Sanrianika Simarmata : Analisa Hubungan Banyaknya Tingkat Lakalantas Berdasarkan Faktor Usia Dan Jenis Kelamin Pelaku Kecelakaan Di Kota Medan, 2008.
USU Repository © 2009
ANALISA HUBUNGAN BANYAKNYA TINGKAT LAKALANTAS
BERDASARKAN FAKTOR USIA DAN JENIS KELAMIN
PELAKU KECELAKAAN DI KOTA MEDAN
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya.
SANRIANIKA SIMARMATA 052407036
PROGRAM STUDI DIII STATISTIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
Halaman
PERSETUJUAN i
PERNYATAAN ii
PENGHARGAAN iii
DAFTAR ISI iv
1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian 3
1.5 Metode Penelitian 3
1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian 3
1.7 Sistematika Penulisan 4
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 5
2.1 Statistik Nonparametrik 5
2.2 Analisa yang Digunakan 6
2.2.1 Analisa Univariat 6
2.2.2 Analisa Bivariat 6
2.3 Uji Chi-Kuadrat 6
2.3.1 Uji Independen antara Dua Faktor 7
2.3.2 Koefisien Kontingensi 10
2.3.3 Metode Analisa 11
BAB 3 GAMBARAN UMUM LOKASI RISET 16
3.1 Visi dan Misi Polri 16
3.2 Telaahan Tugas di Lingkungan SAT LANTAS 17
3.3 Struktur Organisasi 28
BAB 4 ANALISA DATA 29
4.1 Analisa Data 29
4.1.1 Analisa Univariat 29
4.1.2 Analisa Bivariat 32
BAB 5 IMPLEMENTASI SISTEM 37
5.1 Pengertian 37
5.2 Statistik dan Komputer 37
5.3 SPSS Komputer Statistik 38
BAB 6 PENUTUP 42
6.1 Kesimpulan 42
6.2 Saran 42
DAFTAR PUSTAKA viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Daftar Kontingensi 11
Tabel 2.2 Daftar Kontingensi dari Frekuensi yang Diharapkan 12 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Lakalantas Berdasarkan Usia Pelaku
Kecelakaan 29
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Lakalantas Berdasarkan Jenis Kelamin
Pelaku Kecelakaan 30
Tabel 4.3 Tingkat Lakalantas Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin
Pelaku Kecelakaan 31
Tabel 4.4 Daftar Frekuensi yang Diharapkan Berdasarkan Usia dan
Jenis Kelamin Pelaku Lakalantas 33
Tabel 4.5 Penentuan Harga Chi-Kuadrat 34
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 4.1 Tingkat Lakalantas Berdasarkan Usia dan
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kecelakaan lalu lintas (lakalantas) adalah kejadian dimana sebuah kendaraan bermotor tabrakan dengan kendaraan atau benda lain. Dampak dari hal ini dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, terjadinya lakalantas mengakibatkan kerugian yang sangat besar dan bahkan dapat menghilangkan nyawa seseorang.
Jauh sebelum kendaraan bermotor ditemukan, kecelakaan lalu lintas hanya melibatkan kereta, hewan dan manusia. Kecelakaan lalu lintas tercatat pertama kali terjadi di New York pada tanggal 30 Mei 1896. Pada tanggal 17 Agustus di tahun yang sama, tercatat terjadi kecelakaan yang menimpa pejalan kaki di London. (Google, Rabu 21 April 2004)
Selain itu, aspek jenis kelamin juga menjadi bahan pertimbangan terhadap interpretasi tingginya kecelakaan lalu lintas. Hal ini disebabkan karena para individu pengguna jalan raya, cenderung lebih banyak pria daripada wanita sehingga kecelakaan lalu lintas cenderung lebih banyak terjadi pada laki-laki.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis akan menganalisa banyaknya tingkat kecelakaan lalu lintas berdasarkan faktor manusianya yang ditinjau dari segi umur dan jenis kelamin pengendara.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah untuk menguji apakah ada hubungan yang cukup berarti atau signifikan antara faktor usia dan jenis kelamin pengendara, terhadap banyaknya tingkat kecelakaan lalu lintas yang terjadi di kota Medan sekitarnya.
1.3 Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis hanya membahas banyaknya tingkat kecelakaan lalu lintas berdasarkan usia dan jenis kelamin pelaku lakalantas.
Yang menjadi maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk menelusuri kuat tidaknya hubungan atau pengaruh faktor usia dan jenis kelamin pengendara terhadap banyaknya tingkat kecelakaan lalu lintas dengan menggunakan uji Chi-Kuadrat sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang signifikan atau berarti.
1.5 Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, data yang digunakan oleh penulis adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak kedua.
1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penulis mengambil data dari kantor Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah Sumatera Utara Kota Besar Medan dan sekitarnya yang bertempat di Jl. H. M. Said No. 1 Medan. Pengambilan data diadakan mulai tanggal 1 April 2008 sampai Tugas Akhir ini selesai.
Pembahasan dalam laporan Tugas Akhir ini dibagi dalam beberapa sub-bab. Secara umum sistematika penulisan yang digunakan adalah:
BAB 1 : PENDAHULUAN
Yang berisi tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Batasan Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Metode Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian serta Sistematika Penulisan.
BAB 2 : TINJAUAN TEORITIS
Berisi tentang suatu tinjauan teori untuk diaplikasikan dalam pengolahan data yang telah diperoleh.
