• Tidak ada hasil yang ditemukan

EPISTIMOLOGI POLITIK: STUDI ATAS POLITIK HUKUM UNDANG-UNDANG PERBANKAN NO. 10 /1998

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EPISTIMOLOGI POLITIK: STUDI ATAS POLITIK HUKUM UNDANG-UNDANG PERBANKAN NO. 10 /1998"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

EPISTIMOLOGI

POLITIK:

STUDI

ATAS

POLITIK HUKUM

UNDANG-UNDANG

PERBANKAN

NO.

10

/1998

Zainal Said

Program Studi Kebijakan, Sekolah Pascasarjana UGM

Email: diqy. sp su gm@ gmail. com

Irwan

Abdullah

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Email: iabdullah@ugm.ac.id

Lasiyo

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Email: lasiyo@filsaf at.ugm.ac.id

ABSTRACT

Legal and political system is a subsystem in the community. Each perform a speciflc function to moae

the social system as a whole.

A

rill,

a national banking law norms contained

in

Law no. 717992 concerning Banking as amenderl by Law no. 1011998 proaide less public protection arrangements

(social protection) than in community settings (socinl deregulation). The Law.711992 on banking, as

amended by Law No. 1011998 which does not restrict the ozanership of commercial banks.

In

a

company where there are differences in ownership of mmpany shares a number of oery big dffirence,

it

will

be found the majority shareholder

in

one hand and minority shareholderc, on the other by

differences

in

the number of aoting rights is striking. Lessons of the past shows that the majo ty

principle causes

-'s

minority shareholders are

in

a position of powerlessness and disadztantage in

enforcing their intercsts. Legal position of minority shareholders who number more weak and unable

to denl with actions that harm the directors or commissioners of the company,

it

is caused by the

position of the majority shareholder of which is id.entical

with

the company's second organ, both

phy sically and inter es t s.

Keywords: Politics of Banking Lazn, lndonesia

ABSTRAK

Hukum

dan politik

merupakan subsistem

dalam sistem

kemasyarakatan. Masing-masing melaksanakan fungsi tertentu untuk menggerakkan sistem kemasyarakatan secara keseluruhan. Secara

rill,

norma hukum perbankan nasional yang terdapat dalam

UU

No. 711992 tentang Perbankan

sebagaimana telah diubah dengan

UU

No.

1-011998 kurang memberikan pengaturan proteksi

masyarakat (social protection) dari pada pengaturan masyarakat (social deregulation). Dalam

IfIf

No.

711992 tentang perbankan sebagaimana diubah dengan UU No 1011998 yang tidak membatasi dalqm

kepemilikan bank umum. Dalam suatu perseroan apabila terdapat perbedaan pemilikan saham perceroan yang selisih jumlahnya sangat besar, maka akan dijumpai dddnyfl pernegang saham mtyoritas di satu pihak dan pemegang saham minoritas di pihak lain fungan perbedaan jumlah hak

suala yang mencolok. Pelajarun masa

lalu

menujukkan bahwa prinsip mflyoritas menyebabkan pemegang saham minotitds berada pada posisi yang tidak berdaya dan kurang ffienguntungkan dalam

Z?iral5.ia, lrwei Alldulirh dan Lrsiyc E;

"

'rL oE 'J:

il(:

i:..'ii ,\+;; P

:.i,.'l

r .r Urcerig (nCaig pertankan No. 1011998
(2)

) u r /ta I St I d i Pe ne tirtah ar,

Volsns :j llbtrot 1 Febrt1ti 2AU"

menegakka.n kepentingannya. Kedudukan hukum para pemegang saham minoritas yang jumlah tebih lemah dan tidak mampu mengladapi tindakan direksi atau komisaris yang m"rugikan perseroan,

justru

disebabkan oleh kedudukan pemegflng saham mayoritas yang identik den[an kedua organ

pelseroan tersebut, baik secara fisik maupun kepentingan.

Kata kunci: Politik Hukum Peftankan, Indonesia

PENDAHULUAN

Hukum

tidak

ditempatkan

pada posisi

sentral

protes

input

output

sistem

kemasyarakatan secara keseluruhan.

Dalam

perjalanan sejarah bangsa

lndonesi4 kita

mengalami hubungan hukum dengan potitik yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip yang

diamanatkan

dalam

UUD

1945. pembukaan

UUD

1945 dengan

jelas

mengamanatkan susunan negara

RI

yang

berkedaulatan

rakyat.

penjelasan

urnum uLrD

1945 mengenai

sistem Pemerintahan Negara dengan gamblang menentukan antara

lain bahwa

Negara

lndonesia berdasar

atas

hukum

(rechtstaat)

tidak

berdasar

atas

kekuasaan belaka

(machtsstaat) selta pemerintahan berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar) tidak bersifat

absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas).

Hukum

dan

politik

merupakan subsistem dalam sistem kemasyarakatan- Masing-masing melaksanakan fungsi tertentu

untuk

menggerakkan sistem kemasyarakatan secara

keseluruhan. Secara garis besar hukum berftrngsi melakukan socinl control, dispute settlement

dan

a

tool

social mgeneering

arau

inoztation. sementara

i@

fungsi

politik

meliputi

pemeliharaan sistem dan adaptasi (socialization dan rccruitment), konversi (rule making, rule

aplication,

rule

adjudication, interestarticulation,

dan

aggregation)

dan

fungsi

kapabilitas (regulatif extractif,

distributif. dan

responsiJ).

