• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Perbandingan Sari Mengkudu dengan Sari Nenas dan Lama Pemanasan terhadap Mutu Permen Mengkudu Mix

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Perbandingan Sari Mengkudu dengan Sari Nenas dan Lama Pemanasan terhadap Mutu Permen Mengkudu Mix"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUHPERBANDINGAN SARIMENGKUDU DENGAN

SARI NENAS DANLAMA PEMANASAN TERHADAP

MUTU PERMEN MENGKUDU MIX

SKRIPSI

OLEH:

MELINA FARIDA SIANTURI

080305028

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

PENGARUHPERBANDINGAN SARIMENGKUDU DENGAN

SARI NENAS DANLAMA PEMANASAN TERHADAP

MUTU PERMEN MENGKUDU MIX

SKRIPSI

OLEH:

MELINA FARIDA SIANTURI

080305028

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

Judul Skripsi : PengaruhPerbandingan SariMengkudu dengan Sari Nenas dan Lama Pemanasan terhadapMutu Permen Mengkudu Mix

Nama : Melina Farida Sianturi

NIM : 080305028

Program Studi : Ilmu dan Teknologi Pangan

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing,

Ir. Rona J. Nainggolan, SU Linda Masniary Lubis, STP, M.Si

Ketua Anggota

Mengetahui:

Dr. Ir. Herla Rusmarilin, MP. Ketua Program Studi

(4)

ABSTRAK

MELINA FARIDA SIANTURI: Pengaruh Perbandingan Sari Mengkudu dengan Sari Nenas dan Lama Pemanasan Terhada Mutu Permen Mengkudu Mix, dibimbing oleh RONA JOHARMINAINGGOLAN dan LINDA MASNIARY LUBIS.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas dan lama pemanasan terhadap mutu permen mengkudu mix. Penelitian ini dilakukan pada Januari 2013 – April 2013 di Laboratorium Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian USU, Medan, menggunakan rancangan acak lengkap faktorial 2 faktor yaitu perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas (S) (70% : 30%; 60% : 40%; 50% : 50%; 40% : 60%) dan lama pemanasan (L) (20 menit, 25 menit, 30 menit, 35 menit). Parameter yang dianalisa adalah kadar air (%), kadar abu (%), kadar vitamin C (mg/100 g bahan), total asam (%), total padatan terlarut (o Brix), uji organoleptik warna, aroma, rasa dan tekstur.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air (%), kadar abu (%), kadar vitamin C (mg/100 g bahan), total asam (%), total padatan terlarut (o Brix), uji organoleptik warna, aroma, rasa dan tekstur. Lama pemanasan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air (%), kadar abu (%),kadar vitamin C (mg/100 g bahan), total asam (%), total padatan terlarut (o Brix), uji organoleptik warna, aroma, rasa dan tekstur. Interaksi antara kedua faktor memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air (%), total asam (%), total padatan terlarut (o Brix), uji organoleptik warna, aroma dan rasa dan berpengaruh berbeda nyata terhadap kadar abu (%), kadar vitamin C (mg/100 g bahan) dan uji organoleptik tekstur. Perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas (60% : 40%) dan lama pemanasan (30 menit) menghasilkan kualitas permen mengkudu mix yang terbaik dan lebih diterima.

Kata Kunci: Perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas, lama pemanasan, permen mengkudu mix.

ABSTRACT

MELINA FARIDA SIANTURI: Effect of Comparison of Noni with Pineapple Juices and Time of Heating on Quality of Mix Noni Candy, supervised by RONA JOHARMI NAINGGOLAN and LINDA MASNIARY LUBIS.

The research was conducted to determine the effect of comparison of noni with pineapple juices and time of heating on the quality of mix noni candy. This research was performed in January 2013 – April 2013 at the Laboratory of Food Technology, Faculty of Agriculture, University of Sumatera Utara, Medan, using completely randomized design with two factors, i.e. : the comparison of noni with pineapple juices (S) (70% : 30%; 60% : 40%; 50% : 50%; 60% : 40%) and time of heating (L) (20 minutes, 25 minutes, 30 minutes, 35 minutes). Parameters analyzed were moisture content (%), ash content (%), vitamine C content (mg/100 g ingredient), total acid (%), total soluble solid (o Brix), organoleptic values of color, flavor, taste and texture.

The results showed that the effect of comparison of noni with pineapple juices had highly significant effect on moisture content (%), ash content (%), vitamine C content (mg/100 g ingredient), total acid (%), total soluble solid (o Brix), organoleptic values of color, flavor, taste and texture. The time of heating had highly significant effect on moisture content (%), ash content (%), vitamine C content (mg/100 g ingredient), total acid (%), total soluble solid (o Brix), organoleptic values of color, flavor, taste and texture. Interactions of the two factors had highly significant effect on moisture content, total acid (%), total soluble solid (o Brix), organoleptic values of color, flavor and taste and had significant effect on ash content (%),vitamine C content (mg/100 g ingredient) and organoleptic values of texture. Comparison of noni with pineapple juices of (60% : 40%) and time of heating of (30 minutes) resulted in the best and more acceptable quality of mix noni candy.

(5)

RIWAYATHIDUP

MELINA FARIDA SIANTURI, dilahirkan di Medan tanggal 29 Maret

1990, anak ke lima dari lima bersaudara dari Bapak Gunter Sianturi dan Ibu

Rismawati Hutagaol, beragama Kristen Protestan.

Adapun pendidikan formal yang pernah ditempuh, pada tahun 1996

Penulis memasuki SD N 060855 Medan dan tamat tahun 2002. Pada tahun 2002

Penulis memasuki SMP N 12 Medan dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun 2005

Penulis memasuki SMA swasta Budi Murni 1 Medan dan tamat pada tahun 2008.

Pada tahun 2008 Penulis memasuki Perguruan Tinggi Negeri Universitas

Sumatera Utara di Fakultas Pertanian Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan

melalui jalur Ujian Masuk Bersama (UMB USU).

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di PT. Aneka Inti Sari

Indonesia, Sumatera Utara.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih

karena berkat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun

skripisi ini berjudul “Pengaruh Perbandingan Sari Mengkudu dengan Sari Nenas

dan Lama Pemanasan Terhadap Mutu Permen Mengkudu Mix”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

Ibu Ir. Rona J. Nainggolan, SUdan Linda Masniary Lubis, STP, M.Si sebagai

ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah bersedia memberikan arahan

dan bimbingan kepada penulis, sehingga skripsi dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada orang tua penulis Bapak G.

Sianturi dan Ibunda R. Hutagaol, kakak (Roma, Anita dan Dian ) dan abang (N.

Naninggolan, H. Purba, R. Purba dan Reymond Sianturi) yang telah mendukung

penulis baik moril maupun materi. Serta keponakan (Carlos, Luther dan

Cristopel), Nenny Sitompul, Deci Simanjuntak, Ervides, Reni, Betharia, Theresia,

Hesti dan Winda yang mengisi hari-hari penulis baik senang maupun sedih. Serta

teman-teman ITP 08 yang tidak bisa penulis ucapkan satu per satu.

Di samping itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua staf

pengajar dan pegawai di Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas

Pertanian USU. Dan tidak lupa juga terimakasih kepada bapak L. Sitompul dan

ibu H. br Pasaribu di Simalingkar B yang telah menyediakan buah mengkudu.

Akhirnya, semoga skripsi ini bermanfaat.

(7)

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

PENDAHULUAN

Bahan Tambahan Dalam Pembuatan Permen Mengkudu Mix Natrium metabisulfit ... 11

Garam ... 12

Gula pasir ... 12

Sirup glukosa ... 13

Asam sitrat ... 13

(8)

BAHAN DAN METODA

Waktu dan Tempat Penelitian ... 16

Bahan Penelitian ... 16

Bahan Kimia ... 16

Alat ... 16

Metoda Penelitian ... 17

Model Rancangan ... 18

Pelaksanaan Penelitian ... 18

Pengamatan dan Pengukuran Data ... 19

Penentuan kadar air ... 20

Penentuan abu ... 20

Penentuan kadar vitamin C ... 21

Penentuan total asam ... 21

Penentuan total padatan terlarut ... 23

Uji organoleptik warna ... 22

Uji organoleptik aroma ... 22

Uji organoleptik rasa ... 23

Uji organoleptik tekstur ... 23

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perbandingan Sari Mengkudu dengan Sari Nenas terhadap Parameter yang diamati ... 27

Pengaruh Lama Pemanasan terhadap Parameter yang Diamati ... 29

Kadar Air (%) Pengaruh perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas terhadap kadar air (%) ... 30

Pengaruh lama pemanasan terhadap kadar air (%) ... 32

Pengaruh interaksi perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas dan lama pemanasan terhadap kadar air (%) ... 33

Kadar Abu (%) Pengaruh perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas terhadap kadar abu (%) ... 35

Pengaruh lama pemanasan terhadap kadar abu (%) ... 36

Pengaruh interaksi perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas dan lama pemanasan terhadap kadar abu (%) ... 38

Kadar Vitamin C (mg/100 g bahan) Pengaruh perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas terhadap kadar vitamin C (mg/100 g bahan) ... 39

