Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM EKSTENSI MEDAN
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS EVA DAN MVA ANTARA PT
INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. DENGAN PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk.
DRAFT SKRIPSI OLEH:
MELKY SEDEK HAMONANGAN S 060521099
DEPARTEMAN MANAJEMEN
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Universitas Sumatera Utara Medan
Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM S1 EKSTENSI MEDAN
PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI
NAMA : Melky Sedek Hamonangan S
NIM : 060521099
DEPARTEMEN : Manajemen
JUDUL SKRIPSI : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan dengan Menggunakan Analisis EVA dan MVA antara PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk dengan PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk.
Tanggal : Agustus 2009 Dosen Pembimbing
Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM S1 EKSTENSI MEDAN
PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK
NAMA : Melky Sedek Hamonangan S
NIM : 060521099
DEPARTEMEN : Manajemen
JUDUL SKRIPSI : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan dengan Menggunakan Analisis EVA dan MVA antara PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk dengan PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk.
Tanggal : Agustus 2009 Ketua Departemen Manajemen
(Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si)
Tanggal : Agustus 2009 Dekan Fakultas Ekonomi
(Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec)
Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009.
SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan ini adalah hasil kerja saya sendiri melalui penelitian yang saya lakukan di PT. Varia Sekata Pancurbatu. Segala sumber dan kutipan yang terdapat dalam skripsi ini telah saya lampirkan sebagaimana mestinya.
Medan, Agustus 2009
Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih, anugerah
dan pengharapan dari-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan
skripsi ini. Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi Departemen
Manajemen Universitas Sumatera Utara.
Selama proses penyusunan skripsi ini penulis banyak memperoleh bimbingan,
nasehat, dan bantuan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Hj. Ritha F. Dalimunthe, SE, MSi., selaku Ketua Departemen
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Nisrul Irawaty, MBA, selaku Sekretaris Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dra. Lisa Marlina M.Si, sebagai Dosen Pembimbing yang telah
memberikan arahan dan nasihat dalam penulisan skripsi ini.
5. Dr. Isfenti Sadalia SE. ME, sebagai Dosen Penguji I yang telah memberikan
penyempurnaan dan penilaian dalam penulisan skripsi ini.
6. Ibu Dr. Khaira Amalia F.SE, MBA,Ak., sebagai Dosen Penguji yang telah
memberikan penyempurnaan dan penilaian dalam penulisan skripsi ini.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya yang
Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. 8. Seluruh Staf Pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
khususnya yang terdapat di Departemen Manajemen.
9. Keluargaku yang kucintai, Bapak A. Sipayung dan Mama R. br. Saragih,
adik-adikku, yang selalu ada memberi motivasi.
10.Teman-temanku di Jurusan Manajemen, CIPTA18, dan GMnet terima kasih
atas persahabatanya. Tuhan menyertai kita.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan pendidikan, dan untuk kemajuan peradaban Bangsa Indonesia.
Medan, Agustus 2009
Penulis
Melky Sedek Hamonangan S. NIM: 060521099
Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009.
ABSTRAK
Secara umum terdapat terdapat tiga tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan kekayaan pemegang saham, tanggung jawab sosial, dan memaksimalkan harga saham dan kesejahteraan sosial. Pencapaian tujuan tersebut diwujudkan dengan pencapaian suatu kinerja keuangan yang baik dari manajemen perusahaan. Mengukur keuangan kinerja perusahaan dapat dilakukan menggunakan pendekatan Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA).
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana kinerja keuangan PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. dan PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk. dengan menggunakan analisis EVA dan MVA dan Bagaimana perbandingan kinerja keuangan kedua perusahaan setelah dilakukan analisis.. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis kinerja manajemen dengan menggunakan analisis EVA dan MVA pada PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. dan PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk. dan untuk mengetahui perbandingan kinerja keuangan kedua perusahaan. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Data yang digunakan adalah data sekunder. Penelitian dilakukan tahun 2004-2008.
Hasil penelitian ini adalah bahwa PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. memperoleh nilai EVA negatif pada tahun 2004 dan 2006, sedangkan pada tahun 2005, 2007, dan 2008 perusahaan memperoleh nilai EVA positif. Untuk nilai MVA-nya, perusahaan ini memperoleh nilai yang positif selama tahun 2004-2008. Untuk PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk., perseroan memperoleh nilai EVA yang selalu positif selama tahun 2004-2008. Perbandingan yang dilakukan berdasarkan perolehan nilai EVA dan MVA pada kedua perusahaan menunjukkan bahwa kinerja PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk lebih baik dari pada PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk.
Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAAN ... ii
PERNYATAAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
ABSTRAK ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakan Masalah... 1
B. Perumusan Masalah ... 7
C. Kerangka Konseptual ... 8
1. Economic Value Added ... 8
2. Market Value Added ... 8
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9
E. Metodologi Penelitian ... 9
1. Batasan Operasional ... 9
2. Definisi Operasional ... 10
3. Lokasi dan Waktu Penelitian... 13
4. Jenis Data dan Sumber Data... 13
5. Teknik Pengumpulan Data ... 14
6. Metode Analisis Data... 14
BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu... 15
B. Economic Value Added 1. Pengertian Economic Value Added ... 16
2. Perhitungan Economic Value Added ... 17
a. Net Oerating After Tax ... 19
Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009.
c. Cost of Capital ... 21
3. Manfaat Economic Value Added ... 29
4. Kelebihan dan Kelemahan Economic Value Added ... 35
5. Strategi Kenaikan Economic Value Added ... 36
C. Market Value Added ... 37
D. Hubungan EVA dengan MVA ... 40
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A.PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk ... 43
1. Sekilas PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk ... 43
2. Kondisi Umum Perusahaan ... 48
B.PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk. ... 52
1. Sekilas PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk ... 52
2. Kondisi Umum Perusahaan ... 61
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI A.ANALISIS EVA ... 64
1. Menghitung NOPAT ... 64
2. Menghitung Cost of Capital ... 68
3. Menghitung WACC ... 84
4. Menghitung Invested Capital ... 87
5. Menghitung dan Mengevaluasi Nilai EVA... 91
B.ANALISIS MVA ... 94
C.PERBANDINGAN NILAI EVA DAN MVA ... 101
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.KESIMPULAN ... 104
B.SARAN ... 106
Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009.
DAFTAR TABEL
Tabel 3.9 Volume Produksi dan Penjualan Semen SMGR tahun 2004-2008... 62
Tabel 4.11 Perhitungan Cost of Equity (Metode CAPM) INTP tahun 2008-2004... 82
Tabel 4.12 Perhitungan Cost of Equity (Metode CAPM) SMGR tahun 2008-2004... 82
Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009.
Tabel 4.14 Perhitungan WACC SMGR tahun 2008-2004 ... 86
Tabel 4.15 Perhitungan Invested Capital INTP tahun 2008-2004 ... 88
Tabel 4.16 Perhitungan Invested Capital SMGR tahun 2008-2004 ... 89
Tabel 4.17 Perhitungan nilai EVA INTP tahun 2008-2004 ... 93
Tabel 4.18 Perhitungan nilai EVA SMGR tahun 2008-2004... 93
Tabel 4.19 Perhitungan nilai MVA INTP tahun 2008-2004 ... 95
Tabel 4.20a Perhitungan nilai MVA SMGR tahun 2008-2004 ... 96
Tabel 4.20b Perhitungan nilai MVA SMGR tahun 2008-2004 ... 97
Tabel 4.23 Perbandingan EVA terhadap Pendapatan Bersih dan Kenaikan Saham INTP tahun 2008-2004 ... 100
Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Gambar Struktur Organisasi PT INDOCEMENT TUNGGAL
PRAKARSA Tbk.
