• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN MINYAK JELANTAH PADA GAMBARAN HISTOPATOLOGI MIOKARDIUM TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN MINYAK JELANTAH PADA GAMBARAN HISTOPATOLOGI MIOKARDIUM TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

EFFECT OF REUSED COOKING OIL ADMINISTRATION TO MYOCARDIUM HISTOPATHOLOGY OF MALE RATS

(Rattus norvegicus) STRAIN Sprague dawley

By

TRI NOVITA SARI

Background: Cardiovascular disease is the leading cause of death of most people in the world. One of the dangerous cardiovascular disease is myocarditis. Myocarditis is not only caused by organism factor but also non organism factor, such as cell injury which is caused by free radical. Free radical can be resulted from reused cooking oil. Reused cooking oil will change the chemical structure of cooking oil through hydrolysis, oxidation, and polymerization. These processes will produce toxic components and destroy tissues in the body, including myocardium.

Objective: to know the effect of reused cooking oil to myocardium histopathology and to know the effect of frying frequency differences to myocardium histopathology male rats strain Sprague dawley.

Methods: This experiment uses 25 male rats Sprague dawley divided into 5 goups randomly. K Group (Control), P1, P2, P3, and P4 groups which each of them is given reused cooking oil 1x, 4x,8x, and 12x frying with 1,5 mL/day doses.

Results: The avarage value of K,P1, P2,P3, P4 groups are 0,14; 0,48; 0,96; 1,6; 1,84 with of Kruskall-Wallis data analysis test show p-value 0,003 (p<0,05). The result of Mann-Whitney test are K-P1 0,513; K-P2 0,015; K-P3 0,011; K-P4 0,007; P1-P2 0,042; P1-P3 0,020; P1-P4 0,011; P2-P3 0,221; P2-P4 0,072; P3-P4 0,513 (p<0,05).

Conclusion: It can be concluded that there is an effect of reused cooking oil administration to myocardium histopathology changes. And This result indicates that K and P1 groups haven’t present myocardial injury but P2, P3, and P4 groups have present myocardial injury.

(2)

ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN MINYAK JELANTAH PADA GAMBARAN HISTOPATOLOGI MIOKARDIUM TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)

JANTAN GALUR Sprague dawley

Oleh

TRI NOVITA SARI

Latar belakang: Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit penyebab kematian nomor satu didunia. Salah satu penyakit kardiovaskular yang berbahaya yaitu miokarditis. Miokarditis tidak hanya disebabkan oleh organisme tetapi juga dapat disebabkan oleh faktor non organisme seperti terjadinya kerusakan pada sel akibat radikal bebas. Radikal bebas dapat ditemukan pada hasil dari pemakaian minyak berulang. Pemakaian minyak berulang dapat merusak struktur kimia pada minyak goreng melalui proses hidrolisis, oksidasi dan polimerisasi yang akan menghasilkan senyawa toksis yang dapat merusak jaringan tubuh seperti pada miokardium.

Tujuan: untuk mengetahui pengaruh pemberian minyak jelantah terhadap perubahan histopatologi miokardium dan untuk mengetahui pengaruh perbedaan frekuensi penggorengan pada perubahan gambaran histopatologi miokardium tikus jantan Sprague dawley.

Metode: Penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus putih jantan Sprague dawley dibagi 5 kelompok secara acak. Kelompok K (Kontrol) dan kelompok P1, P2,P3, dan P4 yang masing-masing diberikan minyak 1x, 4x, 8x, dan 12x penggorengan dengan dosis 1,5 mL/hari.

Hasil: Hasil rerata pada kelompok K, P1, P2, P3, dan P4 adalah 0,14; 0,48; 0,96; 1,6; 1,84 dengan hasil analisis Kruskall-Wallis adalah nilai p 0,003 (p<0,05). Hasil uji Mann-Whitney adalah kelompok K-P1 0,513; K-P2 0,015; K-P3 0,011; K-P4 0,007; P1-P2 0,042; P1-P3 0,020; P1-P4 0,011; P2-P3 0,221; P2-P4 0,072; P3-P4 0,513 (p<0,05).

Kesimpulan: Hal ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh pada pemberian minyak jelantah terhadap perubahan histopatologi miokardium. Dan untuk kelompok K dan P1 belum mengalami kerusakan miokardium sedangkan kelompok P2, P3 dan P4 telah mengalami kerusakan pada miokardium.

(3)

PENGARUH PEMBERIAN MINYAK JELANTAH TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI MIOKARDIUM PADA TIKUS PUTIH

(Rattusnorvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley

(Skripsi)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

2016 Oleh

(4)

PENGARUH PEMBERIAN MINYAK JELANTAH TERHADAP

GAMBARAN HISTOPATOLOGI MIOKARDIUM PADA TIKUS PUTIH (Rattusnorvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley

Oleh Tri Novita Sari

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

ABSTRACT

EFFECT OF REUSED COOKING OIL ADMINISTRATION TO MYOCARDIUM HISTOPATHOLOGY OF MALE RATS

(Rattus norvegicus) STRAIN Sprague dawley

By

TRI NOVITA SARI

Background:Cardiovascular disease is the leading cause of death of most people in the world. One of the dangerous cardiovascular disease is myocarditis. Myocarditis is not only caused by organism factor but also non organism factor, such as cell injury which is caused by free radical. Free radical can be resulted from reused cooking oil. Reused cooking oil will change the chemical structure of cooking oil through hydrolysis, oxidation, and polymerization. These processes will produce toxic components and destroy tissues in the body, including myocardium.

Objective:to know the effect of reused cooking oil to myocardium histopathology and to know the effect of frying frequency differences to myocardium histopathology male rats strain Sprague dawley.

Methods:This experiment uses 25 male rats Sprague dawley divided into 5 goups randomly. K Group (Control), P1, P2, P3, and P4 groups which each of them is given reused cooking oil 1x, 4x,8x, and 12x frying with 1,5 mL/day doses.

Results:The avarage value of K,P1, P2,P3, P4 groupsare 0,14; 0,48; 0,96; 1,6; 1,84 with of Kruskall-Wallisdata analysis test show p-value 0,003 (p<0,05). The result of Mann-Whitney test are K-P1 0,513; K-P2 0,015; K-P3 0,011; K-P4 0,007; P1-P2 0,042; P1-P3 0,020; P1-P4 0,011; P2-P3 0,221; P2-P4 0,072; P3-P4 0,513 (p<0,05).

Conclusion:It can be concluded that there is an effect of reused cooking oil administration to myocardium histopathology changes. And This result indicates that K and P1 groups haven’t present myocardial injury but P2, P3, and P4 groups have present myocardial injury.

(6)

ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN MINYAK JELANTAH PADA GAMBARAN HISTOPATOLOGI MIOKARDIUM TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)

JANTAN GALUR Sprague dawley

Oleh

TRI NOVITA SARI

Latar belakang:Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit penyebab kematian nomor satu didunia. Salah satu penyakit kardiovaskular yang berbahaya yaitu miokarditis. Miokarditis tidak hanya disebabkan oleh organisme tetapi juga dapat disebabkan oleh faktor non organisme seperti terjadinya kerusakan pada sel akibat radikal bebas. Radikal bebas dapat ditemukan pada hasil dari pemakaian minyak berulang. Pemakaian minyak berulang dapat merusak struktur kimia pada minyak goreng melalui proses hidrolisis, oksidasi dan polimerisasi yang akan menghasilkan senyawa toksis yang dapat merusak jaringan tubuh seperti pada miokardium.

Tujuan:untuk mengetahui pengaruh pemberian minyak jelantah terhadap perubahan histopatologi miokardium dan untuk mengetahui pengaruh perbedaan frekuensi penggorengan pada perubahan gambaran histopatologi miokardium tikus jantan Sprague dawley.

Metode:Penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus putih jantan Sprague dawley dibagi 5 kelompok secara acak. Kelompok K (Kontrol) dan kelompok P1, P2,P3, dan P4 yang masing-masing diberikan minyak 1x, 4x, 8x, dan 12x penggorengan dengan dosis 1,5 mL/hari.

Hasil: Hasil rerata pada kelompok K, P1, P2, P3, dan P4 adalah 0,14; 0,48; 0,96; 1,6; 1,84 dengan hasil analisis Kruskall-Wallis adalah nilai p 0,003 (p<0,05). Hasil uji Mann-Whitney adalah kelompok K-P1 0,513; K-P2 0,015; K-P3 0,011; K-P4 0,007; P1-P2 0,042; P1-P3 0,020; P1-P4 0,011; P2-P3 0,221; P2-P4 0,072; P3-P4 0,513 (p<0,05).

Kesimpulan:Hal ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh pada pemberian minyak jelantah terhadap perubahan histopatologi miokardium. Dan untuk kelompok K dan P1 belum mengalami kerusakan miokardium sedangkan kelompok P2, P3 dan P4 telah mengalami kerusakan pada miokardium.

