• Tidak ada hasil yang ditemukan

PREVALENSI FRAKTUR DENTOALVEOLAR AKIBAT TRAUMA BERDASARKAN USIA, JENIS KELAMIN DAN JENIS FRAKTUR DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PREVALENSI FRAKTUR DENTOALVEOLAR AKIBAT TRAUMA BERDASARKAN USIA, JENIS KELAMIN DAN JENIS FRAKTUR DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN 2013-2016

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

ANNYDIA MAYDELIN PURBA NIM : 130600007

Pembimbing :

Eddy A. Ketaren, drg.,Sp.BM

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2017

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial Tahun 2017

Annydia Maydelin Purba

Prevalensi fraktur dentoalveolar akibat trauma berdasarkan usia, jenis kelamin dan jenis fraktur di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2013-2016.

x + 32 halaman

Trauma gigi (traumatic dental injury) merupakan suatu keadaan umum yang sering kali dialami baik pada anak-anak maupun dewasa. Salah satu akibat trauma adalah fraktur dentoalveolar yang disebabkan faktor eksternal seperti kekerasan, kecelakaan, jatuh dan sebagainya. Jumlah penduduk berbanding lurus dengan tingkat mobilitas dan aktivitas manusia. Semakin tinggi tingkat mobilitas dan aktivitas penduduk, semakin tinggi pula angka kecelakaan yang terjadi sehingga memiliki kecenderungan terjadinya fraktur dentoalveolar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi fraktur dentoalveolar akibat trauma berdasarkan usia, jenis kelamin dan jenis fraktur di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2013-2016.

Penelitian ini merupakan penelitian survei deskriptif menggunakan teknik total sampling dengan cara mencatat data sekunder rekam medik seluruh pasien fraktur dentoalveolar yang dirawat di RSUP H. Adam Malik Medan yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eklusi pada tahun 2013-2016. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik maupun diagram. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi tertinggi terjadinya fraktur dentoalveolar berada di kelompok usia remaja akhir (17-25 tahun) dengan persentase 30,76%. Berdasarkan jenis kelamin fraktur dentoalveolar lebih sering terjadi pada laki-laki 79,48%. Jenis fraktur yang paling sering terjadi adalah fraktur tulang alveolar 64,10%.

Daftar rujukan: 30 (2005-2016)

(3)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan tim penguji skripsi

Medan, 09 Agustus 2017

Pembimbing: Tandatangan

Eddy A. Ketaren, drg., Sp.BM

NIP. 19530401 198003 1 006 ………..

(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 09 Agustus 2017

TIM PENGUJI

KETUA : Hendry Rusdy, drg., Sp.BM, M.Kes ANGGOTA : 1. Ahyar Riza, drg., Sp.BM

2. Eddy A. Ketaren, drg., Sp.BM

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dalam rangka memenuhi kewajiban penulis untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Rasa terimakasih penulis sampaikan kepada ibunda tercinta, Ibunda Annisa Harahap dan ayahanda tercinta, Ayahanda Syukur Ala Akbar Purba serta adik tersayang Thiopan Riahdo Purba yang senantiasa menyayangi, mendoakan, dan mendukung penulis baik dari segi moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam penulisan skripsi ini, penulis juga telah banyak mendapat bimbingan, bantuan, motivasi, saran-saran serta doa dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, dengan kerendahan hati serta penghargaan yang tulus penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Eddy Anwar Ketaren, drg., Sp.BM selaku Ketua Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengarahan, serta membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Hendry Rusdy, drg.,Sp.BM, M.Kes selaku dosen pembimbing akademis yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menjalankan pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi USU.

3. Seluruh staf pengajar FKG USU terutama staf dan pegawai di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial atas bimbingan dan bantuan yang diberikan kepada penulis.

4. Sahabat-sahabat Komunitas Muslim FKG USU dan UKMI Ad-Dakwah USU yang selalu mendukung, mendoakan dan membantu penulis selama masa perkuliahan.

(6)

5. Teman-teman seperjuangan skripsi di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial serta seluruh stambuk 2013 atas dukungan, saran dan bantuan kepada penulis.

Penulis menyadari kelemahan dan keterbatasan ilmu yang penulis miliki menjadikan skripsi ini masih perlu perbaikan, saran dan kritik membangun. Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan sumbangan pikiran yang berguna bagi pengembangan disiplin ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi khususnya Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial.

Medan, 1 Agustus 2017

Penulis,

(Annydia Maydelin Purba) NIM : 130600007

(7)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ...

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ………... iv

DAFTAR ISI... v i DAFTAR TABEL………... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR GRAFIK………. x

DAFTAR LAMPIRAN……….. xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Trauma ... 5

2.2 Fraktur Dentoalveolar ... 5

2.3 Etiologi dan Faktor Resiko Fraktur Dentoalveolar ... 6

2.4 Klasifikasi Fraktur Dentoalveolar ... 7

2.5 Diagnosis Fraktur Dentoalveolar ... 11

2.5.1 Anamnesis ... 12

2.5.2 Pemeriksaan Ekstra Oral & Intra Oral ... 12

2.5.3 Pemeriksaan Radiografi ... 13

2.6 Prevalensi Fraktur Dentoalveolar ... 13

(8)

2.7 Perawatan Fraktur Dentoalveolar ... 14

2.8 Kerangka Teori... 16

2.9 Kerangka Konsep ... 17

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 18

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 18

3.3 Populasi dan Sampel ... 18

3.3.1. Populasi ... 18

3.3.2. Sampel ... 18

3.4 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi ... 18

3.4.1 Kriteria Inklusi ... 18

3.4.2 Kriteria Eksklusi ... 19

3.5 Variabel Penelitian & Defenisi Operasional ... 19

3.6 Metode Pengumpulan Data ... 20

3.7 Alat Penelitian ... 20

3.8 Pengolahan Data ... 20

3.9 Analisis Data ... 21

3.10 Ethical Clearance ... 21

3.11 Alur Penelitian ... 22

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Prevalensi Fraktur Dentoalveolar Akibat Trauma di RSUP H. Adam Malik Medan pada Tahun 2013-2016 ... 23

4.1.1 Prevalensi Fraktur Dentoalveolar Akibat Trauma Berdasarkan Usia di RSUP H. Adam Malik Medan pada Tahun 2013-2016 ... 23

4.1.2 Prevalensi Fraktur Dentoalveolar Akibat Trauma Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUP H. Adam Malik Medan pada Tahun 2013-2016 ... 25

4.1.3 Prevalensi Fraktur Dentoalveolar Akibat Trauma Berdasarkan Jenis Fraktur di RSUP H. Adam Malik Medan pada Tahun 2013-2016 ... 26

BAB 5 PEMBAHASAN ... 29

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 32

6.2 Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33 LAMPIRAN

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Variabel dan Definisi Operasional ... 19 2. Prevalensi Fraktur Dentoalveolar Akibat Trauma Berdasarkan Usia

di RSUP H. Adam Malik Medan pada Tahun 2013-2016 ... 23 3. Prevalensi Fraktur Dentoalveolar Akibat Trauma Berdasarkan Usia

di RSUP H. Adam Malik Medan pada Tahun 2013-2016 ... 24 4. Prevalensi Fraktur Dentoalveolar Akibat Trauma Berdasarkan Jenis

Kelamin di RSUP H. Adam Malik Medan pada Tahun 2013-2016 ... 26 5. Prevalensi Fraktur Dentoalveolar Akibat Trauma Berdasarkan Jenis

Fraktur di RSUP H. Adam Malik Medan pada Tahun 2013-2016 ... 27

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Fraktur Dentoalveolar ... 6

2. Kerusakan Pada Jaringan Keras Gigi dan Pulpa ... 8

3. Kerusakan Pada Tulang Pendukung... 9

4. Kerusakan Pada Jaringan Periodontal RA & RB ... 10

5. Kerusakan Pada Jaringan Periodontal ... 11

(11)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman 1. Prevalensi Fraktur Dentoalveolar Akibat Trauma Berdasarkan Usia

di RSUP H. Adam Malik Medan pada Tahun 2013-2016 ... 25 2. Prevalensi Fraktur Dentoalveolar Akibat Trauma Berdasarkan Jenis