Lampiran 2 Gambar Struktur Oraganisasi PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk.
Lampiran 3 Company report PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA
Tbk. dari Bursa Efek Indonesia.
Lampiran 4 Company report PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk. dari Bursa Efek Indonesia.
Lampiran 5 Neraca Konsolidasian PT INDOCEMENT TUNGGAL
PRAKARSA Tbk. tahun 2008 dan 2007.
Lampiran 6 Laporan Laba Rugi Konsolidasian PT INDOCEMENT
TUNGGAL PRAKARSA Tbk. tahun 2008 dan 2007.
Lampiran 7 Neraca Konsolidasian PT INDOCEMENT TUNGGAL
PRAKARSA Tbk. tahun 2006 dan 2005.
Lampiran 8 Laporan Laba Rugi Konsolidasian PT INDOCEMENT
TUNGGAL PRAKARSA Tbk. tahun 2006 dan 2005.
Lampiran 9 Neraca Konsolidasian PT INDOCEMENT TUNGGAL
PRAKARSA Tbk. tahun 2004 dan 2003.
Lampiran 10 Laporan Laba Rugi Konsolidasian PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. tahun 2004 dan 2003.
Lampiran 11 Neraca Konsolidasian PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk. tahun 2008 dan 2007.
Lampiran 12 Laporan Laba Rugi Konsolidasian PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk. tahun 2008 dan 2007.
Lampiran 13 Neraca Konsolidasian PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk. tahun 2006 dan 2005.
Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. Lampiran 15 Neraca Konsolidasian PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk.
tahun 2004 dan 2003.
Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Krisis ekonomi global yang terjadi pada saat ini dampaknya sudah dapat
dirasakan. Tidak hanya para pengusaha/investor yang ikut merasakannya,
kejadian itu juga mempengaruhi seluruh lapisan masyarakat yang merupakan
stakeholder dari kegiatan perekonomian. Inti dari kejadian kejadian krisis
ekonomi global saat ini adalah terjadinya perlambatan dan penurunan
pertumbuhan ekonomi. Setiap sektor perekonomian ikut merasakannya walaupun
dengan pengaruh yang berbeda-beda. Hal tersebut ditandai dengan terjadinya
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) oleh perusahaan, laporan keuangan
perusahaan yang mengalami kerugian, lapangan kerja yang berkurang.
Kegiatan perekonomian diisi oleh unit-unit kegiatan bisnis. Unit kegiatan
bisnis ini dapat dijalankan dengan cara perorangan maupun dengan berkelompok.
Bentuk unit kegiatan bisnis yang dijalankan secara perorangan sering disebut
dengan perusahaan perseorangan. Sedangkan unit kegiatan bisnis yang dijalankan
dengan berkelompok terdiri dari berbagai bentuk, seperti: Persekutuan dengan
Firma, Persekutuan Komanditer dan Perseroan Terbatas. Dari keempat bentuk
badan usaha dalam menjalankan kegiatan bisnis, Perseroan Terbatas merupakan
bentuk yang paling populer. Namun bagaimanapun bentuk badan usaha dalam
menjalankan kegiatan bisnis tersebut, seorang pebisnis tentunya menginginkan
Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. berkembang. Dalam menjalankan bisnis tentunya tidak seperti pohon yang
tumbuh ditengah hutan, pohonnya tumbuh besar tidak ada yang merawatnya.
Dalam menjalankan bisnis dibutuhkan ilmu manajemen yang dapat
menumbuhkembangkan bisnis tersebut.
Perseroan Terbatas adalah suatu perusahaan yang modalnya berbentuk
saham-saham. Pada Perseroan Terbatas terjadi pemisahan yang tegas antara pemilik
modal dengan pihak manajemen perusahaan. Selain itu perpindahan kepemilikan
perusahaan juga dapat terjadi kapan saja, sehingga pengukuran kinerja manajeman
dalam menjalankan perusahaan merupakan hal yang crucial. Dengan melakukan
pegukuran terhadap kinerja manajemen, pemilik/investor akan mengetahui
apakah perusahannya mampu memberikan benefit atau return yang diharapkan.
Dalam mengelola perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas, manajemen
perusahaan dituntut beberapa hal yang menjadi tujuan perusahaan yaitu: (1)
Memaksimalkan kekayaan pemegang saham, (2) Tanggung jawab sosial, dan (3)
Memaksimalkan harga saham dan kesejahteraan sosial. Dalam pencapaian tujuan
tersebut sering terjadi konflik antara manajemen dengan pemilik perusahaan
maupun kreditor.
Pencapaian tujuan perusahaan dapat diukur melalui penilaian terhadap kinerja
keuangan perusahaan. Tercapainya kinerja keuangan perusahaan yang baik
tentunya akan memberikan prospek yang positif dalam pencapaian tujuan
perusahaan. Penilaian kinerja keuangan perusahan sangatlah penting karena dapat
digunakan manajemen sebagai alat untuk meyakinkan pemilik perusahaan dan
investor. Penilaian kinerja keuangan perusahaan juga dapat digunakan pihak
Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. telah ditetapkan perusahaan sebalumnya. Selain itu, penilaian kinerja keuangan
perusahaan dapat digunakan menjadi patokan perusahaan dalam menyusun
perencanaan keuangan perusahaan dimasa yang akan datang.
Dalam melakukan penilaian terhadap kinerja keuangan perusahaan terdapat
banyak teknik analisis yang dapat digunakan. Objek yang dianalisis dalam
melakukan penilaian terhadap kinerja keuangan perusahaan adalah laporan
keuangan. Pada penelitian ini dua alat analisis yang akan dipergunakan yaitu
analisis Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA). Analisis
EVA dan MVA merupakan konsep yang dikembangkan oleh Joel M. Stern dan G.
Bennet Stewart III pemilik perusahaan konsultan Stern Stewart Management
Service. Kedua alat analisis ini dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur
kinerja manajemen. Analisis EVA menilai kinerja manajemen dengan mengukur
keberhasilan manajemen dalam menambahkan nilai kedalam investasi yang
ditanamkan shareholder. Analsis EVA juga merupakan alat yang dapat digunakan
sebagai sebagai pengukur keberhasilan kinerja manajemen untuk perusahaan.
Analisis MVA digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan manajemen
dalam memaksimalkan kekayaaan pemegang saham. Hal itu diwujudkan dengan
terjadinya peningkatan nilai pasar saham.
Menurut artikel di majalah Fortune EVA telah banyak digunakan diberbagai
perusahaan besar di Amerika Serikat, seperti Coca-cola, AT&T, Quackers Oats,
Elly Lilly, Tenneco. Survey yang dilakukan Manufacture’s Aliances
mengungkapkan bahwa EVA adalah pengukur kinerja yang paling banyak
digunakan didunia usaha. Survei tersebut menemukan bahwa sebagian besar
Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. Serikat berpendapat bahwa penggunaan EVA membuat perusahaan lebih
memfokuskan perhatian pada pencipataan nilai perusahaan (creating a firm
value).
Untuk MVA, Djawahir (2007) menuliskan artikelnya pada majalah SWA yang
berjudul “Mengukur Kekayaan Perusahaan” menyatakan bahwa Market Value
Added mencerminkan ekspektasi pemegang saham terhadap perusahaan dalam
menciptakan kekayaan di masa mendatang. Pendekatan ini dianggap lebih
komprehensif dan objektif untuk menilai perusahaan. MVA mengukur kekayaan
(wealth) yang diakumulasi perusahaan dari waktu ke waktu untuk pemegang
saham. MVA merupakan merupakan net present value dari seluruh EVA yang
akan datang.
