STUDI BANDING KADAR HEMOGLOBIN DAN TINGGI
FUNDUS UTERI MATERNAL TERHADAP LUARAN
BERAT BADAN LAHIR NORMAL DAN RENDAH
0B
TESIS
1B
OLEH
2B
T O M Y
DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RSUP. H. ADAM MALIK / RSUD DR. PIRNGADI
PENELITIAN INI DIBAWAH BIMBINGAN TIM – 5
Pembimbing : Dr. Christoffel L. Tobing, SpOG(K)
Dr. Sarma N. Lumban Raja, SpOG(K)
Penyanggah : Dr. Nazarudding Jafar, SpOG(K)
Dr.
M.
Rusda
Harahap,
SpOG
Dr.
Deri
Edianto,
SpOG(K)
Diajukan untuk melengkapi tugas – tugas dan
memenuhi salah satu syarat untuk mencapai keahlian
dalam
LEMBARAN PENGESAHAN
Penelitian ini disetujui oleh Tim-5
Pembimbing :
U
Dr. Christoffel L. Tobing, SpOG.KU ...
Pembimbing I Tanggal
U
Dr. Sarma N. Lumban Raja, SpOG.KU ...
Pembimbing II Tanggal
Penyanggah :
U
Dr. Nazaruddin Jafar, SpOG.KU ...
Divisi Feto Maternal Tanggal
U
Dr. M. Rusda Harahap, SpOGU ...
Divisi Fertilitas, Endokrinologi Tanggal Reproduksi
U
Dr. Deri Edianto, SpOG.KU ...
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan syukur saya panjatkan pada Tuhan Yang Maha Kuasa, berkat Kasih
dan Karunia-Nya penulisan tesis ini dapat diselesaikan.
Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas – tugas dan memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh keahlian dalam bidang Obstetri dan Ginekologi. Sebagai manusia
biasa saya menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, namun demikian
besar harapan saya kiranya tulisan sederhana ini dapat bermanfaat dalam menambah
perbendaharaan bacaan khususnya tentang:
”STUDI BANDING KADAR HEMOGLOBIN DAN TINGGI FUNDUS UTERI MATERNAL TERHADAP LUARAN BERAT BADAN LAHIR NORMAL DAN RENDAH”
Dengan selesainya laporan penelitian ini, perkenankanlah saya menyampaikan rasa
terima kasih dan penghargaan yang setinggi – tingginya kepada yang terhormat:
1. Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan kepada saya
untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis di Fakultas Kedokteran
USU Medan.
2. Prof. Dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG(K), Kepala Departemen Obstetri dan
Obstetri dan Ginekologi FK – USU Medan; Prof. Dr. M. Fauzie Sahil,
SpOG(K), Ketua Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK
– USU Medan; Dr. Deri Edianto, SpOG(K), Sekretaris Program Studi Dokter
Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK –USU Medan; Prof. Dr. M.Yusuf
Hanafiah, SpOG(K); Dr. Erdjan Albar, SpOG(K); Prof. Dr. Herbert
Hutabarat, SpOG; Prof. Dr. Pandapotan Simanjuntak, MPH, SpOG (Alm),
Prof. Dr. Hamonangan Hutapea, SpOG(K); Prof. Dr. Djafar Siddik, SpOG(K);
Prof. DR. Dr. M. Thamrin Tanjung, SpOG(K) yang secara bersama – sama
telah berkenan menerima saya untuk mengikuti pendidikan spesialis di
Departemen Obstetri dan Ginekologi.
3. Dr. Christoffel L.Tobing, SpOG(K) bersama Dr. Sarma N. Lumban Raja,
SpOG(K), yang telah meluangkan waktu yang sangat berharga untuk
membimbing, memeriksa dan melengkapi penulisan tesis ini hingga selesai.
Dr. Nazaruddin Jafar, SpOG(K), Dr. M. Rusda Harahap, SpOG, Dr. Deri
Edianto, SpOG(K) selaku tim penyanggah dan nara sumber dalam penulisan
tesis ini yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan dalam
perbaikan tesis ini.
4. Prof. Dr. Budi R. Hadibroto, SpOG(K), selaku bapak angkat saya selama
menjalani masa pendidikan, yang telah banyak mengayomi, membimbing, dan
memberikan nasehat-nasehat yang bermanfaat kepada saya dalam menghadapi
5. Drs. A. Jalil Amri, MKes, yang telah meluangkan waktu untuk membimbing
saya dalam penyelesaian uji statistik tesis ini.
6. Prof. Dr. Djafar Siddik , SpOG.K beserta keluarga yang telah memberikan
saya kesempatan, motivasi sekaligus semangat bagi saya untuk dapat
mengikuti pendidikan di Departemen Obstetri dan Ginekologi
FK-USU/RSHAM/RSPM
7. Seluruh staf pengajar di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK – USU
Medan, yang secara langsung telah banyak membimbing dan mendidik saya
sejak awal hingga akhir pendidikan. Semoga Yang Maha pengasih membalas
budi baik guru – guru saya tersebut.
8. Sekretaris Jenderal Departemen Kesehatan RI dan Kepala Kantor Wilayah
Departemen Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, atas izin yang diberikan
kepada saya untuk mengikuti program Dokter Spesialis Obstetri dan
Ginekologi FK – USU Medan.
9. Direktur RSUP Haji Adam Malik Medan yang telah memberikan kesempatan
dan sarana untuk bekerja selama mengikuti pendidikan di Departemen
Obstetri dan Ginekologi.
10.Direktur RSUD Dr. Pirngadi Medan dan Kepala SMF Kebidanan dan
Penyakit Kandungan RSUD Dr. Pirngadi Medan, yang telah memberikan
11.Direktur RS PTPN II Tembakau Deli Medan, Dr. Sofian Abdul Ilah, SpOG
dan Dr. Nazaruddin Jafar, SpOG(K) beserta staf yang telah memberi
kesempatan dan bimbingan selama saya bertugas di bagian tersebut.
12.Direktur RSUD Doloksanggul beserta staf atas kesempatan kerja dan bantuan
moril selama saya bertugas di rumah sakit tersebut.
13.Kepala Departemen Patologi Anatomi FK USU Medan beserta staf, atas
kesempatan dan bimbingan yang telah diberikan selama saya bertugas di
departemen tersebut.
14.Teman – teman sejawat asisten ahli, dokter muda, bidan dan paramedis yang
telah ikut membantu dan bekerja sama dalam menjalani pendidikan di
Departemen Obstetri dan Ginekologi di FK USU / RSUP H. Adam Malik –
RSUD Dr. Pirngadi Medan. Terima kasih atas dorongan dan semangat yang
telah diberikan kepada saya.
15.Seluruh karyawan dan karyawati serta para pasien di Departemen Obstetri dan
Ginekologi FK USU / RSUP H. Adam Malik – RSUD Dr. Pirngadi Medan,
atas kerjasama dan saling pengertian yang diberikan kepada saya sehingga
dapat menyelesaikan pendidikan ini.
16. Abang dan kakak saya dalam pendidikan, Dr. Adi Putra SpOG, Dr. Harry C.
Simanjuntak SpOG, Dr. Riza Rivani SpOG, Dr. Cut Adeya Adella SpOG, Dr.
Roy Yustin Simanjuntak SpOG, Dr. Johny Marpaung SpOG, Dr. M Oki
Prabudi SpOG, Dr. Ujang Ridwan Permana SpOG, Dr. Dudy Aldiansyah
kasih atas dorongan dan bantuan yang telah banyak diberikan selama saya
menjalani pendidikan.
17.Teman satu angkatan saya Dr. John Tambunan SpOG, Dr. Panuturi G.
Sidabutar, Dr. Sukhbir Singh, Dr. Mulda, Dr. T.M. Rizki, Dr. Muara, Dr.
Simon, terima kasih atas kerjasama dan dorongan yang diberikan selama ini.
18. Teman-teman saya yang sangat baik, Dr. Abdul Hadi, Dr. Renardi, Dr.
Simromi, Dr. Dwi Faradina, Dr. Rony P. Bangun, Dr. Alim Said, Dr. David
Lubis, Dr. Gorga, Dr. Sylvi, Dr. Edward, Dr. Ikhwan, Dr. Riza, Dr. Made, Dr.
Jeffry, Dr. Rizka, Dr. Aidil, Dr. Errol, Dr.Irwansyah, Dr. Ali Akbar, dan
rekan-rekan PPDS lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima
kasih atas kerjasama dan bantuannya selama pendidikan.
19. Tim jaga saya yang kompak, Dr. Abdul Hadi, Dr. Simromi, Dr. Yaznil, Dr.
Hatsari, Dr. Ismail, terima kasih atas kebersamaan kita selama ini, kenangan
indah ini akan saya ingat selamanya.
