• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Peruntukan Lahan Setelah Pelebaran Jalan Studi Kasus : Kecamatan Medan Sunggal (Tiap Kelurahan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Evaluasi Peruntukan Lahan Setelah Pelebaran Jalan Studi Kasus : Kecamatan Medan Sunggal (Tiap Kelurahan)"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PERUNTUKAN LAHAN

SETELAH PELEBARAN JALAN

STUDI KASUS : KECAMATAN MEDAN SUNGGAL (TIAP KELURAHAN)

T E S I S

Oleh

IDA SITTI MASNUR

047020003/AR

S

E K O L A H

P A

S C

A S A R JA NA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

EVALUASI PERUNTUKAN LAHAN

SETELAH PELEBARAN JALAN

STUDI KASUS : KECAMATAN MEDAN SUNGGAL (TIAP KELURAHAN)

T E S I S

Untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik dalam Program Studi Teknik Arsitektur

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

IDA SITTI MASNUR

047020003/AR

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : EVALUASI PERUNTUKAN LAHAN SETELAH PELEBARAN JALAN

STUDI KASUS : KECAMATAN MEDAN SUNGGAL (TIAP KELURAHAN)

Nama Mahasiswa : Ida Sitti Masnur

Nomor Pokok : 047020003

Program Studi : Teknik Arsitektur

Menyetujui Komisi Pembimbing

(A/Prof.Abdul Majid Ismail,B.Sc,B.Arch,PhD) Anggota

(Ir.M.Sofian Asmirza S,M.Sc,PhD) Anggota

Ketua Program Studi,

(Ir.Nurlisa Ginting,M.Sc)

Direktur,

(Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa,B.M.Sc)

Tanggal lulus : 05 Desember 2008 Telah diuji pada

(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : A/Prof. Abdul Majid Ismail, B.Sc, B.Arch, PhD

Anggota : 1. Ir. M. Sofian Asmirza S, M.Sc, PhD

2. Ir. Dwira N. Aulia, M.Sc, PhD

3. Achmad Delianur Nasution, ST, MT, IAI

(5)

ABSTRAK

Kota Medan dalam percepatan pembangunan sedang melaksanakan pelebaran jalan di beberapa kecamatan. Bertujuan membantu mengalihkan arus kenderaan menerus melalui pusat kota sehingga mengurangi kemacetan volume lalu lintas dalam kota dan merangsang pertumbuhan daerah pinggiran kota. Dan pada lokasi penelitian Kec. Medan Sunggal telah terjadi perubahan peruntukan lahan termasuk pada kawasan pelebaran jalan. Dengan penelitian ini dapat diketahui apakah perubahan peruntukan lahan sesuai dengan arahan kebijaksanaan yang ada. Untuk itu perlu evaluasi penyebaran penduduk dan kepadatannya, penyebaran fasilitas dan utilitas, jaringan jalan, peruntukan lahan dengan observasi langsung ke lapangan (pengumpulan data sekunder dan primer), teori konsektoral (Ernest Griffin -Larry Ford) dan konsep perkembangan Kota Medan (RUTR 1995/2005 dan RTRWK 2016). Perubahan peruntukan lahan di Jl. Sunggal, Jl. Setia Budi, Jl. Pinang Baris - Jl. Kelambir Lima, Jl. Gagak Hitam, Jl. Amal, Jl. Gatot Subroto, Jl. Titi Papan, Jl. Pasar I - Jl. Abadi, dari peruntukan lahan pemukiman, perkampungan, pertanian, dan perusahaan menjadi rumah toko. Sehingga terjadi perpindahan penduduk dari pusat kota ke pinggiran kota akibatnya berubah peruntukan lahan. Namun berdasarkan RTRWK tahun 2016 perkembangan kegiatan perkotaan cenderung ke kawasan perumahan, perdagangan dan industri. Sehingga perubahan peruntukan lahan tersebut telah sesuai dengan RTRWK Kota Medan tahun 2016.

(6)

ABSTRACT

It is acknowledged that Medan metropolitan is in going to have development even get accelerating day to day, the authority realized city program with adding more wide road for public on several sub-districts. This program is expected mainly in leading many vehicles direct to newly ways as for long time passing central of city and perhaps to reduce volume of traffic in stagnant found in city as long as, beside the program of development is aimed to stimulate the growth economical on the suburb. The location to this study is Medan Sunggal, sub-district of the city got already changed as one of the business-regions, which area provided for widening the road. On this study is aimed to describe out how importance the change of the area provided for refers to the city authority with polity available. It is necessary to evaluate the existence of population where it has gone distributed and also to note its crowd, the distribution of facilities and utilities, road nets, how to provided for the area, conducted it with a directly observation into field (collecting data, secondary and primary). In this case adopted a Ernest Griffin - Larry Ford consectoral theory and the concept of the city development of Medan Metropolitan (RUTR 1995/2005, and its RTRWK of 2016). The allotment of the land around Jl. Sunggal, Jl. Setia Budi, Jl. Pinang Baris - Jl. Kelambir Lima, Jl. Gagak Hitam, Jl. Amal, Jl. Gatot Subroto, Jl. Titi Papan, Jl. Pasar I - Jl. Abadi, as well as the allotment of the land for residence, for settlement, for agriculture purpose, and for business as house-stores, resulting in go mutation from central into suburb and got change the allotment of land as consequence. However, according to its RTRWK of 2016, the development of urban activities tends leading to city border where it is a tendency got growth allotment for housing, for trades and industry, it means the change of allotment of the land has been referring to the RTRWK of Medan Metropolitan of 2016.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur diucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

rahmatNya tesis ini dapat selesai dengan judul : ”Evaluasi Peruntukan Lahan

Setelah Pelebaran Jalan”, Studi Kasus : Kecamatan Medan Sunggal (Tiap

Kelurahan).

Tesis ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan dan kerja sama dari

berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini menyampaikan ucapan terima

kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya khusus kepada :

1.Bapak A/Prof. Abdul Majid Ismail, BA, B.Arch, PHD sebagai ketua komisi

pembimbing, Bapak Ir. M. Sofian Asmirza S, M.Sc, PhD sebagai anggota komisi

pembimbing dan Ibu Ir. Dwira N. Aulia, M.Sc sebagai panitia seminar. Meskipun

sibuk dengan tugas-tugasnya, namun tetap berusaha meluangkan waktu untuk

membimbing dan memberikan petunjuk-petunjuk kepada Penulis, sehingga tesis

ini dapat terwujud.

2.Bapak Drs. Abdillah Ak, MBA dan Bapak Drs. H. Afifuddin Lubis, Msi selaku

Walikota Medan yang telah memberikan izin kepada Penulis untuk mengikuti

kuliah pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Program Studi

Teknik Arsitektur bidang Manajemen Pembangunan Kota.

3.Rekan-rekan, khususnya Bapak Ir. Azwardi Lubis selaku Kasi Perencanaan

Pengairan/Drainase pada Dinas PU Kota Medan, yang tidak henti-hentinya

(8)

4.Akhirnya kepada Ibunda D. Siahaan dan sanak saudara, yang sejak awal telah

menanamkan semangat tidak kenal lelah dalam menuntut ilmu.

Penulis berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan yang

berlipat ganda, atas bantuan moril dan material yang diberikan dalam pelaksanaan

penelitian dan penyelesaian tesis ini.

Adapun penelitian ini tidak lepas dari kekurangan. Oleh karena itu, Penulis

sangat berterima kasih atas seluruh saran, dan kritik dari berbagai pihak yang

berkenan, sehingga tesis ini akan lebih sempurna dan bermanfaat bagi pengembangan

ilmu manajemen pembangunan kota khususnya bagi para pengambil bijaksanaan dan

keputusan di kota Medan yang kita cintai ini.

Medan, Desember 2008

Penulis

(9)

RIWAYAT HIDUP

I. Data Pribadi

Nama : IDA SITTI MASNUR

Tempat/tgl. Lahir : Medan, 11 Januari 1967

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Jend. Gatot Subroto No. 481 Medan

Agama : Kristen Protestan

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil

II. Riwayat Jenjang Pendidikan

1. SD Negeri No. 060832/54 Medan, (1979)

2. SMP ST. Thomas Medan, (1982)

3. SMA Immanuel Medan, (1985)

4. Teknik Sipil (S-1) UMA Medan, (1991).

III. Pengalaman Kerja

1. Kasubsi Pengelolaan Izin Bangunan dan Sempadan (1998), di PU Tap. Utara

2. Kasubsi Bangunan dan Izin Bangunan (1999), di PU Toba Samosir

3. Kasi Tata Ruang dan Tata Guna Tanah (2000), di Bappeda Toba Samosir

4. Kasubbid Pengembangan Sistem Perencanaan (2001), di Bappeda Toba Samosir

5. Staf Subdis Perencanaan Jalan dan Jembatan (2004), di PU Kota Medan.

Demikianlah daftar riwayat hidup ini saya perbuat dengan sebenarnya.

