• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh pemberian bahan humat, fosfor dan waktu inkubasi terhadap ketersediaan fosfor pada tanah latosol dan podsolik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh pemberian bahan humat, fosfor dan waktu inkubasi terhadap ketersediaan fosfor pada tanah latosol dan podsolik"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH DOSIS BAHAN HUMAT, FOSFOR DAN

WAKTU INKUBASI TERHADAP KETERSEDIAAN FOSFOR

PADA TANAH LATOSOL DAN PODSOLIK

MUNJAYANI

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Dosis Bahan Humat, Fosfor dan Waktu Inkubasi Terhadap Ketersediaan Fosfor pada Tanah Latosol dan Podsolik adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

MUNJAYANI. Pengaruh Dosis Bahan Humat, Fosfor dan Waktu Inkubasi Terhadap Ketersediaan Fosfor pada Tanah Latosol dan Podsolik. Dibimbing oleh HERU BAGUS PULUNGGONO dan BUDI NUGROHO

Salah satu permasalahan tanah masam adalah tingginya fiksasi fosfor yang mengakibatkan turunnya kadar P tersedia dalam tanah, fiksasi fosfor ini dapat diturunkan dengan ditambahkannya bahan organik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian bahan humat, larutan P dan waktu inkubasi terhadap ketersediaan fosfor pada Latosol dan Podsolik Dramaga. Penelitian dilakukan dengan penambahan bahan humat dengan dosis 0 ppm/200g tanah (D0), 25 ppm/ 200g tanah (D1) dan 50 ppm/200g tanah (D2). Larutan P dengan dosis 0 ppm/ 200g tanah (P0) dan 25 ppm/200g tanah (P1). Adapun waktu inkubasi 0 minggu (T0), 3 minggu (T3) dan 6 minggu (T6). Hasil penelitian menunjukkan terjadinya peningkatan P-tersedia setelah perlakuan pemberian bahan humat. Perlakuan D1 dan D2 secara nyata mampu meningkatkan P-tersedia pada Latosol sebesar 4.98 ppm dan 17.7 ppm, dan Podsolik sebesar 5.92 ppm dan 16.96 ppm. Kombinasi bahan humat, larutan P dan waktu inkubasi mampu meningkatkan pH secara nyata pada Latosol. Kombinasi bahan humat dan waktu inkubasi secara nyata meningkatakan pH pada Podsolik. Kombinasi larutan P dan waktu inkubasi secara nyata menurunkan Al-dd. Secara umum perlakuan terbaik untuk meningkatkan P-tersedia, pH dan menurunkan Al-dd yaitu D2P0T6.

(5)

ABSTRACT

MUNJAYANI. The Doses Effect of Humic Subtance, Phosphorus and Incubation Time Toward The Availability of Phosphorus in Latosol and Podsolic. Supervised by HERU BAGUS PULUNGGONO and BUDI NUGROHO

One of the problems in acid soils is the high phosphorus fixation, causing in declining of available P in soil, the phosphorus fixation can be decreased by the addition of organic matter. The purpose of this study is to determine the effect of humic substance, phosphorus, and incubation time on the availability of phosporus in Latosol and Podsolic Dramaga. The study was conducted by the addition of humic materials, the doses given are 0 ppm / 200g soil (D0), 25 ppm / 200g soil (D1) and 50 ppm / 200g soil (D2). The solution P doses given are 0 ppm / 200g soil (P0) and 25 ppm / 200g soil (P1). The incubation times are 0 week (T0), 3 weeks (T3) and 6 weeks (T6). The results showed an increasing in P-available after treatment of humic materials were applied. Treatment D1 and D2 were significantly able to increase available P in Latosol at 4.98 ppm and 17.7 ppm. Meanwhile, in the Podsolic the treatment of D1 and D2 increased P-avaliable at 5.92 ppm and 16.96 ppm. The combination of humic material, P solution and incubation time significanly improved soil pH of Latosol. The combination of humic materials and incubation time significantly increased the pH of the Podsolic. The combination of P solution and incubation time significantly decreased the Al-exch. In general, the best treatment to increase the available P, pH and decrease Al-exch is D2P0T6.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

PENGARUH DOSIS BAHAN HUMAT, FOSFOR DAN WAKTU

INKUBASI TERHADAP KETERSEDIAAN FOSFOR PADA

TANAH LATOSOL DAN PODSOLIK

MUNJAYANI

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan berkat dan rahmat-Nya sehingga skripsi berjudul “Pengaruh Dosis Bahan Humat, Fosfor dan Waktu Inkubasi Terhadap Ketersediaan Fosfor pada Tanah Latosol dan Podsolik Dramaga” dapat penulis selesaikan dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ir. Heru Bagus Pulunggono, M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi I yang telah memberikan arahan dan bimbingan, saran, serta semangat kepada penulis selama penempuh pendidikan dan penyelesaian skripsi. 2. Dr. Ir. Budi Nugroho, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi II atas

bimbingan, ide, kritik, saran, kesabaran dan ilmunya kepada penulis selama menempuh pendidikan dan penyelesaian skripsi.

