• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Sumber Karbon Dalam Perbanyakan Bakteri Pengurai Untuk Perbaikan Kualitas Air Media Pemeliharan Udang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Sumber Karbon Dalam Perbanyakan Bakteri Pengurai Untuk Perbaikan Kualitas Air Media Pemeliharan Udang"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS SUMBER KARBON DALAM PERBANYAKAN

BAKTERI PENGURAI UNTUK PERBAIKAN KUALITAS AIR

MEDIA PEMELIHARAAN UDANG

ALIFANI YASINTA

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRISI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas Sumber Karbon dalam Perbanyakan Bakteri Pengurai untuk Perbaikan Kualitas Air Media Pemeliharaan Udang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2015

Alifani Yasinta

(4)

ABSTRAK

ALIFANI YASINTA. Efektivitas Sumber Karbon dalam Perbanyakan Bakteri Pengurai untuk Perbaikan Kualitas Air Media Pemeliharan Udang. Dibimbing oleh KADARWAN SOEWARDI dan SIGID HARIYADI.

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efektivitas sumber karbon yang berbeda untuk peningkatan populasi bakteri dalam perbaikan kualitas air media dan limbah pemeliharaan udang. Penelitian dilakukan dalam skala laboratorium mengggunakan rancangan acak lengkap in time dengan empat perlakuan, tiga ulangan dengan waktu pengamatan setiap tujuh hari selama 42 hari. Pengukuran parameter kualitas air meliputi: amonia, nitrat, nitrit, COD, oksigen terlarut, pH, salinitas, suhu, dan jumlah koloni bakteri. Hasil pengamatan menunjukan bahwa penggunaan sumber karbon dari gula pasir lebih efektif menurunkan bahan organik dibandingkan dengan sumber karbon molase. Hal ini ditunjukan dengan pertumbuhan jumlah koloni bakteri pada perlakuan gula pasir lebih tinggi dibandingkan pada perlakuan lainnya.

Kata kunci: limbah budidaya udang, nutrien, sumber karbon

ABSTRACT

ALIFANI YASINTA. The Effectiveness of Carbon Sources on Microbial Bacteria Reproduction for the Improvement of Water Quality Maintenance of Medium Shrimp. Supervised by KADARWAN SOEWARDI and SIGID HARIYADI.

This research was aimed to find out the effectiveness of different carbon sources for population increase bacteruim to the improvement of water quality maintenance of medium and shrimp culture wastewater. The research was conducted in laboratory scale using “In Time-Completely Randomized Design”. Samples were performed at four treatments with three repetitions, those were observed every seven days for 42 days. The parameters of water quality measurment were ammonia, nitrate, nitrite, COD, dissolved oxygen (DO), pH, salinity, and the number of bacteria. The observation result showed that the use of carbon source from sugar is more effective to reduce organic materials than molase carbon source. It is proved by the growth of bacteria colony in sugar treatment is higher than other treatments.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan

EFEKTIVITAS SUMBER KARBON DALAM PERBANYAKAN

BAKTERI PENGURAI UNTUK PERBAIKAN KUALITAS AIR

MEDIA PEMELIHARAAN UDANG

ALIFANI YASINTA

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul skripsi : Efektivitas Sumber Karbon dalam Perbanyakan Bakteri Pengurai untuk Perbaikan Kualitas Air Media Pemeliharaan Udang

Nama : Alifani Yasinta NIM : C24110045

Program studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Kadarwan Soewardi Pembimbing I

Dr Ir Sigid Hariyadi, MSc Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Mohammad Mukhlis Kamal, MSc Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul Efektivitas Sumber Karbon dalam Perbanyakan Bakteri Pengurai untuk Perbaikan Kualitas Air Media Pemeliharaan Udang ini dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Departemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, terutama kepada:

1. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan studi kepada Penulis

2. Beasiswa PPA/BBM IPB yang telah membantu biaya kuliah Penulis di Institut Pertanian Bogor

3. Dr Majariana Krisanti, SPi MSi selaku pembimbing akademik dan dosen penguji.

4. Prof Dr Ir Kadarwan Soewardi selaku dosen pembimbing I dan kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk mengikuti penelitian ini

5. Dr Ir Sigid Hariyadi, MSc selaku dosen pembimbing skripsi II

6. Keluarga tercinta (Bapak, Ibu dan Adik) atas doa, kasih sayang dan semangat kepada Penulis

7. Teman-teman MSP dan non-MSP yang telah membantu penelitian ini. Demikian skripsi ini disusun, semoga bermanfaat.

Bogor, September 2015

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Tempat 2

Tahapan Penelitian 3

Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Hasil 5

Pembahasan 9

KESIMPULAN DAN SARAN 14

Kesimpulan 14

Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 14

LAMPIRAN 17

(10)

DAFTAR TABEL

1 Metode untuk mengukur parameter kualitas air 3

2 Sidik ragam RAL in time penerapan bakteri 4

3 Hasil pengukuran suhu 9

4 Hasil pengukuran nilai pH 9

DAFTAR GAMBAR

1 Skema perumusan masalah 2

2 Perubahanjumlah koloni bakteri 5

3 Konsentrasi Total Ammonia Nitrogen 5

4 Konsentrasi amonia bebas 6

5 Konsentrasi nitrit 7

6 Konsentrasi nitrat 7

7 Konsentrasi COD 8

8 Konsentrasi DO 8

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data jumlah koloni bakteri (cfu mL-1) selama penelitian pada

masing-masing perlakuan 17

2 Hasil anilisis ragam parameter TAN 17

3 Hasil analisis ragam parameter amonia bebas 17

4 Hasil analisis ragam parameter nitrit 18

5 Hasil analisis ragam parameter nitrat 18

6 Hasil analisis ragam parameter COD 18

7 Hasil uji lanjut Duncan 19

8 Efektivitas penurunan bahan organik (%) oleh bakteri 19 9 Data suhu (oC) selama penelitian pada masing-masing perlakuan 19 10 Data pH selama penelitian pada masing-masing perlakuan 20

11 Susunan wadah penelitian 20

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kegiatan budidaya khususnya udang mengalami peningkatkan seiring dengan kebutuhan pakan udang yang mengandung protein. Dampaknya dapat menghasilkan buangan limbah organik keperairan. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk mengolah limbah tersebut. Pengolahan limbah dapat dimulai dari memperbaiki sistem budidaya yang lebih efisien. Salah satu cara untuk mengolah limbah organik, yaitu menggunakan bakteri.