Sembah sujud, hormat dan terima kasih yang tidak terhingga saya sampaikan kepada
kedua Almarhum orang tua saya, yang telah membesarkan, membimbing, dan
mendidik saya dengan penuh kasih sayang dari masa kanak-kanak hingga saya
meraih cita-cita, tanpa kenal lelah memberikan semangat, motivasi, perhatian dan
doa.
Terima kasih yang tidak terhingga saya sampaikan kepada Abang dan Adik saya, Ir.
dan memberikan dorongan dan perhatian kepada saya selama mengikuti pendidikan
ini.
Kepada Bapak Kencana Salim dan keluarga, Bapak Handoko dan Ibu Janli Hasni dan
keluarga, Bapak Drs. Bacthiar dan keluarga, terima kasih atas dukungan yang telah
diberikan selama ini.
Kepada seluruh keluarga besar, abang, adik dan ipar-ipar serta semua keponakan
yang saya sayangi, terima kasih atas do’a dan dorongan yang telah diberikan.
Akhirnya kepada seluruh keluarga dan handai tolan yang tidak dapat saya sebutkan
satu persatu, yang secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan bantuan
baik moril dan materil, saya ucapakan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Medan, Oktober 2008
DAFTAR ISI
1.2. Identifikasi Masalah... 3
1.3. Tujuan Penelitian... 4
1.4. Manfaat Penelitian... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 5
2.1. Gizi pada Ibu Hamil... 5
2.2. Anemia dalam Kehamilan... 7
2.3. Pengaruh Anemia terhadap Ibu Hamil... 9
2.4. Pengaruh Maternal Anemia terhadap Janin... 10
2.5. Maternal Anemia dan Kesejahteraan Janin... 13
2.6. Nilai Normal dan Batas Terendah Kadar Hb Ibu Hamil... 13
2.7. Kadar Hb Maternal yang Tinggi dan Efek terhadap Janin... 2.8. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Berat Badan Janin... 2.9. Penentuan Berat Badan Janin Berdasarkan Tinggi Fundus Uteri (Jhonson Thausack)... 15 16 21 BAB III.METODOLOGI PENELITIAN... 24
3.1. Rancangan Penelitian... 24
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian... 24
3.3. Populasi Penelitian... 24
3.4. Subjek Penelitian... 24
3.5. Cara Penelitian... 25
3.6.1. Kriteria Inklusi. ... 26
3.6.2. Kriteria Eksklusi... 26
3.7. Kerangka Kerja... 26
3.8. Batasan Operasional... 27
3.9. Analisa Data... 28
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 29
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 37
5.1. Kesimpulan... 37
5.2. Saran... 38
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1. Karakteristik Data Penelitian dan Hubungannya dengan Berat Badan
Lahir………. 29
Tabel 2. Hubungan Kejadian Anemia dengan Berat Badan Lahir…………. 30
Tabel 3. Hubungan Tinggi Fundus Uteri dengan Usia Kehamilan pada Kehamilan
dengan Anemia dan BBLR………... 31
Tabel 4. Hubungan Tinggi Fundus Uteri dengan Usia Kehamilan pada Kehamilan
dengan BBLR………... 32
Tabel 5. Hubungan Tinggi Fundus Uteri dengan Usia Kehamilan pada Kehamilan
BBLN………... 34
Tabel 6. Hubungan Jenis Kelamin Janin dengan Kejadian BBLR dan
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1. Hubungan antara kejadian anemia terhadap kehamilan dan janin.. 12
Gambar 2. Kerangka konsep yang menerangkan hubungan kadar hemoglobin ibu
terhadap luaran janin...
12
Gambar 3. Grafik hubungan tinggi fundus uteri terhadap usia kehamilan dan berat
badan janin... 22
Gambar 4. Pengukuran tinggi fundus uteri dengan menggunakan sentimeter... 23
Gambar 5. Sebaran Data Tinggi Fundus Uteri dan Usia Kehamilan pada Kehamilan
Anemia dengan BBLR………..………. 31
Gambar 6. Sebaran Data Tinggi Fundus Uteri dan Usia Kehamilan pada Kehamilan
dengan BBLR……….…………. 33
Gambar 7. Sebaran Data Tinggi Fundus Uteri dan Usia Kehamilan pada Kehamilan
ABSTRAK
Tujuan : penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kadar hemoglobin dan tinggi fundus uteri maternal terhadap luaran berat badan janin di
RS. H. Adam Malik, RS. Dr. Pirngadi Medan, RS Tembakau Deli dan RS. Sundari
Medan.
Rancangan Penelitian : Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan disain potong lintang. Penelitian ini dilakukan di Departemen Obstetri dan
Ginekologi RS. H. Adam Malik, RS. Pirngadi, RS. Tembakau Deli dan RS. Sundari
Medan mulai 9 Agustus 2008 sampai selesai. Seluruh pasien-pasien yang akan
melahirkan di RS. H. Adam Malik, RS. Pirngadi, RS. Tembakau Deli dan RS.
Sundari Medan dilakukan pencatatan data-data meliputi umur, usia kehamilan
berdasarkan hari pertama haid terakhir, paritas, tingkat pendidikan, kadar
hemoglobin berdasarkan pemeriksaan Hb cyan dan tinggi fundus uteri. Kemudian
setelah ibu melahirkan dilakukan pencatatan berat badan bayi, panjang badan, jenis
kelamin dan Apgar score.
Analisa Statistik : Seluruh data penelitian ini dicatat pada formulir penelitian. Data diolah dan disusun dalam bentuk tabel distribusi sesuai tujuan penelitian.
Dilakukan uji statistik Chi-square dan uji korelasi Pearson dan Spearman dengan
menggunakan perangkat SPSS (Statistic Package for Social Science) versi 15.
Hasil : Pada penelitian dengan 200 orang responden didapatkan usia terbanyak adalah pada kelompok usia < 30 tahun yaitu sebanyak 103 orang (51,5%), gravida
terbanyak adalah gravida 1-2 sebanyak 100 orang (50%). Sebanyak 81 orang (40,5%)
menderita anemia. 14 orang ibu (7%) melahirkan BBLR. Dari 81 orang ibu yang
menderita anemia, 10 orang ibu melahirkan bayi BBLR (5%). Dari 14 orang ibu yang
melahirkan BBLR, 10 diantaranya kelompok ibu anemia (5%), 4 orang kelompok non
BBLR pada kelompok anemia dibandingkan pada kelompok yang non anemia
(p<0,05). Ibu anemia mempunyai resiko 4 kali untuk melahirkan BBLR dibandingkan
ibu yang tidak anemia. Berdasarkan grafik tinggi fundus uteri terhadap usia
kehamilan, ada kecenderungan pada kehamilan dengan komplikasi anemia dan
BBLR, semakin bertambah usia kehamilan, tinggi fundus uteri yang diukur akan
lebih kecil. Berdasarkan grafik tinggi fundus uteri terhadap usia kehamilan, dapat
diambil kesimpulan bahwa ada kecenderungan pada kehamilan dengan BBLN
semakin bertambah usia kehamilan, pengukuran tinggi fundus uteri akan
menunjukkan nilai yang lebih besar
KESIMPULAN : dari 200 ibu hamil yang diperiksa, dijumpai 81 kasus ibu hamil yang menderita anemia (40,5%). Dengan kejadian BBLR sebanyak 14 kasus
(7%). Ibu hamil dengan anemia mempunyai resiko 4 kali melahirkan bayi dengan
BBLR.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Anemia merupakan komplikasi yang paling sering dijumpai pada kehamilan. Angka
kejadian wanita hamil yang menderita anemia di Negara industri dan Negara
berkembang masih sangat tinggi. Data WHO melaporkan ibu hamil di Negara yang
sedang berkembang yang menderita anemia berkisar dari 35 – 75 % ( rata-ratanya
56 % ), dan sekitar 18 % ibu hamil di Negara industri menderita anemia. Namun
sebagian besar dari ibu hamil itu telah menderita anemia sebelum hamil, dengan
perkiraan prevalensi anemia pada wanita yang tidak hamil di Negara berkembang
berkisar 43 %, dan 12 % di Negara industri.1
Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis yang sangat dipengaruhi oleh status
nutrisi ibu sebelum hamil dan masukan gizi selama kehamilan. Kesehatan dan status
gizi ibu hamil sangat dipengaruhi oleh faktor umur, genetik, sosio ekonomi,
kultural, dan tingkat pendidikan ibu. Asupan gizi yang adekuat membantu
pertumbuhan ibu dan janin. Pertambahan volume plasma berkisar 50% dan 20%
peningkatan kadar hemoglobin ibu. Rata-rata pertambahan berat badan ibu selama
kehamilan berkisar 11,5 kg, 25% untuk janin, selebihnya volume darah ibu yang
Ada beberapa pemeriksaan antropometrik yang dapat digunakan untuk mengetahui
status gizi ibu hamil antara lain dengan memantau pertambahan berat badan selama
hamil dengan mengukur tinggi fundus uteri dan juga dengan mengukur kadar
hemoglobin. Pengukuran tinggi fundus uteri diatas simfisis dapat memberikan
informasi yang bermamfaat tentang besarnya bayi yang berada didalam kandungan.
