• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ketersediaan Lahan Pada Kawasan Perkebunan Di Kabupaten Bogor Bagian Barat (Studi Kasus Kecamatan Jasinga Dan Nanggung).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Ketersediaan Lahan Pada Kawasan Perkebunan Di Kabupaten Bogor Bagian Barat (Studi Kasus Kecamatan Jasinga Dan Nanggung)."

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

KETERSEDIAAN LAHAN PADA KAWASAN PERKEBUNAN

DI KABUPATEN BOGOR BAGIAN BARAT

(Studi Kasus Kecamatan Jasinga dan Nanggung)

FATHYA VIRGINA SOEKATNO

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Ketersediaan Lahan pada Kawasan Perkebunan di Kabupaten Bogor bagian Barat (Studi Kasus Kecamatan Jasinga dan Nanggung) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)
(5)

ABSTRAK

FATHYA VIRGINA SOEKATNO. Ketersediaan Lahan pada Kawasan Perkebunan di Kabupaten Bogor Bagian Barat (Studi Kasus Kecamatan Jasinga Dan Nanggung). Dibimbing oleh ASDAR ISWATI dan HERMANU WIDJAJA.

Pemekaran Daerah Otonom Baru Kabupaten Bogor bagian Barat mengalami dinamika. Penetapan kawasan perkebunan berbasis agribisnis telah dipersiapkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kawasan perkebunan, penggunaan lahan dan keselarasannya, status lahan, lahan tersedia untuk perkebunan dan kesesuaian lahannya untuk tanaman perkebunan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi identifikasi kawasan perkebunan, pemetaan penggunaan lahan, identifikasi lahan tersedia untuk kawasan perkebunan, dan evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman perkebunan unggulan. Kawasan perkebunan di Kecamatan Jasinga 2295.78 Ha dan di Kecamatan Nanggung 1095.82 Ha. Penggunaan lahan di kawasan perkebunan Kecamatan Jasinga adalah galian C, hutan, jalan, kebun campuran, fasilitas umum, lahan terbuka, pemukiman, perkebunan, rumput, sawah, semak belukar, tegalan, dan tubuh air. Penggunaan lahan pada kawasan perkebunan di Kecamatan Nanggung adalah galian C, hutan, jalan, kebun campuran, fasilitas umum, lahan terbuka, pemukiman, perkebunan, sawah, semak belukar, tegalan, dan tubuh air. Penggunaan lahan yang selaras di Kecamatan Jasinga 23.24% dan di Kecamatan Nanggung 65.28%. Status lahan kawasan perkebunan di Kecamatan Jasinga terdiri 0.10 % tanah negara dikuasai, 43% hak guna usaha, 8.67% hak milik, dan 47.33% hak adat. Status lahan di Kecamatan Nanggung terdiri 25.90 % tanah negara dikuasai, 74.03% hak guna usaha, 0.02% hak milik, dan 0.05% hak adat. Luas lahan yang tersedia untuk kawasan perkebunan 2194.4 Ha (95.6%) di Kecamatan Jasinga dan 1031.6 Ha (94.1%) di Kecamatan Nanggung. Kelas kesesuaian lahan tersedia di Kecamatan Jasinga untuk kelapa sawit 1404.10 Ha S2 dan 790.29 Ha S3; tanaman karet 2194.4 Ha S3. Di Kecamatan Nanggung kelas kesesuaian lahan tersedia untuk teh dan cengkeh 1024.59 Ha S3 dan 7.00 Ha N.

(6)

ABSTRACT

FATHYA VIRGINA SOEKATNO. The Land Availability in the Plantation Zone in the Western part of Bogor Regency (Subdistricts Case studies Jasinga and Nanggung). Supervised by ASDAR ISWATI and HERMANU WIDJAJA.

Development of New Autonomous Western part of Bogor Regency has continued to show dynamics in the availability of land for plantation in the agricultural zone. Plantation zone based on agribusiness have been established from providing the means of production, cultivation, postharvest, management, marketing, and supporting activities in a intergrated and sustainable. This research aims to identify the plantation zone, it’s land use and alignment, the land status, the availability of land for plantations zone, and it’s suitability for competitive plantation crop. The method used in this research is to identify of plantation zone, land use mapping, identification of available land for plantation, and evaluation of land suitability for competitive plantation crop. Plantation zone in research area was 2295.78 ha in Jasinga and 1095.82 ha in Nanggung. Land use in the plantation zone of Jasinga is mining of C category, forests, roads, mixed gardens, and public facilities, open land, settlements, plantations, grassland, rice fields, shrubs, fields, and water bodies. Land use in the plantation area in Nanggung is mining of C category, forests, roads, mixed gardens, public facilities, open land, settlements, plantations, rice fields, bushes, fields, and water bodies. Land use of plantation zone which aligned in the district Jasinga and Nanggung was respectively 23.24% and 65.28%. Land status of the plantation zone in Jasinga consist of 0.10% State-controlled land, 43% the right to cultivate, 8.67% property right, and 47.33% customary right. Land status of plantation zone in Nanggung comprised 25.90% State-controlled land, 74.03% the right to cultivate, 0.02% property right, and 0.05% customary right. Available land for plantation in Jasinga was 2194.4 ha (95.6%) and Nanggung 1031.6 ha (94.1%). Land suitability classes of available land for competitive plantation crop in Jasinga 1404.10 Ha S2 and 790.29 Ha S3 for palm oil, and 2194.4 Ha S3 for rubber. Available land in Nanggung had suitability classes for tea and clove is 1024.59 Ha S3 and 7.00 Ha N.

(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

KETERSEDIAAN LAHAN PADA KAWASAN PERKEBUNAN

DI KABUPATEN BOGOR BAGIAN BARAT

(Studi Kasus Kecamatan Jasinga dan Nanggung)

NUNUNG NURHAYATI

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah subhanahu wa ta`ala atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah dengan judul “Ketersediaan Lahan pada Kawasan Perkebunan di Kabupaten Bogor bagian Barat (Studi Kasus Kecamatan Jasinga dan Nanggung)”. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret sampai Agustus 2015.

Terima kasih penulis mengucapkan kepada Dr Ir Asdar iswati, MS dan Ir. Hermanu Widjaja MSc. selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran serta bimbingan dalam penulisan karya ilmiah ini. Ucapan terima kasih juga untuk kedua orang tua tercinta Ayahanda Sukatno dan Ibunda Sri Astuti serta kakak adik saya atas doa dan kasih sayang yang telah diberikan. Penghargaan juga diberikan kepada teman satu bimbingan, sahabat, dan semua pihak yang telah mendukung dan memberikan dorongan baik moral maupun materil sampai terselesaikannya karya ilmiah ini.

Penulis sadar dengan sepenuh hati adanya keterbatasan dan kemampuan tenaga, dan pengetahuan penulis, yang masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun demi terwujudnya penelitian yang lebih baik di kemudian hari. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

TINJAUAN PUSTAKA 2

Kawasan Perkebunan 2

Jenis Tanaman Pekebunan 3

Kesesuaian Lahan 3

Status Kepemilikan 5

METODE PENELITIAN 5

Tempat dan Waktu Penelitian 5

Bahan dan Alat 6

Pelaksanaan Penelitian 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 13

Kawasan Perkebunan 13

Penggunaan Lahan dan Keselarasannya pada Kawasan Perkebunan 15

Status Kepemilikan Lahan 18

Ketersediaan Lahan di Kawasan Perkebunan 21

Kesesuaian Lahan pada Lahan Tersedia di Kawasan Perkebunan 23

SIMPULAN DAN SARAN 26

Simpulan 26

Saran 27

DAFTAR PUSTAKA 27

(14)

DAFTAR TABEL

1 Bahan dan sumber data 6

2 Teknik analisis data dan keluaran 8

3 Kriteria lahan tersedia pada kawasan perkebunan berdasarkan atribut peta status lahan dan peta penggunaan lahan

10 4 Luas kawasan perkebunan di wilayah Kabupaten Bogor bagian Barat 13 5 Luas penggunaan lahan dan keselarasannya di kawasan perkebunan

kecamatan Jasinga dan Nanggung

15 6 Luas status kepemilikan lahan pada kawasan perkebunan di

Kecamatan Jasinga dan Nanggung

18 7 Luas ketersediaan lahan di kawasan perkebunan Kecamatan Jasinga

dan Nanggung.

21 8 Nilai LQ komoditas unggulan tanaman perkebunan di Kecamatan

Jasinga dan Nanggung

23 9 Luas kesesuaian lahan untuk komoditas unggulan pada lahan tersedia

untuk kawasan perkebunan di Kecamatan Jasinga dan Nanggung

24

DAFTAR GAMBAR

1 Lokasi penelitian 6

2 Bagan alir penelitian 7

3 Sebaran titik lokasi pengamatan lapang di Kecamatan Jasinga 11 4 Sebaran titik lokasi pengamatan lapang di Kecamatan Nanggung 12 5 Sebaran kawasan perkebunan di lokasi penelitian 14 6 Grafik luas kawasan perkebunan setiap desa di (a) Kecamatan

Jasinga dan (b) Kecamatan Nanggung

14 7 Sebaran jenis penggunaan lahan di kawasan perkebunan Kecamatan

Jasinga

17 8 Sebaran penggunaan lahan di kawasan perkebunan Kecamatan

Nanggung

17 9 Grafik hubungan antara status lahan dengan penggunaan lahan

pada kawasan perkebunan di (a) Kecamatan Jasinga dan (b) Kecamatan Nanggung

19

10 Sebaran status lahan pada kawasan perkebunan di Kecamatan Jasinga

20 11 Sebaran status lahan pada kawasan perkebunan di Kecamatan

Nanggung

20 12 Sebaran ketersediaan lahan pada kawasan perkebunan di

Kecamatan Jasinga

21 13 Sebaran ketersediaan lahan pada kawasan perkebunan di

Kecamatan Nanggung

(15)

14 Grafik hubungan antara penggunaan lahan pada lahan tersedia dengan status lahan di (a) Kecamatan Jasinga dan (b) Kecamatan Nanggung

