S
EJARAH SINGKAT
KERAJAAN/KESULTANAN TERNATE
Masuknya Islam ke Maluku erat kaitannya dengan kegiatan perdagangan. Pada abad ke-15, para pedagang dan ulama dari Malaka dan Jawa menyebarkan Islam ke sana. Dari sini muncul empat kerajaan Islam di Maluku yang disebut Maluku Kie Raha (Maluku Empat Raja) yaitu Kesultanan Ternate yang dipimpin Sultan Zainal Abidin (1486-1500), Kesultanan Tidore yang dipimpin oleh Sultan Mansur, Kesultanan Jailolo yang dipimpin oleh Sultan Sarajati, dan Kesultanan Bacan yang dipimpin oleh Sultan Kaicil Buko. Pada masa kesultanan itu berkuasa,
masyarakat muslim di Maluku sudah menyebar sampai ke Banda, Hitu, Haruku, Makyan, dan Halmahera. Kerajaan Ternate dan Tidore yang terletak di sebelah Pulau Halmahera (Maluku Utara) adalah dua kerajaan yang memiliki peran yang menonjol dalam
menghadapi kekuatan-kekuatan asing yang mencoba menguasai Maluku. Dalam perkembangan selanjutnya, kedua kerajaan ini bersaing memperebutkan hegemoni politik di kawasan Maluku. Kerajaan Ternate dan Tidore merupakan daerah penghasil rempah-rempah, seperti pala dan cengkeh, sehingga daerah ini menjadi
pusat perdagangan rempah-rempah. Wilayah Maluku bagian timur dan pantai-pantai Irian (Papua), dikuasai
oleh Kesultanan Tidore, sedangkan sebagian besar wilayah Maluku, Gorontalo, dan Banggai di Sulawesi, dan sampai ke Flores dan Mindanao, dikuasai oleh Kesultanan Ternate. Kerajaan Ternate mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Baabullah, sedangkan Kerajaan Tidore mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Nuku. Persaingan di antara kerajaan Ternate dan Tidore adalah dalam perdagangan. Dari persaingan ini menimbulkan dua persekutuan dagang, masing-masing menjadi pemimpin dalam persekutuan tersebut, yaitu:
a. Uli-Lima (persekutuan lima bersaudara) dipimpin oleh Ternate meliputi Bacan, Seram, Obi, dan Ambon. Pada masa Sultan Baabulah, Kerajaan Ternate mencapai aman keemasan dan disebutkan daerah kekuasaannya meluas ke Filipina.
b. Uli-Siwa (persekutuan sembilan bersaudara) dipimpin oleh Tidore meliputi Halmahera, Jailalo sampai ke Papua. Kerajaan Tidore mencapai aman keemasan di bawah pemerintahan Sultan Nuku. Kerajaan-kerajaan Islam lainnya yang berkembang adalah Kesultanan Palembang yang didirikan oleh Ki Gedeng Suro, Kerajaan Bima di daerah bagian timur Sumbawa, dengan rajanya La Ka’i, Siak Sri Indrapura yang
didirikan oleh Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah, dan masih banyak lagi Kerajaan Islam kecil lainnya di Indonesia.
LETAK KERAJAAN
Ambon, ternate, dan tidore. Keadaan seperti ini, telah mempengaruhi aspek-aspek kehidupan masyarakatnya, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
A. KEHIDUPAN POLITIK
Di kepulauan maluku terdapat kerajaan kecil, diantaranya kerajaan ternate sebagai pemimpin Uli Lima yaitu persekutuan lima bersaudara. Uli Siwa yang berarti persekutuan sembilan bersaudara. Ketika bangsa portugis masuk, portugis langsung memihak dan membantu ternate, hal ini dikarenakan portugis mengira ternate lebih kuat. Begitu pula bangsa spanyol memihak tidore akhirnya terjadilah peperangan antara dua bangsa kulit, untuk menyelesaikan, Paus turun tangan dan menciptakan perjanjian saragosa. Dalam perjanjian tersebut bangsa spanyol harus meninggalkan maluku dan pindah ke Filipina, sedangkan Portugis tetap berada di maluku. o Sultan Hairun
Untuk dapat memperkuat kedudukannya, portugis mendirikan sebuah benteng yang di beri nama Benteng Santo Paulo. Namun tindakan portugis semakin lama di benci oleh rakyat dan para penjabat kerajaan ternate. Oleh karena itu sultan hairun secara terang-terangan menentang politik monopoli dari bangsa portugis.
* Sultan Baabullah
Sultan baabullah (Putra Sultan Hairun) bangkit menentang portugis. Tahun 1575 M Portugis dapat dikalahkan dan meninggalkan benteng.
B. KEHIDUPAN EKONOMI
Tanah di Kepulauan maluku itu subur dan diliputi hutan rimba yang banyak memberikan hasil diantaranya cengkeh dan di kepulauan Banda banyak menghasilkan pala. Pada abad ke 12 M permintaan rempah-rempah meningkat, sehingga cengkeh merupakan komoditi yang penting. Pesatnya perkembangan perdagangan keluar dari maluku mengakibatkan terbentuknya persekutuan. Selain itu mata pencaharian perikanan turut mendukung perekonomian masyarakat.
C. KEHIDUPAN SOSIAL
Kedatangan bangsa portugis di kepulauan Maluku bertujuan untuk menjalin perdagangan dan mendapatkan rempah-rempah. Bangsa Portugis juga ingin mengembangkan agama katholik. Dalam 1534 M, agama Katholik telah mempunyai pijakan yang kuat di Halmahera, Ternate, dan Ambon, berkat kegiatan Fransiskus Xaverius.
Seperti sudah diketahui, bahwa sebagian dari daerah maluku terutama Ternate sebagai pusatnya, sudah masuk agama islam. Oleh karena itu, tidak jarang perbedaan agama ini dimanfaatkan oleh orang-orang Portugis untuk memancing pertentangan antara para pemeluk agama itu. Dan bila pertentangan sudah terjadi maka pertentangan akan diperuncing lagi dengan campur tangannya orang-orang Portugis dalam bidang pemerintahan, sehingga seakan-akan merekalah yang berkuasa.
Setelah masuknya kompeni Belanda di Maluku, semua orang yang sudah memeluk agama Katholik harus berganti agama menjadi Protestan. Hal ini menimbulkan masalah-masalah sosial yang sangat besar dalam kehidupan rakyat dan semakin tertekannya kehidupan rakyat.
D. KEHIDUPAN BUDAYA
Rakyat Maluku, yang didominasi oleh aktivitas perekonomian tampaknya tidak begitu banyak mempunyai kesempatan untuk menghasilkan karya-karya dalam bentuk kebudayaan. Jenis-jenis kebudayaan rakyat Maluku tidak begitu banyak kita ketahui sejak dari zaman berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam seperti Ternate dan Tidore.