Bakteri yang digunakan yaitu bakteri nitrifikasi yang berperan dalam proses dekomposisi bahan organik dalam tambak. Bakteri yang memanfaatkan senyawa organik, yaitu bakteri heterotrof yang mempunyai peran penting dalam proses hidrolisis untuk menguraikan molekul yang kompleks. Keberadaan bakteri ini sangat penting karena berperan dalam mereduksi limbah menjadi unsur hara (Priadie 2012). Namun, ketika kondisi bahan organik melimpah dan jumlah bakteri terbatas maka kerja bakteri akan semakin berat sehingga tidak seluruh bahan organik dapat terdekomposisi.

Bakteri memerlukan sumber karbon untuk pertumbuhan. Sumber karbon dalam sistem budidaya berasal dari pakan, agar lebih efektif dalam mempercepat pertumbuhan bakteri dalam mendekomposisi bahan organik ditambahkan sumber karbon dari luar. Hal tersebut dilalukan agar buangan limbah kelingkungan dapat berkurang.

Sumber karbon yang digunakan, yaitu molase dan gula pasir. Sumber karbon digunakan sebagai energi untuk pertumbuhan bakteri sehingga dapat meningkatkan efektivitas bakteri dalam mendekomposisi bahan organik. Patjara dan Rachmansyah (2010) menyatakan bahwa molase merupakan sumber karbon yang dapat meningkatkan keberadaan bakteri. Kandungan sukrosa pada gula pasir berkisar 97,1%, sedangkan molase mengandung sukrosa sebesar 40-55%.

Perumusan Masalah

Teknologi budidaya udang dengan padat penebaran yang semakin tinggi memberikan konsekuensi pakan yang meningkat. Hal ini menyebabkan penurunan kualitas air yang diakibatkan adanya peningkatan bahan organik yang masuk kedalam kolam pemeliharaan tersebut. Tingginya kandungan bahan organik di kolam udang dapat mengakibatkan penurunan kualitas air dan berdampak kematian pada udang.

(12)

2

a

T idak

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efektivitas sumber karbon yang berbeda untuk peningkatan populasi bakteri dalam perbaikan kualitas air media dan limbah pemeliharaan udang.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah dapat diterapkan sebagai salah satu alternatif pengolahan limbah budidaya udang dalam meningkatkan kualitas air.

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan selama enam minggu mulai dari Maret hingga April 2015. Penelitian dilakukan pada skala laboratorium, bertempat di Laboratorium Fisika dan Kimia Lingkungan, Bagian Produktivitas dan Lingkungan Perairan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan serta Laboratorium Mikro Biologi, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan llmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Gambar 1 Skema perumusan masalah

(13)

3

Tahapan Penelitian Tahap persiapan

Persiapan dimulai dengan menyiapkan 12 buah galon dengan empat perlakuan dan masing-masing tiga kali ulangan. Perlakuan yang digunakan, yaitu M (molase), GP (gula pasir), TK&TB (tanpa karbon dan tanpa bakteri) dan TK (tanpa karbon). Sterilisasi media air laut dengan kaporit yang didiamkan selama 24 jam. Alat-alat dan wadah yang akan digunakan sebelumnya dicuci hingga bersih dan dikeringkan. Hal ini dilakukan untuk menghindari organisme yang tidak diinginkan. Sumber karbon yang digunakan dalam bentuk cair dan difermentasi selama 24 jam. Bahan yang digunakan untuk membuat fermentasi, yaitu dedak, ragi, bakteri, susu skim, dan sumber karbon, yang kemudian dilarutkan dalam air. Peralatan penelitian berupa galon disusun pada sebuah rak dan dihubungankan dengan aerator. Galon yang digunakan masing-masing diisi air sebanyak 13 liter dan dimasukan udang sebanyak 13 ekor per galon.

Pelaksanaan Penelitian

Penelitian utama meliputi pemeliharaan udang yang dilakukan selama satu minggu, setelah satu minggu untuk perlakuan molase, gula pasir, dan tanpa karbon diberikan 13 mL bakteri per dua hari. Sumber karbon ditambahkan pada perlakuan molase dan gula pasir sebanyak 130 mL per empat hari. Pergantian air dilakukan setiap tiga hari sekali sebanyak satu liter dengan perbandingan 1:1 air laut dan air tawar (500 mL air laut dan 500 mL air tawar). Pemberian pakan dilakukan sebanyak satu kali sehari. Pengamatan parameter kualitas air dan bakteri dilakukan setiap seminggu sekali selama enam minggu. Waktu pengambilan contoh pukul 13:00-17:00 WIB. Pengambilan contoh air sebanyak 250 mL pada masing-masing perlakuan dan ulangan kemudian dilakukan pengukuran DO, suhu, pH, dan salinitas secara in situ. Metode analisis yang digunakan untuk mengukur parameter kualitas air disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1Metode untuk mengukur parameter kualitas air

Parameter Satuan Metode Alat ukur Pertumbuhan bakteri cfu mL-1 Total plate count Cawan petri Total Ammonia

Nitrogen

mg L-1 Phenate Spektrofotometer Amonia bebas mg L-1 Persentase unionized

amonia*

-

Nitrat mg L-1 Brucine Spektrofotometer

Nitrit mg L-1 Indophenol Spektrofotometer

COD mg L-1 Refluks tertutup Spektrofotometer

DO mg L-1 Winkler Titrimetrik

Suhu oC - Termometer

pH - - Indikator pH skala

(14)

4

Pertumbuhan koloni bakteri

Analisis pertumbuhan bakteri dilakukan melalui penghitungan jumlah koloni bakteri menggunakan hitungan cawan petri dengan media agar. Menurut Kharisma dan Manan (2012) bahwa analisis penghitungan bakteri dilakukan dengan menerapkan metode total plate count (TPC). Total Plate Count merupakan metode penghitungan bakteri dengan menghitung jumlah koloni bakteri yang hidup yang berada dalam kisaran 30 sampai 300 cfu mL-1 dalam pengenceran tertentu.

Analisis Data

Sidik ragam Rancangan Acak Lengkap (RAL) in time

Sidik ragam RAL in time digunakan untuk mengetahui pengaruh perlakuan, waktu pengamatan, dan interaksi antara perlakuan dengan waktu pengamatan terhadap penurunan bahan organik (nitrit, nitrat, amonia dan COD) serta beberapa parameter kualitas air (pH, suhu, dan DO). Sidik ragam rancangan pengamatan berulang (repeated measures) pada penelitian ini disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Sidik ragam RAL in time penerapan bakteri

Sumber : Mattjik dan Sumertajaya (2000) Hipotesis:

H0 : µ1 = µ2 = µ3; penambahan sumber karbon yang berbeda pada bakteri pengurai yang sama tidak memperbaiki kualitas air.

H1 : setidaknya ada satu jenis sumber karbon yang berbeda pada bakteri pengurai yang sama menunjukan perbaikan nilai kualitas air.