22

15 Kesesuaian lahan komoditas unggulan tanaman perkebunan (a) kelapa sawit dan (b) karet di Kecamatan Jasinga

25 16 Kesesuaian lahan komoditas unggulan tanaman perkebunan teh dan

cengkeh di Kecamatan Nanggung

26

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data suhu rata-rata (oC) 29

2 Data curah hujan tahunan Kecamatan Jasinga 29 3 Data curah hujan tahunan Kecamatan Nanggung 29

4 Form pengumpulan data lapang 30

5 Koordinat GPS lokasi pengecekan lapang dan pengumpulan data responden di kawasan perkebunan Kecamatan Jasinga

31 6 Koordinat GPS lokasi pengecekan lapang dan pengumpulan data

responden di kawasan perkebunan Kecamatan Nanggung

32

7 Kriteria kesesuaian lahan 34

8 Luas penggunaan lahan berdasarkan status kepemilikan lahan di kawasan perkebunan Kecamatan Jasinga

36 9 Luas penggunaan lahan berdasarkan status kepemilikan lahan di

kawasan perkebunan Kecamatan Nanggung

36 10 Nilai LQ perkebunan negara Kabupaten Bogor 2013 36 11 Nilai LQ luas perkebunan swasta Kabupaten Bogor 2013 37 12 Nilai LQ produksi perkebunan swasta Kabupaten Bogor 2013 38 13 Nilai LQ luas perkebunan rakyat Kabupaten Bogor 2013 39 14 Nilai LQ produksi perkebunan rakyat Kabupaten Bogor 2013 41 15 Evaluasi tanaman unggulan perkebunan rakyat berdasarkan LQ

luas, produksi dan pengamatan lapang di Kecamatan Jasinga dan Nanggung

43

16 Sebaran satuan lahan pada lahan tersedia untuk kawasan perkebunan di Kecamatan Jasinga dan Nanggung

44 17 Karakteristik lahan setiap satuan lahan di kawasan perkebunan 45 18 Kelas kesesuaian lahan setiap satuan lahan pada lahan tersedia

untuk kelapa sawit dan karet Kecamatan Jasinga

46 19 Kelas kesesuaian lahan setiap satuan lahan pada lahan tersedia untuk

teh dan cengkeh Kecamatan Nanggung

(16)
(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pemekaran Kabupaten Bogor bagian Barat memang mengalami dinamika pasang surut. Tarik menarik kepentingan tidak dapat dipungkiri turut mewarnai rencana pemekaran Daerah Otonom Baru (DOB). Berdasarkan hasil kajian pemerintah Kabupaten Bogor pada tahun 2007, luas wilayah Kabupaten Bogor bagian Barat 112 406 Ha, terdiri 14 kecamatan, jumlah penduduk 1 227 420 jiwa. Data hasil kajian tersebut berdasarkan UU 32 tahun 2004 Kabupaten Bogor bagian Barat memenuhi syarat untuk dimekarkan.

Rencananya DOB Kabupaten Bogor bagian Barat meliputi 14 kecamatan, yakni Nanggung, Leuwiliang, Leuwisadeng, Jasinga, Sukajaya, Pamijahan, Cibungbulang, Ciampea, Tenjolaya, Tenjo, Rumpin, Parungpanjang, Cigudeg, dan Dramaga. Secara umum Kabupaten Bogor bagian Barat memiliki topografi berbukit hingga bergunung. Penggunaan lahannya dibagi dalam zonasi untuk pertanian yang meliputi kawasan hutan produksi terbatas dan tetap, kawasan perkebunan, kawasan pertanian lahan basah, kawasan pertanian lahan kering, kawasan peternakan dan kawasan perikanan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) diamanahkan tentang penyusunan Kriteria Teknis Kawasan Peruntukan Pertanian yang meliputi kawasan perkebunan. Penetapan kawasan perkebunan diperlukan untuk memudahkan pengembangan perkebunan berbasis agribisnis mulai dari penyediaan sarana produksi, budidaya, pengelolaan pasca panen dan pemasaran, serta kegiatan pendukungnya secara terpadu, terintegrasi, dan berkelanjutan.

Menurut Dinas Pertanian dan Kehutanan Bogor (2013) luas kawasan perkebunan di Kabupaten Bogor relatif terbatas yaitu sekitar 22.629,40 Ha sehingga bentuk usaha skala besar tidak dianjurkan. Oleh karena itu diarahkan ke usaha perkebunan skala kecil dan bekerjasama dengan usaha perkebunan besar yang sudah ada.

Tanaman perkebunan di Kabupaten Bogor diusahakan pada lahan dengan kendala utama kemiringan lereng, sehingga degradasi lahan melalui proses erosi dan penurunan kesuburan menjadi kendala utama (Pemerintah Kabupaten Bogor, 2013). Permasalahan yang dihadapi sekarang ialah kebutuhan lahan yang semakin meningkat, adanya persaingan penggunaan lahan antara sektor pertanian dan non pertanian dan langkanya lahan pertanian yang subur dan potensial. Maka perlu adanya identifikasi lahan tersedia pada kawasan perkebunan untuk mengembangkan komoditas perkebunan yang menjadi unggulan secara optimal.

Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah:

1.) Mengidentifikasi kawasan perkebunan di Kabupaten Bogor bagian Barat 2.) Mengidentifikasi jenis penggunaan lahan dan keselarasannya terhadap

(18)

3.) Mengidentifikasi status kepemilikan lahan kawasan perkebunan di wilayah Kecamatan Jasinga dan Nanggung

4.) Menganalisis ketersediaan lahan di kawasan perkebunan Kecamatan Jasinga dan Nanggung

5.) Mengevaluasi kesesuaian lahan yang tersedia pada kawasan perkebunan untuk tanaman perkebunan yang menjadi unggulan di Kecamatan Jasinga dan Nanggung.

TINJAUAN PUSTAKA

Kawasan Perkebunan

Kawasan perkebunan merupakan kawasan budidaya. Kawasan budidaya ialah Kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan. Menurut Peraturan Menteri Pertanian No. 41 Tahun 2009 kawasan budidaya perkebunan adalah kawasan yang memiliki potensi untuk dimanfaatkan dan dikembangkan baik pada lahan basah dan kering untuk komoditas perkebunan. Ciri-ciri untuk kawasan perkebunan yaitu: (1) lokasi mengacu pada RTRW provinsi dan kabupaten/kota, dan mengacu pada kesesuaian lahan, (2) pengembangan perkebunan pada lahan gambut mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, (3) dibangun dan dikembangkan oleh pemerintah, pemerintah daerah, swasta, dan masyarakat sesuai dengan biofisik dan sosial ekonomi lingkungan, (4) berbasis komoditas perkebunan nasional dan daerah yang mengacu pada kesesuaian lahan, (5) pengembangan kelompok tani, gabungan kelompok tani, koperasi, atau petani perorangan, dan (6) dapat diinterpratasikan dengan komoditas budidaya lainnya.

Pengembangan kawasan perkebunan harus dapat mendukung upaya untuk mengurangi kesenjangan struktural, spasial, antar golongan atau generasi, peningkatan pendapatan, kesempatan kerja dan kesempatan berusaha. Hal ini dapat terjadi apabila pengembangan diarahkan pada peningkatan penghasilan devisa negara dan pendapatan petani, pengembangkan wilayah marginal, dan terpencil, menjaga keseimbangan ekosistem dan tata air, serta pengembangan usaha agribisnis (Permentan No. 41 Th. 2009).

(19)

Jenis Tanaman Perkebunan

Tanaman perkebunan adalah tanaman semusim dan/atau tanaman tahunan yang karena jenis dan tujuan pengelolaannya ditetapkan sebagai tanaman perkebunan. Dengan demikian tanaman perkebunan bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu tanaman semusim dan tanaman tahunan. Tanaman semusim adalah jenis tanaman yang hanya dipanen satu kali dengan siklus hidup satu tahun sekali, contohnya tanaman tebu, kapas dan tembakau. Sementara tanaman tahunan membutuhkan waktu yang panjang untuk berproduksi dan bisa menghasilkan sampai puluhan tahun dan bisa dipanen lebih dari satu kali, misalnya tanaman kelapa sawit, karet, kakao, cengkeh, kopi dan lada (Dirjenbun, 2011).

Jenis tanaman perkebunan memiliki sebutan lain yaitu tanaman perdagangan dan tanaman industri. Sebutan ini menunjukkan legitimasi bahwa ada peluang bisnis dari pengusahaan tanaman perkebunan. Selain itu tanaman sub sektor perkebunan mempunyai peranan penting dalam pembangunan nasional, terutama dalam meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, penerimaan devisa negara dan penyedia lapangan kerja (Dirjenbun,2011).

Tanaman perkebunan di Kabupaten Bogor relatif terbatas, pada perkebunan Negara terdapat tiga kebun dengan komoditas teh, kelapa sawit, dan kina. Perkebunan tersebut dikelola oleh satu perusahaan BUMN yaitu PTPN VIII. Jumlah perkebunan swasta sebanyak 17 perusahaan. Jenis komoditas yang ditanam adalah karet, pala, teh, cengkeh dan kopi. Lokasinya tersebar dikecamatan Jasinga, Cigudeg, Nanggung, Leuwiliang, Rancabungur, Ciawi, Rumpin, Leuwisadeng, dan Tamansari. Jumlah perkebunan rakyat tersebar di 40 kecamatan, komoditas yang ditanam adalah vanilli, karet, kopi, pala, cengkeh, kelapa, aren, dan tanaman obat (Dinas Pertanian dan Kehutanan, 2013).

Kesesuaian Lahan

Lahan adalah suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi dan vegetasi, dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi potensi penggunaannya (Hardjowigeno dan Widiatmaka,2007). Lahan dapat dipandang sebagai suatu sistem yang tersusun atas komponen struktural yaitu karakteristik lahan dan komponen fungsional yang sering disebut kualitas lahan. Kualitas lahan ini pada hakekatnya merupakan sekelompok unsur-unsur lahan yang menentukan tingkat kemampuan dan kesesuaian lahan (FAO, 1976).

Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan dari sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu. Evaluasi kesesuaian lahan dilakukan dengan membandingkan kecocokan antara kualitas dan karakteristik lahan sebagai parameter dengan kriteria kelas kesesuaian lahan yang disusun berdasarkan persyaratan tumbuh tanaman atau penggunaan lahan yang dievaluasi. Karakteristik lahan merupakan sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi seperti curah hujan, tekstur tanah, ketersediaan air, drainase, KTK, KB, dan pH. Kualitas lahan lebih merupakan sifat tanah yang lebih kompleks atau sifat-sifat pengenal, seperti kesesuaian kelembaban tanah, ketahanan terhadap erosi dan bahaya banjir (Ritung et al. 2011).