3. Ir. Kamir R Brata, MSc selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan, ilmu serta semangat dan motivasi kepada penulis selama menempuh pendidikan.

4. Desi Nadalia, S.P, M.Si selaku dosen penguji atas kritik dan sarannya. 5. Kepada rekan-rekan Ilmu Tanah 47 dan semua pihak yang telah

memberikan semangat dan motivasi.

Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan bagi ilmu pengetahuan, khususnya bidang Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan.

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

METODE PENELITIAN 2

Waktu dan Tempat Penelitian 2

Bahan dan Alat 2

Rancangan Percobaan 2

Pelaksanaan 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Sifat Kimia Tanah Latosol Dramaga dan Podsolik Dramaga 5

Ketersediaan P dalam Tanah 6

pH Tanah 7

Al-dd Tanah 9

SIMPULAN DAN SARAN 11

Simpulan 11

Saran 11

DAFTAR PUSTAKA 12

LAMPIRAN 13

(14)

DAFTAR TABEL

1 Notasi dan kombinasi perlakuan pemberian dosis bahan humat,

dosis larutan P dan waktu inkubasi 2

2 Parameter dan metode analisis tanah hasil perlakuan 5 3 Hasil analisis tanah Latosol dan Podsolik Dramaga 5 4 Pengaruh kombinasi antara bahan humat, larutan P dan waktu inku-

basi terhadap pH Latosol 8

5 Pengaruh kombinasi dosis bahan humat dengan waktu inkubasi

terhadap pH Podsolik 8

6 Pengaruh perlakuan dosis larutan P dengan waktu inkubasi terhadap

Al-dd Latosol 9

7 Pengaruh perlakuan dosis larutan P dan waktu inkubasi

terhadap ketersediaan Al-dd Podsolik 10

DAFTAR GAMBAR

1 Prosedur Ekstrak Substansi Asam Humat 3

2 Pengaruh dosis bahan humat dan dosis larutan P terhadap

P-tersedia pada Latosol 6

3 Pengaruh dosis bahan humat, dosis larutan P dan waktu inkubasi

terhadap P-tersedia pada Podsolik 7

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kriteria penilaian sifat kimia tanah 13

2 Hasil Analisis Bahan humat dan Larutan P 13

3 Hasil Analisis Fraksi P-Inorganik 13

4 Pengaruh bahan humat, larutan P dan waktu inkubasi terhadap

P-tersedia pada Latosol 14

5 Pengaruh bahan humat, larutan P dan waktu inkubasi terhadap

P-tersedia pada Podsolik 14

6 Pengaruh bahan humat, larutan P dan waktu inkubasi terhadap pH

pada Latosol 15

7 Pengaruh bahan humat, larutan P dan waktu inkubasi terhadap pH

pada Podsolik 15

8 Pengaruh bahan humat, larutan P dan waktu inkubasi terhadap

Al-dd pada Latosol 16

9 Pengaruh bahan humat, larutan P dan waktu inkubasi terhadap

(15)

10 Sidik ragam pengaruh dosis bahan humat, dosis larutan P dan kombinasi dosis bahan humat dengan dosis larutan P terhadap

P-tersedia pada Latosol 17

11 Sidik ragam pengaruh dosis bahan humat, dosis larutan P dan kombinasi dosis bahan humat dengan dosis larutan P terhadap

P-tersedia pada Podsolik 17

12 Sidik ragam pengaruh dosis bahan humat, dosis larutan P dan kombinasi dosis bahan humat dengan dosis larutan P terhadap pH

pada Latosol 18

13 Sidik ragam pengaruh dosis bahan humat, dosis larutan P dan kombinasi dosis bahan humat dengan dosis larutan P terhadap pH

pada Podsolik 18

14 Sidik ragam pengaruh dosis bahan humat, dosis larutan P dan kombinasi dosis bahan humat dengan dosis larutan P terhadap

Al-dd pada Latosol 19

15 Sidik ragam pengaruh dosis bahan humat, dosis larutan P dan kombinasi dosis bahan humat dengan dosis larutan P terhadap

(16)
(17)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia dengan sebaran tanah masam yang tinggi mempunyai masalah terhadap ketersediaan unsur hara, terutama unsur P. Defisiensi fosfor pada tanah masam umumnya disebabkan oleh terikatnya unsur tersebut pada zarah-zarah padat tanah seperti klei kaolinit dan oksida-oksida besi dan aluminium serta oleh reaksi antara fosfor dengan aluminium sehingga fosfor tersebut tidak tersedia ( Radjagukguk 1983 ).