David

Held

(2004:

J)

menegaskan bahwa pertentangan

nilai muncut

misalnya

pada

ajaran-ajaran

duniawi yang lain, atau

pada ajaran-ajaran

mengenai

tata

peringkat alamiah,

atau

pada

klaim-klaim

meneganai

kepentingan kaum proletariat. Pilihan-pilihan

politik

tampak seakan-akan hanya bisa mulai diorganisasikan,

diartukulasikan,

dan

dinegosiasikan

dalam demokrasi,

tetapi

dalam

kenyataannya tidak selalu demikian.

Sistem

hukum, kata

Held

tebih lanjut memikul

tanggung

jawab utama untuk

menjamin dihormatinya

hak dan

dipenuhinya kewajiban

yang timbul

karena

hak

yang Zainai Ssid, lrwan Abdullah dar Lasjyo
(3)

iu

leI slNdi Pefi etiltah,n

Volune3 f,Jom,y

i

Febreoti2A12

bersangkutan. Sasaran

utama

sistem

politik

ialah

memuaskan kepentingan

kolektif

dan perorangan.

Meskipun

sistem

hukum dan

sistem

politik

dapat dibedakaru

namun

dalan

bebagai hal sering tumpang-tindih. Dalam proses pembentukan Undang-undang oleh badan

pembentuk Undang-undang misalnya. Proses tersebut dapat dimasukkan ke dalam sistem

hukum dan juga ke dalam sistem

politik,

karena undang-undang sebagai output merupakan formulasi

yuridis

dari kebijaksanaan

politik

dan proses pembentukannya sendiri digerakkan

oleh proses

politik.

Hukum

dan

politik

sebagai subsistem kemasyarakatan adalah

bersi{at

terbuka" karena

itu

keduanya saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh subsistem lainnya maupun oleh sistem kemasyarakatan secara keseluruhan. Walaupun hukum dan

politik

mempunyai

fungsi

dan dasar pembenaran yang berbeda, namun keduanya

tidak

saling bertentangan.

Tetapi saling melengkapi. Masing-masing memberikan konhibusi sesuai dengan fungsinya

untuk

menggerakkan sistem kemasyarakatan secara keseluruhan. Dalam masyarakat yang terbuka dan

relatif

stabil sistem

hukum

dan

politiknya

selalu dijaga keseimbangannya,

di

samping sistem-sistem lainnya yang ada dalam suatu masyarakat.

Hukum

mernberikan kompetensi

untuk

para pemegang kekuasaan

politik

berupa jabatan-jabatan dan wewenang sah

untuk

melakukan tindakan-tindakan

politik

bilamana

perlu

dengan menggunakan sarana pemaksa.

Hukum

merupakan pedoman yang mapan bagi kekuasan

politik

r:ntuk mengambil keputusan dan tindakan-tindakan sebagai kerangka

untuk

rekayasa

sosial

secara

tertib.

Von

Savigny,

menyatakan

politik

yang

sangat

berpengaruh

dalam

menentukan

arah hukum dalam suatu

negara,

politik

merupakan

sebagai alat yang digunakan setiap menentukan kebijakan-kebijakan hukum. Dengan kata

lain

bahwa

politik

merupakan determinan atas

hukum,

karena

itu

Maurice

Duverger

(1981:358) menegaskan:

"hukum didefinisikan oleh

kekuasaan;

dia terdiri dari

tubuh undang-undang

dan

prosedur

yang dibuat

atau

diakui oleh

kekuasaan

politik. Hukum

memberikan dasar legalitas bagi kekuasaan

politik

dan kekuasaan

politik

membuat hukum menjadi efektif dalam kehidupan kemasyarakatan.

Mahfud

MD

(1999:6-7)

juga

menghadirkan sistem

politik

sebagai

variabel

yang mempengaruhi rumusan dan pelaksanaan hukum. Lebih lanjut ditegaskan, suatu proses dan

konfigurasi

politik

rezim tertentu akan sangat signifikan pengarunya terhadap suatu

produk

Zainil5aid, lrwan Abdullah cian lasiyc Iprlitixl.lcgr Pciltik : studi Aaas pciiiik

h!lr.r

(4)

I(naI Sttdi Peneri ilthcn Vaiufie 3 I'laflat 3 F.bruati 2,r12

hukum

yang kemudian dilahirkannya. Dalam negara yang konfigurasi

politik

demokratig produk hukumnya berkarakter responsif atau populis, sedangkan dinegara yang konfigurasi

politiknya otoriter, produk

hukumnya berkarakter ortodoks atau konservatif atau elitis.

Denga'asumsi,

ada keterikatan yang erat antara

hukum

dan

politik

yang mengarah pada analisa teoretis bahwa

ilmu politik hukum

merupakan bagaian

dari ilmu hukum,

bukan

ilmu

politik.

METODE PENELITIAN

Penelitian

ini

merupakan penelitian desk

studi

atas

produk hukum yang

ditajaun

dalam perspektif

politik.

Penelitian mendasarkan pada bahan-bahan yang

tertulis

seperti Undang-Undang Perbankan, perdebatan

yan

murcul

dari

kalangan anggota dewan dan para penggagas dalam

hal

ini

pemerintah.

