• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Hukum Internasional Terhadap Pertanggungjawaban Dan Upaya Pemulihan (Liability And Redress) Atas Kerugian Yang Timbul Dari Perpindahan Lintas Batas Organisme Hasil Modifikasi Genetik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tinjauan Hukum Internasional Terhadap Pertanggungjawaban Dan Upaya Pemulihan (Liability And Redress) Atas Kerugian Yang Timbul Dari Perpindahan Lintas Batas Organisme Hasil Modifikasi Genetik"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TERHADAP PERTANGGUNGJAWABAN DAN UPAYA PEMULIHAN

(LIABILITY AND REDRESS) ATAS KERUGIAN YANG TIMBUL DARI PERPINDAHAN LINTAS BATAS

ORGANISME HASIL MODIFIKASI GENETIK

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh:

INDRA P PASARIBU NIM: 070200087

DEPARTEMEN HUKUM INTERNASIONAL

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

TINJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TERHADAP PERTANGGUNGJAWABAN DAN UPAYA PEMULIHAN

(LIABILITY AND REDRESS) ATAS KERUGIAN YANG TIMBUL DARI PERPINDAHAN LINTAS BATAS

ORGANISME HASIL MODIFIKASI GENETIK

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh:

INDRA P PASARIBU NIM: 070200087

DEPARTEMEN HUKUM INTERNASIONAL Disetujui Oleh:

Ketua Departemen

Arif, S.H., M.H. NIP: 196403301993031002

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. DR. Suhaidi, S.H., M.H. DR. Jelly Leviza, S.H., M.Hum NIP: 196207131988031003 NIP: 197308012002121002

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, hendaknyalah seluruh

bumi dan setiap unsurnya menaikkan puji-pujian atas kuasa dan kemurahan serta

penyertaannya yang telah memampukan penulis untuk menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Tinjauan Hukum Internasional Terhadap

Pertanggungjawaban dan Upaya Pemulihan (Liability and Redress) Atas Kerugian Yang Timbul Dari Perpindahan Lintas Batas Organisme Hasil Modifikasi Genetik” dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan.

Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh

gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Untuk itu,

terima kasih yang sebesar-besarnya dihanturkan kepada Bapak Prof. DR. Suhaidi,

S.H., M.H. selaku dosen pembimbing satu, dan Bapak DR. Jelly Leviza, S.H.,

M.Hum selaku dosen pembimbing dua, yang selama ini sangat membantu dalam

memberikan bimbingan akademik, kritik, saran, dukungan, maupun konsultasi

lainnya yang sangat berarti dan bermanfaat bagi penulis sehingga dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Secara khusus, ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga Penulis

sampaikan kepada kedua orangtua Penulis, yang telah membesarkan dan

mendidik Penulis sehingga Penulis bisa memperoleh pendidikan formal sampai

pada tingkat Strata Satu ini.

Tidak lupa juga Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-

(4)

1. Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, Prof. Dr. dr.

Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc.(CTM), Sp.A(K);

2. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M. Hum., selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara (USU), beserta seluruh jajaran

pimpinan Fakultas Hukum USU;

3. Bapak Arif, S.H., M.H., selaku Ketua Departemen Hukum Internasional

yang telah memberikan pelayanan yang optimal bagi penulis selama ini;

4. Ibu Suria Ningsih, S.H., M.Hum., selaku Dosen Wali. Ucapan terima kasih

atas segala bantuan sejak baru menjadi mahasiswa sampai sekarang selesai

menyelesaikan pendidikan;

5. Ucapan terima kasih kepada seluruh Dosen dan staf pengajar Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara atas segala ilmu yang telah diberikan;

6. Ucapan terima kasih kepada kakak dan adik penulis atas bantuan dan

dukungan yang diberikan kepada penulis;

7. Ucapan terima kasih kepada sahabat-sahabat penulis yang selalu

menemani penulis di kampus dan perkuliahan selama 4 tahun ini. Serta

buat teman-teman lain di kampus yang tidak bisa disebutkan satu per satu;

Medan, Juni 2011

Salam hormat,

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

ABSTRAKSI ... v

1. BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Keaslian Penulisan ... 9

E. Tinjauan Kepustakaan ... 10

F. Metode Penelitian ... 12

G. Sistematika Penulisan ... 14

2. BAB II : PERKEMBANGAN ORGANISME HASIL MODIFIKASI GENETIK (OHMG) BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT INTERNASIONAL DAN PENGATURANNYA MENURUT HUKUM INTERNASIONAL A. Definisi OHMG dan Perkembangannya ...16

B. Manfaat OHMG Bagi Kehidupan Masyarakat Global ... 24

C. Dampak Merugikan OHMG Terhadap Lingkungan dan Kesehatan Manusia ... 28

(6)

3. BAB III : PRINSIP-PRINSIP DASAR TENTANG TANGGUNG JAWAB

NEGARA (STATE RESPONSIBILITY) DAN TANGGUNG JAWAB

PERDATA (CIVIL LIABILITY) DALAM BIDANG LINGKUNGAN

A. Prinsip-prinsip Hukum Internasional dalam Pengelolaan Lingkungan .... 49

B. Tanggung Jawab Negara (State Responsibility) Dalam Bidang

Lingkungan ... 58

C. Tanggung Jawab Perdata (Civil Liability) atas Kerusakan Lingkungan .. 66

4. BAB IV : PENGATURAN MENGENAI PERTANGGUNGJAWABAN DAN

UPAYA PEMULIHAN (LIABILITY AND REDRESS) ATAS KERUGIAN

YANG TIMBUL DARI PERPINDAHAN LINTAS BATAS ORGANISME

HASIL MODIFIKASI GENETIK

A. Latar Belakang Lahirnya The Nagoya-Kuala Lumpur Suplementary

Protocol on Liability and Redress ... 72

B. Substansi Pengaturan dalam The Nagoya-Kuala Lumpur Suplementary

Protocol on Liability and Redress ... 76

C. Penandatanganan dan Ratifikasi ... 85

5. BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ... 88

B. Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... vii

LAMPIRAN

(7)

Abstraksi

Prof. DR. Suhaidi, S.H., M.H.1

DR. Jelly Leviza, S.H., M.Hum.2

Indra P Pasaribu3

Untuk menjawab permasalahan diatas, maka dalam penelitian ini digunakan metodologi penelitian dengan pendekatan yuridis normatif, karena hendak meneliti dan menelaah instrumen hukum internasional yang mengatur tentang OHMG, dan bersifat deskriptif analitis. Untuk mendukung objektifitas terhadap permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka diperlukan adanya data sekunder yang berkaitan dengan permasalahan. Data yang diperoleh dalam penelitian ini diambil dari penelitian kepustakaan (library research), berbentuk Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berdampak luas bagi berbagai sektor kehidupan manusia. Salah satunya ialah bioteknologi yang bermanfaat bagi kebutuhan pangan, obat-obatan, kesehatan, industri, dan sebagainya. Salah satu bentuk bioteknologi modern ini ialah teknologi rekayasa genetika yang menghasilkan produk-produk berupa organisme hasil modifikasi genetik (OHMG). Namun demikian, dibalik manfaat bioteknologi atau OHMG ini terdapat risiko maupun dampak negatif bagi kesehatan manusia dan lingkungan hidup. Dalam Konvensi Keanekaragaman Hayati, yang disepakati di Rio de Janeiro, Brasil, pada tahun 1992, para peserta KTT Bumi (Earth Summit) menyepakati perlunya negara membuat aturan-aturan mengenai penanganan bioteknologi. Khusus mengenai masalah prosedur keamanan hayati dari perpindahan lintas batas OHMG diatur secara khusus dalam Cartagena Protocol on Biosafety to the Convention on Biological Diversity (Protokol Cartagena tentang Keamanan Hayati) yang disepakati pada tahun 2000. Salah satu ketentuan utama dalam Protocol Cartagena ini adalah ketentuan mengenai pertanggungjwaban dan upaya pemulihan (liability and redress) atas kerugian atau kerusakan yang timbul dari perpindahan lintas batas OHMG.

Dengan latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini dianggap penting untuk dibahas perkembangan OHMG bagi kehidupan masyarakat internasional dan pengaturannya menurut hukum internasional, prinsip-prinsip dasar tentang tanggung jawab negara (state responsibility) dan tanggung jawab perdata (civil liability) dalam bidang lingkungan, serta bagaimana pengaturan hukum internasional mengenai pertanggungjawaban dan upaya pemulihan atas kerugian yang timbul dari perpindahan lintas batas OHMG ini.

1 Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara 2 Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

(8)

Konvensi Internasional dan Protokol, dan buku-buku, serta dianalisa secara kualitatif.

Adapun kesimpulan dari penelitian ini yaitu pengaturan mengenai

pertanggungjawaban dan upaya pemulihan (liability and redress) atas kerugian yang timbul dari perpindahan lintas batas OHMG diatur dalam The Nagoya-Kuala Lumpur Suplementary Protocol on Liability and Redress (Protokol Tambahan Nagoya-Kuala Lumpur tentang Kewajiban dan Penanganan) yang merupakan tindak lanjut dari Protokol Cartagena. Protokol Tambahan ini diadopsi pada tanggal 15 Oktober 2010. Secara umum, terdapat dua opsi pertanggungjawaban dan upaya pemulihan (liability and redress) ini, yaitu pendekatan administratif (administrative approach) dan pertanggungjawaban secara perdata (civil liability).