BAB 3 : GAMBARAN UMUM LOKASI RISET BAB 4 : ANALISA DATA
Pada Bab ini dibahas tentang analisa dan pengolahan data yang telah diperoleh hingga menghasilkan suatu kesimpulan. BAB 5 : IMPLEMENTASI SISTEM
Pada Bab ini akan dicantumkan langkah-langkah pengolahan data dengan menggunakan sistem komputerisasi pada perangkat lunak SPSS.
BAB 6 : PENUTUP
Pada Bab ini akan diperoleh suatu kesimpulan dari seluruh pembahasan yang telah dianalisa dan diolah.
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2.1Statistik Nonparametrik
Uji Statistik Nonparametrik adalah uji yang modelnya tidak menetapkan syarat-syarat terhadap parameter populasi yang menjadi induk sampel penelitiannya. Sebab itu observasi-observasi independen dalam variabel yang diteliti pada dasarnya memiliki kontinuitas. Uji metode nonparametrik (bebas sebaran) biasanya digunakan untuk menganalisis data nominal atau ordinal.
Banyak prosedur nonparametrik yang dapat digunakan dalam analisis statistik, diantaranya:
1. Uji Chi-Square 2. Uji Binomial 3. Uji Run
4. Uji Kolmogorov Smimov Satu Sampel 5. Uji dua sampel independen
6. Uji beberapa sampel independen 7. Uji dua sampel yang berkaitan 8. Uji beberapa sampel yang berkaitan 2.2 Analisis yang Digunakan
Digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing-masing variabel dependen dan variabel independen.
2.2.2 Analisa Bivariat
Hipotesa yang diuji biasanya berbeda dalam ciri khas tertentu, dengan demikian perbedaan itu berhubungan dengan frekuensi relatif masuknya anggota-anggota kelompok ke dalam beberapa kategori.
Untuk menguji hipotesa ini, perlu dihitung dan dibandingkan banyak kasus dari masing-masing kelompok yang termasuk dalam berbagai kategori. Dalam analisa ini digunakan hipotesa Chi-Kuadrat.
2.3 Uji Chi-Kuadrat
Uji Chi-Kuadrat adalah salah satu prosedur nonparametrik yang dapat digunakan dalam analisis statistik. Teknik Chi-Kuadrat (Chi-Square; Chi dibaca Kai; simbol dari huruf Yunani; X ) ditemukan oleh Helmet pada tahun 1875 tetapi baru pada tahun 2 1900, pertama kali diperkenalkan kembali oleh Karl Pearson.
menguji apakah sebuah sampel selaras dengan salah satu distribusi teoritis (seperti distribusi normal, uniform, binomial dan lainnya)
Penghitungan frekuensi pemunculan tertentu (data skala nominal) sering dikaitkan dengan penghitungan persentase, proporsi atau yang lain yang sejenis. Chi Kuadrat adalah teknik statistik yang dipergunakan untuk menguji probabilitas seperti itu, yang dilakukan dengan cara mempertentangkan antara frekuensi yang diobservasi (observed frequencies Fo atau O) dengan frekuensi yang diharapkan (expected
frequencies Fh atau E). Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan Chi-Kuadrat, yaitu:
1. Chi-Kuadrat digunakan untuk menganalisa data yang berbentuk frekuensi. 2. Chi-Kuadrat tidak dapat digunakan untuk menentukan besar atau kecilnya
korelasi dari variabel-variabel yang dianalisa.
3. Chi-Kuadrat pada dasarnya belum dapat menghasilkan kesimpulan yang memuaskan.
4. Chi-Kuadrat dapat digunakan untuk data kategorik, data diskrit atau data nominal.
2.3.1 Uji Independen antara Dua Faktor
akan diselidiki ada tidaknya pengaruh mengenai beberapa taraf atau tingkatan sesuatu faktor terhadap kejadian fenomena.
Secara umum untuk menguji independen antara dua faktor dapat dijelaskan sebagai berikut: misalkan diambil sebuah sampel acak berukuran n, dan tiap pengamatan tunggal diduga terjadi karena adanya dua faktor I dan II. Faktor I terbagi atas b taraf atau tingkatan dan faktor II terbagi atas k taraf. Banyak pengamatan yang terjadi karena taraf ke-I faktor ke-I (i=1,2,…..,b) dan taraf ke j faktor ke-II (j=1,2,….,k) akan dinyatakan dengan . Hasilnya dapat dicatat dalam sebuah daftar kontingensi bxk. Pasangan hipotesis yang akan diuji berdasarkan data dengan memakai penyesuaian dengan persyaratan data yang akan diuji sebagai berikut.
O
H : kedua faktor bebas statistik
1
H : kedua faktor tidak bebas statistik
Tabel yang disajikan akan dianalisis untuk setiap sel yang diperlukan kemudian dibentuk tabel kontingensi. Data tabel tersebut dapat dicari hubungan antara faktor-faktor dengan menggunakan statistik uji Chi-Kuadrat.