Kelamin di RSUP H. Adam Malik Medan pada Tahun 2013-2016 ... 26 3. Prevalensi Fraktur Dentoalveolar Akibat Trauma Berdasarkan Jenis

Fraktur di RSUP H. Adam Malik Medan pada Tahun 2013-2016 ... 27

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Daftar Riwayat Hidup 2. Jadwal Kegiatan

3. Anggaran Biaya Penelitian 4. Master Data

5. Ethical Clearance 6. Surat Izin Penelitian

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Trauma gigi (traumatic dental injury) merupakan suatu keadaan umum yang sering kali dialami baik pada anak-anak maupun dewasa. Trauma dapat mengakibatkan masalah yang serius dan kompleks seperti terjadinya fraktur pada gigi yang dipertimbangkan sebagai suatu kondisi serius dan harus mendapatkan penanganan segera guna mengurangi rasa sakit serta resiko bertambahnya kerusakan gigi.1-3

Trauma sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan mengenai bagian tubuh manusia, salah satunya adalah daerah rongga mulut. Salah satu akibat trauma yang menjadi masalah serius di bidang kedokteran gigi baik pada anak-anak maupun dewasa adalah fraktur dentoalveolar yang disebabkan faktor eksternal seperti kekerasan, kecelakaan, jatuh dan sebagainya.4

Fraktur dentoalveolar secara umum didefinisikan sebagai patah tulang pada tulang sekitar gigi tanpa perluasan ke tulang basal dari maksila atau mandibula yang dapat menyebabkan perpindahan, subluksasi, avulsi gigi atau fraktur pada struktur gigi yang melibatkan tulang alveolar.5-7

Klasifikasi fraktur dentoalveolar menurut WHO tahun 1995 terdiri atas empat tipe trauma yaitu ; tipe 1 yang menyangkut jaringan keras gigi dan pulpa, tipe 2 yang mengenai jaringan keras gigi, pulpa dan tulang alveolar, tipe 3 fraktur pada jaringan periodontal, seperti luksasi dan avulsi gigi, tipe 4 pada jaringan lunak, seperti abrasi dan laserasi gingiva atau mukosa.2,6,7

Dilansir dari International Journal of Contemporary Dentistry oleh Kamala dkk., pada tahun 2011 dari 458 anak (81,7% anak laki-laki; 18,3% perempuan), sebanyak 491 gigi mengalami trauma dimana sebagian besar hadir dalam lengkung rahang atas (98,4%). Insisivus sentral (88,7%) merupakan gigi yang paling sering terkena dampak, diikuti oleh gigi seri lateral (11,3%). Sebagian besar trauma terjadi antara

(14)

dua kelompok usia-1-3 tahun (23,1%) dimana anak-anak berusia 2 tahun adalah yang paling sering (31,3%), kelompok kedua antara usia 7-14 tahun (76,9%). Penyebab trauma yang paling umum yang terkait dengan orang tua atau wali anak-anak adalah jatuh dari ketinggian (66,8%), diikuti oleh kecelakaan (18,2%).9

Di Pakistan berdasarkan penelitian tahun 2010 oleh Mushtaq dkk., frekuensi tertinggi terjadinya fraktur dentoalveolar saat dekade pertama kehidupan yaitu usia 1- 10 tahun (36%), disusul dekade kedua 11-20 tahun (35%) dan mulai menurun saat 21- 30 tahun (13%), 31-40 tahun (7%), 41-50 tahun (6%) dan 51-60 tahun (3%).7

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fabio Roccia dkk. di Italia tahun 2011, kecelakaan kendaraan bermotor merupakan etiologi terbesar penyebab fraktur dentoalveolar (46,1%) diikuti oleh jatuh (26,6%), tindakan kekerasan (13,5%), kecelakaan dalam berolahraga (8,2%), dan kecelakaan saat bekerja (5,6%).10

Dari penelitian yang dilakukan Heppy di RSUD Jember dari tahun 2007-2011 etiologi terjadinya fraktur dentoalveolar dikarenakan jatuh (29,33%), kecelakaan lalu lintas (18,67%), kecelakaan olahraga (6,67%), kekerasan (2,67%), kecelakaan kerja (4%) dan lain-lain (38,67%).11

Kota Medan merupakan ibukota provinsi Sumatera Utara yang memiliki luas wilayah 265,1 km2 dengan kepadatan penduduk mencapai 8.008 jiwa/km2. Jumlah penduduk yang besar berbanding lurus dengan tingkat mobilitas dan aktivitas manusia. Semakin tinggi tingkat mobilitas dan aktivitas penduduk, semakin tinggi pula angka kecelakaan yang terjadi di kota Medan.12

Data dari Polres Medan menyebutkan selama tahun 2011-2013 telah terjadi 1375 kasus kecelakaan lalu lintas. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk kota Medan memiliki kecendrungan trauma yang tinggi akibat kecelakaan lalu lintas. Dari 1375 kasus kecelakaan lalu lintas 261 orang diantaranya meninggal dunia, 620 orang luka berat dan 818 orang mengalami luka ringan.13

Berdasarkan laporan Hanif, data dari BPJS Ketenagakerjaan akhir tahun 2015 menunjukkan telah terjadi kecelakaan kerja sejumlah 105.182 kasus dengan korban meninggal dunia sebanyak 2.375 orang. Angka kecelakaan kerja di Sumatera Utara hingga saat ini rata-rata 23 kasus tiap hari dimana tahun 2012 tercatat 94 kasus.14

(15)

Di Medan terdapat rumah sakit tipe A Pendidikan milik pemerintah yang yaitu RSUP H. Adam Malik yang sudah memenuhi standar akreditasi rumah sakit dan lulus tingkat paripurna juga telah ditetapkan menjadi rumah sakit pusat rujukan nasional.

Berdasarkan tingginya mobilitas warga di Sumatera Utara khususnya kota Medan dan banyaknya jumlah kemungkinan trauma yang terjadi, maka peneliti ingin mengetahui prevalensi pasien fraktur dentoalveolar yang dirawat di RSUP H. Adam Malik Medan sejak tahun 2013 hingga tahun 2016.

1.2 Rumusan Masalah

1. Berapa prevalensi fraktur dentoalveolar yang di rawat di RSUP H. Adam Malik Medan berdasarkan usia.

2. Berapa prevalensi fraktur dentoalveolar yang di rawat di RSUP H. Adam Malik Medan berdasarkan jenis kelamin

3. Berapa prevalensi fraktur dentoalveolar yang di rawat di RSUP H. Adam Malik Medan berdasarkan jenis fraktur dentoalveolar.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui prevalensi fraktur dentoalveolar yang dirawat di RSUP H.

Adam Malik Medan berdasarkan usia.

2. Untuk mengetahui prevalensi fraktur dentoalveolar yang dirawat di RSUP H.

Adam Malik Medan berdasarkan jenis kelamin.

3. Untuk mengetahui prevalensi fraktur dentoalveolar yang dirawat di RSUP H.

Adam Malik Medan berdasarkan jenis fraktur dentoalveolar.

(16)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan data dan informasi mengenai prevalensi fraktur dentoalveolar akibat trauma berdasarkan usia, jenis kelamin dan jenis fraktur dentoalveolar yang dirawat di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2013-2016.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan tenaga kesehatan gigi mengenai fraktur dentoalveolar.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang prevalensi fraktur dentoalveolar berdasarkan usia, jenis kelamin dan jenis fraktur di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2013-2016.

4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan penyuluhan bagi tenaga kesehatan.

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Trauma

Pengertian trauma secara umum adalah luka atau jejas baik fisik maupun psikis.

