• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN MINYAK ZAITUN DAN MADU TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley YANG DIINDUKSI DIET TINGGI LEMAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN MINYAK ZAITUN DAN MADU TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley YANG DIINDUKSI DIET TINGGI LEMAK"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ABSTRACT

THE EFFECT OF VIRGIN OLIVE OIL AND HONEY ON TRIGLYCERIDE LEVELS IN MALE Sprague dawley RATS (Rattus

norvegicus) INDUCED BY HIGH FAT DIET

By

Muhammad Yahya Shobirin

High fat diet and obesity are the predisposing factors of dyslipidemia. High cholesterol levels in the blood or which is called by hypercholesterolemia is main risk factor of coronary heart disease. One of the treatment of hypercholesterolemia is replace dieting from saturated fatty acid to monounsaturated fatty acid (MUFAs) by consuming olive oil that contains MUFAs and consuming food rich in nutrients such as honey that contains flavanoid. Flavanoid and MUFAs were proven to lower the triglyceride levels of blood.

The purpose of this research is to find out the effect of combination of virgin olive oil and honey on blood total triglyceride levels. This was an experimental research with Post Test Only Control Group Design, used 25 male sprague dawley rats, 150-250 gram in 4-5 months, simply randomize into 5 groups. Each group was adapted and had standard diet in a week. Group K(-) was given standard diet, group K(+) was given brain cow suspension (3ml), group P1 was given brain cow suspension (3 ml) and virgin olive oil (1 ml), group P2 was given brain cow suspension (3 ml) and honey (1.35 ml), group P3 given brain cow supension (3 ml) and combination of honey (1.35 ml) + virgin olive oil (1 ml).

From the research, the average of triglyceride levels in group K(-) (41,23 ± 7,61); group K(+) (60,20 ± 2,56); group P1 (44,95 ± 2,99); group P2 (59,26 ± 9,28) group P3 (41,01 ± 9,95). In conclusion, there is the effect of granting virgin olive oil and honey on triglyceride levels in male sprague dawley rats.

(3)

ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN MINYAK ZAITUN DAN MADU TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley YANG DIINDUKSI DIET TINGGI

LEMAK

Oleh

Muhammad Yahya Shobirin

Diet tinggi lemak dan obesitas merupakan salah satu pencetus dislipidemia. Kadar kolesterol yang tinggi di dalam darah atau yang disebut dengan hiperkolesterolemia. Minyak zaitun yang mengandung MUFAs dan madu yang mengandung flavanoid dapat menurunkan kadar trigliserida darah.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian kombinasi minyak zaitun dan madu terhadap kadar trigliserida darah pada tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley yang diinduksi diet tinggi lemak. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan Post Test Only With Control Group Design, menggunakan 25 ekor tikus jantan yang diacak kedalam 5 kelompok. Kelompok K(-) diberikan pakan standar, kelompok K(+) diberikan suspensi otak sapi 3 ml, kelompok P1 diberikan suspensi otak sapi 3 ml dan minyak zaitun 1 ml, kelompok P2 diberikan suspensi otak sapi 3 ml dan madu 1,35 ml, kelompok P3 diberikan suspensi otak sapi 3 ml dan kombinasi madu 1,35 ml + minyak zaitun 1 ml.

Dari hasil penelitian rerataan kadar trigliserida kelompok (-) (41,23 ± 7,61); kelompok (+) (60,20 ± 2,56); kelompok P1 (44,95 ± 2,99); kelompok P2 (59,26 ± 9,28) kelompok P3 (41,01 ± 9,95). Simpulan penelitian ini yaitu terdapat pengaruh pemberian minyak zaitun dan madu terhadap penurunan kadar trigliserida tikus.

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka teori ... 12

2. Kerangka konsep ... 13

3. Metabolisme lipoprotein ... 15

4. Inflamasi arterosklerosis ... 19

5. Plak dan trombus ... 20

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Klasifikasi dislipidemia berdasarkan EAS ... 21

2. Klasifikasi profil lipid berdasarkan NCEP ATP III ... 22

3. Klasifikasi berdasarkan WHO ... 23

4. Penyebab umum dislipidemia sekunder ... 24

5. Komposisi nutrisi madu ... 35

6. Definisi operasional ... 45

7. Kadar trigliserida hewan coba ... 54

8. Hasil uji normalitas data ... 56

(10)

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kemajuan jaman dewasa ini telah membuat sebagian besar masyarakat mengalami perubahan pola hidup termasuk diantaranya pola makan. Dalam hal pola makan, masyarakat cenderung memilih hal-hal yang bersifat cepat dan instant tanpa memperhatikan efek samping di balik pola makan yang tidak tepat. Pola makan yang tidak tepat dapat menyebabkan munculnya beragam penyakit, seperti kanker, diabetes mellitus, aterosklerosis, katarak, dan penyakit jantung koroner (PJK).

Penyakit kardiovaskular (penyakit jantung dan pembuluh darah) merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan di seluruh dunia. Data yang

diperoleh dari American Heart Association (AHA), 2009, menunjukkan angka

insiden mortalitas sebesar 35,3% (864.480 orang dari 2.448.017 orang yang meninggal) pada tahun 2005 atau satu dari 2,8 kematian di Amerika (AHA, 2009).

(11)

tersebut sangat berbahaya karena yang terkena adalah organ yang sangat penting dalam tubuh manusia. Penyakit di atas menjadi urutan pertama di negara-negara industri maju, bahkan juga di berbagai negara yang sedang berkembang (Iman, 2004).

Di Indonesia, prevalensi penyakit kardiovaskular meningkat sangat pesat.

Data yang diperoleh dari WHO di dalam Mortality Country Fact Sheet

menunjukkan bahwa penyakit jantung iskemik menempati urutan pertama 10 besar penyebab kematian di Indonesia sebesar 14% pada tahun 2002, dan menurut WHO (2011) penyakit kardiovaskular di Indonesia meningkat menjadi 30%. Data dari Riset kesehatan dasar tahun 2007 menyebutkan prevalensi penyakit jantung di Indonesia sebesar 2,6% dan di Provinsi Lampung mencapai 12,6% (Balitbangkes, 2007).

Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol low density lipoprotein (LDL), trigliserida, serta penurunan kolesterol high density lipoprotein (HDL). Dislipidemia berkaitan erat dengan aterosklerosis, yaitu sebagai faktor risiko utama aterosklerosis (Mansjoer, dkk., 2000).

(12)

yang menjadi cikal bakal ateroskleloris adalah kerusakan endotel vaskular. Hal ini selanjutnya meningkatkan paparan molekul adhesi pada sel endotel

dan menurunkan kemampuan endotel tersebut untuk melepaskan nitric oxide

dan zat lain yang membantu mencegah perlekatan makromolekul, trombosit,

dan monosit pada endotel. Setelah kerusakan endotel vaskular terjadi, monosit dan lipid (kebanyakan berupa lipoprotein berdensitas rendah) yang beredar, mulai menumpuk di tempat yang mengalami kerusakan.monosit

melalui endotel, memasuki lapisan intima dinding pembuluh, dan

berdiferensiasi menjadi makrofag, yang selanjutnya mencerna dan mengoksidasi tumpukan lipoprotein, sehingga penampilan makrofag menyerupai busa. Sel busa makrofag ini kemudian bersatu pada pembuluh darah dan membentuk fatty streak (Guyton & Hall, 2008).

Sigit dan Bijanti (2002) menyebutkan bahwa kandungan kolesterol tinggi pada makanan dapat menyebabkan peningkatan kadar kolesterol dalam darah (hiperkolesterolemia) dan merupakan faktor resiko yang penting untuk terjadinya aterosklerosis dan penyakit jantung koroner (Sigit dan Bijanti, 2002).

Menurut world heart federation, Peran diet sangat penting dalam

(13)

Auto-oksidasi terhadap asam lemak tidak hanya mengakibatkan kerusakan dan ketengikan pada makanan, tetapi dapat juga menyebabkan kerusakan jaringan tubuh sehingga menimbulkan penyakit aterosklerosis, kanker, peradangan, dan proses penuaan. Untuk mengendalikan peroksidasi (auto-oksidasi) lipid, baik manusia maupun alam memerlukan antioksidan (Mayes, 2003).

