• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI MASYARAKAT BALI TERHADAP TRADISI OGOH-OGOH DI KAMPUNG RAMA UTAMA KECAMATAN SEPUTIH RAMAN KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERSEPSI MASYARAKAT BALI TERHADAP TRADISI OGOH-OGOH DI KAMPUNG RAMA UTAMA KECAMATAN SEPUTIH RAMAN KABUPATEN LAMPUNG TENGAH"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERSEPSI MASYARAKAT BALI TERHADAP TRADISI OGOH-OGOH DI KAMPUNG RAMA UTAMA KECAMATAN SEPUTIH RAMAN

KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

Oleh:

Ni Made Marinasari

Ogoh-Ogoh merupakan salah satu tradisi yang berasal dari Bali, yang sampai saat ini masih dilaksanakan oleh masyarakat Bali di kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah. Terdapat fenomena yang menarik pada pelaksanaan tradisi Ogoh-Ogoh dan bentuk Ogoh-Ogoh yaitu adanya keyakinan bahwa Ogoh-Ogoh hanya diarak mengelilingi desa, atau keluar dari desa pada satu hari menjelang hari raya Nyepi, pada pukul 16.00 sampai dengan selesai namun, seiring berjalannya waktu, Ogoh-Ogoh kini diarak sebelum waktunya untuk di perlombakan, selain itu ada berbagai variasi bentuk Ogoh-Ogoh yang dibuat sebagai ajang mengembangkan kreatifitas muda-mudi, yaitu dalam mengkreasikan bentuk Ogoh-Ogoh, dari Ogoh-ogoh simbol Bhuta Kala dengan berbagai versinya, dan Ogoh-Ogoh sebagai sarana untuk menumpahkan protes.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah persepsi masyarakat Bali terhadap tradisi Ogoh-Ogoh di Kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah. Berdasarkan rumusan masalah di atas, Tujuan penelitian yang ingin dicapai oleh penulis dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui dengan jelas, persepsi masyarakat Bali terhadap tradisi Ogoh-Ogoh di Kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah. Penulis menggunakan metode deskriptif, dengan teknik pengumpulan data melalui angket, dokumentasi, dan kepustakaan serta menganalisis data dengan teknik kualitatif.

(2)
(3)
(4)

1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang

digunakannya untuk memahami dan menginterpretasikan lingkungan dan pengalamnnya

serta menjadi kerangka landasan bagi terwujudnya kelakuan (Soerjono Soekanto, 1981 :

238). Menurut Koentjaraningrat kebudayaan adalah keseluruhan sistem, tindakan dan hasil

karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia

dengan cara belajar. Mengingat kebudayaan adalah tumpahan ekspresi hidup manusia

maka budaya itu mesti dilestarikan keberadaannya dengan baik di tengah masyarakat.

Kalau budaya adalah rasa, cipta, dan karsa manusia maka untuk hasil dari budaya itulah

yang dinamakan dengan kebudayaan ( Koentjaraningrat 1964:12).

Beragamnya budaya yang dimiliki oleh Indonesia, juga dimiliki oleh provinsi Lampung

yang merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia sehingga menjadikannya daerah

yang tergolong majemuk. Ada tradisi yang berusaha dipertahankan, ada pula tradisi yang

lambat laun menjadi luntur, bahkan melakukan penyesuaian kebudayaan nasional.

Wilayah Lampung merupakan daerah penempatan transmigrasi yang penduduknya cukup

majemuk. Sebagai daerah yang strategis, maka tidak heran daerah ini menjadi sebuah

(5)

tersebut mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda antara suku satu dengan suku lainnya

baik dari segi adat istiadat, tradisi dan kepercayaan.

Suku Bali adalah salah satu suku di Indonesia, suku Bali juga tersebar di beberapa wilayah

Indonesia salah satunya yaitu wilayah Lampung. Di Bali masyarakat suku Bali termasuk

masyarakat yang terbuka dan bertoleransi tinggi yang terkenal dengan keramahan dan

kesantunanya. Masyarakat Hindhu di Bali tidak menutup diri dari pengaruh luar namun

tetap berpegang teguh dengan kebudayaannya dan religius. Masyarakat suku Bali selalu

menjunjung konsep Desa Kala Patra, maksudnya masyarakat suku Bali selalu

menyesuaikan sesuatu dengan keadaan, waktu dan tempat, yang disesuaikan dengan

peraturan desa atas kesepakatan bersama. Begitu juga, saat melangsungkan sebuah

upacara, masyarakat suku Bali sangat menjunjung tinggi kekerabatan.

Bhuta Yadnya adalah suatu korban suci yang bertujuan untuk pembersihan tempat (alam) dari ganguan dan pengaruh-pengaruh buruk yang ditimbulkan oleh para Bhuta Kala dengan maksud untuk menetralisir atau menghilangkan sifat-sifat buruk yang ada padanya, sehingga sifat yang baik dan kekuatannya dapat berguna bagi kesejahteraan umat manusia dan alam (Ni Made Sri Arwati, 2008:25).

Dalam buku Catur Yadnya, Bhuta Yadnya adalah suatu korban suci yang bertujuan untuk

membersihkan tempat (alam beserta isinya), dan memelihara serta memberi Penyupatan

kepada para Butha Kala dan makhluk-makhluk yang dianggap lebih rendah dari manusia

seperti peri, jin,setan, binatang, dan sebagainya ( Upada Sastra,1996 : 7).

Salah satu bentuk upacara Bhuta Yadnya yang sering dilakukan oleh masyarakat Bali,

khususnya yang berada di kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten

(6)

yang masih dilakukan yaitu tradisi Ogoh-Ogoh pada masyarakat Bali di kampung Rama

Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.

Dalam upacara kegiatannya ada beberapa tahapan (proses) yang harus dilaksanakan. Sama

halnya dengan dilaksanakannya tradisi Ogoh-Ogoh, ada persyaratan atau tata cara yang

harus dilakukan, adapun tahapannya yaitu pembuatan Ogoh-Ogoh, Pecaruan,

persembahyangan bersama, Pemelapasan atau Pasupati, persyaratan tersebut harus

dilakukan karena di dalam pelaksanaan tradisi Ogoh-Ogoh terkandung suatu makna yaitu

sebagai lambang keseimbangan alam semesta beserta isinya. Rangkaian upacara tersebut

menimbulkan berbagai persepsi pada masyarakat Bali terhadap tradisi Ogoh-Ogoh.

Selain hal tersebut daya tarik lainnya dari Tradisi Ogoh adalah pada awalnya

Ogoh-Ogoh hanya diarak mengelilingi desa, atau keluar dari kampung pada satu hari menjelang

hari raya Nyepi yaitu sekitar pukul 16.00 sampai dengan selesai yang disebut Pengerupuk

dan melalui proses Pemelapasan, namun, seiring berjalannya waktu, Ogoh-Ogoh tidak

hanya sebagai pelengkap upacara Tawur Ka Sanga, tetapi sebagai ajang mengembangkan

kreatifitas muda-mudi dalam mengkreasikan bentuk Ogoh-Ogoh, hasil kreatifitas itu di

wujudkan dengan memperlombakan Ogoh-Ogoh dengan berbagai desa.

Masyarakat Bali yang melaksanakan tradisi Ogoh-Ogoh memiliki persepsi yang berbeda

mengenai tradisi tersebut. Menurut Wiji Suwarno persepsi merupakan proses informasi

dalam diri kita untuk mengenali atau membuat kita menjadi tahu dan mengerti hal-hal

yang kita hadapi

(7)

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik meneliti persepsi masyarakat Bali

terhadap tradisi Ogoh-Ogoh di Kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman

Kabupaten Lampung Tengah.

B.Analisis Masalah 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat di identifikasikan masalahnya sebagai

berikut:

1. Tata cara dilaksanakannya tradisi Ogoh-Ogoh pada masyarakat Bali di Kampung Rama

Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.

2. Makna pelaksanaan tradisi Ogoh-Ogoh pada masyarakat Bali di Kampung Rama Utama

Kecamatan Seputih Raman Kabupataen Lampung Tengah.

3. Persepsi masyarakat Bali terhadap tradisi Ogoh-Ogoh di Kampung Rama Utama

Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah .

2. Batasan Masalah

Berdasarkan masalah-masalah yang telah diuraikan dalam identifikasi masalah di atas, maka

batasan masalahnya yaitu Persepsi masyarakat Bali terhadap Tradisi Ogoh-Ogoh di Kampung

Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka

(8)

Tradisi Ogoh-Ogoh di Kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten

Lampung Tengah?

C. Tujuan, Kegunaan, dan Ruang Lingkup Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai oleh penulis

dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui Persepsi masyarakat Bali terhadap Tradisi

Ogoh-Ogoh di Kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah .

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini diharapkan memberikan informasi kepada penulis khususnya dan

masyarakat pada umumnya bahwa Tradisi Ogoh-Ogoh mampu dikenal dan dicintai

sebagai kebudayaan daerah Bali.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada masyarakat,

pemuka-pemuka adat, agar dapat tetap mempertahankan serta mengembangkan budaya bangsa

yang kita miliki khususnya Tradisi Ogoh-Ogoh.

