TINJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TERHADAP PERTANGGUNGJAWABAN DAN UPAYA PEMULIHAN
(LIABILITY AND REDRESS) ATAS KERUGIAN YANG TIMBUL DARI PERPINDAHAN LINTAS BATAS
ORGANISME HASIL MODIFIKASI GENETIK
SKRIPSI
Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Oleh:
INDRA P PASARIBU NIM: 070200087
DEPARTEMEN HUKUM INTERNASIONAL
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
TINJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TERHADAP PERTANGGUNGJAWABAN DAN UPAYA PEMULIHAN
(LIABILITY AND REDRESS) ATAS KERUGIAN YANG TIMBUL DARI PERPINDAHAN LINTAS BATAS
ORGANISME HASIL MODIFIKASI GENETIK
SKRIPSI
Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Oleh:
INDRA P PASARIBU NIM: 070200087
DEPARTEMEN HUKUM INTERNASIONAL Disetujui Oleh:
Ketua Departemen
Arif, S.H., M.H. NIP: 196403301993031002
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. DR. Suhaidi, S.H., M.H. DR. Jelly Leviza, S.H., M.Hum NIP: 196207131988031003 NIP: 197308012002121002
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, hendaknyalah seluruh
bumi dan setiap unsurnya menaikkan puji-pujian atas kuasa dan kemurahan serta
penyertaannya yang telah memampukan penulis untuk menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Tinjauan Hukum Internasional Terhadap
Pertanggungjawaban dan Upaya Pemulihan (Liability and Redress) Atas Kerugian Yang Timbul Dari Perpindahan Lintas Batas Organisme Hasil Modifikasi Genetik” dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan.
Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh
gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Untuk itu,
terima kasih yang sebesar-besarnya dihanturkan kepada Bapak Prof. DR. Suhaidi,
S.H., M.H. selaku dosen pembimbing satu, dan Bapak DR. Jelly Leviza, S.H.,
M.Hum selaku dosen pembimbing dua, yang selama ini sangat membantu dalam
memberikan bimbingan akademik, kritik, saran, dukungan, maupun konsultasi
lainnya yang sangat berarti dan bermanfaat bagi penulis sehingga dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Secara khusus, ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga Penulis
sampaikan kepada kedua orangtua Penulis, yang telah membesarkan dan
mendidik Penulis sehingga Penulis bisa memperoleh pendidikan formal sampai
pada tingkat Strata Satu ini.
Tidak lupa juga Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
1. Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, Prof. Dr. dr.
Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc.(CTM), Sp.A(K);
2. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M. Hum., selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara (USU), beserta seluruh jajaran
pimpinan Fakultas Hukum USU;
3. Bapak Arif, S.H., M.H., selaku Ketua Departemen Hukum Internasional
yang telah memberikan pelayanan yang optimal bagi penulis selama ini;
4. Ibu Suria Ningsih, S.H., M.Hum., selaku Dosen Wali. Ucapan terima kasih
atas segala bantuan sejak baru menjadi mahasiswa sampai sekarang selesai
menyelesaikan pendidikan;
5. Ucapan terima kasih kepada seluruh Dosen dan staf pengajar Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara atas segala ilmu yang telah diberikan;
6. Ucapan terima kasih kepada kakak dan adik penulis atas bantuan dan
dukungan yang diberikan kepada penulis;
7. Ucapan terima kasih kepada sahabat-sahabat penulis yang selalu
menemani penulis di kampus dan perkuliahan selama 4 tahun ini. Serta
buat teman-teman lain di kampus yang tidak bisa disebutkan satu per satu;
Medan, Juni 2011
Salam hormat,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
ABSTRAKSI ... v
1. BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8
D. Keaslian Penulisan ... 9
E. Tinjauan Kepustakaan ... 10
F. Metode Penelitian ... 12
G. Sistematika Penulisan ... 14
2. BAB II : PERKEMBANGAN ORGANISME HASIL MODIFIKASI GENETIK (OHMG) BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT INTERNASIONAL DAN PENGATURANNYA MENURUT HUKUM INTERNASIONAL A. Definisi OHMG dan Perkembangannya ...16
B. Manfaat OHMG Bagi Kehidupan Masyarakat Global ... 24
C. Dampak Merugikan OHMG Terhadap Lingkungan dan Kesehatan Manusia ... 28
3. BAB III : PRINSIP-PRINSIP DASAR TENTANG TANGGUNG JAWAB
NEGARA (STATE RESPONSIBILITY) DAN TANGGUNG JAWAB
PERDATA (CIVIL LIABILITY) DALAM BIDANG LINGKUNGAN
A. Prinsip-prinsip Hukum Internasional dalam Pengelolaan Lingkungan .... 49
B. Tanggung Jawab Negara (State Responsibility) Dalam Bidang
Lingkungan ... 58
C. Tanggung Jawab Perdata (Civil Liability) atas Kerusakan Lingkungan .. 66
4. BAB IV : PENGATURAN MENGENAI PERTANGGUNGJAWABAN DAN
UPAYA PEMULIHAN (LIABILITY AND REDRESS) ATAS KERUGIAN
YANG TIMBUL DARI PERPINDAHAN LINTAS BATAS ORGANISME
HASIL MODIFIKASI GENETIK
A. Latar Belakang Lahirnya The Nagoya-Kuala Lumpur Suplementary
Protocol on Liability and Redress ... 72
B. Substansi Pengaturan dalam The Nagoya-Kuala Lumpur Suplementary
Protocol on Liability and Redress ... 76
C. Penandatanganan dan Ratifikasi ... 85
5. BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ... 88
B. Saran ... 90
DAFTAR PUSTAKA ... vii
LAMPIRAN
Abstraksi
Prof. DR. Suhaidi, S.H., M.H.1
DR. Jelly Leviza, S.H., M.Hum.2
Indra P Pasaribu3
Untuk menjawab permasalahan diatas, maka dalam penelitian ini digunakan metodologi penelitian dengan pendekatan yuridis normatif, karena hendak meneliti dan menelaah instrumen hukum internasional yang mengatur tentang OHMG, dan bersifat deskriptif analitis. Untuk mendukung objektifitas terhadap permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka diperlukan adanya data sekunder yang berkaitan dengan permasalahan. Data yang diperoleh dalam penelitian ini diambil dari penelitian kepustakaan (library research), berbentuk Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berdampak luas bagi berbagai sektor kehidupan manusia. Salah satunya ialah bioteknologi yang bermanfaat bagi kebutuhan pangan, obat-obatan, kesehatan, industri, dan sebagainya. Salah satu bentuk bioteknologi modern ini ialah teknologi rekayasa genetika yang menghasilkan produk-produk berupa organisme hasil modifikasi genetik (OHMG). Namun demikian, dibalik manfaat bioteknologi atau OHMG ini terdapat risiko maupun dampak negatif bagi kesehatan manusia dan lingkungan hidup. Dalam Konvensi Keanekaragaman Hayati, yang disepakati di Rio de Janeiro, Brasil, pada tahun 1992, para peserta KTT Bumi (Earth Summit) menyepakati perlunya negara membuat aturan-aturan mengenai penanganan bioteknologi. Khusus mengenai masalah prosedur keamanan hayati dari perpindahan lintas batas OHMG diatur secara khusus dalam Cartagena Protocol on Biosafety to the Convention on Biological Diversity (Protokol Cartagena tentang Keamanan Hayati) yang disepakati pada tahun 2000. Salah satu ketentuan utama dalam Protocol Cartagena ini adalah ketentuan mengenai pertanggungjwaban dan upaya pemulihan (liability and redress) atas kerugian atau kerusakan yang timbul dari perpindahan lintas batas OHMG.
Dengan latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini dianggap penting untuk dibahas perkembangan OHMG bagi kehidupan masyarakat internasional dan pengaturannya menurut hukum internasional, prinsip-prinsip dasar tentang tanggung jawab negara (state responsibility) dan tanggung jawab perdata (civil liability) dalam bidang lingkungan, serta bagaimana pengaturan hukum internasional mengenai pertanggungjawaban dan upaya pemulihan atas kerugian yang timbul dari perpindahan lintas batas OHMG ini.
1 Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara 2 Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Konvensi Internasional dan Protokol, dan buku-buku, serta dianalisa secara kualitatif.
Adapun kesimpulan dari penelitian ini yaitu pengaturan mengenai
pertanggungjawaban dan upaya pemulihan (liability and redress) atas kerugian yang timbul dari perpindahan lintas batas OHMG diatur dalam The Nagoya-Kuala Lumpur Suplementary Protocol on Liability and Redress (Protokol Tambahan Nagoya-Kuala Lumpur tentang Kewajiban dan Penanganan) yang merupakan tindak lanjut dari Protokol Cartagena. Protokol Tambahan ini diadopsi pada tanggal 15 Oktober 2010. Secara umum, terdapat dua opsi pertanggungjawaban dan upaya pemulihan (liability and redress) ini, yaitu pendekatan administratif (administrative approach) dan pertanggungjawaban secara perdata (civil liability).