Makalah Sejarah Kerajaan Ternate dan Tidore Minggu, November 03, 2013 PENGETAHUAN 3 comments A. LETAK KERAJAAN Secara geografis kerajaan Ternate dan Tidore terletak di Kepulauan Maluku, antara Sulawesi dan Papua. Letak tersebut sangat strategis dan penting dalam dunia perdagangan masa itu. Pada masa itu, kepulauan Maluku merupakan penghasil rempah-rempah terbesar sehingga dijuluki sebagai “The Spicy Island”. Rempah-rempah menjadi komoditas utama dalam dunia perdagangan pada saat itu, sehingga setiap pedagang maupun bangsa-bangsa yang datang dan bertujuan ke sana. Melewati rute perdagangan tersebut agama Islam meluas ke Maluku, seperti Ambon, Ternate, dan Tidore. Keadaan seperti ini telah mempengaruhi aspek-aspek kehidupan masyarakatnya, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Pada abad ke 14 Masehi, di Maluku Utara telah berdiri 4 kerajaan yaitu Jailolo,Ternate, Tidore, dan Bacan. Masing-masing kerajaan dipimpin oleh seorang kolano. Keempat kerajaan tersebut berasal dari satu keturunan, yaitu JAFAR SADIK, seorang bangsa Arab keturunan Nabi Muhammad saw. Kemajuan Ternate membuat iri kerajaan lainnya. Beberapa kali keempat kerajaan tersebut terlibat perang memperebutkan hegemoni rempah-rempah. Namun, akhirnya mereka dapat mengakhirinya dalam perundingan di Pulau Motir. Dalam persetujan Motir ditetapkan Ternate menjadi kerajaan pertama, Jailolo kedua, Tidore yang ketiga, dan Bacan yang keempat. Kerajaan- kerajaan di Maluku sangat akrab menjalin hubungan ekonomi dengan pedagang Jawa sejak zaman Majapahit. Pedagang Maluku sering mengunjungi bandar seperti Surabaya, Gresik, dan Tuban. Sebaliknya, pedagang Jawa datang ke Maluku untuk membeli rempah-rempah. Hubungan kedua belah pihak ini sangat berpengaruh terhadap proses penyebaran agama islam di Indonesia. Sejak abad ke-13, Maluku sudah ramai dikunjungi oleh pedagang-pedagang Islam dari Jawa dan Melayu. Seiring dengan ramainya perdagangan,
berdatangan pula para mubaligh dari Jawa Timur untuk mengajarkan agama Islam.Salah seorang mubaligh yang berjasa menyiarkan agama islam di Maluku ialah Sunan Giri dari Gresik, Jawa Timur. Kerajaan Ternate merupakan kerajaan yang mendapatkan pengaruh Islam dari para pedagang Jawa dan Melayu. Pusat pemerintahan Ternate terdapat di Sampalu. Raja ternate yang pertama ialah Sultan Zainal Abidin (1486-1500). Raja Ternate yang terkenal ialah Sultan Harun. Hasil utama Ternate waktu itu ialah cengkeh dan pala. B. KEHIDUPAN POLITIK Di kepulauan Maluku terdapat kerajaan kecil, diantaranya kerajaan ternate sebagai pemimpin Uli Lima yaitu persekutuan lima bersaudara. Uli Siwa yang berarti persekutuan sembilan bersaudara. Ketika bangsa Portugis masuk, Portugis langsung memihak dan membantu Ternate, Hal ini dikarenakan Portugis mengira Ternate lebih kuat. Begitu pula bangsa Spanyol memihak Tidore akhirnya terjadilah peperangan antara dua bangsa kulit, untuk menyelesaikan, Paus turun tangan dan menciptakan perjanjian Saragosa. Dalam perjanjian tersebut bangsa Spanyol harus meninggalkan Maluku dan pindah ke Filipina, sedangkan Portugis tetap berada di Maluku. Untuk dapat
memperkuat kedudukannya, portugis mendirikan sebuah benteng yang di beri nama Benteng Santo Paulo. Namun tindakan Portugis semakin lama di benci oleh rakyat dan para penjabat kerajaan Ternate. Oleh karena itu Sultan Hairun secara terang-terangan menentang politik monopoli dari bangsa Portugis. Sultan Baabullah (Putra Sultan Hairun) bangkit menentang Portugis. Tahun 1575 M Portugis dapat dikalahkan dan meninggalkan benteng. C. KEHIDUPAN EKONOMI Tanah di kepulauan Maluku itu subur dan diliputi hutan rimba yang banyak
menjalin perdagangan dan mendapatkan rempah-rempah. Bangsa Portugis juga ingin
mengembangkan agama Katholik. Dalam 1534 M, agama Katholik telah mempunyai pijakan yang kuat di Halmahera, Ternate, dan Ambon, berkat kegiatan Fransiskus Xaverius. Seperti sudah diketahui, bahwa sebagian dari daerah maluku terutama Ternate sebagai pusatnya, sudah masuk agama islam. Oleh karena itu, tidak jarang perbedaan agama ini dimanfaatkan oleh orang-orang Portugis untuk memancing pertentangan antara para pemeluk agama itu. Dan bila
pertentangan sudah terjadi maka pertentangan akan diperuncing lagi dengan campur tangannya orang-orang Portugis dalam bidang pemerintahan, sehingga seakan-akan merekalah yang berkuasa. Setelah masuknya kompeni Belanda di Maluku, semua orang yang sudah memeluk agama Katholik harus berganti agama menjadi Protestan. Hal ini menimbulkan masalah-masalah sosial yang sangat besar dalam kehidupan rakyat dan semakin tertekannya kehidupan rakyat. Keadaan ini menimbulkan amarah yang luar biasa dari rakyat Maluku kepada kompeni Belanda. Di Bawah pimpinan Sultan Ternate, perang umum berkobar, namun perlawanan tersebut dapat dipadamkan oleh kompeni Belanda. Kehidupan rakyat Maluku pada zaman kompeni Belanda sangat memprihatinkan sehingga muncul gerakan menentang Kompeni Belanda. E.
