BATUBARA DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH, Studi Kasus Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Dibimbing oleh BAMBANG JUANDA dan EKA INTAN KUMALA PUTRI.

Kalimantan Selatan merupakan salah satu provinsi dengan potensi batubara yang cukup besar. Pada tahun 2013, total produksi batubara di Kalimantan Selatan sebesar 163,815,779.23 mt. Salah satu kabupaten yang menjadi penghasil batubara di provinsi ini adalah Tanah Bumbu yang merupakan kabupaten kedua penghasil batubara terbanyak di Kalimantan Selatan. Namun, ironisnya pertumbuhan ekonomi Tanah Bumbu tidak sepesat pertumbuhan pertambangan batubara, dimana pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kesejahteraan masyarakat. Salah satu upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar wilayah pertambangan adalah dengan melaksanakan program community development (comdev).

Comdev adalah kegiatan pengembangan komunitas yang diarahkan untuk meningkatkan kemampuan komunitas dalam mencapai kondisi sosial-ekonomi-budaya yang lebih baik bila dibandingkan dengan sebelumnya (Budimanta 2002; Rudito dan Famiola 2013). Dengan adanya program comdev, komunitas diharapkan menjadi lebih mandiri dan memiliki kualitas kehidupan serta kesejahteraan yang lebih baik. Comdev merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban perusahaan pengelola pertambangan terhadap masyarakat dan lingkungan setempat yang disalurkan secara rutin. Akan tetapi, tidak setiap program comdev memberikan dampak yang positif, dimana salah satunya disebabkan oleh implementasi program yang tidak efektif.

(5)

melalui lima indikator yaitu manfaat, kesesuaian, keberlanjutan, dampak, dan partisipasi yang diuji dengan menggunakan Structural Equation Model (SEM). Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap efektivitas comdev adalah manfaat, kesesuaian, keberlanjutan dan partisipasi masyarakat dengan kontribusi sebesar 42 persen. Bila dilihat dari besarnya pengaruh antar variabel, maka variabel partisipasi masyarakat paling menentukan suatu program dikatakan efektif, kemudian variabel manfaat diurutan kedua, selanjutnya ikuti oleh variabel keberlanjutan dan kesesuaian program. Efektivitas suatu program tercermin dari manfaat dirasakan oleh masyarakat penerima program. Dari model yang dibangun, pengaruh langsung efektivitas terhadap manfaat adalah sebesar 1.02 dengan kontribusi sebesar 62 persen yang berarti bahwa program yang diberikan sudah cukup efektif sehingga manfaatnya dirasakan oleh masyarakat setempat.

Disisi lain, variabel dampak tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keefektifan program. Disadari comdev memang memberikan dampak positif, namun manfaat yang diterima dari kegiatan comdev tidak sebanding dengan dampak negatif yang diterima oleh masyarakat setempat. Selain itu, tidak semua program yang diberikan oleh perusahaan mampu menyelesaikan permasalahan yang ditimbulkan akibat adanya kegiatan pertambangan, terutama masalah di bidang lingkungan. Meskipun demikian, kegiatan ini mampu meredam konflik yang terjadi antara perusahaan dengan masyarakat setempat.

Hasil analisis regresi berganda dengan menggunakan Principal Component

Analysis (PCA) untuk menghitung kontribusi comdev terhadap perekonomian wilayah menunjukkan program comdev yang dilakukan oleh perusahaan tambang di Kabupaten Tanah Bumbu telah memberikan manfaat yang signifikan terhadap perekonomian wilayah setempat serta dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia.

(6)

WULAN METAFURRY. THE ROLE OF COMMUNITY DEVELOPMENT COAL MINING COMPANY IN REGIONAL ECONOMIC, Case Study of Tanah Bumbu Regency , South Kalimantan. Supervised by: BAMBANG JUANDA and EKA INTAN KUMALA PUTRI.

South Kalimantan was one of province with a large enough potential coal. In 2013, total coal production in South Kalimantan as much as 163,815,779.23 mt. One of countries that produce of coal in South Kalimantan was Tanah Bumbu, which is the second largest producer of coal in South Kalimantan. Ironically, Tanah Bumbu economic growth was not as fast as the growth of coal mining, where one indicator of economic growth was public welfare. A method to improve of public welfare around the mining area was to implement community development (comdev).

Comdev was a activities which aimed to improve the ability of communities to achieve socio-economic-cultural better when compared to the previous (Budimanta 2002; Rudito and Famiola 2013). With the comdev program is expected to be more independent and have the quality of life and better welfare. Comdev is one of form of corporate social responsibility of coal company on local communities and the enviroment are distribute regulary. But, not every program has positive effect, where one of them was due to the implementation of programs that are not effective.

The objective of this study was (1) to analyze the benefit of comdev, (2) to analyze the effectiveness of comdev and (3) to calculate comdev contribution in regional economic. Second Order Confirmatory Factor Analys (2nd CFA) were used to measure comdev benefit (overall) and Community Development Index (CDI) for spatial analys. Results from this study is benefit of comdev has been perceived by communities, especially in the health sector. The second place was comdev in economic sector. Capital support through comdev activities enough to help community economy. Comdev also provide training and assistance to the business community to be an independent. While assistance in education and infrastructure despite its benefits felt by the public, but less significant contribution. This is due to a very large infrastructure aid enjoyed by the people who live very close to the company and vice versa.

Meanwhile, effectiveness of comdev was measured through i.e five indicators, benefits, suitability, sustainability, impact, and participation, which calculated by Strucutural Equation Model (SEM). Results show that the variables influencing the effectiveness comdev was a benefit, suitability, sustainability and community participation. Overall, the contribution of these variables in determining the effectiveness of Comdev is 42 percent.

(7)

benefits perceived by the local community.

On the other hand, the variable impacts not have a significant influence on the effectiveness of the program. Indeed, Comdev have a positive impact but the benefits received from activities Comdev not proposional with the negative impact received by the local community. Moreover, not all programs provided by the company is able to resolve the problems caused by their mining activities, especially the problems in the field of environment. Nonetheless, these activities can reduce the conflict between companies and local communities.

The results of multiple regression analyzes using Component Principal Analysis (PCA) for calculating contributions to economics Comdev region showed Comdev program undertaken by a mining company in Tanah Bumbu regency has been providing significant benefits to the economy of local areas as well as in improving the quality of human resources.

(8)

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(9)
(10)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

BATUBARA DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH

(Studi Kasus Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan)

WULAN METAFURRY

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(11)
(12)
(13)

dalam Perekonomian Wilayah

Studi Kasus Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan

Nama : Wulan Metafurry

NIM : H152130011

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, MS Ketua

Dr Ir Eka Intan Kumala Putri, M.Sc Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi

Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, MS

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.ScAgr

Tanggal Ujian: 17 Maret 2016

(14)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala Karunia dan Rahmat-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tesis ini berjudul “Pernanan Community Development Perusahaan Batubara dalam Perekonomian Wilayah Studi Kasus: Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan”, yang disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan jenjang pendidikan S2 dan memperoleh gelar Magister Sains dari Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan di Institut Pertanian Bogor .

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Bambang Juanda, MS selaku ketua komisi pembimbing sekaligus Ketua Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) dan Ibu Dr Ir Eka Intan Kumala Putri, M.Sc selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan yang sangat bermanfaat bagi penulisan tesis ini. Penulis juga menghaturkan terima kasih kepada Bapak Prof Dr Ir Yusman Syaukat, M.Ec selaku penguji luar komisi pada ujian sidang atas saran dan masukan yang diberikan. Kepada Dekan Sekolah Pasca Sarjana dan Fakultas Ekonomi Manajemen, serta Dr Ir Sri Mulatsih, M.Sc selaku Sekretaris Program Studi PWD beserta staf, penulis mengucapkan terima kasih atas pelayanan yang diberikan selama penulis menempuh studi di PWD-IPB. Kepada semua pihak yang telah membantu, yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Ungkapan cinta dan terima kasih juga penulis sampaikan kepada ayah, ibu, dan adik-adik serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya, teman-teman di kantor, dan juga kepada teman-teman PWD 2013 atas dukungannya. Tesis ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca. Semoga Tesis ini bermanfaat.

