• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI MASYARAKAT BALI TERHADAP TRADISI OGOHOGOH DI KAMPUNG RAMA UTAMA KECAMATAN SEPUTIH RAMAN KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERSEPSI MASYARAKAT BALI TERHADAP TRADISI OGOHOGOH DI KAMPUNG RAMA UTAMA KECAMATAN SEPUTIH RAMAN KABUPATEN LAMPUNG TENGAH"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERSEPSI MASYARAKAT BALI TERHADAP TRADISI OGOH-OGOH DI KAMPUNG RAMA UTAMA KECAMATAN SEPUTIH RAMAN

KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

Oleh:

Ni Made Marinasari

Ogoh-Ogoh merupakan salah satu tradisi yang berasal dari Bali, yang sampai saat ini masih dilaksanakan oleh masyarakat Bali di kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah. Terdapat fenomena yang menarik pada pelaksanaan tradisi Ogoh-Ogoh dan bentuk Ogoh-Ogoh yaitu adanya keyakinan bahwa Ogoh-Ogoh hanya diarak mengelilingi desa, atau keluar dari desa pada satu hari menjelang hari raya Nyepi, pada pukul 16.00 sampai dengan selesai namun, seiring berjalannya waktu, Ogoh-Ogoh kini diarak sebelum waktunya untuk di perlombakan, selain itu ada berbagai variasi bentuk Ogoh-Ogoh yang dibuat sebagai ajang mengembangkan kreatifitas muda-mudi, yaitu dalam mengkreasikan bentuk Ogoh-Ogoh, dari Ogoh-ogoh simbol Bhuta Kala dengan berbagai versinya, dan Ogoh-Ogoh sebagai sarana untuk menumpahkan protes.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah persepsi masyarakat Bali terhadap tradisi Ogoh-Ogoh di Kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah. Berdasarkan rumusan masalah di atas, Tujuan penelitian yang ingin dicapai oleh penulis dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui dengan jelas, persepsi masyarakat Bali terhadap tradisi Ogoh-Ogoh di Kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah. Penulis menggunakan metode deskriptif, dengan teknik pengumpulan data melalui angket, dokumentasi, dan kepustakaan serta menganalisis data dengan teknik kualitatif.

(2)
(3)
(4)

PERSEPSI MASYARAKAT BALI TERHADAP TRADISI

OGOH-OGOH

DI KAMPUNG RAMA UTARA KECAMATAN

SEPUTIH RAMAN KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

(Skripsi)

Oleh :

NI MADE MARINASARI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

PERSEPSI MASYARAKAT BALI TERHADAP TRADISI

OGOH-OGOH

DI

KAMPUNG RAMA UTARA KECAMATAN SEPUTIH RAMAN

KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

Oleh

NI MADE MARINASARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Sejarah

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(6)

1

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:

Persepsi masyarakat Bali terhadap tradisi Ogoh-Ogoh di Kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah, adalah persepsi yang positif, hal ini didorong oleh pengetahuan masyarakat tentang tradisi Ogoh-Ogoh, mulai dari proses pembuatan dan pelaksanaanya yang memiliki tujuan untuk mengembalikan Bhuta Kala ke alamnya dan memiliki makna menjaga keseimbangan, yaitu keseimbangan alam, manusia, dan dewa, artinya masyarakat Bali mampu menggambarkan segala pengetahuan atau tanggapannya tentang tradisi Ogoh-Ogoh yang diteruskan dengan upaya pemanfaatannya.

B. Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan penulis terkait dengan hasil akhir penulisan ini antara lain:

(7)

2

(8)

1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan menginterpretasikan lingkungan dan pengalamnnya serta menjadi kerangka landasan bagi terwujudnya kelakuan (Soerjono Soekanto, 1981 : 238). Menurut Koentjaraningrat kebudayaan adalah keseluruhan sistem, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan cara belajar. Mengingat kebudayaan adalah tumpahan ekspresi hidup manusia maka budaya itu mesti dilestarikan keberadaannya dengan baik di tengah masyarakat. Kalau budaya adalah rasa, cipta, dan karsa manusia maka untuk hasil dari budaya itulah yang dinamakan dengan kebudayaan ( Koentjaraningrat 1964:12).

Beragamnya budaya yang dimiliki oleh Indonesia, juga dimiliki oleh provinsi Lampung yang merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia sehingga menjadikannya daerah yang tergolong majemuk. Ada tradisi yang berusaha dipertahankan, ada pula tradisi yang lambat laun menjadi luntur, bahkan melakukan penyesuaian kebudayaan nasional.

(9)

tersebut mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda antara suku satu dengan suku lainnya baik dari segi adat istiadat, tradisi dan kepercayaan.

Suku Bali adalah salah satu suku di Indonesia, suku Bali juga tersebar di beberapa wilayah Indonesia salah satunya yaitu wilayah Lampung. Di Bali masyarakat suku Bali termasuk masyarakat yang terbuka dan bertoleransi tinggi yang terkenal dengan keramahan dan kesantunanya. Masyarakat Hindhu di Bali tidak menutup diri dari pengaruh luar namun tetap berpegang teguh dengan kebudayaannya dan religius. Masyarakat suku Bali selalu menjunjung konsep Desa Kala Patra, maksudnya masyarakat suku Bali selalu menyesuaikan sesuatu dengan keadaan, waktu dan tempat, yang disesuaikan dengan peraturan desa atas kesepakatan bersama. Begitu juga, saat melangsungkan sebuah upacara, masyarakat suku Bali sangat menjunjung tinggi kekerabatan.

Bhuta Yadnya adalah suatu korban suci yang bertujuan untuk pembersihan tempat (alam) dari ganguan dan pengaruh-pengaruh buruk yang ditimbulkan oleh para

Bhuta Kala dengan maksud untuk menetralisir atau menghilangkan sifat-sifat buruk yang ada padanya, sehingga sifat yang baik dan kekuatannya dapat berguna bagi kesejahteraan umat manusia dan alam (Ni Made Sri Arwati, 2008:25).

Dalam buku Catur Yadnya, Bhuta Yadnya adalah suatu korban suci yang bertujuan untuk membersihkan tempat (alam beserta isinya), dan memelihara serta memberi Penyupatan

kepada para Butha Kala dan makhluk-makhluk yang dianggap lebih rendah dari manusia seperti peri, jin,setan, binatang, dan sebagainya ( Upada Sastra,1996 : 7).

(10)

yang masih dilakukan yaitu tradisi Ogoh-Ogoh pada masyarakat Bali di kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.

Dalam upacara kegiatannya ada beberapa tahapan (proses) yang harus dilaksanakan. Sama halnya dengan dilaksanakannya tradisi Ogoh-Ogoh, ada persyaratan atau tata cara yang harus dilakukan, adapun tahapannya yaitu pembuatan Ogoh-Ogoh, Pecaruan, persembahyangan bersama, Pemelapasan atau Pasupati, persyaratan tersebut harus dilakukan karena di dalam pelaksanaan tradisi Ogoh-Ogoh terkandung suatu makna yaitu sebagai lambang keseimbangan alam semesta beserta isinya. Rangkaian upacara tersebut menimbulkan berbagai persepsi pada masyarakat Bali terhadap tradisi Ogoh-Ogoh.

