ABSTRACT
THE CAUSES FACTORS FAILURE OF ENTREPRENEURS AMONG THE STUDENTS
(A Study Of Students in The Faculty of Social and Political Science University Lampung)
BY :
BOBBY RAHMAN
The purpose of this research is to find factors caused the failure of entrepreneurship in the process so that the students could help young entrepreneurs to avoid failure and became a successful entrepreneur in reducing unemployment figures. This research was conducted in May-October 2013 at the Faculty of social science and political science University of Lampung. Type of this research is descriptive research using (describe) and the qualitative approach and the process of determination of informants based on purposif technique. Method of data collection is done by the method of interview, documentation and library studies, data collection techniquesdone by reduction of the data, the presentation of the data and the withdrawal of the conclusion. Failure in entrepreneurship is caused by two factors, i.e. factors in students which includes a quick sense of complacency, the advent of bored and lazy, Loss of entrepreneurship, lack of capital and the lack of planning or environmental factors or from the outside covering changing values tastes society, technological change and industrial competition.
ABSTRAK
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEGAGALAN WIRAUSAHA DI KALANGAN MAHASISWA
( Studi Pada Mahasiswa FISIP Universitas Lampung ) Oleh
BOBBY RAHMAN
Tujuan dari penelitian ini adalahuntuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan mahasiswa dalam proses berwirausaha sehingga bisa membantu wirausaha muda agar terhindar dari kegagalan dan menjadi wirausaha yang sukses sehingga dapat mengurangi angka pengangguran. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Oktober 2013 di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Tipe penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif (menggambarkan) dengan pendekatan kualitatif dan proses penentuan informan berdasarkan teknik purposif. Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara, dokumentasi dan studi pustaka, Teknik pengolahan data dilakukan dengan cara reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Kegagalan dalam berwirausaha disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor dalam diri mahasiswa yang meliputi rasa cepat puas diri, menebalnya rasa bosan dan malas, hilangnya jiwa kewirausahaan, kekurangan modal dan lemahnya perencanaan maupun faktor lingkungan atau dari luar yang meliputi berubahnya nilai-nilai selera masyarakat, perubahan teknologi dan persaingan industri.
(Studi Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
di Universitas Lampung)
Oleh
BOBBY RAHMAN
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjanah Sosiologi
Pada Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG
sebagai anak kedua dari dua bersaudara pasangan Bapak
Kosasih Anwar dan Ibu Sri Yati Almh. dilahirkan di Jakarta
pada tanggal 18 Desember 1989, sebagai anak kedua dari dua
bersaudara pasangan Bapak Kosasih Anwar dan Ibu Almh
Sri Yati.
Penulis memulai pendidikan di SD Negeri 3 Rawa Laut, Bandar Lampung, yang
diselesaikan pada tahun 2002. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke
SMP Negeri 4 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2005. Selanjutnya
penulis melanjutkan pendidikan ke SMA 10 Bandar Lampung yang diselesaikan
pada tahun 2008. Pada tahun 2009, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik jurusan Sosiologi melalui jalur Reguler SNMPTN.
Organisasi yang pernah penulis tekuni selama menjadi mahasiswa adalah
mengikuti kegiatan Himpunan Mahasiswa Jurusan Sosiologi (HMJ Sosiologi)
pada tahun 2009 sebagai anggota dan Radio Kampus Unila sebagai anggota.
Penulis juga aktif dalam mengikuti berbagai pelatihan dan pertemuan yang
diselenggarakan di lingkungan Unila dan di luar Unila. Di antara
kegiatan-kegiatan yang pernah penulis ikuti adalah Seminar-seminar Kewirausahaan.
Penulis juga pernah mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada tahun 2012 yang
ditempatkan di Desa Gilang Tunggal Makarta, Kecamatan Lambu Kibang.
M O T O
”Lebih baik Telat daripada tidak sama sekali”
(Bobby Rahman)
”Berusaha Maksimal di Tengah keterbatasan”
(Bobby Rahman)
“Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain”
(Nabi Muhammad SAW)
Sesuatu yang Sulit itu bukan untuk dihindari tetapi harus dihadapi untuk menambha pengetahuan kita
PERSEMBAHAN
Alhamdulilahirabbil ‘alamin
Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT,
Aku persembahkan karya kecil ini untuk :
Kedua Orang tuaku Mamah Almh Sriyati dan Papah Kosasih Anwar
Untuk Kakakku tercinta Umayyah Sopha Syari dan Aries Susanto
Untuk Ponakanku tersayang zhafir dan zhafira
Untuk Keluarga Besar H. Syarmawie
Untuk Keluarga Besar H. Aan Anwar
Sahabat-sahabat seperjuangan terakhir yang membantu
&
menemaniku
Dosen-dosen yang telah berjasa
Dan teruntuk
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam yang Maha
kuasa atas langit dan bumi beserta seluruh isinya, atas segala limpahan nikmat,
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis diberikan kesehatan, kekuatan,
kemampuan, dan kesempatan untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat
serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang
membawa kita dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang yakni Islam.
Skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor Kegagalan Wirausaha di Kalangan
Mahasiswa (Studi Pada Mahasiswa Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Lampung)” ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Sosiologi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca meskipun
disadari masih banyak kekurangan di dalamnya.
Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari banyak menerima
bantuan moril maupun material dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
2. Bapak Drs. Susetyo, M.Si., selaku Ketua Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
3. Ibu Dra. Anita Damayantie, M.H., selaku Sekertaris Jurusan Sosiologi,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
4. Ibu Dr. Erna Rochana, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Utama, terimakasih
atas waktu, motivasi, nasihat, saran, tenaga, kesabaran dan bimbingannya
selama ini sehingga menjadi inspirasi serta pedoman bagi penulis dalam
proses penulisan skripsi ini.
5. Bapak Dr. Sindung Haryanto, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama pada
ujian skripsi, terimakasih untuk kesediaanya meluangkan waktu dan
pemikiran, masukan dan saran pada saat seminar maupun ujian. Penulis
haturkan permohonan maaf untuk setiap salah dan khilaf penulis selama ini
6. Ibu Dra. Yuni Ratna Sari, M.Si, selaku Pembimbing Akademik, terimakasih
atas perhatian dan waktunya selama ini.
7. Seluruh Dosen di Jurusan Sosiologi FISIP UNILA. Terimakasih atas semua
ilmu yang sudah Bapak dan Ibu Dosen berikan kepada penulis selama ini,
semoga ilmu yang didapat selama kuliah di Sosiologi nantinya bermanfaat
untuk masa depan penulis.
8. Seluruh Staf Administrasi dan karyawan di FISIP UNILA yang telah
10.Kedua Orangtuaku tercinta mama Almh Sri Yati (anakmu sudah sarjana
loh) dan papa Kosasih Anwar yang telah membimbing hingga kini ku telah
menjadi dewasa. Dan yang tak lupa selalu medoakanku dalam doa-doanya.
Terimakasih
11.Kakakku tercinta Umayyah Sopha Syari dan Aries Susanto yang selalu
sabar membimbing dan selalu memberi motivasi serta dukungan moril dan
materil, maaf ya kalau sering ngerepotin.
12.Keluarga besar Hj. Syarmawie dan Hj. Aan Anwari terima kasih atas
dukugan dan motivasiya.
13.Sahabat-Sahabat Perintis 56 Ongky, Ade, Angga ( terimakasih udah
nemenin kompre) Jafar, Yanto, Dendi, Deni, Toni, Usal, Dwi, Angko dan
Aldi, terima kasih atas waktuya selama ini.
14.Special For My Dearest Elza Nurmarshalita seorang perempuan super sabar
yang selalu setia menemani selama ini terimakasih atas perhatian, dan
dukungannya, maaf ya udah buat nunggu.
15.Teman-teman keluarga besar Sosiologi 2009, Ira, Mares Ersan, Ganda,
Danil, Lia, Tahta Kharisma, Doddy, Rio Tri Syaputra, Dirga, Dedi,
Andrian, Anaz, Adi, Ferdy, Rizky, Dayu, Endik, Roby, Mezi, Riki, Odik,
Dian, Yuri, Ari, Ridho, Cindar, Nova, Susan, Nurul, Rika, Puji, Yusrina,
Yosefin, Vani, Bekti, Iis, Inayah, Zakiyah, Windy, Devi, Irma, Mutia, Nisa,
yang bermanfaat.
16.Keluarga besar Desa Gilang Tunggal Makarta, Tulang Bawang Barat,
terimakasih atas bantuan selama 40 hari KKN.