Pengaruh lama pemanasan terhadap kadar vitamin C (mg/100 g bahan) ... 41

Pengaruh interaksi perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas dan lama pemanasan terhadap kadar vitamin C (mg/100 g bahan) ... 42

Total Asam (%) Pengaruh perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas terhadap total asam (%) ... 44

(9)

Pengaruh interaksi perbandingan sari mengkudu dengan sari

nenas dan lama pemanasan terhadap total asam (%) ... 47 Total Padatan Terlarut (o

Brix)

Pengaruh perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas terhadap total padatan terlarut (o

Brix) ... 48 Pengaruh lama pemanasan terhadap total padatan terlarut (o

Brix) ... 50 Pengaruh interaksi perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas

dan lama pemanasan terhadap total padatan terlarut (o

Brix) ... 51 Uji Organoleptik Warna (numerik)

Pengaruh perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas

terhadap uji organoleptik warna (numerik) ... 53 Pengaruh lama pemanasan terhadap uji organoleptik warna

(numerik) ... 54 Pengaruh interaksi perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas

dan lama pemanasan terhadap uji organoleptik warna (numerik) ... 55 Uji Organoleptik Aroma (numerik)

Pengaruh perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas

terhadap uji organoleptik aroma (numerik) ... 57 Pengaruh lama pemanasan terhadap uji organoleptik aroma

(numerik) ... 58 Pengaruh interaksi perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas

dan lama pemanasan terhadap uji organoleptik aroma (numerik) ... 60 Uji Organoleptik Rasa (numerik)

Pengaruh perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas

terhadap uji organoleptik rasa (numerik)... 61 Pengaruh lama pemanasan terhadap uji organoleptik rasa (numerik) ... 63 Pengaruh interaksi perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas

dan lama pemanasan terhadap uji organoleptik rasa (numerik) ... 64 Uji Organoleptik Tekstur (numerik)

Pengaruh perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas

terhadap uji organoleptik tekstur (numerik) ... 66 Pengaruh lama pemanasan terhadap uji organoleptik tekstur

(numerik) ... 67 Pengaruh interaksi perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas

dan lama pemanasan terhadap uji organoleptik tekstur (numerik) ... 68

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 70 Saran ... 70

(10)

DAFTAR TABEL

No. Hal

1 Kandungan nutrisi dalam 100 g buah mengkudu ... 6

2 Komposisi kimia nenas ... 9

3 Uji organoleptik warna (skor) ... 22

4 Uji organoleptik aroma (hedonik) ... 22

5 Uji organoleptik rasa (hedonik) ... 23

6 Uji organoleptik tekstur (skor) ... 23

7 Pengaruh perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas terhadap parameter yang diamati ... 27

8 Pengaruh lama pemanasan terhadap parameter yang diamati ... 29

9 Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas terhadap kadar air(%) ... 31

10 Uji LSR efek utama pengaruh lama pemanasan terhadap kadar air (%) ... 32

11 Uji LSR interaksi perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas dan lama pemanasan kadar air (%) ... 34

12 Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas terhadap kadar abu (%) ... 35

13 Uji LSR efek utama pengaruh lama pemanasan terhadap kadar abu (%) ... 37

14 Uji LSR interaksi perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas dan lama pemanasan terhadap kadar abu (%) ... 38

15 Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas terhadap kadar vitamin C (mg/100 g bahan) ... 40

16 Uji LSR efek utama pengaruh lama pemanasan terhadap kadar vitamin C (mg/100 g bahan) ... 41

(11)

18 Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan sari mengkudu dengan

sari nenas terhadap total asam (%) ... 44

19 Uji LSR efek utama pengaruh lama pemanasan terhadap total asam (%) .... 46

20 UjiLSR interaksi perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas

dan lama pemanasan terhadap total asam (%) ... 47

21 Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas terhadap total padatan terlarut (o

Brix) ... 49 22 Uji LSR efek utama pengaruh lama pemanasan terhadap total padatan

terlarut (o

Brix) ... 50 23 Uji LSR interaksi perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas

dan lama pemanasan terhadap total padatan terlarut (o

Brix) ... 52 24 Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan sari mengkudu dengan

sari nenas terhadap uji organoleptik warna (numerik) ... 53

25 Uji LSR efek utama pengaruh lama pemanasan terhadap

uji organoleptik warna (numerik)... 54

26 Uji LSR interaksi perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas

dan lama pemanasan terhadap uji organoleptik warna ... 56

27 Uj LSR efek utama pengaruh perbandingan sari mengkudu dengan

sari nenas terhadap uji organoleptik aroma (numerik) ... 57

28 Uji LSR efek utama pengaruh lama pemanasan terhadap

uji organoleptik aroma (numerik) ... 59

29 Uji LSR interaksi perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas dan lama pemanasan terhadap uji organoleptik aroma (numerik) ... 60

30 Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan sari mengkudu dengan

sari nenas terhadap uji organoleptik rasa (numerik) ... 62

31 Uji LSR efek utama pengaruh lama pemanasan terhadap uji

organoleptik rasa (numerik) ... 63

32 Uji LSRinteraksi perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas dan

lama pemanasan terhadap uji organoleptik rasa (numerik) ... 64

33 Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan sari mengkudu dengan

(12)

34 Uji LSR efek utama pengaruh lama pemanasan terhadap

uji organoleptik tekstur (numerik) ... 67

35 Uji LSRinteraksi perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas dan

(13)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal

1 Skema pembuatan sari mengkudu ... 24

2 Skema pembuatan sari nenas ... 25

3 Skema pembuatan permen mengkudu mix ... 26

4 Histogram perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas terhadap

kadar air (%) ... 32

5 Hubungan lama pemanasan dengan kadar air (%) ... 33

6 Interaksi perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas dan

lama pemanasan terhadap kadar air (%) ... 35

7 Histogram perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas terhadap

kadar abu (%) ... 36

8 Hubungan lama pemanasan dengan kadar abu (%) ... 37

9 Interaksi perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas

dan lama pemanasan terhadap kadar abu (%) ... 39

10 Histogram perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas terhadap

kadar vitamin C (mg/100 g bahan)... 41

11 Hubungan lama pemanasan dengan kadar vitamin C (mg/100 g bahan) ... 42

12 Interaksi perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas

dan lama pemanasan terhadap kadar vitamin C (mg/100 g bahan) ... 44

13 Histogram perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas terhadap

total asam (%) ... 45

14 Hubungan lama pemanasan dengan total asam (%) ... 46

15 Interaksi perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas

dan lama pemanasan terhadap total asam (%) ... 48

16 Histogram perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas terhadap

total padatan terlarut (o Brix)... 49

(14)

18 Interaksi perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas

dan lama pemanasan terhadap total padatan terlarut (o Brix) ... 52

19 Histogram perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas terhadap

uji organoleptik warna (numerik)... 54

20 Hubungan lama pemanasan dengan uji organoleptik warna (numerik) ... 55

21 Interaksi perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas

dan lama pemanasan terhadap organoleptik warna (numerik) ... 57

22 Histogram perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas terhadap

uji organoleptik aroma (numerik) ... 58

23 Hubungan lama pemanasan dengan uji organoleptik aroma (numerik) ... 59

24 Interaksi perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas

dan lama pemanasan terhadap organoleptik aroma (numerik) ... 61

25 Histogram perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas terhadap

uji organoleptik rasa (numerik) ... 62

26 Hubungan lama pemanasan dengan uji organoleptik rasa (numerik) ... 63

27 Interaksi perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas

dan lama pemanasan terhadap organoleptik rasa (numerik) ... 65

28 Histogram perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas terhadap

uji organoleptik tekstur (numerik) ... 66

29 Hubungan lama pemanasan dengan uji organoleptik tekstur (numerik) ... 68

30 Interaksi perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal

1 Data pengamatan kadar air (%) ... 76

2 Data pengamatan kadar abu (%) ... 77

3 Data pengamatan kadar vitamin C (mg/100g) ... 78

4 Data pengamatan total asam (%) ... 79

5 Data pengamatan total padatan terlarut(o Brix) ... 80

6 Data pengamatan uji organoleptik warna (numerik) ... 81

7 Data pengamatan uji organoleptik aroma (numerik) ... 82

8 Data pengamatan uji organoleptik rasa (numerik) ... 83

9 Data pengamatan uji organoleptik tekstur (numerik) ... 84

(16)

ABSTRAK

MELINA FARIDA SIANTURI: Pengaruh Perbandingan Sari Mengkudu dengan Sari Nenas dan Lama Pemanasan Terhada Mutu Permen Mengkudu Mix, dibimbing oleh RONA JOHARMINAINGGOLAN dan LINDA MASNIARY LUBIS.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas dan lama pemanasan terhadap mutu permen mengkudu mix. Penelitian ini dilakukan pada Januari 2013 – April 2013 di Laboratorium Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian USU, Medan, menggunakan rancangan acak lengkap faktorial 2 faktor yaitu perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas (S) (70% : 30%; 60% : 40%; 50% : 50%; 40% : 60%) dan lama pemanasan (L) (20 menit, 25 menit, 30 menit, 35 menit). Parameter yang dianalisa adalah kadar air (%), kadar abu (%), kadar vitamin C (mg/100 g bahan), total asam (%), total padatan terlarut (o Brix), uji organoleptik warna, aroma, rasa dan tekstur.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air (%), kadar abu (%), kadar vitamin C (mg/100 g bahan), total asam (%), total padatan terlarut (o Brix), uji organoleptik warna, aroma, rasa dan tekstur. Lama pemanasan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air (%), kadar abu (%),kadar vitamin C (mg/100 g bahan), total asam (%), total padatan terlarut (o Brix), uji organoleptik warna, aroma, rasa dan tekstur. Interaksi antara kedua faktor memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air (%), total asam (%), total padatan terlarut (o Brix), uji organoleptik warna, aroma dan rasa dan berpengaruh berbeda nyata terhadap kadar abu (%), kadar vitamin C (mg/100 g bahan) dan uji organoleptik tekstur. Perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas (60% : 40%) dan lama pemanasan (30 menit) menghasilkan kualitas permen mengkudu mix yang terbaik dan lebih diterima.