Pengujian eksak sukar digunakan, karena di sini hanya akan dijelaskan pengujian yang bersifat pendekatan. Untuk ini diperlukan frekuensi teoritik atau banyak gejala yang diharapkan terjadi yang dinyatakan dengan Eij.
n
E : frekuensi yang diharapkan pada kolom ke-j baris ke-i
io
n : Jumlah baris ke-i
oj
n : jumlah kolom ke-j
n
: total jumlah dataDengan demikian misalnya didapat nilai dari teoritik masing-masing data
(
n x)
nn E(
n x)
nnSehingga nilai statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis di atas adalah:
∑∑
= = −o : jumlah observasi untuk kasus-kasus yang dikategorikan dalam kasus ke-i
pada kolom ke-j
ij
E : banyak kasus yang diharapkan di bawah Ho untuk di kategorikan dalam
baris ke-i pada kolom ke-j
∑∑
=r = ik
j
1 1 : menjumlahkan semua baris (r) dan semua kolom (k), yakni menjumlahkan
Cara memberikan interpretasi terhadap Chi-Kuadrat adalah dengan menentukan df (degree of freedom atau derajat kebebasan), setelah itu berkonsultasi dengan tabel harga kritik Chi-Kuadrat dari hasil penghitungan dengan harga kritik Chi-Kuadrat, akhirnya mengambil kesimpulan dengan ketentuan:
1. Bila harga Chi-Kuadrat (X ) sama atau lebih besar dari tabel Chi-Kuadrat 2 maka hipotesa nol (Ho) ditolak dan hipotesa alternatif (H1) diterima
2. Bila harga Chi-Kuadrat (X ) lebih kecil dari tabel Chi-Kuadrat maka 2 hipotesa nol (Ho) diterima dan hipotesa alternatif (H1) ditolak.
Dengan taraf nyata = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) untuk distribusi Chi -Kuadrat adalah (baris-1)(kolom-1).
2.3.2 Koefisien Kontingensi
Kegunaan tehnik koefisien kontingensi yang diberi simbol C adalah untuk mencari dan menghitung keeratan hubungan antara dua variabel yang mempunyai gejala ordinal (kategori), paling tidak berjenis nominal.
Rumus untuk menghitung koefisien kontingensi adalah :
N X
X C
h i t u n g h i t u n g
+
= 2
2
Keterangan:
C = koefisien kontingensi 2
hitung
X = hasil perhitungan Chi-Kuadrat
N = banyak data
2.3.3 Metode Analisa
Dalam penelitian ini dilakukan metode analisis kualitatif dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah 1:
Pengumpulan data yang dilakukan penulis dengan mengadakan penelitian di kantor Poltabes Medan sekitarnya.
Langkah 2:
Langkah 3:
Dari data yang dianalisis maka dapat dibentuk daftar kontingensi frekuensi yang diamati seperti di bawah ini:
Tabel 2.1 Daftar Kontingensi
FAKTOR II (K TARAF) JUMLAH
Dengan faktor I dan faktor II adalah faktor-faktor yang membentuk daftar kontingensi dengan b baris dan k kolom nij adalah frekuensi yang diamati.
Langkah 4:
Tentukan frekuensi yang diharapkan dari frekuensi yang diamati. Kemudian susun tabel kontingensi dari frekuensi yang diharapkan sebagai berikut:
Tabel 2.2 Daftar Kontingensi dari Frekuensi yang Diharapkan FAKTOR II (K TARAF) JUMLAH
FAKTOR I (B TARAF)
1 2 K
1 E11 E12 .…. E1K n10 2 E21 E22 .…. E2K n20
….. ….. ….. ….. ….. …..
….. ….. ….. ….. ….. …..
B EB1 EB2 ….. EBK nBO
JUMLAH N01 n02 ….2. nOK n
Dengan terbentuknya daftar frekuensi yang diamati dan daftar frekuensi yang diharapkan maka dapat ditentukan harga X2.
Langkah 5:
Untuk menghitung harga Chi-Kuadrat, perlu diperhatikan kriteria sebagai berikut:
1. Tidak boleh menggunakan data kurang dari 20
2. Frekuensi teoritis (Eij) minimum harus 5 setiap kotak, sebab X hanya 2
berlaku apabila Eij≥ 5 dengan kata lain apabila < 5 maka Eij tidak dapat
maka sebelum menghitung X perlu diperhatikan dahulu 2 Eij pada setiap
kotak dalam tabel. Jika syarat tidak dipenuhi maka beberapa kolom atau baris perlu digabung.
3. Uji chi-kuadrat dapat digunakan jika kurang dari 20% diantara sel-sel nilai harapan mempunyai frekuensi kurang dari 5 dan tidak satu pun sel memiliki frekuensi kurang dari 1.
Setelah kriteria-kriteria di atas dipenuhi maka uji X dapat diterapkan. Untuk 2 menguji apakah harga X dianggap berarti pada suatu level of signifikan tertentu 2 harus diketahui nilai kritis dari X dengan menggunakan daftar pencarian harga Chi-2 Kuadrat yang dibandingkan dengan nilai yang diperoleh dari hasil perhitungan. Dengan membaca nilai Chi-Kuadrat yang tepat harus terlebih dahulu dipilih confidence coefficient yang akan dipakai dan degree of freedom-nya. Untuk hal yang
umum derajat kebebasan ini adalah sama dengan perkalian (k-1) dan (b-1) atau baris dikalikan kolom.
df (degree of freedom)= (k-1)(b-1)
Langkah 6:
Hipotesa yang diajukan adalah sebagai berikut ini:
O
H : Tidak ada hubungan antara banyaknya tingkat lakalantas berdasarkan usia
dan jenis kelamin pelaku kecelakaan lalu lintas.
1
Maka kriteria penerimaan dan penolakan hipotesa adalah sebagai berikut:
Selanjutnya akan ditentukan koefisien kontingensi (C) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
N
Harga C dipakai untuk nilai derajat assosiasi antar faktor-faktornya adalah dengan membandingkan harga C dengan koefisien kontingensi maksimum. Adapun harga koefisien kontingensi maksimum dihitung dengan rumus sebagai berikut:
m m
Cm a k s= −1
dengan m harga minimum antara b dan k atau antara jumlah baris dan kolom.
Langkah 8:
Dengan membandingkan C dengan Cmaks maka keeratan hubungan variabel
Bilamana harga Q mendekati 1 maka hubungan tambah erat dan bila Q menjauhi 1 maka hubungan kedua variabel itu semakin kurang erat.