KEHIDUPAN BUDAYA Rakyat Maluku, yang didominasi oleh aktivitas perekonomian
tampaknya tidak begitu banyak mempunyai kesempatan untuk menghasilkan karya-karya dalam bentuk kebudayaan. Jenis-jenis kebudayaan rakyat Maluku tidak begitu banyak kita ketahui sejak dari zaman berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam seperti Ternate dan Tidore. Sejarah Kerajaan Ternate dan Tidore Jejak-jejak arkeologi atau bukti fisik pengaruh budaya Islam dapat dilihat dengan berbagai bentuk tinggalan budaya Islam masa lampau baik peninggalan kerajaan maupun peninggalan daerah negeri-negeri yang bercorak Islam. Daerah Pusat kekuasaan Islam di wilayah Maluku Utara peninggalan arkeologi yang monumental misalnya istana atau kedaton, masjid kuno, alqur’an kuno dan berbagai naskah kuno lainnya, selain tentu saja berbagai benda pusaka peninggalan kerajaan. Sementara itu, di wilayah Maluku bagian selatan, meskipun tidak
berkembang menjadi sebuah kesultanan dengan wilayah kekuasaan yang lebih luas, namun pengaruh Islam dapat dilihat dengan adanya negeri-negeri bercorak keagaaam Islam. Diantara negeri mbergabung menjadi kesatuan adat yang menunjukkan adanya ikatan integrasi sosial yang kuat. Meskipun tidak berkembang menjadi daerah Kesultanan namun negeri-negeri tersebut memiliki pemerintahan dan simbol-simbol kepemimpinan tertentu. Selain itu dapat dijumpai pula beberapa bangunan monumental peninggalan Islam yang tidak jauh berbeda dengan
Laku budaya yang ada juga lazim ditemui di daerah lain, misalnya tradisi berziarah ke makam para Raja Hitu, merupakan kegiatan yang lazim sebagaimana daerah lainnya seperti tradisi ziarah ke makam para wali di Jawa. Selain itu di desa Kaitetu, yang pada masa kerajaan merupakan salah satu daerah kekuasaaan Hitu, sampai sekarang masih berdiri kokoh Masjid Tua Keitetu yang konon dibangun pada tahun 1414 M. Selain itu juga tersimpan naskah alquran kuno, kitab barjanzi, naskah penanggalan kuno dan sebagainya. Bukti-bukti arkeologis ini menunjukkan kemapanan Islam di wilayah tersebut. Dapat dilihat bahwa penyebaran Islam di wilayah ini berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam seperti dalam hal dakwah. Di wilayah Kerajaan Hitu misalnya, sangat mungkin naskah alquran kuno merupakan bukti atau untuk media sosialisasi Islam (Handoko, 2006), begitu juga kitab barzanji, naskah hukum Islam dan penanggalan Islam kuno. Data arkeologi ini dapat mewakili gambaran kebudayaan Islam di wilayah pusat-pusat peradaban Islam yang mapan keIslamannya, seperti halnya di wilayah Maluku Utara yang diwakili terutama kerajaan Islam Ternate dan Tidore. Sejak abad ke-13, Ternate dan juga Tidore sudah dikenal dalam kancah perdagangan dunia sebagai pusat perdagangan rempah. Berbagai saudagar yang berasal dari Arab, India, dan Tionghoa serta Persia datang ke wilayah ini untuk berdagang hingga akhirnya para pedagang dari Eropa seperti Inggris, Portugis, Belanda, dan Spanyol juga hadir di wilayah ini, khususnya untuk mencari cengkeh dan pala. Saat itu wilayah Maluku Utara dikenal degan nama Moluku Kie Hara yang secara harfiah berarti gugusan empat pulau bergunung. Keempat pulau itu dikuasai oleh empat kesultanan yaitu Kesultanan Ternate, Tidore, Jailolo, dan Bacan yang hingga saat ini masih berjalan. Oleh Keempat kesultanan inilah hubungan perdagangan mulai dijalin. Desember 1511, M de Albuquerque, wakil negara Portugis yang berkedudukan di Malaka pertama kalinya mengirimkan ekspedisi tiga kapal menuju
wilayah Maluku. Diikuti oleh Antonio de Abreu dan Fransesco Serrao tiba di Ternate pada tahun 1512. Pada tahun 1521, bangsa Spanyol tiba dengan Kapal Victoria dan Trinidad di Tidore. Mulailah terjadi persaingan hingga menimbulkan perang antara Portugis dan Spanyol. Pada tahun 1522, Portugis yang dipimpin Antonio de Brito berhasil mengusir Spanyol Setelah Spanyol meninggalkan Tidore, bangsa Portugis mulai memonopoli perdagangan rempah-rempah di wilayah Ternate ini. Maka timbulah perlawanan rakyat dari keempat kesultanan dalam melawan monopoli perdagangan. Hal itu juga terjadi saat bangsa lain datang seperti Inggris dan Belanda dengan niat yang lama hingga peperangan melawan penjajah melahirkan beberapa pahlawan nasional. Masuknya Islam ke Maluku erat kaitannya dengan kegiatan perdagangan. Pada abad ke-15, para pedagang dan ulama dari Malaka dan Jawa menyebarkan Islam ke sana. Dari sini muncul empat kerajaan Islam di Maluku yang disebut Maluku Kie Raha (Maluku Empat Raja) yaitu Kesultanan Ternate yang dipimpin Sultan Zainal Abidin (1486-1500), Kesultanan Tidore yang dipimpin oleh Sultan Mansur, Kesultanan Jailolo yang dipimpin oleh Sultan Sarajati, dan Kesultanan Bacan yang dipimpin oleh Sultan Kaicil Buko. Pada masa kesultanan itu berkuasa, masyarakat muslim di Maluku sudah menyebar sampai ke Banda, Hitu, Haruku, Makyan, dan Halmahera. Kerajaan Ternate dan Tidore yang terletak di sebelah Pulau Halmahera (Maluku Utara) adalah dua kerajaan yang memiliki peran yang menonjol dalam menghadapi kekuatan-kekuatan asing yang mencoba menguasai Maluku. Dalam perkembangan selanjutnya, kedua kerajaan ini bersaing memperebutkan hegemoni politik di kawasan Maluku. Kerajaan Ternate dan Tidore merupakan daerah penghasil rempah-rempah, seperti pala dan cengkeh, sehingga daerah ini menjadi pusat perdagangan rempah-rempah. Wilayah Maluku bagian timur dan pantai-pantai Irian (Papua), dikuasai oleh Kesultanan Tidore, sedangkan sebagian besar wilayah
Baabullah, sedangkan Kerajaan Tidore mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Nuku. Persaingan di antara kerajaan Ternate dan Tidore adalah dalam perdagangan. Dari persaingan ini menimbulkan dua persekutuan dagang, masing-masing menjadi pemimpin dalam persekutuan tersebut, yaitu: a. Uli-Lima (persekutuan lima bersaudara) dipimpin oleh Ternate meliputi Bacan, Seram, Obi, dan Ambon. Pada masa Sultan Baabulah, Kerajaan Ternate mencapai aman