Selain hal tersebut daya tarik lainnya dari Tradisi Ogoh-Ogoh adalah pada awalnya Ogoh-Ogoh hanya diarak mengelilingi desa, atau keluar dari kampung pada satu hari menjelang hari raya Nyepi yaitu sekitar pukul 16.00 sampai dengan selesai yang disebut Pengerupuk

dan melalui proses Pemelapasan, namun, seiring berjalannya waktu, Ogoh-Ogoh tidak hanya sebagai pelengkap upacara Tawur Ka Sanga, tetapi sebagai ajang mengembangkan kreatifitas muda-mudi dalam mengkreasikan bentuk Ogoh-Ogoh, hasil kreatifitas itu di wujudkan dengan memperlombakan Ogoh-Ogoh dengan berbagai desa.

Masyarakat Bali yang melaksanakan tradisi Ogoh-Ogoh memiliki persepsi yang berbeda mengenai tradisi tersebut. Menurut Wiji Suwarno persepsi merupakan proses informasi dalam diri kita untuk mengenali atau membuat kita menjadi tahu dan mengerti hal-hal yang kita hadapi

(11)

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik meneliti persepsi masyarakat Bali terhadap tradisi Ogoh-Ogoh di Kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.

B.Analisis Masalah 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat di identifikasikan masalahnya sebagai berikut:

1. Tata cara dilaksanakannya tradisi Ogoh-Ogoh pada masyarakat Bali di Kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.

2. Makna pelaksanaan tradisi Ogoh-Ogoh pada masyarakat Bali di Kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupataen Lampung Tengah.

3. Persepsi masyarakat Bali terhadap tradisi Ogoh-Ogoh di Kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah .

2. Batasan Masalah

Berdasarkan masalah-masalah yang telah diuraikan dalam identifikasi masalah di atas, maka batasan masalahnya yaitu Persepsi masyarakat Bali terhadap Tradisi Ogoh-Ogoh di Kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.

3. Rumusan Masalah

(12)

Tradisi Ogoh-Ogoh di Kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah?

C. Tujuan, Kegunaan, dan Ruang Lingkup Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai oleh penulis dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui Persepsi masyarakat Bali terhadap Tradisi Ogoh-Ogoh di Kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah .

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini diharapkan memberikan informasi kepada penulis khususnya dan masyarakat pada umumnya bahwa Tradisi Ogoh-Ogoh mampu dikenal dan dicintai sebagai kebudayaan daerah Bali.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada masyarakat, pemuka-pemuka adat, agar dapat tetap mempertahankan serta mengembangkan budaya bangsa yang kita miliki khususnya Tradisi Ogoh-Ogoh.

3. Memberikan informasi dan menambah wawasan bagi para pembaca mengenai Persepsi masyarakat Bali terhadap Tradisi Ogoh-Ogoh di Kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.

3. Ruang Lingkup Penelitian

(13)
(14)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode yang Digunakan

Kata metode berasal dari bahasa Yunani (methodhes) yang berarti cara atau jalan. Metode menyangkut masalah cara kerja untuk memahami obyek yang menjadi sasaran yang bersangkutan ( Husin Sayuti, 1989 : 32).

Untuk memecahkan sesuatu masalah diperlukan suatu cara atau metode, dimana metode tersebut merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan keberhasilan dari suatu penelitian terhadap obyek yang diteliti. Untuk itu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Husin Sayuti metode deskriptif adalah suatu metode yang memberikan gambaran yang secermat mungkin mengenai individu, keadaan gejala atau kelompok tertentu ( Husin Sayuti,1989; 41).

Menurut Gunawan Suratmo menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian didasarkan data deskripsi dari suatu status, keadaan, sikap, hubungan, atau suatu sistem pemikiran suatu masalah yang menjadi obyek penelitian (Gunawan Suratmo, 2002:16).

(15)

B. Variabel Penelitian, Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono , 2010 : 60). Hadari Nawawi dan Mimi Martini mengemukakan bahwa variabel adalah beberapa gejala yang berfungsi sama dalam suatu masalah (Nawawi dan Martini, 1994 : 49).

Menurut Sumadi Suryabrata dalam bukunya Metodelogi Penelitian menjelaskan bahwa variabel adalah sesuatu yang akan menjadi objek yang akan diteliti atau dambil datanya dan menjadi penilaian

(Sumadi Suryabrata 1983; 79).

Berdasarkan pengertian konsep di atas variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek penelitian yang ditetapkan oleh peneliti. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yakni Persepsi Masyarakat Bali terhadap Tradisi Ogoh-Ogoh di kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Lampung Tengah.

2. Definisi Operasional Variabel

(16)

adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan atau untuk memberikan suatu operasionalan yang diperlukan untuk mengukur variabel tertentu (Moh. Ali, 1988: 65).

Dari kedua pendapat di atas, maka definisi operasional variabel adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan cara mendefinisikan sifat-sifat suatu variabel. Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah tradisi Ogoh-Ogoh yang di laksanakan oleh masyarakat Bali di Kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah , tradisi ini dilakukan bertujuan untuk membersihkan alam dari unsur negatif yang ditimbulkan oleh para Bhuta Kala, dari tradisi tersebut Persepsi Masyarakat Bali terhadap Tradisi Ogoh-Ogoh di Kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

(17)

Sesuai dengan judul penelitian ini tentang persepsi masyarakat Bali terhadap tradisi Ogoh-Ogoh di Kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah,

maka yang akan menjadi populasi dalam penelitian ini yaitu masyarakat Bali yang berusia 15-70 tahun di Kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah. Peneliti mempertimbangkan batasan tersebut karena pada usia 15 tahun responden telah mendapatkan pelajaran agama tentang Panca Yadnya sesuai dengan kurikulum agama Hindhu yaitu:

1. Siswa mampu menjelaskan tujuan dan fungsi agama Hindhu.

2. Siswa mampu mengidentifikasikan Yadnya, tujuan, dan menerapkan ajaran dhrma dalam hidup.

3. Siswa dapat mengidentifikasi jenis-jenis agama Hindhu.

Sedangkan, usia 70 tahun peneliti jadikan batasan karena setelah mengadakan survei hanya terdapat 7 orang yang yang berusia 70 tahun, dari ke 7 orang tersebut semuanya memiliki keadaan fisik yang baik, dan tidak memiliki keterbatasan dalam membaca. Jadi dari pertimbangan tersebutlah peneliti mengambil batasan usia 15-70 tahun untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Hasil sebaran populasi dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1.Populasi Penelitian masyarakat Bali berdasarkan jenis kelamin dan usia 15-70 tahun di desa Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.

No Jenis Kelamin Jumlah populasi (jiwa)

1 Laki-laki 101

2 Perempuan 110

Jumlah 211

Monografi masyarakat Bali di Kampung Rama Utama 2011

2. Sampel

(18)

sendiri (Suwardi Endraswara ,2006: 15). Menurut Mohammad Hasyim, sampel adalah pengambilan sebagian dari sejumlah populasi yang akan diberlakukan untuk seluruh populasi (Mohammad Hasyim, 1982:22). Lebih lanjut Menurut Sugiyono, sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2011:62).

Adapun sampel yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah:

1. Masyarakat yang benar-benar tinggal di kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.

2. Masyarakat yang bersuku Bali yang ada di kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah dan berusia 15-70 tahun.

Besarnya sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus Slovin sebagai berikut:

=

dimana:

n = ukuran sampel N = ukuran populasi

e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan, nilai galat pendugaan didasarkan atas pertimbangan peneliti ( Husein Umar: 2004).