% 1 0 0
x C
C Q
m a k s =
dengan:
Q : untuk menyatakan persentase derajat hubungan antara variabel I dan variabel II.
C : koefisien kontingensi
maks
C : koefisien kontingensi maksimum
Dengan ketentuan-ketentuan Davis (1971) sebagai berikut: 1. sangat erat jika Q ≥ 0,70
BAB 3
GAMBARAN UMUM LOKASI RISET
3.1 Visi dan Misi POLRI
Visi
Terwujudnya postur Polri yang profesional, bermoral dan modern sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat yang percaya dalam memelihara Kamtibmas dan menegakkan hukum.
Misi
1. memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan secara mudah, tanggap/responsif dan tidak diskriminatif agar masyarakat bebas dari segala bentuk gangguan fisik dan psikis.
2. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat sepanjang waktu di seluruh wilayah, serta memfasilitasi keikutsertaan masyarakat dalam memelihara kamtibmas di lingkungan masing-masing.
3. memelihara Kamtibcar Lantas untuk menjamin keselamatan dan kelancaran arus orang dan barang.
5. menegakkan hukum secara proporsional, obyektif, transparan dan akuntabel untuk menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan.
6. mengelola secara profesional, transparan, akuntabel dan modern seluruh sumber daya Polri guna mendukung seluruh operasional tugas Polri.
3.2 Telaahan Tugas di Lingkungan SAT LANTAS
a. Kasat Lantas
1) Kasat Lantas bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi lalu lintas meliputi kegiatan pendidikan masyarakat, penegakan hukum, pengkajian masalah lalu lintas, administrasi, registrasi, identifikasi pengemudi Ranmor, penanganan kasus kecelakaan lalu lintas dan melaksanaan penjagaan, Gatur dan Patroli lalu lintas serta melakukan pengawalan dan Patroli lalu lintas
2) Dalam melaksanakan tugas Kasat Lantas menyelenggarakan fungsi:
a) Pembinaan fungsi lalu lintas kepolisian dalam lingkungan Poltabes Medan dan sekitarnya
b) Penyelenggara dan pembina partisipasi masyarakat melalui kerjasama lintas sektoral, pendidikan masyarakat dan pengkajian masalah di bidang lalu lintas
c) Menyelenggarakan operasi kepolisian bidang lalu lintas dalam rangka menegakkan hukum dan ketertiban lalu lintas
e) Menyelenggarakan penjagaan, pengatur dan Patroli an: pengawalan dan patroli lalu lintas dalam rangka penegakan hukum dan ketertiban lalu lintas guna menjamin kelancaran lalu lintas
3) Kasat Lantas dibantu oleh Wakil Kasat Lantas disingkat Waka Sat Lantas yang bertanggungjawab kepada Kasat Lantas
4) Ka Sat Lantas bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas dan kewajibannya kepada Kapoltabes Medan dan sekitarnya
b. Waka Sat Lantas
1) Waka Sat Lantas adalah pembantu dan penasehat Utama Kasat Lantas dalam memimpin tugas Sat Lantas terutama dalam menyelenggarakan pembinaan kemampuan termasuk koordinasi dan pengawasan, bertugas kewajiban:
a) Mengajukan pertimbangan dan saran kepada Kasat Lantas khususnya mengenai hal-hal yang berhubungan dengan bidang tugasnya
b) Merumuskan dan menyampaikan rencana dan program kerja Sat Lantas c) Memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan tugas
pembinaan yang meliputi personel, logistik, anggaran keuangan dan fungsi khusus lainnya serta kegiatan pelayanan dan penyelenggaraan latihan termasuk penyiapan/penyusunan kekuatan dan dukungan/bantuan administrasi bagi penyelenggaraan operasional kepolisian
d) Mengkoordinasikan, mengawasi dan mengarahkan pelaksana kegiatan operasional
e) Memelihara dan mengawasi pelaksanaan prosedur kerja serta membina disiplin, tata tertib dan kesadaran hukum di lingkungan Sat Lantas
g) Mewakili Kasat Lantas apabila Kasat Lantas berhalangan melaksanakan tugas kewajibannya
2) Waka Sat Lantas bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas dan kewajibannya kepada Kasat Lantas
c. Urbin OPS (Urusan Pembinaan Operasional)
1) Urbin Ops adalah unsur pembantu pimpinan dan pelayanan staf di lingkungan Sat Lantas Poltabes Medan dan sekitarnya
2) Urbin Ops bertugas merumuskan / menyiapkan rencana / program kerja anggaran, termasuk rencana dan administrasi operasional, pelatihan, penyelenggaraan pelayanan urusan administrasi personel, logistik, urusan ketatausahaan, urusan dalam dan pelayanan keuangan Sat Lantas Poltabes Medan dan sekitarnya
3) Urbin Ops dipimpin oleh Kaur Bin Ops yang bertanggungjawab kepada Kasat Lantas dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Waka Sat Lantas
4) Kaur Bin Ops dalam pelaksanaan tugas kewajibannya dibantu oleh: a) Ba Min Ops
Menerima surat masuk dan mengagendakan surat masuk dan keluar
Membuat surat-surat yang berhubungan dengan tugas operasional Sat Lantas