Bogor, April 2016

(15)

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL iv

DAFTAR GAMBAR iv

1. PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 5

Manfaat Penelitian 5

Ruang Lingkup Penelitian 5

2. TINJAUAN PUSTAKA 6

Community Development(Comdev) 6

Community Developmentdalam Pertambangan 7

Perekonomian Wilayah 7

Pertumbuhan Perekonomian Wilayah 8

Pembangunan Berkelanjutan 9

Penelitian Terdahulu 9

Kerangka Pemikiran 11

Hipotesis Penelitian 13

3. METODE PENELITIAN 13

Lokasi Penelitian 13

Jenis dan Sumber Data 14

Metode Analisis 16

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 25

Gambaran Umum 25

Profil Perekonomian Kabupaten Tanah Bumbu 26

Gambaran Wilayah Kegiatan 28

KegiatanCommunity Developmentdi Kabupaten Tanah Bumbu 29 Gambaran Umum Perusahaan Pertambangan Batubara di Kabupaten Tanah

Bumbu 33

Eksternalitas Usaha Pertambangan 48

5. HASIL DAN PEMBAHASAN 50

Gambaran Umum Masyarakat Penerima Comdev 50 Evaluasi Manfaat KegiatanCommunity Development 54 Analisis Efektivitas PelaksanaanCommunity Development 63 Analisis KontribusiCommunity DevelopmentTerhadap Perekonomian

Wilayah 74

6. SIMPULAN DAN SARAN 84

Simpulan 84

(16)

1. Penelitian terdahulu 9 2. Metode analisis serta sumber data yang digunakan 16

3. Variabel manifes analisis manfaat 18

4. Variabel manifes analisis efektivitas program 21 5. Komponen penyusun PDRB Tanah Bumbu, tahun 2011-2013 (dalam

persen) 26

6. Pertumbuhan perekonomian Kabupaten Tanah Bumbu berdasarkan lapangan usaha, tahun 2011-2013 (dalam persen) 27 7. Program comdev PT Borneo Indobara tahun 2011-2013 34 8. Program comdev PT Wahana Baratama Mining tahun 2009-2012 36 9. Program comdev PT. Arutmin Indonesia tahun 2010-2012 38 10. Program comdev PT Tunas Inti Abadi Tahun 2012-2013 41 11.Community Development Indexdi masing-masing kecamatan 58 12. NilaiGoodness of FitModel Struktural analisis efektivitas comdev 64

13. Hasil analisis variabel manfaat 67

14. Hasil analisis variabel kesesuaian 69 15. Hasil analisis variabel keberlanjutan 70 16. Hasil analisis variabel partisipasi masyarakat 72 17. Hasil analisis variabel efektivitas 73

18. Korelasi antar variabel 75

19. Hasil regresi dengan metode OLS 75

20. Nilai akar ciri 75

21. Nilai elastisitas masing-masing variabel bebas terhadap PDRB total 76 22. Pengaruh masing-masung variabel bebas terhadap PDRB non

pertambangan, PDRB pertambangan, dan PDRB per kapita 78

23. Korelasi antar variabel 81

24. Hasil analisis regresi terhadap IPM dengan metode OLS 81

25. Nilai akar ciri 81

26. Nilai elastisitas masing-masing variabel bebas terhadap IPM 82

DAFTAR GAMBAR

1. Pertumbuhan ekonomi dan pertambangan batubara Tanah Bumbu 1

2. Kerangka pemikiran 12

3. Lokasi penelitian 14

4. Distribusisampledi masing-masing kecamatan 15 5. ModelSecond OrderCFA untuk analisis manfaat comdev 17 6. IlustrasiCommunity Development Index 18 7. Model SEM untuk analisis efektivitas comdev 19 8. Peta administrasi Kabupaten Tanah Bumbu 25 9. Produksi batubara Kabupaten Tanah Bumbu 27

10. Alokasi penyaluran dana comdev 30

11. Alur penyaluran dana comdev 31

(17)

14. Pekerjaan responden 51

15. Pengeluaran responden 51

16. Distribusi bentuk bantuan comdev 52

17. Kesesuaian bantuan dengan harapan masyarakat 52

18. Pihak penerima keluhan masyarakat 53

19. Lama program comdev disalurkan 53

20. Periode penyaluran bantuan dalam satu tahun 54 21. Signifikansi masing-masing variabel terhadap manfaat comdev 55 22. Pengaruh masing-masing varabel terhadap manfaat comdev 55 23. Pengaruh masing-masing variabel laten terhadap efektivitas comdev 65 24. Signifikansi masing-masing variabel laten terhadap efektivitas

comdev 66

25. Persepsi masyarakat mengenai kesesuaian program dengan kebutuhan

dan kemampuan masyarakat 69

26. Persepsi masyarakat mengenai jenis program (charity/bantuan instan) 70 27. Uji Kenormalan sisaan regresi komponen utama terhadap PDRB total 77 28. Pertumbuhan ekonomi dangini ratioKabupaten Tanah Bumbu 79 29. Pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan IPM Kabupaten Tanah

Bumbu 80

30. Uji kenormalan sisaan regresi komponen utama terhadap IPM 83

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Perusahaan Pemegang BPK2B dan IUP Batubara 88

2. Goodness of FitAnalisis Kegiatan Comdev 91

3. Model SEM Analisis Efektivitas Comdev 92

(18)
(19)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertambangan merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam perekonomian Indonesia. Dalam komponen Pendapatan Domestik Bruto (PDB) pertambangan merupakan komponen ketiga terbesar dalam komponen PDB setelah pertanian dan industri non migas. Pada tahun 2013, pertambangan memberikanshare

sebesar 11.24 persen yang terdiri dari sektor migas (7.35 persen) dan non migas (3.88 persen) dimana angka tersebut terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Sektor pertambangan tersebar hampir diseluruh provinsi di Indonesia, baik sektor migas maupun non migas. Dari sektor non migas, barang tambang yang menjadi sektor unggulan adalah batubara.

Batubara merupakan barang tambang non migas dengan total produksi terbesar di Indonesia. Sejak tahun 2002, produksi batubara di Indonesia terus mengalami kenaikan setiap tahunnya, bahkan pada tahun 2013, produksi batubara Indonesia sebesar 474 juta ton dengan total konsumsi dalam negeri sebesar 402 juta ton dan ekspor sebesar 72 juta ton. Batubara merupakan sumber daya alam yang tersebar hampir diseluruh provinsi di Indonesia. Kandungan batubara terbesar terdapat di Pulau Kalimantan, yang mempunyai lebih dari 50 persen dari total potensi batubara di Indonesia. Tingginya potensi batubara di Kalimantan menyebabkan sektor pertambangan dan galian menjadi tulang punggung perekonomian di Kalimantan (kecuali Kalimantan Barat).

Gambar 1 Pertumbuhan ekonomi dan pertambangan batubara Tanah Bumbu Sumber: BPS Kabupaten Tanah Bumbu 2014

Kalimantan Selatan adalah produsen batubara terbesar kedua di Pulau Kalimantan setelah Provinsi Kalimantan Timur. Salah satu lokasi pertambangan di provinsi ini terdapat di Kabupaten Tanah Bumbu. Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Tanah Bumbu mencatat terdapat empat perusahaan yang memegang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) serta 104 perusahaan yang mempunyai Ijin Usaha Tambang (IUP) dengan total 146 IUP yang diterbitkan, namun pada tahun 2013 hanya 77 perusahaan/KUD yang secara aktif melakukan kegiatan eksplorasi tambang. Selama tahun 2013, produksi batubara di kabupaten ini tercatat sebanyak 21,425,810.57 mt yang jika dikonversi dengan harga batubara pada tahun tersebut, yaitu 80 USD/mt, maka sumbangan batubara dalam perekonomian sebesar 1,714.06 juta USD. Namun, ironisnya pertumbuhan ekonomi Tanah Bumbu

5.7 6.55 6.84 6.19

2009 2010 2011 2012

P

(20)

tidak sepesat pertumbuhan pertambangan batubara, seperti terlihat pada Gambar 1, ditunjukkan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kesejahteraan masyarakat. Pada gambar tersebut, terlihat bahwa pada tahun 2010 dan 2011 pertumbuhan produksi batubara mencapai lebih dari 30 persen, namun pertumbuhan ekonomi di Tanah Bumbu hanya mencapai 6 persen. Hal ini menandakan bahwa pertumbuhan sektor pertambangan tidak diikuti dengan pertumbuhan di sektor lainnya. Pertumbuhan yang tidak seimbang juga menunjukkan adanya kebocoran wilayah. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa hasil pertambangan batubara di Tanah Bumbu diekspor dalam bentuk barang mentah, baik ke luar wilayah maupun ke luar negeri, sehingga tidak memberikan nilai tambah bagi Tanah Bumbu.

Salah satu upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar wilayah pertambangan adalah dengan melaksanakan program community development (comdev). Comdev adalah kegiatan pengembangan komunitas yang diarahkan untuk meningkatkan kemampuan komunitas dalam mencapai kondisi sosial-ekonomi-budaya yang lebih baik bila dibandingkan dengan sebelumnya (Budimanta 2002; Rudito dan Famiola 2013). Komunitas diharapkan menjadi lebih mandiri dan memiliki kualitas kehidupan dan kesejahteraan yang lebih baik. Pelaksanaan comdev, dipayungi oleh beberapa peraturan perundang-undangan, seperti Undang-Undang No 40 Tahun 2007, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009, Peraturan Pemerintah No 23 Tahun 2010 serta Peraturan Pemerintah No 55 Tahun 2010. Melalui UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, pemerintah telah mewajibkan Community Social Responsibility (CSR)dan comdev kepada semua perusahaan tambang.

