ABSTRAK
PENGARUH VARIASI WAKTU PEMERAMAN TERHADAP
NILAI UJI KUAT TEKAN BEBAS PADA TANAH LEMPUNG DAN LANAU YANG DISTABILISASI MENGGUNAKAN KAPUR rendah dan sangat sensitif terhadap perubahan kadar air, yaitu mudah terjadi perubahan volume dan kembang susut. Untuk memperbaiki sifat tanah yang kurang baik maka salah satu perkuatan tanah yang dilakukan adalah dengan menggunakan kapur.
Sampel tanah yang diuji adalah jenis tanah lempung berplastisitas tinggi yang diambil dari Desa Rawa Sragi, Kecamatan Jabung, Kabupaten Lampung Timur dan sampel tanah lanau yang diambil dari daerah Desa Yosomulyo, Kecamatan Metro Timur, Kota Metro. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa tanah yang digunakan termasuk dalam kategori tanah lempung lunak plastisitas tinggi. Berdasarkan klasifikasi tanah menurut Unified
(USCS), tanah lempung masuk dalam kelompok CL, sedangkan tanah lanau masuk dalam kelompok CL-ML
Pada pengujian Kuat Tekan Bebas (UCS) tanah lempung dan lanau dengan variasi pemeraman pada kondisi tanpa rendaman, tanah campuran kapur dilakukan pemadatan modified proctor, pada tanah lempung didapatkan peningkatan nilai Qu seiring dengan penambahan kadar kapur. Kadar campuran kapur yang menghasilkan nilai Qu optimum didapatkan pada kadar kapur 12% pemeraman 28 hari yaitu sebesar 0,62 kg/cm2. Pada tanah lanau nilai Qu optimum pada kadar kapur 12% pemeraman 28 hari yaitu sebesar 0,73 kg/cm2. Penambahan kapur mampu meningkatkan nilai kuat tekan bebas tanah namun dengan durasi pemeraman yang cukup lama (28 hari) karena semakin besar nilai Qu tanah, semakin besar pula nilai daya dukung tanah tersebut.
ABSTRACT
INFLUENCE OF CURING TIME VARIATION AGAINST
UNCONFINED COMPRESSIVE STRENGTH TEST VALUE OF CLAY AND SILT SOIL STABILIZED USING BY HYDRATED LIME
ON THE UNSOAKED CONDITIONS
By
KARINA APRILIANI PUSPA ZULMI
Clays and silts have the low strength compressive. Clay is a kind of fine grain soil that has a low bearing capacity and very sensitive to changes in water content, which is easy to change the volume and development of shrinkage. To improve soil conditions then soil reinforcement is done by using lime substance.
The clay soil sample is a type of high plasticity clay that taken from Rawa Sragi- Jabung- East Lampung district and then the silt soil sample is taken from Yosumulyo-East Metro- Metro City. Based on previous experiments, that soil is included in soft clay and high plasticity category. Based on Unified Soil Clasification (USCS), clay belong to CL category, While silts belong to Cl-ML category.
In unconfined compressive strength test, clays and silts with variation of curing time and unsoaked condition, soil with hydrated lime mixtured with modified proctor compacted, for clays, Qu value increased with the addition of lime content. It get Qu optimum value increased when it has 12% hydrated lime content, 28 days of curing time, it get 0,62 kg/cm². For silts Qu optimum value inscreased when it has 12% hydrated lime content and 28 days of curing time, it get 0,73 kg/cm². Hydrated lime adding could inscred unconfined compressive strength but with longer curing time duration (28 days). Because the greater Qu soil value is the greater soil bearing capacity.
PENGARUH VARIASI WAKTU PEMERAMAN TERHADAP NILAI
UJI TEKAN BEBAS PADA TANAH LEMPUNG DAN LANAU
YANG DISTABILISASI MENGGUNAKAN KAPUR PADA
KONDISI TANPA RENDAMAN (UNSOAKED)
(Skripsi)
Oleh :
KARINA APRILIANI PUSPA ZULMI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRACT
INFLUENCE OF CURING TIME VARIATION AGAINST
UNCONFINED COMPRESSIVE STRENGTH TEST VALUE OF CLAY AND SILT SOIL STABILIZED USING BY HYDRATED LIME
ON THE UNSOAKED CONDITIONS
By
KARINA APRILIANI PUSPA ZULMI
Clays and silts have the low strength compressive. Clay is a kind of fine grain soil that has a low bearing capacity and very sensitive to changes in water content, which is easy to change the volume and development of shrinkage. To improve soil conditions then soil reinforcement is done by using lime substance.
The clay soil sample is a type of high plasticity clay that taken from Rawa Sragi- Jabung- East Lampung district and then the silt soil sample is taken from Yosumulyo-East Metro- Metro City. Based on previous experiments, that soil is included in soft clay and high plasticity category. Based on Unified Soil Clasification (USCS), clay belong to CL category, While silts belong to Cl-ML category.
In unconfined compressive strength test, clays and silts with variation of curing time and unsoaked condition, soil with hydrated lime mixtured with modified proctor compacted, for clays, Qu value increased with the addition of lime content. It get Qu optimum value increased when it has 12% hydrated lime content, 28 days of curing time, it get 0,62 kg/cm². For silts Qu optimum value inscreased when it has 12% hydrated lime content and 28 days of curing time, it get 0,73 kg/cm². Hydrated lime adding could inscred unconfined compressive strength but with longer curing time duration (28 days). Because the greater Qu soil value is the greater soil bearing capacity.
ABSTRAK
PENGARUH VARIASI WAKTU PEMERAMAN TERHADAP
NILAI UJI KUAT TEKAN BEBAS PADA TANAH LEMPUNG DAN LANAU YANG DISTABILISASI MENGGUNAKAN KAPUR rendah dan sangat sensitif terhadap perubahan kadar air, yaitu mudah terjadi perubahan volume dan kembang susut. Untuk memperbaiki sifat tanah yang kurang baik maka salah satu perkuatan tanah yang dilakukan adalah dengan menggunakan kapur.
Sampel tanah yang diuji adalah jenis tanah lempung berplastisitas tinggi yang diambil dari Desa Rawa Sragi, Kecamatan Jabung, Kabupaten Lampung Timur dan sampel tanah lanau yang diambil dari daerah Desa Yosomulyo, Kecamatan Metro Timur, Kota Metro. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa tanah yang digunakan termasuk dalam kategori tanah lempung lunak plastisitas tinggi. Berdasarkan klasifikasi tanah menurut Unified
(USCS), tanah lempung masuk dalam kelompok CL, sedangkan tanah lanau masuk dalam kelompok CL-ML
Pada pengujian Kuat Tekan Bebas (UCS) tanah lempung dan lanau dengan variasi pemeraman pada kondisi tanpa rendaman, tanah campuran kapur dilakukan pemadatan modified proctor, pada tanah lempung didapatkan peningkatan nilai Qu seiring dengan penambahan kadar kapur. Kadar campuran kapur yang menghasilkan nilai Qu optimum didapatkan pada kadar kapur 12% pemeraman 28 hari yaitu sebesar 0,62 kg/cm2. Pada tanah lanau nilai Qu optimum pada kadar kapur 12% pemeraman 28 hari yaitu sebesar 0,73 kg/cm2. Penambahan kapur mampu meningkatkan nilai kuat tekan bebas tanah namun dengan durasi pemeraman yang cukup lama (28 hari) karena semakin besar nilai Qu tanah, semakin besar pula nilai daya dukung tanah tersebut.