Menerima laporan pelaksanaan tugas dan melaporkan ke satuan atas baik Harian, Mingguan, Bulanan
Merumuskan/menyiapkan rencana kerja anggaran termasuk administrasi operasional
Menyelenggarakan pelayanan administrasi personel, logistik, keuangan Sat Lantas
b) Ba Min Tilang
• Membuat rencana kebutuhan Blangko Tilang • Menyelenggarakan Administrasi Tilang
• Menerima dan mendistribusikan Blangko Tilang • Melakukan kontrol penggunaan Balngko Tilang • Koordinasi dengan CJS tentang Tilang
• Mengamankan barang bukti Tilang
• Membuat Laporan Harian, Mingguan, Bulanan d. Unit Patroli
1) Unit Patroli adalah unsur pelaksana pada Sat Lantas yang berada di bawah Kasat Lantas
2) Unit Patroli bertugas untuk melaksanakan penjagaan, penGatur dan Patroli an, pengawalan (VIP, VVIP, Tamu Negara dan Giat insidentil masyarakat), Patroli lalu lintas dan penegakkan hukum bidang lalu lintas guna terciptanya dan terpeliharanya tata tertib lalu lintas dalam lingkup Poltabes Medan dan sekitarnya
3) Unit Patroli dipimpin oleh Kanit Patroli yang bertanggungjawab kepada Kasat Lantas dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Waka Sat Lantas
a) Ka Subnit Patroli 1
Membantu tugas Kanit Patroli untuk melakukan pengawasan dan pengendalian personel di wilayah Subnit Patroli 1
Merintahkan personel bawahannya untuk melakukan Gatur dan Patroli Lantas di wilayah Subnit Patroli 1
b) Ka subnit Patroli 2
Membantu tugas Kanit Patroli untuk melakukan pengawasan dan pengendalian personel di wilayah Subnit Patroli 2
Merintahkan personel bawahannya untuk melakukan Gatur dan Patroli Lantas di wilayah Subnit Patroli 2
c) Ka Subnit Patroli 3
Membantu tugas Kanit Patroli untuk melakukan pengawasan dan pengendalian personel di wilayah Subnit Patroli 3
Merintahkan personel bawahannya untuk melakukan Gatur dan Patroli Lantas di wilayah Subnit Patroli 3
d) Ka Subnit Patroli 4
Membantu tugas Kanit Patroli untuk melakukan pengawasan dan pengendalian personel di wilayah Subnit Patroli 4
Merintahkan personel bawahannya untuk melakukan Gatur dan Patroli Lantas di wilayah Subnit Patroli 4
e) Ka Subnit Patroli 5
Merintahkan personel bawahannya untuk melakukan Pengawalan, Patroli dan PenGatur dan Patroli an Lalu Lintas di wilayah Poltabes MS
e. Unit REGIDENT (Registrasi dan Identifikasi)
1) Unit Regident adalah unsur pelaksana pada Sat Lantas yang berada di bawah Kasat Lantas
2) Unit Regident bertugas untuk menyelenggarakan dan membina pelaksanaan administrasi registrasi dan identifikasi Pengemudi Ranmor
3) Unit Regident dipimpin oleh Kanit Regident yang bertanggungjawab kepada Kasat Lantas dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Waka Sat Lantas
4) Kanit Regident dalam pelaksanaan tugas kewajibannya dibantu oleh : a) Ba Min SSB
• Membuat rencana kebutuhan Materiil SIM • Menyelenggarakan Administrasi Materiil SIM • Menerima dan mendistribusikan Materiil SIM • Melakukan kontrol penggunaan Materiil SIM • Membuat Laporan Harian, Mingguan, Bulanan b) Ba Putor SIM
• Menyiapkan Resi / TP3S ke Loket Bank (TP3S)
• Mengajukan permintaan Resi TP3S ke Dit Lantas Polda
• Menerima dana TP3S dari loket yang diterima dari pemohon SIM • Dan menyetorkan PNBP ke BRI
• Membuat Laporan Harian, Mingguan dan Bulanan ke Kabid Ku Polda yang ditembuskan ke Irwasda, Karo Raro Renbang dan Dir Lantas c) Ba Putor Klipeng
• Menerima dana Klinik Mengemudi dari pemohon SIM • Dan menyetorkan PNBP ke BRI
• Membukukan penerimaan dan penyetoran dan PNBP
• Membuat Laporan Harian, Mingguan dan Bulanan ke Kabid Ku Polda yang ditembuskan ke Irwasda, Karo Raro Renbang dan Dir Lantas • Menyelenggarakan Ujian Klinik Mengemudi
d) Banit SIM
• Menyelenggarakan Pelayanan Pemohon SIM • Mengoreksi berkas pemohon SIM
• Menyelenggarakan Ujian Teori SIM • Menyelenggarakan Ujian Praktek SIM
• Melakukan Registrasi dan Identifikasi Pemohon SIM • Menerbitkan SIM
• Memberikan SIM kepada pemohon SIM
• Melakukan penyimpanan Berkas Pemohon SIM f. Unit DIKYASA (Pendidikan dan Rekayasa)
1) Unit Dikyasa adalah unsur pelaksana pada Sat Lantas yang berada di bawah Kasat Lantas
3) Unit Dikyasa dipimpin oleh Kanit Dikyasa yang bertanggungjawab kepada Kasat Lantas dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Waka Sat Lantas
4) Kanit Dikyasa dalam pelaksanaan tugas kewajibannya dibantu oleh : a) Ka Subnit Dikmas Lantas
Membantu tugas Kanit Dikyasa untuk melakukan pengawasan dan pengendalian personel Unit Dikyasa dalam melaksanakan tugas pokoknya yaitu tentang pendidikan tentang lalu lintas kepada masyarakat
Merintahkan personel bawahannya untuk melakukan kegiatan pendidikan masyarakat bidang lalu lintas guna meningkatkan kesadaran hukum masyarakat dalam mematuhi peraturan lalu lintas
