• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wilayah Kecamatan Ulee Kareng Dampak Dari Bencana Gempa Dan Tsunami Tahun 2004

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Wilayah Kecamatan Ulee Kareng Dampak Dari Bencana Gempa Dan Tsunami Tahun 2004"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

WILAYAH KECAMATAN ULEE KARENG DAMPAK DARI

BENCANA GEMPA DAN TSUNAMI TAHUN 2004

Cut Driska

Alumnus PWD SPs USU

Abstract: The aim of the research is to reveal the impact of earth quake and tsunami in Ulee Kareng, a kecamatan in Banda Aceh that avoid from the disaster. The result of the study shows that the main reason of the people move to Ulee Kareng is secure of disaster. As the impact of migration, the population in Ulee Kareng increased to 32.9% as well as schools including junior scholl and Politechnic. The numbers of housing also increase to be 64.45%. Numbers of merchant also increase significantly to 148% as well as stores. Informal institution such as social institution and merchant union has not been developed yet, because of the homogenous culture, tribes and paradigm of the migrant in the previous living place.

Keywords: regional development and tsunami disaster

PENDAHULUAN

Bencana alam berupa gempa bumi yang diikuti oleh gelombang tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 telah meluluhlantakkan sebagian besar wilayah Kota Banda Aceh, Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Bencana ini merenggut puluhan ribu nyawa dan menyebabkan sejumlah orang kehilangan tempat tinggal dan mata pencaharian. Selain korban jiwa, gempa bumi dan tsunami juga menghancurkan sebagian besar infrastruktur seperti jalan, rumah, transportasi, jaringan listrik, jaringan air bersih, drainase, prasarana ekonomi, sarana komunikasi, pendidikan, kesehatan, pusat perdagangan, kantor-kantor pemerintah, TNI/POLRI dan swasta. Bencana ini merupakan yang terbesar dari beberapa bencana yang pernah dialami kota ini sebelumnya.

Kehilangan mata pencaharian dan hancurnya sebagian besar sarana dan prasarana ekonomi di wilayah ini, telah berdampak lumpuhnya kegiatan perekonomian, khususnya di kecamatan-kecamatan yang mengalami kondisi terparah akibat bencana tersebut. Bencana gempa bumi dan tsunami telah menyebabkan 3 kecamatan dari 9 kecamatan yang ada di Kota Banda Aceh, yaitu Kecamatan Meuraxa, Kecamatan Jaya Baru, dan Kecamatan Kutaraja hancur total. Selain itu, ada 3 kecamatan yaitu Kecamatan Baiturrahman, Kecamatan Syiah Kuala, dan Kecamatan Kuta Alam yang hancur sebagian, dan 3 kecamatan lainnya yaitu

Kecamatan Ulee Kareng, Kecamatan Lueng Bata, dan Kecamatan Banda Raya yang relatif tidak terkena Tsunami (Renstra Kota Banda Aceh, 2005–2009).

Pascabencana, wilayah yang terkena dampak menghadapi masalah-masalah yang kompleks, baik dari aspek fisik, ekonomi, sosial-budaya dan kelembagaan. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan adalah pada pemulihan kondisi ekonomi dan sosial. Kondisi psikologis akibat trauma serta kondisi wilayah pascabencana dan keinginan masyarakat untuk hidup normal, menyebabkan sebagian warga memilih untuk pindah ke wilayah yang lebih aman dan memiliki fasilitas-fasilitas sosial-budaya. Perpindahan warga ini juga diikuti oleh para pelaku ekonomi yang merasa akan lebih nyaman untuk melaksanakan kegiatan bisnisnya di daerah yang tidak terkena dampak.

(2)

Todaro (2000) lebih jauh juga mengemukakan bahwa fungsi terpenting dari teori pembangunan adalah mengupas dan memecahkan persoalan-persoalan pembangunan akan mempengaruhi suatu strategi pembangunan. Strategi pembangunan (dalam bentuk kebijakan dan tindakan) akan beranjak dari suatu teori pembangunan tertentu.