PENGARUH VARIASI WAKTU PEMERAMAN TERHADAP NILAI UJI TEKAN BEBAS PADA TANAH LEMPUNG DAN LANAU YANG DISTABILISASI MENGGUNAKAN KAPUR PADA KONDISI TANPA
RENDAMAN (UNSOAKED)
Oleh
KARINA APRILIANI PUSPA ZULMI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNIK
Pada
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Lampung
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 25
April 1992. Penulis merupakan putri dari pasangan Bapak Zamzami Zaman, S. Sos., dan Ibu Zulia Marliani, anak pertama dari tiga bersaudara.
Dengan rahmat Allah SWT penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Negeri 2 Perumnas Wayhalim pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Bandar Lampung pada tahun 2007 dan Sekolah Menegah Atas Negeri 1 0 Bandar Lampung tahun 2010. Terakhir Penulis tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Teknik, Jurusan Sipil Universitas Lampung.
Pada tahun 2014, penulis melakukan Kerja Praktek pada Proyek Pelaksanaan Preservasi Jalan Dan Jembatan Nasional Bandar Lampung Bypass dengan PT. Conbloc Infratecno. Pada tahun 2015 penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Tirta Kencana, Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Kabupaten Tulang Bawang Barat selama 40 hari, pada tahun yang sama penulis mengambil skripsi dengan judul “Variasi Waktu Pemeraman Terhadap Nilai Uji Kuat Tekan Bebas Pada Tanah Lempung Dan Lanau Yang Distabilisasi Menggunakan Kapur
PERSEMBAHAN
Bismillahirrahmanirrahim
Dengan kerendahan hati dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT kupersembahan skripsiku ini kepada:
Kedua orang tuaku Ibu Zulia Marlianti dan Ayah Zamzami Zaman yang selalu mendoakan,mendidik dan mendukung serta memberi dorongan kepadaku untuk mencapai keberhasilan sampai saat ini dan in shaa Allah seterusnya.
Adik-adikku Sonia Saraswati Meiliastri dan Naila Rika Amalia yang turut memeberikan semangat dan motivasi
Sahabatku Mutia Andriani, yang telah menemaniku dan memberi kenangan terindah selama masa perkuliahan
Febrina Kristina Sibuea, dan Dini Fatrisya yang selalu memberikan dukungan dan setia mendengarkan keluh kesah.
Keluargaku yang turut mendoakan, memotivasi, serta memberikan dukungan kepadaku untuk mencapai keberhasilan
MOTTO HIDUP
“Life is like 10% what happens to us and 90% how we face to it”
(Karina Apriliani Puspa Zulmi)
“ The Future belongs to those who believe in the beauty of their dreams”
(Anonim)
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”
(QS. Al-Insyirah : 5)
“I am thankful to all those who said NO to me, it’s because of them I did it myself”
SANWACANA
Assalamu’alaikumWr.Wb.
Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul ”Pengaruh Variasi Waktu Pemeraman Terhadap Nilai Uji Tekan Bebas Pada Tanah Lempung dan Lanau yang Distabilisasi Menggunakan
Kapur Pada Kondisi Tanpa Rendaman (Unsoaked)” adalah merupakan salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Fakultas Teknik Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Suharno, M.Sc., selaku Dekan Fakultas Teknik, Universitas Lampung.
3. Ir. Setyanto, M.T., selaku Dosen Pembimbing I skripsi yang telah memberikan kesediaan waktunya untuk sumbangan pemikiran, serta saran dan kritiknya demi kesempurnaan Skripsi.
4. Dr. Ir. Lusmeilia Afriani, D.E.A.,selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan, motifasi, nasihat dan wejangan hidup.
5. Iswan, S.T., M.T., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan kritik dan saran pemikiran dalam penulisan skripsiserta pengarahan dalam penulisan skripsi ini.
6. Ir. Hasti Riakara Husni, M.T., selaku Dosen Pembimbing Akademik.
7. Seluruh Dosen Jurusan Teknik Sipil yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung.
8. Orang tua terkasih ibu Zulia Marlianti dan Ayah Zamzami Zaman yang sangat sabar dan pengertian dalam memberikan dukungan, nasehat dan motivasi dalam menyelesaikan perkuliahan di Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung.
9. Adikku Sonia Saraswati Meiliastri dan Naila Rika Amalia yang turut memeberikan dorongan semangat dan motivasi..
10. Keluarga besar yang telah membantu dalam memberikan dukungan materi, motivasi, serta nasehat hidup sampai saat ini.
Bintang, M. Tahta Dinata, Galang Abdul Ghandi, Aria Febriantama, Hadyan Arifin Bustam, Putra Andrean, Amoria Andayana, Feby Aristia Putri yang telah menemaniku dan memberi kenangan terindah selama masa perkuliahan
12. Teman istimewa sebelas anggota angkatan 2014 yang telah banyak membantu, mendukung serta memberikan dorongan motivasi.
13. Saudara – saudara Teknik Sipil Universitas Lampung angkatan 2010 yang selama beberapa tahun ini bersama serta berbagi memori, pengalaman dan membuat kesan yang tak terlupakan.
14. Semua pihak yang telah membantu tanpa pamrih yang tidak dapat disebutkan secara keseluruhan satu per satu, serta seluruh pejuang Teknik Sipil, semoga kita semua berhasil menggapai impian. Aamiin.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan khususnya bagi penulis pribadi. Selain itu, penulis berharap dan berdoa semoga semua pihak yang telah memberikan bantuan dan semangat kepada penulis, mendapatkan ridho dari Allah SWT. Aamiin.
Wassalaamu’alaikumWr.Wb.
