• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II ANALISIS LAPORAN PENJUALAN UNTUK MENILAI TINGKAT PERBANDINGAN HARGA AYAM HCC DAN AYAM OR PADA PT FASTFOOD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB II ANALISIS LAPORAN PENJUALAN UNTUK MENILAI TINGKAT PERBANDINGAN HARGA AYAM HCC DAN AYAM OR PADA PT FASTFOOD"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

I. Landasan Teori

1.1. Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses pencatatan,

yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi

selama tahun buku yang bersangkutan.

Pengertian laporan keuangan menurut Standar Akuntansi

Keuangan:“Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan

keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan

perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti

misal, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan juga termasuk

skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misal

informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan

pengaruh perubahan harga”

Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi

yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan

atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan

dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut (Munawir 1995: 2).

Menurut Hanafi (2003: 69), laporan keuangan merupakan informasi

yang dapat dipakai untuk pengambilan keputusan, mulai dari investor atau

calon investor sampai dengan manajemen perusahaan itu sendiri. Laporan

keuangan akan memberikan informasi mengenai profitabilitas, risiko, timing

(2)

aliran kas, yang kesemuanya akan mempengaruhi harapan pihak-pihak yang

berkepentingan. Sedangkan menurut Munawir (1995: 5), laporan keuangan itu

terdiri dari neraca dan perhitungan laba-rugi serta laporan keuangan dan modal

dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan pehitungan laporan

laba-rugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta

biaya yang terjadi selama tertentu, dan laporan perubahan modal menunjukan

sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan

modal perusahaan.

Dari pengertian diatas laporan keuangan dibuat sebagai bagian dari

proses pelaporan keuangan yang lengkap, dengan tujuan untuk

mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepada manajemen.

1.2. Jenis-jenis Laporan Keuangan

Menurut Warsono (2001: 25) ada 2 macam bentuk laporan keuangan

utama yang dihasilkan oleh suatu perusahaan yaitu Neraca dan Laporan laba

rugi.

a. Neraca

Menurut Warsono (2001: 25), neraca adalah laporan keuangan yang

menggambarkan posisi keuangan suatu organisasi pada suatu periode

tertentu. Neraca perusahaan ini disusun berdasarkan persamaan dasar

akuntansi, yaitu bahwa kekayaan atau aktiva (asets) sama dengan kewajiban

(liabilities) ditambah modal saham (stock equities).

b. Laporan laba-rugi

Menurut Warsono (2001: 26), laporan laba-rugi adalah laporan keuangan

(3)

Laba rugi bersih adalah selisih antara pendapatan total dengan biaya atau

pengeluaran total. Pendapatan mengukur aliran masuk asset bersih (setelah

dikurangi utang) dari penjualan barang atau jasa.

Sedangkan menurut pendapat Halim (1994: 20), laporan keuangan dapat

dibagi menjadi 2 jenis antara lain:

a. Neraca

Neraca menunjukan aktiva, utang, dan modal sendiri suatu perusahaan

pada hari terakhir periode akuntansi.

b. Laporan laba-rugi

Laporan laba-rugi adalah suatu laporan atas kegiatan-kegiatan perusahaan

selama waktu periode akuntansi tertentu. Laporan laba-rugi menunjukan

penghasilan dan biaya operasi, bunga, pajak, dan laba bersih yang

diperoleh suatu perusahaan. Laporan laba-rugi merupakan suatu produk

akauntansi yang dirancang untuk menunjukan kepada pemegang saham

dan kreditur, apakah perusahaan dapat menghasilkan keuntungan.

Ada banyak laporan keuangan yang dikeluarkan perusahaan, tetapi yang

umum digunakan adalah :

1. Laporan Laba Rugi

Munawir mendefinisikan laporan rugi laba adalah:"Laporan rugi laba

merupakan sualu laporan yang sistemalis tentang penghasilan, biaya, rugi laba

(4)

Menurut Harnanto, Laporan rugi/ laba adalah:"Suatu laporan yang disusun

dengan tujuan untuk memberikan informasi tentang hasil usaha dan perusahaan,

selama jangka waktu yang tercakup dalam laporan tersebut, (1984:1) ".