Kata Kunci: Perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas, lama pemanasan, permen mengkudu mix.

ABSTRACT

MELINA FARIDA SIANTURI: Effect of Comparison of Noni with Pineapple Juices and Time of Heating on Quality of Mix Noni Candy, supervised by RONA JOHARMI NAINGGOLAN and LINDA MASNIARY LUBIS.

The research was conducted to determine the effect of comparison of noni with pineapple juices and time of heating on the quality of mix noni candy. This research was performed in January 2013 – April 2013 at the Laboratory of Food Technology, Faculty of Agriculture, University of Sumatera Utara, Medan, using completely randomized design with two factors, i.e. : the comparison of noni with pineapple juices (S) (70% : 30%; 60% : 40%; 50% : 50%; 60% : 40%) and time of heating (L) (20 minutes, 25 minutes, 30 minutes, 35 minutes). Parameters analyzed were moisture content (%), ash content (%), vitamine C content (mg/100 g ingredient), total acid (%), total soluble solid (o Brix), organoleptic values of color, flavor, taste and texture.

The results showed that the effect of comparison of noni with pineapple juices had highly significant effect on moisture content (%), ash content (%), vitamine C content (mg/100 g ingredient), total acid (%), total soluble solid (o Brix), organoleptic values of color, flavor, taste and texture. The time of heating had highly significant effect on moisture content (%), ash content (%), vitamine C content (mg/100 g ingredient), total acid (%), total soluble solid (o Brix), organoleptic values of color, flavor, taste and texture. Interactions of the two factors had highly significant effect on moisture content, total acid (%), total soluble solid (o Brix), organoleptic values of color, flavor and taste and had significant effect on ash content (%),vitamine C content (mg/100 g ingredient) and organoleptic values of texture. Comparison of noni with pineapple juices of (60% : 40%) and time of heating of (30 minutes) resulted in the best and more acceptable quality of mix noni candy.

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di Indonesia tanaman mengkudu awalnya dikenal di Aceh menyebar ke

Sumatera Utara, Riau, Jambi, Palembang, Lampung, Sumbawa, Pulau Jawa,

Kalimantan, Sulawesi sampai Sumba, Flores, dan Irian. Tanaman mengkudu

hidup secara liar di kawasan pantai sampai ketinggian 1500 meter dpl

(di atas permukaan laut) dan dapat berbuah sepanjang tahun yaitu sekitar 16.300

ton per tahun. Selain nama mengkudu (Morinda citrifolia), tanaman ini juga

dikenal dengan sebutan noni, cangkudu, wengkudu, pace, lengkudu, bangkudu,

bakudu, pamarai, manakudu, bakulu, labanau, baja, kudu, neteu, tibah, ai kombo,

atau eodo.Pohon mengkudu tidak begitu besar, tingginya antara 4 - 6 m, batang

bengkok, berdahan kaku, kasar dan memiliki akar tunggang yang tertancap dalam.

Kulit batang cokelat keabu-abuan atau cokelat kekuning-kuningan, berbelah

dangkal, tidak berbulu dan dapat berbuah sepanjang tahun.

Mengkudu mempunyai beberapa tipe, yaitu: mengkudu bercabang,

mengkudu seed less asal Keraton Surakarta, mengkudu dengan daerah penyebaran

luas, mengkudu ukuran buah besar rasa pahit, mengkudu tidak rata permukaannya

rasa pahit, mengkudu bentuknya berkarang rasanya pahit ditemukan di

Malingping tepi pantai. Mengkudu yang dipakai dalam penelitian ini adalah

mengkudu dengan penyebaran yang luas karena memiliki ukuran buah lebih

panjang dan daging buah yang lebih banyak dibandingkan dengan tipe lainnya.

Zat-zat yang terkandung dalam mengkudu, dengan berbagai penggunaan

(18)

lebih berperan dibandingkan zat-zat lainnya di dalam buah mengkudu. Zat aktif

utama tersebut meliputi: terpenoid, pewarna, antibakteri, asam askorbat, beta

karoten, I-arginine, xeronine, dan proxeronine. Selain itu, mengkudu juga

mengandung antraquinon dan scolopetin yang aktif sebagai antimikroba, terutama

bakteri dan jamur yang penting dalam mengatasi peradangan dan alergi. Di

samping itu, kandungan adaptogini yang ada di dalamnya membuat buah ini dapat

dikonsumsi secara rutin untuk menyegarkan badan.

Sari mengkudu memiliki senyawa fitokimia yang mampu membantu

pemulihan sejumlah penyakit, antara lain : kanker, penyakit jantung, gangguan

pencernaan, diabetes, stroke dan sejumlah penyakit lain yang merangsang

produksi sel limfosit-T dalam sistem kekebalan tubuh (sel limfosit-T berperan

penting dalam melawan penyakit), memperkuat sistem kekebalan tubuh, terutama

makrofaset dan limfosit dari sel darah putih, menunjukkan efek anti bakteri,

mempunyai efek anti rasa sakit atau nyeri (analgesik), menghambat pertumbuhan

sel-sel pra kanker atau tumor yaitu dengan kemampuannya menormalkan fungsi

sel-sel yang abnormal.

Masyarakat umumnya enggan mengkonsumsi buah ini karena aroma dan

rasa yang sangat tidak disukai, sehingga selama ini masyarakat mengkonsumsinya

hanya sebatas obat (kapsul dan suplemen) ataupun meminum sari buah murni

tanpa pengolahan karena buah mengkudu yang masak mengandung asam kaproat

yangmenyebabkan rasa dan bau yang tidak disukai.

Nenas merupakan tanaman tropis yang memiliki kandungan air yang

cukup tinggi, aroma yang tajam dengan warna kuning tua. Buah nenas yang

(19)

terdegradasi dan terjadi peningkatan pigmen karoten. Kandungan air menurun

sejalan dengan penurunan umur panen dan terjadinya peningkatan kandungan

gula sebagai salah satu bagian padatan terlarut total. Padatan terlarut total pada

buah nenas didominasi oleh kandungan gula dan asam.

Dengan perpaduan sari nenas dan sari mengkudu dapat menutupi bahkan

menghilangkan aroma mengkudu pada permen mengkudu mix yang dihasilkan

serta warna yang dihasilkan lebih baik dan disukai konsumen.Permen merupakan

produk olahan gula yang hampir setiap hari dikonsumsi setiap orang, mulai dari

kalangan anak-anak hingga orang tua. Hard candylebih manis, berkalori tinggi,

sehingga sering dikonsumsi ketika sedang mengeluarkan energi. Mengkonsumsi

permen mengkudu mix tidak hanya menikmati manis dan rasa lain yang

terkandung tetapi juga nilai nutrisi dan manfaat yang lebih dibandingkan permen

lain.

Adanya diversifikasi buah mengkudu diharapkan dapat meningkatkan

minat masyarakat dalam mengkonsumsi mengkudu dan meningkatkan nilai

ekonomisnya maka dilakukan penelitian “Pengaruh Perbandingan Sari

Mengkudu dengan Sari Nenas dan Lama Pemanasan Terhadap Mutu

Permen Mengkudu Mix”.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh perbandingan sari mengkudu dengan sari

(20)

Kegunaan Penelitian

Sebagai sumber data di dalam penyusunan skripsi di program studi Ilmu dan

Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dan

sebagai sumber informasi bagi masyarakat tentang pengolahan mengkudu menjadi

permen mengkudu mix.

Hipotesa Penelitian

Ada pengaruh perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas dan lama

pemanasan serta interaksi antara keduanya terhadap mutu permen mengkudu mix

(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Mengkudu

Tanaman mengkudu berbuah sepanjang tahun. Mudah tumbuh pada

berbagai tipe lahan, dengan daerah penyebaran dari dataran rendah hingga

ketinggian 1500 dpl. Ukuran dan bentuk buahnya bervariasi, pada umumnya

mengandung banyak biji, dalam satu buah terdapat ≥300 biji, namun ada juga tipe

buah mengkudu yang memiliki sedikit biji. Bijinya dibungkus oleh suatu

lapisanatau kantong biji, sehingga daya simpannya lama dan daya tumbuhnya

tinggi.Dengan demikian, perbanyakan mengkudu dengan biji sangat mudah

dilakukan (Djauhariya dkk., 2006).