Kata Kunci:
1. Pertanggungjawaban dan Upaya Pemulihan (Liability and Redress)
2. Perpindahan Lintas Batas
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam beberapa tahun terakhir, bidang hukum lingkungan internasional
telah banyak memberi catatan tersendiri dalam perkembangan ilmu hukum
internasional. Hal ini didukung oleh semakin pesatnya perkembangan perjanjian
multilateral di bidang lingkungan (multilateral environmental agreements), yang
dalam pelaksanaannya banyak bersinggungan dengan bidang hukum internasional
lainnya, misalnya bidang perdagangan internasional. Hal ini kerap mengundang
perdebatan dan kontroversi.
Selain itu juga, semakin berkembangnya teknologi yang kemudian
mendorong manusia untuk mengarahkan pemanfaatan suatu teknologi sedemikian
rupa sehingga tidak sampai merusak kualitas lingkungan, misalnya dalam bidang
bioteknologi.
Bioteknologi merupakan salah satu tonggak kemajuan dan keajaiban ilmu
pengetahuan dan teknologi di abad 21 ini, disamping teknologi informasi.
Teknologi ini berdampak kepada berbagai sektor kehidupan manusia, mulai dari
kebutuhan pangan, obat-obatan, kesehatan, persenjataan, industri, dan sebagainya,
bahkan bagi kehidupan eksistensial manusia dalam menguasai alam.4
Pemanfaatan bioteknologi sebenarnya telah berkembang selama
berabad-abad yang lampau. Dapat dikatakan sedemikian apabila bioteknologi dilihat
sebagai pemanfaatan segala bentuk kehidupan hayati untuk kebutuhan manusia,
4 Jeremy Rifkin, The Biotech Century: How Genetic Commerce Will Change The World,
seperti: pemanfaatan jamur atau ragi untuk pembuatan makanan dan minuman,
bahan pengawet, dan sebagainya. Namun, apabila dunia membicarakan masalah
dunia bioteknologi saat ini, fokus perhatian ditujukan kepada salah satu bentuk
bioteknologi modern, yaitu teknologi rekayasa genetika.
Teknologi rekayasa genetika di negara-negara maju pada saat ini biasanya
digunakan dalam bidang pertanian untuk memproduksi apa yang dinamakan
Genetically Modified Organism (GMO) atau disebut juga Living Modified
Organism (LMO).5 Produk GMO atau Organisme Hasil Modifikasi Genetik
(selanjutnya disebut OHMG) merupakan produk yang dihasilkan dari teknologi
memanipulasi sifat baka atau gen (DNA) suatu organisme tanpa melalui suatu
perkawinan untuk menghasilkan organisme dengan sifat-sifat sesuai dengan yang
ditentukan. Metode ini dipakai salah satunya untuk menciptakan
tanaman-tanaman rekayasa genetika yang kemudian digunakan sebagai teknik pertanian
pangan yang meliputi bidang: peningkatan produksi, peningkatan kualitas,
perbaikan pasca panen, dan processing.6
Salah satu contoh produk dari OHMG adalah jenis kacang kedelai
Roundup Ready yang diproduksi oleh Monsanto Corporation. Jenis kacang ini Dengan menggunakan teknik rekayasa
genetika ini, produk pertanian yang dihasilkan menjadi lebih banyak, lebih besar
dan tahan lama, dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan produk
pertanian konvensional. Dengan demikian, OHMG ini dapat digunakan sebagai
ketahanan pangan/pakan (food and feed security) suatu negara.
5 Francis Fukuyama, Our Post Human Future: Consequences of Biotechnology Revolution,
Profile Book Ltd, London, 2002.
telah dimodifikasi secara genetis sedemikian rupa sehingga dapat tahan terhadap
jenis-jenis serangga tertentu.7
Perkembangan bioteknologi ini telah menimbulkan berbagai dampak
terhadap instrumen hukum internasional di bidang lingkungan. Dampak yang
dapat dianggap paling signifikan adalah perkembangan pengaturan tentang Namun, di tengah optimisme para ilmuwan maupun praktisi pertanian
akan keuntungan-keuntungan dari produk-produk OHMG ini, terdapat beberapa
fakta adanya dampak negatif dari produk-produk ini. Pembicaraan mengenai
dampak negatif dari produk-produk OHMG ini di berbagai forum juga diwarnai
perdebatan seputar permasalahan dan implikasi OHMG terhadap lingkungan
hidup, kesehatan manusia, perdagangan internasional antara negara berkembang
dan negara maju, dan bahkan etika.
Dalam pembicaraan seputar dampak OHMG terhadap lingkungan hidup,
terdapat pandangan maupun hasil penelitian yang menunjukkan bahwa merugikan
upaya pelestarian keanekaragaman hayati, maupun memiliki potensi
membahayakan bagi kehidupan flora dan fauna di sekelilingnya. Selain itu juga
dipermasalahkan risiko timbulnya ekses negatif dari produk OHMG terhadap
kesehatan manusia, seperti misalnya seberapa jauh produk pertanian hasil
rekayasa genetik aman untuk dikonsumsi, dan sebagainya. Pembahasan mengenai
OHMG ini menjadi salah satu agenda dalam permasalahan bioteknologi dan
lingkungan hidup di dunia internasional.
keamanan dari produk-produk OHMG ini terhadap lingkungan dan kesehatan
manusia.
Negara-negara industri maju pada umumnya menginginkan agar regulasi
terhadap organisme hasil modifikasi genetik (OHMG) bersifat terbatas, mengingat
bahwa negara-negara ini merupakan produsen utama OHMG. Sementara di lain
pihak, negara berkembang dan organisasi non-pemerintah (non-governmental
organizations-NGO) menginginkan masalah ini diatur secara spesifik dalam suatu
instrumen internasional.8
Mengembangkan dan memelihara cara-cara untuk mengatur, mengelola, atau mengendalikan risiko yang berkaitan dengan penggunaan dan pelepasan organisme termodifikasi hasil bioteknologi, yang mungkin mempunyai dampak lingkungan yang merugikan, yang dapat mempengaruhi konservasi dan pemanfaatan secara berkelanjutan keanekaragaman hayati, dengan memperhatikan pula risiko terhadap kesehatan manusia.”
Salah satu instrumen yang berkaitan dengan masalah keamanan hayati
adalah United Nations Convention on Biological Diversity / UNCBD (Konvensi
Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Keanekaragaman Hayati / KKH). Konvensi
ini yang disepakati pada tahun 1992. KKH mengatur ketentuan mengenai
keamanan penerapan bioteknologi (biosafety) dalam beberapa pasal, antara lain
Pasal 8 (g) yang menyatakan bahwa:
“Para pihak wajib:...
9
8
Ibid., hal. 491.
9 Indonesia, Undang-Undang tentang Pengesahan United Nations Convention on
Selain itu, masalah penanganan bioteknologi termasuk distribusi
keuntungannya (handling of biotechnology and distribution of its benefits) diatur
secara spesifik dalam Pasal 19.
Sebagai salah satu anggota Konvensi, Indonesia telah meratifikasi
UNCBD melalui Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 Tentang Pengesahan
United Nations Convention on Biological Diversity (Konvensi Perserikatan
Bangsa-Bangsa tentang Keanekaragaman Hayati).
Upaya pengembangan dan pemanfaatan OHMG di Indonesia telah ada
dalam tahap penelitian dan uji laboratorium pusat-pusat penelitian pertanian
pemerintah. Walau demikian pemahaman atas dampak negatif OHMG juga telah
ada diantara para pakar atau peneliti pertanian.
Sebagai tindak lanjut dalam hal memastikan keamanan produk-produk
OHMG dan untuk mengimplementasikan ketentuan KKH tentang keamanan
penerapan bioteknologi, masyarakat internasional telah menyepakati suatu
protokol terhadap KKH yang kemudian dikenal dengan Protokol Cartagena
tentang Keamanan Hayati (Cartagena Ptotocol on Biosafety to the Convention on
Biological Diversity) di tahun 2000. Protokol ini memuat prinsip-prinsip yang
menjadi acuan oleh negara anggota dalam menangani bioteknologi di negaranya
untuk mencegah atau menanggulangi dampak yang merugikan dari bioteknologi.
Prinsip utama yang melandasi Protokol ini adalah prinsip kehati-hatian
(precautionary) sebagaimana terdapat dalam Prinsip 15 Deklarasi Rio tentang
Lingkungan dan Pembangunan (Rio Declaration on Environment and
lingkungan internasional. Berdasarkan prinsip ini, apabila terdapat ancaman serius
terhadap lingkungan atau kerusakan lingkungan yang tidak dapat dipulihkan,
maka kekurangan bukti-bukti ilmiah yang tersedia tidak boleh digunakan sebagai
alasan untuk menunda langkah-langkah dengan biaya efektif (cost-effective
measures) dalam mencegah kerusakan lingkungan.