Adapun bentuk Laporan Laba - Rugi ini yakni :

a. Single Step (Langkah Tunggal) b. Multiple Step (Langkah Ganda)

Adapun penyajian Laporan Laba - Rugi ini harus memenuhi :

a. Beban atau Biaya disajikan berdasarkan klasifikasi sifat /

fungsinya didalam perusahaan.

Beban atau biaya itu dapat digolongkan dalam :

i. Beban atau biaya yang berhubungan langsung dengan usaha ex : Biaya Penjualan, Biaya Adm. Umum

ii. Beban atau biaya yang tdk berhubungan lansung dengan usaha ex : Biaya Bank, Selisih Kurs.

b. Laporan Laba - Rugi disajikan secara komparatif 2. Neraca

Munawir menyatakan bahwa:"Neraca adalah laporan yang sistematis

tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu laporan yang disusun pada suatu

saat tertentu, (2000:13) ".

Menurut Harnanto, neraca adalah:"Suatu laporan yang disusun dengan

maksud untuk menunjukkan keadaan (posisi) finansial perusahaan pada saat

(5)

Bentuk meraca yang ada pada perusahaan-perusahaan tidak ada yang

seragam, bentuk dan susunannya tergantung pada tujuan yang akan dicapai.

Bentuk neraca yang lazim digunakan adaiah sebagai berikut:

a. Bentuk skontro, dimana semua aktiva tercantum sebelah kiri/debet dan hutang serta modal tercantum sebelah kanan/kredit.

b. Bentuk vertikal, dalam bentuk ini semua aktiva nampak dibagian atas yang selanjutnya diikuti hutang jangka pendek, hutang jangka panjang

serta modal.

3. Laporan Perubahan Laba Ditahan

Laporan Perubahan Laba Ditahan menunjukkan laba yang diperoleh

perusahaan dan dividen yang dibayarkan selama satu periode sehingga

menyebabkan perubahan laba ditahan.

4. Laporan Arus Kas

Laporan Arus Kas merupakan ringkasan arus kas selama satu periode.

Laporan ini menunjukkan perubahan arus kas yang terjadi karena kegiatan

operasi, investasi dan financial sehingga posisi/saldo kas berubah.

Tujuan yang paling utama dari Laporan Arus Kas ini adalah untuk

memberikan informasi penting atau yang relevan mengenai

penerimaan-penerimaan dan pengeluaran-pengeluaran kas selama periode berjalan. Adapun

bentuk penyajian Laporan Arus Kas ini dibagi menjadi empat, yakni :

(6)

b. Diklasifikasikan berdasarkan Aktivitas Investasi seperti menginvestasikan dana yang tidak terpakai

c. Diklasifikasikan berdasarkan Aktivitas Pendanaan seperti dana pinjaman dari luar perusahaan (Hutang Jangka panjang)

d. Disesuaikan dengan bisnis perusahaan

1.3. Tujuan Laporan Keuangan

Menurut Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan

Akuntansi Indonesia tujuan laporan keuangan adalah Meyediakan informasi yang

menyangkut posisi keuangan, kinereja, serta perubahan posisi keuangan suatu

perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan

keputusan.

Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan

bersama sebagaian besar pemakai. namun demikian,laporan keuangan tidak

menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam

mengambil keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh

keuangan dan kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan

informasi nonkeuangan.Laporan keuangan juga menunjukan apa yang telah

dilakukan manajemen (stewardship),atau pertanggungjawaban manajemen atas

sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

Pemakai yang ingin melihat apa yang telah dilakukan atau

pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat

(7)

menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keuputusan untuk

mengangkat kembali atau mengganti manajemen.

