• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Country Of Origin Marking Dalam Kepabeanan Di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penentuan Country Of Origin Marking Dalam Kepabeanan Di Indonesia"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Judul Tesis

Nama Mahasiswa

NomorPokok

Program Studi

MMMM

MMMMMMMMM

HALAMANPENGESAHAN

PENENTUAN

COUNTRY OF ORIGIN MARKING

DALAM KEPABEANAN DI INDONESIA

SUPRATIGNYA

027005056

ILMU HUKUM

I

HUKUM EKONOMI

Menyetujui ;

Komisi Pembimbing

/1:;-:r

---Prof. H. Sanwani Nasution, SH

Ketua

Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MR

Anggota

Ketna r

am Studi IImu Ruku

Prof. Dr. Bi

ar Nasution, SR, MH

NIP. 131 570455

----Syafrnddin S. Hasibnan, SR, MR

Anggota

Direkt

r

V

Prof. Dr. Ir. Sumono, MS

NIP. 130535 819

TANGGAL LULUS : KAMIS, 17 MARET 2005

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

ABSTRAKSI

Kecenderungan globalisasi atau penduniaan ekonomi pada saat ini

berkembang dengan jalan damai melalui perundingan dan perjanjian internasional.

Oleh karena itu globalisasi hukum mengikuti globalisasi ekonomi terseout, dimana

arti substansi berbagai Un

dang-Uri

dang dan perjanjian-perjanjian menyebar

melewati batas-batas negara. Proses produksi yang dilakukan di lebih dari satu

negara dan melibatkan komponen-kornponen dari berbagai negara lainnya akan

menimbulkan masalah karena tidak ada satu batasan yang tepat untuk menentukan

batasan tanda asal negara dati barang atau dikenal dengan istilah

"country oforigin

marking". Country of origin marking

digunakan untuk menentukan nasionalitas dari

sebuah barang yang dibentuk sebagai alat untuk mengimplementasikan kebijakan

perdagangan yang diskriminatif, untuk mengumpulkan statistik ekonomi, dan

menandai sebuah barang. Disamping itu alasan diadakannya

country of origin

marking

adalah untuk melindungi konsumen terhadap perbuatan curang atau indikasi

yang rnenyesatkan, sebagai hak pembeli terakhir

(ultimate purchaser)

untuk

mengetahui di negara mana barang itu dibuat yang merupakan data bagi pembeli

terakhir untuk menentukan keputusan membeli atau menolak barang itu, Selanjutnya

karena alasan politik, cukup sering terjadi misalnya konsumen tidak mau membeli

barang-barang yang diimpor dati negara asalnya yang terbuat dari kayu yang merusak

lingkungan, atau barang-barang yang di negara asalnya dibuat oleh tenaga kerja

anak-anak, dan sebagainya.

Timbulnya persekutuan dagang seperti

ASEAN Free Trade Agreement

(AFTA) juga menambah perlunya

certificate oforigin

untuk kepentingan pengenaan

tarif dari sebuah barang. Hal ini mendorong timbulnya

rules of origin

yang

digunakan untuk menentukan

country of origin marking.

Asal sebuah barang

tergantung pada formulasi dan aplikasi dari

rules of origin

yang berlaku. Banyaknya

miskonsepsi tentang

rules of origin

menimbulkan banyak sekali kesulitan teknis di

lapangan.

Di Indonesia permasalahan mengenai

country of origin marking

ini masih

belum jelas sehingga menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda dan menjadi sulit

untuk menerapkannya secara teknis di lapangan. Hal ini terjadi karena

Undang-Undang Kepabeanan tidak mengatur secara spesifik mengenai hal tersebut.

Memang ketentuan mengenai

certificate of origin

telah diatur dalam Surat

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor

llI/MPPIKep/2/2002

tentang Surat Keterangan Asal (SKA). Namun metode

rules of origin

yang

digunakan juga masih belum jelas, sehingga panduan untuk melakukan

rules of

origin

masih mengacu kepada ketentuan-ketentuan yang ada dalam Konvensi Kyoto,

bukan kepada peraturan perundangan-undangan yang resmi berlaku di Indonesia.