17.Teman-Teman KKN Desa Gilang Tunggal Makarta, Tulang Bawang Barat.
Alis, Irham, Vevi, Dimas, Vee, Aziz, Dian, Natalia dan Ivan terima kasih
atas kebersamaanya dalam keadaan suka duka yang kita lalui bersama
selama 40 hari.
18.Serta semua pihak yang terlibat yang tidak dapat disebutkan satu persatu,
penulis mengucapkan terima kasih atas doa dan dukungannya dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata, penulis hanya bisa berdoa semoga Allah SWT mencatat dan
mengganti semuanya sebagai amal shaleh. Sedikit harapan semoga karya kecil
ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Bandar Lampung,14 November 2013
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu ... 7
B. Tinjauan Tentang Kegagalan ... 12
1. Pengertian Kegagalan ... 12
2. Tanda-Tanda Kegagalan ... 12
C. Tinjauan Tentang Wirausaha ... 14
1. Pengertian Wirausaha ... 14
2. Ciri – Ciri dan Sifat Dasar Wirausaha ... 18
3. Strategi Memulai Wirausaha ... 20
D. Tinjauan Tentang Motivasi Mahasiswa dalam Wirausaha ... 21
1. Pengertian Mahasiswa ... 27
2. Karakteristik Mahasiswa ... 30
3. Tipe – Tipe Mahasiswa... 30
H. Tinjauan Tentang Kegagalan dalam Wirausaha... 32
III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian ... 40
B. Fokus Penelitian ... 41
C. Penentuan Informan... 42
D. Lokasi Penelitian ... 44
E. Teknik Pengumpulan Data ... 44
1. Wawancara ... 45
2. Dokumentasi ... 45
3. Studi Pustaka ... 45
F. Teknik Analisis Data ... 46
IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Wirausaha di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung ... 48
B. Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional ... 49
A.Hasil ... 67
1.Informan 1 ... 67
2. Informan 2 ... 70
3. Informan 3 ... 73
4. Informan 4 ... 76
5. Informan 5 ... 78
6. Informan 6 ... 81
7. Informan 7 ... 83
8. Informan 8 ... 85
9. Informan 9 ... 87
B. Pembahasan ... 89
1. Alasan Informan Berwirausaha ? ... 89
2. Faktor – Faktor Kegagalan dalam berwirausaha ... 95
VI . KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 109
B. Saran ... 111
Tabel
1. Motivasi Mahasiswa dalam Proses Berwirausaha ... 7
2. Analisi Faktor-Faktor Motivasi yang Mempengaruhi Minat Berwirausaha ... 9
3. Pembelajaran Kewirausahaan dan Minat Wirausaha Lulusan SMK... 10
4. Data Identitas Informan ... 43
5. Daftar Peserta PMW Universitas Lampung Tahun 2009 ... 52
6. Daftar Peserta PMW Universitas Lampung Tahun 2010 ... 55
7. Daftar Peserta PMW Universitas Lampung Tahun 2011 ... 57
8. Daftar Peserta PMW Universitas Lampung Tahun 2012 ... 62
9. Daftar Peserta PMW Universitas Lampung Tahun 2013 ... 63
10.Rekapitulasi Alasan Informan Tertarik Berwirausaha ... 94
11.Rekapitulasi Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan Wirausaha di Kalangan Mahasiswa ... 97
I. PENDAHULUAN
A. Latar Lelakang
Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumber daya alam yang
melimpah. Namun sumber daya alam yang melimpah tersebut tidak dapat
dinikmati oleh seluruh bangsa Indonesia karena potensi alam yang ada tidak
dikelola secara baik, hal ini berkaitan erat dengan kurangnya tenaga ahli. Pada
kenyataanya banyak SDM usia produktif namun tidak banyak yang memiliki
keahlian yang berkualitas.
Selain itu kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada rakyat dapat
menimbulkan pengangguran baru. Hal ini diperparah dengan kebijakan
pemerintah yang lebih menekankan pada pertumbuhan ekonomi bukan
pemerataan ekonomi menimbulkan banyak ketimpangan. Banyaknya angka
pengangguran di Indonesia menimbulkan dampak ekonomi dan sosial, yaitu
kemiskinan, ketidakstabilan sosial, meningkatnya kriminalitas. Sehingga secara
tidak langsung berpengaruh terhadap pendapatan nasional.
Untuk itulah modal utama dalam meningkatkan kualitas SDM yaitu dengan
meningkatkan mutu pendidikan dan keahlian yang diperlukan. Namun dalam
realitasnya, SDM berpendidikan tinggi cenderung berfikiran untuk menyelesaikan
instansi. Pola pikir yang salah ini terjadi karena budaya yang ada di masyarakat
menempatkan pegawai merupakan profesi yang lebih baik berdasarkan gengsi
atau prestise. Pola pikir tersebut mengakibatkan banyak orang berlomba-lomba
untuk mencari pekerjaan lain, padahal dengan ilmu dan keahlian yang dimiliki
tersebut diharapkan dapat menjadi salah satu jalan keluar mengurangi angka
pengangguran, salah satunya dengan cara dengan berwirausaha yang bertujuan
untuk membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain.
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia tahun 2012
mencatat jumlah penduduk yang berwirausaha saat ini baru mencapai angka 0,18
persen dari jumlah 238 juta penduduk Indonesia. Idealnya, agar Indonesia bisa
berdaya saing tinggi dibutuhkan paling sedikit 2 persen dari 238 juta orang
penduduk Indonesia atau sekitar 4,76 juta orang wirausaha baru dengan beragam
profesi dan keahlian. Jika dilihat dari negara-negara maju seperti, Amerika Serikat
memiliki 12% pengusaha dari total penduduknya, Singapura 7%, Cina dan Jepang
sekitar 10%, serta Malaysia sekitar 5% (Sumber: Okezone 2013)
Dari data di atas diketahui bahwa dalam berwirausaha Indonesia jauh tertinggal.
Padahal upaya yang dilakukan pemerintah sudah cukup maksimal, salah satu
contohnya yaitu sosialisasi mengenai kewirausahaan yang sudah dilakukan sejak
bangku perkuliahan. Sehingga diharapkan agar mahasiswa memulai berwirausaha
sejak dini tanpa harus menunggu selesainya masa pendidikan.
Dirjen Dikti mendukung program pengembangan kewirausahan di perguruan
tinggi dengan menggulirkan program-program yang mendukung tumbuhnya
Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) yang memberikan kesempatan bagi
mahasiswa untuk berwirausaha dengan dukungan permodalan dan pembimbingan
yang diharapkan mampu menjadi embrio wirausahawan baru dari kalangan
kampus. Contoh lain yang juga digulirkan oleh Dirjen Dikti adalah Program
Kreativitas Mahasiswa Wirausaha (PKMW). Berbagai pihak juga menggulirkan
Beasiswa Wirausaha Mandiri yang diberikan kepada mahasiswa yang memiliki
usaha sebagaimana digulirkan oleh Bank Mandiri.
Universitas Lampung sebagai salah satu perguruan tinggi penyelenggara
pendidikan telah mengakomodasi pengembangan kewirausahaan dalam kurikulum
pendidikan yang mewajibkan mata kuliah kewirausahaan untuk diselenggarakan
disetiap program studinya. Mahasiswa juga meyambut gerakan kewirausahaan ini
dengan memberikan respon positif. Hal ini nampak pada mulai banyaknya
mahasiswa yang memulai berwirausaha.
Proses wirausaha dapat mulai dilakukan saat menjadi mahasiswa dengan
melakukan usaha kecil mengembangkan produk dan jasa melihat kebutuhan
mahasiswa di sekeliling. Hal tersebut dapat dilakukan dengan berjualan makanan,
seperti pisang coklat, usaha pembudidayaan ikan lele, menjual pulsa, dodol
pisang, roti, sampai berjualan jilbab, aksesoris jilbab, dan membuka bisnis foto
angkatan, konveksi, dan lainnya.
Untuk memulai berwirausaha mahasiswa harus berani untuk menjalankan
usahanya. Karena tidak sedikit mahasiswa yang takut untuk memulai wirausaha
dikarenakan kekurangan modal dan tidak punya cukup keberanian, serta daya
modal dari proposalnya juga banyak yang mengalami kegagalan kerena
berwirausaha harus dengan perhitungan matang dan strategi yang baik, berani
menerima resiko serta tidak mudah putus asa.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh penulis, dari 360 mahasiswa
Sosiologi 2009-2012 terdapat 40 mahasiswa yang berwirausaha dan ternyata 24
mahasiswa diantaranya menemui kegagalan dalam berwirausaha.