1.4. Sifat Laporan Keuangan

Menurut Munawir mengenai sifat laporan keuangan adalah sebagai

berikut:"Laporan keuangan dipersiapkan atau dibuat dengan maksud untuk

memberikan gambaran atau laporan kemajuan (progress report) secara periodik

yang dilakukan pihak manajemen yang bersangkutan". Jadi laporan keuangan adalah

bersifat historis serta menyeluruh dan sebagai suatu progress report laporan

keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari suatu kombinasi antara

lain:

1. Fakta yang telah dicatat (recordedfact).

Fakta-fakta yang telah dicatat berarti bahwa laporan keuangan ini dibuat atas

dasar fakta dari catatan akuntansi, seperti jumlah uang kas yang tersedia dalam

perusahaan maupun yang disimpan di Bank, jumlah piutang, persediaan barang

dagangan, hutang maupun aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Pencatatan dan

pos-pos ini berdasarkan catatan historis dan peristiwa-peristiwa yang telah

terjadi masa lampau, dan jumlah-jumlah uang yang tercatat dalam pos-pos itu

dinyatakan dalam harga-harga pada waktu terjadinya peristiwa tersebut.

2. Prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan di dalam akuntansi (accounting

convention and postulate).

Prinsip-prinsip dan kebiasaan di dalam akuntansi, berarti data yang dicatat

itu didasarkan pada prosedur maupun anggapan-anggapan tertentu yang

(8)

memudahkan pencatatan atau untuk keseragaman. Disamping itu di dalam

akuntansi juga digunakan prinsip atau anggapan-anggapan yang melengkapi

konvensi-konvensi atau kebiasaan yang digunakan antara lain:

a. Bahwa perusahaan akan tetap berjalan sebagai suatu yang going concern atau kontinuitas usaha, konsep ini menganggap bahwa perusahaan akan

berjalan terus. Konsekuensinya bahwa jumlah-jumlah yang tercantum dalam

laporan merupakan nilai-nilai untuk perusahaan yang masih yang berjalan

yang didasarkan pada nilai atau harga pada saat terjadinya peristiwa itu.

Terjadi jumlah-jumlah uang yang tercantum dalam laporan bukanlah nilai

realisasi jika aktiva itu dijual atau dikuasai,

b. Daya beli dari uang dianggap tetap, stabil atau konstan, walaupun hal ini bertentangan dengan kenyataan namun akuntansi mencatat semua transaksi

atau peristiwa dalam jumlah uangnya dan tidak mengadakan perbedaan

antara nilai-nilai dari berbagai tahun.

3. Pendapat pribadi (personal judgment).

Pendapat pribadi (personal judgment), dimaksudkan bahwa walaupun

pencatatan transaksi telah diatur oleh konvensi-konvensi atau dalil-dalil dasar

konvensi yang sudah ditetapkan yang sudah menjadi standar praktek

pembukuan, namun penggunaan dari konvensi-konvensi dan dalil-dalil dasar

tersebut tergantung dari pada akuntan atau manajemen perusahaan yang

bersangkutan. Pendapat ini tergantung kepada kemampuan atau integritas

pembuatnya yang dikombinasikan dengan fakta yang tercatat dan kebiasaan

serta dalil-dalil dasar akuntansi yang telah disetujui akan digunakan didalam

(9)

dapat ditagih dan penentuan beban penyusutan serta penentuan umur dan suatu

aktiva tetap akan sangat tergantung, pada pendapat pribadi menajemennya dan

berdasar pengalaman masa lalu.

Keterbatasan Laporan Keuangan

Dengan melihat beberapa sifat laporan keuangan tersebut di atas maka dapat

dilihat bahwa laporan keuangan itu mempunyai beberapa keterbatasan antara lain:

1) Laporan keuangan dibuat antara waktu tertentu (interm report) dan bukan

merupakan laporan final.

2) Adanya beberapa standar nilai yang bergabung.