(20)

lahan yang hanya didasarkan pada kondisi fisik lahan tanpa memperhitungkan secara tepat produksi, masukkan dan keuntungan yang dapat diperoleh. Kesesuaian lahan kuantitatif adalah kesesuaian lahan yang tidak hanya didasarkan pada kondisi fisik lahan, akan tetapi juga telah mempertimbangkan aspek ekonomi. Masing-masing kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai secara aktual maupun potensial atau sering disebut juga dengan kesesuaian lahan aktual dan kesesuaian lahan potensial. Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan yang dihasilkan oleh penilaian kondisi lahan tanpa perbaikan. Sedangkan kesesuaian lahan potensial adalah kesesuaian lahan yang telah diberikan masukan perbaikan, seperti pemupukan, pengairan atau terasering, tergantung jenis faktor penghambatnya (Ritung, 2011).

Sistem klasifikasi kesesuaian lahan yang dikembangkan oleh Framework of Land Evaluation (FAO,1976) terdiri dari 4 kategori yaitu ordo, kelas, subkelas dan unit. Kategori order menunjukan apakah suatu lahan sesuai (S) atau tidak sesuai (N) untuk penggunaan tertentu. Kategori klas di dalam order S adalah S1 (sangat sesuai), S2 (cukup sesuai), S3 (sesuai marjinal); di dalam order N adalah N1 (tidak sesuai saat ini), N2 (tidak sesuai untuk selamanya). Ciri-ciri kelas dalam ordo di jabarkan sebagai berikut :

1. Kelas S1 (sangat sesuai) yaitu lahan tidak mempunyai pembatas yang berat untuk suatu penggunaan secara lestari atau hanya mempunyai pembatas yang tidak berarti dan tidak berpengaruh secara nyata terhadap produktivitas serta tidak akan menaikkan masukan dari apa yang telah biasa diberikan.

2. Kelas S2 (cukup sesuai) yaitu lahan yang mempunyai pembatas-pembatas agak berat untuk suatu penggunaan yang lestari. Pembatas akan mengurangi produktivitas dan keuntungan sehingga akan meningkatkan masukkan yang diperlukan.

3. Kelas S3 (sesuai marjinal) yaitu lahan yang mempunyai pembatas-pembatas yang berat untuk suatu penggunaan yang lestari. Pembatas akan mengurangi produktivitas atau keuntungan dan perlu menaikkan masukan yang lebih banyak dari kelas S2. Untuk mengatasi faktor pembatas tersebut memerlukan modal tinggi sehingga perlu adanya bantuan pemerintah atau swasta.

4. Kelas N1 (tidak sesuai pada saat ini) yaitu lahan yang mempunyai pembatas yang lebih berat untuk suatu penggunaan secara lestasri, tetapi masih mungkin diatasi.

5. Kelas N2 (tidak sesuai permanen) yaitu lahan yang mempunyai pembatas yang sangat berat sehingga tidak mungkin untuk digunakan bagi suatu penggunaan yang lestari.

(21)

Status Kepemilikan Lahan

Hukum status kepemilikan tanah di Indonesia dalam Undang-undang (UU) No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (UUPA). Dalam hal kepemilikan tanah konsepsi hukum tanah nasional menyatakan tanah diseluruh Indonesia adalah milik bangsa Indonesia. Perseorangan baik sendiri maupun bersama-sama dapat mempunyai hak milik atas tanah. Negara dapat memberikan tanah pada seseorang atau badan hukum dengan sesuatu hak menurut peruntukan dan keperluannya. Sebagaimana disebutkan pada pasal 16 UUPA, hak-hak atas tanah diantaranya hak milik (HM), hak guna usaha (HGU), hak pakai (HP), hak sewa (HS), hak membuka tanah (HMT), dan hak memungut hasil hutan (HMHH). HM merupakan hak terkuat atas kepemilikkan suatu tanah dan melekat pada seseorang Warga Negara Indonesia (WNI) serta tidak memiliki jatuh tempo. Selain itu status kepemilikan lahan lebih lanjut digolongkan dalam tanah negara (dikuasai Negara secara langsung), HGU, Hak Penguasaan Hutan (HPH), tanah ulayat, dan tanah masyarakat yang diterlantarkan.

Pola kepemilikkan lahan di Indonesia menurut FAO (2002) ialah sistem tenurial atas tanah dan sumberdaya alam dapat digolongkan kedalam empat kategori, yaitu kepemilikan privat (individu), kepemilikan komunal (masyarakat), open acess, dan kepemilikan negara. Pergeseran pemilikan lahan sering terjadi karena adanya jual beli dibawah tangan atau atas hukum setempat tanpa didaftarkan kembali sebagaimana diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku antara lain Peraturan Pemerintah No 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, Peraturan Pemerintah No 37 Tahun 1998 dan Keputusan Menteri Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional No 14 Tahun 1997 tentang Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT).

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

(22)

Gambar 1 Lokasi penelitian

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah citra Aster, peta RTRW Kabupaten Bogor, peta administrasi Kabupaten Bogor bagian Barat, peta jalan dan sungai Kabupaten Bogor, peta status lahan, peta satuan lahan, data monografi, data curah hujan, suhu dan kelembaban kecamatan penelitian. Secara rinci bahan dan sumber data penelitian disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Bahan dan sumber data

No Bahan Sumber data

1. Citra Aster Kabupaten Bogor bagian Barat Tahun 2014

Jaxsa

2. Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor Tahun 2009-2025 skala 1:100.000

Badan Perencanaan Pengembangan Daerah (BAPEDDA) Kabupaten Bogor

3. Peta Administrasi Kecamatan dan Desa Kabupaten Bogor bagian Barat Tahun 2014 skala 1:100.000

Badan Perencanaan Pengembangan Daerah (BAPEDDA) Kabupaten Bogor

4. Peta jalan dan sungai Kab. Bogor Tahun 2012 skala 1:100.000

Badan Perencanaan Pengembangan Daerah (BAPEDDA) Kabupaten Bogor

5. Peta status lahan Kecamatan Penelitian Tahun 2010 skala 1:25.000

Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Bogor

6. Peta satuan lahan Kab. Bogor bagian Barat Tahun 2014 skala 1: 50.000

Tim Peneliti IPB

7. Data monografi luas dan produksi perkebunan Kab. Bogor Tahun 2013

Departemen Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor

8. Data curah hujan dan Iklim Kecamatan Penelitian Tahun 2009-2014

(23)

Peralatan yang digunakan yaitu seperangkat komputer dan printer, alat tulis serta perangkat lunak berupa ArcGIS 9.3, Google Earth, dan Microsoft Office. Sedangkan untuk pengamatan lapang menggunakan peralatan Global Positioning System (GPS), kompas geologi, dan kamera.

Pelaksanaan Penelitian

Penelitian merupakan penelitian metode deskriptif dengan bagan alir penelitian pada Gambar 2. Pelaksanaan penelitian dibagi menjadi lima tahapan, yaitu (1) tahap persiapan (2) pemetaan penggunaan lahan dan identifikasi keselarasannya dengan Kawasan Perkebunan (3) identifikasi ketersediaan lahan di kawasan perkebunan, (4) pengecekan lapang dan (5) evaluasi kesesuaian lahan yang tersedia di Kawasan Perkebunan untuk komoditas unggulan tanaman perkebunan. Jenis data dan teknik analisis yang dilakukan untuk mencapai setiap tujuan penelitian disajikan pada Tabel 2.

(24)

Tabel 2 Teknik analisis data dan keluaran

No Tujuan Penelitian Jenis Data Teknik Analisis Keluaran

(25)

Tahap Persiapan

Tahap persiapan meliputi studi literatur, pengumpulan data sekunder, identifikasi luas kawasan perkebunan pada kecamatan di Kabupaten Bogor bagian Barat yang urutannya 1-4. Selanjutnya menentukan wilayah yang menjadi fokus penelitian yang digunakan sebgai wilayah studi kasus. Fokus wilayah penelitian ini ditentukan berdasarkan luas urutan 1 dan 2 dari 4 kecamatan yang telah ditentukan. Data yang dikumpulkan, berupa data spasial, data statistik, dan informasi dari instansi dan masyarakat. Data spasial yang dikumpulkan meliputi data sekunder berupa citra Aster Kab. Bogor bagian Barat tahun 2014 dari Jaxsa, peta Administrasi Kabupaten Bogor bagian Barat, Peta RTRW Kab. Bogor tahun 2009-2025 dari Badan Perencanaan Pengembangan Daerah (BAPEDDA), peta status lahan 2010 diperoleh dari Badan Pertanahan Nasional (BPN), peta satuan lahan dari Tim Peneliti IPB 2014. Jenis data statistik yang dikumpulkan adalah data iklim terdiri data temperatur dan curah hujan diperoleh BMKG (Lampiran 1-3), data monografi Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor 2013, serta data produksi dan luas status kepemilikkan terkait perkebunan Negara dan swasta dikawasan perkebunan yaitu PTPN VIII Cikasungka dan PT. Nirmala Agung.

Kawasan perkebunan pada kecamatan Kabupaten Bogor bagian Barat yang luasnya urutan 1-4 ditentukan dengan cara menumpang tindihkan peta RTRW dengan peta Administrasi Kabupaten Bogor bagian Barat. Fokus wilayah penelitian ditentukan berdasarkan luas urutan 1 dan 2 dari 4 kecamatan yang telah ditentukan tersebut. Fokus wilayah penelitian tersebut selanjutnya dijadikan wilayah studi kasus penelitian.