Pertambangan disamping memiliki dampak positif bagi perekonomian wilayah juga memiliki dampak negatif bagi lingkungan. Mayoritas kegiatan eksplorasi batubara di Tanah Bumbu dilakukan dengan membuka hutan, yang berakibat pada berkurangnya luasan hutan di Kalimantan. Disisi lain, hal ini juga berdampak pada hilangnya mata pencaharian penduduk setempat yang menggantungkan hasil hutan sebagai sumber pendapatan. Selain itu, eksplorasi pertambangan batubara juga menimbulkan pencemaran, baik udara, tanah, air maupun suara. Pertambangan merupakan kegiatan yang bersifat sementara, hal ini dikarenakan batubara merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Namun, dampak negatif yang ditimbulkan mungkin tidak akan hilang setelah kegiatan pertambangan tersebut selesai. Hal ini berbanding terbalik dengan dampak positifnya, dimana jika suatu wilayah menggantungkan perekonomian pada kegiatan pertambangan maka ketika sudah tidak ada lagi kegiatan pertambangan maka perekonomian di wilayah tersebut akan chaos. Comdev merupakan salah satu metode perusahaan untuk mengkompensasi dampak negatif dari pertambangan serta untuk menjamin keberlanjutan perekonomian di wilayah tersebut.

Elkington (1998) memaparkan bahwa tanggung jawab perusahaan harus memperhatikan dimensi lingkungan, sosial, serta ekonomi sehingga tercipta pembangunan yang berkelanjutan. Berdasarkan definisi tersebut, comdev juga dimaksudkan untuk menciptakan kemandirian masyarakat dengan memperhatikan keseimbangan antara dimensi lingkungan, sosial dan ekonomi sehingga pembangunan di wilayah tersebut akan terus berlanjut bahkan setelah tidak ada lagi kegiatan pertambangan.

(21)

dan comdev juga membawa manfaat bagi citra perusahaan itu sendiri. Menurut Porter (2006), manfaat CSR dan comdev bagi perusahaan adalah:

1. kewajiban moral, dimana perusahaan memperoleh keberhasilan komersial dengan menghormati nilai etika;

2. menjaga keberlanjutan perusahaan; 3. meningkatkan reputasi perusahaan.

Kegiatan comdev di Tanah Bumbu telah dilakukan sejak tahun 2009 oleh perusahaan batubara yang beroperasi di sana. Namun tidak semua perusahaan tambang tersebut melakukan comdev secara simultan. Pada awal pelaksanaannya, comdev lebih banyak diberikan dalam bentuk bantuan instan, namun seiring berjalannya waktu comdev lebih bertujuan untuk pemberdayaan masyarakat khususnya masyarakat yang tinggal di sekitar area pertambangan. Dalam pelaksanaanya, comdev memerlukan peran aktif dari seluruh stakeholders comdev, yang terdiri dari masyarakat, pemerintah, serta perusahaan itu sendiri baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun monitoring dan evaluasinya. Hal ini diperlukan supaya comdev yang diberikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan potensi lokal yang dimiliki sehingga akan tercipta program yang mampu menciptakan kemandirian masyarakat. Kegiatan tersebut antara lain disalurkan dalam bentuk bantuan ekonomi, pendidikan, kesehatan, serta infrastruktur.

Penyaluran dana comdev didasarkan pada beberapa pertimbangan, seperti kebutuhan masyarakat dan lokasi. Semakin dekat lokasi suatu wilayah dengan lokasi pertambangan, maka bantuan yang diberikan juga semakin besar. Hal ini dikarenakan dampak yang diterima oleh masyarakat di sekitar lokasi tambang lebih besar. Kondisi tersebut sesuai dengan salah satu tujuan comdev yaitu untuk meminimalkan dampak negatif yang terjadi akibat kegiatan pertambangan, meskipun comdev yang sudah ada saat ini masih jauh dari tujuan tersebut.

Peraturan Pemerintah RI No. 23 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, pemerintah juga mengatur bahwa program comdev harus dikoordinasikan dengan pemerintah dan masyarakat setempat, bahkan masyarakat pun bisa mengajukan usulan kegiatan melalui pemerintah daerah. Dengan demikian, setiap perusahaan pertambangan wajib mengalokasikan anggaran untuk kegiatan untuk kegiatan comdev yang besarnya dikelola oleh masing-masing perusahaan. Meskipun demikian, Keputusan Menteri BUMN No 236/MBU/2003, mengatur bahwa alokasi biaya pemberdayaan masyarakat adalah sebesar 1 sampai 3 persen dari laba setelah pajak. Dalam pelaksanaannya, setiap perusahaan pertambangan wajib melakukan pelaporan terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan kepada pemerintah daerah. Dengan adanya laporan kegiatan comdev, pemerintah akan lebih mudah dalam melakukan pengawasan dan evaluasi kegiatan. Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui gambaran dari pelaksanaan comdev sehingga diketahui sejauh mana kontribusi comdev dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat seta peranannya dalam peningkatan perekonomian wilayah. Selain oleh pemerintah, evaluasi juga dilakukan oleh internal perusahaan pelaksana untuk sebagai dasar dari penyusunan program selanjutnya.

Perumusan Masalah

(22)

PDB nasional. Meskipun demikian, kegiatan eksplorasi barang tambang berdampak negatif bagi lingkungan dan masyarakat sekitar, sebagai contoh adalah kasus pencemaran Teluk Buyat di Sulawesi Utara akibat aktivitas penambangan emas yang dilakukan oleh PT Newmont Minahasa Raya, berkurangnya wilayah hutan di Kalimantan akibat eksplorasi batubara, dan masih banyak masalah lingkungan yang timbul akibat kegiatan eksplorasi barang tambang. Di Tanah Bumbu, kegiatan pertambangan juga menimbulkan terjadinya pencemaran baik air, udara, tanah maupun udara. Masalah lingkungan juga terjadi pasca kegiatan pertambangan, dimana banyak lahan-lahan bekas pertambangan yang dibiarkan terbengkalai sehingga menimbulkan lubang-lubang yang berubah menjadi danau-danau baru dimusim penghujan. Selain itu, kegiatan pertambangan juga berdampak pada terjadinya pendangkalan sungai, padahal di Kalimantan sungai merupakan sarana transportasi yang sangat strategis. Kegiatan pertambangan juga mengganggu kelancaran transportasi darat dimana banyak jalan yang rusak akibat pengangkutan batubara yang melebihi muatan yang dianjurkan. Di bidang ekonomi, kegiatan pertambangan membuat pendapatan petani menurun karena berkurangnya tingkat kesuburan tanah akibat zat-zat kimia yang dihasilkan ketika proses pertambangan. Dari sudut pandang sosiologi, kegiatan pertambangan juga memiliki dampak negatif, dimana pembukaan lahan untuk area pertambangan di Tanah Bumbu diwarnai dengan adanya konflik antara masyarakat setempat dengan perusahaan tambang terkait dengan pembukaan lahan tambang, konflik antar masyarakat, bahkan konflik antar pemerintah daerah seperti yang terjadi antara pemerintah daerah Kabupaten Tanah Bumbu dan Kabupaten Banjar yang memperebutkan hak pertambangan di wilayah Peramasan. Selain itu, kegiatan pertambangan juga menjadi penyebab perubahan kondisi sosial dan budaya masyarakat lokal. Selama kegiatan eksplorasi, kadangkala konflik juga masih terjadi dikarenakan isu-isu lingkungan seperti pencemaran. Kegiatan pertambangan juga menimbulkan kesenjangan perekonomian antara warga pendatang (yang merupakan pegawai di perusahaan pertambangan) dengan penduduk lokal. Guna meminimalisir dampak tersebut, setiap perusahaan tambang diwajibkan melakukan kegiatan CSR yang salah satu bentuknya adalah kegiatan comdev.

(23)

dengan masyarakat maupun konflik antar masyarakat setempat dikarenakan distribusi program dan bantuan yang tidak merata. Selain itu banyak juga ditemukan program yang dirasa tidak tepat sasaran oleh masyarakat setempat. Sehingga yang menjadi pertanyaan penelitian ini adalah:

1. apakah manfaat program comdev yang dilakukan oleh perusahaan batubara di Tanah Bumbu sudah dapat dirasakan oleh masyarakat dan lingkungan setempat sehingga menjadi solusi atas dampak negatif yang ditimbulkan akibat kegiatan pertambangan;

2. apakah pelaksanaan program comdev yang dilakukan oleh perusahaan batubara di Tanah Bumbu sudah efektif; serta

3. bagaimana kontribusi program comdev yang telah dilakukan oleh perusahaan batubara di Tanah Bumbu terhadap perekonomian wilayah tersebut.

Tujuan Penelitian

Secara umum, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji peranan comdev yang telah dilakukan oleh perusahaan tambang batubara di Tanah Bumbu dalam perekonomian wilayah, sedangkan secara khusus, tujuan dari penelitian ini adalah:

1. mengkaji manfaat pelaksanaan program comdev perusahaan batubara bagi masyarakat dan lingkungan di Kabupaten Tanah Bumbu;

2. mengkaji efektivitas pelaksanaan program comdev oleh perusahaan batubara di Kabupaten Tanah Bumbu;

3. menghitung kontribusi comdev perusahaan batubara terhadap perekonomian wilayah Kabupaten Tanah Bumbu.