Kata Kunci:

1. Pertanggungjawaban dan Upaya Pemulihan (Liability and Redress)

2. Perpindahan Lintas Batas

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam beberapa tahun terakhir, bidang hukum lingkungan internasional

telah banyak memberi catatan tersendiri dalam perkembangan ilmu hukum

internasional. Hal ini didukung oleh semakin pesatnya perkembangan perjanjian

multilateral di bidang lingkungan (multilateral environmental agreements), yang

dalam pelaksanaannya banyak bersinggungan dengan bidang hukum internasional

lainnya, misalnya bidang perdagangan internasional. Hal ini kerap mengundang

perdebatan dan kontroversi.

Selain itu juga, semakin berkembangnya teknologi yang kemudian

mendorong manusia untuk mengarahkan pemanfaatan suatu teknologi sedemikian

rupa sehingga tidak sampai merusak kualitas lingkungan, misalnya dalam bidang

bioteknologi.

Bioteknologi merupakan salah satu tonggak kemajuan dan keajaiban ilmu

pengetahuan dan teknologi di abad 21 ini, disamping teknologi informasi.

Teknologi ini berdampak kepada berbagai sektor kehidupan manusia, mulai dari

kebutuhan pangan, obat-obatan, kesehatan, persenjataan, industri, dan sebagainya,

bahkan bagi kehidupan eksistensial manusia dalam menguasai alam.4

Pemanfaatan bioteknologi sebenarnya telah berkembang selama

berabad-abad yang lampau. Dapat dikatakan sedemikian apabila bioteknologi dilihat

sebagai pemanfaatan segala bentuk kehidupan hayati untuk kebutuhan manusia,

4 Jeremy Rifkin, The Biotech Century: How Genetic Commerce Will Change The World,

(10)

seperti: pemanfaatan jamur atau ragi untuk pembuatan makanan dan minuman,

bahan pengawet, dan sebagainya. Namun, apabila dunia membicarakan masalah

dunia bioteknologi saat ini, fokus perhatian ditujukan kepada salah satu bentuk

bioteknologi modern, yaitu teknologi rekayasa genetika.

Teknologi rekayasa genetika di negara-negara maju pada saat ini biasanya

digunakan dalam bidang pertanian untuk memproduksi apa yang dinamakan

Genetically Modified Organism (GMO) atau disebut juga Living Modified

Organism (LMO).5 Produk GMO atau Organisme Hasil Modifikasi Genetik

(selanjutnya disebut OHMG) merupakan produk yang dihasilkan dari teknologi

memanipulasi sifat baka atau gen (DNA) suatu organisme tanpa melalui suatu

perkawinan untuk menghasilkan organisme dengan sifat-sifat sesuai dengan yang

ditentukan. Metode ini dipakai salah satunya untuk menciptakan

tanaman-tanaman rekayasa genetika yang kemudian digunakan sebagai teknik pertanian

pangan yang meliputi bidang: peningkatan produksi, peningkatan kualitas,

perbaikan pasca panen, dan processing.6

Salah satu contoh produk dari OHMG adalah jenis kacang kedelai

Roundup Ready yang diproduksi oleh Monsanto Corporation. Jenis kacang ini Dengan menggunakan teknik rekayasa

genetika ini, produk pertanian yang dihasilkan menjadi lebih banyak, lebih besar

dan tahan lama, dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan produk

pertanian konvensional. Dengan demikian, OHMG ini dapat digunakan sebagai

ketahanan pangan/pakan (food and feed security) suatu negara.

5 Francis Fukuyama, Our Post Human Future: Consequences of Biotechnology Revolution,

Profile Book Ltd, London, 2002.

(11)

telah dimodifikasi secara genetis sedemikian rupa sehingga dapat tahan terhadap

jenis-jenis serangga tertentu.7

Perkembangan bioteknologi ini telah menimbulkan berbagai dampak

terhadap instrumen hukum internasional di bidang lingkungan. Dampak yang

dapat dianggap paling signifikan adalah perkembangan pengaturan tentang Namun, di tengah optimisme para ilmuwan maupun praktisi pertanian

akan keuntungan-keuntungan dari produk-produk OHMG ini, terdapat beberapa

fakta adanya dampak negatif dari produk-produk ini. Pembicaraan mengenai

dampak negatif dari produk-produk OHMG ini di berbagai forum juga diwarnai

perdebatan seputar permasalahan dan implikasi OHMG terhadap lingkungan

hidup, kesehatan manusia, perdagangan internasional antara negara berkembang

dan negara maju, dan bahkan etika.

Dalam pembicaraan seputar dampak OHMG terhadap lingkungan hidup,

terdapat pandangan maupun hasil penelitian yang menunjukkan bahwa merugikan

upaya pelestarian keanekaragaman hayati, maupun memiliki potensi

membahayakan bagi kehidupan flora dan fauna di sekelilingnya. Selain itu juga

dipermasalahkan risiko timbulnya ekses negatif dari produk OHMG terhadap

kesehatan manusia, seperti misalnya seberapa jauh produk pertanian hasil

rekayasa genetik aman untuk dikonsumsi, dan sebagainya. Pembahasan mengenai

OHMG ini menjadi salah satu agenda dalam permasalahan bioteknologi dan

lingkungan hidup di dunia internasional.

(12)

keamanan dari produk-produk OHMG ini terhadap lingkungan dan kesehatan

manusia.

Negara-negara industri maju pada umumnya menginginkan agar regulasi

terhadap organisme hasil modifikasi genetik (OHMG) bersifat terbatas, mengingat

bahwa negara-negara ini merupakan produsen utama OHMG. Sementara di lain

pihak, negara berkembang dan organisasi non-pemerintah (non-governmental

organizations-NGO) menginginkan masalah ini diatur secara spesifik dalam suatu

instrumen internasional.8

Mengembangkan dan memelihara cara-cara untuk mengatur, mengelola, atau mengendalikan risiko yang berkaitan dengan penggunaan dan pelepasan organisme termodifikasi hasil bioteknologi, yang mungkin mempunyai dampak lingkungan yang merugikan, yang dapat mempengaruhi konservasi dan pemanfaatan secara berkelanjutan keanekaragaman hayati, dengan memperhatikan pula risiko terhadap kesehatan manusia.”

Salah satu instrumen yang berkaitan dengan masalah keamanan hayati

adalah United Nations Convention on Biological Diversity / UNCBD (Konvensi

Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Keanekaragaman Hayati / KKH). Konvensi

ini yang disepakati pada tahun 1992. KKH mengatur ketentuan mengenai

keamanan penerapan bioteknologi (biosafety) dalam beberapa pasal, antara lain

Pasal 8 (g) yang menyatakan bahwa:

“Para pihak wajib:...

9

8

Ibid., hal. 491.

9 Indonesia, Undang-Undang tentang Pengesahan United Nations Convention on

(13)

Selain itu, masalah penanganan bioteknologi termasuk distribusi

keuntungannya (handling of biotechnology and distribution of its benefits) diatur

secara spesifik dalam Pasal 19.

Sebagai salah satu anggota Konvensi, Indonesia telah meratifikasi

UNCBD melalui Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 Tentang Pengesahan

United Nations Convention on Biological Diversity (Konvensi Perserikatan

Bangsa-Bangsa tentang Keanekaragaman Hayati).

Upaya pengembangan dan pemanfaatan OHMG di Indonesia telah ada

dalam tahap penelitian dan uji laboratorium pusat-pusat penelitian pertanian

pemerintah. Walau demikian pemahaman atas dampak negatif OHMG juga telah

ada diantara para pakar atau peneliti pertanian.

Sebagai tindak lanjut dalam hal memastikan keamanan produk-produk

OHMG dan untuk mengimplementasikan ketentuan KKH tentang keamanan

penerapan bioteknologi, masyarakat internasional telah menyepakati suatu

protokol terhadap KKH yang kemudian dikenal dengan Protokol Cartagena

tentang Keamanan Hayati (Cartagena Ptotocol on Biosafety to the Convention on

Biological Diversity) di tahun 2000. Protokol ini memuat prinsip-prinsip yang

menjadi acuan oleh negara anggota dalam menangani bioteknologi di negaranya

untuk mencegah atau menanggulangi dampak yang merugikan dari bioteknologi.

Prinsip utama yang melandasi Protokol ini adalah prinsip kehati-hatian

(precautionary) sebagaimana terdapat dalam Prinsip 15 Deklarasi Rio tentang

Lingkungan dan Pembangunan (Rio Declaration on Environment and

(14)

lingkungan internasional. Berdasarkan prinsip ini, apabila terdapat ancaman serius

terhadap lingkungan atau kerusakan lingkungan yang tidak dapat dipulihkan,

maka kekurangan bukti-bukti ilmiah yang tersedia tidak boleh digunakan sebagai

alasan untuk menunda langkah-langkah dengan biaya efektif (cost-effective

measures) dalam mencegah kerusakan lingkungan.

