• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMUNGUTAN RETRIBUSI PESANGGARAHAN OLEH DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN SERTA KONTRIBUSINYA TERHAPAD PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMUNGUTAN RETRIBUSI PESANGGARAHAN OLEH DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN SERTA KONTRIBUSINYA TERHAPAD PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

AN ABSTRACT

BALLOT RETRIBUTION PESANGGARAHAN BY INSTITUTIONS OF CULTURE AND TOURISM AS WELL AS HIS CONTRIBUTION FOR

INCOME NATIVE OF A REGION (PAD) IN THE REGENCY OF WEST LAMPUNG

BY

YANUS SHOMADI YUDHA

Levy Pesanggarahan is one of the areas that are free of retribution and regulated in Act No. 28 of 2009 About local tax And Levy County, Government Regulation No. 66 in 2001 About Retribution area, and regulatory Regions of West Lampung District No. 13 of 1998 About Retribution Pesanggarahan. As for the problems in research is not the achievement of a target for retribution pesanggarahan in fiscal year 2010. Realization of retribution in pesanggarahan 2010 budget of Rp. 105.050.000 (one hundred and fifty thousand five million rupiah) or 85,62% of the target of Rp. 122.700.000 (one hundred and twenty two million seven hundred thousand rupiah) set out West Lampung Regency Government.

the troubles in this research is : ( 1 ) how to vote in the county levy pesanggarahan lampung west , ( 2 ) how big contribution retribution pesanggarahan against earnings retribution region and income native regions ( a pad ) in the county lampung west , and ( 3 ) what sajakah who was the inhibitory in revenue retribution pesanggarahan in the county lampun west.

Approach the problem done Empirical juridically by relying on primary data source and secondary data. Data collection is carried out by means of field studies and library studies are then analyzed by qualitative descriptive.

(2)
(3)

Yanus Shomadi Yudha

[Type text]

AN ABSTRACT

BALLOT RETRIBUTION PESANGGARAHAN BY INSTITUTIONS OF CULTURE AND TOURISM AS WELL AS HIS CONTRIBUTION FOR

INCOME NATIVE OF A REGION (PAD) IN THE REGENCY OF WEST LAMPUNG

BY

YANUS SHOMADI YUDHA

Levy Pesanggarahan is one of the areas that are free of retribution and regulated in Act No. 28 of 2009 About local tax And Levy County, Government Regulation No. 66 in 2001 About Retribution area, and regulatory Regions of West Lampung District No. 13 of 1998 About Retribution Pesanggarahan.

the troubles in this research is : ( 1 ) how to vote in the county levy pesanggarahan lampung west , ( 2 ) how big contribution retribution pesanggarahan against earnings retribution region and income native regions ( a pad ) in the county lampung west , and ( 3 ) what sajakah who was the inhibitory in revenue retribution pesanggarahan in the county lampun west.

Approach the problem done Empirical juridically by relying on primary data source and secondary data. Data collection is carried out by means of field studies and library studies are then analyzed by qualitative descriptive.

(4)

Yanus Shomadi Yudha

[Type text]

Then Pesanggarahan is donating a contribution Levy amounting to 3.19% of the Income Levy Regional and 0,609% of the revenue of the original Area (PAD). As for Factors restricting Levy income in Pesanggarahan is too high a target revenue specified in the budget income and Expenditure Area (BUDGETS) plus reduced visits guests stay due to poor access roads leading to the Hotel Seminung Lumbok pesanggarahan especially, then the lack of promotion of the local regional government in attracting potential visitors through the mass media and electronic media, and lack of energy managers in taking care of the place pesanggarahan and serve visitors who want to stay as well as a lack of attention to Tourism and culture against intensive for the employees of the honor in raising the spirit of performance.

(5)

PEMUNGUTAN RETRIBUSI PESANGGARAHAN OLEH DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN SERTA KONTRIBUSINYA

TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT

Oleh

Yanus Shomadi Yudha

Skripsi

Sebagaisalahsatusyaratuntukmencapaigelar SarjanaHukum

Pada

Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(6)
(7)

PEMUNGUTAN RETRIBUSI PESANGGARAHAN OLEH DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN SERTA KONTRIBUSINYA

TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT

(Skripsi)

Oleh

Yanus Shomadi Yudha

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(8)

DAFTAR TABEL

Nama Tabel Halaman

1. Tabel 1. Besar Tarif menginap di Wisma Sindalapai………....29 2. Tabel 2. Besar Tarif menginap di Hotel Seminung Lumbok………30 3. Tabel 3. Keadaan pegawai Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan

KabupatenLampung Barat Pada Tahun 2011 Berdasarkan Golongan..……45 4. Tabel 4. Keadaan Pegawai Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan

Kabupaten Lampung Barat Pada Tahun 2011 Berdasarkan Pendidikan...46 5. Tabel 5. Besar Tarif menginap di Wisma Sindalapai persatuan hari

Berdasarkan nama kamar dan fasilitas yang tersedia……….49 6. Tabel 6. Besar Tarif menginap di Hotel Seminung Lumbok

Persatuan hari dan per unit berdasarkan jenis ruangan dan fasilitas

yang tersedia Setelah dipotong discount 30 %...50 7. Tabel 7. Sampel Penilaian Responden (Pengunjung Yang Menginap)

Terhadap Pelayanan Di Wisma Sindalapai………….….……….54

8. Tabel 8. Sampel Penilaian Responden (Pengunjung Yang Menginap)

Terhadap Pelayanan Di Hotel Seminung Lumbok………...……….54

9. Tabel 9. Realisasi Penerimaan Reribusi Pesanggarahan Dan Kunjungan

Tamu Di Wisma Sindalapai Tahun Anggaran 2010……….59 10.Tabel 10. Rincian Realisasi Penerimaan Retribusi Pesanggarahan

Di Wisma Sindalapai Pada Tahun Anggaran 2010………..60 11.Tabel 11. Realisasi Penerimaan Reribusi Pesanggarahan Dan Kunjungan

(9)

12.Tabel 12. Rincian Realisasi Penerimaan Retribusi Pesanggarahan

Di Hotel Seminung Lumbok Tahun Anggaran 2010………...62 13.Tabel 13. Total Realisasi Penerimaan Retribusi Pesanggarahan

Pada Tahun Anggaran 2010……….63 14.Tabel 14. Rekafitulasi Retribusi Pesanggarahan dari tahun anggaran 2006

Sampai dengan tahun anggaran 2010………...64 15.Tabel 15. Rekafitulasi Retribusi Pesanggarahan Terhadap Retribusi Daerah

Dari Tahun Anggaran 2006 Sampai Dengan Tahun Anggaran 2010………..65 16.Tabel 16. Rekafitulasi Kontribusi Seluruh Retribusi Daerah Terhadap

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pada Tahun Anggaran 2010……….66

17.Tabel 17. Rekfitulasi Kontribusi Retribusi Pesanggarahan Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dari Tahun Anggaran 2006

Sampai Dengan Tahun Anggaran 2010………...68 18.Tabel 18. Rekafitulasi Peringkat/Ranking Retribusi Pesanggarahan

(10)
(11)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua :Nurmayani, S.H., M.H. ...

