I. Landasan Teori
1.1. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses pencatatan,
yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi
selama tahun buku yang bersangkutan.
Pengertian laporan keuangan menurut Standar Akuntansi
Keuangan:“Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan
keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan
perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti
misal, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan juga termasuk
skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misal
informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan
pengaruh perubahan harga”
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi
yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan
atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan
dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut (Munawir 1995: 2).
Menurut Hanafi (2003: 69), laporan keuangan merupakan informasi
yang dapat dipakai untuk pengambilan keputusan, mulai dari investor atau
calon investor sampai dengan manajemen perusahaan itu sendiri. Laporan
keuangan akan memberikan informasi mengenai profitabilitas, risiko, timing
aliran kas, yang kesemuanya akan mempengaruhi harapan pihak-pihak yang
berkepentingan. Sedangkan menurut Munawir (1995: 5), laporan keuangan itu
terdiri dari neraca dan perhitungan laba-rugi serta laporan keuangan dan modal
dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan pehitungan laporan
laba-rugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta
biaya yang terjadi selama tertentu, dan laporan perubahan modal menunjukan
sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan
modal perusahaan.
Dari pengertian diatas laporan keuangan dibuat sebagai bagian dari
proses pelaporan keuangan yang lengkap, dengan tujuan untuk
mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepada manajemen.
1.2. Jenis-jenis Laporan Keuangan
Menurut Warsono (2001: 25) ada 2 macam bentuk laporan keuangan
utama yang dihasilkan oleh suatu perusahaan yaitu Neraca dan Laporan laba
rugi.
a. Neraca
Menurut Warsono (2001: 25), neraca adalah laporan keuangan yang
menggambarkan posisi keuangan suatu organisasi pada suatu periode
tertentu. Neraca perusahaan ini disusun berdasarkan persamaan dasar
akuntansi, yaitu bahwa kekayaan atau aktiva (asets) sama dengan kewajiban
(liabilities) ditambah modal saham (stock equities).
b. Laporan laba-rugi
Menurut Warsono (2001: 26), laporan laba-rugi adalah laporan keuangan
Laba rugi bersih adalah selisih antara pendapatan total dengan biaya atau
pengeluaran total. Pendapatan mengukur aliran masuk asset bersih (setelah
dikurangi utang) dari penjualan barang atau jasa.
Sedangkan menurut pendapat Halim (1994: 20), laporan keuangan dapat
dibagi menjadi 2 jenis antara lain:
a. Neraca
Neraca menunjukan aktiva, utang, dan modal sendiri suatu perusahaan
pada hari terakhir periode akuntansi.
b. Laporan laba-rugi
Laporan laba-rugi adalah suatu laporan atas kegiatan-kegiatan perusahaan
selama waktu periode akuntansi tertentu. Laporan laba-rugi menunjukan
penghasilan dan biaya operasi, bunga, pajak, dan laba bersih yang
diperoleh suatu perusahaan. Laporan laba-rugi merupakan suatu produk
akauntansi yang dirancang untuk menunjukan kepada pemegang saham
dan kreditur, apakah perusahaan dapat menghasilkan keuntungan.
Ada banyak laporan keuangan yang dikeluarkan perusahaan, tetapi yang
umum digunakan adalah :
1. Laporan Laba Rugi
Munawir mendefinisikan laporan rugi laba adalah:"Laporan rugi laba
merupakan sualu laporan yang sistemalis tentang penghasilan, biaya, rugi laba
Menurut Harnanto, Laporan rugi/ laba adalah:"Suatu laporan yang disusun
dengan tujuan untuk memberikan informasi tentang hasil usaha dan perusahaan,
selama jangka waktu yang tercakup dalam laporan tersebut, (1984:1) ".
Adapun bentuk Laporan Laba - Rugi ini yakni :
a. Single Step (Langkah Tunggal) b. Multiple Step (Langkah Ganda)
Adapun penyajian Laporan Laba - Rugi ini harus memenuhi :
a. Beban atau Biaya disajikan berdasarkan klasifikasi sifat /
fungsinya didalam perusahaan.