(7)

Judul :

PENGARUH

PEMBERIAN

MINYAK

JELANTAH TERHADAP GAMBARAN

HISTOPATOLOGI

MIOKARDIUM

PADA TIKUS PUTIH (

Rattus norvegicus

)

JANTAN GALUR

Sprague dawley

Nama Mahasiswa : Tri Novita Sari

Nomor Pokok Mahasiswa : 1318011169

Program Studi : Pendidikan Dokter

Fakultas : Kedokteran

MENYETUJUI Komisi Pembimbing

Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes., Sp.PA

NIP. 197012082001121001

Soraya Rahmanisa, S.Si., M.Sc NIP. 198504122010122003

Dekan Fakultas Kedokteran

Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes., Sp.PA

(8)

MENGESAHKAH

1. Tim Penguji

Ketua : Dr.dr. Muhartono, S,Ked., M.Kes., Sp.PA...

Sekertaris : Soraya Rahmanisa, S.Si.,M.Sc. ...

Penguji : dr. Rizki Hanriko, S. Ked., Sp.PA ...

2. Dekan Fakultas Kedokteran

Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes., Sp.PA NIP 197012082001121001

(9)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenarnya, bahwa :

1. Skripsi dengan judul “PENGARUH PEMBERIAN MINYAK

JELANTAH TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI

MIOKARDIUM PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)JANTAN GALUR Sprague dawley” adalah hasil karya sendiri dan tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan atas karya penulis lain dengan cara tidak

sesuai tata etika ilmiah yang berlaku dalam masyarakat akademik atau

yang disebut plagiarisme

2. Hak intelektual atas karya ilmiah ini diserahkan sepenuhnya kepada

Universitas Lampung

Atas pernyataan ini, apabila dikemudian hari ternyata ditemukan adanya

ketidakbenaran, saya bersedia menanggung akibat dan sanksi yang diberikan

kepada saya.

Bandar Lampung, 24 Januari 2017 Pembuat Pernyataan

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 26 November 1995, sebagai

anak ketiga dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Muklis Hayat dan Ibu

Husnul Huspita.

Pendidikan penulis dimulai dari pendidikan TK di TK Kartika II-231 diselesaikan

pada tahun 2001, SD diselesaikan di SD Kartika II-25 Bandar Lampung pada

tahun 2007, SMP diselesaikan di SMP Negeri 14 Bandar Lampung pada tahun

2010 dan SMA diselesaikan di SMA Negeri 2 Bandar Lampung diselesaikan pada

tahun 2013.

Tahun 2013, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung melalui jalur Ujian tertulis SBMPTN. Selama menjadi

mahasiswa, penulis pernah aktif pada organisasi Forum Studi Islam (FSI) FK

Unila dalam devisi akademik periode tahun 2013-2014, PMPATD Pakis Rescue

Team FK Unila sebagai anggota bidang organisasi tahun 2013-2016, Badan

Eksekutif Mahasiswa (BEM) sebagai anggota dinas pendidikan dan profesi tahun

(11)

Persembahan Sederhana Untuk

Ibu, Bapak, Abang, Kakek,

Nenek dan keluarga besar

(12)

SANWACANA

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam selalu

tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Skripsi dengan judul “Pengaruh Pemberian Minyak Jelantah Terhadap

Gambaran Histopatologi Miokardium Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus)

Jantan Galur Sprague dawley adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan termakasih kepada:

- Ibu dan Bapak sebagai orang tuayang selalu mendukung,mendorong,

memberikan motivasi, merawat, mendoakan dan selalu memberikan yang

terbaik untuk hidup Penulis.

- Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas Lampung.

- Dr. dr. Muhartono, M.Kes., Sp.PA, selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung dan Pembimbing Utama Penulis yang telah bersedia

memberikan bimbingan, saran dan masukan serta kritik dalam proses

penyelesaian skripsi ini.

- Ibu Soraya Rahmanisa S.Si., M.Sc, selaku Pembimbing Kedua atas

kesediannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses

(13)

- dr. Rizki Hanriko, Sp.PA, selaku Penguji Utama pada ujian skripsi yang

telah memberikan masukan, ilmu dan saran untuk kebaikan skripsi.

- dr. Oktadoni Saputra, M.Med, selaku Pembimbing Akademik saya yang

telah memberikan bimbingan, arahan dan ilmu selama menjalani masa

perkuliahan.

- Mas Bayu dan Mbak Lisa yang telah membantu dalam pelaksanaan skripsi

ini.

- Seluruh Staff Dosen FK Unila atas ilmu yang telah diberikan kepada

Penulis untuk menambah wawasan yang menjadi landasan untuk mencapai

cita-cita.

- Seluruh Staff TU, Administrasi, dan Akademik FK Unila serta pegawai

yang turut membantu dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.

- Kakak kandung Penulis Abang Eko dan Abang Edwin yang selalu

memberikan masukan dan dukungan dalam proses menjalani pendidikan.

- Kakak ipar Penulis Mbak Putri da Ayuk Sari yang telah mendukung dan

memberikan semangat dalam segala hal.

- Keluarga besar Kakek, Nenek, Uwak, Makwo, Pakwo, Bibi, Tante, Om,

Makcik, Pakcik, Sepupu semuanya yang sudah mendukung dan

memberikan masukan masa perkuliahan dan pembuatan skripsi.

- Teman-teman seperjuang mulai dari masa ospek hingga saat ini Azzren

Virgita Pasya, Dani Kartika Sari, Dara Marissa, Devita Wardhani, Yulia

Cahya Khasanah yang telah menjadi teman dalam belajar, bermain, canda,

(14)

- Teman-teman tim penelitian skripsi Nidya Putri, Made Agung Yudhistira,

Marco Manza dan Wulan Noventi yang telah bekerjasama untuk

sama-sama menyelesaikan skripsi ini, memberikan canda dan tawa di saat stress

menulis skripsi, memberikan solusi disaat kebingungan masalah skripsi.

Terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya selama ini.

- Teman masa SMA yang masih bertahan sampai sekarang Mulia Ayu

Hanifa, Annisa Nanda Liyani, Annisa Mutiara Kalpika, Sonia Miyajima

Anjani, Jonathan Simanulang, Lisa Kurnia Sari, Afief Rama yang telah

memberikan dukungan dan motivasi dari masa SMA sampai saat ini.

- Kakak-Kakak, teman-teman dan adik-adik Pendpro BEM FK Unila yang

telah memberikan semangat dan pengalamanselama masa perkuliahan.

- Seluruh teman-teman angkatan 2013 yang tidak bisa saya sebutkan satu

per satu,terimakasih atas kebersamaan yang terjalin dan memberikan

motivasi belajar.

- Semua yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa

disebutkan satu per satu, terimakasih atas doa dan dukungannya.

Akhir Kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna,

akan tetapi sedikit harapan semoga skrpsi yang sederhana ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Bandar Lampung, 24 Januari 2017 Penulis

(15)

DAFTAR ISI

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Minyak Goreng ... 6

2.2 Minyak Goreng Bekas (Minyak Jelantah) ... 7

2.3 Anatomi Jantung ... 12

2.3.1 Batas Jantung ... 12

2.3.2 Dinding Jantung ... 13

2.3.3 Ruang Jantung ... 14

2.3.4 Katup Jantung ... 15

2.4 Fisiologi Jantung ... 16

2.4.1 Peredaran Darah ... 16

2.4.2 Potensial Aksi Jantung ... 17

2.5 Histologi Miokardium ... 18

2.6 Hewan Percobaan ... 20

2.7 Kerangka Penelitian ... 21

2.7.1 Kerangka Teori ... 21

(16)

ii

2.8 Hipotesis Penelitian ... 25

BAB 3 METODEPENELITIAN ... 26

3.1 Desain Penelitian ... 26

3.2 Tempat dan Waktu ... 26

3.3 Populasi dan Sampel ... 26

3.3.1 Kriteria Inklusi ... 29

3.3.2 Kriteri Ekslusi ... 29

3.4 Bahan dan Alat Penelitian ... 30

3.4.1 Bahan Penelitian ... 30

3.4.2 Alat Penelitian ... 30

3.5 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel... 31

3.5.1 Identifikasi Variabel ... 31

3.5.2 Definisi Operasional Variabel ... 31

3.6 Prosedur Penelitian ... 32

3.6.1 Prosedur Pemilihan Sampel Minyak Jelantah ... 32

3.6.2 Prosedur Pemberian Minyak Jelantah Kepada Tikus ... 32

3.6.3 Prosedur Perlakuan Tikus ... 33

3.6.4 Pembuatan Preparat Histologi ... 34

3.6.5 Alur Penelitian ... 38

3.7 Analisis Data ... 39

3.8 Etika Penelitian ... 39

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40

4.1 Gambaran Umum Penelitian... 40

4.1.1 Hasil Penelitian ... 40

4.1.2 Tingkat KerusakanMiokardium Tikus ... 45

4.1.3 Analisis Data ... 48

4.2 Pembahasan ... 52

(17)