Trauma dengan kata lain disebut injury atau wound, dapat diartikan sebagai kerusakan atau luka yang biasanya disebabkan oleh tindakan-tindakan fisik dengan terputusnya kontinuitas normal suatu struktur.15

Trauma juga diartikan sebagai suatu kejadian tidak terduga atau suatu penyebab sakit karena kontak yang keras dengan suatu benda. Trauma gigi atau biasanya dikenal dengan traumatic dental injury (TDI) adalah kerusakan yang mengenai jaringan keras dan atau periodontal karena sebab mekanis. Trauma gigi dapat menyebabkan kerusakan atau kehilangan gigi yang terlibat dan akan dapat mempengaruhi fisik, estetik dan psikologi.2,16,17

2.2 Fraktur Dentoalveolar

Fraktur dentoalveolar dapat didefinisikan sebagai fraktur yang dapat menyebabkan perpindahan, subluksasi, avulsi gigi atau fraktur pada struktur gigi yang melibatkan tulang alveolar. Prosesus alveolar adalah bagian dari mandibula dan maksila yang mengelilingi dan mendukung gigi. Prosesus alveolar terbentuk bersamaan dengan perkembangan dan erupsi gigi dan sebaliknya secara bertahap akan berkurang tingginya setelah kehilangan gigi.7,18

Fraktur dentoalveolar dapat berdiri sendiri atau terjadi bersamaan dengan fraktur pada wajah dan bagian tubuh lainnya. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya karies dan penyakit periodontal sebagai masalah baru dan tentunya juga akan mengganggu estetik, psikologis dan ekonomi.19

(18)

Gambar 1. Fraktur Dentoalveolar2

2.3 Etiologi dan Faktor Resiko Fraktur Dentoalveolar

Fraktur dentoalveolar sering disebabkan oleh banyak jenis trauma. Penyebab paling umum adalah jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor, cedera olahraga, perkelahian, pelecehan anak dan kecelakaan di tempat bermain. Jatuh yang menyebabkan banyak luka, dimulai ketika anak mulai berjalan dan puncak kejadian sebelum usia sekolah.20

Etiologi utama terjadinya fraktur pada anak biasanya sama dengan etiologi fraktur pada orang dewasa yakni khususnya kecelakaan lalu lintas, terjatuh, olahraga maupun perkelahian. Biasanya anak-anak menjadi penumpang sepeda motor atau naik sepeda, akibat kecelakaan lalu lintas maka mereka menjadi korban.21

Menurut penelitian Nilatty tahun 2010 yang dilakukan di Turki, jatuh adalah penyebab paling umum dari trauma dentoalveolar pada semua kelompok umur (42,7%) dibandingkan dengan etiologi lainnya seperti, memukul (18%), olahraga (16%), tabrakan dengan objek (14,7%) dan kecelakaan lalu lintas hanya (3,3%). Sebuah penelitian di Brazil juga menunjukkan jatuh menjadi penyebab paling umum dari fraktur dentoalveolar (72,4%) diikuti oleh kecelakaan lalu lintas jalan (6,8%).7

Dimple dkk. menyebutkan bahwa etiologi terbesar fraktur dentoalveolar berdasarkan penelitiannya tahun 2010 adalah jatuh (56%), diikuti kecelakaan lalu lintas (24%), terbentur oleh suatu objek (12%), kecelakaan saat berolahraga dan bermain (8%).16

(19)

Selain faktor-faktor yang sudah disebutkan sebelumnya terdapat beberapa faktor resiko terjadinya fraktur dentoalveolar, yaitu :18

1. Perkembangan gigi dan rahang. Anak-anak lebih beresiko tinggi dikarenakan pergerakannya yang belum terkontrol.

2. Kekuatan tekanan. Jumlah, arah, lokasi dan kecepatan maksimal dari suatu tekanan.

3. Anatomi tulang rahang. Prognasi maksila dan mandibula lebih beresiko mengalami trauma.

4. Posisi gigi dalam tulang rahang. Proklinasi gigi insisivus memiliki resiko lebih besar.

5. Kesehatan periodontal. Kesehatan periodontal yang inadekuat meningkatkan resiko avulsi pada gigi meskipun hanya dengan trauma kecil.

2.4 Klasifikasi Fraktur Dentoalveolar

Klasifikasi yang direkomendasikan dari World Health Organization (WHO) dalam Application of International Classification of Diseases to Dentistry and Stomatology diterapkan baik gigi sulung dan gigi tetap, yang meliputijaringan keras gigi, jaringan pendukung gigi dan jaringan lunak rongga mulut yaitu sebagai berikut:7,18,22,23

I. Kerusakan pada jaringan keras gigi dan pulpa (gambar 2)

1. Infraksi enamel (enamel infraction) yaitu suatu fraktur yang tidak sempurna pada enamel tanpa kehilangan struktur gigi dalam arah horizontal atau vertikal.

2. Fraktur enamel yang tidak kompleks (uncomplicated crown fracture) yaitu suatu fraktur yang hanya mengenai lapisan enamel saja.

3. Fraktur enamel-dentin (uncomplicated crown fracture) yaitu fraktur pada mahkota gigi yang hanya mengenai enamel dan dentin saja tanpa melibatkan pulpa.

4. Fraktur mahkota yang kompleks (complicated crown fracture) yaitu fraktur yang mengenai email, dentin dan pulpa.

(20)

5. Fraktur mahkota-akar tidak kompleks (uncomplicated crown root fracture) yaitu fraktur enamel, dentin, sementum, tetapi tidak melibatkan pulpa.

6. Fraktur mahkota-akar kompleks (complicated crown-root fracture) yaitu fraktur enamel, dentin dan sementum dengan pulpa yang terpapar.

7. Fraktur akar (root fracture) yaitu fraktur yang melibatkan dentin, enamel, sementum dan pulpa dapat disubklasifikasikan lagi menjadi apikal, tengah dan sepertiga koronal.

Gambar 2. A. Crown infraction. B,C Uncomplicated crown fracture. D Complicated crown fracture. E Uncomplicated crown-root fracture. F Complicated crown root fracture. G Root fracture.18

(21)

II. Kerusakan pada tulang pendukung (gambar 3)

1. Pecah dinding soket alveolar mandibula atau maksila: hancur dan tertekannya soket alveolar, ditemukan pada cedera intrusif dan lateral luksasi.

2. Fraktur dinding soket alveolar mandibula atau maksila: fraktur yang terbatas pada fasial atau lingual/palatal dinding soket.

3. Fraktur prosesus alveolar mandibula atau maksila: fraktur prosesus alveolar yang dapat melibatkan soket gigi.

4. Fraktur mandibula atau maksila: dapat atau tidak melibatkan soket alveolar.

Gambar 3. A pecah dinding soket alveolar, B&C Fraktur dinding soket alveolar, D&E Fraktur prosesus alveolar, F&G Fraktur mandibula atau maksila.18

III. Kerusakan pada jaringan periodontal (gambar 4&5)

1. Konkusi yaitu trauma yang mengenai jaringan pendukung gigi yang menyebabkan gigi lebih sensitif terhadap tekanan dan perkusi tanpa adanya kegoyangan atau perubahan posisi gigi.

2. Subluksasi yaitu kegoyangan gigi tanpa disertai perubahan posisi gigi akibat trauma pada jaringan pendukung gigi.

(22)

3. Luksasi ekstrusi (partial displacement), yaitu pelepasan sebagian gigi ke luar dari soketnya. Ekstrusi menyebabkan mahkota gigi terlihat lebih panjang.

4. Luksasi merupakan perubahan letak gigi yang terjadi karena pergerakan gigi ke arah labial, palatal maupun lateral, hal ini menyebabkan kerusakan atau fraktur pada soket alveolar gigi tersebut. Trauma gigi yang menyebabkan luksasi lateral menyebabkan mahkota bergerak ke arah palatal.

5. Luksasi intrusif yaitu pergerakan gigi ke dalam tulang alveolar, dimana dapat menyebabkan kerusakan atau fraktur soket alveolar. Luksasi intrusi menyebabkan mahkota gigi terlihat lebih pendek.

6. Avulsi yaitu pergerakan seluruh gigi ke luar dari soket.

Gambar 4. A & B Luksasi ekstrusif, C Intrusi pada anak, D intrusi gigi 12 dan avulsi gigi 11.18

(23)

Gambar 5 A Konkusi. B Subluksasi. C Luksasi Intrusi. D Luksasi Ekstrusi. E,F Luksasi lateral.

G Retained root-crown fracture. H Avulsi.18

IV. Kerusakan pada gingiva atau jaringan lunak rongga mulut

1. Laserasi merupakan suatu luka terbuka pada jaringan lunak yang disebabkan oleh benda tajam seperti pisau atau pecahan luka. Luka terbuka tersebut berupa robeknya jaringan epitel dan subepitel.

