• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI MASYARAKAT BALI TERHADAP SISTEM KASTA DI DESA BUYUT BARU KECAMATAN SEPUTIH RAMAN KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERSEPSI MASYARAKAT BALI TERHADAP SISTEM KASTA DI DESA BUYUT BARU KECAMATAN SEPUTIH RAMAN KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN 2015"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERSEPSI MASYARAKAT BALI TERHADAP SISTEM KASTA DI DESA BUYUT BARU KECAMATAN SEPUTIH RAMAN

KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN 2015

Oleh

I Made Darsana

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat Bali terhadap Sistem Kasta di Desa Buyut Baru Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah tahun 2015.

Metode yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan populasi yang berjumlah 174 KK, dengan sampel sebanyak 18 KK sebagai responden. Pengumpulan data menggunakan angket sebagai teknik pokok, sedangkan teknik penunjangnya adalah wawancara, observasi dan dokumentasi.

Berdasarkan analisis data dapat diketahui bahwa dilihat dari indikator pemahaman dominan terdapat dalam kategori paham sebanyak 8 responden atau 44,5 %, indikator tanggapan dominan terdapat dalam kategori setuju sebanyak 11 responden atau 61,1 %, indikator harapan dominan terdapat dalam kategori kurang berdampak sebanyak 9 responden atau 50 %, indikator pengelompokan atau kelas sosial dominan terdapat dalam kategori setuju sebanyak 12 responden atau 66,7 %, indikator sistem perkawinan adat dominan terdapat dalam kategori kurang setuju sebanyak 10 responden atau 55,6 %, indikator pergaulan dilingkungan kekerabatan terdapat dua kategori yang memiliki skor yang sama yaitu setuju dan kurang setuju sebanyak 7 responden atau 38,9 %.

(2)

PERSEPSI MASYARAKAT BALI TERHADAP SISTEM KASTA DI DESA BUYUT BARU KECAMATAN SEPUTIH RAMAN

KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN 2015

Oleh

I MADE DARSANA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

PERSEPSI MASYARAKAT BALI TERHADAP SISTEM KASTA DI DESA BUYUT BARU KECAMATAN SEPUTIH RAMAN

KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN 2015

(Skripsi)

Oleh

I MADE DARSANA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(5)

xiii

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Perumusan Masalah ... 8

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 8

1. Tujuan Penelitian ... 8

2. Kegunaan Penelitian ... 9

a. Kegunaan Teoritis ... 9

b. Kegunaan Praktis ... 9

F. Ruang Lingkup Peneltian... 10

1. Ruang Lingkup Ilmu ... 10

2. Ruang Lingkup Subyek Penelitian... 10

3. Ruang Lingkup Objek Penelitian... 10

4. Ruang Lingkup Wilayah ... 10

5. Ruang Lingkup Waktu ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA... 11

A. Deskripsi Teori... 11

1. Pengertian Persepsi ... 11

2. Pengertian Masyarakat Bali ... 13

3. Persepsi Masyarakat Bali ... 14

4. Pengertian Sistem Kasta... 14

(6)

xiv

6. Perbedaan Pemahaman Sistem Kasta dengan Catur Warna... 17

7. Dampak Akibat Sistem Kasta ... 21

B. Kerangka Pikir ... 23

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 24

A. Metode Penelitian ... 24

B. Populasi dan Sampel ... 24

1. Populasi ... 24

2. Sampel... 25

C. Variabel Penelitian... 26

D. Definisi Operasional ... 27

E. Rencana Pengukuran... 28

F. Teknk Pengumpulan Data... 28

1. Angket/kuesioner ... 28

2. Teknik Penunjang... 29

a. Wawancara ... 29

b. Observasi ... 29

c. Dokumentasi... 29

G. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 30

1. Uji Validitas ... 30

2. Uji Reliabilitas... 30

H. Teknik Analisis Data... 32

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34

A. Langkah-Langkah Penelitian ... 34

1. Pengajuan Judul... 34

2. Penelitian Pendahuluan ... 35

3. Pelaksanaan Penelitian ... 35

4. Pelaksanaan Uji Coba Angket... 37

B. Hasil Penelitian ... 41

1. Penyajian data persepsi masyarakat bali terhadap sistem kasta dengan indikator pemahaman ... 41

2. Penyajian data persepsi masyarakat bali terhadap sistem kasta dengan indikator tanggapan ... 44

3. Penyajian data persepsi masyarakat bali terhadap sistem kasta dengan indikator harapan... 47

4. Penyajian data persepsi masyarakat bali terhadap sistem kasta dengan indikator pengelompokan atau kelas sosial ... 50

5. Penyajian data persepsi masyarakat bali terhadap sistem kasta dengan indikator sistem perkawinan adat ... 53

6. Penyajian data persepsi masyarakat bali terhadap sistem kasta dengan indikator pergaulan dilingkungan kekerabatan ... 56

7. Penyajian data persepsi masyarakat bali terhadap sistem kasta di desa buyut baru kecamatan seputih raman kabupaten lampung tengah tahun 2015... 59

C. Pembahasan... 63

1. Berdasarkan indikator pemahaman ... 63

(7)

xv

3. Berdasarkan indikator harapan... 66

4. Berdasarkan indikator pengelompokan atau kelas sosial ... 68

5. Berdasarkan indikator sistem perkawinan adat ... 69

6. Berdasarkan indikator pergaulan lingkungan kekerabatan ... 70

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 76 DAFTAR PUSTAKA

(8)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

1. Rencana Judul Skripsi

2. Surat keterangan wakil dekan bidang akademik 3. Surat izin penelitian pendahuluan

4. Surat keterangan telah melaksanakan penelitian pendahuluan 5. Surat keterangan telah melaksanakan seminar proposal 6. Lembar persetujuan seminar proposal

7. Kartu perbaikan proposal 8. Surat izin penelitian

9. Surat keterangan telah melaksanakan penelitian 10. Surat keterangan telah melaksanakan seminar hasil 11. Lembar persetujuan seminar hasil

12. Kartu perbaikan hasil 13. Angket

14. Distribusi tentang pemahaman 15. Distribusi tentang tanggapan 16. Distribusi tentang harapan

17. Distribusi tentang pengelompokan atau kelas sosial 18. Distribusi tentang sistem perkawinan adat

(9)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Jumlah masyarakat Bali yang ada di Desa Buyut Baru Kecamatan

Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah...6

3.1 Jumlah masyarakat Bali yang ada di Desa Buyut Baru Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah...25

3.2 Distribusi sampel jumlah masyarakat Bali yang ada di Desa Buyut Baru Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah...26