Untuk

mendapatkan data tersebut dilakukan wawancara mendalam, studi literafure yang terkait, bahan-bahan cetakan

produk

undang-undang maupun surat

keputusan

dan

sjenisnya.

Dari

sana dianalisis

dalam

perspektif

politik

hukum yang akan mengahasilkan produk undang-undang.

KERANGKA

TEORITIK

Kehadiran

hukum

perbankan dalam khazanah sistem

hukum

lndonesia merupakan

sn,at., condotio sinequa nan. Hal

itu

seiring dengan semakin berkembang dan pesatnya bisnis

perbankan

dalam

sistem perekonomian nasional

kita.

perkembangan

bisnis

perbankan tersebut telah diantisipasi dengan lahimya undang-UndangNo.711992 tentang perbankan

sebagai pengganti undang-undan g No. 1,41196T tentang pokok perbankan, yang kemudian

disempurnakan dengan Undang-Undang

No.

10/r99g.

Kini

dunia

perbankan nasional mempunyai landasan hukum yang memadai dalam rangka mewujudkan sistem perbankan

nasional yang stabil.

Dalam

Undang-Undang

No.

711992 tentang perbankan sebagaimana terah diubah dengan undang-Undang

No.

10/199& terdapat sejumlah

norma hukum yang

berfungsi sebagai landasan dalam membuat, mengatur

dan

menetapkan kebijakan

dan

ketentuan

hukum

perbankan

yang dilakukan oleh

pemerintah

maupun Bank

Indonesia sebagai
(5)

.J u r,i.1 I St|d i pt:fa e t;, iahat )

\'ai};ttt'3 itatner 1 it:b )rti 2072

pemegang

otolitas moneter

perbankan.

Dan

menjadi kewajiban setiap nelaku

bisnis perbankair untuk mentaati norma hukurn perbankan vanz teldapat dalam Urrd;urg-IJndang

No,

711992.

lt'niarg.lierbaurkan

seliag.rinrana

telah rliubah

dengan Undar,g-Undang No.

1011,998.

Peiiragai

ndrrra

hukum

perbankan

yarg

Citetapi,an climaksudkan untuk

mernberikan

dasal

prer,'ensi

bagi bank

dalam

rnenjalalkan

kegiatan usahanya, sehingga

kepentingan rnasyarakat

maupun

kelongsungan

hidup

bisr.is tler irank

an

nasional dapat terlindurrgi. Diner.rpi-ng

ihr, untuk mendidik

dan sektilig,rs rrreningkatkan ketaatan pelaku

bisnis

perbank:l

nasional, maka dikeurbangkan dengan SeIJ Regulatioit dan ntrtrai suasion.

Menurut Rah.riadi Usman

(2-001:

2-3) Norma

hukum

perbankan

nasional

yang

terdapat dalarn t,rndarrg'Undang No. 'i 17992 tentang

i:ierbankan sebagairnana tel;rh diubah

dengan

tlndang-lJndang

hlo.

i0i1998,

cenderunS;

merronjolkan

sifat

a<]ninistratif,

ketimbzurg lnengatur hubungan keperdataan antar b;rnk dan nasabahn_va. OIeh karena ihr,

norma hukum perbankan lebih tepat jika di kualifikasjkan sebaga;. iurrma hukum f-r,urgsional,

yang

tidak

dapat

lagi

dikualifikasi sebagai norma hukunr

l,rival

ata:.r norma

liukum

publik.

Ciri

norrna hukum fungsional tersebut, meniadakan differensi antdrii norn"ra hukum

privat

dan

norrna

trukum

publik.

Dimana kedua norrna hul<urn

ini

saling

bertaut

atau

bersinggungan. Hal

ini

menunjukkan bahlva telah terjadi per.geselan hukum

privat

menjadi hukum publik.

Secara

rill,

norma

hukum

perbankan nasional yenB terdapat clalam Lindang-Undang

No.

711,992 tentang

perbar*an

sebagaimana

telah diubah

dengan UnclangJ-Ur rdarLg No.

10/1998

kurang

memberikan penSaturan proteksi masvarakat (socttti prtttectiort) ,.ia

l

pada

pengaturan masyarakat (social

deregulaflon).

Mom--nt

ifu

oleh

pemerintah hurum

difungsikan sebagai sarana perubahan masyarakat yang lazim dinamakan sebagai

"

Iaw as a

tool

social engeenering".

Hukum

dijadikan

alat

polrtitrt

untul-

melegitirnasi

kebijakan pemerintah. Salah satu akibatny4 pengaturzrr bisnis peibanlan nasional dilakaukan dengan

cara memodifikasi kebijakan deregulasi yang telah diarnbil pernerintah

unhrk

disesuaikan dengan

tuntutan

pembangunan ekonomi nasional dengan tujuan

politik yang

dijalankan pemerintah.

Untuk

meluruskan "benang

kusut"

dalam sektor ue,:Lrankan

petlu

prenggaiangan dan pemanfaatan daya seoptimal

mungkin

dan segenap kornpot'ren dalam sistem moneler dan keuangan serta

diikuti

derrgan penegakan

hukurn

perbankan nasional

yang

kcnsisten,
(6)

J u rha i

'iu

d t t'ia ltLii. ti a ft Ltrt

Valufie 3l\i$rt.ji I i:ett|:t ii)7t

transparan dan berkeadijan. Selain

i[r,

juga diperlukan pengetahrra.n dan pemaknaan yang

mendalam mengenai pengafuran bisrris perbankan

'asional

sesuai dengan

pe.:ndang-undangan

yang

berlaku. Dalam

Undang_Undarg

llo.