Salah satu ketentuan utama dalam Protokol Cartagena adalah ketentuan

mengenai pertanggungjawaban dan upaya pemulihan (liability and redress)

sebagaimana terdapat dalam Pasal 27. Dalam pasal tersebut dinyatakan bahwa:

The Conference of the Parties serving as the meeting of the Parties to this Protocol shall, at its first meeting, adopt a process with respect to the appropriate elaboration of international rules and procedures in the field of liability and redress for damage resulting from transboundary movements of living modified organisms, analysing and taking due account of the ongoing processes in international law on these matters, and shall endeavour to complete this process within four years.”

Namun Protokol ini tidak mengatur secara spesifik mengenai implementasi

lebih lanjut tentang hal ini. Pasal 27 hanya mengatur bahwa ketentuan dan

prosedur internasional dalam hal pertanggungjawaban dan upaya pemulihan atas

kerusakan yang timbul dari perpindahan lintas batas OHMG harus disusun dan

dianalisis lebih lanjut melalui Konferensi Negara-negara Pihak (Conference of the

Parties-COP).

Indonesia sendiri juga telah menandatangani Protokol Cartagena pada

tanggal 24 Mei 2004, dan telah meratifikasi Protokol tersebut pada 17 Juli 2004.10

10 Kementerian Lingkungan Hidup, dala

Sejak awal Indonesia telah mendukung Protokol Cartagena karena Indonesia tidak

menolak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan di sisi lain juga

(15)

menyadari dampak yang mungkin timbul. Selain itu, Indonesia merupakan negara

agraris yang tengah mengembangkan diri menjadi negara industri. Untuk itu,

Indonesia perlu memberikan perhatian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

OHMG ini untuk mengurangi resiko dampak negatifnya terhadap lingkungan dan

kesehatan.

Melalui COP ini, Indonesia mengharapkan salah satu isu penting terkait

dengan pertanggungjawaban dan upaya pemulihan (liability and redress) atas

kerugian yang timbul dari perpindahan lintas batas organisme hasil modifikasi

genetik (OHMG) ini dapat disepakati.11

B. Perumusan Masalah

Hal di atas melatarbelakangi pentingnya pembahasan masalah

pertanggungjawaban dan upaya pemulihan (liability and redress) atas kerugian

yang timbul dari perpindahan lintas batas OHMG dari sudut pandang hukum

internasional.

Berdasarkan uraian di atas dan untuk memfokuskan pembahasan dalam

penelitian ini, maka pokok permasalahan yang akan menjadi objek pembahasan

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perkembangan organisme hasil modifikasi genetik

(OHMG) bagi kehidupan masyarakat internasional dan pengaturannya

menurut hukum internasional?

(16)

2. Bagaimanakah prinsip-prinsip dasar tentang tanggung jawab negara (state

responsibility) dan tanggung jawab perdata (civil liability) dalam bidang

lingkungan?

3. Bagaimanakah pengaturan mengenai pertanggungjawaban dan upaya

pemulihan (liability and redress) atas kerugian yang timbul dari

perpindahan lintas batas organisme hasil modifikasi genetik (OHMG)?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui perkembangan organisme hasil modifikasi genetik

(OHMG) bagi kehidupan masyarakat internasional dan pengaturannya

menurut hukum internasional.

2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dasar tentang tanggung jawab negara

(state responsibility) dan tanggung jawab perdata (civil libility) dalam

bidang lingkungan.

3. Untuk mengetahui pengaturan mengenai pertanggungjawaban dan upaya

pemulihan (liability and redress) atas kerugian yang timbul dari

perpindahan lintas batas organisme hasil modifikasi genetik (OHMG).

b. Manfaat Penelitian

Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, maka penelitian ini

diharapkan dapat memberikan kontribusi atau manfaat baik dari sisi teoritis

(17)

1. Manfaat secara teoritis

Memberikan sumbangan akademis bagi perkembangan ilmu hukum pada

umumnya, dan Hukum Internasional pada khususnya. Serta memberikan

sumbangan akademis dalam merumuskan peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan lingkungan hidup, khususnya yang berkaitan dengan organisme

hasil modifikasi genetik (OHMG) maupun produk-produknya.

2. Manfaat praktis

Membantu aparat penegak hukum dan pemerintah dalam penerapan

pengaturan hukum internasional mengenai organisme hasil modifikasi genetik

(OHMG) di tingkat nasional, dan juga memberikan pengetahuan yang berguna

bagi masyarakat mengenai penggunaan produk OHMG.

D. Keaslian Penulisan

Sebagai suatu karya tulis ilmiah yang dibuat untuk memenuhi syarat

memperoleh gelar Sarjana, maka seyogyanya skripsi ditulis berdasarkan buah

pikiran yang benar-benar asli tanpa melakukan tindakan peniruan (plagiat) baik

sebagian ataupun seluruhnya dari karya orang lain. Judul yang penulis pilih telah

diperiksa dalam arsip bagian Hukum Internasional dan judul tersebut dinyatakan

tidak ada yang sama dan telah disetujui oleh Ketua Departemen Hukum

(18)

E. Tinjauan Kepustakaan 1. Hukum Internasional

Menurut Mochtar Kusumaatmadja12

(1) negara dengan negara;

, hukum internasional ialah

keseluruhan kaidah dan asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang

melintasi batas negara antara:

(2)negara dengan subjek hukum lain bukan negara satu sama lain.

Sebagai salah satu cabang ilmu dari Hukum Internasional, maka Hukum

Lingkungan Internasional dapat diartikan sebagai keseluruhan kaidah dan asas

yang mengatur hubungan atau persoalan lingkungan yang bersifat lintas batas

negara antara:

(1) negara dengan negara;

(2) negara dengan subjek hukum lain bukan negara satu sama lain.

Hukum atau keseluruhan kaedah dan azas yang dimaksud adalah

keeluruhan kaedah dan azas yang terkandung di dalam perjanjian-perjanjian

internasional maupun hukum kebiasaan internasional, yang berobjek lingkungan

hidup, yang oleh masyarakat internasional, yaitu masyarakat negara-negara,

termasuk subjek-subjek hukum internasional bukan negara, diwujudkan dalam

kehidupan bermasyarakat melalui lembaga-lembaga dan proses kemasyarakatan

internasional.13

12

Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional, Alumni, Bandung, 2003, hal. 4.

(19)

2. Pertanggungjawaban dan Upaya Pemulihan (Liability and Redress)

Kata “liability”14

Sedangkan “redress”

merupakan bahasa Inggris, yang berarti

pertanggungjawaban atau kewajiban. Sedangkan dalam bahasa Belanda disebut

verantwoordelijkheid atau aansprakelijkheid. 15

3. Perpindahan Lintas Batas

mempunyai makna memperbaiki kesalahan, atau

mengganti kerugian yang disebabkan kesalahannya. Dalam bahasa Belanda

disebut herstellen, weer in onde brengen, schade vergoeden, vergoeding.

“Liability and Redress” dapat juga diartikan sebagai kewajiban dan

penanganan.

Perpindahan lintas batas adalah perpindahan suatu organisme hasil

modifikasi genetik dari suatu Pihak ke Pihak lainnya. Pihak-pihak yang dimaksud

dalam hal ini ialah Pihak-pihak yang telah menyepakati dan menandatangani

Protokol Cartagena sebagai instrumen hukum internasional.

4. Organisme Hasil Modifikasi Genetik

Organisme hasil modifikasi genetik (OHMG) adalah setiap organisme hidup

yang memiliki kombinasi bahan genetik baru yang diperoleh melalui pemanfaatan

bioteknologi modern. Sering juga disebut GMO (Genetically Modified Organism)

atau LMO (Living Modified Organism).

14 Martin Basiang, The Contemporary Law Dictionary First Edition, Red & White

Publishing, 2009, hal. 270.

(20)

F. Metode Penelitian

Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang

didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan

untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan

menganalisisnya, kecuali itu, maka juga diadakan pemeriksaan yang mendalam

terhadap fakta hukum tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan

atas permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala bersangkutan.16

a. Tipe Penelitian

Soerjono Soekanto17

1. Penelitian Hukum Normatif, yang terdiri dari:

berpendapat bahwa penelitian hukum dapat dibagi

dalam:

a. Penelitian terhadap asas-asas hukum;

b. Penelitian terhadap sistematika hukum;

c. Penelitian terhadap taraf sinkronisasi hukum;

2. Penelitian Hukum Sosiologis atau empiris, yang terdiri dari:

a. Penelitian terhadap identifikasi hukum;

b. Penelitian terhadap efektifitas hukum.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode penelitian

hukum normatif karena hendak meneliti norma-norma hukum yang berlaku yang

mengatur tentang organisme hasil modifikasi genetik (OHMG).

16 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 2005, hal. 43. 17 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, UI Press, Jakarta,

(21)

b. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data

sekunder, yang terdiri dari18

1. Bahan hukum primer berupa produk-produk hukum berupa peraturan

perundang-undangan, yang dalam hal ini berupa undang-undang, konvensi

hukum internasional, deklarasi, maupun protokol. :

2. Bahan hukum sekunder berupa bahan acuan yang bersumber dari buku-buku,

surat kabar, media internet serta media massa lainnya yang berhubungan

dengan masalah yang dibahas.

3. Bahan hukum tersier berupa bahan-bahan yang memberi petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, berupa kamus dan

sebagainya.