Salah satu ketentuan utama dalam Protokol Cartagena adalah ketentuan
mengenai pertanggungjawaban dan upaya pemulihan (liability and redress)
sebagaimana terdapat dalam Pasal 27. Dalam pasal tersebut dinyatakan bahwa:
“The Conference of the Parties serving as the meeting of the Parties to this Protocol shall, at its first meeting, adopt a process with respect to the appropriate elaboration of international rules and procedures in the field of liability and redress for damage resulting from transboundary movements of living modified organisms, analysing and taking due account of the ongoing processes in international law on these matters, and shall endeavour to complete this process within four years.”
Namun Protokol ini tidak mengatur secara spesifik mengenai implementasi
lebih lanjut tentang hal ini. Pasal 27 hanya mengatur bahwa ketentuan dan
prosedur internasional dalam hal pertanggungjawaban dan upaya pemulihan atas
kerusakan yang timbul dari perpindahan lintas batas OHMG harus disusun dan
dianalisis lebih lanjut melalui Konferensi Negara-negara Pihak (Conference of the
Parties-COP).
Indonesia sendiri juga telah menandatangani Protokol Cartagena pada
tanggal 24 Mei 2004, dan telah meratifikasi Protokol tersebut pada 17 Juli 2004.10
10 Kementerian Lingkungan Hidup, dala
Sejak awal Indonesia telah mendukung Protokol Cartagena karena Indonesia tidak
menolak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan di sisi lain juga
menyadari dampak yang mungkin timbul. Selain itu, Indonesia merupakan negara
agraris yang tengah mengembangkan diri menjadi negara industri. Untuk itu,
Indonesia perlu memberikan perhatian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
OHMG ini untuk mengurangi resiko dampak negatifnya terhadap lingkungan dan
kesehatan.
Melalui COP ini, Indonesia mengharapkan salah satu isu penting terkait
dengan pertanggungjawaban dan upaya pemulihan (liability and redress) atas
kerugian yang timbul dari perpindahan lintas batas organisme hasil modifikasi
genetik (OHMG) ini dapat disepakati.11
B. Perumusan Masalah
Hal di atas melatarbelakangi pentingnya pembahasan masalah
pertanggungjawaban dan upaya pemulihan (liability and redress) atas kerugian
yang timbul dari perpindahan lintas batas OHMG dari sudut pandang hukum
internasional.
Berdasarkan uraian di atas dan untuk memfokuskan pembahasan dalam
penelitian ini, maka pokok permasalahan yang akan menjadi objek pembahasan
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah perkembangan organisme hasil modifikasi genetik
(OHMG) bagi kehidupan masyarakat internasional dan pengaturannya
menurut hukum internasional?
2. Bagaimanakah prinsip-prinsip dasar tentang tanggung jawab negara (state
responsibility) dan tanggung jawab perdata (civil liability) dalam bidang
lingkungan?
3. Bagaimanakah pengaturan mengenai pertanggungjawaban dan upaya
pemulihan (liability and redress) atas kerugian yang timbul dari
perpindahan lintas batas organisme hasil modifikasi genetik (OHMG)?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui perkembangan organisme hasil modifikasi genetik
(OHMG) bagi kehidupan masyarakat internasional dan pengaturannya
menurut hukum internasional.
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dasar tentang tanggung jawab negara
(state responsibility) dan tanggung jawab perdata (civil libility) dalam
bidang lingkungan.
3. Untuk mengetahui pengaturan mengenai pertanggungjawaban dan upaya
pemulihan (liability and redress) atas kerugian yang timbul dari
perpindahan lintas batas organisme hasil modifikasi genetik (OHMG).
b. Manfaat Penelitian
Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, maka penelitian ini
diharapkan dapat memberikan kontribusi atau manfaat baik dari sisi teoritis
1. Manfaat secara teoritis
Memberikan sumbangan akademis bagi perkembangan ilmu hukum pada
umumnya, dan Hukum Internasional pada khususnya. Serta memberikan
sumbangan akademis dalam merumuskan peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan lingkungan hidup, khususnya yang berkaitan dengan organisme
hasil modifikasi genetik (OHMG) maupun produk-produknya.
2. Manfaat praktis
Membantu aparat penegak hukum dan pemerintah dalam penerapan
pengaturan hukum internasional mengenai organisme hasil modifikasi genetik
(OHMG) di tingkat nasional, dan juga memberikan pengetahuan yang berguna
bagi masyarakat mengenai penggunaan produk OHMG.
D. Keaslian Penulisan
Sebagai suatu karya tulis ilmiah yang dibuat untuk memenuhi syarat
memperoleh gelar Sarjana, maka seyogyanya skripsi ditulis berdasarkan buah
pikiran yang benar-benar asli tanpa melakukan tindakan peniruan (plagiat) baik
sebagian ataupun seluruhnya dari karya orang lain. Judul yang penulis pilih telah
diperiksa dalam arsip bagian Hukum Internasional dan judul tersebut dinyatakan
tidak ada yang sama dan telah disetujui oleh Ketua Departemen Hukum
E. Tinjauan Kepustakaan 1. Hukum Internasional
Menurut Mochtar Kusumaatmadja12
(1) negara dengan negara;
, hukum internasional ialah
keseluruhan kaidah dan asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang
melintasi batas negara antara:
(2)negara dengan subjek hukum lain bukan negara satu sama lain.
Sebagai salah satu cabang ilmu dari Hukum Internasional, maka Hukum
Lingkungan Internasional dapat diartikan sebagai keseluruhan kaidah dan asas
yang mengatur hubungan atau persoalan lingkungan yang bersifat lintas batas
negara antara:
(1) negara dengan negara;
(2) negara dengan subjek hukum lain bukan negara satu sama lain.
Hukum atau keseluruhan kaedah dan azas yang dimaksud adalah
keeluruhan kaedah dan azas yang terkandung di dalam perjanjian-perjanjian
internasional maupun hukum kebiasaan internasional, yang berobjek lingkungan
hidup, yang oleh masyarakat internasional, yaitu masyarakat negara-negara,
termasuk subjek-subjek hukum internasional bukan negara, diwujudkan dalam
kehidupan bermasyarakat melalui lembaga-lembaga dan proses kemasyarakatan
internasional.13
12
Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional, Alumni, Bandung, 2003, hal. 4.
2. Pertanggungjawaban dan Upaya Pemulihan (Liability and Redress)
Kata “liability”14
Sedangkan “redress”
merupakan bahasa Inggris, yang berarti
pertanggungjawaban atau kewajiban. Sedangkan dalam bahasa Belanda disebut
verantwoordelijkheid atau aansprakelijkheid. 15
3. Perpindahan Lintas Batas
mempunyai makna memperbaiki kesalahan, atau
mengganti kerugian yang disebabkan kesalahannya. Dalam bahasa Belanda
disebut herstellen, weer in onde brengen, schade vergoeden, vergoeding.
“Liability and Redress” dapat juga diartikan sebagai kewajiban dan
penanganan.
Perpindahan lintas batas adalah perpindahan suatu organisme hasil
modifikasi genetik dari suatu Pihak ke Pihak lainnya. Pihak-pihak yang dimaksud
dalam hal ini ialah Pihak-pihak yang telah menyepakati dan menandatangani
Protokol Cartagena sebagai instrumen hukum internasional.
4. Organisme Hasil Modifikasi Genetik
Organisme hasil modifikasi genetik (OHMG) adalah setiap organisme hidup
yang memiliki kombinasi bahan genetik baru yang diperoleh melalui pemanfaatan
bioteknologi modern. Sering juga disebut GMO (Genetically Modified Organism)
atau LMO (Living Modified Organism).
14 Martin Basiang, The Contemporary Law Dictionary First Edition, Red & White
Publishing, 2009, hal. 270.
F. Metode Penelitian
Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang
didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan
untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan
menganalisisnya, kecuali itu, maka juga diadakan pemeriksaan yang mendalam
terhadap fakta hukum tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan
atas permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala bersangkutan.16
a. Tipe Penelitian
Soerjono Soekanto17
1. Penelitian Hukum Normatif, yang terdiri dari:
berpendapat bahwa penelitian hukum dapat dibagi
dalam:
a. Penelitian terhadap asas-asas hukum;
b. Penelitian terhadap sistematika hukum;
c. Penelitian terhadap taraf sinkronisasi hukum;
2. Penelitian Hukum Sosiologis atau empiris, yang terdiri dari:
a. Penelitian terhadap identifikasi hukum;
b. Penelitian terhadap efektifitas hukum.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode penelitian
hukum normatif karena hendak meneliti norma-norma hukum yang berlaku yang
mengatur tentang organisme hasil modifikasi genetik (OHMG).
16 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 2005, hal. 43. 17 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, UI Press, Jakarta,
b. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data
sekunder, yang terdiri dari18
1. Bahan hukum primer berupa produk-produk hukum berupa peraturan
perundang-undangan, yang dalam hal ini berupa undang-undang, konvensi
hukum internasional, deklarasi, maupun protokol. :
2. Bahan hukum sekunder berupa bahan acuan yang bersumber dari buku-buku,
surat kabar, media internet serta media massa lainnya yang berhubungan
dengan masalah yang dibahas.