Sekretaris :Upik Hamidah, S.H., M.H. ...

Penguji Utama :Charles Jackson, S.H., M.H. ...

2. Dekan Fakultas Hukum

Dr.Heryandi, S.H., M.S. NIP 19621109 198703 1 003

(12)

Judul Skripsi : PEMUNGUTAN RETRIBUSI PESANGGARAHAN OLEH DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN SERTA KONTRIBUSINYA TERHADAP

PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT

Nama Mahasiswa :

Yanus Shomadi Yudha

Nomor Pokok Mahasiswa : 0812011310

Program Studi : Hukum Administrasi Negara

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Nurmayani, S.H., M.H. Upik Hamidah, S.H., M.H.

NIP 19611219 198803 2 002 NIP 19600606 198703 2 002

2. Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara

(13)
(14)

ABSTRAK

Retribusi Pesanggarahan merupakan salah satu retribusi daerah yang dipungut dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 Tentang Retribusi Daerah, dan Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Barat Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Retribusi Pesanggarahan. Adapun masalah dalam penelitian ini adalah tidak tercapainya target retribusi pesanggarahan pada tahun anggaran 2010. Realisasi retribusi pesanggarahan pada tahun anggaran 2010 sebesar Rp.105.050.000 (seratus lima juta lima puluh ribu rupiah) atau 85,62 % dari target Rp.122.700.000 (seratus dua puluh dua juta tujuh ratus ribu rupiah) yang ditetapkan Pemerintah Kabupaten Lampung Barat.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah : (1) Bagaimana pemungutan Retribusi Pesanggarahan di Kabupaten Lampung Barat, (2) Berapa besar kontribusi Retribusi Pesanggarahan terhadap pendapatan Retribusi Daerah dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Lampung Barat, dan (3) Apa sajakah yang menjadi faktor penghambat dalam pemasukan Retribusi Pesanggarahan di Kabupaten Lampun Barat.

Pendekatan masalah dilakukan secara Yuridis Empiris dengan mengandalkan sumber data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan dan studi lapangan yang kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif.

(15)
(16)

MOTTO

Jangan Lihat Masa Lalu dengan Penyesalan yang lalu biarlah berlalu, Jangan pula Lihat Masa Depan dengan Ketakutan,

Tapi Hadapilah dengan Penuh Semangat dan Kerjakeras. (Yanus Shomadi Yudha)

Hidup adalah perbuatan

Sejauh mana usahamu sejauh itu nasibmu Selalu memberikan yang terbaik dari usahamu

Do The Best Fighting Spirit On Fire

(Kerjakan yang terbaik tetap semangat bagai api yang membara) Karena Apa yang kita tanam itu yang kita panen

Selalu berikhtiar dan berdo’a

Selalu Ikhlas dan sabar

(17)

Yanus Shomadi Yudha

Retribusi Pesanggarahan merupakan salah satu retribusi daerah yang dipungut dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 Tentang Retribusi Daerah, dan Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Barat Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Retribusi Pesanggarahan.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah : (1) Bagaimana pemungutan Retribusi Pesanggarahan di Kabupaten Lampung Barat, (2) Berapa besar kontribusi Retribusi Pesanggarahan terhadap pendapatan Retribusi Daerah dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Lampung Barat, dan (3) Apa sajakah yang menjadi faktor penghambat dalam pemasukan Retribusi Pesanggarahan di Kabupaten Lampun Barat.

Pendekatan masalah dilakukan secara Yuridis Empiris dengan mengandalkan sumber data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan dan studi lapangan yang kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif.

(18)

Yanus Shomadi Yudha

[Type text]

Anggaran 2010 terealisasi sebesar Rp. 105.050.000,00 (seratus lima juta lima puluh ribu rupiah) dengan target APBD sebesar Rp. 122.700.000,00 (seratus dua puluh dua juta tujuh ratus ribu rupiah) dan hanya memenuhi 85,62% saja dari target APBD, hal ini dikarenakan terlalu tingginya target pendapatan retribusi pesanggarahan yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Lampung Barat. Namun apabila dirata-ratakan realiasi retribusi pesanggarahan dari tahun anggaran 2006 sampai dengan tahun anggaran 2010 sebesar 121,44 %.

(19)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah dengan segala ketulusan dan rasa syukur yang mendalam kepada

Allah SWT yang selalu memberikan kemudahan dalam setiap langkahku,

kupersembahkan karya sederhana ini kepada :

Mamaku tercinta yang paling hebat di dunia , Almarhum Papa, Kakak, dan

Seluruh Saudara maupun Keluarga Besar Moehammad Azhar Sani,(alm) di Krui

(Walur/Pulau Pisang) dan Yulyati Binti Zubair Ismail (Pasar Ulu), serta

Almarhum Datuk, Andung (alm), Nya’i (alm), Ya’i (alm) tersayang,

Yang senantiasa memberikan kasih sayang dan selalu mendoakan serta

(20)

RIWAYAT HIDUP

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Boediono,B.2000.Perpajakan Indonesia.Penerbit Diandit Media, Jakarta.

Devas, Nick. Dkk.1996.Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia. Universitas Indonesia.

Davey, Kenneth J.1998.Pembiayaan Pemerintah Daerah.Diterjemahkan oleh Amanullah,dkk.Ui-Press.Jakarta.

Mardiasmo.2004.Perpajakan.Penerbit Andi,Yogyakarta.

Soedjono, Dirjosiswono.1999.Pengantar Ilmu Hukum Pajak.Penerbit Raja Grafindo Persada.Jakarta.

Santoso, Brotodiharjo, R.1998.Pengantar Ilmu Pajak.Penerbit Rafika Aditama,Bandung.

Poerwadarminta, W.J.S.1976.Kamus Umum Bahasa Indonesia.Balai Pustaka.Jakarta.

Suandy, Erly.2000.Perpajakan Indonesia.Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Waluyo dan Irawan B Ilyas.2002.Perpajakan Indonesia.Penerbit Salemba empat.Jakarta.