Medan, Desember 2008

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN GAMBAR ... xii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

I.1. Latar Belakang ... 1

I.2. Permasalahan ... 2

I.3. Tujuan dan Sasaran ... 3

I.4. Alur Pikir ... 4

I.5. Metode Pembahasan ... 6

I.6. Lingkup Penelitian ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

II.1. Teori Tataguna Lahan ... 7

II.2. Sistem Tataguna Tanah dan Transportasi ... 11

II.3. Perhitungan Statistik ... 12

II.4. Aplikasi dari Teori ... 13

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ...15

III.1. Konsep Arah Pengembangan Kota Medan ...16

(11)

BAB IV. HASIL PEMBAHASAN ...27

IV.1. Gambaran Umum Kota Medan ... 27

IV.2. Kondisi Fisik Kota Medan ... 30

IV.3. Sejarah Pertumbuhan Kota Medan ... 32

IV.4. Arah dan Perkembangan Fisik Kota Medan ... 35

IV.5. Kondisi Fisik Kecamatan Medan Sunggal ... 41

IV.6. Evaluasi Penyebaran Penduduk ... 44

IV.7. Evaluasi Penyebaran Fasilitas ... 50

IV.8. Evaluasi Jaringan Jalan ... 60

IV.9. Evaluasi Peruntukan dan Perubahan Peruntukan Lahan ... 68

IV.10. Hasil Pembahasan ... 86

BAB V. PENUTUP ... 88

V.1. Kesimpulan ... 88

V.2. Rekomendasi ... 89

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

IV.1 Luas Wilayah Administrasi Kecamatan Medan Sunggal ... 43

IV.2 Kepadatan Penduduk Kecamatan Medan Sunggal Tahun 1995/2005 ... 51

IV.3 Luas Kawasan Terbangun di Kota Medan Tahun 1992 ... 70

IV.4a Luas Areal Pertanian dan Luas Panen Tanaman Pangan

di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 1995/2005 ... 73

IV.4b Luas Areal Sawah menurut Tingkat Kecamatan dan Tingkat Pengairan di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 1995/2005 ... 73

IV.5 Luas Tanah Pertamanan di Kecamatan Medan Sunggal

Tahun 1995/2005 ... 74

IV.6 Luas dan Persentase Peruntukan Lahan Kecamatan Medan Sunggal

Tahun 1995, 2005 ... 75

IV.7a Luas Peruntukan Lahan Kecamatan Medan Sunggal (Tiap Kelurahan)

Tahun 1995 ... 76

IV.7b Luas Peruntukan Lahan Kecamatan Medan Sunggal (Tiap Kelurahan)

Tahun 2005 ... 76

(13)

DAFTAR GAMBAR

II.4 Hubungan Fasilitas Transportasi dan Perubahan Tataguna Lahan ... 14

III.1 Analisis Pola Arah Pengembangan Kota Medan ... 17

III.2 Perubahan Model Sub Pusat Kota Medan ... 19

III.3 Perkembangan Kota Medan ... 20

III.4 Konsep Struktur Tata Ruang Kota Medan ... 22

III.5 Konsep Sub Pusat Kota Medan ... 23

III.6 Struktur Kota Medan ... 24

IV.1 Batas Wilayah Administrasi Kota Medan ... 31

IV.2 Stadia Pertumbuhan Kota Medan ... 34

IV.3 Batas Wilayah Administrasi Kecamatan Medan Sunggal ... 42

IV.4 Luas Wilayah Administrasi Kecamatan Medan Sunggal ... 43

IV.5 Jumlah Penduduk Kec.Medan Sunggal Thn.1995/2005 ... 45

IV.5a Jumlah penduduk Kel.Tanjung Rejo Thn.1995/2005 ... 46

IV.5b Jumlah Penduduk Kel.Sei Sikambing B Thn.1995/2005 ... 46

IV.5c Jumlah Penduduk Kel.Sunggal Thn.1995/2005 ... 46

IV.5d Jumlah Penduduk Kel.Babura Thn.1995/2005 ... 47

IV.5e Jumlah Penduduk Kel.Simpang Tanjung Thn.1995/2005 ... 47

IV.5f Jumlah Penduduk Kel.Lalang Thn.1995/2005 ... 48

IV.6 Kepadatan Penduduk Kecamatan Medan Sunggal Tahun 1995/2005 ... 49

(14)

IV.8 Hirarki Jalan Kota Medan ... 62

IV.9 Rencana Pengembangan Transportasi Kota Medan ... 64

IV.10 Jaringan Transportasi Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2003 ... 66

IV.11 Inventarisasi Jaringan Jalan Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2003 ... 67

IV.12 Luas Kawasan di Kota Medan Tahun 1992 ... 70

IV.12a Luas Kawasan Terbangun di Kota Medan Tahun 1992 ... 70

IV.12b Luas Kawasan Belum Terbangun di Kota Medan Tahun 1992 ... 70

IV.13 Luas Kawasan Terbangun dan Belum Terbangun di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 1992 ... 71

IV.14 Peruntukan Lahan di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 1995, 2005 ... 74

IV.15a Peruntukan Lahan di Kelurahan Tanjung Rejo Tahun 1995 ... 76

IV.15b Peruntukan Lahan di Kelurahan Tanjung Rejo Tahun 2005 ... 76

IV.16a Peruntukan Lahan di Kelurahan Babura Tahun 1995 ... 77

IV.16b Peruntukan Lahan di Kelurahan Babura Tahun 2005 ... 77

IV.17a Peruntukan Lahan di Kelurahan Simpang Tanjung Tahun 1995 ... 78

IV.17b Peruntukan Lahan di Kelurahan Simpang Tanjung Tahun 2005 ... 78

IV.18a Peruntukan Lahan di Kelurahan Sei Sikambing B Tahun 1995 ... 79

IV.18b Peruntukan Lahan di Kelurahan Sei Sikambing B Tahun 2005 ... 79

IV.19a Peruntukan Lahan di Kelurahan Sunggal Tahun 1995 ... 80

IV.19b Peruntukan Lahan di Kelurahan Sunggal Tahun 2005 ... 80

IV.20a Peruntukan Lahan di Kelurahan Lalang Tahun 1995 ... 81

IV.20b Peruntukan Lahan di Kelurahan Lalang Tahun 2005 ... 81

IV.21 Peruntukan Lahan Kecamatan Medan Sunggal Tahun 1995 ... 82

IV.22 Peruntukan Lahan Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2005 ... 83

(15)

DAFTAR LAMPIRAN TABEL

Halaman

IV.1 Jumlah Gedung SD di Kec.Medan Sunggal Thn.1995/2005 ...92

IV.2 Jumlah Gedung SLTP di Kec.Medan Sunggal Thn.1995/2005 ...92

IV.3 Jumlah Gedung SLTA di Kec.Medan Sunggal Thn.1995/2005 ...93

IV.4 Jumlah Fasilitas Ibadah di Kec.Medan Sunggal Thn.1995/2005...94

IV.5 Jumlah Rumah Sakit, Puskesmas, BPU, BKIA di Kec.Medan Sunggal Thn.1995/2005 ...94

IV.6 Posyandu di Kec.Medan Sunggal Thn.1995/2005 ...94

IV.7 Jumlah Perusahaan Industri di Kec.Medan Sunggal Thn.1995/2005 ...95

IV.8 Jumlah Pasar dan Pertokoan di Kec.Medan Sunggal Thn.1995/2005 ...95

IV.9 Jumlah Doorsmer di Kec.Medan Sunggal Thn. 1995/2005 ...96

IV.10 Jumlah Bengkel di Kec.Medan Sunggal Thn.1995/2005 ...97

IV.11 Jumlah Lembaga Keuangan di Kec.Medan Sunggal Thn. 1995/2005 ...98

IV.12 Jumlah Rumah Makan/Restoran, Warung Minum di Kec.Medan Sunggal Thn.1995/2005 ...99

IV.13 Jumlah Panti Pijat Tradisional dan Praktek Dukun Patah di Kec.Medan Sunggal Thn. 1995/2005 ...99

IV.14 Jumlah Tempat Video Game dan Penyewaan Kaset Video di Kec.Medan Sunggal Thn. 1995/2005 ...100

IV.15 Jumlah Salon Kecantikan di Kec.Medan Sunggal Thn. 1995/2005...100

IV.16 Jumlah Hotel dan Losmen di Kec.Medan Sunggal Thn. 1995/2005 ...101

IV.17a Inventarisasi Jaringan Jalan Kel.Sunggal Thn.2001 ...102

IV.17b Inventarisasi Jaringan Jalan Kel.Sunggal Thn.2001 ...102

IV.18a Inventarisasi Jaringan Jalan Kel.Smp.Tanjung Thn.2001 ...103

IV.18b Inventarisasi Jaringan Jalan Kel.Smp.Tanjung Thn.2001 ...103

IV.19a Inventarisasi Jaringan Jalan Kel.Lalang Thn.2001 ...104

IV.19b Inventarisasi Jaringan Jalan Kel.Lalang Thn.2001 ...105

(16)

IV.20b Inventarisasi Jaringan Jalan Kel.Babura Thn.2001 ...106

(17)

DAFTAR LAMPIRAN GAMBAR

Halaman

IV.1 Jumlah Gedung SD di Kec.Medan Sunggal Thn.1995/2005 ...108

IV.2 Jumlah Gedung SLTP di Kec.Medan Sunggal Thn.1995/2005 ...108

IV.3 Jumlah Gedung SLTA di Kec.Medan Sunggal Thn.1995/2005 ...109

IV.4 Jumlah Fasilitas Ibadah di Kec.Medan Sunggal Thn.1995/2005 ...109

IV.5 Jumlah Rumah Sakit, Puskesmas, BPU, BKIA di Kec.Medan Sunggal Thn.1995/2005 ...110

IV.6 Jumlah Posyandu di Kec.Medan Sunggal Thn.1995/2005 ...110

IV.7 Jumlah Perusahaan Industri di Kec.Medan Sunggal Thn.1995/2005 ...111

IV.8 Jumlah Pasar dan Pertokoan di Kec.Medan Sunggal Thn.1995/2005 ...111

IV.9 Jumlah Bengkel di Kec.Medan Sunggal Thn.1995/2005 ...112

IV.10 Jumlah Lembaga Keuangan di Kec.Medan Sunggal Thn.1995/2005 ...112

IV.11 Jumlah Restoran/Rumah Makan, Warung Minum di Kec.Medan Sunggal Thn.1995/2005 ...113

IV.12 Jumlah Panti Pijat Tradisional dan Praktek Dukun Patah di Kec.Medan Sunggal Thn.1995/2005 ...113

IV.13 Jumlah Tempat Video Game dan Penyewaan Kaset Video di Kec.Medan Sunggal Thn.1995/2005 ...114

IV.14 Jumlah Salon Kecantikan di Kec.M.Sunggal Thn.1995/2005 ...114

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kota Medan dalam proses pembentukannya mengalami pertumbuhan dan

perkembangan berdasarkan manfaat dan kebutuhan yang akan datang. Namun

pembangunan juga proses perubahan dan perkembangan kota yang dinamis dan

berkelanjutan sehingga rencana pembangunan bersifat fleksibel dan dinamis.