Manfaat Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan tujuan penelitian ini, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi evaluasi bagi pelaksanaan comdev oleh perusahaan batubara di Tanah Bumbu, yang selanjutnya dapat digunakan untuk menyusun perencanaan comdev selanjutnya. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan menjadi salah satu alat untuk monitoring dan evaluasi comdev. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan mengenai kondisi sosial ekonomi di wilayah pertambangan. Penelitian ini diharapkan juga dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian

(24)

TINJAUAN PUSTAKA

Community Development(Comdev)

Comdev adalah kegiatan pengembangan komunitas yang diarahkan untuk meningkatkan kemampuan komunitas dalam mencapai kondisi sosial, ekonomi, serta budaya yang lebih baik bila dibandingkan dengan sebelumnya (Budimanta et al. 2004). Komunitas menjadi fokus pengembangan karena komunitas dapat menjelaskan mekanisme sosial budaya yang akan berdampak pada distribusi kesejahteraan (Smith 1980). Komunitas diharapkan menjadi lebih mandiri dan memiliki kualitas kehidupan dan kesejahteraan yang lebih baik. Pemberdayaan terhadap komunitas akan lebih mudah dilaksanakan apabila disesuaikan dengan potensi yang dimiliki serta melibatkan peran aktif masyarakat sejak proses perencanaan, implementasi serta evaluasi kegiatan. Hal tersebut sejalan dengan rumusan PBB (1955) yang mendefinisikan comdev sebagai “suatu proses yang dirancang untuk menciptakan kemajuan kondisi ekonomi dan sosial bagi warga komunitas dengan partisipasi aktif dan sejauh mungkin menumbuhkan prakarsa komunitas itu sendiri”.

Elkington (1998) memaparkan bahwa tanggung jawab perusahaan harus memperhatikan dimensi lingkungan, sosial serta ekonomi sehingga tercipta pembangunan yang berkelanjutan. Dengan demikian, sebagai salah satu bentuk dari tanggung jawab sosial perusahaan, comdev juga harus memperhatikan aspekeconomic growth, environmental protection dan social equity yang merupakan prinsip dasar comdev. Ife (2002) mengelompokkan prinsip pemberdayaan masyarakat kedalam lima kelompok, yaitu:

1. prinsip ekologis, yang terdiri dari lima unsur basis comdev (holisme, keberlanjutan,

diversitasatau keragaman, pembangunan bersifat organik dan pembangunan yang seimbang);

2. prinsip keadilan sosial, terdiri dari memusatkan perhatian pada keadaan struktur yang merugikan (addressing structural disadvantage), memusatkan perhatian pada wacana yang merugikan (addressing discourses of disadvantage), pemberdayaan (empowerment), mendefinisikan kebutuhan (need definition), dan hak asasi manusia (human rights);

3. prinsip menghargai lokal (valuing the local), yang meliputi menghargai pengetahuan lokal (valuing local knowledge), menghargai kebudayaan lokal (valuing local culture), menghargai sumber daya lokal (valuing local resources), menghargai keahlian lokal (valuing local skills), menghargai proses lokal (valuing local processes);

4. prinsip proses, yang terdiri dari proses, hasil, dan visi (process, outcome and vision), keterpaduan proses (the integrity of process), meningkatkan kesadaran (consciousness raising), partisipasi (participation), kerjasama dan konsensus (cooperation and consensus), gerak pembangunan (the pace of development), damai dan tanpa kekerasan (peace and non-violence), inklusif (inclusiveness), membangun masyarakat (community building);

(25)

adanya keadilan sosial. Supaya kondisi tersebut, dalam pengembangan masyarakat hendaknya memperhatikan potensi lokal yang dimiliki, sehingga kegiatan tersebut dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat setempat. Oleh karenanya dalam pengembangan masyarakat, selain hasil, proses juga memegang peranan yang penting.

Community Developmentdalam Pertambangan

Sektor energi dan sumber daya mineral di Indonesia sampai saat ini masih memberikan kontribusi yang tinggi terhadap proses pembangunan nasional. Kontribusi yang diberikan oleh sektor ini tidak hanya dalam bentuk sumbangan devisa terhadap negara, tetapi juga dapat dilihat dari multiplier effectyang telah diciptakan oleh industri-industri migas maupun pertambangan di daerah-daerah. Salah satu

multiplier effectyang disumbangkan oleh industri yang bergerak di sektor energi dan sumber daya mineral adalah melalui program-program comdev. Melalui Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara pemerintah telah mewajibkan kegiatan CSR dan comdev kepada semua perusahaan (PT). Berhasil atau gagalnya program ini dapat turut menentukan “keabsahan sosial” perusahaan. Dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 23 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, pemerintah juga mengatur bahwa program comdev harus dikoordinasikan dengan pemerintah dan masyarakat setempat, bahkan masyarakat pun bisa mengajukan usulan kegiatan melalui pemerintah daerah. Program-program comdev yang dilaksanakan oleh perusahaan tersebut selain merupakan bagian dari tanggung jawab perusahaan, juga dalam kerangka mempersiapkan kemandirian masyarakat pasca kegiatan pertambangan (life after mining/operation). Adapun sasaran pokok program comdev yang dilakukan oleh perusahaan batubara adalah:

1. sektor ekonomi, prioritas sektor ekonomi ditujukan untuk peningkatan ekonomi mikro melalui usaha mandiri (home industry) dan peningkatan belanja lokal yang menjadi dasar untuk mencapai tujuan bersama dalam kerangka pembangunan berkelanjutan;

2. sektor pendidikan, prioritas yang diberikan di sektor pendidikan ialah peningkatan kualitas sumber daya manusia, melalui bantuan-bantuan sarana pendidikan dan pemberian beasiswa bagi masyarakat yang kurang mampu;

3. sektor infrastruktur, sektor ini menjadi sasaran pokok program karena salah satu kesuksesan peningkatan ekonomi adalah ketersediaan infrastruktur, hal konkrit yang dilakukan adalah pembangunan fasilitas umum/sosial yang bisa dirasakan langsung oleh masyarakat;

4. sektor kesehatan, program yang diberikan antara lain pemeriksaan dan pengobatan gratis bagi warga yang tidak mampu serta perbaikan sarana kesehatan.

Perekonomian Wilayah

(26)

Pendekatan produksi, yaitu perhitungan PDRB melalui jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya dalam satu tahun). Unit-unit tersebut dikelompokkan dalam sembilan lapangan usaha (sektor), yaitu pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; listrik, gas dan air bersih; konstruksi; perdagangan, hotel dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; keuangan, real estate dan jasa perusahaan; serta jasa-jasa (termasuk pemerintahan). Pendekatan pengeluaran merupakan perhitungan dimana PDRB diartikan sebagai semua komponen akhir yang terdiri dari pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba; konsumsi pemerintah; pembentukan modal tetap domestik bruto; perubahan inventori; serta ekspor neto. Sedangkan pada pendekatan pendapatan, PDRB diartikan sebagai jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini, PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak tak langsung dikurangi subsidi).

Pertumbuhan Perekonomian Wilayah

Pembangunan merupakan suatu kegiatan dimana negara atau wilayah berusaha untuk mengembangkan kualitas hidup masyarakatnya (Rustiadi et al. 2009). Pembangunan dapat mencakup skala nasional, regional maupun lokal. Oleh karenanya, pembangunan tidak boleh mengabaikan potensi lokal yang dimiliki. Todaro (2000) dalam Rustiadi et al. (2009) menyebutkan bahwa pembangunan memiliki tiga komponen dasar, yaitu kecukupan (sustainance) memenuhi kebutuhan pokok, meningkatkan rasa harga diri atau jatidiri (self-esteem), serta kebebasan (freedom) untuk memilih. Tujuan pembangunan adalah terciptanya pemerataan (equity), pertumbuhan (growth), serta keberlanjutan (sustainability) yang berimbang dalam pembangunan ekonomi sehingga pada akhirnya akan mendorong terciptanya kesejahteraan masyarakat (Rustiadiet al. 2009).

(27)

perekonomian wilayah berdasarkan pada kemandirian komunitas. Pertumbuhan ekonomi wilayah salah satunya tergambar dari pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut (Priyarsono dan Sahara 2007). Dalam konteks tersebut, peningkatan pendapatan masyarakat dilakukan melalui optimalisasi pemanfaatan sumberdaya yang ada sesuai dengan potensi masyarakat. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi tidak dapat dipisahkan dari peningkatan

human development yaitu kreativitas dan produktivitas dari masyarakat (Raniset al.

2000).

Pembangunan Berkelanjutan

Pertambangan merupakan salah satu usaha yang memiliki dampak besar terhadap lingkungan, oleh karena itu sudah selayaknya jika perusahaan pertambangan juga memiliki tanggung jawab sosial yang lebih besar jika dibandingkan dengan perusahaan lainnya. Akan tetapi lambat laun, tanggung jawab sosial tersebut bukan lagi menjadi beban sosial namun merupakan bagian dari modal sosial. Modal sosial merupakan salah satu syarat untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan, hal inilah yang menyebabkan comdev tidak bisa terlepas dari konsep pembangunan berkelanjutan, dimana pembangunan yang terjadi untuk memenuhi kebutuhan saat ini tidak akan mengorbankan kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan mereka (Rustiadi et al.2009). Pembangunan berkelanjutan dibangun atas tiga pilar yang saling berhubungan dan saling mendukung antara satu dengan lainnya, ketiga pilar tersebut adalah sosial, ekonomi, dan lingkungan (Serageldi 1996; Rustiadi

et al. 2009). Ketiga pilar tersebut juga menjadi dasar dalam pelaksanaan comdev, dimana pelaku usaha tidak hanya memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi, tetapi pada saat yang sama juga melakukan investasi yang mendukung pemecahan suatu masalah sosial untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas dan melindungi lingkungan.

Penelitian Terdahulu

Comdev merupakan program yang merupakan salah satu bentuk dari tanggung jawab perusahaan. Comdev wajib dilakukan oleh setiap perusahaan yang dalam pengelolaannya menimbulkan eksternalitas bagi masyarakat setempat, yang berarti comdev tidak hanya dilakukan oleh perusahaan pertambangan saja. Hal ini menjadi salah satu alasan comdev menjadi isu yang menarik untuk diteliti. Penelitian mengenai comdev sudah banyak dilakukan seperti yang tersaji pada Tabel 1. Penelitian tersebut pada umumnya bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan program comdev ataupun melihat comdev dari sudut pandang sosial.

Tabel 1 Penelitian terdahulu

No Peneliti Tujuan Hasil

(28)

No Peneliti Tujuan Hasil

Program CSR/CD yang dilakukan berada dalam kategori baik (bagus) dalam variabel kesesuaian dan kebermanfaatan, namun untuk keberlajutan dan dampak untuk masyarakat sekitar masih dalam kondisi cukup. Penilaian program untuk variabel partisipasi dan pemberdayaan masyarakat strategi CSR PKT dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat

Program yang telah dilaksanakan cukup efektif dan berkelanjutan

4 Alfitri (2010) Peranan program

community development

perusahaan migas dalam penguatan modal sosial

Program comdev yang ada masih bersifat konvensional yang lebih mengutamakan pada kegiatan yang bersifat ekonomi dalam peningkatan pendapatan penduduk di sekitar daerah operasi migas yang berdampak pada ketergantungan penduduk kepada perusahaan. Selain itu, program yang ada belum melibatkan masyarakat secara penuh dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program karena belum adanya peran yang jelas masing masing pemangku kepentingan

5 Sumardiyono (2007)

Mengetahui pelaksanaan program comdev di Kota Botang dalam kaitannya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

(29)

No Peneliti Tujuan Hasil

semua program yang diberikan bertujuan untuk mengembangkan ekonomi kerakyatan yang berkelanjutan walaupun masih belum mampu menciptakan kemandirian masyarakat. Dalam pelaksanaanya, comdev yang dilakukan oleh PT Pupuk Kaltim masih belum melibatkan seluruh

stakeholderyang ada.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah selain mengevaluasi pelaksanaan program comdev, peneliti mencoba untuk menganalisis keterkaitan comdev dengan pembangunan wilayah yang digambarkan dari sudut pandang perekonomian wilayah dan peningkatan kualitas sumber daya manusianya. Sehingga rekomendasi kebijakan yang dihasilkan tidak hanya berdasarkan pada dimensi sosial namun juga dari ekonomi.

Kerangka Pemikiran

Pertambangan batubara merupakan suatu kegiatan yang memilik dampak yang cukup kompleks, baik dari sisi ekonomi, sosial, maupun lingkungan. Dampak dari kegiatan tersebut dapat berupa dampak positif maupun negatif. Dampak positif dari adanya kegiatan pertambangan diantaranya adalah peningkatan kondisi perekonomian wilayah serta mempercepat pertumbuhan di wilayah tersebut. Meskipun demikian, dampak negatif yang muncul dari kegiatan pertambangan juga tidak sedikit. Dampak negatif tersebut yaitu: dibidang ekonomi berkurangnya/hilangnya pendapatan karena konversi lahan, terjadinya kesenjangan ekonomi; dibidang sosial yaitu munculnya konflik (antar pemerintah daerah, perusahaan dengan masyarakat, maupun antar masyarakat), serta terjadinya pergeseran sosial dan budaya; dibidang lingkungan antara lain terjadinya pencemaran serta berkurangnya luasan hutan. Dampak negatif dari kegiatan pertambangan tersebut dapat mengancam keberlangsungan kegiatan pertambangan, oleh karenanya perusahaan pertambangan perlu melakukan kegiatan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat (comdev) sebagai salah satu perwujudan dari tanggung jawab sosial perusahaan.

(30)
(31)

Kegiatan comdev diberikan dalam beberapa sektor, yaitu ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur. Suatu program dikatakan berhasil jika penerimanya dapat merasakan manfaat dari program yang diberikan sehingga dapat dikatakan bahwa program tersebut efektif. Dalam penelitian ini, manfaat comdev akan dikaji dari sudut pandang masyarakat serta manfaatnya bagi lingkungan. Sedangkan untuk melihat efektivitas program akan digunakan variabel manfaat, partisipasi, keberlanjutan, dampak, serta kesesuaian.

Comdev disalurkan melalui sektor-sektor yang memegang peranan penting dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat. Dengan adanya comdev, kesejahteraan masyarakat diharapkan akan meningkat yang kemudian akan berimplikasi pada peningkatan perekonomian wilayah tersebut. Secara ringkas kerangka pikir penelitian tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis penelitian yang terbentuk adalah:

1. program comdev yang dilakukan oleh perusahaan batubara di Tanah Bumbu diduga memberikan manfaat yang positif bagi masyarakat dan lingkungan setempat; 2. pelaksanaan program comdev di Kabupaten Tanah Bumbu diduga sudah efektif;

serta

3. comdev yang dilakukan oleh perusahaan tambang batubara diduga memberikan kontribusi yang signifikan dalam perekonomian Kabupaten Tanah Bumbu.

METODE PENELITIAN

Lokasi Penelitian

(32)

Gambar 3 Lokasi penelitian

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi langsung di lapangan dan wawancara. Lokasi pengambilan data tersebut adalah di Kecamatan Simpang Empat, Sungai Loban, Angsana dan Satui. Dari masing-masing kecamatan tersebut kemudian akan dipilih desa yang menjadi objek penelitian. Adapun gambaran distribusi pengambilansamplepada masing-masing kecamatan dapat dilihat pada Gambar 4.

Sampledari masing-masing kecamatan dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu

sampleresponden untuk wawancara, yang merupakan masyarakat penerima comdev, serta tokoh masyarakat yang menjadikey personuntukindepth interview. Responden masyarakat dipilih dari tiga belas desa yang terdistribusi di empat kecamatan terpilih. Adapun penetapan jumlah desa yang menjadi sample kegiatan berdasarkan proporsi jumlah desa dengan melihat kesamaan karakteristik desanya. Desa yang menjadi

(33)

masyarakat yang mengetahui atau merasakan manfaat dari program comdev. Dalam proses pengambilan data, peneliti dibantu oleh enumerator yang sebelumya telah diberi pembekalan (coaching) guna menyamakan persepsi mengenai materi kuesioner. Tahapan kedua dari penelitian ini adalah pelaksanaanindepth interviewdengan

key person tokoh masyarakat. Tokoh masyarakat dipilih dari dua desa dimasing-masing kecamatan terpilih. Adapun desa terpilih tersebut merupakan perwakilan dari desa terdekat dan terjauh dari area pertambangan. Tujuan dari pelaksanaan indepth interview ini adalah untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam mengenai pelaksanaan comdev di wilayah tersebut serta untuk mengkonfirmasi informasi yang diperoleh dari wawancara terhadap responden masyarakat. Selain dengan tokoh masyarakat, indepth interview juga dilakukan terhadap perwakilan dari perusahaan pertambangan. Hal ini perlu dilakukan sehingga informasi yang diperoleh berasal dari pihak pelaksana dan penerima program.

Gambar 4 Distribusisampledi masing-masing kecamatan

(34)

Metode Analisis

Untuk menjawab masing-masing tujuan penelitian digunakan metode analisis, sumber data, serta instrumen penelitian yang berbeda-beda. Metode analisis untuk mengetahui manfaat comdev menggunakansecond order confirmatory factor analysis

(2ndCFA) untuk mengevaluasi manfaat comdev secara keseluruhan sertaCommunity Development Index(CDi) untuk menghitung analisis manfaat comdev secara spasial. Efektivitas program comdev dianalisis dengan menggunakan Structural Equation Model (SEM). Guna mempertajam hasil analisis manfaat serta efektivitas program dilakukan studi eksploratif dengan melakukan indepth interview dengan key person

tokoh masyarakat serta perusahan pemberi comdev. Analisis yang digunakan untuk mengetahui kontribusi comdev terhadap perekonomian wilayah adalah analisis regresi berganda dengan menggunakan Principal Component Analysis (PCA). Detail mengenai metode analisis serta sumber data dan instrumen penelitian yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2 Metode analisis serta sumber data yang digunakan

No Tujuan Jenis

Metode Evaluasi Manfaat KegiatanCommunity Development

Evaluasi manfaat comdev dianalisis berdasarkan sektor-sektor yang menjadi sasaran kegiatan, yaitu ekonomi, pendidikan, kesehatan, serta infrastruktur. Data yang digunakan dalam analisis ini menggunakan data primer yang diambil dengan instrumen kuesioner. Selanjutnya data yang diperoleh akan dianalisis denganSecond Order Confirmatory Factor Analysis(2ndCFA). CFA merupakan metode analisis yang digunakan untuk mengevaluasi kebaikan indikator-indikator pengamatan terhadap suatu konstruk (Weston dan Gore 2006). Uji ini juga berfungsi untuk mengukur validitas dan realibilitas dari indikator-indikator pembentuk konstruk laten. PadaFirst Order CFA, peubah laten diukur berdasarkan beberapa indikator yang dapat diukur secara langsung yang disebut dengan variabel manifes, sedangkan pada 2nd CFA

peubah laten tidak diukur melalui indikator penilaian, melainkan melalui peubah laten yang lain. Model umum CFA (Bollen 1989) adalah sebagai berikut:

ݔ= Λߦ+ ߜ

(35)

x merupakan vektor bagi peubah-peubah manifes yang berukuran q x 1;

Λx merupakan matriks bagiloading factor(λ);

ξ merupakan vektor bagi peubah-peubah laten yang berukuran n x 1; δ merupakan vektor bagi galat pengukuran yang berukuran q x 1.

Pada umumnya variabel manifes yang digunakan dalam CFA berupa data ordinal. Dalam penelitian ini, variabel manifes yang digunakan bersumber dari persepsi masyarakat yang diukur dengan skala ordinal 1 sampai 5 dimana 1 berarti sangat buruk, 2 buruk, 3 cukup, 4 baik, dan 5 sangat baik. Substitusi nilai dalam skala nominal seperti ini, dari angka menjadi kategori kualitatif atau sebaliknya, dapat digunakan untuk menjelaskan “keadaan” dari objek yang dinilai sejalan dengan stock of knowledgeyang dimiliki pemanfaat sebagai responden survei.

Pendugaan paramater pada CFA dapat diperoleh dengan mengepas matriks kovarian untuk x(∑(ߠ෠)) dimana:

Σ൫ߠ෠൯= ΛΦΛᇱ+ Θ

dengan

Λx merupakan matriks bagiloading factor(λ); Φ merupakan matriks kovarian dari variabel laten; Θδ merupakan kovarian dari galat pengukuranδ.

Gambar 5 ModelSecond OrderCFA untuk analisis manfaat comdev

Model2ndCFAyang dibangun dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar

(36)

merupaka nilai loading factor serta δ dan ξ merupakan error variance. Adapun variabel manifes yang digunakan adalah:

Tabel 3 Variabel manifes analisis manfaat

No Dimensi Kode Variabel Manifes

1 Ekonomi X1 Peningkatan pendapatan

2 Ekonomi X2 Peluang bekerja

3 Ekonomi X3 Kesempatan berusaha

4 Pendidikan X4 Peningkatan pelayanan pendidikan 5 Pendidikan X5 Bantuan biaya pendidikan

6 Pendidikan X6 Peningkatan keterampilan 7 Pendidikan X7 Peningkatan pengetahuan

8 Kesehatan X8 Peningkatan pelayanan kesehatan 9 Kesehatan X9 Kemudahan akses berobat

10 Infrastruktur X10 Peningkatan sarana dan prasarana umum 11 Infrastruktur X11 Manfaat infrastruktur terhadap

perekonomian

12 Infrastruktur X12 Manfaat infrastruktur terhadap pembangunan

13 Infrastruktur X13 Pengelolaan lingkungan hidup (bina lingkungan)

Untuk dapat menjelaskan apakah model CFA yang dibangun dapat mengukur variabel yang ingin diamati, diperlukan adanya uji validasi model. Dalam CFA kevalidan indikator dalam mengukur peubah laten dinilai dengan cara menguji apakah semua loading faktornya nyata dengan menggunakan uji-t untuk taraf nyata tertentu (dalam penelitian ini digunakan taraf nyata 5 %). Selain melakukan uji validitas, model yang dibangun juga harus diuji kelayakannya melaluiGoodness of Fit Statistic(GOF). GOF yang sering digunakan dalam CFA antara lain dengan menggunakan uji χ2,

Goodness of Fit Index(GFI),Adjusted Goodness of Fit Index(AGFI), sertaRoot Mean Square of Error Aproximation(RSMEA) (Bollen 1989).

Program comdev yang diberikan oleh perusahaan berbeda-beda antar wilayah, sehingga manfaat yang dirasakan oleh masyarakat juga berbeda-beda. Untuk melihat manfaat comdev di masing-masing wilayah digunakancommunity development index

(CDi). CDi merupakan suatu metode yang memanfaatkan persepsi responden mengenai comdev yang telah dilaksanakan. Cara menilai ini diaplikasikan pada variabel sektor penyaluran dana comdev yaitu sektor ekonomi, pendidikan, kesehatan serta infrastruktur. Dengan demikian, akan diperoleh angka CDi berdasarkan gabungan penilaian 4 variabel. Nilai tertinggi Cdi adalah 20, dan nilai terendah adalah 4. Jumlah rentang ada 5, sehingga interval tiap kriteria adalah (20-4)/5 = 3.19. Berdasarkan formulasi tersebut, kriteria penilaian manfaat comdev adalah sebagai berikut:

(37)

Metode Analisis Efektivitas PelaksanaanCommunity Development

Program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat (comdev) merupakan salah satu bentuk kepedulian perusahaan yang bertujuan untuk meningkatkan harkat hidup masyarakat di sekitar tambang melalui program CSR. Comdev dikatakan berhasil jika kegiatan tersebut efektif. Efektivitas program dapat dilihat dari peningkatan kesejahteraan masyarakat setelah adanya program comdev. Dalam penelitian ini, efektivitas program comdev dihitung dengan alat analisis SEM (Structural Equation Model).

Gambar 7 Model SEM untuk analisis efektivitas comdev

SEM merupakan suatu alat analisis yang menggabungkan antara analisis faktor dan analisis jalur yang memungkinkan peneliti untuk membangun, menguji dan mengkonfirmasi hubungan yang kompleks dalam suatu model (Weston dan Gore 2006). Sama halnya dengan CFA, analisis SEM juga memanfaatkan peubah laten yang disusun berdasarkan beberapa variabel terukur. Secara umum, model SEM dapat dinyatakan dengan persamaan:

model struktural ߟ =ߚߟ+ Γߦ+ ߞ

measrurement model ݕ= Λߟ+ ߝdanݔ= Λߦ+ ߜ

dimana

η merupakan matriks variabel manifes endogen

ξ merupakan matriks variabel manifes eksogen

β merupakan besarnya pengaruh variabel endogen ke variabel endogen lainnya

Г merupakan besarnya pengaruh variabel eksogen ke variabel endogen

ζ merupakan galat struktural (structural error) y merupakan matriks variabel laten endogen x merupakan matrisk variabel laten eksogen

Λ merupakan matriks loading faktor

(38)

Pendugaan parameter di dalam analisis SEM didasarkan pada matriks koragam data peubah-peubah manifes, bukan data asal. Hal ini dikarenakan fokus analisis SEM bukan pada masing-masing pengamatan, namun lebih pada pola hubungan antar pengamatan. Asumsi yang mendasari analisis SEM antara lain antar pengamatan saling bebas dan merupakan contoh acak serta hubungan antar peubah bersifat linier. Selain itu, analisis ini juga sensitif terhadap ketidaknormalan data (dalam hal ini normal ganda). Karena sebagai input bagi analisis ini adalah matriks koragam data, maka semua pengecekan termasuk terhadap adanya pencilan dilakukan pada data asal.

Layaknya model statistik lainnya, sebelum melakukan evaluasi terhadap model SEM terlebih dahulu perlu diperiksa kelayakan model yang dibangun. Pada SEM, kelayakan model yang dimaksud meliputi kelayakan terhadap keseluruhan model, model pengukuran, dan model strukturalnya. Terdapat tiga macam ukuran kelayakan untuk keseluruhan model, yaitu:

1. ukuran kebaikan mutlak (absolute fit measures) yaitu ukuran kebaikan model secara keseluruhan tanpa mempertimbangkan banyaknya koefisien yang ada di

dalam model, yang meliputi uji kebaikan suai χ2,non centrality danscaled non

centrality parameter,Goodness of Fit Index(GFI),Root Mean Square Residual

(RMSR), Root Mean Sqaure Error of Approximat ion (RSMEA), Expected Cross-Validation Index (ECVI), danCross-Validation Index(CVI);

2. incremental/relative fit measures yaitu ukuran kebaikan yang bersifat relatif sehingga digunakan untuk pembandingan model dengan model lain yang digunakan oleh peneliti, yang meliputiAdjusted Goodness-of-Fit Index(AGFI),

Tucker-Lewis Index (TLI), danNormed Fit Index(NFI); serta

3. parsimonious/adjusted fit measures, yaitu ukuran kebaikan yang mempertimbangkan banyaknya koefisien yang ada di dalam model, yang meliputiParsimonious Normed Fit Index(PNFI),Parsimonious Goodness of Fit Index(PGFI), normedχ2, danAkaike Information Criterion (AIC).