Cara mendapatkan data sekunder adalah dengan melakukan penelitian

kepustakaan (library research). Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah

studi dokumen dimana selanjutnya dilakukan analisis dengan mengumpulkan

fakta-fakta yang didapat dari studi kepustakaan sebagai acuan umum dan

kemudian disusun secara sistematis dan selanjutnya dianalisis untuk mencapai

kejelasan masalah yang dimaksud berdasarkan bahan-bahan hukum yang telah

dikumpulkan.

18 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada,

(22)

c. Analisis Data

Setelah data terkumpul, analisis dilakukan dengan menggunakan analisis

isi sebagaimana dirumuskan oleh Berndl Berson19

G. Sistematika Penulisan

: “Content analysis is a

research technique for the obyektive, systematic and quantitative description of

the manifest content of communication.” (Kajian isi adalah teknik penelitian untuk

keperluan mendeskripsikan secara obyektif, sistematik dan kuantitatif dari suatu

bentuk komunikasi).

Sedangkan menurut Holsti bahwa kajian isi adalah tehnik apapun yang

digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik

pesan dan dilakukan secara obyektif dan sistematis. Secara keseluruhan analisis di

atas dilakukan dengan menggunakan analisis kualitatif untuk mengungkapkan

secara mendalam mengenai pandangan dan konsep yang diperlukan dan kemudian

akan diurai secara menyeluruh untuk menjawab persoalan yang ada dalam skripsi

ini, serta melakukan penarikan kesimpulan dengan pendekatan deduktif-induktif,

yakni berawal dari hal-hal yang umum kepada hal-hal yang khusus.

Skripsi ini terdiri dari lima bab yang disusun secara sistematis dalam suatu

sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I berisi tentang gambaran dari seluruh isi skripsi, yang terdiri dari

latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian

penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

19 Lexy J. Moloeng, Metode Penelitian Hukum Kualitatif, Remaja Karya, Bandung, 1989,

(23)

Pembahasan selanjutnya dalam bab II terdiri dari defenisi OHMG dan

perkembangannya, manfaat OHMG bagi masyarakat global, dampak merugikan

OHMG terhadap lingkungan dan kesehatan manusia, serta diakhiri dengan

pengaturan hukum internasional tentang OHMG.

Kemudian dalam Bab III membahas mengenai prinsip-prinsip hukum

internasional dalam pengelolaan lingkungan, tanggung jawab negara (state

responsibility) dalam bidang lingkungan, dan tanggung jawab perdata (civil

liability) atas kerusakan lingkungan.

Dalam bab IV ini akan dibahas mengenai pengaturan mengenai

pertanggungjawaban dan upaya pemulihan (liability and redress) atas kerugian

yang timbul dari perpindahan lintas batas organisme hasil modifikasi genetik,

yang dibagi atas latar belakang lahirnya Nagoya-Kuala Lumpur Supplementary

Protocol on Liability and Redress, substansi pengaturannya, dan penandatanganan

serta ratifikasinya.

Bab V sebagai penutup, berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari

hasil penelitian dan saran sebagai rekomendasi yang berkaitan dengan penelitian

(24)

BAB II

PERKEMBANGAN ORGANISME HASIL MODIFIKASI GENETIK (OHMG) BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT INTERNASIONAL DAN

PENGATURANNYA MENURUT HUKUM INTERNASIONAL A. Definisi OHMG dan Perkembangannya

Bioteknologi bukanlah suatu teknologi yang baru tetapi merupakan suatu

rangkaian teknologi yang terus berkembang dan tumbuh dengan akar yang sudah

tertanam kuat (dalam banyak keadaan) sejak ribuan tahun yang lalu. Bioteknologi

sudah dikenal manusia dengan menggunakan sistem-sistem hayati, makhluk hidup

ataupun derivatifnya untuk membuat atau memodifikasi produk-produk atau

proses-proses untuk tujuan penggunaan khusus.

Bioteknologi meliputi berbagai proses tradisional seperti pembuatan bir

(brewing), pembuatan roti (baking), pembuatan anggur, pembuatan keju, produksi

berbagai makanan oriental seperti kecap dan tempe dan pengolahan limbah yang

di dalam prosesnya; secara empiris, telah dikembangkan pemakaian

mikroorganisme sejak bertahun-tahun yang lalu.20

20 John E. Smith, Biotechnology, EGC, Jakarta, 1995, hal. 2-3.

Selain itu, bioteknologi sering digunakan oleh petani yaitu memodifikasi

tanaman dan hewan melalui perkawinan silang untuk mendapatkan turunan

dengan sifat seperti yang diinginkan. Bioteknologi tersebut dilakukan dengan

harapan dapat meningkatkan produksi dan menyempurnakan kualitas pangan guna

(25)

Era bioteknologi ini menjadi salah satu tantangan bagi masyarakat

internasional yang sangat pesat perkembangannya, terutama di negara-negara

industri maju.

Produk-produk bioteknologi sangat erat dengan perkembangan

bioteknologi pada zamannya. Adapun era bioteknologi dapat dibagi atas:21

1. Era Pra Pasteur (sebelum 1865), perbaikan teknik fermentasi oleh

mikroorganisme misalnya minuman beralkohol.

2. Era Pasteur (1865-1940), pengembangan industri fermentasi pembuatan

etanol, butanol dan asam organik, perlakuan air buangan.

3. Era Antibiotika (1940-1960), pembuatan penisilin yang mulai digunakan

pada saat pendaratan tentara Amerika di Normandy selama perang dunia

kedua, vaksin virus, teknologi kultur sel hewan.

4. Era Pasca Antibiotika (1960-1975), asam-asam amino, eluidasi struktur

DNA, protein sel tunggal, enzim untuk detergen, gasohol, biogas,

teknologi rekombinan DNA.

5. Era Bioteknologi Modern (1975 - sampai saat ini), rekayasa genetika, zat

antibodi monoklonal, hormon insulin, hormon pertumbuhan ikan tuna.

Bioteknologi (teknologi hayati) mempunyai beraneka ragam bentuk

definisi, namun pada hakekatnya definisi itu melibatkan penggunaan enzim atau

sel-sel mikroba, hewan serta tumbuhan untuk proses sintesis, penguraian ataupun

perubahan materi.22

21 Suharto, Bioteknologi dalam Dunia Industri, Andi Offset, Yogyakarta, 1995, hal. 4. 22 John E. Smith, Op.cit, hal. 1.

Hal ini memerlukan perpaduan antara ilmu biokimia, biologi,

(26)

ilmu lainnya, sehingga pemanfaatan potensi dari berbagai disiplin ilmu tersebut

terlaksana secara optimal.

Bidang pengetahuan ini dapat diterapkan secara bermakna dalam beberapa

sektor industri. Sektor industri sudah berkembang jauh sehingga dapat

meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Pada saat ini sudah terjadi

pergeseran dari masyarakat pertanian ke masyarakat industri.

Adapun beberapa definisi tentang bioteknologi dapat diuraikan sebagai

berikut:23

23 Ibid, hal. 2.

‘Penerapan berbagai organisme, sistem atau proses biologis pada industri manufakturing dan jasa.’

‘Penggunaan secara terpadu ilmu pengetahuan biokimia, mikrobiologi dan teknik dalam upaya untuk menghasilkan suatu penerapan teknologi (industri) dari kemampuan mikroorganisme, sel-sel kultur jaringan dan bagian-bagiannya.’

‘Suatu teknologi dengan menggunakan fenomena biologi untuk mencontoh dan membuat berbagai jenis substansi yang bermanfaat.’

‘Penerapan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan teknik dalam pengolahan materi oleh unsur-unsur biologis untuk menghasilkan barang dan jasa.’

‘Ilmu pengetahuan tentang berbagai proses produksi yang berdasarkan pada kerja mikroorganisme serta komponen aktifnya dan pada proses produksi yang melibatkan penggunaan sel dan jaringan dari organisme yang lebih tinggi.’

‘Bioteknologi tidak lebih dari sebuah nama yang diberikan kepada seperangkat teknik dan proses’

(27)

Sementara itu, Jean L. Marx menjelaskan definisi bioteknologi sebagai

penggunaan makhluk hidup atau bahan yang dihasilkan oleh makhluk hidup untuk

membuat produk yang berharga bagi manusia.24

Pengembangan dan perkembangan bioteknologi telah amat jauh dewasa

ini, dan manusia sebagai pelaku penerapan ilmu seakan tidak mempunyai batas

dalam memanfaatkan makhluk hidup untuk memenuhi kebutuhannya. Kemajuan

bioteknologi telah amat jauh karena adanya dorongan nilai kemanfaatan dan nilai

ekonomi.

Bioteknologi menerapkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan teknik

dalam pengolahan materi oleh unsur-unsur biologis untuk menghasilkan barang

dan jasa. Bioteknologi menggunakan organisme hidup dan komponennya dalam

proses pertanian, industri pangan serta berbagai proses industri lainnya.

Dalam proses bioteknologi, tujuannya adalah optimalisasi ciri-ciri khusus

yang diharapkan pada suatu organisme, contohnya produksi enzim yang spesifik,

pembentukan produk samping, dll.

25

Pemegang kunci pada masa ini dalam bidang bioteknologi ini adalah

Amerika Serikat, Jepang, dan negara-negara Eropa Barat. Bagaimana sikap

masing-masing negara dalam bersaing mengembangkan dan memasarkan Bahkan dana penelitian bioteknologi lebih besar berasal dari sumber

industri swasta dibandingkan dengan dana dari pemerintah. Dampak kemajuan di

bidang bioteknologi dengan sendirinya membawa usulan penelitian penerapan

bioteknologi sebagai komoditi.

