• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kreativitas - PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN POKOK BAHASAN KEMERDEKAAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) KELAS VII D SMP NEGERI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kreativitas - PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN POKOK BAHASAN KEMERDEKAAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) KELAS VII D SMP NEGERI"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Landasan Teori 1. Kreativitas

a. Pengertian Kreativitas

Daryanto (2010:108), kreativitas adalah hasil belajar dalam kecakapan kognitif, sehingga untuk menjadi kreatif dapat dipelajari melalui proses belajar mengajar. Santrock (2010:366), kreativitas adalah kemampuan berpikir tentang sesuatu dengan cara baru dan tak biasa dan menghasilakan solusi yang unik atas suatu problem. Munandar (2009:25), kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam memecahkan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan- hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya.

(2)

b. Ciri-Ciri Anak Kreatif

Sud dalam Slameto (2003:147), menyatakan bahwa individu dengan potensi kreatif dapat dikenali melalui pengamatan ciri-ciri sebagai berikut:

1) Hasrat keingintahuan yang cukup besar 2) Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru 3) Panjang akal

4) Keinginan untuk menemukan dan meneliti

5) Cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit 6) Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan

7) Memiliki dedikasih bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas 8) Berpikir fleksibel

9) Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung member jawaban lebih banyak

10) Kemampuan membuat analisis dan sitetis 11) Memiliki semangat bertanya serta meneliti 12) Memiliki daya abstraksi yang cukup baik

13) Memiliki latar belakang membaca yang cukup luas. c. Pengukuran Kreatif

Supriadi dalam Zufriady (2009:

(3)

inventori kepribadian, inventori biografis, dan tes kreativitas, yang dalam hal ini peneliti menilai kreativitas berdasarkan pendekatan inventori kepribadian. Inventori kepribadian ditujukan untuk mengetahui kecenderungan-kecenderungan kepribadian kratif seseorang atau keterkaitan kepribadian yang berhubungan dengan kreativitas. Diartikan secara luas kepribadian kreatif meliputi: sikap, motivasi, minat, gaya berpikir, dan kebiasaan-kebiasaan dalam berperilaku.

1) Sikap kreatif

Munandar (2009:70), mengemukakan tujuh sikap kreatif yang dioperasionalkan dalam dimensi sebagai berikut: keterbukaan terhadap pengalaman baru, kelenturuan dalam berpikir, kebebasan dalam mengekspresikan diri, menghargai fantasi, minat terhadap kegiatan kreatif, kepercayaan terhadap gagasan sendiri, dan kemandirian dalam member pertimbangan.

2) Motivasi

Sardiman (2007:83), menyebutkan ada beberapa ciri motivasi yang ada pada diri setiap orang yaitu sebagai berikut:

a) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

b) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).

(4)

e) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang- ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif). f) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan

sesuatu).

g) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya itu. h) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. 3) Minat

Djaali (2008:121), minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan sesuatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya.

4) Berpikir kreatif

Munandar (2009:50), kriteria penilaian kreatif berkaitan dengan aspek-aspek berpikir kreatif, yaitu: a) kelancaran (fluency), b) keluwesan (fleksibility), c) keaslian (originalitas), dan d) penguraian (elaboration).

5) Kebiasaan-kebiasaan

(5)

2. Belajar

a. Pengertian Belajar

Djamarah (2002:13), belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh semua perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sanjaya (2010:13), belajar adalah suatu proses aktivitas mental seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku yang bersifat positif baik perubahan dalam aspek pengetahuan, sikap maupun psikomotor. Daryanto (2010:2), belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Berdasarkan uraian tentang pengertian belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman berinteraksi dengan lingkungan yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. b. Tujuan Belajar

(6)

1) Meningkatkan kemampuan kognitif, yaitu kemampuan yang sifatnya menambah pengetahuan, informasi, pemahaman, penerapan, sistesis dan evaluasi.

2) Meningkatkan kemampuan efektif, yaitu kemampuan yang meliputi penentuan sikap, nilai-nilai evaluasi, menyenangi, menhormati dan sebagainya.