Beban atau biaya itu dapat digolongkan dalam :
i. Beban atau biaya yang berhubungan langsung dengan usaha ex : Biaya Penjualan, Biaya Adm. Umum
ii. Beban atau biaya yang tdk berhubungan lansung dengan usaha ex : Biaya Bank, Selisih Kurs.
b. Laporan Laba - Rugi disajikan secara komparatif 2. Neraca
Munawir menyatakan bahwa:"Neraca adalah laporan yang sistematis
tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu laporan yang disusun pada suatu
saat tertentu, (2000:13) ".
Menurut Harnanto, neraca adalah:"Suatu laporan yang disusun dengan
maksud untuk menunjukkan keadaan (posisi) finansial perusahaan pada saat
Bentuk meraca yang ada pada perusahaan-perusahaan tidak ada yang
seragam, bentuk dan susunannya tergantung pada tujuan yang akan dicapai.
Bentuk neraca yang lazim digunakan adaiah sebagai berikut:
a. Bentuk skontro, dimana semua aktiva tercantum sebelah kiri/debet dan hutang serta modal tercantum sebelah kanan/kredit.
b. Bentuk vertikal, dalam bentuk ini semua aktiva nampak dibagian atas yang selanjutnya diikuti hutang jangka pendek, hutang jangka panjang
serta modal.
3. Laporan Perubahan Laba Ditahan
Laporan Perubahan Laba Ditahan menunjukkan laba yang diperoleh
perusahaan dan dividen yang dibayarkan selama satu periode sehingga
menyebabkan perubahan laba ditahan.
4. Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas merupakan ringkasan arus kas selama satu periode.
Laporan ini menunjukkan perubahan arus kas yang terjadi karena kegiatan
operasi, investasi dan financial sehingga posisi/saldo kas berubah.
Tujuan yang paling utama dari Laporan Arus Kas ini adalah untuk
memberikan informasi penting atau yang relevan mengenai
penerimaan-penerimaan dan pengeluaran-pengeluaran kas selama periode berjalan. Adapun
bentuk penyajian Laporan Arus Kas ini dibagi menjadi empat, yakni :
b. Diklasifikasikan berdasarkan Aktivitas Investasi seperti menginvestasikan dana yang tidak terpakai
c. Diklasifikasikan berdasarkan Aktivitas Pendanaan seperti dana pinjaman dari luar perusahaan (Hutang Jangka panjang)
d. Disesuaikan dengan bisnis perusahaan
1.3. Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan
Akuntansi Indonesia tujuan laporan keuangan adalah Meyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinereja, serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
keputusan.
Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan
bersama sebagaian besar pemakai. namun demikian,laporan keuangan tidak
menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam
mengambil keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh
keuangan dan kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan
informasi nonkeuangan.Laporan keuangan juga menunjukan apa yang telah
dilakukan manajemen (stewardship),atau pertanggungjawaban manajemen atas
sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
Pemakai yang ingin melihat apa yang telah dilakukan atau
pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat
menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keuputusan untuk
mengangkat kembali atau mengganti manajemen.
1.4. Sifat Laporan Keuangan
Menurut Munawir mengenai sifat laporan keuangan adalah sebagai
berikut:"Laporan keuangan dipersiapkan atau dibuat dengan maksud untuk
memberikan gambaran atau laporan kemajuan (progress report) secara periodik
yang dilakukan pihak manajemen yang bersangkutan". Jadi laporan keuangan adalah
bersifat historis serta menyeluruh dan sebagai suatu progress report laporan
keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari suatu kombinasi antara
lain:
1. Fakta yang telah dicatat (recordedfact).
Fakta-fakta yang telah dicatat berarti bahwa laporan keuangan ini dibuat atas
dasar fakta dari catatan akuntansi, seperti jumlah uang kas yang tersedia dalam
perusahaan maupun yang disimpan di Bank, jumlah piutang, persediaan barang
dagangan, hutang maupun aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Pencatatan dan
pos-pos ini berdasarkan catatan historis dan peristiwa-peristiwa yang telah
terjadi masa lampau, dan jumlah-jumlah uang yang tercatat dalam pos-pos itu
dinyatakan dalam harga-harga pada waktu terjadinya peristiwa tersebut.
2. Prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan di dalam akuntansi (accounting
convention and postulate).
Prinsip-prinsip dan kebiasaan di dalam akuntansi, berarti data yang dicatat
itu didasarkan pada prosedur maupun anggapan-anggapan tertentu yang
memudahkan pencatatan atau untuk keseragaman. Disamping itu di dalam
akuntansi juga digunakan prinsip atau anggapan-anggapan yang melengkapi
konvensi-konvensi atau kebiasaan yang digunakan antara lain:
a. Bahwa perusahaan akan tetap berjalan sebagai suatu yang going concern atau kontinuitas usaha, konsep ini menganggap bahwa perusahaan akan
berjalan terus. Konsekuensinya bahwa jumlah-jumlah yang tercantum dalam
laporan merupakan nilai-nilai untuk perusahaan yang masih yang berjalan
yang didasarkan pada nilai atau harga pada saat terjadinya peristiwa itu.
Terjadi jumlah-jumlah uang yang tercantum dalam laporan bukanlah nilai
realisasi jika aktiva itu dijual atau dikuasai,
b. Daya beli dari uang dianggap tetap, stabil atau konstan, walaupun hal ini bertentangan dengan kenyataan namun akuntansi mencatat semua transaksi
atau peristiwa dalam jumlah uangnya dan tidak mengadakan perbedaan
antara nilai-nilai dari berbagai tahun.
3. Pendapat pribadi (personal judgment).
Pendapat pribadi (personal judgment), dimaksudkan bahwa walaupun
pencatatan transaksi telah diatur oleh konvensi-konvensi atau dalil-dalil dasar
konvensi yang sudah ditetapkan yang sudah menjadi standar praktek
pembukuan, namun penggunaan dari konvensi-konvensi dan dalil-dalil dasar
tersebut tergantung dari pada akuntan atau manajemen perusahaan yang
bersangkutan. Pendapat ini tergantung kepada kemampuan atau integritas
pembuatnya yang dikombinasikan dengan fakta yang tercatat dan kebiasaan
serta dalil-dalil dasar akuntansi yang telah disetujui akan digunakan didalam
dapat ditagih dan penentuan beban penyusutan serta penentuan umur dan suatu
aktiva tetap akan sangat tergantung, pada pendapat pribadi menajemennya dan
berdasar pengalaman masa lalu.
Keterbatasan Laporan Keuangan
Dengan melihat beberapa sifat laporan keuangan tersebut di atas maka dapat
dilihat bahwa laporan keuangan itu mempunyai beberapa keterbatasan antara lain:
1) Laporan keuangan dibuat antara waktu tertentu (interm report) dan bukan
merupakan laporan final.
2) Adanya beberapa standar nilai yang bergabung.
3) Beberapa aktiva, biasanya aktiva tetap dilaporkan berdasarkan harga
perolehan dikurangi dengan akumulasi penghapusannya, karenanya nilai
aktiva itu dalam laporan keuangan akan tercantum sebesar nilai bukunya.
4) Adanya pengaruh daya beli uang berubah.
5) Daya beli uang dari hari kehari selalu berubah sesuai dengan kehidupan
perekonomian sehari-hari.
6) Adanya faktor-faktor yang tidak dinyatakan dengan uang.
7) Laporan keuangan adalah akumulasi dari kejadian-kejadian atau transaksi
transaksi perusahaan yang dapat dinyatakan dengan satuan uang.
8) Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian
yang telah lewat, oleh karena itu laporan keuangan tidak dapat dianggap
sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan
ekonomi.
9) Laporan keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi
10) Proses penyusunan ilaporan keuangan tidak luput dari penggunaan
taksiran-taksiran dan berbagai pertimbangan.
11) Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material.
12) Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian.
13) Bila terdapat beberapa kemungkinan konklusi yang tidak pasti mengenai
penilaian suatu pos, maka lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba
bersih atau nilai aktiva yang paling kecil.
14) Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomi suatu
peristiwa/transaksi dari pada bentuk hukumnya (formalitas).
15) Laporan keuangan di susun dengan istlah-istilah teknis.
16) Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan
menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomi dan tingkat
kesuksesan antar perusahaan.
17) Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dikuantifikasikan
umumnya diabaikan.
18) Nilai yang tercantum dineraca hanyalah nilai pada suatu saat tertentu saja.
19) Analisis harus menyadari kemungkinan adanya suatu window dressing.
20) Nilai beli rupiah makin lemah.
2. Analisis Laporan Keuangan
Salah satu tugas penting manajemen atau investor setelah akhir tahun adalah
menganalisa laporan keuangan perusahaan, sedangkan pengertian analisa laporan
Harahap mengemukakan analisa laporan keuangan sebagai berikut:"Analisa
laporan keuangan yaitu menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit
informasi yang lebih kecil dan melihat hubungan yang bersifat signifikan atau yang
mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuiantitatif maupun
non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang
sangatl penting dalam proses menghasilkan keputusan yung tepat, (1998:3) ".
Sedangkan menurut Djahidin analisa laporan keuangan adalah:"Analisa
laporan keuangan mencakup penerapan metode dari teknik analitis atas laporan
keuangan dan data lainnya untuk melihat dari laporan itu ukuran-ukuran dan
hubungan tertentu yang sangat berguna dalam proses pengambilan keputusan
(1983)".
Munawir mengemukakan pengertian analisa laporan keuangan adalah
sebagai berikut:"Mempelajari hubungan-hubungan di dalam suatu setiap laporan
keuangan pada suatu saat tertentu dan kecenderungan-kecenderungan dari hubungan
ini sepanjang waktu (1998) ".
Dalam melakukan analisa laporan keuangan suatu perusahaan digunakan
beberapa metode dan teknik analisa. Metode dan teknik tersebut merupakan alat
untuk mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan keuangan
sehingga diketahui perubahan dari masing-masing pos tersebut.
Ada dua metode analisa yang digunakan oleh setiap penganalisa laporan
keuangan yaitu:
1. Analisa Horisontal (dinamis)
Adalah analisa dengan mengadakan perbandingan laporan keuangan untuk
2. Analisa Vertikal (stalls)
Perbandingan antara pos-pos yang diliputi periode saja sehingga akan
diketahui keadaan keuangan pada saat itu saja.
Teknik analisa yang biasa digunakan dalam analisa laporan keuangan adalah
sebagai berikut:
1. Analisa perbandingan laporan keuangan 2. Trend
3. Laporan dengan persentase per komponen (common size statement) 4. Analisa sumber dan penggunaan modal kerja
5. Analisa sumber dan penggunaan kas 6. Analisa rasio
7. Analisa perubahan laba kotor 8. Analisa Break-even
3. Fast Food (Makanan Cepat Saji) a. Definisi Fast Food
Dengan semakin meningkatnya arus informasi dan globalisasi, di Indonesia
akhir-akhir ini terdapat kecenderungan minat berbagai kalangan masyarakat akan
restoran fast food atau cepat saji yang semakin meningkat. Hal ini dapat terlihat dari
semakin banyaknya jumlah outlet dari restoran cepat saji di berbagai penjuru
terutama di kota-kota besar.
Bertram (1975) mendefinisikan fast food sebagai makanan yang dapat
disiapkan dan dikonsumsi dalam waktu yang singkat. Biasanya merupakan makanan
orang-orang yang mempunyai waktu yang singkat untuk memasak atau
ini biasanya dikonsumsi oleh orang-orang yang sibuk atau memiliki gaya hidup
modern yang menginginkan kepraktisan serta kemudahan.
PT. Corinthian Infopharma Corpora menyatakan bahwa fast food
mempunyai beberapa pengertian yaitu:
1) Makanan yang disajikan dengan cepat dan mempunyai standar tertentu yang
meliputi mutu, pelayanan, dan harga.
2) Makanan yang dijual pada outlet-outlet tertentu yang memiliki ruangan untuk
bersantap di tempat, baik yang melayani sendiri (self service) maupun dengan
pesanan.
3) Makanan itu serba cepat, unik, dan sudah terkenal.
