BSTRK
PENGRUH PEMBERIN VITMIN C TERHDP SUSUT BOBOT SELM PENGNGKUTN SPI DRI PROVINSI LMPUNG KE
PLEMBNG Oleh
Cahyo Wicaksono
enelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian vitamin C terhadap penyusutan bobot badan dan persentase penyusutan bobot badan selama pengangkutan sapi. enelitian ini merupakan peratin research yang dilaksanakan dengan metode survei. roses penelitian dilakukan dengan mengikuti perjalanan pengangkutan sapi dari Kecamatan Karang Endah, Kabupaten Lampung Tengah, rovinsi Lampung menuju alembang, rovinsi Sumatera Selatan.
Jumlah sampel yang digunakan masing-masing sebanyak 68 ekor untuk sapi yang mendapatkan perlakuan vitamin C dan yang tidak mendapatkan perlakuan vitamin C. Apabila dalam 1 kali perjalanan terdapat 18 ekor sapi yang diangkut dengan 2 truk, maka akan terdapat 9 ekor sapi yang masing-masing diberikan dan tidak diberikan perlakuan. Sapi yang bernomer ganjil diberikan perlakuan vitamin C sedangkan yang genap tidak diberikan perlakuan. engamatan dilakukan sebanyak 6 kali perjalanan pengangkutan sapi. Dosis vitamin C yang diberikan sebanyak 500 mg dalam bentuk tablet dan diberikan secara oral pada saat pemberian identitas sapi. enimbangan sapi dilakukan sebelum dan sesudah pengangkutan.
Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh pemberian vitamin C terhadap persentase penyusutan bobot sapi selama perjalanan (<0,05), dimana persentase penyusutan bobot dalam perjalanan pada sapi yang diberikan vitamin C lebih rendah dibandingkan dengan persentase penyusutan bobot sapi yang tidak diberikan vitamin C, namun pemberian vitamin C tidak berpengaruh terhadap penyusutan bobot badan sapi selama pengangkutan (>0,05). emberian vitamin C mampu menyebabkan penghematan sebesar Rp 647.595,00 dalam satu kali pengangkutan.
ENGARUH EMBERIAN VITAMIN C TERHADA SUSUT BOBOT SELAMA ENGANGKUTAN SAI DARI ROVINSI LAMUNG KE
ALEMBANG
Oleh :
Cahyo Wicaksono
Skripsi
ebagai alah atu yarat untuk Mencapai Gelar arjana Peternakan
pada
Jurusan Peternakan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS ERTANIAN
UNIVERSITAS LAMUNG
IWAYAT HIDUP
enulis dilahirkan di Bandar Lampung pada 03 Oktober 1989, putra kelima dari lima bersaudara keluarga Bapak Sunarto dan Ibu Rubiyati. endidikan sekolah dasar
diselesaikan di SD Negeri 2 Kampung Baru, Bandar Lampung pada 2002; sekolah
menengah tingkat pertama di SM Negeri 8, Bandar Lampung pada 2005; pendidikan
sekolah menengah tingkat atas diselesaikan di SMA Negeri 10, Bandar Lampung
pada 2008. ada tahun yang sama, enulis terdaftar sebagai mahasiswa rogram Studi
roduksi Ternak, Fakultas ertanian, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi
enerimaan Mahasiswa Baru.
Selama menjalani pendidikan, enulis telah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di
Desa Wonorejo, Kecamatan adang Cermin, Kabupaten esawaran 16 Januari—24
Februari 2012. Selanjutnya, enulis melaksanakan raktik Umum di peternakan
kambing rakyat di Desa Muara utih, Kecamatan Natar, Lampung Selatan pada
ENGAN RAHMAT ALLAH SWT
KARYA KECIL NAN INAH INI KUPERSEMBAHKAN KEPAA ORANG-ORANG YANG SANGAT AKU CINTAI AN SAYANGI
BAPAK AN IBU TERCINTA
YANG ENGAN SABAR MENANTIKAN KELULUSANKU AN MAMAS-MAMAS AN MBAK KU TERIMA KASIH ATAS
UKUNGAN KALIAN
SEMUA YANG MENYAYANGIKU
TERIMA KASIH ATAS UKUNGANNYA AN SEMANGAT YANG KALIAN BERIKAN
SAHABATKU GALIH AITYA MULYAI AN
ATA PENGANTAR
lhamdulillahirobil’alamin segala puja dan puji hanya milik Allah SWT karena
hanya atas rahmat dan hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan Penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Peternakan pada Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Sholawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW manusia biasa yang akan selalu menjadi teladan terbaik dalam kehidupan umat manusia.