Jimenez dkk. (1983) mendemonstrasikan bahwa antara 20 dan 21 minggu
kehamilan, tinggi fundus uteri dalam sentimeter sama dengan usia kehamilan dalam
minggu. Quaranta dkk. (1981) dan Calvert dkk. (1982) melaporkan observasi tinggi
fundus uteri ini bahkan sama sampai usia kehamilan 34 minggu. Tinggi fundus uteri
yang tidak sesuai dengan usia kehamilan sangat menjurus kepada keadaan
pertumbuhan janin terhambat. Johnson Thausack menemukan suatu metode yang
dapat dipakai untuk menentukan taksiran berat janin didalam kandungan
berdasarkan pengukuran tinggi fundus uteri ini.2,3
Pengukuran kadar hemoglobin ibu merupakan pemeriksaan sederhana yang dapat
dilakukan untuk menilai status gizi ibu hamil. Kadar hemoglobin ibu akan sejalan
dengan asupan nutrisi ibu selama kehamilan. Ibu dengan status gizi kurang biasanya
akan menunjukkan kadar hemoglobin yang rendah juga. Jeleknya nutrisi ibu selama
kehamilan dapat menyebabkan anemia. Angka kejadian anemia defisiensi besi
mencapai 70% di Negara berkembang, berhubungan erat dengan mortalitas dan
morbiditas ibu, nutrisi yang jelek kepada janin dan mortalitas janin. Telah diketahui
dengan jelas bahwa anemia pada ibu hamil beresiko terhadap persalinan preterm,
Rosmeri (2000) menunjukkan bahwa status gizi ibu sangat berpengaruh terhadap
kejadian BBLR. Ibu dengan status gizi kurang sebelum hamil mempunyai resiko
4,27 kali untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan dengan ibu yang mempunyai
status gizi baik (normal).2
Jumirah dkk. (1999) menunjukkan hubungan antara kadar hemoglobin ibu hamil
dengan berat bayi lahir, dimana semakin tinggi kadar hemoglobin ibu semakin
tinggi berat badan bayi yang dilahirkan. Edwi Saraswati, dkk. (1998)
mengungkapkan bahwa kadar hemoglobin pada batas 11 gr/dl bukan merupakan
faktor resiko untuk melahirkan BBLR.2
Berdasarkan hal yang diuraikan diatas, penulis ingin melakukan penelitian untuk
melihat pengaruh dari kadar hemoglobin dan tinggi fundus uteri dalam menentukan
luaran berat badan bayi di RS Haji Adam Malik, RS Pirngadi Medan, RS Tembakau
Deli, dan RS. Sundari Medan.
1.2. Identifikasi Masalah
a. Konsentrasi hemoglobin maternal sangat mempengaruhi luaran berat badan
janin.
b. Beberapa faktor seperti tinggi fundus uteri dan jenis kelamin janin ikut serta
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hubungan antara kadar hemoglobin dan tinggi fundus uteri
maternal terhadap luaran berat badan janin di RS. H. Adam Malik, RS. Dr. Pirngadi
Medan, RS Tembakau Deli dan RS. Sundari Medan.
1.4. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diambil suatu kesimpulan adanya
hubungan antara kadar hemoglobin ibu dan tinggi fundus uteri terhadap luaran berat
badan janin sehingga dapat terdeteksi keadaan anemia pada ibu hamil, pemberian
suplementasi tablet besi untuk pencegahan dan kemungkinan janin yang
makrosomia pada ibu hamil sehingga dapat diantisipasi metode persalinan yang
tepat untuk mendapatkan luaran bayi yang optimal di RS. H. Adam Malik, RS. Dr.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gizi pada Ibu Hamil
Status gizi ibu sebelum dan selama kehamilan sangat mempengaruhi pertumbuhan
janin dalam kandungan. Bila status gizi ibu baik pada masa sebelum dan selama
hamil maka akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan yang
normal. Kualitas bayi yang dilahirkan sangat bergantung pada keadaan gizi ibu.
Salah satu cara untuk menilai kualitas bayi adalah dengan mengukur berat bayi pada
saat lahir. Hasil survey Depkes RI pada tahun 1996 menunjukkan bahwa 41% ibu
hamil di Indonesia menderita gizi buruk, dengan 51% menderita anemia. Keadaan
ini membuat kecenderungan ibu melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR).
Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi, sehingga kebutuhan energi dan
zat gizi lainnya akan meningkat selama kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi
ini diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besarnya
organ kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Ibu hamil pada
dasarnya memerlukan tambahan pada semua zat gizi, namun yang sering kali
Seorang ibu hamil memerlukan tambahan energi kira-kira 80.000 Kkal selama
kehamilannya. Untuk memperoleh besaran energi per hari, seorang ibu hamil harus
mendapatkan energi sekitar 300 Kkal sehari. WHO menganjurkan jumlah tambahan
sebesar 150 Kkal sehari pada trimester I, 350 Kkal sehari pada trimester II dan III.
Di negara maju seperti Kanada, penambahan untuk trimester I sebesar 100 Kkal dan
300 Kkal untuk trimester II dan III. Di Indonesia berdasarkan Widya Karya
Nasional Pangan dan Gizi VI tahun 1998 ditentukan angka 285 Kkal perhari selama
kehamilan. Patokan ini berlaku bagi ibu hamil yang tidak merubah kegiatan fisik
selama kehamilan.
Kebutuhan wanita hamil akan protein juga meningkat, bahkan mencapai 68% dari
sebelum hamil. Jumlah protein yang harus tersedia sampai akhir kehamilan
diperkirakan sebanyak 925 gram yang tertimbun dalam jaringan ibu, plasenta, serta
janin. Di Indonesia melalui Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI tahun 1998
menganjurkan penambahan protein 12 gram/hari selama kehamilan.
Kenaikan volume darah selama kehamilan akan meningkatkan kebutuhan akan zat
besi. Selama kehamilan, seorang ibu hamil menyimpan zat besi kurang lebih 1.000
mg termasuk untuk keperluan janin, plasenta dan hemoglobin ibu sendiri. Menurut
Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI tahun 1998, seorang ibu hamil
memerlukan tambahan zat besi rata-rata 20 mg perhari. Seorang ibu hamil yang
menderita kekurangan gizi, secara umum asupan makro dan mikro nutriennya juga
makro nutrien seperti protein dan sejumlah mikro nutrien lainnya, sehingga seorang
yang menderita gizi kurang dapat dipastikan menderita anemia defisiensi gizi.
Status gizi ibu hamil dapat diukur secara antropometri/pengukuran komposisi tubuh,
antara lain dengan mengukur lingkar lengan atas, pengukuran pertambahan berat
badan dengan pengukuran pertambahan tinggi fundus uteri ibu. Secara laboratorium
status gizi ibu hamil dapat dinilai dengan pemeriksaan sederhana berupa
hemoglobin darah. Bila kadar hemoglobin kurang dari 11 gr/dl maka ibu hamil
tersebut menderita anemia.1,2
2.2. Anemia dalam Kehamilan
Anemia didefinisikan sebagai berkurangnya jumlah eritrosit dan atau hemoglobin
yang dapat menyebabkan transfer oksigen ke jaringan berkurang sehingga terjadi
hipoksia. Sedangkan anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi oleh karena
kekurangan zat besi untuk sintesis molekul heme. Besi dibutuhkan untuk produksi
hemoglobin, sehingga apabila terjadi defisiensi besi akan menyebabkan
terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dengan kandungan hemoglobin yang
rendah dan akhirnya menimbulkan anemia defisiensi besi.