Pada Perseroan Terbatas pihak yang memiliki persentase modal lebih dari 50%
merupakan pihak yang memiliki andil didalam menentukan manajemen
perusahaan. Satu hal yang tidak dapat kita bantah, bahwa PT merupakan produk
dari globalisasi ekonomi dan krisis ekonomi global yang terjadi saat ini
merupakan efek negatif yang dilahirkan globalisasi ekonomi. Di Indonesia
perusahaan berbentuk PT yang besar umumnya terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) dan dilihat dari kepemilikannya, ada PT yang dikusai oleh pemerintah
(BUMN), ada yang dikuasai pihak swasta, maupun patungan (joint venture).
Untuk pihak swasta dapat kita pisahkan yaitu swasta asing (PMA) dengan swasta
domesik (PMD), sedangkan joint venture merukapan kombinasi dari pemerintah
atau swasta domestik dengan swasta asing.
Pada penelitian ini, PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. (INTP)
Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. akan diteliti. INTP mulai beroperasi pada tahun 1985. Heidelberger Zement
(Jerman) merupakan pemilik modal terbesar yakni sebesar 60,60%. Sedangkan
SMGR mulai beroperasi pada tahun 1957 pemegang saham mayoritas pada
perusahaan ini adalah negara Republik Indonesia dengan jumlah saham 51,59%
Kedua perusahaan itu memiliki beberapa persamaan yaitu bergerak disektor
manufaktur yang memproduksi semen, merupakan perusahaan joint venture, dan
terdaftar pada kelompok saham Indeks LQ45 untuk periode perdagangan 02
Februari 2009 sampai dengan 31 Juli 2009. Yang menjadi perbedaan diantara
kedua perusahaan ini adalah pengelolanya. INTP dikelola oleh kombinasi dari
orang asing dengan orang Indonesia, sedangkan manajemen SMGR dikelola oleh
orang Indonesia.
Melalui penelitian ini akan diketahui bagaimana kinerja keuangan kedua
perusahaan. Setelah dilakukan analisis kinerja keuangan kedua perusahaan ini
akan diperbandingkan. Perbandingan dilakukan untuk mengetahui bagaimana
kinerja keuangan suatu perusahaan yang dikelola oleh kombinasi orang asing dan
orang Indonesia (INTP) dengan perusahaan yang dikelola orang Indonesia
(SMGR). Jika dilihat dari kapasitas produksi dan jumlah penjualan SMGR
meduduki peringkat satu di Indonesia lalu di susul oleh INTP. Sebagai
perbandingan awal pada tabel 1.1 dapat dilihat perolehan laba bersih INTP dan
SMGR dari tahun 2004-2008. Pada tabel 1.2 dapat dilihat nilai nominal saham
dan nilai pasar saham tertinggi, terendah, dan penutupan setiap tahunnya dari
Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009.
Tabel 1.1
Perolehan Laba Bersih INTP dan SMGR tahun 2004-2008 (dalam jutaan rupiah)
2004 2005 2006 2007 2008
INTP 116.023 739.686 592.802 980.103 1.745.501 SMGR 520.589 1.001.772 1.295.520 1.775.408 2.523.544
Sumber: INTP dan SMGR (2008)
Tabel 1.2
Nilai Nominal dan Nilai Pasar Saham INTP dan SMGR tahun 2004-2008 (dalam rupiah)
Berdasarkan tabel 1.1 bahwa laba bersih kedua perusahaan perusahaan dari
tahun 2004-2008 umumnya mengalami peningkatan. Namun dalam analisis EVA
perolehan laba bersih tidak memberikan jaminan untuk memperoleh nilai EVA
yang positif, sehingga perusahaan yang memperoleh laba belum tentu memiliki
Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. saham setiap tahunnya dari tahun 2004-2008. Fluktuasi nilai pasar saham kedua
perusahaan setiap tahunnya berada diatas nilai nominal saham perusahaan.
Perubahan nilai pasar saham dapat menunjukkan perubahan nilai kekayaan yang
diinvestasikan oleh pemegang saham. Peningkatan nilai pasar saham
menunjukkan prestasi manajemen dalam menciptakan nilai bagi perusahaan yang
nilainya diukur melalui perolehan nilai MVA perusahaan.
Berdasarkan uraian diatas dapat dijelaskan mengapa kinerja keuangan menjadi
pokok pembahasan yang diangkat pada penelitian ini dengan laporan keuangan
PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. dan PT SEMEN GRESIK
(PERSERO) Tbk. sebagai objek yang dianalisis. Setelah analisis dilakukan kinerja
keuangan kedua perusahaan tersebut selanjutnya diperbandingkan. Analisis EVA
dan MVA akan menunjukkan apakah manajemen mampu menciptakan nilai bagi
perusahan. Dengan bertambahnya nilai perusahaan dan kekayaan pemilik saham
tentunya akan menunjukkan kinerja keuangan yang baik yang diberikan oleh
manajeman kepada perusahaan dan pemilik perusahaan.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya,
maka rumusan pokok masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kinerja keuangan PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA
Tbk. dan PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk. dengan menggunakan
Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. 2. Bagaimana perbandingan kinerja keuangan PT INDOCEMENT TUNGGAL
PRAKARSA Tbk. dan PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk. setelah
dilakukan analisis ?
C. Kerangka Konseptual 1. Economic Value Added
Menurut Young & O’Byrne (2001:17) EVA merupakan perhitungan
profitabilitas suatu operasi perusahaan yang tidak hanya mengurangi dengan biaya
opersi namun juga mengurangkan biaya modal yang terkait dengan operasi
tersebut terhadap total pendapatan. Dengan melakukan perhitungan terhadap
nilai EVA suatu perusahaan, maka akan ada tiga kemungkinan hasil yang
diperoleh:
EVA > 0 (positif) maka keuntungan yang diperoleh perusahaan melebihi harapan
tingkat pengembalian yang diharapkan investor dan mampu menutupi biaya-biaya
yang timbul untuk memperoleh keuntungan tersebut, terjadi pertambahan nilai.
EVA = 0 (impas) maka keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan sudah
sesuai dengan harapan tingkat pengembalian yang diharapkan investor dan
mampu menutupi biaya-biaya modal yang timbul untuk mendapatkan keuntungan
tersebut.
EVA < 0 (negatif) maka keuntungan yang diperoleh perusahaan tidak sesuai
dengan harapan tingkat pengembalian yang diharapkan investor dan biaya-biaya
yang dikeluarkan tidak dapat ditutupi.
2. Market Value added
Menurut Nasser (2003), MVA adalah selisih antara harga pasar per lembar
Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. jumlah saham yang beredar. Hal tersebut dilakukan jika perusahan hanya
memiliki surat berharga hanya dalam bentuk saham biasa. Jika surat berharga
perusahaan terdiri saham biasa, obligasi, surat berharga lainnya, menurut
Djawahir (SWA:2007) MVA diperoleh dengan menghitung nilai perusahaan
(penjumlahan harga pasar seluruh saham, surat utang dan surat berharga lainnya)
dikurangi nilai buku (book value) atau modal yang diinvestasikan. Dalam
menghitung nilai MVA dua kemungkinan hasil yang akan diperoleh yaitu:
MVA positif, nilai tersebut menujukkan bahwa manajemen perusahaan berhasil
dalam memaksimalkan kekayaan pemegang saham perusahaan.
MVA negatif, nilai tersebut menunjukkan kinerja yang buruk dari manajemen
perusahaan. Manajemen perusahaan tidak berhasil dalam memaksimalkan
kekayaan pemegang saham perusahaan.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui dan menganalisis kinerja manajemen dengan menggunakan
analisis EVA dan MVA pada PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA
Tbk. dan PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk.
b. Untuk mengetahui bagaimana perbandingan kinerja keuangan antara PT
INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. dan PT SEMEN GRESIK
(PERSERO) Tbk.
Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. a. Bagi penulis, menambah wawasan dan memperdalam pengetahuan mengenai
analisis Economic Value Added, Market Value Added, dan pengaplikasiannya.
b. Bagi pihak lain, memberikan sumbangan pemikiran terhadap ilmu
pengetahuan.
E. Metode penelitian 1. Batasan Operasional
Agar penelitian yang dilakukan lebih terarah dan tidak menyimpang dari
masalah yang sedang dianalisis maka batasan operasional penelitian ini adalah
melakukan analisis terhadap kinerja keuangan PT INDOCEMENT TUNGGAL
PRAKARSA Tbk. dan PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk. dengan
menggunakan metode analisis Economic Value Added dan Market Value Added
dengan data yang digunakan adalah laporan keuangan perusahan tersebut pada
tahun 2004 s/d 2008.
2. Definisi Operasional a. Economic Value Added
Young & O’Byrne (2001:39) menyatakan bahwa Economic Value Added
adalah suatu estimasi dari laba ekonomis yang sebenarnya dari bisnis untuk tahun
yang bersangkutan dan sangat berbeda dari laba akuntansi. EVA mencerminkan
laba residu yang tersisa setelah seluruh biaya modal termasuk biaya ekuitas telah
dikurangkan. Jadi, dalam konsep EVA dilandasi oleh gagasan laba ekonomis.
EVA merupakan selisih antara laba operasi perusahaan setelah pajak (NOPAT)
dengan rata-rata tertimbang biaya modal (WACC) dikali modal yang
diinvestasikan. Sehingga persamaan EVA diperoleh:
Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009.
Komposisi modal dari suatu perusahaan memberi pengaruh yang sangat besar
dalam menghitug nilai EVA. Secara umum dapat diperoleh dari hutang, penerbitan
saham istimewa, dan penerbitan sahan biasa. Komposisi modal tesebut
berpengaruh terhadap penghitungan biaya modal. Untuk INTP modalnya terdiri
dari hutang dan ekuitas saham biasa, untuk SMGR juga memiliki kombinasi
modal terdiri dari yaitu hutang dan ekuitas saham biasa. Tabel 1.3 menunjukkan
langkah-langkah menghitung nilai EVA.
Tabel 1.3
Langkah-lagkah menghitung nilai EVA
No Langkah Persamaan
1 Menghitung NOPAT NOPAT = EBIT (1-Tax)
2 Menghitung Invested Capital Invested Capital = hutang jangka pendek + hutang jangka panjang + minoritas + ekuitas pemegang saham biasa.
3 Menghitung Cost of Capital Kdt = Kd (1 – T)
Ke = Rf + beta [E(Rm) – Rf] 4 Menghitung WACC WACC = WdKdt (1- T) + We Ke 5 Menghitung Nilai EVA EVA = NOPAT - (WACC x Invested
Capital)
Sumber: Young & O’Byrne (2001)
Keterangan:
Invested Capital (IC) adalah merupakan penjumlah dari hutang jangka panjang
dan jangka pendek pendek perusahaan, hak minoritas, dan total ekuitas. Perlu
digaris bawahi bahwa hutang tersebut merupakan hutang-hutang yang terlepas
dari kegiatan niaga perusahaan misalnya kewajiban pajak tangguhan dan
Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009.
seperti pada SMGR. Untuk surat hutang tersebut yang dihitung adalah nilai
nominalnya.
Sesuai dengan komposisi modal yang dimiliki kedua perusahaan maka Cost of
capital yang ditanggung kedua perusahaan dibagi dua yaitu Cost of debt after
tax (Kdt) dan Cost of equity (Ke). Cost Of Capital merupakan tingkat
pengembalian minimum yang diminta oleh investor atas investasi yang
dilakukan. Cost of debt after tax (Kdt) merupakan beban bunga setelah pajak
yang bersumber dari hutang-hutang perusahaan yang mengandung bunga
termasuk obligasi. Perhitungan Cost of equity menggunakan metode Capital
Asset Pricing Model (CAMP). Ekuitas kedua perusahaan terdiri dari saham
biasa. Rf adalah tingkat pengembalian atas aktiva bebas resiko. Instrument
yang tepat digunakan untuk mengestimasi nilai Rf tingkat suku bunga SBI
bulanan atau triwulan yang dirata-ratakan selama satu tahun. E(Rm) merupakan
harapan pengembalian atas pasar saham. Beta adalah pengukuran dari resiko.
Weighted Average Cost of Capital (WACC) menggambarkan biaya modal yang
akan ditanggung perusahaan atas komponen-komponen modal yang mereka
gunakan. Untuk kedua perusahaan komponen modal terdiri dari hutang dan
saham biasa.
b. Market Value Added
Menurut Nasser (2003), Market Value Added adalah selisih antara nilai pasar
saham biasa perusahaan dengan nilai nominal saham biasa perusahaan dikalikan
dengan jumlah saham saham biasa perusahaan yang beredar. Sehingga persamaan
Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009.
MVA = (Nilai pasar saham biasa perusahaan – Nilai nominal saham biasa
perusahaan) x Jumlah saham saham biasa perusahaan yang beredar.
Untuk SMGR pada tahun 2004 dan 2005 perhitungan perhitungan nilai MVA
dilakukan dengan tidak mengikuti persamaan diatas, dimana pada tahun tersebut
mereka memiliki hutang dalam bentuk obligasi, sehingga perhitungan nilai MVA
yang dilakukan menggunakan persamaan dibawah ini yang diangkat dari Majalah
SWA (2007) :
MVA = (Harga pasar saham biasa + Nilai pasar surat hutang) – Modal yang
diinvestasikan.
Keterangan:
Harga pasar saham diperoleh dengan melakukan perkalian antara harga pasar
perlembar saham biasa perusahaan pada penutupan diakhir tahun dengan
jumlah saham biasa perusahan yang beredar.
Nilai pasar surat hutang diperoleh dari nilai hutang obligasi yang tercatat pada
neraca.
Untuk penghitungan modal yang diinvestasikan sama perhitungan Invested
capital pada perhitungan nilai EVA.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan melalui internet yaitu pada situs
ini dilaksanakan sejak bulan Maret 2009 sampai selesai.
4. Jenis Data dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder berupa data
Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. dari internet yaitu dari situs resmi PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA
Tbk dan PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk. berupa data-data keuangan dan
data yang berkaitan dengan perusahaan tersebut.
5. Tenik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah
dengan teknik dokumentasi, dimana data-data yang dibutuhkan telah tersedia.
Data-data tersebut diperoleh dari buku-buku dan internet.
6. Metode Analisis Data
Sesuai dengan namanya, uji beda, maka uji ini dipergunakan untuk mencari
perbedaan, baik antara dua sampel data atau antara beberapa sampel data. Dalam
kasus tertentu, juga bisa mencari perbedaan antara suatu sampel dengan nilai
tertentu. Uji beda dapat dikategorikan kedalam uji statistik parametrik dan uji
statistik non-parametrik. Pada penelitian ini, variabel yang diteliti adalah PT
INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. dan PT SEMEN GRESIK
(PERSERO) Tbk., dimana keduanya merupakan variabel bebas. Pada penelitin
ini data diperoleh dengan teknik dokumentasi, sehingga Uji beda yang dilakukan
pada penelitian ini masuk kedalam ketegori uji statistik non-parametrik.
Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Penelitan Terdahulu
Napitupulu (2008), “Analisis Kinerja Keuangan dengan Menggunakan Metode
Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) pada Tiga Emiten
Terbaik 2006”. Ketiga emiten tersebut adalah PT ASTRA INTERNASONAL
Tbk., PT ANEKA TAMBANG Tbk., dan PT PERUSAHAAN GAS NEGARA
Tbk. Kesimpulan dari penelitian itu adalah bahwa ketiga emiten terbaik 2006
telah memperhatikan sepenuhnya kepentingan para shareholder yang tercermin
dari nilai EVA dan MVA yang selalu positif.
Sjarief dan Wirjolukito (2004), “ Pengaruh Economic Value Added dan Faktor
Lainnya Terhadap Harga Pasar Saham”. Rumusan masalah adalah apakah EVA
berpengaruh positif terhadap harga saham. Data bersumber dari BEJ pada tahun
2000 sebanyak 290 dan yang dijadikan sample sebanyak 51 perusahaan.
Kesimpulan dari penalitian tersebut bahwa EVA sebagai alat pengukur kinerja
perusahaan dapat digunakan sebagai alat untuk memprediksi harga saham.
Penulis menyarankan pada manajemen puncak, terutama perusahaan go public,
untuk memulai sedini mungkin penggunaan konsep EVA pada perusahaannya.
Tobing (2007), “Peranan Analisis Economic Value Added dalam Mengukur
Kinerja Keuangan Perusahaan pada PT UNITED TRACTORS Tbk. Hasil
penelitiannya mengungkanpkan bahwa PT UNITED TRACTORS Tbk mampu
menciptakan nilai tambah ekonomis bagi pemegang saham pada tahun 2004 dan
Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. perusahaan bernilai negatif menunjukkan manajer gagal dalam menciptakan nilai
tambah karena biaya modal perusahaan lebih besar dari NOPAT perusahaan juga
tidak terpengaruh dari besarnya suku bunga, return pasar dan saham serta resiko
individual perusahaan. Selain itu dapat disimpulkan laba bersih yang besar belum
tentu menandakan perusahaan dapat menciptakan nilai bagi pemengang sahamnya
karna belum dikurangkan biaya utang dan ekuitasnya, oleh karena itu EVA dapat
dipertimbangkan sebagai pengukur bagi pemegang saham yang ingin
menanamkan modalnya bagi perusahaan.
B. Economic Value Added
1. Pengertian Economic Value Added
Menurut Stewart (dalam Utomo, 1999:36) Economic Value Added adalah a
residual income measure that subtract the cost of capital from the operating
profits generated in business. EVA adalah nilai tambah ekonomis yang diciptakan
perusahaan dari kegiatan atau strateginya selama satu periode tertentu. Pada
prinsipnya EVA memberikan sistem pengukuran yang baik untuk menilai suatu
kinerja dan prestasi keuangan manajemen perusahaan karena EVA berhubungan
langsung dengan nilai pasar sebuah perusahaan.
Menurut Widayanto (dalam Nasser, 2003:27), Nilai Tambah Ekonomis
(Nitami) dilandasi pada konsep bahwa dalam pengukuran laba suatu perusahaan,
kita harus dengan adil mempertimbangkan harapan-harapan setiap penyedia dana
(kreditur dan pemegang saham). Derajat keadilan tersebut dinyatakan dengan
Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. pemahaman mengenai konsep ongkos modal (cots of capital), karena Nilai
Tambah Ekonomis (Nitami) berangkat dari konsep ini.
Young & O’Byrne (2001:17) berpendapat bahwa EVA merupakan perhitungan
profitabilitas suatu operasi perusahaan yang tidak hanya mengurangi dengan biaya
opersi namun juga mengurangkan biaya modal yang terkait dengan operasi
tersebut terhadap total pendapatan. EVA adalah suatu estimasi dari laba ekonomis
yang sebenarnya dari bisnis untuk tahun yang bersangkutan dan sangat berbeda
dari laba akuntansi. EVA mencerminkan laba residu yang tersisa setelah seluruh
biaya modal termasuk biaya ekuitas telah dikurangkan. Jadi, dalam konsep EVA
dilandasi oleh gagasan laba ekonomis.
Menurut Brigham dan Houston (2001:51), EVA adalah nilai yang ditambahkan
manajemen kepada pemegang saham selama satu tahun tertentu. EVA adalah suatu
estimasi dari laba ekonomis yang sebenarnya dari bisnis untuk tahun yang
bersangkutan dan sangat jauh berbeda dari laba akuntansi. EVA mencerminkan
laba residu yang tersisa setelah biaya dari seluruh modal, termasuk modal ekuitas,
telah dikurangkan sedangkan laba akuntansi ditentukan tanpa mengenakan beban
untuk modal ekuitas.
2. Perhitungan Economic Value Added
EVA yang pertama kali digagas oleh Stern and Steward memiliki persamaan
sebagai berikut:
EVA = Operating Profits – (Cost of capital x Capital)
Selain persamaan diatas ada beberapa persamaan yang dapat menghitung nilai
Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. penulisanannya, namun apabila digunakan dalam suatu perusahaan yang sama
akan menghasilakan nilai yang sama.
Menurut Sjarief dan Wirjolukito (2003:46), EVA dirumuskan sebagai berikut:
EVA = Net Operating After Tax – Capital Charges
= Net Operating After Tax – (Average Cost of Capital x Total Capital)
Capital Charges merupakan perhitungan charges (berbentuk bunga) dan
biaya-biaya yang harus dibayarkan kepada pemegang saham yang selama ini tidak
tercermin dalam laporan akuntansi.
Selain itu ada lagi persamaan lain menurut Irmani dan Febrian (2005:4)
EVA = NOPAT – (WACC x Total Assets)
Menurut Young and O’Byrne (2001:31) sebagai alat pengukur kinerja
keuangan EVA dapat dirumuskan sebagai berikut:
Penjualan Bersih
(Biaya Operasi)
Laba Operasi (pendapatan sebelum bung dan pajak, EBIT)
(Pajak)
Laba opersi bersih sesudah pajak
(Biaya Modal (modal yang diinvestasikan x biaya modal))
EVA
Dari ketiga persamaan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam
perhitungan EVA terdapat tiga komponen, NOPAT (Net Operating After Tax),
Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. a. Net Operating After Tax (NOPAT)
Defenisi NOPAT menurut Karnadi (Sjarief) adalah hasil operasi perusahaan
yang diperoleh dari usaha normal perusahaan. Secara singkat NOPAT dapat
diperoleh dengan rumus EBIT (1 – T) atau dinyatakan dengan penjumlahan
berikut, yaitu EAT ditambah dengan bunga (1 – T) ditambah dengan kerugian atau
minus keuntungan yang bukan dari operasi normal perusahaan dan ditambah
dengan cadangan pajak yang ditangguhkan.