Bandar Lampung, November 2016 Penulis
D
E. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 15
III. METODE PENELITIAN A. Sampel Tanah ... 18
C. Benda Uji ... 19
D. Metode Pencampuran Sampel Tanah Dengan Kapur ... IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Sampel Tanah Asli ... 30
1. Hasil Pengujian Analisis Saringan dan Hidrometer ... 32
2. Hasil Pengujian Kadar Air ... 34
C. Hasil Pengujian Tanah Dengan Campuran Kapur ... 38
1. Hasil Pengujian Pemadatan Pada Tanah Lempung Dan Lanau Dengan Campuran Kapur 6%, 9%, dan 12% ... 38
2. Hasil Pengujian Kuat Tekan Bebas (UCS) ... 38
3. Hasil Pengujian Tekan Bebas Pada Variasi Pemeraman Tanah Lanau yang Distabilisasi Kapur ... 41
4. Pengaruh Variasi Waktu Pemeraman Terhadap Nilai Tekan Bebas Tanah Lempung dan Lanau yang Distabilisasi Kapur ... 43
5. Perbandingan Hasil Pengujian Tekan Bebas pada Variasi Pemeraman Tanah Lempung dan Lanau Distabilisi Kapur ... 45
6. Perbandingan Hasil Penelitian dengan Penelitian Terdahulu ... 48
V. PENUTUP
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Sistem Unified………. 9
Tabel 2. Kode Pada Mold Untuk Masing-Masing Kadar Kapur dan Waktu Pemeraman……… 28 Lempung Dan Tanah Lanau waktu pemeraman 7 hari... 45
Tabel 17. Perbandingan Hasil Nilai Qu Uji Tekan Bebas (UCS) Tanah Lempung Dan Tanah Lanau waktu pemeraman 14 hari ... 46
Tabel 18. Perbandingan Hasil Nilai Qu Uji Tekan Bebas (UCS) Tanah Lempung Dan Tanah Lanau waktu pemeraman 28 hari... 47
Tabel 19. Perbandingan Nilai UCS Tanah Lempung Campuran Semen dan Campuran Kapur Dengan Waktu Pemeraman 7 hari ………..… 49
Tabel 20. Perbandingan Nilai UCS Tanah Lempung Campuran Semen dan Campuran Kapur Dengan Waktu Pemeraman 14 hari …………....… 50
Tabel 21. Perbandingan Nilai UCS Tanah Lempung Campuran Semen dan Campuran Kapur Dengan Waktu Pemeraman 28 hari ………..…..… 51
Tabel 23. Perbandingan Nilai UCS Tanah Lempung Campuran Semen dan
Campuran Kapur Dengan Waktu Pemeraman 14 hari ……..……..… 53
Tabel 24. Perbandingan Nilai UCS Tanah Lempung Campuran Semen dan
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Grafik Plastisitas USCS……...……….… 8
Gambar 2. Grafik Hubungan Nilai Qu dan Waktu Pemeraman 7 hari Tanah Lempung dan Lanau Distabilisasi Semen, M. Andriani (2016)... 16
Gambar 3. Grafik Hubungan Nilai Qu dan Waktu Pemeraman 14 hari Tanah Lempung dan Lanau Distabilisasi Semen, M. Andriani (2016)... 16
Gambar 4. Grafik Hubungan Nilai Qu dan Waktu Pemeraman 28 hari Tanah Lempung dan Lanau Distabilisasi Semen, M. Andriani (2016)... 17
Gambar 5. Diagram Alir Penelitian ... 29
Gambar 6. Grafik Hasil Analisa Saringan dan Hidrometer Tanah Lempung... 33
Gambar 7. Grafik Hasil Analisa Saringan dan Hidrometer Tanah Lanau …... 34
Gambar 8. Grafik Modified Proctor Tanah Lempung…... 35
Gambar 9. Grafik Modified Proctor Tanah Lanau …... 35
Gambar 10. Hubungan nilai Qu dan Waktu Pemeraman Tanah Lempung... 43
Gambar 11. Hubungan nilai Qu dan Waktu Pemeraman Tanah Lanau ... 44
Gambar 12. Hubungan nilai Qu dan Waktu Pemeraman 7 hari Tanah Lempung dan Lanau Distabilisasi Kapur ... 46
Gambar 13. Hubungan nilai Qu dan Waktu Pemeraman 14 hari Tanah Lempung dan Lanau Distabilisasi Kapur ... 47
Gambar 14. Hubungan nilai Qu dan Waktu Pemeraman 28 hari Tanah Lempung dan Lanau Distabilisasi Kapur ... 48
Gambar 15. Grafik Perbandingan Nilai UCS Tanah Lempung Campuran Semen dan Campuran Kapur dengan Waktu Pemeraman 7 hari……….... 49
Gambar 16. Grafik Perbandingan Nilai UCS Tanah Lempung Campuran Semen dan Campuran Kapur dengan Waktu Pemeraman 14 hari………... 50
Gambar 17. Grafik Perbandingan Nilai UCS Tanah Lempung Campuran Semen dan Campuran Kapur dengan Waktu Pemeraman 28 hari………... 51
Gambar 18. Grafik Perbandingan Nilai UCS Tanah Lanau Campuran Semen dan Campuran Kapur dengan Waktu Pemeraman 7 hari………... 52
Gambar 19. Grafik Perbandingan Nilai UCS Tanah Lanau Campuran Semen dan Campuran Kapur dengan Waktu Pemeraman 14 hari………. 53
DAFTAR NOTASI
ω = Kadar Air Gs = Berat Jenis LL = Batas Cair PI = Indeks Plastisitas PL = Batas Plastis
q = Persentase Berat Tanah yang Lolos Saringan Ww = Berat Air
Wc = Berat Container
Wcs = Berat Container + Sampel Tanah Sebelum dioven Wds = Berat Container + Sampel Tanah Setelah dioven Wn = Kadar Air Pada Ketukan ke-n
W1 = Berat Picnometer
W2 = Berat Picnometer + Tanah Kering
W3 = Berat Picnometer + Tanah Kering + Air
W4 = Berat Picnometer + Air
Wci = Berat Saringan
Wbi = Berat Saringan + Tanah Tertahan Wai = Berat Tanah Tertahan
fc’ = Kuat Tekan yang Dipersyaratkan
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah mempunyai peranan penting dalam ilmu Teknik Sipil,baik sebagai bahan konstruksi ataupun sebagai pendukung beban. Tanah berfungsi sebagai penahan beban akibat konstruksi di atas tanah yang harus bisa memikul seluruh beban baik berupa beban hidup maupun beban mati bangunan dan beban lainnya yang turut diperhitungkan, kemudian beban tersebut diteruskan ke dalam tanah sampai ke lapisan tanah dasar atau kedalaman tertentu. Tetapi pada kenyataannya, tidak semua tanah memiliki sifat-sifat dan mekanis yang baik dan diinginkan dalam kondisi aslinya contohnya saja tanah lempung dan juga tanah lanau.
Tanah lempung dan lanau kebanyakan cenderung memiliki nilai kuat tekan tanah yang rendah. Tanah lempung merupakan jenis tanah yang berbutir halus yang mempunyai nilai daya dukung yang rendah dan sangat sensitif terhadap perubahan kadar air, yaitu mudah terjadi perubahan volume dan kembang susut. Sedangkan tanah lanau adalah peralihan antara tanah lempung dan pasir yang sifatnya kurang plastis dibandingkan tanah lempung.