Banyak mahasiswa yang berwirausaha menemui kegagalan karena hanya
mengikuti perkembangan zaman dan tidak melakukan inovasi, mereka membuka
usaha dengan mengikuti apa yang mereka nilai sedang menjadi tren di
masyarakat. Padahal masyarakat sekarang sudah pintar, mereka sangat mudah
tertarik pada sesuatu yang dianggab baru. Inilah yang menjadi tantangan bagi
wirausaha, yaitu harus berusaha semaksimal mungkin mengikuti selera kosumen
yang terus berkembang tanpa henti.
Mahasiswa memulai berwirausaha yang membuka usaha sendiri mencoba bekerja
sama dengan teman sampai pada bekerja sama dengan pengusaha mereka lakukan
untuk menjadi wirausaha. Berdasarkan apa yang telah dikemukaan di atas, maka
perlu untuk mengadakan penelitian guna melihat apa saja faktor-faktor penyebab
kegagalan berwirausaha di kalangan mahasiswa.
Karena dengan meneliti faktor-faktor penyebab kegagalan dalam berwirausaha
kita dapat mencari solusi dari permasalahan tersebut dan membantu mahasiswa
yang berwirausaha untuk terhindar dari kegagalan atau bagi para mahasiswa yang
sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan dan membantu mengurangi
pengangguran di negara ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah penelitian ini, yaitu :
Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kegagalan wirausaha di kalangan
mahasiswa?
C. Tujuan Penelitian
Adapun Tujuan Penelitian ini yaitu :
Mengetahui Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kegagalan mahasiswa
dalam proses berwirausaha. Sehingga dapat membantu perkembangan wirausaha
muda agar terhindar dari kegagalan dan menjadi wirausaha yang sukses.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis
Hasil penelitian ini memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka
pengembangan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Sosiologi dalam disiplin ilmu
Kewirausahaan dan Sosiologi Ekonomi.
2. Secara praktis
a. Hasil penelitian dapat menjadi sebuah acuan atau referensi bagi mahasiswa
dalam melakukan penelitian mengenai faktor-faktor kegagalan wirausaha di
kalangan mahasiswa dan sebagai masukan dalam rangka penyempurnaan
b. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan serta informasi dan membuka
wawasan bagi mahasiswa untuk tidak takut lagi memulai berwirausaha dan
dapat menghindari kegagalan dalam berwirausaha sehingga dapat membuka
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu dilakukan dengan tujuan untuk menjaga keaslian,
menghindari duplikasi dan pengulangan penelitian atau kesalahan yang sama
seperti yang dibuat oleh peneliti sebelumnya. Biasanya penelitian terdahulu yang
digunakan adalah penelitian yang terkait langsung dengan penelitian yang sedang
dilakukan.
Tabel 1: Penelitian Sebelumnya, Motivasi Mahasiswa Dalam Proses
Berwirausaha
1. Judul Motivasi Mahasiswa Dalam Proses Berwirausaha
(Studi pada mahasiswa fakultas ilmu sosial dan ilmu politik
Universitas Lampung)
Penulis Puji Lestari Ningsih
Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Lampung 2012
Kesimpulan 1. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa terdapat 2
faktor motivasi mahasiswa dalam proses berwirausaha,
a. Faktor Internal
Keinginan dari diri sendiri, keterpaksaan kareana
kondisi minimnya ekonomi keluarga, serta
keinginan untuk mendapatkan penghasilan sendiri.
b. Faktor Eksternal
Pengaruh dari lingkungan sekitar seperti, teman
kampus, teman berkumpul, dosen yang
memberikan dorongan untuk memulai
berwirausaha
Komentar Penelitian ini hanya mengkaji tentang motivasi mahasiswa
dalam memulai proses berwirausaha saja yang terdiri dari
faktor Internal maupun Eksternal. Namun tidak dibahas lebih
lanjut bagaimana mahasiswa menjalankan usahanya dan apa
saja kendala yang mereka hadapi dalam proses wirausaha serta
bagaiman acara mereka menghadapi berbagai masalah dalam
Tabel 2: Penelitian Sebelumnya, Analisis Faktor-Faktor Motivasi yang
Mempengaruhi Minat Berwirausaha
2. Judul Analisis Faktor-Faktor Motivasi yang Mempengaruhi Minat
Berwirausaha
(Studi pada mahasiswa S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Diponegoro Semarang)
Penulis Aditya Dion Mahesa
JurusanEkonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro 2012
Kesimpulan Hasil penelitiannya menjelasakan bahwa Motivasi
berwirausaha didasari oleh toleransi akan resiko, keberhasilan
diri dalam berwirausaha, dan kebebasan dalam bekerja
berpengaruh positif terhadap keinginan mahasiswa menjadi
wirausahawan.
Komentar Pada penelitian ini terdapat kesamaan dengan penelitian
sebelumnya, mereka hanya meneliti faktor-faktor apa saja
yang mendorong mahasiswa berwirausaha.
Namun terdapat tidak ada penjelasan lebih lanjut mengenai
bagaimana menjalankan usaha dengan baik dan benar serta
mengatasi masalah yang akan muncul. Seharusnya
permasalahan itu harus dipelajari sejak awal agar kegagalan
biasa kita hindari. Karena masih banyak wirausaha muda yang
Tabel. 3. Penelitian Sebelumnya, Pembelajaran Kewirausahaan Dan Minat
Wirausaha Lulusan SMK
2. Judul Pembelajaran Kewirausahaan Dan Minat Wirausaha Lulusan
SMK
Penulis Muladi Wibowo
Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Islam Batik 2011
Kesimpulan Hasil penelitiannya menjelasakan bahwa Minat siswa SMK
untuk berwirausaha setelah lulus sekolah bisa disebabkan
oleh faktor internal, faktor eksternal, faktor pembelajaran dan
faktor kesiapan instrumen. Kegiatan pembelajaran
kewirausahaan memberikan kontribusi yang paling
tinggi terhadap minat siswa SMK di Kota Surakarta untuk
berwirausaha setelah lulus dari sekolah. Pembelajaran yang
dianggap memberikan kontribusi minat siswa
meliputi praktek kerja industri, mata pelajaran kewirusahaan
dan pelatihan sekolah dibidang kewirausahaan.
Implikasi dari penelitian ini perlu meningkatkan mutu
pembelajaran yang berhubungan dengan kewirausahaan di
SMK agar memiliki relevansi terhadap karakter lulusan SMK
yang harusnya siap kerja dan berwirausaha, karena siswa
mengganggap bahwa praktek kerja industri memberi manfaat
siswa dalam praktek wirausaha, mata pelajaran kewirausahaan
motivasi dan pembentukan karakter di sekolah.
Komentar Pada penelitian ini terdapat kesamaan dengan penelitian
sebelumnya, mereka hanya meneliti faktor-faktor apa saja
yang mendorong mahasiswa berwirausaha.
Namun dalam penelitian tersebut terdapat tidak ada penjelasan
cara mengatasi masalah yang akan muncul dalam
berwirausaha. Seharusnya permasalahan itu harus dipelajari
sejak awal dari pengalamaan dan penelitian sebelumnya agar
kegagalan biasa kita hindari. Karena masih banyak wirausaha
muda baik mahasiswa maupun sisawa SMK yang mengalami
kegagalan .
Dari Pemaparan hasil – hasil penelitian sebelumnya terdapat kesamaan yaitu
mengkaji tentang motivasi kalangan muda baik mahasiswa atau siswa SMK dalam
memulai proses berwirausaha. Motivasi wirausaha bisa disebabkan oleh faktor
internal, faktor eksternal, faktor pembelajaran dan faktor kesiapan instrumen.
Lingkungan pendidikan sebagai salah satu faktor eksternal merupakan ruang yang
cukup efektif menghasilkan perilaku wirausaha.
Ini mendukung konsep yang dikemukakan oleh Drucker (1985) dalam bukunya
Innovation and Entrepreneurship mengemukakan perkembangan teori
kewirausahaan menjadi tiga tahapan. Tahap ketiga menyatakan bahwa teori yang
mengutamakan hubungan antara perilaku wirausaha dengan hasilnya. Disebut
Kewirausahaan dapat dipelajari dan dikuasai, karena kewirausahaan pilihan kerja
dan pilihan karir. Artinya melalui kegiatan pembelajaran kewirausahaan sejak dini
(masa kuliah atau sekolah) akan sangat menentukan terhadap pilihan karir untuk
berwirausaha.