24

Jean L. Marx, A Revolution in Biotechnology, Yayasan Obor Indonesia, Indonesia, 1991, hal. 485.

25 Hari Hartiko, Bioteknologi dan Keselamatan Hayati, Konphalindo, Jakarta, 1995, hal.

(28)

produk industri bioteknologi mereka ini, tergantung banyak faktor, yang meliputi

kemampuan investasi modal swasta, kekuatan dan kelemahan lembaga penelitian

universitas, tingkat kerja sama antara industri dengan universitas, dan peranan

pemerintah.26

Apabila membicarakan masalah dunia bioteknologi saat ini, fokus

perhatian ditujukan kepada salah satu bentuk bioteknologi modern, yaitu

teknologi rekayasa genetika. Teknologi rekayasa genetika atau transgenik di

negara-negara maju pada saat ini biasanya digunakan dalam bidang pertanian

untuk memproduksi apa yang dinamakan Genetically Modified Organism (GMO)

atau disebut juga Organisme Hasil Modifikasi Genetik (OHMG).27

Rekayasa Genetika atau Genetic Engineering adalah penerapan teknik

DNA rekombinan untuk menimbulkan sifat keturunan baru pada suatu organisme,

dengan jalan memasukkan gen-gen baru ke dalam sel-sel organisme itu.

OHMG

dikenal juga dengan istilah Living Modified Organism (LMO).

OHMG dalam pertanian adalah tanaman yang direkayasa secara genetik

sehingga memiliki kemampuan-kemampuan seperti: memproduksi zat untuk

pertahanan terhadap hama (insektisida atau herbisida), meningkatkan

produktivitas, dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ekstrem.

Tanaman hasil rekayasa genetik sering disebut juga sebagai tanaman transgenik.

28

Pada hakekatnya semua sifat organisme akan bergantung pada

penjumlahan keseluruhan gennya. Perubahan dalam molekul DNA yang

26

Jean L. Marx, Op.cit., hal. 450.

27 Francis Fukuyama, Our Post Human Future: Consequences of Biotechnology Revolution, Profile Book Ltd, London, 2002.

(29)

menyusun komplemen genetika suatu organisme merupakan sarana yang dipakai

oleh organisme tersebut untuk berkembang dan beradaptasi terhadap lingkungan

yang baru.

Virus, bakteri, atau setiap sel dari makhluk hidup atau organisme memiliki

inti atau nukleus. Di dalam inti dijumpai sifat baka yang disebut: gen (sifat baka

yang diturunkan). Gen dapat bersifat khusus dan umum. Misalnya tanaman tuba

(Lonchocarpus nicou) memiliki gen khusus menghasilkan rotenon yang dijumpai

dalam akar tuba sebagai insektisida, sedangkan gen umum akan menghasilkan

tanaman tuba. Demikian pun tembakau, gen khusus dapat menghasilkan nikotin di

dalam daunnya, di samping gen umum yang akan menghasilkan tanaman

tembakau. Hewan ataupun manusia juga memiliki gen khusus yang dapat

menghasilkan organ atau sel organ tertentu di samping gen umum yang

memberikan turunan kepada jenisnya. Baik gen umum maupun gen khusus dari

setiap organisme terdiri dari bahan kimia: Desoxyribonucleic acid = DNA dan

Ribonucleic-acid = RNA.

Struktur DNA ini ini diungkapkan oleh dua ilmuwan dari Universitas

Cambridge, yaitu: James Watson dan Francis Crick. DNA ialah materi pembawa

informasi genetik dalam sel makhluk hidup yang berupa untaian molekul asam.29

Melalui teknik yang dikenal sebagai teknik DNA rekombinan, manusia

dapat mengambil potongan DNA dari gen suatu spesies makhluk hidup untuk Penemuan inilah yang menjadi dasar bioteknologi modern dalam bidang

kesehatan dan pertanian.

29 Reader’s Digest, When, Where, Why & How It Happened: The Secret of Double Helix,

(30)

kemudian memindahkan dan memasukkan (menyisipkan) potongan DNA tersebut

kepada untaian DNA dalam sel makhluk hidup lainnya, sehingga makhluk yang

disisipi DNA tersebut dapat memiliki sifat atau karakteristik dari makhluk hidup

yang DNA-nya diambil tadi.30

Rekayasa genetik pernah didefinisikan sebagai “pembentukan kombinasi

baru dari materi keturunan melalui penyisipan mulekul asam nukleat, yang

dihasilkan dengan cara apa pun di luar sel, ke dalam sembarang sistem virus,

plasmid bakteri atau pun sistem vektor lainnya sehingga memungkinkan

penyatuaannya ke dalam organisme yang menjadi hospes, dan bentuk-bentuk

kombinasi ini tidak terdapat secara alami namun mempunyai kemampuan

memperbanyak diri secara berkesinambungan”.

Teknik DNA rekombinan yang secara populer

disebut dengan istilah kloning gen atau rekayasa genetik ini memberikan

kesempatan yang potensial dan tidak terbatas untuk menciptakan bentuk-bentuk

baru kombinasi gen yang pada saat ini tidak dijumpai dalam kondisi alami.

31

Teknik-teknik ini memungkinkan splicing molekul DNA yang asalnya

cukup berbeda-beda dan bila digabungkan dengan teknik-teknik pada transformasi

genetik dll, akan memudahkan penyisipan DNA asing ke dalam organisme

lainnya, khususnya bakteri.32

Jadi, DNA dapat diisolasi dari sel-sel tumbuhan, hewan atau

mikroorganisme (donor) dan dapat dipecah menjadi sejumlah fragmen yang

terdiri atas satu atau lebih gen. Fragmen semacam ini kemudian dapat

dirangkaikan dengan potongan DNA lain (vektor) dan kemudian diteruskan

30 Ibid., hal. 385.

(31)

kepada sel hospes atau sel resipien sehingga menjadi bagian dari komplemen

genetik hospes yang baru. Sel hospes kemudian dapat diperbanyak secara massal

untuk menghasilkan sifat-sifat genetik baru dan kemampuan kimiawi yang tidak

dapat diperoleh melalui cara-cara konvensional mutasi atau pembiakan selektif.

Walaupun sejauh ini banyak karya penelitian yang melibatkan bakteri,

teknik-teknik tersebut terus berkembang dengan kecepatan yang mengherankan, dan

ditemukan cara-cara untuk memasukkan DNA ke dalam organisme lain seperti

ragi dan kultur sel hewan serta tumbuhan. Dengan syarat bahwa materi genetik

yang dipindahkan melalui cara ini dapat mengadakan replikasi dan dapat

diekspresikan ke dalam tipe sel yang baru, jenis-jenis organisme yang bisa

diproduksi lewat rekayasa genetik dengan sifat-sifat genetik yang baru pada

dasarnya tidak terbatas. 33

Organisme-organisme hasil rekayasa genetika yang pertama adalah bakteri

bersel tunggal yang telah disisipi gen-gen manusia yang dapat menghasilkan

produk-produk bernilai, seperti insulin (untuk penderita diabetes) atau hormon

tumbuh manusia (untuk anak-anak bermasalah keterbelakangan pertumbuhan).

Gen-gen tersebut ditransplantasikan ke bakteri sehingga bakteri itu mampu

menghasilkan protein-protein bernilai itu dalam jumlah besar.34

Jadi, produk GMO atau Organisme Hasil Modifikasi Genetik (OHMG)

merupakan produk yang dihasilkan dari teknologi memanipulasi sifat baka atau

gen (DNA) suatu organisme tanpa melalui suatu perkawinan untuk menghasilkan

organisme dengan sifat-sifat sesuai dengan yang ditentukan. Metode ini dipakai

33 Ibid.

34 R. Walgate, Miracle or Menace? Biotechnology and The Thrid World, The Panos

(32)

salah satunya untuk menciptakan tanaman-tanaman rekayasa genetika yang

kemudian digunakan sebagai teknik pertanian pangan yang meliputi bidang:

peningkatan produksi, peningkatan kualitas, perbaikan pasca panen, dan

processing. Dengan menggunakan teknik rekayasa genetika ini, produk pertanian

yang dihasilkan menjadi lebih banyak, lebih besar dan tahan lama, dengan harga

yang lebih murah dibandingkan dengan produk pertanian konvensional. Produk

transgenik memiliki berbagai keunggulan dari tanaman-tanaman konvensional

karena kemampuan menghasilkan pertahanan terhadap hama dan tanaman secara

mandiri, maupun keunggulan-keunggulan lain seperti kandungan nutrisi yang

lebih banyak, mudah beradaptasi terhadap lingkungan, dan sebagainya.

Teknologi rekayasa genetik ini menawarkan perkembangan teknologi

pertanian yang sulit untuk dibendung.35 Bioteknologi ini juga akan terus

menciptakan peluang-peluang baru yang menarik bagi pengembangan dan

keuntungan komersial dalam berbagai sektor industri, termasuk pelayanan

kesehatan dan kedokteran, pertanian dan kehutanan, produksi bahan-bahan kimia

dalam jumlah sedikit atau besar, teknologi pangan, produksi bahan bakar, dan

energi.36

B. Manfaat OHMG bagi Kehidupan Masyarakat Global

Hal ini tentu sangat menakjubkan dan membawa penerapan ilmu ini

kepada kemungkinan pemanfaatan yang tidak terbatas.