71L992

tentang

perbankan sebagairnana

diubah

dengan Undang-Undang

No.

10/199g

yang tidak

membatasi dalam

kepemilikarr bank

.murn.

Terkhusus daram

kepemilika.

saham yang sarnpai 99 o/o terhadap

pihak

Asing

danratar badan

hukum

Asing dari jurnrah saham yang bersangkutan

sesuai

pasal 3 Peratura^ pemerintah No.2911999 tentang pembelian saham bank

umum.

Methat

materi

ini

me*ungkinkan

adanya diskriminasi saham atas

pemilik

saham

myoritas dan pemeilik sahain

ntnoritas

terkhusus dalam posisi serta menyar-rgkut hal kepentinga. clalam

pengambilan kebijakan, )rang

secara

horinsontal akan mempengaruhi

pembangunan ekonomi sosial serta kesejahteraan rakyat.

HASIL

dan

AI{ALISIS

1.

Latar Belakang Lahimya Undang-undang perbankan

sebagaimana ciiketahui Undang-Undang perbankan 1967

disusun pada situasi dan kondisi perekonomian yang jauh berbeda

de'gan

sishrasi dan

kondisi perekonomian saat

ini'

Perkembangan perekonomian nasional

naupun

nasional maupun internasionai

yang

senangtiasa bergerak cepat disertai dengan tantangan yang sangat luas

dan beraf

perlu

selalu

diikuti

secara tanggap oreh perbankan nasional

dalain

menjalanrian

lungsi

dan tanggungjawabnya. Seperti yang tertuang dalam penjelasan umumnya:

"Sejalan dengan perkembangan tersebut adanya komitrnen lndcnesia dalam berbagai forum internasional seperti worrd rrade organization

(wro),

Asia pasific Economic coorporation

(APEc), da Association of south East Asian Nations {ASEAN )-d iperlLrkan berbagai penyesuaian

dalam peraturan perbankan nasionar termasuk pembukaan akses

pasar dan perrakuan

non-diskriminatif terhadap pihak asing. Upaya riberalisasi

di

bidang perbankan dirakukan

sedemikian rupa sehingga dapat sekaligus meningkatkan kinerja perbankan nasional. oleh

karena itu, pihak asing perlu diberikan kesempatan yang lebih besar untuk

berperan serta

dalam memiliki bank nasionar sehingga tetap terjadi kemitraan dengan pihak nasronar,,

Dari sudut sifatrrya, struktur kaidah hukum dapat dibedakan atas hukum imperative

(istilah konve.sional: hukum memaksa atau dwigend

r.echt) dan hukum

fakultatif

(

h'kum

mengatur atau

hukum

perengkap:

regelend recht atau aanvullend recht).

perbedaan

Zr;'tnlS.rid, lrrvai Abd!llah dar L::jryo

rpis:lidioel irolitik i Studi Ata5 poiirik t;{.ri(.rm

(7)

.t it t,1 a! ! tt r,J i Pe n € ti |ttdhon

\,'siuiii 3 Nan a( 1 ; (bruo.i 2072

didasarkan

pada

kekuatan sanksinya (Djumhana, 2000:9).

Hukrlrn

memaksa

itu

adalah

hukum yang dalam

keaclaarr

kongkret

tidak

dapat

dikesampingkan (disisihlan)

oleh perjanjian (konirair) yang dibuat oleh kedua belah

pihak

sendiri. Dengan kata lain hukum yang diiakukan dalani keadaan bag;air':rarrapun juga harus ditaati, hukum yang mempunyai

paksaan m',tilak (absolute). Sedangkan hukr:ra mengatur ialah hukum yang dalam keadaan

konkret

dapat disisihkan oleh perjanjian yang

dibuat

olei-r kedua belah pihak. Bila mana kedua belah piha!< dapat rnenyelesaikan soal mereka yang rnembuat sendiri suatu peraturan,

maka peraturan hukurn yang tetcantum dalam pasal

yan6; bersangkutan

tidak

perlu dijalankan.

Hukum

nrcngaiur

biasanya dijalankan,

bilamana

kec{ua

belah pihak

tidak

membuat

senrliri

perafuran.

Hukum

mengafur disebut

juga hukum

menambah (Purbacaraka d an Soekanto, 1980: 21 -26; U trecht, 1983: 28-30).

Sekarang bagaimana dengan sifat

hukum

perbankan nasional sekarang

ini?

Sifat

hukum

perbankan

kita

merupakan

hukum

memaksa,

artinya ba:rk dalam

mcnjalankan

usahanya harus

tunduk

dan patuh terhadap rambu-rambu perbankan yang dilanggar, Bank

Indonesia berwenang

menindak bank yang

bersangkutan dengan menjatuhkan sanksi

administratlf.

walau pun

demikian dalam rangka pengawasan intem, brmk diperkenankan

membuat ketentuan internal

bank

sendiri

(sef

regulaiion)

dengan

berpedoman pada kebijakan umum yang ditetapkan Bank Indonesia. Ketentuan ball< sendiri

ini

dimaksudkan

sebagai standar atau ukuran yang jelas da:r tegas dalam pengawasarr internal bank, sehingga

bank

diharapkan dapat

melaksanakan

kebijatalnya

sendiri

dengan

baik

dan

penuh

tanggung jawab.