3) Beberapa aktiva, biasanya aktiva tetap dilaporkan berdasarkan harga

perolehan dikurangi dengan akumulasi penghapusannya, karenanya nilai

aktiva itu dalam laporan keuangan akan tercantum sebesar nilai bukunya.

4) Adanya pengaruh daya beli uang berubah.

5) Daya beli uang dari hari kehari selalu berubah sesuai dengan kehidupan

perekonomian sehari-hari.

6) Adanya faktor-faktor yang tidak dinyatakan dengan uang.

7) Laporan keuangan adalah akumulasi dari kejadian-kejadian atau transaksi

transaksi perusahaan yang dapat dinyatakan dengan satuan uang.

8) Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian

yang telah lewat, oleh karena itu laporan keuangan tidak dapat dianggap

sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan

ekonomi.

9) Laporan keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi

(10)

10) Proses penyusunan ilaporan keuangan tidak luput dari penggunaan

taksiran-taksiran dan berbagai pertimbangan.

11) Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material.

12) Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian.

13) Bila terdapat beberapa kemungkinan konklusi yang tidak pasti mengenai

penilaian suatu pos, maka lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba

bersih atau nilai aktiva yang paling kecil.

14) Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomi suatu

peristiwa/transaksi dari pada bentuk hukumnya (formalitas).

15) Laporan keuangan di susun dengan istlah-istilah teknis.

16) Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan

menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomi dan tingkat

kesuksesan antar perusahaan.

17) Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dikuantifikasikan

umumnya diabaikan.

18) Nilai yang tercantum dineraca hanyalah nilai pada suatu saat tertentu saja.

19) Analisis harus menyadari kemungkinan adanya suatu window dressing.

20) Nilai beli rupiah makin lemah.

2. Analisis Laporan Keuangan

Salah satu tugas penting manajemen atau investor setelah akhir tahun adalah

menganalisa laporan keuangan perusahaan, sedangkan pengertian analisa laporan

(11)

Harahap mengemukakan analisa laporan keuangan sebagai berikut:"Analisa

laporan keuangan yaitu menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit

informasi yang lebih kecil dan melihat hubungan yang bersifat signifikan atau yang

mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuiantitatif maupun

non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang

sangatl penting dalam proses menghasilkan keputusan yung tepat, (1998:3) ".

Sedangkan menurut Djahidin analisa laporan keuangan adalah:"Analisa

laporan keuangan mencakup penerapan metode dari teknik analitis atas laporan

keuangan dan data lainnya untuk melihat dari laporan itu ukuran-ukuran dan

hubungan tertentu yang sangat berguna dalam proses pengambilan keputusan

(1983)".

Munawir mengemukakan pengertian analisa laporan keuangan adalah

sebagai berikut:"Mempelajari hubungan-hubungan di dalam suatu setiap laporan

keuangan pada suatu saat tertentu dan kecenderungan-kecenderungan dari hubungan

ini sepanjang waktu (1998) ".

Dalam melakukan analisa laporan keuangan suatu perusahaan digunakan

beberapa metode dan teknik analisa. Metode dan teknik tersebut merupakan alat

untuk mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan keuangan

sehingga diketahui perubahan dari masing-masing pos tersebut.

Ada dua metode analisa yang digunakan oleh setiap penganalisa laporan

keuangan yaitu:

1. Analisa Horisontal (dinamis)

Adalah analisa dengan mengadakan perbandingan laporan keuangan untuk

(12)

2. Analisa Vertikal (stalls)

Perbandingan antara pos-pos yang diliputi periode saja sehingga akan

diketahui keadaan keuangan pada saat itu saja.

Teknik analisa yang biasa digunakan dalam analisa laporan keuangan adalah

sebagai berikut:

1. Analisa perbandingan laporan keuangan 2. Trend

3. Laporan dengan persentase per komponen (common size statement) 4. Analisa sumber dan penggunaan modal kerja

5. Analisa sumber dan penggunaan kas 6. Analisa rasio

7. Analisa perubahan laba kotor 8. Analisa Break-even

3. Fast Food (Makanan Cepat Saji) a. Definisi Fast Food

Dengan semakin meningkatnya arus informasi dan globalisasi, di Indonesia

akhir-akhir ini terdapat kecenderungan minat berbagai kalangan masyarakat akan

restoran fast food atau cepat saji yang semakin meningkat. Hal ini dapat terlihat dari

semakin banyaknya jumlah outlet dari restoran cepat saji di berbagai penjuru

terutama di kota-kota besar.

Bertram (1975) mendefinisikan fast food sebagai makanan yang dapat

disiapkan dan dikonsumsi dalam waktu yang singkat. Biasanya merupakan makanan

orang-orang yang mempunyai waktu yang singkat untuk memasak atau

(13)

ini biasanya dikonsumsi oleh orang-orang yang sibuk atau memiliki gaya hidup

modern yang menginginkan kepraktisan serta kemudahan.

PT. Corinthian Infopharma Corpora menyatakan bahwa fast food

mempunyai beberapa pengertian yaitu:

1) Makanan yang disajikan dengan cepat dan mempunyai standar tertentu yang

meliputi mutu, pelayanan, dan harga.

2) Makanan yang dijual pada outlet-outlet tertentu yang memiliki ruangan untuk

bersantap di tempat, baik yang melayani sendiri (self service) maupun dengan

pesanan.

3) Makanan itu serba cepat, unik, dan sudah terkenal.

4) Restoran tersebut dioperasikan pada skala tertentu dan hidangan yang disajikan

dapat diproduksi secara massal.

b. Penggolongan Fast Food

Restoran fast food terbagi menjadi dua golongan besar. Golongan pertama

didasarkan pada kronologi sejarah perkembangan fast food, maka tipe fast food di

Indonesia dapat dikategorikan menjadi tiga macam, yaitu:

1) Coffee shop gaya Amerika seperti Mc Donald’s, Burger King, Kentucky Fried

Chicken.

2) Restoran tradisional gaya Indonesia seperti restoran Padang dan warung tegal,

dan

3) Restoran bentuk baru yaitu mengaitkan produk baru dengan lokasi yang strategis,

(14)

Penggolongan berikutnya berdasarkan menu. Jika dilihat dari menu yang

ditawarkan, maka fast food di Indonesia dapat dikategorikan menjadi dua macam.

Pertama, bermenu barat seperti hamburger, sandwich, pizza, ayam goreng, kentang

goreng, salad, dan beraneka jenis roti. Kedua, bermenu tradisional seperti ketoprak,

taoge goreng, lontong sayur, karedok, empek-empek, es campur, pisang goreng, tahu

goreng, wedang jahe dan bandrek (Hubeis, 1993).

Namun di Indonesia yang lebih dikenal sebagai fast food adalah makanan

yang bermenu barat. Sejak masuknya makanan luar yang ditandai dengan berdirinya

restoran-restoran asing, barulah restoran fast food menjadi populer di Indonesia.

3. Sistem Franchise

Fast food semakin populer dan diminati oleh masyarakat dari berbagai

usia. Besarnya pangsa pasar fast food memberikan kesempatan untuk berbagai

merek fast food dari luar untuk membuka restoran fast food di Indonesia dengan

sistem franchise. Sistem franchise dipilih karena sistem ini merupakan output yang

seragam dan konsisten bagi konsumen dimana pun produk dibeli (PT. Corinthian

Infopharma Corpora, 1993).

Sebuah restoran dapat digolongkan sebagai restoran fast food dan dapat

dijalankan dengan sistem franchise jika memenuhi kriteria sebagai berikut:

1) Makanan yang ditawarkan unik dan relatif sulit ditiru, produk yang tidak unik

harus memiliki nama yang telah terkenal.

2) Relatif menguntungkan dan telah sukses minimal selama dua tahun.