Banyak ahli yakin bahwa penerapan rekayasa genetika sangat membantu

dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia secara global, diantaranya

35 Ilyani S. Andang, Laporan Nasional Keamanan Hayati Indonesia, YLKI, Jakarta,

2009. hal. 4.

(33)

menyediakan kebutuhan pangan masa depan dengan kualitas yang lebih baik;

alternatif sumber energi yang dapat diperbarui, misalnya biomass dan biofuel

yang dapat menggantikan sumber energi konvensional; perawatan kesehatan lebih

baik; obat-obatan yang lebih efektif; efisiensi pertanian yang lebih baik dan

penggunaan pestisida kimia yang relatif lebih sedikit.37

1. Produk Farmasi

Beberapa produk hasil rekayasa genetika atau produk OHMG diantaranya:

Pemenuhan kebutuhan produk farmasi tertentu apabila dilakukan dengan

teknologi konvensional akan memerlukan bahan dan biaya yang tidak sedikit.

Sebagai contoh hormon somastatin, yaitu hormon pertumbuhan pada manusia.

Hormon ini sangat sulit diisolasi dari hewan, diperlukan setengah juta otak domba

untuk mendapatkan 0,005 gram somastatin murni. Sedangkan melalui OHMG, 9

liter produk fermentasi bakteri sudah dapat menghasilkan somastatin dengan

jumlah yang sama.38

Teknologi rekayasa genetika dalam bidang farmasi menghasilkan protein,

vaksin, dan antibiotika. Contoh produk farmasi yang dihasilkan dari teknologi

rekayasa genetika antara lain:39

37

Ruth Mackenzie, et. Al., An Explanatory Guide to the Cartagena Protocol on

Biosafety, IUCN, Gland, Switzerland and Cambridge, UK, 2003, hal. 8. 38 Mangku Sitepoe, Op.cit., hal. 17.

39 Ibid., hal. 17-21.

somatostatin, hasil transplantasi gen eukariosit

dari hipofisismanusia ke gen E coli. Hormon pertumbuhan pada manusia (human

growth hormone) ini diberikan kepada para penderita dwarfisme hipofisis dan

berfungsi untuk meningkatkan sekresi hormon pertumbuhan; somatotropin,

(34)

pertumbuhan, pengobatan patah tulang, luka bakar, dan pendarahan di lambung;

insulin, untuk pengobatan diabetes melitus; interferon, untuk pengobatan

hepatitis, herpes simplex, dan herpes zooster; vaksin rabies; vaksin herpes; vaksin

hepatitis B; vaksin kolera; vaksin lepra; vaksin malaris; berbagai macam

antibiotika; beberapa preparat diagnostik; xenotransplantasi (transplantasi dari

hewan ke manusia); dan terapi gen sebagai pengobatan penyakit kronis dan

beberapa kelainan makrogenetik.

2. Produk Non-pangan

Sementara itu manfaat teknologi rekayasa genetika juga telah menyentuh

bidang-bidang lain seperti bidang peternakan, perkebunan, dan kehutanan.

Produk-produk tersebut misalnya:40

3. Produk Pangan

vaksin, antibiotika, dan hormon pertumbuhan

untuk hewan; ternak kloning; berbagai macam tanaman tahan herbisida, insek,

jamur, dan cacing; tanaman yang toleran terhadap kekeringan dan cuaca dingin;

tanaman hutan jati transgenik, yaitu tanaman dengan struktur kayu yang

diinginkan; tanaman anggrek transgenik yang tahan lama dengan warna bunga

yang diinginkan; tanaman karet yang menghasilkan lateks dengan kadar protein

lebih tinggi; dan bahkan tanaman kapas yang menghasilkan serat kapas berwarna.

Pesatnya laju pertumbuhan penduduk dunia berakibat meningkatnya

kebutuhan pangan, sementara lahan untuk pertanian makin sempit. Alasan ini

memacu manusia untuk menciptkan sejumlah inovasi baru di bidang pertanian,

salah satunya adalah bioteknologi dengan penggunaan OHMG ini. Kekurangan

(35)

pangan bergizi akan menyebabkan gangguan kesehatan dan tingkat kecerdasan

manusia.

Pembangunan industri pangan didukung oleh sektor pertanian dan

perkebunan; untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan merupakan salah

satu kebutuhan dasar manusia.

Teknik rekayasa genetika juga dilakukan pada bahan pangan antara lain

berupa tomat, jagung, kedelai, kanola, bunga kol, keju, tepung susu, kentang,

beras, food additive, dan sebagainya.

Rekayasa genetik digunakan untuk memproduksi jenis atau berbagai

varietas tanaman baru (tanaman transgenik), misalnya penemuan varietas tomat

transgenik yang awet (lebih lama membusuk) melalui penyisipan gen dari ikan

flounder, jagung yang disisipi gen dari bakteri yang dapat memproduksi racun

bagi serangan (hama), varietas padi yang disisipi gen dari bakteri sehingga tahan

terhadap berbagai tanaman pengganggu, dsb.41

Perkembangan teknologi rekayasa genetis ini sangat cepat, terutama di

negara maju, sementara negara berkembang menjadi sasaran empuk pasar produk Pada umumnya, tanaman transgenik direkayasa agar memiliki sifat-sifat:

ketahanan terhadap penyakit, ketahanan terhadap herbisida, perubahan kandungan

nutrisi, dan peningkatan daya simpan.

Produk-produk pangan yang diolah dari bahan transgenik masih

mengandung OHMG di dalamnya. Artinya, proses pengolahan menjadi produk

pangan tidak menghilangkan jejak transgenik bahan tersebut.

41 Hira Djamtani, Bioteknologi dan Keselamatan Hayati, Konphalindo, Jakarta, 1995, hal.

(36)

rekayasa genetis. Produk-produk pangan rekayasa genetis ini dianggap dapat

memenuhi kebutuhan pangan dunia. Dengan penggunaan bioteknologi modern ini

maka akan dapat mengatasi krisis pangan dan kelaparan yang ada di negara

Dunia Ketiga.

Beberapa negara yang menanam tanaman transgenik antara lain: Australia,

Argentina, Bulgaria, Kanada, Cina, Perancis, Jerman, Meksiko, Rumania,

Spanyol, Afrika Selatan, Ukraina, dan Amerika Serikat.

C. Dampak Merugikan OHMG terhadap Lingkungan dan Kesehatan Manusia

Dalam pengembangan dan penerapan ilmu, sejarah telah menunjukkan

bahwa teknologi sebagai produk ilmu selalu menunjukkan adanya dua sisi, yaitu

sisi manfaat dan sisi merugikan tergantung dari manusia pengguna ilmu dan

pengguna teknologi. Hal ini juga terjadi dalam bioteknologi, khususnya teknologi

rekayasa genetik (OHMG).

Di tengah optimisme para ilmuwan terhadap keuntungan-keuntungan

OHMG ini, terdapat beberapa fakta adanya dampak merugikan (dampak negatif)

dari OHMG ini terhadap lingkungan hidup, kesehatan manusia, perdagangan

internasional antara negara berkembang dan negara maju, dan bahkan etika.

Para ahli banyak yang mendukung pemanfaatan teknologi rekayasa

genetika, namun tidak sedikit pula yang menentangnya. Alasan menentang

penggunaan teknologi rekayasa genetika ini didasarkan pada pemikiran bahwa

teknologi ini tergolong baru yang dampaknya belum bisa diketahui oleh

(37)

aman-tidaknya suatu teknologi baru harus dilakukan penelitian menyeluruh yang

memerlukan waktu.

Suatu teknologi yang belum jelas jaminan keamanannya semestinya tidak

langsung begitu saja diintroduksi dan diedarkan kepada masyarakat. Tidak adanya

jaminan keamanan ini menimbulkan kekhawatiran:

“...Kemungkinan dampak negatif OHMG baik bagi lingkungan maupun bagi kehidupan manusia tidak dapat dihindarkan. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh produk OHMG maupun produk yang dihasilkan dari OHMG berpangkal tolak dari sifat organisme hasil rekayasa genetika, bahan kimia yang muncul akibat genetic engineering, baik organisme

maupun produk yang dihasilkan.”42

1. Dampak OHMG terhadap Lingkungan

Terlebih lagi, rekayasa genetika melibatkan organisme hidup yang akan

terus menerus berproses selama kehidupan ada. Terlibatnya organisme hidup

mengindikasikan bahwa rekayasa genetika tidak sesederhana yang dibayangkan

oleh para ahli sebelumnya.

Penerapan teknologi rekayasa genetika berpengaruh pada lingkungan,

khususnya keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati (biological diversity

atau biodiversity) mengacu pada variasi besar tipe ekosistem, jenis (spesies), dan

genetis binatang, tumbuhan, dan mikroorganisme,atau keanekaragaman di antara

makhluk hidup dari semua sumber, baik dari daratan, laut, dan ekosistem akuatik

lainnya serta kompleks ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragamannya.