WHO pada tahun 1972 mendefinisikan anemia sebagai nilai hemoglobin < 11 gr/dl
selama kehamilan dan < 10 gr/dl pada keadaan paska persalinan. CDC ( Centers of
anemia sebagai hemoglobin < 11 gr/dl pada trimester pertama dan trimester ketiga
dan < 10,5 gr/dl pada kehamilan trimester kedua dengan kadar hematokrit
berturut-turut 33%, 32% dan 33%. Diduga hampir 95% dari seluruh anemia pada kehamilan
disebabkan oleh anemia defisiensi besi.4,5
Perubahan fisiologis selama kehamilan menyebabkan perubahan hematologi ibu
seperti kadar hematokrit, hemoglobin, volume plasma, retikulosit, plasma feritin dan
kapasitas iron-binding, perubahan fisiologis ini menyebabkan keadaan anemia yang
fisiologis, sehingga anemia pada ibu hamil tidak semata-mata dengan memeriksa
kadar hemoglobin saja.
Selama kehamilan ibu akan kehilangan 250 – 400 mg zat besi yang diberikan untuk
fetus. Dua pertiga persediaan zat besi hilang selama trimester akhir, dan hampir
setengahnya jika wanita tersebut hamil kembar. Pada plasenta terdapat sekitar 150
mg zat besi yang hilang pada saat persalinan. Selama 40 minggu kehamilan, wanita
akan kehilangan sekitar 550 mg zat besi yang diberikan kepada fetus dan plasenta.
Banyak yang mengalami kekurangan zat besi untuk sintesis hemoglobin selama
kehamilannya sehingga mengalami anemia. Bagaimana ini dapat terjadi masih
sepenuhnya belum terjawab, satu teori menyimpulkan adanya produksi panas dari
unit fetoplacental sehingga menyebabkan naiknya temperatur tubuh. Tubuh bereaksi
dengan vasodilatasi peripheral untuk mengatasi naiknya temperatur tubuh, sehingga
tekanan darah akan turun. Keadaan ini menyebabkan pelepasan aldosteron oleh
menyebabkan berkurangnya viskositas darah sehingga meningkatkan aliran darah
bertekanan rendah kedalam ruang intervillus janin yang akan meningkatkan
pertumbuhan janin lebih optimal.
Penyebab yang paling sering dari anemia adalah anemia defisiensi besi dan anemia
megaloblastik defisiensi asam folat. Kejadian ini sangat umum dijumpai pada
wanita-wanita yang asupan dietnya tidak adekuat. Anemia lainnya yang jarang
dijumpai dalam kehamilan adalah anemia aplastik dan anemia hemolitik.1,6,7,8,9,10
2.3. Pengaruh Anemia terhadap Ibu Hamil
Anemia berat sangat berpengaruh terhadap ibu hamil dan janin, keadaan ini
meningkatkan mortalitas dan morbiditas perinatal. Angka kematian ibu pada Negara
berkembang yang pernah dilaporkan berkisar 27 ( India ) sampai 147 ( Pakistan )
per 100.000 kelahiran hidup. Kejadian infeksi, hari rawatan yang semakin panjang,
perdarahan paska persalinan dan masalah kesehatan lainnya erat berhubungan
dengan keadaan anemia pada ibu hamil. Hubungan ini sangat nyata antara maternal
mortalitas dan anemia berat, walaupun data yang diperoleh adalah data retrospektif.
Namun data tersebut tidak dapat membuktikan bahwa maternal anemia penyebab
angka kematian maternal yang tinggi, sebab selain anemia masih banyak penyebab
Di Indonesia, mortalitas ibu untuk wanita dengan kadar Hb < 10 gr/dl adalah
70/10.000 persalinan dibandingkan dengan persalinan pada ibu yang tidak anemia
19.7/10.000. Selain anemia defisiensi besi pada ibu hamil, juga dijumpai anemia
megaloblastik karena defisiensi asam folat dan oleh karena cacingan. Tanda dan
gejala seorang ibu hamil menderita anemia bisa berupa sakit kepala, badan terasa
lemah dan lesu, kurang bertenaga, kebas-kebas. Pada kasus yang lebih berat,
terutama pada ibu dengan kadar hemoglobin < 6gr/dl, dapat terjadi keadaan yang
mengancam jiwa oleh karena gagal jantung dan oksigenasi yang berkurang terutama
pada otot jantung. Namun keadaan anemia oleh karena defisiensi zat gizi sangatlah
jarang dijumpai di Negara berkembang, apalagi pemberian suplemen besi sudah
menjadi hal yang rutin. Tetapi keadaan anemia dapat terjadi oleh karena komplikasi
kehamilan seperti plasenta previa, solusio plasenta, persalinan operatif dan
perdarahan paska persalinan. Keadaan ini jika tidak diatasi dengan pemberian zat
besi atau transfusi darah dapat berakibat terjadinya komplikasi yang berat.1,4,10
2.4. Pengaruh Maternal Anemia terhadap Janin
Kadar hemoglobin ibu yang terlalu tinggi menggambarkan keadaan volume plasma
yang kurang, viskositas darah meningkat sehingga menyebabkan aliran darah
menuju pembuluh-pembuluh darah kecil terhambat, termasuk yang di plasenta bed,
sehingga asupan janin terganggu. Hal ini menyebabkan terjadinya berat lahir yang
Keadaan anemia dengan kadar hemoglobin yang kurang juga menyebabkan
terjadinya berat lahir rendah. Suatu penelitian dalam jumlah yang cukup banyak
mendapatkan bahwa pemberian suplemen besi pada ibu-ibu yang menderita anemia
defisiensi besi dapat meningkatkan berat lahir janin.1,9,10
Keadaan anemia dalam kehamilan erat kaitannya dengan kejadian berat lahir rendah
yang berhubungan dengan persalinan premature. Sebagai contoh, seorang ibu yang
pertama kali didiagnosa anemia pada usia kehamilan 13-24 minggu memiliki resiko
relative 1.18-1.75 kali lebih tinggi untuk kejadian persalinan premature, berat lahir
rendah dan mortalitas prenatal.
Penelitian lain yang lebih besar setelah melakukan kontrol terhadap berbagai
variabel, Klebanoff dkk mendapatkan resiko 2 kali untuk kejadian persalinan
premature pada ibu hamil yang menderita anemia pada trimester kedua kehamilan.
Penelitian di Alabama menunjukkan nilai konsentrasi hematokrit yang rendah pada
trimester pertama dan nilai hematokrit yang tinggi pada trimester ketiga kehamilan
berhubungan secara bermakna pada peningkatan kejadian persalinan premature.
Sebuah analisis yang dilakukan di Singapura terhadap 3728 persalinan, 571 wanita
anemia yang menjalani persalinan memiliki resiko yang lebih besar untuk kejadian
persalinan premature dibandingkan wanita yang tidak anemia, tetapi tidak dijumpai
Dengan demikian, hasil dari beberapa penelitian menunjukkan hubungan yang
konsisten antara kejadian anemia defisiensi besi pada awal kehamilan dengan
peningkatan persalinan prematur. Pada trimester ketiga hubungan ini tidak dapat
dikaitkan karena peningkatan konsentrasi hemoglobin pada trimester ketiga dapat
mencerminkan jeleknya peningkatan volume plasma darah. Pada trimester ketiga
sulit membedakan keadaan anemia oleh karena defisiensi besi atau oleh karena
peningkatan volume plasma.1,8,9,10,11
Low birth weight
Maternal anemia preterm delivery
( any cause ) FGR perinatal death
during pregnancy preterm and FGR
Maternal infection, parasitic disease
Diet before diet during maternal conception pregnancy mortality
pregnancy hemorrhage (plasma volume, at delivery red cell mass)
Hb before Hb early in Hb later in Hb postpartum conception pregnancy pregnancy
genetic or medical Fetal Hb
condition ( e.g. sickle Fetal growth Perinatal cell trait, thalessemia) Preterm birth mortality
Gambar 2. Kerangka konsep yang menerangkan hubungan kadar hemoglobin ibu terhadap luaran janin.
Dikutip dari pustaka 4.
