HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PERAWATAN LANSIA DENGAN TINGKAT DEPRESI LANSIA
DI DESA PADASUKA KECAMATAN LUNYUK
Febriati Astuti1, Ni Made Sumartyawati2, Angga Pranata3
Staf Pengajar Sekolah Timggi Ilmu Kesehatan Mataram1,2,3 Email : putrasuryadi88@gmail.com
ABSTRAK
Lanjut usia merupakan proses menua pada manusia yang tidak dapat dihindarkan. Salah satu tanda penurunan fungsi tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan dan merupakan tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering ditandai dengan kondisi kehidupan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini merupakan beban berat bagi lansia yang dapat menimbulkan depresi (Depsos 2006). Stress sangat rentan terjadi pada lanjut usia karena faktor kehilangan, penurunan kesehatan fisik, dan kurangnya pengetahuan keluarga. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang perawatan lansia, akan mempengaruhi koping pada lansia tidak adekuat. Koping yang tidak adekuat dalam mengahadapi masalah, akan menyebabkan krisis yang bertumpuk dan berkepanjangan yang akhirnya dapat menimbulkan depresi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan keluarga dengan tingkat depresi lansia
Desain penelitian menggunakan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang mempuyai lansia di Desa Padasuka Kecamatan Lunyuk tahun 2017 sebanyak 60 responden. Besar sampel berjumlah 40 responden, Instrumen yang di gunakan menggunakan kuesioner dan pengambilan sampel secara teknik purposive sampling. Kemudian diuji dengan menggunakan Uji Korelasi Spearman Rank (Rho).
Berdasarkan hasil analisa menggunakan uji korelasi Spearman Rank (Rho) di peroleh ρ = 0,000 <α = 0,05 berarti terdapat Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Tingkat Depresi pada Lansia di Desa Padasuka Kecamatan Lunyuk.
Dari hasil penelitian ini dapat di simpulkan bahwa Semakin rendah tingkat pengetahuan keluarga semakin tinggi tingkat depresi lansia di Desa Padasuka Kecamatan Lunyuk.
Kata Kunci : Lanjut Usia, Tingkat Pengetahuan Keluarga, Depresi.
PENDAHULUAN
Setiap manusia didunia ini pasti akan mengalami proses menua. Proses menua merupakan proses yang terjadi sepanjang hidup manusia, yang tidak hanya dimulai dari suatu waktu ke waktu tertentu, akan tetapi dimulai sejak awal kehidupan (nugroho, 2008). Seiring dengan proses menua tersebut, tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan diantaranya
adalah masalah fisik dan psikologis. Masalah fisik pada lansia adalah mengalami penurunan semua fungsi organ tubuh sedangkan masalah psikologis yang sering dijumpai pada lansia adalah depresi. Depresi merupakan gangguan yang paling sering muncul pada masa-masa terakhir kehidupan individu (Carolyn at al, 2011).
selalu di ikuti oleh depresi, hal ini mungkin di sebabkan oleh faktor-faktor lain yang ikut berperan mengubah atau mempengaruhi hubungan tersebut . Jarang terjadi bahwa depresi di sebabkan oleh satu faktor saja, tetapi lebih sering di sebabkan oleh berbagai faktor yang berinteraksi dalam berbagai kombinasi sehingga menciptakan suatu kondisi tertentu yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya dan frekuensi depresi (Namora, 2009;61).
Depresi pada lansia dapat di sebabkan oleh banyak hal, misalnya kehidupan ekonomi mereka yang tidak di jamin oleh keluarga sehingga mereka tetap harus bekerja , ketakutan mereka untuk di asingkan dari keluarga, dan ketakutan tidak di pedulikan oleh anak-anaknya (Mustiadi,2014). Gangguan depresi pada lansia kurang di pahami, sehingga banyak kasus depresi lansia tidak di kenali
(under diagnosed) dan tidak di obati (under treated)yang menyebabkan sepertiga penderitanya mengalami kematian (Stuart; Sundeen, 1995 dalam Tamber; Noorkasiani, 2009).
Berdasarkan studi pendahuluan yang di lakukan pada tanggal 29 Desember 2016 dengan wawancara dan observasi ada sekitar 4 kepala keluarga yang mempunyai lansia dengan tanda dan gejala depresi , dimana mereka nampak murung, letih, tidak dapat tidur nyenyak, pakaian acak- acakan, suka marah-marah dan sering menyendiri. 2 lansia yang di wawancarai mengatakan bahwa merasa kesepian karna di tinggal pasangan hidup dan merasa tidak di urus oleh anak-anaknya.