4.1 Distribusi Hasil Uji Coba Angket Dari 10 Responden di Luar Populasi Untuk Item Ganjil (X) ... 38

4.2 Distribusi Hasil Uji Coba Angket Dari 10 Responden di Luar Populasi Untuk Item Genap ( Y )... 38

4.3 Distribusi Antara Item Ganjil ( X ) Dan Item Genap (Y) Mengenai Daftar Kuisioner Tentang Persepsi Masyarakat Bali Terhadap Sistem Kasta Di Desa Buyut Baru Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah... 39

4.4 Distribusi skor angket dari indokator pemahaman... 41

4.5 Distribusi Frekuensi dari Indikator Pemahaman ... 43

4.6 Distribusi skor angket dari indokator tanggapan... 44

4.7 Distribusi Frekuensi dari Indikator Tanggapan... 46

4.8 Distribusi skor angket dari indokator harapan ... 47

4.9 Distribusi Frekuensi dari Indikator Harapan... 49

4.10 Distribusi skor angket dari indokator Pengelompokan atau Kelas Sosial... 50

(10)

xvii

4.12 Distribusi skor angket dari indokator Sistem Perkawinan Adat ... 53 4.13 Distribusi Frekuensi dari Indikator Sistem Perkawinan Adat... 54 4.14 Distribusi skor angket dari indokator Pergaulan di Lingkungan

Kekerabatan... 56 4.15 Distribusi Frekuensi dari Indikator Pergaulan di Lingkungan

Kekerabatan... 57 4.16 Distribusi Skor Angket Persepsi Masyarakat Bali Terhadap Sistem

Kasta Di Desa Buyut Baru Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah... 60 4.17 Distribusi Frekuensi Tentang Persepsi Masyarakat Bali Terhadap

Sistem Kasta Di Desa Buyut Baru Kecamatan Seputih Raman

(11)
(12)
(13)
(14)

MOTO

Tuhan Tidak Merobah Nasib Suatu Bangsa Sebelum Bangsa Itu

Merobah Nasibnya

(Ir. Soekarno, Pidato HUT Proklamasi 1964)

Kesusksesan Bukan Saat Kita Berkelimangan Harta, Tapi Saat

Semua Orang Tersenyum Kepada Kita

(I Made Narta, Ayah Saya)

Tanamlah Selalu Benih Yang Baik Agar Buah Yang Engkau Petik

Nanti Berkualitas Baik, Begitu Juga Perbuatan, Selalu Berbuat

Baiklah Agar Engkau Mendapatkan Kebaikan Dari Semua Orang

(15)

PERSEMBAHAN

Dengan puji syukur kehadirat Tuhan YME, Kupersembahkan karya

tulis ini sebagai tanda bakti cinta kasihku kepada :

Kedua orang tuaku tercinta, Ayah dan Ibu yang selama ini

mendoakanku, selalu memberikan cinta dan kasih sayang serta

dukungan yang tiada henti demi keberhasilanku.

Kakakku tersayang Ni Wayan Dewi Suparinsih, yang dengan cinta

dan kasih sayangnya selalu mendukung dan mendoakan

keberhasilanku. Dan seluruh keluarga besarku yang

selalu memberikan semangat dan perhatian kepadaku.

Seluruh Dosen yang telah dengan sabar membimbing dan

mengarahkan aku hingga aku berhasil

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Aji Murni pada tanggal 07 Januari 1994. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara, buah hati dari pasangan Bapak I Made Narta dan Ibu Niluh Kompyang Srinadi.

Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 1 Sidorejo pada tahun 2005, kemudian Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Sidomulyo pada tahun 2008, dan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sidomulyo pada tahun 2011.

(17)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Tuahn YME yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

Persepsi Masyarakat Bali terhadap Sistem Kasta di Desa Buyut Baru Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2015”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada berbagai pihak atas segala bantuan baik berupa pemikiran, fasilitas, motivasi dan lain-lain demi terselenggaranya penulisan skripsi ini dari awal sampai akhir terutama kepada Bapak Drs. Holilulloh, M.Si., selaku pembimbing akademik sekaligus pembimbing I dan Bapak Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing II sekaligus Ketua Program Studi PPKn, serta ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si. Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerja Sama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung; 3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Umum dan

(18)

4. Bapak Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum. selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung;

5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung;

6. Ibu Yunisca Nurmalisa, S.Pd., M.Pd., selaku pembahas I. Juga Bapak Abdul Halim, S.Pd., M.Pd., selaku pembahas II terima kasih atas saran dan masukannya;

7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staff Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung, terima kasih atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis;

8. Kepala Desa Bapak I Wayan Wedra, yang telah ikut membantu penulis mengumpulkan data penelitian serta staff Kelurahan desa Cugung;

9. Teristimewa untuk kedua orang tuaku tercinta, Ayahku I Made Narta dan Ibuku Niluh Kompyang Srinadi serta kakakku Ni Wayan Dewi Suparinsih. Seluruh keluarga besarku dan saudara-saudaraku tercinta terimakasih atas doa, senyum, air mata, bahagia, dukungan, kasih sayang yang telah diberikan dan semua pengorbanannya untuk saya yang tiada pernah bisa dinilai dari segi apapun;

(19)

11. Sahabat terbaikku Ni Made Sugiharningsih, Juanda Hadi Saputra, Ketut Linda Wati Dewi, I Wayan Suwastawan, Elfina Fandana, I Wayan Adinata, Agus Subadra, Wayan Ana Vaulina, Wayan Eka Purnami, Bli Wayan Rumite, Bli Wayan Ardi, Nyoman Satria Indra P., yang selalu berusaha meluangkan waktu disaat saya membutuhkan teman cerita, yang terus berusaha menasehati dan memberi motivasi saat saya mulai mengeluh dalam segala hal;

12. Teman-teman terbaikku, Rio Teguh, Wegi Aprianto, Eka Sapradinata, Ahmad Rofai, Sirun Tora, Viki Septian, Aan Suardi, Zainuri Nur, Selvia Oktaria, Elisa Saftriyana, Kadek Diarsih, Ni Wayan sayuwaktini, Nanda Amalia Mirza, Rika Emilda, Evi Meriani, Dionanita, Dian Aprilia, serta seluruh teman-teman seperjuangan saya di Prodi PPKn khususnya angkatan 2011 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terimakasih atas

do’a, saran, dukungan serta motivasinya yang selalu kalian berikan kepada saya;