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

5.1 Kesimpulan ... 57

5.2 Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 59

(18)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar ... Halaman

1. Proses Oksidasi Minyak ... 11

2. Anatomi Jantung ... 16

3. Potensial aksi jantung ... 18

4. Histologi Miokardium ... 19

5. Kerangka Teori... 24

6. Kerangka Konsep ... 25

7. Alur Penelitian ... 38

8. Gambaran Histopatologi Miokardium Kelompok K... 41

9. Gambaran Histopatologi Miokardium Kelompok P1 ... 42

10. Gambaran Histopatologi Miokardium Kelompok P2 ... 43

11. Gambaran Histopatologi Miokardium Kelompok P3 ... 44

12. Gambaran Histopatologi Miokardium Kelompok P4 ... 45

(19)

DAFTAR TABEL

Tabel ... Halaman

1. Syarat Mutu Minyak Goreng ... 6

2. Definisi Operasional Variabel ... 31

3. Tabel Rerata Kerusakan Miokardium ... 46

4. Uji Normalitas ... 49

5. Hasil Transformasi Data ... 49

6. Uji Kruskall-Wallis ... 50

(20)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Secara global, penyakit nomor satu yang dapat menyebabkan kematian

adalah penyakit kardiovaskular (WHO, 2016). Salah satu penyakit kardiovaskular

yang banyak terjadi tetapi jarang terdeteksi adalah miokarditis. Hasil studi

mengatakan bahwa miokarditis dapat mengakibatkan kematian yang mendadak

dengan prevalensi penyakit yang mencapai 42% kasus. Banyak penyebab dari

timbulnya miokarditis. Tidak hanya dari organisme seperti virus, bakteri, parasit

dan protozoa tetapi juga dapat diakibatkan dari faktor non organisme seperti

obat-obatan hingga zat yang toksik seperti radikal bebas (Caforio et al., 2013).

Radikal bebas merupakan molekul yang tidak stabil dan dapat

mengakibatkan peroksidasi lipid, DNA dan protein. Radikal bebas dapat

menyebabkan cedera pada jaringan, salah satunya adalah miokardium. Hal ini

telah dibuktikan menggunakan paramagnetik elektron resonansi (Hanna et al.,

2004). Radikal bebas dapat berasal dari internal dan eksternal. Dari internal dapat

terjadi akibat dari adanya gangguan dalam tubuh seperti iskemik miokard.

Sedangkan yang berasal dari eksternal dapat ditemukan pada berbagai zat toksik

dari luar yang masuk ke dalam tubuh seperti pada konsumsi minyak jelantah

(21)

Minyak jelantah atau minyak goreng bekas adalah minyak yang digunakan

lebih dari dua kali (Lipoeto et al., 2004). Untuk menjaga kesehatan sebaiknya

minyak goreng hanya boleh dipakai maksimal empat kali periode penggorengan

(Ayu dan Hamzah, 2010). Pemakaian minyak berulang kali dapat merusak

struktur kimia pada minyak goreng melalui proses hidrolisis, oksidasi dan

polimerisasi. Hasil dari proses tersebut adalah senyawa toksik seperti

hidroperoksida yang dapat mengakibatkan jejas sel (Choe & Min, 2007).

Kebutuhan minyak goreng untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dari

tahun ke tahun mengalami peningkatan sejalan dengan peningkatan konsumsi dan

pertumbuhan penduduk. Rata-rata pertumbuhan konsumsi minyak goreng

kapita/tahun cenderung mengalami peningkatan pada tahun 2011-2015 yaitu

sebesar 4,35% per tahun. Menurut data Susenas 2015, disetiap tahunnya terjadi

peningkatan jumlah konsumsi minyak goreng dan peningkatan konsumsi minyak

goreng yang cukup signifikan terjadi pada tahun 2015 dibanding dengan tahun

sebelumnya yakni 9,6 liter/kapita/tahun pada tahun 2014 meningkat menjadi

menjadi 11,2 liter/kapita/tahun pada tahun 2015 (Surwandi, 2015).

Harga minyak goreng tiap tahun cenderung tidak menetap. Tetapi, pada

awal tahun hingga pertengahan tahun 2016 harga minyak goreng meningkat tiap

bulannya. Harga minyak goreng pada Januari 2016 yaitu Rp 13.200/liter dan pada

Juli 2016 meningkat menjadi 13.900/liter (Anonim, 2016). Hal tersebut dapat

meningkatkan penggunaan minyak goreng berulang terutama oleh para penjual

untuk mengurangi pengeluaran. Dengan meningkatnya produksi dan konsumsi

minyak goreng, pemakaian minyak berulang kian hari kian melimpah (Hambali,

(22)

3

Penelitian oleh Leong et al., memberikan minyak jelantah ke tikus Sprague

dawley dengan pemanasan minyak sebanyak 5x dan 10x selama 16 minggu

menunjukkan adanya nekrosis pada gambaran histopatologi miokardium tikus

Sprague dawley. Hal ini terjadi akibat kandungan hidroperoksida pada minyak

jelantah merusak membran lipid sel jantung dan merusak inti sel jantung sehingga

terjadi degenerasi sel yang mengakibatkan timbulnya nekrosis pada sel jantung

(Leong et al., 2008).

Penelitian oleh Sukalingam et al., pemberian minyak goreng yang telah

dipanaskan selama 5x dan 10x pada tikus Sprague dawley menunjukkan adanya

peningkatan nilai C-reactive protein (CRP), tumor necrosis factor-α (TNF-α) dan

troponin T. Selain hal tersebut, pada pemeriksaan histopatologi terdapat gambaran

nekrosis pada miokardium dan infiltrasi sel radang (Sukalingam et al., 2016).

Pemakaian minyak jelantah juga dapat menyebabkan kelainan histologis

dan perubahan materi genetik akibat radikal bebas yang dihasilkan selama proses

penggorengan yang dapat merusak membran lipid melalui peroksidasi lipid,

kemudian mengarah ke stres oksidatif pada organ jantung (Leong et al., 2015).

Hal tersebut akan menginduksi terjadinya cedera atau jejas sel otot jantung

(miokardium) yang menyebabkan terjadinya kerusakan pada struktur sel

miokardium dengan timbulnya nekrosis dan infiltrasi sel radang.

Dengan melihat bahwa konsumsi minyak jelantah dapat mengakibatkan

kerusakan pada sel otot jantung, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

secara langsung tentang pengaruh minyak jelantah pada gambaran histopatologi

miokardium terhadap tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague

(23)

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat pengaruh pemberian minyak jelantah pada gambaran

histopatologi miokardium tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur

Sprague dawley?

2. Apakah terdapat pengaruh pada perbedaan frekuensi penggorengan

minyak jelantah pada perubahan gambaran histopatologi miokardium

tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian minyak jelantah pada

gambaran histopatologi miokardium pada tikus putih (Rattus

norvegicus) jantan galur Sprague dawley.

2. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan frekuensi penggorengan

minyak jelantah pada perubahan gambaran histopatologi

miokardium terhadap tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur

Sprague dawley.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Empiris

Hasil penelitian ini dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan

terutama dibidang ilmu kedokteran patologi anatomi dan ilmu kedokteran

(24)

5

1.4.2 Manfaat Aplikatif

a. Bagi penulis

Penelitian yang dilakukan dapat menjadi pengalaman yang

bermanfaat dan menerapkan ilmu pengetahuan yang telah

didapatkan selama kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung.

b. Bagi penulis lain

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai landasan untuk

penelitian lebih lanjut dan sebagai sumber kepustakaan.

c. Bagi pembaca

Penelitian ini bisa menjadi sumber bacaan yang bermanfaat

dan memperkaya ilmu pengetahuan.

d. Bagi masyarakat

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai gambaran tentang

bahayanya konsumsi minyak jelantah terutama untuk organ

jantung, sehingga masyarakat lebih memperhatikan pemakaian

(25)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Minyak Goreng

Minyak goreng dapat diartikan sebagai minyak yang berasal dari lemak

tumbuhan atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar

yang biasa digunakan untuk menggoreng makanan (Wibowo, 2014). Minyak

goreng telah dibuat dengan beberapa proses kimia yaitu hidrogenasi, pendinginan

dan telah melalui proses rafinasi/pemurnian. Komposisi utama dari minyak

goreng adalah trigliserida (BSN, 2013) .