2. Kontusio yaitu luka memar yang biasanya disebabkan oleh pukulan benda tumpul dan menyebabkan terjadinya perdarahan pada daerah submukosa tanpa disertai sobeknya daerah mukosa.

3. Luka abrasi yaitu luka pada daerah superfisial yang disebabkan karena gesekan atau goresan suatu benda, sehingga terdapat permukaan yang berdarah atau lecet.

2.5 Diagnosis Fraktur Dentoalveolar

Berbagai macam pemeriksaan perlu dilakukan sebelum menetapkan diagnosis guna memberikan perawatan yang tepat terhadap pasien yang mengalami fraktur gigi diantaranya; pertimbangan anatomi, kegawatdaruratan medis, kegawatdaruratan oral serta usia. Pertimbangan anatomi sangat membantu dalam penilaian mengenai dampak trauma, rencana perawatan yang akan dilakukan serta evaluasi dari tindakan yang telah dilakukan. Pertimbangan kegawatdaruratan medis berperan serta dalam upaya melakukan

(24)

manajemen penanganan pasien trauma secara komprehensif. Pertimbangan usia juga diperlukan oleh karena pendekatan klinis antara pasien anak dan orang dewasa yang mengalami fraktur akibat trauma memiliki sedikit perbedaan. Anamnesa dan pemeriksaan terhadap pasien memiliki tujuan agar dapat menentukan diagnosa secara tepat dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan spesifik.4,23

2.5.1 Anamnesis

Anamnesis adalah penting karena beberapa faktor akan menentukan pengobatan terbaik yang akan dilakukan serta informasi tentang kondisi sistemik pasien akan menjamin pengobatan yang aman. Pertanyaan-pertanyaan dari anamnesa mencakup:1,4,6,2425

 Bagaimana fraktur tersebut terjadi ?Jawaban dari pertanyaan ini akan merujuk pada tingkat keparahan fraktur, contohnya suatu pukulan pada dagu kemungkinan trauma akan menjalar sampai ke kondilus mandibula.

 Dimana fraktur tersebut terjadi ?Pertanyaan ini untuk mengetahui tempat saat terjadinya trauma apakah terkontaminasi sehingga perlu diberikan anti tetanus pada pasien dsb.

 Kapan fraktur tersebut terjadi ? Karena waktu sangat penting untuk menegakkan diagnosa, khususnya pada gigi yang mengalami avulsi atau perubahan letak.

2.5.2 Pemeriksaan Ekstra Oral dan Pemeriksaan Intra Oral

Pada pemeriksaan ekstra oral dapat ditemukan asimetri wajah berupa bengkak di bibir, hematoma, abrasi dan laserasi. Kedalaman laserasi sebaiknya diperiksa untuk mengetahui apakah ada struktur vital yang terlibat seperti duktus kelenjar parotis atau nervus fasialis.4,6

Pemeriksaan intra oral meliputi jaringan lunak dan jaringan keras. Trauma di anterior biasanya mengakibatkan kerusakan bibir yang parah. Hematoma sering ditemukan dan pada palpasi dapat teraba kepingan gigi atau benda asing yang tertanam di jaringan lunak. Bibir bawah dapat tergigit sehingga terjadi laserasi. Bila gigi avulsi,

(25)

pada gingiva akan tampak luka seperti bekas ekstraksi bisa ditemukan juga laserasi gingiva dan deformitas tulang alveolar. Pada anterior mandibula dapat terjadi degloving yaitu sobekan horizontal di sulkus labialis pada perbatasan gingiva cekat dan bebas, bila pasien jatuh tertelungkup dan terseret ke depan. Sobekan terjadi di periosteum dan pada kasus yang parah saraf mentalis dapat terbuka.6

2.5.3 Pemeriksaan Radiografi

Pemeriksaan radiologi sering digunakan untuk mengevaluasi trauma pada gigi maupun rahang baik untuk menentukan lokasi, penyebaran, hingga fragmen apa saja yang berdampak akibat trauma. Pemeriksaan radiografi yang paling sering digunakan untuk evaluasi fraktur dentoalveolar adalah foto dental periapikal dan panoramik.25,26

2.6 Prevalensi Fraktur Dentoalveolar

Prevalensi adalah seberapa sering suatu penyakit atau kondisi terjadi pada sekelompok orang. Prevalensi dihitung dengan membagi jumlah orang yang memiliki penyakit atau kondisi dengan jumlah total orang dalam kelompok.16

Terjadinya fraktur dentoalveolar dapat digambarkan sebagai prevalensi atau insidensi. Perbedaannya adalah bahwa prevalensi mengacu semua kasus baru atau lama dalam suatu populasi pada saat tertentu, sedangkan insidensi mengacu pada jumlah pasien baru dengan fraktur dentoalveolar selama periode tertentu, umumnya 1 tahun, dalam populasi tertentu. Oleh karena itu tingkat prevalensi adalah lebih tinggi dari tingkat insidensi. Misalnya, dengan membandingkan hasil dari penelitian yang dilakukan Kaste et al. di Amerika Serikat pada tahun 1996, prevalensi adalah 18,4% dalam interval usia 6-20 tahun, sedangkan insidensi di Swedia dalam interval usia 6-19 tahun disajikan oleh Glendor et al. pada tahun yang sama adalah 12,1% per 1000 individu. Oleh karena itu perbandingan dari dua hasil pada selang usia yang hampir sama masing-masing adalah 18,4% dan 1,21%. Hal ini menunjukkan bahwa 18,4% dari individu dalam interval usia 6-20 tahun di Amerika Serikat setidaknya mengalami kelanjutan satu traumatic dental injury untuk gigi permanen mereka selama hidup. Sedangkan 1,21% dari individu- individu di interval usia 6-19 tahun di Swedia telah menderita setidaknya satu traumatic

(26)

dental injury selama tahun penyelidikan. Dengan kata lain, insidensi menyampaikan informasi tentang risiko tertular traumatic dental injury, sedangkan prevalensi memberitahu kita seberapa luas traumatic dental injury terjadi.27

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kamala di india pada tahun 2011, insisivus sentralis adalah gigi yang paling sering terkena dampak trauma (88,7%), diikuti oleh gigi seri lateral (11,3%). Sebagian besar trauma terjadi antara dua kelompok usia-1- 3 tahun (23,1%) dengan anak-anak berusia 2 tahun adalah yang paling sering (31,3%), kelompok kedua antara usia 7-14 tahun (76,9%).9

Erica dkk. pada tahun 2013 mengungkapkan bahwa distribusi penyebab prevalensi yang lebih tinggi adalah kecelakaan sepeda motor (29%), diikuti oleh jatuh (19%). Hasil penelitian ini juga menunjukkan 203 pasien dengan 387 gigi avulsi, 343 (89%) permanen dan 44 (11%) gigi primer, dengan rasio gigi permanen/ primer dari 7,8:

1. Dalam kedua dentisi, gigi rahang atas yang paling sering terlibat (69% dari permanen dan 94% dari primer).28

Kecelakaan lalu lintas adalah penyebab utama fraktur dentoalveolar (39%), diikuti oleh jatuh (31%) kecelakaan saat di taman bermain (8%) diikuti oleh kecelakaan olahraga (7%), kekerasan (5%), kecelakaan kerja (4%) dan cedera senjata api (4%).7

2.7 Perawatan fraktur dentoalveolar

Perawatan fraktur dentoalveolar sebaiknya dilakukan sesegera mungkin, karena penundaan perawatan akan mempengaruhi prognosis gigi geligi. Bila fraktur dentoalveolar merupakan bagian dari fraktur wajah yang lebih serius, perawatan dapat dilakukan secara efektif untuk menstabilkan keadaan umum pasien terlebih dahulu.

Tujuan perawatan fraktur dentoalveolar adalah mengembalikan bentuk dan fungsi organ pengunyahan senormal mungkin. Prognosis fraktur dentoalveolar dipengaruhi oleh keadaan umum dan usia pasien serta kompleksitas fraktur.6

Secara umum perawatan yang dilakukan pada pasien fraktur dentoalveolar adalah konservatif, endodontik dan reimplantasi dan fiksasi splinting. Tergantung jenis dan gejala yang terdapat pada pasien.17

(27)

Tujuan perawatan fraktur pada anak-anak sama dengan orang dewasa tetapi dengan manajemen yang berbeda, dimana perkembangan rahang dan pertumbuhan gigi geligi menjadi pertimbangan utama dalam pemilihan metode perawatan.

(28)

2.8 Kerangka Teori

Prevalensi fraktur dentoalveolar Pengertian trauma

Fraktur dentoalveolar

Etiologi dan faktor resiko Klasifikasi Pemeriksaan

(29)

2.9 Kerangka Konsep

Fraktur Dentoalveolar

Prevalensi : - Usia

- Jenis kelamin - Jenis fraktur

(WHO)

(30)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Survei Deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan mendeskripsikan atau menggambarkan prevalensi fraktur dentoalveolar akibat trauma di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2013-2016.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan dengan data dari tahun 2013-2016. Waktu penelitian diperkirakan sekitar 2 bulan sejak Maret-April 2017.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang mendapatkan perawatan fraktur dentoalveolar di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2013-2016.

3.3.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang mendapatkan perawatan fraktur dentoalveolar di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2013-2016 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini dan tercatat dalam rekam medis. Metode pengambilan sampel pada penelitian ini adalah total sampling yaitu seluruh populasi diambil untuk dijadikan sampel.

3.4 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi 3.4.1 Kriteria Inklusi

1. Data rekam medis yang berisi data pasien fraktur dentoalveolar yang sedang ataupun telah menjalani perawatan di RSUP H. Adam Malik Medan.

(31)

2. Data rekam medik pasien fraktur dentoalveolar yang dirawat di RSUP H. Adam Malik Medan mulai dari tahun 2013-2016.

3.4.2 Kriteria Eksklusi

1. Data rekam medik pasien fraktur dentoalveolar yang dirawat di RSUP H. Adam Malik Medan selain tahun 2013-2016.

2. Data rekam medik pasien fraktur dentoalveolar yang dirawat di RSUP H. Adam Malik Medan yang tidak mencantumkan data pribadi pasien dan data tentang trauma yang dideritanya.

3.5 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional Tabel 1. Variabel dan defenisi operasional

NO Variabel Penelitian Defenisi Operasional

1. Prevalensi Jumlah orang dalam populasi yang menderita, menerima perawatan, ataupun dalam kondisi mengalami fraktur dentoalveolar di RSUP H.

Adam Malik Medan

2. Fraktur dentoalveolar Kondisi dimana gigi mengalami suatu perpindahan seperti subluksasi, avulsi atau fraktur gigi yang diikuti dengan fraktur tulang alveolar yang dirawat di RSUP H. Adam Malik Medan

3. Usia Lama hidup seseorang dalam hitungan tahun.

4. Jenis kelamin Kategori biologis perempuan atau laki-laki yang berhubungan dengan kromosom, pola genetik dan struktural genital.

(32)

5. Trauma Penyebab dari suatu fraktur dentoalveolar:

jatuh, kecelakaan lalu-lintas, kecelakaan kerja, saat bermain dan berolahraga, kekerasan dalam rumah-tangga dan terbentur dengan suatu objek.

6. Jenis fraktur dentoalveolar

Gabungan dari sistem pengelompokan WHO dalam “ Aplication of the International Classification of Diseases to Dentistry and Stomatology” dan sistem pengelompokan menurut Andreasen yang meliputi fraktur gigi, fraktur akar, fraktur tulang alveolar, avulsi gigi, intrusi gigi, ekstrusi gigi, luksasi, kontusio dan subluksasi yang sesuai dengan penegakan diagnosa dalam rekam medis RSUP H. Adam Malik Medan

7. Data rekam medis Data rekam medis fraktur dentoalveolar yang akan diambil sampel yaitu rekam medis mulai dari tahun 2013-2016.

3.6 Metode Pengumpulan Data

Data dikumpulkan melalui data sekunder, yaitu rekam medik pasien fraktur dentoalveolar yang dirawat di RSUP H. Adam Malik Medan yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eklusi pada tahun 2013-2016.

3.7 Alat Penelitian

Alat yang digunakan untuk mendapatkan data adalah rekam medik pasien yang mengalami fraktur dentoalveolar di RSUP H. Adam Malik

(33)

3.8 Pengolahan Data

Data dioalah secara tabulasi manual menggunakan Microsoft Excel dan Microsoft Word dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik maupun diagram.

3.9 Analisis Data

Analisa data dilakukan dengan cara menghitung persentase hasil pengumpulan data sekunder rekam medik dari pasien yang mengalami fraktur dentoalveolar yang dirawat di RSUP H. Adam Malik Medan.

3.10 Ethical Clearance

Ethical Clearance adalah keterangan tertulis yang diberikan oleh Komisi Etik Penelitian untuk penelitian yang melibatkan makhluk hidup (manusia, hewan, tumbuhan) yang menyatakan bahwa suatu proposal riset layak dilaksanakan setelah memenuhi persyaratan tertentu.

(34)

3.11 Alur Penelitian

Peneliti melakukan penelitian setelah mendapat persetujuan dari Fakultas Kedokteran Gigi USU, komisi

etik dan pihak Rumah Sakit H. Adam Malik Medan

Pengelompokan dan pencatatan data rekam medis fraktur dentoalveolar meliputi nomor rekam medis, nama pasien,

usia, jenis kelamin dan jenis fraktur dentoalveolar

Pembahasan data secara deskriptif Tabulasi dan penyajian data

Peneliti menghitung jumlah pasien yang mengalami fraktur dentoalveolar sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan sejak tahun 2013 hingga

2016

Peneliti melakukan pencarian dan pengambilan sampel data rekam medis kasus fraktur dentoalveolar di bagian

rekam medis RSUP H. Adam Malik Medan

(35)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Prevalensi fraktur dentoalveolar akibat trauma di Rumah Sakit H. Adam Malik Medan pada tahun 2013-2016

Terdapat 52 data rekam medis pasien yang didiagnosa sebagai fraktur dentoalveolar di Rumah Sakit H. Adam Malik Medan pada tahun 2013-2016, namun hanya 39 rekam medis yang memiliki data lengkap sesuai dengan kriteria inklusi sehingga dapat diteliti berdasarkan usia, jenis kelamin dan jenis frakturnya. Data yang tidak lengkap meliputi data yang tidak mencantumkan salah satu variabel penelitian seperti trauma yang menyebabkan fraktur, jenis fraktur dan rekam medis yang hilang.

Keseluruhan rekam medis tersebut didapat dari bagian rekam medis rawat jalan dan rawat inap RSUP H. Adam Malik Medan.

Tabel 2. Jumlah pasien dengan diagnosis fraktur dentoalveolar di RSUP H.Adam Malik Medan pada tahun 2013-2016

N Data lengkap/layak Data tidak lengkap

52 39 13

Pada penelitian ini hanya kasus yang memiliki data lengkap yang digunakan sebagai data penelitian.

4.1.1 Prevalensi fraktur dentoalveolar akibat trauma berdasarkan usia di Rumah Sakit H. Adam Malik Medan pada tahun 2013-2016

Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, sebanyak 12 kasus dari total kasus fraktur dentoalveolar terjadi pada kelompok usia remaja akhir (17-25 tahun), 7 kasus terjadi pada kelompok usia dewasa awal (26-35 tahun), 3 kasus terjadi pada kelompok usia remaja awal (12-16 tahun), 3 kasus terjadi pada kelompok usia dewasa akhir (36-45

(36)

tahun), 6 kasus terjadi pada kelompok usia lansia awal (46-55 tahun), 5 kasus terjadi pada kelompok usia kanak-kanak (5-11 tahun), 2 kasus terjadi pada kelompok usia lansia akhir (56-65 tahun) dan 1 kasus terjadi pada kelompok usia manula (>65 tahun) (tabel 3).