Penulis menyadari terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bimbingan kerja sama dan bantuan banyak pihak sehingga Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Didik Rudiono Ir. M.S..--selaku dosen pembimbing utama sekaligus pembimbing akademik --atas bantuan bimbingan ilmu motivasi dan nasehatnya selama proses penyusunan skripsi;
2. Bapak Dr. Kusuma AdhiantoS.Pt.M.P. --selaku dosen pembimbing anggota--atas bimbingan nasehat ilmu dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini; 3. Ibu Dr. Sulastri Ir. M.P.--selaku dosen penguji--atas bimbingan nasehat
ilmu dan motivasi selama proses penyusunan skripsi;
5. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria M.S.--selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung--atas izin untuk melakukan penelitian; 6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Peternakan atas bimbingan arahan dan ilmu
yang diberikan kepada Penulis;
7. Bapak dan Ibu tercinta atas do’a kesabaran nasihat ilmu dan kasih sayang yang tak tergantikan semoga Allah SWT merahmati kita semua;
8. Mamasku Heru Purwanto Anton Supriyanto Tikno Sugiarto dan mba Ida Dwi Sunarti atas kasih sayang dan pengertiannya;
9. Mbah Uti dan Mbah Kakung yang selalu mendoakan yang terbaik buat cucunya;
10. Keluarga besarku untuk pengertian saran dan doanya;
11. Guru-guruku di TK SD SMP dan SMA atas nasihat ilmu dan kasih sayangnya selama ini;
12. Seseorang yang selalu mendampingiku terima kasih atas dukungan kasih sayang dan perhatiannya;
13. dr. TAW Galih Adit para sahabat yang selalu menyemangati dan memberi dukungan serta motivasi;
14. Arifai Geri Imam Hendrik Arip Mas Aswin Kajoy Catur yang selalu menyemangati dan mengingatkan;
15. Pak Suparlan Pak Sukani Pak Misni dari kelompok ternak Karang Endah atas kerja sama bimbingan dan arahannya;
3 Arief Elda Ana Fredy Neka Fazar Anam Aan Komeng Triyan Hizkia Febri Dwi dan Cintya atas kebersamaan selama ini;
17. Semua teman-teman PTK ’06 ‘07 ‘09 ‘10 ‘11 dan ‘12 atas bantuannya dan kerja sama selama ini;
Akhir kata Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat
kekurangan. Saran dan kritik untuk kesempurnaan skripsi ini Penulis harapkan.
Bandar Lampung Desember 2014 Penulis
AFTAR ISI
alaman
KATA PENGHANTAR... i
AFTAR ISI ... iv
AFTAR TABEL... vi
AFTAR GAMBAR ... vii
I. PENAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 2
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Kegunaan Penelitian ... 3
1.5 Kerangka Pemikiran ……….. 4
1.6 ipotesis ……… 5
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Beberapa Bangsa Sapi ... 6
2.1.1 Sapi Peranakan Ongole ... 7
2.1.2 Sapi Brahman... 8
2.1.3 Sapi Brahman Cross………. 9
2.1.4 Sap Limousin ………... 10
2.1.5 Sapi Simmental ………... 10
2.2 Vitamin C... 11
2.3 Bobot Badan... 12
5
III. BAHAN AN METOE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian... 16
3.2 Alat dan Bahan Penelitian... 16
3.2.1 Alat Penelitian ... 16
3.2.2 Bahan Penelitian... 16
AFTAR TABEL
abel Halaman
1. Hasil Uji Normalitas Data... 32 2. Hasil Uji Homogenitas... 32 3. Hasil Uji t Untuk Perbedaan Penurunan Bobot Badan Antara Sapi
yang Diberikan Vitamin C dan idak Diberikan Vitamin C ... 32
4. Hasil Uji t Untuk Perbedaan Persentase Penurunan Bobot Badan Antara Sapi yang Diberikan Vitamin C dan idak Diberikan
Vitamin C... 32
5. Perbandingan Nilai Ekonomi Penggunaan Vitamin C... 33
6. Data Hasil Penelitian
AFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
. Sapi Peranakan Ongole……… 7
2. Sapi Brahman………...……… 8
3. Sapi Brahman Cross ……… 9
4. Sapi Limousin………..……. 0
5. Sapi Simmental ……….... 6. Penyusutan bobot badan selama perjalanan pada sapi yang tidak diberikankan vitamin C ... 22
7. Penyusutan Bobot selama perjalanan pada sapi yang Diberikankan Vitamin C... 24
8. Perbandingan bobot badan selama perjalanan baik pada sapi yang diberikan vitamin C maupun yang tidak diberikan vitamin C .... 26
9. Sapi yang akan diberangkatkan ... 36
0. Pemberian pakan sapi sebelum ditimbang ... 36
. Papan penimbang sapi ... 37
2. Alat timbang sapi ... 37
3. Penimbangan sapi ... 38
4. Posisi sapi di selama truk ... 38
5. Pemberian sekat antarsapi... 39
6. Pengecekan sapi sebelum perjalanan... 39
7. Pos lalu lintas ternak antarprovinsi... 40
. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
ada saat ini, transportasi telah berkembang sedemikian pesat. erkembangan
transportasi ini memungkinkan mobilitas barang, jasa, maupun manusia menjadi lebih mudah dan cepat. Selain itu, berbagai sumber daya alam yang semula sulit dicapai akan dapat dengan mudah terjangkau, sehingga dapat diolah dan dimanfaatkan dengan optimal. Akses pasar juga semakin jauh, sehingga produk barang dan jasa menjadi lebih banyak yang terjual.
erkembangan yang terjadi pada bidang transportasi memberikan gambaran bahwa transportasi mampu memberikan nilai tambah pada faktor produksi dan hasil olahan produksi. Dengan demikian, transportasi yang semakin berkembang mampu
menciptakan peningkatan produktivitas.