4) Restoran tersebut dioperasikan pada skala tertentu dan hidangan yang disajikan
dapat diproduksi secara massal.
b. Penggolongan Fast Food
Restoran fast food terbagi menjadi dua golongan besar. Golongan pertama
didasarkan pada kronologi sejarah perkembangan fast food, maka tipe fast food di
Indonesia dapat dikategorikan menjadi tiga macam, yaitu:
1) Coffee shop gaya Amerika seperti Mc Donald’s, Burger King, Kentucky Fried
Chicken.
2) Restoran tradisional gaya Indonesia seperti restoran Padang dan warung tegal,
dan
3) Restoran bentuk baru yaitu mengaitkan produk baru dengan lokasi yang strategis,
Penggolongan berikutnya berdasarkan menu. Jika dilihat dari menu yang
ditawarkan, maka fast food di Indonesia dapat dikategorikan menjadi dua macam.
Pertama, bermenu barat seperti hamburger, sandwich, pizza, ayam goreng, kentang
goreng, salad, dan beraneka jenis roti. Kedua, bermenu tradisional seperti ketoprak,
taoge goreng, lontong sayur, karedok, empek-empek, es campur, pisang goreng, tahu
goreng, wedang jahe dan bandrek (Hubeis, 1993).
Namun di Indonesia yang lebih dikenal sebagai fast food adalah makanan
yang bermenu barat. Sejak masuknya makanan luar yang ditandai dengan berdirinya
restoran-restoran asing, barulah restoran fast food menjadi populer di Indonesia.
3. Sistem Franchise
Fast food semakin populer dan diminati oleh masyarakat dari berbagai
usia. Besarnya pangsa pasar fast food memberikan kesempatan untuk berbagai
merek fast food dari luar untuk membuka restoran fast food di Indonesia dengan
sistem franchise. Sistem franchise dipilih karena sistem ini merupakan output yang
seragam dan konsisten bagi konsumen dimana pun produk dibeli (PT. Corinthian
Infopharma Corpora, 1993).
Sebuah restoran dapat digolongkan sebagai restoran fast food dan dapat
dijalankan dengan sistem franchise jika memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Makanan yang ditawarkan unik dan relatif sulit ditiru, produk yang tidak unik
harus memiliki nama yang telah terkenal.
2) Relatif menguntungkan dan telah sukses minimal selama dua tahun.
3) Memiliki pasar potensial yang besar, dan
Sebagian besar restoran fast food atau cepat saji yang ada di Indonesia
merupakan restoran waralaba (franchise) yang berasal dari luar negeri seperti
Kentucky Fried Chicken (pelopor fast food dan franchise), Mc Donald’s , A&W
Restaurant, Texas Fried Chicken, California Fried Chicken, Popeyes Chicken, dan
lainnya. Di Indonesia sendiri franchise dikenal dengan istilah waralaba dan sebagian
kecil dari dalam negeri seperti misalnya Es Teler 77 dan restoran Padang Sederhana.
Menurut Suryana (1994), franchise adalah suatu persetujuan lisensi
menurut hukum antara suatu perusahaan (pabrik) penyelenggara dengan penyalur
atau perusahaan lain untuk melaksanakan usaha. Sedangkan franchising sendiri
adalah kerjasama manajemen untuk menjalankan perusahaan cabang atau penyalur.
Inti dari franchising adalah memberi hak monopoli untuk menyelenggarakan usaha
dari perusahaan induk. Perusahaan pemberi lisensi disebut franchisor dan yang
diberi lisensi disebut franchisee.
Kotler (1997), membedakan waralaba (franchise) berdasarkan tiga
karakteristik:
1) Pemberi waralaba memiliki merek dagang atau merek jasa dalam
melisensikannya kepada pewaralaba (franchisee) dan imbalannya adalah pemberi
royalti.
2) Pewaralaba diharuskan untuk membayar hak-hak untuk menjadi bagian dari
sistem tersebut. Akan tetapi iuran awal (initial fee) ini hanyalah bagian kecil dari
jumlah total yang pewaralaba investasikan ketika ia menandatangani suatu
kontrak waralaba.