Identifikasi Jenis Penggunaan Lahan dan Identifikasi Keselarasannya dengan Kawasan Perkebunan

Identifikasi jenis penggunaan lahan dan keselarasannya terhadap kawasan perkebunan dilakukan pada fokus wilayah penelitian. Identifikasi jenis penggunaan lahan dengan cara pengklasifikasian penggunaan lahan dari citra Aster Kabupaten Bogor 2014 yang telah terkoreksi geometrinya. Pengklasifikasian penggunaan lahan kecamatan wilayah penelitian dilakukan secara visual pada layar monitor meggunakan software ArcGIS 9.3 dengan pendekatan unsur-unsur interpretasi warna, rona, ukuran, bentuk, tekstur, pola, bayangan, situs dan asosiasi yang tampak pada citra (Lillesland dan Kieffer, 1990). Digitasi pada skala 1:5.000 agar mudah dalam interpretasi dan pixel dari citra tidak pecah. Untuk memudahkan pengamatan visual dalam menginterpretasi penggunaan lahan, digunakan kombinasi band IM-dekat, IM sedang, dan biru (band 432). Kekontrasan yang tinggi dari ketiga band tersebut memudahkan untuk membedakan penutupan/ penggunaan lahan. Dalam proses pengklasifikasikan penggunaan lahan dari citra Aster menggunakan referensi/acuan peta citra ikonos 2012 dan citra dari Google Earth untuk meminimalisir kesalahan dalam menginterpretasi. Hasil interpretasi penggunaan lahan tersebut adalah peta penggunaan lahan eksisting tahun 2014.

(26)

Analisis Ketersediaan Lahan di Kawasan Perkebunan

Analisis ketersediaan lahan bertujuan untuk mengetahui lahan yang tersedia di kawasan perkebunan untuk pengembangan komoditas perkebunan unggulan. Analisis ketersediaan lahan dilakukan dengan cara menumpang tindihkan peta penggunaan lahan di kawasan perkebunan dengan peta status lahan, sehingga menghasilkan peta status lahan setiap penggunaan lahan di kawasan perkebunan. Selanjutnya luas lahan yang tersedia di identifikasi berdasarkan hubungan luas penggunaan lahan dengan status lahan. Adapun kriteria lahan tersedia disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Kriteria lahan tersedia pada kawasan perkebunan berdasarkan atribut peta status lahan dan peta penggunaan lahan

Jenis Peta Atribut Ketersediaan

Status Lahan Hak Adat (HA) Tersedia

Hak Guna Usaha (HGU) Tersedia

Hak Milik (HM) Tersedia

Tanah Negara Dikuasai (TNK) Tersedia Penggunaan Lahan Fasilitas Umum (FU) Tidak tersedia

Galian C/Tambang (GC) Tidak tersedia

Hutan (HT) Tersedia

Jalan (JL) Tidak tersedia

Kebun campuran (KC) Tersedia Lahan terbuka (LB) Tersedia Pemukiman (PM) Tidak tersedia

Perkebunan (PB) Tersedia

Rumput (RM) Tersedia

Sawah (SW) Tidak tersedia

Semak belukar (SB) Tersedia

Tegalan (TG) Tersedia

Tubuh air (TA) Tidak tersedia

Penggunaan lahan tersedia dengan status lahan HM, HA, HGU, dan TNK adalah hutan, kebun campuran, lahan terbuka, rumput, semak belukar, dan tegalan. Lahan tersedia untuk pengembangan tanaman perkebunan adalah lahan yang secara legalitas sesuai untuk kegiatan budidaya tanaman perkebunan dengan jenis penggunaan lahan yang belum produktif. Pengunaan lahan sawah tidak tersedia untuk perkebunan dikarenakan sawah merupakan sumber pangan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di lokasi penelitian.

Pengecekan Lapang

(27)

Sebelum pengecekkan lapang ditentukan titik lokasi pangamatan lapang. Lokasi pengamatan lapang ditentukan berdasarkan luasan poligon status lahan pada setiap penggunaan pada lahan tersedia di kawasan perkebunan dan aksesibilitasnya. Penentuan jumlah titik lokasi pengecekan lapang di setiap poligon penggunaan lahan yang sama 1 titik untuk luasan yang sempit, sedangkan luasan yang besar dengan penggunaan lahan dan status yang sama 2-3 titik. Jumlah titik pengamatan di Kecamatan Jasinga 52 titik dan Nanggung 35 titik. Total titik sampel dalam penelitian ini sebanyak 87 titik. Koordinat titik pengamatan ditentukan dengan Global Positioning System (GPS) sebelum pengamatan ke lapang. Koordinat GPS lokasi pengamatan pada Lampiran 5 untuk Kecamatan Jasinga dan Lampiran 6 Kecamatan Nanggung. Untuk mengamati kemiringan lereng dengan kompas geologi dan untuk dokumentasi dengan kamera. Sebaran titik pengamatan pada Gambar 3 dan 4 untuk Kecamatan Jasinga dan Nanggung.

(28)

Gambar 3 Sebaran titik lokasi pengamatan lapang di Kecamatan Nanggung Evaluasi Kesesuaian Lahan Tersedia pada Kawasan Perkebunan untuk Komoditas Unggulan Tanaman Perkebunan

Untuk mengetahui komoditas unggulan tanaman perkebunan di wilayah penelitian dilakukan analisis Location Quotient (LQ). Selain itu, juga berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara di lapang. Analisis LQ digunakan untuk mengetahui lokasi pemusatan/basis aktivitas. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai luas dan produksi tanaman perkebunan di Kabupaten Bogor. Asumsi yang digunakan dalam analisis ini adalah (1) kondisi geografis relatif seragam, (2) pola-pola aktivitas bersifat seragam dan (3) setiap aktivitas menghasilkan produk yang sama. Nilai LQ diketahui dengan rumus sebagai berikut:

LQij Xij /Xi.X. j/X. . Dimana :

LQij = nilai LQ untuk aktivitas ke-j di wilayah ke-i

Xij = nilai produksi/luas (ton.Rp / ha) untuk komoditas ke-j di kecamatan ke-i

Xi. = nilai produksi/luas total (ton.Rp / ha) pada kecamatan ke-i X.j = nilai produksi/luas total (ton.Rp / ha) komoditas ke-j pada

total wilayah

X.. = nilai produksi/luas seluruh komoditas di Kabupaten Bogor i = kecamatan yang diteliti

(29)

Interpretasi hasil analisis adalah sebagai berikut (1) jika nilai LQij> 1, komoditas ke-i memiliki keunggulan komparatif untuk dikembanglan disuatu wilayah (kecamatan), dan (2) jika nilai LQij < 1, komoditas ke-i tidak memiliki keunggulan komparatif untuk dikembangkan disuatu wilayah (kecamatan).

Berdasarkan hasil analisis LQ dan pengamatan lapang, diketahui komoditas unggulan tanaman perkebunan. Selanjutnya dicari persyaratan penggunaan lahan untuk komoditas unggulan hasil analisis. Satuan lahan pada lahan tersedia ditentukan dengan cara menumpangtindihkan peta ketersediaan lahan pada kawasan perkebunan dengan peta satuan lahan skala 1:50.000 (Tim Peneliti IPB). Evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman perkebunan dilakukan pada lahan tersedia di kawasan perkebunan dengan cara membandingkan karakteristik lahan setiap jenis satuan lahan pada lahan tersedia dengan persyaratan penggunaan lahan komoditas unggulan. Kriteria yang digunakan Djaenudin et al,. 2003 (Lampiran 10).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kawasan Perkebunan

Hasil identifikasi luas kawasan perkebunan di wilayah penelitian masing-masing kecamatan dapat dilihat pada Tabel 4 dan sebarannya pada Gambar 5. Tabel 4 Luas kawasan perkebunan di wilayah Kabupaten Bogor bagian Barat

No Kecamatan Luas (Ha)

1 Jasinga 2 295.78

2 Leuwisadeng 5.04

3 Nanggung 1 095.82

4 Sukajaya 340.72

TOTAL 3 737.36

(30)

Gambar 5 Sebaran kawasan perkebunan di lokasi penelitian

Grafik luasan kawasan perkebunan setiap desa di Kecamatan Jasinga dan Nanggung disajikan pada Gambar 6.

(a) (b)

(31)

Gambar 6a menunjukkan bahwa kawasan perkebunan di Kecamatan Jasinga tersebar di sembilan desa. Desa Curug memiliki kawasan perkebunan terluas. Hal ini dikarenakan wilayah tersebut sebagian besar bertopografi berombak sampai bergunung. Selain itu, wilayah tersebut sudah menjadi perkebunan kelapa sawit milik PTPN VIII Cikasungka. Sedangkan kawasan perkebunan di Desa Kalongsawah sempit karena berdasarkan RTRW Kabupaten Bogor tahun 2009 – 2025 desa tersebut peruntukkannya sebagian besar sebagai kawasan tanaman tahunan.

Gambar 6b menunjukan bahwa kawasan perkebunan di Kecamatan Nanggung tersebar hanya di dua desa. Kawasan perkebunan terluas di Desa Malasari yang sudah menjadi perkebunan teh milik PT. Nirmala Agung. Desa Parakanmuncang kawasan perkebunan terlihat sempit dan merupakan bagian dari perkebunan kelapa sawit PTPN VIII Cikasungka yang sebagian besar berada di Kecamatan Cigudeg.

Penggunaan Lahan dan Keselarasannya pada Kawasan Perkebunan Luas penggunaan lahan dan keselarasannya pada kawasan perkebunan di Kecamatan Jasinga dan Nanggung disajikan pada Tabel 5. Sebaran penggunaan lahan pada kawasan perkebunan di Kecamatan Jasinga dan Nanggung pada Gambar 7 dan 8.

Tabel 5 Luas penggunaan lahan dan keselarasannya di kawasan perkebunan Kecamatan Jasinga dan Nanggung

Penggunaan Lahan

Luas

(32)

Tabel 5 menunjukan bahwa penggunaan lahan di Kawasan Perkebunan Kecamatan Jasinga ada 12 jenis dan di Kecamatan Nanggung 10 jenis. Penggunaan lahan Kecamatan Jasinga di dominasi hutan, sedangkan Kecamatan Nanggung di dominasi perkebunan. Penggunaan lahan hutan di Kecamatan Jasinga lebih besar karena dikarenakan belum dimanfaatkan dan dikembangkan untuk perkebunan. Sedangkan di Kecamatan Nanggung penggunaan lahan perkebunan lebih besar dari hutan. Kondisi ini menunjukan bahwa lahan untuk perkebunan telah dimanfaatkan dan dikelola secara maksimal.