keemasan dan disebutkan daerah kekuasaannya meluas ke Filipina. b. Uli-Siwa (persekutuan sembilan bersaudara) dipimpin oleh Tidore meliputi Halmahera, Jailalo sampai ke Papua. Kerajaan Tidore mencapai aman keemasan di bawah pemerintahan Sultan Nuku. Kerajaan-kerajaan Islam lainnya yang berkembang adalah Kesultanan Palembang yang didirikan oleh Ki Gedeng Suro, Kerajaan Bima di daerah bagian timur Sumbawa, dengan rajanya La Ka’i, Siak Sri Indrapura yang didirikan oleh Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah, dan masih banyak lagi Kerajaan Islam kecil lainnya di Indonesia. Kerajaan TERNATE (Abad 13 M) § Terletak di Maluku § Agama Islam di sana disebarkan oleh Sunan Giri dari Gresik § Raja pertama Sultan Zainal Abidin § Raja terkenal Sultan Hairun § Hasil utama Ternate cengkeh dan pala § Peninggalan kerajaan Ternate : 1. Istana Sulatan Ternate 2. Benteng kerajaan Ternate 3. Masjid di Ternate Kerajaan TIDORE (Abad13 M) § Terletak di Maluku § Raja yang pertama Sultan Mansur § Raja terkenal pangeran Nuku § Antara Ternate dan Tidore sering terjadi peperangan untuk
memperluas daerah kekuasaan § Ternate membentuk persekutuan yang disebut Uli Lima § Tidore membentuk persekutuan yang disebut Uli Siwa (persekutuan sembilan ) § Peninggalan kerajaan Tidore : 1. Benteng-benteng peninggalan Portugis, Spanyol 2. Keraton Tidore
KERAJAAN TERNATE A. Awal Perkembangan Kerajaan Ternate Pada abad ke-13 di Maluku sudah berdiri Kerajaan Ternate. Ibu kota Kerajaan Ternate terletak di Sampalu (Pulau Ternate). Selain Kerajaan Ternate, di Maluku juga telah berdiri kerajaan lain, seperti Jaelolo, Tidore, Bacan, dan Obi. Di antara kerajaan di Maluku, Kerajaan Ternate yang paling maju. Kerajaan Ternate banyak dikunjungi oleh pedagang, baik dari Nusantara maupun pedagang asing. A. Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan Raja Ternate yang pertama adalah Sultan Marhum (1465-1495 M). Raja berikutnya adalah putranya, Zainal Abidin. Pada masa pemerintahannya, Zainal Abidin giat menyebarkan agama Islam ke pulau-pulau di sekitarnya, bahkan sampai ke Filiphina Selatan. Zainal Abidin memerintah hingga tahun 1500 M. Setelah mangkat,
pemerintahan di Ternate berturut-turut dipegang oleh Sultan Sirullah, Sultan Hairun, dan Sultan Baabullah. Pada masa pemerintahan Sultan Baabullah, Kerajaan Ternate mengalami puncak kejayaannya. Wilayah kerajaan Ternate meliputi Mindanao, seluruh kepulauan di Maluku, Papua, dan Timor. Bersamaan dengan itu, agama Islam juga tersebar sangat luas. B. Aspek Kehidupan Ekonomi, Sosial, dan Kebudayaan Perdagangan dan pelayaran mengalami perkembangan yang pesat sehingga pada abad ke-15 telah menjadi kerajaan penting di Maluku. Para pedagang asing datang ke Ternate menjual barang perhiasan, pakaian, dan beras untuk ditukarkan dengan rempah-rempah. Ramainya perdagangan memberikan keuntungan besar bagi perkembangan Kerajaan Ternate sehingga dapat membangun laut yang cukup kuat. Sebagai kerajaan yang bercorak Islam, masyarakat Ternate dalam kehidupan sehari-harinya banyak menggunakan hukum Islam . Hal itu dapat dilihat pada saat Sultan Hairun dari Ternate dengan De Mesquita dari Portugis melakukan perdamaian dengan mengangkat sumpah dibawah kitab suci Al-Qur’an. Hasil kebudayaan yang cukup menonjol dari kerajaan Ternate adalah keahlian masyarakatnya membuat kapal, seperti kapal kora-kora. C. Kemunduran Kerajaan Ternate Kemunduran
diadu domba oleh Portugis dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir Portugis dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun kemenangan tersebut tidak bertahan lama sebab VOC yang dibentuk Belanda untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku berhasil menaklukkan Ternate dengan strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat. KERAJAAN TIDORE A. Awal Perkembangan Kerajaan Tidore Kerajaan tidore terletak di sebelah selatan Ternate. Menurut silsilah raja-raja Ternate dan Tidore, Raja Ternate pertama adalah Muhammad Naqal yang naik tahta pada tahun 1081 M. Baru pada tahun 1471 M, agama Islam masuk di kerajaan Tidore yang dibawa oleh Ciriliyah, Raja Tidore yang kesembilan. Ciriliyah atau Sultan Jamaluddin bersedia masuk Islam berkat dakwah Syekh Mansur dari Arab. A. Aspek Kehidupan Politik dan Kebudayaan Raja Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Nuku (1780-1805 M). Sultan Nuku dapat menyatukan Ternate dan Tidore untuk bersama-sama melawan Belanda yang dibantu Inggris. Belanda kalah serta terusir dari Tidore dan Ternate. Sementara itu, Inggris tidak
mendapat apa-apa kecuali hubungan dagang biasa. Sultan Nuku memang cerdik, berani, ulet, dan waspada. Sejak saat itu, Tidore dan Ternate tidak diganggu, baik oleh Portugis, Spanyol, Belanda maupun Inggris sehingga kemakmuran rakyatnya terus meningkat. Wilayah kekuasaan Tidore cukup luas, meliputi Pulau Seram, Makean Halmahera, Pulau Raja Ampat, Kai, dan Papua. Pengganti Sultan Nuku adalah adiknya, Zainal Abidin. Ia juga giat menentang Belanda yang berniat menjajah kembali. B. Aspek Kehidupan Ekonomi dan Sosial Sebagai kerajaan yang bercorak Islam, masyarakat Tidore dalam kehidupan sehari-harinya banyak menggunakan hukum Islam . Hal itu dapat dilihat pada saat Sultan Nuku dari Tidore dengan De Mesquita dari Portugis melakukan perdamaian dengan mengangkat sumpah dibawah kitab suci Al-Qur’an. Kerajaan Tidore terkenal dengan rempah-rempahnya, seperti di daerah Maluku. Sebagai penghasil rempah-rempah, kerajaan Tidore banyak didatangi oleh Bangsa-bangsa Eropa. Bangsa Eropa yang datang ke Maluku, antara lain Portugis, Spanyol, dan Belanda. C. Kemunduran Kerajaan Tidore Kemunduran Kerajaan Tidore disebabkan karena diadu domba dengan Kerajaan Ternate yang dilakukan oleh bangsa asing ( Spanyol dan Portugis ) yang bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah Sultan Tidore dan Sultan Ternate sadar bahwa mereka telah diadu domba oleh Portugis dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir Portugis dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun kemenangan tersebut tidak bertahan lama sebab VOC yang dibentuk Belanda untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku berhasil menaklukkan Ternate dengan strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat.
