• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV Pengawas sbg Profesi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB IV Pengawas sbg Profesi"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

PENGAWAS SEKOLAH SEBAGAI

SUATU PROFESI

A. Rasional

enataan profesi dalam bidang pendidikansecara serius telah dimulai dari penataan guru dan dosen dengan melalui Undang-undang Nomor 14/2005 tentang Guru dan Dosen. Karena pendidikan merupakan suatu sistem, maka penataan tenaga kependidikan, utamanya guru tersebut akan berdampak luas terhadap penataan tenaga kependidikan lainnya yang terkait, antara lain tenaga Bimbingan dan penyuluhan, pustakawan sekolah, kearsipan sekolah, kepala sekolah dan pengawas sekolah. .

P

(2)

Tugas menilai dan membina bukanlah tugas yang ringan, yang sekedar datang berkunjung ke sekolah untuk berbincang-bincang sejenak dan setelah itu pulang tanpa ada tidak lanjutnya. Tugas tersebut lebih mengarah pada “quality assurance”. Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut secara baik, pengawas harus memiliki kecermatan melihat kondisi sekolah, ketajaman analisis dan sintesis, ketepatan memberikan treatment yang diperlukan serta komunikasi yang baik antara pengawas sekolah dengan setiap individu di sekolah. Oleh karena itu untuk dapat melaksanakan tugas tersebut secara baik dan efektif, pada pengawas sekolah memerlukan bekal kompetensi yang memadai. Kompetensi yang dibutuhkan tersebut, sesuai dengan Keputusan Mendiknas No. 12 tahun 2007 adalah mencakup 6 kompetensi pokok, yaitu meliputii: (a) kompetensi kepribadian, (b) kompetensi supervisi manajerial, (c) kompetensi supervisi akademik, (d) kompetensi evaluasi pendidikan, (e) kompetensi penelitian dan pengembangan, dan (f) kompetensi sosial.

(3)

B. Hakikat Pengawas Sekolah Sebagai Jabatan Profesional

Tandas-tanda bahwa jabatan pengawas sekolah diakui sebagai jabatan profesional dalam bidang kependidikan dimulai sejak ditetapkan keputusan. MENPAN No. 118 tahun 1996 tentang jabatan fungsional pengawas sekolah dan angka kreditnya. Berdasarkan keputusan tersebut, yang dimaksud dengan pengawas sekolah adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pengawasan pendidikan di sekolah dengan melaksanakan penilaian dan pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan pendidikan pra sekolah, sekolah dasar dan sekolah menengah. Berdasarkan Kepmen. PAN No. 118 tahun 1996. pasal 2, tugas pokok pengawas adalah menilai dan membina penyelenggaraan pendidikan pada sekolah tertentu baik negeri maupun swasta yang menjadi tanggung jawabnya. Tugas menilai dan membina bukanlah tugas yang ringan, yang sekedar datang berkunjung ke sekolah untuk berbincang-bincang sejenak dan setelah itu pulang tanpa ada tidak lanjutnya. Tugas menilai dan membina membutuhkan kemampuan dalam hal kecermatan melihat kondisi sekolah, ketajaman analisis dan sintesis, ketepatan memberikan treatment yang diperlukan serta komunikasi yang baik antara pengawas sekolah dengan setiap individu di sekolah. Arti pembinaan sendiri adalah memberikan arahan, bimbingan, contoh dan saran dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah, untuk itu diperlukan keteladanan dari pihak pengawas sekolah dalam melaksanakan tugasnya. Dengan kemampuan-kemampuan tersebut diharapkan pengawas sekolah dapat menjadi partner kerja yang serasi dengan pihak sekolah dalam memajukan sekolahnya, bukan menjadi seorang “pengawas” yang menakut-nakuti pihak sekolah.

(4)

sembarang orang. Pengertian pengawas yang professional tersebut mengarah pada pengawas yang memenuhi kulaifikasi akademik tertentu, memiliki kompetensi tertenti, serta memenuhi persyaratan pengalaman kerja dan pengalaman lainnya yang dapat menunjang aktivitas kepengawasan yang ia jalankan.

Persyaratan bagi seorang pengawas pendidikan formal telah jelas dikemukakan dalam PP No. 19 tahun 2005, utamanya pasal 39 dan kemudian dipertegas dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 12 tahun 2007. Dalam PP No. 19 tahun 2005, pasal 39 telah ditegaskan, bahwa seorang pengawas pendidikan formal harus dapat memenuhi kreteria sebagai berikut:

1. Berstatus sebagai guru sekurang-kurangnya 8 (delapan) tahun atau kepala sekolah sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan satuan pendidikan yang diawasi.

2. Memiliki sertifikat pendidikan fungsional sebagai pengawas satuan pendidikan, dan

3. Lulus seleksi sebagai pengawas satuan pendidikan

Persyaratan sebagai tenaga pengawas sekolah yang dikemukakan secara umum dalam PP No. 19/2005 tersebut kemudian dijabarkan secara lebih rinci dalam Peraturan menteri Pendidikan Nasional (PERMENDIKNAS) No. 12 Taun 2007. Dalam PERMENDIKNAS No. 12 tahun 2007 tersebut telah dirinci persyaratannya bagi pengawas TK dan SD/Madrasah Ibtidaiyah, dan Pengawas SMP/MTs dan pengawas SMA/MA/SMK/MAK.secara lengkap dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Kualifikasi Pengawas Taman Kanak-kanak/Raudhatul Athfal (TK/RA) dan Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) adalah sebagai berikut:

(5)

b. 1) Guru TK/RA bersertifikat pendidik sebagai guru TK/RA dengan pengalaman kerja

minimum delapan tahun di TK/RA atau kepala sekolah TK/RA dengan

pengalaman kerja minimum 4 tahun, untuk menjadi pengawas TK/RA;

2) Guru SD/MI bersertifikat pendidik sebagai guru SD/MI dengan pengalaman kerja minimum delapan tahun di SD/MI atau kepala sekolah SD/MI dengan pengalaman kerja minimum 4 tahun, untuk menjadi pengawas SD/MI;

c. Memiliki pangkat minimum penata, golongan ruang III/c;

d. Berusia setinggi-tingginya 50 tahun, sejak diangkat sebagai pengawas satuan pendidikan;

e. Memenuhi kompetensi sebagai pengawas satuan pendidikan yang dapat diperoleh melalui uji kompetensi dan atau pendidikan dan pelatihan fungsional pengawas, pada lembaga yang ditetapkan pemerintah; dan

f. Lulus seleksi pengawas satuan pendidikan.