3. Bahan hukum tersier berupa bahan-bahan yang memberi petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, berupa kamus dan
sebagainya.
Cara mendapatkan data sekunder adalah dengan melakukan penelitian
kepustakaan (library research). Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
studi dokumen dimana selanjutnya dilakukan analisis dengan mengumpulkan
fakta-fakta yang didapat dari studi kepustakaan sebagai acuan umum dan
kemudian disusun secara sistematis dan selanjutnya dianalisis untuk mencapai
kejelasan masalah yang dimaksud berdasarkan bahan-bahan hukum yang telah
dikumpulkan.
18 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada,
c. Analisis Data
Setelah data terkumpul, analisis dilakukan dengan menggunakan analisis
isi sebagaimana dirumuskan oleh Berndl Berson19
G. Sistematika Penulisan
: “Content analysis is a
research technique for the obyektive, systematic and quantitative description of
the manifest content of communication.” (Kajian isi adalah teknik penelitian untuk
keperluan mendeskripsikan secara obyektif, sistematik dan kuantitatif dari suatu
bentuk komunikasi).
Sedangkan menurut Holsti bahwa kajian isi adalah tehnik apapun yang
digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik
pesan dan dilakukan secara obyektif dan sistematis. Secara keseluruhan analisis di
atas dilakukan dengan menggunakan analisis kualitatif untuk mengungkapkan
secara mendalam mengenai pandangan dan konsep yang diperlukan dan kemudian
akan diurai secara menyeluruh untuk menjawab persoalan yang ada dalam skripsi
ini, serta melakukan penarikan kesimpulan dengan pendekatan deduktif-induktif,
yakni berawal dari hal-hal yang umum kepada hal-hal yang khusus.
Skripsi ini terdiri dari lima bab yang disusun secara sistematis dalam suatu
sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I berisi tentang gambaran dari seluruh isi skripsi, yang terdiri dari
latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian
penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
19 Lexy J. Moloeng, Metode Penelitian Hukum Kualitatif, Remaja Karya, Bandung, 1989,
Pembahasan selanjutnya dalam bab II terdiri dari defenisi OHMG dan
perkembangannya, manfaat OHMG bagi masyarakat global, dampak merugikan
OHMG terhadap lingkungan dan kesehatan manusia, serta diakhiri dengan
pengaturan hukum internasional tentang OHMG.
Kemudian dalam Bab III membahas mengenai prinsip-prinsip hukum
internasional dalam pengelolaan lingkungan, tanggung jawab negara (state
responsibility) dalam bidang lingkungan, dan tanggung jawab perdata (civil
liability) atas kerusakan lingkungan.
Dalam bab IV ini akan dibahas mengenai pengaturan mengenai
pertanggungjawaban dan upaya pemulihan (liability and redress) atas kerugian
yang timbul dari perpindahan lintas batas organisme hasil modifikasi genetik,
yang dibagi atas latar belakang lahirnya Nagoya-Kuala Lumpur Supplementary
Protocol on Liability and Redress, substansi pengaturannya, dan penandatanganan
serta ratifikasinya.
Bab V sebagai penutup, berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari
hasil penelitian dan saran sebagai rekomendasi yang berkaitan dengan penelitian
BAB II
PERKEMBANGAN ORGANISME HASIL MODIFIKASI GENETIK (OHMG) BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT INTERNASIONAL DAN
PENGATURANNYA MENURUT HUKUM INTERNASIONAL A. Definisi OHMG dan Perkembangannya
Bioteknologi bukanlah suatu teknologi yang baru tetapi merupakan suatu
rangkaian teknologi yang terus berkembang dan tumbuh dengan akar yang sudah
tertanam kuat (dalam banyak keadaan) sejak ribuan tahun yang lalu. Bioteknologi
sudah dikenal manusia dengan menggunakan sistem-sistem hayati, makhluk hidup
ataupun derivatifnya untuk membuat atau memodifikasi produk-produk atau
proses-proses untuk tujuan penggunaan khusus.
Bioteknologi meliputi berbagai proses tradisional seperti pembuatan bir
(brewing), pembuatan roti (baking), pembuatan anggur, pembuatan keju, produksi
berbagai makanan oriental seperti kecap dan tempe dan pengolahan limbah yang
di dalam prosesnya; secara empiris, telah dikembangkan pemakaian
mikroorganisme sejak bertahun-tahun yang lalu.20
20 John E. Smith, Biotechnology, EGC, Jakarta, 1995, hal. 2-3.
Selain itu, bioteknologi sering digunakan oleh petani yaitu memodifikasi
tanaman dan hewan melalui perkawinan silang untuk mendapatkan turunan
dengan sifat seperti yang diinginkan. Bioteknologi tersebut dilakukan dengan
harapan dapat meningkatkan produksi dan menyempurnakan kualitas pangan guna
Era bioteknologi ini menjadi salah satu tantangan bagi masyarakat
internasional yang sangat pesat perkembangannya, terutama di negara-negara
industri maju.
Produk-produk bioteknologi sangat erat dengan perkembangan
bioteknologi pada zamannya. Adapun era bioteknologi dapat dibagi atas:21
1. Era Pra Pasteur (sebelum 1865), perbaikan teknik fermentasi oleh
mikroorganisme misalnya minuman beralkohol.
2. Era Pasteur (1865-1940), pengembangan industri fermentasi pembuatan
etanol, butanol dan asam organik, perlakuan air buangan.
3. Era Antibiotika (1940-1960), pembuatan penisilin yang mulai digunakan
pada saat pendaratan tentara Amerika di Normandy selama perang dunia
kedua, vaksin virus, teknologi kultur sel hewan.
4. Era Pasca Antibiotika (1960-1975), asam-asam amino, eluidasi struktur
DNA, protein sel tunggal, enzim untuk detergen, gasohol, biogas,
teknologi rekombinan DNA.
5. Era Bioteknologi Modern (1975 - sampai saat ini), rekayasa genetika, zat
antibodi monoklonal, hormon insulin, hormon pertumbuhan ikan tuna.
Bioteknologi (teknologi hayati) mempunyai beraneka ragam bentuk
definisi, namun pada hakekatnya definisi itu melibatkan penggunaan enzim atau
sel-sel mikroba, hewan serta tumbuhan untuk proses sintesis, penguraian ataupun
perubahan materi.22
21 Suharto, Bioteknologi dalam Dunia Industri, Andi Offset, Yogyakarta, 1995, hal. 4. 22 John E. Smith, Op.cit, hal. 1.
Hal ini memerlukan perpaduan antara ilmu biokimia, biologi,
ilmu lainnya, sehingga pemanfaatan potensi dari berbagai disiplin ilmu tersebut
terlaksana secara optimal.
Bidang pengetahuan ini dapat diterapkan secara bermakna dalam beberapa
sektor industri. Sektor industri sudah berkembang jauh sehingga dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Pada saat ini sudah terjadi
pergeseran dari masyarakat pertanian ke masyarakat industri.
Adapun beberapa definisi tentang bioteknologi dapat diuraikan sebagai
berikut:23
23 Ibid, hal. 2.
‘Penerapan berbagai organisme, sistem atau proses biologis pada industri manufakturing dan jasa.’
‘Penggunaan secara terpadu ilmu pengetahuan biokimia, mikrobiologi dan teknik dalam upaya untuk menghasilkan suatu penerapan teknologi (industri) dari kemampuan mikroorganisme, sel-sel kultur jaringan dan bagian-bagiannya.’
‘Suatu teknologi dengan menggunakan fenomena biologi untuk mencontoh dan membuat berbagai jenis substansi yang bermanfaat.’
‘Penerapan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan teknik dalam pengolahan materi oleh unsur-unsur biologis untuk menghasilkan barang dan jasa.’
‘Ilmu pengetahuan tentang berbagai proses produksi yang berdasarkan pada kerja mikroorganisme serta komponen aktifnya dan pada proses produksi yang melibatkan penggunaan sel dan jaringan dari organisme yang lebih tinggi.’
‘Bioteknologi tidak lebih dari sebuah nama yang diberikan kepada seperangkat teknik dan proses’
Sementara itu, Jean L. Marx menjelaskan definisi bioteknologi sebagai
penggunaan makhluk hidup atau bahan yang dihasilkan oleh makhluk hidup untuk
membuat produk yang berharga bagi manusia.24
Pengembangan dan perkembangan bioteknologi telah amat jauh dewasa
ini, dan manusia sebagai pelaku penerapan ilmu seakan tidak mempunyai batas
dalam memanfaatkan makhluk hidup untuk memenuhi kebutuhannya. Kemajuan
bioteknologi telah amat jauh karena adanya dorongan nilai kemanfaatan dan nilai
ekonomi.
Bioteknologi menerapkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan teknik
dalam pengolahan materi oleh unsur-unsur biologis untuk menghasilkan barang
dan jasa. Bioteknologi menggunakan organisme hidup dan komponennya dalam
proses pertanian, industri pangan serta berbagai proses industri lainnya.