Minyak zaitun juga mengandung polifenol yang efeknya baik bagi kesehatan jantung (Orey, 2008). Minyak zaitun murni ekstra (extra minyak zaitun) berasal dari zaitun yang pertama kali diproses mengandung sejumlah polifenol dengan kadar tinggi bila dibandingkan dengan minyak zaitun yang telah beberapa kali diproses (refined olive oil). Polifenol berfungsi sebagai antioksidan yang dapat menjaga elastisitas dinding pembuluh darah (Orey, 2008). Minyak zaitun dikenal sangat bermanfaat bagi kesehatan jantung,

karena kandungan asam lemak tak jenuh tunggal (monounsaturated) yang

tinggi (Orey, 2008).

(14)

dan ligstroside aglikon mewakili hampir setengah, dari isi fenolik total minyak zaitun. (Owen, et al., 2000).

Madu adalah cairan manis yang berasal dari nektar tumbuhan yang diproduksi oleh lebah madu dan sudah terkenal di seluruh dunia. Sejak dahulu kala madu tidak hanya digunakan sebagai pemanis tetapi juga sebagai penyembuh penyakit (Suranto, 2007). Madu memiliki komposisi yang berbeda tergantung dari produksi dimana madu itu dihasilkan. Dimana madu memiliki antioksidan yaitu asam fenolik, flavonoid, glukosa fruktosa dan sukrosa (Khalil, 2010).

Dalam berbagai penelitian minyak zaitun dan madu terdapat kandungan

senyawa fenolik yang bermanfaat untuk mencegah terbentuknya

aterosklerosis. (Fito, et al., 2007).

(15)

I.2 Perumusan Masalah

Semakin tingginya insidensi kejadian penyakit kardiovaskuler yang disebabkan berbagai faktor resiko seperti kolesterol yang memiliki kadar tinggi dalam pembuluh darah jantung atau hiperkolesterolemia, serta konsumsi minyak zaitun dalam bentuk minyak zaitun yang sudah terbukti memiliki pengaruh terhadap kadar lipid darah membuat peneliti tertarik untuk meneliti dan merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Apakah pemberian minyak zaitun memiliki pengaruh terhadap penurunan

kadar trigliserida pada tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Sprague dawley yang diinduksi diet tinggi lemak.

2. Apakah pemberian madu kelengkeng memiliki pengaruh terhadap

penurunan kadar trigliserida pada tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Sprague dawley yang diinduksi diet tinggi lemak.

3. Apakah dengan pemberian kombinasi minyak zaitun dan madu terhadap

(16)

I.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah

1. Tujuan Umum

Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian minyak zaitun dan madu terhadap kadar trigliserida pada tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Sprague dawley yang diinduksi diet tinggi lemak

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus pada penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui pengaruh pemberian minyak zaitun terhadap kadar

trigliserida pada tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Sprague dawley yang diinduksi diet tinggi lemak.

b. Untuk mengetahui pengaruh pemberian madu terhadap kadar trigliserida pada tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Sprague dawley yang diinduksi diet tinggi lemak.

c. Untuk mengetahui pengaruh pemberian kombinasi minyak zaitun dan

(17)

I.4 Manfaat Penelitian

I.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dalam mengembangkan khasanah ilmu tentang pengobatan dan pencegahan dengan pemakaian minyak zaitun murni dan madu pada penderita dislipidemia agar tidak berlanjut menjadi penyakit kardiovaskuler.

I.4.2 Manfaat Praktisi

a. Bagi peneliti

Mendapatkan pengalaman dan pengetahuan mengenai tata cara penulisan karya ilmiah yang baik dan mengetahui pengaruh pemberian minyak zaitun dan madu terhadap penurunan kadar trigliserida dalam darah pada tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Sprague dawley yang diinduksi diet tinggi lemak.

b. Bagi masyarakat

Membuktikan bahwa bahwa penggunaan minyak zaitun dan madu dapat memelihara kesehatan terutama yang telah terbukti yaitu mengurangi risiko penyakit jantung. Dan mendukung upaya pencegahan dini pada penyakit jantung dengan menggunakan minyak zaitun sebagai obat herbal.

c. Bagi peneliti lain

(18)

d. Bagi lembaga terkait/institusi

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat dipublikasikan sehingga memberikan sumbangan informasi bagi ilmu pengetahuan terutama dibidang kedokteran terutama FK Unila dengan visi dan misinya menjadi FK 10 besar terbaik pada tahun

2025 khususnya dalam bidang agromedicine dan dapat

memberikan informasi kepada praktisi kesehatan bahwa minyak zaitun dan madu dapat digunakan untuk menurukan kadar trigliserida dalam darah.

I.5 Kerangka pemikiran

I.5.1 Kerangka Teori

Makanan berlemak tinggi yang kita makan terdiri dari trigliserida dan kolesterol. Ada 4 jenis lipoprotein yaitu LDL, HDL, IDL, dan VLDL (Guyton & Hall, 2008). Penyusun utama trigliserida ,minyak nabati dan lemak hewani yang terbentuk dari 3 asam lemak dan gliserol. Fungsi utama trigliserida adalah sebagai sumber energi. Lemak disimpan dalam tubuh dalam bentuk trigliserida (Madja, 2007).

Diet tinggi lemak merupakan faktor pencetus terjadinya hiperlipidemia (Marwanti & Ratnawati, 2011). Hiperlipidemia adalah suatu keadaan yang menyatakan peningkatan kolesterol dan trigliserida serum di atas batas normal. Hal ini menyebabkan peningkatan kadar LDL yang tinggi akan

(19)

merupakan faktor utama terjadinya penyakit aterosklerosis (Kumar et al., 2006).

Peradangan sekarang diakui sebagai proses kunci dalam aterosklerosis-terjadi ketika sel darah putih tertentu (yang biasanya merupakan garis pertahanan pertama terhadap infeksi) menyerang dan menjadi aktif dalam jaringan (Libby, 2012). Timbulnya plak arterosklerosis di awali dengan :

a. Kelebihan partikel LDL yang terakumulasi dalam dinding arteri

dan menjalani perubahan kimiawi. LDL yang berlebih

menyebabkan perangsangan dari monosit sehingga ldl terakumulasi di dalam sel endotel. Dan di dalam lapisan intima mengeluarkan sitokin yang diinduksikan oleh sel t tubuh.

b. Di dalam lapisan intima monosit aktif menjadi makrofag. Makrofag

dan sel T menghasilkan beberapa mediator radang salah satunya adalah sitokin yang mempengaruhi sel endotel.makrofag juga merangsang scavenger reseptor yang dapat menyebabkan ldl terakumulasi di dalam sel endotel.

c. Makrofag ini memakan ldl sehingga menjadi sel busa dan

menyebabkan plak aterosklerosis.

d. Inflamasi yang terus berlanjut menyebabkan bertambahnya plak

aterosklerois sampai kebagian intima dari pembuluh darah.

e. Jika terjadi kerusakan yang terus berlanjut maka inflamasi tersebut

(20)

cukup besar, hal itu akan menghentikan aliran darah ke jantung, memproduksi serangan jantung.

Menurut (Noorozi, et al., 2012), bahwa di dalam minyak zaitun (minyak zaitun) terdapat senyawa polifenol. Dimana senyawa fenol yang terdapat dalam minyak zaitun sebagai antioksidan yang tinggi. Dimana antioksidan memainkan peran penting dalam melindungi terhadap sel rusak oleh spesies oksigen reaktif dan mengurangi efek merugikan dari radikal bebas pada fungsi fisiologis normal pada manusia. (Zulkefli, et al., 2013). Monounsaturated Fatty Acid (MUFAs) pada minyak zaitun murni dengan banyak asam oleat merupakan lemak tak jenuh tunggal yang dapat meningkatkan kadar HDL serta menurunkan kadar trigliserida, kolesterol dan LDL. Sehingga dapat mencegah terjadinya aterosklerosis yang dapat menyebabkan penyakit kardiovaskular (Alonso, et al., 2005).

Madu memiliki kandungan senyawa antioksidan salah satunya flavanoid (Bagdanov, 2008). Flavanoid dapat bekerja dengan menurunkan sintesis

kolesterol dengan menghambat 3-hydroxy-3-methyl-glutary (HMG)-CoA

(21)
(22)

I.5.2 Kerangka Konsep

Gambar 2. Diagram alur kerangka konsep

I.6 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Terdapat pengaruh pemberian minyak zaitun terhadap penurunan kadar

trigliserida pada tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Sprague dawley yang diinduksi diet tinggi lemak.