Kelopak bunga tumbuh menjadi buah bulat lonjong sebesar telur ayam

bahkan ada yang berdiameter 7,5-10 cm. Permukaan buah seperti terbagi dalam

sel-sel poligonal (segi banyak) yang berbintik-bintik. Mula-mula buah berwarna

hijau, menjelang masak menjadi putih kekuningan. Setelah matang, warnanya

putih transparan dan lunak. Daging buah tersusun dari buah-buah batu berbentuk

piramida, berwarna cokelat merah. Setelah lunak, daging buah mengkudu banyak

mengandung air (Wikipedia, 2010).

Mengkudu (Morinda citrifolia) mempunyai banyak khasiat untuk

kesehatan, diantaranya untuk pengobatan hipertensi, pembersih darah, pencegah

sakit ginjal, sakit kuning, penghambat pertumbuhan kanker dan masih banyak lagi

manfaat lainnya (Suryadi, 1998).Buah mengkudu yang masak mengandung asam

kaproat yangmenyebabkan rasa dan bau yang tidak disukai. Mengingat khasiatnya

(22)

lepas panen dan menjadikan mengkudu siap saji yaitu dengan mengolah

mengkudu menjadi permen yang dapat dinikmati setiap saat (Sumaryati, 2005).

Komposisi Kimia Mengkudu

Komposisi kimia buah mengkudu dan kandungan nutrisinya dalam 100 g

buah terdapat dalam Tabel 1 berikut,

Tabel 1. Kandungan nutrisi dalam 100 g buah mengkudu. Jenis nutrisi Total

Riboflavin (miligram) 0,33

Besi (miligram) 9,17

Sumber: Jones (2000).Jauhari dan Tirtoboma (2001).(*)

Manfaat mengkudu

Menurut Permadi (2005) buah mengkudu mengandung alkaloid

triterpernoid, damnacanthal, pro-xeronine, methoxy, formil dan

hidroxyanthraquinone. Menurut Sjabana dan Ramadhani (2002) manfaat sari buah

mengkudu antara lain : sebagai antioksidan dan menjaga pembentukan DNA

karsinogen (senyawa damnacanthal); antitumor, imunomodulasi, antikoagulasi,

hipoglikemik, dan anti virus (senyawa polisakarida); membantu memperbaiki

(23)

(scopoletin); mengatur sistem kardiovascular, sistem kekebalan dan sistem saraf

(nitric oxide).

Zat-zat terpenoid dalam buah mengkudu membantu tubuh dalam proses

sintesa organik dan pemulihan sel-sel tubuh. Zat anti bakteri dalam buah

mengkudu dapat mengatasi penyakit infeksi kulit, pilek, demam dan berbagai

masalah kesehatan yang disebabkan oleh bakteri dan dapat mengontrol dua

golongan bakteri yang mematikan (patogen), yaitu: salmonella dan shigella.

Asam askorbat yang ada di dalam buah mengkudu adalah sumber vitamin C dan

juga sebagai antioksidan yang menetralisir radikal bebas. Secara keseluruhan

mengkudu merupakan bahan makanan yang bergizi lengkap (Waha, 2001).

Scopoletin berfungsi memperlebar saluran pembuluh darah yang

mengalami penyempitan, melancarkan peredaran darah, membunuh beberapa tipe

bakteri, bersifat fungisida (pembunuh jamur) terhadap Pythium sp dan juga

bersifat anti peradangan dan anti alergi. Zat anti kanker (damnacanthal)

merangsang pertumbuhan struktur normal dari sel-sel abnormal K-ras-NRK (sel

pra kanker). Xeronine dapat mengaktifkan enzim, mengatur fungsi protein di

dalam sel, mengatur bentuk dan rigiditas (kekerasan) protein-protein spesifik yang

terdapat di dalam sel. Proxeronine berfungsi meningkatkan kadar xeronine di

dalam tubuh. Di dalam tubuh manusia (usus) enzim proxeronase dan zat-zat lain

(24)

Nenas

Berdasarkan bentuk daun dan buah, nenas dikenal 4 jenis golongan, yaitu :

cayene (daun halus, tidak berduri, buah besar), queen (daun pendek berduri tajam,

buah lonjong mirip kerucut), Spanyol/Spanish (daun panjang kecil, berduri halus

sampai kasar, buah bulat dengan mata datar) dan abacaxi (daun panjang berduri

kasar, buah silindris atau seperti piramida). Varietas kultivar nenas yang banyak

ditanam di Indonesia adalah golongan cayene dan queen (BPPT, 2009).

Selama proses pematangan, buah nenas mengalami peningkatan bobot,

total padatan terlarut pada daging buah, peningkatan jumlah asam-asam dan

penurunan kandungan air. Buah nenas yang matang akan mengalami perubahan

warna dimana klorofil terdegradasi dan terjadi peningkatan pigmen karoten.

Menurut Soedibyo (2005)bahwa kandungan air meningkat sejalan dengan

peningkatan umur panen dan terjadinya peningkatan kandungan gula sebagai

salah satu bagian padatan terlarut total. Padatan terlarut total pada buah nenas

didominasi oleh kandungan gula dan asam.

Menurut Whiting (1970) rasa pada buah nenas merupakan perpaduan

antara gula dan asam. Asam-asam yang terkandung dalam buah nenas adalah

asam sitrat, asam malat dan asam oksalat. Jenis asam yang paling dominan yakni

asam sitrat 78% dari total asam.

Komposisi Kimia Nenas

Sebagai salah satu famili Bromeliaceae, buah nenas mengandung vitamin

C dan vitamin A masing-masing sebesar 24 miligram dan 39 miligram dalam

setiap 100 gram bahan. Vitamin tersebut sudah lama dikenal memiliki aktivitas

(25)

penyakit, termasuk kanker, jantung koroner dan penuaan dini. Bagi penderita

wasir atau ambeien dianjurkan mengkonsumsi buah nenas 4-5 kali setiap hari

karena bromelinnya dapat menghentikan pendarahan dan serat yang dikandung

dapat memperlancar buang air besar(Suparman, 2012).Ada pun komposisi kimia

dari nenas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Komposisi kimia nenas

Komposisi kimia Jumlah

Air (gram) 52

Kalori (kal) 0,4

Abu (%) 0,4

Protein (gram) 0,2

Lemak (gram) 13,1

Karbohidrat (gram) 16

Vitamin B (miligram) 0,08

Vitamin C (miligram) 24

Kalsium (miligram) 16

Posfor (miligram) 11

Bagian yang dapat dimakan (%) 85,3

Sumber: Direktorat gizi RI, (1989).

Manfaat Nenas

Nenas mengandung serotinin yang dapat meredakan stres dan sekaligus

dapat menurunkan kadar kolesterol darah sebesar 10%. Maka dengan lebih rajin

mengkonsumsi buah nenas, tubuh memiliki peluang untuk awet muda dan

terhindar dari penyakit yang terkait dengan penuaan dini seperti stress, kanker dan

jantung koroner. Buah nenas bermanfaat bagi kesehatan tubuh, sebagai obat

penyembuh penyakit sembelit, gangguan saluran kencing, mual-mual, flu, wasir,

dan kurang darah, penyakit kulit, tumor, aterosklerosis (penyempitan pembuluh

(26)

Permen

Masalah yang dapat terjadi pada hard candy adalah stickiness(lengket) dan

graining(mengkristal). Stickiness terjadi karena meningkatnya kadar air pada

permen sehingga permen lebih bersifat higroskopis. Masalah ini dapat diatasi

dengan menggunakan sukrosa dan sirup glukosa. Tetapi rasio antara sukrosa dan

sirup glukosa perlu disesuaikan, karena kesalahan rasio kedua bahan tersebut

dapat menyebabkan graining. Penyimpanan pada suhu dan RH yang tinggi juga

dapat menimbulkan masalah stickiness dan graining, karena permen menyerap

air, sehingga RH penyimpanan harus dijaga agar tidak lebih dari 45%. Hard

candy diharapkan tidak lengket atau tidak mengkristal ketika diterima oleh

konsumen, maka ketepatan formula dan pengontrolan proses sangat penting

(Koswara. S., 2009).

Menurut Shin (1998) hidrolisis sukrosa dapat menyebabkanperubahan

yang tidak diinginkan yang berhubungan dengan peningkatan higroskopisitas dari

sukrosa. Hidrolisis sukrosa juga menurunkan laju pendinginan selama

pengadukan yang mempengaruhi kristalisasi gula dan kekerasan dari produk.

Kristalisasi gula amorf mungkin yang paling khas dalam fenomena kristalisasi

makanan, kelembaban rendah dan sering merugikan kualitas makanan. Hard

candy tanpa kristal dapat menjaga bentuk yang diinginkan dan tekstur untuk

waktu yang lama.

Dalam SNI 3547.1 :2008 tentangmutu kembang gula keras adalah keadaan

yaitu bau dan rasa yang tidak menyimpang, kadar air (maksimal 3,5%), kadar abu

(maksimal 2%), gula reduksi (dihitung sebagai gula inversi maksimal 24%),

(27)

mikroba. Cara memproduksi kembang gula keras yang higienis termasuk cara

penyiapan dan penanganannya yang mengacu pada peraturan tentang Pedoman

Cara Produksi Pangan yang Baik. Kembang gula keras dikemas dalam wadah

yang tertutup rapat, tidak dipengaruhi atau mempengaruhi isi, aman selama

penyimpanan dan pengangkutan (BSN, 2008).