Penggunaan lahan pemukiman dan sawah di Kecamatan Jasinga lebih besar dari Kecamatan Nanggung. Hal ini terlihat dari sebaran lahan perkebunan yang berada di kawasan perkebunan menyebar di sembilan desa, sedangkan Kecamatan Nanggung yang hanya di dua desa. Keadaan tersebut berbanding lurus untuk terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan papan dan pangan. Selain itu pemukiman di kawasan perkebunan Kecamatan Jasinga sudah lebih berkembang pesat dari Kecamatan Nanggung. Jadi masyarakat Kecamatan Jasinga menggunakan lahan miliknya untuk kegiatan yang bernilai ekonomis tinggi. Pemukiman yang hanya sedikit di Kecamatan Nanggung merupakan bangunan semi permanen yang dibangun dalam lahan perkebunan PT Nirmala Agung guna menunjang fasilitas para pekerja. Jenis penggunaan lahan yang selaras dengan kawasan perkebunan baik Kecamatan Jasinga dan Nanggung adalah perkebunan. Penggunaan lahan yang selaras dengan kawasan perkebunan di Kecamatan Jasinga 23.24% dan Kecamatan Nanggung 65.28%. Perbedaan tersebut dikarenakan Kecamatan Jasinga belum memanfaatkan dan mengembangkan potensi hutan di kawasan perkebunan lebih lanjut sebagai lahan perkebunan yang dapat menjadi sumber pendapatan bagi penduduk setempat. Hal ini menunjukan masih besarnya potensi lahan untuk perkebunan di Kecamatan Jasinga.

Perkebunan di kawasan perkebunan Kecamatan Jasinga dan Nanggung dikelola oleh pihak negara, swasta, dan rakyat. Pengelola perkebunan Negara adalah Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara VIII (PTPN VIII) Cikasungka. Pengelola perkebunan swasta adalah PT. Nirmala Agung. Sedangkan perkebunan rakyat adalah perkebunan milik rakyat setempat atau luar daerah yang dikelola oleh rakyat setempat. Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara VIII (PTPN VIII) dibentuk berdasarkan PP No. 13 Tahun 1996, tanggal 14 Februari 1996. Persero tersebut PTPN VIII Cikasungka dengan komoditas yang ditanam adalah tanaman kelapa sawit dan karet. Selain penanaman komoditi pada areal inti, PTPN VIII juga mengelola areal Plasma milik petani 8 479.28 Ha terdiri dari tanaman kelapa sawit seluas 6 033.28 Ha dan tanaman karet seluas 2 446 Ha. Afdeling Cigelung yang berlokasi di Kecamatan Jasinga seluas 712 Ha juga termasuk pada kawasan perkebunan PTPN VIII Cikasungka.

(33)

Gambar 7 Sebaran penggunaan lahan di kawasan perkebunan Kecamatan Jasinga

(34)

Status Kepemilikan Lahan

Status kepemilikan lahan dan luasannya di Kawasan Perkebunan Kecamatan Jasinga dan Nanggung disajikan pada Tabel 6. Luas status kepemilikan lahan untuk setiap penggunaan lahan secara rinci disajikan pada Lampiran 8 untuk Kecamatan Jasinga dan Lampiran 9 untuk Kecamatan Nanggung.

Tabel 6 Luas status kepemilikan lahan pada kawasan perkebunan di Kecamatan Jasinga dan Nanggung

No Jenis Status

Luas

Jasinga Nanggung

(Ha) (%) (Ha) (%)

1 Tanah Negara Dikuasai (TNK) 2.2 0.1 283.8 25.9 2 Hak Guna Usaha (HGU) 1 007.5 43.9 811.3 74.0

3 Hak Milik (HM) 199.8 8.7 0.2 0.0

4 Hak Adat (HA) 1 086.2 47.3 0.5 0.1

Total 2 295.8 100.0 1 095.8 100.00

Tabel 6 menunjukkan jenis status kepemilikan lahan pada kawasan perkebunan di dominasi HA dan HGU di Kecamatan Jasinga, HGU dan TNK di Kecamatan Nanggung. Luas HA di Kecamatan Jasinga lebih besar dari HGU karena pelimpahan kekuasaan atau adanya pemberian izin dari pemerintah kepada masyarakat untuk mengelola lahan, sehingga status HGU menjadi HA. Lahan status HGU dibagikan kepada masyarakat dengan dibebani biaya sertifikasi lahan menjadi HM. Hak adat yang dikelola masyarakat untuk perkebunan rakyat, ditanami komoditas jati (Tectona grandis), karet (Hevea braziliensis), sengon (Paraserianthes falcataria) dan trembesi (Albizia saman Sin. Samanea saman). Lahan berstatus HGU yang dikelola masyarakat ditanami durian (Durio zibethinus).

Status lahan di kawasan perkebunan di Kecamatan Nanggung didominasi HGU dan TNK. Lahan yang berstatus HGU dikelola oleh PT. Nirmala Agung dan PTPN VIII Cikasungka. Hak guna usaha yang dikelola PT. Nirmala Agung di Desa Malasari telah diperpanjang dari masa sebelumnya hingga tahun 2022. Status lahan TNK merupakan lahan-lahan milik Negara yang sebagian besar dimanfaatkan sebagai tempat pelatihan Kepolisian Republik Indonesia (Polri). Status lahan HM dan HA memiliki luas lahan kecil tidak mencapai 1 Ha yang dimiliki oleh masyarakat sekitar.

(35)

(a) (b)

Gambar 9a menunjukkan bahwa penggunaan lahan pada kawasan perkebunan di Kecamatan Jasinga yang terluas adalah hutan. Adapun urutan status lahan penggunaan lahan hutan dari terluas adalah HA > HGU > HM > TNK. Hal tersebut karena lahan belum dimanfaatkan baik untuk perkebunan pemerintah, swasta, maupun untuk usahatani secara individu. Hal ini mengindikasikan luasnya lahan yang belum dimanfaatkan baik oleh masyarakat maupun pemerintah atau instansi terkait.

Gambar 9b menunjukkan bahwa kawasan perkebunan di Kecamatan Nanggung terluas pada penggunaan lahan perkebunan, dengan urutan status lahan dari terluas adalah HGU > TNK > HA > HM. Lahan untuk perkebunan di kawasan perkebunan sudah dimanfaatkan untuk perkebunan dengan baik. Namun lahan dengan penggunaan lahan hutan dan tegalan yang berstatus HGU dan TNK masih cukup luas, sehingga masih dapat dimanfaatkan untuk pengembangan perkebunan. Penggunaan lahan pemukiman berstatus HGU berada pada wilayah usaha PT. Nirmala Agung dibangun untuk kelancaran dan kesejahteraan para pekerjanya. Dalam areal pemukiman tersebut diperlengkapi dengan fasilitas umum yang berupa sekolah SD Negeri Malasari 03, masjid dan posyandu. Fasilitas umum tersebut dibagun oleh pemerintah dengan tujuan untuk menunjang pendidikan anak pekerja dan masyarakat sekitar, tempat ibadah serta pelayanan kesehatan.

(36)

Gambar 10 Sebaran status lahan pada kawasan perkebunan di Kecamatan Jasinga

(37)

Ketersediaan Lahan di Kawasan Perkebunan

Luas ketersediaan lahan untuk perluasan areal perkebunan di Kawasan Perkebunan Kecamatan Jasinga dan Nanggung disajikan pada Tabel 7 dan sebarannya pada Gambar 12 dan 13.

Tabel 7 Luas ketersediaan lahan di kawasan perkebunan Kecamatan Jasinga dan Nanggung.

No Ketersediaan

Luas

Kecamatan Jasinga Kecamatan Nanggung

(Ha) (%) (Ha) (%)

1 Tersedia 2 194.4 95.6 1 031.6 94.1

2 Tidak Tersedia 101.4 4.4 64.2 5.9

Total 2 295.8 100 1 095.8 100

Tabel 7 menunjukan bahwa persentase ketersediaan lahan pada kawasan perkebunan di Kecamatan Jasinga hampir sama dengan yang tersedia di Kecamatan Nanggung tetapi luasnya di Kecamatan Jasinga > Kecamatan Nanggung. Hal ini dikarenakan pemanfaatan lahan pada lereng landai sampai agak curam (8 -30 %) penggunaan lahannya didominasi perkebunan. Perkebunan pada kawasan perkebunan di Kecamatan Jasinga juga belum maksimal, sehingga masih sangat luas lahan sebagai peluang pengembangan tanaman perkebunan untuk meningkatkan ekonomi wilayah kedepannya sangat tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh 95.6% lahan yang tersedia baru digunakan untuk perkebunan 23.2%. Sedangkan di Kecamatan Nanggung lahan yang tersedia pada kawasan perkebunan sudah digunakan untuk perkebunan 65.3%. Walaupun sudah banyak digunakan, tetapi sisanya masih dapat dikembangkan lagi. Selain itu, perkebunan yang sudah ada di Desa Malasari dan Parakanmuncang masih dapat mengajukan perpanjangan masa HGU.

(38)

Gambar 13 Sebaran ketersediaan lahan di kawasan perkebunan Kecamatan Nanggung

Grafik hubungan antara penggunaan lahan pada lahan tersedia dengan status lahan di Kecamatan Jasinga dan Nanggung disajikan pada Gambar 14.

(a) (b)

Gambar 14 Grafik hubungan antara penggunaan lahan pada lahan tersedia dengan status lahan di (a) Kecamatan Jasinga dan (b) Kecamatan Nanggung

(39)

lahan tersedia untuk pengembangan komoditas unggulan guna meningkatkan perekonomian dan pembangunan DOB Kabupaten Bogor bagian Barat. Hak adat dapat dikembangkan menjadi kebun rakyat dengan komoditas tanaman perkebunan. Terutama pada hutan berstatus HGU menginformasikan bahwa PTPN VIII memiliki lahan untuk perluasan areal perkebunan masih sangat luas.

Gambar 14b menunjukkan bahwa Kecamatan Nanggung penggunaan lahan pada lahan tersedia di kawasan perkebunan juga didominasi perkebunan, dengan status lahan HGU dan TNK. Status lahan HGU dan TNK masih dapat dikembangkan untuk tanaman perkebunan atau perluasan lahan pekebunan dari PT. Nirmala Agung. Penggunaan lahan lainnya adalah hutan, kebun campuran dan tegalan. Penggunaan lahan hutan yang belum termanfaatkan dan pemanfaatan kebun campuran oleh petani dengan hasil produksi dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan tidak untuk dijual. Penggunaan lahan tegalan tersebut dimanfaatkan untuk tanaman semusim secara intensif, sehingga tidak berkelanjutan dikarenakan terjadi kerusakkan lahan.