Keanekaragaman hayati berperan penting dalam evolusi dan

mempertahankan sistem pendukung hidup biosfer. Sementara itu, pemenuhan

(38)

kebutuhan pangan, sandang, kesehatan dan kebutuhan lain pun tergantung pada

keanekaragaman hayati.

Berdasarkan pengalaman dan penelitian, banyak pakar bioteknologi

mengkhawatirkan dampak OHMG menimbulkan kerusakan ekosistem,

kontaminasi genetis, dan potensi hilangnya keanekaragaman genetis akibat

pemindahan materi gen dari OHMG ke organisme lain, resistensi akibat pelepasan

tanaman transgenik tahan biopestisida, kerusakan lingkungan secara tidak

langsung (penggunaan pestisida pada tanaman resisten terhadap pestisida), serta

kerusakan genomik.43

43 Hesty Widiyanti dan Ika N. Krishnayanti, Bioteknologi: Imperialisme Modal & Kejahatan Globalisasi, Insist Press, Yogyakarta, 2003, hal. 10.

Pelepasan OHMG ke alam berpotensi menimbulkan gangguan ekologi,

antara lain transfer materi genetik kepada organisme lain (misalnya melalui

crosspollination), dampak pada organisme non-target, dampak pada bakteri tanah

dan siklus nitrogen. Selain itu, tingkat risiko yang ditimbulkan oleh OHMG ini

bervariasi di tiap negara tergantung sifat suatu tanaman atau lingkungan tempat

tanaman itu berada.

OHMG menggunakan makhluk hidup sebagai bahan baku,

memanipulasinya pada tingkat unit kehidupan terkecil, yaitu gen DNA, serta

melepaskannya ke alam sebagai makhluk hidup atau produk berbasis hayati.

Sekali dilepas ke alam layaknya makhluk hidup lain, transgenik akan berinteraksi

(39)

Food and Agriculture Organization of United Nations (FAO) melihat

bahwa pemanfaatan OHMG berpotensi memiliki dampak negatif bagi lingkungan

hidup, antara lain:

a. unintended effects on the dynamics of populations in the receiving environment as a result of impacts on non-target species, which may occur directly by predation or competition, or indirectly by changes in land use or farming practices;

b. unintended effects on biogeochemistry, especially through impacts on soil microbial populations that regulate the flow of nitrogen, phosphorus and other essential elements;

c. the transfer of inserted genetic material to other domesticated or native populations, generally known as gene flow, through pollination, mixed matings, dispersal or microbial transfer.44

Selanjutnya dijelaskan dalam terbitan di atas, bahwa:

Because these potentially adverse effects have been documented in the field with non-GMO species, and because the consequences of these effects could be serious, it is important to regulate and monitor all introductions of GMOs effectively. Field experiments in ecology take months or years to become valid. Furthermore, current data on GMOs in the field should be viewed as location-specific, and extrapolations from laboratory or computer simulation to the field must be made cautiously.

Oxfam, sebuah lembaga masyarakat internasional, menyebutkan bahwa

bioteknologi modern termasuk diantaranya tanaman transgenik mengakibatkan

hal-hal sebagai berikut:

a. Further losses of biodiversity from monocultures;

b. Alien genes (including ‘terminator genes’) transfer from GM crops to other varieties of the same crop and to other species, with unknown effects;

c. Increased resistance of weeds and pests to agrochemicals, resulting in increased us;

d. Decreased natural soil fertility (through reducing the activity of nitrogen-fixing bacteria);

(40)

Produk-produk bioteknologi hasil rekayasa genetik yang digunakan dan

dilepaskan ke lingkungan alam terbuka (antara lain: tanaman transgenik untuk

pertanian pangan dan perkebunan, dan mikroorganisme transgenik yang

digunakan sebagai biopestisida, bioremediasilahan, dan sebagainya) yang

mengandung gen yang disisipkan ke organisme induk, dikhawatirkan akan dapat

memindahkan gen yang disisipkan ke organisme lain baik kepada spesies yang

sama maupun kepada spesies yang berbeda. Perpindahan gen tersebut dapat

mengakibatkan perubahan-perubahan sifat, vegetasi dan habitat alam.

Perubahan-perubahan tersebut dikhawatirkan dapat merugikan kelestarian keanekaragaman

hayati yang mendukung daya hidup bagi kehidupan di muka bumi ini. Walaupun

tidak semua tanaman transgenik memiliki kelakuan memindahkan gen, tetapi

kemungkinan tersebut tidak dapat diabaikan. Salah satu contoh adalah

perpindahan gen dari kanola (Brasica Napus) penghasil minyak nabati, ke

tanaman sekerabat.

Contoh lain dari penyimpangan teknologi rekayasa genetis yang berbahaya

bagi lingkungan adalah jagung transgenik yang mengandung Bt (Bacillus

thuringiensis). Sasaran gen Bt adalah membunuh hama ulat penggerek jagung.

Namun, setelah diadakan penelitian ternyata Chrysopa predator alami ulat

penggerek jagung juga mati keracunan Bt yang terdapat dalam tanaman jagung.

Hal ini juga terjadi pada kupu-kupu Danaus plexippus yang mati setelah

(41)

kupu-kupu yang makan tepung jagung biasa, tidak mati (Trubus No. 357/Agustus

1999).45

Ancaman bahaya lainnya bagi lingkungan dapat berupa hal-hal berikut

ini:46

1. Tanaman transgenik dapat menjadi gulma atau tumbuhan yang tidak

diinginkan di ladang, di lapangan, di tepi jalan, dan di ekosistem yang

tidak dikelola. Hal ini tentu menimbulkan kerugian karena harus

mengeluarkan biaya untuk mengatasi gulma.

2. Tanaman transgenik dapat bertindak sebagai perantara masuknya gen-gen

asing ke tumbuhan liar yang kemudian berubah menjadi gulma. Tanaman

transgenik kemungkinan dapat mengganggu ekosistem alami dan sulit

dievaluasi

3. Tanaman rekayasa yang mengandung partikel virus akan memudahkan

terciptanya virus-virus baru yang mungkin lebih intensif menimbulkan

penyakit baru pada tumbuhan.

4. Tanaman yang direkayasa untuk menghasilkan senyawa beracun seperti

obat-obatan dan pestisida dapat menjadi ancaman yang membahayakan

organisme lain, misalnya burung-burung yang mencari makan di ladang

jagung.

Dengan demikian, penggunaan organisme hasil modifikasi genetik

(OHMG) ini dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia menjadi salah satu

ancaman bagi keberadaan makhluk hidup dan ekosistem. Untuk itu, penerapan

45

Hesty Widiyanti dan Ika N. Krishnayanti, Op.cit., hal. 78-79.

(42)

bioteknologi harus dilakukan secara hati-hati dan bijaksana, sebab di balik

keunggulannya, ada kekhawatiran pelepasan produk hasil rekayasa genetis ke

alam dapat menimbulkan pencemaran biologis yang lebih berbahaya daripada

pencemaran kimia dan nuklir.

2. Dampak OHMG terhadap Kesehatan

Penggunaan rekayasa genetika maupun produknya berisiko menimbulkan

akibat tak terduga dikaitkan dengan terakumulasinya hasil metabolisme tanaman,

hewan, atau mikroorganisme yang dapat bersifat toksis, alergis, dan bahaya

genetik lainnya di dalam pangan manusia.47

47 Mangku Sitepoe, Op. cit., hal. 47.

Ketika para ahli memasukkan sebuah gen baru ke dalam suatu organisme,

terdapat “possition effect” yang dapat mengakibatkan perubahan pola gen dan

perubahan fungsi genetik yang tidak dapat diperkirakan. Rekayasa genetika dapat

membawa reaksi yang tidak diinginkan dan berpotensi menghasilkan racun.

Penggunaan virus rekayasa genetika sebagai vektor juga dapat membuat genom

tidak stabil, dan juga berkemungkinan menciptakan virus-virus baru, dan akhirnya

penyakit-penyakit baru.

Salah satu kekhawatiran masyarakat terhadap produk OHMG adalah

alergen (suatu protein yang menimbulkan reaksi alergi), yang dengan tidak

sengaja terbawa masuk ke dalam produk pangan. Gen baru yang dimasukkan ke

dalam tumbuhan atau hewan dapat mempengaruhi gen lain dan menjadikan

(43)

Beberapa tanaman produk bioteknologi mengandung gen yang mengatur

sifat yang disebut dengan resistensi terhadap antibiotik. Peneliti menggunakan gen

tersebut sebagai penanda untuk mengetahui apakah gen yang diinginkan telah

berhasil dimasukkan ke dalam sel. Kekhawatiran yang timbul adalah gen tersebut

dapat pindah dari tanaman produk bioteknologi ke mikroorganisme, yang

umumnya terdapat dalam usus manusia dan mengakibatkan meningkatnya

ketahanan terhadap antibiotik.

Selain itu, rekayasa genetika berpengaruh pada perubahan mutu gizi.

Sebagai contoh buah tomat yang tahan dingin, terlihat tetap segar selama

berminggu-minggu padahal nilai gizinya sudah berkurang atau bahkan sudah

tidak ada.