3) Meningkatkan kemampuan psikomotor kemajuan yang berhubungan dengan keterampilan atau keaktifan dan fisik.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Daryanto (2010:36), dalam proses belajar banyak faktor- faktor yang mempengaruhi. Faktor- faktor yang mempengaruhi belajar secara garis besar dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

1) Faktor dari dalam diri (intern) antara lain:

a) Faktor jasmani, misalnya: faktor kesehatan, dan cacat tubuh. b) Faktor psikologis, misalnya: intelegensi, perhatian, minat, bakat,

motif, kematangan, dan kesiapan.

c) Faktor kelelahan, kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu : kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersipat psikis).

2) Faktor dari luar diri (ekstern) antara lain:

(7)

b) Faktor sekolah, misalnya: metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, hubungan siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, setandar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. c) Faktor masyarakat, misalnya: kegiatan siswa dalam masyarakat,

mass media, dan bentuk kehidupan masyarakat. 3. Pendidikan Kewarganegaraan

a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Zamroni dalam Tukiran (2009:3), Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidkikan demokrasi yang bertujuan untuk mepersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktifitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-hak warga masyarakat. Nashir (2003:44), Pendidikan Kewarganegaraan adalah konsep multi dimensional yang dimaksudkan untuk meletakan dasr-dasar pengetahuan tentang masyarakat politik, tentang persiapan yang diperlukan untuk berpartisipasi dalam proses politik secara umum tentang apa definisi dan bagaimana menjadi warga Negara yang baik.

(8)

diamanatkan oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (Permendiknas No 22 tahun 2006).

b. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Dharma (2008:14), tujuan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah mendidik warga negara yang baik, yakni: 1) peka terhadap informasi baru yang dijadikan pengetahuan dalam kehidupannya; 2) warga negara yang berketerampilan; (a) peka dalam menyerap informasi; (b) mengorganisasi dan menggunakan informasi; (c) membina pola hubungan interpersonal dan partisipasi sosial; 3) warga negara yang memiliki komitmen terhadap nilai-nilai demokrasi, yang disyaratkan dalam membangun suatu tatanan masyarakat yang demokratis dan beradab, maka setiap warga negara haruslah memiliki karakter atau jiwa yang demokratis.

c. Substansi Materi Pendidikan kewarganegaraan

(9)

4. Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW) a. Pengertian Model Pembelajaran Think Talk Write

Yamin dan Ansari (2009:84), model pembelajaran Think Talk Write (TTW) yang diperkenalkan oleh Huinker & Laughlin, pada

dasarnya dibangun melalui berpikir, berbicara dan menulis. Alur kemajuan TTW dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir/berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca, selanjutnya berbicara dan membagi ide (sharing) dengan temannya sebelum menulis.

Dalam hal ini siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan kelompok, maka pembelajaran TTW juga mengacu kepada pembelajaran kooperatif yang dapat mengkonstruksi penguasaan konsep siswa (Dipdip dalam Suhendar, 2011: http://fisikasma-online.blogspot.com/2011/03/model-pembelajaran-ttw.html).

b. Prosedur Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW)

Think (berfikir) adalah teknik pemanfaatan keseluruan otak

(10)

digunakan untuk belajar, mengorganisasikan dan merencanakan. Cara berfikir ini dapat membangkitkan ide- ide orisinil dan memicu ingatan yang mudah (DePorter, 2009:152).

Talk (komunikasi lisan) dapat digunakan dalam segala macam

situasi belajar, namun tidak merupakan satu-satunya alat. Bagi kelas-kelas rendah SD mungkin komunikasi lisanlah yang paling efektif. Akan tetapi di kelas-kelas yang lebih tinggi, bila anak-anak telah pandai membaca, bahan tertulis, dan gambar-gambar tidak kurang efektifnya dibandingkan komunikasi verbal. Komunikasi lisan (berbicara) banyak manfaatnya dalam berbagai situasi belajar, seperti memberi bimbingan belajar, dalam memberikan feedback atau balikan, atau memulai topik baru (Nasution, 2010:195).