Kegiatan peternakan juga terkait dengan sarana dan prasarana transportasi. Keterkaitan tersebut mulai dari aspek produksi sampai dengan pascaproduksi dan pemasaran. Salah satu peran penting sarana dan prasarana transportasi dalam bidang peternakan adalah pada perdagangan dan pengangkutan sapi antardaerah.
2
pada pengangkutan bakalan sapi potong dari Australia; transportasi darat menggunakan truk, seperti dari rovinsi Lampung ke alembang, Bengkulu, dan Medan. Namun, pengangkutan memberikan dampak kepada sapi yang diangkut, yakni stres. Stres dapat terjadi karena beberapa faktor yang terjadi selama proses pengangkutan, seperti: kondisi jalan dan kendaraan, kepadatan ternak, iklim atau cuaca pada saat pengangkutan, serta tidak memadainya ketersediaan makanan dan perawatan selama perjalanan.
engaruh stres akibat pengangkutan penting dikaji, terutama untuk pengangkutan sapi antardaerah. Salah satu upaya untuk mengurangi dampak stres pengangkutan agar penurunan susut bobot sapi dapat diminimalisir yaitu dengan pemberian vitamin sebelum sapi diangkut untuk perjalanan jarak jauh. emberian vitamin dapat meningkatkan daya tahan tubuh sapi sehingga dapat mengurangi tekanan stres.
Beberapa pedagang sapi di rovinsi Lampung telah melakukan pemberian vitamin sebelum ternak diangkut dalam perjalanan antarprovinsi. Vitamin yang diberikankan berupa vitamin B komplek atau multi vitamin. Masalahnya, harga kedua jenis vitamin ini relatif mahal sehingga perlu dipilih alternatif vitamin lain yang lebih murah. Salah satu vitamin yang relatif murah dan berpengaruh langsung terhadap penurunan stres adalah vitamin C. Dengan demikian, penelitian mengenai pengaruh pemberian vitamin C pada pengangkutan sapi antarprovinsi menjadi sangat menarik untuk dilakukan.
1.2 dentifikasi Masalah
3
a. apakah terdapat pengaruh pemberian vitamin C terhadap susut bobot sapi pasca pengangkutan dari rovinsi Lampung ke alembang;
b. jika terjadi susut bobot, maka seberapa besar susut bobot sapi;
c. berapa besar perbedaan susut bobot sapi antara yang diberikan dan yang tidak diberikan vitamin C.
1.3 Tujuan Penelitian
enelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
a. pengaruh pemberian vitamin C terhadap susut bobot selama pengangkutan sapi dari rovinsi Lampung ke alembang dan
b. persentase penurunan susut bobot sapi yang diberikan dan tidak diberikan vitamin C.
1.4 Kegunaan Penelitian
enelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi:
a. peternak, hasil penelitian akan memberikan informasi manfaat pemberian vitamin C terhadap susut bobot selama pengangkutan sapi dari rovinsi Lampung ke alembang,
b. pedagang, hasil penelitian akan dapat membantu mengurangi kerugian akibat susut bobot sapi akibat stres selama pengangkutan.
c. ilmu peternakan, memberikan informasi mengenai pengaruh pemberian vitamin C terhadap susut bobot sapi pasca pengangkutan, dan
4
1.5 Kerangka Pemikiran
Upaya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi daging sapi dilakukan melalui kegiatan pemindahan sapi dari produsen ke konsumen. Jarak antara produsen dan konsumen pada umumnya cukup jauh, seperti antarkota ataupun antarprovinsi. Semakin jauh jarak antara produsen dan konsumen, maka waktu tempuh perjalanan juga semakin lama. Selanjutnya, semakin jauh jarak tempuh dan semakin lama waktu tempuh, maka stres perjalanan yang terjadi pada sapi akan semakin berat.
Stres perjalanan terlihat pada susut bobot sapi sesampainya pada tujuan akhir perjalanan. Berutu (2007) melaporkan penurunan bobot sapi akibat stres perjalanan pada kisaran 2,00—21,33 kg/ekor dengan rata-rata 9,71kg/ekor. enurunan bobot akibat stres perjalanan sebesar itu jelas merugikan pedagang secara ekonomis dan
perdagangan, sehingga memerlukan penanganan serius.