Betdasar

UU

No.

1.0/J998

yang

menrpakan sumber

hukum utama

dari

hukum

perbankan,

karenanya segala

ketenluan perballian

di

Indonesia. Dengan berlakunya Undang-Undang

Perbar*an yang

diubatr" selain menyatakan

tidak berlaku lagi UU

No.

1,411967 tentang pokok-pokok perbankan, juga menyatakan tidak berlakunya lagl peraLuran

Iaimya

yakni:

Staatsblaad 1929 No. 357, 14 September 1929 tentang atur.an-aturan mengenai

Badan-Badan Kredit Desa dalam Propinsi-propinsi di I art'a dan Madura

diluar

wilayah kota

praja-kota praja

Zain:lSaid, lr'.van Abdrilah dan La5ryo

Epistj!'nclogi Pclitik i SiudlAtas Politik ti!k!m

Undang-Lrnddng Perbankan No. 1011998

(8)

) tt n q i St u l i P,: lteri rf !- li.| t

Vclame 3 l)t4;itt ) l.\ttlcti ;i t2

b.

uU

No.

1.211962 tentang Bank Pembangunan swasta (Lembaran Negara 1962

No

5g tambahan Lembaga Negara Nomor 2489).

c'

Peraiuran tentang usaha perkreditan yang diseienggarakan oleh kelural.ran didaerah

kadipaten Paku Aiainan (Rijksbtaad dari daerah paku Alaman tahun 1937 No 9).

Peraturan perbankan tersebut,

dinilai

sudah

tidak

dapat mengiku

ti

perkembangan ekonomi nasional maupun irrter-nasional,

untuk

itu

disus,m l,rrJ

baru

tentang perbankan yang kemudian nrengalarni perubahan. sebagaimana diketahui,

uU

perbankan 1967 disusun pada situasi

dan kondisi

perekonomian yang

jauh berbeda

dengan situasi

dan

kondisi perekonomian saat ir-rj.

serta meratifikasi hasil

kesepakatan perundingan perdagangan multilateral Putaran

uruguay

diselenggarakan pada r2-r5

April

199:1 di Marrakesh, Maroko dengan merivepakati satu

paket

teks peraturanlhukum

yaitu

"Tlrc Results of the lJruguay Round of Mulatilateral Trade Negotiations-Legal Texts" .

Faried Wijaya

dan

Soetatwo Hadiw.egerro (L991:7g) menyatakan

bahwa

perkembangan perekonornian nasional

maupun

internasional

yang

senantiasa bergerak cepat disertai dengan tantangan yang semakin hras dan

beraf perlu

selalu

djikutj

secara

tanggap oleh perbani.an nasional dalam menjalankan fungsi dan tanggungjawabnya.

oleh

karena itu perlu:

3. 2.

1. Ditata dalam shuktu-r kelembagaan yang lebih luas dengan landasan yang lebih luas

dan arah geraknya.

Diberi

kesempatan

untuk

memperluas jangkauan pelayanaanya

di

segala penjuru

tanah air.

Diperkuat

dengan landasan

hukum

yang

dibutuhkan

bagi

terselenggaranya

pembinaan dan pengawasan yang mendukung peningkatan kemampuar. perbankan

dalam

menjalankan

fungsiaya

secara

sehat,

wajar

dan

efisien

sekaligus

mernungkinkan perbankan lndonesia melalui perkembangan norma-norma perbankan

internasional.

Dengan dasar

tersebut

diadakan penggantian

clan

penyempur-naan terhadap peraturan perbankan agar lebih sesuai dengan tuntutan pembangunan nasional. substansi

dari

pengahrran perbankan

yang

baru

ini di

harapkan dapat

menyempurnakan tata

:"

,cl (.;:rr.

:'w

/

ti

rr,!h Can iasiyo

2c1

(9)

! u i:j a I : _ r,i i I e nerin at:hah

\"t cl t n a 3 li?i, \)t ; l:llt tu nti 2072

perbankarr

di

Indonesia terkhusus menyangkut pengatlrran pokok

untuk

mendirikan suatu

banlg

sehingga ketentuan pelaksanaan yang

berkaita'

dengan kegiatan perbankan lebih

jelas, terarah dein bertan5;gung jawab terhadap pembarrgunan ekcnomi sosial.

2.

Implementasitlndans-Unt{anp;Ferbarrkan

sebagai strbjek hukum pemegang saham mempunyai hak dan kewajiban yang

timbul

atas saham tersel:ut.

selaku

pemegaag

hak,

pemegang saham

terhak

rnernpertahankan

haknya terhadap setiap orang.

Hak

dan

kewajiban pemega'g

saham

baik

tcrhadap perseroan maupun terlradap perrregang saham lainr.ya berada dalam hubungan perikatan,

sebagaimala diatur di.larn lJnciang-undang dan Anggaran l)asar perseroan. Dalam pasal 54

ayat (1) UU No. u1995 yang telah digantikan denga. undang-und;mg No. 40/2007 tentang

Perseroan Terbatas (PT)

juga

dirryatakan bahwa satram m-erupakan benda bergerak dan memberikan

hak

kepemilikan kepada pemegangnya. Dijelaskar-r bahwa kepemilikan atas

saham sebagai benda bergerak memberikan hak

untuk

kebendaan kepada pernegangnya yang dapat dipertahankan terhadap setiap orang.