Kesesuaian Lahan pada Lahan Tersedia di Kawasan Perkebunan Hasil analisis LQ berdasarkan luas dan produksi tanaman perkebunan Kabupaten Bogor untuk perkebunan negara pada Lampiran 10, perkebunan swasta pada Lampiran 11 dan 12, perkebunan rakyat pada Lampiran 13 dan 14, evaluasi tanaman unggulan perkebunan rakyat berdasarkan LQ luas, produksi dan pengamatan lapang di Kecamatan Jasinga dan Nanggung Lampiran 15. Nilai LQ tanaman perkebunan di kecamatan Jasinga dan Nanggung yang menunjukkan komoditas unggulan perkebunan disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Nilai LQ komoditas unggulan tanaman perkebunan di Kecamatan Jasinga dan Nanggung

Tabel 8 menunjukkan bahwa komoditas unggulan di Kecamatan Jasinga adalah kelapa sawit dan Karet. Kelapa sawit untuk perkebunan negara dan karet untuk perkebunan rakyat. Komoditas unggulan di Kecamatan Nanggung adalah teh dan cengkeh. Komoditas unggulan teh untuk perkebunan swasta dan untuk perkebunan rakyat cengkeh. Namun saat pengamatan lapang tidak ditemukannya perkebunan rakyat dengan komoditas cengkeh di kawasan perkebunan.

Jenis dan sebaran satuan lahan pada lahan tersedia untuk kawasan perkebunan di Kecamatan Jasinga dan Nanggung pada Lampiran 16. Karakteristik lahan setiap satuan lahan pada Lampiran 17 untuk Kecamatan Jasinga dan Kecamatan Nanggung.

(40)

sebarannya pada Gambar 15 dan 16. Hasil evaluasi kelas kesesuaian lahan tersedia pada setiap satuan lahan untuk komoditas kelapa sawit dan karet di Kecamatan Jasinga pada Lampiran 18 dan di Kecamatan Nanggung pada Lampiran 19. Tabel 9 Luas kesesuaian lahan untuk komoditas unggulan pada lahan tersedia untuk

kawasan perkebunan Kecamatan Jasinga dan Nanggung Komoditas Unggulan

Keterangan : S1: Sangat sesuai, S2:Cukup sesuai, S3: Sesuai marginal, N: Tidak sesuai

Tabel 9 menunjukkan bahwa luas kelas kesesuaian lahan tersedia pada kawasan perkebunan Kecamatan Jasinga untuk kelapa sawit S2 > S3, untuk karet semuanya S3. Faktor pembatas kelas kesesuaian kelapa sawit S2 adalah ketersediaan air (wa), media perakaran (rc), bahaya erosi (eh), dan S3 dengan faktor pembatas retensi hara (nr) dan ketersediaan hara (na). Berdasarkan faktor pembatas tersebut maka untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit pada lahan S2 yang dapat dilakukan adalah pembuatan teras dan melakukan penanaman searah garis kontur untuk pengurangan laju erosi, kecuali ketersediaan air yakni curah hujan tidak dapat dilakukan usaha perbaikan. Namun dapat dilakukan dengan membuat embung-embung penampungan air. Sedangkan untuk pengembangan pada kelas S3 lahan perkebunan sawit dan karet dapat dilakukan usaha perbaikan retensi hara dengan menaikkan pH melalui pemberian kapur, memperbaiki KTK tanah dengan penambahan bahan organik, dan pemupukan berimbang untuk kekurangan hara.

(41)

25

(a) (b)

(42)

Gambar 16 Kesesuaian lahan komoditas unggulan tanaman perkebunan teh dan cengkeh di Kecamatan Nanggung

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Kawasan tanaman perkebunan di Kabupaten Bogor bagian Barat urutan 1-4 terluas berada di Kecamatan Jasinga, Sukajaya, Nanggung, dan Leuwisadeng.

2. Penggunaan lahan pada kawasan perkebunan di Kecamatan Jasinga adalah galian C, hutan, jalan, kebun campuran, lahan terbangun, lahan terbuka, pemukiman, perkebunan, rumput, sawah, semak belukar, tegalan, dan tubuh air. Penggunaan lahan pada kawasan perkebunan di Kecamatan Nanggung adalah galian C, hutan, jalan, kebun campuran, lahan terbangun, lahan terbuka, pemukiman, perkebunan, sawah, semak belukar, tegalan, dan tubuh air.

(43)

4. Status lahan kawasan perkebunan di kecamatan Jasinga terdiri 0.1 % TNK, 43.9% HGU, 8.7% HM, dan 47.3% HA. Status lahan di Kecamatan Nanggung terdiri 25.9 % TNK, 74.0% HGU, 0.02% HM, dan 0.1 % HA. 5. Lahan yang tersedia untuk perkebunan di Kawasan Perkebunan di

Kecamatan Jasinga 2194.4 Ha (95.6 %) dan di Kecamatan Nanggung 1031.6 Ha (94.1 %).

6. Kelas kesesuaian lahan tersedia di Kecamatan Jasinga untuk komoditas unggulan tanaman perkebunan yaitu kelapa sawit 1404.10 Ha S2, 790.29 Ha S3 dan tanaman karet 2194.39 Ha S3. Di Kecamatan Nanggung kelas kesesuaian lahan tersedia untuk komoditas unggulan yaitu teh dan cengkeh 1024.59 Ha S3 dan 7.00 Ha N.

Saran

Pada lahan yang tersedia pada kawasan perkebunan di Kecamatan Jasinga dapat dikembangkan tanaman perkebunan kelapa sawit dan karet. Input yang dapat diberikan untuk lahan kelas S2 adalah pembuatan teras dan melakukan penanaman searah garis kontur untuk pengurangan laju erosi, serta membuat embung-embung penampungan air sebagai penyimpanan air cadangan. Untuk lahan kelas S3 dengan melakukan penambahan bahan organik untuk memperbaiki KTK, pemberian kapur untuk menaikkan pH dan pemupukan berimbang untuk kekurangan hara.

Pada lahan tersedia pada kawasan perkebunan di Kecamatan Nanggung dapat dikembangkan untuk tanaman teh dan cengkeh. Input yang dapat diberikan untuk lahan kelas S3 adalah pemupukan untuk perbaikan ketersediaan hara, pengapuran dan penambahan bahan organik untuk meningkatkan pH dan kejenuhan basa. Selain pihak pemerintah, instansi (perusahaan) terkait perkebunan dan pemilik lahan serta masyarakat sekitar dapat memanfaatkan lahan yang tersedia sesuai peruntukkannya sebagai kawasan perkebunan yaitu dengan mengembangkan dan memanfaatkan lahan tersedia untuk memperluas areal perkebunan dan masyarakat membentuk suatu kelompok dalam pengelolahan lahan tersedia sebagai investasi tidak sebagai lahan terlantar.

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Pertanian dan Kehutanan. 2013. Data Monografi Pertanian dan Kehutanan. Bogor (ID): Pemerintah Kabupaten Bogor.

Direktorat Jendral Perkebunan. 2011. Tanaman Perkebunan. Jakarta (ID): Kementerian Pertanian.

Djaenudin, D., Marwan H., Subagjo H., dan A. Hidayat. 2003. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian. Balai Penelitian Tanah, Bogor. FAO. 1976. A Framework for Land Evaluation. Soil Resources Management and

(44)

FAO. 2002. Land Tenure and Rural Development. Roma: Food Agriculture Organization.

Hardjowigeno S. Dan Widiatmaka.2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan penatagunaan lahan.Yogyakarta.Gajah Mada University.Press Lillesand, T.M. dan R.W. Kiefer. 1990. Pengindraan Jauh dan Interpretasi Citra.

Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Pemerintah Kabupaten Bogor. 2013. Pertanian. [Internet]. [24 Februari 2015]. Tersedia pada: http://bogorkab.go.id/index.php/page/detail/9/pertanian Pemerintah Republik Indonesia. 2008. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008.

Rencana Tata Ruang Nasional tentang Penyusunan Kriteria Teknis Kawasan Peruntukan Pertanian. Jakarta (ID): Sekretariat Negara

Peraturan Daerah Kabupaten Bogor No. 19. 2008. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025.

Peraturan Menteri Pertanian No. 41 Tahun 2009. Kriteria Teknis Kawasan Peruntukan Pertanian.

PTPN VIII. 2010. Profil PTPN VIII. [Internet]. [ 3 Agustus 2015]. Tersedia pada : http://kpbptpn.co.id/profileptpn-21-0-ptpn-viii.html#ixzz3ls7 CoyRT Ritung S, Nugroho K, Mulyadi A, Suryani E. 2011. Petunjuk Teknis Evaluasi

Lahan Untuk Komoditas Pertanian (Edisi Revisi). Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor.168 hal.

(45)

Lampiran

Lampiran 1 Data suhu rata-rata (oC)

Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des 0C 2009 25 25.1 25.8 26.2 26.1 26.1 25.8 26.3 26.6 26 26.3 26.1 26.0 2010 25.3 25.9 26 27.1 26.7 25.9 25.8 25.8 25.3 25.4 25.9 25.5 25.9 2011 25.4 25.6 25.7 25.8 26.1 26.1 25.8 25.6 25.1 26.3 25.3 26.1 25.7 2012 25.1 25.6 26.0 26.0 26.1 26.2 25.8 25.8 26.0 26.3 25.0 26.0 25.8 2013 25.1 25.8 26.2 26.4 26.2 26.3 25.4 25.7 25.1 26.1 25.3 25.5 25.8 2014 24.6 25.0 25.6 26.2 26.2 26.5 25.8 25.7 25.3 26.8 26.3 26.3 25.9 Rata –rata suhu (0C) Tahunan 25 Sumber : BMKG Kabupaten Bogor 2013

Lampiran 2 Data curah hujan tahunan Kecamatan Jasinga

Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des CH 2009 228 220 154 137 67 388 51 82 82 299 506 149 2363 2010 285 339 365 63 181 265 342 495 554 417 46 142 3494 2011 215 144 131 237 218 78 178 76 35 149 206 232 1899 2012 437 204 167 362 256 67 144 26 116 306 272 351 2708 2013 644 440 162 357 173 73 403 266 181 123 137 267 3226 2014 520 265 251 101 196 219 142 227 8 122 415 186 2652 Rata –rata Curah Hujan (CH) Tahunan 2723,7 Sumber : BMKG Kabupaten Bogor 2013

Lampiran 3 Data curah hujan tahunan Kecamatan Nanggung

(46)

Lampiran 4 Form pengumpulan data lapang Titik Pengamatan :

Kabupaten : Bogor

Kecamatan : Jasinga/ Nanggung

Desa :

4. Pekerjaan Utama a. Petani; b.PNS/TNI/POLRI; c. Pedagang; d. Wiraswasta; e. Lainnya ……… 5. Jabatan

6. Lama tinggal dilokasi ………tahun atau sejak tahun ……….

Informaasi Umum

1. Jenis Penggunaan Lahan Komoditas :

2. Status Lahan Peta

7. Apakah lahan Bapak/Ibu usahakan milik sendiri 1. Ya; 0.Tidak 8. Bila ya, (a) Berapa luas lahan yang Bapak/Ibu miliki? (b)

Berapa luas lahan yang Bapak/Ibu usahakan?

Keberlanjutan Lahan Perkebunan

1. Apakah luasan lahan perkebunan sebelumnya mengalami perubahan (penambahan/pengurangan)?

a.Jika ya, berapa luasan yang ditambah? b. Bagaimana dengan status lahan tambahan ?

1. Ya; 0.Tidak

a. Sudah Tersedia b. Pembebasan kawasan 1. Apakah ingin menambah luas lahan perkebunan?

a.Jika ya, berapa luasan yang ditambah? b.Bagaimana dengan status lahan tambahan?

1. Ya; 0.Tidak

2. Apakah Bapak/Ibu berminat menjual lahan perkebunan? 1. Ya; 0.Tidak

3. Jika ya, apa alasan keinginan menjual lahan perkebunan tersebut

a. Mencukupi kebutuhan sehari-hari b. Biaya sekolah anggota keluarga c. Membangun tempat tinggal d. Usaha lain…………. e. Lainnya………….. 4. Jika tanah ini akan dijual, berapa harga tanah per meternya Rp…………../m 5. Jika memiliki lahan perkebunan, bersediakah Bapak/Ibu

mengalih fungsikan lahan perkebunan ? 1. Ya; 0.Tidak

7. Jika tidak, alasan mempertahankan lahan perkebunan

Warisan dan amanah orang tua Tidak memiliki keahlian lain Larangan pemerintah

Lainnya………

8. Jika akan mengalihgunakan penggunaan lahan perkebunan, rencananya digunakan untuk apa ?

9. Jika disarankan oleh pemerintah untuk menjadi lahan

perkebunan apakah bersedia 1.Ya; 0.Tidak 10. Jika pemerintah hendak mendorong wilayah ini menjadi

kawasan perkebunan, apa saja yang perlu difasilitasi : a. memberikan kemudahan pinjaman modal? b. menyediakan sarana produksi?

c. memberi pajak lahan perkebunan lebih rendah? d. perizinan lokasi diatur kembali agar tidak terlalu mudah?

e. lainnya………

1.Ya ; 0. Tidak 1.Ya ; 0. Tidak 1.Ya ; 0. Tidak

(47)

31 Lampiran 5 Koordinat GPS lokasi pengecekan lapang dan pengumpulan data responden di kawasan perkebunan Kecamatan Jasinga

No Desa Titik Pengamatan Elevasi KOORDINAT UTM Akuasi (m) Lereng Penggunaan Lahan Status Lahan Ketersediaan

m E m S Interpretasi Cek Lapang Peta Cek Lapang

1 SIPAK 1S 185 664043 9281053 ± 5 L3 Hutan Hutan HA HA Tersedia

2 PANGRADIN 1P 170 664231 9280242 ± 4 L0 Pemukiman Pemukiman HM HM Tersedia

2P 153 663896 9280209 ± 3 L2 Hutan Perkebunan Jati HA HM Tidak Tersedia

3P 137 663871 9280080 ± 3 L4 Hutan Hutan HGU HGU Tersedia

4P 114 663227 9280622 ± 3 L0 Pemukiman Sawah HM HM Tidak Tersedia

5P 152 662456 9281482 ± 4 L3 Hutan Hutan HA HA Tersedia

6P 136 662440 9281414 ± 4 L2 Hutan Kebun Singkong HA HM Tersedia

7P 119 664241 9280435 ± 6 L3 Hutan Hutan HA HM Tersedia

8P 142 663648 9279515 ± 5 L4 Hutan Hutan HGU HGU Tersedia

9P 135 663282 9280364 ± 3 L2 Pemukiman Pemukiman HM HM Tidak Tersedia

10P 127 662584 9281165 ± 6 L3 Hutan Hutan HM HM Tersedia

11P 133 662991 9281766 ± 4 L2 Sawah Sawah HM HM Tidak Tersedia

3 JUGALAJAYA 1J 149 662222 9281451 ± 4 L2 Hutan Karet HM HM Tidak Tersedia

2J 127 662062 9281258 ± 5 L3 Hutan Kebun Duren HA HM Tidak Tersedia

3J 148 661985 9281160 ± 3 L3 Hutan Akasia HA HM Tidak Tersedia

4J 183 661811 9280777 ± 5 L3 Hutan Kebun Singkong HA HM Tersedia

5J 182 661668 9280209 ± 4 L2 Hutan Akasia HA HM Tidak Tersedia

6J 191 660576 9279561 ± 5 L0 Perkebunan Sawit HA HGU Tidak Tersedia

7J 187 660626 9279966 ± 4 L0 Perkebunan Sawit HA HGU Tidak Tersedia

8J 198 660700 9280003 ± 4 L1 Perkebunan Sawit HA HGU Tidak Tersedia

9J 179 661624 9280799 ± 4 L0 Perkebunan Sawit HA HGU Tidak tersedia

10J 186 661808 9280811 ± 3 L0 Perkebunan Sawit HA HGU Tidak Tersedia

11J 174 661993 9280847 ± 3 L1 Lahan terbuka Lapangan HA HA Tersedia

12J 183 662363 9281436 ± 6 L0 Hutan Hutan HA HA Tersedia

13J 167 662180 9281952 ± 4 L0 Pemukiman Pemukiman HA HA Tidak Tersedia

4 CURUG 1C 172 657805 9279741 ± 5 L4 Hutan Hutan HGU HGU Tersedia

2C 173 657833 9279729 ± 5 L3 Hutan Kebun Sengon HGU HGU Tidak Tersedia

3C 199 656939 9278638 ± 5 L3 Perkebunan Sawit HGU HGU Tidak Tersedia

4C 188 656355 9278633 ± 5 L2 Pemukiman Sekolah HGU TNK Tidak Tersedia

5C 172 658586 9279997 ± 3 L3 Hutan Tegalan HA HM Tersedia

6C 152 657473 9281683 ± 4 L0 Tegalan Lapangan Bola HGU TND Tersedia

7C 160 658598 9279567 ± 5 L1 Lahan terbuka Hutan HA HA Tersedia

(48)

Lampiran 5 (Lanjutan)

No Desa Titik Pengamatan Elevasi KOORDINAT UTM Akuasi (m) Lereng Penggunaan Lahan Status Lahan Ketersediaan

m E m S Interpretasi Cek Lapang Peta Cek Lapang

CURUG 8C 173 658412 9279014 ± 6 L1 Hutan Hutan HA HA Tersedia

9C 174 657718 9279151 ± 5 L0 Galian C Hutan HGU HGU Tersedia

10C 168 657010 9278877 ± 4 L1 Perkebunan Sawit HGU HGU Tidak Tersedia

11C 179 656087 9278173 ± 3 L1 Perkebunan Sawit HGU HGU Tidak Tersedia

12C 155 656346 9278541 ± 3 L0 Pemukiman Pemukiman HGU HM Tidak Tersedia

13C 175 656089 9279095 ± 4 L1 Hutan Sawit HGU HGU Tidak Tersedia

14C 169 655354 9279650 ± 5 L1 Tegalan Tegalan HGU HGU Tersedia

15C 157 656018 9279943 ± 3 L2 Sawah Sawah HGU HM Tidak Tersedia

16C 168 655358 9281124 ± 3 L1 Tegalan Sawah HGU HGU Tidak Tersedia

17C 161 655947 9281049 ± 3 L0 Pemukiman Pemukiman HGU HM Tidak Tersedia

18C 178 656242 9280876 ± 4 L0 Perkebunan Sawit HGU HGU Tidak Tersedia

19C 171 656352 9280875 ± 4 L0 Perkebunan Sawit HGU HGU Tidak Tersedia

20C 177 657141 9281782 ± 4 L0 Tegalan Hutan HGU HGU Tersedia

21C 169 656466 9281858 ± 3 L0 Perkebunan Sawit HGU HGU Tidak Tersedia

5 KOLEANG 1T 104 659826 9284668 ± 4 L1 Sawah Sawah HM HM Tidak Tersedia

2T 99 659666 9283815 ± 3 L1 Tubuh Air Situ Kadongdong HM TNK Tidak Tersedia

3T 87 658241 9283696 ± 5 L2 Hutan Hutan HM TNK Tersedia

4T 94 658868 9283878 ± 5 L3 Perkebunan Kebun Jati HGU TNK Tidak Tersedia

5T 101 659272 9283398 ± 6 L2 Rumput Hutan HA HA Tersedia

6T 111 659569 9284135 ± 3 L3 Tubuh Air Situ Kadongdong HM TNK Tidak Tersedia

Keterangan : HGU : Hak Guna Usaha; HM : Hak Milik; HA : Hak Ada; TNK : Tanah Negara Dikuasai

Lampiran 6 Koordinat GPS lokasi pengecekkan lapang dan pengumpulan data responden di kawasan perkebunan Kecamatan Nanggung