Pada penelitian ini variabel laten yang digunakan adalah variabel manfaat, kesesuaian, keberlanjutan, dampak, serta partisipasi masyarakat. Variabel tersebut merupakan aspek-aspek yang digunakan dalam penilaian comdev (Prayogo 2011). Definisi dari masing-masing variabel laten yang digunakan tersebut adalah sebagai berikut:

1. variabel manfaat menjelaskan seberapa jauh masyarakat merasakan manfaat dari comdev yang diberikan;

2. variabel kesesuaian menjelaskan kesesuaian realisasi program dengan perencanaanya serta kesesuaiannya dengan kebutuhan dan potensi lokal yang dimiliki;

3. variabel keberlanjutan menjelaskan persepsi masyarakat mengenai potensi keberlanjutan program pasca pelaksanaan program serta seberapa jauh program tersebut mampu menciptakan kemandirian masyarakat;

4. variabel dampak menjelaskan seberapa jauh dampak yang diciptakan comdev terhadap keseharian masyarakat;

5. variabel partisipasi menjelaskan seberapa jauh peran serta masyarakat dalam setiap tahapan comdev;

(39)

koefisien model yang menggambarkan pengaruh langsung suatu variabel serta δ dan ξ

merupakanerror variance. Adapun variabel manifes yang digunakan adalah: Tabel 4 Variabel manifes analisis efektivitas program

No Dimensi Kode Variabel Manifes

1 Manfaat X1 Peningkatan pendapatan

2 Manfaat X2 Peluang bekerja

3 Manfaat X3 Kesempatan berusaha

4 Manfaat X4 Peningkatan pelayanan pendidikan 5 Manfaat X5 Bantuan biaya pendidikan

6 Manfaat X6 Peningkatan keterampilan 7 Manfaat X7 Peningkatan pengetahuan

8 Manfaat X8 Peningkatan pelayanan kesehatan 9 Manfaat X9 Kemudahan akses berobat

10 Manfaat X10 Peningkatan sarana dan prasarana umum

11 Manfaat X11 Manfaat infrastruktur terhadap perekonomian

12 Manfaat X12 Manfaat infrastruktur terhadap pembangunan

13 Manfaat X13 Pengelolaan lingkungan hidup (bina lingkungan)

14 Kesesuaian X14 Sosialisasi rencana program

15 Kesesuaian X15 Kesesuaian program dengan potensi lokal

16 Kesesuaian X16 Kesesuaian program dengan kemampuan masyarakat

17 Kesesuaian X17 Kesesuaian program dengan kebutuhan masyarakat

18 Kesesuaian X18 Kesesuaian program dengan harapan masyarakat

19 Kesesuaian X19 Kesesuaian program dengan rencana 20 Kesesuaian X20 Kesesuaian jangka waktu pelaksanaan 21 Keberlanjutan X21 Programcharity

22 Keberlanjutan X22 Program kemitraan

23 Keberlanjutan X23 Program pelatihan dan pengembangan masyarakat

24 Keberlanjutan X24 Program pendampingan 25 Keberlanjutan X25 Penguatan modal social

26 Keberlanjutan X26 Sifat kumulatif dampak (kemandirian) 27 Keberlanjutan X27 Sifat kumulatif dampak (ketergantungan) 28 Keberlanjutan X28 Tingkat keberlanjutan program

29 Dampak X29 Konflik antar masyarakat

30 Dampak X30 Konflik masyarakat dengan perusahaan

31 Dampak X31 Dampak bagi masyarakat setempat (cakupan comdev)

32 Dampak X32 Dampak bagi masyarakat di luar wilayah penerima comdev (cakupan comdev) 33 Dampak X33 Dampak bagi masyarakat (jangka panjang) 34 Dampak X34 Dampak bagi masyarakat (jangka pendek)

35 Dampak X35 Strategi temporer perusahaan dalam menyelesaikan masalah

(40)

No Dimensi Kode Variabel Manifes

38 Partisipasi X38 Perencanaan berdasarkan permasalahan yang timbul

39 Partisipasi X39 Partisipasi dalam pelaksanaan 40 Partisipasi X40 Partisipasi dalam monitoring 41 Partisipasi X41 Partisipasi dalam evaluasi

42 Partisipasi X42 Kesetaraan kedudukan antara masyarakat dengan perusahaan

43 Partisipasi X43 Kemudahan menyampaikan aspirasi

44 Efektivitas Y1 Peningkatan kesejahteraan dan pelayanan dasar

45 Efektivitas Y2 Peningkatan kondisi ekonomi 46 Efektivitas Y3 Pelestarian lingkungan

47 Efektivitas Y4 Manfaat

48 Efektivitas Y5 Persepsi umum masyarakat 49 Efektivitas Y6 Efektivitas dan efisensi 50 Efektivitas Y7 Tingkat kepuasan masyarakat

Metode Analisis Kontribusi Community Development Terhadap Perekonomian Wilayah

Tujuan utama comdev adalah untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat disekitar lingkungan tambang. Salah satu ukuran dari peningkatan kesejahteraan masyarakat adalah peningkatan kondisi perekonomian wilayah, yang dalam penelitian ini didekati dengan PDRB baik PDRB sektor pertambangan, PDRB tanpa sektor pertambangan maupun PDRB total. Selain mengkaji peranan comdev dalam perekonomian wilayah, pada penelitian ini akan diukur pula peranan comdev terhadap kondisi perekonomian masyarakat di Tanah Bumbu yang di dekati dengan nilai PDRB per kapita serta kontribusi comdev terhadap kualitas sumber daya manusianya melalui parameter Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

PDRB merupakan suatu ukuran produktivitas yang paling umum dan paling diterima secara luas sebagai standar ukuran pembangunan dalam suatu wilayah (Rustiadiet al.2009). Sedangkan PDRB per kapita merupakan indikator ekonomi yang mencerminkan pendapatan per kapita masyarakat dalam suatu wilayah, yang mana merupakan rasio antara PDRB dengan jumlah penduduk di wilayah tersebut. IPM merupakan parameter yang paling umum digunakan untuk menggambarkan kualitas sumber daya manusia. UNDP dalam Rustiadiet al.2009, mendefinisikan IPM sebagai indikator komposit tunggal yang walaupun tidak dapat mengukur semua dimensi dari pembangunan manusia, tetapi mengukur tiga dimensi pokok pembangunan manusia yang dinilai mencerminkan status kemampuan dasar penduduk. Lebih lanjut UNDP menjelaskan ketiga kemampuan dasar itu adalah tingkat kesehatan yang tercermin dengan umur panjang dan sehat yang mengukur peluang hidup, berpengetahuan dan berpendidikan, serta akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai standar hidup yang layak. Dalam penelitian ini, kontribusi comdev terhadap perekonomian wilayah dianalisis menggunakan analisis regresi.

Model regresi liner merupakan persamaan regresi yang menggambarkan hubungan antara peubah bebas (satu atau lebih) dengan peubah tak bebas, dimana dugaan hubungan keduanya dapat digambarkan sebagai garis lurus (Juanda 2009). Dalam analisis regresi berganda ada asumsi yang harus dipenuhi, yaitu:

(41)

2. peubah bebas merupakan peubah non stokastik (fixed) yang artinya peubah tersebut sudah ditentukan. Selain itu, tidak ada hubungan linier sempurna antar peubah bebas

3. asumsi terhadap komponen sisaan (error), yang terdiri dari:

- komponen sisaan εi mempunyai nilai harapan yang sama dengan nol dan ragam kontan untuk semua pengamatan i

- tidak ada hubungan atau tidak ada korelasi antar sisaan (otokorelasi) - komponen sisaan menyebar normal

Spesifikasi model yang digunakan dalam penelitian ini mengacu kepada beberapa teori, yaitu:

1. hasil penelitian Donald et al. (1993) yang menyatakan bahwa pertumbuhan pengeluaran pemerintah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Sodik (2007) yang menyimpulkan bahwa pengeluaran pemerintah (baik pengeluaran untuk pembangunan maupun belanja rutin) berpengaruh terhadap pertumbuhan perekonomian regional. Pada penelitian ini, pengeluaran pemerintah difokuskan pada belanja pemerintah dibidang pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur, sesuai dengan sektor-sektor dimana dana comdev diberikan

2. pengembangan SDM dapat dilakukan dengan perbaikan kualitas modal manusia, yang dapat dilakukan dengan melakukan investasi dibidang pendidikan dan kesehatan. Selain itu, investasi di bidang infrastruktur juga perlu dilakukan karena infrastruktur merupakan sarana penunjang dalam melakukan investasi dibidang pendidikan dan kesehatan (Mankiw 2006)

3. Infrastruktur menjadi faktor yang memegang peranan penting dalam integrasi perekonomian, karena:

- Ketersediaan infrastruktur yang baru merupakan mesin utama pembangunan ekonomi

- Ketersediaan infrastruktur sangat penting dalam memperlancar aktivitas perdagangan dan ekonomi

- Infrastruktur dapat digunakan untuk mengatasi kesenjangan pembangunan ekonomi antar daerah (Friawan 2008)

Berdasarkan teori tersebut, maka model yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. model regresi pengaruh comdev terhadap perekonomian wilayah