(22)

Sudjana, Nana.1988.Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah.Sinar Baru.Bandung.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 TentangPemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2001 Tentang

Retribusi Daerah.

Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Barat Nomor 13 Tahun 1998 Tentang

(23)

SANWACANA

Alhamdulillah, puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, dengan judul ”Pemungutan Retribusi Pesanggarahan Oleh Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Serta Kontribusinya Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kabupaten Lampung Barat” yang merupakan karya tulis utama yang diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Universitas Lampung.

Peneliti menyadari dalam skripsi ini masih banyak kekurangan, namun penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi diri penulis sendiri, pembaca, serta dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan secara teoritis dan praktis.

Terselesaikannya skripsi ini merupakan usaha penulis yang tidak lepas dari bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Heryandi, S.H., M.H., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Lampung;

(24)

3. Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H., selaku Sekretaris Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung sekaligus Pembimbing Kedua yang telah sabar memberikan bimbingan dan pengarahannya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan;

4. Bapak Charles Jackson, S.H., M.H., selaku Pembahas Utama yang telah memberikan saran dan masukan dalam proses penulisan skripsi ini;

5. Ibu Eka Deviani, S.H., M.H., selaku Pembahas Kedua yang telah memberikan saran dan masukan dalam proses penulisan skripsi ini;

6. Ibu Siti Nurhasanah, S.H., M.H., selaku Pembimbing Akademik;

7. Seluruh Dosen, Staf, dan Karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung Pak Misio dan Pak Marlan, Pak kapan-kapan kita ngopi bareng lagi ya... ; 8. Segenap aparat di Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kabupaten Lampung

Barat atas kerjasamanya sehingga penulis mendapat kemudahan dalam melakukan penelitian dan pengumpulan data yang dibutuhkan.

9. Mamaku tercinta Yulyati, Almarhum Papaku tersayang Mohammad Azhar Sani,S.H. Kakak-Kakakku Ryza Amiretha, Ryza Amirethi, dan Adik angkat ku Riska Amanda belajar yang rajin ya dek biar pintar...serta keponakan ku yang lucu Zaki..., yang senantiasa memberikan kasih sayang, dukungan, perhatian, dan selalu mendoakan serta mengharapkan keberhasilanku;

(25)

11. Seluruh teman-teman Fakultas Hukum Universitas Lampung angkatan 2008; 12. Seluruh teman-teman HIMA HAN Fakultas Hukum Universitas Lampung; 13.All Crew BEM F-H, PANSUS Hukum 2010, UKMF Persikusi FH Unila, ,

UKMF MAHKAMAH, dan teman-teman HMI Komisariat Hukum UNILA terima kasih atas dukungan dan kebersamaan selama ini;

14. Almamater Tercinta, Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Bandar Lampung, Februari 2012 Penulis

(26)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki wilayah yang luas, dalam menyelenggarakan pemerintahan wilayah negara Indonesia dibagi atas daerah besar dan kecil dengan mengingat persatuan dan kesatuan bangsa sehingga penyelenggaraan pemerintahan dari tingkat pusat sampai tingkat daerah benar-benar dapat dilaksanakan secara nasional dan fleksibel. Hal ini dinyatakan secara tegas dalam Pasal 18 ayat (1) Perubahan Kedua UUD 1945 yang berbunyi: “Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah propinsi dan daerah propinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap propinsi/kabupaten dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang.

(27)

dan kekhususan suatu daerah dalam Sistem Kesatuan Republik Indonesia. Kemudian pelaksanaan otonomi daerah tersebut, pada tiap-tiap daerah diberi hak dan kewajiban serta wewenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan daerahnya sendiri dengan tujuan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan. Dengan adanya pemberian otonomi kepada daerah tersebut, maka sebagian dari urusan pemerintah menjadi urusan daerah, sehingga daerah memerlukan biaya yang sangat besar dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan dan pembangunan daerah.

Dalam hal ini wajarlah kepada daerah diberi hak untuk mencari dan menggali sumber-sumber keuangan melalui otonomi fiskal daerah (Local Fiscal Autonomy) yaitu kebijakan penting yang menggambarkan kemampuan daerah dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) bukan hanya mencerminkan peran daerah dalam pembiayaan, penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan semata, akan tetapi dapat diarahkan juga untuk mendorong efesiensi alokasi sumber-sumber ekonomi, pemerataan, dan perluasan kesempatan kerja di daerah. Pendapatan Asli Daerah dalam hal ini keuangan daerah dijadikan salah satu tolak ukur kemampuan pemerintahan daerah secara finansial yaitu jumlah dana (penerimaan) yang benar-benar menunjukkan kemampuan Pemerintah Daerah dalam menghimpun dana dari masyarakat, dengan demikian daerah tidak tergantung pada pemerintahan pusat.

(28)

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari: a) Hasil Pajak Daerah

b) Hasil Retribusi Daerah

c) Hasil Perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan

d) Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah b. Dana Perimbangan

c. Lain-lain pendapatan daerah yang sah

Sesuai dengan ketentuan tersebut, maka salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah adalah Retribusi Daerah. Penyesuaian terhadap pasal di atas dilakukan berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah.

Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah, khususnya pada pasal 108 ayat (1) membagi retribusi atas tiga golongan yaitu:

a. Retribusi Jasa Umum b. Retribusi Jasa Usaha c. Retribusi Perizinan tertentu

(29)
(30)

1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penulisan ini adalah

a. Bagaimanakah pemungutan Retribusi Pesanggarahan oleh Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kabupaten Lampung Barat ?

b. Berapa besar kontribusi retribusi pesanggarahan terhadap Pendapatan Retribusi Daerah Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) oleh Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan di Kabupaten Lampung Barat ?

c. Apa sajakah faktor penghambat dalam pemasukan Retribusi Pesanggarahan oleh Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan di Kabupaten Lampung Barat ?

1.3 Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui bagaimana pemungutan Retribusi Pesanggarahan oleh Dinas Paiwisata Dan Kebudayaan di Kabupaten Lampung Barat.

(31)

c. Untuk mengetahui apa sajakah faktor penghambat dalam pemasukan retribusi pesanggarahan oleh Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan di Kabupaten Lampung Barat.

1.4 Kegunaan Penelitian

Sedangkan kegunaan penelitian ini adalah:

a. Secara teoritis

Untuk mengembangkan konsep, asas, dan landasan yang ada, khususnya yang berkaitan dengan pelaksanaan pemungutan Retribusi Pesanggarahan dalam meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) di Kabupaten Lampung Barat.

b. Secara praktis

1) Bagi masyarakat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh informasi tentang pungutan retribusi pesanggarahan di Kabupaten Lampung Barat.

(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Retribusi Daerah

Penerimaan dari hasil retribusi merupakan salah satu pemasukan dana yang dapat dhiandalkan bagi daerah karena besarnya retribusi seiring dengan laju pertumbuhan penduduk, perekonomian, teknologi, dan stabilitas nasional.

Dalam Pasal 1 angka 64 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah dijelaskan yang dimaksud dengan retribusi daerah yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayarn atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan.

Menurut Boediono dalam bukunya Perpajakan Indonesia (2001;14) memberikan pengertian bahwa retribusi adalah pembayaran yang dilakukan oleh mereka yang menikmati jasa negara secara langsung.

Menurut Juli Panglima Saragih (2002;65) Retribusi Daerah merupakan salah satu jenis penerimaan daerah yang dipungut sebagai pembayaran atau imbalan langsung atas pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada masyarakat.

(33)

Secara spesifik, Wirawan B. Ilyas dan Richard Burton (2001;6) mengemukakan 4 (empat) unsur yang melekat pada pengertian retribusi adalah:

1) Pungutan retribusi harus berdasarkan undang-undang. 2) Sifat pungutannya dapat dipaksakan.

3) Pungutannya dilakukan oleh negara.

4) Digunakan untuk pengeluaran bagi masyarakat umum; dan kontra prestasi (imbalan langsung dapat dirasakan oleh pembayar retribusi).

Sedangkan pendapat lain mengemukakan Retribusi Daerah adalah sebagai pembayaran atau jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah (Erly Suandy,2001;144).

Dari beberapa pengertian tentang retribusi daerah yang diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa retribusi daerah adalah pungutan yang dikenakan secara langsung kepada pengguna jasa, dalam hal ini pengguna jasa mendapat manfaat langsung dari pengguna jasa tersebut.

2.2 Jenis-jenis Retribusi Daerah

Dalam pelaksanaan pungutan Retribusi Daerah tidak semua jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dapat dipungut retribusinya, namun hanya jenis-jenis jasa tertentu yang menurut pertimbangan sosial ekonomi layak untuk dijadikan sebagai objek retribusi jasa tertentu tersebut dikelompokkan dalam tiga golongan yaitu jasa umum, jasa usaha, dan perizinan tertentu.

(34)

a. Retribusi Jasa Umum. b. Retribusi Jasa Usaha.

c. Retribusi Perizinan Tertentu.

2.2.1 Retribusi Jasa Umum

Menurut Pasal 1 angka 66 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah dijelaskan bahwa retibusi jasa umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

Jenis Retribusi Jasa Umum tersebut terdiri atas: a. Retribusi Pelayanan Kesehatan

Retribusi Kesehatan adalah pelayanan kesehatan di puskesmas, Balai Pengobatan dan Rumah Sakit Umum Daerah. Retribusi Pelayanan Kesehatan ini tidak mancakup pelayanan pendaftaran.

b. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan

Retribusi pelayanan persampahan/kebersihan meliputi pengambilan, pengangkutan, dan pembuangan serta penyediaan lokasi pembuangan/pemusnahan sampah rumah tangga, industri, dan perdagangan, tidak termasuk pelayanan kebersihan jalan umum, taman dan ruang/tempat umum. c. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil

(35)

Pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat meliputi pelayanan penguburan/pemakaman/pembakaran/pengabuan mayat dan sewa tempat pemakaman atau pembakaran/pengabuan mayat yang dimiliki atau dikelola Pemerintah Daerh.

e. Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum

Pelayanan parkir di tepi jalan umum adalah penyediaan pelayanan parkir di tepi jalan umum yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah.

f. Retribusi Pasar

Pelayanan Pasar adalah fasilitas pasar tradisional/sederhana yang berupa pelataran/los yang dikelola oleh Pemerintah Daerah, dan khusus disediakan untuk pedagang, tidak termasuk yang dikelola oleh Pemerintah Daerah.

g. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor

Pelayanan pengujian kendaraan bermotor adalah pelayanan pengujian bermotor sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

h. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran

Pelayanan pemeriksaan alat pemadam kebakaran adalah pelayanan pemeriksaan dan atau pengujian oleh Pemerintah Daerah terhadap alat-alat pemadam yang dimiliki dan atau digunakan masyarakat.

i. Retribusi Pengganti Alat Cetak Peta

Peta adalah peta yang dibuat oleh Pemerintah Daerah. j. Retribusi Penyediaan dan/ atau Penyedotan Kakus

Pelayanan penyediaan dan/ atau penyedotan kakus adalah pelayanan yang dimiliki dan/ atau dikelola oleh BUMN, BUMD, dan pihak swasta.

(36)

Pelayanan pengolahan limbah cair adalah pelayanan pengolahan limbah cair yang disediakan, dimiliki, dan/ atau dikelola oleh Pemerintah, BUMN, BUMD,dan pihak swasta serta pembuangan limbah cair secara langsung ke sungai, drainase, dan/ atau sarana pembuangan yang lainnya.

l. Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang

Pelayanan pengujian alat-alat ukur, takar, timbang, dan perlengkapannya serta pengujian barang dalam keadaan terbungkus yang diwajibkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

m. Retribusi Pelayanan Pendidikan

Pelayanan atas penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan teknis oleh Pemerintah Daerah, BUMN, BUMD, dan pihak swasta.

n. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi

Pelayanan atas pemanfaatan ruang untuk menara telekomunikasi dengan memperhatikan aspek tata ruang, keamanan, dan kepentingan umum.

2.2.2 Retribusi Jasa Usaha

Menurut Pasal 1 angka 67 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah dijelaskan bahwa Retribusi Jasa Usaha adalah jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah yang menganut prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh swasta.