Tabel 3. Prevalensi fraktur dentoalveolar akibat trauma berdasarkan usia di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2013-2016

Kelompok Usia Jumlah Persentase (%)

Masa balita (0-5 tahun) 0 0

Masa kanak-kanak (5-11 tahun) 5 12,83

Masa remaja awal (12-16 tahun) 3 7,70

Masa remaja akhir (17-25 tahun) 12 30,76

Masa dewasa awal (26-35 tahun) 7 17,94

Masa dewasa akhir (36-45 tahun) 3 7,70

Masa lansia awal (46-55 tahun) 6 15,38

Masa lansia akhir (56-65 tahun) 2 5,13

Masa manula (>65 tahun) 1 2,56

Total 39 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok usia remaja akhir (17-25 tahun) mempunyai prevalensi fraktur dentoalveolar paling tinggi di RSUD H. Adam Malik Medan yaitu sebanyak 12 kasus atau 30,76% dari keseluruhan kasus (39 kasus).

Kelompok usia dewasa awal menduduki peringkat kedua dengan 7 kasus atau 17,94%.

Selanjutnya kelompok usia lansia awal dengan 6 kasus atau 15,38% menduduki peringkat ketiga, disusul kelompok usia kanak-kanak dengan 5 kasus atau 12,83%. Kelompok usia dewasa akhir dan remaja awal menduduki posisi yang sama dengan masing-masing 3 kasus atau 7,70%. Kelompok usia lansia akhir 2 kasus atau 5,13% dan yang terakhir kelompok usia manula dengan 1 kasus atau 2,56%.

(37)

Grafik 1. Prevalensi fraktur dentoalveolar akibat trauma berdasarkan usia di RSUP H.Adam Malik Medan pada tahun 2013-2016

4.1.2 Prevalensi fraktur dentoalveolar akibat trauma berdasarkan jenis kelamin di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2013-2016

Data jumlah prevalensi pasien dengan diagnosa fraktur dentoalveolar di RSUP H.

Adam Malik Medan pada tahun 2013-2016 didominasi oleh penderita berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah kasus sebanyak 31 atau 79,48% sedangkan untuk jenis kelamin perempuan terdapat 8 kasus atau 20,52% (tabel 4).

0 2 4 6 8 10 12 14

Prevalensi fraktur dentoalveolar akibat trauma berdasarkan usia

Jumlah

(38)

Tabel 4. Prevalensi fraktur dentoalveolar akibat trauma berdasarkan jenis kelamin di RSUP H.

Adam Malik Medan pada tahun 2013-2016

Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

Laki-laki 31 79,48

Perempuan 8 20,52

Total 39 100

Grafik 2. Prevalensi fraktur dentoalveolar akibat trauma berdasarkan jenis kelamin di RSUP H.

Adam Malik Medan pada tahun 2013-2016

4.1.3 Prevalensi fraktur dentoalveolar akibat trauma berdasarkan jenis fraktur di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2013-2016

Hasil penelitian yang didapat berdasarkan klasifikasi jenis fraktur dentoalveolar, diperoleh sebanyak 4 kasus kerusakan pada jaringan keras gigi dan pulpa, 25 kasus kerusakan pada tulang pendukung dan10 kasus kerusakan pada jaringan periodontal.

79,48%

20,52%

laki-laki Perempuan

(39)

Tabel 5. Prevalensi fraktur dentoalveolar akibat trauma berdasarkan jenis fraktur di RSUP . Adam Malik Medan pada tahun 2013-2016

Jenis fraktur dentoalveolar Jumlah Presentase (%)

Fraktur mahkota gigi 4 10,26

Fraktur tulang alveolar 25 64,10

Subluksasi 4 10,26

Luksasi 2 5,12

Avulsi 4 10,26

Total 39 100

Grafik 3. Prevalensi fraktur dentoalveolar berdasarkan jenis fraktur di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2013-2016

0 5 10 15 20 25 30

Fraktur mahkota

Fraktur tulang alveolar

Subluksasi Luksasi Avulsi

Prevalensi fraktur dentoalveolar akibat trauma berdasarkan jenis fraktur

Jumlah kasus

(40)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis trauma dentoalveolar terbanyak dari keseluruhan kasus di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2013-2016 adalah kerusakan pada tulang pendukung yaitu fraktur tulang alveolar sebanyak 25 kasus atau 64,10% disusul kerusakan pada jaringan keras gigi dan pulpa yaitu fraktur mahkota gigi sebanyak 4 kasus atau 10,26% kemudian kerusakan pada jaringan periodontal yang terdiri dari subluksasi 4 kasus atau 10,26%, luksasi dengan 2 kasus atau 5,12% dan avulsi 4 kasus atau 10,26%.

(41)

BAB 5 PEMBAHASAN

Trauma sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan mengenai bagian tubuh manusia, salah satunya adalah daerah rongga mulut. Salah satu akibat trauma yang menjadi masalah serius di bidang kedokteran gigi baik pada anak-anak maupun dewasa adalah fraktur dentoalveolar yang disebabkan faktor eksternal seperti kekerasan, kecelakaan, jatuh dan sebagainya.4

Kota Medan merupakan ibukota provinsi Sumatera Utara yang memiliki luas wilayah 265,1 km2 dengan kepadatan penduduk mencapai 8.008 jiwa/km2. Jumlah penduduk yang besar berbanding lurus dengan tingkat mobilitas dan aktivitas manusia.

Semakin tinggi tingkat mobilitas dan aktivitas penduduk, semakin tinggi pula angka kecelakaan yang terjadi di kota Medan.12

Penelitian ini membahas prevalensi fraktur dentoalveolar akibat trauma berdasarkan usia, jenis kelamin dan jenis fraktur di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2013-2016. Hal ini dikarenakan fraktur dentoalveolar merupakan salah satu akibat trauma yang menjadi masalah serius di bidang kedokteran gigi baik pada anak-anak maupun dewasa yang disebabkan faktor eksternal seperti kekerasan, kecelakaan, jatuh dan sebagainya.4

Dalam rekam medis pasien fraktur dentoalveolar di RSUP H. Adam Malik Medan sejak tahun 2013 sampai 2016 yang bisa dijadikan sampel pada penelitian ini sejumlah 52 data. Namun terdapat kekurangan data di dalam rekam medis tersebut berupa lembar isian yang tidak lengkap, data rusak dan hilang, sehingga hanya 39 data rekam medis yang dapat diteliti berdasarkan usia, jenis kelamin dan jenis fraktur dentoalveolar yang dialami. Keseluruhan data didapat dari bagian rekam medis rawat inap maupun rawat jalan.

Hasil dari penelitian ini didapati bahwa kelompok usia remaja akhir (17-25 tahun) menduduki peringkat teratas dalam prevalensi terjadinya fraktur dentoalveolar yaitu sebanyak 12 kasus (30,76%) dari keseluruhan kasus (39 kasus). Pada usia ini dipastikan

(42)

pasien sudah berada di fase gigi permanen, sesuai dengan penelitian yang dilakukan Mahmoodi dkk., bahwa pasien dengan gigi permanen merupakan prevalensi tertinggi terjadinya fraktur dentoalveolar.2 Kelompok usia ini merupakan usia produktif dimana tingkat mobilitas dan aktivitas lebih tinggi daripada kelompok usia lain. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Erica dkk. bahwa usia remaja merupakan puncak tertinggi terjadinya fraktur dentoalveolar.28

Dari 39 kasus fraktur dentoalveolar, sebanyak 31 penderitanya adalah laki-laki atau 79,48% sedangkan untuk jenis kelamin perempuan terdapat 8 kasus atau 20,52%.