Tabel 1. Syarat mutu minyak goreng

No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan

(26)

7

2.2 Minyak Goreng Bekas (Minyak Jelantah)

Minyak goreng bekas dapat didefinisikan sebagai minyak yang terdiri dari

materi nabati yang telah digunakan dalam pembuatan makanan dan tidak lagi

cocok untuk konsumsi manusia (Kalam et al., 2011). Komponen utama dari

minyak goreng bekas adalah trigliserida ester dari gliserol dengan tiga asam

lemak rantai panjang (> C12) dan yang paling dominan adalah asam oleat dan

asam linoleat (Zhang et al., 2015).

Lemak dan minyak nabati adalah campuran dari trigliserida yang terdiri

dari asam lemak dan gliserol. Selama proses menggoreng, triasilgliserol atau

trigliserida dioksidasi dan terpolimerisasi memproduksi senyawa polar seperti

rantai pendek asam lemak bebas, mono- dan di-gliserida, aldehid, keton, polimer,

dan senyawa siklik dan aromatik. Beberapa produk hasil degradasi tersebut telah

dikaitkan dengan penyakit yang dapat ditimbulkan pada manusia. Untuk alasan

tersebut, minyak goreng bekas tidak baik lagi untuk dikonsumsi (Sheinbaum et

al., 2015).

Proses pemakaian yang berulang kali pada minyak goreng di bawah suhu

tinggi menyebabkan perubahan merusak sifat fisik dan kimia minyak dengan

proses hidrolisis, oksidasi, dan polimerisasi (Kumar & Negi, 2014).

1. Hidrolisis

Air, uap, dan oksigen memulai reaksi-reaksi kimia dalam minyak

goreng dan makanan. Air merusak hubungan ester dari triasilgliserol lalu

menghasilkan di- dan mono- asilgliserol, gliserol, dan asam lemak bebas.

Asam lemak bebas dalam minyak goreng akan meningkat dengan

(27)

dalam minyak dihidrolisiskan oleh uap sehingga membentuk diasilgliserol

polar dan asam lemak bebas. Kemudian, diasilgliserol pecah menjadi

monoasilgliserol dan asam lemak bebas. Monoasilgliserol dihidrolisis

menjadi gliserol dan asam lemak bebas (Fellows, 2015). Gliserol dan asam

lemak bebas akan mempercepat proses hirolisis. Gliserol menguap pada suhu

1500C dan meningkatkan produksi asam lemak bebas dalam minyak (Choe &

Min, 2007).

Air menghidrolisis minyak lebih cepat dari uap. Penggantian minyak

goreng dengan minyak segar akan memperlambat proses hidrolisis minyak

goreng. Natrium hidroksida dan basa lain yang digunakan untuk

membersihkan penggorengan akan meningkatkan hidrolisis minyak (Naz et

al., 2005).

2. Oksidasi

Oksigen dalam proses penggorengan bereaksi dengan minyak.

Mekanisme kimia oksidasi termal pada prinsipnya sama dengan mekanisme

autoksidasi. Tingkat oksidasi termal lebih cepat dari autoksidasi, tapi

informasi ilmiah yang spesifik dan rinci serta perbandingan dari tingkat

oksidasi antara oksidasi termal dan autoksidasi tidak tersedia. Mekanisme

oksidasi termal terdiri dari inisiasi, propagasi, dan terminasi, reaksi seperti

yang ditunjukkan pada Gambar 1(Choe & Min, 2007).

a. Inisiasi

Oksigen biasa yang ada di udara akan bereaksi dengan minyak

(28)

9

radikal. Hidrogen dengan ikatan terlemah pada karbon dari minyak akan

dihilangkan pertama kali dan menjadi senyawa radikal alkil. Energi yang

dibutuhkan untuk memecah ikatan karbon-hidrogen (C-H) pada 11 asam

linoleat adalah 50 kkal / mol (Min & Boff, 2002). Berbagai kekuatan dari

ikatan karbon hidrogen dari asam lemak menjelaskan perbedaan tingkat

oksidasi stearat, oleat, linoleat, dan asam linoleat selama proses oksidasi

termal. Ikatan lemah C-H asam linoleat terdapat satu di karbon 11 dan

hidrogen pada karbon 11 akan dihapus sehingga membentuk radikal alkil

di karbon 11 (Gambar 1). Hilangnya proton hidrogen dari minyak akan

membentuk senyawa radikal alkil dengan mekanisme oksidasi-reduksi

logam pada temperatur rendah. Pembentukan dari molekul radikal alkil

dengan menghilangkan hidrogen disebut langkah inisiasi dalam reaksi

oksidasi minyak. Radikal alkil juga dapat bereaksi dengan radikal alkil,

radikal alkoksi, dan radikal peroksi untuk membentuk dimers dan polimer

(Choe & Min, 2007).

b. Propagasi

Radikal alkil bereaksi dengan cepat dan menghasilkan radikal

peroksi. Radikal peroksi dari asam oleat dan asam linoleat akan

menghasilkan hidroperoksida. Reaksi berantai ini disebut reaksi radikal

bebas berantai dalam makanan dan langkah propagasi. Radikal peroksi

juga bereaksi dengan radikal lainnya untuk membentuk dimer atau

polimer. Reaksi berantai radikal alkil dan radikal peroksi mempercepat

(29)

Hidroperoksida merupakan senyawa yang tidak stabil.

Hidroperoksida terjadi akibat antioksidan alami didalam minyak telah

habis karena oksigen awal dalam minyak telah habis secara cepat,

sehingga oksigen tambahan masuk ke dalam minyak melalui difus dari

udara atau ruang atarsel didalam makanan sehingga terbentuklah

hidroperoksida (Fellows, 2015).

c. Terminasi

Kerusakan pada minyak menyebabkan terbentuknya dekomposisi

yang mudah menguap/volatile decomposition product (VDP) dan produk

dekomposisi yang tidak mudah menguap/non-volatil decomposition

products (NVDP). Dalam proses penggorengan akan dihasilkan uap

dengan terbentuknya VDP dengan bobot molekul lebih rendah dari

minyak. VDP dibawa oleh uap sehingga terbentuknya asap dan aroma

penggorengan (Fellows, 2015). Pembentukan senyawa volatil dan

nonvolatil pada akhir oksidasi disebut langkah terminasi seperti yang

(30)

11

Gambar 1. Proses oksidasi minyak (Sumber: Choe & Min, 2007).

3. Polimerisasi

Senyawa volatil sangat penting untuk kualitas rasa minyak goreng dari

makanan yang digoreng. Produk dekomposisi utama minyak goreng adalah

senyawa polar nonvolatile, dimer triasilgliserol dan polimer. Dimer dan

polimer adalah molekul besar dengan berat molekul 692-1600 Dalton dan

dibentuk oleh kombinasi dari ikatan -C-C-, -C-O-C, dan-C-O O-C--. Dimer

dan polimer memiliki gugus hidroksi, epoksi, karbonil, dan hubungan

-C-O-C dengan --C-O-C-O-O--C-O-C-. Dimerisasi dan polimerisasi dalam menggoreng

minyak adalah reaksi radikal. Pembentukan dimer dan polimer tergantung

(31)

frekuensi dan kenaikan suhu menggoreng akan meningkatkan jumlah

polimer. Senyawa polimer teroksidasi mempercepat oksidasi minyak. Polimer

mempercepat degradasi lebih lanjut dari minyak, meningkatkan viskositas

minyak, mengurangi perpindahan panas, menghasilkan busa selama

penggorengan, dan mengembangkan warna yang tidak diinginkan dalam

makanan. Polimer juga menyebabkan penyerapan minyak yang tinggi untuk

makanan (Choe & Min, 2007).

2.3 Anatomi Jantung

Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga, basisnya

diatas, dan puncaknya dibawah. Apeks (puncak) miring kesebelah kiri dengan

berat kira-kira 300 gram (Pearce, 2014). Jantung terletak di dalam rongga

mediastinum dari rongga dada (toraks) di atas paru-paru (Irianto, 2014). Anatomi

jantung tersaji pada Gambar 2.

2.3.1 Batas Jantung

Pada jantung terdapat empat pembatas, yaitu (Moore & Dalley,

2013):

1. Batas kanan

Terbentuk oleh atarium dextra dan meluas diantara vena

cava superior dan vena cava inferior.

2. Batas inferior

Terbentuk oleh ventriculus dextra dan sedikit oleh

(32)

13

3. Batas kiri

Terbentuk oleh ventriculus sinistra dan oleh sedikit

auricula sinistra.

4. Batas superior

Terbentuk oleh atrium dextra dan atrium sinistra serta

auricula pada pandangan anterior.

2.3.2 Dinding Jantung

Dinding jantung terdiri dari 3 lapisan dari luar ke dalam yaitu

epikardium, miokardium,dan endokardium.