13. Teman-teman KKN dan PPL di Wonosobo Agus Subadra, dwi satria yuda (kak tiyo), Hengki, Mona, Tiara, Ayu dia, Sulistiana, Sevi, Yunita, Krida, Sekar, Mela serta seluruh teman-teman yang ada di Pekon Balak dan Keluarga Besar Bapak Muslim. Terimakasih atas do’a, saran, dukungan

serta motivasinya yang selalu kalian berikan kepada saya;

14. Kakak tingkat angkatan 2008, 2009, 2010 dan Adik tingkat angkatan 2012, 2013 dan 2014, Serta Petugas Lab PPKn Ridho, Rohim, Yanda, Trio

saya ucapkan terimakasih atas do’a, saran, dukungan serta motivasinya

(20)

15. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan penyajiannya. Akhirnya penulis berharap semoga dengan kesederhanaannya skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bandar Lampung, Oktober 2015 Penulis

(21)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

“Indonesia adalah sebuah masyarakat yang terdiri atas masyarakat-masyarakat suku bangsa yang secara bersama-sama mewujudkan diri sebagai satu bangsa atau nasion (nation), yaitu bangsa indonesia” (Parsudi Suparlan: 2000). Sukubangsa-sukubangsa di Indonesia sangat beranekaragam dan memiliki adat istiadat dan kebudayaannya masing-masing. Dalam perkembangannya ada sukubangsa yang secara sosial, ekonomi, dan politik telah berkembang dan mengenal sistem pemerintahan kerajaan dan ada sukubangsa yang secara sosial, ekonomi dan politik masih hidup dalam kelompok-kelomok kecil berdasarkan atas aturan kekerabatan serta hidup dari meramu dan berburu.

(22)

2

memegang teguh adat istiadat dan kebudayaan nya meskipun tidak berada di pulau Bali.

Suku Bali merupakan kelompok masyarakat yang terikat oleh kesadaran dan kesatuan budaya serta diperkuat dengan bahasa yang sama. Sistem kekerabatan masyarakat Bali menggunakan sistem patrilineal yang didasarkan pada garis keturunan laki-laki. Suku bali melakukan kekerabatan secara lahir dan batin serta sangat ingat dengan asal usul dirinya sehingga terdapat berbagai golongan dalam masyarakat Bali. Golongan-golongan dalam masyarakat Bali sering dikenal dengan istilah kasta.

Sistem kasta sangat diidentikan dengan suku Bali, dikarenakan suku Bali yang paling mencolok menggunakan sistem kasta ini baik dari nama maupun kedudukan status sosialnya. Masyarakat Bali mulai menggenal istilah sistem kasta sejak awal abad ke- 16 Masehi, setelah runtuhnya Majapahit. Perkembangan agama Hindu dari Majapahit semakin marak di Bali mulai Awal abad Ke-16, namun sebenarnya pengaruh Majapahit mulai bernaung dibawah Panji-panji kebesaran Wilwatika di pertengahan abad ke- 14. Bersamaan dengan itu pula sistem pemerintahan di Bali disesuaikan penataannya atas petunjuk para pejabat Majapahit (Aris Munandar: 2005). Salah satu unsur kehidupan masyarakat Bali akibat pengaruh Majapahit adalah sistem kasta.

(23)

3

dalam masyarakat, upacara adat dan keagamaan serta tata etika dalam bermasyarakat antara beda kasta. Dampak positif dari sistem kasta yang berlaku dalam masyarakat Bali adalah mempermudah dalam hal pembagian kerja yang jelas. Setiap golongan dalam masyarakat Bali memiliki peran yang berbeda-beda, contohnya golongan brahmana memiliki peran untuk membimbing dan mengajarkan masyarakat dalam bidang kerohanian, golongan ksatria memiliki peran untuk melaksanakan jalannya pemerintahan, golongan waisya memiliki peran untuk menjalankan perekonomian, dan golongan sudra berperan untuk membantu dan melayani ketiga golongan lainnya.

Kita dapat dengan mudah mengetahui kasta tertentu dalam masyarakat Bali dengan cara melihat nama depannya, seperti Ida Bagus atau Ida Ayu sebagai gelar yang menunjukan gelar orang Brahmana, Tjokorda, Dewa, Dewa Ayu, Anak Agung, Desak sebagai gelar yang menunjukan gelar orang Ksatria, Gusti atau Gusti Ayu sebagai gelar yang menunjukan gelar orang Vaisya, Pande atau Pasek merupakaan gelar bagi orang-orang Sudra yang dahulu kala berhubungan erat dengan pekerjaan orang-orang yang memakai gelar. Dalam masyarakat Bali nama seseorang didapatkan dari keluarga secara turun temurun namun bila ada perkawinan beda kasta maka nama perempuan akan berubah mengikuti kasta laki-laki.

(24)

4

mau menikahkan anak perempuannya dengan laki-laki yang memiliki kasta lebih rendah, karena kasta si perempuan akan turun mengikuti kasta laki-laki. Pemahaman mengenai kasta sudah diajarkan turun temurun melalui keluarga, sehingga setiap anggota keluarga tidak dapat menghindar dari kasta tertentu yang melekat pada keluarganya terutama anak laki-laki. Masyarakat Bali menggunakan sistem garis keturunan laki (Patrilineal), maka anak laki-laki sangat diutamakan dalam masyarakat Bali. Dahulu apabila terjadi perkawinan campuran antara beda kasta maka anak perempuan akan dinyatakan keluar dari keluarganya dan secara fisik pasangan suami-istri akan dihukum buang untuk beberapa lama, ketempat yang jauh dari tempat asalnya. Namun di jaman sekarang hukum semacam itu sudah jarang digunakan karena akan membawa malu kepada keluarga serta akan menjatuhkan gengsi seluruh kasta dari anak perempuan.

Pengaruh kasta sangat besar dalam kehidupan bermasyarakat di masyarakat bali, baik dalam bahasa pergaulan dan tatakrama. Seseorang yang memiliki kasta sudra haruslah menggunakan bahasa bali halus (sopan) kepada kasta yang lebih tinggi dari sudra walaupun lawan bicaranya adalah orang yang lebih muda atau anak-anak. Kejadian tersebut sangat menggambarkan betapa terkotak-kotaknya masyarakat yang masih menggunakan kasta. Pembelajaran yang dilakukan lewat keluarga menjadikan kasta sangat melekat pada setiap lapisan masyarakat.

(25)

5

kasta dan masih menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Pelaksanaan kasta menyebabkan masyarakat menjadi terkotak-kotak dan kurangnya rasa simpati antar kasta. Sifat kasta yang vertikal dan turun temurun menyebabkan seseorang yang lahir di kasta yang tinggi dan dihormati oleh kasta yang lebih rendah menjadi seseorang yang sombong. Sebaliknya seseorang yang lahir dikasta yang rendah menjadi tidak dihormati dan harus selalu hormat dengan kasta yang lebih tinggi.