Dalam proses bioteknologi, tujuannya adalah optimalisasi ciri-ciri khusus
yang diharapkan pada suatu organisme, contohnya produksi enzim yang spesifik,
pembentukan produk samping, dll.
25
Pemegang kunci pada masa ini dalam bidang bioteknologi ini adalah
Amerika Serikat, Jepang, dan negara-negara Eropa Barat. Bagaimana sikap
masing-masing negara dalam bersaing mengembangkan dan memasarkan Bahkan dana penelitian bioteknologi lebih besar berasal dari sumber
industri swasta dibandingkan dengan dana dari pemerintah. Dampak kemajuan di
bidang bioteknologi dengan sendirinya membawa usulan penelitian penerapan
bioteknologi sebagai komoditi.
24
Jean L. Marx, A Revolution in Biotechnology, Yayasan Obor Indonesia, Indonesia, 1991, hal. 485.
25 Hari Hartiko, Bioteknologi dan Keselamatan Hayati, Konphalindo, Jakarta, 1995, hal.
produk industri bioteknologi mereka ini, tergantung banyak faktor, yang meliputi
kemampuan investasi modal swasta, kekuatan dan kelemahan lembaga penelitian
universitas, tingkat kerja sama antara industri dengan universitas, dan peranan
pemerintah.26
Apabila membicarakan masalah dunia bioteknologi saat ini, fokus
perhatian ditujukan kepada salah satu bentuk bioteknologi modern, yaitu
teknologi rekayasa genetika. Teknologi rekayasa genetika atau transgenik di
negara-negara maju pada saat ini biasanya digunakan dalam bidang pertanian
untuk memproduksi apa yang dinamakan Genetically Modified Organism (GMO)
atau disebut juga Organisme Hasil Modifikasi Genetik (OHMG).27
Rekayasa Genetika atau Genetic Engineering adalah penerapan teknik
DNA rekombinan untuk menimbulkan sifat keturunan baru pada suatu organisme,
dengan jalan memasukkan gen-gen baru ke dalam sel-sel organisme itu.
OHMG
dikenal juga dengan istilah Living Modified Organism (LMO).
OHMG dalam pertanian adalah tanaman yang direkayasa secara genetik
sehingga memiliki kemampuan-kemampuan seperti: memproduksi zat untuk
pertahanan terhadap hama (insektisida atau herbisida), meningkatkan
produktivitas, dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ekstrem.
Tanaman hasil rekayasa genetik sering disebut juga sebagai tanaman transgenik.
28
Pada hakekatnya semua sifat organisme akan bergantung pada
penjumlahan keseluruhan gennya. Perubahan dalam molekul DNA yang
26
Jean L. Marx, Op.cit., hal. 450.
27 Francis Fukuyama, Our Post Human Future: Consequences of Biotechnology Revolution, Profile Book Ltd, London, 2002.
menyusun komplemen genetika suatu organisme merupakan sarana yang dipakai
oleh organisme tersebut untuk berkembang dan beradaptasi terhadap lingkungan
yang baru.
Virus, bakteri, atau setiap sel dari makhluk hidup atau organisme memiliki
inti atau nukleus. Di dalam inti dijumpai sifat baka yang disebut: gen (sifat baka
yang diturunkan). Gen dapat bersifat khusus dan umum. Misalnya tanaman tuba
(Lonchocarpus nicou) memiliki gen khusus menghasilkan rotenon yang dijumpai
dalam akar tuba sebagai insektisida, sedangkan gen umum akan menghasilkan
tanaman tuba. Demikian pun tembakau, gen khusus dapat menghasilkan nikotin di
dalam daunnya, di samping gen umum yang akan menghasilkan tanaman
tembakau. Hewan ataupun manusia juga memiliki gen khusus yang dapat
menghasilkan organ atau sel organ tertentu di samping gen umum yang
memberikan turunan kepada jenisnya. Baik gen umum maupun gen khusus dari
setiap organisme terdiri dari bahan kimia: Desoxyribonucleic acid = DNA dan
Ribonucleic-acid = RNA.
Struktur DNA ini ini diungkapkan oleh dua ilmuwan dari Universitas
Cambridge, yaitu: James Watson dan Francis Crick. DNA ialah materi pembawa
informasi genetik dalam sel makhluk hidup yang berupa untaian molekul asam.29
Melalui teknik yang dikenal sebagai teknik DNA rekombinan, manusia
dapat mengambil potongan DNA dari gen suatu spesies makhluk hidup untuk Penemuan inilah yang menjadi dasar bioteknologi modern dalam bidang
kesehatan dan pertanian.
29 Reader’s Digest, When, Where, Why & How It Happened: The Secret of Double Helix,
kemudian memindahkan dan memasukkan (menyisipkan) potongan DNA tersebut
kepada untaian DNA dalam sel makhluk hidup lainnya, sehingga makhluk yang
disisipi DNA tersebut dapat memiliki sifat atau karakteristik dari makhluk hidup
yang DNA-nya diambil tadi.30
Rekayasa genetik pernah didefinisikan sebagai “pembentukan kombinasi
baru dari materi keturunan melalui penyisipan mulekul asam nukleat, yang
dihasilkan dengan cara apa pun di luar sel, ke dalam sembarang sistem virus,
plasmid bakteri atau pun sistem vektor lainnya sehingga memungkinkan
penyatuaannya ke dalam organisme yang menjadi hospes, dan bentuk-bentuk
kombinasi ini tidak terdapat secara alami namun mempunyai kemampuan
memperbanyak diri secara berkesinambungan”.
Teknik DNA rekombinan yang secara populer
disebut dengan istilah kloning gen atau rekayasa genetik ini memberikan
kesempatan yang potensial dan tidak terbatas untuk menciptakan bentuk-bentuk
baru kombinasi gen yang pada saat ini tidak dijumpai dalam kondisi alami.
31
Teknik-teknik ini memungkinkan splicing molekul DNA yang asalnya
cukup berbeda-beda dan bila digabungkan dengan teknik-teknik pada transformasi
genetik dll, akan memudahkan penyisipan DNA asing ke dalam organisme
lainnya, khususnya bakteri.32
Jadi, DNA dapat diisolasi dari sel-sel tumbuhan, hewan atau
mikroorganisme (donor) dan dapat dipecah menjadi sejumlah fragmen yang
terdiri atas satu atau lebih gen. Fragmen semacam ini kemudian dapat
dirangkaikan dengan potongan DNA lain (vektor) dan kemudian diteruskan
30 Ibid., hal. 385.
kepada sel hospes atau sel resipien sehingga menjadi bagian dari komplemen
genetik hospes yang baru. Sel hospes kemudian dapat diperbanyak secara massal
untuk menghasilkan sifat-sifat genetik baru dan kemampuan kimiawi yang tidak
dapat diperoleh melalui cara-cara konvensional mutasi atau pembiakan selektif.
Walaupun sejauh ini banyak karya penelitian yang melibatkan bakteri,
teknik-teknik tersebut terus berkembang dengan kecepatan yang mengherankan, dan
ditemukan cara-cara untuk memasukkan DNA ke dalam organisme lain seperti
ragi dan kultur sel hewan serta tumbuhan. Dengan syarat bahwa materi genetik
yang dipindahkan melalui cara ini dapat mengadakan replikasi dan dapat
diekspresikan ke dalam tipe sel yang baru, jenis-jenis organisme yang bisa
diproduksi lewat rekayasa genetik dengan sifat-sifat genetik yang baru pada
dasarnya tidak terbatas. 33
Organisme-organisme hasil rekayasa genetika yang pertama adalah bakteri
bersel tunggal yang telah disisipi gen-gen manusia yang dapat menghasilkan
produk-produk bernilai, seperti insulin (untuk penderita diabetes) atau hormon
tumbuh manusia (untuk anak-anak bermasalah keterbelakangan pertumbuhan).
Gen-gen tersebut ditransplantasikan ke bakteri sehingga bakteri itu mampu
menghasilkan protein-protein bernilai itu dalam jumlah besar.34
Jadi, produk GMO atau Organisme Hasil Modifikasi Genetik (OHMG)
merupakan produk yang dihasilkan dari teknologi memanipulasi sifat baka atau
gen (DNA) suatu organisme tanpa melalui suatu perkawinan untuk menghasilkan
organisme dengan sifat-sifat sesuai dengan yang ditentukan. Metode ini dipakai
33 Ibid.
34 R. Walgate, Miracle or Menace? Biotechnology and The Thrid World, The Panos
salah satunya untuk menciptakan tanaman-tanaman rekayasa genetika yang
kemudian digunakan sebagai teknik pertanian pangan yang meliputi bidang:
peningkatan produksi, peningkatan kualitas, perbaikan pasca panen, dan
processing. Dengan menggunakan teknik rekayasa genetika ini, produk pertanian
yang dihasilkan menjadi lebih banyak, lebih besar dan tahan lama, dengan harga
yang lebih murah dibandingkan dengan produk pertanian konvensional. Produk
transgenik memiliki berbagai keunggulan dari tanaman-tanaman konvensional
karena kemampuan menghasilkan pertahanan terhadap hama dan tanaman secara
mandiri, maupun keunggulan-keunggulan lain seperti kandungan nutrisi yang
lebih banyak, mudah beradaptasi terhadap lingkungan, dan sebagainya.