B. Tinjauan Tentang Kegagalan
1. Pengertian Kegagalan
Kegagalan ditakuti oleh semua orang, sebab kegagalan akan berdampak negatif
dan membuat berantakan hasil-hasil yang sudah dicapai selama ini sehingga
pekerjaan harus dimulai dari awal lagi. Artinya pekerjaan yang selama itu telah
dilakukan dan telah mengeluarkan banyak biaya, tenaga waktu yang tidak sedikit
ternyata gagal dan berantakan.
Menurut Bambang Trisno (2013) kegagalan berarti tidak sesuainya pekerjaan dan
hasilnya seperti yang diinginkan. Ukuran kegagalan adalah hasil yang diharapkan
dibandingkan dengan hasil senyatanya yang didapatkan. Ukuran kegagalan dapat
dinyatakan secara kuantitatif seperti 20% gagal atau rugi Rp 10 Miliyar. Tapi
dapat juga dinyatakan secara kualitatif seperti kegagalan fatal atau tragis. Dengan
kata lain kegagalan dapat diukur. Ukuran-ukuran ini maksudnya untuk membantu
menganalisis penyebab kegagalan dan dengan analisis ini kegagalan berikutnya di
masa yang akan datang dapat dihindari.
2. Tanda - Tanda Kegagalan
Pastinya kegagalan akan ditakutkan semua orang, termasuk wirausahawan. Untuk
itu wirausahawan sebaiknya memahami tanda-tanda kegagalan dan tanda-tanda
dan selalu melakukan evaluasi serta pengendalian secara teratur dan berkala. Bila
tidak, maka wirausahawan menjadi lengah dan akibatnya tanda-tanda kegagalan
tidak diketahui dan kemudian berakibat dideritanya kegagalan.
Bambang Trisno (2013) menjelaskan tanda-tanda kegagalan itu meliputi dua hal
sebagai berikut:
3. Tanda - Tanda Kegagalan dari Aspek Sikap Mental
Pada umumnya tanda-tanda kegagalan dari aspek sikap mental meliputi :
a. Rasa malas
b. Ragu-ragu
c. Rasa mampu mengatasi masalah.
d. Menganggap enteng masalah yang dihadapi
e. Rasa keenganan menepati kesepakatan
f. Keinginan untuk menunda pekerjaan yang sebenarnya dapat dikerjakan
dengan segera.
Apabila tanda-tanda di atas mulai ada dalam diri kita, maka cepat atau lambat
kegagalan itu akan datang menghampiri kita.
4. Tanda - Tanda Kegagalan Aspek Materil
Wirausahawan sudah seharusnya selalu melakukan pengendalian terhadap
kegiatan perusahaan secara berkala, baik harian, mingguan maupun bulanan. Hal
ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat pelaksanaan program-program usaha
sejauh mana telah melaksanakan sesuai dengan rencana. Dalam hubungan itu
wirausahawan hendaknya mengetahui tanda-tanda bisnis usaha dan lingkungan
yang mungkin merupakan peringatan dini kesulitan. Sering wirausahawan tidak
dihindarkan. Beberapa peringatan dini yang merupakan tanda-tanda kegagalan
adalah sebagai berikut :
a. Kelalaian dalam manajemen keuangan, sehingga tak seorangpun yang bisa
menjelaskan bagaimana uang itu dibelanjakan.
b. Tidak bisa mendokumentasikan dan menjelaskan transaksi-transaksi besar.
c. Pelanggan diberikan potongan harga tinggi untuk mempercepat pembayaran
d. Kontrak yang diterima di bawah standar.
e. Bank meminta pelunasan utang-utangnya.
f. Orang-orang penting dalam usaha meninggalkan kita
g. Kurangnya bahan mentah untuk memenuhi pesanan.
h. Pajak upah dan gaji tidak dibayarkan.
i. Pemasok meminta pembayaran secara kontan.
j. Meningkatnya keluhan pelanggan mengenai kualitas produk/jasa.
k. Sikap dan produktivitas karyawan manurun sehingga banyak keluhan-keluhan
yang ditemukan tapi tidak dapat tanggapan.
C. Tinjauan Tentang Wirausaha
1. Pengertian Wirausaha
Kewirausahaan lebih dikenal dengan istilah entrepreneur. Orang yang pertama
kali menggunakan istilah entrepreneur adalah orang ekonomi Perancis yang
berasal dari Norwegia, Richard Cantillon sekitar tahun 1755. Entrepreneur berasal
dari bahasa perancis, “entre” dan “prende”, yang asal katanya entreprenant yang
artinya giat, mau berusaha, berani, penuh petualangan. Dalam perkembangannya
dipahami sebagai a contractor acting as intermediary between capital and labour.
Definisi tersebut dapat diartikan bahwa seorang entrepreneur adalah pihak yang
mengambil peran (menjembatani) antara pemilik modal dengan pekerja. Dengan
kemampuan mengambil faktor-faktor produksi, lahan pekerjaan, tenaga kerja dan
modal yang kemudian menggunakannya untuk produksi barang atau jasa dengan
mengedepankan kreasi dan inovasi sehingga nilai tambah yang diciptakan
meningkat, yang akhirnya akan berimplikasi pada kemakmuran. (Nugroho dalam
Ciputra 2009)
Definisi wirausaha secara umum, wirausaha berasal dari kata wira yang artinya
kesatria, pahlawan, penjual, unggul, gagah berani, dan kata usaha artinya adalah
bekerja atau melakukan sesuatu. Dengan demikian wirausaha dapat diartikan
orang tangguh yang sedang melakukan sesuatu. Definisi wirausaha berdasarkan
keputusan menteri koperasi dan pembinaan pengusaha kecil nomor
961/KEP/M/XI/1995, disebutkan bahwa :
1. Wirausaha adalah orang yang mempunyai semangat, sikap, perilaku dan
kemampuan kewirausahaan.
2. Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang
dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari,
menciptakan serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan
meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik
dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.
Dewanti (dalam Arif dan Nian, 2010) menjelaskan wirausaha dengan
mengaitkannya pada istilah bisnis. Bisnis dalam hal ini diartikan segala aktivitas
menampung seluruh aktivitas maka dibentuklah organisasi berupa perusahaan.
Perusahaan tidak harus diartikan dalam arti besar, tapi bisa berawal dari usaha
kecil yang ditampung dalam organisasi yang kecil, yang akhirnya akan
berkembang menjadi organisasi yang besar.
Raymond W. Y Kao (dalam Arif dan Nian, 2010) menjelaskan lebih detail tentang
kewirausahaan dan wirausaha. Kewirausahaan dapat diartikan sebagai sebuah
proses. Yakni proses penciptaan sesuatu yang baru dan membuat sesuatu yang
berbeda dari yang sudah ada, tujuannya adalah tercapainya kesejahteraan individu
dan nilai tambah bagi masyarakat. Sedangkan wirausaha mengacu pada orang
yang melaksanakan proses penciptaan kesejahteraan atau kekayaan dan nilai
tambah, melalui peneloran dan penetasan gagasan, memadukan sumber daya dan
merealisasikan gagasan tersebut menjadi nyata. Dengan kata lain, seorang
wirausaha adalah orang yang mampu menetaskan gagasan menjadi realita.
Suryana (2006), merangkum beberapa pendapat dari berbagai ahli berkaitan
dengan definisi kewirausahaan. Berdasarkan rangkuman pendapat dari berbagai
ahli tersebut, beberapa hakikat penting kewirausahaan yaitu :
1. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang
dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses,
dan hasil bisnis. (Ahmad Sanusi, 1994)
2. Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang
3. Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan keinovasian
dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki
kehidupan. Zimmerer, 1996 (dalam Suryana, 2006)
4. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai sesuatu
usaha dan perkembangan usaha. Soeharto Prawiro, 1997 (dalam Suryana,
2006)
5. Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru
(creative) dan sesuatu yang berbeda (innovative) yang bermanfaat memberi
nilai lebih.
6. Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan
mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk
memenangkan persaingan.