Berikut contoh lain dampak bioteknologi terhadap kesehatan manusia:48

a. Produk komersial pertama rekayasa genetis adalah insulin. Tetapi, di

Inggris, beberapa konsumen pingsan setelah menggunakan produk insulin

transgenik tersebut.

b. Lusinan orang meninggal dunia dan ratusan sakit parah setelah

menggunakan L-tryptophan hasil rekayasa genetis.

c. Di AS, hormon pertumbuhan hasil bioteknologi malah menimbulkan

gangguan kesehatan yang serius bagi anak-anak. Penggunaannya berkaitan

dengan penyakit leukemia dan melanoma.

(44)

Selain berpengaruh pada masalah lingkungan dan kesehatan seperti

disebutkan di atas, teknologi rekayasa genetika membawa konsekuensi sosial dan

ekonomi yang sangat besar.

Rekayasa genetika akan mempengaruhi gaya hidup, mata pencaharian, dan

budaya tradisional komunitas asli (indigenous community), karena teknik ini

mengandalkan impor.

Teknologi rekayasa genetika hanya dapat dilakukan oleh pemilik modal

yang sangat besar, yaitu perusahaan-perusahaan multinasional (MNCs). Kekuatan

ekonomi dan politik yang mengendalikan sumber-sumber genetik di bumi akan

menguasai dunia ekonomi yang akan datang seperti ketika era industrialisasi

menguasai bahan bakar fosil dan logam mulia dan mengendalikan pasar dunia. “In

the years ahead, the planet’s shrinking gene pool is going to become a source of

increasing monetary value.”49

Dengan demikian, masalah keamanan hayati terhadap penggunaan

produk-produk OHMG di alam terbuka perlu dipertimbangkan baik untuk jangka pendek Aspek etika, religi, dan kepercayaan juga menjadi masalah bagi teknologi

rekayasa genetika. Bisa saja suatu makanan, walaupun tidak terlihat secara kasat

mata pada bentuknya, mengandung bahan yang diharamkan oleh agama (misalnya

gen atau enzim babi bagi umat muslim), atau bertentangan dengan keyakinan

(misalnya gen hewan yang dimasukkan ke dalam sayuran bagi vegetarian),

ataupun yang bersifat menjijikkan (misalnya bakteri E Coli yang didapatkan dari

tinja untuk memproduksi hormon tertentu).

(45)

maupun jangka panjang, baik dari segi keamanan hayati, kesehatan masyarakat,

kehidupan sosial budaya, dan kehidupan berkeimanan.

D. Pengaturan Hukum Internasional tentang OHMG

Seperti telah dikemukakan bahwa OHMG dan produknya telah menyentuh

kehidupan manusia dan lingkungannya sehingga keamanan (safety) OHMG perlu

diantisipasi dengan berbagai peraturan yang diterapkan secara internasional

maupun intern setiap negara konsumen OHMG sehingga dampak negatif yang

ditimbulkan dapat diminimalkan.

Dari penelitian yang dilakukan, dapat diketahui bahwa terdapat instrumen

hukum internasional yang berlaku yang dapat digunakan untuk mengatur

mengenai OHMG maupun bioteknologi modern. Sebagaimana akan diuraikan

berikut ini:

1. United Nations Convention on Biological Diversity (Konvensi Keanekaragaman Hayati)

Peran keanekaragaman hayati dalam penerapan teknologi sangat besar,

terutama mengingat keanekaragamn hayati adalah bahan dasar bagi penerapan

bioteknologi.

Meningkatnya industri-industri bioteknologi dan meluasnya penyebaran

produk-produk bioteknologi melalui perdagangan telah banyak menimbulkan

pertentangan-pertentangan tentang manfaat dan risiko berbagai macam produk

bioteknologi terhadap lingkungan keanekaragaman hayati, kesehatan manusia dan

kesehatan ternak. Pertentangan-pertentangan tersebut telah mulai dirasakan

(46)

Dalam Konvensi Keanekaragaman Hayati, bioteknologi dinyatakan secara

eksplisit pada pasal 2, pasal 18, dan pasal 19 konvensi.

Pasal 2 memuat berbagai pengertian atau terminologi yang dipergunakan

dalam pasal-pasal konvensi. Pasal ini memuat definisi bioteknologi, yaitu sebagai

berikut:

“Bioteknologi ialah penerapan teknologi yang menggunakan sistem-sistem

hayati, makhluk hidup atau derivatifnya, untuk membuat atau

memodifikasi produk-produk atau proses-proses untuk penggunaan

khusus.”

Sebagaimana telah dijabarkan sebelumnya, OHMG maupun teknik

rekayasa genetik dikatakan sebagai salah satu bentuk bioteknologi modern.

Dengan demikian OHMG jelas merupakan salah satu yang dimaksudkan

Konvensi sebagai bioteknologi.

Pasal 8 Konvensi merupakan pengaturan mengenai konservasi in-situ.

Konservasi in-situ adalah konservasi ekosistem dan habitat alami serta

pemeliharaan dan pemulihan jenis-jenis berdaya hidup dalam lingkungan

alaminya, dan dalam hal jenis-jenis terdomestikasi atau budidaya, di dalam

lingkungan tempat sifat-sifat khususnya berkembang. Dalam bagian (g) pasal

tersebut dinyatakan bahwa:

(47)

Pasal 19 mengatur mengenai penanganan bioteknologi dan pembagian

keuntungan. Pasal ini terdiri dari 4 ayat, sebagai berikut:

1. Setiap pihak wajib memberlakukan upaya-upaya legislatif, administratif

dan kebijakan, bila diperlukan untuk memungkinkan peran serta yang

efektif dalam kegiatan penelitian bioteknologi yang dilakukan para Pihak,

khususnya negara-negara berkembang, yang menyediakan sumber daya

genetik bagi penelitian tersebut, dan bila layak.

2. Setiap pihak wajib melakukan upaya praktis untuk mendorong dan

mengembangkan akses prioritas, dengan dasar adil oleh para pihak,

terutama negara-negara berkembang, kepada hasil dan keuntungan yang

timbul dari bioteknologi yang didasarkan pada sumber daya genetik, yang

disediakan oleh Pihak-Pihak tersebut. Akses semacam itu harus didasarkan

persyaratan yang disetujui bersama.

3. Para pihak wajib mempertimbangkan kebutuhan akan protokol dan

model-modelnya yang menentukan prosedur yang sesuai, mencakup, khusunya

persetujuan yang diinformasikan lebih dulu, di bidang pengalihan,

penanganan, dan pemanfaatan secara aman terhadap organisme

termodifikasi hasil bioteknologi, yang mungkin mempunyai akibat

merugikan terhadap konservasi dan pemanfaatan secara berkelanjutan

keanekaragaman hayati.

4. Setiap pihak yang secara langsung atau dengan melalui pejabat resmi

menurut yurisdiksinya menyediakan organisme seperti dalam ayat (3)

(48)

penggunaan dan keamanan yang diperlukan oleh pihak tersebut dalam

menangani organisme semacam itu, maupun informasi yang ada mengenai

dampak potensial organisme tertentu kepada Pihak yang akan menerima

organisme.

Selain dari pasal-pasal tersebut di atas, bagian Pembukaan Konvensi

Keanekaragaman Hayati secara implisit memandatkan perlunya perhatian khusus

terhadap OHMG maupun bioteknologi. Dalam pembukaan disebutkan bahwa:

“Para pihak . . . memperhatikan juga bahwa jika ada ancaman terhadap

pengurangan yang nyata atau hilangnya keanekaragaman hayati,

kekurang-pastian ilmiah tidak seharusnya dijadikan alasan penangguhan

tindakan-tindakan untuk menghindarkan atau memperkecil ancaman

tersebut.”

Ketentuan pembukaan tersebut diatas merupakan manifestasi dari Prinsip

15 Deklarasi Rio, yaitu Precautionary Principle (Prinsip Kehati-hatian/Prinsip

Pencegahan), yang berbunyi:

“In order to protect the environment, the precautionary approach shall be

widely applied by Stat

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, HA dengan waktu kristalisasi 3 jam pada temperatur kristalisasi 600 o C yang akan digunakan pada proses adsorpsi dengan variasi konsentrasi dan

Alkaff (2002) melakuakan penelitian yang berjudul “ Sistem Kendali Kekentalan Cat Dalam Proses Pengecatan ” dan bertujuan untuk mengetahui cara mendapatkan

Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Contoh 2 yang telah diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, apabila dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun

Pariwisata adalah suatu aktivitas manusia dilakukan secara sadar, yang mendapat pelayanan secara bergantian di antara orang-orang dalam suatu negara itu sendiri,

Dapat disimpulkan bahwa ketiga model secara simultan menunjukkan hasil yang sama yaitu tidak terdapat perbedaan secara signifikan kualitas laba antara sebelum dan sesudah adopsi

Dari CKPN yang dibentuk pada portofolio KPR untuk 31 Desember 2014, antara yang dibentuk oleh perusahaan dengan yang dibentuk berdasar standar, terdapat perbedaan sebesar Rp

Para penghuni panti selain lebih lanjut usia, mereka lebih rendah pendidikannya, dan lebih banyak yang tidak bekerja; hal ini dapat berarti bahwa mereka yang relatif lebih muda dan

Dari hasil penelitian melalui pengama- tan langsung diperoleh jumlah partisipan yaitu sebanyak 31 siswa (63,3%) termasuk dalam ka- tegori baik, yang terbagi menjadi 17 siswa putra