2
campuran dan melakukan pemadatan dengan cara mekanis. Dalam penelitian ini metode stabilisasi tanah dilakukan dengan menggunakan bahan campuran kapur. Bahan pencampur yang akan digunakan diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan sifat-sifat tanah yang kurang baik dan kurang menguntungkan dari tanah yang akan digunakan. Seperti yang kita tahu bahwa kapur merupakan
stabilizing agents yang baik, hal ini dikarenakan kemampuannya untuk
menggumpalkan dan mengikat butir-butir partikel tanah, hal ini sangat bermanfaat sebagai usaha untuk mendapatkan massa tanah yang kokoh dan tahan terhadap deformasi. Kapur banyak dipakai untuk bahan penstabilan jalan raya. Stabilisasi kapur dapat mengubah tanah menjadi gumpalan-gumpalan partikel. (Ingles, 1972)
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui sifat-sifat fisis tanah lempung dan tanah lanau.
2. Mengetahui peningkatan nilai daya dukung tanah lempung berplastisitas tinggi dan tanah lanau berplastisitas rendah yang telah dicampur kapur dengan melakukan uji kuat tekan bebas.
3. Mengetahui pengaruh variasi kadar campuran kapur dan mencari kadar kapur yang ideal dalam pencampuran kapur.
4. Mengetahui pengaruh variasi waktu pemeraman tanah yang telah distabilisasi menggunakan kapur.
C. Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada beberapa masalah, yaitu :
3
Yosomulyo, Kecamatan Metro Timur, Kota Metro, Lampung.
2. Tanah lempung yang digunakan berasal dari desa Belimbing Sari, Lampung Timur, Lampung.
3. Kapur sebagai bahan pencampur.
4. Pengujian sifat fisik tanah asli yang dilakukan adalah : a. Pengujian analisis saringan
b. Pengujian Hidrometer c. Pengujian kadar air d. Pengujian berat volume e. Pengujian berat jenis
f. Pengujian batas cair dan plastis g. Pengujian pemadatan tanah
5. Pengujian sifat fisik tanah campuran yang dilakukan adalah : a. Pengujian kadar air
b. Pengujian berat volume c. Pengujian berat jenis
d. Pengujian batas cair dan plastis
6. Pengujian sifat mekanik tanah yang dilakukan adalah pengujian kuat tekan bebas pada tanah lempung dan lanau yang distabilisasi dengan kapur sebanyak 6%, 9%, dan 12% dengan waktu pemeraman selama 7 hari, 14 hari, dan 28 hari dengan kondisi tanpa rendaman.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
4
kapur untuk meningkatkan daya dukung tanah, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pemecahan masalah stabilisasi tanah di lapangan.
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada ilmu pengetahuan tentang sifat – sifat fisik dan mekanik tanah lempung dan tanah lanau.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.Tanah
1. Pengertian Tanah
Tanah adalah material yang terdiri dari agregat atau butiran mineral-mineral padat yang tidak terkapurtasi (terikat secara kimia) satu sama lain dari bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai zat cair juga gas yang mengisi ruang-ruang kosong diantara partikel-partikel padat tersebut.(Das 1995). Tanah juga merupakan kumpulan dari bagian-bagian yang padat dan tidak terikat antara satu dengan yang lain (diantaranya mungkin material organik) yang berongga-rongga. Tanah juga dapat didefinisikan sebagai ikatan antara butiran yang relatif lemah dapat disebabkan oleh karbonat, zat organik, atau oksida-oksida yang mengendap - ngendap diantara partikel-partikel. Ruang diantara partikel-partikel dapat berisi air, udara, dll (Hadiyatmo 1992). Sedangkan pengertian tanah menurut Bowles (1984), tanah adalah campuran partikel-partikel yang terdiri dari salah satu atau seluruh jenis berikut:
6
b. Kerikil (gravel) adalah partikel batuan yang berukuran 5 mm sampai dengan 150 mm.
c. Pasir (sand) adalah partikel batuan yang berukuran 0,074 mm sampai dengan 5 mm.
d. Lanau (silt) adalah partikel batuan yang berukuran dari 0,002 mm sampai dengan 0,0074 mm.
e. Lempung (clay) adalah partikel mineral yang berukuran < 0,002 mm
f. Koloid (colloids) adalah partikel mineral yang diam dan berukuran lebih kecil dari 0,001 mm.
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa tanah merupakan material yang terdiri dari agregat atau butiran mineral-mineral padat yang tidak terkapurtasi (terikat secara kimia), merupakan hasil dari pelapukan bebatuan yang telah berlangsung sejak lama.
2. Klasifikasi Tanah
7
dimaksudkan untuk memberikan informasi tentang karakteristik dan sifat-sifat fisik tanah serta mengelompokkannya sesuai dengan perilaku umum dari tanah tersebut. Tanah-tanah yang dikelompokkan dalam urutan berdasarkan suatu kondisi fisik tertentu. Tujuan klasifikasi tanah adalah untuk menentukan kesesuaian terhadap pemakaian tertentu, serta untuk menginformasikan tentang keadaan tanah dari suatu daerah kepada daerah lainnya dalam bentuk berupa data dasar. seperti karakteristik pemadatan, kekuatan tanah, berat isi, dan sebagainya (Bowles, 1989)Adapun sistem klasifikasi tanah yang akan digunakan adalah :
a. Sistem Unified Soil Clasification System (USCS)
Sistem klasifikasi Unified ini memperhitungkan distribusi ukuran butiran dan batas-batas Atterberg. Dalam sistem ini, Cassagrande membagi tanah atas tiga kelompok (Sukirman, 1992) yaitu :
1). Tanah berbutir kasar, < 50% lolos saringan No. 200. 2). Tanah berbutir halus, > 50% lolos saringan No. 200.
3). Tanah organik yang dapat dikenal dari warna, bau dan sisa-sisa tumbuh- tumbuhan yang terkandung di dalamnya.
Sistem klasifikasi tanah ini yang paling banyak dipakai untuk pekerjaan teknik fondasi seperti bendungan, bangunan dan konstruksi yang sejenis. Dengan menggunakan sistem klasifikasi ini tanah dikelompokkan menjadi 2 jenis yaitu :
8
2). Tanah butir halus adalah tanah yang ≤ 50% bahannya lewat pada saringan No. 200. Tanah butir halus terbagi atas lanau dengan simbol M (silt), lempung dengan simbol C (clay), serta lanau dan lempung organik dengan symbol O, bergantung pada tanah itu terletak pada grafik plastisitas. Tanda L untuk plastisitas rendah dan tanda H untuk plastisitas tinggi.
Adapun simbol simbol lain yang digunakan dalam klasifikasi tanah ini adalah : W = well graded (tanah dengan gradasi baik) P = poorly graded
(tanah dengan gradasi buruk). L = low plasticity (plastisitas rendah) (LL <50). H = high plasticity (plastisitas tinggi) (LL >50)
Grafik plastisitas USCS dapat dilihat didalam gambar 1.