1. Epikardium

Epikardium atau lapisan serosa luar adalah bagian

perikardium yang merupakan lapisan penunjang ganda yang

melindungi jantung. Lapisan luar perikardium terdiri atas jaringan

ikat kuat yang melekatkan jantung ke diafragma dan berhubungan

erat dengan pleura paru. Lapisan dalam perikardium serosa

merupakan membran ganda bagian terluar paling tipis yang

melekat pada perikardium fibrosa dan lapisan bagian dalam yang

membentuk epikardium jantung. Diantara dua lapisan terdapat

ruang potensial yang mengandung lapisan tipis cairan serosa yang

dapat memungkinkan dua membran untuk bergeser satu sama lain

ketika jantung berkontraksi. Ruang ini dikenal sebagai ruang

(33)

2. Miokardium

Miokardium merupakan lapisan tengah dinding jantung

yang terdiri atas otot jantung yang tebal. Ketebalannya bervariasi

tergantung dari fungsi ruang atau bilik yang mendasarinya.

Ketebalan miokardium mencerminkan kerja yang dilakukan oleh

ruang jantung yang mendasarinya. Ventrikel kanan mengalirkan

darah ke paru sehingga miokardium yang menyelimuti ventrikel

kanan akan lebih tebal. Akan tetapi, ventrikel kiri mengalirkan

darah keseluruh tubuh sehingga diharuskan untuk menghasilkan

tekanan yang kuat. Oleh karena itu, miokardium yang menyelimuti

ventrikel kiri paling tebal (Wylie, 2010).

3. Endokardium

Endokardium merupakan lapisan terdalam dinding jantung

yang terdiri dari lapisan tipis endotelium (Wylie, 2010).

2.3.3 Ruang Jantung

Tiga lapis dinding jantung melingkupi empat ruang yaiu dua atrium

dan dua ventrikel. Dua atrium terletak di basal jantung dan ventrikel

terletak di apeks jantung. Ruang jantung dipisahkan menjadi atrium kanan

dan kiri, serta ventrikel kanan dan kiri yang dipidahkan oleh septum

(34)

15

2.3.4 Katup Jantung

Atrium dan ventrikel pada setiap jantung dipisahkan oleh katup.

Terdapat empat katup pada jantung yang tersusun atas jaringan ikat yang

dilapisi oleh endokardium. Fungsi keempatnya adalah untuk mencegah

darah masuk kembali ke dalam ruang jantung. Pada saat kontraksi jantung,

katup yang relevan akan terbuka untuk mengalirkan darah dan saat

relaksasi katup jantung menutup. Terdapat empat katup pada jantung yaitu:

1. Katup trikuspidalis

Katup ini terletak antara atrium kanan dan ventrikel kanan.

Katup ini terdiri atas tiga pintu atau kuspid (Wylie, 2010).

2. Katup mitralis

Katup ini terletak antara atrium kiri dan ventrikel kiri.

Nama lain dari katup ini adalah katup bikuspidalis. Katup ini

terdiri atas dua kuspid (Wylie, 2010).

3. Katup semilunaris

Katup semilunaris ada dua yang terletak pada arteri

pulmonalis dan aorta. Katup ini terdiri atas tiga kuspid semisirkular

(35)

Gambar 2. Anatomi jantung (Sumber: Paulsen & Waschke, 2012).

2.4Fisiologi Jantung

2.4.1 Peredaran Darah

Atrium kanan menerima darah dari vena kava superior dan inferior.

Kemudian, darah akan mengalir melalui ventrikel kanan dan keluar

jantung melewati arteri pulmonalis pada paru. Pada tempat ini darah akan

teroksigenasi dan kembali melewati vena pulmonalis ke atrium kiri

jantung. Pada akhirnya darah akan keluar jantung melalui ventrikel kiri

(36)

17

2.4.2 Potensial Aksi Jantung

Mekanisme potensial aksi jantung adalah sebagai berikut:

1. Nodus sinoatrium (nodus SA)

Suatu daerah kecil khusus di dinding atrium kanan dekat

pintu masuk vena kava superior (Sherwood, 2014).

2. Nodus atrioventrikel (nodus AV)

Suatu berkas kecil sel-sel otot jantung khusus yang terletak

di dasar atrium kanan dekat septum, tepat diatas pertemuan atrium

dan ventrikel (Sherwood, 2014).

3. Berkas his (berkas atrioventrikel)

Suatu jaras sel-sel khusus yang berasal dari nodus AV dan

masuk ke septum antarventrikel (Sherwood, 2014).

4. Serabut purkinje

Serat-serat halus terminal yang menjulur dari berkas his dan

menyebar ke seluruh miokardium ventrikel seperti ranting kecil

(37)

Gambar 3. Potensial aksi jantung (Sumber: Quintana & Ho, 2003).

2.5Histologi Miokardium

Sel-sel otot jantung memperlihatkan pola garis melintang yang identik

dengan pola otot rangka. Akan tetapi terdapat perbedaan dengan otot rangka yaitu

setiap sel otot jantung hanya memiliki satu atau dua inti pucat yang terletak

ditengah. Dikelilingi sel-sel otot terdapat selubung halus jaringan ikat

endomisium yang mengandung jejaring kapiler luas. Sel otot jantung yang matur

memilki diameter antara 85 sampai 100 µm (Mescher, 2011).

Satu ciri unik yang dapat membedakan otot jantung adalah terdapat garis

gelap melintang yang melintasi deretan sel-sel jantung dengan interval yang tidak

teratur (Mescher, 2011). Miosit jantung dirangkai ujung dengan ujung melalui taut

khusus yang disebut diskus interkalaris. Meskipun untaian yang terbentuk

terutama paralel, miosit itu sendiri bercabang dan membentuk hubungan oblik

(38)

19

cukup berbeda dari susunan paralel serat-serat silindris dari otot rangka (Fawcett,

2002).

Sel otot jantung mengandung mitokondria yang banyak bisa mencapai

40% atau lebih dari volume sitoplasma. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan

metabolisme aerob otot jantung sangat banyak. Sedangkan pada otot rangka

mitokondria hanya mencapai 2%. Bahan bakar utama otot jantung adalah

trigliserida yang dibawa oleh darah ke jantung dengan lipoprotein. Trigliserida

pula ditimbun dalam otot jantung bersama dengan glikogen (Mescher, 2011) .

(39)

2.6Hewan Percobaan

Hewan percobaan adalah hewan yang digunakan daam penelitian biologis

dan biomedis yang dipilih berdsarkan syarat dasar dalam penelitian tersebut

(Ridwan, 2013). Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

tikus putih (Rattus norvegicus) karena tikus ini memiliki kelebihan yaitu mudah

dipelihara dalam jumlah banyak, lebih tenang, dan ukurannya yang lebih besar

dari mencit. Tikus putih juga mewakili kelas mamalia, karena kelengkapan organ,

metabolisme kimia, kebutuhan nutrisi, sistem reproduksi, pernafasan, peredaran

darah dan ekskresi menyerupai dengan manusia. Berat badan dewasa tikus jantan

Sprague dawley rata-rata 200-250 gram (Leong et al., 2008). Sedangkan usia

dewasa tikus ini adalah sekitar 2 bulan (Kusumawati, 2004). Untuk galur dari

tikus Rattus norvegicus yang digunakan dalam penelitian ini adalah galur

Sprague dawley. Alasan dalam pemilihan galur ini adalah karena tikus ini lebih

tenang dan lebih mudah untuk ditangani. Berikut adalah taksonomi spesies Rattus

norvegicus (Suckow et al., 2006).

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Subfilum : Vertebrata

Kelas : Mammalia

Subkelas : Theria

Ordo : Rodentia

Subordo : Myomorpha

Family : Muridae

(40)

21

Spesies : Rattus norvegicus

Galur : Sprague dawley

2.7 Kerangka Penelitian 2.7.1 Kerangka Teori

Dalam proses penggorengan minyak yang berulang kali akan terjadi proses hidrolisis, oksidasi dan polimerasi yang telah disajikan pada

Gambar 5. Hasil dari proses hidrolisis adalah asam lemak bebas.

Peningkatan asam lemak bebas dalam darah akan mengurangi produksi

nitrat oksida dan meningkatkan reactive oxygen species (ROS) pada

pembuluh darah endotel. Dengan demikian, peningkatan konsentrasi asam

lemak bebas dapat menyebabkan disfungsi endotel. Hal ini merupakan

mekanisme yang mendasari terjadinya aterosklerosis dan penyakit arteri

koroner (Ormseth et al., 2012). Ateroskelrosis pada arteri koroner dapat

mengakibatkan berkurangnya aliran darah ke organ jantung sehingga

terjadilah iskemik miokardium. Berkurangnya aliran darah ke jantung akan

mengakibatkan jaringan kekurangan pasokan oksigen sehingga

pembentukan ATP terhambat, kerusakan mitokondria dan akumulasi ROS.

Dengan demikian, kurangnya aliran darah ke jantung dapat mengakibatkan

jejas sel pada miokardium (Kumar et al., 2015).