Penelitian ini mempunyai populasi sebanyak 211 jiwa, dengan tingkat kesalahan 10%, adapun pertimbangan tingkat kesalahan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Kesalahan penarikan sampel

(19)

Maka besarnya sampel pada penelitian ini adalah:

=

=

. ,

=

.

= 67, 84 dibulatkan menjadi 68

Jadi jumlah keseluruhan responden dalam penelitian ini adalah 68 orang.

3. Teknik Pengambilan Sampel

(20)

Berdasarkan pendapat di atas teknik pengambilan sampel adalah suatu teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel,dengan cara pengundian nama-nama dalam populasi sehingga memberi peluang yang sama terhadap setiap anggota populasi.

D. Tehnik Pengumpulan Data

Dalam setiap penelitian ilmiah diperlukan juga teknik pengumpulan data yang relevan, sehubungan dengan itu, untuk memperoleh data yag diperlukan dalam penelitian ini, maka penulis memakai tehnik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Angket

Kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2010:199). Menurut Abdurahmat Fathoni Angket adalah teknik pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner (daftar pertanyaan/isian) untuk diisi langsung oleh responden seperti yang dilakukan dalam penelitian untuk menghimpun pendapat umum

( Abdurahmat Fathoni, 2006: 111).

Berdasarkan pengertian di atas maka angket adalah suatu cara yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan memberikan pertanyaan atau pernyataan tertulis untuk mendapatkan informasi tertentu.

Menurut Sugiyono skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial, dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif jawaban dapat diberi skor:

(21)

Setuju/sering/positif diberi skor 4 Ragu-ragu/kadang-kadang/netral diberi skor 3 Tidak setuju/hampir tidak pernah/negatif diberi skor 2 Sangat Tidak setuju/tidak pernah diberi skor 1 (Sugiyono, 2007:93-94).

Menurut Husani Usman dan Purnomo Setiadi Akbar juga mengemukakan skala ini dikembangkan oleh Rensis Likert (1932) yang paling sering digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi responden terhadap suatu objek, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun pertanyaan atau pernyataan dengan skala Likert adalah sebagai berikut:

1. Bentuk standar skala Likert adalah 1 sampai 5;

2. Sebaiknya jumlah item dibuat berkisar 25-30 pernyataan atau pertanyaan

3. Buatlah item dalam bentuk positif dan negatif dengan proporsi yang seimbang serta ditempatkan secara acak (Husani Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, 2008:65).

Berdasarkan pendapat di atas skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi terhadap fenomena sosial. Angket model skala likert ini akan diberikan kepada respnden yang berjumlah 68 orang untuk mengetahui persepsi masyarakat Bali terhadap tradisi Ogoh-Ogoh di kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.

(22)

Menurut Suharsini Arikunto mengemukakan bahwa teknik dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya (Suharsini Arikunto, 1989 : 188).

Hadari Nawawi mengatakan bahwa, dokumentasi adalah cara atau pengumpulan data melalui peninggalan tertulis, terutama tentang arsip-arsip dan termasuk buku-buku lain yang berhubungan dengan masalah penyelidikan (Nawawi,1991:133) .

Berdasarkan pendapat di atas dokumentasi adalah proses mendokumenkan suatu, gambar,peningalan tertulis, buku-buku, dan, surat kabar, yang digunakan untuk menambah informasi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Dokumentasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dari buku-buku pendapat teori, foto-foto kegiatan dan buku-buku yang berhubungan dengan penelitian ini.

Dengan demikian teknik kepustakaan adalah, teknik yang dipakai penulis mempelajari literatur- literatur yang ada hubungannya dengan masalah yang akan diteliti,melalui koran, majalah, naskah dan catatan-catatan kisah sejarah, dokumen dan sebagainya, sebagai landasan yang dapat mendukung penelitian.

E. Tehnik Analisis Data

Menurut Muhammad Ali teknik analisi data kualitatif adalah analisis data dengan menggunakan proses berfikir induktif, untuk menguji hipotesis yang dirumuskan sebagai jawaban sementara terhadap masalah yang diteliti. Induktif dalam hal ini bertolak dari berbagai fakta teridentifiksikan munculnya atau tidak (Muhammad Ali, 1985 : 15).

(23)

1. Penyusunan data dimaksudkan untuk mempermudah penulis dalam menentukan apakah data-data yang telah terkumpul telah memadai atau belum dan data yang telah terkumpul berguna atau tidak, hal itu perlu adanya seleksi dan penyusunan. 2. Klasifikasi Data

Klasifikasi data merupakan usaha yang dilakukan peneliti untuk menggolongkan data berdasarkan kriteria tertentu yang telah dibuat.

3. Pengolahan Data

Pengolahan data yang telah selesai untuk kemudian diolah dengan menggunakan teknis analisis data kualitatif.

4. Penafsiran dan penyimpulan

Setelah melakukan penyusunan, klasifikasi, dan pengolahan data, maka tahap selanjutnya yang harus dilakukan oleh peneliti adalah menghubungkan data dan fakta sehingga dapat ditarik kesimpulan setelah data dan fakta diuji maka kebenaran dan kegunaannyapun akan jelas terlihat.

Analisis data menurut J. Moleong Lexi adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang di sarankan oleh data ( J. Moleong Lexi,1998 : 103).

Setelah mendapatkan data-data yang diperoleh dalam penelitian ini, selanjutnya data yang telah diperoleh diolah dengan teknik analisis. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif, karena data-data yang diperoleh merupakan catatan- catatan keterangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat Bali terhadap tradisi Ogoh-Ogoh di kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.

(24)

tersebut tidak dapat diletakkan pada kontinum interval melainkan berada pada kategori-kategori ordinal (Syaifuddin Azwar, 2010:105).

Menurut Syaifuddin Azwar karena kategorisasi ini bersifat relatif, maka kita boleh menetapkan secara subjektif luasnya interval yang mencakup setiap kategori yang kita inginkan selama penetapan itu berada dalam batas kewajaran dan dapat diterima akal (Syaifuddin Azwar 2010:108). Lebih lanjut Syaifuddin Azwar mengemukakan kontinum jenjang ini contohnya adalah dari rendah ke tinggi, dari paling jelek ke paling baik, dari sangat tidak puas dan semacamnya (Syaifuddin Azwar, 2010:107).

Berdasarkan pendapat di atas untuk mengetahui persepsi masyarakat Bali terhadapa tradisi Ogoh-Ogoh , dalam pengkategorian hasil, dapat di bagi menjadi 3 kategori yaitu, positif

cukup positif, dan negatif. Kategori jenjang (ordinal) dengan rumus sebagai berikut: (µ-1,0σ)≤X<(µ+1,0σ)

X≤[µ-1,0σ] = kategori negatif [µ-1,0σ]≤X<[µ+1,0σ] = kategori cukup positif [µ+1,0σ]≤X = kategori positif

Berdasarkan teori di atas dapat diterjemahkan bahwa:

1. Jumlah skor yang diperoleh adalah jumlah skor akhir dari nilai rata-rata rekapitulasi nilai responden. Nilai rata-rata tersebut diperoleh dari jumlah skor dibagi jumlah responden.

(25)

3. Besarnya satuan deviasi adalah skor maksimal dihitung dari nilai tertinggi tiap soal dikali jumlah soal, hasilnya dikurangi skor minimal dihitung dari nilai terendah tiap soal dikali jumlah soal, kemudian dibagi enam.