Wujud fisik Kota Medan mengalami peningkatan populasi penduduk sehingga

diperlukan kawasan yang sesuai bagi kelangsungan hidup masyarakat. Terjadilah

proses pembangunan kota yang menghancurkan lingkungan yang sudah ada dan tidak

bermanfaat bagi perkembangan lingkungan. Untuk itu perlu penataan lingkungan

berdasarkan arahan kebijaksanaan yang ada sehingga lahan dapat memberikan nilai

tambah sesuai nilai ekonomis kawasan tersebut. Sehingga lahan tidur yang berada di

kawasan pinggiran Kota Medan mengalami proses modernisasi pembangunan kota

yang sedang berlangsung saat ini dan sebagai kawasan perumahan, perdagangan

maupun industri akan mengalami percepatan pembangunan.

Dengan demikian Kota Medan memerlukan penataan kawasan dengan

mengembangkan kawasan pinggiran Kota Medan yang berbatasan dengan Kabupaten

Deli Serdang. Sehingga dapat ditingkatkan kemampuan lahan yang saat ini kurang

(19)

serta nilai ekonomi yang dimiliki. Upaya penataan melalui pemanfaatan lahan

memberikan vitalitas baru pada kawasan yang akan dikembangkan.

I.2 Permasalahan

Sistem transportasi antar kota terdiri dari berbagai aktifitas. Aktifitas ini

mengambil tempat pada sebidang lahan. Dan dalam pemenuhan kebutuhannya

manusia melakukan perjalanan antara tataguna tanah tersebut dengan menggunakan

sistem jaringan transportasi. Beberapa interaksi dapat dilakukan dengan

telekomunikasi namun semua interaksi yang terjadi memerlukan perjalanan oleh

sebab itu akan menghasilkan pergerakan arus lalu lintas.

Sistem transportasi dan peruntukan lahan saling berkaitan. Tujuan dalam sistem

transportasi untuk menyediakan fasilitas untuk pergerakan penumpang dan barang

dari satu tempat ke tempat yang lain atau dari berbagai pemanfaatan lahan.

Sedangkan dari sisi peruntukan lahan tujuan dari perencanaan adalah tercapainya

fungsi bangunan dan harus menguntungkan. Namun sering sekali kedua tujuan

tersebut menimbulkan konflik. Ruang kota Medan selain tumbuh secara vertikal, juga

tumbuh secara horizontal dimana terjadi perkembangan ke arah utara, barat dan

selatan. Seiring dengan pengembangan jalan lingkar luar dan jalan penghubung di

bagian Barat Kota Medan telah terjadi perubahan peruntukan lahan, salah satunya di

(20)

evaluasi yang dilakukan dapat dilihat apakah perubahan peruntukan lahan pada

kawasan tersebut telah sesuai dengan arahan kebijaksanaan yang ada sehingga

peruntukan lahan tersebut memberikan nilai tambah sesuai nilai ekonomis dan

dampak sosial bagi lingkungan kawasan tersebut, selain itu juga tidak

menghancurkan lingkungan binaan yang ada.

I.3 Tujuan dan Sasaran

Tujuan dari penelitian ini adalah, evaluasi peruntukan lahan sebelum dan

setelah pelebaran jalan. Berdasarkan tujuan diatas diperjelas dengan sasaran

penelitian dapat diketahui perubahan peruntukan lahan pada kawasan tersebut

berdasarkan arahan kebijaksanaan yang ada. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan

lebih terperinci lagi tujuan dan sasaran penelitian sebagai berikut.

a)Peruntukan lahan, tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi peruntukan lahan

sebelum dan setelah pelebaran jalan. Berdasarkan tujuan tersebut diperoleh sasaran

penelitian, dengan mengevaluasi peruntukan lahan sebelum dan setelah pelebaran

jalan dapat diketahui perubahan peruntukan lahan yang terjadi pada kawasan

tersebut.

b)Penyebaran fasilitas, tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi penyebaran fasilitas

sebelum dan setelah pelebaran jalan. Berdasarkan tujuan tersebut dicapai sasaran

penelitian, dengan mengevaluasi penyebaran fasilitas sebelum dan setelah

pelebaran jalan dapat diketahui perkembangan dan kebutuhan fasilitas pada

(21)

c)Jaringan jalan, tujuan penelitian ini, untuk mengevaluasi jaringan jalan sebelum

dan setelah pelebaran jalan. Berdasarkan tujuan tersebut dapat dicapai sasaran

penelitian, dengan mengevaluasi jaringan jalan sebelum dan setelah pelebaran jalan

dapat diketahui perubahan klasifikasi jalan pada kawasan tersebut.

I.4 Alur Pikir

Alur fikir penelitian ini terbagi atas 3 bagian yaitu :

1. Input berisikan gambaran umum wilayah meliputi gambaran umum Kota Medan,

kondisi fisik kota Medan, sejarah pertumbuhan kota Medan, arah dan

perkembangan fisik kota Medan, kondisi fisik Kecamatan Medan Sunggal.

2. Proses berisikan evaluasi penyebaran dan kepadatan penduduk dari tahun 1995/

2005, evaluasi penyebaran fasilitas dari tahun 1995/2005, evaluasi inventarisi

jaringan jalan tahun 2001 dan 2003, evaluasi peruntukan lahan tahun 1995 dan

2005, dan perubahan peruntukan lahan tahun 2005.

3. Output berisikan temuan penelitian yakni perubahan peruntukan lahan berdasarkan

arahan kebijaksanaan yang ada.

(22)

a)Gambaran umum Kota Medan.

b)Kondisi fisik Kota Medan.

c)Sejarah pertumbuhan Kota Medan. d)Arah dan perkembangan fisik

Kota Medan.

a)Penyebaran penduduk dan kepadatan penduduk.

(23)

I.5 Metode Pembahasan

Metode pembahasan terdiri dari 5 (lima) bab yang berisikan :

Bab I Pendahuluan memuat latar belakang, permasalahan, tujuan dan sasaran, alur

pikir, metode pembahasan, lingkup penelitian.

Bab II Tinjauan Pustaka memuat teori tataguna lahan, sistem tataguna tanah dan

transportasi, perhitungan statistik, aplikasi dari teori.

Bab III Metodologi Penelitian memuat konsep arah pengembangan Kota Medan,

konsep struktur tata ruang Kota Medan.

Bab IV Hasil Pembahasan memuat gambaran umum Kota Medan, kondisi fisik

Kota Medan, sejarah pertumbuhan Kota Medan, arah dan perkembangan

fisik Kota Medan, kondisi fisik Kecamatan Medan Sunggal, evaluasi

penyebaran penduduk, evaluasi penyebaran fasilitas, evaluasi jaringan

jalan, evaluasi peruntukan lahan dan perubahan peruntukan lahan, hasil

pembahasan.

Bab V Kesimpulan dan rekomendasi dari substansi penelitian yang dilakukan.

I.6. Lingkup Penelitian

Adapun lingkup penelitian ini adalah peruntukan lahan di Kecamatan Medan

Sunggal yang dirinci tiap kelurahan.

kegiatan tersebut. Rute-rute transport dari segala penjuru, memusat ke zona ini

(24)

yang dominan untuk spesies yang dominan. Disini terjadi proses persaingan dimana

yang kuat akan mengalahkan yang lemah yang akan mendominasi ruangnya.

1.Teori Sektor

Teori ini dikemukakan oleh Humer Hoyt (1939) yang mengemukakan bahwa

kota-kota tumbuh tidak dalam zona konsentrik saja, tapi dalam sektor-sektor dengan

jenis perkembangan yang serupa. Seperti daerah perumahan dapat berkembang keluar

sepanjang adanya hubungan transportasi. Humer Hoyt mengidentifikasi 5 zona

penggunaan tanah perkotaan yaitu :

Gambar II.2 Teori Sektor

Secara umum kedua teori diatas menggambarkan rangkaian perkembangan

pola tata guna lahan pada kawasan perkotaan dari zona kosentrik menjadi sektor saat

jaringan transportasi dan jalan raya memperpanjang pola penggunaan lahan dan

berkembang pusat-pusat baru dengan berkembangnya transportasi dan ekonomi yang

(25)

2.Teori Konsektoral (Tipe Amerika Latin)

Suatu pandangan lain yang menunjukkan aplikasi gabungan antara teori

konsentris dan sektor dikemukakan oleh Ernest Griffin dan Larry Ford (1980) dalam

artikelnya berjudul ”A model of Latin American city structure” dimuat dalam majalah

Geographical Review, 1980 : 70 pp 397 - 422. Griffin - Ford menunjukkan model

struktur keruangan internal untuk kota-kota di Amerika Latin, merupakan kombinasi

unsur-unsur tradisional dan modern yang mengubah citra kotanya. Adanya sektor

permukiman klas elite, jalur perdagangan, zone konsentris melingkar yang

menggambarkan ”distant decay principles” mengenai kualitas permukimannya.

Gambar II.3 Teori Konsektoral

Penjelasan ke-6 zona tersebut adalah sebagai berikut :

1.CBD (Central Business District), derah pusat kegiatannya sangat dinamis, gejala

spesialisanya semakin terlihat, merupakan tempat utama perdagangan, hiburan dan

(26)

penduduk masih tinggal dibagian dalam kota (innersections). Proses perubahan

yang pesat mengancam keberadaan bangunan tua yang bernilai historis tinggi. Pada

daerah berbatasan dengan CBD masih banyak tempat yang agak longgar

(spacious), untuk kegiatan ekonomi (pasar lokal, daerah pertokoan untuk golongan

ekonomi rendah) sebagian lain digunakan untuk tempat tinggal sementara para

imigran.

2.Zona Perdagangan/Industri (Commercial Spine/Sector), letak jalur ini menjari dari

pusat kota (CBD) kearah luar dikelilingi permukiman elite. Sektor perdagangan

yang menjari perluasan CBD, banyak urban, fasilitas perkotaan, perumahan elite.

Zona Permukiman Klas Elite, letak jalur ini di kiri kanan jalur komersial utama,

memanjang sampai ke pinggiran kota, merupakan fasilitas terbaik menjari dari

pusat kota (CBD) ke arah luar. Peraturan ”zoning and land use control” berlaku

pada daerah ini. Sehingga golongan penduduk klas tinggi pindah ke arah pinggiran

kota, tempat tinggal yang lebih modern dengan halaman luas, sementara daerah

yang ditinggalkan akan diisi golongan penduduk bawah. Gejala pertumbuhan

golongan ini mendorong tumbuhnya perumahan-perumahan yang cukup baik di

pinggiran kota. Adanya jalur komersial perpanjangan CBD memungkinkan

penduduk menikmati fasilitas kota dengan mudah namun persentasenya sangat

kecil dibanding jumlah penduduk metropolitan.

3.Zona perkembangan yang lanjut perkembangannya (Zona of Maturity), termasuk

daerah permukiman yang kondisinya cukup baik. Pada kota yang sudah termasuk

(27)

ke zona yang lebih baik, namun zona ini mulai mengalami peningkatan kualitas

perumahan dan lingkungannya. Penduduk berusaha memperbaiki rumah khususnya

tidak mampu menjangkau perumahan elite. Transformasi morfologi vertikal respon

ke lingkaran ruang di kota dan transformasi ekonomi vertikal cukup baik dengan

kepadatan bangunan yang sama dengan bangunan di pinggiran kota, hanya struktur

yang berbeda dan kepadatan penduduknya lebih kecil dari daerah pinggiran.

Namun fasilitas kehidupan kota cukup lengkap. Pertumbuhan penduduk lebih

lambat dari daerah pinggiran. Sehingga kenampakan kota tidak terkesan semrawut

dibanding daerah yang mengalami pertumbuhan penduduk yang cepat.

4.Zona mengalami perkembangan setempat (Zone of Insitu Accretion), kualitas

hunian sederhana, peralihan ke zona dewasa. Variasi perumahan berbagai tipe,

ukuran, kualitas namun ada satu dua rumah yang bagus. Pembangunan perumahan

dan lingkungan dinamis dan cepat, terkesan perumahan semrawut. Fasilitas

permukiman tidak selengkap zona 4. Zona yang banyak ditempati permukiman liar

(Zone of Peripheral Squatter Settlements), perumahan dan fasilitasnya paling

buruk kondisinya. Umumnya kaum migran menginginkan biaya akomodasi lebih

murah dibanding di kota. Kurangnya kemampuan keuangan pemerintah

menyediakan fasilitas perumahan, mereka membuat rumah seadanya, sebagian

belum menikmati fasilitas kota. Kehidupan penduduknya sangat marginal.

(28)

II.2 Sistem Tataguna Tanah dan Transportasi

Sistem transportasi antar kota terdiri dari berbagai aktifitas pada sebidang

lahan. Dalam pemenuhan kebutuhannya manusia melakukan perjalanan antara

tata-

_________________

1)

Hadi Sabari Yunus dalam buku “Struktur Tata Ruang Kota” penerbit Pustaka Pelajar, 1999.

guna tanah menggunakan sistem jaringan transportasi. Beberapa interaksi dengan

telekomunikasi namun semua memerlukan perjalanan, menghasilkan pergerakan arus

lalu lintas. Sasaran umum perencanaan transportasi, interaksi mudah dan efisien.

Sebaran geografis antara tataguna tanah (sistem kegiatan) serta kapasitas dan

lokasi dari fasilitas transportasi (sistem jaringan) digabung mendapatkan volume dan

pola lalu lintas (sistem pergerakan) dan efek timbal balik terhadap lokasi tataguna

tanah yang baru dan perlunya peningkatan prasarana. 2)

Sistem sirkulasi kota sebagai perangkat fisik kota meliputi pola, bentuk,

perlengkapan jalan (lalu lintas dan tempat parkir). Salah satunya pola jaringan jalan

Grid.3)

Data penggunaan lahan yang terinci, analisa kepadatan (lahan pemukiman

terbangun) dengan jarak dari pusat makin meningkat (Mieszkowski dan Smith, 1991,

184).4)

(29)

II.3 Perhitungan Statistik

Dalam pertumbuhan kota menggunakan perhitungan statistik yang berisikan

informasi mengenai cara kota tumbuh dan berubah untuk direncanakan dan pola

pengaturannya. Informasi tersebut adalah :

_________________ 2)

Hernan A. Makse Research dalam Jurnal ”Urban Dynamics Urban Growth”, 1995

3)

Ofyar Z. Tamin dan Russ Bona Frazila dengan judul Penerapan Konsep Interaksi Tataguna Lahan-Sistem Transportasi Dalam Perencanaan Lahan-Sistem Jaringan Transportasi dalam jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota.

4)

Morris, AEJ ”History of Urban Form”, 1979.

1. Distribusi ukuran kota kaitannya dengan wilayah dan populasi.

2. Berhubungan dengan individu kota dan keseluruhan sistem kota.

3. Interaksi atau korelasi antara kota dengan saling ketergantungan.

4. Efektifitas dan keterkaitan kebijakan perencanaan lokal yang diarahkan untuk

mengatur pertumbuhan.5)

Pada hakekatnya, pengertian mengenai penduduk adalah komposisi penduduk,

yang menyatakan pergerakan sosial yang memperlihatkan perubahan status

penduduk. Perubahan ini tidak hanya melalui pertambahan secara alami

tapi melalui berbagai kegiatan ekonomi dan sosial. Dari perubahan dan

perkembangan kependudukan dapat ditarik berbagai kesimpulan untuk dasar

(30)

II.4 Aplikasi dari Teori I. Proses Perencanaan

Proses perencanaan transportasi dan perubahan lahan saling berkaitan.

Pengembangan lahan tidak akan terjadi tanpa sistem transportasi, sedangkan sistem

transportasi tidak mungkin disediakan apabila tidak melayani kepentingan ekonomi

dan aktivitas pembangunan. Peningkatan fasilitas transportasi berdampak terhadap

perubahan tataguna lahan yang bermanfaat dan berdaya guna bila pengendaliannya

diupayakan. _________________

5)

Su wardjoko Warpani dalam bukunya “Analisa Kota dan Daerah”, ITB Bandung, 1980.

6)

Richard Bolan, Thomas Luce, Hin Kan Lam dalam Jurnal ”Can Urban Growth be Contained”, 1997.

(31)

Berdasarkan gambar diatas, aksessibilitas urgen bagi para pengembang lahan

yang sering menciptakan aksesibilitas ke lokasi yang dikembangkan agar kepentingan

investasi dapat terwujud. Pembatasan yang kaku terhadap perubahan tataguna lahan

sulit dilakukan karena sifat manusia dan kota yang dinamis. Untuk itu suatu

keseimbangan antara perubahan tataguna lahan dan fasilitas transportasi perlu

dilakukan.

Data-data terkumpul disesuaikan dengan variabel dengan metode Kompilasi

Data. Kemudian dievaluasi meliputi penyebaran penduduk, fasilitas, jaringan jalan,

peruntukan lahan, perubahan peruntukan lahan, sebelum dan setelah pelebaran jalan

dari tahun 1995/2005.

2) Mengkaji secara teoritis untuk memperoleh landasan teori melalui penelitian

pustaka dengan menggunakan beberapa literatur dan diktat catatan kuliah.

3) Mengkaji evaluasi peruntukan lahan dengan arahan kebijaksanaan yang ada.

III.1 Konsep Arah Pengembangan Kota Medan 1.Menurut RUTR Kota Medan Tahun 1995/2005

Konsep arah pengembangan wilayah Kota Medan dengan konsep

pembentukan struktur tata ruang yang membagi dan memanfaatkan wilayah

fungsional kota (antar bagian wilayah dalam kota dan hubungannya dengan luar

kota). Sebelum penetapan struktur ruang, wilayah Kota Medan terdiri dari 3 bagian

yaitu Kota Medan Utara (KMU), Kota Medan Tengah (KMT), Kota Medan Selatan

(KMS) dengan perbedaan perkembangan kota ditetapkan konsep hubungan

(32)

sehingga diperoleh strategi pengembangan dan arah pengembangan tata ruang.

Untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar III.1 berikut ini.

Menurut Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 1993 tentang RUTRW Propinsi

Dati-I Sumatera Utara yakni Kota Medan pusat : pemerintahan propinsi,

distribusi/kolektor antar propinsi, pendidikan tinggi, pelabuhan internasional,

perhubungan, perindustrian, pariwisata. Berdasarkan pertumbuhan fisik dan

pengaruhnya dikembangkan dengan 3 sistem ruang yaitu,

1)Sistem kota pusat (lingkungan kota pusat kegiatan utama/kutub pertumbuhan).

2)Sistem produksi (industri dan pertanian termasuk wilayah cadangan).

3)Sistem ruang kota (sebagai wilayah pemukiman ideal).

Perubahan model Kota Medan dari satu pusat dengan enam sub pusat (versi

Rencana Induk Kota Medan tahun 1974-2000) menjadi satu pusat dengan empat sub

pusat (versi Rencana Umum Tata Ruang Kota Medan tahun 1995-2005). Untuk

jelasnya dapat dilihat pada Gambar III.2 berikut ini.