Pada proses oksidasi akan menghasilkan hidroperoksida.

Hidroperoksida merupakan bagian dari radikal bebas. Istilah radikal bebas

digunakan untuk mendefinisikan sebuah atom atau molekul yang dapat

(41)

berpasangan. Berdasarkan elektron yang tidak berpasangan, radikal bebas

biasanya tidak stabil, sangat reaktif, dan berumur pendek. Oksigen radikal

bebas dan oksidan terbentuk terus menerus dalam jumlah kecil selama

metabolisme normal sel dan biasanya tidak aktif oleh mekanisme endogen.

Radikal bebas yang dihasilkan oleh salah satu pengurangan elektron atau

oksidasi molekul menciptakan sebuah elektron tidak berpasangan (Zweier

& Talukder, 2006).

Oksigen akan beracun ketika mengarah untuk terbentuknya radikal

bebas seperti superoksida , hidroksil, singlet oksigen, dan reactive oxygen

species (ROS) sekunder lainnya, sehingga menimbulkan perubahan rantai

molekul yang membentuk peroksidasi lipid. Potensi sumber spesies

oksigen toksik terdapat pada sistem transpor elektron miokard,

katabolisme purin oleh xantin oksidase, oksidasi katekolamin,

prostaglandin biosintesis dan infiltrasi fagosit. Perubahan konsekuen dari

struktur dan fungsi sel terutama di membran sel sering menghasilkan

kematian sel. Radikal bebas telah terbukti dapat mengakibatkan cedera

miokardium oleh senyawa seperti superoksida dismutase dan katalase yang

berinteraksi dengan metabolit reaktif oksigen. Bukti ini berasal dari studi

menggunakan paramagnetik elektron resonansi (Hanna et al., 2004).

Radikal bebas telah diusulkan sebagai mediator umum cedera

jaringan dalam berbagai keadaan penyakit. Baru-baru ini telah difokuskan

pada kemungkinan bahwa radikal bebas mungkin terlibat dalam kerusakan

iskemik miokardium. Namun, jenis yang tepat dari kerusakan yang

(42)

23

(Burton et al, 1984). Meningkatnya radikal bebas dan oksidan selama

iskemia dan reperfusi telah ditunjukkan menggunakan teknik spektroskopi

EPR dan chemiluminescence. Radikal bebas dapat melukai sel dengan

menyebabkan peroksidasi membran lipid, denaturasi protein dan saluran

ion, serta penghancuran rantai DNA. Haltersebut dapat mengakibatkan

nekrosis jaringan dan kematian sel (Zweier & Talukder, 2006).

Jejas kerusakan sel miokardium akibat dari iskemik miokard dan

nekrosis jaringan dapat mengaktifkan sel inflamasi. Pada umumnya, sel

inflamasi akan hadir jika terdapat respon infeksi, tetapi juga sel inflamasi

akan bekerja saat terjadinya kerusakan pada jaringan. Respon inflamasi

akan mengakibatkan terbentuknya radikal bebas dalam tubuh. Sehingga,

semakin banyak sel inflamasi maka akan semakin banyak pula sel yang

(43)
(44)

25

2.7.2 Kerangka Konsep

Variabel bebas Variabel terikat

Gambar 6. Kerangka konsep pengaruh pemberian minyak jelantah pada gambaran histopatologi miokardium

2.8 Hipotesis

Dari beberapa teori yang telah didapatkan, maka hipotesis dari penelitian

ini adalah:

1. Terdapat pengaruh minyak jelantah terhadap perubahan gambaran

histopatologi miokardium pada tikus putih (Rattus norvegicus) jantan

galur Sprague dawley.

2. Terdapat pengaruh pada perbedaan frekuensi penggorengan minyak

jelantah terhadap perubahan gambaran histopatologi miokardium tikus

putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley. Pemberian minyak jelantah Skor 1 : terdapat infiltrasi sel

radang

(45)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan

menggunakan rancangan acak terkontrol dengan pola post test control group

design dengan menggunakan sampel 30 ekor Tikus Putih (Rattus norvegicus)

jantan galur Sprague dawley berumur 2 bulan yang dipilih secara random dan

dibagi menjadi lima kelompok perlakuan.

3.2Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dan

Balai Veteriner Lampung. Pemeliharaan dan perlakuan hewan coba dilakukan di

Animal House FK Unila. Untuk pembedahan dan pembuatan preparat dilakukan

di Balai Veteriner Lampung. Pengamatan dan pembacaan hasil preparat dilakukan

di Laboratorium Patologi Anatomi dan Histologi Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung. Periode penelitian ini dilakukan dari bulan September-Desember 2016.

3.3Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah Tikus Putih (Rattus norvegicus) jantan galur

Sprague dawley jantan berumur 2 bulan yang diperoleh dari Palembang Tikus

(46)

27

Federer. Menurut Federer, rumus penentuan sampel untuk uji eksperimental

adalah:

(t-1) (n-1) ≥ 15

Dimana t adalah jumlah kelompok percobaan dan n merupakan jumlah

sampel tiap kelompok. Penelitian ini akan menggunakan lima kelompok

perlakuan sehingga penghitungan sampel menjadi:

(5-1) (n-1) ≥ 15

(4) (n-1) ≥ 15

n-1 ≥ 15/4

n-1 ≥ 3,75

n ≥ 3,75 + 1

n ≥ 4,75

Sehingga, jumlah sampel yang digunakan minimal per kelompok

perlakuan adalah 5 ekor tikus putih jantan galur Sprague dawley. Untuk keperluan

penelitian ini digunakan 5 kelompok perlakuan. Untuk menghindari drop out,

(47)

Keterangan:

N = besar sampel koreksi

n = besar sampel berdasarkan estimasi

f = perkiraan proporsi drop out sebesar 10% (Sastroasmoro dan Ismael, 2010)

N= 5,56

N= 6 (Pembulatan)

Berdasarkan perhitungan diatas, maka sampel yang digunakan pada setiap

kelompok adalah 6 ekor tikus putih jantan galur Sprague dawley. Pada penelitian

ini terdapat 5 kelompok percobaan sehingga total jumlah tikus adalah 30 ekor

tikus putih jantan galur Sprague dawley. Adapun keempat kelompok tikus

tersebut terdiri dari:

1. Kelompok K digunakan sebagai kelompok kontrol. Kelompok ini yang

hanya diberi air selama 4 minggu.

2. Kelompok P1 merupakan kelompok Tikus yang diberi minyak goreng

yang telah digunakan sebanyak 1x dengan dosis 1,5 mL/hari per oral

selama 4 minggu.

3. Kelompok P2 merupakan kelompok Tikus yang diberi minyak goreng

yang telah digunakan sebanyak 4x dengan dosis 1,5 mL/hari per oral

(48)

29

4. Kelompok P3 merupakan kelompok Tikus yang diberi minyak goreng

yang telah digunakan sebanyak 8x dengan dosis 1,5 mL/hari per oral

selama 4 minggu.

5. Kelompok P4 merupakan kelompok Tikus yang diberi minyak goreng

yang telah digunakan sebanyak 12x dengan dosis 1,5 mL/hari per oral

selama 4 minggu.

3.3.1 Kriteria Inklusi

a. Tikus putih galur Sprague dawley

b. Berat badan 200-250 gram

c. Jenis kelamin jantan

d. Umur tikus 2 bulan

e. Sehat

f. Tidak ada kelainan anatomi

g. Tingkah laku dan aktivitas normal

3.3.2 Kriteria Eksklusi

a. Panampakan rambut kusam, rontok, botak dan aktivitas

abnormal.

b. Mati selama penelitian.

c. Keluarnya eksudat yang abnormal dari mata, anus, genital

selama masa adaptasi.

(49)

3.4Bahan dan Alat Penelitian 3.4.1 Bahan Penelitian

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Minyak goreng.

b. Tahu.

c. Air minum.

d. Pelet.

e. Ketamine-xylazine.

f. Formalin 10%.

3.4.2 Alat Penelitian

a. Neraca analitik Metler Toledo dengan tingkat ketelitian 0,01 g

untuk menimbang berat Tikus.

b. Spuit 3 cc.

c. Minor set, untuk membedah toraks Tikus (torakotomi).

d. Kapas alkohol.

e. Sonde.

f. Kompor.

g. Alat Penggorengan.

(50)

31

3.5Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel 3.5.1 Identifikasi Variabel

a. Variabel bebas adalah pemberian minyak jelantah per oral.

b.Variabel terikat adalah perubahan gambaran histopatologi

miokardium.

3.5.2 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel pada pengaruh pemberian minyak

jelantah pada gambaran histopatologi miokardium tikus putih jantan galur

Sprague dawley tersaji pada Tabel 2.