Dalam suatu perseroan apabila terdapat perbedaan pemilikan saham perseroan yang

selisih

jumlah yang begitu

besar

(widjaya,

2000:2a2-203)

maka akan dijumpai

adanya pemegang sahain mayoritas dipihak yang satu dan pihak yang lain adalah pemegang saham

minoritas,

juga dengar

perbedaan

jumlah hak

suara yang mencolok. pelajaran masa lalu menujukkan bahwa

prinsip

mayoritas menyebabkan pemegang saham

minoritas

berada

pada posisi

yang

tidak

berdaya

dan

kurang

menguntungka'

dalam

menegaklian kepentingannya. Kedudukan

hukum

par:a pemeg.rng saham minoritas yang

jumlah

lebih lemah

dan tidak mampu

menghadapi

tindakan direksi ata*

konrisaris

yang

merugikan perseroan,

justru

disebabkan

oleh

kedudukan pelnegang saham mayoritas

yang identik

dengan kedua orgatl persero.rn tersebut, baik secara fisik rrrauprrn kepentingan

Hal ini

juga menghambat pemegang saham minoritas

untuk

mewakili kepentingan perseroan atau perseroan terbatas adalah

prinsip

"petsona standi

in ludicio"

atatt Capacity

satnding

in

Court or Judment,

yaitu

hak

untuk mewakili

persercan,

baik

didalam rnaupun

diluar

pengadilan

di

lakukan oleh organ perseroan. Jadi tarnpak suatu diskriminasi yang
(10)

) u r n a ! St tt; i f e rie t it :i.t:. r.rp

Vulufie ) i\lcttrt T:.ii)'.ttir

iii':

jelas antara yang

"kuat"

dan yang "lemah", Walauprrn r.asing-masing mempunyai hak dan

kewajiban

namun tanpa

adanva

suatu

instrument

bagi pihak yang

lemah untuk

mempertahankan }raknva, apalagi

hendak menuntut

pelaksanaan

haknya

sebagaimana mestinya menu|ut LLukum.

Terlihat

secara jelas pada

tatara.

impiementasi,

dunia

perbankan belum berjalan

secara signifikzrn serta masih terlihanya adanya gap antara pemegang otoritas dengan yang

terkooptasi den8an otoriias

itu

sendiri. Hal

ini

dipertegas dengan terjadinya krisis ekonomi

dan

moneter

yang

asal niuasalnya melanda

dunia

perbarkan

kita.

sehingga

dunia perbankan mengaiami bencana besar (catasttophe) yang sangat berdampak luas khususnya

menyangkut pereko.rornian nasional. seperti yang terlihat dalam kasus penvimpangan dana

BLBI yang

melibatkan beberapa mantan

Presdir

atau

])irekh-ir bank

diantaranl,a bank

ASPAC, bank sER\4TA, Bank BF{g Bank Modem, Bank

s'rya

dan lainnya (Abraham Amos,

2007:54).

Diperburuk lagi

dengan kasus penyuapar,

DIR

rrnhrk

melagalkan

Ituu

Bank

Indonesia

yang

sekalang

ini

telah

diudangkan

menjadi IJU No.

2311999 tentang Bank Indonesia. Rentetan ini juga memperlihatkan berbagai bank melakukan merger, akusisi serta

konsilidasi untuk melakukan penyehatan dalam dunia perban_kan.

Lebih parah lagi bisnis perbankan nasional cenderulg dimanfaatkan

untuk

interes-interes

yang

bersifat

politis dan

ekonomis,

yang

akr'drnya merusak

orgarl

yang menyengsarakan kehidupan rakyat.

Krisis

ekonomi yang melanda ilinegara

rni,

bermula

pada perbankan.

secara

beruntung pelbagai

"fiagerli" yang

tragis menimpa

bisnis perbankan nasional dan pelbagai masalah hukum yang

timbul tidak

terselesaika' dengan

baik. Ha1

ini

disebabkan dilanggamya moral hazard oleh pelaku bisnis perbankan nasional

serta

tidak

konsisten (taat asas) dan konsekuennya

kita

dajam r:nenerapkan asas-asas dan norma hukum yang berkaitan dengan kegiatan bisrris perbankan nasional.