No Desa Pengamatan Titik Elevasi KOORDINAT UTM Akuasi (m) Lereng (°) Penggunaan Lahan Status Lahan Ketersediaan

m E m S Interpretasi Cek Lapang Peta Cek Lapang

1 MALASARI 1 1240 667561 9258093 ± 4 L4 Tegalan Hutan TNK TNK Tersedia

2 1241 667447 9258054 ± 4 L3 Tegalan Tegalan TNK TNK Tersedia

3 1228 667068 9257459 ± 4 L4 Tegalan Tegalan HGU HGU Tersedia

4 1180 666818 9257070 ± 6 L4 Hutan Hutan HGU HGU Tersedia

6 1168 667423 9258143 ± 4 L1 Tegalan Hutan TNK TNK Tersedia

(49)

33 Lampiran 6 (Lanjutan)

No Desa Titik

Pengamatan Elevasi KOORDINAT UTM Akuasi (m) Lereng (°)

Penggunaan Lahan Status Lahan

Ketersediaan

m E m S Interpretasi Cek Lapang Peta Cek Lapang

MALASARI 7 1178 667140 9258012 ± 6 L2 Hutan Hutan TND TND Tersedia

8 1249 667068 9257457 ± 3 L1 Tegalan Hutan HGU HGU Tersedia

9 1211 666818 9257070 ± 5 L1 Hutan Hutan HGU HGU Tersedia

10 1148 667067 9257032 ± 4 L1 Pemukiman Pemukiman HGU HGU Tidak Tersedia

11 1176 667243 9256393 ± 4 L2 Perkebunan Kebun Teh HGU HGU Tidak Tersedia

12 1223 667631 9255967 ± 3 L0 Pemukiman Pemukiman HGU HGU Tersedia

13 1190 667523 9255756 ± 3 L1 Sawah Pemukiman HGU HGU Tidak Tersedia

14 1182 666295 9255935 ± 4 L1 Perkebunan Kebun Teh HGU HGU Tidak Tersedia

15 1164 665965 9256397 ± 4 L1 Perkebunan Kebun Teh HGU HGU Tidak Tersedia

16 1233 665715 9255906 ± 4 L1 Lahan terbangun Pabrik HGU HGU Tidak Tersedia

17 1156 665790 9256397 ± 6 L1 Hutan Hutan HGU HGU Tersedia

18 1190 669014 9256172 ± 4 L2 Perkebunan Kebun Teh HGU HGU Tidak Tersedia

19 1231 669013 9255963 ± 4 L2 Perkebunan Kebun Teh HGU HGU Tidak Tersedia

20 1226 668798 9255964 ± 4 L2 Perkebunan Kebun Teh HGU HGU Tidak Tersedia

21 1163 670071 9254541 ± 8 L1 Hutan Kebun Teh Rusak HGU HGU Tidak Tersedia

22 1147 670034 9254366 ± 4 L1 Sawah Kebun Teh Rusak HGU HGU Tidak Tersedia

23 1224 666847 9256658 ± 4 L2 Perkebunan Kebun Teh HGU HGU TidakTersedia

24 1214 667398 9255971 ± 4 L1 Pemukiman Pemukiman HGU HGU Tidak Tersedia

25 1219 669593 9255752 ± 4 L4 Hutan Kebun Teh Rusak HGU HGU Tidak Tersedia

2 BATU TULIS

1PM 385 671114 9274768 ± 4 L3 Perkebunan Sawit HGU HGU Tidak Tersedia

2PM 376 671252 9274556 ± 4 L3 Pemukiman Pemukiman HGU HM Tidak Tersedia

3PM 365 671190 9274452 ± 5 L1 Sawah Kebun Singkong HGU HGU Tidak Tersedia

4PM 373 670962 9274118 ± 3 L2 Kebun Singkong Lahan Terbuka HGU HGU Tersedia

5PM 348 670914 9274572 ± 4 L0 Perkebunan Sawit HGU HGU Tidak Tersedia

6PM 367 671301 9274571 ± 4 L1 Pemukiman Pemukiman HGU HM Tidak Tersedia

7PM 358 671060 9274148 ± 3 L1 Sawah Kebun Singkong HGU HGU Tidak Tersedia

8PM 373 670708 9273522 ± 5 L0 Kebun Campuran Kebun Campuran HGU HGU Tersedia

9PM 382 670615 9273338 ± 4 L0 Kebun Campuran Kebun Campuran HGU HGU Tersedia

10PM 367 670302 9273303 ± 4 L0 Semak Belukar Semak Belukar HGU HGU Tersedia

(50)

Lampiran 7 Kriteria kesesuaian lahan

Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guinensis JACK.) Persyaratan Penggunaan/

Karakteristik Lahan

Kelas Kesesuaian Lahan

S1 S2 S3 N

Temperatur (tr)

Temperatur rata-rata (0C)

25 – 28 22 – 25

Baik,sedang Agak terhambat Terhambat, agak cepat

Sangat terhambat, cepat Media Perakaran (rc)

Tekstur Halus, agak halus, sedang

Tingkat Bahaya Erosi Sangat ringan Ringan-sedang berat Sangat berat Retensi Hara (nr)

N-Total Sedang Rendah Sangat rendah

K2O Sedang Rendah Sangat rendah

P2O5

Tinggi Sedang Rendah -Sangat rendah Sumber : Djaenuddin tahun 2003

Tanaman Karet (Hevea brassiliensis M.A.) Persyaratan Penggunaan/

Karakteristik Lahan

Kelas Kesesuaian Lahan

S1 S2 S3 N

Temperatur (tr)

Temperatur rata-rata (0C)

26-30 30 24 34 26 22 - 24 >34 <22

Baik sedang Agak terhambat, terhambat

Sangat terhambat, cepat Media Perakaran (rc)

Tekstur Halus, agak halus Sedang Agak kasar kasar

Bahan Kasar <15 15-35 35-60 >60

Kedalaman Efektif >100 75 – 100 50-75 <50 Bahaya Erosi (eh)

Lereng <8 8-15 15-40 >40

Tingkat Bahaya Erosi Sangat ringan Ringan-sedang berat Sangat berat Retensi Hara (nr)

N-Total Sedang Rendah Sangat rendah

K2O Sedang Rendah Sangat rendah

P2O5 sedang rendah Sangat rendah

(51)

Tanaman Cengkeh (Eugenia aromatic L.)

Temperatur rata-rata (0C)

25 – 28 28 – 32

Baik,sedang Agak terhambat Terhambat, agak cepat Sangat terhambat, cepat Media Perakaran (rc)

Tekstur Halus, agak halus Sedang Agak kasar Kasar

Bahan Kasar <15 15-35 35-55 >55

Kedalaman Efektif >100 75 – 100 50-75 <50 Bahaya Erosi (eh)

Lereng <8 8-15 15-40 >40

Tingkat Bahaya Erosi Sangat ringan Ringan-sedang Berat Sangat berat Retensi Hara (nr)

N-Total Sedang Rendah Sangat rendah

K2O Sedang Rendah Sangat rendah

P2O5 Tinggi Sedang Rendah -Sangat rendah Sumber : Djaenuddin tahun 2003

Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O.KUNTZE) Persyaratan Penggunaan/

Karakteristik Lahan

Kelas Kesesuaian Lahan

S1 S2 S3 N

Temperatur (tr)

Temperatur rata-rata (0C)

19 – 21 21 – 24

Baik,sedang Agak terhambat Terhambat, agak cepat

Sangat terhambat, cepat Media Perakaran (rc)

Tekstur Halus, agak

halus Sedang Agak kasar Kasar, sangat kasar

Bahan Kasar <15 15-35 35-55 >55

Kedalaman Efektif >100 75 – 100 50-75 <50 Bahaya Erosi (eh)

Lereng <8 8-15 15-40 >40

Tingkat Bahaya Erosi Sangat ringan Ringan-sedang Berat Sangat berat Retensi Hara (nr)

Tinggi Sedang Rendah -Sangat rendah

K2O Sedang Rendah Sangat rendah

P2O5 Sedang Rendah Sangat rendah

(52)

Lampiran 8 Luas penggunaan lahan berdasarkan status kepemilikan lahan di kawasan perkebunan Kecamatan Jasinga

Penggunaan Lahan

Lampiran 9 Luas penggunaan lahan berdasarkan status kepemilikan lahan di kawasan perkebunan Kecamatan Nanggung

Lampiran 10 Nilai LQ perkebunan negara Kabupaten Bogor 2013 No Nama PBN/PTPN sesuai hak Areal

KELAPA SAWIT TEH KINA

LUAS PRODUKSI LUAS PRODUKSI LUAS PRODUKSI

1 CIKASUNGKA 2,896.53 1.35 1.42 0.00 0.00 0.00 0.00 2 CIMULANG 1,060.03 1.35 1.42 0.00 0.00 0.00 0.00

3 CIANTEN 857.74 0.00 0.00 3.99 3.40 0.00 0.00

Gambar

Gambar 1  Lokasi penelitian
Gambar 2  Bagan alir penelitian
Tabel 2  Teknik analisis data dan keluaran
Tabel 3  Kriteria lahan tersedia pada kawasan perkebunan berdasarkan atribut peta status lahan dan peta penggunaan lahan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Social policy (kebijakan sosial) dapat didefinisikan sebagai kebijakan yang bertujuan untuk.. meningkatkan kesejahteraan manusia dan memenuhi kebutuhan dasar manusia

[r]

Selain itu, modul ini akan menghubungkan penggunaan SIMP dengan setiap tahap dalam proses pengadaan barang/jasa dan menyampaikan cara-cara yang dapat digunakan oleh

 Business Models, Business Model Innovation, Consumer Behavior, Digital Business, Social Networks, Internet of Things,Big Data, Machine Learning, Cloud Technologies. CHEREAU

Paket pengadaan ini terbuka untuk Penyedia Jasa yang memenuhi persyaratan Memiliki SIUP Sesuai Dengan Yang di Syaratkan, dengan terlebih dahulu melakukan registrasi pada

Lakukan pengukuran untuk mengetahui impedansi input dan output penguat bertingkat.. Identifikasi besarnya penguatan penguat

When ulcer occurs, affected people experience pain and sourness on the empty stomach, but also between meals and sometimes late at night.. Some people may feel no internal

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu dengan mengisolasi dan mengidentifikasi jenis bakteri halofilik yang terdapat pada ikan talang (Chorinemus