• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Indeks Koil Tali Pusat Terhadap Luaran Berat Badan Bayi Lahir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbandingan Indeks Koil Tali Pusat Terhadap Luaran Berat Badan Bayi Lahir"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

Mini Referat Magiste

RADIKAL BEBAS DAN KEHAMILAN

OLEH:

Dr. DERI EDIANTO, SpOG (K)

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

RSUP. H. ADAM MALIK

(2)

PENELITIAN INI DIBAWAH BIMBINGAN TIM-5

Pembimbing : dr. Makmur Sitepu, SpOG.K

dr. Hotma Partogi Pasaribu,SpOG

Penyanggah : dr. Herbet Sihite, SpOG

dr. Muhammad Rusda, SpOG.K

dr. Deri Edianto, SpOG.K

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi

salah satu syarat untuk mencapai keahlian dalam

(3)

DAFTAR ISI

1.2. Identifikasi Masalah………,………. 3

1.3. Hipotesis Penelitian ……….………... 3

1.4. Tujuan Penelitian ………... 3

1.5. Manfaat Penelitian ……… 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……… 5

(4)

BAB IV BAB V DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

TABEL INDUK

HASIL DAN PEMBAHASAN ………. KESIMPULAN DAN SARAN ……… ………... ………... ………...

(5)

KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Penyayang.

Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, berkat

Rahmat dan Karunia-Nya penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi salah satu syarat untuk

menyelesaikan pendidikan Spesialis Obstetri dan Ginekologi. Sebagai manusia biasa saya

menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, namun demikian besar harapan saya

kiranya tulisan sederhana ini dapat bermanfaat dalam menambah perbendaharaan bacaan

khususnya tentang :

“PERBANDINGAN INDEKS KOIL TALI PUSAT TERHADAP LUARAN BERAT BADAN BAYI LAHIR”

1. Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti

Program Pendidikan Dokter Spesialis di Fakultas Kedokteran USU Medan.

2. Prof. Dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG(K), Ketua Departemen Obstetri dan Ginekologi

FK-USU Medan; Dr. M. Fidel Ganis Siregar, SpOG, Sekretaris Departemen Obstetri dan

Ginekologi FK–USU Medan; Dr. Henry Salim Siregar, SpOG(K), Ketua Program Studi

Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK–USU Medan; Dr. M. Rhiza Tala,

SpOG(K), Sekretaris Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK–USU

Medan; Prof. Dr. M.Yusuf Hanafiah, SpOG(K), Prof. Dr. Djaffar Siddik, SpOG(K),

Prof. DR. dr. M. Thamrin Tanjung, SpOG(K), Prof. Dr. Hamonangan Hutapea,

SpOG(K), Prof. Dr. R. Haryono Roeshadi, SpOG(K), Prof. Dr. T.M. Hanafiah,

SpOG(K), Prof. Dr. M. Fauzie Sahil, SpOG(K), Prof. Dr. Budi R. Hadibroto,

SpOG(K), dan Prof. Dr. Daulat H Sibuea, SpOG(K) yang telah bersama–sama berkenan

menerima saya untuk mengikuti pendidikan spesialis di Departemen Obstetri dan

(6)

3. Kepada Prof. Dr. R. Haryono Roeshadi, SpOG(K), Prof. Dr. M. Fauzie Sahil,

SpOG(K), Dr. Hotma Partogi Pasaribu, SpOG, Dr. Binarwan Halim, SpOG(K), Dr. M.

Fidel Ganis Siregar, SpOG, Dr. Yazim Yakub SpOG, Dr.Christoffel L.Tobing

SpOG(K), Dr. J.S. Khoman, SpOG(K), Dr. Deri Edianto, SpOG(K), Dr. Sarah Dina,

SpOG(K), saya ucapkan terima kasih atas bimbingan yang telah diberikan kepada saya

selama menempuh pendidikan ini.

4. Prof. Dr. R. Haryono Roeshadi, SpOG(K) selaku kepala Sub Divisi Fetomaternal,

terima kasih atas bimbingan yang sangat berharga yang telah diberikan kepada saya

selama menempuh pendidikan ini.

5. Dr. Makmur Sitepu, SpOG(K), dan Dr. Hotma Partogi Pasaribu, SpOG selaku

pembimbing penelitian ini yang dengan penuh keikhlasan dan kesabaran, telah

meluangkan waktunya untuk membimbing, memeriksa dan melengkapi penulisan tesis

ini hingga selesai.

6. Dr. Herbert Sihite, SpOG, Dr. Muhammad Rusda, SpOG(K), dan Dr. Deri Edianto,

SpOG(K), selaku tim penyanggah dan nara sumber dalam penulisan tesis ini, yang telah

banyak memberikan bimbingan dan masukan dalam perbaikan tesis ini.

7. Prof. T.M. Hanafiah, SpOG(K), selaku Bapak angkat saya selama menjalani masa

pendidikan ini, yang telah banyak mengayomi dan membimbing saya.

8. Dr. Herbert Sihite, SpOG, selaku pembimbing Mini Referat Fetomaternal saya yang

berjudul “Penanganan Trombosis Dalam Kehamilan”, kepada Dr. Yostoto B Kaban, SpOG(K), selaku pembimbing Mini Referat Fertilitas Endokrinologi dan Reproduksi

saya yang berjudul “Amenore Sekunder”, dan kepada Dr. Deri Edianto, SpOG(K) selaku pembimbing Mini Referat Onkologi saya yang berjudul “Penggunaan Nanoteknologi Dalam Pemberian Kemoterapi”, terima kasih banyak atas bimbingan dan nasehat yang telah diberikan.

9. Seluruh Staf Pengajar di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK–USU/ RSUP H.

Adam Malik, RSUD. Dr. Pirngadi dan RSU Jejaring di Medan, Divisi Fetomaternal,

Divisi Fertilitas Endokrinologi, dan Divisi Onkologi yang secara langsung telah banyak

membimbing dan mendidik saya sejak awal hingga akhir pendidikan. Semoga Tuhan

(7)

10. DR. Ir. Erna Mutiara, M.Kes, yang telah meluangkan waktu dan pikiran untuk

membimbing saya dalam penyelesaian uji statistik tesis ini.

11. Direktur RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan kesempatan dan sarana

untuk belajar, bekerja selama mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis di

Departemen Obstetri dan Ginekologi.

12. Direktur RSUD Dr. Pirngadi Medan dan Kepala SMF Kebidanan dan Penyakit

Kandungan RSUD Dr. Pirngadi Medan, Dr. Einil Rizar, SpOG(K), Dr. Rushakim

Lubis, SpOG yang telah memberikan kesempatan dan sarana belajar, bekerja selama

mengikuti pendidikan.

13. Direktur RS PTPN II Tembakau Deli Medan, Dr. Sofian Abdul Ilah, SpOG dan Dr.

Nazaruddin Jaffar, SpOG(K) beserta staf yang telah banyak memberi kesempatan dan

bimbingan selama saya bertugas di bagian tersebut.

14. Karumkit Puteri Hijau KESDAM I/BB dan kepala SMF Obgin Dr. Gunawan Rusuldi,

SpOG, Dr. Agnes D, SpOG beserta staf yang telah banyak memberi kesempatan dan

bimbingan selama saya bertugas di bagian tersebut.

15. Direktur RS Haji Mina Medan, beserta staf pengajar yang telah banyak memberikan

kesempatan dan sarana belajar selama masa pendidikan.

16. Direktur RS Sundari Medan, Dr. M. Haidir, SpOG dan Ibu Sundari Am.Keb. beserta

staf yang telah memberi sarana belajar dan memberikan bimbingan kepada saya selama

bertugas.

17. Direktur RS. Pandan-Tapanuli Tengah dan seluruh staf atas kesempatan kerja dan

bantuan moril selama saya bertugas di rumah sakit tersebut.

18. Kepala Departemen Patologi Anatomi FK USU Medan beserta staf atas kesempatan dan

bimbingan yang telah diberikan selama saya bertugas di departemen tersebut.

19. Kepala Departemen Anestesi dan Reanimasi RSUP H. Adam Malik Medan beserta staf

yang telah banyak membimbing saya.

20. Kepada senior-senior saya, Dr.Cut Adeya Adella, SpOG, Dr. Milvan Hadi, SpOG,

Dr.Johny Marpaung,SpOG, Dr.Melvin NG Barus, SpOG, Dr. M. Oky Prabudi, SpOG,

Dr, Dudy Aldiansyah, SpOG, Dr. Hayu Lestari Haryono, SpOG, Dr. Muara P. Lubis,

(8)

terimakasih atas bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada saya selama

menempuh pendidikan.

21. Teman-teman seangkatan saya, Dr.Ari Abdurrahman Lubis, Dr. M. Ikhwan, SpOG,

Dr.Zilliyadein Rangkuti, SpOG, Dr. Edward Muldjadi, SpOG, Dr. Riza Hendrawan,

terima kasih atas kebersamaan, dukungan dan bantuannya kepada saya selama ini.

22. Kepada Dr. Ali Akbar, Dr. Meity Elvina, Dr. Robby Pakpahan, Dr. Ricca P Rahim,

Dr. M. Faisal Fahmi, terima kasih atas dukungan, perhatian dan kebersamaan kita yang

indah selama kita jaga bersama.

23. Teman sejawat, dokter muda, bidan, paramedis, karyawan/karyawati dan tidak lupa

kepada pasien-pasien yang telah ikut membantu dan bekerja sama dengan saya dalam

menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi di FK USU,

RSUP H. Adam Malik, RSUD Dr. Pirngadi, RS PTPN II Tembakau Deli, RS Puteri

Hijau KESDAM I/BB, RS Haji Mina dan RS Sundari Medan. Terima kasih atas

kerjasama dan saling pengertian yang diberikan kepada saya sehingga dapat

menyelesaikan pendidikan ini.