Berbagai pegangan dan paham masyarakat Bali menyebabkan persepsi yang berbeda-beda, ada yang menolak dan ada pula menyetujui kasta tetap berlaku di masyarakat Bali. Masyarakat Bali di Desa Buyut Baru Kecamatan Seputih Raman memiliki persepsi yang berbeda-beda mengenai sistem kasta yang ada di Masyarakat Bali. Sebagian masyarakat menganggap sistem kasta merupakan warisan leluhur sehingga harus tetap dilestarikan dan diajarkarkan turun temurun. Namun ada juga masyarakat yang menganggap sistem kasta sudah tidak relevan jika diterapkan di era globalisasi seperti saat ini. Oleh sebab itu sangat penting mengetahui bagaimana persepsi masyarakat Bali terhadap sistem kasta di Desa Buyut Baru Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.

(26)

6

adalah catur warna. Namun masyarakat banyak yang belum memahami tentang catur warna dan masih menyamakan sistem kasta dengan catur warna. Dalam catur warna status sosial tidak didapatkan berdasarkan keturunan akan tetapi didapat dari kemampuan yang ditekuni sesorang. Jika seseorang menekuni kehidupan sepiritual dan ketuhanan yang bertugas untuk memberikan pembinaan mental dan rohani serta spritual, maka orang tersebut akan memiliki status sosial sebagai Brahmana tanpa memperhatikan status awal orang tersebut.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti maka didapatkan data sebaga berikut :

Tabel 1.1 Jumlah masyarakat Bali yang ada di Desa Buyut Baru Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.

No Nama RT Jumlah keluarga

1 1 38 KK

Sumber: Data Primer Desa Buyut Baru Kec. Seputih Raman 2015

(27)

7

sebanyak 11 Kepala Keluarga, Ksatria sebanyak 14 Kepala Keluarga, Waisya sebanyak 18 Kepala Keluarga, dan Sudra sebanyak 131 Kepala Keluarga. Mengapa masyarakat Bali masih banyak yang menggunakan sistem Kasta sedangkan kasta menimbulkan banyak perbedaan pendapat, dikarenakan ada beberapa alasan masyarakat Bali masih menggunakan kasta, diantaranya adalah melestarikan budaya leluhur masyarakat Bali. Masyarakat bali sangat memegang teguh tradisi dan kebudayaan leluhur yang ada di Bali, walaupun seperti yang kita ketahui bahwa kasta bukanlah merupakan kebudayaan asli leluhur masyarakat Bali. Pembelajaran dari keluarga yang mengharuskan anggota keluarganya memegang teguh adat dan budaya yang ada didalam keluarga. Kebiasaan dari keluarga tersebut mempengaruhi anak hingga tumbuh dewasa dan terus dilakukan secara turun temurun.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis mencoba memaparkan data suatu penelitian yang berjudul “Persepsi Masyarakat Bali Terhadap Sisitem Kasta di Desa Buyut Baru Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah

tahun 2015”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Perbedaan pemahaman mengenai kasta pada masyarakat Bali.

(28)

8

3. Persepsi masyarakat Bali terhadap Sistem Kasta di Desa Buyut Baru Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.

4. Kurangnya pemahaman tentang kasta oleh masyarakat Bali.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dibatasi hanya pada kajian “Persepsi Masyarakat Bali terhadap Sistem Kasta di Desa Buyut Baru Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2015”.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat diumuskan “Bagaimana

persepsi Masyarakat Bali terhadap Sistem Kasta di Desa Buyut Baru Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2015?”.

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

(29)

9

2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Toritis

Secara teoritis penelitian ini tentang persepsi masyarakat Bali terhadap Sistem Kasta di Desa Buyut Baru Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah akan memperkaya konsep ilmu pendidikan khususnya Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan secara teoritik, dalam kajian hukum dan kemasyarakatan yang membahas tentang hukum adat dan mengenai adat istiadat dan kebudayaannya.

b. Kegunaan Praktis

Kegunaan secara praktis dari hasil penelitian ini diharapkan:

1. Bagi masyarakat penilitian ini dapat memperkaya wawasan juga sebagai sumber pengetahuan kepada pihak yang berkepentingan dalam mempelajari sistem Kasta.

(30)

10

F. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Ilmu

Penelitian ini termasuk ruang lingkup ilmu pendidikan, khususnya hukum adat yang mengkaji tentang adat istiadat dan kebudayaan pada masyarakat indonesia.

2. Ruang Lingkup Subyek Penelitian

Ruang lingkup subjek penelitian ini adalah masyarakat Bali di Desa Buyut Baru Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah. 3. Ruang Lingkup Objek Penelitian

Ruang lingkup objek penelitian ini adalah persepsi masyarakat Bali terhadap Sistem Kasta di Desa Buyut Baru Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.

4. Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah di Desa Buyut Baru Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.

5. Ruang Lingkup Waktu

(31)

11

I. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Pengertian Persepsi

Manusia sebagai makhluk sosial yang juga sekaligus makhluk individual yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya menyebabkan berbagai macam pendangan dan sikap dalam menghadapi suatu obyek atau permasalahan. Seseorang dapat berpendapat suatu obyek menyenangkan namun bagi orang lain obyek tersebut membosankan. Perbedaan dalam menyikapi suatu obyek ditentukan oleh bagaimana persepsi individu terhadap suatu obyek atau permasalahan.

Persepsi menurut Kartono Kartini (2001:67) adalah “pandangan dan

interprestasi seseorang atau individu terhadap suatu kesan obyek yang diinformasikan kepada dirinya dan lingkungan tempat ia berada sehingga

dapat menentukan tindakannya”.

Persepsi menurut Ahmad Slameto (2003:102) adalah “proses yang

menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia untuk mengolah lebih lanjut yang kemudian mempengaruhi seseorang dalam

(32)

12

Persepsi menurut Sugihartono, dkk (2007:8) adalah “kemampuan otak dalam

menerjemahkan stimulasi atau proses untuk menerjemahkan stimulus yang masuk kedalam alat indera manusia”.

Persepsi menurut Bimo Walgito (2004: 70) merupakan “suatu proses

pengorganisasian, penginterprestasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga menjadi sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang integrateddalam diri individu”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia berupa stimulus yang diterima oleh individu sehingga dapat menentukan dan mempengaruhi seseorang dalam berprilaku.

Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dengan berbagai macam bentuk. Stimulus mana yang akan mendapatkan respon dari individu tergantung pada perhatian individu yang bersankutan. Berdasarkan hal tersebut, perasaan, kemampuan berpikir, pengalaman-pengalaman yang dimiliki individu tidak sama, maka dalam mempersepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda antar individu satu dengan individu lain.

(33)

13

2. Pengertian Masyarakat Bali

Masyarakat merupakan individu yang hidup bersama dalam suatu tatanan pergaulan, yang tercipta karena individu melakukan hubungan dan interaksi dengan individu yang lainnya. Masyarakat menurut koentjaraningrat (2009:

146) adalah “kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan yang terikat oleh suatu rasa

identitas bersama”.

Masyarakat menurut Ralph Linton (dalam Soerjono Soekanto, 2006: 22)

merupakan “setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama

cukup lama, sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang

dirumuskan dengan jelas”.

Masyarakat menurut Selo Soemardjan (dalam Soerjono soekanto, 2006: 22)

adalah “orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan dan mereka mempunyai kesamaan wilayah, identitas, mempunyai kebiasaan,

tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang diikat oleh kesamaan”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa masyarakat merupakan kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama dalam waktu yang cukup lama, saling berinteraksi dan mempunyai persamaan yang menimbulkan persatuan dan identitas bersama.

(34)

14

migrasi, gelombang pertama terjadi sebagai akibat dari persebaran penduduk yang terjadi selama zaman prasejarah, gelombang kedua terjadi selama masa perkembangan agama Hindu di Nusantara, dan gelombang yang ketiga berasal dari pulau jawa ketika kerajaan Majapahit runtuh pada abad ke-15.

Sebagian besar masyarakat Bali beragama Hindu, kurang lebih 90% sedangkan sisanya beragama Islam, Kristen, Katolik dan Budha. Orang Bali juga banyak yang tinggal diluar pulau Bali misalnya di Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tengah, Lampung dan daerah penempatan transmigrasi asal Bali lainnya. Walaupun suku Bali tinggal diluar pulau Bali namun tetap melestarikan adat istiadat dan kebudayaannya. Dalam pelestariannya, kebudayaan Bali dapat berbaur dengan budaya lokal dimana suku Bali tinggal sehingga menghasilkan suatu kebudayaan baru.

3. Persepsi masyarakat Bali

Persepsi masyarakat adalah cara pandang sekelompok individu yang telah hidup bersama didalam suatu lingkungan terhadap suatu objek atau permasalahan yang diamati berdasarkan pengalaman dan pengetahuan masing-masing individu, yang menyebabkan perbedaan cara pandang individu yang satu dengan yang lainnya walaupun obyek atau permasalahan yang dinilai sama.

4. Pengertian Sistem Kasta

(35)

15

berinteraksi, saling bergantung satu sama lain, dan terpadu (Tata Sutabri 2012:16).

Menurut Gordon B. Davis dalam bukunya menyatakan, sistem bisa berupa abstrak atau fisis. Sistem yang abstrak adalah susunan yang teratur dari gagasan-gagasan atau konsepsi yang saling bergantung. Sedangkan sistem yang bersifat fasis adalah serangkaian unsur yang bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan (Tata Sutabri 20012:17).

MenurutMustakini (2009:34) “sistem dapat didefinisikan dengan pendekatan

prosedur dan pendekatan komponen, sistem dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari prosedur-prosedur yang mempunyai tujuan tertentu”.

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem adalah suatu himpunan dari unsur, komponen, atau variabel yang terorganisir, saling berinteraksi dan bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu.

Kasta berasal dari bahasa Portugis yaitu Casta yang berarti “pembagian masyarakat”. Kasta dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “golongan

(tingkat atau derajat) manusia dalam masyarakat beragama Hindu”.

Pengolongan masyarakat terdiri dari:

a. Brahmana, orang yang mengabdikan dirinya di bidang spiritual dan kerohanian.

b. Ksatria, orang yang melaksanakan tugas di bidang pemerintahan. c. Waisya, orang yang melaksanakan kegiatan dibidang perekonomian. d. Sudra, orang yang bertugas membantu dan melayani ketiga kasta

(36)

16

Berdasarkan beberapa pendapat di atas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa sistem kasta adalah suatu himpunan dari golongan-golongan masyarakat yang saling berinteraksi, saling membutuhkan satu sama lainnya dan bekerjasama untuk melaksanakan peran masing-masing golongan masyarakat yang bersifat vertikal.

5. Sistem Kasta pada Masyarakat Bali

Sistem Kasta Bali adalah suatu sistem organisasi sosial yang mirip dengan sistem kasta india. Kemiripan ini bisa terjadi karena kedua sistem ini berasal dari akar yang sama, yaitu kekeliruan dalam penerapan sistem warna yang bersumber dari Veda. Akan tetapi, sistem kasta india jauh lebih rumit daripada Bali, dan hanya ada empat kasta dalam sistem kasta Bali yaitu: Brahmana, Ksatriya, Waisya, dan Sudra.

Terdapat beberapa jenis sistem kasta yang ada didalam masyarakat Bali, yaitu:

a. Caturwangsa

Pembagian kasta yang mengikuti sistem kasta di india yaitu Brahmana, Ksatriya, Waisya, dan Sudra. Selain itu masyarakat Bali juga mengenal istilah jaba atau “luar”, yaitu orang-orang yang berada diluar keempat kasta tersebut.

b. Triwangsa

Pembagian kasta dengan hanya mengambil tiga kelas teratas dari sistem Caturwangsa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, triwangsa

(37)

17

triwangsa, semua gelar diperoleh secara askriptif atau turun-temurun dan ditentukan berdasarkan garis keturunan.

c. Pembagian berdasarkan golongan

1) Wong majapahit yaitu orang-orang Bali yang masih keturunan Kerajaan Majapahit.

2) Bali Aga yaitu orang Bali asli yang sudah berada di Bali sebelum ekspansi Kerajaan Majapahit. Umumnya, masyarakat Bali asli ini tidak membaur dan terdesak hingga kedaerah terpencil (pegunungan) dan memiliki konotasi sebagai masyarakat terbelakang, oleh sebab itu

sebutan “Bali Aga” tidak disukai oleh mereka. Logat masyarakat ini

juga berbeda dari masyarakat Bali yang lain, yaitu mereka tetap

melafalkan huruf “a” diakhir kata sebagai huruf “a” bukan menjadi

huruf “e”. Contoh dari penduduk Bali Aga adalah masyarakat daerah

Danau Batur.