Sejarah Kerajaan Islam: Kerajaan Ternate
dan Tidore
Follow any responses to this article
Subscribe to entry RSS 2.0 Subscribe to entry RSS 0.92 Subscribe to responses RSS Home › Sains
(Sejarah Kerajaan Islam: Kerajaan Ternate dan Tidore) – Ternate merupakan kerajaan Islam di timur yang berdiri pada abad ke-13 dengan raja Zainal Abidin (1486-1500). Zainal Abidin adalah murid dari Sunan Giri di Kerajaan Demak. Kerajaan Tidore berdiri di pulau lainnya dengan Sultan Mansur sebagai raja.
Kerajaan yang terletak di Indonesia Timur menjadi incaran para pedagang karena Maluku kaya akan rempah-rempah. Kerajaan Ternate cepat berkembang berkat hasil rempah-rempah terutama cengkih.
Ternate dan Tidore hidup berdampingan secara damai. Namun, kedamaian itu tidak berlangsung selamanya. Setelah Portugis dan Spanyol datang ke Maluku, kedua kerajaan berhasil diadu domba. Akibatnya, antara kedua kerajaan tersebut terjadi persaingan. Portugis yang masuk Maluku pada tahun 1512 menjadikan Ternate sebagai sekutunya dengan membangun benteng Sao Paulo. Spanyol yang masuk Maluku pada tahun 1521 menjadikan Tidore sebagai sekutunya.
Dengan berkuasanya kedua bangsa Eropa itu di Tidore dan Ternate, terjadi pertikaian terus-menerus. Hal itu terjadi karena kedua bangsa itu sama-sama ingin memonopoli hasil bumi dari kedua kerajaan tersebut. Di lain pihak, ternyata bangsa Eropa itu bukan hanya berdagang tetapi juga berusaha menyebarkan ajaran agama mereka. Penyebaran agama ini mendapat tantangan dari Raja Ternate, Sultan Khairun (1550-1570). Ketika diajak berunding oleh Belanda di benteng Sao Paulo, Sultan Khairun dibunuh oleh Portugis.
Sementara itu, Kerajaan Tidore mengalami kemajuan pada masa pemerintahan Sultan Nuku. Sultan Nuku berhasil memperluas pengaruh Tidore sampai ke Halmahera, Seram, bahkan Kai di selatan dan Misol di Irian.
Dengan masuknya Spanyol dan Portugis ke Maluku, kehidupan beragama dan bermasyarakat di Maluku jadi beragam: ada Katolik, Protestan, dan Islam. Pengaruh Islam sangat terasa di Ternate dan Tidore. Pengaruh Protestan sangat terasa di Maluku bagian tengah dan pengaruh Katolik sangat terasa di sekitar Maluku bagian selatan.
Maluku adalah daerah penghasil rempah-rempah yang sangat terkenal bahkan sampai ke Eropa. Itulah komoditi yang menarik orang-orang Eropa dan Asia datang ke Nusantara. Para pedagang itu membawa barang-barangnya dan menukarkannya dengan rempah-rempah. Proses
perdagangan ini pada awalnya menguntungkan masyarakat setempat. Namun, dengan berlakunya politik monopoli perdagangan, terjadi kemunduran di berbagai bidang, termasuk kesejahteraan masyarakat.
Kerajaan TERNATE DAN TIDORE
bersaudara. Uli Siwa yang berarti
persekutuan sembilan bersaudara. Ketika
bangsa portugis masuk, portugis langsung
memihak dan membantu ternate, hal ini
dikarenakan portugis mengira ternate lebih
kuat. Begitu pula bangsa spanyol memihak
tidore akhirnya terjadilah peperangan
antara dua bangsa kulit, untuk
menyelesaikan, Paus turun tangan dan
menciptakan perjanjian saragosa. Dalam
perjanjian tersebut bangsa spanyol harus
meninggalkan maluku dan pindah ke
Filipina, sedangkan Portugis tetap berada di
maluku.
o
Sultan Hairun
Untuk dapat memperkuat kedudukannya,
portugis mendirikan sebuah benteng yang di
beri nama Benteng Santo Paulo. Namun
tindakan portugis semakin lama di benci oleh
rakyat dan para penjabat kerajaan ternate.
Oleh karena itu sultan hairun secara
terang-terangan menentang politik monopoli dari
bangsa portugis.
Sultan baabullah (Putra Sultan Hairun) bangkit
menentang portugis. Tahun 1575 M Portugis dapat
dikalahkan dan meninggalkan benteng.
B.
KEHIDUPAN
EKONOMI
Tanah di Kepulauan maluku itu subur dan diliputi
hutan rimba yang banyak memberikan hasil
diantaranya cengkeh dan di kepulauan Banda
banyak menghasilkan pala. Pada abad ke 12 M
permintaan rempah-rempah meningkat, sehingga
cengkeh merupakan komoditi yang penting.
Pesatnya perkembangan perdagangan keluar dari
maluku mengakibatkan terbentuknya persekutuan.
Selain itu mata pencaharian perikanan turut
mendukung
perekonomian
masyarakat.
C.
KEHIDUPAN
SOSIAL
pertentangan antara para pemeluk agama itu. Dan
bila pertentangan sudah terjadi maka
pertentangan akan diperuncing lagi dengan
campur tangannya orang-orang Portugis dalam
bidang pemerintahan, sehingga seakan-akan
merekalah
yang
berkuasa.
Setelah masuknya kompeni Belanda di Maluku,
semua orang yang sudah memeluk agama Katholik
harus berganti agama menjadi Protestan. Hal ini
menimbulkan masalah-masalah sosial yang sangat
besar dalam kehidupan rakyat dan semakin
tertekannya
kehidupan
rakyat.
Keadaan ini menimbulkan amarah yang luar biasa
dari rakyat Maluku kepada kompeni Belanda. Di
Bawah pimpinan Sultan Ternate, perang umum
berkobar, namun perlawanan tersebut dapat
dipadamkan oleh kompeni Belanda. Kehidupan
rakyat Maluku pada zaman kompeni Belanda
sangat memprihatinkan sehingga muncul gerakan
menentang
Kompeni
Belanda.
D.
KEHIDUPAN
BUDAYA
kerajaan-kerajaan Islam seperti Ternate dan Tidore.
SALAM
RULIYADI
ARMAN
SUMBER
(KERAJAAN TERNATA DAN TIDORE)
Diposkan oleh
Ruliyadi Arman
di
14.49
Tidak ada
komentar:
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke
Berbagi ke Facebook
Sejarah Indonesia Dari Kutai sampai NKRI-1
I-Kerajaan Kutai
1. Sejarah
Sejarah mengenai kerajaan Kutai berikut
terbagi menjadi dua fase: (1), era Kutai
Martadipura, dan (2), era Kutai Kartanegara.
Berikut ini sekilas sejarahnya.
a. Kutai Martadipura
Prasasti Yupa yang menggunakan huruf Pallawa
dan bahasa Sansekerta tersebut menceritakan
tentang seorang raja bernama Mulawarman, yang
menjadi raja di Kerajaan Kutai Martadipura. Raja
Mulawarman adalah putra Raja Aswawarman, dan
cucu dari Maharaja Kudungga. Pengetahuan
mengenai keberadaan Kerajaan Kutai Martadipura
ini sangat minim. Selama ini, para arkeologi amat
bertumpu pada informasi tertulis yang terdapat
pada prasasti dan Salasilah Kutai.
b. Kutai
Kartanegara
Ing
Martadipura
Pada abad ke-17, Islam mulai mulai masuk dan
diterima dengan baik di Kerajaan Kutai
Kartanegara. Selanjutnya, Islam menjadi agama
resmi di kerajaan ini, dan gelar raja diganti dengan
sultan. Sultan yang pertama kali menggunakan
nama Islam adalah Sultan Aji Muhammad Idris
(1735-1778).
Muslihuddin. Penobatan Sultan Muslihuddin ini
dilaksanakan di Mangkujenang (Samarinda
Seberang). Sejak itu, dimulailah perlawanan
terhadap
Aji
Kado.
Perlawanan
berlangsung
dengan
cara
mengembargo Pemarangan, ibukota Kutai
Kartanegara. Dalam perlawanan ini, Aji Imbut
dibantu oleh para bajak laut dari Sulu. Pemarangan
mengalami kesulitan untuk menumpas blokade Aji
Imbut yang dibantu para bajak laut ini. kemudian
Aji Kado meminta bantuan VOC, namun tidak bisa
dipenuhi oleh Belanda. Akhirnya, Aji Imbut berhasil
merebut kembali tahta Kutai Kartanegara dan
menjadi raja dengan gelar Sultan Aji Muhammad
Muslihuddin. Sementara Aji Kado dihukum mati dan
dimakamkan
di
Pulau
Jembayan.
tetap bertahan hingga saat ini. Pada tahun 1883,
Aji Imbut mangkat dan digantikan oleh Sultan Aji
Muhammad Salehuddin.
c. Era Kolonial Eropa
menyerang Kutai. Dalam pertempuran
mempertahankan Tenggarong, Panglima Kutai
Awang Lor gugur di medan pertempuran.
Sementara Sultan A.M. Salehuddin diungsikan ke
Kota Bangun. Sejak saat itu, Kutai takluk di bawah
kekuasaan
Belanda.
Sebagai tindak lanjut, tanggal 11 Oktober 1844,
Sultan A.M. Salehuddin harus menandatangani
perjanjian dengan Belanda, yang berisi pengakuan
dan ketundukan pada Belanda. Perwakilan Belanda
berkedudukan di Banjarmasin. Pada tahun 1863,
kerajaan Kutai Kartanegara kembali mengadakan
perjanjian dengan Belanda. Dalam perjanjian itu
disepakati bahwa, Kerajaan Kutai Kartanegara
menjadi bagian dari Pemerintahan Hindia Belanda.
Tahun 1888, pertambangan batubara pertama di
Kutai dibuka di Batu Panggal oleh insinyur tambang
asal Belanda, J.H. Menten. Menten juga meletakkan
dasar bagi eksploitasi minyak pertama di wilayah
Kutai. Royalti atas pengeksloitasian sumber daya
alam di Kutai diberikan kepada Sultan Sulaiman.
Ketika Jepang menduduki wilayah Kutai pada tahun
1942, Sultan Kutai kembali harus tunduk pada
Tenno Heika, Kaisar Jepang. Ketika itu, Jepang
memberi Sultan gelar kehormatan Koo dengan
nama
kerajaan
Kooti.
Kesultanan Kutai Kartanegara dengan status
Daerah Swapraja, masuk dalam Federasi
Kalimantan Timur bersama-sama daerah
kesultanan lainnya, seperti Bulungan, Sambaliung,
Gunung Tabur dan Pasir. Kemudian dibentuk pula
Dewan Kesultanan. Pada 27 Desember 1949, Kutai
masuk dalam Republik Indonesia Serikat.
2.
Silsilah
Hingga saat ini, para arkeolog belum mengetahui
secara lengkap silsilah para raja di era Kutai
Martadipura. Tapi diyakini bahwa, pendiri keluarga
atau dinasti kerajaan ini adalah Aswawarman.
Dalam prasasti Yupa juga dijelaskan bahwa,
Aswawarman
disebut sebagai D
ewa
Ansuman/Dewa Matahari
dan dipandang
sebagai
Wangsakerta,
atau pendiri keluarga raja.
Ini menunjukkan bahwa, Asmawarman sudah
menganut agama Hindu dan dipandang sebagai
pendiri keluarga atau dinasti dalam Agama Hindu.
Sebelum Aswawarman, yang berkuasa di Kutai
Martadipura adalah Maharaja Kudungga.
Berbeda dengan Kutai Martadipura, silsilah para
raja di era Kutai Kartanegara yang berdiri di abad
ke-13 bisa dilacak secara lengkap. Berikut urutan
raja-raja yang berkuasa hingga sa at ini.
2.
Aji Batara Agung Paduka Nira (1325-1360)
3.
Aji Maharaja Sultan (1360-1420)
4.
Aji Raja Mandarsyah (1420-1475)
5.
Aji Pangeran Tumenggung Bayabaya
(1475-1545)
6.
Aji Raja Mahkota Mulia Alam (1545-1610)
7.
Aji Dilanggar (1610-1635)
8.
Aji Pangeran Sinum Panji Mendapa ing
Martapura (1635-1650)
9.
Aji Pangeran Dipati Agung ing Martapura
(1650-1665)
10.
Aji Pangeran Dipati Maja Kusuma ing Martapura
(1665-1686)
11.
Aji Ragi gelar Ratu Agung (1686-1700)
12.
Aji Pangeran Dipati Tua (1700-1730)
13.
Aji Pangeran Anum Panji Mendapa ing
Martapura (1730-1732)
14.
Aji Muhammad Idris (1732-1778)
15.
Aji Muhammad Aliyeddin (1778-1780)
17.
Aji Muhammad Salehuddin (1816-1845)
18.
Aji Muhammad Sulaiman (1850-1899)
19.
Aji Muhammad Alimuddin (1899-1910)
20.
Aji Muhammad Parikesit (1920-1960)
21.
H. Aji Muhammad Salehuddin II (1999-kini)
3.
Periode
Pemerintahan
Jika dirunut, masa pemerintahan Kutai Martadipura
berlangsung sejak masa Kudungga pada abad ke-5
hingga digabungnya kerajaan ini pada abad ke-13
ke dalam Kerajaan Kutai Kartanegara akibat kalah
perang. Sementara Kerajaan Kutai Kartanegara
berlangsung sejak abad ke-13 hingga saat ini.
4.