2. Terdapat pengaruh pemberian madu terhadap penurunan kadar trigliserida

pada tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Sprague dawley yang diinduksi diet tinggi lemak.

3. Terdapat pengaruh pemberian kombinasi minyak zaitun dan madu

terhadap penurunan kadar trigliserida pada tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Sprague dawley yang diinduksi diet tinggi lemak.

Kadar Trigliserida Minyak zaitun

Madu

(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Metabolisme lemak

Lemak yang beredar di dalam tubuh diperoleh dari dua sumber yaitu dari makanan dan hasil produksi organ hati, yang bisa disimpan di dalam sel-sel lemak sebagai cadangan energi (Guyton, 2007). Lemak yang terdapat dalam makanan akan diuraikan menjadi kolesterol, trigliserida, fosfolipid dan asam lemak bebas pada saat dicerna dalam usus. Keempat unsur lemak ini akan diserap dari usus dan masuk kedalam darah.

(24)

cara yang sedikit berbeda. Lemak dalam darah diangkut dengan dua cara, yaitu melalui jalur eksogen dan jalur endogen (Adam, 2009).

Gambar 3. Metabolisme lipoprotein (Adam, 2009)

a. Jalur eksogen

(25)

apolipoprotein akan membentuk partikel besar lipoprotein, yang disebut Kilomikron. Kilomikron ini akan membawanya ke dalam aliran darah. Trigliserid dalam kilomikron tadi mengalami penguraian oleh enzim

lipoprotein lipase yang berasal dari endotel, sehingga terbentuk asamlemak

bebas (free fatty acid) dan kilomikron remnant (Adam, 2009).

Asam lemak bebas dapat disimpan sebagai trigliserida kembali di jaringan lemak (adiposa), tetapi bila terdapat dalam jumlah yang banyak sebagian akan diambil oleh hati menjadi bahan untuk pembentukan trigiserid hati. Sewaktu-waktu jika kita membutuhkan energi dari lemak, trigliserida dipecah menjadi asam lemak dan gliserol, untuk ditransportasikan menuju sel-sel untuk dioksidasi menjadi energi. Proses pemecahan lemak jaringan ini dinamakan lipolisis. Asam lemak tersebut ditransportasikan oleh albumin ke jaringan yang memerlukan dan disebut sebagai asam lemak bebas (Adam, 2009).

(26)

diproduksi oleh hati dengan bantuan enzim yang disebut HMG Koenzim-A Reduktase, kemudian dikirimkan ke dalam aliran darah (Adam, 2009).

b. Jalur endogen

Pembentukan trigliserida dan kolesterol disintesis oleh hati diangkut secara endogen dalam bentuk VLDL.VLDL akan mengalami hidrolisis dalam sirkulasi oleh lipoprotein lipase yang juga menghidrolisis kilomikron

menjadi IDL(Intermediate Density Lipoprotein). Partikel IDL kemudian

diambil oleh hati dan mengalami pemecahan lebih lanjut menjadi produk akhir yaitu LDL.LDL akan diambil oleh reseptor LDL di hati dan mengalami katabolisme.LDL ini bertugas menghantar kolesterol kedalam tubuh. HDL berasal dari hati dan usus sewaktu terjadi hidrolisis kilomikron

dibawah pengaruh enzim lecithin cholesterol acyltransferase (LCAT). Ester

kolesterol ini akan mengalami perpindahan dari HDL kepada VLDL dan IDL sehingga dengan demikian terjadi kebalikan arah transpor kolesterol dari perifer menuju hati.Aktifitas ini mungkin berperan sebagai sifat antiterogenik (Adam, 2009).

c. Jalur Reverse Cholesterol Transport

HDL dilepaskan sebagai partikel kecil miskin kolestrol yang mengandung

apolipoprotein (apo) A, C, E dan disebut HDL nascent. HDL nascent

(27)
(28)

II.2 Peradangan Arterosklerosis

Gambar 4. Inflamasi Arterosklerosis (Libby, 2012)

Peradangan sekarang diakui sebagai proses kunci dalam aterosklerosis-terjadi ketika sel darah putih tertentu (yang biasanya merupakan garis pertahanan pertama terhadap infeksi) menyerang dan menjadi aktif dalam jaringan (Libby, 2012). Timbulnya plak arterosklerosis di awali dengan :

a. Kelebihan partikel LDL yang terakumulasi dalam dinding arteri dan

menjalani perubahan kimiawi. LDL yang berlebih menyebabkan perangsangan dari monosit sehingga ldl terakumulasi di dalam sel endotel. Dan di dalam lapisan intima mengeluarkan sitokin yang diinduksikan oleh sel t tubuh.

(29)

yang mempengaruhi sel endotel.makrofag juga merangsang scavenger reseptor yang dapat menyebabkan ldl terakumulasi di dalam sel endotel. c. Makrofag ini memakan ldl sehingga menjadi sel busa dan menyebabkan

plak aterosklerosis.

d. Inflamasi yang terus berlanjut menyebabkan bertambahnya plak

aterosklerois sampai kebagian intima dari pembuluh darah.

e. Jika terjadi kerusakan yang terus berlanjut maka inflamasi tersebut akan menyebabkan kerusakan sel-sel otot halus. Jika plak aterosklerosis pecah maka akan menyebabkan trombus Jika bekuan cukup besar, hal itu akan menghentikan aliran darah ke jantung, memproduksi serangan jantung.

(30)

II.3 Diet Tinggi Lemak sebagai Faktor Risiko Dislipidemia

Dislipidemia merupakan suatu kelainan yang terjadi pada metabolisme lipoprotein, baik itu berlebihan ataupun kekurangan. Keadaan yang mungkin timbul dapat berupa peningkatan dari kadar kolesterol total, kadar LDL, dan kadar trigliserida serta penurunan dari kadar HDL di dalam darah (Adam, 2009).

Dislipidemia dapat diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi fenotipik dan patologik.

1. Klasifikasi Fenotipik

Klasifikasi fenotipik pada dislipidemia dibagi atas klasifikasi berdasarkan EAS, NCEP, dan WHO.

a. Klasifikasi EAS (European Atheroselerosis Society)

Pada klasifikasi berdasarkan EAS, dislipidemia dibagi 3 golongan, yaituhiperkolesterolemia yang merujuk pada peningkatan kolesterol total,hipertrigliseridemia yang merujuk nilai trigliserida plasma yang meninggi dan campuran keduanya seperti dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Klasifikasi dislipidemia berdasarkan EAS

(31)

b. Klasifikasi NECP (National Cholesterol Education Program)

Kapan disebut lipid normal, sebenarnya sulit dipatok pada suatu angka, oleh karena normal untuk seseorang belum tentu normal untuk orang lain yang disertai faktor risiko koroner multipel. Walaupun demikian, National Cholesterol Education Program Adult Treatment Panel III (NCEP ATP III) 2001 telah membuat satu batasan yang dapat dipakai secara umum tanpa melihat faktor risiko koroner seseorang seperti dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Klasifikasi kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan trigliserid menurut NCEP ATP III 2001 (mg/dl).

3. Klasifikasi WHO (World Health Organization)

(32)

Tabel 3. Klasifikasi dislipidemia berdasarkan kriteria WHO.

2. Klasifikasi Fenotipe

Sedangkan berdasarkan patologinya, dislipidemia 2, yaitu dislipidemia primer dan sekunder.

a. Dislipidemia Primer

Dislipidemia primer berkaitan dengan gen yang mengatur enzim dan apoprotein yang terlibat dalam metabolism lipoprotein maupun reseptornya. Kelainan ini biasanya disebabkan oleh mutasi genetik. Dislipidemia primer meliputi:

• Hiperkolesterolemia poligenik

(33)

• Dislipidemia remnant

• Hyperlipidemia kombinasi familial

• Sindroma Chylomicron

• Hypertrriglyceridemia familial

• Peningkatan Cholesterol HDL

• Peningkatan Apolipoprotein B

b. Dislipidemia Sekunder

Dislipidemia sekunder disebabkan oleh penyakit atau keadaan yang mendasari. Hal ini dapat bersifat spesifik untuk setiap bentuk dislipidemia seperti diperlihatkan oleh tabel 4 dibawah ini.