Gambar 1. Grafik Plastisitas USCS
9
Tabel 1. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Sistem Unified
Divisi Utama Simbol Nama Umum Kriteria Klasifikasi
Ta
Kerikil bergradasi-baik dan campuran kerikil-pasir, sedikit atau sama sekali tidak
Kerikil lbergradasi-buruk dan campuran kerikil-pasir, sedikit atau sama sekal itidak
GM Kerikil berlanau, campuran kerikil-pasir-lanau
GC Kerikil berlempung, campuran kerikil-pasir-lempung
Pasir bergradasi-baik, pasir berkerikil, sediki tatau sama sekali tidak mengandung butiran halus
Pasir bergradasi-buruk, pasir berkerikil, sediki tatau sama sekali tidak mengandung butiran halus
Tidak memenuhi kedua kriteria untuk SW
SM Pasir berlanau, campuran pasir-lanau
SC Pasir berlempung, campuran pasir-lempung
Lanau anorganik, pasir halus sekali, serbuk batuan, pasir halus berlanau atau berlempung
Diagram Plastisitas:
Untuk mengklasifikasi kadar butiran halus yang terkandung dalam tanah berbutir halus dan kasar. Batas Atterberg yang termasuk dalam daerah yang di arsir berarti batasan klasifikasinya menggunakan dua simbol.
Lempung anorganik dengan plastisitas rendah sampai dengan sedang lempungberkerikil, lempung berpasir, lempung berlanau, lempung “kurus” (lean clays)
OL
Lanau-organik dan lempung berlanau organik dengan plastisitas rendah diatomae, atau lanau diatomae, lanau yang elastis
CH
Lempung anorganik dengan plastisitas tinggi, lempung “gemuk” (fat clays)
OH
Lempung organik dengan plastisitas sedang sampai dengan tinggi
Tanah-tanah dengan kandungan organik sangat tinggi
PT
Peat (gambut), muck, dan tanah-tanah lain dengan kandungan organik tinggi
Manual untuk identifikasi secara visual dapat dilihat di ASTM Designation D-2488
10
B.Tanah Lempung
1. Definisi Tanah Lempung
Menurut Terzaghi (1987) tanah lempung merupakan tanah dengan ukuran mikrokonis sampai dengan sub mikrokonis yang berasal dari pelapukan unsur-unsur kimiawi penyusun batuan. Sifat khas dari tanah lempung adalah sangat keras dalam keadaan kering, bersifat plastis pada kadar air sedang, sedangkan pada keadaan air yang lebih tinggi tanah lempung akan bersifat lebih lengket dan sangat lunak. Hardiyatmo (1992) mengatakan bahwa Tanah lempung adalah tanah yang memiliki sifat – sifat antara lain ukuran butiran halus lebih kecil dari 0,002 mm, permeabilitas rendah, kenaikan air kapiler tinggi, bersifat sangat kohesif, kadar kembang susut yang tinggi dan proses konsolidasi lambat.
Dengan adanya pengetahuan mengenai mineral tanah tersebut, pemahaman mengenai perilaku dan sifat tanah lempung dapat diamati.
2. Mineral Lempung
Mineral-mineral lempung merupakan produk pelapukan batuan yang terbentuk dari penguraian kimiawi mineral-mineral silikat lainnya dan selanjutnya terangkut ke lokasi pengendapan oleh berbagai kekuatan dan perlakuan.
Mineral-mineral lempung digolongkan ke dalam golongan besar yaitu :
a. Kaolinite
Kaolinite merupakan anggota kelompok kaolinite serpentin, yaitu hidrus alumino silikat dengan rumus kimia Al2 Si2O5(OH)4. Sifat-sifat plastisitas
11
b. Illite
Illite dengan rumus kimia KyAl2(Fe2Mg2Mg3) (Si4yAly)O10(OH)2 adalah
mineral bermika yang sering dikenal sebagai mika tanah dan merupakan mika yang berukuran lempung. Istilah illite dipakai untuk tanah berbutir halus, sedangkan tanah berbutir kasar disebut mika hidrus.
c. Montmorilonite
Mineral ini memiliki potensi plastisitas dan mengembang atau menyusut yang tinggi sehingga bersifat plastis pada keadaan basah dan keras pada keadaan kering. Montmorilonite mempunyai rumus kimia Al2Mg(Si4O10)(OH)2 xH2O sebagai penyusunnya.
3. Sifat Tanah Lempung
Sifat-sifat yang dimiliki tanah lempung diantaranya adalah sebagai berikut : a. Ukuran butir halus, yaitu kurang dari 0,002 mm.
b. Permeabilitas rendah. c. Kenaikan air kapiler tinggi. d. Bersifat sangat kohesif. e. Kadar kembang susut tinggi. f. Proses konsolidasi lambat.
4. Jenis Tanah Lempung
Jenis-jenis tanah lempung dapat dibagi berdasarkan tempat pengendapan dan asalnya yaitu :
a. Lempung Residual
12
lempung itu terjadi dan belum berpindah tempat sejak terbentuknya. Sifat lempung jenisini adalah berbutir kasar dan masih bercampur dengan batuan asal yang belum mengalami pelapukan, tidak plastis. Semakin digali semakin banyak terdapatbatuan asalnya yang masih kasar dan belum lapuk. b. Lempung Illuvial
Lempung illuvial adalah lempung yang sudah terangkut dan mengendap padasuatu tempat yang tidak jauh dari tempat asalnya seperti di kaki bukit.Lempung ini memiliki sifat yang mirip dengan lempung residual, hanya sajalempung illuvial tidak ditemukan lagi batuan dasarnya.
c. Lempung Alluvial
Lempung alluvial adalah lempung yang diendapkan oleh air sungai di sekitaratau di sepanjang sungai. Pasir akan mengendap di dekat sungai, sedangkan lempung akan mengendap jauh dari tempat asalnya.
d. Lempung Rawa
Lempung rawa adalah lempung yang diendapkan di rawa-rawa.Jenis lempung ini dicirikan oleh warnanya yang hitam. Apabila terdapat di dekat laut akan mengandung garam.
C.Tanah Lanau
1. Definisi Tanah Lanau
13
regolit secara kimiawi maupun pelapukan secara fisik melalui embun beku (frost) haloclasty. Proses utama melibatkan abrasi, baik padat (oleh glester), cair (pengendapan sungai), maupun oleh angin. Di wilayah wilayah setengah kering produksi lanau biasanya cukup tinggi. Lanau yang terbentuk secara glasial dalam bahas inggris terkadang disebut rock flour atau stone dust. Secara komposisi mineral, lanau tersusun dari kuarsa felspar. Sifat fisika tanah lanau umumnya terletak diantara sifat tanah lempung dan pasir.
