BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu aktivitas yang cukup sering dilakukan oleh beberapa kalangan aktivis Islam dalam merespon beberapa permasalahan di dunia Islam salah satunya dengan aksi turun ke jalan, atau yang lebih dikenal dengan istilah demonstrasi atau Muzhaharah.
Dan rupanya aktivitas ini mendapat kritikan dari jamaah tertentu yang mengatakan bahwa aktvitas Muzharah tersebut merupakan suatu bid’ah, karena tidak ada tuntunannya di dalam Islam, baik dari nash al qur’an maupun al hadist. Mereka yang mengatakan bahwa demonstrasi tersebut merupakan suatu bid’ah dengan berdalil pada al hadist, “Siapa saja yang membuat ajaran baru dalam agama ini dan bukan termasuk bagian darinya maka akan tertolak” (HR Muttafaqun Alaih). Diriwayatkan oleh Muslim dan Bukhari secara mu’allaq. “Artinya : Siapa saja yang melakukan suatu amalan yang tidak kami perintahkan, maka amalan tersebut tertolak”. Mereka juga berdalil dengan argument bahwa di dalam demonstrasi ada tasyabbuh (penyerupaan) dengan orang-orang kafir, padahal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. “Artinya : Siapa saja yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka” (HR Abu Dawud dengan sanad yang hasan), Itulah beberapa argument yang dijadikan oleh para penentang aksi demonstrasi yang dilakukan oleh beberapa gerakan Islam di belahan bumi ini.
Nah, bagaimanakah sikap kita? Tentu dengan tidak bermaksud ingin mempertahankan pendapat atau ingin menunjukan sikap ashobiyyah terhadap pendapat kelompok, karena ashobiyyah haram hukumnya di dalam Islam. Makalah ini hanya ingin memberikan gambaran tentang fakta tentang demonstrasi serta menyuguhkan dalil-dalil terkait dengan akvtivitas tersebut.
melakukan tahqiqul manath atau (penelaahan terhadap fakta), baru kemudian menetapkan hukum syara’nya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari demontrasi? 2. Syarat dan tujuan demontrasi?
3. Bagaimana pandangan Islam tentang demontrasi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Demontrasi
2. Untuk mengetahui syarat apasaja yang perluh dilakukan untuk melakukan demontrasi, dan juga untuk mengetahui tujuan dari demontrasi.
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Demontrasi
Demontrasi mempunyai banyak pengertian diantaranya sebagai berikut: Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, demontrasi bisa mengandung dua makna. Pertama, demontrasi adalah pernyataan protes yang dikemukakan secara massal; unjuk rasa: mereka berbondong-bondong mengadakan-menentang percobaan nuklir. Kedua, demontrasi adalah peragaan atau pertunjukan tata cara melakukan atau mengerjakan sesuatu: -pencak silat perlu diadakan guna memperoleh bibit-bibit pesilat yang baik.1
Dalam Kamus Ilmiah Populer, demontrasi adalah unjuk rasa; tindakan bersama untuk menyatakan protes; pertunjukan mengenai cara-cara penggunaan suatu alat; pamer (kekuatan yang mencolok).2
Sedangkan dalam Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 9 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan Menyatakan Pendapat Di Muka Umum, Pasal 1 ayat 3 dijelaskan unjuk rasa atau demontrasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang atau lebih untuk mengeluarkan pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara demonstrative di muka umum.3
Sedangkan dalam Islam, demontrasi disebut muzha’haroh, yaitu sebuah media dan sarana penyampaian gagasan atau ide-ide yang dianggap benar dan berupaya mensyi’arkannya dalam bentuk pengerahan masa. Demontrasi merupakan sebuah sarana atau alat sangat terkait dengan tujuan digunakannya sarana atau alat tersebut cara penggunaannya. Sehingga niat atau motivasi sangat menentukan hukum demontrasi.4