Uji pengaruh diperoleh dengan membandingkan nilai Fhit dan Ftab. Jika Fhit > Ftab, maka H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa penambahan sumber karbon yang berbeda berpengaruh terhadap penurunan limbah organik dan peningkatan kualitas air.

Uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT)

Menurut Mattjik dan Sumertajaya (2000), jika dalam kesimpulan uji pengaruh yang diambil H0 ditolak atau H1 diterima, maka selanjutnya dilakukan uji pembanding berganda untuk menentukan perlakuan mana yang menyebabkan H0 ditolak. Uji lanjut yang digunakan yaitu Duncan multiple range test (DMRT) atau uji perbandingan berganda Duncan.

Sumber Keragaman Db JK KT Fhit Ftab

Perlakuan (A) a-1 JKA KTA KTA/KTGa Fα(dbA, dbGa)

Galat (a) a(n-1) JKGa KTGa

Waktu (B) b-1 JKB KTB KTK/KTGb Fα(dbB,dbGb) Galat (b) a(b-1)(n-1) JKGb KTGb

(15)

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil penelitian didasarkan pada jumlah perbanyakan bakteri pengurai dan keefektifan sumber karbon baik molase maupun gula pasir dalam mendekomposisi limbah organik budidaya udang. Uji statistik dilakukan untuk mengetahui perubahan pada masing-masing parameter yang diamati.

Jumlah koloni bakteri

Pertumbuhan bakteri ditentukan berdasarkan hasil perhitungan jumlah koloni bakteri dengan metode cawan. Grafik pertumbuhan koloni bakteri selama penelitian disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2 Perubahan jumlah koloni bakteri

Jumlah koloni bakteri pada masing-masing perlakuan meningkat setiap pengamatan, namun pada perlakuan tanpa karbon mengalami penurunan pada pengamatan ke-42. Jumlah koloni bakteri terendah terdapat pada perlakuan TK&TB.

Total Ammonia Nitrogen

Total ammonia nitrogen (TAN) atau amonia total merupakan jumlah amonia yang terukur di perairan, yang terdapat dalam bentuk amonium dan amonia bebas yang tidak terionisasi. Hasil pengukuran TAN selama penelitian disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3 Konsentrasi Total Ammonia Nitrogen

(16)

6

Konsentrasi TAN cenderung mengalami penurunan pada perlakuan gula pasir mulai pengamatan ke-21 sampai pengamatan ke-42. Pada perlakuan tanpa karbon pengamatan ke-42 mengalami kenaikan. Konsentrasi TAN masing-masing perlakuan molase, gula pasir, TK&TB dan tanpa karbon selama penelitian berkisar 0,2706-0,5538; 0,2030-0,5849; 0,2098-1,2747; dan 0,1763-0,6954 mg L -1

. Uji statistik menunjukkan konsentrasi TAN tidak berbeda terhadap perlakuan yang diberikan.

Amoniabebas (NH3-N)

Dekomposisi bahan organik yang mengandung nitrogen ditandai dengan terbentuknya amonia. Amonia bebas merupakan bentuk amonia yang tidak terionisasi dan bersifat toksik diperairan dalam jumlah tertentu. Hasil pengukuran amonia bebas selama penelitian disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4 Konsentrasi amonia bebas

Konsentrasi amonia bebas masing-masing perlakuan cenderung mengalami penurunan, namun pada perlakuan TK&TB mengalami kenaikan mulai pengamatan ke-28 sampai pengamatan ke-42. Konsentrasi amonia bebas tertinggi terdapat pada perlakuan gula pasir pengamatan ke-7 dan terendah terdapat pada pengamatan ke-42. Konsentrasi amonia bebas masing-masing perlakuan molase, gula pasir, TK&TB dan tanpa karbon selama penelitian berkisar 0,0003-0,0010; 0,0001-0,0009; 0,0004-0,0008; dan 0,0003-0,0010 mg L-1. Uji statistik menunjukan kosentrasi amonia bebas berbeda terhadap perlakuan yang diberikan.

Nitrit (NO2- -N)

(17)

7

Gambar 5 Konsentrasi nitrit

Konsentrasi nitrit pada masing-masing perlakuan cenderung berfluktuasi dan mengalami penurunan pada pengamatan ke-14 sampai pengamatan ke-28. Konsentrasi nitrit masing-masing perlakuan molase, gula pasir, TK&TB dan tanpa karbon selama penelitian berkisar 0,1536-0,2757; 0,1596-0,2907; 0,1668-0,3119; dan 0,1637-0,3394 mg L-1. Uji statistik menunjukan konsentrasi nitrit tidak berbeda terhadap perlakuan yang diberikan.

Nitrat (NO3- -N)

Nitrat merupakan bentuk utama dari senyawa nitrogen di perairan yang dimanfaatkan sebagai nutrien bagi pertumbuhan (Effendi 2003). Hasil pengukuran nitrat selama penelitian disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6 Konsentrasi nitrat

Konsentrasi nitrat berfluktuasi pada masing-masing perlakuan. Konsentrasi nitrat masing-masing perlakuan molase, gula pasir, TK&TB dan tanpa karbon selama penelitian berkisar 1,5235-2,2113; 1,0595-1,6489; 1,4068-2,4642; dan 1,0473-1,7189 mg L-1. Uji statistik menunjukan konsentrasi nitrat berbeda terhadap perlakuan yang diberikan .

Kebutuhan oksigen kimiawi atau chemical oxygen demand

Kebutuhan oksigen kimiawi atau chemical oxygen demand adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi senyawa organik secara kimiawi. Hasil pengukuran COD selama penelitian disajikan pada Gambar 7.

(18)

8

Gambar 7 Konsentrasi COD

Konsentrasi COD pada masing-masing perlakuan cenderung mengalami penurunan, namun pada perlakuan TK&TB mengalami kenaikan mulai pengamatan ke-21 sampai pengamatan ke-25. Konsentrasi COD masing-masing perlakuan molase, gula pasir, TK&TB dan tanpa karbon selama penelitian berkisar 51,9855-87,2899; 41,3333-78,1594; 66,5652-98,7319; dan 65,0800-84,1739 mg L-1. Uji statistik menunjukan nilai COD berbeda terhadap perlakuan yang diberikan .

Oksigen terlarut atau dissolved oxygen

Dekomposisi bahan organik dan oksidasi anorganik dapat mengurangi kadar oksigen terlarut. Dissolved Oxygen (DO) adalah jumlah mg L-1 gas oksigen yang terlarut dalam air (Hariyadi et al. 1992). Hasil pengukuran oksigen terlarut selama penelitian disajikan pada Gambar 8.