Tabel 4. Penyebab Umum Dislipidemia Sekunder

Hiperkolesterolemia Hipertrigliseridemia Dislipidemia

Hipotiroid DM, alkohol Hipotiroid

Sindrom Nefrotik Obesitas Sindrom Nefrotik

Penyakit hati obstruktif Gagal ginjal kronik Gagal ginjal kronik

Sumber : Adam, 2009

II.4 Minyak zaitun

(34)

Virgin minyak zaitun diperoleh hanya melalui cara fisik yaitu dengan menggunakan alat atau langsung menekan dari buah zaitun tersebut tanpa mengubah komposisi dari minyak zaitun itu. Minyak zaitun tidak dikenakan perlakuan apapun kecuali mencuci, dekantasi, sentrifugasi dan penyaringan. (Ghanbari, 2012).

Insidensi PKV yang rendah terdapat di negara-negara mediterania. Telah diketahui bahwa pengaplikasian diet mediterania dalam kehidupan sehari-hari dapat mencegah terjadinya PKV. Komponen utama dalam diet mediterania adalah minyak zaitun yang merupakan sumber utama lemak (Estruch, et al., 2006).

Komposisi dari minyak zaitun bervariasi tergantung dalam beberapa faktor yaitu : kematangan, proses pemanenan, serta dalam teknik pengolahan yang digunakan. Komponen utama dari minyak zaitun adalah asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA) dan bioaktif fungsional termasuk tokoferol, karotenoid, fosfolipid dan fenol. Komponen ini juga yang berkontribusi terhadap rasa yang unik dan rasa minyak zaitun (Ghanbari, 2012).

1. Asam lemak

(35)

menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler, selain itu terdapat pula asam lemak tak jenuh ganda (PUFAs) yaitu asam linolenat dapat mempengaruhi fungsi trombosit. Terdapat hubungan proporsional terbalik antara asam oleat dan linolenat, jika asam linolenat yang dikandung tinggi maka asam oleat yang dikandung rendah, begitu pun sebaliknya. Pada minyak zaitun asam oleat terkandung lebih tinggi dibanding dengan asam linolenatnya. (Kammoun, et al., 2012).

Asam oleat yang merupakan komponen asam lemak yang paling banyak terkandung pada minyak zaitun, memliki banyak manfaat bagi kesehatan. MUFAs dapat mengurangi LDL yang teroksidasi pada intima pembuluh darah yang merupakan penyebab terjadinya aterosklerosis, dan dapat menurunkan LDL plasma serta meningkatkan HDL plasma yang merupakan antiarterogenik karena membawa kolesterol dari jaringan kembali ke hati untuk diekskresikan (Huang, et al., 2008).

Lemak alami merupakan lemak dengan bentuk konfigurasi cis. Termasuk

asam oleat yang merupakan lemak tak jenuh tunggal dengan konfigurasi

cis. Bentuk lemak dengan konfigurasi cis akan membengkok tidak

sempurna berbeda dengan bentuk lemak trans yang lurus sama seperti asam lemak jenuh (Silahi & Tampubolon, 2002). Senyawa asam lemak dengan bentuk cis memiliki bentuk bengkok sehingga ikatan C nya tidak kuat dan mudah putus sehingga tidak perlu pemanasan yang tinggi

(memiliki titik leleh yang rendah). Sedangkan asam lemak trans memiliki

(36)

yang tinggi dibandingan bentuk trans (Mora, dkk., 2013). Konfigurasi trans lebih mengakibatkan terjadinya resiko penyakit jantung, sedangkan

konfigurasi cis memiliki kemampuan protektif pada penyakit jantung

dibandingkan konfigurasi trans. Hal ini dikarenakan konfigurasi cis dapat menghambat absorbsi kolesterol dari intestinum dan dengan struktur konfigurasi cis tidak mudah untuk dioksidasi, karena proses oksidasi lemak dapat menyebabkan pembentukan plak aterosklerosis (Haryanti, 2008).

Beberapa penelitian yang sudah dilakukan oleh Llor dan Pons pengaruh minyak zaitun dan isolasi asam oleat terhadap kolorektal neoplasia, bahwa minyak zaitun dapat menginduksi apoptosis dan diferensiasi sel serta menurunkan regulasi Cyclooxygenase-2 (COX-2) dan Bcl-2. COX-2 ini yang dianggap sebagai pemicu perkembangan kolorektal neoplasia dan Bcl-2 sebagai penghambat apoptosis. Pengaruh minyak zaitun ini dikarenakan tidak hanya kandungan asam oleat saja namun sejumlah komponen minor mempengaruhi hal ini (Waterman & Lockwood, 2007).

(37)

2. Non asam lemak

Ada beberapa senyawa non asam lemak dalam jumlah kecil namun mempunyai efek terapeutik yang baik seperti sebagai antioksidan (Kammoun, et al., 2012). Manfaat yang di peroleh dari minyak zaitun bukan hanya dari komponen asam lemaknya saja seperti MUFAs dan PUFA namun komponen lainnya yang terkandung dalam jumlah kecil juga dapat berpengaruh (Nakbi, et al., 2010).

a. Fenolat

Berbagai fenolat sangat bermanfaat bagi tubuh. Fenolat yang terkandung dalam minyak zaitun sekitar 196-500 ml/kg, walaupun dilaporkan bahwa komponen dalam minyak zaitun sangat bervariasi. Fenolat dalam minyak zaitun lebih tinggi dibanding dengan minyak zaitun sulingan. Fenolat

memliki beberapa kandungan namun yang terbesar adalah hydroxityrosol,

(38)

b. Sterol

Fitosterol juga disebut dengan sterol atau stanol, merupakan komponen yang biasanya tedapat pada tumbuhan dan sayuran dan normal terdapat pada diet manusia. Merupakan struktural dari kolesterol namun berbeda dengan struktural kolesterol rantai samping. Ada beberapa sterol group yang bermanfaat bagi manusia, dari beberapa penelitaian fitosterol bermanfaat bagi manusia. minyak zaitun mengandung sterol tunggal dengan kandungan lebih dari 1000 ppm. Selain itu, minyak zaitun dalah minyak yang unik yang mengandung tingkat tinggi -sitosterol (75-90

totalsterol), de-5-avénastérol (5-20 ), Campesterol (1 - 4 ) dan

stigmasterol (0, 5-2). Yang mana senyawa ini dalam bentuk bebas atau diesterifikasi ditambahkan ke dalam makanan berguna untuk mengurangi penyerapan koleterol dalam usus dan kadar kolesterol darah lebih rendah (Kammoun, et al., 2012).

c. Beberapa komponen kecil yang terdapat pada minyak zaitun

1) Hidrokarbon, seperti pada squalen dan β-karoten. Β-karoten

menambahkan warna pada minyak dan bertindak sebagai antioksidan penyimpanan.

2) Tokoferol, yang juga antioksidan termasuk vitamin E

(39)

II.5 Madu Kelengkeng

Madu adalah zat alami yang dihasilkan oleh lebah dari nektar (Erejuwa et al., 2012). Madu berasal dari nektar bunga yang disimpan oleh lebah dari kantung madu. Lebah mengolah nektar sehingga menghasilkan madu dalam

sarangnya. Madu dihasilkan oleh serangga lebah madu (Apis mellifera)

termasuk dalam superfamili apoidea. Madu sudah ada di alam dan tinggal diolah dari sarangnya. Penggunaan madu ini sebagai obat-obatan sudah ada sejak zaman dahulu. Bahkan penggunaan madu ini dapat dinikmati secara luas dari semua usia dan dapat diterima oleh semua budaya dan etnis.

Penggunaan madu ini bahkan dianjurkan oleh semua agama (Ajibola, et al.,

2012).

Madu kelengkeng merupakan salah satu jenis madu monoflora yang berasal dari bunga kelengkeng (Nephelium longata L), berikut adalah taksonomi

(40)

Pohon kelengkeng tumbuh di lingkungan subtropik. Meskipun begitu, kelengkeng tidak dapat tumbuh pada suhu di bawah 32oF (0oC) dan pada suhu26-28oF) (Gustiani, 2008).

Madu kelengkeng memiliki senyawa anti radikal bebas seperti madu lainnya, seperti vitamin C, flavanoid vitamin B3, betakaroten dan jenis karbohidrat seperti glukosa dan fruktosa. Vitamin C pada madu kelengkeng sangat berguna sebagai penurunan kolesterol yaitu dengan meningkatkan kolesterol menjadi asam empedu dan asam empedu di dalam hati dan mengekskresikan ke dalam usus kemudian dikeluarkan bersama feses. Disamping itu vitamin C juga dapat menurunkan pengabsorbsian kembali asam empedu dan konversinya menjadi kolesterol. Peran antioksidan juga dapat mencegah terjadinya perioksidasi lipid (Inayah, dkk., 2012).