2.Perkembangan Kawasan Perbatasan dan Perkotaan (Rencana Umum Tata

Ruang Wilayah Kota Medan 2008/2016)

Kecenderungan perkembangan kegiatan perkotaan kekawasan perbatasan,

perkembangan perumahan, perdagangan/industri. Untuk jelasnya dapat dilihat pada

Gambar III.3 berikut ini Perkembangan kawasan permukiman kearah timur, barat,

selatan, utara Kota Medan. Pemanfaatan lahan industri ke Percut Sei Tuan dan

(33)

Sunggal. Ditimur, utara, selatan pusat pelayanan berkembang alamiah. Sehingga

terjadi perpindahan penduduk dari pusat kota ke pinggiran kota akibatnya berubah

fungsi lahan dengan nilai ekonomis rendah ke nilai lahan yang lebih tinggi.

III.2 Konsep Struktur Tata Ruang Kota Medan

Pembentukan struktur wilayah fungsional Kota Medan berdasarkan

kecendrungan, pengarahan kegiatan, potensi masalah fisik, dan alternatif

pengembangan bagian-bagian wilayah Kota Medan. Adapun konsep dasar struktur

tata ruang kota yakni :

1)Membatasi perkembangan secara linier (ribbon development) dengan jalur jalan

arteri primer (utara-selatan).

2)Mengembangkan kota ke arah Barat, Timur dan Utara yang terkendali (ekologi dan

ekosistem lingkungan hidup kota) dengan fasilitas sosial.

3)Pengembangan utama ke arah Utara dengan daya tarik jalan Medan-Belawan pada

kegiatan komersial industri skala luas (kawasan industri KIM dan KIB, kawasan

berikat dan pelabuhan laut).

Untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar III.4 berikut ini.

Secara umum, konsep pembentukan struktur wilayah fungsional Kota Medan dengan

hubungan fungsional terdiri atas 5 wilayah Pengembangan dan Pembangunan (WPP).

Untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar III.5 berikut ini.

Perkembangan mengarah pada struktur wilayah fungsional atas 5 WPP yaitu WPP A,

(34)

Sebagai acuan mempertegas konsep struktur kota diperlukan berbagai konsep

pendukung antara lain :

1.Konsep Struktur Tataguna Lahan

Dengan pola kegiatan fasilitas, penggunaan lahan, konsep struktur wilayah

fungsional maka konsep struktur tata ruang Kota Medan diarahkan pada :

1)Konsep struktur tataguna lahan tradisional (pertanian/perkebunan, industri

prosesing dan kawasan khusus, perhubungan, perdagangan, jasa, pariwisata,

pelayanan sosial, bangunan umum, pemerintahan, perumahan/permukiman).

2)Penyediaan lahan bagi kegiatan yang belum ditentukan (kegiatan campuran).

Penggunaan lahan campuran adalah dengan pergeseran penggunaan lahan,

perkembangan lahan, kebutuhan pasar relatif tinggi, dan tingginya kendala sosial.

3)Penyediaan lahan bagi kegiatan yang belum ditentukan (kegiatan campuran).

Penggunaan lahan campuran adalah dengan pergeseran penggunaan lahan,

perkembangan lahan, kebutuhan pasar relatif tinggi dan tingginya kendala sosial.

2.Konsep Struktur Permukiman dan Pusat Lingkungan

Struktur pemukiman membentuk pusat kegiatan skala pelayanan regional

kota, dan sub wilayah kota. Pusat kegiatan pusat kota dengan 2 inti kegiatan :

kawasan pusat perdagangan, pusat pelayanan fasilitas sosial, dan pemerintahan.

Inti-inti kegiatan (skala pelayanan regional dan kota di pusat kota) menyebar. Pusat

(35)

3.Konsep Struktur Kepadatan Penduduk dan Bangunan

Kepadatan perumahan Kota Medan campuran kepadatan tinggi, sedang,

rendah berdasarkan kebijaksanaan, strategi pembangunan perumahan. Setiap wilayah

campuran pembangunan rumah dengan berbagai kepadatan. Namun konsep

kepadatan memusat (konsentrik) tetap digunakan, kepadatan tinggi (dekat pusat

lingkungan), rendah (jauh dari pusat lingkungan). Kelompok-kelompok pemukiman

(kepadatan memusat) menyebar keseluruh wilayah kota sesuai penyebaran

pusat-pusat kegiatan.

4.Konsep Pengembangan Sistem Jaringan Jalan

Jaringan jalan berdasarkan arah perkembangan fisik kota, eksisting, rencana,

bentuk permukaan lahan kota. Konsep pengembangan sistem jaringan grid, radial,

ring road, campuran. Pola ditentukan kendala fisik alam, standard spasi jangkauan

pelayanan fungsi jalan. Bentuk jaringan grid, ekonomis, pemanfaatan lahan sesuai

perkembangan jaringan utama Kota Medan sehingga optimal manfaatnya, kepadatan

jaringan jalan kolektor sekunder kearah pinggiran rendah, pelayanan jalan 500-1.250

m, jaringan jalan di pusat kota padat.

Rencana dimensi jalan adalah :

1)Arteri Sekunder : 1.000m-1.500m.

2)Kolektor Sekunder : 300m-700m.

(36)

Spasi jaringan jalan kolektor sekunder di daerah pinggiran dipertahankan agar cepat

(37)

BAB IV

HASIL PEMBAHASAN

IV.1 Gambaran Umum Kota Medan 1. Asal Usul

Kampung kecil yang dalam masa kurang lebih 80 tahun dengan pesat

berkembang menjadi kota yang dewasa ini kita kenal sebagai Kota Medan, berada

disatu tanah datar atau medan ditempat Sungai Babura bertemu dengan Sungai Deli,

yang waktu itu dikenal sebagai “Medan Putri” tidak jauh dari jalan Putri Hijau

sekarang.

Menurut Tengku Lukman Sinar, SH dalam bukunya “Riwayat Hamparan

Perak” terbit tahun 1971 yang mendirikan kampung Medan adalah Raja Guru

Patimpus, nenek moyang Datuk Hamparan Perak (Dua Belas Kuta) dan Datuk

Sukapiring, yaitu dua dari tempat Kepala Suku Kesultanan Deli. John Anderson,

seorang pegawai Pemerintahan Inggris yang berkedudukan di Penang pernah

berkunjung ke Medan tahun 1823.

Dalam bukunya “Mission to the Eastcoast of Sumatera” edisi Edinburg tahun

1826 menuliskan bahwa Medan masih merupakan satu kampung kecil yang

berpenduduk sekitar 200 orang. Dipinggir sungai sampai ke tembok mesjid kampung

Medan ada dilihatnya susunan batu-batu granit berbentuk bujur sangkar yang

(38)

Deli terkenal namanya setelah orang-orang Belanda yang dipelopori Nihenyus

membawa tembakau yang dihasilkannya tidak ada tandingannya sampai sekarang

sebagai daun pembungkus cerutu. Hal ini menarik investior-investor asing dan

menyebabkan banyak orang-orang dari daerah lain yang pindah ke daerah Deli untuk

mencari nafkah. Nienhuys kemudian meninggalkan kantornya dari Labuhan ke

Medan Putri asal muasal medan berkembang dengan pesat dan akhirnya menjadi

pusat pemerintahan Propinsi Sumatera Timur dan kerajaan Deli.

Tahun 1918, Medan dijadikan Kotapraja tidak termasuk dalamnya daerah kota

Maksum dan daerah Sungai Kera yang tetap berada dibawah kekuasaan Sultan Deli.

Ketika itu penduduk Medan telah berjumlah 43.826 jiwa terdiri dari 409 orang bangsa

Eropah, 25.000 orang bangsa India, 8.269 orang bangsa Cina, dan 130 orang bangsa

Asia lainnya.

2. Dasar Hukum

Dengan keputusan Gubernur Propinsi Sumatera Utara Nomor 66/III/PU

tanggal 21 September 1951 daerah Kota Medan diperluas tiga kali lipat. Keputusan

tersebut disusul oleh maklumat Walikota Medan Nomor 21 tanggal 29 September

1951 menetapkan luas Kota Medan 5.130 Ha meliputi 4 kecamatan yaitu Medan,

Medan Timur, Medan Barat, Medan Baru dengan 59 kepenghuluan.

Melalui Undang-undang Darurat Nomor 7 dan 8 tahun 1956 dibentuk di

(39)

Medan. Perkembangan selanjutnya Propinsi Sumatera Utara umumnya dan Kota

Medan khususnya memerlukan perluasan daerah menampung laju perkembangan.

Sehingga terbit Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 1973 termasuk

beberapa bagian Kabupaten Deli Serdang dalam Kotamadya Medan menjadi 26.510

Ha meliputi 11 kecamatan dan 116 kelurahan. Kemudian surat Menteri Dalam Negeri

Nomor 140/2271/PUOD tanggal 5 Mei 1986 menjadi 144 kelurahan dari 11

kecamatan yaitu Medan Kota, Medan Timur, Medan Barat, Medan Baru, Medan Deli,

Medan Labuhan, Medan Johor, Medan Sunggal, Medan Tuntungan.

Melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun 1992

tentang pembentukan beberapa kecamatan termasuk 2 kecamatan pemekaran di

Kotamadya Dati-II sehingga 19 kecamatan dimekarkan menjadi 21 kecamatan yaitu

Medan Tuntungan, Medan Johor, Medan Amplas, Medan Denai, Medan Tembung,

Medan Kota, Medan Area, Medan Baru, Medan Polonia, Medan Maimon, Medan

Selayang, Medan Sunggal, Medan Helvetia, Medan Petisah, Medan Barat, Medan

Deli, Medan Labuhan, Medan Belawan, Medan Marelan, Medan Perjuangan.