Keteraangan:

X = jumlah skor yang diperoleh µ = Mean teoritis

σ = besarnya satuan standar deviasi

( )

(26)
(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka dilakukan untuk mendapatkan konsep yang tepat, sehingga dapat digunakan sebagai landasan teori terhadap penelitian yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini akan diuraikan beberapa konsep yang dapat dijadikan landasan teori. Adapun konsep dalam penelitian ini adalah:

1. Konsep Upacara

Upacara mempunyai fungsi sosial yang penting yaitu menyatakan kepada khalayak ramai tingkat hidup baru yang dicapai individu

(Depdikbud, 1981/1982: 124).

Upacara menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah : 1. Tanda-tanda kebesaran (seperti payung kerajaan).

2. Peralatan (menurut adat istiadat) rangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat pada aturan-aturan tertentu menurut adat atau agama.

3. Perbuatan atau perayaan yang dilakukan diadakan sehubungan dengan peristiwa penting (seperti pelantikan pejabat, pembukaan gedung baru) (Depdikbud, 1988 : 994 ).

Sedangkan, Koentjaraningrat membedakan upacara menjadi 2 , yaitu : 1. Upacara bersifat pemisah atau peralihan.

(28)

( Koentjaraningrat, 1985: 34 ).

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud upacara adalah suatu perbuatan atau perayaan yang dilakukan dengan suatu tindakan yang terikat pada aturan-aturan menurut adat istiadat dan agama pada suatu peristiwa penting.

2. Konsep Persepsi

Menurut Yusmar Yusuf, persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam artian luas ialah pandangan atau pengertian tentang bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Yusmar Yusuf, 1989:108). Sedangkan Sarlito Wirawan Sarwono mengemukakan persepsi adalah proses penginderaan yang disatukan dan dikoordinasikan di dalam pusat syaraf (otak) sehingga manusia bisa mengenali dan menilai objek-objek (Sarlito Wirawan Sarwono, 1992: 45).

Menurut Bimo Walgito, persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga yang disebut proses sensoris (Bimo Walgito, 2010:99).

(29)

juga tentang keadaan diri individu yang bersangkutan. Persepsi merupakan pandangan, pengamatan, atau tanggapan seseorang terhadap benda, kejadian, tingkah laku manusia atau hal-hal yang diterimanya sehari-hari

(Jalaluddin Rakhmat, 1986 : 57 ).

Menurut Mar’at “persepsi adalah suatu pengamatan yang berasal dari komponen kognitifnya, persepsi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pengalaman, faktor proses belajar, faktor cakrawala, faktor pengetahuan dan lain-lain” (Mar’at, 1981:22).

Berdasarkan pengertian konsep di atas persepsi adalah proses tahu, sadar atau mengenali objek dengan bantuan indera, sehingga individu dapat mengerti dan menyadari keadaan lingkungan sekitar dan keadaan dirinya. Proses penginderaan ini membuat seseorang itu tahu, dan mengerti, yang biasanya diperoleh dari pengalaman sehingga ia bisa memberikan penilaian mengenai objek tertentu, atau dapat memberikan persepsi mengenai hal tertentu.

Maka dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui persepsi masyarakat Bali terhadap tradisi Ogoh-Ogoh, yang di peroleh melalui pengalaman panca imderanya.

2.1. Pembentukan Persepsi dan Faktor yang Mempengaruhinya

(30)

1. Obyek yang dipersepsikan, obyek akan menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsikan, tetapi juga dapat datang dari dalam individu.

2. Alat indera, syaraf dan pusat susunan syaraf merupakan alat untuk menerima rangsangan yang diteruskan oleh syaraf sensorik untuk diterima dan diolah di pusat susunan syaraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran.

3. Adanya perhatian terhadap obyek merupakan langkah pertama dalam mengadakan persepsi, karena tanpa ada perhatian maka tidak akan ada persepsi (Bimo Walgito,2004: 89-90).

2.2. Bentuk- Bentuk Persepsi

Dalam buku Mifta Toha, Irwanto mengkategorikan bentuk-bentuk persepsi menjadi dua hal, yaitu:

1. Persepsi positif, yaitu persepsi yang menggambarkan segala pengetahuan atau tanggapan yang diteruskan dengan upaya pemanfaatannya.

2. Persepsi negatif, yaitu menggambarkan segala pengetahuan dan tanggapan yang tidak selaras dengan obyek yang dipersepsi, hal ini akan diteruskan dengan kepasifan atau menolak dan menentang obyek yang dipersepsi (Mifta Toha, 1990: 140).

Dari definisi di atas maka dapat di tarik kesimpulan bahwa dalam menerima suatu stimulus kemampuan manusia sangatlah terbatas, sehingga manusia tidak mampu memproses seluruh stimulus yang ditangkapnya, artinya meskipun sering disadari, stimulus yang akan dipersepsikan adalah stimulus yang mempunyai relevansi dan bermakna baginya.

Dengan demikian dapat diketahui ada dua bentuk persepsi yaitu yang bersifat positif dan negatif.

(31)

yaitu persepsi atau pandangan terhadap suatu objek dan menuju pada suatu keadaan dimana subjek yang mempersepsikan cenderung menerima obyek yang ditangkap karena sesuai dengan pribadinya.

2. Persepsi Negatif

Persepsi negatif yaitu persepsi atau pandangan terhadap suatu obyek dan menunjukan pada keadaan dimana subyek yang mempersepsikan cenderung menolak obyek yang ditangkap karena tidak sesuai dengan pribadinya.

2.3. Jenis-jenis persepsi

Menurut Bimo Walgito jenis-jenis persepsi berdasarkan panca indera yaitu sebagai berikut :

1. Persepsi melalui indera penglihatan

Mata hanyalah merupakan salah satu alat atau bagian yang menerima stimulus, dan stimulus ini dilangsungkan oleh syaraf sensoris ke otak, hingga akhirnya individu dapat menyadari apa yang dilihatnya Persepsi melalui indera pendengaranDalam pendengaran individu dapat mendengar apa yang mengenai reseptor sebagai suatu respons terhadap stimulus tersebut. Kalau individu dapat menyadari apa yang didengar, dan terjadilah suatu pengamatan atau perepsi.

2. Persepsi melalui indera pencium

Stimulusnya berwujud benda-bendayang bersifak khemis atau gas yang menguap, dan mengenai alat-alat penerima yang ada dalam hidung, kemudian oleh syaraf sensoris ke otak, dan sebagai respon dari stimulus tersebut orang dapat menyadari apa yang diciumnya yaitu bau yang diciumnya

3. Persepsi melalui indera pencecap

Stimulusnya merupakan benda cair. Zat cair itu mengenai ujung sel penerima yang terdapat pada lidah, yang kemudian dilangsungkan oleh syaraf sensoris ke otak, hingga akhirnya orang dapat menyadari atau mempersepsi tentang apa yang dicecapnya itu

4. Persepsi melalui indera kulit

(32)

Dalam penelitian persepsi masyarakat Bali terhadap tradisi Ogoh-Ogoh adalah melalui indera penglihatan dan indera pendengaran yaitu masyarakat Bali yang memiliki pengalaman menyaksikan tradisi dengan melihat secara langsung baik bentuk, cara pembuatan serta proses dalam pembutan Ogoh-Ogoh dan mendengar suara gamelan (musik) yang mengiringi tradisi .