b) Ka Subnit Prasjal
Membantu tugas Kanit Dikyasa untuk melakukan pengawasan dan pengendalian personel Unit Dikyasa dalam melaksanakan tugas pokoknya yaitu tentang pendataan sarana dan prasarana jalan serta rekayasa lalu lintas
Merintahkan personel bawahannya untuk melakukan kegiatan pendataan sarana dan prasarana jalan serta melakukan rekayasa lalu lintas guna terpenuhinya sarana dan prasarana jalan
c) Ka Subnit Sarang
Merintahkan personel bawahannya untuk melakukan kegiatan pendataan sarana dan prasarana angkutan jalan terpenuhinya keselamatan dalam angkutan jalan
g. Unit LAKA (Kecelakaan Lalu Lintas)
1) Unit Laka adalah unsur pelaksana pada Sat Lantas yang berada di bawah Kasat Lantas
2) Unit Laka bertugas untuk menyelenggarakan penanganan (Penyelidikan), pemeriksaan (Penyidikan) dan admnistrasi Kasus Laka Lantas
3) Unit Laka dipimpin oleh Kanit Laka yang bertanggungjawab kepada Kasat Lantas dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Waka Sat Lantas
4) Kanit Laka dalam pelaksanaan tugas kewajibannya dibantu oleh : a) Ba Min Laka
• Menyelenggarakan Surat masuk dan keluar Unit Laka
• Mendatakan Laporan Polisi Laka Lantas dalam Buku Register • Mengkoordinir Laporan Laka Lantas
• Menyelenggarakan Buku Register Laka Lantas b) Ba Penyidik Pembantu
• Menerima berkas dari penjagaan Laka Lantas
Meneliti dan membuat Surat Panggilan kepada yang terlibat Laka Lantas
Melengkapi Administrasi Penyidikan
BAP Tersangaka
BAP Korban
Menentukan Pasal yang dilanggar • Melakukan Pemeriksaan
• Mengirimkan Berkas Perkara ke JPU
• Menyerahkan tersangka dan Barang Bukti ke JPU c) Ba Jaga Laka (TPTKP Laka Lantas)
• Menerima Laporan Laka Lantas dari masyarakat
• Membuat Laporan Polisi dan Sket Gambar Laka Lantas • Mengamankan, mengawasi dan menjaga Barang Bukti
• Mengajukan Laporan Polisi Laka Lantas kepada Kanit Laka melalui Min Laka
• Mengawasi dan menjaga tahanan Laka Lantas d) Ka Subnit Laka Percut
Membantu tugas Kanit Laka untuk melakukan pengawasan dan pengendalian personel di wilayah Subnit Laka Percut
Merintahkan personel bawahannya untuk melakukan Gatur dan Patroli Lantas dan menyelenggarakan administrasi Laka Lantas di wilayah Subnit Laka Percut
Menangani Kasus Laka Lantas di wilayah Subnit Laka Percut e) Ka Subnit Laka Sunggal
Membantu tugas Kanit Laka untuk melakukan pengawasan dan pengendalian personel di wilayah Subnit Laka Sunggal
Merintahkan personel bawahannya untuk melakukan Gatur dan Patroli Lantas dan menyelenggarakan administrasi Laka Lantas di wilayah Subnit Laka Sunggal
f) Ka Subnit Laka Labuhan
Membantu tugas Kanit Laka untuk melakukan pengawasan dan pengendalian personel di wilayah Subnit Laka Labuhan
Merintahkan personel bawahannya untuk melakukan Gatur dan Patroli Lantas dan menyelenggarakan administrasi Laka Lantas di wilayah Subnit Laka Labuhan
Menangani Kasus Laka Lantas di wilayah Subnit Laka Labuhan g) Ka Subnit Laka Belawan
Membantu tugas Kanit Laka untuk melakukan pengawasan dan pengendalian personel di wilayah Subnit Laka Belawan
Merintahkan personel bawahannya untuk melakukan Gatur dan Patroli Lantas dan menyelenggarakan administrasi Laka Lantas di wilayah Subnit Laka Belawan
Menangani Kasus Laka Lantas di wilayah Subnit Laka Belawan h) Ka Subnit Patroli Pancur
Membantu tugas Kanit Laka untuk melakukan pengawasan dan pengendalian personel di wilayah Subnit Laka Pancur
Merintahkan personel bawahannya untuk melakukan Gatur dan Patroli Lantas dan menyelenggarakan administrasi Laka Lantas di wilayah Subnit Laka Pancur
BAB 4
ANALISA DATA
4. Analisa Data
5. Analisa Univariat
Berdasarkan judul penulis yaitu “Analisa Hubungan Banyaknya Tingkat Lakalantas Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin Pelaku Kecelakaan di Kota Medan”, maka penulis memperoleh data dari kantor Poltabes Medan dan sekitarnya. Kemudian data diolah dengan analisa univariat terhadap seluruh variabel yang diringkas dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan tabel silang sebagai berikut:
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Lakalantas berdasarkan Usia Pelaku Kecelakaan Usia
pelaku
Tahun
Frek. Proporsi(%) 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
<21 21 29 29 47 99 179 162 566 21
21-30 78 75 102 91 180 272 224 1022 38
31-40 47 58 61 75 100 153 116 610 22
41-50 27 28 28 27 62 104 81 357 13
>50 9 8 12 10 38 45 50 172 06
Total 182 198 232 250 479 753 633 2727 100