(41)

Flavanoid merupakan salah satu antioksidan dan antiradikal bebas yang terdapat pada pada madu. Di dalam madu kelengkeng terdapat flavanoid khususnya isoflavon (Asih, dkk., 2012). Dan flavanoid merupakan asam felonat yang paling dominan berada dalam madu dan digambarkan sebagai antioksidan, dengan kemampuan yang paling terkenal yaitu membilas langsung radikal bebas (Moniruzzaman, et al., 2013). Flavanoid sebagai antioksidan secara langsung yaitu dengan mendonorkan ion hidrogen sehingga dapat menetralisir efek toksin dari radikal bebas. Flavanoid secara tidak langsung yaitu dengan meningkatakan ekspresi gen antioksidan endogen dengan beberapa mekanisme, salah satu mekanismenya adalah peningkatan ekspresi gen antioksidan endogen dengan mengaktivasi Nuclear factor erhytoid 2 related factor 2 (Nrf2) sehingga terjadi peningkatan enzim gen yang berperan sebagai antioksidan yaitu misalnya

gen SOD (Superoxide Dimustase) (Sumardika & Jawi, 2012). Dari

penelitian Casaschi, 2004 dan Ogawa, 2005 peran flavanoid juga terlihat berpengaruh dalam pengobatan dislipidemia, yaitu dengan menurunkan

sintesis kolesterol dengan menghambat 3-hydroxy-3-methyl-glutary

(42)

II.5.1 Jenis - jenis Madu

Hammad (2009) menyatakan bahwa madu terdiri dari beberapa jenis yang tergantung pada sumber bunganya. Madu yang sumber bunganya hanya satu jenis sari bunga disebut monofloral. Sedangkan madu yang sumbernya berasal dari berbagai sari bunga disebut madu multifloral. Madu dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai jenis berdasarkan spesifikasi tertentu, meliputi warna, kekentalan, dan aroma. Berikut ini adalah penjelasan karakteristik beberapa jenis madu (Hammad, 2009) :

a). Madu Bunga Akasia yaitu madu yang berwarna kuning susu dan mempunyai aroma yang lembut. Madu ini mempunyai kandungan fruktosa yang tinggi. Oleh sebab itu, jenis madu ini selalu dalam keadaan cair (Hammad, 2009).

b). Madu Bunga Limau merupakan madu yang termasuk madu paling laris di pasaran karena memiliki aroma yang lezat dan rasa yang istimewa. Warnanya kuning kehijau-hijauan (Hammad, 2009).

c). Madu Heather berwarna kuning gelap atau merah kecokelat-cokelatan. Madu ini memiliki keunikan tersendiri yaitu ia akan membeku dalam keadaan diam, namun akan cair ketika diguncangkan (Hammad, 2009). d). Madu Lobak yaitu jenis madu yang mengandung glukosa yang tinggi

(43)

e) . Madu Alfalfa berwarna kuning muda, aromanya wangi, rasanya lembut, dan cepat mengkristal. Oleh karena itu madu ini sering dijual bersama sarangnya (Hammad, 2009).

f). Madu Willow berasal dari pohon willow yang memiliki daun berwarna ungu. Madu ini termasuk madu yang rasanya paling enak dengan aroma yang sangat wangi. Warnanya terang kehijau-hijauan dan tidak mudah mengkristal (Hammad, 2009).

g). Madu Eucalyptus berwarna kuning muda dan memiliki citarasa yang kuat. Madu jenis ini terkenal akan khasiatnya untuk mengobati penyakit dada (Hammad, 2009).

h). Madu Citrus umumnya dijual dengan nama “Madu jeruk”, meski

sebenarnya berasal dari pohon lemon. Madu ini berwarna terang dan rasa yang lezat (Hammad, 2009).

i). Madu Sikamore memiliki ciri khas yaitu tidak cepat masak. Madu jenis ini sebaiknya dikonsumsi beberapa bulan setelah disaring (Hammad, 2009).

j). Madu Dandelion yang memiliki ciri khas berwarna kuning tua keemasan. Madu ini memiliki rasa yang lezat dengan aroma yang tajam (Hammad, 2009).

(44)

l). Madu Thyme berasal dari tanaman thyme (sejenis tumbuhan beraroma harum) berwarna kemerah-merahan dengan rasa yang kuat (Hammad, 2009).

II.5.2 Komposisi Madu

Madu sebagai bahan makanan sumber energi yang berkualitas baik memiliki banyak manfaat karena madu mengandung berbagai jenis komponen yang bermanfaat bagi kesehatan manusia. Komponen yang dimaksud yaitu karbohidrat, asam amino, mineral, enzim, vitamin, dan air. Komposisi nutrisi madu ditunjukkan dalam tabel 2.

Tabel 5

.Komposisi Nutrisi Madu

No. Komposisi Jumlah (%)

1. Air 17,0

2. Fruktosa 38,5

3. Glukosa 31,0

4. Maltosa 7,2

5. Karbohidrat 4,2

6. Sukrosa 1,5

7. Enzim, Mineral dan Vitamin 0,5

8. Energi (Kalori/100 gram) 294,0

(45)

II.5.3 Manfaat Madu

a. Madu menjadi bahan makanan

Madu memiliki manfaat dari berbagai aspek kehidupan dari segi pangan, pengobatan dan kecantikan. Sebagai bahan makanan madu biasanya digunakan sebagai pemanis, penyedap makanan dan campuran berbagai minuman selain itu madu digunakan juga sebagai obat-obatan (Haryati, 2010).

b. Madu sebagai pengobatan

Madu sebagai pengobatan sudah digunakan sejak ribuan tahun yang lalu, di dalam kalangan masyarakat maupun professional, dalam pengobatan tradisional maupun modern. Dalam bidang professional kedokteran modern madu sudah digunakan pada bidang oftalmologi dan gastroenterologi. Dalam penggunaan madu sebagai obat luka bakar juga sudah terbukti poten serta sebagai antibiotik (Molan, 2006).

c. Madu terhadap penyakit kardiovaskular

(46)

flavonoid teratur berkaitan dengan penurunan risiko penyakit kardiovaskular. Dalam penyakit jantung koroner, efek perlindungan dari flavonoid meliputi terutama antitrombotik, antiiskhemik, antioksidan, dan vasodilatasi (Khalil & Sulaiman, 2010).

d. Madu terhadap aterosklerosis

Kandungan flavonoid dalam madu menunjukan bahwa senyawa flavonoid dapat mengurangi risiko penyakit jantung koroner dengan tiga tindakan utama: (A) meningkatkan vasodilatasi koroner, (B) penurunan kemampuan trombosit dalam darah untuk membeku dan (C) mencegah LDL dari oksidasi (Khalil & Sulaiman, 2010). Flavanoid secara tidak langsung yaitu dengan meningkatkan ekspresi gen antioksidan endogen dengan mekanisme, salah satu mekanismenya adalah peningkatan ekspresi gen antioksidan endogen dengan mengaktivasi Nuclear factor erhtoid 2 related factor 2 (Nrf2) sehingga terjadi peningkatan enzim gen yang berperan sebagai antioksidan (Sumardika & Jawi, 2012).

Dari penelitian Casaschi, 2004 dan Ogawa, 2005 peran flavanoid juga terlihat berpengaruh dalam pengobatan dislipidemia, yaitu dengan

menurunkan sintesis kolesterol dengan menghambat

(47)

e. Anti radikal bebas

Secara umum madu mengandung 40% glukosa, 40% fruktosa, 20% air dan asam amino, vitamin biotin, asam nikotinin, asam folit, asam pentenoik, proksidin, tiamin, kalsium, zat besi, magnesium, fosfor, dan kalium. Madu juga mengandung zat antioksidan dan H2O2 (Hidrogen Peroksida) sebagai penetral radikal bebas (Bergman, dkk., 1983).

f. Senyawa Organik dan Enzimatik

Madu mengandung beberapa senyawa organik, yang telah

(48)

III. METODE PENELITIAN

III.1 Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorik yang

menggunakan metode rancangan acak lengkap dengan menggunakan pola post test only control group design. Rancangan acak lengkap dengan pola post test only control group design adalah desain yang paling sederhana dari

desain eksperimental (true experimental design), karena sampel benar-benar

dipilih secara random dan diberi perlakuan serta ada kelompok pengontrolnya (Dahlan, 2010)

III.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada November – Desember 2013 selama 15 hari dengan masa adaptasi 7 hari sebelum perlakuan yang bertempat di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Perawatan dan perlakuan sampel

bertempat di pet house Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

(49)

III.3. Alat dan bahan penelitian

1. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Kandang tikus;

b. Botol minum tikus;

c. Sonde untuk pemberian oral;

d. Spuit oral;

e. Minor set;

f. Timbangan analitik;

g. Kapas;

h. Kamera digital.

2. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Minyak zaitun

b. Madu kelengkeng

c. Tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley

berumur 4-5 bulan yang diperoleh dari laboratorium Balai Penelitian Veteriner (BALITVET) Bogor;

d. Aquades;

e. Makanan standar tikus (pelet dan gabah);

f. Pakan tinggi lemak yang diberikan adalah berupa otak sapi dengan

dosis 3 ml/hari (Pratama & Probosari, 2012)

g. Obat anestesi ketamine + xylazine sebagai narkosis sebelum

(50)

III.4. Populasi dan Sampel

III.4.1 Populasi penelitian

Populasi penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus) jantan

galur Sprague dawley berumur 4-5 bulan yang diperoleh dari

laboratorium Balai Penelitian Veteriner (BALITVET) Bogor.

III.4.2 Sampel penelitian

Hewan penelitian adalah tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley umur 4-5 bulan dengan berat badan rata-rata antara 200-250 gram. Sampel penelitian dipilih secara simpel random sampling berjumlah 30 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley. Dibagi menjadi 5 kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari 6 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley. Selama penelitian selain perlakuan utama, semua tikus tetap diberi makan campuran pelet dan gabah dan diberi minum secukupnya.

Menurut rumus Ferderer (t-1)(n-1) ≥ 15. Dimana t adalah jumlah

(51)

Pada penelitian ini ditetapkan jumlah sampel yang akan digunakan tiap kelompok percobaan sebanyak 6 ekor tikus putih masing-masing kelompok.

a. Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi dari penelitian ini adalah:

1. tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley;

2. berumur ± 4-5 bulan;

3. berat badan rata-rata antara 150-250 gram;

4. didapatkan dari tempat pembiakan yang sama dan pakan yang

sama.

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria ekslusi dari penelitian ini adalah:

1. Terlihat sakit pada masa adaptasi (penampakan rambut kusam,

rontok atau botak dan aktivitas kurang atau tidak aktif, keluarnya eksudat yang tidak normal dari mata, mulut, anus atau genital );

2. Penurunan berat badan selama adaptasi lebih dari 10%;

3. Mati selama pemberian perlakuan.

III.5. Metode Penelitian

(52)

III.5.1 Tipe penelitian

Tipe penelitian adalah studi eksperimental laboratorium dalam bidang ilmu biokimia. Adapun tipe penelitian ini adalah post test only with control group-design. Sebelum penelitian berlangsung 30 ekor tikus putih diadaptasikan dahulu selama 7 hari dengan diberikan pakan standard dan air minum ad libitum. Kemudian tikus putih dibagi menjadi 5 kelompok dengan masing-masing kelompok berjumlah 5 ekor. Kelompok A diberikan pakan standard seperti adaptasi tanpa diberikan perlakuan sebagai kontrol negatif, kelompok B diberikan diet tinggi lemak sebagai kontrol positif, kelompok C diberikan diet tinggi lemak dan minyak zaitun dengan rentang waktu pemberian 6 jam selama 15 hari, kelompok D diberikan diet tinggi lemak dan madu dengan rentang waktu pemberian 6 jam selama 15 hari, sedangkan kelompok E diberikan diet tinggi lemak dan kombinasi minyak zaitun dan madu dengan rentang waktu 6 jam selama 15 hari. 5 langkah kelompok perlakuan adalah a. Kelompok A sebagai kontrol negatif tikus hanya diberi makan dan

minum seperti biasa;

b. Kelompok B sebagai kelompok kontrol positif diberikan diet tinggi lemak dengan dosis 3 ml/ekor/hari menggunakan sonde lambung;

c. Kelompok C diberikan diet tinggi lemak dengan dosis 3 ml/ekor/hari

(53)

d. Kelompok D diberikan diet tinggi lemak dengan dosis 3 ml/ekor/hari dan madu sebanyak 1,35 ml/ekor/hari menggunakan sonde lambung dengan rentang pemberian 6 jam;

e. Kelompok E diberikan diet tinggi lemak dengan dosis 3 ml/ekor/hari

dan kombinasi minyak zaitun sebanyak 1 ml/ekor/hari serta madu sebanyak 1,35 ml/ekor/hari menggunakan sonde lambung dengan rentang pemberian 6 jam;

III.5.2 Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini terdiri dari variabel perlakuan (independen) dan variabel respon (dependen).

a. Variabel perlakuan (independen) adalah pemberian minyak zaitun,

madu dan kombinasi minyak zaitundan madu.

b. Variabel respon (dependen) adalah kadar Trigliserida pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley

III.5.3 Definisi Operasional Variabel Penelitian

(54)
(55)

III.6 Prosedur Penelitian

III.6.1 Prosedur pemberian dosis minyak zaitun

Dosis pemberian minyak zaitun merupakan hasil perhitungan konversi dosis manusia ke hewan coba. Penentuan dosis minyak zaitun untuk tikus putih galur sprague dawley ini berpedoman pada dosis rata-rata minyak zaitun yang dikonsumsi masyarakat mediterania yaitu 25-50 ml per hari. Dalam penelitian yang dilakukan Nugraheni (2012), dosis yang paling efektif adalah 50 ml/hari yang dikonversikan kepada dosis tikus dengan berat rata-rata 200 gram menjadi 0,9 ml/hari, pada penelitian ini peneliti memutuskan untuk mengambil dosis 1 ml/hari.

III.6.2 Prosedur pemberian dosis madu

Madu yang digunakan pada penelitian ini adalah madu kelengkeng. Dosis pemberian madu ini merupakan hasil perhitungan konversi dari

manusia ke hewan coba. Penentuan dosis madu untuk tikus putih (Rattus

(56)

a. Prosedur pemberian dosis kombinasi minyak zaitun dan madu

Dosis kombinasi pemberian minyak zaitun dan madu adalah sesuai dengan dosis pada masing-masing dosis yang telah diberikan pada kelompok sebelumnya, kemudian digabungkan menjadi satu.

b. Prosedur pemberian diet tinggi lemak

Pada penelitian Pratama dan Probosari (2012) digunakan pakan tinggi kolesterol berupa suspensi otak sapi sebanyak 2 ml per hari. Otak sapi diolah dengan cara dikukus dan diblender dengan penambahan air dengan perbandingan 1:1. Dalam 100 gram otak sapi mengandung sekitar 2 gram kolesterol dan 2,9 gram asam lemak jenuh. Berdasarkan kandungan tersebut, suspensi otak sapi yang diberikan mengandung 20 mg kolesterol dalam 2 ml suspensi otak. Pemberian suspensi otak sapi tersebut selama 15 hari terbukti meningkatkan kadar kolesterol darah tikus secara bermakna. Pada penelitian ini digunakan suspensi otak sebanyak 3 ml dengan perbandingan otak sapi dengan air 2:1 sehingga mengandung 40 mg kolesterol untuk memberi efek hiperkolesterolemia yang lebih tinggi pada tikus selama 15 hari.

c. Alur penelitian

1. Mengukur berat badan 30 ekor tikus percobaan (25 yang diuji, 5 sebagai cadangan) sebelum perlakuan;

2. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh pemberian minyak zaitun,

(57)

kelompok yaitu kelompok A, B, C, D dan E. Tikus-tikus tersebut dipelihara dalam suhu kamar dan pencahayaan yang cukup pada siang hari selama 7 hari dan diberi pakan pelet dicampur gabah dan minum ad libitum;

3. Kemudian kelompok A diberi diet standard sebagai kontrol negatif

sedangkan kelompok B diberi diet tinggi lemak yaitu suspensi otak sapi sebanyak 3 ml per tikus per hari sebagai kontrol positif. 4. Pada waktu yang bersamaan kelompok C diberi diet tinggi lemak

yaitu suspensi otak sapi sebanyak 3 ml per tikus per hari dan minyak zaitun dengan dosis 1 ml/ekor/hari, kelompok D diberi diet tinggi lemak yaitu suspensi otak sapi sebanyak 3 ml per tikus per hari dan madu dengan dosis 1,35 ml/ekor/hari, dan kelompok E diberi diet tinngi lemak yaitu suspensi otak sapi sebanyak 3 ml per tikus per hari dan kombinasi minyak zaitun dengan dosis 1 ml/ekor/hari dan madu dengan dosis 1,35 ml/ekor/hari setiap hari selama 15 hari.