Stres perjalanan menyebabkan peningkatan ekresi hormon adrenalin, sehingga berakibat terjadi percepatan denyut jantung dan frekuensi pernapasan. Aktifitas ini menyebabkan terjadinya proses oksidasi, proses oksidasi mengakibatkan kehilangan cairan tubuh, sehingga ternak mengalami penurunan bobot (McGilvery dan Goldstein, 1996). Secara fisiologis, stres adalah suatu keadaan tubuh yang mengalami perubahan kondisi
5
Mengingat pentingnya bobot dalam perdagangan sapi maka diperlukan upaya untuk mengurangi susut bobot akibat stres selama perjalanan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi stres adalah dengan pemberian vitamin C karena vitamin C merupakan vitamin penghambat stress. Secara alami sapi sebenarnya mampu
menghasilkan vitamin C sendiri melalui proses pencernaan, yakni melalui fermentasi dan kerja mikroba rumen. Namun pada saat perjalanan pengangkutan sapi, vitamin C ini tidak dapat memenuhi kebutuhan sapi, sehingga sapi tetap mengalami stres perjalanan, yakni dalam bentuk susut bobot. Berkaitan dengan hal ini peneliti berencana untuk memberikan vitamin C secara oral pada tiga jam sebelum proses pengangkutan guna mengurangi penurunan susut bobot sebagai akibat stres perjalanan.
1.6 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu:
a. terdapat pengaruh pemberian vitamin C terhadap susut bobot sapi pasca pengangkutan dan
. TNJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Beberapa Bangsa Sapi
api adalah ternak anggota uku ovidae dan Anak uku ovinae. api
dipelihara terutama untuk dimanfaatkan susu dan dagingnya sebagai bahan
pangan manusia. Hasil sampingan produk pemeliharaan sapi seperti: kulit, jeroan,
dan tanduknya juga dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia. Pada
sejumlah tempat, sapi juga digunakan sebagai penggerak alat transportasi,
peng-olahan lahan (bajak), dan alat industri lain (seperti peremas tebu). Oleh karena
banyaknya kegunaan tersebut, maka sapi telah menjadi bagian dari kebudayaan
manusia sejak lama (Bambang, 2000).
Menurut Bambang (2000), sapi dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu:
os Indicus (zebu/sapi berponok) yang berkembang di India dan sudah tersebar ke
berbagai negara terlebih negara tropis; os Taurus merupakan bangsa sapi yang
menurunkan bangsa sapi potong dan perah di Eropa serta sudah tersebar ke
seluruh penjuru dunia; serta os Sondaicus (os ibos) yang merupakan sumber
asli bangsa sapi di Indonesia. api yang kini ada merupakan keturunan banteng
(os ibos) yang sekarang dikenal sebagai sapi Bali, Madura, umatra, dan sapi
7
2.1.1 Sapi Peranakan Ongole
api PO merupakan hasil persilangan antara sapi lokal dengan sapi Ongole dari
India yang telah lama memegang peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan
daging sapi di Indonesia (antoso, 2009).api PO memiliki kemampuan adaptasi
lingkungan yang tinggi dan masih dapat berproduksi walaupun dengan kondisi
pakan yang terbatas.
Ciri fisik sapi PO yaitu: memunyai bulu kelabu sampai kehitam-hitaman bagian
kepala, leher, dan lutut berwarna gelap sampai hitam, namun pada sapi betina
berwarna putih. Profil dahi sapi PO cembung, bertanduk pendek, berpunuk besar,
serta memiliki gelambir dan lipatan kulit di bawah leher sampai perut, bobot
badan sapi jantan berkisar 550 kg sedangkan betina bobot bekisar 350 kg
(iregar, 2008).
Gambar 1. Sapi Peranakan Ongole
8
2.1.2 Sapi Brahman
api Brahman merupakan sapi keturunan os Indicus yang berhasil dijinakkan di
India, kemudian diseleksi dan dikembangkan genetiknya melalui penelitian yang
cukup lama. ampai saat ini, sebagian besar bibit sapi Brahman Amerika erikat
diekspor ke berbagai negara, termasuk Indonesia (Murtidjo, 2000).
api Brahman termasuk tipe sapi pedaging yang baik dari daerah tropis. Warsito
dan Andoko ( 2012)mengatakan bahwa sapi ini dapat tumbuh dengan baik
walaupun daerah yang kurang subur. Hal ini terjadi karena pakan sapi Brahman
cukup sederhana. api Brahman memiliki karakteristik: bobot badan sapi pejantan
berkisar antara 724—996 kg, sedangkan yang betina 453—634 kg. Tekstur kulit
sapi Brahman longgar, halus, dan lemas dengan ketebalan sedang. Ukuran punuk
pada sapi jantan relatif besar, sedangkan pada yang betina lebih kecil. api
Brahman tahan terhadap cuaca panas dan tahan terhadap gigitan nyamuk.