3. Memberikan informasi dan menambah wawasan bagi para pembaca mengenai Persepsi

masyarakat Bali terhadap Tradisi Ogoh-Ogoh di Kampung Rama Utama Kecamatan

Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.

3. Ruang Lingkup Penelitian

Pada ruang lingkup yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah Persepsi Masyarakat Bali

(9)

Kabupaten Lampung Tengah dan objek penelitian adalah Masyarakat Kampung Rama Utama

Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah. Penelitian ini dilakukan di

Kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah. Waktu

penelitian adalah tahun 2012, dan bidang ilmu ini termasuk dalam bidang Budaya, karena

(10)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka dilakukan untuk mendapatkan konsep yang tepat, sehingga dapat

digunakan sebagai landasan teori terhadap penelitian yang akan dilakukan. Dalam

penelitian ini akan diuraikan beberapa konsep yang dapat dijadikan landasan teori.

Adapun konsep dalam penelitian ini adalah:

1. Konsep Upacara

Upacara mempunyai fungsi sosial yang penting yaitu menyatakan kepada khalayak

ramai tingkat hidup baru yang dicapai individu

(Depdikbud, 1981/1982: 124).

Upacara menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah :

1. Tanda-tanda kebesaran (seperti payung kerajaan).

2. Peralatan (menurut adat istiadat) rangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat pada aturan-aturan tertentu menurut adat atau agama.

3. Perbuatan atau perayaan yang dilakukan diadakan sehubungan dengan peristiwa penting (seperti pelantikan pejabat, pembukaan gedung baru) (Depdikbud, 1988 : 994 ).

Sedangkan, Koentjaraningrat membedakan upacara menjadi 2 , yaitu :

1. Upacara bersifat pemisah atau peralihan.

(11)

( Koentjaraningrat, 1985: 34 ).

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud upacara

adalah suatu perbuatan atau perayaan yang dilakukan dengan suatu tindakan yang

terikat pada aturan-aturan menurut adat istiadat dan agama pada suatu peristiwa

penting.

2. Konsep Persepsi

Menurut Yusmar Yusuf, persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan, bagaimana

cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam artian luas ialah pandangan atau

pengertian tentang bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Yusmar

Yusuf, 1989:108). Sedangkan Sarlito Wirawan Sarwono mengemukakan persepsi

adalah proses penginderaan yang disatukan dan dikoordinasikan di dalam pusat syaraf

(otak) sehingga manusia bisa mengenali dan menilai objek-objek (Sarlito Wirawan

Sarwono, 1992: 45).

Menurut Bimo Walgito, persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses

penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat

indera atau juga yang disebut proses sensoris (Bimo Walgito, 2010:99).

(12)

juga tentang keadaan diri individu yang bersangkutan. Persepsi merupakan pandangan, pengamatan, atau tanggapan seseorang terhadap benda, kejadian, tingkah laku manusia atau hal-hal yang diterimanya sehari-hari

(Jalaluddin Rakhmat, 1986 : 57 ).

Menurut Mar’at “persepsi adalah suatu pengamatan yang berasal dari komponen

kognitifnya, persepsi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pengalaman,

faktor proses belajar, faktor cakrawala, faktor pengetahuan dan lain-lain” (Mar’at,

1981:22).

Berdasarkan pengertian konsep di atas persepsi adalah proses tahu, sadar atau

mengenali objek dengan bantuan indera, sehingga individu dapat mengerti dan

menyadari keadaan lingkungan sekitar dan keadaan dirinya. Proses penginderaan ini

membuat seseorang itu tahu, dan mengerti, yang biasanya diperoleh dari pengalaman

sehingga ia bisa memberikan penilaian mengenai objek tertentu, atau dapat memberikan

persepsi mengenai hal tertentu.

Maka dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui persepsi masyarakat Bali terhadap

tradisi Ogoh-Ogoh, yang di peroleh melalui pengalaman panca imderanya.

2.1. Pembentukan Persepsi dan Faktor yang Mempengaruhinya

Proses persepsi terjadi karena banyaknya rangsangan yang ada pada individu,

karena rangsangan merupakan salah satu factor yang mempengaruhi adanya

persepsi. Menurut Bimo Walgito faktor-faktor lain yang berperan terhadap adanya

(13)

1. Obyek yang dipersepsikan, obyek akan menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsikan, tetapi juga dapat datang dari dalam individu.

2. Alat indera, syaraf dan pusat susunan syaraf merupakan alat untuk menerima rangsangan yang diteruskan oleh syaraf sensorik untuk diterima dan diolah di pusat susunan syaraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran.

3. Adanya perhatian terhadap obyek merupakan langkah pertama dalam mengadakan persepsi, karena tanpa ada perhatian maka tidak akan ada persepsi (Bimo Walgito,2004: 89-90).

2.2. Bentuk- Bentuk Persepsi

Dalam buku Mifta Toha, Irwanto mengkategorikan bentuk-bentuk persepsi menjadi

dua hal, yaitu:

1. Persepsi positif, yaitu persepsi yang menggambarkan segala pengetahuan

atau tanggapan yang diteruskan dengan upaya pemanfaatannya.

2. Persepsi negatif, yaitu menggambarkan segala pengetahuan dan tanggapan

yang tidak selaras dengan obyek yang dipersepsi, hal ini akan diteruskan

dengan kepasifan atau menolak dan menentang obyek yang dipersepsi

(Mifta Toha, 1990: 140).

Dari definisi di atas maka dapat di tarik kesimpulan bahwa dalam menerima suatu

stimulus kemampuan manusia sangatlah terbatas, sehingga manusia tidak mampu

memproses seluruh stimulus yang ditangkapnya, artinya meskipun sering disadari,

stimulus yang akan dipersepsikan adalah stimulus yang mempunyai relevansi dan

bermakna baginya.

Dengan demikian dapat diketahui ada dua bentuk persepsi yaitu yang bersifat

positif dan negatif.

(14)

yaitu persepsi atau pandangan terhadap suatu objek dan menuju pada suatu

keadaan dimana subjek yang mempersepsikan cenderung menerima obyek

yang ditangkap karena sesuai dengan pribadinya.

2. Persepsi Negatif

Persepsi negatif yaitu persepsi atau pandangan terhadap suatu obyek dan

menunjukan pada keadaan dimana subyek yang mempersepsikan cenderung

menolak obyek yang ditangkap karena tidak sesuai dengan pribadinya.

2.3. Jenis-jenis persepsi

Menurut Bimo Walgito jenis-jenis persepsi berdasarkan panca indera yaitu

sebagai berikut :

1. Persepsi melalui indera penglihatan

Mata hanyalah merupakan salah satu alat atau bagian yang menerima stimulus, dan stimulus ini dilangsungkan oleh syaraf sensoris ke otak, hingga akhirnya individu dapat menyadari apa yang dilihatnya Persepsi melalui indera pendengaranDalam pendengaran individu dapat mendengar apa yang mengenai reseptor sebagai suatu respons terhadap stimulus tersebut. Kalau individu dapat menyadari apa yang didengar, dan terjadilah suatu pengamatan atau perepsi.

2. Persepsi melalui indera pencium

Stimulusnya berwujud benda-bendayang bersifak khemis atau gas yang menguap, dan mengenai alat-alat penerima yang ada dalam hidung, kemudian oleh syaraf sensoris ke otak, dan sebagai respon dari stimulus tersebut orang dapat menyadari apa yang diciumnya yaitu bau yang diciumnya

3. Persepsi melalui indera pencecap

Stimulusnya merupakan benda cair. Zat cair itu mengenai ujung sel penerima yang terdapat pada lidah, yang kemudian dilangsungkan oleh syaraf sensoris ke otak, hingga akhirnya orang dapat menyadari atau mempersepsi tentang apa yang dicecapnya itu

4. Persepsi melalui indera kulit

(15)

Dalam penelitian persepsi masyarakat Bali terhadap tradisi Ogoh-Ogoh adalah

melalui indera penglihatan dan indera pendengaran yaitu masyarakat Bali yang

memiliki pengalaman menyaksikan tradisi dengan melihat secara langsung baik

bentuk, cara pembuatan serta proses dalam pembutan Ogoh-Ogoh dan mendengar

suara gamelan (musik) yang mengiringi tradisi .

3. Konsep Tradisi Ogoh-Ogoh

Pengertian Tradisi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (1976:157)

adalah segala sesuatu seperti adat, kepercayaan, kebiasaan, ajaran yang turun temurun

dari nenek moyang. Tradisi adalah adat-istiadat atau kebiasaan yang turun temurun yang

masih dijalankan di masyarakat.

Tradisi merupakan salah satu wujud peninggalan kebudayaan. Kebudayaan adalah

warisan sosial yang hanya dapat dimiliki warga masyarakat pendukungnya dengan jalan

mempelajarinya. Ada cara-cara tertentu atau mekanisme tertentu dalam mekanisme

masyarakat untuk memaksa tiap warganya untuk mempelajari kebudayaan yang di

dalamnya terkandung norma- norma serta nilai- nilai kehidupan yang berlaku dalam tata

pergaulan masyarakat yang bersangkutan. Mematuhi norma serta menjunjung tinggi

nilai-nilai itu penting bagi warga masyarakat demi kelestarian hidup bermasyarakat.