B. Syarat Demontrasi
Penerbitan perijinan penyampaian pendapat di muka umum :5
1. Dasar : UU No. 9 Tahun 1998
2. Bentuk penyampaian pendapat di muka umum :
1 Frista Artmanda W. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jombang: Lintas Media, 2008), hal.27.
2 Puis A. Paetanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Popoler, (Surabaya: Arloka, 1994), hal 100.
3 Undang-Undang Repbublik Indonesia No 9 Tahun 1998.
a. Unjuk rasa/ Demontrasi b. Pawai
c. Rapat Umum d. Mimbar bebas
3. Syarat-syarat yang harus dilakukan sebelum melakukan demontrasi di muka umum. Diberitahukan kepada Polri yang memuat:
a. Maksud dan tujuan b. Lokasi dan route
c. Waktu dan lama pelaksaan d. Bentuk
e. Penanggung jawab / Korlap
f. Nama dan alamat organisasi, kelompok dan perorangan. g. Alat praga yang digunakan
h. Jumlah peserta.
4. Pembatalan pelaksanaan penyampaian pendapat di muka umum disampaikan secara tertulis selambat-lambatnya 24 jam sebelum pelaksanaan.
5. Setelah menerima pemberitahuan tentang kegiatan penyampaian pendapat di muka umum polri wajib :
a. memeberikan
e. Bertanggung jawab untuk menyelenggarakan pengamanan. 6. Sanksi-sanksi yang diperoleh apabila tidak sesuai dengan ketentuan
antara lain :
a. Dibubarkan bila tidak memenuhi dengan ketentuan.
b. Perbuatan melanggar hukumdi kenakan sanksi hukuman sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
c. Penanggung jawab melakukan tindak pidana, di pidana sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku ditambah sepertiga dari pidana pokok.
d. Barang siapa dengan kekerasan/ ancaman menghalangi penyampaian pendapat di muka umum di pidana penjara paling lama 1 Tahun.
Di dalam terminologi bahasa Arab, demonstrasi terbagi menjadi dua jenis, yaitu:6
1. Muzhaharah (demonstrasi), yaitu aksi sekelompok masyarakat di tempat-tempat umum untuk menuntut perkara-perkara tertentu yang sudah menjadi tugas negara atau para penanggung jawabnya. Para demonstran dalam aksinya tersebut biasanya melakukan pengrusakan, penghancuran, dan pembakaran barang-barang milik negara ataupun barang-barang milik individu.
2. Masirah (unjuk rasa), hampir sama dengan demonstrasi, yaitu aksi sekelompok masyarakat untuk mendukung atau menuntut sesuatu. Akan tetapi, tidak disertai pengrusakan, penghancuran, dan pembakaran atas barang-barang milik umum maupun khusus (milik individu).
Dengan demikian, muzhaharah (demonstrasi) tidak diperbolehkan (diharamkan) oleh Islam. Alasannya, di dalamnya disertai beberapa aktivitas yang diharamkan oleh syariat Islam, seperti: mengganggu ketertiban umum; merusak, menghancurkan, dan membakar fasilitas umum maupun barang-barang milik individu masyarakat. Tidak jarang pula, demonstrasi mengakibatkan perkelahian, penganiayaan, bahkan pembunuhan. Pengharamannya di dasarkan pada fakta bahwa di dalam demonstrasi terdapat sejumlah tindakan yang diharamkan oleh syariat Islam.
Aktivitas seperti ini adalah aktivitas meniru para sosialis yang terbiasa melakukan aksi pengrusakan disela-sela aksi mereka. Hal ini bisa dianggap sebagai aktivitas bertasyabuh dengan golongan tertentu. “Siapa saja yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka” (HR Abu Dawud dengan sanad yang hasan). Meskipun demikian, ‘demonstrasi’ yang dilakukan dengan tertib, memperhatikan syariat Islam, termasuk menyangkut pendapat/aspirasi yang disampaikan, tanpa kekerasan, tidak mengganggu ketertiban umum dan hak-hak masyarakat, tidak membakar, merusak, dan
menghancurkan barang-barang milik umum, negara, maupun milik individu adalah diperbolehkan. Inilah yang disebut dengan masirah (unjuk rasa).