5. Pada hari ke 23 sampel dipuasakan terlebih dulu selama 10 jam kemudian dinarkosis menggunakan ketamine + xylazine dengan dosis 75-100 mg/kgbb dan 5-10 mg/kgbb secara intraperitoneal.,

Setelah itu tikus di-euthanasia menggunakan metode cervical

(58)

tengkorak (AVMA, 2013). Setelah tikus dipastikan mati, darah di ambil melalui jantung dengan menggunakan spuit 1ml sebanyak 2

ml, kemudian langsung dimasukkan ke dalam vacutainer

SST(Yellow Top) yang sudah berisi Clot activator dan Inner separator.

6. Darah sebanyak 2 ml didiamkan terlebih dahulu selama 30 menit,

kemudian disentrifugasi menggunakan sentrifuge dengan kecepatan

(59)

Gambar 6. Diagram alur penelitian.

B D E

A

Kelompok A diberi diet standard, kelompok B diberi diet tinggi lemak, kelompok C diberi diet tinggi lemak dan minyak zaitun, kelompok D diberi diet tinggi lemak dan

madu, dan kelompok E diberi diet tinggi lemak dan kombinasi minyak zaitun dan madu selama 15 hari

A B D E

Periksa kadar Trigliserida darah(post test) pada hari ke 23

Analisis Hasil

(60)

III.7 Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian diuji analisis statistik menggunakan aplikasi pengolah data. Data yang diperoleh diuji normalitasnya dengan uji Saphiro-Wilk dan uji homogenitas Levene. Jika data berdistribusi normal serta homogen (p>0,05), maka dilanjutkan dengan uji beda lebih dari dua sampel, yaitu uji analisis varian satu arah (one way ANOVA) dengan taraf kepercayaan 95% sehingga dapat diketahui apakah

perbedaan yang diperoleh bermakna atau tidak. Uji ANOVA akan dianggap

bermakna bila p<0,05 dan selanjutnya dilakukan uji post hoc. Jika salah satu

syarat untuk uji ANOVA tidak terpenuhi, maka dilakukan uji Kruskal-Wallis

untuk mengetahui adanya perbedaan. Apabila terdapat perbedaan bermakna, dilakukan uji Mann-Whitney untuk melihat perbedaan antar tiap kelompok perlakuan (Dahlan, 2010).

III.8 Etika Penelitian

Penelitian ini telah diajukan ke Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, dengan menerapkan prinsip 3R dalam protokol penelitian, yaitu:

1. Replacement, adalah keperluan memanfaatkan hewan percobaan sudah diperhitungkan secara seksama, baik dari pengalaman terdahulu maupun literatur untuk menjawab pertanyaan penelitian dan tidak dapat digantikan oleh makhluk hidup lain seperti sel atau biakan jaringan. 2. Reduction, adalah pemanfaatan hewan dalam penelitian sesedikit

(61)

ini sampel dihitung berdasarkan rumus Frederer yaitu (r-1)(t-1) ≥ 15, dengan r adalah jumlah hewan yang diperlukan dan t adalah jumlah kelompok perlakuan.

3. Refinement, adalah memperlakukan hewan percobaan secara manusiawi, dengan prinsip dasar membebaskan hewan coba dalam beberapa kondisi, yaitu:

a. Bebas dari rasa lapar dan haus, pada penelitian ini hewan coba diberikan pakan standar dan minum secara ad libitum.

b. Bebas dari ketidak-nyamanan, pada penelitian hewan coba

ditempatkan di animal house dengan suhu terjaga 20-25°C, kemudian

hewan coba terbagi menjadi 3-4 ekor tiap kandang. Animal house berada jauh dari gangguan bising dan aktivitas manusia serta kandang dijaga kebersihannya sehingga, mengurangi stress pada hewan coba.

c. Bebas dari nyeri dan penyakit dengan menjalankan program

kesehatan, pencegahan, dan pemantauan, serta pengobatan terhadap hewan percobaan jika diperlukan, pada penelitian hewan coba diberikan perlakuan dengan menggunakan sonde lambung dilakukan dengan mengurangi rasa nyeri sesedikit mungkin, dosis perlakuan diberikan berdasarkan pengalaman terdahulu maupun literatur yang telah ada.

Prosedur pengambilan sampel pada akhir penelitian telah dijelaskan dengan

mempertimbangkan tindakan manusiawi dan anesthesia serta euthanasia

(62)
(63)

V. SIMPULAN DAN SARAN

V.1 Simpulan

Dari hasil penelitian mengenai pengaruh pemberian minyak zaitun dan madu terhadap kadar trigliserida pada tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Sprague dawley yang diberikan diet tinggi lemak diperoleh simpulan sebagai berikut:

a. Terdapat penurunan kadar trigliserida pada tikus putih (Rattus novergicus)

jantan galur Sprague dawley yang diinduksi diet tinggi lemak pada

perlakuan minyak zaitun sebesar 44,95.

b. Terdapat penurunan kadar trigliserida pada tikus putih (Rattus novergicus)

jantan galur Sprague dawley yang diinduksi diet tinggi lemak pada

perlakuan madu sebesar 59,26.

c. Terdapat penurunan kadar trigliserida pada tikus putih (Rattus novergicus)

jantan galur Sprague dawley yang diinduksi diet tinggi lemak pada

(64)

V.2 Saran

Untuk pengembangan dan perbaikan penelitian ini, penulis menyarankan :

a. Peneliti lain dapat melakukan penelitian lebih lanjut dengan

membandingkan pengaruh pemberian minyak zaitun dan madu dengan obat sintetik yang sering digunakan sebagai terapi dislipidemia untuk mengetahui yang manakah lebih efektif dalam menurunkan kadar trigliserida.

b. Peneliti lain dapat melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh pemberian minyak zaitun ektra murni dan madu terhadap kadar VLDL, LDL, HDL dan trigliserida.

c. Peneliti lain dapat melakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan

(65)

DAFTAR PUSTAKA

Adam, JMF. 2009. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta Pusat. Internal Publishing.hlm ;1985 Jilid 3

Al-Hefni AM. 2008. Sarang Lebah dan Keajaiban Al-Qur’an. Maktabah Abu

Salma Al-Atsari. hlm 1

American Heart Association. 2009. Heart Disease and Stroke Statistics: 2009 Update at A Glance. American Heart Association. Hlm;1-36.

Anwar BT. 2004. Manfaat Diet pada Penanggulangan Hiperkolesterolemia. Repository USU. hlm 4-5.

Ajibola, A., Chamunorwa, JP., Erlwanger, KH. 2012. Nutraceutical Values Of Natural Honey and its Contribution to Human Health and Wealth. Nutr Metab (Lond). Hlm ; 9: 61.

Asih, IARA., Ratnayani K., Swardana IB. 2012. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Golongan Flavanoid Dari Madu Kelengkeng (Nephelium longata L.). Jurnal Kimia. Bukit Jimbaran : Fakultas Kimia Universitas Udayana.

Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan Republik Indonesia

(Balitbangkes). 2004. Status kesehatan masyarakat Indonesia. Volume 2. Halaman : 34-6.

Badan Standar Nasional. 2008. Persyaratan Mutu Madu berdasarkan SNI 01-

3545-2004. Diakses tanggal 14 Oktober 2012

Bhatnagar, D., Soran, H., Durrington. 2008. Hypercholesterolaemia and its

management. Hlm; 337:993.

(66)

proceedings of the Nutrition Society of Australia, HEC Press, McKinnon, Vic.

Dahlan, MS. 2010. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta. Salemba medika.

Depkes. 2008. Ringkasan Hasil Prevalensi Penyakit Tidak Menular. Riset

Kesehatan Dasar.

Djoerban, Z. 2011. Cegah Sejak Dini. Jakarta selatan. Mahaka Publishing. Hlm; 118-119.