(37)

a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah

Retribusi kekayaan daerah antara lain pemakian tanah dan bangunan/pemakaian ruang pesta, pemakaian kendaraan, alat-alat berat milik daerah.

b. Retribusi Pasar Grosir dan atau Pertokoan

Pasar dan atau pertokoan adalah pasar grosir berbagai jenis barang yang dikontrakkan, disediakan, diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.

c. Retribusi Tempat Pelelangan

Pelayanan penyediaan tempat khusus lelang ikan, ternak, hasil bumi dan hasil hutan yang disediakan di tempat pelelangan.

d. Retribusi Terminal

Retribusi terminal adalah pelayanan penyediaan tempat parkir untuk kendaraan penumpang dan bis umum. Tempat kegiatan usaha dan fasilitas lainnya di lingkungan terminal, yang dimiliki dan atau dikelola oleh Pemerintah Daerah, dengan ketentuan ini maka pelayanan peron tidak dipungut retribusi.

e. Retribusi Tempat Khusus Parkir

Pelayanan tempat khusus parkir adalah pelayanan penyediaan tempat parkir khusus disediakan, dimiliki dan atau dikelola oleh Pemerintah Daerah, tidak termasuk di dalamnya disediakan dan dikelola oleh pihak swasta.

f. Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa

(38)

Pelayanan rumah potong hewan adalah pelayanan dan penyediaan fasilitas rumah pemotongan hewan termasuk pemeriksaan kesehatan hewan sebelum dan sesudah dipotong yang disediakan, dmiliki, dan atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.

h. Retribusi Pelayanan Kepelabuhan

Pelayanan kepelabuhan kapal adalah pelayanan jasa kepelabuhan temasuk fasilitas kepelabuhan lainnya di lingkungan pelabuhan yang disediakan, dimiliki, dan atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.

i. Retribusi Tempat Rekreasi Dan Olahraga

Pelayanan tempat rekreasi dan olahraga adalah tempat rekreasi, pariwisata, dan olahraga yang dimilki dan atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.

j. Retribusi Penyebrangan Di Air

Pelayanan penyeberangan di atas air adalah pelayanan penyeberangan orang atau barang dengan menggunakan kendaraan di atas air yang dimiliki dan atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.

k. Retribusi Penjualan Hasil Produksi Usaha Daerah

Penjualan hasil produksi usaha daerah adalah penjualan hasil produksi usaha Pemerintah Daerah antara lain bibit tanaman, bibit ternak, dan bibit ikan.

2.2.3 Retribusi Perizinan Tertentu

(39)

Menurut Pasal 141 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah, dikemukakan jenis-jenis Retribusi Perizinan Tertentu yang dikelompokkan sebagai berikut:

a. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

b. Retribusi Izin tempat penjualan minuman beralkohol c. Retribusi Izin Gangguan

d. Retribusi Izin Trayek

Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Retribusi Pesanggarahan termasuk ke dalam jenis retribusi jasa usaha. Hal ini didasarkan pada ketentuan Pasal 5 Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Barat Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggarahan/Villa.

2.3 Pengertian Retribusi Pesanggarahan

Berdasarkan Pasal 1 huruf (g) Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Barat Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggarahan/Villa yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas pelayanan penyediaan tempat penginapan/pesanggarahan/villa yang dimiliki dan atau dikelola oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

(40)

8 ayat (1) dan (2) Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Barat Tentang Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggarahan/Villa yang berbunyi:

(1) Struktur tarif digolongkan berdasarkan jenis tempat penginapan dan jangka waktu pemakain.

(2) Besarnya tarif ditentukan berdasarkan tarif penginapan yang berlaku di daerah setempat.

Kemudian dalam pasal 10 dan 11 Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Barat Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggarahan/Villa diatur mengenai masa retribusi dan saat retribusi terutang yaitu:

Dalam jangka waktu yang lamanya 1 (satu) hari atau ditetapkan oleh Kepala Daerah. Kemudian saat retribusi terutang adalah pada saat ditetapkannya Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) atau dokumen lain yang dipersamakan.

2.3.1 Objek Retribusi Pesanggarahan

Sebagaimana tercantum dalam Pasal 3 Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Barat Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggarahan/Villa maka yang disebut sebagai objek Retribusi adalah pelayanan penyediaan fasilitas meliputi:

a. Penginapan b. Pesanggarahan c. Villa

2.3.2 Subjek Retribusi Pesanggarahan

(41)

adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan Tempat Penginapan/Pesanggarahan/Villa.

Yang dimaksud dengan orang pribadi adalah manusia pribadi yang berhak, berkehendak dan yang dimaksud badan adalah perkumpulan atau organisasi yang didirikan dan dapat bertindak sebagai subyek hukum (Soedjono Dirjosiswono 1983;128).

2.4 Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Memungut Retribusi Daerah

2.4.1 Pengertian Kewenangan

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1990;710), pengertian kewenangan adalah hal wewenang atau hak dan kekuasaan yang dipunyai untuk melakukan sesuatu.

Kewenangan juga dapat diartikan keputusan memerintah dan melimpahkan tanggung jawab kepada orang lain.

2.4.2 Kewenangan Desentralisasi

a. Kewenangan Desentralisasi Politik

(42)

terhadap hak mengurus kepentingan rumah tangganya sendiri pada badan-badan politik di daerah yang dipilih oleh rakyat daerah tersebut.

Ada beberapa alasan mengapa pemerintah perlu melaksanakan desentralisasi kekuasaan kepada pemerintah daerah. Alasan-alasan ini didasarkan pada kondisi ideal yang diinginkan, sekaligus memberikan landasan filosofis bagi penyelenggaraan pemerintah daerah sesuai sistem pemerintahan yang dianut oleh negara. Mengenai alasan-alasan ini, Joseph Riwu Kaho (1991) menyatakan sebagai berikut:

1) Dilihat dari sudut politik sebagai permainan kekuasaan, desentralisasi dimaksud untuk mencegah penumpukan kekuasaan pada satu pihak saja yang pada akhirnya dapat menimbulkan tirani.

2) Dalam bidang politik, penyelenggaraan desentralisasi dianggap sebagai tindakan pendemokrasian, untuk menarik rakyat ikut serta dalam pemerintah dan melatih diri dalam mempergunakan hak-hak demokrasi.

3) Dari sudut teknik organisatoris pemerintahan, alasan mengadakan pemerintahan daerah (desentralisasi) adalah semata-mata untuk mencapai suatu pemerintahan yang efesien. Apa yang dianggap lebih utama untuk diurus oleh pemerintah setempat, pengurusannya diserahkan kepada daerah.

4) Dari sudut kultural, desentralisasi perlu diadakan supaya perhatian dapat sepenuhnya ditumpukan kepada kekhususan suatu daerah, seperti geografi, keadaan penduduk, kegiatan ekonomi, watak kebudayaan atau latar belakang sejarahnya.

(43)

b. Kewenangan Desentralisasi Administrasi

Di Indonesia administrasi berfungsi sebagai alat pembangunan. Administrasi diharapkan

sebagai “vechiles of change”, demikian Milton Esman dalam D Woods Thomas et al, eds

Insttutions Building: A moel for applied Social change (1972, 67). Administrasi dalam usahanya melayani kepentingan masyarakat, sehingga ia disebut administrasi eksternal. Tak dapat disangkal, pembangunan, baik sebagai upaya untuk memperbaiki kondisi maupun ikhtiar untuk meningkatkan taraf hidup, atauoun untuk tujuan tertentu telah berlangsung sejak dahulu kala, sehingga pembangunan sebagai salah satu bentuk kegiatan manusia dapat disebut sebagai gejala sosial.