Masîrah (unjuk rasa) merupakan salah satu cara (uslub) di antara berbagai cara pengungkapan aspirasi atau pendapat (ta‘bir ar-ra’yi). Oleh karena itu, aktivitas masîrah (unjuk rasa) bukanlah metode (tharîqah)— menurut Islam—dalam melakukan proses perubahan di masyarakat. Apabila kondisinya memungkinkan, masirah (unjuk rasa) dapat dilakukan. Sebaliknya, apabila kondisinya tidak memungkinkan, masîrah (unjuk rasa) tidak perlu dilakukan. Hal ini sesuai dengan hukum kebolehannya.
Dalam situs Al Islam Sual wal Jawab yang diasuh oleh Syaikh Sholeh Al Munajjid hafizhohullah, ada pertanyaan yang diajukan, “Apa hukum demonstrasi untuk mengajukan beberapa tuntutan bagi buruh (pekerja) dan untuk memperbaiki beberapa kondisi?”7
Jawab: Demo pengajuan tuntutan adalah suatu pelanggaran terhadap kontrak kerja antara buruh dilihat dari satu sisi dan pimpinan dari sisi lain. Allah Ta’ala dalam Al Qur’an telah menyeru pada kita untuk menunaikan perjanjian dan konsekuen dengannya karena perjanjian tersebut sudah disepakati bersama dengan yang lain. Allah Ta’ala berfirman,
8
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu” (QS. Al Maidah: 1) Yang melakukan mogok kerja kadang membuat kerusakan, kerusuhan dan menampakkan tindak kekerasan. Hal ini tentu tidak diridhoi oleh syari’at yang dibangun di atas kaedah,
عفانملا بلج نم ىلوأ دسافملا ءرد
“Menghindari kerusakan lebih utama daripada mengambil manfaat”.Sebenarnya ada banyak cara yang dapat digunakan untuk mengajukan tuntutan yang mungkin lebih efektif daripada melakukan pemogokan. Orang yang bijak tentu tidak meninggalkan jalan syari’at dengan menghalalkan berbagai macam cara untuk mencapai tujuan.
BAB III KESIMPULAN
Dari beberapa pembahasan dalam BAB II dapat diambil beberapa kesimpulan diantaranya adalah :
Demontrasi adalah sebuah aspirasi/gagasan yang ingin disampaikan kepada pihak yang terkait dikarenakan adanya ketidakpuasan terhadap kebijakan ataupun kepimpimnan seseorang.
Jika seseorang ingin melakukan demontrasi haruslah mematuhui peraturan dan memenuhi syarat yang berlaku pada negaranya. Demontrasi juga harus mempunyai tujuan yang jelas, apa yang akan disampaikan saat berdemokrasi. Selain itu dalam melakukan demokrasi haruslah tertib tidak boleh anarkis atau merusak fasilitas yang ada, baik itu milik Negara ataupun milik pribadi.
mengambil manfaat”. Sedangkan demontrasi di Negara kita sendiri saat ini jika ada aksi hampir selalu dibarengi dengan kerusuhan yang terjadi, oleh sebab itu dalam Islam tidak membolehkan demontrasi yang seperti itu, tidaklah nama yang indah itu akan merubah hakikat sesuatu yang buruk, walau dibumbui dengan label Islami.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Depag RI: PT. Insan Media Pustaka 2014.
Frista Artmanda W. 2008, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jombang: Lintas Media
http://polsektelagabiru.blohspot.com/2011
http://www.al-khoirot.net/2012/05/demontrasi-dalam-islam.html
https://hamdanifirdaus.wordpress.com/2013/04/14/demonstrasi-dalam-pandangan-islam/
https://rumaysho.com/2379-menyoal-demo-dan-mogok-kerja.html