Proses fiksasi fosfor banyak dijumpai ditanah masam. Sanchez (1976) mengemukakan alumunium dapat ditukar bereaksi dengan monokalsium fosfat dan membentuk senyawa yang tidak larut (Al(OH)2H2PO4). Pengaruh tidak

langsung dari mekanisme tersebut adalah menurunnya ketersediaan P dalam tanah. Makin tinggi kandungan besi dan oksida aluminium, maka makin besar daya fiksasi fosfor tanah tersebut. Kebanyakan fase padat fosfor berasosiasi dengan Fe dan Al pada tanah masam. Fosfor yang ditambahkan kedalam tanah akan tererap dengan cepat dan kemudian terfiksasi atau dapat juga mengendap membentuk senyawa yang berkelarutan rendah.

Penambahan bahan humat kedalam tanah mampu untuk meningkatkan ketersediaan P, dengan mencegah terjadinya interaksi logam Al dan Fe dengan ion P melalui reaksi kompleks dan khelat, sehingga P yang ada di dalam tanah dapat larut. Kandungan senyawa humat menurut Arsiati (2002) yaitu 56.2 % C, 35.5 % O, 47 % H, 3.2 % N dan 0.8 % S. Sedangkan, Eggertz (1888) dalam Orlov (1985) mengatakan bahwa senyawa humat mengandung 0.6 – 1.1 % S dan 0.2 – 3.7 % P. Eggertz juga mengamati adanya 5.6 % Al dan Fe oksida, 0.05 – 0.15 % sodium (Na), 0.6 % kalium sulfat, magnesium dan mangan.

Penelitian Herviyanti et al (2012) mengungkapkan bahwa pemberian bahan humat yang diekstrak dari batubara muda dan dikombinasikan dengan pupuk P dapat memperbaiki beberapa sifat kimia tanah. Pemberian 800 ppm bahan humat ditambah pupuk P dengan dosis 300kg TSP ha-1 meningkatkan pH sebesar 0.53 unit, P-tersedia sebesar 6.35 ppm, C-organik 0.01 %, dan menurunkan Al-dd sebesar 0.70 me/100 g dibanding kontrol. Selain itu, ketersediaan P dalam tanah di pengaruhi oleh penggenangan. Menurut Chang (1957) mobilitas fosfor pada tanah tergenang lebih tinggi daripada tidak tergenang. Meskipun ketersediaan P pada tanah dalam kondisi tergenang lebih besar daripada kondisi lahan kering, terutama di daerah tropis, kekurangan P menyebabkan perlu dilakukan pemupukan fosfat. Pada penelitian ini dilakukan penambahan bahan humat yang diharakan dapat meningkatkan ketersediaan fosfor pada tanah dengan perlakuan inkubasi.

Tujuan Penelitian

(18)

2

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini berlangsung pada bulan April 2014 hingga Juli 2014, di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan yaitu bahan humat, Potasium phosphat (KH2PO4)

sebagai sumber P, contoh tanah yang diambil dari Latosol dan Podsolik di kebun percobaan Cikabayan, serta bahan kimia untuk analisis.

Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu peralatan untuk pengambilan contoh tanah di lapangan, pH meter, pipet, kertas saring, erlenmeyer, labu Kjeldahl, saringan ukuran 2-mm, spektrofotometer Uv-Vis, AAS (Atomic Absorbtion Spectrophotometer), flame emission spectrophotometry, serta alat-alat laboratorium lainnya.

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan faktor pertama dosis bahan humat 0 ppm (D0), 25 ppm (D1) dan 50 ppm (D2). Faktor kedua dosis larutan P0 ppm (P0) dan 25 ppm (P1). Faktor ketiga waktu inkubasi 0 minggu (T0), 3 minggu (T3), 6 minggu (T6). Percobaan dilakuakan dengan tiga kali ulangan sehingga diperoleh 54 satuan percobaan. Keseluruhan perlakuan yang dicobakan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Notasi dan kombinasi perlakuan pemberian dosis bahan humat, dosis larutan P dan waktu inkubasi

Kode perlakuan

Perlakuan

inkubasi Bahan Humat Larutan P

minggu ………ppm………....