Bahan Tambahan Makanan

Natrium metabisulfit

Natrium metabisulfit merupakan bahan pengawet yang digolongkan

kedalam garam-garam sulfit. Natrium metabisulfit biasa digunakan pada bahan

pangan untuk mencegah pencoklatan enzimatis maupun non enzimatis, sebagai

pemutih, antioksidan dan penghambat pertumbuhan bakteri, kapang dan khamir

(Desrosier, 1977).

Berdasarkan Departemen Kesehatan RI (1996), Natrium metabisulfit

mempunyai sifat kimia dan fisik sebagai berikut:

1. Mengandung kadar SO2 antara 58,5-67,4 %

2. Berupa serbuk butiran berwarna putih kekuningan

3. Berbau sulfur dioksida

4. Mudah larut dalam air

5. Sukar larut dalam etanol 96 %

Natrium metabisulfit berbentuk serbuk, berwarna putih, mudah larut dalam

air, sedikit larut dalam alkohol dan berbau khas seperti gas sulfur dioksida juga

mempunyai rasa asam dan asin (Chichester and Tanner, 1975).Menurut Winarno,

(28)

karbonil. Hasil reaksi itu akan mengikat melanoidin sehingga mencegah

timbulnya warna coklat.

Menurut Braverman (1963) mekanisme penghambatan reaksi pencoklatan

non enzimatis oleh senyawa sulfat adalah reaksi antara bisulfit dengan gugus

aldehid dari gugus gula sehingga senyawa gugus aldehid tidak memiliki

kesempatan untuk bereaksi dengan asam amino. Maka dengan demikian sulfit

mencegah konversi D-glukosa menjadi 5-hidroksi metil filfural. Senyawa ini

merupakan senyawa antara yang bereaksi dengan gugus amino dari protein dan

asam amino membentuk pigmen coklat melanoidin.Natrium metabisulfit

mengandung sekitar 58,5-67,4 % SO2. SO2mudah menguap dan hilang ke udara,

sehingga residu sulfit dapat jauh lebih rendah daripada jumlah aplikasi semula.

Selanjutnya SO2 menguap sekitar 90% selama pemasakan (deMan, 1980).

Garam

Garam digunakan manusia sebagai salah satu bahan pengawet yang paling

utama dipergunakan secara luas untuk mengawetkan berbagai macam makanan.

Garam tidak hanya berfungsi sebagai pengawet tetapi dalam jumlah sedikit juga

merupakan bumbu yang dapat memberikan rasa pada bahan yang diawetkan

(Buckle, dkk., 1987).

Gula pasir

Fungsi gula dalam produk bukanlah sebagai rasa manis saja namun juga

dapat menyempurnakan rasa asam dan cita rasa lainnya. Daya larut yang tinggi

dari gula, mampu mengurangi keseimbangan kelembaban relatif dan mengikat air

adalah sifat-sifat yang menyebabkan gula dipakai dalam pengolahan pangan

(29)

Sirup glukosa

Sirup glukosa yang mempunyai nama laindectroseadalah salah satuproduk

bahan pemanis makanan dan minuman yang berbentuk cairan, tidak berbau dan

tidak berwarna tetapi memiliki rasa manis yang tinggi (Hidayat, 2006).

Perbedaannya dengan gula pasir yaitu, gula pasir (sukrosa) merupakan gula

disakarida, sedangkan sirup glukosa adalah monosakarida, terdiri atas satu

monomer yaitu glukosa. Sirup glukosa dapat dibuat dengan cara hidrolisis asam

atau dengan cara enzimatis (Darmayanti, 2011).

Asam sitrat

Asam sering digunakan untuk mengawetkan makanan, menurunkan pH

makanan sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk. Disamping

sebagai bahan pengawet juga digunakan untuk menambah rasa, mengurangi rasa

manis, memperbaiki sifat koloidal dari makanan yang mengandung pektin,

memperbaiki tekstur, membantu ekstraksi pektin dari buah dan sayur, menaikkan

efektivitas benzoat sebagai bahan pengawet, asam sitrat yang dikombinasikan

dengan panas akan menyebabkan panas tersebut lebih efektif terhadap mikroba

(Winarno, dkk., 1980).

Asam sitrat bersifat tidak beracun, dapat mengikat logam-logam berat

(besi maupun bukan besi), dan dapat menimbulkan rasa asam. Asam sitrat banyak

dimanfaatkan dalam industri makanan dan minuman. Asam sitrat digunakan

dalam industri untuk mengikat ion, menetralkan basa dan berperan sebagai buffer.

Asam sitrat digunakan untuk memberikan rasa asam dan meminimalkan inversi

(30)

Tahapan Pembuatan Permen Mengkudu Mix

Sortasi

Sortasi dan penggolongan mutu sangat diperlukan untuk menggolongkan

bahan pangan sesuai dengan ukuran dan ada tidaknya cacat. Penggolongan mutu

adalah klasifikasi komoditi dan kelompok menurut standar yang secara komersil

dapat diterima (Satuhu, 1996).

Blanshing

Tujuan blanshing ini tergantung pada perlakuan lanjutan terhadap bahan

pangan terutama untuk menonaktifkan enzim yang akan mengakibatkan

perubahan warna, cita rasa atau nilai gizi yang tidak dikehendaki selama

penyimpanan dan juga melayukan jaringan (Winarno, dkk., 1980).

Ekstraksi

Adapun tujuan dari ekstraksi sari buah adalah mengambil sari atau cairan

dari dalam buah yang diteliti. Oleh sebab itu, buah yang telah diblanshing

kemudian dihancurkan dengan menggunakan blender dan disaring dengan

menggunakan kain saring (Satuhu, 1996).

Penyaringan

Sari buah adalah cairan buah yang tidak mengalami fermentasi, diperoleh

dari hasil pengepresan buah. Untuk mendapatkan sari buah yang baik, sari buah

perlu dipisahkan dari bagian-bagian yang tidak larut dengan suatu penyaringan.

Penghancuran buah dilakukan dengan blender dan ekstraksi dilakukan dengan

cara penekanan secara manual dengan kain saring atau dengan alat pengepres

(Makfoeld, 1982). Penyaringan, bahan-bahan yang diekstraksi disaring dengan

(31)

akan diperoleh filtrat dan ampas, ampas yang tertinggal kemudian dipres

(Soebardjo, dkk., 1988).

Pemanasan

Pemanasan, campuran sari buah dipanaskan dengan lama pemanasan 20

menit, 25 menit, 30 menit dan 35 menit hingga suhu mencapai 120oC. Dalam

proses pemanasan ada hubungan antara panas dan waktu, yaitu jika suhu yang

digunakan rendah maka waktu pemanasan harus lebih lama, sedangkan jika suhu

tinggi maka waktu pemanasan singkat (Winarno, dkk., 1980).

Pengemasan

Pengemasan, dalam memilih bentuk dan bahan kemasan yang akan

digunakan agar memenuhi syarat sehingga dapat berfungsi dengan baik maka

diperlukan beberapa pertimbangan, antara lain: tidak toksik, harus cocok dengan

bahan yang dikemas, sanitasi dan syarat-syarat kesehatan terjamin, dapat

mencegah pemalsuan, kemudahan membuka dan menutup, kemudahan dan

keamanan dalam mengeluarkan isi, kemudahan pembuangan kemasan bekas,

ukuran, bentuk, berat, penampilan, pencetakan, biaya rendah dan syarat khusus

(32)

BAHAN DAN METODA

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Januari – Februari 2013 di Laboratorium

Teknologi Pangan, Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara.

Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah mengkudu dan nenas yang

diperoleh dari Simalingkar B, kecamatan Medan Johor, Sumatera Utara. Glukosa

dan Sukrosa.

Bahan Kimia

Bahan kimia yang digunakan pada penelitian ini adalah akuades, pati,

iodine0,01 N, asam sitrat dan natrium metabisulfit, NaOH 0,1 Ndan indikator

phenolpthalein.

Alat

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan analitik,

blender, sealer, cawan aluminium, desikator, handrefraktometer, alat-alat gelas,

statif, klep, kertas saring, oven, tanur pengabuan, cawan pengabuan dan cetakan

(33)

Metoda Penelitian

Penelitian ini menggunakan metoda Rancang Acak Lengkap (RAL)

faktorial yang terdiri dari 2 faktor, yaitu:

Faktor I : Perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas (S) terdiri dari 4 taraf,

yaitu:

S1= 70% : 30%

S2 = 60% : 40%

S3 = 50% : 50%

S4 = 40% : 60%.