Menurut Young and O’Bryne (2001:39), NOPAT merupakan laba operasi
perusahaan, setelah pajak, dan mengukur laba yang diperoleh perusahaan dari
operasi berjalan. Young and O’Bryne membuat suatu perhitungan terhadap
NOPAT sebagai berikut:
Pendapatan Operasi xxx
Ditambah:
Pendapatan bunga xxx
Pendapatan ekuitas (atau – Kerugian ekuitas) xxx
Pendapatan investasi lainnya xxx
Dikurangi:
Pajak penghasilan xxx
Pembebasan pajak terhadap biaya bunga xxx
Laba operasi setelah pajak (NOPAT) xxx
b. Invested Capital (IC)
Menurut Widjaja (dalam Tobing, 2007:24), modal yang diinvestasikan
(investad capital) adalah jumlah seluruh pinjaman perusahaan diluar pinjaman
Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. dagang, biaya yang masih harus dibayar, hutang pajak, uang muka dan
sebagainya. Sedangkan Young and O’Bryne (2001:39) menyatakan hal yang
sama bahwa modal yang diinvestasikan adalah jumlah seluruh keuangan
perusahaan, terlepas dari kewajiban jangka pendek, pasiva yang tidak
menanggung bunga (non-interest bearing liabilities), seperti utang dagang, upah
yang akan jatuh tempo (accrued wages), dan pajak yang akan jatuh tempo
(accrued taxes). Modal yang diinvestasikan sama dengan jumlah ekuitas
pemegang saham, seluruh utang jangka pendek dan jangka panjang yang
menanggung bunga, utang, dan kewajiban jangka panjang lainnya, seperti
persamaan berikut:
Utang jangka pendek xxx
Ditambah:
Utang jangka panjang (termasuk obligasi) xxx
Utang jangka panjang lainnya (pajak yang ditangguhkan dan provisi) xxx
Ekuitas pemegang saham (termasuk bunga minoritas) xxx
Modal yang diinvestasikan xxx
Sedangkan Brigham dan Houston (2001:51) memberi modal yang
diinvestasikan dengan total modal operasi yang diberikan investor yaitu jumlah
dari utang yang dikenakan bunga, saham preferen, dan ekuitas saham biasa yang
digunakan untuk memperoleh aktiva bersih perusahaan, yaitu modal kerja operasi
plus aktiva tetap bersih. Menurut Sjarief dan Wirjolukito (2004:48) invested
capital merupakan hasil reorganisasi neraca untuk melihat besarnya capital yang
Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. seberapa besar capital yang diinvestasi dalam aktivitas operasional dan
non-operasional lainnya. Invested capital dapat dihitung dari:
1. Jumlah utang jangka pendek.
2. Bagian pinjaman bank atau sewa guna usaha atau obligasi jangka panjang
yang jatuh tempo dalam satu tahun (current maturity of long term debt).
3. Utang jangka panjang.
4. Kewajiban pajak yang ditangguhkan (deferred taxes liabilities).
5. Kewajiban jangka panjang lainnya.
6. Hak minoritas.
7. Ekuitas.
c. Cost of Capital
Menurut Van Horme dan Wachowichz (1998:398), biaya modal merupakan
tingkat pengembalian minimum yang diharapkan atas berbagai jenis pendanaan.
Terwujudnya kesesuainan antara tingkat pengembalioan yang diharapkan investor
dengan yang didapatkannya merupakan sumber utama terjadinya penciptaan nilai
perusahaan. Terjadinya peningkatan harga pasar saham perusahaan merupakan
wujud dari tercipatanya nilai perusahaan, sehingga yang menyebabkan tidak
terjadinya perubahan/penurunan harga pasar saham biasa perusahaan dipasar
modal adalah karena kecilnya tingkat pengembalian yang diterima investor dari
suatu proyek yang diinvestasikannya.
Menurut Utomo (1999:37) Biaya modal atau cost of capital adalah tingkat
pengembalian minimum yang diharapkan oleh pemegang saham (pemilik)
perusahaan dalam investasinya. Untuk praktisi bidang keuangan, istilah cost of
Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009.
1. Sebagai tarif diskonto (discount rate) untuk membawa arus kas masa
mendatang suatu project ke nilai sekarang (present value)
2. Sebagai tarif minimum yang diinginkan untuk menerima project baru
3. Sebagai biaya modal (capital charge) dalam perhitungan economic value
added
4. Sebagai bandingan (benchmark) untuk menaksir tarif biaya pada modal
yang digunakan
Cost of capital sangat dipengaruhi oleh hubungan antara risiko (risk) dan
tingkat pengembalian (return), dimana semakin besar risiko yang ditanggung oleh
investor semakin tinggi pula tingkat pengembalian yang dikehendaki sebelum
nilai tambah dapat diciptakan dan semakin tinggi biaya modal yang timbul.
Sedangkan menurut Young and O’Bryne (2001:148) menyatakan biaya modal
untuk investasi maupun dalam suatu proyek, sebuah devisi bisnis, atau suatu
perusahaan keseluruhan adalah tingkat dari pengembalian yang diharapkan oleh
penyedia dana, jika proyek itu diinvestasikan di proyek lainnya, dalam suatu
proyek, aktiva, atau perusahaan dengan seriko yang sebanding. Dengan kata lain
biaya modal adalah suatu biaya kesempatan. Biaya modal untuk perusahan A
adalah mamfaat yang dilewatkan dengan tidak menginvestasikan pada
kesempatan lain dari resiko yang serupa karena menginvestasikan pada proyek A
dengan harapan investasi tersebut memberikan hasil yang lebih tinggi dari yang
dapat diharapkan jika menginvestasikan pada alternative terbaik berikutnya.
Sehingga ada dua hal yang dipelajari mengenai biaya modal yaitu:
1. Biaya modal berdasarkan pengembalian yang diharapkan, bukan pada
Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009.
2. Biaya modal adalah biaya kesempatan yang mencerminkan pengembalian
yang diharapkan investor dari investasi lain dengan risiko yang serupa.
Menurut Brigham dan Houston (2001:427) dalam menghitung biaya modal
terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi yaitu:
1. Faktor yang tidak dapat dikendalikan perusahaan.
a. Tingkat suku bunga
b. Tarif pajak
2. Faktor yang dapat dikendalikan perusahaan
a. Kebijakan struktur modal
b. Kebijakan dividen
c. Kebijakan investasi
Berikut ini perhitungan biaya dari setiap komponen modal yang dapat
digunakan oleh perusahaan:
1. Biaya hutang (Cost of debt)
Utang merupakan salah satu dari komponen modal. Beban yang dibayar
perusahaan atas utangnya berupa bunga. Biaya hutang dihitung dengan persamaan
dibawah ini:
Kdt = Kd(1 – T)
Ki merupakan biaya utang setalah pajak, Kd merupakan biaya utang (sebelum
pajak). Alasan penggunaan biaya hutang setelah pajak adalah karena, nilai saham
perusahaan, yang ingin kita maksimumkan, bergantung pada arus kas setelah
pajak. Karena bunga merupakan beban yang dapat dikurangkan , maka bunga
menghasilkan penghematan pajak yang mengurangi biaya utang bersih, yang
Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. pajak. Disisi lain hutang memiliki kekuatan hukum, apabila terjadi kebangkrutan
pada perusahaan peminjam maka hasil penjualan asset-aset perusahaan lebih
diutamakan untuk membayar hutang.
Menurut Van Horme dan Warchowicz (dalam Sjarief dan Wirjolukito,
2004:47), “cost of debt is the required rate of return on investment of the lenders
of the company.” Pinjaman disini dapat berupa pinjaman jangka pendek dan
jangka panjang, dan juga meliputi kewajiban lancar (current leabilities) serta
biaya-biaya yang masih harus dibebankan (accrued expense). Adapun rumus cost
of debt adalah interest (1 - tax).
2. Biaya ekuitas (Cost of equity)
Menurut Young and O’Byrne (2001:150) “biaya ekuitas adalah pengembalian
yang diminta investor untuk membuat investasi ekuitas dalam perusahaan”
Kebutuhan pengembalian biaya ini tidak dapat diamati secara langsung, seperti
biaya utang yang terdapat syarat-syarat pembayaran kembali yaitu tingkat bunga.
Sedangkan menurut Sjarief dan Wirjolikito (2004:47), cost of equity adalah biaya
yang dibayarkan dalam menarik investor untuk menamkan uangnya dalam saham
perusahaan dan mempertahankan investor tersebut. Bila perusahaan tidak mampu
menyediakan cost of equity yang layak, maka investor akan melepas investasinya
dan beralih keperusahaan lain dan hal ini menyulitkan perusahaan dalam
mengumpulkan modal untuk keperluan operasi.