Keputusan seseorang untuk terjun dan memilih profesi sebagai seorang wirausaha
didorong oleh beberapa kondisi. Kondisi- kondisi yang mendorong tersebut
adalah :
1. Orang tersebut lahir dan atau dibesarkan dalam keluarga yang memiliki
tradisi yang kuat di bidang usaha. (Confidence Modalities)
2. Orang tersebut berada dalam kondisi yang menekan, sehingga tidak ada
pilihan lain baginya selain menjadi wirausaha (Tension Modalities)
3. Seseorang yang memang mempersiapkan diri untuk menjadi wirausaha
(Emotion Modalities). Suryana (2006)
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, kewirausahaan atau wirausaha identik
dengan kata sebuah proses kemampuan seseorang dalam menciptakan bisnis atau
jalan ide dan meramu sumber daya untuk menemukan peluang dan berharap dapat
menjadi perubahan ekonomi. Pada penelitian ini, kewirausahaan atau wirausaha
yang dimaksud adalah dorongan dan keinginan mahasiswa dalam menciptakan
bisnis atau usaha dengan kreatif dan inovasi dengan tujuan dapat memiliki bisnis
atau usaha yang dapat membuka lapangaan pekerjaan dan merubah
perekonomian.
2. Ciri - Ciri dan Sifat Dasar Wirausaha
Beberapa karakter dan sifat dasar wirausaha menurut beberapa ahli, yaitu :
Meredith (1996), mengemukakan ciri-ciri dan watak kewirausahaan sebagai
berikut:
1. Percaya diri, dengan karakteristik watak yang selalu percaya diri mempunyai
keyakinan, ketidaktergantungan, individualitas, dan optimisme.
2. Berorientasi pada tugas dan hasil, dengan karakteristik watak yang meliputi
kebutuhan yang berprestasi, berorientasi laba, ketekunan, dan ketabahan, tekat
kerja keras mempunyai dorongan kuat, energetik, dan inisiatif.
3. Pengambilan resiko, dengan karakteristik watak yang lebih pada kemampuan
untuk mengambil resiko yang wajar dan suka tantangan.
4. Kepemimpinan, dengan karakteristik watak yang lebih pada berperilaku
sebagai pemimpin, bergaul dengan orang lain, menanggapi saran-saran dan
kritik.
5. Keorisinalan, dengan karakteristik watak yang inovatif, kreatif, serta fleksibel.
6. Berorientasi ke masa depan, dengan karakteristik watak yang pandangannya ke
Selain itu, budayawan Gde Prama 1996 (dalam Arif dan Nian 2010), juga
berpendapat bahwa sifat dasar dan kemampuan yang biasanya ada pada diri
wirausaha, antara lain :
1. Wirausaha adalah seorang pencipta perubahan (the change creator). Perubahan
ibarat menu makan pagi, siang, dan sekaligus makan malan bagi seorang
wirausaha.
2. Wirausaha selalu melihat perbedaan, baik antara orang maupun antara
fenomena kehidupan, sebagai peluang dibandingkan sebagai kesulitan.
3. Wirausaha cenderung mudah jenuh terhadap segala kemampuan hidup, untuk
kemudian bereksprimen dengan pembaharuan-pembaharuan.
4. Wirausaha melihat pengetahuan dan pengalaman hanyalah alat untuk memacu
kreativitas, bukan sesuatu yang harus diulangi.
5. Wirausaha adalah seorang pakar tentang dirinya sendiri.
6. Wirausaha berani memaksa diri untuk menjadi pelayan bagi orang lain.
Verno A. Musselman 1989 (dalam Arif dan Nian, 2010), mengemukakan ciri-ciri
orang pantas menjadi wirausaha adalah sebagai berikut:
1. Keinginan yang kuat berdiri sendiri.
2. Kemampuan untuk mengambil resiko.
3. Kemampuan untuk belajar dari pengalaman.
4. Memotivasi diri sendiri.
5. Semangat untuk bersaing.
6. Orientasi pada kerja keras.
8. Dorongan untuk berprestasi.
9. Tingkat energi yang tinggi.
10. Tegas.
3. Strategi Memulai Wirausaha
Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat akan memulai berwirausaha, antara
lain:
1. Menemukan ide usaha, menemukan ide usaha bagi sebagian orang
merupakan suatu pekerjaan yang sulit. Musrofi 2003 (dalam Arif dan Nian,
2010) memiliki cara yang menarik untuk memunculkan ide usaha yaitu
menggunakan hobi sebagai sumber menemukan usaha.
2. Memahami minat pasar, untuk memahami minat pasar seseorang harus
bersinggungan dengan konsep-konsep yang terkait dengan manajemen
pemasaran. Secara sederhana memahami minat pasar dapat diartikan
bagaimana kita memahami kebutuhan dan keinginan dari masyarakat yang
pada akhirnya dijadikan dasar mendisain produk/jasa yang akan ditawarkan
pada masyarakat. (Kotler & Amstrong, 2006)
3. Perencanaan usaha yang matang. Berdasarkan hasil survei oleh lembaga
survei pada 2008, hampir seluruh kegagalan bisnis kecil maupun menengah
disebabkan tidak adanya atau kurang efektifnya perencanaan bisnis.
4. Menghitung kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman atau sering disebut
dengan analisis SWOT, yang artinya berorientasi pada langkah awal untuk
menemukan strategi yang tepat. Wheelen & Hunger, 2004 (dalam Arif dan
5. Mendesain strategi fungsional. Strategi kalau kita terjemahkan secara bebas
adalah cara untuk mencapai tujuan, sedangkan fungsional mengacu pada
aktivitas-aktivitas, biasanya fungsional berada pada sebuah perusahaan atau
organisasi. Wheelen & Hunger, 2004 (dalam Arif dan Nian, 2010)
D. Tinjauan Tentang Motivasi Mahasiswa dalam Wirausaha
Manusia dalam menjalankan hidup pasti memiliki tujuan yang didorong oleh
motivasi yang berasal dalam dirinya sendiri. Motivasi mahasiswa untuk
berwirausaha menumbuhkan upaya untuk memulai bisnis sendiri yang akhirnya
dapat menumbuhkan kerjasama antara orang lain dengan yang lainya. Menurut
Webber, perilaku tersebut akan bermakna sosial jika diarahkan kepada orang lain
atau membuat individu memikirkan dan memperhitungkan perbuatan orang lain
sehingga akhirnya memperoleh kemantapan sosial dan keseragaman yang tepat
(Veeger, 1993).
Pada dasarnya manusia hidup saling membutuhkan satu dengan yang lain,
sehingga manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia hidup saling
ketergantungan, mereka selalu saling menguntungkan, sama halnya dalam
wirausaha karena manusia berinteraksi dengan orang lain dan bisa belajar dari
orang lain. Usaha dalam berwirausaha melahirkan kerjasama untuk membangun
usaha bersama, sekaligus berkompetisi meraih kesuksesan dalam bidang yang
ditekuni. Hal tersebut juga didorong dengan adanya motivasi yang tinggi.
Dorongan untuk mencapai prestasi yang tinggi disebut motivasi berpestasi.
Individu dengan motivasi yang tinggi tentunya akan berkerja keras untuk meraih
yang terbaik.
Menurut Surahmad (1982), motivasi yang mendasari mahasiswa terlihat dalam
keaktifannya terbagi menjadi dua hal, yaitu :
a. Motivasi instrinsik
Motivasi ini terdiri dari kesadaran politik dan kemampuan. Kesadaran politik
adalah suatu tingkatan kesadaran manusia di mana dia paham, sadar dan mengerti
akan posisinya dalam melakukan sesuatu. Kesadaran ini dimulai dari mendengar,
melihat, mengerti dan menyikapinya atas dasar realita yang ada. Realitas tersebut
bisa berupa kondisi masyarakat atau yang dialami sendiri, sedangkan kemampuan
dalam hal ini berhubungan dengan intelektualitas dan skill yang dimiliki
mahasiswa yang selama ini bergelut dengan teori-teori mulai membutuhkan
wadah sebagai sarana memprakarsai teori-teori yang dimiliki dengan praktik yang
yanta. Apabila praktik tersebut sesuai atau tidak di lapangan, namun harus di uji.
b. Motivasi ekstrinsik
Motivasi ini dimulai dari peer group dan simbol penggerak. Peer group adalah
lingkungan sosial diluar individu dimana proses sosialisasi dan transformasi dapat
berjalan. Dalam hal ini, mahasiswa terdapat di lingkungan kampus dimana tempat
mereka berkumpul, dan beraktifitas.
Dari pernyataan diatas, dapat ditarik kesimpulan tentang motivasi mahasiswa
dalam wirausaha dipengaruhi oleh kesadaran akan kebutuhan diri sendiri dan
realita mereka mulai termotivasi untuk berinovasi melakukan sesuatu dengan
berwirausaha.
E. Tinjauan Tentang Proses Wirausaha
Menurut Noore (Bygrave, 1996), proses kewirausahaan di awali dengan inovasi.
Inovasi tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang berasal dari pribadi
maupun luar pribadi, seperti pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan, dan
lingkungan. Faktor-faktor tersebut berbentuk locus of control, kreativitas,
keinovasian, implementasi, dan pertumbuhan yang kemudian berkembang
menjadi wirausaha yang besar. Secara internal, keinovasian dipengaruhi oleh
faktor yang berasal dari individu, seperti locus of control, toleransi, pendidikan,
nilai-nilai, dan pengalaman. Sedangkan faktor yang berasal dari lingkungan yang
mempengaruhi diantaranya model, peran, aktivitas, dan peluang. Oleh karena itu
inovasi berkembang menjadi kewirausahaan melalui proses yang dipengaruhi
lingkungan, organisasi dan keluarga (Suryana 2001).
Secara ringkas model proses kewirausahaan menurut Alma (2007) mencakup
tahap-tahap sebagai berikut :
a. Proses inovasi
b. Proses pemicu
c. Proses pelaksanaan
d. Proses pertumbuhan
Dapat ditarik kesimpulan dari pernyataan-pernyatan diatas bahwa proses
dilaksanakannya wirausaha. Dengan kata lain proses wirausaha yakni mulai
proses mencari peluang usaha baru, mencari momen yang tepat untuk memulai
bisnis, mulai dengan memaksimalkan kemampuan yang ada dan berproses menuju
tangga sukses.
F. Kewirausahaan dalam Perspektif Sosiologi
Menurut Loekman Soetrisno (1997), masalah kewirausahaan dan kaitannya
dengan perkembangan ekonomi suatu bangsa untuk pertama kali diangkat oleh
seorang sosiolog Jerman yang bernama Max Webber. Webber melihat bahwa
sesudah Eropa mengalami proses Reformasi Protestan, di benua itu muncul suatu
jenis manusia baru. Manusia baru ini menurut Webber mempunyai budaya yang
berbeda dalam sikap bekerja dan terhadap hidup pada umumnya. Manusia Eropa
baru ini kebanyakan adalah pemeluk agama Kristen Protestan yang merupakan
manusia pekerja keras, hidup sederhana, dan sangat mendambakan kemandirian.
Sifat inilah yang kemudian mampu mendorong munculnya Eropa sebagai benua
kapitalis industrial. Dengan kata lain, Webber melihat bahwa sifat kewirausahaan
itu muncul sebagai akibat dari suatu reformasi budaya.
Sebelum muncul gerakan Reformasi Protestan, benua Eropa masih didominasi
oleh Gereja Roma Katolik, orang-orang Eropa masih sangat berpengaruh oleh
ajaran-ajaran agama Roma Katolik yang mengajarkan kesetiaan total pada ajaran
agama, dengan cara mengabdikan seluruh hidupnya pada tuhan. Pemeluk agama
ini juga sangat tergantung pada imam Gereja Roma Katolik dalam upaya
pencapaian kehidupan surgawi. Sebaliknya, agama Protestan mengajarkan pada
sebaik-baiknya dalam setiap tugas yang diberikan oleh Tuhan kepada mereka sebagai
manusia. Bekerja sebaik-baiknya bagi orang Protestan merupakan manifestasi dari
kebaktian mereka pada Tuhan. Gereja Protestan juga mengajarkan bahwa tuhan
sudah menentukan siapa-siapa dari manusia yang boleh naik surga dan adalah
tugas setiap orang dalam berupaya keras untuk masuk dalam kelompok yang
terpilih itu dengan cara hidup sederhana.
Dua ajaran pokok inilah yang mendorong timbulnya etos kerja keras serta hidup
sederhana di kalangan para pemeluk agama itu. Karena pemeluk agama Protestan
harus bekerja keras, namun dilarang menggunakan hasil kerja keras mereka untuk
hidup yang berlebih-lebihan, maka pemeluk agama ini cenderung untuk
menggunakan hasil kerja keras mereka untuk tujauan perluasan usaha mereka
yang dari segi ajaran agama merupakan pekerjaan yang mulai karena hal itu
membantu sesama manusia.
Lebih lanjut Loekman Soetrisno (1997) mengatakan bahwa memasuki abad 21,
kewirausahaan sewajarnya harus menjadi proses pembangunan di negara kita.
Pendapat ini mempunyai beberapa alasan. Pertama, abad 21 adalah abad
perdagangan, dalam arti bahwa pada abad yang akan datang kesejahteraan suatu
bangsa sangat ditentukan oleh kemampuan untuk memperdagangkan
barang-barang yang mereka produksi di pasar internasional yang bersifat kompetitif.
Dalam kelas ini, bukan lagi kelas pedagang konvensional yang kita butuhkan,
melainkan suatu kelas pedagang jenis baru yang tidak hanya menjual barang
pedagang lain di pasar internasional. Dengan kata lain, dibutuhkan kelas
pengusaha modern yang berdagang berdasarkan teknik berdagang yang canggih.
Alasan yang kedua, dari kepentingan dalam dunia usaha dibutuhkan seorang
wirausahawan untuk mengefektifkan dana-dana pembangunan, dan untuk
menciptakan suatu sistem ekonomi nasional yang sustainable. Bangsa yang yang
tidak memiliki kelompok wirausaha yang kuat akan mengalami pemborosan dana
pembangunan. Karena bangsa itu tidak dapat memanfaatkan dana untuk
menciptakan kegiatan-kegiatan ekonomi yang mampu menjadi sumber dana
pembangunan baru. Suatu bangsa yang tidak memiliki kelas wirausaha yang
banyak tidak akan mampu menciptakan suatu sistem pembangunan yang
sustainable, baik dari segi lingkungan, sosial, ekonomi, maupun politik.
Menurut Loekman Soetrisno (1997) seorang pengusaha yang tidak memiliki jiwa
kewirausahaan akan melihat bahwa sumber daya alam yang dimiliki oleh
bangsanya bukan sebagai asset yang harus dijaga untuk kelestarian usaha mereka,
melainkan sebagai alat untuk mencapai keuntungan atau kekayaan dengan cepat.
Akibat tindakan pengusaha seperti ini membuat lingkungan menjadi rusak,
sumber alam menjadi terkuras, dan bangsa itu secara keseluruhan menjadi miskin.
Kemiskinan yang diderita oleh suatu bangsa karena ulah beberapa pengusaha
dapat menimbulkan ketegangan dalam masyarakat, antara kelompok yang merasa
dirugikan dan pengusaha itu sendiri. Apabila pengusaha itu kebetulan berasal dari
etnis yang berbeda dengan etnis masyarakat yang merasa dirugikan oleh
pengusaha, maka hal ini dapat membakar terjadinya konflik antar suku, yang
sosial suatu bangsa, kewirausahaan dalam pengembangan dunia usaha merupakan
hal yang sangat krusial.
Perusahaan yang dikembangkan tanpa semangat kewirausahaan akan
menyebabkan perusahaan itu berkembang secara tidak stabil. Ketidakstabilan
perusahaan akan mendorong timbulnya berbagai upaya dari pengusaha untuk
membuat usaha stabil dengan cara menekan upah buruh, ,mengurangi tenaga
buruh dan sebagainya, yang akan mengakibatkan pengangguran dan eksploitasi
terhadap buruh.
Sebaliknya, seorang pengusaha yang memiliki kewirausahaan tinggi akan
mengusahakan stabilitas usahanya melalui penguatan kualitas, manajerial
perusahaannya, dan perbaikan kesejahteraan sosial pada buruhnya. Dengan
demikian, seorang pengusaha yang mempunyai kemampuan kewirausahaan tinggi
akan merasa sangat berkepentingan untuk menciptakan lingkunagn kerja yang
sehat dari segi sosial dalam perusahannya.
G. Tinjauan Tentang Mahasiswa
1. Pengertian Mahasiswa
Mahasiswa adalah seseorang yang sedang menuntut ilmu atau sedang
menjalankan proses belajar di Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta.
Sedangkan menurut Peraturan Akademik Universitas Lampung yang dimaksud
Mahasiswa adalah Peserta didik laki-laki atau perempuan yang terdaftar dan
belajar di Unila setelah lulus seleksi masuk yang diselenggarakan secara resmi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990), mahasiswa adalah orang yang
belajar atau menuntut ilmu di perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta.