(19)

3 Data hasil percobaan selanjutnya dianalisis ragam untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap variabel yang diamati. Pada perlakuan yang memberikan pengaruh nyata selanjutnya dilakukan dengan uji lanjut dengan uji wilayah Duncan

((DMRT) Duncan Multiple Range Test )) dengan taraf 5 %. Model persamaan

matematika di sajikan sebagai berikut:

Keterangan: Y = Rataan μ = Nilai tengah

αi = Pengaruh dosis bahan humat ke-i

βj = pengaruh dosis larutan P ke-j

ɣk = Pengaruh waktu inkubasi ke-k

αiβj =Pengaruh dosis bahan humat dan dosis larutan P

αiɣk = Pengaruh dosis bahan humat dan waktu inkubasi

βjɣk = Pengaruh dosis larutan P dan waktu inkubasi

αiβjɣk = Pengaruh dosis bahan humat, dosis larutan P dan waktu inkubasi

εijk = Galat percobaan

Pelaksanaan

1. Persiapan bahan

(20)

4

- Bahan humat yang digunakan merupakan cairan pekat hasil ekstraksi dari batubara jenis lignit (Oklima 2014). Prosedur ekstrak substansi asam humat (Gambar 1) dilakuakan dengan cara bahan organik endapan kering udara ditimbang 375 gram lalu dikocok dengan 830 ml NaOH 0.1N (takaran satu kali pembuatan menghasilkan 9% asam humat). Bahan yang larut disebut senyawa humat, sedangkan bahan yang mengendap disebut Humin lalu dibuang. Kemudian senyawa humat yang di hasilkan di ekstrak dengan HCl 0.1N hingga pH 2.0 dan disentrifuse (3500 rpm) selama 15 menit bertujuan untuk memisahakan asam humat pada bagian yang mengendap dan bagian yang larut dengan HCl disebut asam fulvat kemudian dibuang. Setelah itu dilakuan pemurnian asam humat menggunakan NaOH 0.1 N hingga pH 6.25 agar asam humat aman untuk tanah dan tanaman (Prakarsa 2012).

- Bahan humat diperoleh dari pengenceran humat primer yang diambil sebanyak 25 ml dan 50 ml yang kemudian diencerkan dengan aquades 1L. Hasil pengenceran dipipet 1 ml dan diencerkan kembali menjadi 1L sehingga diperoleh pengenceran sebanyak 40 000 kali dan 20 000 kali. - Fosfor diperoleh dari pengenceran Photassium Phospat. Penggunaan

Photassium Phospat karena mudah larut sehingga P yang ditambahkan dapat tersedia dalam tanah. Untuk tanah Latosol dibutuhkan sebesar 0.184 gram Photassium Phospat, sedangkan untuk tanah Podsolik dibutuhkan sebesar 0.179 gram. Kemudian masing-masing diencerkan menjadi 1L. 2. Persiapan inkubasi

- Tanah yang telah di ambil dari lapang dikeringkan kemudian ditumbuk dan disaring dengan saringan berukuran 2 mm. Selanjutya, tanah ditimbang sebanyak 200 gram dan dimasukkan kedalam ember berukuran 1L. Lalu di campur dengan bahan humat dan fosfor sesuai perlakuan dengan perbandingan 1:4.

- Untuk percobaan blanko maka ditambahkan sebanyak 800 ml aquades pada ember yang telah berisi tanah 200 gram. Percobaan bahan humat (D1) dilakukan dengan memasukkan 800 ml bahan humat yang telah diencerkan sebanyak 40 000 kali, sedangkan percobaan bahan humat (D2) dilakuakan dengan memasukkan 800 ml bahan humat yang telah diencerkan sebanyak 20 000 kali. Untuk perlakuan fosfor ditambahkan 800 ml KH2PO4 yang telah diencerkan sebanyak 1L.

- Ember yang telah dicampur bahan humat dan fosfor kemudian di tutup plastik dan disimpan pada suhu ruang dan diinkubasi selama 3 minggu dan 6 minggu.

3. Pengamatan

(21)

5 4. Analisis tanah

- Tanah yang telah diinkubasi di analisis dengan parameter dan metode yang disajikan pada Tabel 2.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sifat Kimia Tanah Latosol Dramaga dan Podsolik Dramaga

Hasil analisis awal pada tanah Latosol dan Podsolik Dramaga yang digunakan pada penelitian disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 menunjukkan ketersediaan P dalam bentuk P2O5 pada Latosol

Dramaga yang digunakan yaitu 11.50 ppm sedangkan pada Podsolik Dramaga yaitu 15.50 ppm. Dari kedua data yang diperoleh menunjukkan bahwa ketersediaan fosfor tergolong rendah (PPT 1983).

Tabel 2 Parameter dan metode analisis tanah hasil perlakuan

Parameter Metode

Tabel 3 Hasil analisis tanah Latosol dan Podsolik Dramaga

(22)