Yt=β0+β1X1t+β2X2t+β3X3t+β4X4t+β5X5t+ɛt

dimana Yt: perekonomian wilayah yang didekati dengan nilai PDRB total (milyar rupiah), PDRB pertambangan (milyar rupiah), PDRB tanpa sektor pertambangan (milyar rupiah), serta PDRB per kapita (juta rupiah) pada tahun ke-t

X1t: dana comdev pada tahun ke-t (milyar rupiah) X2t: IPM pada tahun ke-t (persen)

X3t : realisasi belanja daerah dibidang pendidikan pada tahun ke-t (milyar rupiah)

X4t : realisasi belanja daerah dibidang kesehatan pada tahun ke-t (milyar rupiah)

X5t : realisasi belanja daerah dibidang infrastruktur pada tahun ke-t (milyar rupiah)

(42)

2. model regresi pengaruh comdev terhadap IPM Yt=β0+β1X1t+β2X2t+β3X3t+β4X4t+β5X5t+ɛt dimana Yt: nilai IPM pada tahun ke-t (persen)

X1t: dana comdev pada tahun ke-t (trilyun rupiah)

X3t : realisasi belanja daerah dibidang pendidikan pada tahun ke-t (trilyun rupiah)

X4t : realisasi belanja daerah dibidang kesehatan pada tahun ke-t (trilyun rupiah)

X5t : realisasi belanja daerah dibidang infrastruktur pada tahun ke-t (trilyun rupiah)

X6t: nilai PDRB pada tahun ke-t (trilyun rupiah) βidimana i = 0,1,3,4,5,6 : nilai koefisien regresi εt :error

Adapun data sekunder yang digunakan adalah data sejak tahun 2003 hingga tahun 2013, sedangkan untuk realisasi dana comdev digunakan data tahun 2009 (dimana payung hukum comdev ditetapkan) hingga tahun 2013.

Dalam realita, sering ditemui adanya korelasi antar peubah bebas (multikolinieritas) meskipun tidak sempurna. Adanya multikolinieritas menyebabkan dugaan yang diperoleh menjadi tidak tepat (Kutner et al. 2004). Untuk mengatasi masalah tersebut, salah satu metode yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan regresi komponen utama.

Analisis komponen utama/Principal Component Analysis (PCA) merupakan suatu metode analisis untuk mengidentifikasi komponen yang tidak berkorelasi dari variabel yang berkorelasi. Tujuan utama dari PCA adalah mentransformasi matriks yang berisi variabel-variabel yang saling berkorelasi menjadi bentuk yang lebih sederhana dan tidak berkorelasi namun dapat menggambarkan seluruh informasi dari variabel aslinya (Kimet al. 2012). Regresi komponen utama merupakan suatu model yang menggambarkan hubungan antar peubah bebas (yang merupakan nilai skor dari komponen utama variabel asli) dengan peubah tak bebas. Tahapan untuk melakukan regresi komponen utama adalah sebagai berikut:

1. Mentransformasi masing-masing variabel bebas menjadi bentuk baku, dimanaܼ=

(௫ି௫̅)

௦ೣ

2. Mencari akar ciri dan vektor ciri dari variabel yang telah dibakukan

3. Menentukan komponen utama yang akan digunakan untuk model regresi. Komponen yang digunakan adalah komponen utama yang mempunyai nilai akar ciri lebih dari 1 atau mempunyai proporsi kumulatif di atas 70 persen

4. Meregresikan variabel tak bebas dengan skor komponen utama terpilih 5. Mentransfomasikan mode regresi komponen utama ke bentuk asliya.

Pengujian variabel secara parsial untuk melihat pengaruh dari masing-masing variabel pada hasil regresi komponen utama dapat dihitung dengan menggunakan uji-t dengan hipouji-tesis:

H0:ߚመ= ߚ (variabel bebas yang diuji tidak berpengaruh terhadap variabel tak bebas) H1:ߚመ ≠ ߚ(variabel bebas yang diuji berpengaruh terhadap variabel tak bebas) Statitik uji yang digunakan adalah:

ݐ− ℎ݅ݐݑ݊݃ = ߚመ− ߚ ܵఉ෡

(43)

ܸܽݎఉప෢ = ܵ∗ଶ൬∑ ఈೕ

௘௜௚௘௡ ௩௔௨௘

௝ୀଵ ൰,sehingga ܵఉ෡ = ඥܸܽݎఉప෢ dimana ܵ∗ଶ = ܯܵܧ

ܵܵ ܶ݋ݐ݈ܽ

α2j = nilai skor dari komponen utama ke j

Suatu variabel bebas dikatakan berpengaruh secara signifikan jika mempunyaip-value

kurang dari taraf nyata yang digunakan (α=0.05) atau |t-hitung| > t-tabel.

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Gambaran Umum

Kabupaten Tanah Bumbu adalah salah satu daerah pemekaran yang dulu merupakan bagian dari Kabupaten Kotabaru yang terbentuk melalui Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002. Secara geografis Kabupaten Tanah Bumbu terletak di antara 2052’ – 3047’ Lintang Selatan dan 115015’ – 116004’ Bujur Timur. Kabupaten Tanah Bumbu adalah salah satu kabupaten dari tiga belas kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Selatan yang terletak persis di ujung tenggara Pulau Kalimantan. Wilayahnya berbatasan dengan Kabupaten Kotabaru di sebelah utara dan timur, Laut Jawa di sebelah selatan, Kabupaten Banjar dan Kabupaten Tanah Laut di sebelah barat. Kabupaten yang beribukota di Batulicin ini terdiri dari sepuluh kecamatan yaitu Kecamatan Kusan Hilir, Sungai Loban, Satui, Kusan Hulu, Batulicin, Karang Bintang, Simpang Empat, Mantewe, Kuranji, dan Angsana.

(44)

Kabupaten Tanah Bumbu memiliki luas wilayah sebesar 5,066.96 km2 (506,696 Ha) atau 13.50 persen dari total luas Provinsi Kalimantan Selatan. Kecamatan Kusan Hulu merupakan kecamatan terluas yang mencakup 31.76 persen dari luas keseluruhan Kabupaten Tanah Bumbu,sedangkan Kecamatan Kuranji memiliki luas wilayah terkecil sebesar 110.42 Km2 atau hanya 2.18 persen dari wilayah Kabupaten Tanah Bumbu.

Morfologi wilayah Kabupaten Tanah Bumbu sebagian besar berupa PMKL dan PMK. Selain itu sebagian besar wilayah Kabupaten Tanah Bumbu berada di kelas ketinggian 25 – 100 meter dan dikemiringan 2 – 15 persen. Geologi wilayah Kabupaten Tanah Bumbu yang mempunyai ketinggian di atas 100 meter sebesar 31.01 persen dari wilayah Kabupaten Tanah Bumbu, sehingga terdapat beberapa daerah yang merupakan dataran tinggi. Daerah dataran tinggi tersebut sebagian besar termasuk dalam jalur barisan pegunungan Meratus. Sebagian besar wilayah Kabupaten Tanah Bumbu masih merupakan hutan yaitu seluas 319,470 Ha atau 63.05 persen dari keseluruhan wilayah Kabupaten Tanah Bumbu. Hanya 19.56 persen atau 99,111 Ha saja yang sudah dimanfaatkan untuk pertanian sawah, ladang dan perkebunan. Penduduk Kabupaten Tanah Bumbu menempati 7,831 Ha yang digunakan sebagai pemukiman, selebihnya digunakan untuk pertambangan, perairan darat, padang rumput dan tanah terbuka.

Profil Perekonomian Kabupaten Tanah Bumbu

Hasil dari pembangunan suatu wilayah dapat dilihat dari kondisi perekonomian suatu wilayah. Salah satu indikator untuk melihat perekonomian suatu wilayah adalah melalui Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Van den Bergh 2008 menyebutkan bahwa pada dasarnya PDRB mengukur nilai total dari produk akhir barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu wilayah selama satu tahun. PDRB di Indonesia di hitung berdasarkan sembilan sektor perekonomian (lapangan usaha), yaitu pertanian; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; listrik, gas dan air bersih; konstruksi; perdagangan, hotel dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; keuangan,real estatedan jasa perusahaan; serta jasa-jasa.

Tabel 5 Komponen penyusun PDRB Tanah Bumbu, tahun 2011-2013 (dalam persen)

No Lapangan Usaha 2011 2012 2013

1 Pertanian 14.05 13.57 13.54

2 Pertambangan dan penggalian 44.90 45.09 43.87

3 Industri Pengolahan 6.75 6.70 6.54

4 Listrik, gas dan air bersih 0.23 0.24 0.25

5 Kontruksi 5.47 5.33 5.23

6 Perdagangan, hotel dan restoran 9.36 9.83 10.56 7 Pengangkutan dan komunikasi 13.21 13.08 13.34 8 Keuangan, real estate dan jasa perusahaan 1.72 1.72 1.83

9 Jasa-jasa 4.32 4.44 4.83

Sumber: BPS Kalimantan Selatan, 2014

Gambar

Gambar 2 Kerangka pemikiran
Gambar 3 Lokasi penelitian
Gambar 4 Distribusi sample di masing-masing kecamatan
Tabel 2 Metode analisis serta sumber data yang digunakan
+7

Referensi

Dokumen terkait