Sembah sujud, hormat dan terima kasih yang tidak terhingga saya sampaikan kepada kedua

orang tua saya yang terkasih dan tersayang Ayahanda Letkol (Purn) Dr. H. Abdul Wahid,

Sp.PD dan Ibunda Dr. Hj. Syahrani Lubis, yang penuh kesabaran telah membesarkan,

membimbing, mendoakan dan mendidik saya dengan penuh kasih sayang sejak lahir hingga

kini mengantarkan saya meraih cita-cita, tanpa kenal lelah memberikan motivasi, kekuatan

dan perhatian selama saya menjalani pendidikan ini. Terima kasih atas dorongan dan semangat

yang telah diberikan kepada saya.

Sembah sujud, hormat dan terima kasih yang saya sampaikan kepada Bapak Mertua H.

Syamruddin lubis dan Ibu mertua Hj. Dra. Nurida Nasution, Am.Keb, M.M. yang telah

banyak membantu, mendoakan dan memberikan dorongan dan perhatian dengan penuh

kesabaran dan kasih sayang kepada saya selama mengikuti pendidikan ini.

Suamiku tersayang Mayor Inf. Hasandi Lubis, tiada kata lain yang dapat saya sampaikan

selain terima kasih atas kesabaran, dorongan, semangat, pengorbanan dan doa yang telah

diberikan kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan pendidikan ini. Buat buah hatiku

(9)

kami yang diberikan Allah SWT semasa pendidikan program dokter spesialis, yang menjadi

sumber inspirasi, semangat dan motivasi saya dalam menyelesaikan pendidikan ini.

Kepada abangku Dr. Wahyu Diansyah Sp.PD dan buat adik - adikku Dr. Yeni Puspawani, Dr.

Yunita Dewani dan Mulia Novi Irawani S.Ked, terima kasih atas doa, dorongan dan semangat

yang diberikan kepada saya selama ini.

Akhirnya kepada seluruh keluarga dan handai tolan yang tidak dapat saya sebutkan namanya

satu persatu, yang secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan bantuan baik

moril dan materil, saya ucapakan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala senantiasa memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya

kepada kita semua.

Amin ya Rabbal ‘Alamin.

Wassalam

Medan, Maret 2011

(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Penelitian

Pada kehamilan dapat terjadi berbagai komplikasi dari tali pusat. Gangguan sirkulasi

tali pusat dicurigai menyebabkan 20% kematian janin, dimana gangguan mekanis dari tali

pusat dapat berupa lilitan tali pusat dan prolaps tali pusat atau mungkin timbul dari anatomi

tali pusat yang abnormal seperti tali pusat yang tersimpul (true knot), koil abnormal

(hypocoiling dan hypercoiling), panjang tali pusat dan insersi tali pusat yang abnormal.1,2

Gangguan aliran tali pusat 50 % secara signifikan menyebabkan asfiksia pada janin, yang

menimbulkan efek terhadap organ dan metabolisme janin baik akut maupun kronis, sehingga

pada akhirnya akan mempengaruhi luaran bayi lahir yang dapat mempengaruhi berat badan

bayi lahir.3 Tali pusat merupakan salah satu struktur dalam amnion yang memfiksasi antara

salah satu sisi plasenta dan tali pusat bayi sebagai penghubung, dengan panjang normal 50 –

60 cm terdiri dari tiga pembuluh darah : dua arteri dan satu vena. Sebuah tali pusat normal

memiliki rata – rata 11 koil pembuluh darah tali pusat.3

Strong et al, 1994, dalam penelitiannya menunjukkan koil tali pusat yang tidak normal

(hypocoiling dan hypercoiling) berpengaruh terhadap terjadinya pertumbuhan janin terhambat,

oligohidramnion, anomali janin, deselerasi denyut jantung janin selama persalinan, intervensi

tindakan terhadap kesulitan proses persalinan, mekonium dalam air ketuban, persalinan

prematur, skor APGAR yang rendah, pH arteri tali pusat yang rendah, diabetes mellitus dalam

kehamilan dan berhubungan dengan berat badan lahir bayi.1

Sejak tahun 1900 banyak dilakukan penilaian terhadap koil pembuluh darah tali pusat. Dari

penelitian sebelumnya, Machin et al, 2000, didapati angka kejadian hypercoiling (21%) dan

hypocoiling (13%). Pada hypercoiling didapati gangguan janin (37%), gangguan toleransi

dalam persalinan (14%), pertumbuhan janin terhambat (10%) dan korioamnionitis (10%).

(11)

Rana et al, 1995, dari penelitian mereka didapati signifikansi berat badan lahir lebih rendah

pada indeks koil tali pusat hypercoiling ( 2742 ± 944 gram) dibandingkan dengan indeks koil

tali pusat normocoiling (3176 ± 633 gram). Dari penelitian tersebut didapati hubungan antara

umbilical coiling index (indeks koil tali pusat) dan hasil luaran berat badan bayi baru lahir.5

Beberapa hipotesis yang behubungan dengan terbentuknya koil adalah akibat adanya gerakan

janin, torsi aktif atau pasif dari embrio, diferensiasi pertumbuhan pembuluh darah tali pusat,

hemodinamik aliran darah janin, dan serat otot di dinding pembuluh darah arteri tali pusat.

Selain itu, kemungkinan adanya keterlibatan faktor genetika. Dimana pada kejadian kembar

non-monozigotik ditemukan kesamaan dalam indeks koil tali pusat.2

Koil tali pusat secara berulang-ulang ke satu arah dan dengan indeks koil tali pusat yang

berlebih (hypercoiling) dapat mengakibatkan arus darah dari ibu ke janin melalui tali pusat

terhambat sebagian atau seluruhnya. Hal tersebut menyebabkan janin mengalami kekurangan

oksigen, nutrisi dan siklus utero-plasenta tergangu. 6,7

Sebire et al, 2007,menemukan odds ratio (OR) dari hypocoiling adalah 3,4 terhadap kematian

janin dalam kandungan, 5,8 terhadap kejadian Trisomi, 3,1 terhadap kejadian skor APGAR <

7, 3,0 terhadap kejadian insersi tali pusat velamentosa, 3,7 terhadap kejadian arteri tali pusat

tunggal. OR dari hypercoiling sebesar 9,3 terhadap kejadian trisomies, 2,1 terhadap kejadian

small gestational age (SGA) < 10th, 2,9 terhadap nilai pH arteri tali pusat < 7,05, dan 4,2

terhadap kejadian asfiksia.9

Pemeriksaan pada tali pusat direkomendasikan untuk mendeteksi kelainan yang akan

mempengaruhi proses kehamilan dan persalinan.8 Dari kepustakaan disebutkan bahwa indeks

koil tali pusat yang dinyatakan hypercoiling berhubungan dengan luaran janin yang kurang

baik. Sedangkan indeks koil tali pusat yang normal berhubungan dengan kesejahteraan janin

(12)

1.2.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, disebutkan bahwa angka kejadian terjadinya

hypocoiling dan hypercoiling tali pusat, yang berpengaruh terhadap komplikasi luaran bayi

lahir. Pada tali pusat dengan indeks koil tali pusat abnormal berhubungan dengan berat badan

bayi lahir rendah, kejadian trisomies, asfiksia, skor APGAR < 7, indeks cairan amnion (ICA)

< 5, gangguan dalam persalinan, pertumbuhan janin terhambat dan korioamnionitis.4 Rana et

al, 1995, dari penelitian mereka didapati signifikansi berat badan lahir lebih rendah pada

indeks koil tali pusat hypercoiling dibandingkan normocoiling.5 Penilaian indeks koil tali

pusat ini di anjurkan karena memiliki arti klinis yang penting.

Dengan demikian dalam penelitian ini dirumuskan pertanyaan penelitian : apakah tali pusat

dengan indeks koil hypercoiling menyebabkan berat badan bayi lahir rendah dibandingkan

dengan normocoiling? Apakah tali pusat dengan indeks koil hypocoiling menyebabkan berat

badan lahir lebih besar dari pada normocoiling? Berdasarkan pertanyaan ini, peneliti ingin

mengetahui perbandingan antara indeks koil tali pusat terhadap luaran berat badan bayi lahir

di RSUP. H. Adam Malik Medan dan RS. Jejaring, mengingat belum ada penelitian mengenai

indeks koil tali pusat di departemen obstetri dan ginekologi fakultas kedokteran universitas

sumatera utara.

1.3.

Hipotesis Penelitian

Ada hubungan antara indeks koil tali pusat dengan luaran berat badan bayi lahir.

1.4.

Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum :

Untuk mengetahui indeks koil tali pusat dan hubungannya terhadap luaran berat badan

bayi lahir di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU RSUP H. Adam Malik Medan dan

(13)

1.4.2. Tujuan Khusus :

1.4.2.1. Untuk mengetahui indeks koil tali pusat normocoiling terhadap luaran berat badan

bayi yang lahir.

1.4.2.2. Untuk mengetahui indeks koil tali pusat hypercoiling terhadap luaran berat badan bayi

yang lahir.

1.4.2.3. Untuk mengetahui indeks koil tali pusat hypocoiling terhadap luaran berat badan bayi

yang lahir.

1.5.

Manfaat Penelitian

1.5.1. Penilaian indeks koil tali pusat ini dapat membuktikan bahwa indeks koil tali pusat

berhubungan dengan luaran berat badan bayi lahir.

1.5.2. Penilaian indeks koil tali pusat dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian

selanjutnya dalam penilaian indeks koil tali pusat antenatal.