6

Ketersediaan P dalam Tanah

Hasil analisis ragam perlakuan bahan humat dan larutan P terhadap P-tersedia pada Latosol (Lampiran 10) menunjukkan bahwa perlakuan dosis bahan humat dan larutan P secara tunggal masing-masing berpengaruh sangat nyata terhadap P-tersedia, sedangkan untuk waktu inkubasi tidak berpengaruh nyata. Pada kombinasi perlakuan bahan humat dan larutan P, bahan humat dengan waktu inkubasi, larutan P dengan waktu inkubasi atau pun kombinasi ketiganya tidak berpengaruh nyata terhadap P-tersedia. Hasil uji Duncan pengaruh perlakuan bahan humat dan larutan P terhadap P-tersedia pada Latosol disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2(a) merupakan grafik hubungan antara perlakuan pemberian dosis bahan humat terhadap P tersedia. Perlakuan D1 tidak berbeda nyata terhadap D0 tetapi D2 nyata lebih tinggi dibandingkan D0 dan D1. Peningkatan P-tersedia pada perlakuan D1 dan D2 dibandingkan dengan D0 masing-masing 4.98 ppm dan 17.7 ppm. Nilai P-tersedia tertinggi pada perlakuan D2 sebesar 50.18 ppm. Peningkatan P-tersedia ini karena gugus karboksil dan fenolik dalam asam humat mempunyai sifat dapat mengikat ion Al, Fe dan Ca dari larutan tanah, membentuk senyawa kompleks yang sukar larut. Dengan demikian konsentrasi ion Al, Fe dan Ca yang bebas dalam larutan akan berkurang, sehingga fosfat tersedia akan lebih banyak.

Gambar 2(b) grafik hubungan antara perlakuan pemberian dosis larutan P terhadap P-tersedia. Perlakuan P1 nyata terhadap P0. Peningkatan P-tersedia pada P1 dibandingkan dengan P0 adalah 22.3 ppm. P-tersedia yang terukur pada perlakuan P1 sebesar 51.19 ppm. Nilai P-tersedia pada perlakuan P1 lebih tinggi dari pada perlakuan D1 sebesar 13.73 ppm dan perlakuan D2 sebesar 1.72 ppm, hal ini dapat dilihat pada (Lampiran 2) bahwa P tersedia yang terukur pada Larutan P1 sebesar 0.83 ppm sedangkan pada bahan humat D1 sebesar 0.024 ppm dan bahan humat D2 sebesar 0.032.

Hasil analisis ragam perlakuan bahan humat dan larutan P terhadap P-tersedia pada Podsolik (Lampiran 11) tidak jauh berbeda dengan Latosol. Perlakuan bahan humat dan larutan P secara tunggal masing-masing berpengaruh sangat nyata terhadap P-tersedia. Sedangkan, untuk waktu inkubasi tidak berpengaruh nyata terhadap P-tersedia pada tanah. Begitu pula dengan kombinasi Gambar 2 Pengaruh dosis bahan humat dan dosis larutan P terhadap P-tersedia

(23)

7 perlakuan bahan humat dan larutan P, bahan humat dengan waktu inkubasi, larutan P dengan waktu inkubasi atau pun kombinasi ketiganya. Hasil uji Duncan Pengaruh bahan humat, larutan P dan waktu inkubasi terhadap ketersediaan P pada Podsolik disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3(a) menunjukkan bahwa perlakuan D2 nyata lebih tinggi dari D0 dan D1, sedangkan pada perlakuan D1 tidak berbeda nyata dengan perlakuan D0. Peningkatan P-tersedia pada perlakuan D2 terhadap perlakuan D1 yaitu sebesar 5.92 ppm dan terhadap D0 sebesar 16.96 ppm. Perlakuan D2 memiliki kandungan P-tersedia tertinggi yaitu 52.68 ppm, hal ini terjadi karena dengan semakin besar takaran bahan humat yang diberikan maka semakin besar ketersediaan P pada tanah. Hasil penelitian Setiyandi (2014) pemberian bahan humat sebanyak 15 ml dan 50 ml pada Inseptisol Dramaga, P tersedia meningkat dari 5.3 ppm meningkat menjadi berturut-turut 49 ppm dan 39 ppm, sedangkan pada Inseptisol Surade dari 4.8 ppm meningkat menjadi berturut-turut 29 ppm dan 33 ppm.

Minardi (2006) dalam Ariyanto (2006) menyatakan bahwa bahan humat mempunyai peran dalam pelepasan P yang terjerap dalam tanah serta meningkatkan ketersediaan P dalam tanah. Proses yang terjadi dalam lepasnya P dari jerapan P yaitu unsur logam (Al dan Fe) yang menjerap P melepaskan ikatannya dengan P dan berganti ikatan dengan bahan dalam tanah. Ikatan inilah yang menandakan terjadinya interaksi antara logam dengan senyawa organik atau lebih dikenal dengan pengkhelatan.