Gambar 8 Konsentrasi DO

Konsentrasi oksigen terlarut (DO) pada masing-masing perlakuan selama pengamatan cenderung mengalami penurunan. Oksigen terlarut tertinggi terdapat pada perlakuan molase pengamatan ke-14.

Suhu

Suhu air merupakan parameter yang penting karena berpengaruh terhadap pertumbuhan, kehidupan akuatik dan reaksi kimia dalam suatu perairan terutama sistem metabolisme biota akuatik. Kisaran nilai suhu (oC) selama penelitian disajikan pada Tabel 3.

(19)

9

Tabel 3 Hasil pengukuran suhu

Pengamatan ke- Suhu

Molase Gula Pasir TK & TB Tanpa Karbon

7 28,0 28,3 28,1 27,1

14 27,0 27,0 27,0 28,5

21 27,0 27,6 27,0 28,5

28 26,5 27,0 26,5 28,3

35 27,5 28,5 28,0 28,0

42 27,0 28,6 28,3 28,0

Pengukuran suhu dilakuakan setiap pukul 14:00 selama pengamatan. Kondisi suhu pada masing-masing perlakuan berkisar 26,5-28,6 oC. Nilai suhu tersebut masih dalam kisaran normal untuk budidaya udang.

Nilai pH media

Nilai pH menggambarkan konsentrasi dari ion hidrogen di perairan yang berkaitan dengan karbondioksida bebas dan alkalinitas dan mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia. Kisaran nilai pH selama penelitian disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Hasil pengukuran nilai pH

Pengamatan ke- Derajat keasaman

Molase Gula Pasir TK & TB Tanpa Karbon

7 6,5 6,5 6,5 6,3

14 6,5 6,5 6,5 6,5

21 6,0 6,0 6,0 6,3

28 6,5 6,0 6,0 6,0

35 6,0 5,8 6,0 6,5

42 6,0 5,8 5,8 5,7

Pengukuran pH setiap pengamatan dilakukan pada siang hari pukul 14:00- 15:00 WIB. Kondisi pH pada masing-masing perlakuan masih dalam kisaran normal untuk kehidupan udang.

Pembahasan

Pengelolaan limbah organik dapat dilakukan secara biologi dengan menggunakan bakteri. Penambahan sumber karbon baik molase maupun gula pasir berfungsi mempercepat pertumbuhan koloni bakteri dalam menguraikan bahan organik Pemilihan sumber karbon molase dan gula pasir didasarkan efisiensi dan kemudahan diperoleh.

(20)

10

Pengamatan jumlah koloni bakteri pada masing-masing perlakuan cenderung meningkat, namun pada perlakuan tanpa penambahan sumber karbon pengamatan ke-42 mengalami penurunan (Gambar 2). Penurunan jumlah koloni bakteri dapat disebabkan oleh penurunan sumber karbon didalamnya. Menurut Apriadi (2008) menyatakan bahwa pemanfaatan bahan organik oleh bakteri dilakukan melalui konversi bahan organik menjadi sel-sel baru, yang dapat menyebabkan penambahan jumlah bakteri di perairan. Aktivitas dekomposisi bahan organik oleh bakteri dari limbah budidaya bergantung pada sumber karbon yang tersedia (Fontenot et al. 2007).

Jumlah koloni bakteri pada perlakuan gula pasir lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan molase (Lampiran 1). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sarkono et al. (2012) menyatakan bahwa, optimasi produksi selulosa bakteri terdapat pada penambahan gula, selain itu jumlah kandungan sukrosa lebih tinggi pada gula pasir. Sularjo (2010) menyatakan bahwa kandungan gula pasir berupa: sukrosa 97,1%, gula reduksi 1,24%, kadar air 0,61%.

Simanjuntak (2009) menyatakan bahwa kandungan molase berupa: sukrosa sebesar 40-55%. Molase adalah sumber karbon yang paling disukai dibandingkan glukosa (Sarlin dan Philip 2013). Menurut Samocha et al. (2007) penambahan jumlah molase berdasarkan dengan asumsi bahwa enam gram karbon yang diperlukan untuk mengkonversi satu gram TAN, yang dihasilkan dari pakan.

Jumlah koloni bakteri pada perlakuan molase mulai meningkat pada pengamatan ke-35 sampai akhir pengamatan. Hal ini disebabkan pada awal pengamatan bakteri, dengan penambahan sumber karbon molase masih beradaptasi dengan lingkungan. Menurut Patjara dan Rahmansyah (2010) menyatakan bahwa penambahan molase pada media air budidaya dengan aerasi cukup, dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri dan dapat meningkatkan konsumsi oksigen.

Hasil pengamatan jumlah koloni bakteri terendah terdapat pada perlakuan TK&TB. Hal ini disebabkan oleh sumber karbon dalam pakan tidak mencukupi, selain itu pembentukan bakteri baru dapat menimbulkan persaingan antar bakteri untuk memperoleh makanan. Moriarty (1997) menyatakan bahwa jumlah koloni bakteri yang bertambah menunjukan bahwa bahan organik pada limbah dapat dimanfaatkan, sehingga pertumbuhan bakteri dapat berlangsung dengan baik. Menurut Badjoeri dan Widiyanto (2008) bahwa bakteri dapat membantu proses flokulasi biomassa mikrobiologi yang bermanfaat dalam penurunan beban masukan bahan organik.

Amonia diperairan merupakan hasil katabolisme protein yang diekskresikan oleh ikan (Hargreaves 1998). Total Ammonia Nitrogen (TAN) merupakan jumlah amonia yang terukur diperairan, yang terdapat dalam bentuk amonium yang dapat terionisasi (NH4+) dan amonia bebas yang tidak terionisasi (NH3) (Effendi 2003).

Sumber amonia pada media pemeliharaan udang berasal dari pakan yang tidak termanfaatkan dan hasil eksresi (feses) udang.

(21)

11

kandungan amonia diduga keberadaan oksigen dan kepekatan air media dalam kolam (Megahed dan Mohamed 2014).

Kosentrasi TAN akan terus meningkat apabila jumlah karbon menurun, sehingga diperlukan adanya penambahan sumber karbon setiap hari agar manajemen amonia terus berlangsung. Pada perlakuan tanpa karbon dan TK&TB konsentrasi TAN cenderung berfluktuasi dan pada akhir pengamatan nilainya meningkat (Gambar 3). Hal ini dikaitkan dengan koloni bakteri pada perlakuan TK&TB jumlahnya lebih sedikit dibandingkan perlakuan lain, sehingga bakteri tidak mampu mengguraikan bahan organik dengan baik. Menurut Sukenda (2006) menyatakan bahwa penambahan karbon dapat meningkatkan asimilasi N oleh bakteri yang berimplikasi pada pengurangan jumlah TAN.

Patjara dan Rachmansyah (2010) kandungan NH3-N 0,45 mg L-1 dapat menghambat laju pertumbuhan udang. Kandungan NH3-N 1,29 mg L-1 sudah membunuh beberapa jenis udang. Hasil pengamatan selama penelitian kandungan TAN berkisar 0,1763-1,2747 mg L-1, namun udang tetap hidup karena konsentrasi amonia bebasnya rendah . Kandungan TAN (NH3-N) sebesar 0,05-0,2 mg L-1 sudah menghambat laju pertumbuhan organisme akuatik pada umumnya (Megahed dan Mohamed 2014). Amonia hasil penguraian bahan organik teroksidasi menjadi nitrat (proses nitrifikasi) (Muchtar 2007). Uji statistik menunjukkan bahwa perbedaan perlakuan (P>0,05) tidak berpengaruh terhadap perubahan konsentrasi TAN, sedangkan perbedaan waktu pengamatan memberikan pengaruh berbeda (P<0,05) terhadap perubahan konsentrasi TAN (Lampiran 2).

Amonia bebas merupakan amonia yang tidak terionisasi dan bersifat toksik dalam jumlah tertentu diperairan (Effendi 2003). Berdasarkan hasil pengamatan konsentrasi amonia bebas cenderung menurun, dibandingkan konsentrasi TAN yang berfluktuasi. Pada perlakuan gula pasir, lebih efektif dalam menurunkan konsentrasi amonia bebas, penurunan konsentrasi amonia bebas pada perlakuan gula pasir sebesar 85,6318% dan lebih tinggi dibandingkan perlakuan lain (Lampiran 8). Hal ini sesuai dengan pernyataan Rahman (2008) bahwa penambahan gula dapat mempercepat pertumbuhan bakteri dan dapat langsung dimanfaatkan oleh bakteri dalam mendekomposisi bahan organik untuk menurunkan amonia bebas.

Konsentrasi amonia bebas pada perlakuan molase juga mengalami penurunan, namun pada pengamatan ke-28 mengalami peningkatan, demikian pula halnya dengan perlakuan tanpa karbon yang mengalami peningkatan pada akhir pengamatan (Gambar 4). Hal ini dapat disebabkan oleh suhu dan pH. Menurut Effendi (2003) perubahan konsentrasi amonia bebas dipengaruhi oleh pH dan suhu, ketika pH tinggi maka amonia bebas akan tinggi, demikian pula halya dengan suhu. Uji statistik menunjukkan bahwa perbedaan perlakuan (P>0,05) tidak berpengaruh terhadap perubahan konsentrasi amonia bebas, sedangkan perbedaan waktu pengamatan dan interaksi antara waktu dengan perlakuan memberikan pengaruh berbeda (P<0,05) terhadap perubahan nilai amonia bebas (Lampiran 3).

Nitrit merupakan bentuk peralihan antara amonia dan nitrat. Menurut Song

(22)

12

menjadi meracuni udang bila dalam air kandungannya mencapai 0,5 mg L-1. Berdasarkan hasil pengamatan konsentrasi nitrit masing-masing perlakuan tidak mengalami perubahan yang signifikan dan nilainya cenderung rendah (Gambar 5). Hasil tersebut disebabkan oleh berlangsungnya proses nitrifikasi yang menghasilkan zat berupa nitrit. Menurut Rahman (2008) bahwa dengan adanya bakteri nitrobacter dapat mengoksidasi ion nitrit menjadi ion nitrat (NO3) yang selanjutnya diserap oleh fitoplankton melalui proses denitrifikasi (Rahman 2008). Perubahan konsentrasi nitrit juga disebabkan sifat nitrit yang cepat mengalami perubahan dengan adanya oksigen (Effendi 2003). Uji statistik menunjukkan bahwa perbedaan waktu pengamatan (P<0,05) berpengaruh terhadap perubahan konsentrasi nitrit, sedangkan perbedaan perlakuan dan interaksi antara perlakuan dengan waktu pengamatan (P>0,05) tidak berpengaruh terhadap penurunan konsentrasi nitrit (Lampiran 4).

Nitrat merupakan senyawa yang terbentuk dari proses oksidasi amonia menjadi nitrit dan proses oksidasi senyawa nitrit menjadi nitrat oleh bantuan bakteri Nitrobacter (Hargreaves 1998). Menurut Badjoeri dan Widiyanto (2008) proses nitrifikasi berjalan lambat pada kadar oksigen terlarut kurang dari 2 mg L-1 dan akan berhenti pada pH kurang dari 6. Berdasarkan pengamatan pada masing-masing perlakuan konsentrasi nitrat cenderung berfluktuasi, namun pada perlakuan tanpa penambahan sumber karbon terjadi perubahan yang tidak signifikan.

Pada perlakuan penambahan sumber karbon gula pasir konsentrasi nitrat mengalami penurunan dari pengamatan ke-21 sampai pengamatan ke-35 (Gambar 6). Uji statistik parameter nitrat menunjukkan bahwa perbedaan perlakuan, waktu pengamatan dan interaksi antara perlakuan dengan waktu pengamatan (P<0,05) berpengaruh terhadap perubahan konsentrasi nitrat (Lampiran 5), maka dilakukan uji lanjut dengan hasil, pada perlakuan gula pasir dan molase menunjukan perbedaan signifikan terhadap perubahan konsentrasi nitrat (Lampiran 7). Perubahan konsentrasi nitrat selama pengamatan mengindikasikan terjadinya proses nitrifikasi dan denitrifikasi pada media pemeliharaan udang. Nitrat yang tinggi dapat disebabkan tidak dimanfaatkan oleh bakteri autotrof (Sitorus et al.

2005).

Perhitungan nilai COD tidak bisa membedakan bahan organik yang hidup dan mati, sehingga bakteri juga terhitung didalamnya. Berdasarkan hasil pengamatan pada perlakuan TK&TB pengamatan ke-28 mengalami kenaikan. Hal ini dikarenakan jumlah koloni bakteri pada pengamatan tersebut menurun. Pada perlakuan gula pasir lebih rendah dibandingkan pada perlakuan lainnya. Hal tersebut dapat disebabkan dengan kondisi oksigen terlarut yang menurun, oksigen tersebut digunakan oleh bakteri pada perlakuan gula pasir untuk mendekomposisi bahan organik. Menurut Ikhlas et al. (2014) bahwa dalam hal ini mikroorganisme bakteri yang ada dalam perlakuan gula dapat bekerja optimal dengan memanfaatkan sukrosa dalam jumlah yang banyak untuk mendegradasi limbah organik

(23)

13

mikroorganisme secara biologis. Uji statistik parameter COD menunjukkan bahwa perbedaan perlakuan, waktu pengamatan dan interaksi antara perlakuan dengan waktu pengamatan (P<0,05) berpengaruh terhadap perubahan nilai COD (Lampiran 6), maka dilakukan uji lanjut dengan hasil, pada perlakuan molase dan tanpa karbon menunjukan perbedaan yang signifikan terhadap perubahan nilai COD (Lampiran 7).