Dengan banyaknya jumlah lansia yang mengalami tanda- tanda depresi maka dari itu Peran aktif keluarga sangat di perlukan untuk mendeteksi sejak dini timbulnya depresi lansia. Survei yang di lakukan Biegel (dalam Stuart dan
Laraia,2001) terhadap keluarga dari pasien depresi di temukan data bahwa beberapa penyebab keluarga tidak aktif dalam memberikan perhatian dan pengobatan pada pasien depresi yaitu : meningkatnya stres dan kecemasan keluarga, sesama keluarga saling menyalahkan, kesulitan pemahaman, kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit depresi yang di derita oleh anggota keluarganya. Keberadaan keluarga adalah hal yang penting dari semua pengobatan manapun, semua orang ingin hidup dalam keadaan di terima dan di sayangi oleh orang yang di kenalnya, seperti juga penderita depresi.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang perawatan lansia dengan tingkat depresi lansia di desa Padasuka Kecamatan Lunyuk.
METODE PENELITIAN
A. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah Semua lansia yang tinggal bersama keluarga yang berada di desa Padasuka
kecamatan Lunyuk yang
berjumlah 60 orang (Data lansia desa Padasuka tahun 2016/2017) 2. Sampel dan Tehnik sampling
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2010).
(Setiadi,2007). Berdasarkan criteria yang ditetapkan peneliti didapatkan 40 orang.
B. Rancangan Penelitian
Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional yaitu desain penelitian yang mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada waktu yang sama.
C. Teknik Pengumpulan Data 1. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga mudah diolah (Arikunto, 2010).
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan wawancara. Kuesioner tentang tingkat pengetahuan keluarga, Kuesioner berisi 10 soal pilihan ganda dengan tingkatan pengetahuan dari tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi . dan keusioner untuk menilai depresi lansia menggunakan skala Depresi Geriatric (Geriatric Depression Scale)yang terdiri dari 30 pertanyaan. 2. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara membagikan kuesioner kepada keluarga dan lansia, jika ada dari beberapa responden yang tidak mampu membaca maka peneliti sendiri yang membantu membacakan
kuesioner yang diberikan dengan jawaban sepenuhnya diserahkan kepada responden. kemudian memberikan waktu untuk mengisi kuesioner yang sudah dibagikan.
D. Analisa Data
Berdasarkan tujuan penelitian maka tekhnik analisa data dalam penelitian ini menggunakan metode statistik, dengan menggunakan uji korelasi Sperman Rank yaitu di gunakan untuk mencari atau untuk menguji signifikan hipotesis asosiatif masing- masing variabel yang di hubungkan berbentuk ordinal, dan sumber data antar variabel tidak harus sama (Sugiono,2002).
Suatu hipotesis diterima apabila t hitung > t table maka Ha diterima dan H0 ditolak, artinya ada hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang perawatan lansia dengan tingkat depresi dan apabila t hitung < t table maka Ha ditolak dan H0 diterima.
Hasil Dan Pembahasan A. Hasil Penelitian
1. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan KeluargaResponden No. Variabel Frekuensi % 1. Tinggi 5 12,5 2. Sedang 9 22,5 3. Rendah 26 65
Jumlah 40 100 Sumber : Data Primer
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden memilik tingkat pengetahuan merawat lansia yang rendah dengan persentase 65%. 2. Distribusi level pengetahuan
keluarga Responden
4. Analisis 27 33,75 5. Sintesis 21 26,25 6. Evaluasi 25 31,25
Jumlah 231 Sumber : Data Primer
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 40 reponden keluarga lebih banyak berada pada level pengetahuan tahu/c1 dengan persentase 81,25% 3. Distribusi Responden Lansia
Tabel diatas menunjukan bahwa sebagian besar responden lansia berada pada level depresi sedang dengan jumlah persentase 73%, 4. Hasil Pengujian Hipotesis
Dengan menggunakan uji statistik korelasi Spearman Rank di dapatkan hasil bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga dengan tingkat depresi lansia di desa padasuka. Hasil uji Spearman Rank menunjukkan nilai sig.(2-failed) adalah 0,000 < 0,05 maka dapat di simpulkan Ha di terima ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan keluarga dengan tingkat depresi lansia. Nilai koefeisien korelasi sebesar -0,592 artinya memiliki hubungan korelasi yang tinggi dengan arah negatif penelitian ini yakni untuk mengetahui ada hubungan tingkat pengetahuan
keluarga dengan tingkat depresi pada lansia di desa padasuka kecamatan lunyuk dengan jumlah sampel sebanyak 40 lansia berdasarkan criteria inklusi dan eksklusi .
1. Identifikasi Tingkat Pengetahuan Keluarga
Identifikasi tingkat pengetahuan keluarga terhadap tingkat depresi lansia di desa Padasuka kecamatan Lunyuk dengan responden sebanyak 40 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan keluarga di desa Padasuka sebagian besar masih rendah dengan persentase 65%.