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 2001 s/d 2007 terdapat 38% pelaku kecelakaan yang paling banyak pada umur 21-30 tahun dan sangat jauh jumlahnya dari pelaku kecelakaan pada umur >50 tahun yang hanya mencapai angka 6%.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Lakalantas berdasarkan Jenis Kelamin Pelaku Kecelakaan
Jenis Kelamin
Tahun
Frek. Proporsi(%) 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Pria 178 194 225 241 466 732 616 2652 97,25
Wanita 4 4 7 9 13 21 17 75 2,75
Total 182 198 232 250 479 753 633 2727 100
Sumber: Satlantas Poltabes Medan dan sekitarnya
Tabel 4.3 Tingkat Lakalantas Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin Pelaku
Sumber: Satlantas Poltabes Medan dan sekitarnya
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pelaku kecelakaan lalu lintas pada umumnya adalah pria pada umur 21-30 tahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
Gambar 4.1 Tingkat Lakalantas Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin Pelaku Kecelakaan
<21 21-30 31-40 41-50 >50
6. Analisa Bivariat
Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara usia dan jenis kelamin pelaku lakalantas terhadap banyaknya tingkat lakalantas di kota Medan dan sekitarnya, maka perlu dilakukan pengujian dengan uji Chi-Kuadarat, yaitu dengan mengamati jumlah frekuensi yang diharapkan dari frekuensi yang diamati berdasarkan data yang sudah ditabulasi silang pada analisa univariat dengan menggunakan rumus:
n n n Ei j i j
0 0* =
Berdasarkan 4.3 diperoleh nilai nilai harapannya berikut ini:
E11 =(566 x 2652)/2727 =550,43 E21= (1022 x 2652)/2727 =993,89
E12 =(566 x 75)/2727 = 15,56 E22= (1022 x 75)/2727 = 28,11
E31=(610 x 2652)/2727 =593,22 E41=(357 x 2652)/2727 =347,18
E32=(610 x 75)/2727 = 16,78 E42=(357 x 75)/2727 = 9,82
E51=(172 x 2652)/2727 =167,27
Dari koefisien-koefisien di atas dapat dibentuk daftar kontingensi dari frekuensi yang diharapkan seperti pada tabel berikut ini:
Tabel 4.4 Daftar Frekuensi yang Diharapkan Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin Pelaku Lakalantas
Jenis Kelamin
TOTAL Usia Pelaku Pria Wanita
<20 550,43 15,56 566
21-30 993,89 28,11 1022
31-40 593,22 16,78 610
41-50 347,18 9,82 357
>50 167,27 4,73 172
TOTAL 2652 75 2727
Tabel 4.5 Penentuan Harga Chi-Kuadrat
Dari tabel diperoleh nilai:
∑∑
= = −Hipotesa yang diajukan adalah sebagai berikut ini:
O
H : Tidak ada hubungan antara banyaknya tingkat lakalantas berdasarkan usia
dan jenis kelamin pelaku kecelakaan lalu lintas.
1
Dan kriteria penerimaan dan penolakan hipotesa adalah sebagai berikut:
Berdasarkan harga Xhitung2 dibandingkan dengan 2 tabel
X yang diperoleh dari tabel Kai-Kuadrat dengan ketentuan dk= (b-1)(k-1) = (5-1)(2-1) = 4 dan =0,05
maka: X(20,05:4)= 9,94
sehingga diperoleh Xhitung2 > 2 tabel
X yakni 15,02 > 9,94 yang menyatakan H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti terdapat hubungan antara banyaknya tingkat
lakalantas berdasarkan usia dan jenis kelamin pelaku lakalantas variabel.
Selanjutnya untuk mengetahui seberapa erat hubungan antara kedua variabel maka dapat ditentukan dengan:
N
Dari hasil yang diperoleh, maka besarnya derajat hubungan antara kedua variabel adalah 0,074.
Agar harga C dapat digunakan untuk menilai derajat assosiasi antara kedua variabel, maka harga C perlu dibandingkan dengan koefisien kontingensi maksimumnya dengan rumus berikut:
m m
Dari tabel kontingensi dengan m harga minimum antara baris (b) dan kolom (k) terdiri atas 5 baris dan 2 kolom, jadi nilai minimumnya adalah 2 sehingga:
2
Untuk mengetahui keeratan hubungan antara banyaknya tingkat lakalantas berdasarkan usia dan jenis kelamin pelaku lakalantas maka perlu dibandingkan harga C dan Cmaks. yang dilambangkan dengan Q.
%
BAB 5
IMPLEMENTASI SISTEM
5.1 Pengertian
Tahapan implementasi merupakan tahapan penerapan desain tertulis ke dalam programming. Dalam pengolahan data dalam karya tertulis ini, penulis menggunakan perangkat lunak (software) sebagai iplementasi sistem yaitu SPSS 14.0 for windows untuk memperoleh hasil perhitungan.
5.2 Statistik dan Komputer
Istilah komputer mempunyai arti yang luas dan berbeda untuk orang yang berbeda. Istilah komputer diambil dari bahasa Latin yang berarti menghitung (to compute atau recon). Operasi perhitungan yang digunakan pada umumnya dalam
Di sisi lain, ilmu Statistik merupakan bagian dari ilmu Matematika yang penuh dengan operasi perhitungan. Statistik berasal dari kata “Statistik” yang berarti data yang telah diolah tetapi masih dapat mengalami proses pengolahan lagi. Jika Statistik menyediakan cara/metode pengolahan data maka komputer menyediakan sarana pengolahan data. Dengan bantuan komputer, pengolahan data statistik hingga dihasilkan informasi yang relevan menjadi lebih cepat dan akurat.