Gambar 3(b) menunjukkan bahwa perlakuan P1 nyata lebih tinggi P-tersedia dibandingkan dengan P0. Peningkatan P-P-tersedia pada perlakuan P1 terhadap P0 sebesar 22.44 ppm. Kandungan P-tersedia yang terukur pada perlakuan P1 sebesar 54.57 ppm. Tingginnya P-tersedia pada perlakuan ini karena peranan P yang berasal dari larutan P yang digunakan.

pH Tanah

Hasil analisis ragam perlakuan bahan humat, larutan P dan waktu inkubasi terhadap pH pada Latosol (Lampiran 12) menunjukkan bahwa perlakuan larutan P, waktu inkubasi, kombinasi bahan humat dengan P, kombinasi bahan humat dengan waktu inkubasi, kombinasi P dengan waktu inkubasi, berpengaruh sangat Gambar 3 Pengaruh dosis bahan humat, dosis larutan P dan waktu inkubasi

(24)

8

nyata terhadap pH. Begitu pula dengan kombinasi antara ketiganya bahan humat, larutan P, dan waktu inkubasi berpengaruh sangat nyata terhadap pH. Hasil uji Duncan pengaruh bahan humat, larutan P dan waktu inkubasi terhadap pH Latosol disajikan pada Tabel 4.

Pada Tabel 4 secara rata-rata bahwa perlakuan bahan humat, fosfor dan waktu inkubasi cenderung meningkatkan pH. Semakin tinggi dosis bahan humat pH semakin meningkat. Akan tetapi semakin tinggi larutan P yang di berikan pH tidak meningkat, hanya pada perlakuan D1P1T6 pH terlihat meningkat sebesar 0.14 dari D1P0T0. Yang paling berperan dalam peningkatan pH yaitu waktu inkubasi. Kenaikan pH karena perlakuan waktu inkubasi tersebut sesuai dengan pendapat Black (1968) bahwa naiknya pH tanah yang digenangi terutama disebabkan oleh reduksi ferrioksida atau ferri hidroksida menjadi bentuk ferro yang lebih larut, dengan proses sebagai berikut :

Menurut Ponnamperuma (1977) dalam Pulunggono (1985) menyatakan bahwa tanah yang digenangi pada tanah masam pH naik mendekati netral, sedangkan pada tanah alkalin pH turun mendekati netral. Untuk sebagian tanah mineral, pH tanah dari tanah yang sudah digenangi selama beberapa minggu mencapai sekitar 6.5 atau 7.0. Perlakuan D2P0T6 memiliki nilai pH tertinggi yaitu 5.65.

Hasil analisis ragam perlakuan bahan humat, larutan P dan waktu inkubasi terhadap pH pada Podsolik (Lampiran 13) menunjukkan bahwa perlakuan waktu inkubasi dan bahan humat berpengaruh sangat nyata terhadap pH, sedangkan perlakuan lainnya tidak nyata. Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa perlakuan waktu inkubasi T3 dan T6 berpengaruh nyata terhadap T0 dapat dilihat pada Tabel 5.

Fe(OH)3 + e Fe2+ + 3 OH

-Tabel 4 Pengaruh kombinasi antara bahan humat, larutan P dan waktu inkubasi terhadap pH Latosol

(25)

9 Pada perlakuan inkubasi terlihat bahwa T6 berbeda sangat nyata dengan T3 dan T0, begitu juga T3 berbeda sangat nyata terhadap T6 dan T0. Peningkatan pH pada T6 terhadap T3 sebesar 0.20 dan terhadap T0 sebesar 0.70. pH Podsolik dengan perlakuan bahan humat menunjukkan peningkatan akan tetapi tidak berpengaruh nyata. Begitu pula dengan larutan P yang tidak berpengaruh terhadap kenaikan pH pada tanah. Hal ini terjadi karena kandungan liat pada Podsolik tinggi sehingga P yang ada pada bahan humat dan larutan P terjerap.

Al-dd Tanah

Hasil analisis ragam (Lampiran 14) menunjukkan bahwa perlakuan larutan P dan waktu inkubasi berpengaruh nyata dan sangat nyata terhadap Al-dd tetapi perlakuan bahan humat dan kombinasi antara larutan P dan waktu inkubasi tidak berpengaruh nyata. Hasil uji Duncan pengaruh perlakuan dosis larutan P dengan waktu inkubasi terhadap Al-dd pada Latosol disajikan pada Tabel 6.

Al-dd Latosol pada perlakuan T6 nyata lebih rendah dibandingkan T0, namun tidak berbeda nyata dibandingkan perlakuan T3. Perlakuan T3 tidak berbeda nyata dengan T0. Penurunan Al-dd pada perlakuan T3 dan T6 terhadap T0 masing-masing secara berurutan yaitu 1.32 dan 2.03. Selain itu penurunan Al-dd juga dipengaruhi oleh pH yang meningkat. Wright (1989) mengatakan bahwa semakin tinggi pH tanah, Al cenderung menjadi Al(OH)3 yang sukar larut. Ion

Al(OH)2+ berada pada selang pH 4.7, Al(OH)3 berada pada selang pH 6.5 dan 8

sedangkan Al(OH) 4- diatas pH 8. Penambahan bahan humat dan lamanya waktu

inkubasi dapat menurunkan Al-dd.

(26)

10

Hasil analisis ragam perlakuan bahan humat, larutan P dan waktu inkubasi pada tanah Podsolik (Lampiran 15) menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi antara waktu inkubasi dan perlakuan P berpengaruh sangat nyata terhadap Al-dd, sedangkan untuk perlakuan yang lainnya tidak berpengaruh nyata. Pengaruh kombinasi dosis larutan P dan waktu inkubasi disajikan pada Tabel 7.

Perlakuan P0T6 dan P1T3 berbeda nyata terhadap P0T0. Pada perlakuan P0T6 dan P1T3 terjadi penurunan Al terhadap P0T0 masing-masing sebesar 1.96 dan 1.06. Secara rata-rata terlihat bahwa perlakuan P meningkatkan Al-dd sedangkan perlakuan senyawa humat cenderung menurunkan Al-dd. Penurunan kadar Al-dd pada perlakuan inkubasi karena terbentuknya endapan aluminium hidroksida akibat tingginya ion OH- terlarut sejalan dengan meningkatnya pH tanah. Selain itu karena kandungan liat Podsolik yang tinggi sehingga Al terjerap oleh liat dan menyebabkan Al-dd menurun. Tan (2003) menyatakan bahwa Al yang terjerap oleh komplek liat dapat terhidrolisis dan menghasilkan ion H+, sehingga konsentrasi ion tersebut meningkat di dalam tanah. Peningkatan Al-dd terjadi dengan semakin tingginya larutan P yang diberikan hal ini kemungkinan karena adanya peningkatan Fe sehingga P lebih banyak mengikat Fe daripada Al.

(27)

11

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Bahan humat dan Larutan P mampu meningkatkan P-tersedia. Pada Latosol perlakuan bahan humat D2 meningkatkan P-tersedia sebesar 17.7 ppm dan perlakuan P1 meningkatkan P sebesar 17.7 ppm. Pada Podsolik perlakuan bahan humat D2 meningkatkan P-tersedia sebesar 16.96 ppm dan perlakuan P1 meningkatkan P-tersedia sebesar 22.44 ppm. Dengan meningkatnya P-tersedia terjadi peningkatan pH dan penurunan Al-dd, hal ini karena P mampu mengikat Al dalam bentuk Al-P. Kombinasi bahan humat, larutan P dan waktu inkubasi mampu meningkatkan pH secara nyata pada Latosol. Kombinasi bahan humat dan waktu inkubasi secara nyata meningkatkan pH pada Podsolik. Kombinasi larutan P dan waktu inkubasi secara nyata menurunkan Al-dd. Secara umum perlakuan terbaik untuk meningkatkan P-tersedia, pH dan menurunkan Al-dd yaitu D2P0T6.

Saran

(28)

12

DAFTAR PUSTAKA

Ariyanto DP. 2006. Ikatan antara asam organik tanah dengan logam. Jurusan Ilmu Tanah Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Arsiati A. 2002. Sifat-sifat asam humat hasil ekstraksi dari berbagai jenis bahan dan pengekstrak. [Skripsi]. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Chang SC, ML Jackson. 1957. Fractionation of soil phosphorus. Soil Sci. 84:133 144.

Herviyanti, Ahmad F, Sofyani R, Darmawan, Gusnidar, Saidi A. 2012. Pengaruh pemberian bahan humat dari ekstrak batubara muda (subbituminus) dan pupuk P terhadap sifat kimia Ultisol serta produksi tanaman jagung (Zea mays L.). J Solum. 9(1):15-24.

Minardi. 2006. Peran asam humat dan fulvat dari bahan organik dalam pelepasan P terjerap pada Andisol. Ringkasan Disertasi. Program Pasca Sarjana Universitas Brawijaya Malang

Oklima AM. 2014. Pemanfaatan abu batubara (coal ash) dan bahan humat sebagai amelioran pada lahan reklamasi bekas tambang. [Tesis]. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Ponnamperuma FN. 1972. The chemistry of submerged soils. adv. Agron. 24:29-96.

Prakasrsa GP. 2012. Pengaruh asam humat dan fosfor pada pertumbuhan tanaman jagung ( zea mays L) dan sifat kimia latosol Cimulang. [skripsi]. Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Pulunggono HB. 1985. Pengaruh penggenangan terhadap perubahan ketersediaan fosfor pada tanah Podsolik Jasinga dan Alluvial Bekasi.[skripsi]. Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Pusat Penelitian Tanah. 1983. Kriteria Penilaian Sifat-sifat Kimia Tanah. Bogor: Pusat Penelitian Tanah, Departemen Pertanian.

Radjagukguk B. 1983. Masalah Pengapuran Tanah Mineral Masam Di Indonesia.Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yokyakarta. Sanchez PA. 1976. Properties and Management of Soils in The Tropics. John

Willey and Sons. New York.