Tabel 2. Definisi operasional variabel pengaruh pemberian minyak jelantah pada gambaran histopatologi miokardium tikus putih jantan galur Sprague dawley

Nama Variabel bebas Variabel terikat

Variabel Pemberian minyak jelantah per oral

Perubahan gambaran histopatologi miokardium

Definisi Frekuensi pemakaian goreng berulang yang berasal dari

Rerata skor presentase penilaian perubahan histpatologi miokardium tikus putih jantan galur Sprague dawley yang dilakukan pengamatan dengan menggunakan mikroskop cahaya.

Alat ukur Spuit 3 cc dan sonde Mikroskop cahaya Hasil ukur Pemberian minyak goreng miokardium dengan menggunakan kriteria dallas, yaitu :

Skor 0 = tidak ada infiltrasi sel radang dan nekrosis Skor 1 = terdapat infiltrasi sel

radang

Skor 2 = terdapat infiltrasi sel radang dan nekrosis (Baughman, 2006)

(51)

3.6Prosedur Penelitian

3.6.1 Prosedur Pemilihan Sampel Minyak Jelantah

Penelitian yang dilakukan oleh Shastry et al. (2011) minyak yang

telah dilakukan penggorengan berulang sebanyak enam hingga delapan kali

dapat merusak organ pada tikus. Penelitian tersebut dilakukan selama 8

minggu. Sedangkan menurut Ayu dan Hamzah (2010) minyak goreng

maksimal digunakan hanya sampai empat kali karena minyak jelantah dapat

membentuk radikal bebas dan senyawa toksik yang bersifat racun sehingga

penggunaannya sangat berbahaya bagi kesehatan. Pemakaian minyak

berulang pada penggorengan tahu dengan lama penggorengan 10 menit dapat

mengakibatkan kerusakan pada struktur kimia minyak (Ilmi dkk, 2015).

Oleh karena itu, peneliti akan melakukan penelitian terhadap tikus

putih galur Sprague dawley yang diberikan minyak goreng yang telah dipakai

untuk menggoreng tahu dengan frekuensi penggorengan 1 kali, 4 kali, 8 kali,

dan 12 kali dengan lama penggorengan selama 10 menit per siklus dan

melihat kerusakan pada miokardium tikus.

3.6.2 Prosedur Pemberian Minyak Jelantah Kepada Tikus

Pada penelitian Zhou et al. (2016) pemberian minyak goreng bekas

pemakaian nuggets dan kentang pada tikus wistar selama 6 minggu dengan

dosis 1,5 mL/hari mengakibatkan kerusakan histopatologi usus tikus.

Sehingga, berlandaskan dengan penelitian sebelumnya, peneliti melakukan

(52)

33

Sprague dawley selama 4 minggu dengan dosis pemberian sebesar 1,5

mL/hari.

3.6.3 Prosedur Perlakuan Tikus

a. Ukur berat badan tikus sebelum diberi perlakuan dengan

menggunakan neraca analitik.

b. Tikus diberikan pakan standar secara ad libitum.

c. Selama satu minggu tiap tikus diaklimatisasi sebelum diberi

perlakuan. Tikus sebanyak 30 ekor dikelompokkan dalam 5

kelompok. Kelompok K sebagai kelompok kontrol yang tidak

diberikan minyak. Kelompok P1 sebagai kelompok perlakuan

coba dengan pemberian minyak jelantah penggorengan 1x dengan

dosis 1,5 mL/hari. Kelompok P2 merupakan kelompok perlakuan

coba pemberian minyak jelantah penggorengan 4x dengan dosis 1,5

mL/hari. Kelompok P3 sebagai kelompok perlakuan coba

pemberian minyak jelantah penggorengan 8x dengan dosis 1,5

mL/hari. Kelompok P4 sebagai kelompok perlakuan coba

pemberian minyak jelantah penggorengan 12x dengan dosis 1,5

mL/hari. Masing-masing kelompok diberikan perlakuan selama 4

minggu.

d. Setelah dilakukan perlakuan selama 1 bulan, semua tikus dianastesi

dengan Ketamine˗xylazine 75˗100 mg/kg + 5˗10 mg/kg secara

IP lalu tikus di euthanasia berdasarkan Institutional Animal Care

(53)

dislocation dengan cara ibu jari dan jari telunjuk ditempatkan

dikedua sisi leher di dasar kranium atau batang ditekan ke dasar

kranium. Sementara tangan lain memegang pada pangkal ekor atau

kaki belakang dan dengan cepat ditarik sehingga menyebabkan

pemisahan antara tulang leher dan tengkorak.

e. Setelah tikus mati lakukan torakotomi. Jantung tikus diambil untuk

sediaan mikroskopis miokardium.

f. Sampel jantung difiksasi dengan formalin 10%.

3.6.4 Pembuatan Preparat Histopatologi

a. Fixation

Fiksasi spesimen yang berupa potongan organ jantung segera

dengan larutan pengawet formalin 10% selama 3 jam. Lalu, cuci

dengan air mengalir sebanyak 3-5 kali.

b. Trimming

Organ dikecilkan hingga ukuran ± 3 mm. Kemudian, potongan

organ tersebut dimasukkan kedalam tissue casette.

c. Dehidration

- Alkohol 70% selama 0,5 jam

- Alkohol 96% selama 0,5 jam

- Alkohol 96% selama 0,5 jam

- Alkohol 96% selama 0,5 jam

- Alkohol absolut selama 1 jam

(54)

35

- Alkohol absolut selama 1 jam

- Alkohol xylol 1:1 selama 0,5 jam

d. Clearing

Untuk membersihkan sisa alkohol, dilakukan clearing dengan

xilol I dan II masing–masing selama 1 jam.

e. Impregnansi

Dilakukan dengan menggunakan parafin I dan II selama 1 jam

dalam oven suhu 65oC.

f. Embedding

Tuang paraffin dalam pan, pindahkan satu per satu embedding

cassette ke dasar pan. Lepaskan paraffin yang berisi jantung dari pan

dengan memasukkan ke dalam suhu 4-6oC selama beberapa saat.

Potong paraffin sesuai dengan letak jaringan dengan menggunakan

scalpel/pisau hangat. Letakkan pada balok kayu, ratakan pinggirnya

dan buat ujungnya sedikit meruncing. Blok paraffin siap dipotong

dengan mikrotom.

g. Cutting

Sebelum memotong, dinginkan blok terlebih dahulu. Lakukan

potongan kasar lanjutkan potongan halus sebesar 4˗5 mikron. Pilih

lembaran potongan yang paling baik, apungkan pada air dan hilangkan

kerutannya dengan cara menekan salah satu sisi lembaran jaringan

tersebut dengan ujung jarum dan sisi yang lain ditarik menggunakan

kuas runcing. Pindahkan lembaran jaringan ke dalam water bath

(55)

gerakan menyendok, ambil lembaran jaringan tersebut dengan slide

bersih dan tempatkan di tengah atau pada sepertiga atas atau bawah,

cegah jangan sampai ada gelembung udara di bawah jaringan.

Keringkan slide, jika slide sudah kering, panaskan untuk meratakkan

jaringan dan sisa paraffin mencair sebelum pewarnaan.

h. Pewarnaan dengan Prosedur Pulasan Hematoksilin–Eosin

Setelah jaringan melekat sempurna pada slide, dipilih slide

yang terbaik selanjutnya secara berurutan memasukkan ke dalam zat

kimia di bawah ini dengan waktu sebagai berikut:

1. Dilakukan deparafinisasi dalam:

- Larutan xylol I selama 5 menit

- Larutan xylol II selama 5 menit

- Ethanol absolut selama 1 jam

2. Hydrasi dalam:

- Alkohol 96% selama 2 menit

- Alkohol 70% selama 2 menit

- Air selama 10 menit

3. Pulasan inti dibuat dengan menggunakan:

- Haris hematoksilin selama 15 menit

- Air mengalir

- Eosin selama maksimal 1 menit

4. Lanjutkan dehidrasi dengan menggunakan:

- Alkohol 70% selama 2 menit

(56)

37

- Alkohol absolut 2 menit

5. Penjernihan:

- Xylol I selama 2 menit

- Xylol II selama 2 menit

i. Mounting

Setelah pewarnaan selesai, menempatkan slide diatas kertas

tissue pada tempat yang datar, dengan menetesi bahan mounting yaitu

kanada balsam dan ditutup dengan cover glass, cegah adanya

gelembung udara.

j. Membaca slide dengan mikroskop cahaya

Slide dikirim ke Laboratorium Patologi Anatomi dan Histologi

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Kemudian, slide diperiksa

dibawah mikroskop cahaya dan dibaca oleh ahli histologi dan patologi

(57)

3.6.5 Alur Penelitian

Prosedur penelitian ini disajikan dalam gambar pada Gambar 7:

Menyiapkan alat dan bahan

Timbang berat badan tikus

Lakukan aklimatasi selama 1 minggu

Pemisahan tikus menjadi 4 kelompok perlakuan

Kelompok K: Tidak diberi minyak

Anastesi tikus dengan Ketamine˗xylazine

Euthanasia tikusmenggunakan metode cervical dislocation

Torakotomi tikus, kemudian ambil organ jantung

Fiksasi organ dengan formalin 10%

Kirim sampel ke lab Patologi Anatomi

Pengamatan dengan mikroskop cahaya

Gambar 7. Alur Penelitian Interpretasi hasil

(58)

39

3.7Analisis Data

Penelitian ini dilakukan analisis data dengan menggunakan program

aplikasi pengolahan data. Hasil penelitian ini dilakukan uji normalitas dengan

menggunakan uji Shapiro-Wilk karena jumlah sampel <50. Kemudian,

dilanjutkan uji Kruskal Wallis karena distribusi data tidak normal. Untuk melihat

perbedaan antar kelompok dilanjutkan uji dengan Mann-Whitney. Hipotesis

dikatakan bermakna jika nilai p<α. Nilai α yang digunakan dalam penelitian ini

sebesar 0,05 (Dahlan, 2014).