Perkembangan terakhir SK Gubernur KDH Tk-I Sumut Nomor

140.22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996 tentang pendefenitipan 7 kelurahan

di Dati-II Medan menjadi kecamatan Medan Tuntungan, Medan Johor, Medan

Amplas, Medan Denai, Medan Tembung, Medan Kota, Medan Area, Medan Baru,

Medan Polonia, Medan Maimon, Medan Selayang, Medan Sunggal, Medan Helvetia,

Medan Petisah, Medan Barat, Medan Timur, Medan Deli, Medan Labuhan, Medan

(40)

Dengan demikian wilayah Kotamadya Medan secara administratif terbagi atas

21 kecamatan (151 kelurahan). Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 22 tahun

1999 tentang Pemerintah Daerah penyebutan nama Dati-II Kotamadya Medan

berubah menjadi Daerah Kota Medan.

3. Hari Jadi Kota Medan

Hari jadi Kota Medan diperingati tiap tahun. Sejak tahun 1970 ditetapkan

tanggal 1 April 1909. Tetapi mendapat bantahan dari pers dan ahli sejarah sehingga

walikota membentuk panitia sejarah hari jadi Kota Medan melakukan penelitian dan

penyelidikan. Sesuai SK Nomor 4/DPRD/1955 tanggal 26 Maret 1975 ditetapkan

tanggal 1 Juli 1590 hari jadi Kota Medan, hingga saat ini diterima oleh semua pihak.

IV.2 Kondisi Fisik Kota Medan 1. Letak dan Wilayah Administrasi

Kota Medan terletak antara 2027’ - 2 47’ LU dan 98 35’ - 98044’ BT.

Ketinggian Kota Medan 2,50 - 37,50 m diatas permukaan laut dengan kemiringan

tanah 0–4%.

0 0

Kota Medan merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara

dan salah satu dari 25 Daerah Tingkat II Sumatera Utara dengan luas wilayah

daratan 26.510 Ha yang terdiri dari 21 kecamatan dengan batas-batas wilayah Kota

Medan sebagai berikut :

a.sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka.

(41)

c.sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang.

d.sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang.

Untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar IV.1 berikut ini.

2. Geologi, Iklim dan Suhu

Sebahagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah pertemuan

2 sungai penting yakni Sungai Babura dan Sungai Deli.

Kota Medan beriklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun Polonia

antara 23,2 C - 24,1 C dan suhu maksimum 30,6 C - 33,9 C, menurut Stasiun

Sampali suhu minimum antara 23,6 C 24,8 C dan suhu maksimum antara 30 C

-33,4 C.

0 0 0 0

0 0 0

0

Temperatur rata-rata Kotamadya Medan 270C. Secara umum beriklim teratur

karena dipengaruhi oleh udara pegunungan dan angin laut. Pergantian musim

kemarau dan musim penghujan umumnya berjalan teratur yaitu musim kemarau dari

bulan April sampai Juli, musim penghujan dari bulan Agustus sampai bulan

Desember. Musim pancaroba dari bulan Januari sampai Maret.

Kelembaban udara di wilayah Kota Medan rata-rata 83%. Kecepatan angin

rata-rata sebesar 0,45 m/sec sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya

111,26 mm. Hari hujan di Kota Medan rata-rata per bulannya 17 hari dengan rata-rata

curah hujan menurut Stasiun Sampali per bulannya 173,58 mm, dan pada Stasiun

(42)

IV.3. Sejarah Pertumbuhan Kota Medan

Perkembangan fisik Kota Medan tahun 1862 sampai 1992 melalui beberapa

tahap yakni sebagai berikut. Tahun 1862, terlihat dua kutub pertumbuhan di

pelabuhan laut Belawan dan pusat Kota Medan sekarang (dari pasar ikan berubah

fungsi menjadi pasar ikan, daerah perkantoran dan perdagangan kota).

Tahun 1945, pertumbuhan masih berorientasi pada pusat kegiatan diatas

dengan perkembangan kearah Kelurahan Kesawan, Silalas, Petisah dan Petisah

Tengah.

Tahun 1972, perkembangan ke arah timur dan selatan. Perkembangan tersebut

masih bersifat konsentris dan terbatas pada areal yang tidak terkena banjir, namun

daerah Belawan berkembang kearah selatan.

Tahun 1980 mengalami pembangunan besar-besaran. Daerah terbangun di

Belawan berkembang lebih dari dua kali. Pusat kota meluas kearah Barat, Selatan dan

Timur meliput areal seluas 3.375 Ha.

Tahun 1992, pertumbuhan Kota Medan ke arah barat Kecamatan Medan

Helvetia, Medan Sunggal, Medan Selayang, Medan Petisah dan Medan Baru seluas

3.638,86 Ha, ke arah selatan Kecamatan Medan Johor seluas 845,33 Ha, ke arah

timur Kecamatan Medan Timur, Medan Tembung, Medan Perjuangan, Medan Area

dan Medan Kota seluas 2.519,93 Ha.

(43)

IV.4 Arah dan Perkembangan Fisik Kota Medan

Perkembangan Kota Medan yang pesat terutama di pusat kota kearah timur

dan barat kota. Bagian utara dan selatan kota kurang berkembang. Berdasarkan

sejarah umur dan kepadatan bangunan/lingkungan, unsur-unsur lingkungan kota yang

menjadi daya tarik serta kendala-kendala fisik diduga perkembangan fisik Kota

Medan bermula dari Kecamatan Medan Kota dan Medan Area yang merupakan

daerah pusat kota saat ini. Daerah ini terdiri dari kawasan perkampungan, kawasan

perdagangan dan pusat pemerintahan dengan radius perkembangan saat ini mencapai

± 6 Km.

Perkembangan selanjutnya secara linier mengikuti jalur kegiatan

pengangkutan regional Medan-Binjai (kearah barat) dan Medan-Tebing Tinggi

(kearah timur). Tarikan perkembangan kearah barat dan timur ini sangat kuat sejalan

dengan peningkatan kegiatan pengangkutan di jalur jalan arteri primer tersebut.

Akhir-akhir ini perkembangan mulai mengarah ke utara dan selatan dengan adanya

pengembangan kawasan industri di utara dan kawasan perumahan di selatan.

Sejak tahun 2000 banyak investor yang menanamkan investasi ke Kota

Medan dalam sektor industri, jasa, dan perdagangan. Secara fisik Kota Medan

tumbuh dengan pembangunan bangunan-bangunan tinggi, apartemen, perdagangan,

dan jasa fungsi campuran. Ruang Kota Medan selain tumbuh vertikal juga secara

horizontal dengan perkembangan ke arah utara, barat, dan selatan. Beberapa kawasan

(44)

Marelan dan Medan Labuhan). Di wilayah Medan bagian barat (Kecamatan Medan

Sunggal dan Medan Helvetia) banyak pembangunan perumahan sejalan dengan

pembangunan jalan lingkar luar dan jalan penghubung di bagian barat Kota Medan.

Wilayah selatan tumbuh dengan pesat akibat mekanisme pasar dan keunggulan

aksesibilitas lokasi.

1. Tinjauan Kebijakan

Visi pembangunan Kota Medan adalah Medan kota metropoltan yang modern,

madani, dan religius. Agar tugas, fungsi, peranan dan tanggung jawab pembangunan

dari seluruh stakeholder maka visi pembangunan kota dijabarkan dalam misi yang

jelas, terarah dan terukur. Sehingga berdasarkan visi yang disepakati ditetapkan misi

pembangunan Kota Medan yaitu :

1)Mewujudkan percepatan pembangunan wilayah lingkar luar dengan meningkatkan

pertumbuhan ekonomi melalui pengembangan usaha kecil, menengah dan koperasi

untuk kemajuan dan kemakmuran yang berkeadilan bagi seluruh masyarakat kota.

2)Mewujudkan tata pemerintahan yang baik dengan birokrasi yang lebih efisien,

efektif, kreatif, inovatif dan responsif.

3)Penataan kota yang ramah lingkungan berdasarkan prinsip keadilan sosial

ekonomi, membangun dan mengembangkan pendidikan, kesehatan serta budaya

daerah.

4)Meningkatkan suasana religius yang harmonis dalam kehidupan berbangsa serta

(45)

Dalam mewujudkan visi dan misi pembangunan Kota Medan diperlukan

strategi pokok pembangunan kota yaitu strategi :

1)Mengembangkan wilayah lingkar luar (border area).

2)Mendorong peningkatan peran serta swasta dan masyarakat dalam pembangunan

kota.

3)Meningkatkan produktifitas aset daerah.

4)Meningkatkan kedudukan, fungsi dan peranan UKMK dalam perekonomian kota.

5)Mengembangkan SDM daerah yang berkualitas.

2. Kedudukan Kota Medan

A. Dalam Konstelasi Wilayah Ruang Internasional

Kota Medan bagian dari Propinsi Sumatera Utara yang merupakan bagian

wilayah Indonesia dan Indonesia bagian dari sistem dunia. Berkembangnya wilayah

kerjasama ekonomi dunia termasuk ASEAN akan menimbulkan persaingan antar

wilayah. Sehingga perlu memperhatikan aspek strategis dari kerjasama ekonomi

dalam upaya menumbuhkan daya saing wilayah.

Tiga isu internasional Kota Medan memanfaatkan potensi dan peluang yakni :

1) Kerjasama ekonomi regional Indonesia-Malaysia-Thailand (IMT-GT).

2) Kerjasama perdagangan internasional (Asean Free Trade Area) tahun 2003.

3) Kerjasama (Asia Pacific Economic Cooperation) tahun 2020 melibatkan negara

Asia dan Amerika berada disepanjang pantai Samudera Pasifik.

Kota Medan memiliki letak geografis yang strategis berdekatan dengan

(46)

pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka juga memiliki posisi strategis sebagai pintu

masuk kegiatan perdagangan barang (ekspor-impor) dan jasa. Posisi geografis

mendorong perkembangan kota dalam 2 kutub pertumbuhan secara fisik, daerah

terbangun Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.