3) Memiliki pasar potensial yang besar, dan

(15)

Sebagian besar restoran fast food atau cepat saji yang ada di Indonesia

merupakan restoran waralaba (franchise) yang berasal dari luar negeri seperti

Kentucky Fried Chicken (pelopor fast food dan franchise), Mc Donald’s , A&W

Restaurant, Texas Fried Chicken, California Fried Chicken, Popeyes Chicken, dan

lainnya. Di Indonesia sendiri franchise dikenal dengan istilah waralaba dan sebagian

kecil dari dalam negeri seperti misalnya Es Teler 77 dan restoran Padang Sederhana.

Menurut Suryana (1994), franchise adalah suatu persetujuan lisensi

menurut hukum antara suatu perusahaan (pabrik) penyelenggara dengan penyalur

atau perusahaan lain untuk melaksanakan usaha. Sedangkan franchising sendiri

adalah kerjasama manajemen untuk menjalankan perusahaan cabang atau penyalur.

Inti dari franchising adalah memberi hak monopoli untuk menyelenggarakan usaha

dari perusahaan induk. Perusahaan pemberi lisensi disebut franchisor dan yang

diberi lisensi disebut franchisee.

Kotler (1997), membedakan waralaba (franchise) berdasarkan tiga

karakteristik:

1) Pemberi waralaba memiliki merek dagang atau merek jasa dalam

melisensikannya kepada pewaralaba (franchisee) dan imbalannya adalah pemberi

royalti.

2) Pewaralaba diharuskan untuk membayar hak-hak untuk menjadi bagian dari

sistem tersebut. Akan tetapi iuran awal (initial fee) ini hanyalah bagian kecil dari

jumlah total yang pewaralaba investasikan ketika ia menandatangani suatu

kontrak waralaba.

3) Pemberi waralaba menyediakan suatu sistem pemasaran dan operasi untuk

(16)

Dalam format bisnis seperti ini, perusahaan yang diberi hak monopoli

menyelenggarakan perusahaan seolah-olah merupakan bagian dari perusahaan

pemberi lisensi yang dilengkapi dengan nama produk, merek produk (logo), dan

prosedur penyelenggaraan secara standar. Pada umumnya dukungan yang diberikan

meliputi dukungan awal seperti pemilihan lokasi, rencana bangunan, pembelian

peralatan, pola arus kerja, pemilihan karyawan, periklanan, grafik, dan bantuan pada

acara opening. Dukungan lain yang berlanjut seperti pencatatan dan akuntasi,

konsultasi, pemeriksaan dan standar, promosi, pengendalian kualitas, nasihat hukum,

riset, dan material lainnya (Suryana, 1994)

II. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai restoran cepat saji telah banyak dilakukan terutama yang

menyangkut masalah pemasaran. Hasil-hasil penelitian terdahulu membahas

pemasaran dari berbagai sudut pandang serta berbagai aspek pembahasan.

Hasil penelitian Sulistyowati (1994) melalui Pendekatan Penskalaan Multi

Dimensi menguraikan urutan atribut produk yang menjadi pertimbangan konsumen

dalam memilih produk ayam goreng di Kentucky Fried Chicken, California Fried

Chicken dan Bogor Fried Chicken antara lain adalah rasa, keempukan daging ayam

dan kerenyahan sedangkan atribut mutu pelayanan adalah kebersihan, penyajian

dalam keadaan panas, kecepatan pelayanan, ukuran porsi, keramahan pelayan,

harga, lokasi restoran, sambal dan saos tomat yang disajikan, merek serta promosi

yang dilakukan.

Hasmini (1994) dalam penelitiannya tentang Tinjauan Finansial Perusahaan

(17)

Putra Sejahtera Pioneerindo, Jakarta. Dari hasil analisis likuiditas internal, dapat

disimpulkan bahwa PT. Putra Sejahtera Pioneerindo berada dalam keadaan likuid,

PT. Fast Food Indonesia illikuid. PT. Fast Food Indonesia tidak akan mampu

menutupi kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang dimiliki karena

perusahaan memiliki nilai hutang lancar yang lebih besar dari nilai aktiva lancar.