3.8Etika Penelitian

Penelitian ini telah diajukan ke Komisi Etik Penelitian Kesehatan

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dengan nomor surat persetujuan etik

(59)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai

berikut:

3. Terdapat pengaruh pemberian minyak jelantah terhadap perubahan

gambaran histopatologi miokardium pada tikus putih (Rattus norvegicus)

jantan galur Sprague dawley.

4. Terdapat pengaruh pada perbedaan frekuensi penggorengan minyak

jelantah terhadap perubahan gambaran histopatologi miokardium tikus

putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley.

5.2 Saran

1. Peneliti lain disarankan melakukan penelitian yang lebih lanjut dengan

menggunakan pemakaian minyak goreng yang berbeda, bahan gorengan

yang berbeda dan dosis minyak yang berbeda.

2. Peneliti lain disarankan melakukan penelitian yang lebih lanjut dengan

(60)

58

3. Peneliti lain disarankan melakukan penelitian yang lebih lanjut dengan

melihat pengaruh minyak jelantah ke organ lain.

4. Peneliti lain disarankan melakukan penelitian yang lebih lanjut dengan

melakukan pemeriksaan CRP, TNF-α dan troponin T untuk meyakinkan

bahwa adanya inflamasi dan kerusakan miokardium.

5. Perlu dipertimbangkan untuk diadakannya sosialisasi kepada masyarakat

mengenai bahayanya pemakaian minyak goreng berulang karena dapat

(61)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2016. Laporan bulanan data sosial ekonomi. Subdirektort publikasi dan kompilasi statistik (ed). Jakarta: Badan Pusat Statistik. ISSN: 2087-930 x. Diunduh pada Agustus 2016. Tersedia dari: www.bps.go.id.

Ayu DF, Hamzah FH. 2010. Evaluasi sifat fisik-kimia minyak goreng yang digunakan oleh pedagang makanan jajanan di Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru. Sagu. 9(1): 4–14.

Baughman KL. 2006. Diagnosis of myocarditis death of dallas criteria. American Heart Association. 113: 593–595.

BSN. 2013. Minyak goreng. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.

Buja LM. 2005. Myocardial ischemia and reperfusion injury. Cardiovascular Pathology. 14: 170–175.

Burton KP, McCord JM, Ghai G. 1984. Myocardial alterations due to free-radical generation. American Journal of Physiology - Heart and Circulatory Physiology. 246(6): 776-783.

Choe E, Min DB. 2007. Chemistry of deep-fat frying oils. Journal of food science. 72(5): 77–86.

Chung J, Lee J, Choe E. 2004. oxidative stability of soybean and sesame oil mixture during frying of flour dough. J food scince. 69: 574–578.

(62)

60

European Heart Journal. 34: 2636–2648.

Dahlan MS. 2014. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Edisi ke-6. Jakarta: Epidemiologi Kesehatan.

Fawcett DW. 2002. Buku ajar histologi. Edisi ke-12. Jakarta: EGC.

Fellows P. 2015. Teknik pengolahan pangan. Edisi ke-3. Jakarta: EGC.

Gartner LP, Hiatt JL. 2006. Interactive color atlas of histology: Student Version 2.0. USA: Lippincott Williams & Wilkins.

Goswami G, Bora R, Rathore MS. 2015. Oxidation of cooking oils due to repeated frying and human health; 2015 September 2015; New Delhi. India. India: International Conference on Science, Technology and Management.

Hambali E. 2007. Teknologi bionergi. Jakarta: Argo Media Pustaka 92.

Hanna J, Chahine R, Aftimos G, Nader M, Mounayar A, Esseily F et al. 2004. Protective effect of taurine against free radicals damage in the rat myocardium. Experimental and toxicologic pathology. 56: 189–194.

Ilmi IMB, Khomsan A, Marliyati, SA. 2015. Kualitas minyak goreng dan produk gorengan selama penggorengan di rumah tangga Indonesia. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. 4(2): 61–65.

Irianto K. 2014. Anatomi dan fisiologi. Bandung: Cv Alfabeta.

Kalam M, Masjuki H, Jayed M, Liquat AM. 2011. Emission and performance characteristics of an indirect ignition diesel engine fuelled with waste cooking oil. Energy. 39(1): 397–402.

Kalogeris T, Baines CP, Krenz M, Korthuis RJ. 2014. Cell biology of ischemia/reperfusion injury. National Institute of Health. 298: 229–317.

(63)

al. 2012. Deep-fried Keropok Lekors Increase Oxidative Instability in Cooking Oils. Malaysia J MedicalScience. 19(4): 57–62.

King TC. 2007. Pathology. Philadelphia: Elsvier’s Intergrated.

Kumar S, Negi S. 2014. Transformation of waste cooking oil into C-18 fatty acids using a novel lipase produced by penicillium chrysogenum through solid state fermentation. 3 Biotech. 5: 847–851.

Kusumawati D. 2004. Bersahabat dengan Hewan Coba. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Kumar V, Abbas, AK, Aster JC. 2015. Buku ajar patologi robbins. Edisi ke-9. Jakarta: EGC.

Leong XF, Aishah A, Aini UN, Das S, Jaarin K. 2008. Heated palm oil causes rise in blood pressure and cardiac changes in heart muscle in experimental rats. Archives of Medical Research. 39: 567–572.

Leong XF, Ng CY, Jaarin K, Mustafa MR. 2015. Effects of repeated heating of cooking oils on antioxidant content and endothelial function. Austin J Pharmacol Ther. 3(2): 1068.

Lipoeto NI, Zulkarnain A, Oenzil F, Wahlqvist ML, dan Wattanapnpaiboon N. 2004. Dietary intake and the risk of coronary heart disease among the coconut-consuming Minangkabau in West Sumatra, Indonesia. Asia pacific health and nutrition centre. 13(4): 377-384.

Mescher AL. 2011. Histologi dasar junqueira. Edisi ke-12. Jakarta: EGC.

Min D, Boff J. 2002. Lipidoxidation of edible oil. Edisi ke-2. New York: Marcel Dekker Inc.

Moore KL, Dalley AF. 2013. Anatomi berorientasi klinis. Edisi ke-5. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Gambar

Gambar .......................................................................................................
Tabel 1. Syarat mutu minyak goreng
Gambar 1. Proses oksidasi minyak  (Sumber: Choe & Min, 2007).
Gambar 2. Anatomi jantung (Sumber: Paulsen & Waschke, 2012).
+7

Referensi

Dokumen terkait

Metode pendekatan yang digunakan bersifat yuridis normatif, yaitu suatu metode pendekatan yang menitikberatkan penelitian kepada data kepustakaan dan data sekunder yang

mendasarkan pada terpenuhi atau tidak terpenuhinya seluruh unsur-unsur pasal yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum, setelah itu akan ditentukan apakah perbuatan

Berdasarkan hasil analisis diperoleh kesimpulan bahwa (1) ruang kamar tidur dan dan ruang-ruang lainnya di kampung Pulo adalah parole yang dihasilkan dari pembatasan atas

Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh pemberian vitamin C terhadap persentase penyusutan bobot sapi selama perjalanan (฀&lt;0,05), dimana persentase

Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulan yang didapat yaitu ada hubungan yang signifikan antara Sales Promotion “ Tunjangan Bonus Mekanik” dengan Minat Beli Outlet 4W

Berdasarkan hasil analisis data menggunakan analisis regresi berganda diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara layanan bimbingan konseling dan kemandirian

Penelitian yang dilakukan yaitu berupa survei volume lalu lintas (LHR) untuk melihat tingkat kepadatan kendaraan, kemudian survei kecepatan kendaraan dan survey

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Chayati (2011) bahwa variasi pencampuran ubi jalar kuning pada pembuatan roti manis mempengaruhi tingk at kesukaan serta