Di

samping

itu

diperoleh dengan

lemahnya pengawasan

bank yang dilakukan bank Indonesia

serta

penegakan hukum yang pihak-pil'rak yang terkait dengan bisnis perbankan nasional. Itulah

salah satu penyebab krisis perbankan nasional, sampai saat ini belum ada kejelasan arah.

sebagai bahan perbandingan dalam hal law enforc,nent yang ber,nzibawa, seiayaknya

kita melihat apa yang ditegaskan Max weber (2003:230-231) tetang konsep idealisnya, bahwa

kekuasaan dibahasakan sebagai kemampuzrn seseorang

u'hrk

memaksakan kehendaknya

Z6;ndl S!ii:i, lr lya't A;j-iijitan dan I .jiVo

.or..')'..;I li'I" S:- rasl..Lnr- ,um

(11)

J,.t n. i S t a I t .:. !. ft e r t. t : h a,

\tolune 3 N6it ct: i febr,; I i 20i.2

terhadap orang

lain

sekahpun a'"la perlal^,anan. Dalar'r

hal

inj

dominasi yang bergantung pada otoritas, sementala otoritas sendiri yang dimak-"udkan

adala[

ketundukan sukarela

miniinal ierieniu. Narnun

banyak terdapat kasus arnbang,

baik

karena pembedaan

ifu

merupakan penrbeciaari anilitis, dan karena paksaan atau bentuk-bentuk

konhol

lain sering berkernbang menjad r t't.rritas.

searalr rlengan pernyataan weber, philippe Nonet cr.an

philip

selsnlck (200g:106-107)

menegasikan balriva akibat r,r,'ajar melemahnya kewajiban adalah petrbagian otoritas

hukun

yang lebih luas sumber-sumber kritisnya, ia menedelegasikan lebih banyak diskresi

u1fuk

memutuskan hal-ha1 i,ang otoritatif. Partisipasi hukum memiliki arti baru: partisipasi bukan

saja menjadi kurang

p:.sif

dan kur;mg patuh; namun

juga

diperluas hingga menjaagkau pembuatan dan interpretasi kebijakan hukum. Dengan

kriiik

komlernp orcr terhadap rule of law; bersamaart dengan soal orientasi tujuan memperkenalkar

mctif

piuralis yang

kuat.

Pluralitas

tampak

dengan sangat

jelas ketika peran utama

hukum

adaiah untuk

meminjamkan otoritas kepada institusi-nstitusi swasta dalam

hal

penl.elenggaraan per.rn

tetentu oleh

pihak

swasta, namun ia juga

tellibat

di

dalam kerangka kerja pemerintahan modern.

Dengan "Konvensi

Konstitusi" yang

di

gagas

A.V.

Dicey (2007:449), menegaskan

nilai-nilai yang

terkandr.rng

dalam adat istiadaf prilaku,

asas

atau prinsip yang

tidak ditegakkan atau

diakui

oleh pengadilan, yang bukannya membentuk

hukum,

melairrkan etika institusional atau

politis;

lebih

jauh

dinyatakan bahwa

hukum,

bukannya moralitas

konstitusi, membentuk subjek yang tepat

untuk

kajian hukum. Lanjut Dicey,

bahwa konvensi

konstifusi

(pada dasarnya) merupakan ahrran

untuk

menentuka-n pelaksanaan

hak-hak prerogatif (eksekutif),

yang memiliki

satu tuiuan utama. Tujuannya

adalah

memastikan

bahwa

parlernery

atau kabinet yang

s€cara

tidak

langsung

ditunjuk

oleh

parlemery

dalam

ja'gka

panjang

akan

menjalankan kehendak

kekuasaan tersebut

merupakan kedaulatan politis negara yang sesungguhnya mayoritas pemilih seluruh rakyat.

Secara esensi, bahwa supremasi

hukum

adalah kadaulatan parlemen.

oleh

karena

itu,

negara dalam

hal

ini

eksekutif

dan legislatif

mestinya sccara sadar

melihat

bahwa perlunya membuka sumber-sumber

pluralitas

dalam demog,.afi keindonesian agar pinhr

otoritas

tersebut

nampak

s€cara

nyata.

sehinggga

dalam

proses memzrharn.i

apa

Jan

ZainaiSaid, lrwan AbCullah dan larivo Epi.iifir.logi Poltiik I !trdiAta. politik Huiiuin Undang-undang per U!nkan tuJ. 1ul1!98

(12)

.l u rnFl Si, d i Per k. ri t,:;,!1 o r:

Volum!:3 lianat 7 ,:el,nid 2012

bagaimana proses penyelenggaraan negara

yang baik dan

korporasi

yang

bertanggung jawab, penghormatan atas

nilai-nilai hak

asasi manusia merupakan bagian

yang

paling

integral.

Nilai-nilai

telsebut

bisa

disebut dengan

p

ar

yang

sangat

penting

bagi pembangunan masyarakat dan warga. Mekanisme pengerolaan sumber daya ekonomi dan

sosial

di

dalarn pengertian good gooernance yang substansi dan pelaksanaamya menunjang

pembangunan yang stabil dengan syarat yang utama: efisiensi dan pemerataan.

KESIMPULAN

Salah satu efek dari struktur kepemilikan melalui saham adalah terciptanya struktur

pemegang saham mayoritas dan minoritas. pada dasamya masing-masing mempunyai hak

yang sama. Terutama terhadap hak suara dengan prinsip one share one vote

yaitu

1 saham

adalah

1

suara' Ketentuan tambahan terhadap

hak

suara dapat

diatur

secara tegas-tegas sehubungan dengan

klasifikasi

saham. Dengan mekanisme

pemilikan yang

demikian, pemegang saham mayoritas menjadi

pihak yang

,,diunh:ngkan,, dengan sendirinya dan pemegang saham minoritas

yang

akan mermgalami

"kerugian".

semakin banyak saham

yang

dimilikinya,

maka makin dapat berkuasa

ia

daram menentukan keputusan mengenai keberadaan dan jalannya suatu perseroan terbatas (perbankan).