Teknologi rekayasa genetik ini menawarkan perkembangan teknologi
pertanian yang sulit untuk dibendung.35 Bioteknologi ini juga akan terus
menciptakan peluang-peluang baru yang menarik bagi pengembangan dan
keuntungan komersial dalam berbagai sektor industri, termasuk pelayanan
kesehatan dan kedokteran, pertanian dan kehutanan, produksi bahan-bahan kimia
dalam jumlah sedikit atau besar, teknologi pangan, produksi bahan bakar, dan
energi.36
B. Manfaat OHMG bagi Kehidupan Masyarakat Global
Hal ini tentu sangat menakjubkan dan membawa penerapan ilmu ini
kepada kemungkinan pemanfaatan yang tidak terbatas.
Banyak ahli yakin bahwa penerapan rekayasa genetika sangat membantu
dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia secara global, diantaranya
35 Ilyani S. Andang, Laporan Nasional Keamanan Hayati Indonesia, YLKI, Jakarta,
2009. hal. 4.
menyediakan kebutuhan pangan masa depan dengan kualitas yang lebih baik;
alternatif sumber energi yang dapat diperbarui, misalnya biomass dan biofuel
yang dapat menggantikan sumber energi konvensional; perawatan kesehatan lebih
baik; obat-obatan yang lebih efektif; efisiensi pertanian yang lebih baik dan
penggunaan pestisida kimia yang relatif lebih sedikit.37
1. Produk Farmasi
Beberapa produk hasil rekayasa genetika atau produk OHMG diantaranya:
Pemenuhan kebutuhan produk farmasi tertentu apabila dilakukan dengan
teknologi konvensional akan memerlukan bahan dan biaya yang tidak sedikit.
Sebagai contoh hormon somastatin, yaitu hormon pertumbuhan pada manusia.
Hormon ini sangat sulit diisolasi dari hewan, diperlukan setengah juta otak domba
untuk mendapatkan 0,005 gram somastatin murni. Sedangkan melalui OHMG, 9
liter produk fermentasi bakteri sudah dapat menghasilkan somastatin dengan
jumlah yang sama.38
Teknologi rekayasa genetika dalam bidang farmasi menghasilkan protein,
vaksin, dan antibiotika. Contoh produk farmasi yang dihasilkan dari teknologi
rekayasa genetika antara lain:39
37
Ruth Mackenzie, et. Al., An Explanatory Guide to the Cartagena Protocol on
Biosafety, IUCN, Gland, Switzerland and Cambridge, UK, 2003, hal. 8. 38 Mangku Sitepoe, Op.cit., hal. 17.
39 Ibid., hal. 17-21.
somatostatin, hasil transplantasi gen eukariosit
dari hipofisismanusia ke gen E coli. Hormon pertumbuhan pada manusia (human
growth hormone) ini diberikan kepada para penderita dwarfisme hipofisis dan
berfungsi untuk meningkatkan sekresi hormon pertumbuhan; somatotropin,
pertumbuhan, pengobatan patah tulang, luka bakar, dan pendarahan di lambung;
insulin, untuk pengobatan diabetes melitus; interferon, untuk pengobatan
hepatitis, herpes simplex, dan herpes zooster; vaksin rabies; vaksin herpes; vaksin
hepatitis B; vaksin kolera; vaksin lepra; vaksin malaris; berbagai macam
antibiotika; beberapa preparat diagnostik; xenotransplantasi (transplantasi dari
hewan ke manusia); dan terapi gen sebagai pengobatan penyakit kronis dan
beberapa kelainan makrogenetik.
2. Produk Non-pangan
Sementara itu manfaat teknologi rekayasa genetika juga telah menyentuh
bidang-bidang lain seperti bidang peternakan, perkebunan, dan kehutanan.
Produk-produk tersebut misalnya:40
3. Produk Pangan
vaksin, antibiotika, dan hormon pertumbuhan
untuk hewan; ternak kloning; berbagai macam tanaman tahan herbisida, insek,
jamur, dan cacing; tanaman yang toleran terhadap kekeringan dan cuaca dingin;
tanaman hutan jati transgenik, yaitu tanaman dengan struktur kayu yang
diinginkan; tanaman anggrek transgenik yang tahan lama dengan warna bunga
yang diinginkan; tanaman karet yang menghasilkan lateks dengan kadar protein
lebih tinggi; dan bahkan tanaman kapas yang menghasilkan serat kapas berwarna.
Pesatnya laju pertumbuhan penduduk dunia berakibat meningkatnya
kebutuhan pangan, sementara lahan untuk pertanian makin sempit. Alasan ini
memacu manusia untuk menciptkan sejumlah inovasi baru di bidang pertanian,
salah satunya adalah bioteknologi dengan penggunaan OHMG ini. Kekurangan
pangan bergizi akan menyebabkan gangguan kesehatan dan tingkat kecerdasan
manusia.
Pembangunan industri pangan didukung oleh sektor pertanian dan
perkebunan; untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan merupakan salah
satu kebutuhan dasar manusia.
Teknik rekayasa genetika juga dilakukan pada bahan pangan antara lain
berupa tomat, jagung, kedelai, kanola, bunga kol, keju, tepung susu, kentang,
beras, food additive, dan sebagainya.
Rekayasa genetik digunakan untuk memproduksi jenis atau berbagai
varietas tanaman baru (tanaman transgenik), misalnya penemuan varietas tomat
transgenik yang awet (lebih lama membusuk) melalui penyisipan gen dari ikan
flounder, jagung yang disisipi gen dari bakteri yang dapat memproduksi racun
bagi serangan (hama), varietas padi yang disisipi gen dari bakteri sehingga tahan
terhadap berbagai tanaman pengganggu, dsb.41
Perkembangan teknologi rekayasa genetis ini sangat cepat, terutama di
negara maju, sementara negara berkembang menjadi sasaran empuk pasar produk Pada umumnya, tanaman transgenik direkayasa agar memiliki sifat-sifat:
ketahanan terhadap penyakit, ketahanan terhadap herbisida, perubahan kandungan
nutrisi, dan peningkatan daya simpan.
Produk-produk pangan yang diolah dari bahan transgenik masih
mengandung OHMG di dalamnya. Artinya, proses pengolahan menjadi produk
pangan tidak menghilangkan jejak transgenik bahan tersebut.
41 Hira Djamtani, Bioteknologi dan Keselamatan Hayati, Konphalindo, Jakarta, 1995, hal.
rekayasa genetis. Produk-produk pangan rekayasa genetis ini dianggap dapat
memenuhi kebutuhan pangan dunia. Dengan penggunaan bioteknologi modern ini
maka akan dapat mengatasi krisis pangan dan kelaparan yang ada di negara
Dunia Ketiga.
Beberapa negara yang menanam tanaman transgenik antara lain: Australia,
Argentina, Bulgaria, Kanada, Cina, Perancis, Jerman, Meksiko, Rumania,
Spanyol, Afrika Selatan, Ukraina, dan Amerika Serikat.
C. Dampak Merugikan OHMG terhadap Lingkungan dan Kesehatan Manusia
Dalam pengembangan dan penerapan ilmu, sejarah telah menunjukkan
bahwa teknologi sebagai produk ilmu selalu menunjukkan adanya dua sisi, yaitu
sisi manfaat dan sisi merugikan tergantung dari manusia pengguna ilmu dan
pengguna teknologi. Hal ini juga terjadi dalam bioteknologi, khususnya teknologi
rekayasa genetik (OHMG).
Di tengah optimisme para ilmuwan terhadap keuntungan-keuntungan
OHMG ini, terdapat beberapa fakta adanya dampak merugikan (dampak negatif)
dari OHMG ini terhadap lingkungan hidup, kesehatan manusia, perdagangan
internasional antara negara berkembang dan negara maju, dan bahkan etika.
Para ahli banyak yang mendukung pemanfaatan teknologi rekayasa
genetika, namun tidak sedikit pula yang menentangnya. Alasan menentang
penggunaan teknologi rekayasa genetika ini didasarkan pada pemikiran bahwa
teknologi ini tergolong baru yang dampaknya belum bisa diketahui oleh
aman-tidaknya suatu teknologi baru harus dilakukan penelitian menyeluruh yang
memerlukan waktu.