3. Konsep Tradisi Ogoh-Ogoh

Pengertian Tradisi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (1976:157) adalah segala sesuatu seperti adat, kepercayaan, kebiasaan, ajaran yang turun temurun dari nenek moyang. Tradisi adalah adat-istiadat atau kebiasaan yang turun temurun yang masih dijalankan di masyarakat.

(33)

Berdasarkan konsep di atas tradisi merupakan adat istiadat dan kepercayaan yang dilakukan turun-temurun oleh masyarakat Bali sesuai dengan apa yang telah dilakukan oleh leluhurnya, yang merupakan suatu ritual penting di dalam kehidupan masyarakat Bali.

Bagi masyarakat Bali tradisi yang masih dilaksanakan adalah Ogoh-Ogoh dalam upacara Tawur Ka Sanga yang dilaksanakan secara turun-temurun dan pelaksanaannya berhubungan dengan alam dan lingkungan.

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (2011: 977) Ogoh-Ogoh adalah patung yang terbuat dari bambu, kertas dan sebagainya,berbentuk raksasa dan lain-lain. Diarak keliling desa pada hari tertentu (biasanya sehari sebelum Nyepi).

Tradisi Ogoh-Ogoh yang biasa dilaksanakan oleh masyarakat Bali sudah mendarah daging hingga kini, karena merupakan suatu kebiasaan yang tidak dapat dipisahkan dari kepercayaan yang telah dianut secara turun-temurun oleh masyarakat Bali. Nama Ogoh-Ogoh sendiri, diambil dari sebutan ogah-ogah dari bahasa Bali, artinya sesuatu yang digoyang-goyangkan. Tradisi Ogoh-Ogoh yang merupakan suatu tradisi untuk mengembalikan Bhuta Kala ke alamnya, Bhuta yang berasal dari kata Bhu berarti gelap, sedangkan Kala berarti energi kegelapan dan negatif . Maka, ketika Kala terpengaruh Bhuta dia mengandung energi negatif yang kemudian menjadi Bhuta Kala.

(34)

untuk mengembalikan unsur negatif yang ditimbulkan para Bhuta Kala ke alamnya, sehingga alam menjadi bersih.

Sebelum tradisi Ogoh-Ogoh dilaksanakan, sebulan sebelum hari raya Nyepi, para muda-mudi di Banjar mulai Sangkep (kumpul) di Bale Banjar (balai desa) membicarakan tentang kegiatan yang akan dilakukan untuk menyambut hari raya Nyepi yang akan tiba. Kegiatan yang paling penting adalah membuat Ogoh-Ogoh dan membentuk kepanitiaan. Pembentukan kepanitian ini mulai dari ketua, sekretaris, dan bendahara, karena pengurus inti sangat berperan penting dalam kelancaran pembuatan Ogoh-Ogoh. Setelah pengurus dibentuk, mulailah berdiskusi dengan seluruh anggota muda-mudi untuk merancang konsep perwujudan Ogoh-Ogoh yang akan dibuat. Setelah rapat selesai, keesokan harinya, para pengurus dan anggota yang telah ditunjuk mulai melakukan pengumpulan dana dari warga kampung. Anggota mendatangi setiap rumah yang akan dilewati Ogoh-Ogoh untuk meminta sumbangan suka-rela, setidaknya mereka ikut berpartisipasi demi kemeriahan dihari pementasan Ogoh-Ogoh nanti.

(35)

Tradisi Ogoh- Ogoh dilaksanakan pada satu hari menjelang hari Raya Nyepi pada pukul 16.00 sampai dengan selesai yang disebut Pengerupuk dan merupakan rangkaian dari upacara Tawur Ka Sanga. Masyarakat Bali membuat Ogoh-Ogoh sebagai lambang Bhuta Kala seperti Kala Bang, Kala Ijo, Kala Dengen, Kala Lampah, Kala Ireng dan berbagai bentuk lainnya yang merupakan lambang sifat-sifat negatif yang harus di Somya agar tidak mengganggu kehidupan manusia.

Sebelum diarak ogoh-ogoh harus diupacarai terlebih dahulu, dengan banten Pemelaspasan atau Pasupati. Pasupati adalah upacara pemberkatan Ogoh-Ogoh yang sudah selesai dibuat agar memiliki kekuatan magis positif untuk mengusir roh jahat yang disimbulkan Bhuta Kala. Muda-mudi yang akan ikut memikul dan mengiringi ogoh-ogoh, sembahyang terlebih dahulu di pura desa untuk keselamatan dan kelancaran acara. Pembagian formasipun mulai di bagi. Setelah pembagian selesai, baru kemudian waktunya mengarak Ogoh-Ogoh keliling kampung beramai-ramai diiringi gamelan Baleganjur, dan bunyi-bunyian serta obor dengan riuh ramai.

Ogoh-Ogoh digoyang kekiri-kekanan, maju- mundur, hal tesebut semakin menorehkan kesan Bahwa Ogoh-Ogoh adalah simbolis diaraknya atau kalahnya roh jahat Bhuta Kala untuk kemudian di bakar di Setra (tempat pembakaran mayat) atau perempatan kampung. Pembakaran ini mempunyai maksud dilebur dan dimusnahkannya roh Bhuta Kala, baik di alam semesta dan yang terpenting pada diri sendiri. Sederhananya, arakan Ogoh-Ogoh bermakna menangnya Dharma (kebaikan) melawan Adharma.(kejahatan).

(36)

setiap orang. Namun Tedun (kesurupan) tersebut segera di atasi dengan pemberian Tirta oleh Pemangku setempat.

Tradisi Ogoh-Ogoh ini selalu dilaksanakan di Kampung Rama Utama secara turun-temurun oleh masyarakat Bali di Kampung Rama Utama meskipun terdapat berbagai variasi dari bentuk Ogoh- Ogoh di dalam pelaksaannya, bahkan akhir-akhir ini Ogoh-Ogoh hanya di fungsikan untuk arak-arakan masyarakat serta ajang seru-seruan anak muda, bahkan di pajang di pinggir jalan sebagai pameran, dimana hal tersebut terkesan menghilangkan kesan magis ogoh-ogoh itu sendiri. Meskipun dengan versi yang berbeda-beda masyarakat Bali tetap yakin dan percaya bahwa dengan tradisi Ogoh-Ogoh akan terbentuk suatu energi yang positif bagi alam semesta beserta isinya.

Adapun makna yang terkandung dalam tradisi Ogoh-ogoh yaitu sebagai lambang menjaga keseimbangan, keseimbangan Buana Alit, Buana Agung, keseimbangan Dewa, Manusia, Bhuta, sekaligus merubah kekuatan Bhuta menjadi div/dewa (Nyomya Bhuta) yang diharapkan dapat memberi kedamaian, kesejahteraan dan kerahayuan jagat Bhuana Agung (alam semesta) dan Bhuana Alit (manusia).

(37)

4. Konsep Masyarakat Bali

Masyarakat menurut Auguste Comte mengatakan bahwa masyarakat merupakan kelompok-kelompok makhluk hidup dengan realitas-realitas baru yang berkembang menurut hukum-hukumnya sendiri dan berkembang menurut perkembangan yang tersendiri. Masyarakat dapat membentuk kepribadian yang khas bagi manusia, sehingga tanpa adanya kelompok, manusia tidak akan mampu untuk dapat berbuat banyak dalam kehidupannya (Abdul Syani, 1992 :31).

Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan (Soerjono Soekanto, 1985: 20). Sedangkan menurut pendapat lain masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh mempengaruhi satu sama lain (Hassan Sadily, 1984: 47).

Bali adalah salah satu suku bangsa yang terdapat di Indonesia. Suku bangsa Bali memiliki potensi alam dan kebudayaan yang sangat tinggi, sehingga Bali tidak hanya dikenal di dalam negeri saja, melainkan sampai ke luar negeri. Masyarakat suku Bali menempati keseluruhan pulau Bali yang menjadi satu propinsi, yakni propinsi Bali. Oleh karena pengaruh emigrasi, ada juga masyarakat Bali yang menetap di wilayah -wilayah lainnya di Indonesia.

(38)

agama Islam terdapat di Karang Asem, Klungkung, dan Denpasar, sedangkan penganut agama Kristen dan Katholik terutama terdapat di Denpasar, Jimbaran dan Singaraja.

Tempat beribadah agama Hindhu berupa Pura Besakih, Pura Desa (Kayangan Tiga), Subak dan Seka, kumpulan tari atau semacam sanggar tari, serta tempat pemujaan leluhur dari klen-klen besar.

(http:///C:/Blog Users/Putu Setia/makalaah-antropologi-tentang-pola.html)

Berdasarkan konsep di atas, maka dapat dinyatakan bahwa masyarakat Bali adalah masyarakat yang terdiri dari banyak individu yang membentuk suatu komunitas keluarga berdasarkan persamaan asal, suku,dan bahasa, dari berbagai wilayah di Bali seperti, Denpasar, Buleleng, Mengui, dan Ulun Umo. Berdasarkan persamaan tersebut, sehingga terbentuk suatu sistem kemasyarakatan, begitu juga, masyarakat Bali yang menetap di Lampung, seperti di Kabupaten Lampung Tengah, yaitu kampung Rama Utama, Rama Dewa, dan Rama Indra.

B. Kerangka Pikir

(39)

tujuannya untuk pembersihan kampung dari Bhuta Kala (Jin, setan, leak, jadi-jadian roh jahat dan sebangsanya), yang diyakini mempengaruhi nabsu angkara yang ada pada diri manusia.

Masyarakat Bali termasuk masyarakat yang melestarikan tradisi Ogoh-Ogoh, tetapi pada pembutan Ogoh-Ogoh terdapat perbedaan coraknya. Demikian pula dalam memilih waktu yang tepat untuk melaksanakan upacara tradisi, yaitu adanya keyakinan bahwa Ogoh-Ogoh hanya diarak mengelilingi kampung, atau keluar dari kampung pada satu hari menjelang hari raya Nyepi. Seiring berjalannya waktu, Ogoh-Ogoh kini diarak sebelum waktunya untuk diperlombakan, selain itu ada berbagai corak Ogoh-Ogoh yang dibuat muda-mudi, sebagai ajang mengembangkan kreatifitasnya dari Ogoh-ogoh simbol Bhuta Kala dengan berbagai coraknya, dan Ogoh-Ogoh sebagai sarana untuk menumpahkan protes.

Pengetahuan atau pengalaman panca indera masyarakt Bali dapat menimbulkan pandangan atau persepsi yang berbeda terhadap tradisi Ogoh-Ogoh, yaitu adanya persepsi positif dan persepsi negatif . Persepsi merupakan suatu proses seseorang menafsirkan masukan-masukan informasi dan pengalaman-pengalaman yang ada melalui proses penginderaan sehingga seseorang dapat melihat dan memberikan penilaian terhadap suatu objek.

C. Paradigma

(40)

Persepsi masyarakat Bali terhadap tradisi Ogoh-Ogoh di Kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah

Persepsi Positif Persepsi Negatif

Keterangan :

(41)

i

SANWACANA

Segala puji kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul PERSEPSI MASYARAKAT BALI TERHADAP TRADISI

OGOH-OGOHDI KAMPUNG RAMA UTAMA KECAMATAN SEPUTIH RAMAN KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

Penulisan skripsi ini merupakan syarat dalam menyelesaikan studi, dimana dalam

proses penyelesaiannya penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu

pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada :

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Unila

2. Bapak Dr. Thoha B.S. Jaya, M.S selaku Pembantu Dekan I FKIP Unila

3. Bapak Drs. Arwin Ahmad, M.Si. selaku Pembantu Dekan II FKIP Unila

4. Bapak Drs. Iskandar Syah, M.H selaku Pembantu Dekan III FKIP Unila

5. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS FKIP

Unila

6. Bapak Drs. Maskun, M.H. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah

FKIP Unila, dan juga selaku dosen pembahas. Terimakasih atas kesediaanya

menjadi dosen pembahas utama dalam ujian skripsi dan memberi masukan

(42)

ii

7. Bapak Drs. Wakidi, M.Hum. selaku pembimbing pertama sekaligus

Pembimbing Akademik, terima kasih atas bimbingan dan masukannya dalam

penyelesaian skripsi ini.

8. Ibu Yustina Sri Ekwandari, S.Pd, M.Hum. selaku pembimbing kedua terima

kasih atas bimbingan, saran, dan kritik yang sangat bermanfaat dalam proses

penyelesaian skripsi ini

9. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung atas semua ilmu pengetahun yang

diberikan kepada penulis.

10.Kepada Ibu Siti Nuraini selaku Kepala Kampung Rama Utama dan Bapak

Suparman selaku Sekertaris Kampung Rama Utama yang telah memberikan

informasi tentang data Kampung Rama Utama.

11.Kepada masyarakat Bali di kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman

Kabupaten Lampung Tengah.

Penulis sangat menyadari keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan informasi

yang ada pada diri penulis, sehingga skripsi ini masih perlu penyempurnaan,

maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk

membantu penulis dimasa yang akan datang. Penulis berharap semoga skripsi

ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Bandar Lampung, Juli 2012

Penulis

(43)

iii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi DAFTAR LAMPIRAN ... vii DAFTAR GAMBAR ... viii

I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1 B. Analisis Masalah ... 4

1. Identifikasi masalah ... 4 2. Pembatasan Masalah ... 5 3. Perumusan Masalah ... 5 C. Tujuan Penelitian, Kegunaan dan Ruan Lingkup Peneliti ... 5 1. Tujuan Penelitian ... 5 2. Kegunaan Penelitian ... 5 3. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka ... 7 1. Konsep Upacara ... 7 2. Konsep Persepsi ... 8 2.1 Pembentukan Persepsi dan Faktor yang Mempengaruhinya ...9 2.2 Bentuk- Bentuk Persepsi ...10 3. Konsep Tradisi Ogoh-Ogoh ... 11 4. Konsep Masyarakat Bali ... 16 B. Kerangka Pikir ... 18 C. Paradigma ... 20