Dari hasil analisis efisiensi, didapat bahwa PT. Fast Food Indonesia lebih efisien

dari PT. Putra Sejahtera Pioneerindo. PT. Fast Food Indonesia lebih mampu

menghasilkan penjualan yang lebih tinggi dari aktiva dan modal yang dimiliki. PT.

Fast Food Indonesia memiliki nama yang lebih populer dan rasa yang lebih enak

untuk restoran sejenis lainnya. Pada PT. Putra Sejahtera Pioneerindo walaupun

perusahaan berada dalam keadaan likuid, tapi kurang mampu menghasilkan

penjualan yang besar. Untuk analisis profitabilitas PT. Putra Sejahtera Pioneerindo

lebih tinggi. Hal ini dikarenakan nilai Harga Pokok Penjualan (HPP) PT. Putra

Sejahtera Pioneerindo relatif lebih rendah, yang didapat dari potongan yang

diberikan pemasok bahan baku dan sedikitnya biaya yang dikeluarkan untuk HPP.

PT. Fast Food Indonesia punya resiko bisnis dan resiko keuangan relatif lebih besar.

Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien variasi laba optimal (CV) dan fluktuasi

penjualan (SV) yaitu sebesar 0,39 dan 0,37 sedangkan PT. Putra Sejahtera

Pioneerindo hanya sebesar 0,26 dan 0,20.

Sahal (2003) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Formulasi Strategi

PT. Fast Food Indonesia, Tbk (KFC) dalam Menghadapi Persaingan Bisnis Fast

Food” menyatakan bahwa perusahaan secara internal memiliki kekuatan dan

kelemahan. Kondisi internal yang menjadi kekuatan perusahaan untuk bersaing

(18)

saji, cita rasa produk sesuai konsumen, keseragaman standar pelayanan dan produk,

sertifikat halal, program pelatihan berkelanjutan, kondisi keuangan yang sehat dan

dukungan franchisor.

Sementara yang menjadi kelemahan perusahaan adalah promosi tidak selalu

tepat sasaran, diversifikasi produk kurang, lokasi store sebagian kurang strategis,

program Research & Development belum optimal, promosi premium kurang

menarik, Product Life Cycle (PLC) kurang diperhatikan, kemampuan dan

keterampilan sumberdaya manusia beragam, sistem informasi manajemen dalam

operasional, gudang dan penjualan lemah dan Total Quality Management yang

lemah.

Kondisi eksternal yang menjadi peluang untuk dimanfaatkan adalah segmen

pasar yang besar, kecenderungan kebijakan konsumen akan pesan antar, jumlah

penduduk tinggi, penerimaan produk oleh semua lapisan dan terbukanya segmen

anak-anak. Ancaman eksternal yang dihadapi adalah menjamurnya waralaba asing,

persaingan antara restoran sejenis dan tidak sejenis, kondisi politik dan keamanan,

pertumbuhan ekonomi tidak stabil, kebijakan pemerintah yang mendukung dan

kebijakan franchisor yang kadang kaku.

Apabila dibandingkan dengan penelitian terdahulu, penulis menganalisis

lebih banyak atribut dalam penelitiannya. Selain itu penelitian sebelumnya kurang

membahas pada bauran pemasaran, itu pun hanya sebatas membahas strategi

promosi yang akan diterapkan dalam manajemen KFC agar dapat meningkatkan

penjualan. Sedangkan strategi lainnya tidak dibahas.