DAFTAR PUSTAKA

Amos, Abraham . 2007, Kntastropi Hukum Dan Quo Vadis sistem Politik peradilan Di lndonesia.

Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Dicey, A.V., 1'952, Introduction to the study of rhe Law of the Constitution diterjemahkan oieh Nurhadi, M.A. Pengantar Studi Hukum Konstitusi. Bandung: Nusamedia.

Duverger, Maurice. 1972, The study of politics, diterjemahkan oleh Daniel Dhakidae, Sosiologi

Politik. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Held David.

1995, Demacracy and rhe Global ord.er, From The Modern state to Cosmopolitan

Goaernance, diterjemahkan oleh Damanhuri Demokrasi dan Tatanan Global. yogyakarta:

Pustaka PeIajar.

Jumhana' Muhammad. 2000. Hukum perbankan Di lndonesrz. Bandung:

pr. citra

Aditya Bakti.

Mahfud MD, Moh,'1.999, Pergtlatan Politik dan Hukum Di Indonesia. y ogy akatta: Gama Media.

ZainrlSald, lr!,/?n Abdullah dan Lasivo

(13)

JurnoI Studi Pentetintohah :/clune 3 Nama( I febtuoti 2012

Nonet Philippe cian Selsnick Philtp,1978, Law and Sociefu in Trnnsition: Toutard Responsiue Law, diterjeonllkan rleh Raisril Muttaqien Hukum Responsif. Bandung: Nusa Media.

Perunrlin6arr perdaganp;an multilateral Putaran Uruguay diselenggarakan pada tan

ggal72-15

April

i994 Lli hiarrakesh, Maroko dengan menyepakati satu paket teks peraturan/hukum yaito "Tne

)lex

ts af the Uruguay Round rsf Mulatilnternl Trade Negotiations-Legal Texts" .

Purbacaraka Puru.adi daur Soekanto Soerjono, 1980. Aneka Cara Pembedaan Hukum.

Bandung: Alumni.

Tim Penyusun i(amus Pusat Pembinaarr da,-, Pengembangan Bahasa. 1998 Kamus Besor Balnsa indonesia. Jakarta: Departemen I'endidikan dar, Kebudayaan.

Usman, Rahmadi.200'1. Aspek-Aspek Hukum Perbankan Di lndorLesia. Jakarta: P'I. Gramedia

Pustaka Utanra.

Utrecht E.,1983, Fengantar daLam Hukur,r Indonesia, terjernahan Itloh. Saleh Djingdang. Jakarta:

PT. Ichtiar Eanr dan Sinar Harapan.

Widjaya I.G.I{ai.2000. Hukum Perusahaan, Berbagai Peratwun dan ['elaksdnaan Undang-Undang di Bidang Llsahtr. Jakarta'. Kesaint Blanc-IKAPI.

Wijaya, Faried dan fladiwegeno Soetatwo. 7991. Lembaga-Lembaga Keuangan dan

Bank:P e rkembangan, Teori dan Kebijakan. Y ogy akarta: BPFE.

Wrong, Dennis. 2003. Max Weber Sebuah Khazanah. Y ogyakarta: Ikon Teralitera.

Undans-Urrdane

Undang-Undang Dasar 1945 (terutama pasal 33).

Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT).

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1998 tentang Kepailitan.

Undang-undang Nomor 10 tahr-rn 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 7

tahun 1992 tentang perbankan.

Undang-undang Nomor 23 Thaun 1999 tentang

Balk

Indonesia.

Undang-undang Nomor 24 Tahun 1999 tentang Lalu Lintas Devisa dan sistem dan sistem

Nilai

Tukar.

Undang-undang Nomor 7 Tahgun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing T'rade

Organization.

Undang-undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Mocial.

Zein3lSri.l, rr"r.i Abdi,liah dar. La;iyo Epistlnnloti Poli,:lk : Siijdi,{tJs Poiitik l-lljli{.lin l.J.1ciaflg.rrid; ng ireri;ntri- Nn. 10/1998

Referensi

Dokumen terkait

Segala puja dan puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dalam penulisan karya tulis ilmiah ini

The purpose of this empirical study is to address the practices of project change management in the context of Government-Linked Companies (GLCs) in Malaysia,

7 Berdasarkan pemaparan di atas, akan dilakukan penelitian mengenai optimasi tablet gliklazid yang diformulasikan sebagai tablet floating dengan kombinasi HPMC

PENERAPAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) BERBASIS MULTIMEDIA GAME GENRE PETUALANGAN PADA MATA. PELAJARAN ALOGRITA DAN PEMROGRAAN

Hukum Tentang Hukum Tentang Kegiatan Ekonomi, misalnya mempelajari Hukum Perbankan, Hukum Persaingan Usaha, Hukum Bisnis, dll.. Merupakan turunan dari Hukum Perdata, tapi ini

galli infection on the mucosal defense regarding mast cells response of small jejunal of laying hensA. galli were increased with no significantly differ- ence but a

Penelitian ini bertujuan mendapatkan konsentrasi dekstrin dan suhu inlet spray dryer yang akan memberikan tingkat kestabilan warna paling tinggi bubuk pewarna dari

 Penataan/Peningkatan Infrastruktur Permukiman Kawasan Kumuh Kelurahan Pancuran Bambu Kecamatan Sibolga Sambas.  Pembangunan