III. METODE PENELITIAN

(44)

iv

C. Populasi dan Sampel ... 23 1. Populasi ... 24 2. Sampel ... 25 3. Teknik Pengambilan Sampel ... 27

D. Teknik Pengumpulan Data ... 27 1. Angket ... 27 2. Dokumentasi ... 28 E. Teknik Analisis Data ... 29

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil ... 33 1. Sejarah Singkat Kampung Rama Utama ... 33 2. Letak dan Batas-Batas Wilayah Kampung Rama Utama ... 34 3. Kependudukan ... 35 4. Karakteristik Responden...37 5. Persepsi Masyarakat Bali Terhadap Tradisi Ogoh-Ogoh

pada Masyarakat Bali di Kampung Rama Utama

Kecamatan Seputih Raman ... 39

B. Pembahasan ... 43 1. Tabulasi Hail Angket ... 44 2. Perhitungan Hasil Angket ... 46 3. Persepsi Masyarakat Bali Terhadap Tradisi Ogoh-Ogoh

pada Masyarakat Bali di Kampung Rama Utama

Kecamatan Seputih Raman ... 48

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan ... 52 B.Saran ... 52

(45)

v

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Populasi Penelitian ... 25

2. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin ... 35

3. Jumlah penduduk dilihat dari agama ... 35

4. Jumlah penduduk dilihat dari pendidikan ... 36

5. Jumlah penduduk dilihat dari mata pencaharian ... 37

6. Karakteristik responden menurut usia ... 37

7. Karakteristik responden menurut tingkat pekerja ... 38

8. Karakteristik responden menurut pendidikan ... 38

9. Hasil anket tentang persepsi masyarakat Bali terhadap Tradisi Ogoh-Ogoh ... .... 39

10. Tabel tabulasi hasil anket katagori tahu ... .... 44

(46)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Angket ... 54

2. Daftar Nama Responden ... 58

3. Daftar Istilah... 60

4. Gambar ... 62

5. Surat izin penelitian Fakultas ... 68

6. Surat Izin Penelitian Kampung Rama Utama ... 69

(47)

vii

[image:47.595.101.481.157.579.2]

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1. Pembuatan kerangka Ogoh-Ogoh ... . 62 2. Para pemuda yang bekerjasama dalam pembuatan Ogoh-Ogoh... 62 3. Pecaruan yang dilakukan Pemangku dan Masyarakat

Bali sebelum di araknya Ogoh-Ogoh ,

dan dilanjutkan sembahyang bersama... 63 4. Pemelapasan(pemberkatan) Ogoh-Ogoh yang telah

rampung dibuat oleh Pemangku dengan sarana sajen pemelapasan ... 63 5. Mengarak Ogoh-Ogoh berkeliling desa,

dengan riuh ramai disertai gambelan, bunyi-bunyian

dan obor bersama seluruh masyarakat Bali ... 64 6. Pemutaran Ogoh-Ogoh di setiap perempatan, yang diyakin

masyarakat Bali sebagai tempat berkumpulnya Bhuta Kala... 64 7. Mengarak Ogoh-Ogoh menelusuri seluruh jalan yang ada

di Kampung Rama Utama ... 65 8. Seko gamelan baleganjur pengiring Ogoh-Ogoh... 65 9. Persiapan pembakaran Ogoh-Ogoh dengan terlebih dahulu

Di doakan oleh Pemangku ... 66 10. Pemangku yang akan menyulutkan api... 66 11. Ogoh-Ogoh yang telah dibakar ... 67 12. Pemberian Tirta pada semua masyarakat yang ikut,

(48)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kampung Rama Utama 1 Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 9 Juni 1989 sebagai anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan I Ketut Sutayana dan Ni Ketut Suniati.

Penulis memulai pendidikan di Sekolah Taman Kanak-kanak PKK Kartini Rama Gunawan pada tahun 1995. Penulis melanjutkan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri 1 Rama Gunawan pada tahun 1997 dan melanjutkan pendidikan Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Seputih Raman Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2002. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) PGRI 1 Seputih Raman pada tahun 2005 dan selesai pada tahun 2008.

(49)

P

ERSEMBAHAN

Puji syukur atas kehadirat Ide Sang Hyang Widhi Wasa, ku

persembahkan karya ini kepada :

1.

Ayah I Ketut Sutayana

dan

Ibu Ni Ketut Suniati

atas

do’amu yang

tak pernah henti, selalu menyertai langkahku demi kesuksesanku.

2.

Para Pendidik

yang telah memberikan banyak pengetahuan dan

(50)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Ni Made Marinasari npm : 0813033037

program Studi : Pendidikan Sejarah

jurusan : Pendidikan IPS-FKIP Unila

alamat : Kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah

Menyatakan bahwa dalam skripsi saya yang berjudul “ Persepsi Masyarakat Bali terhadap tradisi

Ogoh-Ogoh di Kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah”

bukan hasil penjiplakan dan di dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi dan disepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Juli 2012

Penulis

Ni Made Marinasari

(51)

Judul Skripsi : PERSEPSI MASYARAKAT BALI TERHADAP TRADISI OGOH-OGOH DI KAMPUNG RAMA UTAMA KECAMATAN SEPUTIH RAMAN KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

Nama Mahasiswa : Ni Made Marinasari No. Pokok Mahasiswa : 0813033037

Program Studi : Pendidikan Sejarah

Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Me n y e t u j u i

1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Wakidi, M.Hum Yustina Sri Ekwandari, S.Pd.,M.Hum NIP. 19521216 198603 1 001 NIP. 19700913 200812 2002

2. Mengetahui

Ketua Jurusan Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Pendidikan Sejarah

Drs. Buchori Asyik, M.Si. Drs. Maskun, M.H

(52)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr s . W a k i d i , M. Hu m ………

Sekretaris : Yu s t i n a Sr i Ek w a n d a r i , S.Pd . ,M. Hu m ………

Penguji

Bukan Pembimbing : D r s . Ma s k u n , M.H ………

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr . B u j a n g Ra h m a n , M.Si

NIP. 1 9 6 0 0 3 1 5 1 9 8 5 0 3 1 0 0 3

(53)
(54)

Motto

Jika Hatimu Baik, Pikiranmu Baik, yang Kau Katakan Baik,dan

yang Kau Lakukan Baik, maka Baiklah Nasibmu

(55)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Populasi Penelitian ... 25

2. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin ... 35

3. Jumlah penduduk dilihat dari agama ... 35

4. Jumlah penduduk dilihat dari pendidikan ... 36

5. Jumlah penduduk dilihat dari mata pencaharian ... 37

6. Karakteristik responden menurut usia ... 37

7. Karakteristik responden menurut tingkat pekerja ... 38

8. Karakteristik responden menurut pendidikan ... 38

9. Hasil anket tentang persepsi masyarakat Bali terhadap Tradisi Ogoh-Ogoh ... .... 39

10. Tabel tabulasi hasil anket katagori tahu ... .... 44

(56)
(57)

R

E

F

E

R

EN

SI

Soerjono Soekanto. 1981. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hal 238

Koentjaraningrat.1964. Beberapa Pokok Antropologi Sosial . Jakarta : PT. Dian Rakyat. Hal 12

Made Sri Arwati. 2008. Hari Raya Nyepi. Denpasar: Upada Sastra. Hal 25

(58)

REFERENSI

Depdikbud. 1981. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: Gramedia Pusat Utama. Hal 238

Ibid. Hal 994

Koentjaraningrat.1985. Beberapa Pokok Antropologi Sosial . Jakarta : PT. Dian Rakyat. Hal 34

Yusmar Yusuf. 1989. Psikologi Antarbudaya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hal 108

Sarlito Wirawan Sarwono. 1992. Psikologi Lingkungan. Grasindo : Jakarta.Hal 45

Bimo Walgito. 2010.Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta:Andi. Hal.99

Jalaluddin Rakhmat. 1986. Psikologis Pendidikan.Ghalia Indonesia: Jakarta. Hal 57

Bimo Walgito.Op. Cit. Hal 89-90

Miftah Toha.1990. Pisikologi Lintas Budaya.Grasindo. Hal 43

WJS Poerwadarminta. 1976. Kamus Besar Bahasa Indonesia. PN BalaiPustaka: Jakarta. Hal 157.