Faktor II : Lama pemanasan (L) terdiri dari 4 taraf, yaitu:

L1 = 20 menit

L2 = 25 menit

L3 = 30 menit

L4 = 35 menit

Banyaknya kombinasi perlakuan (Tc) adalah 4 x 4 = 16, maka jumlah ulangan

(n) adalah sebagai berikut:

Tc (n-1) ≥ 15

16 (n-1) ≥ 15

16n - 16 ≥ 15

16n ≥ 31

n ≥ 1,93 . ……… dibulatkan menjadi n = 2

(34)

Model Rancangan (Bangun, 1991)

Penelitian ini dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial

dengan model :

Ŷijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk

Ŷijk : Hasil Pengamatan dari faktor S dari taraf ke-i dan faktor L

pada taraf ke–j dengan ulangan ke-k

µ : Efek nilai tengah

αi : Efek dari faktor S pada taraf ke–i

βj : Efek dari faktor L pada Taraf ke–j

(αβ)ij : Efek interaksi faktor S pada taraf ke–i dan faktor L pada

taraf ke–j

εijk : Efek galat dari faktor S pada taraf ke–i dan faktor L pada

taraf ke–j dalam ulangan ke-k.

Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata dan sangat nyata maka uji dilanjutkan

dengan uji beda rataan, menggunakan uji Least Significant Range (LSR).

Pelaksanaan Penelitian

1. Pembuatan sari mengkudu dan sari nenas

a. Pembuatan sari mengkudu

Mengkuduyang sudah disortasi, dicuci dengan air bersih. Mengkudu

diblanshing dengan menggunakan larutan natrium metabisulfit 2000 ppm dalam 1

liter air pada suhu 80oC selama 10 menit kemudian didinginkan. Kulit mengkudu

dikupas kemudian diambil daging buahnya saja. Mengkudu diblenderdengan

penambahan air masak 1 : 2. Hasil pemblenderan mengkudu disaring

(35)

b. Pembuatan sari nenas

Nenas yang sudah matang dikupas dan dibersihkan dari mata buahnya lalu

dicuci dengan air bersih. Nenas diblanshingpada suhu 80-90oC selama 10 menit

kemudian didinginkan. Nenas dipotong menjadi potongan-potongan yang lebih

kecil untuk mempermudah proses pemblenderan, diblender dengan penambahan

air masak 1:2.Kemudian disaring menggunakan kain saring untuk mendapatkan

sari.

2. Pembuatan Permen Mengkudu Mix

Sari buah mengkudu dan sari buah nenas dicampur

denganperbandingan70% : 30%; 60% : 40%; 50% : 50% dan 40% : 60%.

Campuran sari buah dipanaskan dengan lama pemanasan 20 menit, 25 menit, 30

menit dan 35 menit pada suhu mencapai 120oC. Ditambahkan asam sitrat 0,1%,

garam 0,05%, gula pasir 70% dan sirup glukosa 30%. Campuran sari buah dituang

ke dalam cetakan permen dan didinginkan pada suhu 10oC selama 24 jam.

Dilepaskan dari cetakan lalu dikemas dengan plastik polietilen. Produk disimpan

10 hari kemudian dilakukan analisa.

Pengamatan dan Pengukuran Data

Pengamatan dan pengukuran data dilakukan dengan cara analisis terhadap

parameter:

- Penentuan kadar air

- Penentuan kadar abu

- Penentuan kadar vitamin C

- Penentuan total asam

(36)

- Uji organoleptik warna

- Uji organoleptik aroma

- Uji organoleptik rasa

- Uji organoleptik tekstur

Penentuan kadar air (Sudarmadji, 1981)

Ditimbang bahan sebanyak 5 gram di dalam cawan aluminium yang telah

diketahui berat kosongnya. Kemudian bahan tersebut dikeringkan dalam oven

dengan suhu sekitar 105oC-110oC selama 3 jam, selanjutnya didinginkan di dalam

desikator selama 15 menit lalu ditimbang kembali. Setelah itu, bahan dipanaskan

kembali di dalam oven selama 30 menit, kemudian didinginkan kembali dengan

desikator selama 15 menit lalu ditimbang. Perlakuan ini diulangi sampai diperoleh

berat yang konstan.

berat awal-berat akhir

Kadar air (%) = x 100%

berat awal

Penentuan kadar abu (Sudarmadji, dkk., 1984)

Mula-mula cawan pengabuan dipanaskan dalam oven, didinginkan dalam

desikator lalu ditimbang. Kemudian disiapkan bahan sebanyak 3-5 gram dalam

cawan tersebut kemudian letakkan dalam tanur pengabuan, dibakar sampai

didapat abu-abu atau sampai beratnya tetap. Pengabuan dilakukan dengan dua

tahap, pertama pada suhu 400oC kemudian pada suhu 550oC. Didinginkan dalam

desikator kemudian ditimbang, lalu dihitung dengan menggunakan rumus :

berat abu (gram)

Kadar abu (%) = x 100%

(37)

Penentuan kadar vitamin C (Sudarmadji, dkk., 1984)

Kandungan vitamin C ditentukan dengan cara mentitrasi sampel, dimana

diambil sebanyak 10 gram contoh, dimasukkan kedalam labu teraukuran 100 ml

dan ditambahkan akuades hingga batas tera kemudian diaduk hingga merata dan

disaring dengan kertas saring. Filtrat diambil sebanyak 10 ml dengan

menggunakan pipet skala kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan

ditambahkan 3 tetes larutan pati 1% lalu dititrasi dengan menggunakan larutan

iodine 0,01N hingga terjadi perubahan warna sambil dicatat berapa ml iodine

yang terpakai.Kadar vitamin C dapat dihitung dengan menggunakan rumus, yaitu:

ml iodine 0,01 N x 0,88 X FP X 100 Kadar vitamin C (mg/100 g bahan) =

Berat contoh

Penentuantotal asam (Sudarmadji dkk., 1984)

Penentuan total asam dilakukan dengan cara menitrasi sampel, dimana

diambilah sebanyak 10gram sampel, dimasukkan dalam labu tera100ml kemudian

ditambahkan aquadest hinggabatas tera. Kemudian diaduk hingga merata dan

disaring dengan kertas saring. Diambil filtrat sebanyak 10 ml dengan

menggunakan pipet skala, kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan

ditambahkan 3 tetes indikator pp lalu dititrasi dengan menggunakan larutan NaOH

0,1N hingga terjadi perubahan warna, sambil dicatat berapa ml NaOH 0,1N yang

terpakai.Penentuan total asam dapat dilakukan dengan menggunakan rumus,

yaitu:

ml NaOH 0,1N x N NaOH x BM asam dominan x FP

Total asam = x 100%

Berat contoh x 1000 x valensi

BM asam sitrat = 129 Valensi = 3

(38)

Bahan ditimbang 5 gram, lalu ditambahkan aquadest hingga 15 gram.

Diteteskan pada lensa alat Handrefractometer. Angka yang terbaca antara batas

terang dan gelap merupakan besar TSS bahan dikali dengan faktor pengenceran

dalam oBrix.

Dimana : TSS (oBrix) = Nilai yang tertera x FP

FP = Faktor Pengencer.

Uji organoleptik warna

Penentuan uji organoleptik warna dilakukan dengan uji numerik. Caranya,

permen diuji secara acak dengan memberikan kode pada permen yang akan diuji

kepada 15 panelis yang melakukan penilaian. Penilaian dilakukan berdasarkan

kriteria seperti pada tabel berikut:

Tabel 3. Uji organoleptik warna (skor)

Skala warna Skor

Kuning muda 4

Kuning 3

Kuning tua 2

Kuning kecoklatan 1

Uji organoleptik aroma (Sukarto, 1985)

Penentuan uji organoleptik aroma dilakukan dengan uji kesukaan atau uji

hedonik. Caranya, permen diuji secara acak dengan memberikan kode pada

permen yang akan diuji kepada 15 panelis yang melakukan penilaian. Penilaian

dilakukan berdasarkan kriteria seperti pada tabel berikut:

Tabel 4. Uji organoleptik aroma (hedonik)

Skala hedonik Skor

Sangat suka 4

Suka 3

Agak suka 2

Tidak suka 1

(39)

Penentuan uji organoleptik rasa dilakukan dengan uji kesukaan atau uji

hedonik. Caranya, pemen diuji secara acak dengan memberikan kode pada

permen yang akan diuji kepada 15 panelis yang melakukan penilaian. Penilaian

dilakukan berdasarkan kriteria seperti pada tabel berikut:

Tabel 5. Uji organoleptik rasa (hedonik)

Skala Hedonik Skor

Sangat suka 4

Suka 3

Agak suka 2

Tidak suka 1

Uji organoleptik tekstur (Sukarto, 1985)

Penentuan uji organoleptik tekstur dilakukan dengan numerik. Caranya,

permen diuji secara acak dengan memberikan kode pada bahan yang akan diuji

kepada 15 panelis yang melakukan penilaian dengan cara dikunyah / digigit..

Penilaian dilakukan berdasarkan kriteria seperti pada tabel berikut:

Tabel 6. Uji organoleptik tekstur (skor)

Skala kekerasan Skor

Sangat keras 4

Keras 3

Agak keras 2

(40)

Gambar 1. Skema pembuatan sari mengkudu Pencucian

Diblanshing dengan larutan Na2S2O5 2000 ppm,

T = 80-90oC, 10 menit

Didinginkan, dikupas kulitnya

Diblender + air masak 1:2

Disaring dengan kain saring

Sari mengkudu Sortasi

Diambil daging buahnya

(41)

Gambar 2. Skema pembuatan sari nenas

Sari mengkudu : sari nenas

Pencucian Sortasi

Diblanshing dengan suhu 80-90o C, 10 menit

Diblender + air masak 1:2

Disaring dengan kain saring

Sari nenas Dipotong menjadi

lebih kecil Dikupas kulitnya dan

(42)

Gambar 3. Skema pembuatan permen mengkudu mix.