Oksigen terlarut merupakan faktor yang menentukan dalam budidaya udang dan kehidupan bakteri. Oksigen diperlukan udang untuk respirasi serta proses-proses fisiologi sel yang berperan dalam pembentukan energi yang dibutuhkan dalam proses metabolisme nutrien dalam pakan. Demikian pula halnya dengan bakteri yang memerlukan oksigen untuk respirasi dalam mendekomposisi bahan organik. Kandugan oksigen terlarut pada semua perlakuan mengalami penurunan setiap pengamatan. Kisaran nilai DO semua perlakuan berkisar 3,2165-6,7672 mg L-1, nilai ini masih baik untuk kehidupan udang vaname dan bakteri didalamnya.

Pantjara dan Rahmansyah (2010) menyatakan bahwa konsentrasi oksigen terlarut yang optimum untuk pertumbuhan udang berada pada kisaran 4,0-7,0 mg L-1. Pada perlakuan gula pasir dan tanpa karbon konsentrasi oksigen terlarutnya lebih rendah dibandingkan perlakuan lain (Gambar 8). Hal ini disebabkan oksigen banyak digunakan pada proses dekomposisi bahan organik oleh bakteri perlakuan gula pasir dibandingkan pada perlakuan sumber karbon molase. Menurut Effendi (2003) menyatakan bahwa dekomposisi bahan organik dan oksidasi anorganik dapat mengurangi kadar oksigen terlarut bahkan sampai oksigen tersebut habis.

Suhu merupakan salah satu parameter lingkungan yang mempengaruhi metabolisme dari organisme akuatik dalam hal ini udang dan bakteri. Pengamatan suhu dilakukan satu minggu setiap pengambilan contoh. Nilai suhu selama penelitian berkisar 26,5–29 oC (Tabel 3 dan Lampiran 7). Kisaran suhu tersebut masih dalam kategori yang stabil untuk budidaya udang dan bakteri didalamnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suwoyo dan Mangampa (2010) bahwa suhu optimum sebagai persyaratan tambak udang berkisar 27-30 oC. Suhu optimum bagi udang berkisar 25-29 oC (Yusniasari 2009).

Nilai pH selama pengamatan mengalami perubahan gradual. Perubahan perminggu hanya 0,5 unit, sehingga perubahan pH tidak terlalu signifikan, dan tidak mempengaruhi udang dan bakteri didalamnya. Kisaran nilai pH selama pengamatan pada semua perlakuan berkisar 5,5-6,5 (Tabel 4 dan Lampiran 8). Nilai pH yang optimum untuk budidaya udang 6,5-7 (Suwoyo dan Mangampa 2010). Nilai pH lebih dari 7 menunjukkan bahwa perairan teroksidasi dengan baik. Kondisi demikian mendukung bakteri nitrifikasi dalam mengoksidasi amonia menjadi nitrit dan nitrat (Badjoeri dan Widiyanto 2008).

(24)

14

dekomposisi bahan organik. Hal tersebut dapat meningkatkan kualitas air sehingga buangan air limbah kelingkungan dapat dikurangi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukan penggunaan sumber karbon gula pasir lebih efektif dibandingkan molase dalam meningkatkan populasi bakteri sehingga dapat mengurangi kandungan bahan organik limbah budidaya udang.

Saran

Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai alternatif sumber karbon baru yang lebih efektif dan efisien. Dikarenakan harga gula pasir yang cukup mahal maka tidak efisien jika digunakan setiap hari. Penggunaan gula pasir dapat dilakukan ketika tambak udang terserang penyakit untuk menekan bakteri vibrio dengan mempercepat pertumbuhan bakteri nitrifikasi.

DAFTAR PUSTAKA

[APHA; AWWA; WEF] American Public Health Association; American Water Works Association; Water Environment Federation. 2012. Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater. 22nd ed. Rice EW, Baird RB, Eaton AD, Clesceri LS, editor. Washington DC (US): APHA. 1360 p.

Apriadi T. 2008. Kombinasi Bakteri dan Tumbuhan Air sebagai Bioremediator dalam Mereduksi Kandungan Bahan Organik Limbah Kantin. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Badjoeri M dan Widiyanto T. 2008. Penggunaan Bakteri Nitrifikasi untuk Bioremediasi dan Pengaruhnya terhadap Konsentrasi Amonia dan Nitrit di Tambak Udang. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia. 34(2): 261-278. Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Fifendy M, Eldini dan Irdawati. 2013. Pengaruh Pemanfaatan Molase terhadap Jumlah Mikroba dan Ketebalan Nata pada Teh Kombucha. Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung. Lampung.

(25)

15

Hargreaves JA. 1998. Nitrogen Biogeochemistry of Aquaculture Ponds.

Aquaculture. 166: 181-212.

Hariyadi S, Suryadiputra INN dan Widigdo B. 1992. Limnologi. Metode Analisa Kualitas Air. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Ikhlas N, Sumiyati S dan Sutrisno E. 2014. Penurunan COD Limbah Cair Tapioka dengan Teknologi Biofilm menggunakan Media Biofilter Susunan

Honeycomb Potongan Bambu dan Penambahan Effective Microorganism

(EM-4). Teknik Lingkungan. 3(4): 1-12.

Kharisma A dan Manan A. 2012. Kelimpahan Bakteri Vibrio sp. pada Air Pembesaran Udan Vannamei (Litopenaeus vannamei) sebagai Deteksi Dini Serangan Penyakit Vibriosis. Perikanan dan Kelautan. 4(2): 129-134. Mattjik, A.A, dan I.M. Sumertajaya. 2000. Perancangan Percobaan dengan

dengan Aplikasi SAS dan Minitab Jilid I. Edisi Kedua. Bogor (ID): IPB-Press.

Megahed ME dan Mohamed K. 2014. Sustainable Growth of Shrimp Aquaculture through Biofloc Production as Alternative Fishmeal in Shrimp Feeds.

Agricultural Science. 6(6): 176-188

Moriarty DJW. 1997. The Role of Mikroorganism in Aquaculture Ponds.

Aquaculture. 151: 333-349.

Muchtar RZ. 2007. Penggunaan Bakteri Kultur Alami (Alcagines sp., Bacillus sp. dan Chromobacterium sp.) dalam Pengelolaan Air Limbah Rumah Makan (Kantin). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Patjara B dan Rachmansyah. 2010. Efisiensi Pakan melalui Penambahan Molase pada Budidaya Udang Vaname Salinitas Rendah. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. Sulawesi Selatan. 859-867.

Priadie B. 2012. Teknik Bioremediasi sebagai Alternatif dalam Upaya Pengendalian Pencemaran Air. Ilmu Lingkungan. 10(1): 38-48.

Rachmawati I. 2007. Penggunaan Molase, Fishmeal dan Soymeal sebagai Media Produksi Pseudomonas stutzeri ASL T2 untuk Probiotik di Tambak Udang. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Rahman A. 2008. Fermentasi Gula dengan Menggunakan Effective Microorganism (EM4) dan Oxygen Treatment (OTC) untuk Mengendalikan Kualitas Air pada Budidaya Ikan Patin di Kolam Irigasi.

Bumi lestari. 8: 128-135.

Samocha TM, Patnaik S, Speed M, Ali AM, Burger JM, Almeida RV, Ayub Z, Harisanto M, Horowitz A, dan Brock DL. 2007. Use of Molasses as Carbon Source in Limited Discharge Nursery and Grow-out Systems for

Litopenaeus vannamei. Aquacultural Engineering. 36: 184-191.

Sarkono, Moeljopawiro S, Setiaji B dan Sembiring. 2012. Optimasi Kondisi Fermentasi untuk Produksi Selulosa Bakteri oleh Strain SLK-1 dalam Media Dasar Air Kelapa. Biologi. 9(1): 490-495.

Sarlin PJ dan Philip R. 2013. A Molasses Based Fermentation Medium for Marine Yeast Biomass Production. Research in Marine Sciences. 2(2): 39-44. Simanjuntak R. 2009. Studi Pembuatan Etanol dari Limbah Gula (Molase).

[Skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatra Utara.

(26)

16

Song ZF, An J, Fu GH dan Yang XL. 2011. Isolation and Characterization of An aerobic Denitrifying Bacillus sp. YX-6 from Shrimp Culture Ponds.

Aquaculture. 319: 188-193.

Strickland JDH dan Parson TR. 1972. A Practicial Handbook of Seawater Analysis. Ottawa (US): Fisheries Research Board of Canada.

Sukenda, Hadi P dan Haris E. 2006. Pengaruh Pemberian Sukrosa sebagai Sumber Karbon dan Probiotik terhadap Dinamika Populasi Bakteri dan Kualitas Air Media Budidaya Udang Vanname (Litopenaeus vannamei).

Akuakultur Indonesia. 5(2): 179-190.

Sularjo. 2010. Pengaruh Perbandingan Gula pasir dan Daging Buah terhadap Kualitas Permen Pepaya. Magistra. 22(44): 39-48.

Suwoyo HS dan Mangampa M. 2010. Aplikasi Probiotik dengan Konsentrasi Berbeda pada Pemeliharaan Udang Vaname (Litopenaeus vannamei). Prosiding forum inovasi teknologi akuakultur. Sulawesi Selatan.

Panjaitan P. 2010. Shrimp Culture of Penaeus monodon with Zero Water Exchange Model (ZWEM) using Molasses. Coastal Development. Vol:14(01): 35-44

(27)

17

LAMPIRAN

Lampiran 1 Data jumlah koloni bakteri (cfu mL-1) selama penelitian pada masing-masing perlakuan

Pengamatan ke- Jumlah rataan koloni bakteri (cfu mL -1

)

Gula pasir Molase Kontrol Tanpa Karbon

7 650 000 590 000 320 000 460 000

14 1 100 000 820 000 390 000 780 000

21 3 200 000 1 250 000 280 000 3 200 000 28 4 900 000 1 050 000 710 000 5 100 000 35 8 900 000 7 600 000 310 000 6 900 000 42 9 300 000 8 900 000 280 000 6 600 000

Minimun 650 000 590 000 280 000 460 000

Maksimum 9 300 000 8 900 000 710 000 6 900 000

Rataan 4 675 000 3 368 333 38 1667 3 840 000

Lampiran 2 Hasil anilisis ragam parameter TAN Sumber

keragaman DB JK KT F hit Pr>F Kesimpulan

Perlakuan 3 0,0051 0,0017 1,62 0,1977 Gagal tolak H0 Waktu 5 0,0225 0,0045 4,24 0,0280 Tolak H0 Perlakuan*Waktu 15 0,0226 0,0015 1,42 0,1766 Gagal tolak H0 Keterangan :

*Gagal tolak H0 : perbedaan perlakuan dan interaksi perlakuan dengan waktu pengamatan tidak berpengaruh terhadap perubahan nilai TAN

*Tolak H0 : perbedaan waktu pengamatan berpengaruh terhadap perubahan nilai TAN

Lampiran 3 Hasil analisis ragam parameter amonia bebas Sumber

Keragaman DB JK KT F hit Pr>F Kesimpulan

Perlakuan 3 2,9708E-8 9,9027E-8 2,13 0,1081 Gagal tolak H0 Waktu 5 1,9379E-6 3,8758E-7 8,36 <0,0001 Tolak H0 Perlakuan*Waktu 15 2,1370E-6 1,4247E-7 3,07 0,0016 Tolak H0

Keterangan :

*Gagal tolak H0 : Perbedaan perlakuan tidak berpengaruh terhadap perubahan nilai amonia bebas

(28)

18

Lampiran 4 Hasil analisis ragam parameter nitrit Sumber

Keragaman DB JK KT F hit Pr>F Kesimpulan

Perlakuan 3 0,0587 0,0195 1,9 1,1416 Gagal tolak H0 Waktu 5 0,1708 0,0341 3,32 0,0118 Tolak H0 Perlakuan*Waktu 15 0,1668 0,0111 1,08 1,3979 Gagal tolak H0 Keterangan :

*Gagal tolak H0 : Perbedaan perlakuan dan interaksi perlakuan dengan waktu pengamatan tidak berpengaruh terhadap perubahan nilai nitrit

*Tolak H0 : Perbedaan waktu pengamatan berpengaruh terhadap perubahan nilai nitrit

Lampiran 5 Hasil analisis ragam parameter nitrat

Sumber Keragaman DB JK KT F hit Pr>F Kesimpulan

Perlakuan 3 6,2287 2,0762 14,91 <0,0001 Tolak H0 Waktu 5 0,8460 0,1692 1,22 0,3164 Gagal tolak H0 Perlakuan*Waktu 15 3,9656 0,2643 1,9 0,0474 Tolak H0

Keterangan :