Tanah lanau didefinisikan sebagai golongan partikel yang berukuran antara 0,002 mm sampai dengan 0,005 mm. Disini tanah diklasifikasikan sebagai lanau hanya berdasarkan pada ukurannya saja. Belum tentu tanah dengan ukuran partikel lanau tersebut juga mengandung mineral-mineral lanau (clay mineral). Pada kenyataannya, ukuran lempung dan lanau sering kali tumpang tindih, karena keduanya memiliki bangunan kimiawi yang berbeda. Lanau tepung batu yang mempunyai karakteristik tidak berkohesi dan tidak plastis, sifat teknis lanau lempung batu cendrung mempunyai sifat pasir halus.
2. Sifat Tanah Lanau
Secara umum tanah lanau mempunyai sifat yang kurang baik yaitu mempunyai kuat geser rendah setelah dikenai beban, kapasitas tinggi, permeabilitas rendah dan kerapatan relatif rendah dan sulit dipadatkan (Terzaghi,1987).
3. Jenis Tanah Lanau
Adapun jenis-jenis tanah lanau, yaitu :
14
plastisitas kecil atau sama sekali tidak ada. Jenis yang plastisitasnya paling kecil biasanya mengandung butiran kuarsa sedimensi, yang kadang-kadang disebut tepung batuan (rockflour), sedangkan yang sangat plastis mengandung partikel berwujud serpihan dan dikenal sebagai lanau plastis
b. Lanau organik merupakan tanah agak plastis, berbutir halus dengan campuran partikel-partikel bahan organik terpisah secara halus. Warna tanah bervariasi dari abu-abu terang ke abu-abu sangat gelap, disamping itu mungkin mengandung H2S, CO2, serta berbagai gas lain hasil peluruhan tumbuhan yang akan memberikan bau khas pada tanah. Permeabilitas lanau organic sangat rendah sedangkan kompresibilitasnya sangat tinggi.
D.Kapur
1. Definisi Kapur
Batu kapur (CaCO3) adalah sebuah batuan sedimen terdiri dari mineral calcite
(kalsium carbonate). Sumber utama dari calcite ini adalah organisme laut. (Wikipedia, 2015). Bahan Kapur adalah sebuah benda putih dan halus terbuat dari batu sedimen, membentuk bebatuan yang terdiri dari mineral kalsium. Biasanya kapur relatif terbentuk di laut dalam dengan kondisi bebatuan yang mengandung lempengan kalsium plates (coccoliths) yang dibentuk oleh mikroorganisme coccolithophores. (Scribd, 2012).
2. Jenis-jenis kapur :
15
a. Kapur tohor / quick lime : yaitu hasil langsung dari pembakaran batuan kapur yang berbentuk oksida-oksida dari kalsium atau magnesium.
b. Kapur hydrated / hydrated lime : adalah bentuk hidroksida dari kalsium atau magnesium yang dibuat dari kapur keras yang diberi air sehingga bereaksi dan mengeluarkan panas. Digunakan terutama untuk bahan pengikat dalam adukan bangunan.
c. Kapur hidraulik : CaO dan MgO tergabung secara kimia dengan pengotor-pengotor. Oksida kapur ini terhidrasi secara mudah dengan menambahkan air ataupun membiarkannya di udara terbuka, pada reaski ini timbul panas.
3. Pemanfaatan Bahan Kapur
Contoh pemanfaatan bahan kapur dalam bidang teknik sipil adalah seperti dibawah ini :
a. Sebagai bahan bangunan
Sebagai bahan bangunan yang dimaksud adalah untuk plester, adukan pasangan bata, pembuatan kapur tras ataupun kapur merah.
b. Bahan penstabilan jalan raya
Pemakaian kapur dalam bidang pemantapan fondasi jalan raya termasuk rawa yang dilaluinya. Kapur ini berfungsi untuk mengurangi plastisitas, mengurangi penyusutan dan pemuaian fondasi jalan raya
E.Tinjauan Penelitian Terdahulu
16
M.Andriani (2016) dengan judul “Pengaruh Variasi Waktu Pemeraman Terhadap Nilai Uji Kuat Tekan Bebas Pada Tanah Lempung Dan Lanau Yang Distabilisasi Menggunakan Semen Pada Kondisi Tanpa Rendaman (Unsoaked). Hasil pengujian yang didapatkan dapat dilihat dari grafik hubungan nilai qu dan waktu pemeraman dibawah ini.
Gambar 2. Grafik Hubungan Nilai qu dan Waktu Pemeraman 7 Hari Tanah Lempung dan Tanah Lanau Distabilisasi Semen, M. Andriani (2016)
Gambar 3. Grafik Hubungan Nilai qu dan Waktu Pemeraman 14 Hari Tanah Lempung dan Tanah Lanau Distabilisasi Semen, M. Andriani (2016)
17
Gambar 4. Grafik Hubungan Nilai qu dan Waktu Pemeraman 28 Hari Tanah Lempung dan Tanah Lanau Distabilisasi Semen, M. Andriani (2016)
18
III. METODE PENELITIAN
A.Sampel Tanah
Sampel tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung berplastisitas tinggi yang diambil dari Desa Belimbing Sari, Kecamatan Jabung, Kabupaten Lampung Timur dan tanah lanau dari Desa Yosomulyo, Kecamatan Metro Timur, Kota Metro. Sampel tanah yang diambil adalah sampel tanah terganggu (disturbed soil). Sampel tanah yang diambil merupakan sampel tanah yang mewakili tanah di lokasi pengambilan sampel.
Sampel tanah tersebut kemudian digunakan untuk pengujian kadar air, analisis saringan, batas-batas atterberg, berat jenis, uji pemadatan dan uji kuat tekan bebas. Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan cara penggalian dan kemudian dimasukan kedalam karung pembungkus lalu diangkut dengan menggunakan pick up.
B.Peralatan
19
C.Benda Uji
1. Sampel tanah yang di uji pada penelitian ini yaitu tanah lempung di daerah Belimbing Sari, Kecamatan Jabung, Kabupaten Lampung Timur dan jenis tanah lanau di daerah Desa Yosomulyo, Kecamatan Metro Timur, Kota Metro. 2. Stabilizing agent yaitu kapur.
D.Metode Pencampuran Sampel Tanah dengan Kapur
1. Sampel tanah yang telah diambil dari lokasi dimasukkan ke dalam karung, sebelum penelitian sampel tanah tersebut dihamparkan dan dijemur dibawah matahari, kemudian setelah kering sampel tanah yang berupa bongkah-bongkahan besar dihancurkan menjadi butiran-butiran yang lebih kecil.
2. Tanah yang telah dihancurkan (butir aslinya tidak pecah) kemudian disaring dengan saringan no. 4 (4,75 mm).
3. Tanah yang lolos saringan no. 4 lalu dicampur kapur dengan kadar campuran kapur yaitu 6%, 9%, dan 12% dari berat sampel 2,5 kg untuk masing-masing campuran tanah dan kapur.