Dituang ke dalam cetakan

Dikeluarkan dari cetakan

Disimpan pada suhu kamar selama 10 hari

- Penentuan kadar air - Penentuan kadar abu - Penentuan kadar vitamin C - Penentuan total asam - Penentuan total padatan

terlarut (TSS)

- Uji organoleptik warna - Uji organoleptik aroma - Uji organoleptik rasa - Uji organoleptik tekstur

Analisa

garam 0,05%, asam sitrat 0,1%, sukrosa 70% sirup glukosa 30%

Didinginkan pada suhu 10oC selama 24 jam

(43)

Pengaruh Perbandingan Sari Mengkudu dengan Sari Nenas Terhadap Parameter yang Diamati.

Secara umum hasil yang dilakukan menunjukkan bahwa perbandingan sari

mengkudu dengan sari nenas memberikan pengaruh terhadap kadar air, kadar abu,

kadar vitamin C, total asam, total padatan terlarut dan uji organoleptik warna,

aroma, rasa dan tekstur (sebagai faktor mutu) pada permen mengkudu mix seperti

pada Tabel 7 berikut ini.

Tabel 7. Pengaruh perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas terhadap parameter yang diamati

Parameter yang diuji

Perbandingan sari mengkudu dan sari nenas

S1 S2 S3 S4

(70%:30%) (60%:40%) (50%:50%) (40%:60%)

Kadar air (%) 2,003 2,147 2,336 2,466

Kadar abu (%) 0,548 0,520 0,500 0,412

Kadar vitamin C

(mg/100g bahan) 169,180 146,850 134,750 118,030

Total asam (%) 0,316 0,342 0,358 0,384

Total padatan terlarut (oBrix) 67,313 74,250 79,063 79,313

Uji organoleptik warna 2,800 2,850 2,975 3,083

Uji organoleptik aroma 2,825 3,008 3,200 3,192

Uji organoleptik rasa 3,000 3,167 3,125 3,117

Uji organoleptik tekstur 3,308 3,000 2,892 2,842

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa perbandingan sari mengkudu dengan sari

nenas memberikan pengaruh terhadap parameter yang diuji. Dari Tabel 7 dapat

dilihat bahwa kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan S4 (40%:60%) yaitu

sebesar 2,466% dan terendah terdapat pada S1 (70%:30%) yaitu sebesar 2,003%.

Kadar abu tertinggi terdapat pada perlakuan S1 (70%:30%) yaitu sebesar 0,548%

(44)

terdapat pada perlakuan S1 (70%:30%) yaitu sebesar 169,18mg/100g bahan dan

terendah terdapat pada S4 (40%:60%) yaitu sebesar 118,03 mg/100g bahan. Total

asam (%) tertinggi terdapat pada perlakuan S4 (40%:60%) yaitu sebesar 0,384%

dan terendah terdapat pada S1 (70%:30%) yaitu sebesar 0,316%. Total padatan

terlarut tertinggi terdapat pada perlakuan S4 (50%:50%) yaitu sebesar 79,313

o

Brix dan terendah terdapat pada S1 (70%:30%) yaitu sebesar 67,313oBrix.

Nilai uji organoleptik warna tertinggi terdapat pada perlakuan

S4(40%:60%) yaitu sebesar 3,083 artinya permen mengkudu mix berwarna kuning

dan terendah terdapat pada perlakuan S1 (70%:30%) yaitu sebesar 2,800 artinya

permen mengkudu mix berwarna kuning tua. Nilai uji organoleptik aroma

tertinggi terdapat pada perlakuan S3 (50%:50%) yaitu sebesar 3,200 artinya

permen mengkudu mix disukai panelis dan terendah terdapat pada perlakuan S1

(70%:30%) yaitu sebesar 2,825 artinya permen mengkudu mix agak disukai

panelis. Nilai uji organoleptik rasa tertinggi terdapat pada perlakuan S2(60%:40%)

yaitu sebesar 3,167 artinya permen mengkudu mix disukai panelis dan terendah

terdapat pada perlakuan S1 (70%:30%) yaitu sebesar 3,000 artinya permen

mengkudu mix disukai panelis. Nilai uji organoleptik tekstur tertinggi terdapat

pada perlakuan S1 (70%:30%) yaitu sebesar 3,308 artinya permen mengkudu mix

bertekstur keras dan terendah terdapat pada perlakuan S4 (40%:60%) yaitu sebesar

2,842 artinya permen mengkudu mix bertekstur agak keras.

(45)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama pemanasan pada permen yang

dihasilkan memberikan pengaruh terhadap kadar air, kadar abu, kadar vitamin C,

total asam, total padatan terlarut dan uji organoleptik warna, aroma, rasa dan

tekstur (sebagai faktor mutu) seperti pada Tabel 8 berikut ini.

Tabel 8. Pengaruh lama pemanasan terhadap parameter yang diamati

Parameter yang diuji

Lama pemanasan

L1 L2 L3 L4

20 menit 25 menit 30 menit 35 menit

Kadar air (%) 3,006 2,796 1,875 1,276

Kadar abu (%) 0,404 0,490 0,519 0,567

Kadar vitamin C (mg/100g bahan) 155,210 148,500 140,250 124,850

Total asam (%) 0,410 0,374 0,336 0,280

Total padatan terlarut(oBrix) 61,875 73,313 80,625 84,125

Uji organoleptik warna 3,275 3,075 2,850 2,508

Uji organoleptik aroma 3,325 3,158 3,042 2,700

Uji organoleptik rasa 2,942 3,117 3,092 3,258

Uji organoleptik tekstur 2,492 2,525 3,292 3,733

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa lama pemanasan memberikan pengaruh

terhadap parameter yang diuji. Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa kadar air tertinggi

terdapat pada perlakuan L1 (20 menit) yaitu sebesar 3,006% dan terendah terdapat

pada L4 (35 menit) yaitu sebesar 1,276%. Kadar abu tertinggi terdapat pada

perlakuan L4 (35 menit) yaitu sebesar 0,567% dan terendah terdapat pada L1 (20

menit) yaitu sebesar 0,404%. Kadar vitamin C tertinggi terdapat pada perlakuan

L1 (20 menit) yaitu sebesar 155,210 mg/100g bahan dan terendah terdapat pada L4

(35 menit) yaitu sebesar 124,850 mg/100g bahan. Total asam tertinggi terdapat

pada perlakuan L1 (20 menit) yaitu sebesar 0,410% dan terendah terdapat pada

(46)

perlakuan L4 (35 menit) yaitu sebesar 84,123 oBrix dan terendah terdapat pada

L1 (20 menit) yaitu sebesar 61,875 oBrix. Nilai organoleptik warna tertinggi

L1 (20 menit) yaitu sebesar 3,275 artinya permen mengkudu mix berwarna

kuningdan terendah terdapat pada L4 (35 menit) yaitu sebesar 2,508 artinya

permen mengkudumix berwarna kuning tua. Nilai organoleptik aroma tertinggi L1

(20 menit) yaitu sebesar 3,325 artinya permen mengkudu mix disukai panelisdan

terendah terdapat pada L4 (35 menit) yaitu sebesar 2,700 artinya permen

mengkudumix agak disukai panelis. Nilai organoleptik rasa tertinggi L4 (35

menit) yaitu sebesar 3,258 artinya permen mengkudu mix disukai panelisdan

terendah terdapat pada L1 (20 menit) yaitu sebesar 2,942 artinya permen

mengkudu mix agak disukai panelis. Nilai organoleptik tekstur tertinggi L4 (35

menit) yaitu sebesar 3,733 artinya permen mengkudu mix bertekstur keras dan

terendah terdapat pada L1 (20 menit) yaitu sebesar 2,492 artinya permen

mengkudumix bertekstur agak keras.

Kadar Air (%)

Pengaruh perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas terhadap kadar air (%)

Dari daftar sidik ragam (Lampiran 1) dapat dilihat bahwa perbandingan

sari mengkudu dengan sari nenas memberikan pengaruh yang berbeda sangat

nyata (P<0,01) terhadap kadar air permen mengkudu mix yang dihasilkan. Hasil

pengujian dengan LSR menunjukkan pengaruh perbandingan sari mengkudu

dengan sari nenas terhadap kadar air tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada

(47)

Tabel 9. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas terhadap kadar air (%)

Jarak LSR Perbandingan sari Rataan Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

- - - S1= 70%:30% 2,003 d D

2 0,030 0,041 S2= 60%:40% 2,147 c C

3 0,031 0,043 S3= 50%:50% 2,336 b B

4 0,032 0,044 S4= 40%:60% 2,466 a A

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa perlakuan S1 berbeda sangat nyata

dengan S2, S3 dan S4. Perlakuan S2 berbeda sangat nyata dengan S3 dan S4.