Pada penelitian lainnya, ada yang membahas tentang formulasi strategi apa

(19)

atribut, yaitu atribut pelayanan, kebersihan, produk, harga, kenyamanan dan

promosi. Sedangkan pada penelitian ini terdapat 20 atribut yang akan diteliti, antara

lain atribut lokasi, tempat parkir, keramahan pelayan, penampilan pelayan,

kecepatan penyajian, kecepatan transaksi, daftar menu, kebersihan ruangan, dekorasi

ruangan, temperatur ruangan, keharuman ruangan, musik, variasi jenis produk,

jumlah porsi, aroma, rasa, kemasan bawa pulang, harga, promosi dan diskon.

Kaitan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah meneliti perusahaan

yang sama, yakni KFC. Sehingga isi dari penelitian ini dapat saling melengkapi dan

berguna bagi pihak KFC agar dapat memaksimalkan penjualannya.

III. Kerangka Pemikiran

Perilaku konsumen merupakan suatu aspek penting yang harus

diperhatikan oleh perusahaan yang menganut konsep pemasaran dengan tujuan

memberikan kepuasan kepada konsumen. Mempelajari perilaku konsumen berarti

mempelajari bagaimana konsumen membuat keputusan dengan menggunakan

sumberdaya yang dimilikinya (waktu, uang dan usaha) untuk memperoleh produk

atau jasa yang mereka inginkan. Didalamnya terdapat pembahasan mengenai jenis,

alasan, waktu, tempat dan frekuensi pembelian yang dilakukan serta frekuensi

pemakaian suatu produk atau jasa.

Setelah mendapatkan informasi mengenai keputusan pembelian oleh

konsumen, maka diharapkan perusahaan akan mampu merumuskan strategi-strategi

apa saja yang akan diterapkan untuk memenuhi keinginan konsumen.

Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data-data yang diperoleh dari

(20)

laporan labarugi dan laporan neraca. Kemudian data-data tersebut dianalisa. Setelah

diketahui masing-masing hasilnya, maka akan dilakukan intrepretasi hasil pengolahan data

tersebut untuk mengetahui jenis ayam yang disukai konsumen pada PT. Fastfood Indonesia,

Tbk(KFC).

[image:20.595.191.515.299.607.2]

Berikut adalah bagan yang menggambarkan kerangka pikir :

Gambar 1

Kerangka Pikir

PT. Fastfood Indonesia Tbk (KFC)

Laporan Keuangan terhadap penjualan

Perbandingan Harga Ayam HHC VS Ayam

ORI

Peningkatan Laporan Keuangan PT. Fastfood

Gambar

Gambar 1

Referensi

Dokumen terkait

Perancangan model dalam menyelesaikan masalah tertentu ini diperlukan untuk mengukur tingkat kesesuaian kegunaan terhadap teknologi yang dibuat (Kurniabudi and

Hasil analisis One Way Anova menunjukkan bahwa nilai p=0,000 (p<0,05) yang berarti terdapat perbedaan bermakna pada selisih nilai warna (dE*ab) sebelum

domba tersebut didukung oleh kondisi alam Garut yang cocok untuk perkembangbiakan ternak domba, juga terintegrasi oleh adanya budaya beternak domba di kalangan

Dikdasmen, Depdikbud, (2007), Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata pelajaran Kimia, Standar isi KTSP 2006, Jakarta.. Fersht, A., (1999), Structure and Mechanism in

Hasil pengujian menunjukkan bahwa titrator semi otomatis memiliki beberapa kelebihan yaitu dapat membaca nilai potensial setiap detik, larutan yang dibutuhkan untuk

suatu penelitian dan penulis mencoba melakukan penelitian yang Berjudul Identifikasi Indeks Kerentanan Seismik Di Bendungan Bili-Bili Kabupaten Gowa Dengan

dan perangkat tablet digital dengan berbagai aplikasi. Generasi anak- anak sekarang, yang disebut "Generasi Alpha" sangat berbeda dengan generasi sebelumnya. Mereka

Risiko kredit yang masih dibawah batas kewajaran yang disyaratakan oleh Bank Indonesia tidak berpengaruh terhadap laba bersih yang diperoleh para pemegang saham