Suatu teknologi yang belum jelas jaminan keamanannya semestinya tidak
langsung begitu saja diintroduksi dan diedarkan kepada masyarakat. Tidak adanya
jaminan keamanan ini menimbulkan kekhawatiran:
“...Kemungkinan dampak negatif OHMG baik bagi lingkungan maupun bagi kehidupan manusia tidak dapat dihindarkan. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh produk OHMG maupun produk yang dihasilkan dari OHMG berpangkal tolak dari sifat organisme hasil rekayasa genetika, bahan kimia yang muncul akibat genetic engineering, baik organisme
maupun produk yang dihasilkan.”42
1. Dampak OHMG terhadap Lingkungan
Terlebih lagi, rekayasa genetika melibatkan organisme hidup yang akan
terus menerus berproses selama kehidupan ada. Terlibatnya organisme hidup
mengindikasikan bahwa rekayasa genetika tidak sesederhana yang dibayangkan
oleh para ahli sebelumnya.
Penerapan teknologi rekayasa genetika berpengaruh pada lingkungan,
khususnya keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati (biological diversity
atau biodiversity) mengacu pada variasi besar tipe ekosistem, jenis (spesies), dan
genetis binatang, tumbuhan, dan mikroorganisme,atau keanekaragaman di antara
makhluk hidup dari semua sumber, baik dari daratan, laut, dan ekosistem akuatik
lainnya serta kompleks ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragamannya.
Keanekaragaman hayati berperan penting dalam evolusi dan
mempertahankan sistem pendukung hidup biosfer. Sementara itu, pemenuhan
kebutuhan pangan, sandang, kesehatan dan kebutuhan lain pun tergantung pada
keanekaragaman hayati.
Berdasarkan pengalaman dan penelitian, banyak pakar bioteknologi
mengkhawatirkan dampak OHMG menimbulkan kerusakan ekosistem,
kontaminasi genetis, dan potensi hilangnya keanekaragaman genetis akibat
pemindahan materi gen dari OHMG ke organisme lain, resistensi akibat pelepasan
tanaman transgenik tahan biopestisida, kerusakan lingkungan secara tidak
langsung (penggunaan pestisida pada tanaman resisten terhadap pestisida), serta
kerusakan genomik.43
43 Hesty Widiyanti dan Ika N. Krishnayanti, Bioteknologi: Imperialisme Modal & Kejahatan Globalisasi, Insist Press, Yogyakarta, 2003, hal. 10.
Pelepasan OHMG ke alam berpotensi menimbulkan gangguan ekologi,
antara lain transfer materi genetik kepada organisme lain (misalnya melalui
crosspollination), dampak pada organisme non-target, dampak pada bakteri tanah
dan siklus nitrogen. Selain itu, tingkat risiko yang ditimbulkan oleh OHMG ini
bervariasi di tiap negara tergantung sifat suatu tanaman atau lingkungan tempat
tanaman itu berada.
OHMG menggunakan makhluk hidup sebagai bahan baku,
memanipulasinya pada tingkat unit kehidupan terkecil, yaitu gen DNA, serta
melepaskannya ke alam sebagai makhluk hidup atau produk berbasis hayati.
Sekali dilepas ke alam layaknya makhluk hidup lain, transgenik akan berinteraksi
Food and Agriculture Organization of United Nations (FAO) melihat
bahwa pemanfaatan OHMG berpotensi memiliki dampak negatif bagi lingkungan
hidup, antara lain:
a. unintended effects on the dynamics of populations in the receiving environment as a result of impacts on non-target species, which may occur directly by predation or competition, or indirectly by changes in land use or farming practices;
b. unintended effects on biogeochemistry, especially through impacts on soil microbial populations that regulate the flow of nitrogen, phosphorus and other essential elements;
c. the transfer of inserted genetic material to other domesticated or native populations, generally known as gene flow, through pollination, mixed matings, dispersal or microbial transfer.44
Selanjutnya dijelaskan dalam terbitan di atas, bahwa:
Because these potentially adverse effects have been documented in the field with non-GMO species, and because the consequences of these effects could be serious, it is important to regulate and monitor all introductions of GMOs effectively. Field experiments in ecology take months or years to become valid. Furthermore, current data on GMOs in the field should be viewed as location-specific, and extrapolations from laboratory or computer simulation to the field must be made cautiously.
Oxfam, sebuah lembaga masyarakat internasional, menyebutkan bahwa
bioteknologi modern termasuk diantaranya tanaman transgenik mengakibatkan
hal-hal sebagai berikut:
a. Further losses of biodiversity from monocultures;
b. Alien genes (including ‘terminator genes’) transfer from GM crops to other varieties of the same crop and to other species, with unknown effects;
c. Increased resistance of weeds and pests to agrochemicals, resulting in increased us;
d. Decreased natural soil fertility (through reducing the activity of nitrogen-fixing bacteria);
Produk-produk bioteknologi hasil rekayasa genetik yang digunakan dan
dilepaskan ke lingkungan alam terbuka (antara lain: tanaman transgenik untuk
pertanian pangan dan perkebunan, dan mikroorganisme transgenik yang
digunakan sebagai biopestisida, bioremediasilahan, dan sebagainya) yang
mengandung gen yang disisipkan ke organisme induk, dikhawatirkan akan dapat
memindahkan gen yang disisipkan ke organisme lain baik kepada spesies yang
sama maupun kepada spesies yang berbeda. Perpindahan gen tersebut dapat
mengakibatkan perubahan-perubahan sifat, vegetasi dan habitat alam.
Perubahan-perubahan tersebut dikhawatirkan dapat merugikan kelestarian keanekaragaman
hayati yang mendukung daya hidup bagi kehidupan di muka bumi ini. Walaupun
tidak semua tanaman transgenik memiliki kelakuan memindahkan gen, tetapi
kemungkinan tersebut tidak dapat diabaikan. Salah satu contoh adalah
perpindahan gen dari kanola (Brasica Napus) penghasil minyak nabati, ke
tanaman sekerabat.
Contoh lain dari penyimpangan teknologi rekayasa genetis yang berbahaya
bagi lingkungan adalah jagung transgenik yang mengandung Bt (Bacillus
thuringiensis). Sasaran gen Bt adalah membunuh hama ulat penggerek jagung.
Namun, setelah diadakan penelitian ternyata Chrysopa predator alami ulat
penggerek jagung juga mati keracunan Bt yang terdapat dalam tanaman jagung.
Hal ini juga terjadi pada kupu-kupu Danaus plexippus yang mati setelah
kupu-kupu yang makan tepung jagung biasa, tidak mati (Trubus No. 357/Agustus
1999).45
Ancaman bahaya lainnya bagi lingkungan dapat berupa hal-hal berikut
ini:46
1. Tanaman transgenik dapat menjadi gulma atau tumbuhan yang tidak
diinginkan di ladang, di lapangan, di tepi jalan, dan di ekosistem yang
tidak dikelola. Hal ini tentu menimbulkan kerugian karena harus
mengeluarkan biaya untuk mengatasi gulma.
2. Tanaman transgenik dapat bertindak sebagai perantara masuknya gen-gen
asing ke tumbuhan liar yang kemudian berubah menjadi gulma. Tanaman
transgenik kemungkinan dapat mengganggu ekosistem alami dan sulit
dievaluasi
3. Tanaman rekayasa yang mengandung partikel virus akan memudahkan
terciptanya virus-virus baru yang mungkin lebih intensif menimbulkan
penyakit baru pada tumbuhan.
4. Tanaman yang direkayasa untuk menghasilkan senyawa beracun seperti
obat-obatan dan pestisida dapat menjadi ancaman yang membahayakan
organisme lain, misalnya burung-burung yang mencari makan di ladang
jagung.
Dengan demikian, penggunaan organisme hasil modifikasi genetik
(OHMG) ini dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia menjadi salah satu
ancaman bagi keberadaan makhluk hidup dan ekosistem. Untuk itu, penerapan
45
Hesty Widiyanti dan Ika N. Krishnayanti, Op.cit., hal. 78-79.
bioteknologi harus dilakukan secara hati-hati dan bijaksana, sebab di balik
keunggulannya, ada kekhawatiran pelepasan produk hasil rekayasa genetis ke
alam dapat menimbulkan pencemaran biologis yang lebih berbahaya daripada
pencemaran kimia dan nuklir.
2. Dampak OHMG terhadap Kesehatan
Penggunaan rekayasa genetika maupun produknya berisiko menimbulkan
akibat tak terduga dikaitkan dengan terakumulasinya hasil metabolisme tanaman,
hewan, atau mikroorganisme yang dapat bersifat toksis, alergis, dan bahaya
genetik lainnya di dalam pangan manusia.47
47 Mangku Sitepoe, Op. cit., hal. 47.
Ketika para ahli memasukkan sebuah gen baru ke dalam suatu organisme,
terdapat “possition effect” yang dapat mengakibatkan perubahan pola gen dan
perubahan fungsi genetik yang tidak dapat diperkirakan. Rekayasa genetika dapat
membawa reaksi yang tidak diinginkan dan berpotensi menghasilkan racun.
Penggunaan virus rekayasa genetika sebagai vektor juga dapat membuat genom
tidak stabil, dan juga berkemungkinan menciptakan virus-virus baru, dan akhirnya
penyakit-penyakit baru.