1.5.3. Penilaian indeks koil tali pusat dapat menambah referensi tentang hubungan indeks

(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Embriologi Tali Pusat

Embriogenesis dinding abdomen anterior dan plasenta dimulai pada akhir minggu

ketiga, pada tahap trilaminar germ disc (terdiri dari endoderm, mesoderm, dan ektoderm). disc

ini diapit diantara rongga kantung ketuban dan kuning telur (dengan endoderm paling

proksimal pada kantung kuning telur).9

Amniotic cavity Ectoderrm

Head of the embryo

Mesoderm

Tail end Future umbilical cord

In wall yolk sac

Endoderm

Gambar 1. Embrio pada akhir minggu ke tiga, menunjukkan primordial germ sel pada dinding yolk sac, yang mendekati perlekatan. dari lokasi ini, sel-sel pada dearah in akan bermigrasi untuk perkembangan gonad pada minggu ke-3. Dikutip dari: Langman’s General Embriologi.

Lapisan ektoderm proksimal ke rongga amnion, selama embrio tumbuh dan melengkung,

lokasi perbatasan ektoderm amnion sebagai cicin umbilikus primitif pada permukaan ventral

embrio. Inilah lipatan dari disk sekitar kuning telur (yolk sac) yang pada hasil akhirnya

(15)

Pada hari ke-18 paska konsepsi tangkai penghubung yang menghubungkan embrio awal

dengan trofoblas mulai berkembang. Pada hari ke-28 paska konsepsi tangkai yang

menghubungkan kantung yolk sac bergabung, membentuk tali pusat. Pada manusia yolk sac

adalah organ dasar, yang memiliki fungsi nutrisi pada awal kehamilan. Yolk sac, ditemukan

dalam rongga korion, terhubung dengan tali pusat serta tangkainya. Pada akhir bulan ketiga,

amnion telah melebar terjadi kontak dengan korion sehingga rongga korion menghilang.9

Amnion dan korion terbentuk antara usia kehamilan 10-16 minggu. Dalam hal ini tali pusat

akan dilapisi dengan epitel yang terdiri dari saluran omphalo-mesentetrika, yolk sac, body

stalk, dan ekstra embrionik allantois. Secara fisiologis tali pusat akan mengalami herniasi

antara usia kehamilan 7-12 minggu.9

Perkembangan sistem pembuluh darah dimulai dengan pembentukan tumpukan darah di

dalam mesodermal yolk sac, tangkai penghubung dan korion di awal 3 minggu paska

konsepsi, dua hari kemudian angiogenesis dimulai dalam embrio mesoderm. Arteri 'allantoic'

muncul 3 minggu paska konsepsi sebagai cabang ventral pasangan aorta dorsalis. Bagian dari

allantois akan membentuk kandung kemih, dari urachus yang meluas sebagai saluran kecil,

disertai arteri allantoic.9

Sumbu aorta dari arteri definitif muncul sebagai cabang lateral yang berasal dari ujung, dan

pada akhirnya menjadi arteri umbilikalis. Sirkulasi embrio efektif pada 22 - 23 hari paska

konsepsi, ketika arteri umbilikalis menyatu dengan arteri iliaka internal dan vena umbilikalis

dengan ductus venosus, yang memasuki vena hepatik. Salah satu vena umbilikalis mengalami

(16)

Gambar 2. Embriologi Tali Pusat. Dikutip Dari : General Embriology The

Ninth Edition Of Langman’s Medical Embryology

Keterangan Gambar

(Gambar A) Embrio pada usia kehamilan 5 minggu.

Usia kehamilan 35 hari, embrio menunjukkan struktur melewati cincin tali pusat primitif.

Proses penghubungan tangkai, berisi allantois dan pembuluh darah tali pusat yang terdiri dari

dua arteri dan satu vena.

(Gambar B) Embrio pada usia kehamilan 10 minggu menunjukkan tali pusat primitif

Tali pusat primitif dari embrio 10 minggu. Tangkai kuning telur (saluran vitellini) disertai

dengan pembuluh darah vitellini, Kuning telur menempati ruang dalam rongga korion, yaitu

ruang antara amnion dan dinding korion.

(Gambar C) Bagian transverse daerah cincin pusat.

Saluran yang menghubungkan rongga intra-embrionik dan ekstra-embrionik. Garis oval

refleksi antara amnion dan ektoderm embrio (amnion-ectodermal junction) adalah cincin pusat

primitif. Pembentukan pada minggu ke-5, struktur berikut melewati cincin pusat.

(Gambar D) Bagian melintang melalui tali pusat primitive

menunjukkan loop usus yang menonjol di salurannya. Daerah lebih proksimal berisi beberapa

loop usus dan sisa dari allantois. Sampai 11 minggu paska konsepsi intestinal masih terdapat

(17)

Gambar 3. Bagian yang menunjukkan pembentukan tali pusat pada embrio sepanjang 2,5 mm.Dikutip Dari : The Journal Of Meternal-Fetal And Noenatal Medicine, The Umbilical Coiling Index, 2005.

Gambar 4. Bagian tali pusat pada embrio manusia 23 mm. Dikutip Dari : The

Journal Of Meternal-Fetal And Noenatal Medicine, The Umbilical

(18)

Pada sekitar akhir bulan ketiga, loop intestinal ditarik masuk ke dalam tubuh embrio dan

rongga di tali pusat tersebut akan menghilang. Setelah berkontribusi terhadap usus embrio

sisa–sisa yolk sac primer memanjang di bagian perut, sehingga mempersempit sambungan ke

midgut membentuk duktus vitellinus.9

Ketika allantois, duktus vitelline dan pembuluh darah juga mengalami obliterasi, yang tetap

berada di dalam adalah pembuluh darah umbilikalis yang dikelilingi oleh wharton’s jellly.

Jaringan ini, kaya proteoglikan yang berfungsi sebagai lapisan pelindung untuk pembuluh

darah tali pusat. Otot pada dinding arteri berisi banyak serat elastis, yang berkontribusi dengan

cepat pada pada saat penyempitan dan kontraksi pembuluh darah umbilikalis segera setalah

tali pusat di ikat.9

2.2. Anatomi Struktur Tali Pusat

Pembuluh darah tali pusat berbeda dalam struktur dan fungsi dibandingkan dengan

pembuluh darah besar di dalam tubuh. Kedua arteri tali pusat melilit dalam model putaran.

Darah mengalir dengan cara yang berdenyut dari janin ke plasenta melalui arteri. Sebuah

pulsasi kecil dalam transpor pasif di dalam darah masuk ke janin melalui vena umbilikalis.

Gambar 5. Potongan tali pusat dengan dua arteri dan satu vena. Dikutip dari: Maternity, Gynaecology, Infertility & Endoscopic (keyhole) Surgery Mumbai (Bombay), India.

Vinci mempostulatkan bahwa panjang tali pusat seiring dengan bertambahnya usia kehamilan

(19)

luar dari epitel amnion, dengan massa internal mesodermal, wharton’s jelly. Dalam wharton’s

jelly terdapat dua saluran endodermal, yaitu : duktus allantois dan duktus vitellini, serta

pembuluh darah umbilikalis.5

Struktur tali pusat normal terdiri dari dua arteri umbilikalis, dan satu vena umbilikalis yang

dikelilingi oleh wharton jelly lapisan luar, dan lapisan tunggal selaput amnion. Arteri tali pusat

timbul dari aorta embrio setelah berdiferensiasi dan mengalami pertumbuhan, mereka menjadi

cabang-cabang arteri iliaka interna pada janin.5

Tali pusat dan jaringan penyusunnya terdiri dari : lapisan luar amnion, wharton’s jelly, dua

arteri umbilikalis dan satu vena umbilikalis, yang dirancang untuk melindungi aliran darah ke

janin selama masa kehamilan sampai aterm. Lapisan luar amnion dapat mengatur tekanan

fluida di dalam tali pusat. Wharton's jelly diisi cairan jelly untuk mencegah kompresi

pembuluh darah. Aliran darah diatur oleh otot polos di sekitar arteri yang bercampur dengan

kolagen berdasarkan matriks ekstraseluler.7,10

Arteri umbilikalis membawa darah yang terdeoksigenasi dari plasenta sedangkan vena

umbilikalis membawa oksigen darah ke janin. Kedua arteri memiliki diameter yang lebih kecil

dibandingkan dengan diameter vena. Pada 96% dari semua tali pusat memiliki anastomosis

atau dalam 3%, bahkan dari dua arteri umbilikalis menyatu di daerah 1,5 cm dari insersi

plasenta. Hal ini untuk pemerataan aliran dan tekanan antara dua arteri dan distribusi darah

yang seragam ke lobus plasenta yang berbeda.4

Salah satu anomali vaskular yang paling umum pada manusia adalah ketiadaan satu arteri

umbilikalis, terjadi pada sekitar 1% dari tali pusat, dalam kebanyakan kasus sebagai kelainan

terisolasi. Pembuluh darah pusat kurang vasa vasorum. Sedikit serat saraf pada pembuluh

darah dekat janin, tetapi hal ini tidak terdapat di segmen menengah dan plasenta dari tali pusat

manusia.7

Wharton's jelly, berasal dari mesenkim, dan dibentuk oleh myofibroblasts, terdiri dari kolagen

dan asam hialuronat, beberapa serat otot, dan air. Bahan ini bertanggung jawab atas kekuatan

tali pusat. Ini menyediakan dukungan mekanis dan perlindungan struktural untuk tali pusat

(20)

adalah sangat penting untuk wharton’s jelly. Perubahan osmolaritas 5 sampai 10 milliosmol

jelas menyebabkan pembengkakan atau penyusutan dari tali pusat. wharton’s jelly memiliki

sifat thyxotropic, yaitu substansi gelatinous semi solid mencair karena ada tekanan.7,11

Jumlah wharton’s jelly merupakan alat prediksi yang baik untuk menentukan komplikasi

perinatal: bukti bahwa tali pusat dengan diameter <10 persentile merupakan penanda awal

untuk pengiriman kecil untuk bayi usia kehamilan dan terjadinya komplikasi intrapartum.5,12