*Gagal tolak H0 : perbedaan waktu pengamatan tidak berpengaruh terhadap perubahan nilai nitrat

*Tolak H0 : perbedaan perlakuan dan interaksi perlakuan dengan waktu pengamatan berpengaruh terhadap perubahan nilai nitrat

Lampiran 6 Hasil analisis ragam parameter COD Sumber

Keragaman DB JK KT F hit Pr>F Kesimpulan

Perlakuan 3 4034,1994 1344,7331 8,02 2E-04 Tolak H0 Waktu 5 2213,1782 442,6356 2,64 0,035 Tolak H0 Perlakuan*Waktu 15 5076,5303 338,4353 2,02 0,034 Tolak H0 Keterangan :

(29)

19

Lampiran 7 Hasil uji lanjut Duncan

Perlakuan Parameter

TAN Amonia bebas Nitrit Nitrat COD Molase 0,06860a 0,00060a 0,21479a 1,75880b 68,87600bc Gula pasir 0,04940a 0,00040b 0,20864a 1,30330c 60,88100c Tanpa karbon 0,05840a 0,00050ab 0,28088a 1,35680c 73,50700ab TK&TB 0,04710a 0,00061ab 0,24358a 2,01710a 81,54000a Keterangan : angka dengan simbol yang berbeda menunjukkan signifikan

(P<0,05)

Lampiran 8 Efektivitas penurunan bahan organik (%) oleh bakteri

Perlakuan Parameter

TAN Amonia bebas Nitrit Nitrat COD

Molase 51,1381 70,6045 44,2814 31,1041 40,4450

Gula pasir 65,2915 85,6318 45,1085 35,7440 47,1166 Tanpa Karbon 47,3344 64,0661 42,4169 22,2314 22,6839 TK&TB 34,2021 17,62904- 40,7669 27,8461 32,5798 Keterangan : tanda – menunjukan pengunaan sumber karbon tidak efektiv dan

pada akhir pengamatan tidak terjadi penurunan

Lampiran 9 Data suhu (oC) selama penelitian pada masing-masing perlakuan Pengamatan ke- Ulangan Molase Gula pasir Kontrol Tanpa karbon

7 1 28 28 28,5 27

2 28 28,5 28 27

3 28 28,5 28 27,5

14 1 27 27 27 28

2 27 27 27 28,5

3 27 27 27 29

21 1 27 27 27 28,5

2 27 28 27 28

3 27 28 27 29

28 1 26,5 27 26,5 28

2 26,5 27 26,5 28

3 26,5 27 26,5 29

35 1 28 28,5 28 28

2 28 28,5 28 28

3 28 28,5 28 28

42 1 28 28,5 28 28

2 28 28,5 28 28

(30)

20

Lampiran 10 Data pH selama penelitian pada masing-masing perlakuan

Pengamatan ke- Ulangan Molase Gula pasir Kontrol Tanpa karbon

7 1 6,5 6,5 6,5 6,5

2 6,5 6,5 6,5 6,5

3 6,5 6,5 6,5 6

14 1 6,5 6,5 6,5 6,5

2 6,5 6,5 6,5 6,5

3 6,5 6,5 6,5 6,5

21 1 6 6 6 6,5

2 6 6 6 6

3 6,5 6 6 6,5

28 1 6,5 6 6 5,5

2 6,5 6 6 6,5

3 6,5 6 6 6

35 1 5,5 6 6 6,5

2 6 6 6 6,5

3 6 5,5 6 6,5

42 1 6,5 6 5,5 6

2 5,5 5,5 6 5,5

3 6 6 6 5,5

Lampiran 11 Susunan wadah penelitian

(31)

21

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Alifani Yasinta, lahir di Tangerang 11 Juni 1993, merupakan anak pertama dari dua bersaudara yang lahir dari ibu bernama Anastasia Sumarmi dan ayah Senijo. Penulis tinggal di Perumahan Villa Tangerang Elok B.8/57 Jalan Rasamala VI Kelurahan Kutajaya, Kecamatan Pasarkemis, Kabupaten Tangerang, Banten.

Penulis berhasil masuk Institut Pertanian Bogor di Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada tahun 2011 melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) jalur undangan IPB. Sebelumnya penulis menimba ilmu di SD Negeri Jatake I Asrama Yonif 203/Arya Kemuning dari tahun 1999-2005, SMP Negeri 1 Pasarkemis dari tahun 2006-2008, dan SMA Negeri 11 Tangerang dari tahun 2009-2011.

Kegiatan diluar akademik, penulis aktif dalam organisasi Mega Enterpreneur Tingkat Persiapan Bersama pada tahun 2011, panitia fieltrip mata kuliah Tumbuhan Air, mengajar les privat sekolah dasar dari tahun 2014-2015, menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (HIMASPER) pada tahun 2011-sekarang. Penulis pernah mengikuti Pelatihan K3 dari Merck, selain itu penulis juga aktif mengikuti seminar maupun berpartisipasi dalam berbagai kepanitiaan di lingkungan kampus IPB. Selama kuliah penulis berkesempatan memperoleh beasiswa dari PPA/BBM.

Gambar

Gambar 1 Skema perumusan masalah
Tabel 1Metode untuk mengukur parameter kualitas air
Gambar 3.
Gambar 5 Konsentrasi nitrit
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pembelajaran matematika kelas V di MI Negeri Purwokerto, ketelitian, kecermatan, dan ketepatan dalam berpikir menjadi acuan dalam mempelajari matematika. Dengan

Dalam statistika terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan pelanggan antara lain

rhusiopathiae serotipe 2 (serotipe homolog) dengan rataan nilai densitas optikal pada sub kelompok WK1, WS1 dan FK1 masing-masing: 0,634, 0,488 dan 0,508; menunjukkan semua

PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama telah bersepakat mengikatkan diri dalam suatu Kontrak Penelitian/mengadakan Perjanjian Pelaksanaan Penugasan Program Penelitian

Telah dilakukan penelitian penggunaan arang aktif kulit kacang tanah (Arachis hypogaea) sebagai adsorben Dalam Produksi Karoten Dari Fraksi Olein Minyak Sawit

Pengabdian masyarakat ini menghasilkan suatu percontohan menarik bahwa budidaya jahe merah sebenarnya memiliki prospek bisnis yang baik di masa depan, mudah untuk ditanam dalam

Positioning yang ingin dicapai dari usaha VeeOwnism Arte ini adalah sebagai penyedia barang yang unik untuk dapat diberikan sebagai hadiah dan tidak dimiliki oleh

Dengan begitu, dapat disimpulkan perancangan sistem informasi manajemen data kepegawaian berbasis web di UPTD Pendidikan Kecamatan Cikatomas dapat mengoptimalkan