2.5. Maternal Anemia dan Kesejahteraan Janin
Hubungan antara maternal anemia dan nilai Apgar score yang rendah pernah
dilaporkan dalam beberapa penelitian. Di India, 102 wanita yang sedang dalam kala
I persalinannya diteliti, diperoleh hasil nilai hemoglobin maternal yang tinggi
berhubungan dengan nilai Apgar score yang baik dengan resiko yang kecil untuk
Di Nigeria, wanita hamil yang diberikan suplementasi dengan zat besi ternyata nilai
Apgar score janin yang dilahirkan menjadi lebih tinggi secara nyata. Resiko yang
lebih tinggi untuk kejadian prematuritas merupakan salah satu faktor penting
terhadap janin dari ibu yang menderita anemia, prematuritas merupakan penyebab
komplikasi perinatal yang tinggi terhadap pertumbuhan janin.1,8,12
2.6. Nilai Normal dan Batas Terendah Kadar Hemoglobin pada Ibu Hamil
Masih dalam perdebatan mengenai kadar optimal hemoglobin ibu selama
kehamilan. Salah satu alasannya yang paling sering adalah kadar hemoglobin ibu
sebelum hamil jarang diketahui, padahal hal ini sangat berpengaruh terhadap
kehamilannya. Perubahan yang terjadi selama kehamilan sangat berpengaruh
terhadap kejadian anemia yang merupakan keadaan fisiologis.1
Pada keadaan tidak hamil, nilai Hb dan Hct merupakan indikator dari volume
plasma daripada jumlah sel darah merah. Faktor individual sangat berpengaruh
terhadap volume plasma. Sekitar 2/3 atau bahkan lebih wanita usia reproduktif
dibeberapa Negara tidak memiliki cadangan zat besi dalam tubuhnya sehingga
wanita-wanita ini jika hamil akan memiliki resiko yang tinggi untuk terjadinya
anemia. Nilai normal dan variasi dari Hb dan Hct pada wanita muda yang tidak
hamil, sehat secara jasmani adalah : Hb = 12.3 ± 0.9 gr/dl ( berkisar antara 11.4 –
14.3 gr/dl ); Hct = 38% ± 3 ( berkisar antara 34-45% ). Pada wanita hamil sangat
Beberapa peneliti menentukan nilai fisiologis terendah kadar hemoglobin ibu pada
kehamilan adalah 10 gr/dl. Pada akhir trimester pertama kadar hemoglobin minimal
adalah 11 gr/dl dan pada trimester ketiga adalah 10 gr/dl. Penurunan kadar
hemoglobin ibu selama kehamilan sangat berhubungan dengan kadar hemoglobin
ibu sebelum hamil. Jika kadar hemoglobin ibu sebelum hamil 10-11 gr/dl,
kemungkinan tidak akan menunjukkan penurunan yang bermakna selama hamil. Hal
ini disebabkan kadar hemoglobin yang masih dalam batas toleransi, tubuh sanggup
bereaksi cepat memproduksi hemoglobin pada saat terjadi kehamilan oleh karena
cadangan besi atau oleh karena pemberian suplemen besi dari luar sehingga tidak
sampai terjadi penurunan kadar hemoglobin. Berbeda dengan ibu yang sudah
menderita anemia sebelum hamil, kadar besi dalam tubuhnya sudah berkurang
nyata, sehingga pada saat memasuki kehamilan, volume plasma yang sudah
meningkat dari keadaan sebelum hamil tidak diimbangi dengan pembentukan
hemoglobin.1,9,10,13
2.7. Kadar Hemoglobin Maternal yang Tinggi dan Efek terhadap Janin
Sering dijumpai komplikasi kehamilan berupa pertumbuhan janin terhambat dan
perinatal distress disebabkan oleh kadar hemoglobin maternal yang terlalu tinggi.
Beberapa laporan penelitian menunjukkan hubungan antara kadar hemoglobin
maternal yang tinggi pada trimester 1 dan 2 kehamilan dengan komplikasi berupa
berat janin lahir rendah, persalinan prematur, pregnancy-induced hypertension dan
Murphy dkk melaporkan kejadian hipertensi pada wanita primipara 7% dengan
kadar hemoglobin dibawah 10,5 gr/dl dibandingkan 42% pada kadar hemoglobin
diatas 14,5 gr/dl.
Garn dkk menemukan kejadian kematian janin dalam kandungan 2.6 kali lebih
tinggi pada kadar hemoglobin ibu yang berkisar 14 gr/dl dibandingkan pada kadar
hemoglobin berkisar 8 gr/dl. Hal ini dapat dijelaskan dengan kemungkinan gagalnya
tubuh untuk menimbulkan suatu keadaan hemodilusi yang merupakan faktor penting
dalam suatu kehamilan. Kadar hemoglobin yang tinggi menyebabkan viskositas
darah meningkat sehingga akan mengganggu sirkulasi uteroplacental.
Garn dkk menemukan konsentrasi hemoglobin yang optimal bagi kehamilan untuk
wanita negro adalah 11 gr/dl ( Ht 34 ) sedangkan untuk wanita kaukasia adalah 12
gr/dl ( Ht 36 ). Kadar hemoglobin 13 gr/dl ( Ht 41 ) merupakan batas optimum yang
masih dapat ditolerir.9
2.8. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Berat Badan Janin
Sebelum janin dilahirkan, hanya metode-metode yang dapat dipakai untuk
menentukan berat janin didalam kandungan. Beberapa faktor, baik yang ekstrinsik
lingkungan, keadaan patologi dan komplikasi kehamilan seperti hipertensi,
preeklampsia, diabetes gestasional. 14
Umur kehamilan pada saat persalinan sangat menentukan berat badan janin lahir.
Persalinan prematur adalah penyebab berat badan lahir rendah di Amerika.
Penyebab lainnya adalah pertumbuhan janin terhambat ( IUGR ) yang paling sering
disebabkan oleh infeksi intra uterine, kelainan congenital, dan insufisiensi plasenta
kronik. Pada kasus kehamilan lewat
waktu, kejadian bayi makrosomia adalah 17 – 29 % dibandingkan pada kasus
persalinan aterm yang hanya 2 – 15 %. Angka kejadian janin makrosomia
meningkat tajam sesuai dengan bertambahnya usia kehamilan diatas kehamilan 37
minggu. Sesuai dengan pengamatan ini, 99 % janin lahir dengan berat badan > 4000
gram pada usia kehamilan > 37 minggu.
Perbedaan yang nyata juga terlihat dalam berat badan lahir bayi dari ibu yang
berbeda etnis dan ras. Bergantung pada ras ibu, rata-rata berat lahir bayi berbeda
141 – 395 gram pada usia kehamilan aterm. Penyebab pasti dari faktor ini belum
diketahui pasti, namun disangkakan berkaitan dengan faktor genetik, dan faktor
metabolism yang berbeda-beda pada setiap etnis dan ras. Sebagai contoh, bayi yang
dilahirkan dari etnis Asia dan Afrika lebih kecil dibandingkan etnis Kaukasia pada
hamil etnis Kaukasia akan cenderung lebih besar bila dibandingkan dengan etnis
Asia dan Afrika.15
Faktor lain yang akan mempengaruhi berat janin antara lain tinggi ibu,tingkat
obesitas ibu, pertambahan berat badan ibu selama kehamilan, jumlah paritas, jenis
kelamin janin, lokasi ketinggian tempat tinggal ibu, konsentrasi hemoglobin ibu,
tinggi ayah, kebiasaan merokok, dan keadaan toleransi glukosa ibu.
Tinggi Ibu
Tinggi ibu merupakan pemeriksaan fisik yang mudah dilakukan, dan berhubungan
positif dengan berat janin. Gaya hidup hanya mempengaruhi berat badan dan indeks
massa tubuh, tidak mempengaruhi tinggi ibu. Tinggi badan seseorang merupakan
gambaran nutrisi pada masa lampau, dan merupakan faktor genetik yang diturunkan
oleh kedua orang tuanya. Penelitian pada silsilah manusia menunjukkan bahwa,
secara umum kedua orang tua yang berbadan besar akan mempunyai bayi yang
besar juga, begitu juga sebaliknya orang tua yang berbadan kecil akan mempunyai
bayi yang kecil juga.
Maternal Obesitas
Tingkat obesitas ibu sangat mempengaruhi berat janin, semakin besar berat ibu,
semakin besar janin yang dilahirkan. Berat ibu dan berat janin berhubungan
langsung, ibu dengan Indeks Massa Tubuh yang tinggi mempunyai resiko yang
Pertambahan berat ibu selama kehamilan
Pertambahan berat ibu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan janin dalam
kandungan, semakin besar pertambahan berat ibu, semakin besar janin yang akan
dilahirkan. Pertambahan berat badan selama kehamilan berbanding lurus dengan
asupan kalori ibu. Pertambahan berat badan yang berlebihan juga meningkatkan
resiko kejadian gestasional diabetes mellitus. 17,18
Paritas
Jumlah paritas juga berhubungan dengan berat janin, semakin banyak jumlah
paritas, semakin besar janinnya bakal lahir. Pada usia kehamilan aterm, janin akan
bertambah berat 0.2 – 0.5 gram/hari untuk setiap peningkatan jumlah 1 persalinan
ibu.14
Jenis Kelamin Janin
Jenis kelamin janin berhubungan langsung dengan berat lahir janin, variasinya
berkisar 2 %. Janin perempuan lebih kecil dibanding janin laki-laki pada usia
kehamilan yang sama. Perbedaan rata-rata janin laki-laki dibandingkan janin
perempuan berkisar 136 gram.14
Ketinggian tempat tinggal
Ketinggian tempat tinggal juga mempengaruhi berat janin yang dikandung oleh ibu.
Kadar konsentrasi hemoglobin orang dewasa meningkat 1.52 g/dl setiap kenaikan
gram setiap kenaikan 1000 meter dari permukaan air laut. Beberapa penjelasan yang
mungkin untuk menerangkan hubungan ini yaitu :
1. Penurunan tekanan oksigen yang sebanding dengan peningkatan ketinggian tempat
tinggal.
2. Peningkatan kadar hemoglobin ibu dengan peningkatan ketinggian tempat tinggal.
3. Penurunan volume plasma ibu dengan peningkatan ketinggian tempat tinggal.14,18
Konsentrasi Hemoglobin Maternal
Konsentrasi hemoglobin maternal menerangkan 2.6% dari variasi berat lahir bayi,
terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhi berat janin. Berat badan lahir
dengan konsentrasi hemoglobin ibu berbanding terbalik, dimana setiap peningkatan
1.0 g/dl konsentrasi hemoglobin ibu, berat janin aterm akan berkurang 89 gram.
Efek ini disebabkan oleh perubahan viskositas darah, kenaikan nilai hematokrit yang
disebabkan oleh kadar hemoglobin darah yang meningkat. Peningkatan viskositas
darah menyebabkan aliran darah menuju pembuluh-pembuluh darah kecil
terhambat, termasuk yang di plasenta bed. Efek ini menjelaskan kenapa ibu yang
bertempat tinggal di daerah tinggi cenderung melahirkan janin dengan berat lahir
rendah (karena peningkatan konsentrasi hemoglobin dan hematokrit ).14,18
Tinggi Ayah
Postur tubuh ayah yang tinggi menyumbang sekitar 2 % dari variasi berat janin
Kebiasaan merokok
Kebiasaan merokok selama kehamilan meningkatkan konsentrasi hemoglobin dan
menyebabkan berat badan lahir rendah. Berat janin berkurang 12 – 18 gram setiap 1
batang rokok yang dihisap perhari. Sebagai ilustrasi, seorang ibu yang menghisap
rokok 1 bungkus sehari, maka berat badan janin yang dikandungnya akan berkurang
sekitar 240 -360 gram pada saat aterm.
Diabetes Mellitus
Penyakit diabetes mellitus yang tidak terkontrol yang diderita seorang ibu hamil
merupakan penyebab yang paling sering dari bayi makrosomia. Glukosa merupakan
substrat primer yang dibutuhkan janin untuk pertumbuhannya. Ketika kadar glukosa
ibu meningkat berlebihan, pertumbuhan janin yang abnormal akan terjadi. Jika pada
populasi umum angka kejadian janin makrosomia hanya 2 -15 %, maka angka
kejadian pada ibu dengan diabetes gestasional yang tidak terkontrol meningkat
sekitar 20 – 33 %. Walaupun seorang ibu tidak menderita diabetes, namun
peningkatan kadar glukosa darah selama kehamilan dapat menyebabkan berat janin
meningkat.18
Penyakit ibu lainnya dan Komplikasi kehamilan
Beberapa penyakit ibu dan komplikasi kehamilan berhubungan dengan angka
kejadian berat badan lahir rendah. Penyebab yang paling sering adalah hipertensi
lahir sekitar 161 gram pada kehamilan aterm. Untuk preeklampsia ringan, rata-rata
penurunannya berkisar 105 gram. Namun pada preeklampsia berat ataupun
sindroma HELLP, masih dalam penelitian lanjut. Beberapa penyakit yang diderita
ibu seperti connective-tissue diseases, infeksi janin dalam kandungan oleh virus,
parasit ataupun bakteri, abnormalitas kromosom dan kelainan congenital juga
merupakan penyebab berat badan lahir rendah.14,18
2.9. Penentuan Berat Janin Berdasarkan Tinggi Fundus Uteri ( Johnson Thausack )
Pengukuran tinggi fundus uteri merupakan metode pemeriksaan yang sangat
sederhana, murah dan merupakan pemeriksaan yang lazim dilaksanakan pada
pemeriksaan antenatal. Tujuan utama dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui
pertumbuhan janin yang tidak begitu baik dengan menilai besarnya tinggi fundus
uteri yang tidak sesuai dengan usia kehamilan, atau penilaian terhadap janin yang
tumbuh terlalu besar sehingga tinggi fundus yang terlalu besar, seperti pada
kehamilan ganda. Berdasarkan metode ini dilakukan pengukuran tinggi fundus uteri,
kemudian hasil pengukuran dimasukkan dalam perhitungan dengan menggunakan
rumus :
Berat badan janin = ( Tinggi Fundus Uteri – 13 ) X 155 gram ; untuk kepala janin
yang masih floating.
Berat badan janin = ( Tinggi Fundus Uteri – 12 ) X 155 gram ; untuk kepala janin
Berat badan janin = ( Tinggi Fundus Uteri – 11 ) X 155 gram ; untuk kepala janin
yang sudah melewati HIII.
Sebelum dilakukan pemeriksaan, terlebih dahulu dilakukan pengosongan kandung
kemih. Bila ketuban sudah pecah ditambah 10% dan tinggi fundus uteri diukur
dalam sentimeter.19,20,21,22
Gambar 3. Grafik hubungan tinggi fundus uteri terhadap usia kehamilan dan berat badan janin.
Dikutip dari pustaka 22.
Gambar 4. Pengukuran tinggi fundus uteri dengan menggunakan sentimeter. Dikutip dari pustaka 23.
Pengukuran tinggi fundus uteri dilakukan pada posisi ibu tidur terlentang, ibu
diminta untuk berkemih sehingga kandung kemih dalam keadaan kosong. Titik 0
pada pengukurannya adalah tulang symphisis pubis. Pemeriksaan dimulai dengan
pemeriksaan Leopold. Perut ibu disimetriskan, sentimeter ditarik dari titik 0 sampai
setinggi umbilikus, kemudian ditambahkan dari hasil pengukuran yang kembali
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan disain potong lintang.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Departemen Obstetri dan Ginekologi RS. H. Adam
Malik, RS. Pirngadi, RS. Tembakau Deli dan RS. Sundari Medan mulai 9 Agustus
2008 sampai selesai.
3.3. Populasi Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah pasien-pasien yang akan bersalin di RS. H.
Adam Malik, RS. Pirngadi, RS. Tembakau Deli dan RS. Sundari Medan mulai 9
Agustus 2008 sampai sampel terpenuhi.
3.4. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah pasien-pasien yang akan melahirkan yang memenuhi
kriteria penerimaan.
Berdasarkan perhitungan statistik, jumlah sampel yang dibutuhkan
2
n = U(Z + Z ) Sd
Dimana :
• Z = nilai baku normal dari tabel Z yang besarnya tergantung pada nilai yang
ditentukan : = 0.05 Z = 1,96
• Z = nilai baku normal dari tabel Z yang besarnya tergantung pada nilai yang
ditentukan : untuk = 0.10 Z = 1,282
• Sd = simpangan baku (1,746)
• d = selisih Hb rata-rata kedua kelompok yang bermakna (0,60 gr/dl)
2
n = U( 1,96 + 1,282) 1,746
0,6
= 178,0 sampel
Jadi dibutuhkan sampel sebanyak 178 agar nilai kemaknaannya tidak kurang dari
95% dan kuasa uji juga tidak kurang dari 90% serta selisih rerata yang bermakna
antara kelompok 1 dan kelompok 2 tidak lebih dari 0,60 gr/dl. Dalam penelitian ini
sampel diambil sebanyak 200.
3.5. Cara Penelitian
Seluruh pasien-pasien yang akan melahirkan di RS. H. Adam Malik, RS. Pirngadi,
RS. Tembakau Deli dan RS. Sundari Medan dilakukan pencatatan data-data meliputi
umur, usia kehamilan berdasarkan hari pertama haid terakhir, paritas, tingkat
pendidikan, kadar hemoglobin berdasarkan pemeriksaan Hb cyan dan tinggi fundus
uteri. Kemudian setelah ibu melahirkan dilakukan pencatatan berat badan bayi,
3.6. Kriteria Sampel 3.6.1. Kriteria Inklusi
- pasien yang akan melahirkan dengan usia kehamilan ≥ 37
minggu, letak kepala.
- Bersedia ikut dalam penelitian
3.6.2. Kriteria Eksklusi - kehamilan ganda
- dijumpai penyakit penyulit selama kehamilan ini
3.7. Kerangka Kerja
Ibu inpartu hamil tunggal usia kehamilan ≥37 minggu
Dilakukan pemeriksaan ibu hamil, pencatatan identitas, pemeriksaan tinggi fundus uteri dan darah rutin untuk mengetahui kadar hemoglobin
3.8. Batasan Operasional
1. Hamil normal adalah kehamilan tanpa komplikasi yang serius terhadap ibu dan
janin selama kehamilan.
2. Hamil dengan pemberat adalah kehamilan dengan komplikasi yang serius
terhadap ibu dan janin selama kehamilan.
3. Usia kehamilan dihitung berdasarkan hari pertama haid terakhir, secara klinis
atau dengan ultrasonografi.
4. Anemia adalah keadaan dimana kadar hemoglobin dalam darah < 11 gr/dl.
5. Non anemia adalah keadaan dimana kadar hemoglobin dalam darah ≥ 11 gr/dl.
6. BBLR adalah berat badan lahir rendah dimana bayi yang dilahirkan memiliki
berat ≤ 2500 gram.
7. BBLN adalah berat badan lahir normal dimana bayi yang dilahirkan memiliki
berat > 2500 gram.
8. Pemeriksaan ibu hamil dilakukan dengan menggunakan metode pemeriksaan
Leopold sekaligus dilakukan pengukuran tinggi fundus uteri dengan
menggunakan sentimeter.
9. Pemeriksaan kadar hemoglobin dilakukan di laboratorium Patologi Klinik
RSUP Haji Adam Malik Medan, RSPM, RS. Tembakau Deli dan RS. Sundari
3.9. Analisa Data
1. Untuk melihat hubungan karakteristik ibu dan status anemia dengan kejadian
BBLR digunakan uji Chi-square.
2. Untuk melihat hubungan tinggi fundus uteri dengan usia kehamilan pada ibu
anemia dan tidak anemia dengan kejadian BBLR dan BBLN digunakan uji
korelasi Pearson jika kedua kelompok data berdistribusi normal, sebaliknya
digunakan uji korelasi Spearman jika kedua kelompok data tidak berdistribusi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Karakteristik data penelitian dan hubungannya dengan berat badan lahir BBL
Selama periode penelitian yang dimulai Agustus 2008 sampai jumlah sampel
terpenuhi, dikumpulkan sebanyak 200 sampel yang memenuhi kriteria penelitian.
Dari tabel 1 dapat dilihat sebaran umur, graviditas, pendidikan dan pekerjaan pasien
pada kelompok penelitian ini tidak berbeda bermakna (p>0,05) sehingga homogenitas
kelompok sampel penelitian ini tidak berbeda bermakna dan layak untuk diteliti.
Dari 200 sampel penelitian ini diperoleh 14 ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR
dipublikasikan oleh beberapa penelitian terdahulu. Husaini (1998) melaporkan angka
BBLR sebesar 10-14%. Hasil survey di RSUD Dr. Moewardi Surakarta (2000)
mendapatkan angka BBLR 11,8%. Angka yang diperoleh dari penelitian ini telah
sesuai dengan target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi
menuju Indonesia sehat 2010 yakni maksimal 7%.24
Tabel 2. Hubungan kejadian anemia dengan berat badan lahir BBL
Berdasarkan data pada tabel diatas, dijumpai perbedaan yang bermakna secara
statistik kejadian BBLR pada kelompok anemia dibandingkan pada kelompok yang
non anemia (p<0,05). Ibu dengan anemia mempunyai resiko 4 kali untuk mengalami
BBLR dibandingkan ibu yang tidak anemia.
Bondevik (2001) dalam penelitiannya mengenai Maternal Hematological Status and
Risk of Low Birth Weight Preterm Delivery di Nepal, menyimpulkan bahwa anemia
Bhargava dkk (2000) dalam penelitiannya di Kenya mengenai Modelling the Effects
of Maternal Nutritional Status and Socioeconomic Outcome on the Anthropometric
and Psychologic Indicators of Kenya Infant from age 0-6 months, menyimpulkan
bahwa status gizi dan kadar hemoglobin ibu mempunyai hubungan positif dengan
berat badan lahir bayi.26
Tabel 3. Hubungan tinggi fundus uteri dengan usia kehamilan pada kehamilan dengan anemia dan BBLR
Berdasarkan uji statistik korelasi Pearson didapati r = -0,369 dan p = 0,294 (p>0,05)
maka disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tinggi fundus uteri dengan usia
kehamilan pada kehamilan dengan anemia dan BBLR.
Hal ini disebabkan data pada setiap kelompok usia kehamilan dan tinggi fundus uteri
tidak tersebar secara merata, dijumpai kasus persalinan BBLR terbanyak pada
Usia kehamilan
Gambar 5. Sebaran data Tinggi Fundus Uteri dan usia kehamilan pada kehamilan anemia dengan BBLR
Berdasarkan gambar diatas, ada kecenderungan pada kehamilan dengan komplikasi
anemia dan BBLR, semakin bertambah usia kehamilan, tinggi fundus uteri yang
diukur akan lebih kecil untuk usia kehamilan yang sesuai.
Quaranta dkk. (1981) dalam penelitiannya menemukan bahwa pengukuran tinggi
fundus uteri mempunyai nilai prediksi yang sangat besar dalam menentukan kejadian
Tabel 4. Hubungan Tinggi Fundus Uteri dengan usia kehamilan pada kehamilan
Berdasarkan uji statistik korelasi Pearson didapati r = -0,339 dan p = 0,235 (p>0,05)
maka disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tinggi fundus uteri dengan usia
kehamilan pada kehamilan dengan BBLR.
Pada tabel diatas, dijumpai data terbanyak pada kelompok usia 37 minggu (50%) dan
tinggi fundus uteri pada kelompok 31 cm (35,7%), oleh karena sebaran yang tidak
merata ini menyebabkan uji korelasi yang dibuat menunjukkan hubungan yang tidak
bermakna.
Rosenberg dkk. (1982) mendapatkan data yang sangat kontroversial, dimana
pengukuran tinggi fundus uteri dapat memprediksikan 56% kejadian pertumbuhan
janin terhambat dibandingkan dengan pemeriksaan klinik lainnya yang hanya
Usia kehamilan
Gambar 6. Sebaran data Tinggi Fundus Uteri dan usia kehamilan pada kehamilan dengan BBLR
Berdasarkan gambar diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa pada kehamilan dengan
BBLR semakin bertambah usia kehamilan, akan didapati nilai yang lebih kecil pada
pengukuran tinggi fundus uteri untuk usia kehamilan yang sesuai.
Belizan dkk. (1978) dalam pengamatannya mengukur tinggi fundus uteri, mampu
memprediksikan 38 dari 44 bayi yang dilahirkan dengan berat badan dibawah 10
Calvert dkk. ( 1982) mendapatkan bahwa pengukuran tinggi fundus uteri mempunyai
nilai prediksi sampai 65% untuk memperkirakan berat janin yang berada dibawah 10
persentil kurva pertumbuhan janin normal.30
Tabel 5. Hubungan Tinggi Fundus Uteri dengan usia kehamilan pada kehamilan BBLN
Berdasarkan uji statistik korelasi Spearman didapati r = 0,126 dan p = 0,086 (p>0,05)
maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tinggi fundus uteri dengan
usia kehamilan pada kehamilan dengan BBLN. Hal ini disebabkan sebaran data yang
tidak merata, kelompok usia kehamilan terbanyak pada kelompok usia 39 minggu
(53,2%) dengan tinggi fundus uteri terbanyak 32 cm.
Westin (1977) mendapatkan kurva tinggi fundus uteri menurut usia kehamilan
menggunakan kurva yang diperoleh, dia dapat memprediksikan berat badan bayi yang
akan dilahirkan, dengan nilai prediksi 75% pada berat janin yang berada dibawah
lebih dari 1 SD rata dan 65% pada berat janin yang berada diatas 1 SD
rata-rata.31
Taylor P dkk. (1984) menyatakan bahwa pemeriksaan tinggi fundus uteri yang
sederhana dapat memberikan informasi tentang pertumbuhan janin terhambat ataupun
pertumbuhan yang terlalu besar. Pengukuran tinggi fundus uteri pada usia kehamilan
Usia kehamilan
Gambar 7. Sebaran data Tinggi Fundus Uteri dan usia kehamilan pada kehamilan dengan BBLN
Berdasarkan gambar diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa ada kecenderungan
pada kehamilan dengan BBLN semakin bertambah usia kehamilan, pengukuran
tinggi fundus uteri akan menunjukkan nilai yang lebih besar pada usia kehamilan
yang sesuai.
Quaranta dkk. (1981) dan Calvert dkk. (1982) melaporkan observasi tinggi fundus
uteri pada ibu hamil akan menggambarkan usia kehamilannya, besarnya tinggi fundus
minggu. Hal ini terbukti dengan melihat gambar diatas, tinggi fundus uteri pada usia
kehamilan ≥ 37 minggu tidak menunjukkan peningkatan dari 37 cm. Pada kehamilan
≥ 37 cm tinggi fundus uteri menunjukkan variasi yang sangat bermakna,
menggambarkan besarnya janin intra uterin.27,30
Tabel 6. Hubungan jenis kelamin janin dengan kejadian BBLR dan BBLN BBL
BBLR BBLN P
Total Jenis
Kelamin n % N %
Perempuan 5 2,5 88 44,0 Laki-laki 9 4,5 98 49,0
0,401
Total 14 7,0 186 93,5 200
Uji Chi-square
Berdasarkan data pada tabel 7 diatas, tidak dijumpai perbedaan yang bermakna secara
statistik antara kejadian BBLR pada janin laki-laki ataupun perempuan (p>0,05).
Secara teoritis berat badan bayi laki-laki cenderung lebih besar bila dibandingkan
bayi perempuan. Berat ini bervariasi 2% antara bayi laki-laki dan perempuan. Namun
dalam penelitian ini kejadian BBLR tidak berbeda antara bayi laki-laki dan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Dari 200 kasus yang diperiksa; dijumpai sebanyak 81 ibu yang menderita anemia
(40,5%). Hal ini membuktikan bahwa anemia pada ibu hamil masih sangat tinggi,
sehingga pemberian suplementasi tablet besi sangat diajurkan pada ibu hamil.
2. Pada penelitian ini kejadian BBLR (BBL ≤ 2500gr) kecil; dari 200 persalinan
hanya dijumpai 14 kasus (7%).
3. Dari data penelitian ini, ibu anemia beresiko 4 kali melahirkan bayi dengan BBLR
dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia.
4. Pada penelitian ini diketahui pemeriksaan Tinggi Fundus Uteri Ibu hamil dengan
BBLR memberikan gambaran kecendurungan semakin bertambah usia kehamilan
tinggi Fundus Uteri yang diukur akan lebih kecil untuk usia kehamilan yang
sesuai.
5. Pada penelitian ini ditemukan tinggi fundus uteri ibu hamil ≥ 38 cm; berat janin
cenderung ≥ 4000 gr; sehingga harus diantisipasi cara melahirkan untuk
6. Pada penelitian ini ditemukan bahwa pada usia kehamilan ≥ 37 minggu bila
diperoleh tinggi fundus uteri ≥ 32 cm, maka janin telah mencapai berat ≥ 2500
gram.
5.2. Saran
1. Pengukuran tinggi fundus uteri dengan menggunakan sentimeter merupakan
standar pemeriksaan yang harus dilakukan dalam pemeriksaan antenatal.
2. Penatalaksanaan pencegahan anemia terhadap ibu hamil harus diupayakan
DAFTAR PUSTAKA
1. Allen LH. Anemia and iron deficiency : effects on pregnancy outcome. Am J
Clin Nutr 2000;71(suppl). 2000, p1280-2.
2. Lubis Z. Status gizi ibu hamil serta pengaruhnya terhadap bayi yang dilahirkan.
Pengantar Falsafah Sains Program Pascasarjana/S3 Institut Pertanian Bogor,
November 2003. p1-5.
3. Cunningham FG. Fetal growth and Development. William Obstetrics, 22nd ed.
Mc Graw Hill Companies Inc United States of America. 2005; p 91-112.
4. Fowles RE. Prenatal Nutrition and birth outcomes. Jognn Clinical Issue. 2004.
p809-12.
5. Tris Mananti CD, Roeshadi RH, Hanafiah TM. Tesis : Efek pemberian iron
sucrose terhadap wanita hamil dengan anemia defisiensi besi. Departemen
Obstetri dan Ginekologi FK-USU, 2006, p6-8.
6. Cunningham FG. Anemia . William Obstetrics, 22nd ed. Mc Graw Hill
Companies Inc United States of America. 2005; p1144-7.
7. Scholl TO, Reilly T. Anemia, iron and pregnancy outcome. Department of
Obstetrics and Gynecology, University of Medicine and Dentistry of New
Jersey. The journal of nutrition, 2000, p443-5.
8. Rasmussen KM. Is there a causal relationship between iron deficiency or iron
deficiency anemia and weight at birth, length of gestation and perinatal
mortality? American Society for Nutritional Sciences, 2001. p590-1
9. Steer JP. Maternal hemoglobin concentration and birth weight. American
Journal of Clinical Nutrition, Vol. 71, No. 5, May 2000, p1285-7.
10. Sifaksis S & Pharmakides G. Anemia in pregnancy. Department of Obstetrics
and Gynecology, University Hospital of Heraklion, University of Crete,
11.Lone FW, Qureshi RN, Emanuel F. Maternal anemia and its impact on perinatal
outcome. Tropical Medicine and International Health, Vol. 9 No. 4. 2004.
p486-8.
12.Warouw NN, Wiriadinata S. Hubungan serum feritin ibu hamil trimester ketiga
dengan bayi berat lahir rendah. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. 2005. p5-12.
13.Swain S, Singh S, Bhatia BD et al. Maternal hemoglobin and serum albumin and
fetal growth. Department of Obstetrics and Gynecology and Pediatrics, Institute
of Medical Sciences, Banaras Hindu University. 1994. p777-80.
14.Nahum GG et al. Estimation of fetal weight available in
HU
http://www.emedicine.comU
15.Perry IJ, Beevers DG, Whincup PH et al. Predictors of ratio of placental weight
to fetal weight in multiethnic community. BMJ 1995;310: p436-9.
16.Sahu MT, Agarwal A, Das Vinita et al. Impact of maternal body mass index on
obstetrics outcome. J Obstet. Gynaecol. Res. Vol. 33, No 5, Oktober 2007.
p655-9.
17.Steer PJ, Alam MA, Wadsworth J, Welch A. Relation between maternal
haemoglobin concentration and birthweight in different ethnic groups. BMJ
1995;310: p489–91.
18.Cunningham FG. Prenatal care . William Obstetrics, 22nd ed. Mc Graw Hill
Companies Inc United States of America. 2005; p201-20.
19.Rustam M, Lutan D. Sinopsis Obstetri ; Imbang feto-pelvik, Imbang
sefalo-pelvik dan Disproporsi sefalo-sefalo-pelvik. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta :
1998; p318-20.
20.Neilson JP. Symphysis-fundal height measurement in pregnancy. In the WHO
Reproductive Health Library 10. p1-2.
21.Rai L, Kurien L, Kumar P. Symphisis fundal height curve-A simple method for
foetal growth assessment. Department of Obstetrics and Gynaecology, KMC
Hospital, India, p1-2.
23.Hanretty KP. Obstetrics Illustrated 6th edition. Churchill Livingstone, 2003. p77.
24.DepKes RI. 2000. Program Perbaikan Gizi menuju Indonesia Sehat 2010.
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
25.Bondevik GT, Lie RT, Ulstein M. Maternal hematological status and risk of low
birth weight preterm delivery in Nepal. Journal : Acta Obstetry Gynecology
2001 May, Bergen, Norway : University of Bergen. p402-8.
26.Bhargava A. Modelling the effects of maternal nutritional status and
socioeconomic variables on the anthropometric and psycologic indicators of
Kenya infant from age 0-6 months. Journal : Am J Physiologi Anthropologi,
2000 January, Houston, Texas : University of Houston. p89-104.
27.Quaranta P, Currell R, Redman CWG and Robinson JS. Prediction of
Small-for-Dates Infants by measurement of Symphysial Fundal Height. Br J Obstet
Gynaecol 1981;88: p115-9.
28.Rosenberg K, Grant JM, Tweedie I, Aitchison T and Gallagher F. Measurement
of fundal height as a screening test for fetal growth retardation. Br J Obstet
Gynaecol 1982b; 89: p447-50.
29.Belizan JM, Villar J, Nardin JC, Malamud J and Sainz De Vicuna L. Diagnosis
of intrauterine growth retardation by a simple clinical method: Measurement of
uterine height. Am J Obstet Gynecol 1978; 131: p613-48.
30.Calvert JP, Crean EE, Newcomhe RG and Pearson JF. Antenatal screening by
measurement of symphysis-fundus height. Br Med J 1982; p846-849.
31.Westin B. Gravidogram and fetal growth. Acta Obstet Gynecol Scand 1977; 56:
p273-82.
32.Taylor P, Coulthard AC, Robinson JS. Symphysial-Fundal Height from 12