Dalam kerangka hubungan ekonomi dan perdagangan internasional,

Indonesia harus dapat menyesuaikan perkembangan ekonominya dengan tatanan

ekonomi dunia dan kemantapan sistem perdagangan internasional yang semakin

berkembang. Ketidakmampuan menyesuaikan diri akan mempengaruhi ekspor dan

pembangunan

Indonesia.

Country of origin

marking

sebagai

salah

satu

perkembangan tatanan dan sistem perdagangan internasional harus diperhatikan oleh

Indonesia dan diimplementasikan dalam sebuah peraturan perundang-undangan

untuk menciptakan kepastian hukum.

Key Word:

Country ofOrigin Marking,

Kantor Pabean Indonesia

(9)

ABSTRACT

Globalization tendency, the form of world economic movement which is

structured by negotiation and international agreement, is followed by Law

globalization that requires border1ess regulation and agreement as a complement.

It

also allows production process of goods composed by components from distinguished

countries that creates problem in international trade good because there is no defined

standard of how to determine the origin of a good or so called country of origin

marking. Country of origin marking is used to determine origin of imported goods, to

implement the non discriminative trade policy and to account economic statistic. It

also acts as a tooI to protect the consumer need from fraud or misleading indication

and informs the last production country of a good to the ultimate purchaser which is

important to them to decide what products they want to buy. In addition to this reason,

it is also important to consumer in a particular country that, because of political

reason, tends to refuse to buy goods from a black listed country.

The rise of regional trade association such as ASEAN Free Trade Agreement

(AFTA) increases the important of certificate of origin as well especially for trade

goods tariff imposition. The need of how to determine country of origin marking

emerges the making of a set of formation and application of rules of origin.

Furthermore, the interpretation of rules of origin it self creates another difficulty or

problem, especially in a country, such as Indonesia, where the standard and

interpretation of rules of origin not have been well developed and implemented yet.

Indonesian Custom Regulation, The Indonesian Customary Act No.1

0/1995,

still doesn't clearly enough defined and adopted this rules and as the result, the

interpretation of country of origin marking still varied and creates a problem in how to

implement this principle technically in the field. The effort to solve this problem has

been made by

enacted the Minister of Trade and Industry Decree No.

I1IMPPIKep/2/2002

to regulate the certificate of origin. Nevertheless, this decree

doesn't clearly enough adopted the rules of origin used to determine country of origin

marking. Therefore, because of the lack of Indonesian customary regulation, the

guidance of rules of origin still refers to Kyoto Convention.

In the economic relationship and international trade framework, Indonesia

must adopt and harmonize its economy to the international economy order and

international trade system which is proven successful in develops a country's

economy. The lack of this effort will affect in the Indonesian export activities and the

development of Indonesia economy. Country of origin marking as a form of

international economy order and international trade system must be implemented to

the Indonesian regulation in order to ensure the certainty of law in Indonesia.

Key words: Country of origin markings, Indonesian costum office

(10)

.

\

, j

I

(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)
(121)
(122)
(123)
(124)
(125)
(126)
(127)
(128)
(129)
(130)
(131)
(132)
(133)
(134)
(135)
(136)
(137)

Referensi

Dokumen terkait

Provinsi Indonesia yang memisahkan diri dan menjadi negara baru yaitu ..2. Gorontalo merupakan pemekaran dari

NO. Jumlah Guru PPKn mengikuti seleksi Tingkat Nasional/Kementerian sebanyak 150 orang finalis dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan maupun dari Kementerian

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai kinerja keuangan perusahaan sektor industry semen 2009-2013 (PT. Semen Indonesia, PT. Indocement Tunggal Prakarsa,

ي Huruf ya yang bertanda mati sebelumnya ada huruf yang berbaris di atas.

Dasar Bidang

Bandar Lampung, 07 September 2016 JADWAL PELAKSANAAN PELATIHAN. SISTEM INFORMASI

Peserta Simposi um dan Workshop “ Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Penyakit Dalam XIV & Gastroentero Hepatologi. Update

a) Incidence Rate: jumlah penderita baru terkena penyakit dibagi dalam jumlah penduduk yg berisiko pada waktu tertentu... b) Cumulative