4. Tanah yang sudah dicampur dengan kapur didiamkan selama 24 jam untuk mendapatkan campuran yang homogen.
5. Campuran kemudian dipadatkan hingga mencapai kepadatan optimum.
6. Setelah mencapai kepadatan optimum, tanah yang sudah dicampur dengan kapur diperam dengan variasi waktu pemeraman selama 7 hari, 14 hari, dan 28 hari.
20
E.Pelaksanaan Pengujian
Pelaksanaan pengujian dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung. Pengujian yang dilakukan yaitu :
a. Pengujian Kadar Air
b. Pengujian Analisis Saringan dan Hidrometer c. Pengujian Pemadatan Tanah
d. Pengujian Kuat Tekan Bebas
Pada pengujian tanah campuran, setiap sampel tanah dicampur dengan kapur yang memiliki kadar sebesar 6 %, 9 % dan 12 % dari berat sampel dan juga dilakukan pemeraman dengan variasi waktu selama 7 hari, 14 hari, dan 28 hari sebelum kemudian dilakukan pengujian kuat tekan bebas (UCS). Berikut prosedur pelaksanaan pengujian sampel tanah yang akan dilakukan.
1. Uji Kadar Air
Pengujian ini digunakan untuk mengetahui kadar air suatu sampel tanah yaitu perbandingan antara berat air dengan berat tanah kering. Pengujian ini menggunakan standar ASTM D-2216.
Adapun cara kerja pengujian ini berdasarkan ASTM D- 2216, yaitu :
a. Menimbang cawan yang akan digunakan dan memasukkan benda uji kedalam cawan dan menimbangnya.
21
c. Menimbang cawan berisi tanah yang sudah di oven dan menghitung prosentase kadar air.
Perhitungan :
a. Berat air (Ww) = Wcs – Wds b. Berat tanah kering (Ws) = Wds – Wc
c. Kadar air (ω) = �
� x 100%
Dimana :
Wc = Berat cawan yang akan digunakan Wcs = Berat benda uji + cawan
Wds = Berat cawan yang berisi tanah yang sudah di oven
2. Uji Analisis Saringan
Analisis saringan adalah mengayak atau menggetarkan contoh tanah melalui satu set ayakan di mana lubang-lubang ayakan tersebut makin kecil secara berurutan. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui prosentase ukuran butir sampel tanah yang dipakai. Pengujian ini menggunakan standar ASTM D-422, AASHTO T88 (Bowles, 1991). Adapun langkah kerja uji analisis saringan adalah sebagai berikut :
a. Mengambil sampel tanah sebanyak 500 gram, lalu memeriksa kadar airnya dari sampel tersebut.
b. Meletakkan susunan saringan diatas mesin penggetar dan memasukkan sampel tanah pada susunan yang paling atas kemudian menutup rapat. c. Mengencangkan penjepit mesin dan menghidupkan mesin penggetar selama
22
d. Menimbang masing-masing saringan beserta sampel tanah yang tertahan di atasnya.
Perhitungan :
a. Berat masing-masing saringan (Wci) beserta sampel tanah yang tertahan di atas saringan (Wbi)
b. Berat tanah yang tertahan (Wai) = Wbi – Wci
c. Jumlah seluruh berat tanah yang tertahan di atas saringan (∑Wai ≈ Wtot)
d. Persentase berat tanah yang tertahan di atas masing-masing saringan (Pi)
Pi =[� �−� �
� � � ] x 100%
e. Persentase berat tanah yang lolos masing-masing saringan (q) :
qi –100%– pi% q(1 + 1) = qi – p(I + 1)
Dimana : i = l (saringan yang dipakai dari saringan dengan diameter maksimum sampai saringan No. 200).
3. Uji Hidrometer Pengujian Hidrometer
Pengujian hidrometer ini bertujuan untuk menentukan pembagian ukuran butir yang lolos saringan No.200. Menentukan besaran butir tanah yang sangat kecil dengan disaring menggunakan saringan yang lebih kecil dari No. 200 tidak lagi efektif.
4. Uji Pemadatan Tanah
23
kepadatan tanah. Langkah kerja pengujian pemadatan tanah, antara lain : a. Pencampuran
1).Mengambil tanah sebanyak 25kg dengan menggunakan karung goni lalu dijemur.
2).Setelah kering tanah yang masih menggumpal dihancurkan dengan tangan.
3).Butiran tanah yang telah terpisah diayak dengan saringan No. 4.
4).Butiran tanah yang lolos saringan No. 4 dipindahkan atas 10 bagian, masing-masing 2,5 kg, masukkan masing-masing bagian kedalam kapur dan ikat rapat-rapat.
5).Mengambil sebagian butiran tanah yang mewakili sampel tanah untuk menentukan kadar air awal.
6).Mengambil tanah seberat 2,5 kg, menambahkan air sedikit demi sedikit sambil diaduk dengan tanah sampai merata. Bila tanah yang diaduk telah merata, dikepalkan dengan tangan. Bila tangan dibuka, tanah tidak hancur dan tidak lengket ditangan.
7).Setelah dapat campuran tanah, mencatat berapa cc air yang ditambahkan untuk setiap 2,5 kg tanah.
8).Penambahan air untuk setiap sampel tanah dalam kapur dapat dihitung dengan rumus :
Wwb = +�
+
W = Berat tanah
24
9).Sesuai perhitungan, lalu melakukan penambahan air setiap 2,5 kg sampel diatas pan dan mengaduknya sampai rata dengan sendok pengaduk. b. Pemadatan tanah
1).Menimbang mold standar beserta alas.
2).Memasang collar pada mold, lalu meletakkannya di atas papan.
3).Mengambil salah satu sampel yang telah ditambahkan air sesuai dengan penambahannya.
4).Tanah dibagi kedalam 5 lapisan. Lapisan pertama dimasukkan kedalam
mold, ditumbuk 25 kali dengan alat pemadatan modifikasi. Dengan cara yang sama dilakukan pula untuk 4 lapisan berikutnya, sehingga lapisan kelima mengisi sebagian collar (berada sedikit diatas bagian mold). 5).Melepaskan collar dan meratakan permukaan tanah pada mold dengan
menggunakan pisau pemotong.
6).Menimbang mold berikut alas dan tanah didalamnya lalu mencatat beratnya.
7).Mengeluarkan tanah dari mold dengan extruder, ambil bagian tanah (alas dan bawah) dengan menggunakan 2 container untuk pemeriksaan kadar air (w).
8).Mengulangi langkah kerja b.2 sampai b.9 untuk sampel tanah lainnya. Perhitungan :
a. Kadar air :
25
4).Berat cawan = Wc (gr)
5).Berat tanah kering = W2 – Wc (gr)
6).Kadar air (w) = −
− (%)
b. Berat isi :
1).Berat mold = Wm (gr)
2).Berat mold + sampel = Wms (gr) 3).Berat tanah (W) = Wms – Wm (gr) 4).Volume mold = V (cm3)
5).Berat volume = W/V (gr/cm3) 6).Kadar air (w)
7).Berat volume kering (γd)
γd = +� x 100% (gr/cm3)
8).Berat volume zero air void ( γz )
γz = � � −� (gr/cm3)
6. Uji Kuat Tekan Bebas
26
a. Bahan-bahan
1) Sampel tanah asli
2) Kapur (untuk campuran) b. Peralatan
1) Alat Unconfined Compression Test
2) Ring silinder untuk mengambil contoh tanah. c. Prosedur Pekerjaan
1) Memasukkan sampel tanah kedalam cetakan dengan menekan pada sampel tanah, sehingga cetakan terisi penuh.
2) Meratakan kedua permukaan tanah pada tabung dengan pisau pemotong dan mengeluarkannya dengan extruder.
3) Menimbang sampel tanah yang akan digunakan untuk menentukan berat volume.
4) Meletakkan sampel tanah diatas plat penekan bawah dengan posisi tepat ditengah plat.
5) Mengatur ketinggian plat atas dengan tepat menyentuh permukaan atas sampel tanah.
6) Mengatur dial beban dan dial deformasi pada posisi nol.
7) Menghidupkan mesin (cara electrical). Kecepatan regangan diambil ½ - 2% per menit dari tinggi sampel tanah.
8) Mencatat hasil pembacaan dial pada regangan 0,5%, 1%, 2% dan seterusnya sampai tanah mengalami keruntuhan.
27
F. Urutan Prosedur Penelitia
Adapun urutan prosedur pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Dari hasil pengujian percobaan analisis saringan dan batas atterberg untuk tanah asli digunakan untuk mengklasifikasikan tanah berdasarkan klasifikasi tanah USCS
2. Dari data hasil pengujian pemadatan tanah untuk sampel tanah asli dan tanah campuran, didapatkan grafik hubungan berat volume kering dan kadar air untuk mendapatkan nilai kadar air kondisi optimum pada pemadatan yang akan digunakan untuk membuat sampel pada uji kuat tekan bebas.
3. Bawa sampel yang akan distabilisasi untuk OMC menggunakan air bersih dan tercampur menyeluruh, lalu tempatkan material dalam kantong kapur dan tutup selama 12-24 jam.
4. Melakukan pembuatan benda uji untuk pengujian kuat tekan bebas dengan mencampur tanah yang telah lolos saringan no. 4 dengan kapur.
5. Variasi kadar kapur yang ditentukan yaitu 6 %, 9 % dan 12 %. Untuk masing- masing campuran disiapkan sebanyak 3 sampel.
6. Tempatkan tanah yang dicampur dengan kapur dalam kantong kapur, serta dalam kondisi lepas dan peram selama 24 jam.
7. Setelah didiamkan selama 24 jam, material yang telah dicampur dengan kapur dipadatkan dengan modified proctor sebanyak 5 lapisan untuk pengujian kuat tekan bebas.
28
dipadatkan. Kode pada mold untuk masing-masing sampel dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2 Kode pada mold untuk masing-masing kadar kapur dan waktu pemeraman Kadar Kapur
Tanah Lempung Tanah Lanau
Waktu Pemeraman Waktu Pemeraman
7 hari 14 hari 28 hari 7 hari 14 hari 28 hari
6 % 1A 2A 3A 1D 2D 3D
9 % 1B 2B 3B 1E 2E 3E
12 % 1C 2C 3C 1F 2F 3F
29
Tidak
Gambar 5. Diagram Alir Penelitian Mulai
Pengujian Sifat Fisik Tanah : 1. Berat Jenis
Variasi Waktu Pemeraman Benda Uji 7 Hari, 14 Hari dan 28 Hari
cek klasifikasi tanah
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Jenis tanah yang digunakan sebagai sampel penelitian ini ada 2 jenis yaitu, tanah tanah lempung lunak plastisitas tinggi. Tanah lanau yang digunakan sebagai sampel penelitian ini termasuk dalam kategori tanah lunak berplastisitas rendah berdasarkan klasifikasi tanah menurut USCS (Uniffied Soil Clasification System)
2. Dari hasil pengujian kuat tekan bebas yang dilakukan di laboratorium dapat dilihat kenaikan nilai kuat tekan bebas tanah pada masing-masing tanah setiap dilakukan penambahan campuran kapur. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kapur efektif meningkatkan nilai kuat tekan bebas tanah.
3. Dari hasil pengujian kuat tekan bebas yang dilakukan di laboratorium dapat dilihat kenaikan nilai kuat tekan bebas tanah pada setiap variasi waktu pemeraman.
57
pada kondisi tanpa rendaman. Dengan waktu pemeraman yang sama yaitu selama 7 hari, 14 hari, dan 28 hari.
B. Saran
Berdasarkan pengujian stabilisasi tanah lempung dan tanah lanau dengan kapur, terdapat beberapa saran yaitu sebagai berikut:
1. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah variasi sampel campuran antara kapur dengan jenis tanah yang lainnya agar mendapatkan formula yang lebih lengkap untuk jenis tanah dengan sifat fisik dan mekanis yang berbeda.
2. Menambah variasi waktu pemeraman antara campuran kapur dan tanah. Agar dapat mengetahui berapa lama waktu yang efisien untuk pemeraman campuran tanah.
3. Menambah variasi jenis campuran tanah untuk mengetahui jenis campuran apa saja yang baik untuk dijadikan stabilisator tanah.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Batu_kapur
http://www.scribd.com/doc/76936801/Pengertian-Bahan-Kapur#scribd
Das, B. M. 1995. Mekanika Tanah. (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis). Jilid II. Erlangga. Jakarta. 283 hal
Hardiyatmo, Hary Christady. 1992. Mekanika Tanah I. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 397 hal.
Sukirman, S. 1992. Perkerasan Lentur Jalan Raya. Penerbit Nova. Bandung Universitas Lampung. 2012. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas
Lampung. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 60 hal.
M. Andriani. 2016. Pengaruh Variasi Waktu Pemeraman Terhadap Nilai Uji Kuat Tekan Bebas Pada Tanah Lempung Dan Lanau Yang Distabilisasi Menggunakan Semen Pada Kondisi Tanpa Rendaman (Unsoaked).
Universitas Lampung. Bandar Lampung
Santosa, B., dkk. 1998. Seri Diktat Kuliah : Dasar Mekanika Tanah. Penerbit Gunadarma. Depok. Jawa Barat. 80 hal.
Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil. 2014. Buku Penuntun
Praktikum Mekanika Tanah 1. Fakultas Teknik Universitas Lampung.
Bandar Lampung. 41 hal.
P. Andrean. 2016. Pengaruh Variasi Waktu Pemeraman Terhadap Nilai Uji Kuat Tekan Bebas Pada Tanah Lempung Dan Lanau Yang Distabilisasi
Menggunakan Kapur Pada Kondisi Rendaman (Soaked). Universitas