Sedangkan menurut Adnan dan Arfan Pradiansyah (1999), mahasiswa merupakan
kelompok generasi muda elit dari masyrakat yang mempunyai sifat dan watak
keberanian dan kepeloporan. Berperan sebagai kekuatan moral dan berfungsi
sebagai kontrol sosial serta sebagai anak-anak pembaharu bangsa.
Jadi dapat disimpulkan bahwa mahasiswa adalah orang yang belajar atau
menuntut ilmu di perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang memiliki jiwa
kepeloporan, intelektual, dan merupakan kelompok elit di lingkungan masyarakat
yang akan menjadi anak-anak pembaharu bangsa.
Menurut Kode Etik Universitas Lampung (Unila, 2009: 67) yang merupakan hak
dan kewajiban mahasiswa adalah sebagai berikut:
a. Hak Mahasiswa
1. Memperoleh pendidikan, pengajaran dan layanan bidang akademik yang
sebaik-baiknya sesuai dengan minat, kemampuan, dan bakat.
2. Memanfaatkan fasilitas akademik dan umum di Unila untuk memperlancar
proses pembelajaran.
3. Mendapat bimbingan dari dosen yang bertanggung jawab atas program
studi yang diikutinya dalam rangka penyelesaian studi.
4. Memperoleh layanan informasi tentang program studi yang diikutinya dan
hasil belajarnya.
5. Menyelesaikan studi lebih awal dari ketentuan lama studi yang ditetapkan
6. Menggunakan kebebasan akademik secara bertanggung jawab.
7. Alih program studi di lingkungan Unila dengan memenuhi persyaratan
yang ditentukan dan apabila daya tampung program studi yang
bersangkutan masih memungkinkan.
8. Pindah program studi ke luar Unila, tetapi setelah pindah tidak diizinkan
kembali ke Unila.
9. Memperoleh layanan kesejahteraan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
10. Ikut serta dalam kegiatan dan menjadi pimpinan organisasi kemahasiswaan
Unila.
11. Memanfaatkan jalur perwakilan/organisasi kemahasiswaan untuk
mengurus kepentingan mahasiswa, baik akademik maupun nonakademik.
12. Memperoleh pelayanan khusus bagi yang menyandang cacat sesuai dengan
kemampuan Unila.
13. Membela diri jika terkena tuduhan melanggar Peraturan Akademik dan
Kode Etik Mahasiswa sebelum dikenakan sanksi.
14. Naik banding jika sanksi telah dijatuhkan.
b. Kewajiban Mahasiswa
1. Belajar tekun sampai menyelesaikan program studi yang diikutinya.
2. Menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi mahasiswa
yang dibebaskan dari kewajiban tersebut berdasarkan keputusan Rektor.
3. Menjunjung tinggi, mengindahkan, dan melaksanakan Norma Umum dan
Etika Umum warga Unila.
5. Mengindahkan dan melaksanakan Etika Mahasiswa Unila.
2. Karakteristik Mahasiswa
Damanhuri (1985), mengatakan bahwa mahasiswa mempunyai karakter sebagai
berikut :
1. Mereka adalah kelompok orang muda. Oleh karena itu, berkarakteristik yang
diwarnai oleh sifat pada umumnya tidak selalu puas terhadap lingkungan
dimana mereka menginginkan berbagai perubahan dengan cepat dan
mendasar.
2. Mereka adalah yang menjalani sistem pendidikan tinggi, oleh karenanya nafas
dan sifat akademik akan memberi ciri khas yang kuat dengan gerak
langkahnya, yakni sikap objektif, rasional, kritis, dan skeptif.
3. Mereka adalah kelompok yang relatif “independen” karena belum memiliki
keterkaitan finansial, birokratis, terhadap pihak manapun, karenanya ciri
spontanitas dan lugas dalam bersikap memberi pandangan sangat kuat.
4. Mereka adalah kelompok yang menjadi subsistem masyarakan secara
keseluruhan, baik secara lokal, regional, nasional maupun internasional. Oleh
karenanya, dengan menata konstelasi yang berkembang dengan latar belakang
kemudahan, keilmuan, dan keindependensian.
3. Tipe-tipe Mahasiswa
Adnan dan Arfan Pradiansyah (1999) membagi mahasiswa dalam 5 tipe,
1. Kelompok idealis konfrontif. Mereka adalah kelompok yang aktif dalam
diskusi (organisasi)/ lembaga swadaya masyarakat (LSM). Kegiatan mereka
senantiasa bernuansa pemikiran kritis mengenai perkembangan politik,
ekonomi, sosial serta teori-teori yang mendasaari.
2. Kelompok idealis realistis. Kelompok ini juga aktif dalam berbagai diskusi
(organisasi)/ LSM. Kelompok ini banyak menggagas ide-ide perbaikan
kehidupan berbangsa dan bernegara.
3. Kelompok oportunis. Berbeda dengan keduanya di atas, kelompok ini
cenderung untuk membela pemerintah dan berpihak pada pemerintah.
4. Kelompok profesional. Mereka adalah mahasiswa berorientasi
profesionalisme dan kurang berminat terhadap masalah-masalah ekonomi,
sosial, politik maupun berorganisasi. Mereka memilih segera menyelesaikan
studi secepatnya, kemudian memperoleh pekerjaan yang dapat menjamin masa
depan.
5. Kelompok glamor. Mereka ini hampir sama dengan kelompok profesional
yang kurang berminat terhadap masalah-masalah ekonomi, sosial, politik
maupun berorganisasi. Bedanya kelompok ini memiliki ciri yang menonjol
yaitu penampilannya cenderung glamor dan gaya hidup mengikuti mode.
Dapat disimpulkan dari pandangan dan pemikiran di atas, bahwa mahasiswa
adalah kelompok generasi muda yang mempunyai watak kritis, kebenarian,
kepeloporan sebagai wujud dan respon terhadap krisis yang timbul dan sedang
H. Tinjauan Tentang Kegagalan dalam Wirausaha
Menurut Zimmerer (dalam Suryana, 2006 ) ada beberapa faktor yang
menyebabkan wirausaha gagal dalam menjalankan usaha barunya:
Tidak kompeten dalam manajerial.
Tidak kompeten atau tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan mengelola
usaha merupakan faktor penyebab utama yang membuat perusahaan kurang
berhasil.
Kurang berpengalaman baik dalam kemampuan mengkoordinasikan,
keterampilan mengelola sumber daya manusia, maupun kemampuan
mengintegrasikan operasi perusahaan.
Kurang dapat mengendalikan keuangan. Agar perusahaan dapat berhasil
dengan baik, faktor yang paling utama dalam keuangan adalah memelihara
aliran kas. Mengatur pengeluaran dan penerimaan secara cermat. Kekeliruan
memelihara aliran kas menyebabkan operasional perusahan dan
mengakibatkan perusahaan tidak lancar.
Gagal dalam perencanaan.
Perencanaan merupakan titik awal dari suatu kegiatan, sekali gagal dalam
perencanaan maka akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan.
Lokasi yang kurang memadai.
Lokasi usaha yang strategis merupakan faktor yang menentukan keberhasilan
usaha. Lokasi yang tidak strategis dapat mengakibatkan perusahaan sukar
beroperasi karena kurang efisien.
Pengawasan erat berhubungan dengan efisiensi dan efektivitas. Kurang
pengawasan mengakibatkan penggunaan alat tidak efisien dan tidak efektif.
Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha.
Sikap yang setengah-setengah terhadap usaha akan mengakibatkan usaha
yang dilakukan menjadi labil dan gagal. Dengan sikap setengah hati,
kemungkinan gagal menjadi besar.
Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi kewirausahaan.
Wirausaha yang kurang siap menghadapi dan melakukan perubahan, tidak
akan menjadi wirausaha yang berhasil. Keberhasilan dalam berwirausaha
hanya bisa diperoleh apabila berani mengadakan perubahan dan mampu
membuat peralihan setiap waktu.
Selain faktor-faktor yang membuat kegagalan wirausahawan, Zimmerer (dalam
Suryana 2006) mengemukakan beberapa potensi yang membuat seseorang
mundur dari kewirausahaan, yang disebabkan berikut ini.
1. Pendapatan yang Tidak Menentu
Baik pada tahap awal maupun tahap pertumbuhan, dalam bisnis tidak ada jaminan
untuk terus memperoleh pendapatan yang berkesinambungan. Dalam
kewirausahaan, sewaktu-waktu dapat mengalami kerugian dan keuntungan.