Wharton’s jelly dapat berkurang pada pertumbuhan janin terhambat dan meningkat pada

hydrops, polyhydramnion, dan diabetes. Tidak ada korelasi langsung yang ditemukan antara

jumlah Wharton’s jelly dan indeks koil tali pusat.12

Tali pusat terbentuk sampai akhir trimester kedua, dengan berat 40 gram dan mencapai

diameter rata-rata 1-2 cm dan panjang 50-60 cm. Terdiri dari sel epitel skuamosa kuboid yang

disebut epitel umbilikalis yang berasal dari epitel amnion. Abnormalitas panjang tali pusat

berhubungan dengan lilitan tali pusat, tali pusat tersimpul (knotting), insersi tali pusat, dan

prolaps tali pusat. Secara singkat, gangguan yang menghubungkan tali pusat dengan

permukaan tubuh janin dapat terjadi anomali di mana dinding abdomen anterior gagal

terbentuk. Isi perut terbuka dan tali pusat tidak sempurna atau tidak terbentuk, sehingga janin

melekat langsung ke membran.13,14

Larco et al, 1987. Tali pusat sudah terbentuk dengan baik pada usia kehamilan 9 minggu,

dengan rata - rata biasanya memiliki 0 - 40 koil. Hal ini sudah ditetapkan bahwa jumlah koil

tali pusat berhubungan dengan aktivitas janin dan kesejahteraan janin. hypocoiling tali pusat

terjadi pada sekitar 5% dari kehamilan dan berhubungan dengan peningkatan risiko morbiditas

dan mortalitas perinatal.6

Kelainan tali pusat dapat terjadi pada ukuran, derajat koil, dan posisi dari insersi tali pusat.

Kelainan ini memiliki implikasi penting terhadap luaran janin. Kelainan struktur arteri tali

pusat yang tunggal, simpul (knotting), kista, dan tumor dapat berhubungan dengan gawat janin

(21)

2.3. Fungsi Tali Pusat

Tali pusat berfungsi untuk mengalirkan darah ke janin untuk pertumbuhan dan

perkembangan janin. Jaringan dari tali pusat harus bekerja untuk mempertahankan aliran

darah selama perkembangan janin dengan gerakan yang normal. Tali pusat merupakan

perpanjangan dari sistem kardiovaskular janin sehingga memiliki potensi besar dalam

mempelajari dan menilai perubahan dalam jaringan pembuluh darah janin.17

2.4. Koil Tali Pusat

Koil tali pusat didefinisikan sebagai suatu koil tali pusat yang lengkap dengan besar

sudut 3600. Koil membuat struktur tali pusat yang kuat fleksibel dan memberikan pertahanan

terhadap kekuatan-kekuatan eksternal yang dapat memberikan pengaruh baik ataupun buruk

terhadap aliran darah. Arah koil tali pusat dapat ke arah kiri dan kanan.6,19 Koil tali pusat ke

arah kiri terjadi empat hingga delapan kali lebih sering daripada koil tali pusat ke arah kanan

dan kadang-kadang terdapat pola lingkaran campuran. Belum jelas mengapa koil ke arah kiri

lebih umum terjadi.19

Koil dari tali pusat dapat diamati sejak 28 hari pasca konsepsi dan 95% jelas terlihat pada usia

kehamilan 7 minggu. Beberapa hipotesis yang behubungan dengan terbentuknya koil adalah

akibat adanya gerakan janin, torsi aktif atau pasif dari embrio, diferensiasi pertumbuhan

pembuluh darah tali pusat, hemodinamik aliran darah janin, dan serat otot di dinding

pembuluh darah arteri tali pusat.11

Selain itu, kemungkinan adanya keterlibatan faktor genetika. Dimana pada kejadian kembar

non-monozigotik ditemukan kesamaan dalam indeks koil tali pusat.8 Janin yang terfiksasi

dalam tubuh (karena band ketuban) tidak hanya memiliki tali pusat yang relatif pendek, tetapi

juga koil yang sedikit atau tidak ada koil. Hal yang sama berlaku untuk spesies dengan janin

memanjang memanjang sumbu uterus (paus misalnya), sebuah situasi yang menghalangi rotasi

(22)

Koil Tali Pusat

Gambar 6. Janin dengan koil tali pusat. Dikutip dari : Langman’s General

Embriology

Malpas dan Symonds, 1966, menemukan bahwa tali pusat tidak tumbuh secara terus menerus

melainkan tumbuh dengan peningkatan yang kurang lebih tetap. Proses pertumbuhan yang

progresif pada sumbu panjang dari koil utama, menunjukkan bahwa tali pusat tumbuh merata

di setiap titik pada seluruh sumbu panjang tali pusat. Kesimpulan ini dikutip dalam banyak

artikel. Mereka juga telah mengamati bahwa 30% dari tali pusat non-koil masih dapat

melingkar setelah usia kehamilan 20 minggu, sedangkan kapan terjadi proses hilangnya koil

belum pernah diamati.Tali pusat cenderung memiliki koil pada daerah ujung mendekati janin

dan plasenta.20

Roach et al, 1976, menyatakan tali pusat didukung oleh serat otot pada dinding arteri

umbilikalis. Ada empat otot - otot yang berbeda di dinding arteri, yaitu : lapisan sirkuler kecil

bagian dalam berfungsi mengatur aliran darah, lapisan longitudinal dalam yang akan menutup

arteri setelah melahirkan, otot sirkuler yang besar, lapisan longitudinal dalam, yang memiliki

koil intrinsik yang membuat koil tali pusat, dan otot kecil melingkar yang membuat koil pada

arteri.19

Otot sirkuler besar memiliki pitch panjang yang sebanding dengan gulungan pembuluh darah

itu sendiri. Gambaran dari otot sirkuler dari arteri ke substansi pembuluh darah bertanggung

jawab atas koil tali pusat itu sendiri. Ketika ada cukup tekanan hidrostatik, koil pembuluh

(23)

Gambar 7. Anatomi arteri umbilikalis. Di kutip dari : Monique W.M. The Roach muscle bundle and umbilical cord coiling Early Human Development (2007).

Gambar 8. Potongan lintang arteri umbilikalis: 1. Inner circular layer, 2. Inner longitudinal layer; 3. large coiling muscle, this

(24)

Behery et al, 2009, menyatakan bahwa Umbilical Coiling Index (indeks koil tali pusat) pada

mamalia yang memiliki pembuluh darah tali pusat, menunjukkan bahwa semakin banyak

ditemukan koil yang kurang lurus maka akan semakin banyak volume darah yang masuk

dalam pembuluh darah, sehingga turbulensi akan lebih banyak terjadi dan akan memperlambat

aliran darah. Kemungkinan indeks koil tali pusat yang optimal akan menghasilkan arus

maksimum.21

Van Dijk C.C et al, 2002, melakukan penelitian yang pertama sekali untuk menentukan indeks

koil tali pusat dalam kelompok yang terdiri dari kehamilan tanpa komplikasi. Nilai rata – rata

indeks koil tali pusat 0,17 / cm. Nilai ini dapat menjadi acuan standar untuk menafsirkan nilai

yang tepat dari koil tali pusat pada kehamilan yang mengalami kompikasi.22

Tali pusat hypocoiling terkait dengan kematian janin dalam rahim dan anomali janin, untuk itu

hal ini dapat dijadikan penanda awal yang mendasari perkembangan abnormal intrinsik, dan

juga kemungkinan terkait dengan peningkatan risiko gangguan akut pada aliran darah akibat

adanya kingking tali pusat. 23,25

Tali pusat hypercoiling menjadi penanda kemungkinan perkembangan abnormal, yang

berhubungan dengan komplikasi lain termasuk pertumbuhan intrauterine terhambat, berat

badan lahir rendah, asidosis janin dan asfiksia.23,25

Outcome Hypocoiled Hypercoiled

Fetal death 3,4 NS

Trisomies 5,8 9,3

SGA < 10th centile NS 2,1

APGAR Score < 7 3,1 NS

Umbilical Artery pH < 7,05 NS 2,9

Asphyxia NS 4,2

Velamentosa cord insertion 3,0 NS

Single Umbilical Artery 3,7 8,3

(25)

Tali pusat hypocoiling berhubungan dengan nuchal cord, tali pusat hypocoiling tampaknya

lebih tahan terhadap salah satu masalah yang disebabkan oleh nuchal cord, oklusi tali pusat

yang terjadi pada saat peregangan di sekitar leher janin. Namun, masalah yang paling penting

dari nuchal cord yang ketat kemungkinan bukan akibat penekanan pada tali pusat ini sendiri,

melainkan kompresi pada arteri karotis janin.25 Hypercoiling juga mungkin membuat

pembuluh darah arteri menekan pembuluh darah vena sehingga mengurangi volume aliran

darah.26

2.5. Indeks Koil Tali Pusat ( umbilical coiling index )

Pada penelitian ini, dilakukan identifikasi dari indeks koil tali pusat yang hypercoiling

pada bayi yang baru lahir dan mencari hubungan terhadap luaran berat badan bayi lahir.