Penyelenggaraan tradisi itu penting bagi pembinaan sosial budaya warga masyarakat

yang bersangkutan. Antara lain salah satu fungsinya adalah pengokohan norma- norma,

(16)

Berdasarkan konsep di atas tradisi merupakan adat istiadat dan kepercayaan yang

dilakukan turun-temurun oleh masyarakat Bali sesuai dengan apa yang telah dilakukan

oleh leluhurnya, yang merupakan suatu ritual penting di dalam kehidupan masyarakat

Bali.

Bagi masyarakat Bali tradisi yang masih dilaksanakan adalah Ogoh-Ogoh dalam upacara

Tawur Ka Sanga yang dilaksanakan secara turun-temurun dan pelaksanaannya

berhubungan dengan alam dan lingkungan.

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (2011: 977) Ogoh-Ogoh adalah

patung yang terbuat dari bambu, kertas dan sebagainya,berbentuk raksasa dan lain-lain.

Diarak keliling desa pada hari tertentu (biasanya sehari sebelum Nyepi).

Tradisi Ogoh-Ogoh yang biasa dilaksanakan oleh masyarakat Bali sudah mendarah

daging hingga kini, karena merupakan suatu kebiasaan yang tidak dapat dipisahkan dari

kepercayaan yang telah dianut secara turun-temurun oleh masyarakat Bali. Nama

Ogoh-Ogoh sendiri, diambil dari sebutan ogah-ogah dari bahasa Bali, artinya sesuatu yang

digoyang-goyangkan. Tradisi Ogoh-Ogoh yang merupakan suatu tradisi untuk

mengembalikan Bhuta Kala ke alamnya, Bhuta yang berasal dari kata Bhu berarti gelap,

sedangkan Kala berarti energi kegelapan dan negatif . Maka, ketika Kala terpengaruh

Bhuta dia mengandung energi negatif yang kemudian menjadi Bhuta Kala.

Sifat-sifat itu juga ada dalam manusia yaitu bila kita marah, manusia memiliki sifat-sifat

(17)

untuk mengembalikan unsur negatif yang ditimbulkan para Bhuta Kala ke alamnya,

sehingga alam menjadi bersih.

Sebelum tradisi Ogoh-Ogoh dilaksanakan, sebulan sebelum hari raya Nyepi, para

muda-mudi di Banjar mulai Sangkep (kumpul) di Bale Banjar (balai desa) membicarakan

tentang kegiatan yang akan dilakukan untuk menyambut hari raya Nyepi yang akan tiba.

Kegiatan yang paling penting adalah membuat Ogoh-Ogoh dan membentuk kepanitiaan.

Pembentukan kepanitian ini mulai dari ketua, sekretaris, dan bendahara, karena pengurus

inti sangat berperan penting dalam kelancaran pembuatan Ogoh-Ogoh. Setelah pengurus

dibentuk, mulailah berdiskusi dengan seluruh anggota muda-mudi untuk merancang

konsep perwujudan Ogoh-Ogoh yang akan dibuat. Setelah rapat selesai, keesokan

harinya, para pengurus dan anggota yang telah ditunjuk mulai melakukan pengumpulan

dana dari warga kampung. Anggota mendatangi setiap rumah yang akan dilewati

Ogoh-Ogoh untuk meminta sumbangan suka-rela, setidaknya mereka ikut berpartisipasi demi

kemeriahan dihari pementasan Ogoh-Ogoh nanti.

Setelah dana terkumpul, mulailah pembuatan Ogoh-Ogoh dilakukan, mulai dari

mengumpulkan dan membeli bahan-bahan yaitu, bambu,kayu, busa, tali karet, ijuk, cat

dan lain-lain, baru kemudian membentuk kerangka Ogoh-Ogoh. Bagi muda-mudi yang

sekolah, mereka dapat ikut membantu setelah pulang sekolah. Pembuatan Ogoh-Ogoh

didampingi oleh para Penglingsir (tetua) kampung dan masyarakat. Mereka mendampingi

disertai dengan ceramah-ceramah keagamaan agar pembutan Ogoh-Ogoh tidak

menyimpang dari pakemnya yaitu sebagai simbolisasi Bhuta Kala, dan kegiatan nanti

(18)

Tradisi Ogoh- Ogoh dilaksanakan pada satu hari menjelang hari Raya Nyepi pada pukul

16.00 sampai dengan selesai yang disebut Pengerupuk dan merupakan rangkaian dari

upacara Tawur Ka Sanga. Masyarakat Bali membuat Ogoh-Ogoh sebagai lambang

Bhuta Kala seperti Kala Bang, Kala Ijo, Kala Dengen, Kala Lampah, Kala Ireng dan berbagai bentuk lainnya yang merupakan lambang sifat-sifat negatif yang harus di Somya

agar tidak mengganggu kehidupan manusia.

Sebelum diarak ogoh-ogoh harus diupacarai terlebih dahulu, dengan banten

Pemelaspasan atau Pasupati. Pasupati adalah upacara pemberkatan Ogoh-Ogoh yang

sudah selesai dibuat agar memiliki kekuatan magis positif untuk mengusir roh jahat yang

disimbulkan Bhuta Kala. Muda-mudi yang akan ikut memikul dan mengiringi

ogoh-ogoh, sembahyang terlebih dahulu di pura desa untuk keselamatan dan kelancaran acara.

Pembagian formasipun mulai di bagi. Setelah pembagian selesai, baru kemudian

waktunya mengarak Ogoh-Ogoh keliling kampung beramai-ramai diiringi gamelan

Baleganjur, dan bunyi-bunyian serta obor dengan riuh ramai.

Ogoh-Ogoh digoyang kekiri-kekanan, maju- mundur, hal tesebut semakin menorehkan

kesan Bahwa Ogoh-Ogoh adalah simbolis diaraknya atau kalahnya roh jahat Bhuta Kala

untuk kemudian di bakar di Setra (tempat pembakaran mayat) atau perempatan kampung.

Pembakaran ini mempunyai maksud dilebur dan dimusnahkannya roh Bhuta Kala, baik

di alam semesta dan yang terpenting pada diri sendiri. Sederhananya, arakan Ogoh-Ogoh

bermakna menangnya Dharma (kebaikan) melawan Adharma.(kejahatan).

Di tengah sesi pembakaran, biasanya ada saja orang yang Tedun (kesurupan). Hal ini

(19)

setiap orang. Namun Tedun (kesurupan) tersebut segera di atasi dengan pemberian Tirta

oleh Pemangku setempat.

Tradisi Ogoh-Ogoh ini selalu dilaksanakan di Kampung Rama Utama secara

turun-temurun oleh masyarakat Bali di Kampung Rama Utama meskipun terdapat berbagai

variasi dari bentuk Ogoh- Ogoh di dalam pelaksaannya, bahkan akhir-akhir ini

Ogoh-Ogoh hanya di fungsikan untuk arak-arakan masyarakat serta ajang seru-seruan anak

muda, bahkan di pajang di pinggir jalan sebagai pameran, dimana hal tersebut terkesan

menghilangkan kesan magis ogoh-ogoh itu sendiri. Meskipun dengan versi yang

berbeda-beda masyarakat Bali tetap yakin dan percaya bahwa dengan tradisi Ogoh-Ogoh

akan terbentuk suatu energi yang positif bagi alam semesta beserta isinya.

Adapun makna yang terkandung dalam tradisi Ogoh-ogoh yaitu sebagai lambang

menjaga keseimbangan, keseimbangan Buana Alit, Buana Agung, keseimbangan Dewa,

Manusia, Bhuta, sekaligus merubah kekuatan Bhuta menjadi div/dewa (Nyomya Bhuta)

yang diharapkan dapat memberi kedamaian, kesejahteraan dan kerahayuan jagat Bhuana

Agung (alam semesta) dan Bhuana Alit (manusia).

Dengan demikian tradisi Ogoh-Ogoh adalah kebiasaan dalam membuat patung atau

boneka raksasa dengan wujud menyeramkan sebagai lambang Bhuta Kala pada

masyarakat Bali, yang dilakukan secara turun temurun dan berkelangsungan sesuai

dengan apa yang dilakukan para pendahulu mereka yang bertujuan untuk mengembalikan

(20)

4. Konsep Masyarakat Bali

Masyarakat menurut Auguste Comte mengatakan bahwa masyarakat merupakan

kelompok-kelompok makhluk hidup dengan realitas-realitas baru yang berkembang

menurut hukum-hukumnya sendiri dan berkembang menurut perkembangan yang

tersendiri. Masyarakat dapat membentuk kepribadian yang khas bagi manusia, sehingga

tanpa adanya kelompok, manusia tidak akan mampu untuk dapat berbuat banyak dalam

kehidupannya (Abdul Syani, 1992 :31).

Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan

(Soerjono Soekanto, 1985: 20). Sedangkan menurut pendapat lain masyarakat adalah

golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia yang dengan atau karena

sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh mempengaruhi satu sama lain (Hassan

Sadily, 1984: 47).

Bali adalah salah satu suku bangsa yang terdapat di Indonesia. Suku bangsa Bali

memiliki potensi alam dan kebudayaan yang sangat tinggi, sehingga Bali tidak hanya

dikenal di dalam negeri saja, melainkan sampai ke luar negeri. Masyarakat suku Bali

menempati keseluruhan pulau Bali yang menjadi satu propinsi, yakni propinsi Bali. Oleh

karena pengaruh emigrasi, ada juga masyarakat Bali yang menetap di wilayah -wilayah

lainnya di Indonesia.

Sebagian besar masyarakat Bali menganut agama Hindhu-Dharma, akan tetapi, ada pula

(21)

agama Islam terdapat di Karang Asem, Klungkung, dan Denpasar, sedangkan penganut

agama Kristen dan Katholik terutama terdapat di Denpasar, Jimbaran dan Singaraja.

Tempat beribadah agama Hindhu berupa Pura Besakih, Pura Desa (Kayangan Tiga),

Subak dan Seka, kumpulan tari atau semacam sanggar tari, serta tempat pemujaan leluhur

dari klen-klen besar.

(http:///C:/Blog Users/Putu Setia/makalaah-antropologi-tentang-pola.html)

Berdasarkan konsep di atas, maka dapat dinyatakan bahwa masyarakat Bali adalah

masyarakat yang terdiri dari banyak individu yang membentuk suatu komunitas keluarga

berdasarkan persamaan asal, suku,dan bahasa, dari berbagai wilayah di Bali seperti,

Denpasar, Buleleng, Mengui, dan Ulun Umo. Berdasarkan persamaan tersebut, sehingga

terbentuk suatu sistem kemasyarakatan, begitu juga, masyarakat Bali yang menetap di

Lampung, seperti di Kabupaten Lampung Tengah, yaitu kampung Rama Utama, Rama

Dewa, dan Rama Indra.

B. Kerangka Pikir

Kehidupan masyarakat Bali tidak terlepas dari suatu tradisi, karena tradisi merupakan warisan

leluhur yang harus dilestarikan, selain sebagai identitas tradisi juga menjadi kebanggan bagi

setiap komunitas. Masyarakat Bali di kampung Rama Utama masih tetap melaksanakan tradisi

meskipun telah tinggal di daerah perantauan. Salah satu tradisi yang masih dilaksanakan adalah

tradisi Ogoh-Ogoh. Pelaksanaannya dilakukan pada satu hari menjelang Hari Raya Nyepi yang

(22)

tujuannya untuk pembersihan kampung dari Bhuta Kala (Jin, setan, leak, jadi-jadian roh jahat

dan sebangsanya), yang diyakini mempengaruhi nabsu angkara yang ada pada diri manusia.

Masyarakat Bali termasuk masyarakat yang melestarikan tradisi Ogoh-Ogoh, tetapi pada

pembutan Ogoh-Ogoh terdapat perbedaan coraknya. Demikian pula dalam memilih waktu yang

tepat untuk melaksanakan upacara tradisi, yaitu adanya keyakinan bahwa Ogoh-Ogoh hanya

diarak mengelilingi kampung, atau keluar dari kampung pada satu hari menjelang hari raya

Nyepi. Seiring berjalannya waktu, Ogoh-Ogoh kini diarak sebelum waktunya untuk

diperlombakan, selain itu ada berbagai corak Ogoh-Ogoh yang dibuat muda-mudi, sebagai ajang

mengembangkan kreatifitasnya dari Ogoh-ogoh simbol Bhuta Kala dengan berbagai coraknya,

dan Ogoh-Ogoh sebagai sarana untuk menumpahkan protes.

Pengetahuan atau pengalaman panca indera masyarakt Bali dapat menimbulkan pandangan atau

persepsi yang berbeda terhadap tradisi Ogoh-Ogoh, yaitu adanya persepsi positif dan persepsi

negatif . Persepsi merupakan suatu proses seseorang menafsirkan masukan-masukan informasi

dan pengalaman-pengalaman yang ada melalui proses penginderaan sehingga seseorang dapat

melihat dan memberikan penilaian terhadap suatu objek.

C. Paradigma

(23)

Persepsi masyarakat Bali terhadap tradisi Ogoh-Ogoh di Kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah

Persepsi Positif Persepsi Negatif

Keterangan :

(24)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode yang Digunakan

Kata metode berasal dari bahasa Yunani (methodhes) yang berarti cara atau jalan. Metode menyangkut masalah cara kerja untuk memahami obyek yang menjadi sasaran yang bersangkutan ( Husin Sayuti, 1989 : 32).

Untuk memecahkan sesuatu masalah diperlukan suatu cara atau metode, dimana metode tersebut merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan keberhasilan dari suatu penelitian terhadap obyek yang diteliti. Untuk itu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Husin Sayuti metode deskriptif adalah suatu metode yang memberikan gambaran yang secermat mungkin mengenai individu, keadaan gejala atau kelompok tertentu ( Husin Sayuti,1989; 41).

Menurut Gunawan Suratmo menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian didasarkan data deskripsi dari suatu status, keadaan, sikap, hubungan, atau suatu sistem pemikiran suatu masalah yang menjadi obyek penelitian (Gunawan Suratmo, 2002:16).

(25)

B. Variabel Penelitian, Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono , 2010 : 60). Hadari Nawawi dan Mimi Martini mengemukakan bahwa variabel adalah beberapa gejala yang berfungsi sama dalam suatu masalah (Nawawi dan Martini, 1994 : 49).

Menurut Sumadi Suryabrata dalam bukunya Metodelogi Penelitian menjelaskan bahwa variabel adalah sesuatu yang akan menjadi objek yang akan diteliti atau dambil datanya dan menjadi penilaian

(Sumadi Suryabrata 1983; 79).

Berdasarkan pengertian konsep di atas variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek penelitian yang ditetapkan oleh peneliti. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yakni Persepsi Masyarakat Bali terhadap Tradisi

Ogoh-Ogoh di kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Lampung Tengah.

2. Definisi Operasional Variabel

(26)

adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan atau untuk memberikan suatu operasionalan yang diperlukan untuk mengukur variabel tertentu (Moh. Ali, 1988: 65).

Dari kedua pendapat di atas, maka definisi operasional variabel adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan cara mendefinisikan sifat-sifat suatu variabel. Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah tradisi Ogoh-Ogoh yang di laksanakan oleh masyarakat Bali di Kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah , tradisi ini dilakukan bertujuan untuk membersihkan alam dari unsur negatif yang ditimbulkan oleh para Bhuta Kala, dari tradisi tersebut Persepsi Masyarakat Bali terhadap Tradisi Ogoh-Ogoh di Kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

(27)

Sesuai dengan judul penelitian ini tentang persepsi masyarakat Bali terhadap tradisi Ogoh-Ogoh di Kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah, maka yang akan menjadi populasi dalam penelitian ini yaitu masyarakat Bali yang berusia 15-70 tahun di Kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah. Peneliti mempertimbangkan batasan tersebut karena pada usia 15 tahun responden telah mendapatkan pelajaran agama tentang Panca Yadnya sesuai dengan kurikulum agama Hindhu yaitu:

1. Siswa mampu menjelaskan tujuan dan fungsi agama Hindhu.

2. Siswa mampu mengidentifikasikan Yadnya, tujuan, dan menerapkan ajaran dhrma dalam hidup.

3. Siswa dapat mengidentifikasi jenis-jenis agama Hindhu.

Sedangkan, usia 70 tahun peneliti jadikan batasan karena setelah mengadakan survei hanya terdapat 7 orang yang yang berusia 70 tahun, dari ke 7 orang tersebut semuanya memiliki keadaan fisik yang baik, dan tidak memiliki keterbatasan dalam membaca. Jadi dari pertimbangan tersebutlah peneliti mengambil batasan usia 15-70 tahun untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Hasil sebaran populasi dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1.Populasi Penelitian masyarakat Bali berdasarkan jenis kelamin dan usia 15-70 tahun di desa Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.

No Jenis Kelamin Jumlah populasi (jiwa)

1 Laki-laki 101

2 Perempuan 110

Jumlah 211

Monografi masyarakat Bali di Kampung Rama Utama 2011

2. Sampel

(28)

sendiri (Suwardi Endraswara ,2006: 15). Menurut Mohammad Hasyim, sampel adalah pengambilan sebagian dari sejumlah populasi yang akan diberlakukan untuk seluruh populasi (Mohammad Hasyim, 1982:22). Lebih lanjut Menurut Sugiyono, sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2011:62).

Adapun sampel yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah:

1. Masyarakat yang benar-benar tinggal di kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.

2. Masyarakat yang bersuku Bali yang ada di kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah dan berusia 15-70 tahun.

Besarnya sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus Slovin sebagai berikut:

=

dimana:

n = ukuran sampel N = ukuran populasi

e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan, nilai galat pendugaan didasarkan atas pertimbangan peneliti ( Husein Umar: 2004).

Penelitian ini mempunyai populasi sebanyak 211 jiwa, dengan tingkat kesalahan 10%, adapun pertimbangan tingkat kesalahan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Kesalahan penarikan sampel

(29)

Maka besarnya sampel pada penelitian ini adalah:

=

=

. ,

=

.

= 67, 84 dibulatkan menjadi 68

Jadi jumlah keseluruhan responden dalam penelitian ini adalah 68 orang.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Menurut Sugiyono teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel (Sugiyono, 2008:217). Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan teknik probability sampling

(30)

Berdasarkan pendapat di atas teknik pengambilan sampel adalah suatu teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel,dengan cara pengundian nama-nama dalam populasi sehingga memberi peluang yang sama terhadap setiap anggota populasi.

D. Tehnik Pengumpulan Data

Dalam setiap penelitian ilmiah diperlukan juga teknik pengumpulan data yang relevan, sehubungan dengan itu, untuk memperoleh data yag diperlukan dalam penelitian ini, maka penulis memakai tehnik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Angket

Kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2010:199). Menurut Abdurahmat Fathoni Angket adalah teknik pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner (daftar pertanyaan/isian) untuk diisi langsung oleh responden seperti yang dilakukan dalam penelitian untuk menghimpun pendapat umum

( Abdurahmat Fathoni, 2006: 111).

Berdasarkan pengertian di atas maka angket adalah suatu cara yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan memberikan pertanyaan atau pernyataan tertulis untuk mendapatkan informasi tertentu.

Menurut Sugiyono skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial, dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif jawaban dapat diberi skor:

(31)

Setuju/sering/positif diberi skor 4 Ragu-ragu/kadang-kadang/netral diberi skor 3 Tidak setuju/hampir tidak pernah/negatif diberi skor 2 Sangat Tidak setuju/tidak pernah diberi skor 1 (Sugiyono, 2007:93-94).

Menurut Husani Usman dan Purnomo Setiadi Akbar juga mengemukakan skala ini dikembangkan oleh Rensis Likert (1932) yang paling sering digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi responden terhadap suatu objek, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun pertanyaan atau pernyataan dengan skala Likert adalah sebagai berikut:

1. Bentuk standar skala Likert adalah 1 sampai 5;

2. Sebaiknya jumlah item dibuat berkisar 25-30 pernyataan atau pertanyaan

3. Buatlah item dalam bentuk positif dan negatif dengan proporsi yang seimbang serta ditempatkan secara acak (Husani Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, 2008:65).

Berdasarkan pendapat di atas skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi terhadap fenomena sosial. Angket model skala likert ini akan diberikan kepada respnden yang berjumlah 68 orang untuk mengetahui persepsi masyarakat Bali terhadap tradisi Ogoh-Ogoh di kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.

(32)

Menurut Suharsini Arikunto mengemukakan bahwa teknik dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya (Suharsini Arikunto, 1989 : 188).

Hadari Nawawi mengatakan bahwa, dokumentasi adalah cara atau pengumpulan data melalui peninggalan tertulis, terutama tentang arsip-arsip dan termasuk buku-buku lain yang berhubungan dengan masalah penyelidikan (Nawawi,1991:133) .

Berdasarkan pendapat di atas dokumentasi adalah proses mendokumenkan suatu, gambar,peningalan tertulis, buku-buku, dan, surat kabar, yang digunakan untuk menambah informasi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Dokumentasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dari buku-buku pendapat teori, foto-foto kegiatan dan buku-buku yang berhubungan dengan penelitian ini.

Dengan demikian teknik kepustakaan adalah, teknik yang dipakai penulis mempelajari literatur- literatur yang ada hubungannya dengan masalah yang akan diteliti,melalui koran, majalah, naskah dan catatan-catatan kisah sejarah, dokumen dan sebagainya, sebagai landasan yang dapat mendukung penelitian.

E. Tehnik Analisis Data

Menurut Muhammad Ali teknik analisi data kualitatif adalah analisis data dengan menggunakan proses berfikir induktif, untuk menguji hipotesis yang dirumuskan sebagai jawaban sementara terhadap masalah yang diteliti. Induktif dalam hal ini bertolak dari berbagai fakta teridentifiksikan munculnya atau tidak (Muhammad Ali, 1985 : 15).

(33)

1. Penyusunan data dimaksudkan untuk mempermudah penulis dalam menentukan apakah data-data yang telah terkumpul telah memadai atau belum dan data yang telah terkumpul berguna atau tidak, hal itu perlu adanya seleksi dan penyusunan. 2. Klasifikasi Data

Klasifikasi data merupakan usaha yang dilakukan peneliti untuk menggolongkan data berdasarkan kriteria tertentu yang telah dibuat.

3. Pengolahan Data

Pengolahan data yang telah selesai untuk kemudian diolah dengan menggunakan teknis analisis data kualitatif.

4. Penafsiran dan penyimpulan

Setelah melakukan penyusunan, klasifikasi, dan pengolahan data, maka tahap selanjutnya yang harus dilakukan oleh peneliti adalah menghubungkan data dan fakta sehingga dapat ditarik kesimpulan setelah data dan fakta diuji maka kebenaran dan kegunaannyapun akan jelas terlihat.

Analisis data menurut J. Moleong Lexi adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang di sarankan oleh data ( J. Moleong Lexi,1998 : 103).

Setelah mendapatkan data-data yang diperoleh dalam penelitian ini, selanjutnya data yang telah diperoleh diolah dengan teknik analisis. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif, karena data-data yang diperoleh merupakan catatan- catatan keterangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat Bali terhadap tradisi Ogoh-Ogoh di kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.

(34)

tersebut tidak dapat diletakkan pada kontinum interval melainkan berada pada kategori-kategori ordinal (Syaifuddin Azwar, 2010:105).

Menurut Syaifuddin Azwar karena kategorisasi ini bersifat relatif, maka kita boleh menetapkan secara subjektif luasnya interval yang mencakup setiap kategori yang kita inginkan selama penetapan itu berada dalam batas kewajaran dan dapat diterima akal (Syaifuddin Azwar 2010:108). Lebih lanjut Syaifuddin Azwar mengemukakan kontinum jenjang ini contohnya adalah dari rendah ke tinggi, dari paling jelek ke paling baik, dari sangat tidak puas dan semacamnya (Syaifuddin Azwar, 2010:107).

Berdasarkan pendapat di atas untuk mengetahui persepsi masyarakat Bali terhadapa tradisi

Ogoh-Ogoh , dalam pengkategorian hasil, dapat di bagi menjadi 3 kategori yaitu, positif cukup positif, dan negatif. Kategori jenjang (ordinal) dengan rumus sebagai berikut:

(µ-1,0σ)≤X<(µ+1,0σ)

X≤[µ-1,0σ] = kategori negatif [µ-1,0σ]≤X<[µ+1,0σ] = kategori cukup positif [µ+1,0σ]≤X = kategori positif

Berdasarkan teori di atas dapat diterjemahkan bahwa:

1. Jumlah skor yang diperoleh adalah jumlah skor akhir dari nilai rata-rata rekapitulasi nilai responden. Nilai rata-rata tersebut diperoleh dari jumlah skor dibagi jumlah responden.

(35)

3. Besarnya satuan deviasi adalah skor maksimal dihitung dari nilai tertinggi tiap soal dikali jumlah soal, hasilnya dikurangi skor minimal dihitung dari nilai terendah tiap soal dikali jumlah soal, kemudian dibagi enam.

Keteraangan:

X = jumlah skor yang diperoleh µ = Mean teoritis

σ = besarnya satuan standar deviasi

( )

(36)
(37)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Sejarah Singkat Kampung Rama Utama

Berdasarkan profil Kampung Rama Utama tahun 2011, Kampung Rama Utama adalah sebuah

kampung yang terletak di Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah,

merupakan daerah transmigrasi mulai tahun 1957.

Kecamatan Seputih Raman ini merupakan daerah transmigrasi, sehingga semua kampungnya

diberi nama abjad sesuai dengan urutan kedatangan para transmigrasi ke masing-masing

kampung yang sudah ditentukan. Sedangkan nama kampungnya telah ditentukan

menggunakan huruf “R” pada kata depannya, dan kelanjutan menurut urutan abjad, karena

warga masyarakat trasmigrasi yang di tempatkan di kampung Rama Utama ini datang ke

Seputih Raman pada urutan ke tiga belas yaitu pada abjad “O” sehingga kampungnya diberi

nama kampung “ RO”. Untuk kepanjangan dari nama tersebut diserahkan pada warga yang

menempati kampung yang bersangkutan. Pada saat itu warga berharap kampungnya menjadi

kampung yang maju dan berharap tetap diutamakan, sehingga mereka sepakat bahwa

kepanjangan dari RO adalah Rama Oetama, huruf “oe” yang diambil dari ejaan lama yang di

baca “u” . Sejak saat itulah nama kampung RO itu menjadi kampung Rama Utama, dan yang

(38)

Meskipun merupakan kampung yang baru saat itu, namun warga kampungnya sudah

mempunyai berbagai pengetahuan yang diperolehnya di tempat asal mereka, di antaranya

tenaga pengajar, Kesenian dan cara bercocok tanam yang baik. Semua trasmigrasi yang ada di

kampung ini memperoleh bagian tanah, masing-masing tanah yang diperoleh seluas dua

hektar tiap kepala keluarga, dengan perincian : satu hektar untuk lahan persawahan, tiga

perempat hektar untuk ladang dan seperempat hektar untuk tanah pekarangan. Dengan di

transmigrasikanya warga masyarakat khususnya yang berasal dari Bali, sangat berperan bagi

mereka, karena dengan adanya transmigrasi ini, taraf hidup mereka lebih meningkat

dibandingkan di daerah asalnya sebelum mereka bertransmigrasi.