Perhitungan biaya ekuitas dapat dilakukan dengan pendekatan CAMP. CAMP
merupakan singkatan dari Capital Asset Pricing Model. Metode CAMP pertama
kali dikembangkan oleh Profesor William Sharpe. Menurut Van Horme dan
Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. pengembalian yang diharapkan (dibutuhkan). Dalam model ini, pengembalian
surat berharga yang diharapkan (dibutuhkan) adalah tingkat bebas resiko
ditambah premium yamg didasarkan pada resiko sistematis surat berharga.
Persamaan untuk menghitung nilai CAMP adalah:
Ke = E(R) = Rf + Beta [E(Rm) – Rf]
E(R)/Ke merupakan tingkat pengembalian yang diharapkan atas investasi
terhadap aktiva beresiko. Nilai E(R)/Ke merupakan nilai pengembalian minimum
yang diharapkan oleh invetor. Dari sisi perusahaan ini merupakan suatu biaya. Rf
adalah tingkat pengembalian atas aktiva bebas resiko. Instrument yang tepat
digunakan untuk mengestimasi nilai Rf tingkat suku bunga SBI bulanan atau
triwulan yang dirata-ratakan selama satu tahun. Beta adalah pengukuran dari
resiko. E(Rm) adalah tingkat pengembalian pasar, dapat dihitung dengan
persamaan dibawah ini:
IHSGt-1 = Indeks Harga Saham Gabungan periode t-1
Pada pendekatan CAMP hal yang tersulit dilakukan adalah menghitung nilai
Beta. Beta merupakan kecenderungan saham untuk bergerak naik atau
turundalam pasar. Menurut defenisinya saham yang mempunyai nilai Beta sebesar
1,0 mengindikasikan bahwa secara umum jika pasar bergerak keatas 10%, maka
saham juga akan naik sebesar 10%, sementara jika pasar turun 10%, maka saham
Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. dan turun sesuai dengan rata-rata pasar, dan akan memiliki resiko yang sama
dengan rata-rata pasar. Jika b = 0.5, maka perubahan saham hanya separuh dari
perubahan pasar, saham itu akan naik dan turun hanya separuh dari perubahan
pasar. Dan saham seperti ini akan memiliki setengah resiko portfolio dengan b =
1. Disamping itu, jika b = 2,0 maka perubahan saham akan dua kali lipat dari
perubahan rata-rata saham. Nilai portfolio seperti itu dapat menjadi dua kali lipat
dalam jangka pendek. Jika anda mengantongi portfolio seperti itu, maka anda
yang sebelumya milyoner dapat menjadi pakir miskin dengan cepat.
Menurut Young and O’Byerne (2001:154), untuk mencari nilai beta suatu
perusahaan, data yang dibutuhkan adalah data pengembalian pemegang saham
suatu perusahaan yang hendak diteliti dan data pengembalian pasar saham selama
1 tahun atau 12 bulan. Misalnya jika kita ingin meneliti nilai beta PT X pada
tahun Y, PT X listing di Bursa Efek Indonesia. Maka untuk memcari beta PT X
data yang kita butuhkan adalah data pengembalian saham PT X selama 12 bulan
dan data pengembalian pasar saham (IHSG) selama 12 bulan.
Kemudian dari data-data tersebut kemudian dijabarkan kedalam sebuah grafik
yang didalamnya terdapat 12 titik dimana pengembalian perusahaan pada sumbu
Y dan pengembalian pasar pada sumbu X. dengan melakukan regresi
pengembalian perusahaan pada pengembalian pasar akan menghasilkan suatu
garis trend. Regresi ini mencerminkan persamaan Y = a + bX dimana Y adalah
variabel yang tergantung (perusahaan) dan X adalah variabel tidak tergantung
(pasar), a adalah perpotongan Y dan b adalah koefisien kemiringan yang
Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. dikonversikan menjadi alpa dan beta, sehingga nilai b menunjukkan besarnya
beta. Sehingga nilai beta dapat dicari dengan persamaan dibawah ini:
Beta =
x = tingkat pengembalian pasar (Rm)
y = tingkat keuntungan individu saham (Ri)
Untuk Ri dapat dihitung dengan menggunakan persamaan dibawah ini:
Ri =
Ptt-1 = Harga penutupan saham pada periode t-1
Dit = Deviden yang dibayarkan pada periode t
Menurut Young and O’Byerne (2001:151), pengembalian yang diharapkan atas
aktiva beresiko sama dengan pengembalian aktiva tanpa resiko ditambah suatu
premi resiko. Premi resiko itu sama dengan suatu premi resiko pasar (market risk
premium), yang mencerminkan harga yang dibayar oleh pasar saham untuk
seluruh investor ekuitas, disesuaikan untuk beta, suatu faktor resiko. Young and
O’Byerne mengasumsikan nilai premi resiko sebesar 5% untuk setiap perusahaan
yang hendak ditelitinya.
Sementara itu, menurut Singgih (2003:3), menghitung cost equity
Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. sama dengan tingkat pengembalian investasi bebas resiko (risk free) ditambah
suatu risk premium (mengunakan prinsip model CAMP), sehingga:
Cost equity = Risk premium + Risk free
Risk premium mencerminkan resiko yang timbul sebagai akibat perusahaan
melakukan investasi dalam ekuitas perusahaan. Semakin beresiko suatu
perusahaan maka semakin besar Risk premium-nya. Tabel 2.1 menunjukkan besar
risk premium untuk berbagai jenis resiko investasi yang berbeda. (Roztocki,
2000).
Tabel 2.1
Jenis-jenis Risk Premium
Range RP Jenis Resiko Investasi
Kurang dari 6% Resiko sangat rendah, perusahaan berkembang dengan cash flow yang sangat stabil
6% - 12% Resiko rendah, perusahaan berkembang dengan cash flow yang berfluktuasi sedang
12% - 18% Resiko cukup tinggi, perusahaan berkembang dengan cash flow yang berfluktuasi cukup tinggi
Lebih dari 18% Perusahaan dengan tingkat resiko tinggi Sumber: Singgih (2003)
Setelah menghitung biaya komponen individual dari pendanaan perusahaan,
selanjutnya adalah menghitung WACC. WACC merupakan Weighted Average
Cost Of Capital. Dengan menghitung WACC kita akan mengetahui berapa
perbandingan biaya modal sesuai dengan komposisinya pada modal secara
keseluruhan. Hal itu dilakukan karena setiap bentuk pembiayaan memiliki resiko
yang berbeda-beda.
Menurut Brigham dan Houston (2001:405) Weighted Average Cost Of Capital
Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. rata-rata dari berbagai sumber dana jangka panjang yang digunakan, tidak hanya
biaya ekuitas perusahaan. WACC juga menggambarkan setiap komponen modal
yang digunakan oleh perusahaan, dimana komponen modal tersebut terdiri dari
utang, saham preferen, laba ditahan, dan penerbitan saham biasa yang baru.
Perhitungan WACC tergantung pada komponen modal yang digunakan
perusahaan. Apabila komponen modalnya terdiri dari hutang, saham preferen, dan
ekuitas (laba ditahan dan penerbitan saham yang baru), maka perhitungan WACC
dilakukan dengan persamaan:
WACC = WdKd(1- T) + We Ke
Wd dan We menunjukkan bobot setiap komposisi modal pada total modal,
misalnya untuk hutang, maka bobotnya adalah hutang dibagi total modal.Kd
merupakan biaya hutang (Cost of debt). Ke merupakan biaya ekuitas (Cost of
equity). Perhitungan WACC tergantung dari komponen modal yang dugunakan
perusahaan. Ada perusahaan yang modalnya hanya terdiri dari utang saja atau
utang dan ekuitas, atau yang lainnya. Menurut Sjarief dan Warjolukito (2004:46),
WACC adalah tingkat return minimum yang dibobot berdasarkan proforsi
masing-masing instrument pembiayaan dalam struktur modal perusahaan yang
harus dihasilkan perusahaan untuk memenuhi harapan kreditur dan pemodal atau
pemegang saham. Pembobotan dilakukan karena setiap bentuk pembiayaan yang
berbeda mengandung resiko yang berbeda bagi investor, karena itu, tiap-tiap
bentuk pembiayaan yang dipilih perusahaan mengandung cost yang berbeda.
Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009.
Menurut Tunggal (dalam Iramani, 2005:3) beberapa manfaat EVA dalam
mengukur kinerja perusahaan antara lain:
a. EVA merupakan suatu ukuran kinerja kinerja perusahaan yang dapat berdiri
sendiri-sendiri tanpa memerlukan ukuran lain baik berupa perbandingan
dengan menggunakan perusahaan sejenis atau menganalisis kecendrungan
(trend).
b. Hasil perhitungan EVA mendorong pengalokasian dana untuk investasi dengan
biaya modal yang rendah.
Sedangkan menurut Utama (dalam Iramani, 2005:4), manfaat EVA adalah:
a. EVA adapat digunakan sebagai penilaian kinerja keuangan perusahaan karena
penilaian kinerja tersebut difokuskan pada penciptaan nilai (value creation).
b. EVA akan menyebabkan perusahaan lebih memperhatikan kebijakan struktur
modal.
c. EVA membuat manajemen berpikir dan bertindak seperti halnya pemegang
saham yaitu memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian
dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat
dimaksimalkan.
d. EVA dapat digunakan untuk mengudentifikasikan kegiatan atau proyek yang
memberikan pengembalian lebih tinggi daripada biaya-biaya modal.
Menurut Utomo (1999:38) dalam jurnalnya konsep EVA berperan bayak
dalam hal penetapan goal setting, capital budgeting, perpormance assessment,
dan incentive compensation pada sebuah perusahaan.
Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009.
Pada masa persaingan ketat di pasar global sekarang, tujuan perusahaan untuk
memaksimalkan laba menjadi sulit untuk diwujudkan. Sebaliknya tujuan sebuah
perusahaan sudah seharusnya adalah untuk meningkatkan Economic Value
Added-nya, karena EVA merupakan satu-satunya pedoman penilaian yang berhubungan
langsung dengan nilai pasar sebuah perusahaan dan kinerja manajemen.
Dengan mengkomunikasikan secara awal bahwa tujuan perusahaan adalah
maksimalisasi nilai, bukan laba, para manajer menjadi lebih terfokus pada
penciptaan nilai dan bukan mengejar laba besar. Pada saat melakukan langkah
awal dalam Value Added Assessment Process manajemen menentukan visi dan
tujuan perusahaan. Langkah ini juga merupakan komunikasi awal kepada seluruh
jajaran manajemen bahwa penciptaan nilai lebih penting daripada pemerolehan
laba besar, sehingga dapat disatukan upaya untuk mendorong proses-proses yang
menambah nilai dan mengurangi proses-proses yang tidak menambah nilai dalam
suatu organisasi. Penetapan tujuan dan visi awal yang tepat menjadi pedoman arah
bagi aktivitas atau strategi manajemen.
Fokus sebuah perusahaan atau organisasi untuk memperoleh laba
sebesarbesarnya hanyalah tujuan jangka pendek saja, tetapi tujuan maksimalisasi
economic value added adalah untuk jangka panjang. Supaya manajemen tidak
terjebak dalam myopic behavior, penentuan tujuan maksimalisasi nilai hendaknya
diterapkan dalam perusahaan. “Setting the internal goal of maximizing EVA and
EVA growth will lead to the external consequences of building a premium-valued
company, one whose stock market value exceeds the capital resources drawn into
the firm.” (Stewart, 1993: 177)
Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009.
Di dalam hal capital budgeting perusahaan umumnya menggunakan pedoman
perhitungan Net Present Value (NPV) untuk menerima atau menolak suatu project
atau peluang baru. Pedoman ini dinilai sangat efektif dan relatif sederhana karena
analisis NPV adalah mengeluarkan investasi awal dari jumlah nilai sekarang arus
kas yang ditimbulkan akibat pelaksanaan project baru. Digunakannya nilai
sekarang atau present value karena adanya prinsip keuangan time value of money
(satu dollar sekarang lebih berharga daripada satu dollar besok). Faktor diskonto
arus kas dalam perhitungan NPV menggunakan biaya modal tertimbang rata-rata
(Weighted Average Cost of Capital), sama dengan perhitungan Economic Value
Added sebelumnya. Berdasarkan analisa NPV, sebuah perusahaan akan menerima
project dengan NPV positif dan menolak proyek dengan NPV negatif. Project
dengan net present value positif berarti nilai sekarang dari arus kas yang
dihasilkan project tersebut lebih besar daripada nilai investasi awalnya, demikian
sebaliknya untuk project dengan NPV negatif. Perusahaan dapat memperoleh
keuntungan atau menambah nilai dengan adanya investasi di project-project yang
meghasilkan positif NPV.
Konsep Economic Value Added (EVA) dalam hal investasi mempunyai prinsip
sama dengan konsep Net Present Value (NPV). Net Present Value juga dapat
diperoleh dari jumlah nilai sekarang dari EVA yang dihasilkan oleh setiap project,
dimana biaya modal baru yang digunakan untuk membiayai sebuah project
dikurangkan dari perhitungan awal EVA. Sehingga pedoman EVA untuk capital
budgeting adalah menerima proyek atau peluang investasi yang menghasilkan
positif discounted EVA dan menolak proyek yang menghasilkan negatif
Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. demikian sebaliknya project dengan negatif discounted EVA akan merusak atau
mengurangi nilai sebuah perusahaan.
c. EVA and Performance assessment
Pada suatu perusahaan, pemilik perusahaan akan menunjuk dan memberi
wewenang kepada manajemen untuk menjalankan operasi perusahaan sehari-hari.
Manajemen cenderung mempunyai kontrol penuh atas segala strategi atau
tindakan yang dilakukan meskipun masih ada campur tangan dari pemilik. Pada
perusahaan yang besar dimana kepemilikan tersebar ke banyak pemegang saham,
manajemenlah yang mengontrol dan bertanggung jawab penuh atas operasional
sehari-hari. Pemisahan antara kepemilikan dan kontrol ini menyebabkan
terjadinya conflict of interest antara pemilik sebagai principal dan manajemen
sebagai agent. Untuk memperkecil biaya-biaya yang timbul akibat agency
problem maka dibentuklah suatu sistem performance assessment yang memberi
insentif pada strategi atau tindakan manajemen yang menambah nilai.
Perencanaan sistem evaluasi kinerja dan prestasi yang benar sangat penting
karena hal tersebut berhubungan dengan sistem penggajian atau kompensasi.
Penentuan kriteria-kriteria yang dipakai sebagai pedoman evaluasi akan
mempengaruhi cara kerja dan sebagai motivator kerja manajemen. Sejalan dengan
adanya desentralisasi pada kontrol dan pengambilan keputusan dalam perusahaan,
pemilik memerlukan suatu kontrol dalam unit-unit yang ada untuk memastikan
tindakan-tindakan yang dilakukan konsisten dengan tujuan perusahaan secara
keseluruhan. Kontrol dapat dicapai melalui penetapan tujuan dan evaluasi kinerja.
Faktor-faktor dalam pengukuran kinerja bergantung pada tingkat desentralisasi