Penilaian indeks koil tali pusat ini ditemukan pertama kali oleh Berengarius pada tahun 1521. Edmonds et al, 1954, yang pertama sekali menjelaskan sebuah metode untuk kuantifikasi koil

tali pusat. Disebutkan bahwa indeks dari twist tali pusat merupakan rasio twists dengan

panjang tali pusat. Nilai positif dan negatif terhadap twist apabila arah koil berubah dari kiri ke

kanan. 6

Strong, et al, 1993, pertama kali melaporkan komplikasi obstetrik berhubungan dengan

abnormalitas koil tali pusat dengan membandingkan hasil luaran bayi. Selain itu, mereka

melaporkan kejadian kematian intra-uterin, persalinan prematur, deselarasi denyut jantung

janin pada intrapartum, meningkatkan kelahiran dengan seksio sesarea atas indikasi gawat

janin, mekonium stein, dan kelainan karyotyping dalam kelompok tali pusat hypocoiling.27

Dalam sebuah penelitiannya, Strong et al, 1993, juga melaporkan insiden secara signifikan

lebih besar dari kelainan kariotip, warna mekonium, dan intervensi operasi untuk gawat janin

pada indeks koil tali pusat < 10th persentil. Bagi indeks koil tali pusat ≤ 10th persentil atau ≥ 90

th

persentil dijumpai insiden yang signifikan lebih besar pada variabel deselerasi denyut

jantung janin. Nilai untuk 10th persentil dan 90th persentil berasal dari indeks koil tali pusat

100 kelahiran (indeks koil tali pusat 0,21 ± 0,07), pada populasi kehamilan berisiko tinggi,

(26)

Jumlah Total Koil Umbilical Coiling Index =

Panjang Tali Pusat (cm)

Strong et al, 1994, yang pertama kali menyempurnakan metode ini. Dia mengembangkan

indeks koil tali pusat ( umbilical coiling index.) yang merupakan rasio koil dengan panjang tali

pusat, terlepas dari arah koil.27 pada kehamilan tanpa komplikasi nilai dari persentase dari

indeks koil tali pusat,dikatakan hypocoiling jika nilai indeks tali pusat <10th persentil dan

hypercoiling tali pusat di katakan jika indeks koil tali pusat > 90th persentil. Dari beberapa

kepustakaan sebelumnya disebutkan bahwa nilai-nilai dari indeks koil tali pusat (umbilical

coiling index) rata - rata (SD) indeks koil tali pusat normal adalah satu koil / 5 cm, atau 0,2 ±

0,1 (SD) koil/cm. Untuk indeks koil tali pusat pada persentil 10th dan 90th adalah berturut-turut

0,07 koil / cm dan 0,3 koil / cm.27

Rana et al, 1995, melaporkan insiden secara signifikan lebih besar pada gangguan denyut

jantung janin, dan peningkatan angka tindakan operasi pada indeks koil tali pusat berada di

<10th persentil. Subjek dengan nilai indeks koil tali pusat > 90th persentil memiliki tingkat

yang lebih tinggi pada kelahiran prematur, berat badan lahir rendah dan kemungkinan besar

pada ibu yang menggunakan kokain. Penulis tidak membedakan antara kelahiran prematur

spontan dan kelahiran prematur iatrogenik.5

Atalla et al, 1998, menilai hubungan antara morfologi tali pusat dan keadaan janin intrapartum

dan analisa gas darah tali pusat saat lahir. Mereka menemukan korelasi yang signifikan secara

statistik linier positif antara pH vena dan arteri umbilikalis dengan jumlah coiling pembuluh

darah (masing-masing r = 0,27 dan 0,17) dan hubungan linier negatif antara PCO2 dan coiling

(27)

Gambar 10. Hypercoiling umbilical cord. Dikutip dari: Daniele et al. Journal Pediatric (2007)

Machin et al, 2000, mengamati indeks koil tali pusat dari semua plasenta di pusat patologi.

Dalam grup yang dipilih koil tali pusat yang abnormal dihubungkan dengan terjadinya

kematian janin, retardasi pertumbuhan intrauterin dan chorioamnionitis. Ini dikaitkan dengan

trombosis dari pembuluh darah chorionic plate, trombosis vena tali pusat dan stenosis. Dengan

demikian, koil abnormal merupakan proses kronis, yang terbentuk pada awal kehamilan, yang

menimbulkan efek kronis (gangguan pertumbuhan) dan akut (janin intoleransi dan kematian

janin).4

Penyebab terbentuknya koil sampai saat ini belum diketahui. Dalam semua studi yang

disebutkan di atas nilai-nilai acuan yang digunakan dihitung dari populasi, termasuk

kehamilan dengan komplikasi. Untuk mengkonfirmasi bahwa janin dengan indeks koil

abnormal memang lebih sering memiliki hasil yang kurang menguntungkan dibandingkan

dengan tali pusat dengan koil normal.28

Ezimokhai et al, 2001, mengidentifikasi faktor risiko ibu terhadap indeks koil tali pusat

abnormal. Dengan hasil hypercoiling dengan faktor usia ekstrim, obesitas, diabetes melitus

gestasional dan preklampsia. Hypercoiling dan hypocoiling secara signifikan berhubungan

dengan pewarnaan mekonium, hasil perinatal yang jelek dan emergency sectio cesarea.

Hypercoiling berhubungan dengan pertumbuhan janin terhambat dimana pasokan darah dari

(28)

2.5.1. Indeks Koil Tali Pusat dengan Ultrasonografi.

Degani et al, 1995, menunjukkan bahwa indeks koil tali pusat dapat ditentukan

sebelum lahir dengan menggunakan ultrasonografi untuk menentukan korelasi indeks koil tali

pusat dengan indeks yang diukur setelah lahir. Indeks koil tali pusat pada masa antenatal

dihitung dengan mengambil jarak rata-rata antara sepasang koil, diukur pada tiga segmen yang

berbeda. Berdasarkan perhitungan ini, memungkinkan indeks koil tali pusat dalam uterus

lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan indeks koil tali pusat pada post partum yang

mengalami pengurangan koil ke arah insersi bayi dan cenderung lebih melingkar daripada ke

arah insersi plasenta.28

Selanjutnya, koil pada antenatal lebih penuh dengan darah, yang membuat putaran lebih padat

karena koil pembuluh darah instrinsik. Torsi tali pusat mempengaruhi pengukuran

ultrasonografi pada saat antepartum, namun tidak pada post-partum setelah tali pusat dipotong.

Meskipun arah koil tampaknya tidak mempunyai arti klinis.28

Gambar 11. Umbilical cord coiling Color Doppler image shows a normally coiled umbilical cord. Dikutip dari: Dudiak et al. Scientific

(29)

Gambar 12. Penilaian UCI Sonographic Coil-To-Coil distal. Dikutip dari: Degani et al, Obstet Gynecol (1995)

Rana et al, 1996, tali pusat hypocoiling dapat dilihat di awal kehamilan dengan ultrasound

dapat menjadi parameter peningkatan terjadinya kelainan janin, yang selanjutnya dapat

diketahui dengan amniosentesis untuk karyotyping. Jika koil tersebut dilihat pada kehamilanan

pertengahan atau akhir, dapat memberikan peringatan adanya kemungkinan bahaya yang lebih

besar terhadap janin dan kemungkinan proses kelahiran dengan operasi. Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengevaluasi hasil luaran bayi lahir dengan hypocoiling dan hypercoiling tali

pusat.5

Qin et al, 2002, melakukan pengukuran dengan ultrasonografi terhadap indeks koil tali pusat

pada trimester kedua kehamilan. Mereka menemukan bahwa indeks koil tali pusat dapat

diukur dengan mudah dan hasil yang cukup jelas pada trimester kedua antara 12 dan 16 usia

kehamilan.30

Predanic et al, 2005, sebuah evaluasi sonografi dari koil tali pusat di trimester kedua

berkorelasi dengan indeks koil tali pusat saat lahir. Membandingkan indeks koil tali pusat

antenatal dan setelah lahir menunjukkan adanya korelasi yang signifikan secara statistik

(korelasi Spearman, p < 0,0001; r = 0,643). Dari hasil tersebut, tampak bahwa nilai indeks koil

tali pusat sekitar dua kali pengukuran indeks koil tali pusat saat lahir. Jika diterjemahkan,

jarak antara sepasang koil pada pemeriksaan sonografi dilakukan selama trimester kedua

(30)

pola koil tali pusat tidak berkorelasi dengan ketebalan tali pusat, terutama wharton’s jelly,

tidak terkait dengan suatu pola koil tali pusat.32

2.5.2. Aliran Darah Tali Pusat

Reynolds et al, 1978, anatomi tali pusat membuat aliran darah menjadi optimal

dikarenakan koil pada tali pusat sendiri. Arteri yang melekat dengan pembuluh darah vena,

menyebabkan kenaikan dan penurunan yang bergantian dengan tekanan dan pulsasi dari

pembuluh darah arteri.34,36.

Degani et al, 1995, menemukan korelasi garis linear antara aliran dalam vena umbilikalis dan

indeks koil tali pusat dengan (r = 0.59, p = 001). Bagaimana aliran darah dapat optimal ? Vena

umbilikalis merupakan jalur kehidupan yang hanya mengangkut oksigen dan nutrisi ke janin.

Suatu proses pasif, yang disebabkan oleh gradien tekanan antara vena umbilikalis dan vena

cava inferior janin, mungkin tidak cukup untuk mengangkut jumlah darah yang diperlukan

kembali ke janin.29

Arteri di dalam tali pusat mengalami peregangan selama pulsasi. Hal ini mengurangi diameter

arteri. Dengan demikian, meningkatkan diameter pembuluh darah vena dan menyebabkan

tekanan negatif yang relatif pada pembuluh darah vena. Dengan cara ini aliran darah vena

akan meningkat.36.

Makin banyak ditemukan koil, aliran darah yang lurus menjadi lebih sedikit. semakin banyak

darah didalam pembuluh darah turbulensi akan meningkat, yang akan memperlambat aliran

darah. Kemungkinan indeks koil yang optimal akan menghasilkan arus maksimum.