Hal ini menunjukkan bahwa laki-laki lebih banyak mengalami fraktur dentoalveolar daripada perempuan. Hasil penelitian yang dilakukan di Pakistan oleh Mushtaq dkk. juga menunjukkan hal serupa bahwa laki-laki mendominasi kasus fraktur dentoalveolar dengan rasio perbandingan 2,7:1. Laki-laki diduga lebih aktif dan sering melakukan aktivitas diluar ruangan seperti bermain, olahraga, berkendara dan aktivitas-aktivitas lain yang sering beresiko meyebabkan cedera dan kecelakaan. Sedangkan perempuan cenderung lebih suka melakukan aktivitas sehari-harinya di dalam ruangan.7

Hasil penelitian ini menunjukkan dari banyaknya kasus fraktur dentoalveolar yang terjadi di RSUP H. Adam Malik Medan, kerusakan pada tulang pendukung merupakan jenis yang paling sering ditemukan yaitu fraktur tulang alveolar dengan 25 kasus atau 64,10%. Kerusakan pada tulang pendukung terdiri dari pecahnya dinding soket alveolar mandibula atau maksila, fraktur dinding soket alveolar mandibula atau maksila, fraktur prosesus alveolar mandibula atau maksila dan fraktur mandibula atau maksila. Hal ini paling sering terjadi disebabkan kecelakaan lalu lintas dan jatuh. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Fabio dkk. Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab paling sering terjadinya fraktur maksilofasial yang melibatkan dentoalveolar.10

Kota Medan dengan padatnya penduduk dan tingginya mobilitas warga ditambah lagi pengaruh dari tidak disiplinnya pengguna jalan saat berkendara menyebabkan angka kecelakaan lalu lintas yang merupakan salah satu penyebab terjadinya fraktur dentoalveolar menjadi sangat tinggi. Namun pada penelitian ini hasil yang didapat hanya 39 kasus fraktur dentoalveolar. Hal ini kemungkinan disebabkan karena korban dilarikan

(43)

ke klinik ataupun rumah sakit terdekat dari tempat kejadian perkara bukan ke Rumah Sakit H. Adam Malik Medan.12

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dipaparkan sebelumnya, pencegahan terhadap kasus fraktur dentoalveolar sangat perlu dilakukan. Pada dasarnya pencegahan terhadap cedera trauma sangat mudah, hanya saja tingkat kesadaran dan kehati-hatian setiap individu dalam melakukan aktivitas seperti berolahraga atau aktivitas lain yang mengakibatkan trauma masih kurang. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya kecelakaan lalu-lintas yang disebabkan pengendara kendaraan bermotor yang tidak mematuhi peraturan lalu-lintas dan tidak memakai pelindung seperti helm dan sabuk pengaman.30

Trauma yang dapat menyebabkan cedera maupun fraktur dentoalveolar dapat menyerang siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan, tua atau muda dan juga anak- anak ataupun dewasa. Masyarakat harus tahu apa yang harus dilakukan saat terjadinya trauma yang menyebabkan fraktur dentoalveolar. Untuk itu perlu dilakukan penyuluhan oleh pemerintah yang bekerjasama dengan pihak kepolisian dan tenaga medis.4

(44)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2013-2016 mengenai prevalensi fraktur dentoalveolar dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Prevalensi fraktur dentoalveolar akibat trauma di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2013-2016 sebanyak 39 kasus.

2. Kelompok usia remaja akhir (17-25 tahun) menduduki peringkat teratas pada kasus terjadinya fraktur dentoalveolar yaitu sebanyak 12 kasus (30,76%) dari keseluruhan kasus (39 kasus).

3. Laki-laki lebih banyak mengalami fraktur dentoalveolar daripada perempuan, yaitu dengan presentase sebesar 79,48%

4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis fraktur akibat trauma dentoalveolar terbanyak dari keseluruhan kasus di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2013-2016 adalah kerusakan pada tulang pendukung yaitu fraktur tulang alveolar dengan 25 kasus atau 64,10%.

6.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai prevalensi dan penyebab terjadinya fraktur dentoalveolar di rumah sakit lainnya di Indonesia.

2. Perlu dilakukan penyuluhan mengenai dampak dan bahaya dari fraktur dentoalveolar kepada masyarakat.

3. Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.

(45)

Daftar Pustaka

1. Curley A. The law and dental trauma in: A clinical guide to dental traumatology.

Missouri: Mosby Elsevier, 2007:180-6.

2. Mahmoodi B, Nedjat RR, Weusmann J, Azaripour A, Walter C, Willershausen B.

BMC oral health, 2005;15:139

3. Ajlouni,Taghreed FJ, Farouk BR. Traumatic dental injuries presenting at the pediatric dental clinic at prince Rashid bin Al-Hassan hospital. Journal of the Royal Medical Services 2010:17(1):10-5.

4. Zelvya P, Hendrarlin S. Management of Ellis class II fracture in permanent maxillary cenral incisors a 7 years old child : Case report. In : 15th scientific meeting & refresher course in dentistry Faculty of Dentistry Universitas Indonesia. Jakarta, 2009:405-11.

5. Grewal P, Bodh M, Kumar A, Namdev R, Dutta S. Fixation alveolar fracture of mandible using modified wire composite splint 3 (WCS): noninvasive alternative in mixed dentition period. International journal of advances in case 2015;2(23):1356-9.

6. Sirait T, Rahayu S, Sibarani M, Raizal Y, Birgitta G. Penatalaksanaan fraktur dentoalveolar. Majalah kedokteran FK UKI 2008. April-Juni: 61-5.

7. Mushtaq M, Bazkhan D. Age, gender distribution and etiology of dentoalveolar fracture. Pakistan oral & dental journal 2010:30(2):303-6.

8. Pagadala S, Tadikonda DC. An overview of classification of dental trauma. IAIM 2015;2(9):157-64.

9. Kamala BK, Tripati S. Dental injuries reported in a dental school: a 2 year preliminary study. IJCD 2011:2(2):110-4.

10. Rocia F, Boffano P, Bianchi FA, Ramieri G. An 11-year review of dental injuries associated with maxillofacial fracture in Turin, Italy. Oral maxillofac surg 2013:17:269-74.

(46)

11. Livia H. Prevalensi fraktur dentoalveolar yang dirawat di RSUD dr. Subandi jember tahun 2007-2011. Digital repository Universitas Jember. Available at http://repository.unej.ac.id/ (29 September 2016)

12. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara. Luas wilayah, jumlah penduduk, dan kepadatan penduduk menurut kabupaten/kota 2012. Available at http://sumut.bps.go.id/frontend/linkTabelStatis/view/id/362 (29 September 2016)

13. Wiwi D. Tekan angka kecelakaan di Sumut. Tribun News Medan 2013. Available at http://medan.tribunnews.com/2013/02/01/tekan-angka-kecelakaan-di-sumut (29 September 2016)

14. Tri. Menaker: angka kecelakaan kerja masih tinggi. Pos kota news 2016.

Available at http://poskotanews.com/2016/01/12/menaker-angka-kecelakaan- kerja-masih-tinggi/ 29 September 2016)

15. Dorland WAN. Kamus kedokteran Dorland. 1st ed., Alih Bahasa Huriawati Hartanto. Jakarta: EGC, 2002.

16. Grover D, Aggarwal A, Sharma P. Pediatric maxillofacial trauma. Indian J Stomatol 2011;2(2):80-5.

17. Turkistani J, Hanno A. Recent trends in the management of dentoalveolar traumatic injuries to primary and young permanent teeth. Dental traumatology 2011;27:46-54.

18. Balaji SM. Textbook of oral and maxillofacial surgery. 2nd ed., New Delhi:

Elsevier, 2013:864-74.

19. Eduardo M, Habecost AP, Gomes F, Weber BB, Gerhardt M. Parent and caretaker knowledge about avulsion of permanent teeth. Dental traumatology 2009; 25:203- 8.

20. Hupp JR, Ellis E, Tucker MR. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. 6th ed., St.Louis: Mosby Elsevier; 2014:473.

21. Poedjiastuti W, Firmansyah D. The management of alveolar process fracture on 4 years old boy with cosed technique (case report). In : 15th scientific meeting &

(47)

refresher course in dentistry Faculty of Dentistry Universitas Indonesia. Jakarta, 2009:526-30.

22. WHO. Application of the international classification of disease to dentistry and stomatology. ICD-DA 3rd ed;Geneva.

23. Laskin DM. Clinician’s handbook of oral and maxillofacial surgery. 1sted.,USA:

Quintessence Pub;2010:12.

24. Losso EM, Cristina M, Mara F, Baratto F. Dentoalveolar trauma in the primary dentition. RSBO 2011;8(11):e1-18.

25. Malik NA. Textbook of oral and maxillofacial surgery. 3rd ed., New Delhi: Jaypee BMP; 2012:30

26. Lam EWN. Trauma to teeth and facial structures In: Stuart CW, Michael JP. eds.

Oral radiology principles and interpretation, 6th ed., China: Mosby Elsevier;

2009:541-3.