3) Pemberi waralaba menyediakan suatu sistem pemasaran dan operasi untuk
Dalam format bisnis seperti ini, perusahaan yang diberi hak monopoli
menyelenggarakan perusahaan seolah-olah merupakan bagian dari perusahaan
pemberi lisensi yang dilengkapi dengan nama produk, merek produk (logo), dan
prosedur penyelenggaraan secara standar. Pada umumnya dukungan yang diberikan
meliputi dukungan awal seperti pemilihan lokasi, rencana bangunan, pembelian
peralatan, pola arus kerja, pemilihan karyawan, periklanan, grafik, dan bantuan pada
acara opening. Dukungan lain yang berlanjut seperti pencatatan dan akuntasi,
konsultasi, pemeriksaan dan standar, promosi, pengendalian kualitas, nasihat hukum,
riset, dan material lainnya (Suryana, 1994)
II. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai restoran cepat saji telah banyak dilakukan terutama yang
menyangkut masalah pemasaran. Hasil-hasil penelitian terdahulu membahas
pemasaran dari berbagai sudut pandang serta berbagai aspek pembahasan.
Hasil penelitian Sulistyowati (1994) melalui Pendekatan Penskalaan Multi
Dimensi menguraikan urutan atribut produk yang menjadi pertimbangan konsumen
dalam memilih produk ayam goreng di Kentucky Fried Chicken, California Fried
Chicken dan Bogor Fried Chicken antara lain adalah rasa, keempukan daging ayam
dan kerenyahan sedangkan atribut mutu pelayanan adalah kebersihan, penyajian
dalam keadaan panas, kecepatan pelayanan, ukuran porsi, keramahan pelayan,
harga, lokasi restoran, sambal dan saos tomat yang disajikan, merek serta promosi
yang dilakukan.
Hasmini (1994) dalam penelitiannya tentang Tinjauan Finansial Perusahaan
Putra Sejahtera Pioneerindo, Jakarta. Dari hasil analisis likuiditas internal, dapat
disimpulkan bahwa PT. Putra Sejahtera Pioneerindo berada dalam keadaan likuid,
PT. Fast Food Indonesia illikuid. PT. Fast Food Indonesia tidak akan mampu
menutupi kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang dimiliki karena
perusahaan memiliki nilai hutang lancar yang lebih besar dari nilai aktiva lancar.
Dari hasil analisis efisiensi, didapat bahwa PT. Fast Food Indonesia lebih efisien
dari PT. Putra Sejahtera Pioneerindo. PT. Fast Food Indonesia lebih mampu
menghasilkan penjualan yang lebih tinggi dari aktiva dan modal yang dimiliki. PT.
Fast Food Indonesia memiliki nama yang lebih populer dan rasa yang lebih enak
untuk restoran sejenis lainnya. Pada PT. Putra Sejahtera Pioneerindo walaupun
perusahaan berada dalam keadaan likuid, tapi kurang mampu menghasilkan
penjualan yang besar. Untuk analisis profitabilitas PT. Putra Sejahtera Pioneerindo
lebih tinggi. Hal ini dikarenakan nilai Harga Pokok Penjualan (HPP) PT. Putra
Sejahtera Pioneerindo relatif lebih rendah, yang didapat dari potongan yang
diberikan pemasok bahan baku dan sedikitnya biaya yang dikeluarkan untuk HPP.
PT. Fast Food Indonesia punya resiko bisnis dan resiko keuangan relatif lebih besar.
Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien variasi laba optimal (CV) dan fluktuasi
penjualan (SV) yaitu sebesar 0,39 dan 0,37 sedangkan PT. Putra Sejahtera
Pioneerindo hanya sebesar 0,26 dan 0,20.
Sahal (2003) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Formulasi Strategi
PT. Fast Food Indonesia, Tbk (KFC) dalam Menghadapi Persaingan Bisnis Fast
Food” menyatakan bahwa perusahaan secara internal memiliki kekuatan dan
kelemahan. Kondisi internal yang menjadi kekuatan perusahaan untuk bersaing
saji, cita rasa produk sesuai konsumen, keseragaman standar pelayanan dan produk,
sertifikat halal, program pelatihan berkelanjutan, kondisi keuangan yang sehat dan
dukungan franchisor.