Hypercoiling juga memungkin membuat pembuluh darah arteri menekan pembuluh darah

vena, sehingga mempengaruhi aliran darah menjadi lebih lambat.36

Degani et al, 2001, menyatakan bahwa indeks koil tali pusat dapat mempengaruhi kecepatan

aliran darah dalam pembuluh darah. Berkurangnya koil tali pusat dikaitkan dengan penurunan

aliran darah vena umbilikalis. Peningkatan koil berhubungan dengan kecepatan pola denyut

dari aliran vena umbilicalis dengan bentuk gelombang yang sama. Hal ini menunjukkan

bahwa indeks koil tali pusat memiliki pengaruh besar pada aliran arteri normal, karena ini

(31)

indeks koil tali pusat (umbilical coiling index) berpengaruh secara signifikan terhadap aliran

darah dalam pembuluh arteri dapat dilihat kemungkinan untuk terjadinya trombosis, yang

diamati lebih sering pada kejadian hypercoiling.28

Karena tidak diketahui apakah indeks tali pusat dapat berubah selama kehamilan, tidak

diketahui apakah aliran darah ke janin dapat ditingkatkan dengan menyesuaikan indeks koil

tali pusat. Jika adaptasi mungkin dilakukan, mungkin dapat menjelaskan hubungan yang

berarti indeks tali pusat meningkat pada kehamilan dengan komplikasi pada janin salah

satunya pertumbuhan janin terjambat.37

Selama antepartum koil tali pusat penting untuk alasan lain, untuk meningkatkan kemampuan

tali pusat bertahan selama kontraksi terhadap torsi, kinking, kompresi, dan oklusi karena traksi

pada tali pusat. Koil tali pusat dapat membuat tali pusat lebih tahan terhadap kinking dan

kompresi. Tali pusat hypocoiling sementara berhubungan dengan nuchal cord, oklusi tali pusat

terjadi pada saat peregangan di sekitar leher janin. Namun, masalah yang paling penting dari

nuchal cord ketat mungkin bukan akibat penekanan pada tali pusat ini sendiri, tapi kompresi

(32)

2.6. Kerangka Konsep

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan studi potong lintang dengan metode pendekatan

analitik komparatif dan analitik korelatif.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara RSUP H. Adam Malik Medan dan RS jejaring sampai dengan

jumlah sampel minimal terpenuhi.

3.3. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah seluruh ibu hamil yang melahirkan dengan cara pervaginam dan

seksio sesarea. Pengambilan sampel dengan cara consecutive sampling harus memenuhi

kriteria inklusi dan eksklusi.

3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.4.1. Kriteria Inklusi

1. Usia kehamilan 37 - 40 minggu dengan janin tunggal.

2. Ibu inpartu yang bersalin dengan partus pervaginam dan seksio sesaria.

3. Bersedia ikut serta dalam penelitian.

3.4.2. Kriteria Eksklusi

1. Kehamilan kembar

2. Bayi dengan kelainan kongenital

3. Ibu dengan kebiasaan merokok, minum alkohol, menggunakan narkotika.

4. Ibu hamil dengan penyakit diabetes mellitus, tiroid, dan penyakit kardiovaskuler.

(34)

3.5. Besar Sampel

Rumus besar sampel yang digunakan untuk penelitian analitik komparatif adalah :

2

(Zα + Zβ) SD X1 – X2

N = 2

Dimana :

N = Besar sampel

Zα = Derifat baku alfa, kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 5 % hipotesis

dua arah, Sehingga Zα = 1,64

Zβ = Derifat baku beta, kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 5%, hipotesis

dua Arah sehingga Zβ = 1,64

SD = Standar deviasi gabungan Luaran berat badan bayi lahir pada normocoiling dan

Hypercoiling= 555 gram.16

X1 - X2 = Selisih minimal rerata Luaran berat badan bayi lahir pada kelompok

normocoiling dan hypercoiling yang dianggap bermakna diambil dari

kepustakaan=460 gram.16

N1 = N2 = 2 ( 1,64 +1,64) 555

460

2

= 2 x 15,6

= 31,3. = 32

(35)

3.6. Alur Penelitian

Persalinan

- Persalinan Pervaginam

- Persalinan Perabdominal Karakteristik Ibu :

-Umur -Paritas

-Usia Kehamilan -BMI

-Kadar Hemoglobin

Indeks Koil Tali Pusat

Normocoiling

Hypercoiling

Luaran Berat Badan Bayi Lahir

Hypocoiling

3.7. Cara Kerja

1. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengambilan sampel secara consecutive

sampling, besar sampel minimal subjek penelitian 32 orang yang memenuhi kriteria

inklusi dan dilakukan informed consent.

2. Anamesis dan dicatat identitas, umur, pekerjaan, pendidikan, status obstetri, BMI

(body mass index), kadar hemoglobin dan cara persalinan.

3. Ibu yang bersedia mengikuti penelitian yang termasuk kriteria inklusi diikuti proses

kala II (proses persalinan).

4. Setelah bayi lahir, dilakukan pemotongan tali pusat, kemudian dilakukan pengukuran

(36)

5. Dilanjutkan dengan kala III (pelepasan plasenta). Setelah plasenta lahir, dilakukan

pengukuran panjang tali pusat, berat plasenta, diameter plasenta dan menghitung koil

keseluruhan dari tali pusat.

6. Selanjutnya dilakukan penghitungan indeks koil tali pusat, dengan cara jumlah koil

seluruhnya dibagi dengan panjang tali pusat dalam sentimeter.

7. Setelah diperoleh indeks koil tali pusat, dilakukan analisa statistik untuk memperoleh

kelompok tali pusat normocoiling, hypocoiling dan hypercoiling. Selanjutanya

dilakukan analisa statistik terhadap luaran berat badan bayi lahir.

3.8. Batasan Operasional

1. Hamil Aterm adalah usia kehamilan 37 minggu hingga 40 minggu. Usia kehamilan dihitung dari hari pertama haid terakhir dan / atau ditentukan dengan pemeriksaan

ultrasonografi.

2. Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah nilai yang mengukur hubungan berat badan seseorang terhadap tinggi badan. IMT dihitung dengan membagi nilai berat badan (kg)

dengan tinggi badan (m2) mereka.

Kategori adalah sebagai berikut :

• Underweight : < 18,5

• Normal : 18,5 – 24,9

Overweight : 25 – 29,9

Obese : > 30

3. Ibu inpartu adalah ibu dengan kontraksi uterus yang adekuat, dijumpai lendir darah dan di ikuti dengan dilatasi servik.

4. Luaran berat badan bayi merupakan bobot bayi baru lahir yang dihitung dengan timbangan standar bayi baru lahir dengan satuan gram.

(37)

6. Panjang tali pusat dihitung dengan menggunakan pengukur panjang dalam satuan cm.

7. Indeks koil tali pusat.

Hasil dari perbandingan jumlah koil tali pusat dengan panjang tali pusat dalam satuan

cm. Indeks tali pusat hypocoiling : < 10th persentil ; normocoiling : 10-90th persentil

dan hypercoiling : > 90th persentil.

3.9. Pengolahan Data

Data diolah dengan analisis statistik secara komputerisasi. Analisis data meliputi

statistik deskriptif dan statistik analitik. Statistik deskriptif digunakan untuk menampilkan data

karakteristik ibu dan indeks koil tali pusat serta luaran berat badan bayi lahir. Data akan

ditabulasi dan disajikan dalam bentuk tabel dengan menggunakan program komputer dan

ditampilkan dalam bentuk frekuensi, mean, standar deviasi (SD).

(38)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam menentukan indeks koil tali pusat pada penelitian ini, data dikumpulkan dari ibu

yang bersalin di RSUP H. Adam Malik Medan dan RS. Jejaring dari periode penelitian yang

dilakukan pada bulan November 2010 sampai Februari 2011 diperoleh 160 orang yang

memenuhi kriteria inklusi melebihi jumlah sampel minimal. Adapun hasil penelitian yang

diperoleh sebagai berikut:

Tabel 4.1. Rata-rata indeks koil tali pusat dan kategori hypocoiling, normocoiling dan

hypercoiling

Pada tabel 4.1. Rata-rata indeks koil tali pusat berdasarkan kategori hypocoiling, normocoiling dan hypercoiling menunjukkan bahwa rata-rata indeks koil tali pusat dari 160

orang subyek pada penelitian ini (Mean+SD) adalah 0,23 + 0,09. Dari data distribusi frekuensi

indeks koil tali pusat hypocoiling diperoleh hasil bahwa <10th persentil (0,15) sebanyak 19

orang (11,8 %). Pada 10-90th persentil sebagai normocoling, indeks koil tali pusat

menunjukkan nilai (0,15 - 0,38) sebanyak 105 orang (65,6%). Sedangkan pada > 90th persentil,

sebagai hypercoiling indeks koil tali pusat menunjukkan nilai > 0,38 sebanyak 36 orang (22,5

(39)

Strong et al, 1993, pertama kali mengembangkan indeks koil tali pusat (umbilical coiling

index) yang merupakan perbandingan koil dengan panjang tali pusat, terlepas dari arah koil.1

Nilai dari persentase dari indeks koil tali pusat, dikatakan hypocoiling jika nilai indeks koil tali

pusat <10th persentil dan hypercoiling tali pusat di katakan jika indeks koil tali pusat > 90th

persentil. Dari penelitianya didapati bahwa nilai dari indeks koil tali pusat normal rata - rata

adalah satu koil / 5 cm atau (0,2 ± 0,1 (SD) koil/cm). Untuk indeks koil tali pusat pada

persentil 10th dan 90th adalah berturut-turut 0,07 koil / cm dan 0,3 koil / cm.5,26

Machin et al, 2000, dari penelitian yang dilakukanya pada 1329 tali pusat dan plasenta di

departemen patologi, indeks koil normal adalah satu koil / 5 cm (0,2 ± 0,1 (1SD) koil/cm).