Pengetahuan keluarga merawat lansia di sesuaikan dengan konsep lima tugas keluarga yang di kemukakan oleh Bailon dan Maglaya (1978) dalam Efendi (2007) yaitu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan, merawat anggota keluarga, memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat. Pengetahuan keluarga dalam hal ini adalah memahami konsep lansia, pengertian depresi, tanda dan gejala depresi, mengetahui cara mengambil keputusan dan cara merawat lansia depresi.
terhadap seseorang dari pada mereka yang berpendidikan rendah. Tingkat pendidikan dapat menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami tentang perawatan lansia (Mubarak, 2009).
2. Identifikasi Tingkat Depresi Lansia Identifikasi tingkat depresi lansia di desa Padasuka kecamatan lunyuk dengan 40 responden di ukur dengan GDS di dapatkan hasil bahwa 73% lansia di desa Padasuka mengalami depresi ringan, ini menunjukkan bahwa lansia yang depresi lebih banyak dari pada lansia yang normal.
Penelitian ini sejalan dengan yang di lakukan oleh Naili (2013) bahwa angka kejadian depresi pada lansia cukup tinggi yaitu mencapai 70%. Namun hasil yang di dapatkan oleh Onya (2013) yang menunjukkan bahwa prevalensi kejadian depresi pada lansia kecil yaitu 28%. Perbedaan ini menurut peneliti karena adanya perbedaan budaya atau penggunaan alat ukur penelitian yang digunakan untuk mengevaluasi kejadian depresi.
Hasil penelitian ini juga di dapatkan bahwa proporsi terjadinya depresi pada lansia antara laki- laki dan perempuan sama dengan proporsi 36,5%, hasil penelitian ini berbeda dengan yang di lakukan oleh kartika (2012) yaitu bahwa proporsi kejadian depresi lebih banyak pada lansia laki-laki dan yang di dapatkan oleh Onya dan Nailil (2013) pada penelitiannya yang menyatakan bahwa pada proporsi terjadinya depresi lebih banyak terjadi pada perempuan dan terdapat hubungan antara jenis kelamin perempuan dengan terjadinya depresi lansia,
yaitu dengan p-value masing-masing
p=0,002 dan p-0,034. Adanya perbedaan ini menurut peneliti karna perbedaan alat ukur yang di gunakan dan lokasi penelitian.
Selain variabel jenis kelamin, pada penelitian ini juga di lakukan penilaikan tingkat depresi menurut hubungan lansia dengan pengasuh di keluarga, di dapatkan data bahwa 95% lansia di asuh oleh anaknya. Ini menunjukkan seharusnya lansia lebih bahagia dan mampu menekan angka depresi pada lansia sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Junaidi (2007) bahwa lansia akan merasa lebih bahagia apabila di perhatikan oleh anak-anaknya. Hali ini juga di kemukakan oleh Wulandari (2010, hlm.5 dalam Lilian, dalam Santrock (2004) bahwa lansia yang berhubungan dekat dengan
keluarganya mempunyai
kecenderungan sedikit untuk stres di bandingkan lansia yang berhubungan jauh. Menurut peneliti ada faktor lain yang mengakibatkan lansia mengalami depresi walaupun di asuh oleh anaknya sendiri, seperti dukungan sosial dan lingkungan.
Kesimpulan
value = 0,000 (<0,005) maka ada hubungan signifikan anatara tingkat pengetahuan keluarga dengan tingkat depresi lansia dengan arah hubungan yang negatif artinya apabila tingkat pengetahuan rendah maka tingkat depresi tinggi
Saran
Bagi Keluarga
Diharapkan dapat memberikan perawatan
kepada lansia dengan baik melalui
pendekatan fisik, psikologis, social dan
spiritual untuk mencegah terjadinya depresi
pada lansia.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. 2007. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI. Jakarta. PT.Rineka Cipta.
Azizah. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Fitri,A.W. 2011. Kejadian dan tingkat
depresi pada lanjut usia.
Diponegoro : Fakultas
Kedokteran Umum, Universitas
Diponegoro;2011.
Friedman. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori dan Praktek, Edisi ke-5. Jakarta. EGC.
Hawari, D. (2007). Hubungan Pengetahuan dan Peran Keluarga
dalam Merawat Pasien
Skizofrenia yang Mengalami Gejala Relaps. Diperoleh tanggal 10 Juli
2012 dari
http://www.Library.upnvj.ac.id/pdf/5 FIKESSIKEPERAWAT
AN/1010712005/BAB%201.pdf Nugroho, W. 2008. Keperawatan
Gerontik dan Geriantrik. Jakarta.
EGC.
Ollivia, Freska. 2012.
Determinan tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulya 4 Jakarta selatan. FK UI. Skripsi.