Gambar 2. Sapi Brahman
9
2.1.3 Sapi Brahman Cross
api Brahman Cross(BX) pada awalnya dikembangkan di stasiun CIRO’
Tropical Cattle Research Centre di Rockhampton, Australia. Materi dasarnya
adalah sapi American Brahman, Hereford, dan horthorn. api BX memunyai
proporsi 50% darah Brahman, 25% darah Hereford, dan 25% darah horthorn.
ecara fisik, bentuk fenotip sapi BX cenderung mirip sapi American Brahman
karena proporsi darahnya yang lebih dominan, seperti punuk dan gelambir masih
jelas, bentuk kepala dan telinga besar menggantung, sedangkan warna kulit sangat
bervariasi mewarisi tetuanya (Turner, 1977).
api BX memiliki warna abu-abu muda tetapi ada pula yang berwarna merah atau
hitam.Warna pada jantan lebih gelap daripada betina, ukuran tanduk sedang,
lebar, dan besar. Kulit longgar, halus, dan lemas dengan ketebalan sedang ukuran
punuk pada jantan besar sedangkan pada betina kecil. Kisaran boot badan sapi
betina mencapai 750 kg dan yang jantan 1.000 kg. api ini tahan terhadap cuaca
panas dan tahan terhadap gigitan nyamuk (Murtidjo, 2000).
Gambar 3. Sapi Brahman Cross
10
2.1.4 Sapi Limousin
api Limousin merupakan sapi keturunan, os Taurus yang berhasil dijinakkan
dan dikembangkan di Prancis Tengah bagian selatan dan barat. api ini sering
digunakan sebagai sapi pekerja, namun kemudian berubah menjadi sapi pedaging
karena sapi ini memiliki ukuran tubuh besar. Bobot badan betina mencapai 650 kg
dan yang jantan 1.000 kg (Blakely dan Bade, 1998 serta Thomas, 1991).
Pane (2006) menyatakan bahwa sapi Limousin memunyai karakteristik sebagai
berikut: warna bulu merah kecokelatan tanpa ada warna putih, kecuali pada
bagian ambing. Pada bagian lutut ke bawah berwarna agak muda dan umum
nya terdapat bentuk lingkaran berwarna agak muda di sekeliling mata.
Gambar 4. Sapi Limousin
Sumber: Balai Besar nseminasi Buatan Singosari, (2014)
2.1.5 Sapi Simmental
api imental berasal dari witzerland. api ini memiliki ciri-ciri yaitu ukuran
11
warna bulu pada umumnya krem agak cokelat atau sedikit merah; muka, keempat
kaki dari lutut, dan ujung ekor berwarna putih. Ukuran tanduk kecil, bobot sapi
betina mencapai 800 kg dan yang jantan 1.150 kg (ugeng, 1998). Menurut
usilorini (2008), sapi imental memunyai sifat jinak, tenang, dan mudah
dikendalikan.
Gambar 5. Sapi Simmental
Sumber: Balai Besar nseminasi Buatan Singosari, (2014)
2.2 Vitamin C
Vitamin berfungsi untuk mempertahankan kekuatan tubuh dan kondisi kesehatan.
Unsur vitamin biasanya cukup tersedia dalam pakan, terutama hijauan dan
konsentrat. elain itu, kebanyakan vitamin untuk sapi dibentuk dalam pencernaan
melalui fermentasi dan kerja mikroba rumen. ecara umum, vitamin sering
di-definisikan sebagai suatu senyawa organik yang esensial untuk mempertahankan
kehidupan dan pertumbuhan yang normal pada ternak, serta dibutuhkan dalam
12
alah satu vitamin yang mudah didapatkan di pasaran yaitu vitamin C atau
ber-bagai nama lainnya, seperti: asam ascorbat, L-scorbatacid, hexuronic acid, anti
scorbutic vitamin, cevitamic acid, dan anti scorbic factor. Vitamin C merupakan
vitamin yang larut dalam air, tidak larut dalam lemak dan tidak disimpan dalam
tubuh (Katzung, 2002). Menurut Khan dan Iqbal (2006), serum level vitamin C
yang tinggi sebagai hasil dari pemberian pada dosis yang berlebihan, tidak akan
mengubah ataupun berpengaruh apapun dan kelebihan tersebut akan disekresi
melalui urin.
Vitamin C bekerja sebagai suatu koenzim dan pada keadaan tertentu merupakan
reduktor dan antioksidan. Vitamin ini dapat secara langsung atau tidak langsung
memberikan elektron ke enzim yang membutuhkan ion-ion logam tereduksi dan
bekerja sebagai kofaktor untuk prolil dan lisil hidroksilase dalam biosintesis
kolagen. Vitamin C memunyai bentuk serbuk, atau hablur putih agak kuning,
tidak berbau, dan mempunyai rasa asam (Khan dan Iqbal, 2006).
Vitamin C merupakan vitamin yang mudah larut dalam air dan mudah rusak
dalam pemanasan yang terlalu lama. Vitamin C apabila dalam bentuk kristal
kering akan bersifat lebih stabil,tetapi dalam bentuk larutan vitamin C mudah
rusak karena oksidasi oleh oksigendari udara (Khan dan Iqbal, 2006).