Didapati frekuensi klinis yang berhubungan dengan abnormalitas koil tali pusat 21%

hypercoiling yang berhubungan dengan keadaan janin terganggu sekitar 37% , gangguan saat

persalinan 14%, IUGR 10 %, korioamnionitis 10% dan didapati hypocoiling sekitar 13%.4

Van Dijk C.C et al, 2002, melakukan penelitian yang pertama sekali dengan total 154 tali

pusat untuk menentukan indeks koil tali pusat dalam kelompok yang terdiri dari kehamilan

tanpa komplikasi. Nilai yang didapat sebuah indeks koil tali pusat rata-rata 0,17/cm

ditentukan. Berarti dapat menjadi acuan standar, memungkinkan penafsiran yang tepat dari

koil tali pusat pada kehamilan yang mengalami kompikasi.22

Predanic et al, 2005, penelitianya bertujuan mengevaluasi akurasi penilaian koil index tali

pusat pada saat antenatal trimester kedua. Dilakukan pada 300 wanita hamil dengan janin

tunggal tanpa kelainan bayi yang melakukan pemerikasaan rutin pada trimester kedua,

dilakukan penilaian indeks koil tali pusat ultrasonografi lalu dibandingkan dengan indeks koil

tali pusat setelah lahir bayi, dengan hasil dijumpai hubungan secara statistik yang signifikan

antara indeks koil tali pusat antepartum dan indeks koil tali pusat post partum, (P < 0,0001; r =

0, 643). Dapat disimpulkan bahwa penilaian koling tali pusat pada trimester kedua dengan

sonograpic berhubungan dengan indeks koil tali pusat sebenarnya saat lahir.33

Monique et al, 2005, dalam penelitiannya terhadap artikel dan referensi tentang indeks koil tali

pusat dari tahun 1966 sampai 2003. Normal indeks koil tali pusat adalah (0,17 ± 0,0009)

koil/cm. Abnormal indeks koil tali pusat < 10th persentil (<0,07) dan > 90th persentil (> 0,30)

(40)

Tabel 4.2. Distribusi kategori indeks koil tali pusat berdasarkan karakteristik ibu.

Dari tabel 4.2. Distribusi kategori indeks koil tali pusat berdasarkan karakteristik ibu,

ditemukan hasil yang menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna terhadap indeks koil

tali pusat (p > 0,05, CI 95%). Analisis statistik menggunakan analisis komparatif variabel

kategorik tidak berpasangan dengan uji Kruskal Walis karena data merupakan data yang tidak

terdistribusi normal.

Rana et al, 1996, melaporkan hubungan signfikan antara usia kehamilan rendah dengan

(41)

indeks koil tali pusat normal. Sebanyak 22 % wanita melahirkan dengan usia kehamilan

sebelum 37 minggu. Didapati juga berat badan lahir rendah dengan tali pusat yang

hypercoiling.5

Van Dijk C.C et al, 2002, melakukan penelitian yang pertama sekali dengan total 154 tali

pusat untuk menentukan indeks koil tali pusat dalam kelompok yang terdiri dari kehamilan

tanpa komplikasi. Nilai yang didapat sebuah indeks koil tali pusat rata-rata 0,17/cm

ditentukan. Didapati tidak ada hubungan yang signifikan antara indeks koil tali pusat dengan

usia ibu, paritas, cara persalinan, usia kehamilan dan jenis kelamin bayi. 22

Monique et al, 2005, dalam penelitiannya terhadap 565 tali pusat untuk menilai umbilical

coiling index dan melihat hasil luaran bayi lahir. Didapati yang disebut hypocoiling nilai < 10th

persentil indeks koil tali pusat < 0,07 koil/cm, dan hypercoiling nilai > 90th persentil didapati

indeks koil tali pusat > 0,30 koil/cm, didapati tidak dijumpai hubungan antara indeks koil tali

pusat dengan usia ibu.6

Kashanian M. et al, 2006, dalam penelitian cross sectional sekitar satu tahun pada usia

kehamilan 37 – 40 minggu didapati nilai rata-rata koil indeks tali pusat sekitar 0,25 ± 0,09

koil/cm. tidak dijumpai hubungan antara usia dan paritas ibu terhadap koil indeks tali pusat.3

Tabel 4.3. Kadar hemoglobin ibu berdasarkan kategori indeks koil tali pusat Kadar Hb Ibu

Kategori Indeks Koil Tali Pusat

Mean SD

p value*

Hypocoiling 11,03 0,87

Normocoiling 10,97 1,04

Hypercoiling 10,95 1,11

0,960

*) Uji One way ANOVA

Dari tabel 4.3. Tentang kadar hemoglobin ibu berdasarkan kategori indeks koil tali pusat

diperoleh nilai (p = 0,960, p>0,05; CI 95%), hal ini menunjukkan bahwa rerata kadar Hb ibu

(42)

Tabel 4.4. Distribusi luaran berat badan bayi lahir berdasarkan karakteristik ibu dan kategori indeks koil tali pusat.

BERAT BADAN BAYI

Dari tabel 4.4. Tentang distribusi luaran berat badan bayi lahir berdasarkan karakteristik ibu

dan kategori indeks koil tali pusat, menunjukkan hasil perbedaan bermakna pada faktor usia

kehamilan ibu (p = 0,01, p < 0.05; CI 95%) dan kategori indeks koil tali pusat (p = 0,001, p <

0.05; CI 95%). Analisis statistik menggunakan uji Kruskal Wallis karena variabel yang di uji

(43)

Merujuk pada kepustakaan bahwa kategori indeks koil tali pusat adalah salah satu faktor yang

mempengaruhi luaran berat badan bayi lahir. Dalam penelitian ini di dapati indeks koil tali

pusat dengan kategori hypocoiling akan melahirkan bayi yang besar (3915 ,79 ± 429,81) gram

berbanding terbalik pada pada kategori hypercoiling (2465,28 ± 110,07) gram.

Monique et al, 2005, dalam penelitiannya terhadap 565 tali pusat untuk menilai umbilical

coiling index dan melihat hasil luaran bayi lahir. Didapati yang disebut hypocoiling nilai < 10th

persentil indeks koil tali pusat < 0,07 koil/cm, dan hypercoiling nilai > 90th persentil didapati

indeks koil tali pusat > 0,30 koil/cm. Dalam penelitianya berat badan lahir rendah

berhubungan dengan hypercoiling tali pusat dengan ( p = 0,01, p < 0.05; CI 95%) ).6

Yekta et al, 2005, pada 270 wanita dalam penelitian dengan menilai BMI wanita sebelum

hamil kemudian di ikuti sampai kelahiran bayi. Didapati pada wanita dengan BMI < 19, rata –

rata berat badan lahir rendah mempunyai hubungan yang signifikan (p < 0,05 p < 0.05; CI

95%). Penambahan berat badan yang abnormal selama kehamilan tidak berhubungan dengan

peningkatan resiko terjadinya preterm labor ataupun kejadian seksio sesaria, tetapi

berhubungan erat dengan berat badan lahir rendah. 38

Kashanian M. et al, 2006, dalam penelitian cross sectional sekitar satu tahun pada usia

kehamilan 37 – 40 minggu didapati nilai rata-rata koil indeks tali pusat sekitar 0,25 ± 0,09

koil/cm. Dijumpai hubungan korelasi negatif antara indeks koil tali pusat dan berat badan bayi

lahir ( p = 0,0005, r = - 0,197 ) dimana semakin kecil nilai indeks koil tali pusat maka berat

(44)

Tabel 4.5. Kadar hemoglobin ibu berdasarkan luaran berat badan bayi lahir Kadar Hb Ibu

Luaran BB bayi lahir

Mean SD p value*

< 2500 gram 10,86 1.18

2500 – 4000 gram 10,99 1,03

>4000 gram 10,99 0,91

0,851

*) Uji One way ANOVA

Dari tabel 4.5. Tentang kadar hemoglobin ibu berdasarkan luaran berat badan bayi lahir

diperoleh nilai (p = 0,851, p > 0,05; CI 95%), hal ini menunjukkan bahwa rerata kadar Hb ibu

tidak berbeda secara bermakna terhadap kategori luaran berat badan bayi lahir.

Steer P.J, 2000, melaporkan bahwa kadar Hb ibu hamil < 8 gr/dl berhubungan dengan

kejadian BBLR (berat badan lahir rendah) dan pada kadar Hb ibu 9,5 – 10,5 gr/dl

berhubungan dengan luaran berat badan bayi lahir < 2500 gram dan kelahiran preterm < 37

minggu. Ibu hamil yang termasuk kategori anemia menurut WHO jika kadar Hb ibu hamil <

11 gr/dl. Dimana pada kadar Hb yang rendah menyebabkan berkurangnya volume plasma

expand sehingga salah satu komplikasi yang dapat ditimbulkannya adalah pertumbuhan janin

terhambat.39

Swain S, et al, 1994, menemukan bahwa rata-rata luaran berat badan bayi lahir dari ibu hamil

yang tidak anemia Hb > 11 gr/dl lebih tinggi secara bermakna dari ibu hamil yang anemia Hb

< 11 gr/dl. Walaupun untuk menentukan luaran berat badan bayi lahir tidak cukup hanya

menggunakan satu parameter saja. Kadar Hb ibu hamil digunakan sebagai salah satu

parameter karena termasuk pemeriksaan yang mura dan mudah untuk mengevaluasi keadaan

(45)

Tabel 4.6. Hubungan indeks koil tali pusat terhadap luaran berat badan bayi lahir.

Koefisien korelasi*

FAKTOR

KARAKTERISTIK

r p value

- Indeks Koil Tali Pusat - 0,634 0,000

*) Uji korelasi Spearman

Dari tabel 4.7. Tentang hubungan faktor karakteristik usia kehamilan dan indeks koil tali pusat

terhadap luaran berat badan lahir bayi. Seluruh faktor karakteristik yang meliputi usia

kehamilan dan indeks koil tali pusat menunjukkan perbedaan bermakna terhadap luaran berat

badan bayi lahir. Selanjutnya dilakukan analisis korelatif menggunakan analisis korelasi

Spearman untuk mengetahui hubungan dan besarnya koefisien korelasi terhadap luaran berat

badan bayi lahir.