Di dalam pelaksanaannya, administrasi sebagai kegiatan untuk melaksanakan pembangunan disegala bidang, tentu tidak terlepas dari campur tangan pemerintah pusat. Akan tetapi setelah diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah pusat memberi wewenang kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan urusan rumah tangganya sendiri, khususnya yaitu mengenai desentralisasi administrasi. Desentralisasi administrasi merupakan pelimpahan wewenang oleh pemerintah pusat kepada daerah untuk melaksanakan kegiatan administrasi di dalam daerah itu sendiri. Pelaksanaan desentralisasi administrasi ini diharapkan agar pemerintah daerah mampu menjalankan roda pemerintahan administrasi sebagaimana mestinya yang selama ini diatur oleh pusat dan kini dilimpahkan ke daerah setelah diberlakukannya otonomi daerah ini.

c. Kewenangan Desentralisasi Fiskal

(44)

Keuangan dalam rapat regional 1 Penataan Kewenangan dan Kelembagaan serta relokasi Personil bagi Tim Fasilitator Otonomi Daerah (Jakarta, November 2000).

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, bahwa desentralisasi fiskal telah harus dilaksanakan paling lambat dua tahun sejak penetapannya.

Perimbangan keuangan antara pusat dan daerah adalah suatu sistem pembiayaan penyelenggaraan pemerinyah dalam rangka negara kesatua yang mencakup pembagian keuangan antara pemerintah pusat dan daerah serta pemerataan antar daerah secara proporsional, demokratis, kondisi dan kebutuhan daerah sejalan dengan kewajiban dan pembagian kewenangan serta tata cara penyelenggaraan kewenangan tersebut termasuk pengelolaan dan pengawasan keuangan.

Penerapan pembagian dana perimbangan meliputi bagi hasil akan menimbulkan dampak yang sangat signifikan baik dari segi jumlah dana maupun dari segi mekanisme pengalokasian dan pertanggungjawaban dana yang dialokasikan ke daerah melalui Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (APBN).

Transfer dana ke daerah melalui dana perimbangan diperkirakan akan menyebabkan peranan pengelolaan fiskal Pemerintah Pusat dalam pengelolaan fiskal pemerintah secara umum akan semakin berkurang. Sebaliknya proporsi total pengeluaran Pemerintah Daerah melalui APBD akan meningkat tajam. Perubahan ini akan tampak apabila dibandingkan dengan alokasi dana ke daerah pada tahun 2000 yang meliputi dana rutin dan dana pembangunan.

(45)

daerah akan memperoleh ruang gerak yang lebih luas untuk berperan dalam menentukan formulasi yang diperoleh dari hak otonomi dan desentralisasi.

Otonomi merupakan prinsip yang mendasari desentralisasi fiskal, apakah suatu negara berbentuk federal atau kesatuan. Intinya pemerintah daerah harus memiliki indepedensi dan fleksibelitas dalam menentukan prioritas. Tidak boleh ada pembatasan ketat misalnya keputusan di daerah harus mengacu pada ketentuan pusat. Pajak-pajak dimana daerah bisa ikut memungut di atas tingkat yang ditetapkan pusat.

2.5 Keberadaan Retribusi Pesanggarahan Dalam Retribusi Daerah Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

2.5.1 Keberadaan Retribusi Pesanggarahan Dalam Retrbusi Daerah.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah, retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

(46)

Menurut Mardiasmo (2000;101) Retribusi Jasa Usaha ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah dengan kriteria-kriteria sebagai berikut:

a Retribusi Jasa Usaha bersifat bukan pajak dan bersifat bukan Retribusi jasa umum atau retribusi perizinan tertentu;

b Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi;

c Jasa tersebut memberi manfaat khusus bagi orang pribadi atau badan yang harus membayar retribusi, di samping untuk melayani kepentingan dan kemanfaatan umum;

d Jasa tersebut layak untuk dikenakan retribusi;

e Retribusi tidak bertentangan dengan kebijakan nasional mengenai penyelenggaraannya;

f Retribusi dapat dipanggul secara efektif dan efesien, serta merupakan salah satu pendapatan daerah yang potensial;dan

g Pemungutan retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut dengan tingkat dan atau kualitas pelayanan yang lebih baik.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Retribusi Pesanggarahan adalah bagian dari retribusi daerah yaitu retribusi jasa usaha. Oleh karena itu setiap daerah Kabupaten/Kota berhak untuk melakukan pemungutan Retribusi Pesanggarahan sebagai suatu Pendapatan Asli Daerah (PAD).

2.5.2 Keberadaan Retribusi Pesanggarahan Dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD)

(47)

Menurut ketentuan Pasal 157 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Penerimaan daerah terdiri dari penerimaan Pemerintah Daerah Propinsi dan Penerimaan Daerah Kabupaten/Kota.

Penerimaan Pemerintah Daerah Provinsi dan Penerimaan daerah Kabupaten/Kota 1. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disebuit PAD, yaitu:

a Hasil dari pajak daerah b Hasil dari retribusi daerah

c Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan d Lain-lain PAD yang sah

2. Dana Perimbangan;dan

3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah

2.6 Tata Cara Pemungutan Dan Pembayaran Retribusi Pesanggarahan

2.6.1 Proses Dan Prosedur Pemungutan Retribusi Pesanggarahan

(48)

Pemungutan Retribusi di Indonesia didasarkan pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah untuk tata cara pemungutannya retribusi ini tidak dapat diborongkan dan retribusi dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) atau dokumen yang dipersamakan.

Pelaksanaan penagihannya dapat dipaksakan, dalam hal wajib retribusi tertentu kepada mereka yang tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar dikenakan sanksi administrasi, berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terhutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih menggunakan Surat Tagihan Retribusi Daerah (STRD). (Waluyowirawan B Ilyas;2002,9).

Berikut ini uraian yang berkaitan dengan prosedur pemungutan retribusi menurut Pasal 13 Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggarahan/Villa:

1) Pendaftaran dan Pendataan

1. Wajib retribusi wajib mengisi SPdORD (Surat Pendaftaran Objek Retribusi Daerah)

2. SPdORD diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani Oleh wajib retribusi atau kuasanya.

3. Bentuk, isi, serta tata acara pengisian dan penyampaian SPDORD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh kepala daerah. 2) Penetapan

a. Berdasarkan SPdORD yang telah diisi oleh wajib Retribusi maka Dinas menetapkan retribusi terhutang dan menerbitkan SKRD b. Penetapan tersebut dilakukan oleh Kepala Daerah

(49)

2.6.2 Pembayaran Retribusi Pesanggarahan

Pembayaran ini di atur dalam Pasal 8 Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Barat Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggarahan/Villa yang menyatakan bahwa:

(1) Pembayaran retribusi harus dilakukan secara tunai/lunas.