B. Kota Medan terhadap Propinsi Sumatera Utara

Kota Medan termasuk hirarki pusat pelayanan primer melayani wilayah

Propinsi Sumatera Utara, wilayah Sumatera bagian utara dan wilayah nasional atau

internasional. Pengembangan Kota Medan dan sekitarnya diarahkan sebagai pusat

kegiatan sekunder dan tersier bagi Propinsi Sumatera Utara dengan fungsi utama :

pusat pemerintahan propinsi, pusat perdagangan dan jasa regional, pusat distribusi

dan kolektor barang dan jasa regional, pusat pelayanan jasa pariwisata, pusat

transportasi (darat, laut, udara regional), pusat pendidikan tinggi, pusat industri.

C. Kota Medan dalam Konstelasi Mebidang

Kota Medan terletak dalam konstelasi kota-kota di Mebidang yakni :

1)Kota Binjai, merupakan persimpangan jalan menghubungkan Medan dengan Kota

Banda Aceh, Stabat dan Bukit Lawang.

2)Diski, merupakan pusat kegiatan diantara Kota Medan dan Binjai (jalan arteri

(47)

3)Kota Stabat, merupakan persimpangan jalan menuju ibu kota Kabupaten Langkat

berpotensi dikembangkan sebagai salah satu kawasan permukiman di metropolitan

Mebidang.

4)Pancur Batu, merupakan jalur masuk komoditas pertanian dari arah Kabupaten

Karo berpotensi sebagai pusat koleksi distribusi produk pertanian.

5)Tanjung Morawa, posisinya sangat strategis berada diantara Kota Medan-Lubuk

Pakam dengan adanya kawasan industri, terletak pada persimpangan jalan tol ke

Tebing Tinggi, sangat potensial dikembangkan sebagai salah satu pusat kota.

6)Lubuk Pakam, merupakan persimpangan ke Sei Rampah (ibu kota Kabupaten

Serdang Bedagai), Pantai Cermin, dan Galang. Kota Lubuk Pakam tumbuh secara

linier disepanjang jalan arteri. Dimasa mendatang menjadi kota yang sangat

penting sebagai kota yang terdekat dengan Bandara Udara Kuala Namu.

Perkembangan kegiatan di Mebidang menunjukkan pola perkembangan

mengarah pola memanjang dari Kota Medan-Binjai. Pada koridor tersebut

menunjukkan tingkat kepadatan penduduk cukup tinggi. Diharapkan sektor

perdagangan bersifat internasional linkage memanfaatkan lahan di utara untuk

pengembangan cluster industries capital intensif, logistic management, trade

international activity sebagai daya dukung pelabuhan Belawan.

Sedangkan bussines activity dan service lainnya serta pelayanan kebutuhan

regional untuk Sumatera Utara dan sekitarnya dipusatkan di wilayah selatan,

sebagian besar permukiman dan jasa pelayanan kota. Diharapkan jasa pelayanan

(48)

Medan (termasuk metropolitan Mebidang) untuk industri bersifat labor intensif

berikut penyediaan ruang untuk permukiman wilayah luar Kota Medan yakni Deli

Serdang.

D. Kota Medan dengan Daerah Sekitarnya

Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang merupakan salah

satu daerah yang kaya dengan sumberdaya alam khususnya perkebunan dan

kehutanan selain Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan,

Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lainnya secara ekonomi diharapkan

mengembangkan kerjasama dan kemitraan sejajar, saling menguntungkan, saling

memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya.

Selain itu sepanjang wilayah utara berbatasan dengan Selat Malaka

merupakan salah satu wilayah jalur lalu lintas terpadat di dunia sehingga memiliki

posisi strategis kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik

maupun luar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis Kota Medan, mendorong

perkembangan kota dalam 2 kutub pertumbuhan secara fisik yaitu daerah terbangun

Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.

IV.5 Kondisi Fisik Kecamatan Medan Sunggal 1. Dasar Hukum

Kecamatan Medan Sunggal pemekaran Dati-II Deli Serdang berdasarkan

(49)

(Tanjung Rejo, Babura, Sei Sikambing B, Sunggal, Simpang Tanjung, Lalang,

Tanjung Gusta, Cinta Damai, Sei Sikambing C-II, Dwikora, Helvetia).

Berdasarkan surat keputusan Gubernur Dati-I Sumatera Utara Nomor

138/28/K tahun 1984 tentang pembentukan 10 perwakilan kecamatan yakni Sunggal

(Kelurahan Tanjung Rejo, Babura, Sei Sikambing B, Sunggal, Simpang Tanjung,

Lalang) menjadi kecamatan induk dan perwakilan Kecamatan Medan Sunggal I

(Kelurahan Tanjung Gusta, Cinta Damai, Sei Sikambing C-II, Dwikora, Helvetia).

Dilanjutkan SK Gubsu Nomor 140/4078/K/1978 tentang pemekaran

Kelurahan Helvetia menjadi Helvetia, Helvetia Tengah, Helvetia Timur, wilayahnya

merupakan perwakilan Kecamatan Medan Sunggal I (14 kelurahan).

Kemudian SK Gubsu Nomor 138/402/K Tahun 1992 tentang penataan dan

perubahan 10 perwakilan Kecamatan Medan Sunggal I menjadi perwakilan

Kecamatan Medan Helvetia. Peraturan Pemerintah Nomor 50/1991 tanggal 31

Oktober 1991 perwakilan Kecamatan Medan Helvetia menjadi Kecamatan Medan

Helvetia.

Sejak itu Kecamatan Medan Sunggal bagian Kota Medan hingga sekarang,

menjadi kecamatan mandiri. Awalnya Kecamatan Medan Sunggal bergabung dengan

Medan Baru dan Medan Polonia.

2. Wilayah Administrasi

Kecamatan Medan Sunggal merupakan salah satu kecamatan di Kota Medan.

(50)

a.Sebelah utara berbatasan Kecamatan Medan Helvetia

b.Sebelah selatan berbatasan Kecamatan Medan Selayang

c.Sebelah barat berbatasan Kabupaten Deli Serdang

d.Sebelah timur berbatasan Kecamatan Medan Baru dan Medan Petisah.

Untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar IV.3 berikut ini.

Wilayah administrasi Kecamatan Medan Sunggal seluas 1.411,60 Ha terbagi

atas 6 kelurahan. Adapun luas wilayah tiap kelurahan adalah sebagai berikut. Sunggal

34,92%, Tanjung Rejo 25,04%, Sei Sikambing B 23,14%, Lalang 8,86%, Babura

5,74%, Simpang Tanjung 2,30%.

Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel IV.1 dan Gambar IV.4 berikut ini.

Tabel IV.1 : Luas Wilayah Administrasi Kecamatan Medan Sunggal

No. Kelurahan Luas (Ha) Persentase (%)

1 Tanjung Rejo 353,50 25,04

2 Babura 81,00 5,74

3 Simpang Tanjung 325,00 2,30

4 Sei Sikambing B 326,70 23,14

5 Sunggal 492,90 34,92

6 Lalang 125,00 8,86

Kec. Medan Sunggal 1.411,60 100,00

(51)

Lalang (8,86%)

Tanjung Rejo Babura Simpang Tanjung Sei Sikambing B Sunggal Lalang

Gambar IV.4 Luas Wilayah Administrasi Kecamatan Medan Sunggal

3. Topografi, Letak dan Jarak

Jenis tanah di Kecamatan Medan Sunggal termasuk daerah gambut dengan

area kemiringan tanah 4–8%.

Kecamatan Medan Sunggal terletak antara 30 - 32’ LU, dan 980 - 38’ BT.

Ketinggian Kecamatan Medan Sunggal terletak 15 m diatas permukaan laut.

Jarak tempuh setiap kelurahan dari kantor lurah ke kantor camat rata-rata 2,7

km yakni Tanjung Rejo 5 km, Babura 4 km, Simpang Tanjung 3 km, Sei Sikambing

B 1,5 km, Sunggal 1 km, dan Lalang 2 km.

IV.6 Evaluasi Penyebaran Penduduk

Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) jumlah penduduk yang

besar menjadi modal, efektif bagi pembangunan masyarakat bila pengembangannya

berkualitas baik. Namun pertumbuhan yang pesat sulit meningkatkan mutu kehidupan

(52)

kualitas yang tinggi tidak mudah dicapai. Program kependudukan Kota Medan

meliputi pengendalian kelahiran, penurunan tingkat kematian bayi dan anak,

perpanjangan usia harapan hidup, penyebaran penduduk yang seimbang,

pegembangan potensi penduduk, modal pembangunan yang terus ditingkatkan.

1. Jumlah Penduduk

Pembangunan kependudukan dilaksanakan dengan mengindahkan kelestarian

sumberdaya alam dan fungsi lingkungan hidup sehingga mobilitas dan penyebaran

penduduk tercapai optimal berdasarkan keseimbangan jumlah penduduk, daya

dukung, daya tampung lingkungan. Penyebaran penduduk yang tidak didukung oleh

lingkungan dan pembangunan menimbulkan masalah sosial yang kompleks dimana

penduduk menjadi beban bagi lingkungan maupun sebaliknya.

0 50 100 150

1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005

Tahun

Gambar IV.5 Jumlah Penduduk Kec.Medan Sunggal Thn.1995/2005

Dari Gambar IV.5 penyebaran jumlah penduduk tahun 1995/2005 tidak stabil. Tahun

1995/1998 meningkat, tahun 1999 menurun, tahun 2000/2005 meningkat. Tahun

(53)

penduduk tiap kelurahan tahun 1999 dan 2000. Disebabkan tingginya mobilitas

penduduk tinggal di luar kawasan. Harga lahan lebih murah dari pada dekat pusat

kota. Sehingga developer memilih mengembangkan usahanya dibidang penyediaan

perumahan di pinggiran kota daripada dekat pusat kota.