2.3Bobot Badan
kuran bobot badan merupakan salah satu representasi ekonomi yang
penting dalam peternakan sapi potong. Selain itu, bobot badan juga
13
Menurut Ilham dan Yusdja (2004), pertumbuhan tubuh secara keseluruhan
umumnya diukur dengan bertambahnya bobot badan. Perbedaan bangsa
akan berpengaruh terhadap bobot badan. Contoh: rata-rata bobot badan
Sapi PO jantan 550 kg, dan yang betina 350 kg; api Brahman jantan berkisar
antara 724—996 kg dan yang betina 453—634 kg; api Limousin jantan 1.000
kg, dan yang betina 650 kg; sedangkan api imental jantan 1.150 kg dan yang
betina 800 kg.
Menurut Dewi (2004) dalam Hafid dan Aka (2008), penyebab utama penyusutan
bobot badan ternak adalah faktor stres yang salah satunya kelelahan atau gerakan
yang berlebihan dimana semakin lama perjalanan atau transportasi ternak maka
secara otomatis jumlah gerakan akan lebih besar dan tingkat kelelahan akan
semakin besar juga. elain itu, penyusutan bobot badan dapat diakibatkan oleh
adanya kehilangan cairan pada tubuh dan otot ternak.
2.4 Pengangkutan Sapi
Menurut antosa (2004), faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
mengangkut ternak potong agar dapat mengurangi dampak stres dan penyusutan
bobot badan yaitu:
1. apabila pengangkutan dilakukan pada musim kemarau, usahakan
transportasi dilakukan pada waktu dinihari, subuh, atau sore hari.
2. apabila mengangkut ternak pada musim hujan, usahakan tubuh ternak
14
3. jangan mencampurkan dengan ternak lain dalam satu alat
angkut (truk)
4. jangan mengangkut ternak yang baru diberi pakan.
Ketika mengangkut ternak, usahakan jarak yang ditempuh kurang dari 24 jam
perjalanan. Apabila jarak tempuh lebih dari 24 jam, maka sebelum dilakukan
transportasi sekurang-kurangnya ternak harus sudah diistirahatkan terlebih dahulu
selama 5 jam. Ketersediaan pakan dan air serta kapasitas muatannya harus
diperhatikan (antosa, 2004).
Menurut udiyono (2004), petunjuk yang harus dilakukan dalam melakukan
transportasi ternak ke pasar yaitu:
1) dipilih jenis transportasi yang terbaik dan sesuai dengan jumlah ternak yang
akan diangkut untuk dipasarkan,
2) diberikan pakan hijauan atau minum beberapa jam sebelum ternak dinaikkan
ke atas truk,
3) dilakukan penanganan dengan baik dan digunakan fasilitas dan alat-alat yang
memadai untuk menaikkan ternak ke atas truk. Bersihkan fasilitas dan
alat-alat angkut dari benda-benda runcing atau pecahan kaca. Gunakan loading
chute (tempat menurunkan atau menaikkan ternak dari atau ke truk) dan
15
4) ditambahkan jejaba (bedding) pada dasar bak truk. Gunakan jerami kering
pada musim hujan dan tebarkan pasir di atas jerami tersebut pada musim
kemarau,
5) dilakukan penggiringan ternak dengan tenang dan nyaman pada waktu
me-masuki truk. Jangan gunakan alat yang dapat menyebabkan ternak luka atau
memar (misalnya jangan dengan cambuk atau electric shock, apalagi benda
keras dan tajam),
6) mengemudikan truk dengan hati-hati. Perjalanan ditempuh dengan kecepatan
yang sesuai dan perlambat dalam tikungan. Jangan berhenti dengan
mendadak,
7) memeriksa ternak selama perjalanan dalam periode tertentu. Bila tampak ada
masalah, hentikan truk dan memperbaiki masalah tersebut. Ternak yang
terbaring agar segera diberdirikan agar tidak terinjak oleh ternak yang lain,
8) berhenti dan mengistirahatkan ternak bila perjalanan terlalu lama. Diberikan
air minum untu mencegah terjadinya dehidrasi bila udara terlalu panas.
esuaikan keadaan ventilasi dengan kebutuhan ternak sehingga udara segar
dapat bersirkulasi dengan baik di dalam ruangan ternak,
9) dalam memundurkan truk, lakukan dengan pelan hingga merapat pada dock
loading, dan
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan cara mengikuti proses pengangkutan sapi
menggunakan truk dari Kecamatan Karang Endah, Kabupaten Lampung Tengah,
Provinsi Lampung, menuju tempat pemasaran di Palembang, Provinsi Sumatera
Selatan. Penelitian dilaksanakan mulai Mei sampai dengan Agustus 2014.
3.2Alat dan Bahan Penelitian
3.2.1 Alat Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah timbangan sapi, alat tulis, dan truk
pengangkut.Timbangan sapi yang digunakan merk Excellent kapasitas 1.000 kg
dengan ketelitian 0,5 kg. Truk yang digunakan untuk pengangkutan adalah truk
tipe sedang dengan kapasitas 9 ekor sapi.