(Profil Kampung Rama Utama 2011).

2. Letak dan Batas-Batas Wilayah Kampung Rama Utama

Kampung Rama Utama adalah kampung yang berada di Kecamatan Seputih Raman

Kabupaten Lampung Tengah secara geografis kampung Rama utama terletak diketinggian

350 – 1000 m dari permukaan laut, dan beriklim teropis.

Kampung ini memiliki luas wilayah sekitar 1108 Ha dan memilki batas wilayah sebagai

berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan Seputih Banyak

Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Rama Gunawan

Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Rama Nirwana

Sebelah Timur berbatasan denga Desa Raman Puja

(Monografi Kampung Rama Utama tahun 2011)

(39)

Berdasarkan data penduduk tahun 2011 di Kampung Rama Utama Kecamatan Seputih

Raman jumlah penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

No Jumlah Penduduk Tahun 2011 1 Jumlah Laki-laki 1914 2 Jumlah Perempuan 1831 Jumlah Total 3745 Monografi Kampung Rama Utama tahun 2011

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa jumlah penduduk menurut jenis kelamin di

Kampung Rama Utama, untuk jenis kelamin laki-laki berjumlah 1914 orang atau 51,1%

sedangkan untuk jenis kelamin perempuan berjumlah 1831 orang atau 48,9 %

Berdasarkan data penduduk tahun 2011 di Kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman jumlah penduduk berdasarkan agama yang dianut dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 3. Jumlah Penduduk Dilihat dari Agama

No Agama Jumlah

Monografi Kampung Rama Utama tahun 2011

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa agama yang dianut oleh penduduk di Kampung

Rama Utama adalah agama Islam, Kristen, Hindhu dan Budha. Dimana jumlah penduduk

yang menganut agama Islam berjumlah 3420 orang atau 91,3% agama Kristen berjumlah 2

orang atau 0,053% , agama Hindhu berjumlah 293 orang atau 7, 82%, dan agama Budha

(40)

Berdasarkan data penduduk tahun 2011 di Kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman

jumlah penduduk dilihat dari pendidikan dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 4. Jumlah Penduduk Dilihat dari Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 Tidak Bersekolah 247

Monografi Kampung Rama Utama tahun 2011

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa tingkat pendidikan penduduk di Kampung Rama

Utama yang tidak bersekolah berjumlah 247 orang, Taman Kanak-kanak 325 orang, SD

berjumlah 1362 orang, SMP/ sederajad berjumlah 992 orang, SMA/sederajat berjumlah 756

orang, D1-DS berjumlah 36 orang, dan lulus S1 berjumlah 47 orang.

Berdasarkan data penduduk tahun 2011 di Kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman

jumlah penduduk dilihat dari mata pencaharian dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 5. Jumlah Penduduk Dilihat dari Mata Pencaharian

No Jenis Pekerjaan Jumlah

1 Petani 2856

(41)

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa penduduk di Kampung Rama Utama memiliki mata

pencaharian yang sangat beragam yaitu petani 2856 orang, buruh tani 524 orang,

pedagang/wirausaha/pengusaha 147 orang, PNS 63 orang, TNI/POLRI 7 orang, pertukangan

61, Jasa 60 orang dan Pensiunan 27 orang.

4. Karakteristik responden

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kerakteristik responden didasarkan pada

usia, pendidikan, dn pekerjaan.

Tabel 6. Karakteristik responden menurut usia

No Usia Jumlah Persentase

1 15-25 26 38

2 26-36 16 24

3 37-47 16 24

4 48-58 8 12

5 59-69 2 2

Jumlah 68 100

Sumber: angket

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dijelaskan bahwa jumlah responden menurut jenis usia

dalam penelitian ini, untuk usia 15-25 tahun berjumlah 26 orang atau 38%, usia 26-36 tahun

berjumlah 16 orang atau 24%, usia 37-47 tahun berjumlah 16 orang atau 24%, usia 48-58 tahun

(42)

Tabel 7. Karakteristik responden menurut pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah Persentase 1 PNS 8 12

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dijelaskan bahwa jumlah responden menurut pekerjaan

adalah yang bekerja sebagai PNS berjumlah 8 orang atau 12%, yang bekerja sebagai wiraswasta

berjumlah 10 orang atau 15%, yang bekerja sebagai pedagang berjumlah 6 orang atau 9%, yang

bekerja sebagai petani berjumlah 24 orang atau 35%, mahasiswa berjumlah 3 orang atau 4%, dan

pelajar berjumlah 17 orang atau 25 %.

Tabel 8. Karakteristik responden menurut tingkat pendidikan

No Pendidikan Jumlah Persentase

1 SMP 20 29

Berdasrkan tabel di atas, maka dapat dijelaskan bahwa jumlah responden menurut tingkat

pendidikan dalam penelitian ini adalah untuk tingkat pendidikan SMP berjumlah 20 orang atau

29%, tingkat pendidikan SMA berjumlah 32 orang atau 48%, tingkat pendidikan D1 berjumlah 1

orang atau 1%, tingkat pendidikan D2 berjumlah 1 orang atau 1 % tingkat pendidikan D3

(43)

5. Persepsi masyarakat Bali terhadap Tradisi Ogoh-Ogoh di kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah .

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Kampung Rama Utama Kecamatan Seputih

Raman Kabupaten Lampung Tengah terhadap 68 responden, tentang persepsi masyarakat Bali

terhadap tradisi ogoh-ogoh, maka dapat dilihat pada tabel hasil angket berikut ini:

Tabel 9. Hasil angket tentang persepsi masyarakat Bali terhadap tradisi Ogoh-Ogoh.

No Butir Soal Pilihan Jawaban Sangat setuju

(Orang) Setuju (Orang) Ragu-ragu (Orang) Tidak setuju (Orang) Sangat tidak setuju (Orang)

1 Ogoh-Ogoh selalu

dibuat menjelang hari raya Nyepi

28 30 1 5 4

2 Ogoh-Ogoh dapat

dibuat pada semua hari raya umat Hindhu

3 15 1 35 14

3 Ogoh-Ogoh selalu

berwujud seram 16 18 7 18 9

4 Ogoh-Ogoh tidak dapat dibuat pada semua hari raya umat

(44)
(45)

Tawur Ka Sanga pada masyarakat Bali.

12 Sebelum diarak Ogoh-Ogoh melalui proses Pemelapasan

28 37 3 - -

13 Karenana memerlukan dana yang besar, tradisi Ogoh-Ogoh

dapat di gantikan dengan Tradisi lain.

2 8 5 25 18

14 Di penghujung acara Ogoh-Ogoh harus dibakar untuk menghilangkan unsur negatif yang di timbulkan oleh para

Bhuta Kala

28 36 1 2 1

15 Ogoh- Ogoh memiliki

(46)
(47)

sebagainya) yang

(48)

Sumber : Angket

Berdasarkan hasil angket dari 68 responden dan 26 pernyataan, diperoleh hasil jawaban sebagai

berikut: total jawaban sangat setuju berjumlah 448 atau 25,7%, total jawaban setuju berjumlah

510 atau 29,2%, total jawaban ragu-ragu berjumlah 104 atau 6,1%, total jawabab tidak setuju

berjumlah 384 atau 21,9%, dan total jawaban sangat tidak setuju berjumlah 300 atau 17,1%.

B. PEMBAHASAN

Dari hasil angket yang diperoleh dilakukan pembahasan dengan tahapan -tahapan sebagai berikut:

membuat tabulasi hasil angket dalam bentuk tabel kerja, melakukan perhitungan secara persentase,

dan di lanjutkan dengan membuat diskripsi hasil perhitungan yang diperoleh.