27. Glendor U. Epidemiology of traumatic dental injuries a 12 year review of the literature. Dental traumatology 2008;24:603-11.

28. Marchiori EC, Santos Se, Asprino L, Moraes m, William R. Occurence of dental avulsion and associated injuries in patients with facial trauma over a 9 year period.

Oral maxillofac surg 2013;17:119-26.

29. Nurcahyo DS, Gorreti M, Soeji P. Pengelolaan fraktur dentoalveolar pada anak- anak dengan Cap Splint akrilik. Majalah kedokteran gigi indonesia Universitas Gadjah Mada Desember 2015;1(2): 216-2.

30. Mahfud. Hubungan antara penggunaan helm standard dengan insidensi fraktur tulang muka dan tulang kepala. JNKI 2013. 1(3): 101-4.

(48)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Annydia Maydelin Purba Tempat/Tanggal Lahir : Medan/01 Mei 1995 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Setia Luhur Gg. Mawar No. 10 C Medan Helvetia Orang Tua

Ayah : Syukur Ala Akbar Purba

Ibu : Annisa Harahap

Riwayat Pendidikan

1. SD Swasta Taman Pendidikan Islam YPTG (2001-2007)

2. SMP Swasta Galih Agung (2007-2010)

3. SMA Swasta Galih Agung (2010-2013)

(49)

LAMPIRAN 2

JADWAL PELAKSANAAN SKRIPSI

Kegiatan

Bulan

November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Persiapan dan

Pembuatan

Proposal X X X X X X X X X

Seminar

Proposal x

Perbaikan

Proposal

Penelitian x X X

x

Pengolahan

Data

Pembuatan Laporan Hasil

Penelitian

Seminar Hasil

Sidang skripsi

(50)

LAMPIRAN 3

BIAYA ANGGARANPENELITIAN

Besar biaya yang diperlukan untuk melakukan penelitian ini sebesar Rp. 1.805.000.- dengan rincian berikut:

1. Biaya pembuatan proposal : Rp. 80.000 2. Biaya print dan fotocopi : Rp. 350.000 3. Biaya transportasi : Rp. 600.000 4. Biaya bahan habis pakai : Rp. 175.000 5. Biaya penjilidan dan penggandaan : Rp. 100.000 6. Biaya seminar proposal : Rp. 250.000

7. Biaya lain-lain :Rp. 250.000

+ Rp. 1.805.000

(51)

Lampiran 4

MASTER DATA FRAKTUR DENTOALVEOLAR DI RUMAH SAKIT H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2013-2016

No No Rekam Medik Nama Pasien Usia Jenis

Kelamin

Jenis faktur

1. 00600600 RONALDO C TINAMBUNAN 35 LK FX ALVEOLAR

2. 00658800 IBRAHIM 24 LK FX ALVEOLAR

3. 00560458 RIZKI FAUZIA 22 LK AVULSI

4. 00589361 BUDI 11 LK AVULSI GIGI + RUPTUR GINGIVA

5. 00603015 SARIJO 55 LK FX ALVEOLAR

6. 00691093 SILVIA NATALIA SIAHAAN 23 PR LUKSASI 11,12 + VL DI BIBIR DAN MUKOSA MULUT

7. 00630080 ODOROELI RAJAGUKGUK 62 PR FX MAHKOTA GIGI 22

8. 00589274 JANSA PUTRA GINTING 20 LK FX ALVEOLAR

9. 00636438 ANGGI PRAYUDA 22 LK FX MANDIBULA MULTIPLE +

SUBLUKSASI 32,31,41,42 + LASERASI GINGIVA

10. 00658379 MARISI ARITONANG 43 LK FX ALVEOLAR

11. 00606383 ASLENSIUS SIHOTANG 44 LK FX ALVEOLAR

12. 00637912 TOGAR SIGALINGGING 57 LK AVULSI

13. 00652057 DANI JANWARSYAH HARAHAP 16 LK FX ALVEOLAR

14. 00001404 JUNI ARSIH PUTRI 27 PR SUBLUKSASI GIGI 11

15. 00616688 ADY PASARIBU 30 LK FX ALVEOLAR

16. 00599062 HARIANTO 33 LK FX MANDIBULA PARASIMPISIS +

FX ALVEOLAR

17. 00659222 AIDIL IZHAR NASUTION 33 LK FX ALVEOLAR

18. 00508145 RIZKI ULFA DWI 26 PR FX MAHKOTA GIGI 11,21 + VL DI

BIBIR DAN MUKOSA MULUT

19. 00638112 ARONIFATI LAOLI 53 LK FX ALVEOLAR

20. 00664977 WISLA SRIYANTI BR SURBAKTI 19 PR FX MAXILA + DENTOALVEOLAR

(52)

21. 00561365 FARIDAH HANUM NASUTION 20 PR SUBLUKSASI 12,11,21

22. 00608668 HEDDY TINAMBUNAN 53 LK LACERATED WOUND + FX

ALVEOLAR

23. 00603404 JANNER TAMBUNAN 70 LK FX ALVEOLAR

24. 00682591 WAHYU 11 LK FX MAHKOTA GIGI 11,21

25. 00583630 DWI HERI 47 LK FX ALVEOLAR

26. 00627009 JHONSON MARUBA 9 LK AVULSI GIGI 12,11,21,22 +

LASERASI BIBIR

27. 00648812 EDI SURANTA 10 LK LUKSASI GIGI 11, 12

28. 00627515 REYHAN WIRA 14 LK FX ALVEOLAR

29. 00625475 RIDWAN JETENDRA 35 LK FX ALVEOLAR

30. 00636791 DERMINA SITORUS 55 PR FX ALVEOLAR + VL BIBIR DAN

MUKOSA MULUT

31. 00621030 MUHAMMAD ALZANI 15 LK FX MAHKOTA GIGI 11,21

32. 00688324 JEKSON SITUMEANG 9 LK FX DENTOALVEOLAR

33. 00421587 HAPOSAN MARBUN 36 LK FX DENTOALVEOLAR

MANDIBULA + LASERASI MAKSILA

34. 00614647 ANDI TUA SIMATUPANG 23 LK FX ALVEOLAR

35. 00598534 HODIJAH PERMATA IKA 19 PR FX ALVEOLAR + VL

36. 00619633 PELI SUWANDI TUA 19 LK GIGI GOYANG + FX ALVEOLAR

37. 00685550 MANGUPAR SINAGA 50 LK FX ALVEOLAR

38. 00620477 LAURASIA GINTING 17 LK FX ALVEOLAR

39. 00603482 MUDA MULIA 21 LK FX ALVEOLAR

(53)

LAMPIRAN 5

Referensi

Dokumen terkait

Data warehouse bicara mengenai bagaimana data-data yang besar dan beragam disimpan dalam satu repository dan disusun sedemikian sehingga memudahkan pencarian, sedangkan Business

This paper discuss a comparison of the maximum likelihood (ML) estimator and the uniformly minimum variance unbiased (UMVU) es- timator of generalized variance for some normal

Adapun cara kerja dari percobaan ini adalah Penentuan tegangan antar permukaan dua zat cair yang tidak tercampur dengan metode pipa kapileryaitu pertama-tama timbang span dan

Model Black-Scholes merupakan model yang digunakan untuk menentukan harga opsi yang telah banyak diterima oleh pihak-pihak bidang keuangan. Model ini dikembangkan

1 Siswa menggali informasi dari teks bacaan dan mencari informasi tentang bentuk-bentuk kegiatan ekspor impor barang antara Indonesia dan luar negri dengan teliti.. 2 Guru

Parkir merupakan masalah yang sederhana, mereka memang sudah menyediakan tempat parker tanpa dikenakan biaya, karena hal itu merupakan salah satu fasilitas yang tersedia, Tetapi

[r]

Selanjutnya Pokja ULP akan melakukan tahapan evaluasi administrasi dan teknis terhadap Peserta lelang yang dokumennya telah memenuhi syarat/lengkap pada saat