Abdul Syani,.1992. Sosiologi skematika, Teori dan Terapan. Bandar Lampung: Bumi Aksara. Hal 31

Soerjono Soekamto. 1985. Sosiologi Suatu Pengantar. Raja Grafindo Persada:

Jakarta. Hal 20

Hassan Sadily. 1984. Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. BinaAksara: Jakarta. Hal 47.

(59)

REFERENSI

Husin Sayuti. 1989. Pengantar Metodologi Riset. Jakarta: Fajar Agung. Halaman 32

Ibid. Hal 41

Gunawan Suratmo. 2002.Panduan Penelitian Multidisiplin. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Hal 16.

Sugiono. 2010. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta : Bandung. Hal 60

Hadari Nawawi dan Mimi Martini. 1994. Penelitian Terapan. Yogyakarta: Gadjah Mada University. Hal 49

Sumadi Suryabrata. 1983. Metodelogi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. Hal 79

Ibid. Hal 83

Nurul Zuriah. 2006. Metodelogi penelitian social dan pendidikan. Bumi aksara: Jakarta. Hal 47.

Sugiono.Op. Cit. Hal 61

Suwardi Endraswara. 2006. Metode, teori, Teknik Penelitian Kebudayaan. Hal 115

Ibid. Hal 15

Mohammad Hasyim. 1982. Penuntun Dasar Kearah Penelitian Masyarakat. Surabaya: Bina Ilmu. Hal 22

Sugiono Op. Cit. Hal 217

Ibid. Hal 63-64

Ibid. Hal 199

Abdurahman Fathoni. 2006. Metodologi Penyusunan Skripsi. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 111

Sugiono Op. Cit. Hal 93

(60)

Suharsimi Arikunto.1989. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta:Jakarta. Hal 188.

Hadari Nawawi. 1991. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada University Press. Yagyakarta. Hal 133

Lexi, J. Moleong. 1998. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Hal 103

Saifuddin Azwar.2010.Penyusunan Skala Psikologi.Pustaka Pelajar:Yogyakarta. Hal 105.

(61)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Analisis Masalah ... 4

1. Identifikasi masalah ... 4

2. Pembatasan Masalah ... 5

3. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian, Kegunaan dan Ruan Lingkup Peneliti ... 5

1. Tujuan Penelitian ... 5

2. Kegunaan Penelitian ... 5

3. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka ... 7

1. Konsep Upacara ... 7

2. Konsep Persepsi ... 8

2.1 Pembentukan Persepsi dan Faktor yang Mempengaruhinya ...9

2.2 Bentuk- Bentuk Persepsi ...10

3. Konsep Tradisi Ogoh-Ogoh ... 11

4. Konsep Masyarakat Bali ... 16

B. Kerangka Pikir ... 18

C. Paradigma ... 20

III. METODE PENELITIAN A. Metode Yang Digunakan ... 21

B. Variabel Penelitian... 22

(62)

2. Definisi Operasional Variabel ... 23

C. Populasi dan Sampel ... 23

1. Populasi ... 24

2. Sampel ... 25

3. Teknik Pengambilan Sampel ... 27

D. Teknik Pengumpulan Data ... 27

1. Angket ... 27

2. Dokumentasi ... 28

E. Teknik Analisis Data... 29

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ... 33

1. Sejarah Singkat Kampung Rama Utama ... 33

2. Letak dan Batas-Batas Wilayah Kampung Rama Utama ... 34

3. Kependudukan ... 35

4. Karakteristik Responden...37

5. Persepsi Masyarakat Bali Terhadap Tradisi Ogoh-Ogoh pada Masyarakat Bali di Kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman ... 39

B. Pembahasan ... 43

1. Tabulasi Hail Angket ... 44

2. Perhitungan Hasil Angket ... 46

3. Persepsi Masyarakat Bali Terhadap Tradisi Ogoh-Ogoh pada Masyarakat Bali di Kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman ... 48

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 52

B. Saran ... 52

(63)
(64)

i

[image:64.595.100.481.145.551.2]

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1. Pembuatan kerangka Ogoh-Ogoh ... . 62 2. Para pemuda yang bekerjasama dalam pembuatan Ogoh-Ogoh... 62 3. Pecaruan yang dilakukan Pemangku dan Masyarakat

Bali sebelum di araknya Ogoh-Ogoh ,

dan dilanjutkan sembahyang bersama... 63 4. Pemelapasan(pemberkatan) Ogoh-Ogoh yang telah

rampung dibuat oleh Pemangku dengan sarana sajen pemelapasan ... 63 5. Mengarak Ogoh-Ogoh berkeliling desa,

dengan riuh ramai disertai gambelan, bunyi-bunyian

dan obor bersama seluruh masyarakat Bali ... 64 6. Pemutaran Ogoh-Ogoh di setiap perempatan, yang diyakin

masyarakat Bali sebagai tempat berkumpulnya Bhuta Kala... 64 7. Mengarak Ogoh-Ogoh menelusuri seluruh jalan yang ada

di Kampung Rama Utama ... 65 8. Seko gamelan baleganjur pengiring Ogoh-Ogoh... 65

9. Persiapan pembakaran Ogoh-Ogoh dengan terlebih dahulu

Di doakan oleh Pemangku ... 66 10. Pemangku yang akan menyulutkan api... 66 11. Ogoh-Ogoh yang telah dibakar ... 67 12. Pemberian Tirta pada semua masyarakat yang ikut,

Gambar

Tabel 1.Populasi Penelitian masyarakat Bali berdasarkan jenis kelamin dan usia 15-70 tahun di desa Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah
Gambar
Gambar

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan integrasi sosial melalui kearifan lokal merupakan proses kesatuan dan persatuan melalui kearifan-kearifan lokal yang berkembang antar suku dan agama yang berbeda

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwasanya dari kedua usaha peternakan ayam pedaging yang ada di Desa Ratna Chaton Kecamatan Seputih Raman, keduanya

Pada hari itu, 3.642 jiwa dari 4.300 jiwa daftar pemilih tetap (DPT) masyarakat Kampung Bumi Kencana Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah

Tradisi slametan yang menjadi dasar utama dari Tradisi Kejawen masyarakat Jawa Kampung Banjar Agung banyak mengalami perubahan dari waktu ke waktu (wawancara

Dengan visi yang telah ditetapkan tersebut diatas, maka diharapkan masyarakat Kecamatan Seputih Raman menjadi masyarakat yang taat beragama sehingga dalam menjalani

Adapun yang diobservasi di Kampung Seni Budaya Pan- canitis yaitu Tradisi Mapag Menak yang menjadi objek utama di penelitian ini, masya- rakat Kampung Seni Budaya Pancanitis baik

Agar tidak terjadi persimpangan pemahaman pada skripsi ini terkait antara kebudayaan Bali yang benar-benar asli yang berada di tempat asalnya yaitu Provinsi Bali, dengan kebudayaan Bali

Sementara itu, salah satu tokoh Agama di Kecamatan Seputih Raman Suharto mengatakan pihaknya sangat berharap masyarakat Seputihraman dapat hidup damai dan tentram dan terhindar dari