(2) Pembayaran retribusi dilakukan di kas daerah atau tempat lain yang ditunjuk. (3) Dalam hal pembayaran retribusi dilakukan di tempat lain yang ditunjuk,

maka hasil penerimaan retribusi dimaksud harus disetorkan seluruhnya ke kas daerah dalam waktu 1 x 24 jam.

(4) Tata cara pembayaran, penyetoran dan tempat pembayaran retribusi ditetapkan oleh Bupati.

Pembayaran retribusi Pesanggarahan sebagaimana dimaksud dalam peraturan daerah ini diberikan tanda bukti pembayaran atau kuitansi. Setiap pembayaran dicatat dalam buku penerimaan dan bentuk, ukuran buku tanda bukti pembayaran sebagaimana diatur tersebut ditetapkan oleh Bupati.

2.6.3 Dasar Penentuan Besar Retribusi Pesanggarahan

Berdasarkan Pasal 8 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2001 Tentang Retribusi Daerah. Bahwa penetapan Tarif retribusi jasa usaha, termasuk di dalamnya retribusi pesanggarahan berdasarkan pada kebijakan Pemerintah Daerah dengan memperhatikan penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat dan aspek keadilan.

(50)

Tempat Penginapan/Pesangarahan/Villa yang menyatakan bahwa dalam menentukan struktur dan besarnya tarif retribusi ini didasarkan pada tarif penginapan yang berlaku di daerah setempat, dan komponen-komponen sebagai berikut:

1. Biaya persatuan penyediaan jasa; 2. Biaya operasional dan pemeliharaan;

3. Unsur keuntungan yang dikehendaki persatuan jasa; 4. Biaya lain yang mendukung penyedian jasa;

5. Biaya modal yang berkaitan dengan tersedianya aktiva tetap dan aktiva lainnya yang berjangka menengah dan panjang yang meliputi angsuran dan bunga pinjaman, nilai sewa tanah, dan bangunan

(51)

- Kursi

Berdasarkan tabel 1. Di atas dapat dilihat mengenai jumlah kamar yang tersedia, fasilitas, dan harga pada tiap kamar yang telah ditentukan masing-masing. Ada 11 kamar yang tersedia di Wisma Sindalapai yaitu; kamar A 1 , A 2, A 3, A 4, B 1, B 2, B 3, B 4, C 1, C 3, dan C 4. Semua kamar tersebut rata-rata memiliki fasilitas penunjang seperti; tempat tidur, lemari, kursi, meja rias, kamar mandi, tv, dan kipas angin. Dalam penentuan tarif didasarkan pada tarif yang berlaku di tempat tersebut sesuai dengan fasilitas yang disediakan oleh pihak Wisma Sindalapai. Adapun tarif tersebut dari yang paling murah sampai yang paling mahal adalah Rp. 55.000,00 dan Rp. 140.000,00.

(52)
(53)

(Kapasitas 400 orang)

Berdasarkan tabel 2. Di atas mengenai tarif menginap di Hotel Seminung Lumbok

(54)
(55)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Yuridis Empiris .

Pendekatan Yuridis adalah pendekatan masalah yang dilakukan dengan cara melihat, membaca, menginventarisir peraturan perundang-undangan yang ada hubungannya dengan masalah ini yaitu mengenai pemungutan Retribusi Pesanggarahan dan kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Lampung Barat berupa Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah, dan Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Barat Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggarahan/Villa.

(56)

3.2 Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah meliputi data primer dan data sekunder.

3.2.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari studi lapangan (field research) dengan menggunakan metode wawancara di kantor Dinas Pendapatan Daerah dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lampung Barat yang didapat dari keterangan atau penjelasan narasumber dan pegawai instansi terkait dengan permasalahan yang dibahas.

3.2.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi kepustakaan dengan cara mempelajari dan mengkaji bahan-bahan kepustakaan yang bersumber dari peraturan perundang-undangan, literatur buku, dan dokumentasi yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas.

Data sekunder terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mengikat, berasal dari ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam:

1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah

2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

(57)

4) Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 Tentang Retribusi Daerah

5) Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Barat Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggarahan/Villa.

6) Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Barat Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2008 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Dinas-Dinas Kabupaten Lampung Barat.

7) Keputusan Bupati Lampung Barat Nomor 647 Tahun 1999 Tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Mess Pemerintah Daerah Kabupaten Tingkat II Lampung Barat.

8) Keputusan Bupati Lampung Barat Nomor B/99/KPTS/IV.08/2007 Tentang Penetapan Tarif Kawasan Wisata Terpadu Seminung Lumbok Resort.

Bahan hukum sekunder adalah bahan-bahan yang dapat memberikan penjelasan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisis serta memahami bahan-bahan hukum primer, yang berkaitan dengan pokok bahasan dalam hal ini adalah berbagai buku, literatur karya ilmiah dan tulisan yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.3 Prosedur Pengumpulan Dan Pengolahan Data

3.3.1 Prosedur Pengumpulan Data

Dalam rangka untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, menggunakan dua teknik pengumpulan yaitu:

a. Studi Kepustakaan

(58)

kantor-kantor atau lokasi penelitian di Dinas Pendapatan Daerah dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lampung Barat sebagai pelengkap data yang telah dikumpulkan.

b. Studi Lapangan

Studi lapangan ini dilakukan dengan cara wawancara yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan mengajukan tanya jawab atau percakapan secara langsung dengan narasumber atau Instansi terkait untuk memperoleh kejelasan mengenai pemungutan dan kontribusi Retribusi Pesanggarahan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Lampung Barat.

Wawancara dilakukan secara langsung dengan para nara sumber, yaitu:

1. Kepala Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan & Aset Daerah (PPKAD) Kabupaten Lampung Barat

2. Kepala Seksi Bidang Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berada di Instansi Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan & Aset Daerah (PPKAD) Kabupaten Lampung Barat

3. Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lampung Barat

4. Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lampung Barat

5. Pegawai Pengelola Pesanggarahan di Wisma Sindalapai Liwa 6. Pegawai Pengelola Pesanggarahan di Hotel Seminung Lumbok

3.3.2 Prosedur Pengolahan Data

(59)

1. Editing

Yaitu proses pemeriksaan kembali data yang telah diperoleh sehingga didapatkan data yang lengkap, jelas, dan relevan dengan penelitian.