2. Kualifikasi Pengawas Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), dan Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK) adalah sebagai berikut :

a. Memiliki pendidikan minimum magister (S2) kependidikan dengan berbasis sarjana (S1) dalam rumpun mata pelajaran yang relevan pada perguruan tinggi terakreditasi;

(6)

menjadi pengawas SMP/MTs sesuai dengan rumpun mata pelajarannya;

2) Guru SMA/MA bersertifikat pendidik sebagai guru dengan pengalaman kerja minimum delapan tahun dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di SMA/MA atau kepala sekolah SMA/MA dengan pengalaman kerja minimum 4 tahun, untuk menjadi pengawas SMA/MA sesuai dengan rumpun mata pelajarannya;

3) Guru SMK/MAK bersertifikat pendidik sebagai guru SMK/MAK dengan pengalaman kerja minimum delapan tahun dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di SMK/MAK atau kepala sekolah SMK/MAK dengan pengalaman kerja minimum 4 tahun, untuk menjadi pengawas SMK/MAK sesuai dengan rumpun mata pelajarannya;

c. Memiliki pangkat minimum penata, golongan ruang III/c;

d. Berusia setinggi-tingginya 50 tahun, sejak diangkat sebagai pengawas satuan pendidikan;

e. Memenuhi kompetensi sebagai pengawas satuan pendidikan yang dapat diperoleh melalui uji kompetensi dan atau pendidikan dan pelatihan fungsional pengawas, pada lembaga yang ditetapkan pemerintah; dan

f. Lulus seleksi pengawas satuan pendidikan.

(7)

pengawas sekolah adalah pola pikir dan pola tindak pengawas sekolah dalam melaksanakan tugas-tugas kepengawasan. Pola pikir dilandasi kemampuan kognitif dan pola tindak dilandasi kemampuan afektif dan psikomotorik. Dalam pengertian kompetensi pengawas sekolah sebagaiana dikemukakan diatas tersirat adanya tiga ciri utama kompeten. Ketiga ciri tersebut adalah sebagai berikutL

(1) adanya substansi atau materi yang harus dikuasai pengawas sekolah yang terkait dengan pelaksanaan tugas pokoknya,

(2) adanya performasnce atau tampilan prilaku nyata dari pengawas sekolah dalam dalam melaksanakan tugas pokoknya sebagai pencerminan dari materi yang telah dikuasainya, serta

(3) adanya hasil dari performance/tampilan perilaku nyata pengawas sekolah dalam bentuk hasil-hasil pengawasan yang tampak dari kinerja sekolah yang dibinanya.

Secara lebih rtinci jenis-jenis kompetensi apa yang harus dikuasai oleh seorang pengawas sekolah tersebut akan disajikan pada bagian tersendiri pada Bab ini.

C. Mengapa Jabatan Pengawas Sekolah Selama Ini Kurang Mendapatkan Pengakuan Secara Layak?

Selama ini profesi Pengawas Sekolah kurang mendapatkan perhatian secara serius dan hanya dianggap sebagai tenaga kependidikan yang sama kedudukannya dengan tenaga kependidikan lainnya, sehingga relatif kurang mendapatkan perhatian dalam pengembangannya. Bahkan nyaris tidak tersentuh pembaharuan-pembaharuan pendidikan, meskipun ia memiliki peran yang amat vital dalam mensukseskan pembaharuan pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Profesi pengawasa sekolah selama ini juga dianggap sebagai profesi “afkiran”. Anggapan seperti itu muncul karena disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut. Pertama,

(8)

ini tidak ada persyaratan pendidikan prajabatan yang jelas untuk calon pengawas. Pengangkatan jabatan pengawas selama ini tidak mempersyatkan latar belakang pendidikan tertentu, bahkan banyak pengawas yang memiliki latar belakang pendidikan non kependidikan, serta tidak memiliki pengalaman sebagai guru (tidak berasal dari guru). Hal demikian ini menyebabkan nilai jabatan pengawas dianggap rendah. Sebab siapa saja bisa menjadi pengawas asalkan diangkat oleh atasannya.

Kedua, sistem rekruitmen tenaga pengawasa sekolah selama ini kurang baik. Pengawas banyak direkrut dari para kepala sekolah/Guru yang dianggap tidak bisa dikembangkan lagi atau dianggap tidak layak lagi sebagai guru atau kepala sekolah. Bahkan di beberapa tempat banyak para pejabat struktural yang karena menjelang usia pensiun, dialihkan ke profesi pengawas agar usia pensiunnya dapat diperpanjang. Kenyataan yang demikian ini juga dapat merendahkan nilai jabatan pengawas sekolah. Sebab jabatan pengawas dianggap sebagai jabatan yang mudah. Harusnya jabatan pengawas merupakan jabatan karir yang dirintis dari jabatan guru.

Ketiga, Tidak ada kewenngan yang jelas bagi seorang pengawas sekolah. Tidak adanya kewenangan yang jelas bagi jabatan pengawas dalam urusan kepegawaian merupakan salah satu sebab dari lemahnya jabatan ini. Para guru dan/atau kepala sekolah sering kurang menghiraukan eksistensi pengawas, sebab pengawas tidak memiliki kewenangan yang berkaitan dengan urusan kepegawaian. Kewenangan jabatan pengawas selama ini lebih bersifat normative. Karena kewenangan yang tidak jelas tersebut, maka sering kali seseorang yangtelah diangkat menjadi pengawas sekolah akan mengalami kebingungan, mereka harus berbuat apa.

(9)

otonomi yang luas, jabatan pengawas ini terkesan sebagai jabatan “semau gue” dari para pejabat penuasa. Maksudnya, jika pejabat penguasa menghendaki seseorang jadi pengawas, maka “jadilah’ ia seorang pengawas meskipun pengetahuan dan pengalaman mereka tentang pendidikan dan pengajaran, serta kepengawasan sangat minim. Karena minimnya pengetahuan dan pengalaman mereka tersebut, maka ketika dia menjalankan tugas sebagai pengawas sekolah mereka tidak dapat menjalankan dengan baik, dan bahkan terkesan tidak tahu apa yang harus merejka perbuat. Hal demikian inilah di antaranya yang menyebabkan penilaian public terhadap jabatan pengawas menjadi kurang baik.

Kelima, Selama ini jabatan pengawas nyaris kurang tersentuh pembaharuan. Setelah mereka diangkat dalam profesi pengawas sekolah, mereka hampir tidak pernah tersentuh pelatihan atau pembinaan untuk pengembangan keprofesionalannya, pada hal mereka diangkat sebagai pengawas sekolah dengan tugas utama untuk membina guru dan kepala sekolah dalam kaitan dengan peningkatan mutu pendidikan dan pembelajaran. Di lain pihak ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang dengan pesat dan mengakibatkan tuntutan terhadap peningkatan kualitas pendidikan juga terus meningkat. Dalam keadaan demikian itu, jika pengawas tidak memiliki bekal ilmu yang memadai dan actual, maka pembinaan yang dilakukan akan tidak sesuai dengan tuntutan terhadap dunia pendidikan. Pembinaan yang mereka berikan terhadap guru dan kepala sekolah akan terkesan “out of date”. Jika hal demikian itu berlangsung terus menerus, maka pembinaan yang diberikan oleh pengawas akan dilecehkan oleh guru dan kepala sekolah yang dibinanya. Hal demikian ini juga merupakan salah satu factor penyebab rendahnya nilai jabatan pengawas. Di sini terkesan bahwa jabatan pengawas sekolah adalah merupakan jabatan “penunggu masa pension”.

(10)

sejak dikeluarkannya Peraturan Menteri pendidikan Nasional No. 12 Tahun 2007, tentang Standar pengawas Sekolah/Madrasah, jabatan pengawas kembali memiliki pamor yang cukup prestisius. Keputusan Mendiknas tersebut dapat mengangkat profesi pengawas secara cukup signifikan. Dalam keputusan Mendiknas No. 12 tersebut, kompetensi kepengawasan telah dideskripsikan secara jelas. Demikian kualifikasi akademik dan pengetahuan yang dipersyaratkan juga cukup jelas, Dengan demikian, jabatan kepengawasan secara formal telah diakui sebagai jabatan professional dengan segala konsekuensinya. Bahkan sejak tahun 2009 jabatan pengawas sekolah telah diberi hak yang sama untuk mengikuti sertifikasi sebagai pendidik yang professional. Materi tentang pengawas sekolah ini disajikan dengan maksud untuk memberikan bekal pada calon pengawas atau para pengawas yang telah berdinas agar dapat memahami lebih komprensif tentang seluk-beluk profesi kepengawasan. Oleh karena itu diharapkan para pembaca buku ini dapat mempelajari secara teliti dan serius, agar dapat memahami keberadaan jabatan pengawas sekolah sebagai jabatan professional dengan berbagai kewajiban dan hak yang melekat pada jabatan tersebut.

D. Kompetensi Pengawas Sekolah Sebagai Jabatan Profesional Dalam Bidang Kependidikan dan Implementasinya Dalam Tugas

(11)

Secara umum dalam Keputusan Mendiknas No. 12/2007 tersebut kompetensi pengawas sekolah dikelompokkan ke dalam 6 kompetensi, yaitu meliputi:

1. kompetensi kepribadian,

2. kompetensi supervisi manajerial, 3. kompetensi supervisi akademik, 4. kompetensi evaluasi pendidikan,

5. kompetensi penelitian dan pengembangan, dan 6. kompetensi sosial.

Penjabarabaran dari keenam kompetensi tersebut dapat dikemukakan pada bagian berikut ini.

1. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian pengawas sekolah/madrasah adalah kemampuan pengawas sekolah dalam menampilkan dirinya atau performance diri sebagai pribadi. Kompetensi kepribadian yang harus dimiliki seorang pengawas mencakup hal-hal sebagai berikut:

a. Menyadari akan tugas dan tanggungjawabnya sebagai pengawas satuan

pendidikan yang professional

b. Kreatif dalam bekerja dan memecahkan masalah baik yang berkaitan

dengan kehidupan pribadinya maupun tugas-tugas profesinya

c. Memiliki rasa ingin tahu atau motivasi yang tinggi akan hal-hal baru

tentang pendidikan dan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang menunjang profesinya.

(12)

Dalam tugas sehari-hari, seorang pengawas sekolah professional dengan berbekal kompetensi kepribadian sebagaimana diuraikan di atas diharapkan dapat menampilkan performansi kepribadian yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Menunjukkan perilaku yang mulya (memiliki akhlakul karimah) sehingga dapat menjadi teladan bagi guru dan kepala sekolah yang dibina. Ia diharapkan selalu menjadi acuan dalam pengembangan kepribadian para guru dan kepala sekolah yang menjadi binaannya. b. Memiliki kewibawaan, sehingga disegani dan dipatuhi oleh para guru

dan kepala sekolah yang dibinanya. Dengan demikian pembinaan yang dilakukan akan efektif.

c. Dapat memberikan tauladan yang baik, sehingga sebagai pembina dia layak untuk diikuti oleh guru dan kepala sekolah yang dibina.

d. Bersikap adil, arif dan bijaksana. Seorang pengawas sekolah harus memiliki sikap yang adil, arif dan bijaksana dalam menghadapi berbagai tipe guru dan kepala sekolah serta permasalahan yang dihadapinya. Ia tidak membedakan pelayanan antara guru/kepala sekolah yang satu dengan lainnya. Demikian juga dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan tugas pembinaan yang dilakukan, ia harus mendasarkan pada data yang komprehensif, sehingga keputusan yang diambil akan dapat dterima oleh semua pihak dan tidak merugikan salah satu pihak.

e. Menunjukkan disiplin diri. Yang dimaksudkan dengan disiplin diri di sini adalah, bahwa seorang pengawas harus dapat menjadi tauladan dalam hal kedisiplinan kerja, misalnya dalam hal pembuatan perencanaan kerja, pemenuhan jadwal kerja, pemenuhan kesepakatan dan sebagainya. Hal ini sangat penting, sebab pada hakokatnya pendidikan yang baik adalah “tauladan”.

(13)

menghadapi segala permasalahan pendidikan. Dengan demikian ia akan dapat menghadapi segala permasalahan pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya dengan tenang, tidak gegabah, serta tidak mudah putus asa, sehingga ia akan dapat membantu menyelesaikan segala permasalahan yang dihadap guru dan kepala sekolah dengan baik.

g. Memiliki kreativitas yang tinggi. Seorang pengawas juga diharapkan memiliki kreativitas yang tinggi dalam pelaksanaan kerjanya, sehingga pola kerjanya tidak membosankan. Kreativitas tersebut, baik berkaitan dengan materi, maupun metode pembinaan yang dilakukan. Pengawas yang memiliki kretivitas yang tinggi diharapkan akan dapat membantu mengembangkan kreativitas guru dalm pembelajaran.

h. Menjadi prakarsa dalam inovasi pendidikan. Seorang pengawas harus bias menjadi prakarsa dalam inovasi pendidikan bagi guru dan kepala sekolah binaannya. Prakarsa tersebut utamanya berkaitan masalah pembelajaran, baik berkaitan dengan materi, metode pembelajaran, media pembelajaran, maupun evaluasi, penelitian dan pengembangan perangkat pembelajaran lainnya.

i. Dinamis, artinya seorang pengawas harus mengituti tren pembaharuan pembelajaran yang terkini. Jika tidak, maka pembinaan yang diberikan kepada guru dan kepala sekolah akan kurang fungsional dan tidak up-to-date. Agar pengawas sekolah dapat dinamis, maka ia harus rajin mencari dan menggali informasi yang berkaitan dengan perkembangan pendidikan serta mengikuti berbagai kegiatan ilmiah dan professional dalam bidang pendidikan seperti workshop, diklat, seminar dan kegiatan lainnya. Ia harus pula memiliki pandangan bahwa hari ini harus lebih baik dari pada kemarin.

(14)

untuk pengembangan diri utamanya berkaitan dengan tugas-tugas profesinya, Jika tidak diantisipasi secara tepat, maka ia akan selalu terkejut setiap menghadapi perubahan yang ada.

k. Menerima kritik secara terbuka. Dalam rangka pembinaan kepada para guru dan kep[ala sekolah, seorang pengawas sekolah harus dapat memberikan pembinaan secara tepat, sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan guru. Hal demikian itu kadang kala sulit untuk dipenuhinya. Oleh karena itu seorang pengawas sekolah harus bersikap terbuka untuk menerima kritik dan saran dari guru dan kepala sekolah yang dibinanya. Dengan demikian diharapkan pembinaan berikutnya akan dapat dilaksanakan dengan lebih baik.

l. Dapat mengayomi orang yang dibina. Daapat mengayomi orang yang dibina dalam konteks ini diartikan, bahwa seorang pengawas sekolah diharapkan dapat menjaga kenyamanan, perasaan dan kerahasiaan guru dan kepala sekolah yang dibina. Secara psikologis, seorang pengawas harus dapat memberikan rasa aman terhadap guru dan kepala sekolah yang di bina. Meskipun terdapat kesalahan dan hal-hal yang kurang baik yang terjadi pada guru dan kepala sekolah yang dibina, maka hal itu harus dijaga kerahasiaannya. Semua hal yang bersifat rahasia hanya boleh diketahui oleh orang yang dibina dan pengawas itu sendiri.

2. Kompetensi Supervisi Manajerial

Kompetensi supervisi manajerial adalah kemampuan pengawas sekolah dalam melaksanakan pengawasan mana¬jerial yakni menilai dan membina kepala sekolah dan tenaga kependidikan lain yang ada di sekolah dalam mempertinggi kualitas pengelolaan dan administasi sekolah.

(15)

bimbingan konseling serta memantau pelaksa-naan standar nasional pendidikan di sekolah binaannya. Untuk itu pengawas sekolah harus menguasai teori, konsep serta prinsip tentang metode dan teknik supervisi pendidikan berikut aplikasinya dalam penyusunan program dan praktek pengawasan manajerial. Kompetensi supervisi manajerial yang harus dikuasai oleh seorang pengawas meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Menguasai metode, teknik dan prinsip-prinsip supervisi dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

b. Menyusun program kepengawasan berdasarkan visi-misi-tujuan dan program sekolah-sekolah binaannya.

c. Menyusun metode kerja dan berbagai instrumen yang diperlukan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawasan.

d. Membina kepala sekolah dalam mengelola satuan pendidikan berdasarkan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS).

e. Membina kepala sekolah dalam melaksanakan administrasi satuan pendidikan meliputi administrasi kesiswaan, kurikulum dan pembelajaran, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pembiayaan, keuangan,lingkungan sekolah dan peran serta masyarakat.

f. Membantu kepala sekolah dalam menyusun indikator keberhasilan mutu pendidikan di sekolah.

g. Membina staf sekolah dalam melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawabnya.

(16)

i. Menyusun laporan hasil-hasil pengawasan pada sekolah-sekolah binaannnya dan menindak lanjutinya untuk perbaikan mutu pendidikan dan program pengawasan berikutnya.

j. Mendorong guru dan kepala sekolah untuk menemukan kelebihan dan kekurangan dalam melaksanakan tugas pokoknya.

k. Menjelaskan berbagai inovasi dan kebijakan pendidikan kepada guru dan kepala sekolah.

l. Memantau pelaksanaan inovasi dan kebijakan pendidikan pada sekolah-sekolah binaannya.

Agar pengawas sekolah dapat melaksanakan tugas supervisi manajerial tersebut secara efektif, seorang pengawas harus membuat rencana pelaksanaan supervisi manajerial (RPSM). Rencana pelaksanaan supervisi manaherial (RPSM) tersebut hendaknya dibuat secara spesifik dan bersifat kontekstual, berdasarkan kasus individual guru dan/atau kepala sekolah yang disupervisi dan dengan mempertimbangkan konteks tempat bekerja guru/kepala sekolah yang dibina. Dengan demikian rencana yang dibuat oleh pengawas sekolah tersebut dapat bervariasi sesuai dengan banyaknya kasus atau permasalahan yang dihadapi oleh guru dan kepala sekolah yang menjadi binaannuya.

Secara umum isi dari rencana pelaksanaan supervise manajerial RPSM tersebut paling tidak mencakup 5 hal sebagai berikut:

a. Tema Supervisi Manajerial

b. Rumusan Masalah Supervisi Manajerial c. Tujuan Supervisi Manajerial

d. Skenario Pelaksanaan Supervisi Manajerial e. Tindak Lanjut kegiatan Supervisi Manajerial

(17)

terhadap guru dan kepala sekolah serta staf sekolah sebelumnya. Hasil kajian pendahuluan tersebut danalisis dan kemudian disimpulkan untuk diangkat menjadi tema pelaksanaan supervisi manajerial. Ciri tema supervisi manajerial yang baik harus memenuhi kreteria sebagai berikut: a. Tema supervisi manajerial harus jelas dan spesifik serta berkaitan

dengan permasalahan riil yang dihadapi guru dalam dalam memfasilitasi dan mengelola pembelajaran di kelas atau dihadapi kepala sekolah dalam melaksanakan tugas sehari-hari untuk mengelola sekolah.

b. Tema selalu terkait dengan peningkatan atau pengembangan manajemen pembelajaran di kelas dan manajemen sekolah pada suatu lembaga/sekolah

c. Tema yang terlalu luas harus dipecah menjadi beberapa sub tema dan untuk beberapa kali kegiatan supervisi manajerial.

Beberapa contoh tema supervisi manajerial yang dihadapi oleh guru dalam kasus pembelajaran di kelas adalah sebagai berikut:

(1) Membina Kepala Sekolah dalam melaksanakan visi, misi dan tujuan sekolah

(2) Membina kepala sekolah dalam menyusun perencanaan pendidikan pada sekolahnya

(3) Membina kepala sekolah dalam melaksanakan program pendidikan pada sekolahnya

(4) Membina kepala sekolah dalam menyusun rencana anggaran biaya sekolah

(5) Membina kepala sekolah dalam melaksanakan manajemen berbasis sekolah

(6) Membina kepala sekolah dalam mengembangkan sarana dan prasaran pendidikan

(7) Membina kepala sekolah dalam pengelolaan keuangan sekolah

(18)

(9) Membina kepala sekolah dalam menjalin hubungan dengan masyarakat (10) Membina kepala sekolah dalam memberdayakan komite sekolah (11) Membina kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan (12) Membina kepala sekolah dalam mengembangkan perpustakaan dan

sumber-sumber

(13) Membina kepala sekolah dalam mengembangkan program bimbingan konseling di sekolah

(14) Membina kepala sekolah dalam mengembangkan kegiatan kesiswaan (15) Membina kepala sekolah dalam mengembankan kegiatan

ekstrakurikuler

(16) Membina guru dan staf sekolah dalam melaksanakan administrasi kesiswaan

(17) Membina guru dan staf sekolah dalam melaksanakan administrasi kepegawaian

(18) Membna guru dan staf sekolah dalam melaksanakan administrasi keuangan

(19) Membina guru dan staf sekolah dalam melaksanakan administrasi sarana pendidikan

(20) Membina guru dan staf sekolah dalam melaksanakan administrasi kurikulum

(21) Menilai kinerja kepala sekolah dalam melaksanakan fungsi-fungsi kepeminpinan

(22) Menilai kinerja guru dan staf sekolah dalam melaksanakan administrasi sekolah

(23) Menilai pelaksanaan standar nasional mutu pendidikan di sekolah (24) Memantau pelaksanaan ujian nasional di sekolah

(19)

CONTOH FORMAT

RENCANA PELAKSANAAN SUPERVISI MANAJERIAL (RSPM)

Thema Suprvisi : Peningkatan Kualitas Perencanaan Program Sekolah (Jangka Panjang, Menengah, dan Tahunan), Tema ke 2 Nama Guru/Kasek Sasaran : Surono, SPd. (Kepala Sekolah)

Kelas :

--Nama Sekolah : SDN Patrang 01 Kabupaten Jember Hari/Tanggal : Sabtu, 5 Agustus 2010

Waktu pelaksanaan : Jam 08.00 - 1100

I. RUMUSAN MASALAH SUPERVISI

Rumuskan masalah supervisi manajerial dengan menggunakan kalimat tanya, dan kemudian jelaskan indikator masalahnya.

Contoh rumusan masalah supervisi akademik dan indikatornya:

Bagaimanakah meningkatkan kualitas Perencanaan Program Sekolah (Program jangka panjang, menengah, dan tahunan) di SDN Patrang 01 Kabupaten Jember.

Indikator masalah:

1. Program sekolah jangka panjang belum mencerminkan visi dan missi sekolah, serta belum jelas sasarannya. Dalam program tersebut belum tercantum target yang jelas, serta tidak ada mail stone per tahunnya. 2. Program jangka menengah belum mencerminkan penjabaran dari program

jangka panjang. Program-program yang ada dalam jangka menengah bukan merupakan ”break-down” dari program sekolah jangka panjang.

3. Program tahunan tidak bersifat operasional, tujuannya terlalu umum, dan tidak ada jadwal yang jelas tentang pelaksanaan program.

II. TUJUAN SUPERVISI MANAJERIAL

Tujuan harus spesifik.khusus, dan jangan merumuskan tujuan yang bersifat umum. Tujuan yang masih bersifat umum harus dipecah menjadi tujuan yang lebih khusus.

Contoh Tujuan Supervisi Manajerial:

Tujuan Umum: Supervisi ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas

Program Sekolah, baik program jangka panjang, menengah, maupun pogram tahunan di SDN Patrang I Kabupaten Jember

Tujuan Khusus:

1) Meningkatkan kualitas program jangka panjang di SDN Patrang 1Jember 2) Meningkatkan kualitas program jangka menengah di SDN Patrang I

Jember.

(20)

III. PROSEDUR PELAKSANAAN SUPERVSI AKADEMIK

1. Kegiatan Awal

Kegiatan awal berisi kegiatan saling mengenal lebih dekat dan kegiatan untuk menentukan kontrak supervisi manajerial. Dalam kegiatan ini harus disepakati kegiatan apa saja yang akan dilakukan dalam supervisi. Jika ada format-format yang akan digunakan, format penilaian juga harus dureviw bersama dengan guru yang akan disupervisi. Secara rinsi kegiatan ini berisi:

a. Pengenalan dan penjelasan tujuan kegiatan supervisi b. Reviu Program Sekolah

c. Identifikasi permasalahan dan keluhan kepala sekolah d. Reviu instrumen supervisi manajerial

2. Kegiatan Inti

Kegiatan inti merupakan kegiatan pokok supervisi akademik. Dalam kegiatan inti ini paparkan skenario pelaksanaan supervisi yang akan anda lakukan.. Secara rinsi kegiatan ini berisi:

a. Jenis kegiatan supervisi manajerial yang dilakukan b. Teknik supervisi manajerial yang dilakukan c. Media supervisi manajerial yang digunakan d. Instrumen supervisi manajerialyang digunakan

e. Teknik evaluasi dan kreteria keberhasilan supervisi manajerial

3. Kegiatan Penutup

Kegiatan penutup ini mi merupakan kegiatan dalam rangka mengakhiri kegiatan supervisi yang dilakukan. Dalam kegiatan ini dilakukan diskusi untuk menumbuhkan kesadaran tentang tingkat keberhasilan dan kekurang berhasilan bersama, kendala dalam peningkatan profesionalitas guru. Secara rinci kegiatan ini berisi 2 hal, yaitu:

a. Refleksi

b. Penyimpulan hasil kegiatan

IV. TINDAK LANJUT

Kegiatan tindak lanjut berisi rencana bersama untuk melakukan kegiatan berikutnya sebagai tindak lanjut pelaksanaan dari kegiatan supervisi manajerial yang telah dilakukan. Dalam kegiatan ini perlu dicapai kesepakatan tentang waktu dan materi kegiatan supervisi manajerial berikutnya.

LAMPIRAN-LAMPIRAN:

1. Instrumen Supervisi manajerial yang digunakan

2. Lain-lain yang dianggap perlu (bisa saja contoh program sekolah yang baik, contoh analisis masalah berupa diagram, dsb)

Jember, 4 Agustus 2010

(21)

Dr. H. M. Sulthon Masyhud, M.Pd NIP. 19590904 198103 1 005

3. Kompetensi Supervisi Akademik

Kompetensi supervisi akademik adalah kemampuan pengawas sekolah dalam melaksanakan pengawasan akademik yakni menilai dan membina guru dalam rangka memper-t/nggi kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakannya agar berdampak terhadap kualitas hasil belajar siswa. Kompetensi supervisi akademik intinya adalah membina guru dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran. Oleh sebab itu sasaran supervisi akademik adalah guru dalam proses belajar mengajar (pembelajaran). Materi pokok dalam proses pembelajaran adalah (penyusunan silabus dan RPP, pemilihan strategi/metode/teknik pembelajaran, penggunaan media dan teknologi informasi dalam pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran serta penelitian tindakan kelas). Kompetensi supervisi akademik yang harus dikuasai oleh seorang pengawas meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Memahami konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik, dan kecenderungan perkembangan bidang ilmu yang menjadi isi tiap bidang pengembangan/mata pelajaran SD/mata pelajaran sekolah menengah yang termasuk dalam rumpunnya.

b. Memahami konsep, prinsip, teori/teknologi, karakteristik, dan kecenderungan perkembangan proses pembelajaran tiap bidang pengembangan/mata pelajaran SD/mata pelajaran sekolah menengah yang termasuk dalam rumpunnya.

(22)

d. Membimbing guru dalam menyusun silabus tiap bidang pengembangan/ mata pelajaran SD/mata pelajaran sekolah menengah yang termasuk rumpunnya berlandaskan standar isi, standar kompetensi dan kompetensi dasar, dan prinsip-prinsip pengembangan KTSP.

e. Menggunakan berbagai pendekatan/metode/ teknik dalam memecahkan masalah pendidikan dan pembelajaran tiap bidang pengembangan/mata pelajaran SD/mata pelajaran sekolah menengah yang termasuk dalam rumpunnya.

f. Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan startegi/metode/teknik pembelajaran yang dapat mengembangkan berbagai potensi peserta didik melalui bidang pengembangan/mata pelajaran SD/mata pelajaran sekolah menengah yang termasuk dalam rumpunnya.

g. Membimbing guru dalam menyusun rencana pembelajaran (RPP) untuk tiap bidang pengembangan/mata pelajaran SD/mata pelajaran sekolah menengah yang termasuk dalam rumpunnya.

h. Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan media pendidikan yang sesuai untuk menyajikan isi tiap bidang pengembangan/mata pelajaran SD/mata pelajaran sekolah menengah yang termasuk dalam rumpunnya.

i. Memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi informasi untuk pembelajaran tiap bidang pengembangan/mata pelajaran SD/mata pelajaran sekolah menengah yang termasuk dalam rumpunnya.

(23)

k. Membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran (di kelas, laboratorium, dan/atau di lapangan) untuk mengembangkan potensi peserta didik pada tiap bidang pengembangan/mata pelajaran SD/mata pelajaran sekolah menengah yang termasuk dalam rumpunnya.

l. Membimbing guru dalam merefleksi hasil-hasil yang dicapai, kekuatan, kelemahan, dan hambatan yang dialami dalam pembelajaran yang telah dilaksanakan.

m. Membantu guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan, dan memanfaatkan fasilitas pembelajaran yang berkaitan dengan mata pelajaran SD/mata pelajaran sekolah menengah yang termasuk dalam rumpunnya.

Agar pengawas sekolah dapat melaksanakan kegiatan supervisi akademik secara efektif dan efisien serta berhasil dengan baik, maka terlebih dahulu seorang pengawas harus menyusun rencana pelaksanaan supervisi akademik (RPSA) yang baik. RPSA tersebut paling tidak berisi 5 hal sebagai berikut:

a. Tema Supervisi Akademik

b. Rumusan Masalah Supervisi Akademik c. Tujuan Supervisi Akademik

d. Skenario Pelaksanaan Supervisi Akademik e. Tindak Lanjut kegiatan Supervisi Akademik

Tema supervisi akademik hendaknya dipilih secara tepat, sesuai dengan hasil kajian pendahuluan atau pengalaman dalam pelaksanaan pembinaan yang dilakukan pengawas sekolah sebelumnya. Hasil kajian pendahuluan tersebut danalisis dan kemudian disimpulkan untuk diangkat menjadi tema pelaksanaan supervisi akademik. Ciri tema supervisi akademik yang baik harus memenuhi kreteria sebagai berikut:

(24)

b. Tema selalu terkait dengan peningkatan atau pengembangan kompetensi mengajar guru dalam kelas

c. Tema yang terlalu luas harus dipecah menjadi beberapa sub tema dan untuk beberapa kali kegiatan supervisi akademik.

Beberapa contoh tema supervisi akademik yang dihadapi oleh guru dalam kasus pembelajaran di kelas adalah sebagai berikut:

(1) Meningkatkan kemampuan guru dalam proses pembelajaran Matematika

(2) Meningkatkan kemamouan guru dalam proses pembelajaran IPA (3) Meningkatkan kemampuan guru dalam proses pembelajaran IPS (4) Meningkatkan kemampuan guru dalam proses pembelajaran bahasa (5) Meningkatkan kemampuan guru dalam proses pembelajaran Olahraga

Kesehatan

(6) Meningkatkan kemampuan guru dalam proses pembelajaran Seni dan Budaya

(7) Meningkatkan kemampuan guru dalam proses pembelajaran keterampilan/ muatan lokal

(8) Meninkatkan kemampuan guru dalam proses pembelajaran pendidikan moral

(9) Meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian hasil belajar siswa

(10) Meningkatkan kemampuan guru dalam menggunakan media dan sumber belajar

(11) Meningkatkan kemampuan guru dalam memanfaatkan lingkungan belajar

(12) Meningkatkan kemampuan guru BK dalam menyusun dan melaksnakan program BK di sekolah

(13) Menilai kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran

(25)

(15) Menilai kemampuan guru dalam menggunakan media dan sumber belajar

(16) Menilai kemampuan guru bimbingan konseling dalam melaksanakan program bimbingan konseling di sekolah

(17) Menilai kemampuan guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa (18) Menilai kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran di

laboratorium

(19) Menilai kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran di lapangan

(20) Menilai kemampuan guru dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas

(21) Menilai kemampuan guru dalam melaksanakan pembaharuan pembelajaran

(22) Membina guru dalam mempertinggi kompetensi profesionalnya

(23) Membina disiplin guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai agen pembelajaran

(24) Membina guru dalam menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk pembelajaran

(25) Membina guru dalam mengembangkan karir profesi dan kepangkatannya

Setelah perumusan tema selesai dilakukan, maka seorang pengawas harus dapat merumuskan permasalahan supervisi akademik yang akan dilakukan. Sebagaimana rumusan tema supervisi, perumusan masalah supervisi akademik juga harus memenuhi beberapa criteria tertentu. Kreteria tersebut mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Rumuskan masalah supervisi akademik secara singkat, jelas dan spesifik.

(26)

CONTOH FORMAT

RENCANA PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK (RSPA)

Thema Suprvisi : Meningkatkan Kemampuan Guru dalam

Proses Pembelajaran Matematika

Nama Guru/Kasek Sasaran : Gunarso, S.Pd (Guru Kelas)

Kelas : Kelas VI

Nama Sekolah : SDN Patrang 1 Jember

Hari/Tanggal : Sabtu, 14 Agustus 2010

Waktu pelaksanaan : Pukul 07.30 – 10.00

I. RUMUSAN MASALAH SUPERVISI AKADEMIK

Rumuskan masalah supervisi akademik dengan menggunakan kalimat tanya, dan kemudian jelaskan indikator masalahnya (apa indikator/tanda/buktinya, bahwa hal itu merupakan masalah). Masalah harus spesifik, dan jangan terlalu luas.

Contoh Rumusan Masalah Supervisi Akademik:

Bagaimanakah meningkatkan kemampuan guru kelas VI SDN 1 Patrang dalam proses pembelajaran matematika.

Indikator masalah:

1. Selama dua tahun terakhir hasil UASBNmatapelajaran matematika siswa kelas VI SDN Patrang mencapai rata-rata 5,01. Nilai tertinggi mencapai 7,00 dan terendah 3,02.

2. Nilai ujian sumatif bersama matapelajaran matematika selama 2 tahun terakhir menununjukkan pencapaian hasil yang kurang memuaskan. Hanya sekitar 40% yang dapat mencapai nilai 65 ke atas dan ada 45,5% yang mencapai nilai 50 ke bawah.

3. Hasil ulangan harian yang direkam dalam buku nilai guru menunjukkan, hanya sebesar 60% siswa yang dapat mencapai SKM matematika sebesar 65. Lainnya masih mendapatkan skor di bawah 65.

4. Perbedaan nlai matematika antara yang mencapai terendah dan tertinggi (range) dalam hasil ulangan harian cukup tinggi, yaitu terendah 34, sedangkan tertinggi 80 dengan rata-rata nilai kelas 60,3.

Indikator-indikator tersebut menunjukkan, bahwa proses pembelajaran matematika pada siswa kelas VI SDN 1 Patrang kurang efektif dan perlu adanya peningkatan.

II. TUJUAN SUPERVISI AKADEMIK

Tujuan harus spesifik/.khusus, dan jangan merumuskan tujuan yang bersifat umum. Tujuan yang masih bersifat umum harus dipecah menjadi tujuan yang lebih khusus. Dalam kegiatan supervisi akademik jangan merumuskan tujuan yang banyak/luas, sebab kalau terlalu luas akan sulit mencapainya.

Contoh Tujuan Supervisi Akademik.

(27)

Tujuan supervisi akademik ini adalah untuk meningkatkan kemampuan guru kelas VI SDN 1 Patrang dalam proses pembelajaran matematika.

Tujuan Khusus:

1. Meningkatkan kemampuan guru kelas VI SDN 1 Patrang dalam menyusun RPP matapelajaran matematika

2. Meningkatkan kemampuan guru kelas VI SDN 1 Patrang dalam membuat media pembelajaran matematika

3. Meningkatkan kemampuan guru kelas VI SDN 1 Patrang dalam mengimplemntasikan RPP matapelajaran matematika di dalam kelas 4. Meningkatkan kemampuan guru kelas VI SDN 1 Patrang dalam menyusun

instrumen evaluasi hasil belajar matematika

III. PROSEDUR PELAKSANAAN SUPERVSI AKADEMIK

a. Krgiatan Awal

Kegiatan awal berisi kegiatan saling mengenal lebih dekat dan kegiatan untuk menentukan kontrak supervisi. Dalam kegiatan ini harus disepakati kegiatan apa saja yang akan dilakukan dalam supervisi. Jika ada format-format yang akan digunakan, format-format penilaian juga harus dureviw bersama dengan guru yang akan disupervisi. Secara rinsi kegiatan ini berisi:

1. Pengenalan dan penjelasan tujuan kegiatan supervisi akademik 2. Reviu RPP, media, materipembelajaran atau sasaran lainnya 3. Identifikasi permasalahan dan keluhan guru

4. Reviu instrumen supervisi akademik yang digunakan b. Kegiatan Inti

Kegiatan inti merupakan kegiatan pokok supervisi akademik. Dalam kegiatan inti ini paparkan skenario pelaksanaan supervisi yang akan anda lakukan.. Secara rinsi kegiatan ini berisi:

1. Jenis kegiatan supervisi yang dilakukan 2. Teknik supervisi yang dilakukan

3. Media supervisi akademik yang digunakan 4. Instrumen supervisi akademik yang digunakan

5. Teknik evaluasi dan kreteria keberhasilan supervisi akademik yang dilakukan

c. Kegiatan Penutup

Kegiatan penutup ini mi merupakan kegiatan dalam rangka mengakhiri kegiatan supervisi yang dilakukan. Dalam kegiatan ini dilakukan diskusi untuk menumbuhkan kesadaran tentang tingkat keberhasilan dan kekurang berhasilan bersama, kendala dalam peningkatan profesionalitas guru. Secara rinci kegiatan ini berisi 2 hal, yaitu:

1. Refleksi

(28)

2. Penyimpulan hasil kegiatan

Penyimpulan kegiatan dilakukan bersama antara guru dan pengawas sekolah dalam individual conference.

IV. TINDAK LANJUT

Kegiatan tindak lanjut berisi rencana bersama untuk melakukan kegiatan berikutnya sebagai tindak lanjut pelaksanaan dari kegiatan supervisi yang telah dilakukan. Dalam kegiatan ini perlu dicapai kesepakatan tentang waktu dan materi kegiatan supervisi berikutnya.

LAMPIRAN-LAMPIRAN:

3. Instrumen Supervisi yang digunakan

4. Lain-lain yang dianggap perlu (bisa saja contoh RPP yang baik, contoh analisis masalah berupa diagram, dsb.

Jember, 4 September 2010 Pengawas sekolah,

Dr. H. M. SULTHON MASYHUD, M.Pd

NIP. 19590904 198103 1 005

Implementasi rencana pelaksanaan supervisi akaderrmik tersebut membutuhkan adanya dukungan kemampuan teknik supervisi yang baik. Beberapa teknik supervise pendidikan, baik yang bersifat individual, maupun kelompok harus dikuasi pula oleh seorang pengawas sekolah. Berbagai macam teknik supervisi pendidikan tersebut dapat dibaca pada Bab khusus yang membahas tentang supervisi pendidikan pada bagian lain dari buku ini.

4. Kompetensi Evaluasi Pendidikan

(29)

Materi pokok kompetensi evaluasi pendidikan adalah penilaian proses dan hasil belajar, penilaian program pendidikan, penilaian kinerja guru, kinerja kepala sekolah dan kinerja sekolah. Penilaian itu sendiri diartikan sebagai proses memberikan pertimbangan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Oleh sebab itu ciri dari kegiatan penilaian adalah adanya obyek yang dinilai, adanya kriteria yang dijadikan indikator keberhasilan dan adanya interpretasi dan judgement. Setiap kegiatan penilaian akan menghasilkan data hasil penilaian yang harus diolah dan dianalisis untuk pengambilan keputusan.

Termasuk dalam kompetensi evaluasi pendidikan yang harus dikuasai oleh pengawas adalah mencakup hal-hal berikut:

a. Membimbing guru dalam menentukan aspek-aspek yang penting dinilai untuk tiap bidang pengembangan/mata pelajaran yang termasuk dalam rumpunnya.

b. Membimbing guru dalam menentukan kriteria dan indikator keberhasilan pembelajaran tiap bidang pengembangan/mata pelajaran yang termasuk dalam rumpunnya.

c. Menyusun kriteria dan indikator keberhasilan pendidikan pada satuan pendidikan yang menjadi binaannya

d. Menilai kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran pada tiap bidang pengembangan/mata pelajaran yang termasuk dalam rumpunnya. e. Menilai kemampuan kepala sekolah dalam mengelola satuan

pendidikan.

f. Menilai kinerja staf sekolah dalam melaksanakan tugas pokoknya. g. Menilai kinerja sekolah dan menindaklanjuti hasilnya untuk keperluan

akreditasi sekolah.

(30)

i. Memantau pelaksanaan kurikulum, pembelajaran, bimbingan dan hasil belajar siswa serta menganalisisnya untuk perbaikan mutu pendidikan pada sekolah binaannya

j. Membina guru dalam memanfaatkan hasil penilaian untuk kepentingan pendidikan dan pembelajaran tiap bidang pengembangan/mata yang termasuk dalam rumpunnya

k. Memberikan saran kepada kepala sekolah, guru, dan seluruh staf sekolah dalam meningkatkan kinerjanya berdasarkan hasil penilaian.

Agar pengawas sekolah dapat melaksanakan ke 11 kompetensi tersebut dalam tugas sehari-hari, maka ada beberapa kompetensi dasar berkaiaitan dengan kompetensi evaluasi tersebut yang harus dikuasai. Beberapa kompetensi dasar yang dimaksudkan tersebut adalah mencakup hal-hal sebagai kerikut:

(1) Kompetensi dalam evaluasi pembelajaran. Kompetensi ini meliputi sebagai berikut:

a) Merancang penilaian pembelajaran dalam bentuk penyusunan tabel spesifikasi.

b) Menyusun alat evaluasi pembelajaran, baik dalam bentuk tes maupun non tes.

c) Menguji coba dan melakukan analisis item terhadap alat evaluasi pembelajaran sampai dapat ditentukan tingkat reliabilitas, validitas dan tingkat kesulitan alat evaluasi yang disusun.

d) Melakukan evaluasi pembelajaran, baik evaluasi proses, maupun evaluasi hasil pembelajaran.

e) Analisis hasil tes, serta pengambilan keputusannya, baik berdasarkan acuan patokan (PAP), maupun berdasarkan acuan relative (PAR), f) Tindak lanjut dan pelaporan hasil penilaian.

(31)

5. Kompetensi Penelitian dan Pengembangan

Kompetensi penelitian dan pengembangan adalah kemarnpuan pengawas sekolah dalam merencanakan dan melaksanakan penelitian pendidikan/ pengawasan serta menggunakan hasil-hasilnya untuk kepentingan peningkatan mutu pendidikan.

Penelitian adalah kegiatan mengumpulkan, mengolah, menafsirkan dan menyimpulkan data dan informasi untuk memecahkan masalah praktis dan atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Penelitian merupakan metode ilmiah yakni memecahkan masalah dengan menggunakan logika berpikir yang didukung oleh data empiris. Logika berpikir tampak dalam prosesnya dengan menempuh langkah-langkah yang sistematis mulai dari pengumpulan data, mengolah dan menafsirkan data, menguji data sampai menarik kesimpulan. Data dikatakan empiris sebab menggambarkan apa yang terjadi di lapangan. Dalam kompetensi penelitian materi yang perlu dikuasai pengawas sekolah antara lain pendekatan, metode dan jenis penelitian, merencanakan dan melaksa¬nakan penelitian, mengolah dan menganalisis data, menulis laporan hasil penelitian sebagai karya tulis ilmiah serta memanfaatkan hasil-hasil penelitian. Kompetensi penelitian bagi pengawas bermanfaat ganda yakni manfaat untuk dirinya sendiri agar dapat menyusun karya tulis ilmiah (KTI) berbasis penelitian dan manfaat untuk membina guru dan kepala sekolah dalam hal merencanakan dan melaksanakan penelitian khususnya penelitian tindakan. Kompetensi penelitian dan pengembangan yang harus dikuasai oleh seorang pengawas antara lain mencakup ha-hal sebagai berikut:

a. Menguasai berbagai pendekatan, jenis, dan metode penelitian dalam pendidikan.

(32)

c. Menyusun proposal penelitian pendidikan baik proposal penelitian kualitatif maupun proposal penelitian kuantitatif.

d. Melaksanakan penelitian pendidikan baik untuk keperluan pemecahan masalah pendidikan, perumusan kebijakan pendidikan maupun untuk pengembangan profesi.

e. Mengolah dan menganalisis data penelitian pendidikan baik data kualitatif maupun data kuantitatif.

f. Memberikan bimbingan kepada guru tentang penelitian tindakan kelas, baik perencanaan maupun pelaksanaannya.

g. Menyusun karya tulis ilmiah (KTI) dalam bidang pendidikan/ kepengawasan.

h. Mendiseminasikan hasil-hasil penelitian pada forum kegiatan ilmiah baik lisan maupun tulisan.

i. Membina guru dalam menyusun karya tulis ilmiah dalam bidang pendidikan dan pembelajaran.

j. Membuat artikel ilmiah untuk dimuat pada jurnal. k. Menulis buku/modul untuk bahan pengawasan.

l. Menyusun pedoman/panduan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas pengawasan.

Implementasi dari ke 12 kompetensi tersebut dalam pelaksanaan tugas pengawa sekolah membutuhkan adanya dukungan kompetensi khusus dalam bidang penelitian dan pengembangan, khususnya dalam bidang pembelajaran, Kompetensi khusus yang dimaksudkan tersebut antara lain adalah meliputi:

(a) Berbagai metode dan pendekatan penelitian pendidikan dan pembelajaran, termasuk di antaranya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penelitian Tindakan sekolah (PTS).

(b) Analisis berbagai permasalahan pendidikan dan pembelajaran di sekolah. termasuk permasalahan manajemen sekolah.

(33)

(d) Penyusunan instrument penelitian pendidikan dan pembelajaran. (e) Pelaksanaan penelitian pendidikan dan pembelajaran.

(f) Analisis data penelitian.

(g) Penyusunan Karya Ilmiah dalam bidang pendidikan dan pembelajaran berdasarkan hasil penelitian.

(h) Penyusunan artikel ilmiah dalam bidang pendidikan dan pembelajaran berdasarkan hasil penelitian.

6. Kompetensi Sosial

Keterampilan ini mensyaratkan tampilnya sosok pribadi pengawas sekolah yang luwes, terbuka, mau menerima kritik serta selalu memandang positif orang lain. Termasuk dalam kompetensi social yang harus dikuasai oleh seorang pengawas antara lain meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Menyadari akan pentingnya bekerja sama dengan berbagai pihak dalam rangka meningkatkan kualitas diri dan profesinya.

b. Menangani berbagai kasus yang terjadi di sekolah atau di masyarakat . c. Aktif dalam kegiatan organisasi profesi seperti APSI, PGRI, ISPI dan

organisasi kemasyarakatan lainnya.

Agar pengawas sekolah dapat melaksanakan kompetensi sosial tersebut dalam menunjang keberhasilan pekerjaannya, maka pengawa sekolah harus menguasai berbagai keterampilan berkomunikasi serta menguasai berbagai keterampilan dalam menggunakan teknologi komunikasi secara fungsional. Secara rinci berbagai keterampilan yang harus dimiliki pengawas sekolah agar dapat menmelaksanakan kompetensi social tersebut adalah sebagai berikut:

a. Dapat bekomunikasi lisan, tulisan dan isyarat secara efektif

b. Dapat menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional.

c. Dapat bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik,

(34)

e. Dapat bergaul secara santun dengan masyarakat sekolah dan sekitarnya. f. Dapat bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentiangan

sekolah/madrasah

g. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan

h. Memiliki kepekaan sosial terhadap orang lain atau kelompok lain

Jika digambarkan sosok utuh pengawas sekolah yang professional tersebut dapat diamati pada diagram 2 sebagai berikut:

Diagram 4.1

Sosok Utuh Pengawas Sekolah Profesional Yang Diharapkan

SOSOK UTUH KOMPETENSI PENGAWAS SEKOLAH PROFESIONAL

(4) KOMPETENSI

Referensi

Dokumen terkait

4.1 Berdasarkan hasil wawancara dan angket yang diisi oleh kepala sekolah dan pengawas menunjukkan bahwa, pengawas jarang melakukan supervisi proses belajar

Artinya faktor aktualisasi diri merupakan motivasi yang tinggi bagi seorang wanita pengusaha dalam berwirausaha, dimana tingginya perasaan tidak puas seorang wanita terhadap

Dengan tidak ditemukannya peraturan perundang-undangan yang mengatur secara jelas mengenai kewenangan pembuatan keterangan ahli waris bagi etnis Tionghoa, menimbulkan

Sanksi merupakan hukuman atau kebijakan yang diberikan dari pihak sekolah kepada peserta didik yang tidak melaksanakan shalat dhuha dengan alasan yang jelas. Sanksi bagi

Di Dinas Kebudayaan DIY tidak terdapat bidang humas tersendiri yang dipimpin oleh seorang pejabat kepala hubungan masyarakat (kahumas) yang khusus menangani urusan

Permasalahannya adalah keyakinan setiap hakim tidak ada tolak ukur yang jelas dan selain itu tidak adanya pola pemidanaan yang jelas juga bagi para hakim untuk menjatuhkan

Sementara PJT II tidak dapat memberikan bagi hasil pengelolaan air waduk Jatiluhur kepada Jawa Barat karena PJT II tidak mempunyai kewenangan dalam penggunaan dana dari

Pengawas pendidikan agama Islam tingkat SD/MI disyaratkan untuk memiliki kualifikasi pernah menjadi guru/kepala sekolah SD/MI karena tugas yang berkaitan. Dari hasil penelitian yang