Setiyadi I. 2014. Pengaruh pemberian ekstrak bahan organik dari kompos kotoran ayam, kompos kotoran sapi dan bahan humat terhadap p tersedia pada inseptisol dramaga dan inseptisol surade. [skripsi]. Departemen Ilmu Tanah Sumberdaya Lahan. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Tan KH. 2003. Humic Matter in Soil and the Environment. Marcel Dekker Inc.

(29)

13 Lampiran 1 Kriteria penilaian sifat kimia tanah (PPT 1983)

Sifat Kimia Tanah Sangat rendah

Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi C-Organik (%) < 1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.00

Lampiran 2 Hasil Analisis Bahan humat dan Larutan P

Bahan organik cair pH P-Tersedia

(ppm)

Bahan Humat 25 ppm 6.38 0.024

Bahan Humat 50 ppm 6.55 0.032

Larutan P Tanah Latosol 25 ppm 5.00 0.073

Larutan P Tanah Podsolik 25 ppm 5.08 0.083

Lampiran 3 Hasil Analisis Fraksi P-Inorganik

(30)
(31)

15

Lampiran 6 Pengaruh bahan humat, larutan P dan waktu inkubasi terhadap pH pada Latosol

(32)

16

Lampiran 8 Pengaruh bahan humat, larutan P dan waktu inkubasi terhadap Al-dd pada Latosol

(33)

17

P 1 6711.12 6711.12 25.99 ** 4.13 7.44

T 2 164.44 82.22 0.32 3.27 5.28

D*P 2 168.52 84.26 0.33 3.27 5.28

D*T 4 10.09 2.52 0.01 5.30 3.92

P*T 2 61.02 30.51 0.12 3.27 5.28

D*P*T 4 23.11 5.78 0.02 5.30 3.92

Galat 36 9294.58 258.18

Total 54 105994.69

Keterangan: Angka yang diikuti tanda (*) nyata pada α<0.05, sedangkan yang diikuti dengan tanda (**) nyata pada α<0.01

P 1 6796.22 6796.22 44.89 ** 4.13 7.44

T 2 213.22 106.61 0.70 3.27 5.28

D*P 2 35.59 17.79 0.12 3.27 5.28

(34)

18 Faktor korelasi 1 1418.34 1418.34

D 2 0.02 0.01 1.19 3.27 5.28

Keterangan: Hasil uji DMRT angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf nyata 0.05 (α = 5 %)dan 0.01 (α = 1%) Faktor korelasi 1 1340.82 1340.82

D 2 0.08 0.04 4.69 * 3.27 5.28

(35)

19 Lampiran 14 Sidik ragam pengaruh dosis bahan humat, dosis larutan P dan kombinasi dosis bahan humat dengan dosis larutan P terhadap Al-dd pada Latosol

Keterangan: Hasil uji DMRT angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf nyata 0.05 (α = 5 %)dan 0.01 (α = 1%)

Lampiran 15 Sidik ragam pengaruh dosis bahan humat, dosis larutan P dan kombinasi dosis bahan humat dengan dosis larutan P terhadap Al-dd pada Podsolik

Sumber

keragaman Db Jk Rjk F-hit

F-total 0.05 0.01 Faktor korelasi 1 2852.57 2852.57

D 2 13.60 6.80 2.65 3.27 5.28

(36)

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Ciamis pada 19 Agustus 1992, putri dari Bapak Jaelani Sidik dan Ibu Siti Aminah. Tahun 1999 penulis memulai studi di Madrasah Ibtidaiyyah (MI) Tegalsari hingga lulus pada tahun 2004. Penulis melanjutkan pendidikan di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) Adawiyyah Banjarsari pada tahun 2004-2007. Setelah lulus penulis melanjutkan studinya di SMA Negeri 1 Banjarsari pada tahun 2007-2010.

(37)

Gambar

Tabel 1  Notasi dan kombinasi perlakuan pemberian dosis bahan humat, dosis
Gambar 1  Prosedur Ekstrak Substansi Asam Humat
Tabel 3  Hasil analisis tanah Latosol dan Podsolik Dramaga
Gambar 2.
+3

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pembubutan Komponen Pesawat Udara 526.. Pengefraisan Komponen Pesawat

[r]

dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Pemberian Tambahan Penghasilan Bagi Pegawai Negeri Sipil Yang Ditugaskan Di Kantor

[r]

Langkah pertama adalah menentukan tujuan dari sekolah atau kelas, Langkah kedua adalah mengembangkan pengalaman belajar yang membantu siswa untuk

Dengan adanya produk cacat yang ditemukan dalam proses produksi maupun produk jadi maka akan menyebabkan tingginya biaya produksi yang harus dikeluarkan perusahaan

Saya merasa puas dengan pekerjaan saya saat ini... Saya merasa senang dengan