Write (menulis) adalah aktivitas seluruh otak yang

menggunakan belahan otak kanan (emosional) dan belahan otak kiri (logika). Tulisan yang baik memanfaatkan kedua belah otak (DePorter, 2009:179).

c. Langkah- langkah Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW)

Yamin dan Ansari (2009:90), langkah- langkah pembelajaran dengan model pembelajaran Think Talk Write adalah:

(11)

2) Siswa membaca teks dan membuat catatan dari hasil bacaan secara individu, untuk dibawa ke forum diskusi (think).

3) Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman untuk membahas isi catatan (talk). dalam posisi ini guru berperan sebagai mediator lingkungan belajar,

4) Siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan sebagai hasil kolaborasi berupa catatan kelompok dan rangkuman hasil belajar (write).

d. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW).

Maftuh (2009:40), melalui Think Talk Write ada beberapa kelebihan yang didapati antara lain sebagai berikut:

1) Suasana kelas lebih hidup, karena siswa mengarahkan pemikirannya kepada masalah yang didiskusikan.

2) Siswa dilatih berpikir kritis untuk mempertimbangakan pendapat teman-teman, kemudian menentukan sikap, menerima, dan menolak. 3) Menaikan prestasi kepribadian individual, seperti toleransi; sikap

demokrasi; sikap kritis; berpikir sistematis; dan sebagainya.

Disamping kelebihan-kelebihan yang telah dikemeukakan di atas, ada beberapa kekurangan, seperti:

1) Diskusi umumnya dikuasai oleh siswa yang gemar berbicara;

(12)

3) Banyak waktu yang terpakai, namun hasil yang diperoleh kadang-kadang tidak seperti yang diharapakn.

5. Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat

a. Hakekat Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat

Pendapat secara umum diartikan sebagai buah gagasan atau buah pikiran. Mengemukakan pendapat berarti mengemukakan gagasan atau mengeluarkan pikiran. Dalam kehidupan negara Indonesia, seseorang yang mengemukakan pendapatnya atau mengeluarkan pikirannya dijamin secara konstitusional. Hal itu dinyatakan dalam Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 28, bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang- undang. Lebih lanjut pengertian pengertian kemerdekaan mengemukakan pendapat dinyatakan dalam Pasal 1 (1) Undang-Undang No. 9 Tahun 1998, bahwa kemerdekaan menyampaikan pendapat adalah hak setiap warga negara untuk menyampaikan pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara bebas dan bertanggungjawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(13)

orang. Mengemukakan pendapat di muka umum berarti menyampaikan pendapat di hadapan orang banyak atau orang lain, termasuk tempat yang dapat didatangi dan/atau dilihat setiap orang.

Adapun cara-cara mengemukakan pendapat dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1) Lisan, contohnya pidato, ceramah, berdialog, berdiskusi, rapat umum.

2) Tulisan, contohnya poster, spanduk, artikel, surat.

3) Cara lain, contohnya foto, film, demonstrasi (unjuk rasa), mogok makan.

b. Pentingnya Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat Secara Bebas dan Bertanggungjawab

Mengeluarkan pikiran secara bebas adalah mengeluarkan pendapat, pandangan, kehendak, atau perasaan yang bebas dari tekanan fisik, psikis, atau pembatasan yang bertentangan dengan tujuan

(14)

Pentingnya kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggungjawab dapat dilihat dalam tujuan pengaturan tentang kemerdekaan mengemukakan pendapat di muka umum sebagai berikut (Pasal 4 Undang-Undang No. 9 Tahun 1998):

1) Kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggungjawab dimaksudkan untuk mewujudkan kebebasan yang bertanggungjawab sebagai salah satu pelaksanaan hak asasi manusia sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;

2) Kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggungjawab dimaksudkan untuk mewujudkan perlindungan hukum yang konsisten dan berkesinambungan dalam menjaminkemerdekaan menyampaikan pendapat;

3) Kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggungjawab dimaksudkan untuk mewujudkan iklim yang kondusif bagi berkembangnya partisipasi dan kreativitas setiap warga negara sebagai perwujudan hak dan tanggungjawab dalam kehidupan berdemokrasi;

(15)

Oleh karena itu, ada beberapa asas yang harus ditaati dalam kemerdekaan mengemukakan pendapat di muka umum (Pasal 3 Undang-Undang No. 9 Tahun 1998), yaitu:

1) Asas keseimbangan antara hak dan kewajiban, 2) Asas musyawarah dan mufakat,

3) Asas kepastian hukum dan keadilan, 4) Asas proporsionalitas, dan

5) Asas manfaat.

Kewajiban dan tanggungjawab warga negara dalam melaksanakan kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggungjawab di muka umum (Pasal 6 Undang-Undang No. 9 Tahun 1998) terdiri atas:

1) Menghormati hak- hak dan kebebasan orang lain, 2) Menghormati aturan-aturan moral yang diakui umum,

3) Menaati hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

4) Menjaga dan menghormati keamanan dan ketertiban umum, dan 5) Menjaga keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa.

Pada sisi lain aparatur pemerintah memiliki kewajiban dan tanggungjawab dalam melaksanakan kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggungjawab dimuka umum (Pasal 7 Undang-Undang No. 9 Tahun 1998), yaitu:

(16)

2) Menghargai asas legalitas,

3) Menghargai prinsip praduga tidak bersalah, dan 4) Menyelenggarakan pengamanan (Priyanto, 2008:111). B.Kerangka Berpikir

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dimuka, maka dapat dikatakan bahwa untuk membuat kelas menjadi hidup dan membuat siswa berperan aktif dalam pembelajaran, kiranya dengan model pembelajaran Think Talk Write diharapkan dapat dijadikan alternatif cara mengajar guru.

Pembelajaran dengan strategi ini menekankan siswa untuk aktif dalam kegiatan belajarnya, yaitu melakukan interaksi dalam kelompok kecil (terdiri dari 4-6 orang). Interaksi yang diharapkan adalah siswa dalam kelompoknya berfikir (think) baik dalam mempelajari materi maupun memecahkan masalah yang dihadapi, saling berdiskusi (talk), dan menuliskan hasil diskusi baik berupa rangkuman materi ataupun hasil pemecahan masalah (write). Selain itu, melalui model pembelajaran Think Talk Write dimana siswa tergabung dalam kelompok-kelompok kecil diharapkan siswa saling membantu terutama siswa yang pandai terhadap siswa lain (dalam satu kelompok) yang mempunyai kemampuan kurang.

(17)

C.Hipotesis Tindakan

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahn penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2002:64).

Referensi

Dokumen terkait

Ragam layanan bimbingan dan konseling yang dapat digunakan untuk membantu pemulihan mental remaja eks pengguna narkoba antara lain konseling individu, bimbingan

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih dan rahmat yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi

Each 4-bit port contains a 4-bit latch and it can be used for the control signal outputs and status signal inputs in conjunction with ports A and B.. Only ‘‘pull-up’’ bus hold

Depending on whether you want to return all rows in the first table specified in your query, or all rows from the second, you could choose a left outer join (otherwise known as a

Sehubungan dengan Pelelangan Sederhana Pengadaan Barang/Jasa pada Dinas Perumahan Dan Permukiman Kota Medan Tahun Anggaran 2014, untuk kegiatan REHABILITASI SEDANG/BERAT

Candidates answer two structured essay questions, each on a different optional topic, from a total of eight questions based on the Advanced Physical Options syllabus, for a total of

Sekret.aris Daerah acl,alah Sekretaris Daerah Pro- pinsi Bengktt1tt;4. Di.nas adalah Dinas Kehutanan Propinsi

Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama melalui Pendekatan Matematika Realistik.. Disertasi Doktor pada SPS UPI: