• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN

PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT

Oleh :

A. M. Soleh, D. Sungkawa*), B. Waluya *)

Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia

Email :

ajimuhamadsoleh@gmail.com, dadang_sungkawa@yahoo.com, syi_ak@yahoo.com

ABSTRAK

Di Kabupaten Garut terdapat dua pasar ternak yaitu Pasar Ternak Bayongbong dan Pasar Ternak Wanaraja yang menjadi pusat distribusi ternak berskala regional dengan tujuan mempermudah produsen dan konsumen untuk bertransaksi. Kedua pasar ternak mengalami perkembangan yang berbeda dari tingkat keramaian dan tingkat pemasaran dimana Pasar Ternak Bayongbong lebih unggul. Tujuan penelitian ini adalah : 1) memperoleh gambaran tentang lokasi Pasar Ternak Bayongbong dibandingkan dengan Pasar Ternak Wanaraja; 2) mengetahui aksesibilitas Pasar Ternak Bayongbong dibandingkan dengan Pasar Ternak Wanaraja; 3) mengetahui komoditas ternak di Pasar Ternak Bayogbong dibandingkan dengan Pasar Ternak Wanaraja; 4) mengetahui fasilitas pasar di Pasar Ternak Bayongbong dibandingkan dengan Pasar Ternak Wanaraja. Metode yang digunakan adalah deskriptif komparatif. Analisis data dengan persentase dan uji beda t-test. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan keruangan. Sampel penelitian terdiri dari 40 konsumen dan produsen pada sampel wilayah yang diambil secara insidental. Hasil penelitian menunjukan bahwa lokasi Pasar Ternak Bayongbong lebih unggul dibandingkan dengan Pasar Ternak Wanaraja dari variabel penelitian yang diujikan. Rekomendasi berupa realisasi dan revitalisasi pembangunan Pasar Ternak Bayongbong dan Pasar Ternak Wanaraja, penyediaan zonasi khusus untuk ternak besar di Pasar Ternak Bayongbong dan penyediaan zonasi khusus ternak unggas di Pasar Ternak Wanaraja agar keberadaannya berkembang dan tetap terjaga.

Kata kunci: Pasar Ternak Domba, Komparasi, Lokasi, Aksesibilitas, Fasilitas Pasar

(2)

ABSTRACT

Garut district has a livestock market which become a livestock distribution centre of regional scale to facilitate the producer and livestock consumer in the transaction. Livestock market which become the primary node of livestock distribution in Garut district are Bayongbong Livestock Market and Wanaraja Livestock Market. Based on Disnakkanla marketing datas, from the level of the crowd and livestock marketing, Bayongbong Livestock Market tends to be superior. That phenomenon is interesting to be studied with comparative analysis. The aim of this study are: 1) to gain an overview of Bayongbong Liivestock Market place and Wanarja Livestock Market place; 2) to know the accessibility of Bayongbong Livestock Market and Wanaraja Livestock Market; 3) to know the livestock commodities of livestock in Bayongbong Livestock Market and Wanaraja Livestock Market; 4) to know the market facilities in Bayongbong Livestock Market and Wanaraja Livestock Market. The method used in this study is descriptive comparative method. The approach used for this study is spatial approach. The data analysis in this study is in the form of percentage analysis and t-test different test. The sample of this study are 40 consumers and producer in region sample which taken with incidental sampling. The result shows that the location of Bayongbong Livestock Market is adjacent than Wanaraja Livestock Market from several research variables test. The recomendation are realization and revitalization of Bayongbong Livestock Market and Wanaraja Livestock Market, provide special zonation for cattle in Bayongbong Livestock Market and provide special zonation for aves in Wanaraja Livestock Market for depelovement and existention both of them.

Keywords: Livestock, Comparative, Location, Accessibility, Livestock Market Facilities

PENDAHULUAN

Kabupaten Garut terkenal sebagai daerah usaha peternakan domba yang banyak dikelola oleh petani. Berdasarkan data Disnakkanla Tahun 2014, jenis ternak domba populasinya sudah mencapai 1,2 juta ekor dengan rata-rata tingkat pertumbuhan 4% per tahun yang tersebar merata di 42 kecamatan yang ada di Kabupaten Garut (BPS Garut, 2014). Besarnya populasi

domba tersebut didukung oleh kondisi alam Garut yang cocok untuk perkembangbiakan ternak domba, juga terintegrasi oleh adanya budaya beternak domba di kalangan petani. Ternak domba bagi para petani merupakan simpanan harta yang sewaktu-waktu dapat diuangkan dengan mudah karena harganya yang relatif murah. Sesuai dengan pendapat Atmadja (1979:61), “Fungsi ternak domba

(3)

dan kambing bagi petani, yang paling menonjol yaitu sebagai usaha sambilan atau tambahan pendapatan dan sebagai tabungan yang sewaktu-waktu dapat diuangkan”.

Aktivitas perniagaan ternak domba difasilitasi Pemda Garut melalui Perda Kabupaten Garut No. 12 Tahun 2002 tentang “retribusi pemakaian pasar hewan dan pemeriksaan kesehatan hewan/ternak di dalam dan di luar pasar” yang kemudian diubah dengan Perda Kabupaten Garut No. 9 Tahun 2011 tentang “retribusi jasa usaha”. Adapun implementasi perda tersebut adalah penyediaan lokasi pasar ternak yang dikelola oleh UPTD Pasar Ternak Disnakkanla dengan anggaran yang berasal dari APBD. Di Kabupaten Garut sendiri terdapat enam pasar ternak. Dua diantaranya adalah pasar ternak besar milik pemerintah daerah yang menjadi pusat distribusi ternak di Kabupaten Garut. Pasar Ternak Tersebut adalah Pasar Ternak Bayongbong dan Pasar Ternak Wanaraja. Bila diperhatikan secara sepintas di lapangan, kondisi kedua pasar ternak masih tergolong sederhana. Namun, perbedaan terlihat dari ramainya pasar pada jumlah ternak masuk di kedua pasar tersebut. Pasar Ternak Bayongbong lebih tinggi jumlah pemasarannya bila dibandingkan Pasar Ternak Wanaraja. Perbedaannya cukup tinggi walaupun jadwal operasi pasarnya berbeda.

Permasalahan di atas perlu dianalisis secara geografis untuk mengetahui lebih mendalam variabel lainnya yang membedakan kedua pasar ternak tersebut. Dalam penelitian ini difokuskan pada pengkajian komparasi variabel lokasi, aksesibilitas, komoditas, dan fasilitas di masing-masing pasar ternak. Hal ini penting untuk dilakukan agar dapat memberi bahan masukan dalam perencanaan pembangunan pasar ternak di masa yang akan datang.

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1) memeperoleh gambaran tentang lokasi Pasar Ternak Bayongbong dan Pasar Ternak Wanaraja; 2) mengetahui aksesibilitas Pasar Ternak Bayongbong dan Pasar Ternak Wanaraja; 3) mengetahui komoditas ternak di Pasar Ternak Bayogbong dan Pasar Ternak Wanaraja; 4) mengetahui fasilitas pasar di Pasar Ternak Bayongbong dan Pasar Ternak Wanaraja.

Sebagaimana dikemukakan oleh Abdurrachmat, et al., (1997:57) bahwa, “pasar adalah tempat dimana penjual dan pembeli bertemu untuk mengadakan transaksi dengan menggunakan alat tukar (uang misalnya)”. Kemudian, menurut Sariyun, et al., (1994:20), “pasar diartikan sebagai tempat orang menjajakan atau menjual barang dagangannya secara bersama-sama dengan pedagang lain, baik secara kontinyu atau tidak”.

(4)

Adapun definisi pasar ternak, menurut Disnakkanla Kabupaten Garut (2014:4) adalah sebagai berikut: “Pasar ternak merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual dan pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari pancuh, galar dan dasaran terbuka yang dibuka oleh pengelola pasar. Kebanyakan menjual ternak besar, ternak kecil dan unggas. Pasar dibagi ke dalam kelompok-kelompok yang responsif terhadap hal yang berbeda sepeti harga, spesifikasi/kualitas ternak, pengiklanan, pengecer dan sebagainya”.

Pasar merupakan tempat sentral yang melayani kebutuhan penduduk. Christaller (Sumaatmadja, 1988:122) menjelaskan bahwa: “Tempat lokasi yang sentral adalah tempat yang memungkinkan parisipasi manusia dalam jumlah maksimum, baik bagi mereka yang terlibat dlam aktivitas pelayanan, maupun yang menjadi konsumen dari barang-barang pelayanan yang dihasilkan”.

Sebagai tempat sentral, pasar harus memiliki tingkat aksesibilitas yang memadai. Hubungan atau interaksi antar tempat dapat dicapai baik menggunakan sarana transportasi umum, tradisional, atau jalan kaki (Pasya, 2006 : 111). Menurut Tarigan (2008:78), “Tingkat aksesibilitas

adalah tingkat kemudahan untuk mencapai suatu lokasi ditinjau dari lokasi lain di sekitarnya”. Selanjutnya, tingkat aksesibilitas antara lain dapat dipengaruhi oleh jarak, kondisi jalan, prasarana perhubungan, ketersediaan berbagai sarana perhubungan termasuk frekuensi dan tingkat keamanan serta kenyamanan untuk melalui jalan tersebut (Tarigan, 2008:78). Dengan demikian, aksesibilitas erat kaitannya dengan kemudahan melakukan transportasi.

Ketersediaan komoditas merupakan variabel lain yang akan menentukan ramainya aktivitas perdagangan pasar. Hal ini sebagaimana yang digariskan Alma (2004:105), “Pasar yang menyediakan barang yang bervariasi dan lengkap tentunya akan menarik banyak konsumen untuk berbelanja. Konsumen atau pembeli dapat membeli barang apapun yang dibutuhkannya dan merupakan keuntungan tersendiri bagi pedagang”. Selain itu, menurut Tarigan (2007:131), “Adalah menjadi sifat manusia untuk berusaha mendapatkan barang yang diinginkan dalam batas waktu tertentu dengan harga yang semurah mungkin”. Dengan adanya ketersediaan komoditas dalam jumlah banyak dan bervariasi, konsumen tidak perlu lagi mencarinya ke lokasi lain. Sehingga akan meminimalisisr biaya transport dan waktu.

Kemudian, ketersediaan dan kondisi fasilitas pendukung dipasar juga dapat

(5)

menjadi daya tarik tersendiri bagi produsen dan konsumen untuk berkunjung ke pasar. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Alma (2004:105), “Agar pasar banyak dikunjungi oleh pengunjung, maka diperlukan fasilitas pendukung seperti tempat parkir, WC/MCK, tempat sampah, mushola, telepon umum, dan bank. Lokasi fasilitas-fasilitas pendukung sebaiknya saling berdekatan agar dapat memudahkan pengunjung untuk menjangkau fasilitas tersebut sehingga menimbulkan daya tarik tersendiri bagi pasar tersebut”. Dengan demikian, kelengkapan fasilitas pasar merupakan variabel yang mempengaruhi minat konsumen untuk berkunjung ke pasar. METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif komparatif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui teknik observasi, angket, studi dokumentasi, dan literatur. Populasi terdiri dari populasi wilayah dan populasi responden. Populasi wilayah adalah seluruh pasar ternak yang terdapat di Kabupaten Garut. Sedangkan populasi responden adalah seluruh pelaku pasar di pasar ternak. Sedangkan sampel penelitian terdiri dari dua sampel wilyaha yaitu Pasar Ternak Bayongbong dan Pasar Ternak Wanaraja. Adapun sampel responden terdiri dari 40 responden konsumen dan 40 responden produsen pada tiap-tiap pasar yang menjadi sampel. Pengambilan sampel

responden diambil dengan cara insidental

sampling. Tahap pengolahan dan analisis

data meliputi dua tahap yaitu tahap analisis kualitatif dan tahap analisis kuantitatif, untuk mengetahui kecenderungan jawaban responden terhadap kondisi di lapangan digunakan persentase dan Uji Beda T-Test. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Lokasi Pasar Ternak Bayongbong dan Pasar Ternak Wanaraja

Secara geografis Pasar Ternak Bayongbong terletak di koordinat 7o 15’ 12” LS, dan 107o 49’ 17” BT, pada ketinggian 955 mdpl. Berlokasi di Jalan Anyar Pasar Andir, Kampung Andir, Desa Mulya Sari, Kecamatan Bayongbong. Jarak Pasar Ternak Bayongbong dari pusat Kabupaten Garut yakni ±14 km. Lokasi Pasar Ternak Bayongbong juga berada di tengah-tengah lingkungan peternak khususnya peternak domba. Lokasinya mudah diakses karena berdampingan dengan Terminal Andir, Pasar Andir, dan Pasar Simpang. Adapun Pasar Ternak Wanaraja, secara geografis, berada pada koordinat 7o 10’ 25” LS, dan 107o 59’

04” BT, pada ketinggian 735 mdpl. Jarak Pasar Ternak Wanaraja dari pusat Kabupaten Garut yakni ±12 km. Berlokasi di Jalan Talaga Bodas, Kampung Kudang, Desa Wanajaya, Kecamatan Wanaraja. Pasar Ternak Wanaraja berdekatan dengan Kantor Dinas Pertanian Wanaraja.

(6)

Pasar Ternak Bayongbong sebagian besar (67,5 %) dijangkau oleh konsumen yang datang dari lokasi lebih dari 15 km. Sedangkan Pasar Ternak Wanaraja sebagian besar hanya dijangkau oleh konsumen yang jarak tempuhnya kurang dari 15 km. Dari hasil sampling terhadap 40 konsumen, di Pasar Ternak Bayongbong 26 konsumen berasal dari luar kabupaten, 14 dari dalam kabupaten. Untuk Pasar Ternak Wanaraja, 30 konsumen berasal dari dalam kabupaten dan 10 konsumen berasal dari luar kabupaten. Frekuensi kunjungan, sebagian besar konsumen berkunjung ke Pasar Ternak Bayongbong setiap 4 dan 8 kali dalam satu bulan. Dan konsumen di Pasar Ternak Wanaraja berkunjung antara 1 dan 2 kali dalam satu bulan.

Tabel 1 Jarak Tempuh Konsumen

No Jarak Tempuh Pasar Ternak Bayongbong % Pasar Ternak Wanaraja % 1 >5 km 2 5 14 35 2 6-8 km 3 7,5 7 17,5 3 9-12 km 2 5 6 15 4 13-15 km 6 15 4 10 5 >15 km 27 67, 5 9 22,5 Jumlah 40 100 40 100 Sumber : Penelitian 2015

Lokasi pasar harus strategis dari segi kedekatannya dengan lokasi pemukiman penduduk. Hal tersebut dapat menjadi pendukung terhadap keberadaan pasar. Mengenai jumlah penduduk yang bemukim di sekitar pasar, jumlah penduduk pada

daerah yang menjadi komplementer Pasar Ternak Bayongbong lebih besar jumlahnya dibandingkan dengan jumlah penduduk pada daerah komplementer Pasar Ternak Wanaraja. Penduduk di sekitar Pasar Ternak Bayongbong sendiri yang terdiri dari 18 desa yaitu sejumlah 93.237 jiwa, sedangkan penduduk di sekitar Pasar Ternak Wanaraja yang terdiri dari 9 desa yaitu 44.083 jiwa. Kondisi Aksesibilitas Pasar Ternak

Bayongbong dan Pasar Ternak Wanaraja Aksesibilitas adalah kemudahan untuk mencapai suatu lokasi baik karena adanya jaringan dan rute transportasi atau karena kedetakan suatu lokasi layanan dengan lokasi konsentrasi penduduk. Faktor aksesibilitas ini akan menjadi daya tarik bagi konsumen untuk. Untuk menuju kedua pasar ternak tersebut, perlu adanya akses jalan yang baik yang dapat dilalui oleh kendaraan konsumen dan produsen. Sehingga akan menimbulkan kenyamanan untuk berkunjung dengan waktu tempuh yang dapat diperkirakan.

Tabel 2 Waktu Tempuh Konsumen

No Jarak Tempuh Pasar Ternak Bayongbong % Pasar Ternak Wanaraja % 1 < 10 mnt 2 5 15 37,5 2 15-20 mnt 3 7,5 10 25 3 25-30 mnt 8 20 6 15 4 >35 mnt 27 67,5 9 22,5 Jumlah 40 100 40 100 Sumber : Penelitian 2015

(7)

Mengenai waktu tempuh, konsumen yang berada di Pasar Ternak Bayongbong sebagian besar menempuh waktu lebih dari 35 menit untuk menuju pasar. Sedangkan konsumen yang berada di Pasar Ternak Wanaraja waktu tempuh konsumen bervariasi namun sebagian besar kurang dari 35 menit.

Mengenai jaringan jalan, jaringan jalan yang menuju Pasar Ternak Bayongbong terdiri dari Jalan Raya Bayongbong, Jalan Anyar Pasar Andir, Jalan Simpang Bayongbong, dan Jalan Pasar Andir. Kondisi jalannya kurang baik karena dalam kondisi rusak berbatu dan berlubang. Sedangkan jalan yang menuju Pasar Ternak Wanaraja terdiri atas Jalan Raya Wanaraja dan Jalan Talaga Bodas. Kondisi jalannya dalam baik berupa jalan hotmik. Adapun mengenai prasarana perhubungan, Pasar Ternak Bayongbong berdekatan dengan Terminal Andir sehingga mudah dijangkau oleh konsumen dari berbagai lokasi.

Tabel 3 Cara Konsumen Menuju Pasar

No Nama Pasar Ternak Cara Konsumen Menuju Pasar Jumlah Persenta se (%) 1 Pasar Ternak Bayongbong Naik Kendaraan 40 100 Jalan Kaki - - 2 Pasar Ternak Wanaraja Naik Kendaraan 34 85 Jalan Kaki 6 15 Sumber : Penelitian 2015

Pasar Ternak Bayongbong dilalui oleh rute transportasi umum. Ada dua kendaraan umum yang melintasi Pasar Ternak

Bayongbong. Sedangkan Pasar Ternak Wanaraja tidak dilalui oleh rute transportasi umum. Namun faktor rute kendaraan umum dan ketersediaan sarana perhubungan tidak menjadi permasalahan karena sebagian besar konsumen menggunakan kendaraan pribadi berupa mobil dan motor. Terdapat juga moda transportasi mobil omprengan di Pasar Ternak Bayongbong da Pasar Ternak Wanaraja. Selain itu, di Pasar Ternak Wanaraja masih ditemukan moda transportasi delman.

Pemilihan jenis kendaraan disesuaikan dengan jumlah komoditas yang dibeli. Konsumen pada Pasar Ternak Bayongbong rata-rata membeli ternak sejumlah 4-10 ekor. Sedangkan konsumen di Pasar Ternak Wanaraja membeli ternak rata-rata dalam jumlah 1-2 ekor. Mengenai biaya operasional yang digunakan konsumen untuk mengangkut komoditas ternak, di Pasar Ternak sebagain besar konsumen yang menggunakan kendaraan pribadi mengeluarkan biaya lebih dari Rp. 30.000. Sedangkan untuk konsumen yang ada di Pasar Ternak Wanaraja, biaya operasional rata-rata kurang dari Rp. 30 .000. Selain itu ada juga konsumen di Pasar Ternak Wanaraja yang tidak mengeluarkan biaya operasional karena cukup ditempuh dengan berjalan kaki.

Ketersediaan Komoditas di Pasar Ternak Bayongbong dan Pasar Ternak Wanaraja

(8)

Ketersediaan komoditas dalam jumlah yang banyak serta bervariasi, akan menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen untuk mengunjungi pasar. Hal ini karena konsumen akan mendapatkan kepastian terhadap komoditas yang diinginkannya pada suatu lokasi tanpa harus mencari lagi di lokasi lain. Kertesediaan komoditas ternak di Pasar Ternak Bayongbong setiap jadwal pasar sejumlah 700-1000 ekor, sedangkan ketersediaan komoditas ternak di Pasar Ternak Wanaraja sejumlah 200-250 ekor.

Ketersediaan komoditas ternak di Pasar Ternak Bayongbong didukung oleh banyaknya jumlah populasi ternak domba pada daerah-daerah yang menjadi komplementernya. Selain itu, para produsen pada tingkat bandar lebih banyak berpusat di Pasar Ternak Bayongbong dengan rata-rata setiap bandar membawa 5-10 dan 15-20 ekor ternak. Adapun ketersediaan komoditas ternak di Pasar Ternak Wanaraja juga didukung oleh daerah komplementernya namun dengan jumlah populasi ternak domba yang lebih sedikit. Keberadaan produsen pada tingkat bandar pun lebih sedikit di Pasar Ternak Wanaraja dengan rata-rata setiap bandar membawa antara 1-4 dan 5-10 ekor ternak.

Kemudian bila melihat respon kepuasan konsumen terhadap komoditas ternak yang ditawarkan pada masing-masing pasar terdapat perbedaan. Kepuasan konsumen

disandarkan berdasarkan jumlah, kualitas, varietas/spesifikasi, dan harga. Untuk Pasar Ternak Bayongbong, respon konsumen mendapatkan nilai rata-rata 140,00 dengan simpangan baku 13,292. Sedangkan untuk Pasar Ternak Wanaraja mendapatkan nilai rata-rata 129,25 dengan simpangan baku 6,801.

Kondisi Fasilitas di Pasar Ternak Bayongbong dan Pasar Ternak Wanaraja

Kondisi dan kelengkapan fasilitas pendukung juga akan menjadi daya tarik bagi konsumen dan produsen untuk berpusat pada suatu lokasi pasar. Berdasarkan data dari Disnakkanla Garut dan dari hasil observasi, terdapat perbedaan kondisi dan kelengkapan fasilitas pasar yang terdapat di Pasar Ternak Bayongbong dan Pasar Ternak Wanaraja. Pasar Ternak Bayongbong memiliki kondisi dan kelengkapan fasilitas pendukung yang lebih baik daripada Pasar Ternak Bayongbong. Hal tersebut membuat Pasar Ternak Bayongbong menjadi lebih kondusif sebagai pusat pemasaran komoditas ternak.

Kemudian bila melihat respon kepuasan konsumen terhadap kondisi dan kelengkapan fasilitas pendukung, yang dimiliki pada masing-masing pasar terdapat perbedaan. Kepuasan konsumen disandarkan berdasarkan keamanan, kebersihan pasar, tempat istirahat dan makan, mushola, parkir

(9)

kendaraan, fasilitas keswan, peneduh pasar, tambatan ternak, dan fasilitas toilet/WC. Untuk Pasar Ternak Bayongbong, respon konsumen mendapatkan nilai rata-rata 128,78 dengan simpangan baku 17,108. Sedangkan untuk Pasar Ternak Wanaraja mendapatkan nilai rata-rata 94,88 dengan simpangan baku 21,603.

Lokasi Pasar Ternak Bayongbong dan Pasar Ternak Wanaraja

Lokasi Pasar Ternak Bayongbong sangat strategis berdasarkan posisinya yang berada di tengah-tengah pusat distribusi ternak Kabupaten Garut. Lokasinya mempermudah konsumen dan produsen untuk mengunjungi dan berpusat di Pasar Ternak Bayongbong. Walaupun jauh dari pusat kabupaten, namun Pasar Ternak Bayongbong dekat dengan fasilitas umum pendukung yakni Terminal Andir, Pasar Andir, dan Pasar Simpang. Selain itu, lokasinya juga berdekatan dengan daerah-daerah komplementer yang memiliki jumlah penduduk yang banyak. Keberadaan Terminal Andir sangat mendukung untuk menarik para konsumen yang berasal dari luar kabupaten untuk berpusat di Pasar Ternak Bayogbong. Hal tersebut menjadikan pemasaran komoditas ternak menjadi ramai dibandingkan pasar ternak lainnya yang ada di Kabupaten Garut.

Adapun lokasi Pasar Ternak Wanaraja, lokasinya cukup strategis karena dapat

melayani dan mempermudah konsumen dan produsen yang berada di sekitar kecamatan-kecamatan terdekat. Pasar Ternak Wanaraja juga jauh dari pusat Kabupaten. Lokasinya berdekatan dengan fasilitas umum yang tidak dapat mendukung terhadap keberadaan pasar karena hanya berdekatan dengan bangunan-bangunan sekolah dan kantor dinas pertanian. Walaupun lokasinya berdekatan dengan Puskeswan Wanaraja, namun hal tersebut tidak menjadi daya tarik tersendiri bagi Pasar Ternak Wanaraja. Jumlah populasi penduduk di daerah-daerah yang menjadi komplementer pun lebih sedkit bila dibandingkan dengan jumlah populasi penduduk yang berada pada daerah-daerah yang menjadi komplementer Pasar Ternak Bayongbong. Hal tersebut terlihat pada tingkat keramaian pasar yang tidak terlalu ramai bila dibandingkan dengan Pasar Ternak Bayongbong.

Aksesibilitas Pasar Ternak Bayongbong dan Pasar Ternak Wanaraja

Aksesibilitas menuju Pasar Ternak Bayongbong memberikan kemudahan bagi konsumen dan produsen dari arah utara dan selatan untuk mendatangi pasar. Hal tersebut karena didukung dengan adanya tiga ruas jalan penghubung dan satu jalan provinsi. Walaupun tiga ruas jalan penghubung dalam kondisi kurang baik karena berbatu dan

(10)

berlubang. Hal tersebut berdampak pada jarak tempuh yang rata-rata lebih dari 35 menit. Kemudian didukung dengan dekatnya pasar ternak dengan Terminal Andir yang menjadi simpul rute transportasi. Namun rute transportasi dan ketersediaan sarana transportasi tidak menjadi perhatian karena konsumen dan produsen sebagian besar menggunakan kendaraan mobil pribadi, dan beberapa ada yang menggunakan kendaraan mobil omprengan.

Adapun aksesibilitas menuju Pasar Ternak Wanaraja memberikan kemudahan bagi konsumen dan produsen yang berada tidak jauh dari pasar ternak dengan jarak tempuh yang rata-rata kurang dari 35 menit. Prasarana tranportasi berupa jalan desa (Jalan Talaga Bodas) yang terhubung dengan jalan kecamatan (Jalan Raya Wanaraja). Akses jalan yang langsung menuju lokasi pasar ternak hanya Jalan Talaga Bodas, dan tidak dilalui oleh rute transportasi umum. Namun hal tersebut

tidak menjadi perhatian karena konsumen dan produsen sebagian besar menggunakan kendaraan pribadi. Kendaraan pribadi berupa kendaraan mobill. Motor, dan truk. Sedangkan kendaraan omprengan berupa mobil dan moda transportasi delaman. Komoditas Pasar Ternak Bayongbong dan Pasar Ternak Wanaraja

Ketersediaan komoditas ternak di Pasar Ternak Bayogbong dalam satu hari pasar yakni 700-1000 ekor. Hal tersebut didukung dengan banyaknya produsen tingkat bandar besar yang berpusat di Pasar Ternak Bayongbong. Rata-rata para produsen mebawa ternak untuk diperdagangkan antara 5-10 dan 15-20 ekor ternak. Daerah yang menjadi komplementer Pasar Ternak Bayongbong memiliki jumlah populasi ternak yang besar. Adapun asal ternak berasal dari wilayah Garut Utara dan Selatan.

(11)

Sedangkan ketersediaan ternak di Pasar Ternak Wanaraja dalam satu hari pasar yakni 200-250 ekor ternak. Hal tersebut karena jumlah produsen pada tingkat bandar perorangan dan peternak perorangan lebih banyak berpusat di Pasar Ternak Wanaraja. Rata-rata produsen membawa ternak dengan jumlah 1-4 dan 5-10 ekor ternak. Asal ternak berasal dari daerah kecamatan-kecamatan terdekat di sekitar Pasar Ternak Wanaraja. Kemudian bila melihat respon konsumen dalam hal tingkat kepuasan terhadap komoditas dari segi jumlah, varietas/spesifikasi, kualitas, dan harga

ternak yang ditawarkan Pasar Ternak Bayongbong memiliki nilai rata-rata 140,00 dengan simpangan baku 13,292. Sedangkan

untuk Pasar Ternak Wanaraja mendapatkan nilai rata-rata 129,25 dengan simpangan baku 6,801. Dari perolehan nilai tersebut, terlihat bahwa konsumen memiliki tingkat kepuasan yang lebih tinggi terhadap komoditas yang tersedia di Pasar Ternak Bayongbong.

Fasilitas Pasar Ternak Bayongbong dan Pasar Ternak Wanaraja

Mengenai ketersedian fasilitas yang tersedia di Pasar Ternak Bayongbong dan Pasar Ternak Wanaraja berdasarkan data yang diperoleh dari Disnakkanla Garut dan Gambar 1 : Peta Jangakauan Pemasaran Pasar Ternak Bayongbong dan Pasar

Ternak Wanaraja Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia dan Hasil Penelitian 2015

(12)

dari hasil observasi, Pasar Ternak Bayongbong memiliki ketersediaan fasilitas yang lebih lengkap dengan kondisi yang baik. Hal tersebut tentunya dapat mendukung terdadap keamanan dan kenyamanan konsumen dan produsen untuk berpusat di Pasar Ternak Bayongbong.

Ketersediaan fasilitas pendukung yang paling menonjol di Pasar Ternak Bayongbong adalah dengan adanya peneduh pasar yang dapat menciptakan kondisi yang lebih nyaman karena terlindungi dari pengaruh perubahan cuaca. Kemudian di Pasar Ternak Bayongbong juga telah terdapat fasilitas mushola yang dapat digunakan pengunjung untuk menunaikan ibadah sholat. Kemudian yang paling menonjol adalah dari segi ketersediaan fasilitas tambatan ternak yang lebih banyak.

Adapun untuk mengetahui lebih jelas mengenai perbedaan ketersediaan dan kondisi fasilitas, fasilitas yang menjadi perhatian adalah keamanan, kebersihan pasar, tempat istirahat dan makan, mushola, parkir kendaraan, fasilitas keswan, peneduh pasar, tambatan ternak, dan fasilitas toilet/WC. Untuk Pasar Ternak Bayongbong, respon konsumen mendapatkan nilai rata-rata 128,78 dengan simpangan baku 17,108. Sedangkan untuk Pasar Ternak Wanaraja mendapatkan nilai rata-rata 94,88 dengan simpangan baku 21,603. Dengan demikian, terdapat

perbedaan yang menunjukan Pasar Ternak Bayongbong lebih unggul fasilitasnya dibandingkan dengan Pasar Ternak Wanaraja.

KESIMPULAN

Dengan pemaparan di atas, kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa Pasar Ternak Bayongbong lebih unggul dibandingkan dengan Pasar Ternak Wanaraja. Keunggulan tersebut terlihat dari hasil komparasi respon dan hasil obseravasi secara langsung. Terlihat sejumlah keunggulan yang dimiliki Pasar Ternak Bayongbong terhadap variabel penelitian. Sehingga Pasar Ternak Bayongbong dapat dikatakan sebagai simpul utama distribusi dan pemasaran ternak domba di Kabupaten Garut.

Rekomendasi yang dapat diberikan adalah berupa revitalisasi pasar ternak baik di Pasar Ternak Bayongbong maupun Pasar Ternak Wanaraja. Hal tersebut ditujukan agar lebih memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi produsen dan konsumen. Perlu dilakukan upaya agar failitas pasar dapat sesuai dengan standar kementerian pertanian dan peternakan. Khusus bagi Pasar Ternak Wanaraja, agar lebih ramai, dapat menambah jenis komoditas yang diperjual-belikan berupa ternak unggas.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Abdurachmat, I. dan Maryani, E. 1997.

Geografi Ekonomi. Jurusan Pendidikan

Geografi FPIPS IKIP Bandung.

Alma, Buchari. 2004. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa,

Cetakan Keenam, Bandung : Alfabeta. Atmadja, Jeff Mustopha dan Karwapi, E.

1979. Peternakan II. Jakarta: CV Kurnia Esa

Pasya, Gurniwan Kamil. 2006. Geografi

Pemahaman Konsep dan Metodologi. Cetakan ke 3. Bandung: Buana Nusantara

Sariyun, Y. et al., (1994). Dampak

Pembangunan Ekonomi (Pasar) Terhadap Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Di Jawa Barat (Studi Kasus Masyarakat Pangalengan Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung).

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Sumaatmadja, N. (1988). Studi Geografi

Suatu Pendekatan dan Analisis Keruangan. Bandung: Alumni.

Tarigan, Robinson. 2007. Ekonomi Regional. Cetakan ke 4. Jakarta: Bumi

Aksara.

Tika, Moh. Pambundu. 2005. Metode

Penelitian Geografi. Cetakan ke 1.

Jakarta: Bumi Aksara.

Sumber Dokumen

Badan Puat Statistik (BPS) Kabupaten Garut. 2014. Kabupaten Garut.

Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan (Disnakkanla) Garut. 2014. Kabupaten Garut.

Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Garut No. 12 Tahun 2002

Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Garut No. 9 Tahun 2011

Referensi

Dokumen terkait

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2011-sekarang). Riwayat Pelatihan : MMB 2011 PEMA

Data Primer, adalah data yang diperoleh langsung dari pasangan yang sudah sah bercerai meliputi faktor yang mempengaruhi perkawinan, usia waktu melakukan

Penulisan Ilmiah, Fakultas Ilmu Komputer, 2009.

Dari hasil analisis GC-MS ketiga jenis minyak atsiri dari tiga jenis tumbuhan Rutaceae yang dilaporkan di atas, jelas terlihat bahwa ketiganya memiliki komponen kimiayangjauh

Dengan demikian perlu adanya perencanaan perawatan mesin menggunakan metode RCM ( Reliability Centered Maintenance ) dengan terlebih dahulu didentifikasi akar

Setelah dilakukan penelitian terhadap pembukaan waning internet, dapat disimpulkan bahwa usaha tersebut Iayak dijalankan, hal mi dapat dilihat dan penggunaan metode penilaian

Analisis Fungsi Anggaran Sebagai Alat Perencanaan Dan Pengendalian Terhadap Kinerja Keuangan Pengelolaan Dana.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

In this work, we investigate the performance of digital beamforming with low resolution ADCs based on link level simulations including channel estimation, MIMO equalization and