Tingkat kepastian dalam bisnis berpotensi mundurnya seseorang dari
kewirausahan.
2. Kerugian Akibat Hilangnya Modal Investasi
Tingkat kegagalan bagi usaha baru sangatlah tinggi. Tingkat kegagalan/mortalitas
2006). Kegagalan investasi dapat mengakibatkan seseorang mundur dari dunia
kewirausahaan. Padahal, bagi wirausahawan, kegagalan sebaiknya dijadikan
pelajaran berharga.
3. Berwirausaha Memerlukan Kerja Keras dan Waktu yang Lama
Wirausahawan biasanya bekerja sendiri dari mulai pembelian, pengolahan,
penjualan, dan pembukuan. Apabila tidak dibarengi dengan kesabaran dan
ketabahan dalam menggeluti berbagai masalah dan tantangan dapat berpeluang
mundurnya seseorang dari kewirausahaan. Bagi wirausahawan yang berhasil pada
umumnya menjadikan tantangan sebagai peluang yang harus dihadapi dan
ditekuni.
4. Kualitas Kehidupan yang Tetap Rendah Meskipun Usahanya Mantap
Kualitas kehidupan yang tidak segera meningkat dalam usaha, akan
mengakibatkan seseorang menjadi putus asa dan mungkin mundur dari
kewirausahaan. Wirausahawan sejati tentunya tidak akan mudah pasrah, justru
keadaan yang dihadapi mendorongnya untuk terus mengadakan
perbaikan-perbaikan dan memacu untuk maju terus pantang mundur.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
kegagalan dalam kewirausahaan mempunyai dampak yang serius. Kita harus bisa
mencermati faktor-faktor tesebut dengan teliti dan berusaha mencari jalan keluar
dari setiap permasalahn yang ada. Seperti diketahui, pada umumnya seorang
berangkat menjadi wirausahawan dengan modal sikap diri pada tingkat tertentu
tersebut bukanlah suatu yang sudah final, tapi harus terus dipupuk dan
dikembangkan sehingga mencapai kualitas manusia sempurna, dimana
aspek-aspek sikap mental tersebut sudah mencapai tingkatan yang tertinggi. Sebagai
contoh misalnya sikap percaya diri wirausahawan. Sikap ini bila tidak dipupuk
akan merosot menjadi sikap ragu-ragu dan sebaliknya sikap ini dapat meningkat
sehingga sikap percaya dirinya lebih tebal. Contoh lain misalnya kejujuran atau
sikap amanah/dapat dipercaya. Sikap ini juga dapat luntur sehingga wirausahawan
bisa berbuat ingkar dari kesepakatan yang telah dibuat atau sebaliknya sikap ini
lebih meningkat sehingga wirausahawan menjadi lebih terpercaya.
Setelah kita ketahui faktor-faktor kegagalan usaha, maka kita harus
memperhatikan faktor-faktor tersebut dan berusaha untuk menghindarinya apabila
faktor-faktor tersebut dilanggar akibatnya wirausahawan kemungkinan akan
menggali krisis diri sementara perusahaan akan gagal dan kemungkinan
pailit/bangkrut. Di samping itu, faktor penyebab kegagalan wirausahawan pada
umumnya dikarenakan 2 (dua) faktor, yaitu : (a) faktor eksternal, (b) faktor
internal. Secara rinci unsur-unsur kedua faktor tersebut adalah :
a. Faktor Eksternal
Faktor eksternal pada umumnya dicirikan dengan keadaan lingkungan perusahaan
yang dapat berakibat kegagalan perusahaan apabila keadaan lingkungan tersebut
kurang menguntungkan/mendukung bagi perusahaan. Unsur-unsur faktor
eksternal tersebut antara lain yaitu :
Berubahnya Nilai - Nilai Selera Masyarakat
Perubahan selera masyarakat diimplikasikan dari semakin tingginya kesadaran
implikasinya terhadap dunia pendidikan dan pendapat masyarakat sehingga selera
konsumsi mereka berubah.
Perubahan-perubahan itu akan berdampak negatif apabila usaha tidak tanggap dan
lambat menyesuaikan diri. Dampak negatif yang paling fatal adalah bangkrutnya
usaha.
Perubahan Teknologi
Seperti diketahui, di abad sekarang ini telah terjadi perkembangan dramatis
dibidang teknologi menjadikan perusahaan dapat berproduksi dan beroperasi
dengan efesien dan efektif. Perusahaan-perusahaan yang cepat menyesuaikan diri
mengikuti perubahan tersebut akan lebih unggul dalam persaingan dan sebaliknya
perusahaan yang lambat menyesuaikan diri akan terpuruk yang pada ujungnya
akan bangkrut.
Persaingan Industri
Tajam dan kerasnya persaingan dapat berakibat tersingkirnya perusahaan karena
tidak mampu/kalah bersaing. Ketidakmampuan bersaing ini akan berakibat
bangkrutnya perusahaan.
Perubahan pada Penyalur, Kreditur dan Penyuplai Bahan Baku
Penyalur, kreditur, dan penyuplai bahan baku sebagai perusahaan mempunyai
kemungkinan merubah kebijaksanaan-kebijaksanaan perusahaannya. Perubahan
kebijaksanaan mereka sudah barang tentu akan berpengaruh terhadap perusahaan.
Pengaruh negatif dari berubahnya kebijaksanaan-kebijaksanaan perusahaan
Faktor eksternal di atas cukup efektif berpengaruh terhadap perusahaan. Namun
perusahaan hanya mampu menyesuaikan diri terhadap pengaruh tersebut dan tidak
mampu mempengaruhinya karena sifat faktor eksternal ini tidak terkontrol (di luar
kendali) bagi perusahaan.
b. Faktor Internal
Kendatipun berbeda dengan faktor yang tidak terkontrol itu, faktor internal lebih
berisifat terkontrol (dalam kendali) bagi perusahaan. Namun apabila perusahaan
lengah, faktor internal juga dapat berakibat fatal dengan bangkrutnya usaha kita.
Unsur-unsur faktor internal itu adalah sebagai berikut :
Faktor Internal yang Berada Pada Diri Wirausahawan
Seperti dikemukakan, kewirausahaan mempuyai 2 (dua) aspek yaitu aspek sikap
mental wirausahawan dan aspek perusahaan. Kedua aspek ini mempunyai
pengaruh terhadap pailitnya perusahaan, yaitu :
1. Rasa Cepat Puas Diri
Proses cepat puas diri biasanya dialami pengusaha setelah mereka meraih
keberhasilan sesaat. Keberhasilan ini menimbulkan kebanggaan dan apabila rasa
bangga tersebut berlebihan sehingga menimbulkan cepat puas diri. Implikasi cepat
puas diri menimbulkan kelengahan, menurunnya kreativitas, tumpulnya inovasi
dan lain-lain yang kesemuanya itu kemudian daya saing ini berkelanjutan
akibatanya fatal, yaitu kemungkinan perusahaan mengalami kebangkrutan.
2. Timbulnya Rasa Malas
Wirausahawan sebagai manusia juga mempunyai rasa malas. Bila sikap ini
menurun yang berakibat pada lemahnya kemampuan inovasi, kreativitas dan
lain-lain. Apabila ini terjadi dalam jangka waktu yang lama, akan menjadikan kegiatan
perusahaan juga menurun yang pada gilirannya akan berakibat pada perusahaan.
Akibat pada tahap akhir berupa kerugian yang apabila terus menerus diderita
berakibat pada kebangkrutan.
Pupusnya Sikap Kewirausahaan
Sikap mental kewirausahaan orang seseorang dapat menebal bila dipupuk,
dipelihara dan dikembangkan. Tapi juga sebaliknya dapat pupus apabila tidak
terpelihara dan dikembangkan serta semakin menebalnya rasa enggan, malas, dan
puas diri. Oleh karena itu dengan pupusnya sikap kewirausahaan pada diri kita
maka usaha yang kita bangun cenderung negatif sehingga merugi yang kemudian
menjadi pailit/bangkrut.
Lemahnya Perencanaan
Karena perencanaan yang lemah, belum adanya rencana bisnis yang tertulis, baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Maka jalannnya bisnis menjadi
tidak jelas.. Kita seharusnya mengambil langkah yang jelas dalam hal prioritas di
setiap area dari pekerjaan kita dan tetap menentukan strategi apa yang paling
penting dalam waktu sekarang ini. Kita harus memilih mana yang harus dilakukan
sekarang dan mana yang harus dilakukan nanti. Jadi kita harus merencanakan