Perlakuan S3 berbeda sangat nyata dengan S4. Kadar air tertinggi terdapat pada

perlakuan S4 (40%:60%) yaitu sebesar 2,466% dan terendah terdapat pada

perlakuan S1 (70%:30%) yaitu sebesar 2,003%. Terjadinya peningkatan kadar air

disebabkan kadar air buah nenas yang lebih tinggi daripada buah mengkudu. Hal

ini sesuai dengan pernyataan Departemen Kesehatan RI (1996) yang menyatakan

bahwa nenas mengandung 88,9 g air dari 100 g yang dikonsumsi, sedangkan

menurut Jauhari dan Tirtoboma (2001) kadar air buah mengkudu 7,12 g dari 100 g

yang dikonsumsi, sehingga semakin banyak jumlah sari nenas yang ditambahkan

maka kadar air permenmengkudu mix pun semakin meningkat. Hubungan antara

perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas terhadap kadar air dapat dilihat

(48)

Gambar 4. Histogram perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas terhadap kadar air (%).

Pengaruh lama pemanasan terhadap kadar air (%)

Dari daftar sidik ragam (Lampiran 1)dapat dilihat bahwa lama pemanasan

memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air

permen mengkudu mix yang dihasilkan. Hasil pengujian dengan LSR

menunjukkan pengaruh lama pemanasan terhadap kadar air tiap-tiap perlakuan

dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Uji LSR efek utama pengaruh lama pemanasan terhadap kadar air (%)

Jarak LSR Lama

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).

Dari Tabel10 dapat dilihat bahwa perlakuan L1 berbeda sangat nyata

dengan L2, L3 dan L4. Perlakuan L2 berbeda sangat nyata dengan L3 dan L4.

Perlakuan L3 berbeda sangat nyata dengan L4. Kadar air tertinggi terdapat pada

perlakuan L1 (20 menit) yaitu sebesar 3,006% dan terendah terdapat pada

L4 (35 menit) yaitu sebesar 1,276%. Semakin lama waktu pemanasan maka kadar

0.00

Sari mengkudu : Sari nenas

2,466

2,003 2,147

(49)

air semakin menurun hal ini sesuai dengan Winarno (1992) yang menyatakan

bahwa semakin lama pemanasan maka molekul-molekul air bergerak demikian

cepat dan tekanan uap air melebihi tekanan atmosfer dan menjadi gas. Hubungan

antara lama pemanasan terhadap kadar air dapat dilihat Gambar 5.

Gambar 5. Hubungan lama pemanasan dengan kadar air (%)

Pengaruh interaksi perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas dan lama pemanasan terhadap kadar air (%)

Dari daftar sidik ragam (Lampiran 1)dapat dilihat bahwa interaksi

perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas dan lama pemanasan memberikan

pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap permenmengkudu mix

yang dihasilkan. Hasil pengujian dengan LSR menunjukkan pengaruh interaksi

perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas dan lama pemanasan terhadap

kadar air tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 11.

Dari Tabel 11dapat dilihat bahwa kombinasi perlakuan antara

perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas dan lama pemanasan memberikan

pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap kadar air. Kadar air tertinggi

diperoleh dari kombinasi perlakuan S4L1 yaitu sebesar 3,353% dan terendah

(50)

diakibatkan adanya perbedaan kadar air dari masing-masing buah dengan kadar

air nenas 88,9 g air dari 100 g yang dikonsumsi, sedangkan kadar air buah

mengkudu 7,12 g dari 100 g yang dikonsumsi (Jauhari dan Tirtoboma, 2001) serta

lama pemanasan mengakibatkan penguapan kandungan air pada bahan

(Winarno, 1992). Hubungan interaksi perbandingan sari mengkudu dengan sari

nenas dan lama pemanasan terhadap kadar air dapat dilihat pada Gambar6.

Tabel 11. Uji LSR interaksiperbandingan sari mengkudu dengan sari nenas dan lama pemanasan terhadap kadar air (%)

Jarak LSR Interaksi Rataan Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

- - - S1L1 2,726 f E

2 0,0598 0,0823 S1L2 2,551 g F

3 0,0628 0,0865 S1L3 1,621 k I

4 0,0644 0,0887 S1L4 1,114 o M

5 0,0658 0,0905 S2L1 2,840 e D

6 0,0666 0,0917 S2L2 2,684 fg EF

7 0,0672 0,0931 S2L3 1,839 j H

8 0,0676 0,0941 S2L4 1,227 n L

9 0,0680 0,0949 S3L1 3,104 c BC

10 0,0684 0,0955 S3L2 2,937 d C

11 0,0685 0,0960 S3L3 1,974 i GH

12 0,0686 0,0965 S3L4 1,329 m K

13 0,0687 0,0969 S4L1 3,353 a A

14 0,0688 0,0973 S4L2 3,014 b B

15 0,0689 0,0976 S4L3 2,064 h G

16 0,0690 0,0979 S4L4 1,434 l J

(51)

Gambar 6.Interaksi perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas dan lama pemanasan terhadap kadar air (%).

Kadar abu (%)

Pengaruh perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas terhadap kadar abu (%)

Dari daftar sidik ragam (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa perbandingan

sari mengkudu dengan sari nenas memberikan pengaruh yang berbeda sangat

nyata (P<0,01) terhadap kadar abu permen mengkudu mix yang dihasilkan. Hasil

pengujian dengan LSR menunjukkan pengaruh perbandingan sari mengkudu

dengan sari nenas terhadap kadar abu tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada

Tabel 12.

Tabel 12. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas terhadap kadar abu (%)

Jarak LSR Perbandingan

sari Rataan

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).

(52)

Gambar 7. Histogram perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas terhadap kadar abu (%)

Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa perlakuan S1 berbeda sangat nyata

dengan S2, S3 dan S4. Perlakuan S2 berbeda nyata dengan S3 dan berbeda sangat

nyata dengan S4. Perlakuan S3 berbeda sangat nyata dengan S4. Kadar abu

tertinggi terdapat pada perlakuan S1 (70%:30%) yaitu sebesar 0,548% dan

terendah terdapat pada perlakuan S4 (40%:60%) yaitu sebesar 0,412%. Semakin

tinggi sari nenas yang ditambahkan maka kadar abu semakin menurun ini

diakibatkan karena kadar abu mengkudu 4,8% (Jauhari dan Tirtoboma, 2001)

lebih besar daripada kadar abu nenas 0,4% (Direktorat Gizi RI, 1989). Hubungan

antara perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas terhadap kadar abu dapat

dilihat pada Gambar 7.

Pengaruh lama pemanasan terhadap kadar abu (%)

Dari daftar sidik ragam (Lampiran 2)dapat dilihat bahwa lama pemanasan

memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar abu

permen mengkudu mix yang dihasilkan. Hasil pengujian dengan LSR

menunjukkan pengaruh lama pemanasan terhadap kadar abu tiap-tiap perlakuan 0.00

Sari mengkudu : sari nenas 0,548

0,520 0,500

(53)

Tabel 13. Uji LSR efek utama pengaruh lama pemanasan terhadap kadar abu (%)

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).

Dari Tabel13 dapat dilihat bahwa perlakuan L1 berbeda sangat nyata

dengan L2, L3 dan L4. Perlakuan L2 berbeda sangat nyata dengan L3 dan L4.

Perlakuan L3 berbeda sangat nyata dengan L4. Kadar abu tertinggi terdapat pada

perlakuan L4 (35 menit) yaitu sebesar 0,567% dan terendah terdapat pada

L1 (20 menit) yaitu sebesar 0,404%. Semakin lama waktu pemanasan maka

persentase kadar abu semakin tinggi ini dihubungkan dengan berkurangnya kadar

air pada proses penguapan air yang menyebabkan meningkatnya komposisi solid

sehingga bahan semakin padat dan kadar abunya semakin meningkat

(Susanto, 2009). Hubungan antara lama pemanasan dengan kadar abu dapat

dilihat Gambar 8.

Gambar 8. Hubungan lama pemanasan dengan kadar abu (%)

Gambar

Gambar 1. Skema pembuatan sari mengkudu
Gambar 2. Skema pembuatan sari nenas
Gambar 3. Skema pembuatan permen mengkudu mix.
Tabel 7. Pengaruh perbandingan sari mengkudu dengan sari nenas terhadap   parameter yang diamati
+7

Referensi

Dokumen terkait

“Karena begitu besar kasih Allah akan Maggy, sehingga Ia telah mengaruniakan RohNya yang kudus untuk tinggal di dalam hati Maggy sehingga Maggy bisa diajarkan hal-hal

Berdasarkan analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok pesawat sederhana yang

Telekomunikasi adalah penggunaan media elektronik atau cahay untuk memindahkan data atau informasi dari satu lokasi ke satu atau beberapa lokasi lainnya yang berbeda.Perubahan

JUDUL : PEMERIKSAAN KEPADATAN TULANG RSA UGM RAIH REKOR MURI. MEDIA

Orang yang melakukan kegiatan ekspor disebut dengan eksportir.. Adapun barang yang dijual dikenal sebagai barang

Ini menunjukkan bahwa semakin bertambah umur ternak maka semakin meningkat ukuran organ-organ yang menyusun tubuh termasuk lemak punggung, Seperti yang ditunjukkan

Sabour et al., (2008) used dual polarization HH/VH time series of ENVISAT data for classification of crop types.. H/A/alpha decomposition of fully polarimetric L-band data

[r]