Salah satu kekhawatiran masyarakat terhadap produk OHMG adalah
alergen (suatu protein yang menimbulkan reaksi alergi), yang dengan tidak
sengaja terbawa masuk ke dalam produk pangan. Gen baru yang dimasukkan ke
dalam tumbuhan atau hewan dapat mempengaruhi gen lain dan menjadikan
Beberapa tanaman produk bioteknologi mengandung gen yang mengatur
sifat yang disebut dengan resistensi terhadap antibiotik. Peneliti menggunakan gen
tersebut sebagai penanda untuk mengetahui apakah gen yang diinginkan telah
berhasil dimasukkan ke dalam sel. Kekhawatiran yang timbul adalah gen tersebut
dapat pindah dari tanaman produk bioteknologi ke mikroorganisme, yang
umumnya terdapat dalam usus manusia dan mengakibatkan meningkatnya
ketahanan terhadap antibiotik.
Selain itu, rekayasa genetika berpengaruh pada perubahan mutu gizi.
Sebagai contoh buah tomat yang tahan dingin, terlihat tetap segar selama
berminggu-minggu padahal nilai gizinya sudah berkurang atau bahkan sudah
tidak ada.
Berikut contoh lain dampak bioteknologi terhadap kesehatan manusia:48
a. Produk komersial pertama rekayasa genetis adalah insulin. Tetapi, di
Inggris, beberapa konsumen pingsan setelah menggunakan produk insulin
transgenik tersebut.
b. Lusinan orang meninggal dunia dan ratusan sakit parah setelah
menggunakan L-tryptophan hasil rekayasa genetis.
c. Di AS, hormon pertumbuhan hasil bioteknologi malah menimbulkan
gangguan kesehatan yang serius bagi anak-anak. Penggunaannya berkaitan
dengan penyakit leukemia dan melanoma.
Selain berpengaruh pada masalah lingkungan dan kesehatan seperti
disebutkan di atas, teknologi rekayasa genetika membawa konsekuensi sosial dan
ekonomi yang sangat besar.
Rekayasa genetika akan mempengaruhi gaya hidup, mata pencaharian, dan
budaya tradisional komunitas asli (indigenous community), karena teknik ini
mengandalkan impor.
Teknologi rekayasa genetika hanya dapat dilakukan oleh pemilik modal
yang sangat besar, yaitu perusahaan-perusahaan multinasional (MNCs). Kekuatan
ekonomi dan politik yang mengendalikan sumber-sumber genetik di bumi akan
menguasai dunia ekonomi yang akan datang seperti ketika era industrialisasi
menguasai bahan bakar fosil dan logam mulia dan mengendalikan pasar dunia. “In
the years ahead, the planet’s shrinking gene pool is going to become a source of
increasing monetary value.”49
Dengan demikian, masalah keamanan hayati terhadap penggunaan
produk-produk OHMG di alam terbuka perlu dipertimbangkan baik untuk jangka pendek Aspek etika, religi, dan kepercayaan juga menjadi masalah bagi teknologi
rekayasa genetika. Bisa saja suatu makanan, walaupun tidak terlihat secara kasat
mata pada bentuknya, mengandung bahan yang diharamkan oleh agama (misalnya
gen atau enzim babi bagi umat muslim), atau bertentangan dengan keyakinan
(misalnya gen hewan yang dimasukkan ke dalam sayuran bagi vegetarian),
ataupun yang bersifat menjijikkan (misalnya bakteri E Coli yang didapatkan dari
tinja untuk memproduksi hormon tertentu).
maupun jangka panjang, baik dari segi keamanan hayati, kesehatan masyarakat,
kehidupan sosial budaya, dan kehidupan berkeimanan.
D. Pengaturan Hukum Internasional tentang OHMG
Seperti telah dikemukakan bahwa OHMG dan produknya telah menyentuh
kehidupan manusia dan lingkungannya sehingga keamanan (safety) OHMG perlu
diantisipasi dengan berbagai peraturan yang diterapkan secara internasional
maupun intern setiap negara konsumen OHMG sehingga dampak negatif yang
ditimbulkan dapat diminimalkan.
Dari penelitian yang dilakukan, dapat diketahui bahwa terdapat instrumen
hukum internasional yang berlaku yang dapat digunakan untuk mengatur
mengenai OHMG maupun bioteknologi modern. Sebagaimana akan diuraikan
berikut ini:
1. United Nations Convention on Biological Diversity (Konvensi Keanekaragaman Hayati)
Peran keanekaragaman hayati dalam penerapan teknologi sangat besar,
terutama mengingat keanekaragamn hayati adalah bahan dasar bagi penerapan
bioteknologi.
Meningkatnya industri-industri bioteknologi dan meluasnya penyebaran
produk-produk bioteknologi melalui perdagangan telah banyak menimbulkan
pertentangan-pertentangan tentang manfaat dan risiko berbagai macam produk
bioteknologi terhadap lingkungan keanekaragaman hayati, kesehatan manusia dan
kesehatan ternak. Pertentangan-pertentangan tersebut telah mulai dirasakan
Dalam Konvensi Keanekaragaman Hayati, bioteknologi dinyatakan secara
eksplisit pada pasal 2, pasal 18, dan pasal 19 konvensi.
Pasal 2 memuat berbagai pengertian atau terminologi yang dipergunakan
dalam pasal-pasal konvensi. Pasal ini memuat definisi bioteknologi, yaitu sebagai
berikut:
“Bioteknologi ialah penerapan teknologi yang menggunakan sistem-sistem
hayati, makhluk hidup atau derivatifnya, untuk membuat atau
memodifikasi produk-produk atau proses-proses untuk penggunaan
khusus.”
Sebagaimana telah dijabarkan sebelumnya, OHMG maupun teknik
rekayasa genetik dikatakan sebagai salah satu bentuk bioteknologi modern.
Dengan demikian OHMG jelas merupakan salah satu yang dimaksudkan
Konvensi sebagai bioteknologi.
Pasal 8 Konvensi merupakan pengaturan mengenai konservasi in-situ.
Konservasi in-situ adalah konservasi ekosistem dan habitat alami serta
pemeliharaan dan pemulihan jenis-jenis berdaya hidup dalam lingkungan
alaminya, dan dalam hal jenis-jenis terdomestikasi atau budidaya, di dalam
lingkungan tempat sifat-sifat khususnya berkembang. Dalam bagian (g) pasal
tersebut dinyatakan bahwa:
Pasal 19 mengatur mengenai penanganan bioteknologi dan pembagian
keuntungan. Pasal ini terdiri dari 4 ayat, sebagai berikut:
1. Setiap pihak wajib memberlakukan upaya-upaya legislatif, administratif
dan kebijakan, bila diperlukan untuk memungkinkan peran serta yang
efektif dalam kegiatan penelitian bioteknologi yang dilakukan para Pihak,
khususnya negara-negara berkembang, yang menyediakan sumber daya
genetik bagi penelitian tersebut, dan bila layak.
2. Setiap pihak wajib melakukan upaya praktis untuk mendorong dan
mengembangkan akses prioritas, dengan dasar adil oleh para pihak,
terutama negara-negara berkembang, kepada hasil dan keuntungan yang
timbul dari bioteknologi yang didasarkan pada sumber daya genetik, yang
disediakan oleh Pihak-Pihak tersebut. Akses semacam itu harus didasarkan
persyaratan yang disetujui bersama.
3. Para pihak wajib mempertimbangkan kebutuhan akan protokol dan
model-modelnya yang menentukan prosedur yang sesuai, mencakup, khusunya
persetujuan yang diinformasikan lebih dulu, di bidang pengalihan,
penanganan, dan pemanfaatan secara aman terhadap organisme
termodifikasi hasil bioteknologi, yang mungkin mempunyai akibat
merugikan terhadap konservasi dan pemanfaatan secara berkelanjutan
keanekaragaman hayati.
4. Setiap pihak yang secara langsung atau dengan melalui pejabat resmi
menurut yurisdiksinya menyediakan organisme seperti dalam ayat (3)
penggunaan dan keamanan yang diperlukan oleh pihak tersebut dalam
menangani organisme semacam itu, maupun informasi yang ada mengenai
dampak potensial organisme tertentu kepada Pihak yang akan menerima
organisme.
Selain dari pasal-pasal tersebut di atas, bagian Pembukaan Konvensi
Keanekaragaman Hayati secara implisit memandatkan perlunya perhatian khusus
terhadap OHMG maupun bioteknologi. Dalam pembukaan disebutkan bahwa:
“Para pihak . . . memperhatikan juga bahwa jika ada ancaman terhadap
pengurangan yang nyata atau hilangnya keanekaragaman hayati,
kekurang-pastian ilmiah tidak seharusnya dijadikan alasan penangguhan
tindakan-tindakan untuk menghindarkan atau memperkecil ancaman
tersebut.”
Ketentuan pembukaan tersebut diatas merupakan manifestasi dari Prinsip
15 Deklarasi Rio, yaitu Precautionary Principle (Prinsip Kehati-hatian/Prinsip
Pencegahan), yang berbunyi:
“In order to protect the environment, the precautionary approach shall be
widely applied by Stat