3.2.2 Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sapi yang diberikan dan tanpa
diberikan vitamin C yang diangkut dari Kecamatan Karang Endah, Kabupaten
Lampung Tengah, Provinsi Lampung, menuju tempat pemasaran di Palembang,
17
3.3 Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan urutan kerja sebagai berikut:
1. menyiapkan sapi 3 jam sebelum diberangkatkan ke Palembang dengan
memberikan pakan, minum, dan penambahan vitamin C,
2. memberi nomor pada setiap sapi untuk mempermudah dalam membedakan
antara sapi yang diberikan vitamin C dan yang tidak diberikan vitamin C,
3. melakukan pemberian vitamin C sebanyak 500 mg pada nomor ganjil dalam
bentuk tablet. Jumlah sapi perlakuan sebanyak 50% dari jumlah sapi di dalam
1 truk,
4. menimbang bobot semua sapi dan mencatatnya sesuai dengan identitasnya,
5. mengikuti perjalanan pengangkutan sapi dari Kecamatan Karang Endah,
Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung menuju tempat pemasaran di
Palembang, Provinsi Sumatera Selatan,
6. mencatat semua yang terjadi sebelum perjalanan, seperti waktu perjalanan,
jarak perjalanan, waktu istirahat,
7. melakukan penimbangan secara langsung pada sapi di lokasi penampungan
sapi di Palembang, Provinsi Sumatera Selatan, dan
8. melakukan pengambilan data sebanyak enam kali, pengolahan, dan analisis
18
3.4 Metode Penelitian
3.4.1 Metodologi
Penelitian ini merupakan operation research yang dilaksanakan dengan metode
survei. Proses penelitian dilakukan dengan mengikuti perjalanan pengangkutan
sapi dari Kecamatan Karang Endah, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi
Lampung menuju Palembang, Provinsi Sumatera Selatan.
Timbangan digunakan untuk mengukur bobot ternak sebelum dan sesudah
perjalanan. Pada sapi diberikan salah satu dari dua perlakuan, yaitu pemberian
vitamin C sebelum pengangkutan dan tanpa pemberian vitamin C. Pemberian
vitamin C pada kelompok nomor ganjil.
Jumlah sampel yang digunakan masing-masing sebanyak 68 ekor untuk sapi yang
mendapatkan perlakuan vitamin C dan yang tidak mendapatkan perlakuan vitamin
C. Apabila dalam satu kali perjalanan terdapat 18 ekor sapi yang diangkut
menggunakan dua unit truk, maka 9 ekor sapi diberikan vitamin C dan 9 ekor
lainnya tidak diberikan vitamin C. Sapi yang bernomer ganjil diberikan perlakuan
vitamin C sedangkan yang genap tidak diberikan perlakuan. Dengan demikian,
penelitian berlangsung sebanyak 6 kali perjalanan.
Vitamin C diberikankan secara oral sebanyak 500 mg dalam bentuk tablet dan
pemberian vitamin C dilakukan bersamaan dengan pemberian identitas sapi.
Setelah selesai pemberian vitamin C pada masing-masing sapi, sapi ditimbang
satu per satu lalu dinaikkan ke dalam truk. Setelah semua sapi naik ke atas truk,
19
perjalanan. Selama perjalanan setiap 2 jam sekali dilakukan pengecekan kondisi
sapi. Sesampainya di lokasi, sapi diturunkan satu per satu kemudian dilakukan
penimbangan bobot sapi dan pencatatan bobot akhir.
3.4.2 Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah:
1. bobot sapi (kg) sebelum naik ke truk pengangkutan, yakni bobot di Kecamatan
Karang Endah, Lampung Tengah, Provinsi Lampung,
2. bobot sapi (kg) setelah turun dari pengangkutan, yakni bobot di lokasi
penampungan sapi di Palembang, Provinsi Sumatera Selatan,
3.4.3 Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis statistik. Data
yang dianalisis adalah data hasil pemberian vitamin C dan yang tidak diberikan
vitamin C. Setelah data terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data. Sebelum
dilakukan analisis data penelitian, terlebih dahulu diadakan uji prasyarat analisis
yang meliputi:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan metode Liliefors dari
Sudjana (2002). Prosedur pengujian normalitas sebagai berikut :
a. Pengamatan x1, x2 ... ... ... ... xn dijadikan bilangan baku z1, z2 ... ... zn
20
�� = ���− �
Keterangan:
Xi = Variabel masing-masing sampel X = Rata-rata
S = Simpangan baku
b. Untuk tiap bilangan baku menggunakan daftar distribusi normal baku,
kemudian dihitung peluang F(Z1) = P(Z≤Z1)
c. Menghitung proporsi Z1, Z2, ... Zn yang lebih kecil atau sama dengan Z1
jika proporsinya dinyatakan S(Z1)
Maka � �� = ny kny Z ,Z ,...Zn y ng ≤Zi �
d. Hitung selisih F(Zi) – S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.
Untuk menguji seberapa besar pengaruh yang diberikankan kepada subyek
penelitian setelah diberikankan perlakuan diadakan uji beda.