Wilayah
Kekuasaan
Wilayah kekuasaan Kutai Martadipura mencakup
wilayah Kalimantan Timur saat ini, terutama
daerah aliran Sungai Mahakam. Sementara wilayah
kekuasaan Kutai Ing Martadipura, mencakup
wilayah yang sekarang menjadi Kabupaten Kutai
Kartanegara, Kutai Barat, Kutai Timur, Bontang ,
Samarinda dan Balikpapan.
5. Struktur
Pemerintahan
menunjukkan pengaruh Hindu di Kerajaan ini,
maka bisa disimpulkan bahwa Kerajaan ini dipimpin
oleh seorang raja. Namun, tidak bisa dilacak lebih
lanjut, bagaimana struktur pemerintahan yang
lebih rendah.
6. Kehidupan Sosial-Budaya
Sejarah Kerajaan Kutai Martadipura merupakan
periode yang masih gelap. Sedikit sekali bukti-bukti
arkeologis yang ditemukan untuk mngugnkap
sejarah tersebut. Selama ini, bukti tersebut terlalu
bersadnar pada penemuan 7 prasasti Yupa,
ditambah naskah Salasilah Kutai. Namun, dari data
yang masih sangat minim tersebut, bisa diungkap
sedikit tentang kehidupan sosial budaya di masa
lalu.
a.
Kehidupan
Sosial
Dalam kehidupan sosial terjalin hubungan yang
harmonis antara Raja
Mulawarman
dengan
kaum
Brahmana. Dalam prasasti Yupa dijelaskan
bagaimana Raja
Mulawarman memberi
persembahan emas yang sangat banyak, dan juga
sedekah 20.000 ekor sapi
kepada kaum
Brahmana di dalam tanah yang suci bernama
Waprakeswara. Waprakeswara adalah tempat suci
untuk memuja dewa Syiwa. Di pulau Jawa, tanah
suci
ini
disebut
Baprakewara.
disimpulkan bahwa kerajaan Kutai telah melakukan
kegiatan dagang.
b. Kehidupan Budaya
Dalam kehidupan budaya dapat dikatakan kerajaan
Kutai sudah cukup maju. Hal ini bisa dilihat dari
prosesi penghinduan (pemberkatan memeluk
agama Hindu), atau disebut juga upacara
berhasil ditemukan di Kalimantan Timur,
menunjukkan di kawasan tersebut telah eksis
suatu komunitas budaya dengan peradaban yang
cukup tinggi. Bahkan ada yang memperkirakan
eksistensi komunitas budaya ini telah ada sejak
ribuan tahun yang lalu, di masa pra sejarah. Di
antara temuan yang sangat menarik adalah
goa-goa di Kalimantan Timu, di kawasan Gunung
Marang, sekitar 400 kilometer utara Balikpapan.
Dalam goa tersebut, juga ditemukan
pecahan-pecahan perkakas tembikar dan sejumlah makam.
Goa yang berfungsi sebagai tempat tinggal ini juga
dilengkapi dengan hiasan-hiasan atau lukisan
purbakala pada dindingnya. Temuan ini diduga
berasal dari zaman prasejarah yang telah berusia
10.000 tahun. Ini menunjukkan kawasan ini telah
cukup maju. Dalam penggalian lain di situs sejarah
Kerajaan Kutai, juga ditemukan berbagai artefak,
seperti reruntuhan candi berupa peripih,
manik-manik, gerabah, patung perunggu dan keramik
yang
sangat
indah.
SALAM
RULIYADI
ARMAN
SUMBER
(PARDEDE JABI-JABI)
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke
Berbagi ke Facebook
Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia
1. Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia
Untuk bahasan kali ini, saya akan membahas
mengenai kerajaan Hindu-Budha yang ada di
Indonesia. Pertama saya akan membahas
kerajaan Kutai, yaitu kerajaan Hindu
pertama di Indonesia yang tercatat dalam
sejarah.
Kerjaan
Kutai...
Kerajaan kutai berada di hulu sungai
Mahakam, yaitu di daerah kalimantan timur.
Menurut sejarah, kerajaan Kutai didirikan
oleh rajanya yang pertama, yaitu Kudungga,
yang kemudian di teruskan oleh putra
putranya, yaitu Raja Asmawarman, dan Raja
Mulawarman.
perubahan dalam tata pemerintahan, yaitu
dari sitem kepala suu menjadi sitem
pemerintahan kerajaan dengan seorang raja
sebagai
kepala
pemerintahan.
Berdasarkan isi prasasti prasasti kutai,
dapat diketahui bahwa pada abad ke-4 M
masyarakat di daerah kutai telah benyak
menerima pengaruh hindu. Sementara
kehiduupan perekonomian masyrakat kutai
tidak banyak yang di ketahui dari prasasti
prasasti kutai. Namun melihat letaknya,
kutai sangat strategis, terletak pada jalur
aktivitas pelayaran dan perdagangan antara
dunia
barat
dan
dunia
timur.
Sedangkan kebudayaan masyarakat kutai adalh
yupa. Yupa merupakan sebuah tugu batu untuk
mengikat kurban yang dipersembahkan. Namun,
sebenarnya tugu batu itu merupakan warisan
nenek moyang bangsa Indonesia dari jaman
Megalithikum, yaitu kebudayaan menhir.
Selain itu juga ada kebiasaan unik kerajaan
Kutai pada saat pemerintahan Raja
Asmawarman, yaitu upacara perluasan wilayah
dengan cara melepas kuda, atau yang biasa
di
sebut
Asmaweda.
didukung oleh beberap faktor berikut:
1. Besarnya pengaruh kerajaan pallawa yang
beragama siwa menyebabkan agama siwa
terkenal
di
Kutai.
2. Pentingnya peranan para brahmana di
Kutai menunjukan besarnya pengaruh brahmana
dalam agama siwa terutama mengenai upacara
korban.
Sekian dari saya mengenai kerajaan hindu
pertama di Indonesia, di posting berikutnya
saya akan membahas mengenai kerajaan
Tarumanegara.
SALAM RULIYADI ARMAN
SUMBER
(MERDEKA
INDONESIAKU)
Diposkan oleh
Ruliyadi Arman
di
14.20
Tidak ada
komentar:
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke
Berbagi ke Facebook
SEJARAH SINGKAT KABUPATEN BANGGAI
T
epatnya pada tanggal 3 November 1999 Gubernur
tentang Pembentukan Kabupaten Buol, Kabupaten
Morowali dan Kabupaten Banggai Kepulauan.