Komputer memiliki keunggulan utama dibandingkan dengan kemampuan manusia yaitu komputer memiliki kecepatan yang tinggi, ketepatan (presisi) yang tinggi, keandalan dan juga mempunyai daya tahan kerja yang tinggi.
5.3 SPSS dan Komputer Statistik
Saat ini banyak beredar program-program komputer statistik mulai dari yang kuno dan berbasisis DOS seperti Microstat sampai yang berbasis Windows seperti SPSS, SAS, Statistica dan lain sebagainya. Dari berbagai software statistik yang beredar sekarang, SPSS adalah yang paling populer dan paling banyak digunakan di seluruh dunia.
SPSS pertama kali dibuat tahun 1968 oleh tiga mahasiswa Stanford University, yang dioperasikan pada komputer mainframe. Pada tahun 1984, SPSS pertama kali muncul dengan versi PC (dapat dipakai untuk komputer Desktop) dengan nama SPSS/PC+ dan sejalan dengan mulai populernya sistem operasi Windows.
Sciences), sekarang diperluas untuk melayani berbagai jenis user seperti proses
produksi di pabrik/industri, riset ilmu-ilmu sains dan lainnya. Sehingga sekarang kepanjangan dari SPSS adalah (Statistical Product and Service Solutions).
5.4 Mengoperasikan SPSS
Secara umum ada tiga tahapan yang harus dilakukan dalam mengoperasikan SPSS supaya hasil yang diperoleh berdayaguna yaitu tahap penyiapan data mencakup pemasukan (input) data, penyuntingan (editing) data, penyimpanan data, tahap proses analisis data dan tahap analisis hasil.
Adapun langkah-langkah pengolahan data dengan menggunakan program SPSS adalah:
7. Aktifkan program pada windows dengan perintah Start lalu klik all program pilih SPSS 14.0 for windows
8. Langkah-langkah memasukkan data
Kemudian klik tab sheet “variable view” yang ada di bagian kiri bawah Cara pengisiannya adalah sebagai berikut:
3 Name. Klik ganda sel tersebut kemudian ketik umur pelaku 4 Type. Pilih numeric
5 Width. Untuk keseragaman ketik 8
6 Decimals. Karena tipe data numeric dengan kode, maka ketik angka 0 yang berarti tidak ada desimal
7 Label. Bagian ini dapat diabaikan
8 Values. Klik kotak kecil di kanan sel, lalu isikan value dengan mengetik angka 1 dan value label dengan mengetik umur <21 tahun, setelah itu klik add untuk melanjutkan proses pelebelan, begitu seterusnya sampai angka 5 pada value dan umur >50 tahun pada value label.
9. Menyimpan data
Data yang diisi dalam SPSS disimpan dengan mengklik menu file, save data lalu ketikkan nama file yang hendak disimpan, klik OK atau Enter.
10. Pemrosesan data 7. Frequencies
8. Crosstab
Dari menu SPSS pilih menu Analize kemudian sub menu Descriptive Statistics lalu pilih Crosstab, seperti gambar di bawah ini:
9. Pada kotak Crosstab akan ditampilkan variabel-variabel yang akan diuji 10. Pindahkan variabel umur pelaku pada baris (rows) dan variabel jenis
kelamin pada kolom (columns)
11. Kemudian klik Statistics pilih Chi-Square coefficient
12. Dilanjutkan dengan mengklik cells pilih observed dan expected
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
8.1Kesimpulan
Berdasarkan data yang telah diperoleh dan diolah dengan Chi-Kuadrat maka dapat disimpulkan bahwa, terdapat hubungan antara banyaknya tingkat lakalantas berdasarkan usia dan jenis kelamin pelaku kecelakaan lalu lintas di kota Medan sekitarnya. Besarnya hubungan antara kedua faktor adalah Xhitung2 >
2 tabel
X yakni 15,02 > 9,94. Dan keeratan hubungan antara kedua variabel adalah Q = 10,47% dan dinyatakan hubungannya kurang erat.
8.2Saran
1. Pemerintah Indonesia dan pemerintah setempat secara khususnya Sat Lantas agar lebih meningkatkan ketertiban dalam berlalu lintas.
14. Perlunya kesadaran semua pihak masyarakat pengguna jalan untuk taat berlalu lintas.
DAFTAR PUSTAKA
Siegel, Sidney. 1992. Statistik Nonparametrik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Sudjana. 1992. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Saleh, Samsubar.1986. Statistik Nonparametrik Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Usman, Husain. 2006. Pengantar Statistika. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Aplikasi Pengolahan Data dengan SPSS
Frequency Percent Valid Percent
jenis_kelamin_pelaku_lakalantas
Frequency Percent Valid Percent
jenis_kelamin_pelaku_lakalantas
2.5 2
1.5 1
0.5
Frequency
3,000
2,000
1,000
0
jenis_kelamin_pelaku_lakalantas
Mean =1.03 Std. Dev. =0.164 N =2,727
Crosstabs
[DataSet0]
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
umur_pelaku_lakalantas *
jenis_kelamin_pelaku_la
umur_pelaku_lakalantas * jenis_kelamin_pelaku_lakalantas Crosstabulation
Count
jenis_kelamin_pelaku_lakalantas Total
pria wanita pria
umur_pelaku_lakalantas <21 542 24 566
21-30 990 32 1022
a 1 cells (10.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.73.
Symmetric Measures Interval by Interval Pearson's R
-.073 .015 -3.806 .000(c) Ordinal by Ordinal Spearman Correlation
-.070 .017 -3.656 .000(c) N of Valid Cases
2727 a Not assuming the null hypothesis.