Ekawati, N. 2012. Peningkatan kadar trombosit oleh kapsul monascus powder

(MP) pada hewan uji tikus putih Sprague dawley. Bogor. Repository IPB. Estruch, R., Gonzales, MAM., Corella, D., Salvado, JS., Gutierrez, VR., Covas,

MI. 2006. Effects of a Mediterranean Style Diet on Cardiovascular Risk Factors. Annals of internal medicine.

Fito, M., Torre, RDL., Albaladejo, MF., Khymenetz, O., Marrugat, J., Covas, MI. 2007. Bioavailability and antioxidant effects of olive oil phenolic Komposisi Asam Lemak Penyusun Trigliserida dari Lemak Biji Kelengkeng. (Skripsi). Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Univesitas Indonesia.

Guyton, AC., Hall, JE. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta. EGC. hlm

891-892.

Hammad, S. 2007. Terapi Madu. Jakarta : Pustaka Iman.

Hammad, S. 2009. 99 Resep Sehat dengan Madu. Solo: Aqwamedika.

Haryati, LF. 2010. Aktivitas Antibakteri Berbagai Jenis Masu Terhadap Mikroba

(67)

Institut Pertanian Bogor. Diakses tanggal 13 oktober 2012.

Huang, CL., Sumpio, BE. 2008. Olive Oil The Mediterranean Diet and

Cardiovaskuler Health. Collecting Review. The American Collage of

Surgeon.

Iman, S. 2004. Penyakit jantung koroner & serangan jantung. Jakarta. Gramedia pustaka utama. hlm 63-81.

Inayah, Marianti, A., Lisdiana. 2012. Efek Madu Randu dan Kelengkeng dalam Menurunkan Putih Hiperkolesterolemik. Semarang. Unnes Journal of Life Science. 1 (1).

Kommoun, N., 2012. ExtraVirgin Olive Oil: Characterization Quality Improvement and Valorisation. Mediteranian Diet Forum. Tunisia: Olive Instituse of Sfax.

Khalil, MI., Sulaiman, SA. 2010. The potential role of honey and its polyphenols in preventing heart diseases : A Review. Afr J Tradit Complement Altern Med. 7(4): 315–321.

Libby, P. 2004. Artherosclerosis: the new view. Halaman 51-59

Madja. 2007. Lemak dalam tubuh : http://madja.wordpress.com. Di unduh tanggal

11 bulan November tahun 2013. Pukul 24.15 WIB

Marks, DB., Marks, AD., Smith CM. 2000. Biokimia kedokteran dasar. Jakarta. EGC.

Mayes, PA. 2003. Pengangkutan dan Penyimpanan Lipid. Biokimia Haper. Edisi

24. Lange EGC. Halaman 260-278.

Molan, PC., 2006. Honey and Medicine: Past, Present and Future. Kelantan. First

North-South Conference & Workshop on Pharmacogenetic.

(68)

Murray, R.K., Ganer, D.K., Rodwell,V.W. 2009. Biokimia Harper, Edisi 27. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Nakbi, A., Tayeb, W., Dabbou, S., Issaoui, M., Grissa, AK., Attia, N., et al. 2010. Dietary Olive Oil Effect on Antioxidant Status and Fatty acid Profile in

Erythrocyte of 2,4-Dexposed Rats. Journal Lipid in Health and Diseases.

Noorozi, M., Zavoshy R., Jahanihashemi H. 2012. Effect of Olive Oil with Low Calorie Diet on Blood Lipids in Hyperlipidemic Patients. Iran.

Nugraheni, K. 2012. Pengaruh pemberian minyak zaitun ekstra virgin terhadap profil lipid serum tikus putih (rattus norvegicus) strain sprague dawley hiperkolesterolemia. Semarang [ Artikel Penelitian].

Orey, C. 2008. Khasiat Minyak Zaitun Resep Umur Panjang Ala Meditreania.

Penerbit Hikmah (PT Mizan Publika). Jakarta

Owen, RW., Mier W., Giacosa, A., Hule, WE., Spiegelhalder, B., Bartsch, H.

2000, Phenolic compounds and squalene in olive oils: the concentration and

antioxidant potential of total phenols, simple phenols, secoroids, lignans and squalene. Food ChemToxicol 38;;647-59.

Parwata, IMOA., Ratnayani, K., Listya, A. 2010. Aktivitas Antiradikal Bebas Serta Kadar Beta Karoten pada Madu Randu (Ceiba pentandra) dan Madu

Kelengkeng (Nephelium Longata L.). Jurnal Kimia. Bukit Jimbaran :

Fakultas Kimia Universitas Udayana.

Pratama, SE., Probosari, E. 2012. Pengaruh pemberian kefir susu sapi terhadap kadar kolesterol LDL tikus jantan Sprague dawley hiperkolesterolemia. Semarang. Journal of nutrition college. 1(1) : hlm 358-364.

Rader, JD., 2006. Molecular regulation of HDL metabolism and function:

implications for novel therapies. Hlm116 (12) : 3090-3100.

Reiner, Z., Catapano, AL., Backer, GD., Graham, I., Tazkinem, RM., Wiklud, O. 2011. ESC/EAS Guidelines for The Management of Dyslipideamias:

Addenda. Eouropan Heart Journal. hlm 1783-1789.

Salamah, E., Eka A., Sri P. 2008. Pelapisan Awal Komponen Bioaktif dari Kijing

(69)

Dalhaousie University.

Sari, FNP. 2012. Pengaruh pemberian kefir susu terhadap kadar trigliserida tikus jantan sprague dawley. Semarang.

Sigit, S., Bijanti, R. 2002. Kadar Kolesterol Darah pada Tikus

Hiperkolesterolemia Setelah Pemberian Kombinasi Diet Telur dengan Asam Lemak Omega-3, Lesitin dan Vitamin E. Media Kedokteran Hewan. Vol 18 No 2.

Soeharto, I. 2004. Penyakit jantung koroner & serangan jantung. Jakarta. Gramedia pustaka utama. hlm 63-81.

Supranto, J. 2000. Teknik Sampling untuk Survei dan Eksperimen. Jakarta

Penerbit PT Rineka Cipta.

Suranto, A. 2007. Terapi Madu. Jakarta. Penebar Plus.

Waterman, E., Lockwood, B. 2007. Active Components and Clinical Applications

of Olive Oil. Manchester: Alternatif Journal Review Univesity of

Menchester.

WHO. 2006. Mortality Country Fact Sheet 2006. World Health Statistics; 1-2

World Health Organization (WHO). 2011. 10 Top Cause of Death & NCD

Country Profile

World heart federation., http://www.world-heart

federation.org/cardiovascular-health/cardiovascular-disease-risk-factors/diet/. Di unduh tanggal 11 bulan November tahun 2013. Pukul 24.15 WIB

Zulkefli, HN., Mohamad, J., Abidin, NZ. 2013. Antioxidant Activity of Methanol

Gambar

Gambar 1. Kerangka Teori (Sekhon & Loodu, 2012, Libby, 2012, Kumar, et al., 2006, Noorozi, et al.,2012 )
Gambar 2. Diagram alur kerangka konsep
Gambar 3. Metabolisme lipoprotein (Adam, 2009)
Gambar 4. Inflamasi Arterosklerosis (Libby, 2012)
+7

Referensi

Dokumen terkait

: Produ ksi Pektin dart Kulit Jeruk Lemon. (Citrus

Komoditas perikanan yang akan dikembangkan di kawasan Minapolitan sesuai potensi perikanan Kabupaten Pinrang, yakni udang, ikan Bandeng, rumput laut dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa, apakah terdapat perbedaan nilai sebelum dan sesudah penggunaan model pembelajaran, dan respon

[r]

Berdasarkan RTRW Kabupaten Cianjur 2005-2015, Kecamatan Pacet dan Cipanas termasuk kedalam simpul atau pusat dalam kawasan andalan sebagai pusat kegiatan lokal serta

Hasil dari tugas akhir ini dapat membantu belajar teknik bermain drum pada jenis musik rock.

dimana dalam kehidupan sangatlah berpengaruh dari berbagai aspek baik secara langsung maupun tidak langsung.Penulis tertarik untuk membuat aplikasi multimedia Kabuki dengan

Pelaku pun tidak dapat berlindung dengan alasan perintah atasan (superior order) karena Pasal 9 draft konvensi telah menyatakan secara tegas tidak satupun perintah atau instruksi