1. Tabulasi Hasil Angket

Dari angket yang dibagikan terhadap 68 responden, untuk mengetahui persepsi masyarakat Bali

terhadap tradisi Ogoh-Ogoh di Kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten

Lampung Tengah, maka dapat dilihat pada tabel tabulasi hasil angket sebagai berikut:

Ogoh-Ogoh

26 Pemelapasan Ogoh-Ogoh tidak perlu dilakukan karena

Ogoh-Ogoh juga

dapat diarak keluar dari desa sebelum satu hari menjelang Nyepi untuk diperlombakan

2 4 2 27 33

(49)

Tabel 10: Tabel tabulasi hasil angket .

en Jawaban Responden untuk item nomor

(50)
(51)

68 5 4 1 2 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 4 4 5 4 5 2 4 4 5 4 4 4 108

Jumlah 6922

Sumber: Angket

Berdasarkan hasil rekapitulasi jawaban di atas, yang memiliki skor 4 dan 5 adalah termasuk

memiliki persepsi positif, skor 3 adalah pada persepsi cukup positif, dan skor 2 dan 1 adalah

pada persepsi negatif. Sehingga dari jumlah 6922 skor pada persepsi positif adalah sebanyak

6083 atau 89,1%, skor pada persepsi cukup positif sebanyak 360 atau 5,3 %, dan skor pada

persepsi negatif adalah sebanyak 386 atau 5,6 %.

2. Perhitungan hasil angket

Berdasarkan keseluruhan data yang diperoleh maka, untuk kategori jenjang (ordinal) dalam

penelitian ini dapat dilakukan perhitungan data angket sebagai berikut:

X= ( )

=

=102

µ = (Jumlah pernyataan untuk item tahu x Jumlah katagori jenjang

( ordinal)

= 26 x 3 = 79

σ

=

( × ) ( × )

=

17,3

(µ-1,0σ)≤X<(µ+1,0σ) = [79 – 1,0 x (17,3)]≤X<[79 + 1,0 x (17,3)]

= 61,7 ≤X< 96,3

= 62 ≤X< 96

(52)

62≤X<96 = Persepsi cukup positif

96≤X = Persepsi positif

10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

X negatif cukup positif positif

Berdasarkan skor di atas untuk mengetahui jumlah responden dengan katagori positif, cukup

positif, dan negatif adalah sebagai berikut:

Tabel:10 tabel tabulasi hasil anket dengan jenjang(ordinal), positif, cukup positif, dan negatif.

norma seperti di atas, maka skor 96 dalam skala persepsi masyarakat Bali terhadap tradisi

Ogoh-Ogoh dapat dikatakan memiliki persepsi yang positif , dimana dari 68 responden

diperoleh hasil sebagai berikut: jumlah responden 57 orang atau 83,8% dikatakan

memiliki persepsi positif, skor 62-95 dikatakan memiliki persepsi yang cukup positif

dengan jumlah responden 11 orang atau 16,2% dan skor kurang dari 62 dapat dikatakan

memiliki persepsi yang negatif.

Berdasarkan tabel dan pernyataan di atas, dari hasil pengumpulan angket terhadap 68

(53)

102 berada pada kategori persepsi positif. Artinya masyarakat Bali memiliki persepsi

yang positif terhadap tradisi Ogoh-Ogoh.

3. Persepsi masyarakat Bali terhadap tradisi Ogoh-Ogoh di kampung Rama Utama

Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.

Berdasarkan hasil analisis data di atas dapat diketahui bahwa masyarakat Bali di Kampung

Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah memiliki persepsi

yang positif terhadap tradisi Ogoh-Ogoh hal ini ditunjukan dari hasil perolah skor yang

diperoleh dari penyebaran angket pada masyarakat Bali di Kampung Rama Utama Kecamatan

Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah yang berjumlah 68 responden dengan hasil yaitu

skor 96 dalam skala persepsi masyarakat Bali terhadap tradisi Ogoh-Ogoh dapat dikatakan

memiliki persepsi yang positif dengan jumlah responden 57 atau atau 83,8%, skor 62 – 95

dikatakan memiliki persepsi yang cukup positif dengan jumlah responden 11 orang atau

16,2% dan skor kurang dari 62 dapat dikatakan memiliki persepsi yang negatif, sehingga dari

perolehan hasil tersebut maka, nilai 102 berada pada persepsi yang positif, dalam artian

masyarakat Bali memiliki persepsi yang positif terhadap tradisi Ogoh-Ogoh di Kampung

Rama Utama Kecamatan Seputih Raman kabupaten Lampung Tengah.

Responden mengetahui bahwa Ogoh-Ogoh tidak dapat dibuat pada semua hari raya umat

Hindhu, dimana pembuatanya hanya satu tahun sekali yaitu menjelang hari Raya Nyepi, yang

tujuannya untuk mengembalikan Bhuta Kala ke alamnya, dan mengubah energi negatif yang

ditimbulkan menjadi energi positif , guna kesejahteraan manusia (Bhuana Alit) dan alam

(54)

Responden juga mengetahui bahwa Ogoh-Ogoh selalu berwujud seram, karena Ogoh-Ogoh

merupakan lambang keangkaramurkaan sehingga wujudnya harus menyerupai raksasa,

meskipun saat ini banyak Ogoh-Ogoh yang dibuat dengan sosok manusia, seperti

Engalina,Amrozi dan lain-lain tetapi wujudnya tetap dibuat menyeramkan seperti, memiliki

taring yang merupakan lambang kerakusan (Loba).

Responden juga mengetahui bahwa Ogoh-Ogoh diyakini memiliki kekuatan besar.

Masyarakat Bali meyakini bahwa dalam Ogoh-Ogoh terdapat kekuatan magis yang kasat

mata. Responden juga mengetahui bahwa sebelum diarak Ogoh-Ogoh melalui proses

pemelapasan yaitu, proses pemberkatan Ogoh-Ogoh menjadi kekuatan magis positif.

Responden mengetahui bahwa Ogoh-Ogoh dibuat menggunakan bambu, kayu,sterofon,

busa,kertas dan sebagainya yang wujudnya menyerupai raksasa. Responden juga mengetahui

bahwa Tradisi Ogoh-Ogoh merupakan pelengkap dalam upacara Tawur Ka sanga. Sehingga

tanpa tradisi Ogoh-Ogoh Upacara Tawur Ka Sanga tidak dapat dilakukan.

Responden juga mengetahui bahwa Ogoh-Ogoh bukan hanya sebuah karya seni patung yang

dibuat masyarakat Bali tanpa memiliki makna dan tujuan, meskipun sekarang banyak

patung-patung yang dibuat lakyaknya Ogoh-Ogoh namun masyarakat Bali tetap meyakini

Ogoh-Ogoh itu hanya ada menjelang hari Raya Nyepi.Responden juga mengetahui bahwa tradisi

Ogoh-Ogoh tidak dapat digantikan dengan tradisi lain, meskipun memerlukan dana yang

besar Ogoh-Ogoh tetap dibuat setiap tahun. Karena biasanya, masyarakat Bali (Kramo Adat)

telah memiliki dana khusus untuk pembutan Ogoh-Ogoh setiap tahunnya.

Responden mengerti di penghujung acara Ogoh-Ogoh harus dibakar untuk menghilangkan

(55)

melawan kebaikan.Responden mengerti bahwa Ogoh-Ogoh memiliki makna sebagai

simbolisasi keseimbangan alam yaitu terdapat keseimbangan antara unsur positif dan negatif.

Responden mengerti bahwa Ogoh-Ogoh tidak dapat disimpan untuk tahun berikutnya,

walaupun tujuannya untuk menghemat biaya.

Responden juga mengerti Ogoh-Ogoh merupakan simbolisasi dari Bhuta Kala (Jin, setan, leak

jadi-jadian dan sebagainya) yang diyakini mempengaruhi nabsu angkara yang ada pada diri

manusia. Responden mengerti bahwa pemberkatan Ogoh-Ogoh yang sudah rampung dibuat,

agar memiliki kekuatan magis positif untuk mengusir roh jahat yang diistilahkan Bhuta Kala

(Pemelapasan) dilaksanakan sebelum Ogoh-Ogoh diarak mengelilingi desa.

Responden juga mengerti sebagai kreatifitas seni, Ogoh-Ogoh tidak selalu berwujud Bhuta

Kala, karena pada zaman ini sifat-sifat buruk juga dimiliki oleh manusia namun dalam

wujudnya tetap ditampilkan sisi keangkaramurkaannya, dan saat ini selain sebagai simbolis

Bhuta Kala, Ogoh-Ogoh juga digunakan sebagai ajang kreatifitas seni muda-mudi untuk

(56)
(57)

1

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat

disimpulkan bahwa:

Persepsi masyarakat Bali terhadap tradisi Ogoh-Ogoh di Kampung Rama

Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah, adalah

persepsi yang positif, hal ini didorong oleh pengetahuan masyarakat tentang

tradisi Ogoh-Ogoh, mulai dari proses pembuatan dan pelaksanaanya yang

memiliki tujuan untuk mengembalikan Bhuta Kala ke alamnya dan memiliki

makna menjaga keseimbangan, yaitu keseimbangan alam, manusia, dan

dewa, artinya masyarakat Bali mampu menggambarkan segala pengetahuan

atau tanggapannya tentang tradisi Ogoh-Ogoh yang diteruskan dengan upaya

pemanfaatannya.

B. Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan penulis terkait dengan hasil akhir

penulisan ini antara lain:

1. Sebagai generasi penerus sudah selakyaknya menjaga kelestarian tradisi

(58)

2

2. Sebagai masyarakat Bali agar tetap melestarikan tradisi Ogoh-Ogoh setiap

tahunnya dan terus dapat mengkreasikan corak atau bentuk Ogoh-Ogoh

tanpa menghilangkan atau meninggalkan pakem dalam pembuatan bentuk

Ogoh-Ogoh, sehingga terjalin hubungan yang harmonis antara alam

(59)

PERSEPSI MASYARAKAT BALI TERHADAP TRADISI

O

GOH-OGOH DI KAMPUNG RAMA UTARA KECAMATAN

SEPUTIH RAMAN KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

(Skripsi)

Oleh :

NI MADE MARINASARI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(60)

PERSEPSI MASYARAKAT BALI TERHADAP TRADISI O

GOH-OGOH

DI

KAMPUNG RAMA UTARA KECAMATAN SEPUTIH RAMAN

KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

Oleh

NI MADE MARINASARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Sejarah

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(61)

i

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1. Pembuatan kerangka Ogoh-Ogoh ... . 62 2. Para pemuda yang bekerjasama dalam pembuatan Ogoh-Ogoh... 62 3. Pecaruan yang dilakukan Pemangku dan Masyarakat

Bali sebelum di araknya Ogoh-Ogoh ,

dan dilanjutkan sembahyang bersama... 63 4. Pemelapasan(pemberkatan) Ogoh-Ogoh yang telah

rampung dibuat oleh Pemangku dengan sarana sajen pemelapasan ... 63 5. Mengarak Ogoh-Ogoh berkeliling desa,

dengan riuh ramai disertai gambelan, bunyi-bunyian

dan obor bersama seluruh masyarakat Bali ... 64 6. Pemutaran Ogoh-Ogoh di setiap perempatan, yang diyakin

masyarakat Bali sebagai tempat berkumpulnya Bhuta Kala... 64 7. Mengarak Ogoh-Ogoh menelusuri seluruh jalan yang ada

di Kampung Rama Utama ... 65 8. Seko gamelan baleganjur pengiring Ogoh-Ogoh... 65

9. Persiapan pembakaran Ogoh-Ogoh dengan terlebih dahulu

Di doakan oleh Pemangku ... 66 10. Pemangku yang akan menyulutkan api... 66 11. Ogoh-Ogoh yang telah dibakar ... 67 12. Pemberian Tirta pada semua masyarakat yang ikut,

(62)

DAFTAR ISI

1. Identifikasi masalah ... 4 2. Pembatasan Masalah ... 5 3. Perumusan Masalah ... 5 C. Tujuan Penelitian, Kegunaan dan Ruan Lingkup Peneliti ... 5 1. Tujuan Penelitian ... 5 2. Kegunaan Penelitian ... 5 3. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka ... 7 1. Konsep Upacara ... 7 2. Konsep Persepsi ... 8 2.1 Pembentukan Persepsi dan Faktor yang Mempengaruhinya ...9 2.2 Bentuk- Bentuk Persepsi ...10 3. Konsep Tradisi Ogoh-Ogoh ... 11 4. Konsep Masyarakat Bali ... 16 B. Kerangka Pikir ... 18 C. Paradigma ... 20

III. METODE PENELITIAN

(63)

2. Definisi Operasional Variabel ... 23

C. Populasi dan Sampel ... 23

1. Populasi ... 24

2. Sampel ... 25

3. Teknik Pengambilan Sampel ... 27

D. Teknik Pengumpulan Data ... 27

1. Angket ... 27

2. Dokumentasi ... 28

E. Teknik Analisis Data... 29

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ... 33

1. Sejarah Singkat Kampung Rama Utama ... 33

2. Letak dan Batas-Batas Wilayah Kampung Rama Utama ... 34

3. Kependudukan ... 35

4. Karakteristik Responden...37

5. Persepsi Masyarakat Bali Terhadap Tradisi Ogoh-Ogoh pada Masyarakat Bali di Kampung Rama Utama Kecamatan Seputih Raman ... 39

B. Pembahasan ... 43

1. Tabulasi Hail Angket ... 44

2. Perhitungan Hasil Angket ... 46

(64)
(65)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Populasi Penelitian ... 25

2. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin ... 35

3. Jumlah penduduk dilihat dari agama ... 35

4. Jumlah penduduk dilihat dari pendidikan ... 36

5. Jumlah penduduk dilihat dari mata pencaharian ... 37

6. Karakteristik responden menurut usia ... 37

7. Karakteristik responden menurut tingkat pekerja ... 38

8. Karakteristik responden menurut pendidikan ... 38

9. Hasil anket tentang persepsi masyarakat Bali terhadap Tradisi Ogoh-Ogoh ... .... 39

10. Tabel tabulasi hasil anket katagori tahu ... .... 44

(66)
(67)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: PT. Rineka Cipta . 188 Hal

Azwar, Saifuddin.2010.Penyusunan Skala Psikologi.Pustaka Pelajar:Yogyakarta.

204 Halaman.

Depdikbud. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta:

Gramedia Pusat Utama. 1701 Hal

Endraswara, Suwardi. 2006. Metode, teori, Teknik Penelitian Kebudayaan.

Yogyakarta: Pustaka Widya Tama. Hal 15

Fathoni, Abdurahman. 2006. Metodologi Penyusunan Skripsi. Jakarta:

Rineka Cipta. 149 Halaman.

Hadari Nawawi dan Mimi Martini. 1994. Penelitian Terapan. Yogyakarta: Gajah

Mada University. 271 Hal

Hasyim, Mohammad. 1982. Penuntun Dasar Kearah Penelitian Masyarakat.

Surabaya: Bina Ilmu. 89 halaman

Koentjaraningrat.1964. Beberapa Pokok Antropologi Sosial . Jakarta : PT. Dian

Rakyat. 303 Hal

Lexi, J. Moleong. 1998. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Hal 103

Nawawi, Hadari. 1991. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada

University Press. Yagyakarta. 200 halaman

Upada Sastra.1988. Catur Yadnya, Bhuta, Manusia, Pitra, Dewa. Denpasar:

Upada Sastra. 127 Hal

Ranjabar, Jacobus. 2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia. Bandung: Ghalia Indonesia. 512 halaman

Salam, Burhanuddin.1984.Pengantar Filsafat.Bandung:Bumi Aksara. 231

Halaman.

Sarwono, Sarlito. 1992. Psikologi Lingkungan. Grasindo : Jakarta

(68)

Soekanto, Soerjono. 1981. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 465 Hal

Sri Arwati, Made.2008. Hari Raya Nyepi. Denpasar: Upada Sastra. 71 Hal

Sugiono. 2010. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

Alfabeta : Bandung. 334 Hal

.2008.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D.Bandung: Alfabeta. 334 Halaman.

Suryabrata, Sumadi. 1983. Metodelogi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. 165 Hal Syani, Abdul.1992. Sosiologi skematika, Teori dan Terapan. Bandar Lampung:

Bumi Aksara. 214 Hal

Walgito, Bimo.2010.Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta:Andi. 268 Halaman.

W.J.S. Poerwadarminta.1976. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarata : PN

Balai Pustaka. 500 Hal

Yusuf, Yusmar. 1989. Psikologi Antarbudaya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

146 halaman

Gambar

Tabel 1.Populasi Penelitian masyarakat Bali berdasarkan jenis kelamin dan usia 15-70 tahun di desa Rama Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah
Tabel 3. Jumlah Penduduk Dilihat dari Agama
Tabel 5. Jumlah Penduduk Dilihat dari Mata Pencaharian
Tabel 6. Karakteristik responden menurut usia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan integrasi sosial melalui kearifan lokal merupakan proses kesatuan dan persatuan melalui kearifan-kearifan lokal yang berkembang antar suku dan agama yang berbeda

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwasanya dari kedua usaha peternakan ayam pedaging yang ada di Desa Ratna Chaton Kecamatan Seputih Raman, keduanya

Pada hari itu, 3.642 jiwa dari 4.300 jiwa daftar pemilih tetap (DPT) masyarakat Kampung Bumi Kencana Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah

Tradisi slametan yang menjadi dasar utama dari Tradisi Kejawen masyarakat Jawa Kampung Banjar Agung banyak mengalami perubahan dari waktu ke waktu (wawancara

Dengan visi yang telah ditetapkan tersebut diatas, maka diharapkan masyarakat Kecamatan Seputih Raman menjadi masyarakat yang taat beragama sehingga dalam menjalani

Adapun yang diobservasi di Kampung Seni Budaya Pan- canitis yaitu Tradisi Mapag Menak yang menjadi objek utama di penelitian ini, masya- rakat Kampung Seni Budaya Pancanitis baik

Agar tidak terjadi persimpangan pemahaman pada skripsi ini terkait antara kebudayaan Bali yang benar-benar asli yang berada di tempat asalnya yaitu Provinsi Bali, dengan kebudayaan Bali

Sementara itu, salah satu tokoh Agama di Kecamatan Seputih Raman Suharto mengatakan pihaknya sangat berharap masyarakat Seputihraman dapat hidup damai dan tentram dan terhindar dari