S
ecara historis wilayah Kabupaten Banggai dan Banggai
Kepulauan mulanya adalah bagian dari Kerajaan Banggai
yang sudah dikenal sejak abad 13 Masehi sebagaimana
termuat dalam buku Negara Kertagama yang ditulis oleh
Pujangga Besar Empu Prapanca pada tahun Saka 1478
atau 1365 Masehi. Kerajaan Banggai, awalnya hanya
meliputi wilayah Banggai Kepulauan, namun kemudian
oleh Adi Cokro yang bergelar Mumbu Doi Jawa disatukan
dengan Wilayah Banggai Darat. Adik Cokro yang
merupakan panglima perang dari Kerajaan Ternate yang
menikah dengan seorang Putri Portugis kemudian
melahirkan putra bernama Mandapar. Mandapar inilah
yang dikenal sebagai Raja Banggai Pertama yang dilantik
pada tahun 1600 oleh Sultan Said Berkad Syam dari
Kerajaan Ternate. Raja Mandapar yang bergelar Mumbu
Doi Godong ini memimpin Banggai sampai tahun 1625
A
dapun sisa peninggalan Kerajaan Banggai yang
Banggai Laut ditempatkan pejabat yang disebut Bun
Kaken sedang untuk Banggai Darat disebut Ken Kariken.
Wilayah Banggai Darat dan Banggai Laut kemudian
berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tentang
Pembentukan Daerah Tingkat II di Sulawesi Tengah
menjadi Satu Kabupaten Otonom yang dikenal sebagai
Kabupaten Banggai dengan ibukota Luwuk.
==========
K
abupaten
Banggai merupakan
salah
satu
kabupaten
di
Sulawesi
tengah
yang
terletak
dibagian pantai timur
Pulau Sulawesi.
Kabupaten Banggai
dengan
ibukota
Luwuk secara geografis terletak pada posisi 0° 30'-02° 20'
LS dan 122° 10' - 124° 20' BT. dengan batas wilayah
sebelah utara Teluk Tomini, sebelah barat berbatasan
dengan kabupaten Poso, sebelah selatan berbatasan
dengan Teluk Tolo dan sebelah timur berbatasan dengan
laut Banda.
Dari ibukota Propinsi Palu menuju ibukota Kabupaten
maupun udara. Jalan darat dapat memakai sarana
perhubungan kendaraan umum bus-bus kecil, atau
dengan kendaraan carteran. Palu - Luwuk dengan jarak
sekitar 350 km. Transportasi udara dari ibukota Propinsi
Palu dilayani oleh pesawat kecil (Twin otter/ Cassa)
dengan waktu tempuh 1.5 jam. Penerbangan Palu
-Luwuk secara regular setiap hari sekali. Dari -Luwuk ke
Pulau Peleng dilayani oleh ferry secara reguler sekali
setiap hari. Sedangkan Luwuk- Pulau Banggai dilayani
oleh perahu motor kayu yang jauh lebih kecil. Pelayaran
Luwuk - Banggai dilakukan secara reguler dan singgah di
beberapa ibukota kecarnatan dengan waktu tempuh
antara 8 - 12 jam. Untuk mencapai pulau-pulau yang ada
disekitar Pulau Peleng dan Pulau Banggai jalan
satu-satunya adalah menggunakan perahu carteran.
K
abupaten Banggai menjadi salah satu dari 25
kabupaten yang menerima penghargaan Parasamya
Purnakarya Nugraha dari Pemerintah Indonesia
27 tahun
Monsu'ani Tano
ternyata menjadi cara yang ampuh dalam
memotivasi masyarakat Banggai untuk membangun
daerahnya sendiri. Gemar menanam, makna dari istilah
tersebut, telah menjadi gerakan yang mendapat tempat di
hati masyarakat Banggai. Buktinya, dalam lima tahun ke
belakang, pertanian telah menjadi pemasok terbesar
kegiatan ekonomi daerah ini. Tahun 2000 misalnya, 54,4
persen (Rp 465,4 milyar) kegiatan ekonomi berasal dari
sektor pertanian. Dan produksi beras menjadi primadona.
D
engan produktivitas rata-rata 3,0 ton per hektar,
Kabupaten Banggai menghasilkan padi sebanyak 69.693
ton tahun 2000. Dibandingkan tahun sebelumnya, angka
ini menurun drastis hingga 29 persen. Sementara untuk
tahun 2001, kabupaten ini juga mengalami kesulitan untuk
mempertahankan produksi. Bulan Juli 2001 terjadi banjir
akibat gelombang tsunami yang merendam dan merusak
43,5 hektar sawah di Kecamatan Batui. Banjir ini juga
melanda Kecamatan Toili yang selama ini menjadi sentra
penghasil
beras
Kabupaten
Banggai.
9,1 juta dollar AS melalui ekspor 13.222 ton minyak
kelapa. Ini belum termasuk ekspor bungkil kopra
sebanyak 5.700 ton dan kopra 700 ton.
Hasil hutan pun tak kalah perannya bagi pertumbuhan
ekonomi Banggai. Setidaknya berdasarkan angka hingga
Agustus 2001 dari Iuran Hasil Hutan (IHH) diperoleh Rp
1,5 milyar dan dari Dana Reboisasi 453.915 dollar AS.
Pemasukan itu berasal dari hasil kayu rimba logs dan
selebihnya dari rotan, damar, kulit japari dan kemiri.
S
aat ini Pertaminta terus-menerus berupaya menggali
cadangan gas yang tersimpan di bumi Banggai. Tahun
2003 lalu Pertamina menemukan gas dengan kapasitas
34 MMSCFD (juta kaki kubik per hari) dan 160 BCPD
(barrel kondensat per hari) dari hasil pemboran sumur
Donggi (DNG #1) di desa Kamiwangi, Kecamatan Toili,
Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah.
komplek Donggi maupun Blok Matindok Sulawesi Tengah
akan dilakukan studi geologi dan geofisika terpadu yang
melibatkan ahli eksplorasi, ahli reservoir dan ahli gas.
sekutunya dengan membangun benteng Sao Paulo. Spanyol yang masuk Maluku pada tahun 1521 menjadikan Tidore sebagai sekutunya. Dengan berkuasanya kedua bangsa Eropa itu di Tidore dan Ternate, terjadi pertikaian terus-menerus. Hal itu terjadi karena kedua bangsa itu sama-sama ingin memonopoli hasil bumi dari kedua kerajaan tersebut. Ketika bangsa Portugis datang ke Ternate, mereka bersekutu dengan bangsa itu (1512). Demikian juga ketika bangsa Spanyol datang ke Tidore, mereka juga bersekutu dengan bangsa itu (1512). Portugis akhirnya dapat mendirikan benteng Sao Paulo di Ternate dan banyak melakukan monopoli perdagangan. Di lain pihak, ternyata bangsa Eropa itu bukan hanya berdagang tetapi juga berusaha
Didang Setiawan, Pengetahuan sosial 1 SMP/MTs kelas VII, Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008. http://www.sibarasok.com/2013/10/sejarah-kerajaan-ternate-dan-tidore.html http://wisataziarahcikundul.blogspot.com/2013/04/sejarah-singkat-kerajaankesultanan.html