2. Identifikasi Data

Yaitu tahap pembuatan katagori tertentu yang menentukan data yang diperoleh sesuai dengan pokok bahasan masing-masing.

3. Seleksi Data

Yaitu memilih data yang sesuai dengan pokok bahasan. 4. Klasifikasi Data

Klasifikasi data dilakukan dengan cara mengelompokkan data sesuai dengan pokok bahasan yang akan dibahas.

5. Penyusunan Data

Penyusunan data dilakukan dengan cara menyusun dan menempatkan data pada tiap pokok bahasan secara sistematis sehingga memudahkan pembahasan.

3.4Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif. Analisis kualitatif adalah dengan cara menguraikan data yang telah diolah secara sistematis ke dalam bentuk kalimat agar memperoleh gambaran yang jelas dan mudah menginterpretasikannya sehingga dapat ditarik kesimpulan serta memberikan saran-saran yang sesuai dengan hasil penelitian.

(60)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan peneliti mengenai Pemungutan Retribusi Pesanggarahan Oleh Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Serta Kontribusinya Terhadap Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Lampung Barat, maka dapat diambil kesimpulan bahwa :

(61)

ke bendahara Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan. Bendahara Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan kemudian menyetor langsung ke kas daerah.

b. Besarnya Kontribusi Retribusi Pesanggarahan pada tahun anggaran 2010 sebesar Rp. 105.050.000,00 (seratus lima juta lima puluh ribu rupiah) mengalami kenaikan dari tahun anggaran sebelumnya akan tetapi hanya dapat memenuhi 85,62 % saja dari target Retribusi Pesanggarahan yang ditetapkan dalam APBD 2010 atau dengan kata lain Low Target/di bawah target. Bila di rata-ratakan maka kontribusi retribusi pesanggarahan mengalami over target tiap tahunnya dari tahun anggaran 2006 sampai dengan 2010 sebesar 121,44 %, kecuali tahun anggaran 2010 dan 2009 tidak mencapai target. Kontribusi retribusi pesanggarahan terhadap pendapatan retribusi daerah pada tahun anggaran 2010 sebesar 3,19% dan rata-rata menyumbangkan 3,22 % tiap tahunnya dari tahun anggaran 2006 sampai dengan tahun anggaran 2010. Sedangkan kontribusi retribusi pesanggarahan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Lampung Barat pada tahun anggaran 2010 sebesar 0,609 % dari seluruh penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah serta menduduki ranking ke 9. Kemudian menduduki ranking ke 6 untuk penerimaan retribusi daerah dan ranking ke 3 untuk penerimaan retribusi jasa usaha.

(62)

Lampung melalui jalan lintas barat sumatera (Pesisir Krui). Kemudian Masih kurangnya promosi kepada wajib retribusi yang akan menginap di tempat pesanggarahan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Barat baik melalui media massa maupun elektronik. Selain itu masih kurangnya tenaga dalam hal ini petugas pelaksana pengelola pesanggarahan yang berkorelasi terhadap pemeliharaan atau perawatan sarana maupun prasarana yang menunjang tempat pesanggarahan tersebut. Hal ini pun dikarenakan minimnya honor/insentif terhadap pegawai pengelola pesanggarahan pada Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan hal ini akan berkorelasi terhadap kinerja dan semangat para pegawai dalam meningkatkan kerja yang maksimal sehingga berimbas pada pemasukan retrisbusi pesanggarahan.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka saran dari peneliti kepada instansi pemerintah daerah Kabupaten Lampung Barat khususnya Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kabupaten Lampung Barat yang memungut dan menata usahakan Retribusi Pesanggarahan dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Lampung Barat adalah sebagai berikut :

a. Agar Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kabupaten Lampung Barat lebih meningkatkan promosi pesanggarahan baik melalui media massa maupun media elektronik sehingga semakin banyaknya tamu yang menginap.

(63)

c. Kepada Pemerintah Kabupaten Lampung Barat Khususnya bapak Bupati Lampung Barat agar lebih memperhatikan akses jalan menuju tempat pesanggarahan khususnya Hotel Seminung Lumbok yang memiliki akses jalan darat yang rusak menuju lokasi pesanggarahan tersebut.

(64)

DAFTAR PUSTAKA

Boediono,B.2000.Perpajakan Indonesia.Penerbit Diandit Media, Jakarta.

Devas, Nick. Dkk.1996.Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia. Universitas Indonesia.

Davey, Kenneth J.1998.Pembiayaan Pemerintah Daerah.Diterjemahkan oleh Amanullah,dkk.Ui-Press.Jakarta.

Mardiasmo.2004.Perpajakan.Penerbit Andi,Yogyakarta.

Soedjono, Dirjosiswono.1999.Pengantar Ilmu Hukum Pajak.Penerbit Raja Grafindo Persada.Jakarta.

Santoso, Brotodiharjo, R.1998.Pengantar Ilmu Pajak.Penerbit Rafika Aditama,Bandung.

Poerwadarminta, W.J.S.1976.Kamus Umum Bahasa Indonesia.Balai Pustaka.Jakarta.

Suandy, Erly.2000.Perpajakan Indonesia.Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Waluyo dan Irawan B Ilyas.2002.Perpajakan Indonesia.Penerbit Salemba empat.Jakarta.

(65)

Sudjana, Nana.1988.Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah.Sinar Baru.Bandung.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2001 Tentang

Retribusi Daerah.

Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Barat Nomor 13 Tahun 1998 Tentang

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mendapatkan kinerja struktur yang lebih baik dan lebih efektif dalam meningkatkan kapasitas pembebanan serta kekauan bangunan maka elemen struktur beton

 Ada beberapa jenis pendekatan yang dilakukan untuk meramalkan, misal pada nilai tukar uang diantaranya (Madura, 2011):.. o

[r]

Pada dasarnya di dalam konvensi ini telah diatur tentang konsep Indikasi Geografis dengan sebutan Indication of Source dan Appellation of Origin. Namun di dalam

Prosedur pengangkatan anak perempuan pada masyarakat Etnis Tionghoa di Kota Medan termasuk oleh suku Hainan pada dasarnya dilakukan dengan upacara adat dengan

Internet dengan berbagai pengaruh dan pengembangannya sangat memberikan banyak dampak terhadap pemakainya.Ditangan orang kreatif dan inovatif, perkembangan internet

Penelitian ini berusaha menguji sejauhmana hubungan antara penalaran moral dan konformitas terhadap ternan sebaya dengan intensi melakukan kenakalan remaja pada

Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang mengambil fokus kajian pada upacara tradisi satu sura dalam masyarakat desa Traji sebagai media dari