Berikut ini rincian penyebaran penduduk tiap kelurahan. Di Tanjung Rejo

tahun 1995/1998 meningkat, tahun 1999 menurun, tahun 2000/2005 normal. Tahun

1995 28.617 jiwa, tahun 2005 menjadi 30.058 jiwa. Untuk jelasnya dapat dilihat pada

Gambar IV.5a berikut ini.

1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005

Tahun

Gambar IV.5a Jumlah Penduduk Kel.Tanjung Rejo Thn.1995/2005

Demikian Sei Sikambing B dan Sunggal menurun tahun 1999. Tahun 1995 dari

21.562 jiwa menjadi 22.774 jiwa tahun 2005, Sunggal 17.543 jiwa tahun 1995

menjadi 25.679 jiwa tahun 2005. Jelasnya pada Gambar IV.5b dan IV.5c berikut ini.

(54)

0

1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005

Tahun

Gambar IV.5b Jumlah Penduduk Kel.Sei Sikambing B Thn.1995/2005

0

1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Tahun

Gambar IV.5c Jumlah Penduduk Kel.Sunggal Thn.1995/2005

Di Babura dan Simpang Tanjung tahun 1995/1999 berfluktuasi. Namun tahun 2000

menurun, selanjutnya normal. Dari 15.305 jiwa tahun 1995 di Babura menjadi 10.384

jiwa tahun 2005 dan di Simpang Tanjung dari 1.816 jiwa tahun 1995 menjadi 1.027

(55)

1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005

Tahun

Gambar IV.5d Jumlah Penduduk Kel.Babura Thn.1995/2005

0 500 1000 1500 2000

1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005

Tahun

Gambar IV.5e Jumlah Penduduk Kel.Simpang Tanjung Thn.1995/2005

Di Lalang tahun 1995/1998 meningkat, tahun 1999 menurun, tahun 2000 meningkat

hingga 2005 normal. Tahun 1995 dari 13.259 jiwa menjadi 18.026 jiwa tahun 2005.

Untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar IV.5f berikut ini.

1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Tahun

(56)

2. Kepadatan Penduduk

Berdasarkan hasil perhitungan data jumlah penduduk dan luas wilayah tiap

kelurahan, terlihat pola distribusi kepadatan penduduk tahun 1995/2005 :

a) Kepadatan penduduk 84-256 jiwa/Ha di Tanjung Rejo, Babura, Lalang.

b) Kepadatan penduduk 73-83 jiwa/Ha di Simpang Tanjung, Sei Sikambing B,

Sunggal.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar IV.6 berikut ini.

Pola komposisi kepadatan penduduk tahun 1995/2005, penurunan kepadatan

penduduk di Babura dan Simpang Tanjung, peningkatan kepadatan penduduk di

Tanjung Rejo, Sei Sikambing B, Sunggal, Lalang, menunjukkan penduduk memilih

tinggal di pinggiran kota yang lebih murah dibanding dekat pusat kota.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel IV.2 berikut ini.

Tabel IV.2 Kepadatan Penduduk Kec.Medan Sunggal Thn.1995/2005

Kelurahan Kec.

Tahun Tanjung Babura Simpang Sei Sunggal Lalang Medan

(57)

Sumber : Kantor Lurah se Kec. Medan Sunggal

IV.7 Evaluasi Penyebaran Fasilitas

Kegiatan sosial biasanya dilakukan diluar belajar seperti belanja, rekreasi,

olah raga, dan lain-lain. Bermacam-macam sarana dan kegiatan sosial sehari-hari.

1. Sarana Pendidikan

Pendidikan merupakan sarana mencerdaskan bangsa. Sehingga berhasil

tidaknya pembangunan bangsa dipengaruhi tingkat pendidikan penduduk. Semakin

maju penduduk membawa pengaruh bagi masa depan berbagai bidang kehidupan.

A. Gedung Sekolah Dasar

Tahun 1995/2005 di Kecamatan Medan Sunggal penyebaran gedung sekolah

dasar (SD Negeri, SD Inpres, SD swasta), tiap kelurahan yakni tahun 2005 gedung

SD terbanyak di Tanjung Rejo 13 unit dan sedikit di Simpang Tanjung hanya 1 unit.

Diharapkan bertambah gedung SD sehingga penduduk menyekolahkan anaknya tidak

jauh dari tempat kediamannya sekaligus mengurangi beban hidup. Diperkirakan

perbandingan jumlah SD dan murid di Kota Medan 1 : 327. Sedangkan perbandingan

jumlah guru dan murid diperkirakan 1 : 24 dengan rasio terbesar 1 : 31 dan rasio

(58)

B.Gedung SLTP

Tahun 1995/2005 di Kecamatan Medan Sunggal penyebaran gedung SLTP

(SLTPN, SLTP swasta) terbanyak di Sunggal 8 unit, sedikit di Simpang Tanjung dan

Tanjung Rejo namun di Babura tidak ada. Tahun mendatang diharapkan gedung

SLTP di Babura terbangun, Simpang Tanjung dan Tanjung Rejo bertambah.

Diperkirakan perbandingan jumlah SLTP dan murid di Kota Medan 1 : 348.

Perbandingan jumlah guru dan murid 1 : 14 (Tabel IV.2 dan Gambar IV.2 terlampir).

C. Gedung SLTA

Penyebaran gedung SLTA tahun 1995/2005 di Kecamatan Medan Sunggal

SLTA Negeri (kejuruan dan umum) dan SLTA swasta (kejuruan dan umum)

meningkat setiap tahun pada daerah tertentu namun di Babura tidak terdapat. Tahun

2005 jumlah SLTA terbanyak di Sunggal 6 unit, paling sedikit di Tanjung Rejo dan

Simpang Tanjung 1 unit.

Diharapkan pemerintah memprioritaskan pembangunan gedung SLTA ke

pinggiran kota agar SLTA di pusat kota tidak rebutan pelajar mengakibatkan

kemacetan lalu lintas. Akhirnya mengganggu proses kegiatan belajar mengajar dan

aktivitas penduduk lainnya. Namun perlu diperhatikan tidak hanya segi kuantitas

yang ditingkatkan namun kualitas juga. Diperkirakan perbandingan jumlah SLTA dan

murid di Kota Medan 1 : 424. Sedangkan perbandingan jumlah guru dan murid 1 : 14

(59)

2. Sarana Ibadah

Tempat ibadah wadah bagi terwujudnya kehidupan beragama. Dari data yang

dikumpulkan tahun 1995/2005 menunjukkan tempat peribadatan bertambah setiap

tahun. Sebagian besar penduduk beragama Islam karena fasilitas yang ada sebagian

besar diperuntukkan bagi penduduk yang menganut agama Islam dan jumlahnya pun

meningkat setiap tahun seperti mesjid pada tahun terakhir sebanyak 67 unit, langgar

sebanyak 12 unit.

Tahun 2005 penyebaran mesjid terbanyak di Sei Sikambing B 19 unit dan

langgar terbanyak di Sunggal 4 unit namun di Tanjung Rejo dan Simpang Tanjung

tidak ada. Penganut agama terbanyak setelah agama Islam adalah agama Kristen

dengan jumlah gereja 24 unit terbanyak di Tanjung Rejo paling sedikit di Sei

Sikambing B dan Sunggal 2 unit. Namun di Simpang Tanjung tidak terdapat.

Sedangkan fasilitas ibadah lainnya kelenteng/vihara 17 unit yang banyak di Lalang

dan sedikit di Tanjung Rejo namun di Babura, Simpang Tanjung, Sei Sikambing B,

tidak terdapat (Tabel IV.4 dan Gambar IV.4 terlampir).

3. Sarana Kesehatan

Pembangunan dibidang kesehatan bertujuan agar semua lapisan masyarakat

memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, merata dan murah. Sehingga

tercapai derajat kesehatan masyarakat yang baik akan memperoleh kehidupan yang

(60)

A.Rumah Sakit, Puskesmas, BPU, BKIA

Penyebaran sarana kesehatan di Kecamatan Medan Sunggal tahun 1995/2005

belum merata dengan rumah sakit 2 unit di Sei Sikambing B dan Lalang 1 unit.

Puskesmas hanya 2 unit di Sunggal dan Lalang. Namun BPU merata tiap kelurahan

namun tidak terdapat di Babura, terbanyak di Sunggal 6 unit dan sedikit di Simpang

Tanjung hanya 1 unit. BKIA merata disetiap kelurahan namun di Simpang Tanjung

tidak ada (Tabel IV.5 dan Gambar IV.5 terlampir).

B. Posyandu

Penyebaran posyandu tahun 1995 di Kecamatan Medan Sunggal 65 unit,

meningkat tahun 2005 69 unit tersebar tiap kelurahan. Terbanyak di Tanjung Rejo 18

unit dan di Simpang Tanjung hanya 1 unit. Tahun mendatang diharapkan pemerintah

khususnya Dinas Kesehatan mengembangkan posyandu agar kesehatan ibu dan anak

serius ditangani sehingga jumlah kematian ibu dan anak berkurang sekaligus

meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Tabel IV.6 dan Gambar IV.6 terlampir).

4. Ekonomi, Industri dan Perdagangan

Aktivitas ekonomi merupakan salah satu kunci penentu pembangunan

berkelanjutan. Pertumbuhan ekonomi dan pola produksi dan konsumsi berdampak

pada isu-isu lingkungan dan kinerja lingkungan hidup. Implikasi penggunaan energi

dan sumberdaya alam lainnya menghasilkan pencemaran udara, limbah cair dan

Gambar

Gambar II.4 Hubungan Fasilitas Transportasi dan Perubahan Tataguna Lahan
Gambar IV.4 Luas Wilayah Administrasi                                                             Kecamatan Medan Sunggal
Gambar IV.5 Jumlah Penduduk Kec.Medan Sunggal Thn.1995/2005
Gambar IV.5a berikut ini.
+7

Referensi

Dokumen terkait