2. Uji satu pihak menggunakan rumus (Sudjana, 2002) :
S1 : simpangan baku kelompok eksperimen S2 : simpangan baku kelompok kontrol
1
x : rata-rata kelompok eksperimen
2
x : rata-rata kelompok kontrol
Untuk uji t kriteria pengujian adalah tolak hipotesis, jika t > t1–α untuk
21
signifikasi α = 0,05 dengan harga t = 0,95 dan derajat kebebasan (dk) =
(n1+n2-2).
3. Uji perbedaan dilakukan dengan teknik uji t (Sudjana, 2002) dengan rumus
sebagai berikut:
S = Standar deviasi (simpangan baku)
1
x : rata-rata kelompok eksperimen
2
x : rata-rata kelompok kontrol
n1 : jumlah sampel kelompok eksperimen n2 : jumlah sampel kelompok kontrol
untuk uji t kriteria pengujiannya adalah tolak hipotesis, jika -t1–1/2α ≤ t ≤ t1
-1
/2α. Untuk harga lainnya Ho ditolak, distribusi t pada tingkat kepercayaan
atau taraf signifikasi α = 0.05 dengan harga t = 0,95 dengan derajat kebebasan
(dk) = n – 1. Untuk lebih jelasnya lagi mengenai uji hipotesis nol (Ho),
hipotesis statistika dirumuskan sebagai berikut :
H0 : �̅ = 0
✁ SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
erdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
1) Tidak terdapat pengaruh pemberian vitamin C terhadap susut bobot sapi dalam
perjalanan,
2) Terdapat pengaruh pemberian vitamin C terhadap persentase susut bobot sapi
dalam perjalanan (P<0,05), dimana persentase susut bobot dalam perjalanan
pada sapi yang diberikan vitamin C lebih rendah dibandingkan dengan
persentase susut bobot sapi yang tidak diberikan vitamin C, dan
3) akibat pemberian vitamin C terdapat penghematan sebesar Rp 647.595,00
dalam satu kali pengangkutan.
5.2 Saran
erdasarkan simpulan, maka disarankan
1) penambahan dosis vitamin C, agar susut bobot sapi dalam perjalanan dapat
lebih rendah, sehingga biaya penyusutan bobot sapi dapat ditekan lebih rendah,
2) perlu dikembangkan lebih lanjut berbagai jenis bahan suplemen untuk
mengurangi susut bobot akibat pengangkutan, dan
AFTAR PUSTAKA
alai esar Inseminasi uatan Singosari. 2014. Katalog Pejantan Sapi Potong dan
Kambing, Malang.
ambang, Y.S. 2000. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.
erutu, M. K. 2007. Dampak Lama Transportasi terhadap Penyusutan obot adan, pH Daging Pasca Potong dan Analisis iaya Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) dan Shorthorn. (Skripsi). USU, Medan.
lakely, J dan D. H. ade. 1998. Ilmu Peternakan. Edisi ke-4. Terjemahan Srigandono, . Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Djagra. I.. 1994. Pertumbuhan Sapi ali : Analisis erdasarkan Dimensi Tubuh. (Skripsi). Fakultas Peternakan Universitas Udayana.
Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapang. Penerbit PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.
Hafid. H. dan R. Aka. 2008. Pengaruh Jarak Transportasi Sebelum Pemotongan terhadap Karakteristik Karkas Sapi ali. Agriplus. Vol 18. Hal. 218
Ilham, N. dan Y. Yusdja. 2004. Sistem Transportasi Perdagangan Ternak Sapi dan Implikasi Kebijakan di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, ogor.
Katzung, .G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik. Penerjemah dan Editor: Azwar A. uku 2. Edisi 8. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Khan, R.M. dan Iqbal, M.P. 2006. Deficiency of Vitamin C in South Asia. Pak. J. Med. Sci. Vol 22 (3). Hal 347-355.
McGilvery, R.W. dan G.W. Goldstein. 1996. Suatu Pendekatan Fungsional. Edisi Ke-3 Airlangga University Press, Surabaya.
Murtidjo. 2000. Manajemen Pemasaran Sapi. Prenhallindo. Jakarta.
30
Santosa, U. 2004. Aplikasi Manajemen Pemilihan ibit Induk Sapi Potong pada Peternakan Tradisional. Dinas Peternakan Provinsi DT I. andung.
Santosa, U. 2009. Mengelola Peternakan Sapi Secara Professional. Penebar Swadaya. Jakarta
Siregar, . 2008. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sudiyono, A. 2004. Pemasaran Pertanian. Universitas Muhammadiyah. Malang.
Sudjana, N. 2002. Metode Statistika. Tarsito. andung.
Sugeng, Y.. 1998. eternak Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.
Susilorini, E. T. 2008. udi Daya 22 Ternak Potensial. Penebar Swadaya, Jakarta.
Thomas, V. M. 1991. eef Cattle Production. Wafeland Press. Montana University USA.
Turner H. G. 1977. The tropical adaptation of beef cattle. An Australian study. In: animal breeding: selected articles from the Word Anim. Rev. FAO Animal Production and Health.