Sementara yang menjadi kelemahan perusahaan adalah promosi tidak selalu
tepat sasaran, diversifikasi produk kurang, lokasi store sebagian kurang strategis,
program Research & Development belum optimal, promosi premium kurang
menarik, Product Life Cycle (PLC) kurang diperhatikan, kemampuan dan
keterampilan sumberdaya manusia beragam, sistem informasi manajemen dalam
operasional, gudang dan penjualan lemah dan Total Quality Management yang
lemah.
Kondisi eksternal yang menjadi peluang untuk dimanfaatkan adalah segmen
pasar yang besar, kecenderungan kebijakan konsumen akan pesan antar, jumlah
penduduk tinggi, penerimaan produk oleh semua lapisan dan terbukanya segmen
anak-anak. Ancaman eksternal yang dihadapi adalah menjamurnya waralaba asing,
persaingan antara restoran sejenis dan tidak sejenis, kondisi politik dan keamanan,
pertumbuhan ekonomi tidak stabil, kebijakan pemerintah yang mendukung dan
kebijakan franchisor yang kadang kaku.
Apabila dibandingkan dengan penelitian terdahulu, penulis menganalisis
lebih banyak atribut dalam penelitiannya. Selain itu penelitian sebelumnya kurang
membahas pada bauran pemasaran, itu pun hanya sebatas membahas strategi
promosi yang akan diterapkan dalam manajemen KFC agar dapat meningkatkan
penjualan. Sedangkan strategi lainnya tidak dibahas.
Pada penelitian lainnya, ada yang membahas tentang formulasi strategi apa
atribut, yaitu atribut pelayanan, kebersihan, produk, harga, kenyamanan dan
promosi. Sedangkan pada penelitian ini terdapat 20 atribut yang akan diteliti, antara
lain atribut lokasi, tempat parkir, keramahan pelayan, penampilan pelayan,
kecepatan penyajian, kecepatan transaksi, daftar menu, kebersihan ruangan, dekorasi
ruangan, temperatur ruangan, keharuman ruangan, musik, variasi jenis produk,
jumlah porsi, aroma, rasa, kemasan bawa pulang, harga, promosi dan diskon.
Kaitan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah meneliti perusahaan
yang sama, yakni KFC. Sehingga isi dari penelitian ini dapat saling melengkapi dan
berguna bagi pihak KFC agar dapat memaksimalkan penjualannya.
III. Kerangka Pemikiran
Perilaku konsumen merupakan suatu aspek penting yang harus
diperhatikan oleh perusahaan yang menganut konsep pemasaran dengan tujuan
memberikan kepuasan kepada konsumen. Mempelajari perilaku konsumen berarti
mempelajari bagaimana konsumen membuat keputusan dengan menggunakan
sumberdaya yang dimilikinya (waktu, uang dan usaha) untuk memperoleh produk
atau jasa yang mereka inginkan. Didalamnya terdapat pembahasan mengenai jenis,
alasan, waktu, tempat dan frekuensi pembelian yang dilakukan serta frekuensi
pemakaian suatu produk atau jasa.
Setelah mendapatkan informasi mengenai keputusan pembelian oleh
konsumen, maka diharapkan perusahaan akan mampu merumuskan strategi-strategi
apa saja yang akan diterapkan untuk memenuhi keinginan konsumen.
Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data-data yang diperoleh dari
laporan labarugi dan laporan neraca. Kemudian data-data tersebut dianalisa. Setelah
diketahui masing-masing hasilnya, maka akan dilakukan intrepretasi hasil pengolahan data
tersebut untuk mengetahui jenis ayam yang disukai konsumen pada PT. Fastfood Indonesia,
Tbk(KFC).
[image:20.595.191.515.299.607.2]Berikut adalah bagan yang menggambarkan kerangka pikir :
Gambar 1
Kerangka Pikir
PT. Fastfood Indonesia Tbk (KFC)
Laporan Keuangan terhadap penjualan
Perbandingan Harga Ayam HHC VS Ayam
ORI
Peningkatan Laporan Keuangan PT. Fastfood