Hasil dari analisis ini menunjukan bahwa kedua variabel mempunyai hubungan terhadap berat

badan bayi lahir yaitu, uji korelasi ini menghasilkan bahwa indeks koil tali pusat mempunyai

hubungan yang bermakna terhadap luaran berat badan bayi lahir, dengan nilai koefisien

korelasi (r) adalah (r = - 0,634, P < 0,000). Hal ini dapat diartikan ada hubungan berbanding

(46)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

• Rata-rata indeks koil tali pusat dari 160 orang subyek penelitian pada penelitian ini (Mean+SD) adalah 0,23 + 0,09. Dari data distribusi frekuensi diperoleh hasil bahwa

nilai persentil < 10th %, indeks koil tali pusat dengan nilai < 0,15 dan dikategorikan

sebagai hypocoiling sebanyak 19 orang (11,8%). Pada persentil 10-90th %, indeks koil

tali pusat dengan nilai 0,15 - 0,38 dan dikategorikan sebagai normocoiling sebanyak

105 orang (65,6%). Sedangkan pada persentil < 90th %, indeks koil tali pusat

menunjukkan nilai > 0,38 dan dikategorikan sebagai hypercoiling sebanyak 36 orang

(22,5 %).

• Indeks koil tali pusat mempunyai hubungan terhadap luaran berat badan bayi lahir, dengan hubungan yang berbanding terbalik. Indeks koil tali pusat dengan kategori

hypocoiling akan melahirkan bayi yang besar (3915 ,79 ± 429,81) gram berbanding

terbalik pada pada kategori hypercoiling (2465,28 ± 110,07) gram. Indeks koil tali

pusat normal (normocoiling) berhubungan dengan luaran berat badan bayi lahir yang

normal.

5.2. SARAN

• Indeks koil tali pusat dapat dijadikan sebagai salah satu faktor prediktor untuk mengetahui luaran berat badan bayi lahir.

• Pemeriksaan indeks koil tali pusat dengan menggunakan ultrasonografi dapat dilakukan pada periode antenatal, sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu

(47)

DAFTAR PUSTAKA

1. Strong Th, Elliot Jp, Radin Tg. Umbilical Coiling Index. Obstet Gynecol. 1993 ;

81:409-11.

2. Monique W, Nikkels G, Peter, Franx A, Visser G. The Umbilical Coiling Index. A

Review Of The Literature. Journal Of Maternal-Fetal And Neonatal Medicine. 2005;

17 (2): 93-100.

3. Kashanian M, Akbarian A. The umbilical coiling index and adverse perinatal outcome.

International journal of Gynecology and Obstetrics. 2006;95:8-13.

4. Machin G, Ackerman J, Gilbert-Barness E. Abnormal Umbilical Cord Coiling Is

Associated With Adverse Perinatal Outcomes. Pediatr Dev Pathol 2000; 3:462–71.

5. Rana J, Ebert G, Kappy K. Adverse Perinatal Outcome In Patients With An Abnormal

Umbilical Coiling Index. Obstet Gynecol 1995;85:573–77.

6. Monique W, Nikkels G, Peter, Franx A, Visser G. The Umbilical Coiling Index.

Journal Of Maternal-Fetal And Neonatal Medicine. 2007; 17 (2): 87-9.

7. Ercal T, Lacin S, Altunyurt S. Umbilical coiling index : is it a marker for fetus at risk?.

Br J Clin Pract. 1996; 50(5):254-6

8. Tantbirojn P, Saleemuddin A, Sirois K, Cruma C.P, Boyd T.K. Gross Abnormalities

Of The Umbilical Cord: Related Placental Histology And Clinical Signicance.

Placenta. 2009; 30: 1083–88

9. Sebire N.J. Pathophysiological Signicance Of Abnormal Umbilical Cord Coiling

Index. Ultrasound Obstet Gynecol 2007; 30: 804–806.

10.Can A, Karahuseyinoglu S. Concise Review: Human Umbilical Cord Stroma With

(48)

11.Sadler, Tw. Langman’s General Embryology. 10th Edition. Maryland Composition Co.

Inc. Us. 2006

12.Brachet E. Total Water Electrolytes And Lipids Of The Human Umbilical Cord.

Archieves Internationalles De Physiologie Et De Biochime. 1971; 79: 447-452.

13.Togni F.A, Arajuo Junior E, Vasques F, Et Al. The Cross-Sectional Area Of Umbilical

Cord Components In Normal Pregnancy. International Journal Of Gynecology And

Obstetrics 2007; 96: 156-61.

14.Kurita M, Hasegawa J, Mikoshiba T. Ultrasound Evaluation Of The Amount Of

Wharton’s Jelly And The Umbilical Coiling Index. Fetal Diagn Ther 2009;26:85–89.

15.Roya S. Amniotic Fluid And The Umbilical Cord: The Fetal Milieu And Lifeline

16.Dudiak C.M, Salomon C.G, Posniak H.V. Sonography Of The Umbilical Cord.

Radiographics. 1995; 15 : 1035 - 50.

17.Virginia L , Ferguson, Reuben B, Et All. Bioengineering Aspects Of The Umbilical

Cord. Department Of Mechanical Engineering, University Of Colorado, Us,2000.

18.Monique W.M, Alderen E.D, Franx A. The Umbilical Coiling Index In Complicated

Pregnancy. European Journal Of Obstetrics & Gynecology And Reproductive Biology

130 (2007) 66–72.

19.Roach M. The Umbilical Vessels. Perinatal Medicine, 13th Ed. Hagerstown,

Maryland: Harper And Row. 1976;134–42.

20.Malpas P, Symonds Em. Observations On The Structure Of The Human Umbilical

Cord. Surg Gynecol Obstet 1966; 123:746–750.

21.Behery M.M.E, Nouh A.A, Alanwar A.M, Diab A.E. Effect Of Umbilical Vein Blood

(49)

22.Van Dijk C.C, Franx A, De Laat M. W. M, Bruinse H.W. The Umbilical Coiling Index

In Normal Pregnancy. The Journal Of Maternal–Fetal And Neonatal Medicine

2002;11:280–283

23.Singh Md Vivekanand, Khanum, Sufia. Umbilical Cord Lessions In Early Intrauterine

Fetal Demise. Arch Pathol Lab Med. 2003; 127: 850-853.

24.Trevisanuto D, Doglioni N. Overcoiling Umbilical Cord. J Pediatr 2007;150:112

25.Strong T.H, Maria P. Manriquez-Cilpin Rn, And Cilpin B.C, Md. Umbilical Vascular

Coiling And Nuchal Entanglement. The Journal Of Maternal-Fetal Medicine. 1995;

359-361

26.Atalla R, Abrams K, Bell S, Taylor D. Newborn Acid-Base Status And Umbilical Cord

Morphology. Obstet Gynecol 1998;92:865–68.

27.Strong Th, Elliot Jp, Radin Tg. Umbilical Coiling Blood Vessels: A New Marker For

The Fetus At Risk. Obstet Gynecol. 1993; 81:409-11.

28.Degani S, Lewingsky R, Berger H, Spiegel D. Sonographic Estimation Of Umbilical

Coiling Index And Correlation With Doppler Flow Characteristics. Obstet Gynecol

1995; 86: 990–93

29.Degani S, Leibovich Z. Early Second Trimester Low Umbilical Coiling Index Predicts

Small For Gestational Age Fetuses. American Institute Of Ultrasound In Medicine.

J Ultrasound Med. 2001; 20:1183–88.

30.Qin Y, Lau Tk, Rogers Ms. Second-Trimester Ultrasonographic Assessment Of The

Umbilical Coiling Index. Ultrasound Obstet Gynecol 2002;20:458–63.

31.Predanic M, Sriram C, Perni. Absence Of A Relationship Between Umbilical Cord

Thickness And Coiling Patterns. Division Of Maternal-Fetal Medicine, Department Of

Gambar

Gambar 1. Embrio pada akhir minggu ke tiga, menunjukkan primordial germ sel pada dinding yolk sac, yang mendekati perlekatan
Gambar 2. Embriologi Tali  Pusat. Dikutip Dari : General Embriology The
Gambar 3. Bagian yang menunjukkan pembentukan tali pusat pada embrio
Gambar 5. Potongan tali pusat dengan dua arteri dan satu vena. Dikutip dari: Maternity, Gynaecology, Infertility & Endoscopic (keyhole) Surgery Mumbai (Bombay), India
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil simulasi yang diperlihatkan pada Tabel 6 juga menunjukkan tidak ada spesifikasi antena yang sesuai dari proses iterasi pada patch 58 x 42 mm.. Tidak ada nilai axial ratio ≤

[r]

Uji densitas bertujuan untuk dapat mengetahui densitas dari benda uji agar selanjutnya data tersebut dapat digunakan sebagai perbandingan dengan densitas teoritis

“High Pressure Die Casting of Aluminium and Magnesium Alloys”.. Norwegian University of Science and

(2003) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa terdapat rentang yang cukup lebar dalam pelaporan sosial sukarela bank syariah, dengan beberapa bank melaporkan 35 persen dari

4.2.6 Strategi Marketing Communication PT BRISyariah Kantor Cabang Induk Surabaya dalam Menyosialisasikan program Tabungan “FAEDAH” Untuk Meningkatkan Jumlah Nasabah

Rozy Munir mengungkapkan salah satu dari beberapa faktor penarik seseorang melakukan migrasi adalah Tarikan dari orang yang dianggap sebagai pelindung (Lembaga Demografi

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu baik secara