Dampak dapat diartikan sebagai suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas. Aktivitas tersebut dapat bersifat alamiah, baik kimia, fisik maupun biologi (Soemarwoto, 1999). Misalnya semburan asap beracun dari kawah gunung adalah aktivitas alam yang bersifat kimia, gempa bumi adalah aktivitas alam yang bersifat fisik dan pertumbuhan massal enceng gondok aktivitas alam biologi. Aktivitas dapat pula dilakukan manusia, yaitu aktivitas pembangunan dan kehidupan sehari-hari yang bisa menimbulkan dampak tertentu.

Pembangunan

Gambar 1. Skematis Terjadinya Dampak (Soemarwoto, 1999)

Salah satu indikator dalam memperkirakan dampak bencana alam terhadap pengembangan wilayah dipandang dari sudut ekonomi adalah dengan melihat kecenderungan pengeluaran masyarakat (consumption spending) melalui sisi penjualan. Peningkatan pengeluaran masyarakat akan mendorong peningkatan permintaan terhadap barang-barang dan jasa-jasa. Selanjutnya, peningkatan permintaan tersebut akan mendorong produsen untuk meningkatkan kapasitas produksinya. Dampak berikutnya adalah peningkatan aktivitas perdagangan dengan bertambahnya jumlah unit-unit usaha dan migrasi penduduk.

Todaro (2000) menyatakan bahwa, keputusan bermigrasi merupakan suatu

respons terhadap harapan tentang penghasilan yang lebih baik, yang akan diperoleh di kota dibandingkan dengan yang diterima di pedesaan, termasuk kemungkinan memperoleh pekerjaan di perkotaan. Suroso Z (dalam Marbun, BN, 1990: 63), dalam kajian mengenai motivasi migrasi, menemukan kenyataan bahwa bagi sebagian besar responden, faktor penarik orang bermigrasi adalah karena alasan lapangan pekerjaan. Dengan demikian, migrasi dianggap sebagai suatu investasi individu yang diputuskan setelah yang bersangkutan terlibat dalam kalkulasi biaya dan manfaat.

Secara spesifik permasalahan yang akan dikaji pada penelitian ini adalah: Apa motivasi masyarakat dalam memilih Kecamatan Ulee Kareng sebagai tempat bermukim? Bagaimana dampak migrasi penduduk dari wilayah yang terkena bencana alam terhadap aspek sosial dan aspek ekonomi, infrastruktur dan kelembagaan di Wilayah Kecamatan Ulee Kareng? Apakah ada perbedaan rata-rata pendapatan pedagang migran dan pedagang lokal sebelum dan setelah bencana alam di Kecamatan Ulee Kareng?

METODE

Untuk menjawab permasalahan yang pertama, digunakan metode deskriptif yaitu mendeskripsikan motivasi masyarakat dalam memilih lokasi bemigrasi di Kecamatan Ulee Kareng, berdasarkan skala prioritas dan hasilnya diharapkan akan menemukan motivasi utama masyarakat untuk bermigrasi. Untuk menjawab permasalahan yang kedua juga digunakan analisis deskriptif, dengan data sekunder dan hasil pengamatan. Informasi data ditunjukkan dalam persentase. Untuk menjawab permasalahan ke tiga, dilakukan analisis dengan uji beda parametrik uji–t (t–test) berdasarkan matched fair, yang dibantu dengan program komputer SPSS for Windows ver.13.00

HASIL

(3)

Gambaran Umum Responden

Responden dalam penelitian ini dikelompokkan pada: (1) Masyarakat migran yaitu masyarakat yang memilih menetap permanen di wilayah Ulee Kareng pascabencana gempa dan tsunami, tujuannya untuk mengetahui motivasi masyarakat dalam memilih wilayah Ulee Kareng sebagai tempat bermukim, (2) Pedagang migran dan pedagang lokal, penetapan pedagang sebagai sampel dalam penelitian ini bertujuan melihat aktivitas ekonomi di sektor perdagangan yang mana kegiatan ini menunjukkan salah satu indikator pengembangan wilayah. Data responden diambil dari Tahun 2004 (sebelum bencana alam terjadi) sampai Tahun 2007. Jumlah responden 91 rumah tangga terdiri dari 27 responden kelompok masyarakat migran, 38 responden kelompok pedagang migran, dan 26 responden pedagang lokal, yang tersebar di wilayah Kecamatan Ulee Kareng. Kelompok sasaran dalam penelitian ini adalah kepala keluarga.

1. Karakteristik Masyarakat Migran di Kecamatan Ulee Kareng

Pengelompokan usia responden berdasarkan usia paling tinggi dan paling rendah dari seluruh data usia responden menunjukkan bahwa secara umum responden berada pada kelompok usia 31–40 tahun (59%), dan 22% berada pada kelompok usia di bawah 30 tahun. Hal ini menggambarkan bahwa usia para kaum migran boleh dikatakan masih relatif muda dan usia produktif.

Pekerjaan responden terbanyak adalah sebagai karyawan swasta (56%). Di urutan kedua terbanyak adalah sebagai Pegawai Negeri/TNI/POLRI sebesar 26%. Sebagian dari responden yang berstatus sebagai Pegawai Negeri/TNI/POLRI menyatakan bahwa mereka pindah ke wilayah Kecamatan Ulee Kareng adalah karena pindah tugas.

Tingkat pendapatan rumah tangga masyarakat migran mengalami perubahan. Kenaikan persentase pendapatan terjadi pada responden yang tingkat pendapatan berada pada tingkat Rp 1.201.000–Rp 1.800.000 yaitu sebesar 14,8% pada umumnya kelompok ini bekerja sebagai PNS/TNI/Polri, sedangkan penurunan persentase pendapatan terjadi pada responden yang tingkat pengeluaran berada pada tingkat di atas Rp. 3.000.000,- sebesar 11%.

Perbedaan besarnya pengeluaran konsumsi pangan sebelum dan sesudah bermigrasi sebesar 23,5%. Perubahan yang paling besar terjadi pada sektor perumahan yaitu sebesar 79,9% sementara pendidikan naik 8,7%. Sektor transportasi naik sebesar 23%. Perbedaan jumlah pengeluaran rata-rata sebelum dan sesudah bencana sebesar 17,8% menunjukkan berbagai indikasi antara lain, mahalnya kebutuhan pokok, tingginya harga sewa rumah, dan lain-lain.

2. Karakteristik Pedagang Migran di

Kecamatan Ulee Kareng

Usia pedagang migran berdasarkan hasil observasi yang dilakukan dari usia paling tinggi dan paling rendah dari seluruh data usia responden menunjukkan bahwa secara umum responden berada pada kelompok usia kurang dari 30 tahun (58%), dan 36% berada pada kelompok usia di bawah 31–40 tahun. Hal ini menggambarkan bahwa usia para pedagang migran masih tergolong relatif muda dan usia produktif.

Kondisi pendapatan keluarga pedagang migran dari sisi hasil usaha mengalami perubahan yang cukup tajam. Kenaikan persentase pendapatan terjadi pada responden yang tingkat pendapatan berada pada tingkat Rp 1.201.000 – Rp 1.800.000 sebesar 44,7%, sedangkan penurunan juga terjadi pada tingkat pendapatan di bawah Rp. 600.000 sampai Rp. 1.200.000. Sebesar 39,5%. Pada umumnya pedagang migran berdagang pakaian jadi (toko pakaian).

(4)

3. Karakteristik Pedagang Lokal di Kecamatan Ulee Kareng

Usia Pedagang lokal berdasarkan hasil observasi yang dilakukan dari usia paling tinggi dan paling rendah dari seluruh data usia responden menunjukkan bahwa secara umum responden berada pada kelompok usia 31-40 tahun (46%), dan 27% berada pada kelompok usia di bawah 30 tahun, artinya responden pedagang lokal berada pada usia produktif.

Secara umum, tingkat pendidikan pedagang lokal adalah SLTP (62%). menunjukkan hasil observasi adalah 62% responden memiliki tingkat pendidikan SLTP, 19% sekolah dasar, 15% SMU, dan 4% tidak sekolah.

Pendapatan responden pedagang lokal mengalami perubahan. Kenaikan persentase pendapatan terjadi pada responden yang memiliki tingkat pendapatan Rp 1.201.000– Rp 1.800.000 sebesar 11,6%. Responden ini umumnya berusaha warung kopi dan pedagang sembako. Penurunan pendapatan terjadi pada responden dengan tingkat pendapatan di bawah Rp. 600.000,-, responden kategori ini pada umumnya berjualan bumbu masak.

Pengeluaran rumah tangga yang paling banyak adalah pada klasifikasi konsumsi pangan sehari-hari. Namun, perubahan yang paling menonjol dari rata-rata pengeluaran per bulannya terdapat pada pengeluaran untuk biaya perumahan, sebesar 79,7%. Hal ini dikarenakan oleh kenaikan biaya perumahan (sewa rumah) pascabencana yang cukup tajam, termasuk harga bahan-bahan yang dibutuhkan untuk perawatan rumah tinggal. Secara keseluruhan, pengeluaran rumah tangga ini mengalami kenaikan sebesar 63,5%.

PEMBAHASAN

Hasil analisis pengeluaran rumah tangga pedagang lokal bila dikaitkan dengan hasil analisis pengeluaran rumah tangga pedagang migran menunjukkan bahwa dampak dari tingginya permintaan terhadap sektor perumahan dirasakan oleh pedagang lokal maupun pedagang migran. Jika diasumsikan bahwa tingginya permintaan terhadap perumahan ini sebagai akibat dari adanya migrasi, maka pedagang lokal dalam hal ini mengalami dampak negatif. Namun analisis perbedaan pendapatan menunjukkan bahwa peningkatan pendapatan menunjukkan

bahwa pendapatan yang diperoleh lebih tinggi (83%) dibandingkan dengan peningkatan biaya perumahan (79,9%), sehingga dapat disimpulkan adanya migrasi memberikan akumulasi dampak positif bagi pedagang lokal.

1.) Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Motivasi Masyarakat dalam Memilih Kecamatan Ulee Kareng sebagai Tempat Bermukim

Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi masyarakat dalam memilih lokasi tempat tinggal yang sebagai berikut: faktor keamanan; faktor kenyamanan; jauh dari pusat bencana; tersedianya lahan perumahan; dekat dengan pusat kota; mengikuti saudara/ kerabat, dekat dengan pusat pendidikan; dan kawasan pengembangan Kota Banda Aceh. Distribusi pendapat responden berdasarkan motivasi migrasi dapat dilihat pada Tabel 1.

2.) Analisis Dampak Migrasi terhadap Pengembangan Wilayah di Kecamatan Ulee Kareng

Penduduk merupakan faktor utama dalam pengembangan wilayah, berikut akan dianalisis dampak migrasi penduduk dari wilayah yang terkena bencana alam terhadap: aspek sosial antara lain meliputi fasilitas pendidikan dan perumahan, aspek ekonomi antara lain meliputi jumlah pedagang, jumlah unit usaha dan perbedaan pendapatan pedagang di Kecamatan Ulee Kareng.

Jumlah Penduduk

Perubahan jumlah penduduk dalam suatu wilayah, secara umum dipengaruhi oleh faktor kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan faktor migrasi masuk dan migrasi ke luar.

(5)

Tabel 1. Motivasi Masyarakat untuk Bermigrasi ke Wilayah Kecamatan Ulee Kareng

Pendapat

No. Motivasi Bermigrasi

Setuju % Tidak Setuju % Total

1. Keamanan 21 77,8 6 22,2 27

2. Kenyamanan 22 81,5 5 18,5 27

3. Jauh dari pusat bencana 23 85,2 4 14,8 27

4. Tersedianya lahan

perumahan 10 37,0 17 63,0 27

5. Dekat dengan pusat kota 14 51,9 13 48,1 27

6. Mengikuti saudara/kerabat 9 33,3 18 66,7 27

7. Dekat pusat pendidikan 16 59,3 11 40,7 27

8. Kawasan pengembangan

Kota Banda Aceh 11 40,7 16 59,3 27

9. Keberadaan jalur angkutan

umum 11 40,7 16 59,3 27

10. Menemani orang tua 2 7,4 25 92,6 27

11. Pindah pekerjaan 5 18,5 22 81,5 27

Sumber: Data Primer Diolah, Tahun 2007.

Fasilitas Pendidikan

Data yang diperoleh dari Kecamatan Ulee Kareng menunjukkan bahwa masih terdapat warga yang pada usia sekolah belum menikmati pendidikan. Menyajikan data perbandingan penduduk yang berada pada kelompok usia sekolah tahun 2004 dengan tahun 2006. Data tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2004, persentase penduduk usia sekolah yang tidak sekolah adalah sebesar 9,8%, sedangkan pada tahun 2006 adalah sebesar 7,8% terjadi penurunan presentase tidak sekolah antara sebelum dan sesudah bencana alam sebesar 2%.

Faktor lain yang mempengaruhi antara lain jumlah fasilitas dan jarak fasilitas pendidikan ke lingkungan perumahan warga. Tabel 4.33, menunjukkan perbandingan jumlah fasilitas pendidikan tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Sekolah Menengah Umum/Kejuruan sebelum bencana alam (tahun 2004) dan sesudah bencana (tahun 2006). Kenaikan jumlah yang terjadi hanya pada tingat Sekolah Dasar yaitu sebanyak dua unit, sedangkan untuk tingkat SLTP belum ada penambahan jumlah, hanya terdapat satu unit dan untuk tingkat SMU/SMK sedang dalam pembangunan.

Fasilitas Perumahan

Data mengenai jumlah rumah pada periode sebelum bencana alam (tahun 2004) dan sesudah bencana alam (tahun 2007) yang diperoleh dari hasil wawancara dengan Camat Ulee Kareng sektor perumahan mengalami peningkatan dari 2.540 unit menjadi 4.177 unit, atau mengalami peningkatan sebesar 64,45%. Peningkatan jumlah rumah yang cukup signifikan difasilitasi oleh Pemerintah Propinsi NAD untuk perumahan karyawan, pihak developer perumahan, dan beberapa NGO. Umumnya pihak developer perumahan sudah memiliki sejumlah lahan yang dibeli jauh sebelum bencana alam terjadi, bahkan sebagian perumahan-perumahan yang sebelum bencana terbengkalai, sesudah bencana pihak developer segera menyempurnakan pembangunan perumahan tersebut. Hal ini dilakukan untuk memenuhi tingginya permintaan akan rumah oleh masyarakat di wilayah Ulee Kareng.

Aspek Ekonomi 1. Jumlah Pedagang

(6)

Kecamatan Ulee Kareng. Ditinjau dari perubahan jumlah pedagang yang ada di Pasar Ulee Kareng mengalami perubahan yang cukup signifikan. Perubahan yang dimaksud diindikasikan dengan terjadinya pertambahan jumlah pedagang dalam rentang waktu 2 periode (Tahun 2004-2005 dan Tahun 2005-2006) sebanyak 379 kepala keluarga (148%).

2. Jumlah Unit Usaha

Dampak migrasi penduduk dari wilayah yang terkena bencana alam ke wilayah yang tidak terkena bencana alam, ditinjau dari perubahan jumlah unit usaha yang ada di Pasar Ulee Kareng juga mengalami perubahan yang cukup signifikan seiring dengan perubahan jumlah pedagangnya.

Pertambahan jumlah unit usaha dalam rentang waktu 2 periode (tahun 2004–2005 dan tahun 2005-2006) sebanyak 389 unit usaha (146,2%).

Infrastruktur

Fasilitas prasarana perhubungan yang ada di Kecamatan Ulee Kareng berupa jalan sepanjang 83,091 km, yang terdiri atas jalan aspal sepanjang 65,244 km, jalan diperkeras sepanjang 4,319 km dan jalan tanah sepanjang 13,528 km (Kecamatan Ulee Kareng Dalam Angka Tahun 2006). Pascabencana, penambahan ruas jaringan jalan yang sedang dalam proses pembangunan di kawasan ini adalah jaringan Jalan Panglima Nyak Makam-Tanjong sepanjang 2,250 km, yang dilengkapi dengan jembatan sepanjang 200 m yang membelah sungai Krueng Aceh dan menghubungkan Kecamatan Ulee Kareng dengan Kecamatan Lambaro Kabupaten Aceh Besar.

Aspek Kelembagaan

Kajian mengenai aspek kelembagaan difokuskan pada pertumbuhan lembaga koperasi yang ada di Kecamatan Ulee Kareng.

Jenis koperasi yang mengalami pertumbuhan yang pesat adalah Koperasi Serba Usaha (KSU), yaitu sebesar 3 unit. KSU bergerak di bidang simpan pinjam, anggotanya terdiri dari masyarakat umum diprioritaskan kepada masyarakat yang mempunyai usaha produktif. Pertumbuhan koperasi ini dipicu oleh tingginya minat masyarakat meminjam modal usaha pada koperasi.

Pertumbuhan lainnya juga dialami oleh Koperasi Wanita (Kopwan) sebesar 1 unit dan koperasi lainnya sebesar 4 unit. Kopwan adalah koperasi yang memberikan pinjaman kepada ibu-ibu rumah tangga yang mempunyai usaha produktif, seperti usaha berjualan kue tradisional. Koperasi lainnya adalah koperasi yang tidak dapat diklasifikasikan dalam jenis-jenis koperasi di atas, yang dibentuk oleh kelompok masyarakat yang mempunyai kesamaan usaha.

3.) Analisis Perbedaan Pendapatan

Pedagang sebelum dan Sesudah

Bencana Alam Pedagang Migran

Hasil analisis perbedaan rata-rata pendapatan pedagang migran sebelum dan sesudah terjadinya gangguan alam di Kecamatan Ulee Kareng, dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Analisis Rata-Rata Pendapatan Pedagang Migran

Uraian Sebelum

Migrasi

Sesudah Migrasi

Perbedaan Pendapatan

% Perbedaan

Rata-rata Pendapatan Pedagang

Migran (Rp/bulan) 1.494.737 1.263.158 -231.579 -15.5

Signifikansi = 0,508

t(37 ; 0,025) = 1,960

t(hitung) = 0,668

(7)

Tabel 3. Hasil Analisis Rata-rata Pendapatan Pedagang Lokal

Uraian Sebelum

Bencana

Sesudah Bencana

Perbedaan pendapatan

% Perbedaan

Rata-rata Pendapatan Pedagang

Lokal (Rp/bulan) 565.385 1.034.615 469.230 83

Signifikansi = 0,011

t(26 ; 0,025) = 2,.060

t(hitung) = 2,741

Sumber: Data Primer Diolah, Tahun 2007.

Tabel 2, menunjukkan bahwa thitung < ttabel (α = 5 %) atau 0,668 < 1,960 hal ini menunjukkan bahwa H1 ditolak, di mana tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata pendapatan pedagang migran di Kecamatan Ulee Kareng, Kota Banda Aceh sebelum dan setelah migrasi.

Rata-rata pendapatan pedagang migran menurun sebesar Rp. 231.579,- atau 15,5% per bulan, hal ini disebabkan sebahagian besar pedagang migran mempunyai usaha toko pakaian jadi, sepatu, dan barang pecah belah, yang bukan merupakan barang kebutuhan pokok. Penurunan pendapatan pedagang migran cukup kecil, sehingga secara statistik hipotesis ditolak dan dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata pendapatan pedagang migran sebelum dan sesudah bermigrasi ke daerah yang baru.

Pedagang Lokal

Tabel 3, menyajikan hasil analisis perbedaan rata-rata pendapatan pedagang lokal sebelum dan setelah terjadinya bencana alam di Kecamatan Ulee Kareng.

Tabel 3, menunjukkan bahwa thitung > ttabel (α = 5 %) atau 2,741 > 2,060, hal ini menunjukkan bahwa H1 diterima, di mana terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata pendapatan pedagang lokal di Kecamatan Ulee Kareng Kota Banda Aceh sebelum dan setelah bencana alam.

Peningkatan pendapatan pedagang lokal cukup besar, sehingga secara statistik hipotesis diterima dan dinyatakan bahwa terdapat perbedaan rata-rata pendapatan pedagang lokal sebelum dan sesudah bencana alam.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang disajikan pada bab terdahulu, maka pada bagian ini dirumuskan beberapa kesimpulan, antara lain:

1.

Hasil kajian membuktikan bahwa faktor yang paling dominan memotivasi masyarakat dalam memilih wilayah Ulee Kareng sebagai tempat bermukim adalah faktor jauh dari pusat bencana.

2.

Dampak migrasi penduduk ke wilayah Kecamatan Ulee Kareng dalam hubungannya dengan pengembangan wilayah terhadap aspek sosial, aspek ekonomi, infrastruktur, dan kelembagaan.