6. Perbedaan Pemahaman Sistem Kasta dengan Catur Warna

Dalam agama hindu, istilah kasta tidak dikenal dalam veda, tetapi yang ada adalah warna. Akar kata warna berasal dari bahasa sansakerta Vrn yang

berarti “memilih (sebuah Kelompok)”. Catur warna berarti empat pilihan

(38)

18

pekerjaan. Empat golongan tersebut kemudian dikenal dengan istilah Catur Warna yaitu:

a. Brahmana Warna

Golongan fungsional didalam masyarakat yang setiap orangnya menitikberatkan pengabdian dalam swadharmanya dibidang kerohanian keagamaan serta memberikan pembelajaran tentang ilmu pengetahuan, contoh golongan ini adalah pandita, pinandita, guru, dosen, dan lain-lain.

b. Ksatriya Warna

Golongan fungsional didalam masyarakat yang setiap orangnya menitikberatkan pengabdian dalam swadharmanya di bidang kepemimpinan, keperwiraan, dan pertahanan keamanan negara. Ksatriya merupakan golongan orang-orang yang ahli dalam bidang militer dan mahir menggunakan senjata. Kewajiban golongan Ksatriya adalah melindungi golongan Brahmana, Waisya, dan Sudra. Contoh golongan ini adalah PNS, TNI, Polri, serta pejabat Negara, perangkat pemerintahan lainnya baik ditingkat kabupaten maupun tingkat desa.

c. Waisya Warna

(39)

19

golongan para pedagang, petani, nelayan, pemilik lahan pertanian perkebunan, investor, pemilik usaha/perusahaan dan profesi lainnya yang termasuk bidang perniagaan atau pekerjaan yang menanggani segala sesuatu yang bersifat material, seperti misalnya makanan, pakaian, harta benda dan sebagainya.kewajiban golongan ini adalah memenuhi kebutuhan pokok (sandang, pangan, papan) golongan Brahmana, Ksatriya, dan Sudra.

d. Sudra Warna

Golongan fungsional didalam masyarakat yang setiap orangnya menitikberatkan pengabdiannya di bidang ketenagakerjaan. Sudra merupakan golongan para pelayan yang membantu golongan Brahmana, Ksatriya, dan Waisya agar pekerjaan mereka dapat terpenuhi. Dalam filsafat Hindu, tanpa adanya golongan Sudra, maka kewajiban ketiga kasta tidak dapat terwujud. Dengan adanya golongan Sudra, maka ketiga kasta dapat melaksanakan kewajibannya secara seimbang dan saling memberikan kontribusi. Contoh golongan Sudra adalah karyawan, buruh, penggarap tanah dari golongan Waisya, pembantu rumah tangga serta golongan lainnya yang mengabdikan diri atau bekerja dibawah perintah tiga golonggan lainnya.

(40)

20

sehingga menjadi pendeta, maka ia berhak menyandang status Brahmana (rohaniawan). Berbeda dengan sistem kasta yang status seseorang didapatkan semenjak lahir, jika seseorang lahir didalam keluarga Brahmana maka ia menyandang status Brahmana. Jadi berdasarkan Catur Warna, status seseorang tidak didapat semenjak dia lahir melainkan didapat setelah ia menekuni suatu profesi atau ahli dalam bidang tertentu.

Pemahaman yang kurang terhadap catur Warna menyebabkan kesalahpahaman didalam masyarakat Bali, yang menyamakan antara Kasta dengan Warna. Didalam sistem Kasta, golongan Brahmana merupakan golongan tertinggi, namun didalam catur Warna semua golongan memiliki kedudukan yang sejajar, baik itu Sudra, Waisya, Ksatriya, dan Brahmana, sama-sama memiliki kedudukan yang mulia. Seseorang dapat mengabdi sebesar mungkin dan dapat melaksanakan tugasnya dengan rasa cinta kasih serta keikhlasan.

(41)

21

7. Dampak Akibat Sistem Kasta

Dengan adanya perlakuan vertikal terhadap masing-masing golongan dalam sistem Kasta dari sudra yang terendah sampai Brahmana yang tertinggi menyebabkan perkawinan beda kasta sangat dihindari. Terjadinya perkawinan beda kasta menyebabkan keluarga yang memiliki status lebih tinggi akan malu dengan lingkungan sosialnya terutama jika keluarga wanita yang memiliki kasta lebih tinggi. Masih banyak keluarga-keluarga yang memiliki kasta tinggi tidak mau menikahkan anaknya dengan orang lain yang memiliki kasta lebih rendah, tentu saja ini menimbulkan dampak berupa perlakuan yang berbeda antara seseorang dengan orang yang lainnya berdasarkan status yang dimilikinya, termasuk dalam pendiskriminasian terhadap orang lain.

Menurut pasal 4 ayat a Undang-Undang NO. 40 tahun 2008 tentang penghapusan diskriminasi ras dan etnis, yang berbunyi: “memperlakukan

pembedaan, pengecualian, pembatasan, atau pemilihan berdasarkan ras dan etnis, yang mengakibatkan pencabutan atau pengurangan pengakuan, perolehan, atau pelaksanaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam suatu kesetaraan di bidang sipil, politik, ekonomi, sosial, dan budaya”.

Berdasarkan Undang-Undang tersebut setiap orang dilarang melakukan pendiskriminasian terhadap orang lain dibentuk apapun.

Menurut Undang-Undang perkawinan No. 1 Tahun 1974 dijelaskan pengertian perkawinan yang berbunyi: “perkawinan ialah ikatan lahir bathin

(42)

22

membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Sedangkan sahnya perkawinan sesuai dengan Undang-Undang No. 1 tahun 1974 yaitu:

a. Dalam pasal 6 disebutkan perkawinan harus ada persetujuan dari kedua calon mempelai dan mendapatkan izin kedua orang tua.

b. Menurut pasal 7 ayat 1, perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun.

c. Selain itu persyaratan administrasi untuk catatan sipil yang perlu disiapkan oleh calon pengantin, antara lain:surat keterangan untuk nikah, surat keterangan asal usul, surat keterangan tentang orang tua, akta kelahiran, surat keterangan kelakuan baik, serta keterangan dokter, pas foto bersama 4x 6, surat keterangan domisili, surat keterangan belum pernah kawin, foto copy KTP, foto copy kartu keluarga dan surat izin orang tua.

(43)

23

B. Kerangka Pikir

Kerangka pikir diperlukan dalam menyelesaikan suatu permasalahan baik kecil maupun besar, agar permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan mudah. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat ditarik suatu krangka pikir sebagai berkut:

Gambar 2.1 Skema Krangka Pikir Persepsi Masyarakat

Bali:

1. Pemahaman 2. Tanggapan 3. Harapan

Sistem Kasta dalam masyarakat Bali:

1. Pengelompokan atau kelas sosial

2. Sistem perkawinan adat 3. Pergaulan dilingkungan

(44)

24

I. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ni adalah metode penelitian deskriptif (Descriptive Resarach). Metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan dalam meneliti suatu kelompok, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, atau suatu kelas peristiwa masa sekarang (Muhammad Masir, 1988:63).

Berdasarkan pendapat diatas yang dimaksudkan dengan penelitian deskritif adalah metode yang digunakan untuk memecahkan suatu masalah yang ada pada masa sekarang melalui pengumpulan data dan menganalisa data yang diperoleh dari responden.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

(45)

25

Tabel 3.1. Jumlah masyarakat Bali yang ada di Desa Buyut Baru Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.

No Nama RT Jumlah keluarga

1 1 38 KK

Sumber: Data Primer Desa Buyut Baru Kec. Seputih Raman 2015

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini ditentukan peneliti dengan berpegang pada pendapat Suharsimi Arikunto (2002:107) yang menyatakan bahwa

“untuk ancer-ancer, jika subyek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Dan jika subjeknya lebih dari 100 diambil 10–15% atau 20–25% ataupun lebih, tergantung setidak-tidaknya dari:”

1. Kemampuan meneliti dari waktu, tenaga dan data.

2. Sempitnya wilayah pengamatan dari setiap subyek karena menyangkut hal banyak sedikitnya data.

3. Besar keclnya resiko yang ditanggung peneliti.

(46)

26

adalah 10% x 174 = 18 responden. Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik simple random sampling.

Tabel 3.2. Distribusi sampel jumlah masyarakat Bali yang ada di Desa Buyut Baru Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.

No Nama RT Jumlah keluarga Sampel

1 1 10% x 38 KK 4 KK

Jumlah 174 KK 18 KK

Sumber: Data Primer Desa Buyut Baru Kec. Seputih Raman 2015

C. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti membedakan dua variabel yaitu variabel bebas sebagai variabel yang mempengaruhi (X) dan variabel terkat sebagai yang dipengaruhi (Y) yaitu:

a. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah persepsi masyarakat Bali di Desa Buyut Baru Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.

b. Variabel Terikat

(47)

27

D. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini :

a. Persepsi masyarakat Bali merupakan cara pandang sekelompok individu yang telah hidup bersama didalam suatu lingkungan terhadap suatu objek atau permasalahan yang diamati berdasarkan pengalaman dan pengetahuan masing-masing individu, yang menyebabkan perbedaan cara pandang individu yang satu dengan yang lainnya walaupun objek atau permasalahan yang dinilai sama.

Indikatornya meliputi:

1) Berdasarkan pemahaman yaitu sistem kasta merupakan pengelompokan masyarakat berdasarkan status sosial yang dimilikinya secara turun temurun.

2) Berdasarkan pendapat yaitu masyarakat menganggap bahwa sistem Kasta menimbulkan beberapa dampak berupa sikap pendiskriminasian terhadap orang lain karena status sosialnya seperti dalam hal perkawinan.

3) Berdasarkan harapan yaitu penyamarataan kedudukan didalam bermasyarakat tanpa memperhatikan status sosialnya seperti dalam pergaulan di lingkungan kekerabatan.

(48)

28

E. Rencana Pengukuran

Pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah persepsi masyarakat Bali terhadap sistem Kasta, yang diukur dalam veriabel persepsi adalah besarnya tingkat pemahaman, pendapat dan harapan masyarakat Bali.

F. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan beberapa teknik dalam mengumpulkan data. Hal ini dimaksudkan agar memperoleh hasil yang maksimal, maka pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Angket/kuesioner

Angket atau kuisioner berisi daftar pertanyaan secara tertulis yang terdiri dari item-item pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian dan akan dijawab oleh responden penelitian yaitu masyarakat yang terpilih secara acak menjadi sampel penelitian. Angket yang dibuat dalam bentuk soal pilihan ganda yang bersifat tertutup dan memiliki alternatif jawaban yang harus dipilih oleh responden. Dalam setiap soal memiliki tiga alternatif jawaban dan masing-masing memiliki bobot atau sekor nilai yang berbeda yaitu:

a. Skor 3 diberikan untuk jawaban yang sesuai harapan

(49)

29

2. Teknik Penunjang a. Wawancara

Teknik wawancara digunakan untuk mendapatkan data dan informasi secara langsung dan lengkap yang akan dijadikan bahan pendukung metode kuisioner. Dalam pelaksanaannya peneliti melakukan wawancara dengan responden masyarakat Bali yang sudah berkeluarga, Kepala Desa dan Tokoh Adat.

b. Observasi

Metode observasi digunakan untuk melakukan pengamatan dan pengambilan data secara langsung terhadap objek penelitian dan keadaan tempat penelitian serta keadaan umum tempat peneltian. Dalam pelaksanaannya peneliti melakukan kunjungan ke Desa Buyut Baru Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.

c. Dokumentasi

(50)

30

G. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 1. Uji Validitas

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 168) “uji validitas adalah suatu

ukuran yang menunjukan tingkat kevaliditas dalam suatu instrument dengan demikian untuk menentukan item soal dilakukan control langsung terhadap teori-teori yang melahirkan indikator yang dipakai”.

Untuk menentukan validitas item soal dilakukan control langsung terhadap teori-teori yang melahirkan indikator-indikator yang dipakai yaitu logical validity dengan cara mengkonsultasikan kepada dosen pembimbing skripsi yang dianggap penulis sebagai ahli penelitian dan menyatakan angket ini valid.

2. Uji Reliabilitas

Menurut Suharsimi Arikunto (1998: 170) “uji reliabilitas merupakan

suatu instrumen yang cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik sehingga

mampu mengungkap data yang bisa dipercaya”.

Penelitian yang menggunakan angket, dalam pelaksanaannya memerlukan suatu alat pengumpulan data yang harus diuji reliabilitasnya. Untuk reliabilitas angket diadakan uji coba, yang dapat ditempuh dengan cara sebagai berikut:

a. Menyebarkan angket untuk diujicobakan kepada 10 orang di luar responden;

(51)

31

c. Hasil item ganjil dan genap dikorelasikan dengan rumus Product Moment,yaitu:

rxy : Hubungan Variabel X dan Y x : Variabel bebas

y : Variabel terikat

N : Jumlah responden

d. Untuk reliabilitas angket dengan menggunakan rumus Spearman Brown, sebagai berikut:

rxy : Koefisisien Reliabilitas seluruh item rgg : Koefisien korelasi item ganjil dan genap

e. Hasil analisis kemudian dibandingkan dengan tingkat reliabilitas dengan kriteria, sebagai berikut:

(52)

32

H. Teknik Analisis Data

Analisa data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterprestasikan. Dalam penelitian ini analisa data yang digunakan adalah teknik analisis data kuantitatif yang diperoleh dari analisis tabel dan persentase, yang selanjutnya diuraikan dalam beberapa keterangan atau kalimat.

Untuk megelola dan menganalisis data, akan digunakan rumus yang dikemukakan oleh Hadi, yaitu:

Kemudian untuk mengetahui tingkat presentase (Muhammad Ali, 1993:184) digunakan rumus sebagai berikut:

F = Jumlah alternatif seluruh item

(53)

33

Untuk mentafsirkan banyaknya presentase (Suharsimi Arikanto, 2002:196) yang dperoleh degunakan kriteria sebagai berikut:

76 % - 100 % = Baik

56 % - 75 % = Cukup

(54)

75

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan Hasil analisa data instrument penelitian berupa angket, dapat disimpulkan bahwa persepsi masyarakat Bali terhadap sistem kasta di Desa Buyut Baru Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2015. Indikator pemahaman sebanyak 8 responden atau 44,5 % masuk dalam kategori paham. Indikator tanggapan sebanyak 11 responden atau 61,1 % masuk dalam kategori setuju. Indikator harapan sebanyak 9 responden atau 50 % masuk dalam kategori kurang berdampak. Indikator pengelompokan atau kelas sosial sebanyak 12 responden atau 66,7 % masuk dalam kategori setuju. Berdasarkan indikator perkawinan adat sebanyak 10 responden atau 55,6 % masuk dalam kategori kurang setuju. Indikator pergaulan dilingkungan kekerabatan terdapat dua kategori yang sama yaitu setuju dan kurang setuju, keduanya memiliki skor yang sama sebanyak 7 responden atau 38,9 %.

(55)

76

ditimbulkan sistem kasta yang berlawanan dengan hukum yang berlaku saat ini. Salah satu dampaknya adalah perlakuan yang berbeda antara kasta yang tinggi dan kasta yang rendah.

Masyarakat Bali di Desa Buyut Baru Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah setuju dengan adanya sistem kasta jika digunakan agar pembagian kerja dalam masyarakat menjadi jelas dan teratur serta tidak mencampuri dan mengganggu pekerjaan orang lain. Masyarakat Bali di Desa Buyut Baru Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah juga tidak setuju terhadap sistem kasta jika pelaksanaan kasta yang bersifat vertikal yang menyebabkan seseorang menjadi lebih tinggi dan lebih rendah. Masyarakat menghindari dampak negatif sistem kasta dengan cara hidup berdampingan tanpa ada yang lebih tinggi atau lebih rendah, ketika seseorang memiliki sebuah kewajiban tertentu maka ia harus mengerjakannya secara tekun dan penuh keikhlasan dengan demikian akan tercipta kehidupan bermasyarakat yang harmonis. Sikap saling menghargai dan toleransi sangat diperlukan agar tidak timbul dampak-dampak negatif lainnya sehingga tidak menimbulkan perbedaan persepsi antar masyarakat.

B. Saran

(56)

77

2. Kepada Para Ketua Adat diharapkan memberikan penjelasan kepada masyarakat adat Bali yang belum mengerti dan memahami kebudayaan yang harus dilestarikan dan kebudayaan yang menyimpang, agar tidak terjadi perdebatan antar masyarakat.

(57)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1985.Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi.Bandung: Angkasa.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bina Aksara.

Aris Munandar, Agus. 2005.Istana Dewa Pulau Dewata: Makna Puri Bali Abad ke- 14-19. Jakarta: Komunitas Bambu.

Hadi, Sutrisno. 1996.Metode Reserch. Yogyakarta: Yayasan Pskologi UGM. Kartini, Kartono. 2001.Bimbingan Belajar. Jakarta: Rajawali.

Koentjaraningrat. 2009.Pengantar ilmu antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Mustakini, Jogiyanto Hartono. 2009.Sistem Informasi Teknologi. Yogyakarta:

Andi Offset.

Slameto, Ahmad. 2003.Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Soekanto, Soerjono. 2006.Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Suparlan, Parsudi. 2000.Kesetaraan Warga dan Hak Budaya Komuniti dalam Masyarakat Majemuk Indonesia.ANTROPOLOGI INDONESIA, 63, 2000. Sutabri, Tata. 2012.Konsep Dasar Informasi. Yogyakarta: Andi.

Sutarman, M.Kom. 2009.Pengantar Teknologi Informasi, Edisi Pertama. Jakarta: Bumi Aksara.

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

Undang-Undang No. 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis.

Walgito, Bimo. 2004.Pengantar psikologi umum. Yogyakarta: Andi.

(58)

Gambar

Tabel 1.1 Jumlah masyarakat Bali yang ada di Desa Buyut BaruKecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.
Gambar 2.1 Skema Krangka Pikir
Tabel 3.1. Jumlah masyarakat Bali yang ada di Desa Buyut Baru
Tabel 3.2. Distribusi sampel jumlah masyarakat Bali yang ada di

Referensi

Dokumen terkait

Jadi bimbingan dan konseling merupakan proses bantuan atau pertolongan yang diberikan olah pembimbing/ guru BK (konselor) kepada peserta didik (konseli) untuk mengungkap

mengajukan permohonan pengunduran diri sebagai mahasiswa STKS Bandung dengan alasan diterima di STAN. Demikian permohonan ini

2) Elemn kendali adalah elemen yang menetukan aksi yang harus dilakukan untuk mengatasi galat yang terjadi. Bagian pengendali seringkali menggunakan sebuah elemen yang

Setelah dilakukan perbaikan tata letak dengan menggunakan metode Systematic Layout Planning dapat dilihat pada alternatif layout usulan 1, mesin unwinder slitter letaknya

melakukan perbandingan atau kajian teoritis akan perkembangan dunia maya saat ini dengan Undang-undang di Indonesia, maka penulis menggunakan suatu metode pendekatan

Rempah- rempah menjadi komoditas utama dalam dunia perdagangan pada saat itu, sehingga setiap pedagang maupun bangsa-bangsa yang datang dan bertujuan ke sana, melewati rute

4 Kendala yang dialami oleh UMKM Al-Anwar Minimarket dalam penyusunan laporan keuangannya, yaitu : kurangnya sumberdaya manusia dan pengetahuan mengenai SAK EMKM , sehingga belum

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1 pengembangan inovasi melalui desain batik dilakukan oleh tenaga kerja ahli atau oleh pemilik, 2 Strategi inovasi yang dilakukan pada