3.

Pascabencana alam, rata-rata pendapatan pedagang migran mengalami penurunan sebesar Rp. 231.579,- atau 15,5% per bulan.

SARAN

Beberapa saran dari kesimpulan penelitian tersebut di atas, diajukan untuk pihak pemerintah, masyarakat, dan para akademisi, sebagai berikut:

1. Pemerintah

a. Sudah saatnya membuat manajemen mitigasi bencana antara lain kegiatan pelatihan dan sosialisasi untuk meningkatkan kesigapan dan kesadaran masyarakat secara kontinu untuk menghadapi situasi sulit, mengingat potensi gempa dan tsunami di Propinsi NAD amat tinggi.

(8)

2. Masyarakat

Mematuhi kebijakan yang telah digariskan oleh pemerintah khususnya para pedagang dengan berjualan di tempat yang telah ditentukan, agar terhindar dari kesemrautan lalulintas.

3. Akademisi

Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan studi pengembangan wilayah Ulee Kareng berkaitan dengan potensi Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Alam, mengingat wilayah Ulee Kareng merupakan wilayah pengembangan Kota Banda Aceh.

DAFTAR RUJUKAN

Anonimus, 2005, Rancangan Rencana Induk Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah Aceh dan Nias, Sumatera Utara; Buku IV: Rencana Bidang Ekonomi dan Ketenagakerjaan, Republik Indonesia.

, 2005, Rencana Strategis (Renstra) Kota Banda Aceh 2005–2009, Pemerintah Kota Banda Aceh.

, 2006, Dampak Bencana Gempa dan Tsunami terhadap Perekonomian Regional Sumatera Utara, Bank Indonesia (Kerjasama antara Bank Indonesia Medan dengan LPPM USU), Medan.

, 2006, Kecamatan Ulee Kareng Dalam Angka, Badan Pusat Statistik, Kota Banda Aceh.

, 2006, Population of Kota Banda Aceh, Badan Pusat Statistik, Jakarta, Indonesia.

, 2006, Profil Kecamatan Ulee Kareng Pasca Bencana Alam Gempa Bumi dan Tsunami, Kecamatan Ulee Kareng, Kota Banda Aceh.

, 2006, Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Banda Aceh 2007– 2016, Pemerintah Kota Banda Aceh.

Arikunto, S., 2002, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek), PT Rineka Cipta, Jakarta.

Arsyad Lincolin, 1999, Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah, BPFE Yogyakarta.

Isard, Walter, 1976, Methods of Regional Science, The Massachusets Institute of Technology, USA

Jayadinata, J.T., 1999, Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Pedesaan, Perkotaan dan Wilayah. Penerbit ITB Bandung.

Keban, Yeremis T., 1994, Studi Niat Bermigrasi di Tiga Kota: Determinan dan Intervensi Kebijaksanaan, Majalah Prisma No. 7, Juli.

Gambar

Gambar 1. Skematis Terjadinya Dampak (Soemarwoto, 1999)
Tabel 1.  Motivasi Masyarakat untuk Bermigrasi ke Wilayah Kecamatan Ulee Kareng
Tabel 2.  Hasil Analisis Rata-Rata Pendapatan Pedagang Migran
Tabel 3.     Hasil Analisis Rata-rata Pendapatan Pedagang Lokal

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini yaitu; (1) menghasilkan komik yang memiliki karakteristik berbasis desain grafis, dan berisi materi Besaran dan Satuan SMP kelas VII SMP, dan

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang

2. Kongres Pemuda Kedua adalah kongres pergerakan pemuda Indonesia yang melahirkan keputusan yang memuat ikrar untuk mewujudkan cita-cita berdirinya negara Indonesia, yang

Menurut Car dan Kemmis (dalam I.G.A.K Wardani, dkk) penellitian tindakan kelas ini adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya melalui refleksi

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) upaya layanan bimbingan konseling Islam yang dilakukan guru konselor untuk menyadarkan perilaku merokok pada siswa di SMP Negeri 5

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

Selain dari beberapa karya di atas, Fazlur Rahman pernah menulis artikel yang berjudul “Iqbal in Modern Muslim Thoght” Rahman mencoba melakukan survei terhadap